18
UTILISASI MINERAL PADA DOMBA JANTAN DENGAN RANSUM BERSUPLEMEN KROMIUM, KALSIUM DAN KATION-ANION BERBEDA ABSTRAK Kromium (Cr) adalah mineral penting bagi ternak ruminansia. Metabolisme dan interaksi mineral Cr belum banyak diketahui. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji utilisasi mineral dan pertumbuhan domba Garut yang diberi mineral Cr, Ca dan neraca kation anion berbeda. Perlakuan ransum adalah R0 (ransum basal, NKAR+14); R1 (R0+Cr 3ppm, NKAR+14 ), R2 (R0+ Ca, NKAR 0); R3 (R2+ Cr 3 ppm, NKAR 0). Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Kelompok dengan
menggunakan 24 ekor domba Garut jantan
berumur 1.5-2 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi Cr dalam ransum yang mengandung Ca berbeda tidak mempengaruhi konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan kecernaan bahan kering ransum, tetapi menurunkan penyerapan Cr dan juga menurunkan penyerapan Ca pada ransum rendah Ca.
Suplementasi Cr tidak berpengaruh pada status Cr, Ca, Zn dan Mg
dalam darah dan semen. Tingkat konsumsi Cr cenderung berhubungan negatif dengan tingkat penyerapan Cr dan berhubungan positif kadar Cr darah. Terdapat hubungan positif antara konsumsi Ca dengan tingkat penyerapan Ca dan Mg juga dengan kadar Ca dan Zn darah. Konsumsi Cr dan Ca tidak berhubungan dengan kadar Cr dan Ca semen.
Kata kunci: kromium, kalsium, neraca kation anion, domba Garut
19
MINERAL UTILIZATION IN RAM FED RATION SUPLEMENTED WITH DIFFERENT LEVELS OF CHROMIUM, CALCIUM AND CATION-ANION ABSTRACT Chromium (Cr) is an essential mineral for ruminants. Its metabolism and interactions with other minerals has not been widely known. This experiment was designed to evaluate the utilization of minerals and growth of Garut ram fed ration suplemented with different level of Cr, Ca and Dietary Cation Anion Balances (DCAB). Dietary treatments, namely: R0 (basal diet, DCAB+14); R1 (R0+Cr 3ppm, DCAB+14 ), R2 (R0+ Ca, DCAB 0); R3 (R2+ Cr 3 ppm, DCAB 0), were alloted in twenty four of 1.5-2 years old Garut rams in a randomized block design. The results showed that Cr supplementation in rations containing different levels of Ca did not affect feed intake, body weight gain, and dry matter digestibility, but reduced the absorption of Cr as well as the absorption of Ca of the low Ca diet. Supplementation of Cr had no effect on Cr, Ca, Zn, and Mg status in blood and semen of the rams. Level of Cr intake had tend to negative correlation with the Cr absorption and tend to positive correlation with blood Cr levels. There is a positive relationship between the level of Ca intake with the Ca and Mg absorption and blood Ca and Zn levels. Intake of Cr and Ca were not related to the semen Cr and Ca levels.
Key words: chromium, calcium, dietary cation anion balance, Garut ram
20 PENDAHULUAN Mineral kromium (Cr) adalah mineral penting bagi ternak. Manfaat Cr telah diketahui 40 tahun lalu, sejak itu mulai banyak dilakukan penelitian mengenai peranan Cr dalam tubuh
(NRC 1997).
