_~1~f1itaa /'
Inna Muara Hotel Padang • Monday, March 11 " 2013
URGENSI PENJAGAAN KADAR KARBON DALAM TANAH DALAM
RANGKA MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM'l
(The Importance Of Soil Organic Carbon Preservation In Mitigation And Adap tation Of Climate Change)
Oleh,
Widiatmaka2 )
I)Disajika n pada Intema tional Semillar of AdllPIQlioll and Mitigatioll On Climate Change, Padang, II Mare1 20 13 l)Staf Pengajar, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberda ya Lahan, Fak. Pertanian da n Sekretaris Program
Doklor, PS Pengeioiaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pen anian Bogor
ABSTRACT Soil organic carbon (SO C) holds a very important role in global C cycle, as jf is the fargest terrestrial C pool. Maintaining high level of organic carbon in soil plays an imporlanl role in offietting greenhouse gas (GHG) emissions. In the other side, the decrease ofsoil organic carbon com ents have been rep orted ill cultivated and soils with dynamic landw;e change dlle 10 paplilarion acti l'ilies. This article is proposed (0 discover the dynamic ofsoil organic C pool change. T1le imporlance ofsoil carbon preservation will be di.w.1.I.ssed in the context o/mitigalion lind adaptation oj climate change. Several research resllit was given to ill/s(rate the problem. Key-word: Soil Organic Carbon, Landuse Cha nge, Conservation Agriculture
A. Pendahuluan Pemanasan global pada dasamya merupakan fenomena peningkatan temperatur global karena efek rumah kaca (greenhou se effect) akib at meningkatnya kadar gas-gas seperti karbondi oksida (C0 2), metana (CH 4), dinitrousoksida (N20) dan chl orofluocarbon (CFC) di almosfer. Gas-gas tersebul menyerap cahaya infra-merah yang dipantulkan batik oleh bumi dari matahan . Panas yang "terperangkap" ini selanjulnya menyebabkan peningkatan suhu bumi . Gas CO2 memberikan konlribusi yang paling besar terhadap efe.k rumah kaca ini. Jika dihitung'dari konsentrasinya di atmosfer, ditambah dengan kemampuan memanaskatUlya, maka CO2 memberikan sumbangao sekitar 55%, metana 17%, nitrat oksida 7% dan gas lain tennasuk chloroOuocarbon dan gas-gas lain asal industri, sebesar 21% (Roben, 200 1). Tanah merupakan sa lah satu tubuh alam yang dapal menjaga karbon agar tidak lerlepas ke atmosfer, oleh karena itu tinjauan terhadap pers oan tallah menjadi penting. Pada KIT Bumi di Johannesburg, deklarasi dari beberapa negara memberikan harapan akan dapat diimpl ementasikannya Protokol Kyoto pada tahun 2003. Dalam anggapan umum, reduksi emisi gas rumah kaca dan industri merupaka n kebijakan yang paling dapat dianggap ksta ri untuk menurunkan akumulasi gas-gas ioi di almosfer. l\:1 esk..ipun demik..ian, dalam hal emis i CO2, salah satu altematif lain ya ng j uga mungk..in dilakukan adalah denga n menimbun selama beberapa waktu lamanya karbon organik dan biomassa dalam bentuk bahan organik tanah. Penimbunan karbon pada biomassa hutan (Ank le 3.3. dan Protocol Kyoto) telah menj adi subyek dart persetujuan iotemasion
![>(oceeDiIlD
of /lIltn"l l iUIIQ{Semill(lf ~~1il igotiull am{J/doplation 0 11 Cfimillt Cliallgt! N
249
berapajumJah yang harus d iakumulasikan atau luasan laban yang terimpJikasi , disamping belum ada metoda yang telah didefinisikan secara jeJas uotuk verifikasi. Dalam rangka menerapkan Protocol Kyoto, hal yang juga penting untuk diketahui adalah bagaimana dan seberapa persis pool tanah ini dapat dikuantitatifkan serta kebijakan insentifyang bagaimana dapat mendorong peningkatan akumulasi karbon di dalam taoah.
