ESENSI, Volume 12 No.1/2009 ANALISA PENGARUH INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH – US DOLLAR TAHUN 2005 - 2007. Albert Budiyanto Institut Bisnis Nusantara Jl. D.I. Panjaitan Kav.24 Jakarta 13340 (0210 8564932 ABSTRAK As we know that exchange rate between Rupiah toward US Dollar during several years have fluctuated and depresiated. This is caused by inflation and inflasi dan tingkat suku bunga SBI. In this research have aim to know about the effect of inflation and SBI toward exchange rate between Rupiah toward US Dollar in year 2005 until 2007. The result of this research that exchange rate between Rupiah toward US Dollar will depend on how big the changes of inflation and SBI. Based on calculation, determination coefisien is 0,172. This value explaned that change of exchange rate between Rupiah toward US Dollar was influenced by inflation and SBI is 17,2 % and the rest is 82,8 % was influenced by another factor 1 PENDAHULUAN Salah satu ciri era globalisasi yang utama adalah arus uang dan arus modal dalam bentuk valas antara berbagai pusat keuangan diberbagai negara yang semakin besar dan cepat. Aliran valas yang besar dan cepat untuk memenuhi tuntutan perdagangan, investasi, dan spekulasi dari suatu tempat yang surplus ke tempat yang defisit dapat terjadi karena adanya beberapa faktor yang berbeda sehingga mempengaruhi dan menimbulkan perbedaan kurs valas (forex rate ) masing-masing negara. Bank Indonesia sebagai bank sentral, mempunyai satu tujuan tunggal yaitu mencapai dan menjaga kestabilan nilai Rupiah. Hal ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai rupiah tehadap barang dan jasa yang tercermin pada laju inflasi, serta kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain yang tercermin pada perkembangan nilai tukar. Apabila nilai tukar rupiah cenderung anjlok maka akan mengakibatkan inflasi. Dalam usaha menghambat melemahnya rupiah dan menekan angka inflasi yang sangat tinggi, pemerintah menerapkan kebijakan moneter yang sangat ketat, yaitu dilakukan suatu penghematan besar-besaran terhadap pengeluaran pemerintah dan juga mengurangi jumlah uang yang beredar. Dalam merumuskan dan menerapkan kebijakan moneter tersebut, Bank Indonesia akan selalu melakukan analisis dan mempertimbangkan berbagai indikator ekonomi, khususnya prakiraan inflasi, pertumbuhan ekonomi, besaranbesaran moneter dan perkembangan sektor ekonomi dan keuangan secara keseluruhan. Demikian pula, Bank Indonesia akan selalu dan terus memperhatikan langkah-langkah kebijakan ekonomi yang ditempuh Pemerintah. Langkah-langkah koordinasi kebijakan yang selama ini telah berlangsung baik akan terus diperkuat dan ditingkatkan. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 - 1998 mengakibatkan perekonomian mengalami ketidakstabilan dan fase yang buruk sepanjang sejarah. Ketidakstabilan tersebut ditandai dengan tingginya tingkat suku bunga, tingginya inflasi, perekonomian yang anjlok, meningkatnya jumlah pengangguran, dan indikator ekonomi lainnya. Bernard E.Silaban dan Christian “Profil Persaingan dan .................” 16
ESENSI, Volume 12 No.1/2009 Masalah-masalah di atas memberi pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung kepada fluktuasi Dollar Amerika. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar mata uang asing adalah inflasi relatif, tingkat pendapatan relatif, kebijakan pemerintah dan ekspektasi pasar. Berdasarkan uraian diatas maka di ambil judul “Analisis Pengaruh Inflasi dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Nilai Tukar Rupiah – US Dollar tahun 2005 2007”. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Definisi Uang Menurut Ekonomi tradisional : setiap alat tukar yang dapat diterima secara umum, alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat diterima oleh masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Menurut Ekonomi modern : sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang dan jasa serta kekayaan berharga lainnya dan untuk pembayaran utang. Pengertian secara luas : sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tetentu atau sebagai alat pembayaran utang dan alat tukar untuk pembelian barang dan jasa. Kasmir, hal 11 [ 6 ]. 2.1.1 Jenis – Jenis Uang 1. Uang Menurut Bahan Pembuatannya a. Uang Logam Uang yang terbuat dari logam, biasanya dari emas atau perak karena kedua logam itu memiliki nilai yang cenderung tinggi dan stabil, tidak mudah hancur, dan tahan lama. Uang logam mempunyai 3 macam nilai, yaitu : Nilai Intrinsik : nilai bahan untuk membuat uang, misalnya berupa nilai emas dan perak yang digunakan untuk mata uang. Nilai Nominal : nilai yang tercantum pada mata uang atau cap harga yang tertera pada mata uang. Nilai Tukar : kemampuan uang untuk dapat ditukarkan dengan suatu barang ( daya beli uang ). b. Uang Kertas Uang yang terbuat dari kertas dengan gambar dan cap tertentu dan merupakan alat pembayaran yang sah menurut penjelasan Undang-Undang no 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, uang kertas adalah uang dalam bentuk lembaran yang terbuat dari bahan kertas atau bahan lainnya ( yang menyerupai kertas ). 2. Uang Menurut Nilainya a. Uang Penuh : nilai yang tertera di atas uang tersebut sama dengan bahan yang digunakan. Nilai nominal yang tercantum sama dengan nilai intrinsik yang terkandung dalam uang tersebut. Jika terbuat dari emas, maka nilainya sama dengan nilai emas yang dikandungnya. b. Uang Tanda : nilai yang tertera di atas uang lebih tinggi dari nilai bahan yang yang digunakan untuk membuat uang atau dengan kata lain nilai nominal lebih besar dari nilai intrinsik uang tersebut. 3. Uang Menurut Lembaga Penerbitan a. Uang Kartal : alat bayar yang sah dan wajib digunakan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi jual-beli sehari-hari. Uang kartal pada awalnya diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia, namun sejak dikeluarkannya UU no 13 tahun 1968 pasal 26 ayat 1, hak mencetak uang dipegang Bank Sentral ( Bank Indonesia ) sebagai satuBernard E.Silaban dan Christian “Profil Persaingan dan .................” 17