Mineral Cr dalam bentuk glucose
tolerance factor (GTF) dalam aliran darah diketahui berperan meningkatkan masuknya glukosa ke dalam sel melalui peningkatan potensi aktivitas insulin (NRC 2001), yang dibutuhkan dalam metabolisme lemak dan sintesis protein (Pollard et al. 2001; Suttle 2010). Peran tersebut memungkinkan Cr berpartisipasi dalam menjaga stabilitas struktur protein dan asam nukleat dan berperan dalam proses reproduksi karena diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan fetus (Lindemann et al. 2004; Pechova & Pavlata 2007). Defisiensi Cr dapat menekan sintesis asam nukleat dan menurunkan jumlah spermatozoa serta fertilitas pada rodensia (Anderson & Polansky, 1981). Kadar Cr yang tinggi merugikan dalam produksi spermatozoa (Skandhan et al. 2005), mengubah kualitas semen dan hormon reproduksi serta menurunkan jumlah dan morfologi spermatozoa yang normal (Kumar, 2008). Mineral dapat berinteraksi satu dengan lainnya, yang berpotensi menyebabkan keracunan ataupun defisiensi. Tingkat nutrien yang berlebihan dapat didiagnosis dan dicegah, sebaliknya defisiensi seringkali sukar dikendalikan dan diantisipasi karena suatu unsur memiliki berbagai peranan fungsional. Interaksi mineral terjadi di dalam saluran pencernaan, sehingga konsumsi mineral secara bersamaan mengakibatkan kompetisi dalam penyerapannya. Konsumsi Cr yang tinggi menurunkan retensi Co, Fe, dan Mn (Gropper et al. 2009; Luseba 2005).
Sebaliknya penurunan penyerapan Cr dapat terjadi jika Ca diberikan
dalam bentuk kalsium karbonat dan antasida (Mateljan 2010) dan ransum disuplementasi dengan Zn, V dan Fe (Krejpcio 2001). Selain itu asam fitat dalam pakan secara signifikan mengurangi penyerapan Cr (Krejpcio 2001; Mateljan 2010). Kation (Na+ dan K+) dan anion (Cl- dan SO4-2) memiliki pengaruh besar terhadap proses metabolisme dalam tubuh dan nilai asam basa. Kadar kation anion tersebut dinyatakan dengan dietary anion cation balance (neraca kation anion ransum/NKAR) (Chan et al. 2005). Nilai NKAR mempengaruhi konsumsi
21 ransum, metabolisme Ca (Tauriainen 2001), kadar Mg dalam plasma dan semen (Hidayat et al. 2009) dan metabolisme asam amino (Mowat 2008). Mengingat pentingnya Cr dalam metabolisme nutrien, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji utilisasi mineral dan penampilan domba Garut jantan yang diberi ransum bersuplemen Cr dengan kadar Ca dan NKAR berbeda. MATERI DAN METODE Pakan Percobaan Pakan yang digunakan terdiri atas jerami jagung, jagung kuning, dedak halus, bungkil kelapa, bungkil kacang kedelai, minyak jagung, dan urea. Suplementasi mineral diberikan dalam satu kg ransum sebanyak 0.124 g ZnSO4 untuk semua ransum dan 9.7 g CaSO4 untuk ransum R2 dan R3 (NKAR 0) Unsur Cr yang disuplementasikan, berupa hasil fermentasi ragi dengan media kacang kedelai berkadar 3000 ppm Cr sebanyak 3 ppm (Astuti et al. 2006). Ransum disusun secara isoenergi dan isoprotein sesuai rekomendasi NRC (1985) (Tabel 1). Perlakuan dalam percobaan ini adalah suplementasi Cr pada tingkat Ca dan neraca kation anion ransum (NKAR) berbeda. Ransum percobaan adalah sebagai berikut: R0 (Ransum Ransum basal, NKAR +14); R1 (Ransum basal +Cr, NKAR+14); R2(Ransum basal+Ca, NKAR 0); R3 (Ransum basal+ Ca + Cr, NKAR 0). Ransum perlakuan dialokasikan pada 24 ekor domba Garut jantan dalam Rancangan Acak Kelompok dengan 4 perlakuan dan 6 kelompok sebagai ulangan. Hewan Percobaan dan Pemeliharaanya Domba jantan berumur ±1.5 tahun dengan bobot badan 32.02±3.71 kg digunakan pada percobaan ini.
Domba dikelompokkan sesuai dengan bobot
badannya. Domba dipelihara selama tiga bulan pada kandang individu bertempat di kandang Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pada 21 hari pertama, domba diadaptasikan pada kondisi manajemen, lingkungan perkandangan dan bahan pakan. Selanjutnya pada hari ke 22 hingga
22 hari ke 96 domba diberi pakan komplit perlakuan sebanyak ±3% dari bobot badan. Selama percobaan pakan domba diberikan sekitar pukul 7:00 dan 14:00. Air minum disediakan ad libitum.