B. Pen tingnya Tanah Dan Sumberdaya Lahan Dalarn SikIus Karbon Oi seJurub dunia, tanah mengandung kurang lebih 2.000 GT C-organik (Arrouays et ai. , 2001), da lam luasan yang mencal..""Up seluruh daralan di pennukaan bumi ini . Jika dihitung stok karbon didalam laoah, saat ini, ada sejumlah. Jwnlah in.i masih j auh lebih besar daripada jumlah yang ditahan oleh vegelasi (hutan dan lain-la in), yang hanya sekitar 500 GT. Ballkan, COlyang dilepas dan pembakaran bahan bakar fosil hanya sekilar 6.3 GT. Dengan jwnJah yang sedemikian besar, adalah sangat berbahaya jika karbon di dalam tanah dibiarkan terlepas ke atmosfer, karena karbon di atmosfer sendiri hanya ada sebesar 750 GT. Dalam konteks ini, menjaga agar tanah tetap mengandung kadar karbon yang tinggi menjadi aspek yang temmat penling. Dengan luasan daratan yang besar, peningkatan sedikit saja dari stok di dalam tanah,akan dapat memainkan peranan yang signifikan daJam mengurangi fIuks gas rumah kaea lee atmosfer. Berbagai perbaikan dalam penggunaan lahan dan praktis produksi pert.anian dapat memberikan sumbangan yang besar terbadap reduksi emi si rumah kaea, terulama dengan cara meningkatkan jumlah dan lamanya karbon organik berada di dalam tanah. Waktu tinggal (residence lime) karbon pada bahan oganik lanah bervariasi sangal besar, karena adanya variasi dalam mineralisasi karbon melalui mana kemud ian karbon kemba li ke udara . Dengan demikian, sanga! penting wlluk mengkalkulasikan potensi yang ada melalui pool lanah ini, meJalui anaJisis penggunaan tanah maupun praktis pe.rtanian diatasnya. Dalam kurun dekade terakhir ini, mulai disadari perhatian yang besar dalam sekuestrasi karbon (carbon sequestration) sebagai salah satu eara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca . Sekuestrnsi karbon merupakan salah satu eara patensia} berbiaya rendah yang dianjurkan untuk mengurangi konsentrasi atmosferik gas-gas rurnah kaea. Pratokol Kyoto yang diprakarsai oleh Unized Nations Framework Convenlion 011 Climate Change memberikan dorongan terhadap aspek-aspek sekuestrasi karbon. Jika diratifikasi, perjanjian ini mewajibkan negara-negarn industri maju untuk mengurangj ernisi gas-gas rumah kacanya sebesar 6 - 8 % dibawah ni lai em..isi mereka pada tahWl 1990, pada pen ode 2008 - 2012 (IPee, 1997, a , b, c). Oalam konteks ioi , peoyimpanan karbon dengan eara telap menjaga lingginya kadar bahan organik wnah memainkan peranan yang penting . Tanah di seluruh dUrlla memiliki kapasitas yang luar biasa daJam penyimpanan karbon . Oi Amerika Serikat, diperkirakan 100 juta ton karbon yang asa!nya dari dalam tanah telah hi lang disebabkan karena aktivitas manusia, terutama melalui praktek pengolahan tanah dan perubahan pen~ounaan lahan. Sebagian dari jumlah ini masih dapat dikembalikan kedalam lanah, melalui perbaikan proses-proses di dalam tanah. Dengan emisi karbon tahunan oleh aktivitas manusia sebesar 6 sampai 8 juta ton, jumlah ini berarti merupakan jumlah yang eukup besar. Karbon organik lanah (KOT) memainkan peranan yang sangat penting dalam siklu s karbon g lobal , karena dia mcrupakan pole karbon pennukaan bumi yang pal ing besar. Tanah dapalberfungsi sebagai sumber (source;- (COl, CI-L dan N 20) mau kubumn (sink) (C01dan CH~)darj berbagai gas lumAh kaca , lerganl ung pada peng"ounaan lahan dan pengelo laalUlya (LaL 2002). Menurut Lal (2002), [anah di seluruh dunia mengandung kurang lebih 3.2 trillun lOll karbon pada lapisan 6 feet teratas. Diperkirakan, sekitar 2.5 trihun ton adalah dalam bentuk karbon organik. Bahan organik mcmbuat tanah menj adi subur. Sisanya, sebesar 0.7 triliun ton merupakan karbon an-organik. lumlah tersebut merupakan jumlah yang besar. Pnda kenyataalmya, pool karbon taoah merupakan 4.2 kali dan seluruh pool karbon almosferik da n 5.7 kali pool biolik. Dengao dernikian, dengan penambahan sed ikit saja karbon tanah yang clapa\ di1'lmbil dari udara, hal tersebut dapal mcrupakan pengurangan yang cukup signifikan bagi ka dar
250
fProcccGil1D of II/umaliol/o(Semina r :MitigaliOlI om{jloopIIJ.lion 01/ Cfimate CliallDc"
karbon almosferik. Selain illl, karena lanaman mengkonsumsi karbon dioksida dari udara, salah salu cara pertama untuk menyimpan karbon di dalam tanah adalah dengan menanam tanaman. Perbai kan pertanian merupaka n kunci untuk menyimpan karbon. Pe nyimpanan karbon di dalam fanah dapat disebut sebagai politik iklim " Ierbaik". Meskipun karbon organik tanah metupakan reservoir C terestria l yang terbesar, namun bcrapa tepatnya jumlab atau massanya sulit untuk ditetapkan (Batj es, 2000). Pendugaan berapa jumlah C organik di dalam tanah pad a skala global bervariasi antara 700 dan 3.000 PgC (Eswaran, 1993). Pendugaan-pendugaa n tersebUi dapat didasarka n pada berbaga i macam pendekatan, misa lnya berdasarkan penggolongan kelas-ke las lana h, kelas-kelas vegelasi, peta tanah FAOfUNESCO , aleu pennodelan produksi atau dekomposisi [anaman. Pole karbon organik tanah global diperkirakan scbesar 1500 Pg (Eswaran et al. , 1993; Baljes, 2000), yang kurang lebih merupakan ekuivalen dengan j umlah pole atm~sferik sebesar 750 Pg dan pole biotik sebesar 600 Pg(La I, 2002). Lal (2002) memberikan pendugaan konservatif pole C sebesar 2300 PgC, yang kurang lebih ada lah 4. 1 kali pole biolik dan kura ng lebih 3 kali pole atmosferik. Kadar C-organik dalam keadaan ekuilibrium di dalam taoah bervariasi, lergantung padaiklim, lipe tanah, jenis mineralogi, penggunaan Iflhan, dan pengelolaaonya (Batjes, 2000, Banfield et af., 2002). Untuk sualu 1anah lertenlu, sebagian besar bahan organik umunmya ternkumulasi pada topsoil, terulama dibawah vegetas i tidak ·lergan&,!JU. Kehi langan bahan organik wnumnya merupakan ha l yang lidak diinginkan . Meskipun Balesdent ( 1996) menyatakan bahwa rendahnya kadar C tanah kadang-kadang juga dapat memberikan keuntungan yang ladi.nya tidak diharapkan bagi keperluan pertanian, seperti potellsinya unluk mengurangi kehilangan bahan pesti sida karena sorpsi tanah yang menjadi Iebm rendah, namun dari sisi perubahan iklim global , penurunan karbon pacta tanah dapat dianggap merupakan ancaman besar bagi keberlangsungan kehidupan dunia.