ESENSI, Volume 12 No.1/2009 satunya lembaga yang berhak menciptakan uang kartal. Hak untuk menciptakan uang disebut hak oktroi. b. Uang Giral : uang yang dimiliki oleh masyarakat dalam bentuk simpanan (deposito ) yang dapat ditarik sesuai kebutuhan. Untuk menarik uang giral, orang menggunakan cek. 4. Uang Berdasarkan Kawasan Berlakunya a. Uang Lokal : uang yang berlaku disuatu negara tertentu saja, contohnya Rupiah di Indonesia. b. Uang Regional : uang yang berlaku dikawasan tertentu yang lebih luas dari uang lokal, contohnya kawasan benua Eropa berlaku mata uang tunggal EURO. c. Uang Internasional : uang yang berlaku antar negara seperti US Dollar dan menjadi standar pembayaran internasional. 2.1.2 Teori Nilai Uang a. Teori Uang Statis : teori uang yang tidak mempersoalkan perubahan nilai yang di akibatkan oleh perkembangan ekonomi. Yang termasuk teori uang statis, yaitu : Teori Metalisme Uang bersifat seperti barang, nilainya tidak dibuat-buat melainkan sama dengan nilai logam yang dijadikan uang itu. Toeri Konvensi Uang dibentuk atas dasar pemufakatan masyarakat untuk mempermudah pertukaran. Teori Nasionalisme Uang diterima berdasarkan nilaidaya belinya. Teori Negara Uang bernilai karena adanya kepastian dari negara berupa Undang-Undang pembayaran yang disahkan. b. Teori Uang Dinamis : teori uang yang mempersoalkan sebab terjadinya perubahan dalam nilai uang. Yang termasuk teori uang dinamis, yaitu : Teori Kuantitas Menyatakan bahwa kuat atau lemahnya nilai uang sangat tergantung pada jumlah uang yang beredar. Apabila jumlah uang berubah menjadi dua kali lipat, maka nilai uang akan menurun menjadi setengah dari semula, dan sebaliknya ( David Ricardo ). Kecepatan peredaran uang, barang, dan jasa sebagai faktor yang mempengaruhi nilai uang ( Irving Fisher ). Teori Persediaan Kas Teori ini dilihat dari jumlah uang yang tidak dibelikan barang-barang. Teori Ongkos Produksi Menyatakan bahwa nilai uang dalam peredaran yang berasal dari logam dan uang itu dapat dipandang sebagai barang. 2.1.3 Fungsi Uang Beberapa fungsi uang, yaitu : 1. Sebagai alat tukar : uang dapat mempermudah pertukaran. Orang yang ingin melakukan pertukaran tidak perlu menukarkan dengan barang, tapi cukup menggunakan uang sebagai alat tukar. 2. Sebagai satuan hitung : uang dapat digunakan untuk menunjukkan nilai berbagai macam barang atau jasa yang diperjual-belikan, menunjukkan besarnya kekayaan dan menghitung besar-kecilnya pinjaman Uang berperan untuk memperlancar pertukaran Bernard E.Silaban dan Christian “Profil Persaingan dan .................” 18
ESENSI, Volume 12 No.1/2009 3. Sebagai alat penyimpan nilai : uang dapat digunakan untuk mengalihkan daya beli dari masa sekarang ke masa akan datang. Ketika seorang penjual saat ini menerima uang sebagai pembayaran atas barang yang dijualnya, maka ia dapat menyimpan uang tersebut untuk membeli barang di masa mendatang. 4. Sebagai fungsi turunan : uang sebagai alat pembayaran, sebagai alat pembayaran utang, sebagai alat penimbun atau pemindah kekayaan, dan alat untuk meningkatkan status sosial. 2.2 Valuta Asing Valas atau Foreign exchange ( forex ) atau Foreign Currency di artikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi dan keuangan internasional / luar negeri dan biasanya mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral. Hamdy Hadi, hal 15 [ 1 ] Jenis valuta asing : 1. Hard Currency : yaitu mata uang yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional. Nilainya relatif stabil dan sering mengalami apresiasi (kenaikan ) nilai dibanding mata uang lainnya. Mata uang yang kuat dijadikan tolak ukur atau patokan untuk mata uang lainnya ( negara maju ). Contoh : Dollar Amerika, Poundsterling Inggris. 2. Soft Currency : yaitu mata uang yang lemah dan jarang digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional. Nilai tidak stabil dan sering mengalami depresiasi (penurunan ) nilai dibanding mata uang lainnya. Mata uang yang lemah atau tidak stabil dan tidak bisa dijadikan tolak ukur mata uang lainnya ( negara sedang berkembang ). Contoh : Rupiah Indonesia, Rupe India. 2.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Valuta Asing 1. Supply dan Demand Foreign Currency Valas atau forex sebagai benda ekonomi mempunyai permintaan dan penawaran pada bursa valas. penawaran / supply valas akan ditentukan oleh : a. Ekspor barang dan jasa yang menghasilkan valas. b. Impor modal ( Capital Import ) dan transfer valas lainnya dari luar negeri ke dalam negeri. Permintaan / demand valas akan ditentukan oleh : a. Impor barang dan jasa yang memerlukan valas. b. Ekspor modal ( Capital Export ) dan transfer valas lainnya dari dalam negeri ke luar negeri. 2. Posisi Balance Of Payment ( BOP ) BOP atau neraca pembayaran internasional adalah suatu catatan yang disusun secara sistematis tentang semua transaksi ekonomi internasional yang meliputi perdagangan, keuangan, dan moneter antara penduduk suatu negara dan penduduk luar negeri untuk suatu periode tertentu. Catatan transaksi internasional yang terdiri atas ekspor dan impor barang, jasa, dan modal pada suatu periode tertentu akan menghasilkan suatu posisi saldo positif ( surplus ) atau negatif ( defisit ). 3. Tingkat Inflasi Jika inflasi disuatu negara meningkat, misalnya di Amerika mencapai 5% sedang di Jepang hanya 1% dan barang-barang yang dijual di Jepang dan Amerika relatif sama dapat bersubstitusi. Dalam keadaan demikian, harga Bernard E.Silaban dan Christian “Profil Persaingan dan .................” 19
