9/14/2011
Apakah Filsafat? bahasa Yunani philosophia dari kata philos atau philein atau philia yang berarti cinta, dan dari kata sophia yang berarti kebijaksanaan atau kearifan atau pengetahuan.
Dosen : Prof. Dr. Abdul Hakim, Drs. MSi Rumah : Jl. Kwoka F-24 Badut Permai Malang 65146 Telp. 0341-560620 HP.0812 0813 3433 0077 Email :
[email protected]
Jadi, philosophia berarti cinta pada kebijaksanaan atau kearifan atau pengetahuan. Sehingga orang yang mencintai kebijaksanaan, kearifan atau pengetahuan disebut philosophos atau filsuf. Orang yang pertama kali menggunakan istilah filsafat adalah Pytagoras, sebagai reaksi terhadap para cendekiawan pada masa itu yang menamakan dirinya ahli hidup bijaksana, orang arif atau ahli pengetahuan.
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Menurut Pytagoras, pengetahuan dalam arti yang lengkap tidak sesuai untuk manusia. Setiap orang mengalami kesukaran dalam memperolehnya dan meskipun menghabiskan seluruh umurnya, ia akan memperoleh sedikit saja. Jadi pengetahuan adalah sesuatu yang kita cari dan kita ambil sebagian saja tanpa mencakup keseluruhannya. Oleh karena itu kita ini bukan ahli hidup bijaksana, orang arif atau ahli pengetahuan, melainkan pencari dan pencinta pengetahuan, pencinta kebijaksanaan dan pencinta kearifan.
Karakteristik Berpikir Filsafat 1) sifat menyeluruh. Seorang ilmuwan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari sudut pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin tahu kaitan antara ilmu dengan moral, kaitan antara ilmu dengan agama, dan sebagainya. Dia ingin yakin ilmu itu membawa kebahagiaan bagi dirinya.
1
9/14/2011
3)
2)
Mendasar. Dia tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu dapat disebut benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Apakah kriteria itu sendiri benar? Lalu apa yang disebut dengan benar itu? Seperti sebuah lingkaran maka pertanyaan itu melingkar. Dan menyusuri sebuah lingkaran, kita harus mulai dari satu titik, yang awal dan akhirnya sama. Lalu bagaimana menentukan titik awal yang benar?
FILSAFAT ILMU = merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu. Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, pertanyaan ontologis, yang meliputi: obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan?
Spekulatif. Hal yang penting adalah bahwa dalam prosesnya, dalam analisis maupun pembuktiannya kita dapat memisahkan spekulasi mana yang dapat diandalkan dan mana yang tidak. Tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan. Apakah yang disebut logis? Apakah yang disebut benar? Apakah yang disebut sahih? Apakah alam ini teratur atau kacau? Apakah hidup ini bertujuan atau absurd? Adakah hukum yang mengatur alam dan segenap satwa kehidupan? Sekarang kita sadar bahwa semua pengetahuan yang ada sekarang dimulai dengan spekulasi. Dari serangkaian spekulasi ini kita dapat memilih buah pikiran yang dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari penjelajahan pengetahuan. Tanpa menetapkan kriteria tentang apa yang disebut benar, maka tidak mungkin pengetahuan lain dikembangkan atas dasar kebenaran. Tanpa menetapkan apa yang disebut dengan baik dan buruk, maka tidak mungkin kita bicara tentang moral.
Kedua, pertanyaan epistemologis, yang meliputi: Bagaimana proses memperoleh ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita memperoleh pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu? Apakah kriterianya? Sarana apa yang dapat kita gunakan sebagai alat bantu untuk memperoleh ilmu? Ketiga, pertanyaan aksiologis, yang meliputi: untuk apa ilmu itu digunakan? Bagaimana kaitan antara pemanfaatan ilmu dengan kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan moral?
2
9/14/2011
Semua pengetahuan, apakah itu ilmu, seni, atau pengetahuan apa saja pada dasarnya mempunyai ketiga landasan tersebut. Yang berbeda adalah materi perwujudannya serta sejauh mana landasan dari ketiga aspek tersebut dikembangkan dan dilaksanakan. Dari semua pengetahuan, maka ilmu merupakan pengetahuan yang aspek ontologis, epistemologis dan aksiologisnya telah jauh berkembang dibandingkan dengan pengetahuan lainnya dan dilasanakan secara konsekuen dan penuh disiplin. Dari pengertian inilah sebenarnya berkembang pengertian ilmu sebagai disiplin yakni pengetahuan
yang mengembangkan dan melaksanakan aturanaturan mainnya dengan penuh tanggung jawab dan kesungguhan.