Tabel 1 Komposisi dan kandungan nutrien ransum perlakuan Komposisi dan Kandungan Nutrien Ransum Basal (R01) Komposisi Kadar Nutrien Kadar Pakan (% BK) Hijauan jagung Bahan kering (%) 90.31 35 Dedak halus Abu (%) 7.4 21.5 Jagung kuning Protein kasar (%) 13.5 19.65 Bungkil kedelai Lemak kasar (%) 7.5 13.6 Bungkil kelapa Serat kasar (%) 17.5 8 Urea BETN (%) 0.25 44.4 Minyak jagung TDN (%) 67.8 2 Jumlah 100 Energi Bruto 3263 (Kkal/kg) Zn (ppm) 139.12 Mg (%) 1.46 Suplemen Cr (ppm) Ca (%) NKAR (meq)
2
R0 5.59 0.21 14
Ransum Perlakuan R1 8.59 0.21 14
R2 5.59 0.42 0
R3 8.59 0.42 0
Keterangan: R0 = Ransum basal, R1 = R0 + Cr, R2 = R0 + Ca, R3 = R2 + Cr (penambahan mineral pada R1, R2, dan R3 melalui perhitungan). 1 Hasil analisis proksimat Lab Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet IPB, 2009 2 Hasil analisis mineral Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fapet, IPB dan Laboratorium Pakan Balitnak, 2009
Pengambilan Sampel dan Analisis Pada hari ke 35 hingga hari ke 42 dilakukan koleksi feses total untuk mengukur nilai kecernaan nutrien dan absorpsi mineral. Feses yang dikoleksi diambil sampelnya sebanyak 10% untuk dianalisis kadar mineralnya. Konsumsi ransum setiap ekor domba diukur setiap hari dan domba ditimbang setiap minggu. Pengukuran dan pengamatan peubah mulai dilakukan pukul 07.00.
23 Pemberian pakan perlakuan diteruskan selama 49 hari (satu periode spermatogenesis). Pada hari ke 50 dilakukan koleksi semen pada setiap domba, kemudian kadar mineral semen dianalisis. Koleksi semen dilaksanakan pada pagi hari. Pada hari ke 53 dilakukan pengambilan sampel darah untuk mengetahui status mineral darah. Pengambilan sampel darah dilaksanakan 2 jam setelah pemberian pakan. Analisis kadar bahan kering dan nutrien sampel pakan dan feses menggunakan metode proksimat (AOAC 2005). Analisis mineral (Cr, Mg, Zn, dan Ca) sampel pakan, feses, darah dan semen domba diawali dengan pengabuan basah dan diukur dengan atomic absorption spectrophotometer (AAS) Spectra AA220 series Varian (Carry & Allaway 1971). Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis dengan sidik ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Analisis dilanjutkan dengan uji Tukey untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi dan Pertambahan Bobot Badan Domba Garut Jantan Konsumsi ransum merupakan indikator dasar dalam menilai performans ternak maupun kualitas pakan. Pertambahan bobot badan ternak dipengaruhi oleh konsumsi, demikian pula dengan nilai kecernaan nutrien suatu pakan erat hubungannya dengan konsumsi. Suplementasi Cr dan Ca dalam ransum tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering (BK) total, konsumsi BK mingguan dan pertambahan bobot badan harian (PBBH) domba Garut jantan (Tabel 2 dan Gambar 4). Namun cenderung konsumsi BK domba yang diberi ransum R3 lebih tinggi (Gambar 3). Hasil tersebut berbeda dengan yang dilaporkan oleh Kraidees et al. (2009) bahwa suplementasi Cr sebanyak 0.3
ppm meningkatkan konsumsi ransum dan
pertambahan bobot badan pada domba yang mengalami cekaman. Sedangkan pada penelitian Mathius et al. (2005) suplementasi Cr 4 ppm pada ransum ternak domba tidak mempengaruhi konsumsi dan pertambahan bobot badan. Kadar Cr ransum percobaan diduga telah cukup dan masih dalam kisaran aman sehingga
1200 1100 1000
Konsumsi (g)
R0 900
R1