ESENSI, Volume 12 No.1/2009 barang di Amerika akan lebih lebih mahal dibanding di Jepang. Sehingga impor Amerika dari Jepang akan meningkat. Dipihak lain, kenaikan harga barang di Amerika akan mengurangi impor Jepang dari Amerika sehingga permintaan akan USD justru menurun. Perkembangan tingkat inflasi itu dapat mempengaruhi permintaan dan penawaran valas. 4. Tingkat Bunga Permintaan dana yang cukup besar oleh suatu negara misalnya Indonesia, maka pemerintah Indonesia akan menaikkan tingkat bunganya untuk menarik modal luar negeri ke Indonesia, terutama dari Amerika. Banyaknya valas dalam bentuk USD yang masuk ke Indonesia akan menyebabkan peningkatan permintaan Rupiah dan penawaran USD sehingga mempengaruhi kurs Rupiah. 5. Tingkat Pendapatan Seandainya kenaikan tingkat pendapatan masyarakat di Indonesia tinggi sedang kenaikan jumlah barang yang tersedia relatif kecil tentu impor barang akan meningkat. Peningkatan impor ini akan membawa efek kepada peningkatan demand valas yang pada gilirannya akan mempengaruhi kurs valas. 6. Pengawasan Pemerintah Faktor pengawasan pemerintah yang biasanya dijalankan dalam berbagai bentuk kebijakan moneter, fiskal, dan perdagangan luar negeri untuk tujuan tertentu mempunyai pengaruh terhadap kurs valas. Misalnya, pengawasan lalu lintas devisa, pengetatan uang beredar, kenaikan tingkat bunga, dan sebagainya. Kebijakan pemerintah tersebut pada umumnya akan berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran valas yang pada akhirnya akan berpengaruh pula terhadap kurs valas. 2.3 Inflasi Inflasi adalah proses naiknya harga-harga secara umum dan terjadi terus menerus ( kenaikan mengakibatkan kepada kenaikan harga barang-barang lainnya ). 2.3.1 Macam Inflasi / Penggolongan Inflasi 1. Berdasarkan tinggi rendahnya. Pratama Rahardja, Hal 32 [ 3 ] a. Inflasi ringan ≤ 10 % pertahun b. Inflasi sedang 11-30 % pertahun c. Inflasi tinggi 31-100 % pertahun d. Hiper inflasi > 100 % pertahun 2. Berdasarkan Sumbernya a. Inflasi Tarikan Permintaan ( Demand Full Inflation ) Meningkatnya permintaan tidak disertai dengan meningkatnya penawaran (penawaran tetap ). Inflasi yang disebabkan adanya kenaikan permintaan total ( agregat demand ) sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh ( produksi telah berada pada keadaan maksimum ) b. Inflasi Desakan Biaya ( Cost Push Inflation ) Inflasi yang disebabkan oleh terjadinya kenaikan biaya produksi ( sebagai akibat dari kenaikan biaya faktor produksi ) akan berdampak terhadap berkurangnya output yang dihasilkan, kenaikan tersebut disebabkan oleh : - Kenaikan upah yang dituntut oleh buruh. - Industri yang monopoli ( kebiasaan menentukan harga tinggi dipasar ). - Kenaikan harga bahan baku. c. Inflasi Campuran Bernard E.Silaban dan Christian “Profil Persaingan dan .................” 20
ESENSI, Volume 12 No.1/2009 Inflasi yang unsur penyebabnya berupa campuran antar inflasi tarikan permintaan dan dorongan biaya. Sekalipun sering terjadi yang mula-mula menimbulkan terjadinya inflasi adalah murni tarikan permintaan atau murni dorongan biaya, namun dapat terjadi setelah gejala mulai terasa dampaknya terhadap perekonomian. 3. Berdasarkan asalnya. a. Domestic Inflation, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri. Contoh : Pemeritah mengalami defisit anggaran belanja kemudian pemerintah mencetak uang baru sehingga jumlah uang yang beredar bertambah ( lebih besar dari kebutuhan ). b. Imported Inflation, yaitu inflasi yang berasal dari luar negeri. Contoh : Negara Indonesia mengimpor bahan baku, apabila harga barang yang di impor itu naik maka biaya produksi juga meningkat yang akhirnya akan menaikkan harga jual barang jadi tersebut. 2.3.2 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Inflasi Faktor ekonomi dan non ekonomi yang menyebabkan inflasi di Indonesia antara lain sebagai berikut : 1. Adanya peningkatan jumlah uang beredar, yang disebabkan oleh : a. Kenaikan harga migas di luar negeri. b. Meningkatnya bantuan luar negeri. c. Masuknya modal asing ( investasi ). d. Meningkatnya anggaran pemerintah. 2. Adanya tekanan pada tingkat harga umum, yang disebabkan oleh : a. Penurunan produksi pangan akibat bencana alam. b. Peningkatan harga komoditi umum secara mencolok. c. Kenaikan harga BBM yang diluar batas. d. Kenaikan tarif listrik. 3. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang disebabkan oleh : a. Lonjakan inflasi setelah dikeluarkan kebijakan devaluasi. b. Pungutan-pungutan yang dikenakan dalam perjalanan lalu lintas barang dan mobilitas tenaga kerja. c. Kebijakan tingkat upah minimum regional. 4. Perubahan selera masyarakat dan tindakan spekulatif lainnya, yang disebabkan oleh : a. Pemberian bonus THR mendekati Hari Raya dan pemberian bonus prestasi kerja perusahaan. b. Perkembangan pusat perbelanjaan yang ekspansif dengan mematikan fungsi keberadaan pasar tradisional dilokasi tertentu. 2.4 Suku Bunga Pengertian tingkat bunga, yaitu : 1. Tingkat bunga adalah harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. 2. Tingkat bunga adalah harga yang dibayar bila terjadi pertukaran antara satu rupiah sekarang dengan satu rupiah nanti. Boediono, hal 76 [ 4 ] 2.4.1 Teori Tingkat Bunga 1. Teori Tingkat Bunga Klasik ( Loanable Funds ) Menurut teori klasik, tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga dimana pergerakan tingkat bunga pada perekonomian akan mempengaruhi tabungan ( S ) yang terjadi. Jadi, tingkat bunga menurut teori klasik adalah balas jasa yang diterima seseorang karena menabung atau menunda konsumsinya. Bernard E.Silaban dan Christian “Profil Persaingan dan .................” 21
ESENSI, Volume 12 No.1/2009 Bunga adalah harga dari penggunaan Loanable Funds atau harga yang terjadi dipasar dana investasi dalam suatu periode tertentu. Investasi merupakan fungsi tingkat bunga, semakin tinggi tingkat suku bunga, semakin kecil keinginan masyarakat untuk mengadakan investasi. 2. Teori Tingkat Bunga Keynes ( Liquidity Preference ) Menurut Keynes, tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang. Ada 3 motif orang memegang uang, yaitu : a. Motif transaksi. b. Motif berjaga-jaga. c. Motif spekulasi. Ketiga motif tersebut menimbulkan permintaan akan uang ( liquidity preference ), karena menginginkan tetap liquid untuk memenuhi ketiga motif tersebut. Keynes menekankan hubungan langsung antara tingkat bunga yang harus dibayar dengan unsur permintaan uang. Permintaan akan uang tinggi bila tingkat bunga rendah dan sebaliknya. Tingkat bunga keseimbangan bila permintaan akan uang oleh masyarakat sama dengan jumlah uang yang ditawarkan. Tingkat bunga berubah bila terjadi pergeseran jumlah uang yang beredar atau pergeseran permintaan uang. 2.4.2 Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Bunga Dalam Perekonomian a. Pinjaman Penyediaan uang / tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam ( hutang-piutang ) antara satu pihak dengan pihak lain yang mewajibkan untuk melunasi hutang setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan / pembagian hasil keuntungan. b. Tabungan Tabungan adalah dana / uang yang dipercaya oleh masyarakat kepada bank dalam bentuk simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati. c. Jumlah uang beredar Jumlah uang beredar adalah semua jenis uang yang beredar dalam perekonomian, yaitu jumlah dari mata uang dalam peredaran yang telah dikeluarkan dan di edarkan oleh bank. Mulia Nasution, hal 293 [ 5 ] 2.3.4 Fungsi Tingkat Bunga Fungsi dan peran penting tingkat bunga adalah : Sawaldjo Puspopranoto, hal 71 [ 6 ] 1. Membantu mengalirnya tabungan berjalan ke arah investasi guna mendukung pertumbuhan perekonomian. 