Pengetahuan merupakan bahan utama dari ilmu. Selain itu pengetahuan tidak menjawab pertanyaan tentang adanya suatu kenyataan, sebagaimana yang dapat dijawab oleh ilmu. Dengan perkataan lain, pengetahuan hanya menjawab pertanyaan tentang “apa”, sedangkan ilmu dapat menjawab pertanyaan tentang “mengapa” dari kenyataan atau kejadian. Perbedaan antara pengetahuan keilmuan dengan pengetahuan lainnya (misalnya: seni dan agama) dapat dilihat dari upaya untuk mendapatkannya. Dalam upaya mendapatkan pengetahuan dibedakan antara upaya aktif dengan upaya pasif. Upaya aktif adalah upaya melalui penalaran, pikiran dan perasaan. Sedangkan upaya pasif
Ilmu dan Pengetahuan Ilmu adalah pengetahuan, tetapi tidak semua pengetahuan adalah ilmu. Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungkan atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau dengan pikiran lain berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas (sebab-akibat) yang hakiki dan universal.
Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang menjelaskan kausalitas (hubungan sebab-akibat) dari suatu obyek menurut metode-metode tertentu yang merupakan suatu kesatuan sistematis.
Kesimpulan yang diperoleh dari penalaran bersifat logis dan analitis. Sedangkan yang diperoleh dari perasaan, keyakinan, atau kepercayaan tidak bersifat logis dan analitis. Dari hasil penalaran logis dan analitis diperoleh pengetahuan yang disebut ilmu. Sedangkan dari perasaan, keyakinan dan kepercayaan disebut pengetahuan seni dan agama.
adalah upaya melalui keyakinan dan kepercayaan.
3
9/14/2011
Sifat dan Asumsi Dasar Ilmu Ilmu memiliki sifat sebagai berikut: a) ilmu menjelajah dunia empirik tanpa batas, sejauh yang dapat ditangkap oleh panca indera (dan indera yang lain); b) tingkat kebenaran yang dicapai ilmu relatif atau tidak sampai pada kebenaran mutlak; c) ilmu menentukan proposisi-proposisi (hubungan sebab-akibat) yang teruji secara empirik.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, ilmu memiliki asumsi dasar sebagai berikut: a) dunia ini ada (manipulable); b) fenomena yang ditangkap oleh indera manusia itu berhubungan satu sama lain; c) percaya akan kemampuan indera yang menangkap fenomena tersebut. Selain itu, ilmu merupakan belief system, artinya ilmu itu kebenarannya didasarkan atas keyakinan atau kepercayaan, meskipun kebenarannya bersifat relatif. Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat sistematis, yang mempunyai unsur-unsur fungsional, yang terdiri dari: merumuskan masalah, mengamati dan mendeskripsi, menjelaskan, meramalkan dan mengontrol gejala-gejala yang ada di alam semesta ini.
c)
Komponen Pembangun Ilmu Komponen ilmu yang hakiki adalah fakta dan teori. Selain itu ada komponen yang lain yang disebut fenomena dan konsep. Fenomena (gejala atau kejadian) yang ditangkap indera manusia (karena dijadikan masalah yang ingin diketahui) diabstraksikan melalui konsep-konsep. Konsep adalah simbol-simbol yang mengandung pengertian singkat dari fenomena. Dengan kata lain, konsep adalah penyederhanaan dari fenomena. Konsep yang semakin mendasar akan sampai pada variabel-variabel. Variabel adalah suatu sifat atau jumlah yang mempunyai nilai “kategorial” baik kualitatif maupun kuantitatif. Makin berkembang suatu ilmu makin berkembang pula konsep-konsepnya untuk sampai pada variabel-variabel dasar tersebut.
Melalui penelaahan yang terus menerus ilmu itu akan sampai pada hubungan-hubungan (relationship) yang akan merupakan hasil akhir dari ilmu itu. Hubungan yang telah ditemukan dan ditunjang oleh data empirik disebut fakta. Ilmu menunjukkan fakta-fakta, sedangkan jalinan fakta-fakta keseluruhan disebut teori. Lebih jelasnya, teori adalah jalinan fakta-fakta menurut “meaningfullconstruct”. Ini berarti bahwa teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proposisi-proposisi yang berhubungan satu sama lain, yang menunjukkan fenomena secara sistematis, dan bertujuan untuk menjelaskan (explanation) dan meramalkan (prediction) fenomena-fenomena itu.