800
R2
700
R3
600 1
2
3
4
5
6
7
Minggu
Peubah Konsumsi: BK (g/h) BK (%BB) Cr (mg) Ca (g) Zn (mg) Mg (g) PBBH (g)
Perlakuan R0 873±176 2.64±0.40 4.16±0.80a 1.57±0.30a 103.61±19.86 10.84±2.08 114±70
R1
R2
R3
865±145 2.63±0.45 6.63±1.18b 1.63±0.29a 107.5±19.21 11.25±2.01 102±32
922±167 2.83±0.29 4.56±0.80a 3.46±0.61b 113.48±19.95 11.88±2.09 116±25
1088±167 3.02±0.59 7.97±1.50b 3.93±0.74b 129.12±22.33 13.52±2.55 109±64
Pertambahan Bobot Badan (kg)
7,00 6,00 5,00 R0 4,00
R1
3,00
R2
2,00
R3
1,00 0,00 I
II
III
IV
Minggu
V
VI
VII
26 Tabel 3 Absorpsi mineral Cr, Ca, Zn dan Mg ransum domba Garut jantan yang ransumnya disuplementasi Cr dan Ca Peubah Cr (%) (mg) Ca (%) (g) Zn (%) (mg) Mg (%) (g)
Perlakuan R0 68.52a ±9.86 2.88b ±0.79 78.11a ±5.93 10.71a ±2.03 32.47 ±15.44 31.92 ±11.14 73.05 ±7.95 73.28 ±14.11
R1 19.25b ±7.72 1.22a ±0.34 70.10b ±10.24 11.01a ±1.89 30.21 ±8.37 31.69 ±7.49 71.25 ±11.89 75.75 ±12.76
R2 58.03a ±12.34 2.71b ±1.01 82.53a ±8.09 23.97b ±4.24 35.58 ±7.65 40.98 ±14.81 65.82 ±5.44 79.56 ±14.06
R3 30.01b ±16.31 2.99b ±1.22 84.16a ±5.54 26.73b ±5.18 31.17 ±9.84 41.56 ±19.02 61.75 ±6.59 79.68 ±17.56
Keterangan: superksrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P < 0.05). R0 = Ransum basal (NKAR+14), R1 = R0 + Cr (NKAR+14), R2 = R0 + Ca (NKAR 0), R3 = R2 + Cr (NKAR 0)
Suplementasi Cr dalam ransum domba Garut menurunkan absorpsi Ca pada ransum R1 yang rendah Ca. Hal ini berarti bahwa suplementasi Cr pada ransum rendah Ca memperburuk absorpsi Ca. Pada ransum R2 dan R3 yang mengandung cukup Ca, suplementasi Cr tidak mempengaruhi absorpsi Ca. Absorpsi Ca dalam saluran pencernaan memerlukan Calbindin yaitu suatu Ca-binding protein (CaBP) untuk masuk ke dalam membran saluran pencernaan. Molekul CaBP memiliki afinitas yang tinggi terhadap Ca (Georgievskii et a1 1982). Namun afinitas yang lebih tinggi pada mineral lain mempengaruhi ikatan antara Ca dan Calbindin dalam usus (Suttle 2010).
Berdasarkan perioda pada tabel periodik
unsur, afinitas Cr lebih besar dibandingkan Ca, sehingga Cr lebih mudah berikatan dengan senyawa protein seperti CaBP. Selain itu terdapat kemiripan mekanisme kerja dan struktur antara Calbindin dan low molecular-weight chromium binding substance (LMWCr) (Vincent 1999) akan menyebabkan kompetisi antara mineral (Lehninger et al. 2004). Oleh karena itu rendahnya absorpsi Ca pada R1 diduga disebabkan oleh adanya kompetisi diantara kedua mineral tersebut untuk berikatan dengan CaBP. Rataan absorpsi Ca ransum R2 dan R3 lebih tinggi daripada absorpsi ransum R0 dan R1 juga disebabkan oleh perbedaan NKAR. Rendahnya NKAR pada R2 dan R3 merangsang peningkatan penyerapan Ca dari usus. Menurut Ramberg et al. (2009), penurunan nilai NKAR meningkatkan produksi 1,25-
27 (OH)2D3 dalam ginjal, sehingga meningkatkan efisiensi absorpsi Ca dan mobilisasi Ca dari tulang. Absorpsi Zn tidak dipengaruhi oleh suplementasi Cr pada tingkat Ca ransum berbeda. Nilai absorpsi Zn ransum domba perlakuan berada dalam kisaran cukup sempit yaitu antara 30.21 – 35.58 ppm. Nilai absorpsi mineral Mg dalam ransum domba tidak dipengaruhi oleh suplementasi Cr pada tingkat Ca berbeda. Namun terdapat hubungan negatif antara konsumsi Ca dengan nilai absorpsi Mg (R=0.43, P<0.05). Tingkat konsumsi Ca yang tinggi dapat mengurangi absorpsi Mg dalam saluran pencernaan (Gropper et al. 2009).