2. Mendistribusikan jumlah kredit yang ada, pada umumnya memberikan dana kredit kepada proyek investasi yang menjanjikan hasil tertinggi. 3. Menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan permintaan akan uang. 4. merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui pengaruhnya terhadap jumlah tabungan dan investasi. 2.3.5 Sertifikat Bank Indonesia SBI adalah harga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto. Pasar Uang Dan Pasar Modal, hal 89 [ 7 ]. Beberapa istilah yang berkaitan dengan instrumen SBI : a. SBI Lelang, yaitu SBI yang dijual lelang kepada bank dan atau pialang yang didasarkan atas target kuantitas dalam rangka pelaksanaan kebijakan pengendalian moneter. Bernard E.Silaban dan Christian “Profil Persaingan dan .................” 22
ESENSI, Volume 12 No.1/2009 b.
SBI Repo, yaitu SBI yang dibeli kembali oleh Bank Indonesia dalam rangka memenuhi kebutuhan likuiditas bank dengan perjanjian bank akan membeli sesuai jangka waktu repo yang telah diperjanjikan. Buletin Ekonomi Dan Perbankan, BI [ 8 ]. 3.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Metode Penelitian Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode penelitian asosiatif yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Bentuk hubungan dalam penelitian ini adalah hubungan kausal atau hubungan sebab akibat dengan pendekatan secara kuantitatif. 3.2 Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah sesuatu hal yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga dapat diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulan. Adapun variabel-variabel yang akan diteliti meliputi : a. Variabel Bebas ( Independent Variable ) Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent ( terikat ). Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah data tingkat inflasi dan suku bunga SBI. b. Variabel Terikat ( Dependent Variable ) Merupakan Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel terikat adalah nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar.
3.3
Populasi dan Sampel Populasi adalah semua obyek yang akan diteliti, sedangkan sampel adalah bagian dari obyek populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah tingkat inflasi, suku bunga SBI, dan kurs Rupiah terhadap US Dollar. Sampel dalam penelitian ini adalah data tingkat inflasi, suku bunga SBI, dan kurs Rupiah terhadap US Dollar periode Januari 2005 sampai dengan Desember 2007. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan dua macam pengumpulan data, yaitu : 1. Data Sekunder Merupakan data yang sudah ada atau tersedia yang kemudian dikutip penulis. Data dalam penelitian ini berisi data bulanan tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan kurs rupiah terhadap US dollar periode Januari 2005 sampai Desember 2007. 2. Studi Kepustakaan Dengan mempelajari bahan literatur, jurnal, serta media informasi lainnya yang berkaitan dengan masalah yang dikaji, seperti buku-buku, diktat, surat kabar, internet, dan sebagainya. 3.5 Teknik Analisis Data Analisis data merupakan serangkaian kegiatan yang menginterprestasikan data yang terkumpul menjadi seperangkat hasil. Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah : 3.5.1 Persamaan Regresi Linier Berganda Analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat yang dinyatakan dalam bentuk Bernard E.Silaban dan Christian “Profil Persaingan dan .................” 23
ESENSI, Volume 12 No.1/2009 persamaan regresi. Analisis regresi adalah suatu teknik yang digunakan untuk membangun suatu persamaan yang menghubungkan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas dan sekaligus untuk menentukan nilai ramalan atau dugaannya. Regresi linier berganda didasarkan pada hubungan fungsional atau kausal 2 variabel independen atau lebih dengan satu variabel dependen.Persamaan umum regresi linier berganda untuk 2 prediktor adalah : Sugiyono, hal. 211 [ 7 ] Y = a + b1 X1 + b2 X2 Dimana : a = Nilai konstanta b1 = Koefisien regresi variabel bebas 1, adalah pertambahan pada Y untuk setiap pertambahan X1 sebesar 1 unit dengan asumsi X2 konstan b2 = Koefisien regresi variabel bebas 2, adalah pertambahan pada Y untuk setiap pertambahan X2 sebesar 1 unit dengan asumsi X1 konstan Pada penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan 1 variabel terikat, yaitu : X1 = Tingkat inflasi X2 = Tingkat suku bunga Y = Kurs Rupiah terhadap US Dollar 3.5.2 Koefisien Korelasi Digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.. Nilai korelasi ini berkisar antara -1 < r < 1. a. Korelasi Sederhana Menghitung koefisien korelasi sederhana digunakan rumus Product Moment Pearson, yaitu dengan rumus : J. Supranto, hal. 153 [ 9 ] r=
n ( ΣXY ) – ( ΣX ) ( ΣY ) 2 2 2 2 √[ n ( ΣX ) – ( ΣX ) ] [ n ( ΣY ) – ( ΣY ) ]
Dimana : r = Koefisien korelasi n = Jumlah data X = Variabel bebas Y = Variabel terikat Besarnya nilai r terletak antara -1 < r < 1. Jika nilai korelasi mendekati -1 menunjukan hubungan yang negatif dan kuat, jika nilai korelasi mendekati nilai +1 menunjukkan hubungan yang positif dan kuat, dan jika nilai korelasi mendekati 0 menunjukkan hubungan yang lemah atau dapat dikatakan variabel tersebut tidak memiliki hubungan. Untuk dapat memberikan interprestasi terhadap kuatnya hubungan itu, dapat digunakan pedoman sebagai berikut : Sugiyono, hal 183 [ 7 ] Tabel 3-1 : Patokan nilai r ( korelasi ) 0,00 - 0,19
Korelasi sangat lemah
0,20 - 0,39
Korelasi lemah
0,40 - 0,59
Korelasi sedang
0,60 - 0,79
Korelasi kuat
0,80 - 0,99
Korelasi sangat kuat
1
Korelasi sempurna
Bernard E.Silaban dan Christian “Profil Persaingan dan .................” 24
ESENSI, Volume 12 No.1/2009 b.