Dengan demikian jelas bahwa teori itu bukan suatu spekulasi melainkan suatu konstruksi yang jelas, yang dibangun atas jalinan faktafakta.
4
9/14/2011
KONSEP Konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok, atau individu tertentu. Contoh: Migrasi, adalah konsep yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari perilaku mobilitas tertentu manusia. Peranan konsep dalam penelitian sangat besar, karena konsep menghubungkan antara dunia teori dan dunia observasi, antara abstraksi dengan realitas. Dalam penelitian sosial peranan konsep menjadi sangat penting karena “realitas” sosial yang menjadi perhatian ilmu sosial banyak yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera manusia sehingga sering timbul masalah dalam pengukuran konsep tersebut. Untuk itu konsep perlu didefinisikan secara tepat sehingga tidak terjadi kesalahan pengukuran. Dalam penelitian ditemukan dua jenis konsep, yaitu: (1) Konsep yang jelas hubungannya dengan fakta atau realitas yang diwakili disebut dengan konsep konkrit atau konsep observable. Contoh: gedung, bangku, meja, kursi, lemari, dsb.
PROPOSISI Proposisi adalah hubungan yang logis antara dua konsep. Proposisi tidak mempunyai format tertentu. Biasanya disajikan dalam bentuk suatu kalimat pernyataan yang menunjukkan hubungan antara dua konsep atau lbh. Dalam penelitian sosial dikenal dua tipe proposisi, yaitu: aksioma dan teorem. Aksioma atau postulat adalah proposisi yang kebenarannya tidak dipertanyakan lagi oleh si peneliti sehingga tidak perlu diuji dalam penelitian. Sedangkan teorem adalah proposisi yang dideduksikan dari aksioma.
(2) Konsep yang lebih abstrak atu kabur hubungannya dengan fakta atau realitas yang diwakili, disebut dengan konsep abstrak. Contoh: sikap, kekerabatan, birokrasi, dsb.
Contoh aksioma atau postulat: perilaku manusia adalah fungsi dari kepentingannya - perilaku manusia selalu terikat pada norma sosial - manusia membuat keputusan secara rasional Contoh proposisi: perilaku fertilitas suami isteri dipengaruhi oleh norma yang mereka pegang tentang keluarga kecil - perilaku fertilitas suami isteri dipengaruhi oleh persepsi mereka tentang manfaat ekonomis anak - perilaku fertilitas dipengaruhi oleh status ekonomi suami isteri Contoh teorem: - status sosial ekonomi suami isteri menentukan persepsi mereka tentang manfaat ekonomis anak - status sosial ekonomi suami isteri menentukan persepsi mereka tentang sikap kelompok panutan terhadap pemakaian alat kontrasepsi modern norma-norma keluarga kecil yang dianut suami isteri adalah fungsi dari status sosial ekonominya
TEORI Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antarkonsep.
Berdasarkan definisi ini, teori mengandung tiga aspek, yaitu: (1) teori adalah serangkaian proposisi antar konsep-konsep yang saling berhubungan; (2) teori menerangkan secara sistematis suatu fenomena dengan cara menentukan hubungan antarkonsep; 3) teori menerangkan fenomena tertentu dengan cara menentu-kan konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk hubungannya.
5
9/14/2011
Peranan fakta dalam formulasi dan penjelasan teori adalah sebagai berikut: 1) Fakta memulai teori. Teori berpijak dari fakta hasil penemuan
Peranan teori dalam pengembangan ilmu:
(discovery), kadang-kadang dari hasil penemuan yang tidak disengaja atau secara kebetulan (serendipity pattern). Penemuan-penemuan ini mengembangkan teori.
1. Teori sebagai orientasi Memberikan orientasi kepada para ilmuwan, sehingga dengan teori tersebut dapat mempersempit cakupan yang akan ditelaah, sedemikian rupa sehingga dapat menentukan fakta-fakta mana yang diperlukan.
2)
Fakta menolak dan mereformulasikan teori yang telah ada. Bila ada fakta yang belum terjelaskan oleh teori, kita dapat menolak atau mereformulasikan teori tersebut sedemikian rupa sehingga dapat menjelaskan fakta tersebut.