Tabel 4 Korelasi dan regresi konsumsi mineral dengan absorpsi dan status mineral dalam semen dan darah domba Garut jantan yang ransumnya disuplementasi Cr dan Ca Peubah Konsumsi Cr – Absorpsi Cr Konsumsi Cr – Cr darah Konsumsi Ca – Absorpsi Ca Konsumsi Ca – Absorpsi Mg Konsumsi Ca – Ca darah Konsumsi Ca – Zn darah Konsumsi Zn – Zn darah Konsumsi Mg – Ca darah Konsumsi Mg – Zn darah
R
Signifikansi
-0.58 0.42 0.48 -0.45 0.56 0.46 0.52 0.43 0.52
0.08 0.067 0.02 0.03 0.005 0.024 0.009 0.043 0.009
Regresi Y= 84.691-6.390X Y=0.022+0.016X Y=69.46+3.58X Y=77.01-3.41X Y=30.30+2.84X Y=4.65+0.221X Y=3.695+0.14X Y=24.87+1.101X Y=3.696+0.13X
Nilai absorpsi mineral Cr (Tabel 4) memiliki hubungan negatif dengan konsumsi Cr (R=0.58). Semakin tinggi konsumsi Cr menurunkan absorpsi Cr. Setiap peningkatan satu satuan konsumsi Cr maka menurunkan absorpsi Cr sebesar 6.4%. Nilai Cr darah juga memiliki hubungan positif dengan konsumsi Cr, semakin tinggi konsumsi Cr maka Cr darah meningkat. Persamaan regresi berganda yang dilakukan pada hubungan peubah konsumsi Cr dan Ca terhadap absorpsi Cr menunjukkan hubungan yang nyata (P<0.05), dengan persamaan regresi Y=0.682Ca – 0.257Cr + 2.035 (R=0.57).
Hal tersebut terjadi karena
absorpsi Cr juga dipengaruhi oleh kadar Ca ransum (Tabel 3).
Konsumsi Cr
tidak berhubungan dengan kadar Cr dalam semen. Pada kondisi ransum defisien atau marginal Ca, nilai absorpsi Ca berhubungan dengan konsumsi Ca. Semakin
28 tinggi konsumsi Ca maka terjadi peningkatan absorpsi Ca. Sementara itu konsumsi Ca berhubungan negatif dengan aborbsi Mg karena adanya kompetisi dalam saluran pencernaan. Sehingga konsumsi Ca yang tinggi akan menurunkan absorpsi Mg. Nilai status Ca dan Zn darah berhubungan dengan konsumsi Ca. Semakin tinggi Konsumsi Ca, meningkatkan nilai Ca dan Zn darah tetapi tidak diikuti dengan nilai Ca dalam semen. Dengan demikian status Cr dan Ca darah dapat dijadikan indikator kecukupan Cr dan Ca dalam ransum sedangkan Cr dan Ca dalam semen tidak menunjukkan informasi Cr maupun Ca dalam ransum. Status Mineral Semen dan Darah Domba Garut Jantan Suplementasi Cr pada tingkat Ca berbeda tidak mempengaruhi status Cr semen dan darah. Namun pada kondisi ransum dengan Ca cukup (R3), rataan kadar Cr semen cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan ransum rendah Ca (R1). Kadar Cr darah domba perlakuan berkisar antara 0.13 dan 0.22 ppm. Status Cr tersebut berada dalam kisaran kadar normal yaitu 0.01 – 0.3 ppm (NRC 1997). Nilai Cr semen tidak dipengaruhi oleh suplementasi Cr dalam ransum dan tidak juga mempunyai korelasi dengan konsumsi Cr. Hal ini berarti bahwa status Cr plasma semen lebih banyak dipengaruhi