Korelasi Berganda Rumus koefisien korelasi berganda adalah sebagai berikut : Sugiyono, hal 218 [ 7 ] RY (1,2) = b1 ΣX1Y + b2 ΣX2Y ΣY2 Dimana : RY (1,2) = Koefisien korelasi b 1, b 2 = koefisien regresi X1, X2 = Variabel bebas Y = Variabel terikat Besarnya nilai R terletak antara -1 < r < 1. Jika nilai korelasi semakin mendekati +1, koefisien korelasi menunjukkan adanya hubungan yang positif dan kuat, koefisien korelasi yang mendekati -1 menunjukkan hubungan yang negatif dan kuat. Jika koefisien korelasi mendekati 0, memberikan indikasi bahwa kedua variabel tidak memiliki hubungan.
3.5.3 Koefisien Determinasi koefisien determinasi ( R2 ) merupakan ukuran untuk mengetahui kesesuaian / ketetapan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dalam suatu persamaan regresi.. Semakin besar nilai koefisien determinasi, semakin baik kemampuan variabel X menjelaskan variabel Y. Rumus untuk menghitung koefisien determinasi adalah : R2 = n ( a . ΣY + b1 . ΣYX1 + b2 . ΣYX2 ) – ( ΣY )2 n . ΣY2 – ( ΣY )2 Dimana : R2 = Koefisien determinasi b 1, b 2 = koefisien regresi X1, X2 = Variabel bebas Y = Variabel terikat n = Jumlah data Nilai R2 akan berkisar antara 0 sampai 1. Apabila nilai R2 = 1 menunjukkan bahwa variabel bebas X1 dan X2 mampu menerangkan variabel Y sebesar 100 %. Jika nilai R2 = 0 menunjukkan bahwa variabel X1 dan X2 tidak mampu menerangkan variabel Y. R2 > 0,5 : variabel X dapat menjelaskan variabel Y dengan baik dan kuat. R2 = 0,5 : variabel X dapat menjelaskan variabel Y dengan cukup kuat. R2 < 0,5 : variabel X dapat menjelaskan variabel Y dengan kurang baik. Suharyadi Purwanto, hal 514 [ 24 ] 3.5.4 Uji t Suharyadi Purwanto, hal 466 [ 9 ] t – hitung = r √ n - 2 √ 1 – r2 Dimana : t = Nilai t yang dihitung r = Nilai koefisien korelasi n = Jumlah data Untuk menginterprestasikan hasilnya berlaku ketetapan : Jika t-hitung > t-tabel => tolak H0, artinya ada hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Bernard E.Silaban dan Christian “Profil Persaingan dan .................” 25
ESENSI, Volume 12 No.1/2009
Jika t-hitung < t-tabel => terima H0, artinya tidak ada hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Hipotesis : H0 : β1 = 0, artinya tidak ada pengaruh antara var X dengan var Y. Ha : β1 ≠ 0, artinya ada pengaruh antara var X dengan Var Y. 3.5.5 Uji F Lukas Setia Atmaja, hal 348 [ 10 ] F – Hitung = r2 / ( k – 1 ) ( 1 – r2 ) / ( n – k – 1 ) Dimana : r = Koefisien korelasi k = Jumlah variabel independen n = Jumlah sampel Untuk menginterprestasikan hasilnya berlaku ketetapan : Jika F hitung > F tabel => tolak H0, terima H1 Jika F hitung < F tabel => terima H0, tolak H1 Hipotesis : H0 : β1 = β2 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Ha : β1 = β2 = 0, artinya sekurang-kurangnya ada satu β yang tidak sama dengan nol, ada pengaruh yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1
Kurs Rupiah Terhadap US Dollar Pada masa krisis moneter yang berkepanjangan ini, perkembangan mata uang Rupiah terhadap mata uang asing khususnya USD masih sangat lemah dan berfluktuasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktusi nilai kurs Rupiah tersebut antara lain yaitu, inflasi relatif, tingkat suku bunga relatif, tingkat pendapatan relatif, kebijakan pemerintah, ekspektasi pasar dan faktor non ekonomi lainnya. Berikut ini adalah data perkembangan kurs Rupiah terhadap USD dari Bulan Januari 2005 sampai Bulan Desember 2007 : Tabel 4-1 : Data perkembangan kurs Rupiah – US Dollar pada Tahun 2005-2007 Bulan
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Januari
9743
9972
9568
Februari
9744
9753
9567
Maret
9870
9671
9663
April
10039
9436
9597
Mei
9979
9484
9344
Juni
10116
9862
9483
Juli
10299
9625
9567
Agustus
10486
9495
9866
Bernard E.Silaban dan Christian “Profil Persaingan dan .................” 26
ESENSI, Volume 12 No.1/2009 September
10732
9643
9809
Oktober
10593
9687
9607
November
10540
9634
9764
Desember 10357 Sumber : www.bps.go.id
9586
9833
Pada awal tahun hingga akhir tahun 2005, nilai kurs Rupiah terhadap US Dollar terus mengalami fluktuasi dan depresiasi. Hal itu disebabkan antara lain karena inflasi yang terjadi sepanjang tahun 2005 terus mengalami kenaikan, puncak kenaikan inflasi terjadi pada bulan Oktober yang membuat nilai Rupiah semakin melemah hingga mencapai Rp 10.600,- / USD. Di tambah dengan adanya kebijakan Bank Indonesia yang terus menaikkan tingkat suku bunga, menyebabkan nilai Rupiah terus terdepresiasi oleh USD. Sepanjang tahun 2006, nilai Rupiah tetap berfluktuasi akan tetapi sedikit mengalami apresiasi terhadap US Dollar. Dapat dilihat pada tabel bahwa nilai Rupiah pada akhir tahun 2005 yang menyentuh angka Rp 10.357 / USD namun, pada tahun 2006 nilai Rupiah sedikit menguat dan berada pada kisaran Rp 9.430 – Rp 9.975 / US Dollar. Hal tersebut disebabkan antara lain karena inflasi tahun 2006 berada dalam keadaan stabil ( terus mengalami penurunan di bandingkan tahun 2005 ) dan tingkat suku bunga SBI pun terus mengalami penurunan. Nilai kurs Rupiah terhadap US Dollar selama tahun 2007 masih tetap berfluktuasi dan sedikit terapresiasi di bandingkan dengan tahun 2006. Nilai tukar Rupiah berada pada kisaran Rp 9.340 – Rp 9.870 / US Dollar. Nilai tersebut berbanding lurus dengan penurunan tingkat inflasi dan kebijakan Bank Indonesia yang terus menurunkan tingkat suku bunga SBI. 4.2. Inflasi Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi dibanyak negara. Pada asasnya, inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus-menerus. Berikut data inflasi bulanan dari Januari 2005 sampai Desember 2007 : Tabel 4-2 : Data perkembangan inflasi pada tahun 2005 - 2007 Bulan