2. Teori sebagai konseptual dan klasifikasi Dapat memberikan petunjuk tentang kejelasan hubungan di antara konsep-konsep atas dasar klasifikasi tertentu.
3)
Facts redefine and clarify theory. Fakta-fakta dapat mendefinisikan kembali atau memperjelas definisi-definisi yang ada dalam teori.
3. Teori sebagai generalisasi (summarizing) Memberikan rangkuman terhadap generalisasi empirik dan antar-hubungan dari berbagai proposisi (teorema, yaitu kesimpulan umum yang didasarkan pada asumsi tertentu, baik yg akan diuji maupun yang telah diterima).
4)
4. Teori sebagai peramal fakta
5.
Yang dimaksud dengan meramal adalah berpikir deduktif dengan konsekuensi-konsekuensi logis (baik menurut waktu maupun tempat). Jadi, teori membuat prediksi tentang adanya fakta, dengan cara membuat “ekstrapolasi” dari yang sudah diketahui pada yang belum diketahui.
Metode Ilmiah Metode adalah suatu prosedur untuk mengetahui sesuatu melalui langkah-langkah yang sistematis.
Theory points to gaps in our knowledge Teori menunjukkan adanya kesenjangan dalam pengetahuan kita, dan dengan demikian memberikan kesempatan kepada kita untuk menutup kesenjangan tersebut dengan melengkapi, menjelaskan dan mempertajamnya.
Garis besar langkah-langkah sistematis tersebut adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan dan mengidentifikasikan masalah; 2) Menyusun kerangka pikiran (logical construct); 3) Merumuskan hipotesis; 4) Menguji hipotesis secara empirik; 5) Melakukan pembahasan; 6) Menarik kesimpulan.
Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematis untuk memperoleh pengetahuan ilmiah atau ilmu.
6
9/14/2011
Tiga langkah pertama merupakan metode penelitian, sedangkan langkah selanjutnya merupakan teknik penelitian. Metode penelitian adalah prosedur atau langkah-langkah teratur yang sistematis dalam menghimpun pengetahuan untuk dijadikan ilmu. Sedangkan teknik penelitian menyangkut cara dan alat (temasuk kemahiran membuat dan menggunakannya) yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian itu. Dengan kata lain, teknik penelitian menyangkut bagaimana caranya dan alat penelitian apa yang diperlukan untuk membangun ilmu melalui penelitian.
Menyusun Kerangka Pikiran Mengalirkan jalan pikiran menurut kerangka yang logis atau “logical construct”. Hal ini berarti meletakkan masalah yang diteliti ke dalam kerangka teoretis yang relevan dan mampu menerangkan dan menunjukkan perspektif terhadap masalah itu. Upayanya ditujukan untuk menjawab atau menerangkan pertanyaan penelitian yang telah diidentifikasikan melalui penalaran deduktif.
Merumuskan dan Mengidentifikasikan Masalah Menetapkan apa yang dijadikan masalah dan apa obyeknya. Sedangkan mengidentifikasikan masalah dilakukan dengan mengajukan pertanyaan penelitian secara spesifik. Cara yang paling sederhana untuk menentukan pertanyaan penelitian adalah melalui data sekunder, yang berujud beberapa kemungkinan sebagai berikut:
(1) melihat suatu proses dari perwujudan teori; (2) melihat “linkage” dari proposisi suatu teori, kemudian bermaksud memperbaikinya; (3) mempertanyakan keberlakuan suatu dalil atau model tertentu; dan (4) melihat tingkat informative value dari teori yang telah ada, kemudian bermakusd meningkatkannya.
Beberapa syarat logika yang harus terkandung dalam hipotesis: 1) dapat menejlaskan kenyataan yang menjadi masalah dan dasar hipotesis itu; 2) mengandung sesuatu yang mungkin; 3) dapat mencari hubungan kausal dengan argumentasi yang tepat; 4) dapat diuji, baik kebenarannya maupun kesalahannya.