oleh faktor lain seperti antagonisme
mineral, hormon, vitamin, penyakit, stres (NRC 1997; Watts 1989) Status Ca dalam semen menunjukkan nilai yang sangat bervariasi 30.15 – 90.53 ppm. Hal ini menunjukkan pengaturan imbangan Ca semen tidak ketat seperti pada homeostasis mineral darah. Namun tampak bahwa suplementasi Cr cenderung menurunkan kadar Ca dalam semen (Tabel 5). Suplementasi Cr dan penurunan NKAR 0 tidak mempengaruhi status Ca darah domba. Kadar Ca darah berada dalam kisaran 32.19 – 42.05 ppm, yang berarti bahwa status Ca domba dalam kondisi marjinal. Kisaran Ca darah yang normal adalah 40 – 60 ppm (Georgievskii et al. 1982). Walaupun konsentrasi Ca darah dijaga dalam batas yang sempit oleh calcitonin dan parathyroid hormon (Suttle 2010), kadar Ca darah dapat mencapai nilai 112.5 – 118.1 ppm (Ratchford et al. 2001 ; Stojkovic 2009). Respon domba Garut terhadap suplementasi Cr dalam kondisi Ca tinggi diperkirakan akan lebih positif dibandingkan dengan kondisi rendah Ca. Suplementasi Cr dalam ransum domba Garut tidak mempengaruhi Zn darah. Konsentrasi Zn darah domba percobaan berkisar antara 5 – 5.45 ppm, tetapi
29 masih dalam batas normal 4 – 6 ppm (Suttle 2010). Walaupun kadar Zn ransum domba penelitian cukup tinggi mencapai 139.12 ppm. Kadar Zn darah domba Garut lebih rendah dibandingkan kadar Zn plasma darah domba hasil penelitian Ratchford et al. (2001)
yaitu berkisar 9.1 ppm.
Rendahnya kadar Zn darah
domba Garut dapat menggambarkan adanya faktor-faktor yang membatasi penyerapan Zn. Faktor yang membatasi penyerapan Zn dan status Zn dalam darah adalah interaksi mineral, kecukupan Zn dalam ransum, vitamin, and chelating agent (Gropper 2009) Tabel 5 Status Cr, Ca, Zn dan Mg (ppm) dalam semen dan darah domba Garut yang ransumnya disuplementasi Cr dan Ca Perlakuan
Peubah Semen: Cr Ca Zn Mg Darah: Cr Ca Zn Mg
R0
R1
R2
R3
0.22±0.02 70.51±107.45 32.87±6.23 225±71
0.37±0.14 30.15±31.01 37.26±6.23 263±68
0.42±0.28 92.53±74.44 36.77±6.23 233±131
0.52±0.36 50.57±60.59 33.15±6.83 186±61
0.13±0.06 37.43±5.07
0.14±0.06 32.19±5.39
0.18±0.07 39.96±4.79
0.22±0.06 42.05±4.87
5.00±0.23 74.21±9.27
5.15±0.66 83.96±13.62
5.45±0.55 66.31±8.45
5.35±0.57 78.06±40.05
Keterangan: Rataan perlakuan pada semua peubah tidak berbeda nyata (P > 0.05) R0 = Ransum basal (NKAR+14), R1 = R0 + Cr (NKAR+14), R2 = R0 + Ca (NKAR 0), R3 = R2 + Cr (NKAR 0)
Suplementasi Cr pada Ca ransum rendah dan cukup tidak mempengaruhi status Mg darah. Kadar Mg dalam darah domba Garut jantan berkisar antara 66.31 – 83.96 ppm.