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2006
Januari
1,43
1,36
1,04
Februari
-0,17
0,58
0,62
Maret
1,91
0,03
0,24
April
0,34
0,05
-0,16
Mei
0,21
0,37
0,10
Juni
0,50
0,45
0,23
Juli
0,78
0,45
0,72
Agustus
0,55
0,33
0,75
Bernard E.Silaban dan Christian “Profil Persaingan dan .................” 27
ESENSI, Volume 12 No.1/2009 September
0,69
0,38
0,80
Oktober
8,70
0,86
0,79
November
1,31
0,34
0,18
Desember -0,04 1,21 1,10 Sumber : www.bps.go.id Pada bulan Januari 2005 terjadi inflasi sebesar 1,43 % yang disebabkan oleh naiknya harga bahan makanan dan tarif pajak. Namun pada bulan Februari 2005 inflasi mengalami penurunan yang ditandai dengan deflasi sebesar 0,17 %. Deflasi terjadi karena penurunan harga yang ditunjukkan oleh penutunan indeks pada kelompok bahan makanan dan pendidikan, tapi disisi lain terjadi kenaikan harga pada bahan makanan jadi dan rokok. Pada bulan-bulan berikutnya, inflasi berada pada kisaran 0,5 % - 1,00 %. Bulan Oktober 2005 inflasi menembus nilai yang sangat tinggi, yaitu sebesar 8,70 % yang di akibatkan oleh naiknya semua kelompok barang dan jasa, yang paling besar adalah karena kenaikan harga bahan bakar ( bensin ). Pada akhir tahun 2005 terjadi deflasi sebesar 0,04 % yang di tunjukkan oleh adanya penurunan harga bahan makanan. Kelompok yang memberi andil besar inflasi tahun 2005 adalah listrik, gas, bahan bakar (bensin ), dan tarif angkutan dalam kota. Pada Januari 2006, inflasi berada pada nilai 1,36 %. Inflasi tersebut terjadi karena adanya kenaikan harga bahan makanan sebesar 4,29 %, akan tetapi pada kelompok transportasi dan komunkasi mengalami deflasi sebesar 0,05 %. Pada bulan Februari sampai bulan November, inflasi berada pada nilai 0,30 % – 0,90 %. Namun, pada akhir tahun 2006, inflasi berada pada nilai 1,21 %. Inflasi tersebut terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada semua kelompok bahan makanan, minuman, rokok, tarif listrik, dan bahan bakar. Kelompok yang memberi andil terhadap inflasi tahun 2006 adalah bahan makanan dan beras. Pada awal tahun 2007 bulan Januari, terjadi inflasi sebesar 1,04 %. Inflasi tersebut terjadi karena naiknya kelompok bahan makanan sebesar 2,68 % di ikuti oleh kelompok makanan jadi dan tarif dasar listrik, sedangkan kelompok sandang turun 0,25 %. Sepanjang tahun 2007, inflasi berkisaran pada nilai 0,10 % - 0,80 %. Akan tetapi, pada bulan April terjadi deflasi sebesar 0,16 %. Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga kelompok barang dan jasa ( terutama bahan makanan ) sebesar 1,30 %, sedangkan makanan jadi naik sebesar 0,38 %. Pada akhir tahun 2007, inflasi berada pada nilai 1,10 %. Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga bahan makanan sebesar 2,47 %. Kelompok yang mempunyai andil besar inflasi tahun 2007 adalah kelompok makanan. 4.3. Suku Bunga SBI Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yang senantiasa di amati secara cermat karena dampaknya yang luas. Ia mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat dan mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian. Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data bulanan tingkat suku bunga SBI periode Januari 2005 sampai Desember 2007 :
Bernard E.Silaban dan Christian “Profil Persaingan dan .................” 28
ESENSI, Volume 12 No.1/2009 Tabel 4-3 : Data perkembangan tingkat suku bunga SBI pada tahun 2005 - 2007 Tahun
Tahun
Tahun
Bulan
2005
2006
2007
Januari
7,50 %
12,75 %
9,50 %
Februari
7,50 %
12,75 %
9,25 %
Maret
7,50 %
12,75 %
9,00 %
April
7,75 %
12,75 %
9,00 %
Mei
8,00 %
12,50 %
8,75 %
Juni
8,25 %
12,50 %
8,50 %
Juli
8,50 %
12,25 %
8,25 %
Agustus
8,75 %
11,75 %
8,25 %
September
10,00 %
11,25 %
8,25 %
Oktober
11,00 %
10,75 %
8,25 %
November
12,25 %
10,25 %
8,25 %