7
9/14/2011
Macam-macam hipotesis: 1) Hipotesis Deskriptif: hipotesis “lukisan”, menunjukkan dugaan sementara tentang bagaimana (how) benda-benda, peristiwa atau variabel-variabel terjadi. 2) Hipotesis Argumentasi, hipotesis “penjelasan”, menunjukkan dugaan sementara tentang mengapa (why) benda-benda, peristiwa, atau variabel terjadi. Pernyataan diatur secara sistematis, sehingga salah satu pernyataan merupakan kesimpulan (konsekuen) dari pernyataan lainnya (antiseden). 3) Hipotesis Kerja, hipotesis yang meramalkan atau menjelaskan akibat-akibat dari suatu variabel yang menjadi penyebabnya. Jadi, hipotesis ini menjelaskan jika suatu variabel berubah maka variabel lain berubah pula. 4) Hipotesis Nol, hipotesis “statistik”, bertujuan memeriksa ketidakbenaran suatu dalil/teori, yang selanjutnya akan ditolak melalui bukti-bukti yang sah.
John Stuart Mills mengajukan tiga metode untuk mengetahui faktor penyebab timbulnya suatu akibat, yaitu: 1)
Method of Agreement: jika dalam dua atau lebih peristiwa, pada suatu fenomena timbul satu (dan hanya satu) kondisi yang terjadi, maka kondisi itu dapat disimpulkan sebagai penyebab dari terjadinya fenomena tersebut. 2) Method of Difference: dalam dua peristiwa terdapat perbedaan dalam rangkaian (unsurnya) dan fenomena terjadinya. Jika serangkaian peristiwanya sama kecuali dalam satu faktor dimana peristiwa yang satu tidak memilikinya dan tidak menimbulkan fenomena, maka fenomena yang terjadi itu disebabkan oleh faktor yang memiliki peristiwanya. 3) Method of Concomitant Variation: jika telah diketahui adanya faktor-faktor tertentu dalam peristiwa yang menimbulkan bagian-bagian tertentu suatu fenomena, maka bagian-bagian lain dari fenomena ini adalah akibat dari faktor selebihnya yang terdapat dalam peristiwa itu.
Menguji Hipotesis: membandingkan atau menyesuaikan antara segala yang terkandung dalam hipotesis dengan data empirik. Perbandingan ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa di alam ini suatu peristiwa mungkin tidak terjadi secara tersendiri, dengan kata lain bahwa suatu sebab mungkin akan menimbulkan beberapa akibat, atau mungkin pula suatu akibat ditimbulkan oleh beberapa penyebab.
Membahas dan Menarik Kesimpulan Pembahasan adalah mencocokkan deduksi dalam kerangka pikiran dengan induksi dari empirik (hasil pengujian hipotesis), atau dengan induksi yang diperoleh orang lain (hasil penelitian sebelumnya) yang relevan. Dalam pembahasan, termasuk interpretasi, titik perhatian kita tertuju pada dua hal: (1) pada kerangka pikiran (logical construct) yang telah disusun; dan (2) mengaitkan dengan variabel-variabel dari topik aktual.
Hasil pembahasan adalah kesimpulan. Kesimpulan ini harus merupakan jawaban terhadap pertanyaan penelitian, atau sebagai bukti dari hipotesis yang diajukan.
8
9/14/2011
Berpikir Induktif Berpikir induktif dimulai dari hal-hal yang khusus (particular) yang terpikirkan sebagai kelas dari suatu fenomena, menuju pada generalisasi. Prinsip berpikir induktif adalah: “Jika sejumlah besar A (fakta-fakta dari suatu fenomena) diamati pada variasi kondisi yang luas, dan ternyata semua A yang diamati itu menunjukkan adanya sifat B, maka semua A (termasuk yang tidak diamati) akan memiliki sifat B pula”. Secara umum dikatakan: “Semua A memiliki sifat B”.
Dalam hal memperluas variasi kondisi, Francis Bacon mengajukan tiga prinsip: a) Pencatatan ciri-ciri positif, yaitu mengenai apa yang terjadi dalam suatu kondisi; b) Pencatatan ciri-ciri negatif, yaitu pencatatan pada kondisi mana suatu kejadian tidak timbul; c) Pencatatan variasi kondisi, yaitu pencatatan ada tidaknya perubahan ciri-ciri pada kondisi yang berubah-ubah. Melalui pencatatan tersebut dapat ditetapkan ciri-ciri atau sifat-sifat yang harus ada, yang tidak dapat dipisahkan dari suatu fenomena.