C. Hubungan Anta ra Kadar Ka rbon Organik Tanah Dengan Faktor
Lingkungan Hubungan antam kadar C orga nik lallah dengan faktor-faktor Iingk'Uflgan telah banyak d i ini hanya akan menyajikan sedikit ulasan, dalam tujuan untuk rneJelakkan konleks tulisan ini teehadapstate oJthe art masalah ini secara aktual . Kadar karbon organik secara khusus bersifat sensitif terhndap sejumlah fa ktor seperti iklim, topogra fi ,tanah dan pengeloJaa n tanaman, serta kondisi anlropogenik Iainnya. Perubahan daJam hal ildim, kadar CO 2 annosferik dan pen1k,ounaan lahan , dapat berpengaruh terhadap pole karbon didalarn lallah dan karena itu berpengaruh lerhadap reservoir CO;~ atmosferik dan iklim burni (Lal, 1999). Kuantiflkasi hubungan antara ka rbon organik (anah dengan iklim, lokasi dan pengg\maan lahan sangatlah penting untuk memfonnu lasikan model proses siklllS C (Paustianel af. , 1998) dan untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan lahan kedepan dan perubahan iklim terhadap perubahan karbon organi k tallah. Peranan variabel iklim lerhadap dinamika karbon organik tanah telah secara Juas dipelajari pada skala kecil.Umumnya, karbon organik tanah meningkat dengan meningkatnya cumh hujan dan menurun dengan meningkatnya temperatur (Paustianet at., 1998). Dalam penelitian oleh Phillipset al. (I 998)pada suatu tanah hulan, karbon organik tanah meningkat denga n meningkatnya rala-rata curah hujan tahunan .. Johnston el (d. (I 996) melaporkan korelasi positif anlara kcwbon orga.nik \ana h di ho rizon A de nga n rata-rata curah hujan lahunan. Dj padang rumput , ka rbon organik tanah berkorelasi posilif dengan presipilasi tahunan dan berkorelasi negatif dengan temperatur rata-rata tahunan. Akan telapi umumnya , keterkaitan yang rendah anlaea variabel iklim dan karbon organik tanah pada skala kontinental atau regional membuat prediksi perubahannya menjadi sulit (McKenzie el al., 1999), terutama pada ska la luas. Sejumlah stud i menemukan korelasi antara konsentras i karbon organik dan beberapa faktor tanah sepen i iklim dan spesies tanaman (Conant et aI., 2002) , topografi (Gregorichet al., 1998), bahan induk, dan waklu (Lal, 2002) . Akan telapi, lidak semua [alaoe tersebut memiliki rLrview. Paragraf
rj>fl}(fftfiIlD
of /lIlrmatiollo{Sem;nar "fJtjtigatioli Q",{fttfoplatioll 011 Cfima/e ChallDe"
25 1
kepentingan yang sflrna secara spasia l, dan kepent inga n relalifnya mungkin bcrbeda pada lingkungan ya ng berbeda. TekstUf tanah, terulama kadar liat, mempunyai pengaruh yang signifika n lerhadap sekuestrasi dan deplesi karbon organik tanah. Perana n tekstur taoah dalam sekuestrasi C yang pertama adalah pengaruhnya terhadap kecepatan pembentukan C pasif (Mikhailova el al., 2000) dan kedua, dampaknya terhadap produksi dan dekomposisi melalui kontrol terhadap budget air melalui efeknya lerhadap s ifat hidrologik (Chaplot el al., 2001). McKenzie el, al. (1999) menyimpulkan bahwa karbon organik (anah berkaitan eral dengan ba han induk, vegelasi alami dan gambaran (opografis. Lereng dan ketinggian (altitude) berpengaruh terhadap karbon organik lanah dalam mengkonlrol kesetimbangan air tanah, erosi tanah dan proses deposisi geologik. 10hnsloo(l 973) yang menganalisa karbon orga nik lanah berbasis ped~n di tiga lokas! yang berbeda mengamati bahwa penggunaan laban berpeogaru11 terhadap karbon organi k tanah dengan earn yang berbeda-beda untuk berbagai sen tanah pada Alfisols da n umumnya karbon organik tanah meningkat dengan meningkatnya kadar liat. Sejauh iill, hubWlgan antara karbon organik tanah dan keragaman sitellokasi belum didokumentasikan seeara baikuntuk berbagai ordo tanah dan sislem penggunaan lahan. Dalam konteks ini, studi ini diusulkan, salah satunya adalah untuk mengklarifikasi hubunga n antara kmbon organik tanah pada bagian permukaan teratas tanah mineral dengan berbagai keragaman site/Jokasi, dan untuk mengidentifikasi signifikansi setiap variabel site/lakasi terhadap keragaman karbon organik tanah dalam setiap sistem penggunaan lahan di suatu wilayah dengan penggunaan intensif di lawa BmaL Karbon orga nik tanah yang merupakan salah satu dari sifat-sifat tanah yang penting unluk kesubunlfillya, berubah dalam jarak pendek atau jauh. Keragamannya terpartisi didalam komponen-komponen keragaman yang sislematis, berasosiasi dengan faktor-faktor tanah lain yang dapat diprediksi maupun komponen faktar lingkungan lain. lnfonnasi kuantitatif tentang keragaman sifat-sifat tanah lain atau faktor lingkungan diharapkan dapat memberikan pengetahuan lebih dalam mengenai faktor kausal distribusi karbon organik tanah dalam kaitannya dengan variabellain (Walter et aI., 2003).