Desember 12,75 % 9,75 % 8,00 % Sumber : www.bps.go.id Secara umum perekonomian Indonesia pada tahun 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya harga minyak dunia dan siklus pengetatan kebijakan moneter global menyebabkan upaya menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dan stabilitas makro ekonomi mengalami gangguan yang berat. Ekspansi ekonomi menjadi lebih lambat ketika kegiatan investasi terkendala oleh membumbungnya biaya produksi dan akibat kenaikan harga BBM, ditambah dengan belum tuntasnya berbagai peraturan-peraturan dibidang investasi dan pembangunan infrastruktur. Sementara itu, kegiatan konsumsi juga mengalami penurunan karena melemahnya daya beli masyarakat dan mulai meningkatnya suku bunga. Depresiasi nilai tukar dan kenaikan harga BBM pada akhirnya telah menyebabkan peningkatan inflasi secara signifikan. Bank Indonesia konsisten mempertahankan kebijakan moneter yang cenderung ketat, dengan mengoptimalkan berbagai instrumen yang ada. Dari data di atas dapat di lihat bahwa tingkat suku bunga SBI terus mengalami kenaikan tiap bulan ( dari 7,42 % pada bulan Januari hingga mencapai 12,75 % pada bulan Desember ). Kenaikan tersebut bertujuan menjaga kestabilan kondisi pasar keuangan dan proses penyesuaian pelaku ekonomi dalam merespon kenaikan harga BBM dan pengaruh dari sektor eksternal ( kondisi perekonomian global ). Secara umum, stabilitas ekonomi sepanjang tahun 2006 masih tetap terjaga dan pertumbuhan ekonomi masih dapat terus berlangsung. Beberapa faktor yang menjadi pendorong adalah peningkatan pengeluaran konsumsi rumah tangga sebagai dampak positif membaiknya daya beli masyarakat dan turunnya suku bunga, dan membaiknya kinerja ekspor. Dari data di atas, dapat dilihat setiap bulannya suku bunga SBI mengalami penurunan dari 12,75 % (bulan Januari ) sampai 9,87 % ( bulan Desember ). Bernard E.Silaban dan Christian “Profil Persaingan dan .................” 29
ESENSI, Volume 12 No.1/2009 Di sektor keuangan, kondisi industri perbankan menunjukkan pertumbuhan, seperti pertumbuhan kredit dan nilai tukar Rupiah menguat walaupun dengan pergerakan yang rendah. Kondisi ini, dipengaruhi surplus neraca pembayaran yang cukup besar. Pada sektor riil, penurunan BI rate telah mendorong penigkatan keyakinan konsumen dan optimisme produsen terhadap perbaikan perekonomian. Hal ini tercermin dari menigkatnya konsumsi dan produksi. Selain itu, penurunan BI rate juga membuka peluang bagi dunia usaha untuk memperoleh alternatif pembiayaan nonbank yang semakin murah. Kondisi ini memungkinkan dunia usaha untuk menigkatkan produksi dalam rangka memenuhi penigkatan permintaan domestik. Sepanjang tahun 2007, stabilitas ekonomi dan sistem keuangan masih terjaga di ikuti dengan berlanjutnya ekspansi perekonomian. Dengan tetap tingginya ekspor serta perkiraan besarnya aliran modal masuk, neraca pembayaran akan mencatat surplus yang cukup besar guna mendukung stabilitas nilai tukar. Dilihat dari data di atas, selama tahun 2007 dari bulan Januari sampai bulan Desember terjadi penurunan suku bunga SBI dari 9,55 % (Bulan Januari ) sampai dengan 8,10 % ( bulan Desember ). Hasilnya penurunan suku bunga kredit perbankan masih terus berlanjut yang mendorong peningkatan dana investasi yang besar. Stabilitas nilai tukar rupiah pada tahun 2007 relatif terjaga, meski dalam periode tersebut rupiah mengalami depresiasi. Perkembangan itu dipicu antara lain oleh aliran keluar modal asing dipasar keuangan. Akan tetapi, Bank Indonesia tetap memperhatikan beberapa faktor yang akan memberikan tekanan pada inflasi. Faktor itu antara lain, berlanjutnya peningkatan harga minyak dunia sehingga berpotensi mendorong kenaikan harga-harga barang, persepsi pelaku ekonomi terhadap kesinambungan keuangan pemerintah, dan kemajuan implementasi terhadap paket kebijakan investasi, serta kemampuan pemerintah dalam mengatasi gangguan pasokan dan distribusi barang kebutuhan pokok. 4.4. Hasil Penelitian 4.4.1. Regresi Berganda Regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan fungsional antara tingkat inflasi dan tingkat suku bunga SBI dengan nilai kurs Rupiah, digunakan koefisien regresi berganda yang dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi. Persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y = 9735,772 + 101,552 X1 + 1,629 X2 Dimana : Y : Kurs Rupiah – USD X1 : Inflasi X2 : Tingkat Suku Bunga Dari persamaan di atas dapat di jelaskan sebagai berikut : Konstanta sebesar 9735,772 menyatakan bahwa jika tidak dipengaruhi inflasi dan tingkat suku bunga SBI maka Kurs Rupiah – USD adalah Rp. 9735,772, Koefisien regresi X1 sebesar 101,552 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 % inflasi akan menyebabkan nilai kurs Rupiah terhadap USD terdepresiasi sebesar Rp. 101,552,- dan sebaliknya. Koefisien regresi X2 sebesar 1,629 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 % tingkat suku bunga SBI akan menyebabkan nilai kurs Rupiah terhadap USD terdepresiasi sebesar Rp. 1,767,- dan sebaliknya. Bernard E.Silaban dan Christian “Profil Persaingan dan .................” 30