Dari prinsip tersebut dapat dikatakan bahwa makin besar A yang diamati (idealnya semua A pada fenomena) dan makin luas variasi kondisi dimana pengamatan itu dilakukan, maka akan semakin mantap hukum/dalil/teori yang dibangunnya. Namun induksi lengkap (completely induction) seperti itu sulit dilakukan. Karena itu ilmuwan sering melakukan induksi tidak lengkap (incompletely induction) yang disebut “sample study”. Atas dasar inilah maka peneliti tidak bersikeras berkeyakinan bahwa hasil penelitiannya berlaku mutlak untuk generalisasi populasinya, melainkan hanya berlaku pada taraf tertentu saja.
Berpikir Deduktif Alur berpikir dimulai dari hal-hal yang umum ke halhal yang khusus (particular). Prinsip dasarnya adalah: “Segala yang dipandang benar pada semua peristiwa dalam satu kelas atau jenis, berlaku pula sebagai hal yang benar pada semua peristiwa yang terjadi pada hal yang khusus, asal hal yang khusus tersebut benar-benar merupakan bagian atau unsur dari hal yang umum itu”. Penalaran deduktif biasanya menggunakan silogisme dalam menarik kesimpulan. Silogisme adalah argumentasi yang terdiri dari tiga proposisi, yaitu premis major, premis minor, dan konklusi/konsekuen/ kesimpulan.
9
9/14/2011
Premis major adalah proposisi yang bersifat umum (general) berupa teori, hukum, atau dalil dari suatu ilmu. Premis minor adalah proposisi yang disusun dari fenomena khusus yang ditangkap indera, yaitu yang ingin diketahui. Konklusi adalah jawaban logis dari premis minor. Contoh: Proposisi 1 (Pmj) : semua logam yang dipanaskan akan memuai Proposisi 2 (Pmn) : besi adalah logam Proposisi 3 (K) : jika besi dipanaskan, maka akan memuai
Secara logika kelemahan-kelemahan yang disebutkan oleh hal-hal tersebut, terwujud dalam dua macam kesalahan silogismik, yaitu: kesalahan isi (material) dan kesalahan bentuk (formal). Kesalahan isi adalah kesalahan materi dan premis-premisnya, meskipun salah satu peremisnya benar, maka kesimpulannya akan salah. Sedangkan yang dimaksud kesalahan bentuk (formal) adalah kesalahan jalannya deduksi, meskipun materi (isi) pada premis major dan premis minor benar, tetapi karena jalannya salah maka konklusi/kesimpulan akan salah.
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam penalaran deduktif untuk memperoleh tingkat kebenaran yang lebih tinggi adalah sebagai berikut: 1. Kesulitan untuk menentukan generalisasi (teori/hukum/dalil) yang akan dijadikan premis major 2. Kesulitan untuk merumuskan proposisi faktual dari fenomena untuk menentukan premis minornya. 3. Persoalan konsepsi, yaitu mengkaji konsep-konsep yang membangun proposisi (baik sebagai premis major maupun premis minor). Misalnya: apa yang disebut konsep logam, konsep besi, konsep pemanasan, konsep memuai, dan sebagainya. 4. Persoalan “judgment”, yaitu menentukan kebenaran hubungan antara suatu konsep dengan konsep lainnya pada setiap proposisi. 5. Bagaimana memberikan “reasoning” (argumentasi) terhadap duduk persoalan premis minor dan premis major. Misalnya, bagaimana argumentasi bahwa besi itu bagian dari logam, dan sebagainya.
Contoh Kesalahan Isi (Materi): PMj : Kedinamisan kelembagaan sosial ditentukan oleh kepemipinan pemimpinnya …………………….. (B) PMn: Perguruan tinggi tidak termasuk kelembagaan sosial (S)
K
: Kedinamisan Perguruan Tinggi tidak ditentukan oleh kepemimpinan pemimpinnya (S)
CContoh Kesalahan Bentuk (Formal): PMj: Semua kera bermata dua (B) PMn: Semua wanita bermata dua (B) K : Maka wanita adalah ……………………… (S)
10
9/14/2011
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penalaran deduktif merupakan hasil pemikiran logis atau ratio, yang pada umumnya tidak membuat seseorang puas. Karena itu kesimpulan deduktif dianggap sebagai kesimpulan sementara (tentatif) atau sebagai dugaan (hipotesis). Untuk meyakinkan akan kebenarannya perlu memperoleh pengujian (verifikasi) yaitu membandingkannya atau menyesuaikannya dengan keadaan empirik melalui proses penalaran induktif. Itulah sebabnya para ilmuwan modern dewasa ini sering mondar-mandir dari kutub deduktif ke induktif.
11