D. Hubungan Antara Penggunaan i'ahan Dan Kadar Karbon Organik Tanah Telah umum diketahui, bahwa berbagai eara dan metoda daJam pengeJolaan tanah dapatmenyebabkan perubahan dalam kansentrasi C-organik. Kadar C pada tanah yang diusahakan dan yang diolah, umumnya (meskipun tidak se1alu) lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang tidak diusahakan, padang rumput, atau dibawah hutan (Lal, 2002). MenurUlIDya kadar C-organik di bawah pertanian inlensif terjadi karena meningkatnya kehilangan topsoil melalui eros}, menunumya pengembalian C-organik dad residu tanaman, dan meluruhnya bahan organik slabil (N"i et al., 2002). Penurunan kadar karbon organik tanah di bawah praktis pertanian inte.nsif telah dilaporkan terjadi dalam beberapa penelitian (Walter el aI., 1997, Widialmaka, el aI., 2007). Meskipun beJum dapat dibuktikan bahwa fenomena ini merupakan fenomena yang terjadi sceara umum, namun kenyataan ini patul menjadi bahan pemikiran dalam manajemen kualitas tanah. Seeara intuitif, pertanian memang cenderung untuk memanen dan mengoplimaikan produksi dan (mungkin) kurang memperhatikan apa yang dikembalikan kedalam tanah, sehingga penurunan ka.>!ar bahan organiklerjadi dengan sendirinya , ketika suatu bentang lahan diusahakan untuk pen anian. Karena kecend erungan ini diperki rakan akan terus berlanjul. makapenekanan lerhadap kebijakan penjagaan karbon organik tanah seeara regional kewi.layahan dirasa sangat penting (Ba iesdent , 1996). Da lam konteks iniiah, kuant ifika si seberapa jauh penggunaan-penggunaan laban yang berbed:a-beda memberiko.n akibat terhadap penunmao karbon lanah, menj adi penting. Apabila data kuanl ilal if tersebul tersed ia, skenario penggunaan lahan terbaik dan aplimasi untuk berbaga i penggu naan yang memang diperlukan dapal Jebih diatur da lam konteks kelestarian Ii ngkungan.
252
fProcmlin9 of i nttnlationa(Seminar "~filigati(m antIjlaaptation on C(iTl/at~ Cr,an9~ ~
E. Ta nta ngan Untuk Sumberdaya La han Di Indo nesia Tanlangan seperti ini tidak dapat diabaikan untuk Indonesia dalam konteks global karena Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Dalam konteks perobahan penggunaan laban, sangat cepatnya perubaban penggunaan lahan di p\uau Jawa merupakan contoh kankret yang perlu ctiteJiti berkaitan dengan kapasitas akumulasi karbon pada pen&:,ounaan-penggunaan lahan yang berbeda. Indonesia sendin telah menandatangani Protocol Kyoto di New York pada l3 Juli 1998, darunerupakan negara penandatangan ke-4S. Da lam konleks tersebut, llpaya monitoring sejauh mana perubahan penggunaan lahan tl i lokasi-lokasi denga n penggunaan lahan intensif seperti 'Pulau Jawa sangat)ah pent ing, sckaligus mencoba memperolch angka kuantitalif unl uk suatu luasa n lahan dengan penggunaan tertentu. Hasi l penciitian Widiattnaka et al. (2012) dan Ardiansyah & Widialmaka (2006) di wilayah Kabupaten Bogar menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan total luasan hutan dan sawall masing-masing hingga 24.975 ha dan 54.406 ha pada wi layah pene1itian dan tahun 1989 hingga tahun 2006. Perubahan da lam penggunaan lahan telah menghasilkan kehilangan yang mengkhawatirkan terhad