ESENSI, Volume 12 No.1/2009 4.4.2. Koefisien Korelasi dan Determinasi Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui pola dan keeratan hubungan antara variabel tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI dengan kurs Rupiah – USD. Koefisien korelasi sebesar 0,415 berarti hubungan antara tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI dengan kurs Rupiah - USD sedang. Sedangkan Koefisin Determinasi sebesar 0,172. Hal ini berarti 17,2 % nilai kurs dapat dijelaskan oleh variabel inflasi dan suku bunga. Sedangkan sisanya 82,8 % dijelaskan oleh sebab-sebab lain. 4.4.3. Uji t Uji t dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Uji t dilakukan dengan membandingkan t-hitung dan t-tabel. Hipotesis H0 = β1 = 0, artinya tidak ada pengaruh antara variabel X dengan variabel Y Ha = β1 ≠ 0, artinya ada pengaruh antara variabel X dengan variabel Y t-tabel dan t-hitung Bentuk pengujian adalah pengujian 2 arah : Tingkat signifikan adalah 5 % ( α : 0,05 ) Degree of freedom ( df ) : n – k – 1 : 36 – 3 – 1 : 32 Nilai kritis berdasarkan tabel distribusi t ( 0,025 ; 32 ) adalah 2,04 jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak Dari hasil pengolahan data dengan SPSS diketahui bahwa : untuk tingkat inflasi, t hitung > t tabel yaitu 2,612 > 2,04 maka dapat diambil kesimpulan bahwa H0 ditolak. Artinya tingkat inflasi mempunyai pengaruh terhadap perubahan kurs Rupiah – USD dan dari diskripsi data di atas juga diketahui nilai probabilitas ( sig ) sebesar 0,013 < 0,05 hal ini menunjukkan bahwa pengaruh tingkat inflasi terhadap kurs Rupiah – USD adalah signifikan, artinya setiap perubahan tingkat inflasi akan berpengaruh terhadap perubahan kurs Rupiah – USD. untuk tingkat suku bunga, t hitung < t tabel yaitu 0,056 < 2,04 maka dapat di ambil kesimpulan bahwa H0 diterima. Artinya tingkat suku bunga tidak mempunyai pengaruh terhadap perubahan kurs Rupiah – USD dan dari diskripsi data di atas juga diketahui nilai probabilitas (sig) sebesar 0,956 yaitu > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh tingkat suku bunga terhadap kurs Rupiah – USD adalah tidak signifikan, artinya setiap perubahan tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap perubahan kurs Rupiah – USD. 4.4.4 Uji F Uji F dilakukan untuk menguji signifikansi hubungan yang melibatkan 2 variabel bebas atau lebih secara bersama-sama dengan variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan F-hitung dengan F-tabel. Hipotesis H0 : β1 = β2 = β3 = 0 Artinya : tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0 Artinya : sekurang-kurangnya ada satu β yang tidak sama dengan nol, ada pengaruh signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Menentukan F-tabel dengan F-hitung Bernard E.Silaban dan Christian “Profil Persaingan dan .................” 31
ESENSI, Volume 12 No.1/2009 Nilai kritis berdasarkan tabel distribusi F dengan (df) = n – k – 1 = 32 Untuk F tabel didapat angka 3,32 Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS, diketahui F hitung sebesar 3,428 sedangkan F tabel dapat dilihat pada tabel distribusi F, dimana F tabel 0,05 = 3,32 Oleh karena F hitung > F tabel maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Artinya, tingkat inflasi dan tingkat suku bunga secara bersama-sama mempengaruhi perubahan nilai tukar rupiah terhadap USD. 5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat dibuat beberapa kesimpulan : 1. inflasi mempengaruhi perubahan kurs Rupiah terhadap US Dollar pada periode Januari 2005 sampai Desember 2007 2. tingkat suku bunga SBI tidak mempengaruhi kurs Rupiah terhadap US Dollar pada periode Januari 2005 sampai Desember 2007 3. Variabel inflasi dan suku bunga SBI secara bersama-sama mempengaruhi kurs Rupiah terhadap US Dollar pada periode Januari 2005 sampai dengan Desember 2007 sebesar 0,172 atau 17,2 %. Sedangkan sisanya sebesar 82,8 % dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti. 5.2 Saran Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang ada, maka penulis dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut : a. Kestabilan tingkat harga harus dijaga karena peningkatan tingkat inflasi dapat memperburuk nulai tukar rupiah baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. b. Kebijakan moneter dalam penetapan tingkat suku bunga harus tetap diperhatikan guna meredam gejolak nilai tukar rupiah. Pemerintah bekerjasama dengan Bank Indonesia harus tetap mengusahakan suku bunga yang rendah, agar rupiah tidak terus mengalami depresiasi dimasa yang akan datang. c. Pemerintah harus lebih berani dalam menentukan kebijakan-kebijakan moneter untuk menekan laju inflasi dan bersifat lebih tegas dalam upaya menindak kebijakan para penguasa yang melakukan penyelewengan dalam perekonomian. 5.1
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
DAFTAR PUSTAKA Boediono, EKONOMI MONETER, Penerbit BPFE, Yogyakarta 1990. Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung 2006. Suharyadi Purwanto S.K, Statistika Untuk Ekonomi & Keuangan Modern, Penerbit Salemba Empat 2004. Hamdy Hady, Valas Untuk Manager, Edisi Revisi, Penerbit Gahlia Indonesia, Jakarta, 2001. Kaswmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003. Sawaldjo Puspopranoto, Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan, Penerbit Pustaka LP3ES, Jakarta, 2004. J. Supranto, Statistik “Teori dan Aplikasi”, Jilid 1, Penerbit Erlangga, 2000. Lukas Setia Atmaja, Memahami Statistik Bisnis, Penerbit Andi, Yogyakarta, 1997. Arif Pratisto, Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan Dengan SPSS 16.0, Penerbit Elex Media Computindo, 2004. Bernard E.Silaban dan Christian “Profil Persaingan dan .................” 32
ESENSI, Volume 12 No.1/2009 10. 11.
www.bps.go.id www.bi.go,id
Bernard E.Silaban dan Christian “Profil Persaingan dan .................” 33