F. Prospek Penelit ian Kedepan Upaya monitoring dalam jangka panjang akan memerlukan biaya yang cukup mahal. Biaya monitoring yang mahal seperti ini dapat dikurangi, karena sebenamya, data-data karbon organik didalamtanah di seluruh Indonesia tersedia sangat banyak, melalui hasil -hasil survai untuk berbagai tujuan yang telah dilakukan pada masa lalu. Setiap survai tanah selalu menyertakan analisis lengkap, tennasuk di dalamnya anali sis kadar karbon organik di dalam tanah. Pemanfaatan hasil -hasil survai terdahulu, dikonfrontasikan dengan data kadar karbon aktual yang diukur dengan beda waklu tertentu, dapa! dlgunakan Wltuk menduga evolusi stok karbon di dalam taoah dalam kurun wa ktu tertenlu tersebut. Pola evolusi ini, dihubungkan dengan dinamika perubahan penggunaa n lahannya ke mudian dapal digunakan untuk memprediksi evolusi slok karbon (anah dimasa mendalang dengan berbagai skenario perencanaan penggunaan lahan. Selanjutnya, skenario terbaik ditinjau dari sisi lingkungan kemudian dapa( ditetapkan, yang dapal digunakan sebagai pertimbangan
Kesimpulan Dari siklus karbon global, diketahui bahwa tanah merupakan tubuh alam yang menyimp,m cadangan karbon besar, terbesar kedua setelah lautan. Cadangan tersebut berada dalam bentuk karbon organik tanah. Karena itu , dalam konteks mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, tubuh alam tanah sangat pedu diberikan konsiderasi yang cukup
(j'llJ(c~J'j118 oj IJltmUl.IiOlla( Semillar ~:J,tiliiJlltjon am{}ltfaptttlioll vn
Climate CfianD~n
253
Dalam kaitan dengan fungsi tanah sebagai sink dan source karbon, salah satu cara dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim adalah dengan menjaga agar tanah tetap memiliki kadar karbon organik yang tinggi. Berbagai cara dan metoda dalam pengelolaan tanah dapatmenyebabkan perubahan dalam konsentrasi Karbon-organik Untuk itu, praktis pertanian konservasi menjadi hal yang kedepan perlu semakin di Kadar karbon organik di dalam tanah secara khusus bersifat sensitif terhadap sejumlah faktor seperti iklim, topografi,sifa-sifat intrinsiktanah dan pengelolaan tanaman, serta kondisi antropogenik lainnya. Karena itu, penjagaan kadar karbon organik taoah yang tinggi untuk wilayah yang berbeda perlu ditempuh dengan mempertimbangkan sifat-sifat lokal spesifik tanah. Perubahan kadar karbon organik tanah teIah dilaporkan tetjadi melalui perubahan tataguna lahan. Karena itu, pengaturan tataguna lahan yang bijaksana merupakan salah satu kunci dalam mitigasi perubahan iklim.
DAFTAR PUSTAKA Ardiansyah, M., Widiatmaka. 2006. Changes In Soil Organic Carbon Related To Land Use Change During':2 Decades: A Case Study Of Bogor District, West Java Indonesia. 2nd GGRS Days: Global Change Issues in Developing and Emerging Countries, 4 - 6 October 2006, Gottingen, Germany Arrouays, D., Deslais W., Badeau V. 2001. The carbon content of topsoil and its geographical distIibution in France. Soil use and Management 17, 7-1 I Balesdent, 1. 1996. Un point sur U:volution des reserves organiques des sols de France, Etude et Gestion des sols 3 (4): 245.260. Batjes, N.H. 1999. Management options for reducing C02- concentrations in the atmosphere by increasing carbon sequestration in the soi1.1SRlC. Wageningen, The Netherlands. 114 pp. Chaplot, V., M. Bemoux, C. Walter, P. Cunni, U. Herpin. 2001. Soil carbon storage prediction in_ temperate hydromorphic soils using a morphologic index and digital elevation model. SoilSei. 166 (1): 48-60. Conant, R.T., K. Paustian. 2002. Spatial variability of soil organic carbon in grasslands: implications for detecting changes at different scales. Environmental Pollution. 116 : S 127-S135 Eswaran, H., Van Den Berg, E, Reich, P. 1993. Organic carbon in soils of the world. Soil Sci Soc Am. J 57: 192.194, Gregorich, E.G., Greer, K.l., Anderson, D.W. , Liang, B.C. 1998. Carbon distribution and losses: erosion and deposition effects. Soil & Til/age Research 47: 291.302. IPCC. 1997a. Revised 1996 IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. Volume 1: Reporting Instructions. Intergovernmental Panelon Climate Change. IPCC. 1997b. Revised 1996 IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. Volume 2: Workbook.Jntergovernmenta/ Panel on ClimateChange. IPCC. 1997c. Revised 1996 IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. Volume 3: Reference Manua1.1ntergovernmental Panel onClimate Change Jolmston, A.E. 1973. The effects of ley and arable cropping systems on the amounts of soil organic matter in the Rothamsted and Woburn Ley arable experiments. Rothamsted Experimental Station. Annual Report/or 1972 Part 2 J31. /59. Lal, R. 1999. Global carbon pools and fluxes and the impact of agricultural intensification and judicious land use. pp 45.52, In: Prevention of land degradation, enhancement of carbon sequestration and conservation of biodiversity through land use change and sustainable
254
q"'roceedil1g of Jl1temationa{Seminar "::Hitigation am[jlaaptatioll on CGII/ate Cfzange"
land management wilh a focus on Latin America and the Caribbe:m. World Soil Resources Report 86. FAO, R ome. Lal, R. 2002. Soil carbon dynamics in cropland and rangeland . Environmental Po!1ution. 116: 353 - 362. McKenzie, N .J., PJ . Ryan. 1999. Spalia l pred iction of soil properties using e nvironmental correlation. Geodenna. 89 : 67 - 94. MikhaiJ ova, E.A., R.B. Bryant , S.D. de Gloria, C.J . Post , LV. Vassenev. 2000. Modelling soil o rganic matter dynamics after conversion of native grasslands to 10 ngteIID continuous fallow usin g the CENTURY model. Ecological Modelli ng. 132: 24 7 - 257. Ni , J. 2002. Carbon in grasslands of China . 1. Arid Environments. 50: 205 - 21 8. Paustian, K ., Ell iot, ET ., Kill ian K . 1998. Mode ling soil carbon in rel at ion to management and climate change in some agroecosystems in Central Nonh America. pp. 459.47 1 in: Lal, R. , Kimble, 1., Levine, E ., Stewart, B.A. (eds.). Soil Processes and the Carbon Cycle. eRe Press. Boca ROlOn, FL. Phill ips, 0 .1., MaUti, V., Higuchi, N., Laurance, W.F., Nunez, P.V., Vasquez, R M., Laurence, S.G., Ferreirer, L.V. , Stem, M. , B'rown, S. , Gmce, J.1 998 . Changes in the carboll balance of tropical fore sts: Evid ence from Jong-tenn plots. Science 282: 439.442. Raben, M _ 2002. Rapport sw' les ressources en sols du monde: La Sequestration Du Carbone Dans Le Sol Pour Vne Meilleure Gestion Des Terres. Organisation Des Nations Unies Pour L.Alimentation Et L 'agriculture. R ome, 2002 Waller, c., C. Schvartz, B. Claudot, T. Buedo, P. Aurousseau. 1997. Statistical review of the soil lests made in France from 1990 to 1994: statistica l and cartographic descriptions of the cultivated topsoil horizon va riability. Etude et Geslion des Sols. 3 : 205 - 219. Walt er, C., R A. Viscara-Rossel, A.B. McBratn ey. 2003. Spatio-temporal simulationofthe field sca le evolution of organic carbon over the landscape. Soil Sci. Soc. Am. J. 67 : 1477 1486. Widiatmaka, M . Ardiansyah dan W. Arnbarwulan. 2012 . Perubahan Cadangan Karbon Organik Tanah dalam Konteks Perubahan Pen&,.ounaan La han Selama 2 Dekade: Studi Kasus Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Bara!. Globe: 14 (2): 170 - 177. Widiatmaka. 20 12. Urgcnsi Pengelolaan Sumberdaya Tanah Dan Lahan Dalam Praktek Pertani an Konservasi Dalam Konteks Mitigasi Perubahan lkl im. Disampaikan pada Seminar Nasiona/ Krisis Lillgkullgall Hidup Indonesia dan Kongres I Himpunan Alumni Pengeloiaan Sumberdaya A/am & Lingkungan, Insrilut Perlanion Bogor, Bogor. / 5 September 201 2.
ProuedillB ofillttmationa(Scmillar ~5l1iti8I1tio ll am{}ftfilpl.Ilion 011 C!ifll4U efial/Ot"
255
ISBN 971 · ,02 · 14019·1·0
9