Nilai kadar Mg darah domba Garut percobaan dapat
dikatagorikan tinggi, karena kadar Mg normal darah domba berkisar antara 22.5 sampai 26.1
ppm (Ratchford et al. 2001; Stojkovic 2009). Kadar Mg yang
tinggi dalam darah disebabkan kadar Mg ransum percobaan yang tinggi (Tabel 1). Menurut Georgievskii (1982) kadar Mg darah merupakan fungsi dari kadar Mg dalam ransum, semakin tinggi kadar Mg ransum maka kadar Mg darah akan meningkat. Hal ini berarti bahwa dalam kondisi status Mg yang baik, kadar Mg darah tidak dipengaruhi oleh suplementasi Cr.
30 Kecernaan Nutrien Ransum Perlakuan Kecernaan bahan kering, bahan organik, protein, lemak dan serat kasar tidak dipengaruhi oleh suplementasi Cr dalam ransum domba (Tabel 6). Suplementasi Cr tidak mempengaruhi kecernaan bahan kering (KCBK) dan bahan organik (KCBO) ransum. Penambahan Cr tidak mempengaruhi pencernaan dalam rumen maupun pasca rumen. Hasil ini sama dengan laporan Kitchalong et al. (1995) bahwa suplementasi Cr pikolinat 250 ppb pada ransum domba Suffolk tidak mempengaruhi pertambahan bobot badan dan imbangan nitrogen. Namun hasil ini berbeda dengan percobaan pada babi, dimana pemberian Cr pikolinat 200 ppb meningkatkan kecernaan bahan kering dan retensi nitrogen (Kornegay et al. 1997). Mackie et al. (2002), menyatakan bahwa aktivitas mikroba dalam saluran pencernaan sangat mempengaruhi kecernaan.
Pemberian Cr kecil pengaruhnya
terhadap fungsi rumen (Besong et al. 2001). Hal ini berarti bahwa suplementasi Cr ransum tidak mempengaruhi aktivitas mikroba rumen.
Tabel 6 Kecernaan nutrien dan energi dapat dicerna (DE) ransum domba Garut yang ransumnya disuplementasi Cr dan Ca Peubah KCBK (%) KCBO (%) Protein Kasar (%) Lemak Kasar (%) Serat Kasar (%) DE (Kkal/kg)
Perlakuan R0 63.24±5.70 65.2±2.77 60.08±3.1 96.5±1.53 32.78±3.87 1263±247
R1 61.22±3.30 64.75±3.00 59.43±1.86 94.5±2.30 30.7±8.14 1432±268
R2 63.61±4.62 66.91±4.29 61.48±4.79 94.35±2.68 34.68±11.19 1518±419
R3 60.16±6.42 65.15±4.07 59.78±5.19 93.04±1.22 31.48±15.19 1704±462
Keterangan: Rataan perlakuan pada semua peubah tidak berbeda nyata (P > 0,05) R0 = Ransum basal (NKAR+14), R1 = R0 + Cr (NKAR+14), R2 = R0 + Ca (NKAR 0), R3 = R2 + Cr (NKAR 0)
SIMPULAN Suplementasi Cr pada tingkat Ca dan NKAR berbeda dalam ransum domba Garut jantan tidak mempengaruhi konsumsi pakan, kecernaan nutrien ransum dan pertambahan bobot badan. Suplementasi Cr menurunkan absorpsi Cr dan Ca pada ransum rendah Ca. Suplementasi Cr tidak mempengaruhi status Cr, Ca, Zn, dan Mg darah dan semen domba Garut. Konsumsi Cr cenderung berkorelasi negatif
31 dengan absorpsi Cr
dan berkorelasi positif dengan kadar Cr dalam darah.
Terdapat hubungan positif antara konsumsi Ca dengan absorpsi Ca dan Mg serta kadar Ca dan Zn dalam darah. Tingkat konsumsi Cr dan Ca tidak berhubungan dengan kadar Cr dan Ca semen. DAFTAR PUSTAKA
Anderson RA, Kozlovsky AS. 1985. Chromium intake, absorption and excretion of subjects consuming self-selected diets. Ame J Clin Nutr 41(6): 11771183. Anderson RA, Polansky MM. 1981. Dietary chromium deficiency: Effect on sperm count and fertility in rats. Biol Trace Element Res. 3:1-5. Anderson RA, Polansky MM, Bryden NA. 2004. Stability and absorption of chromium and absorption of chromium histidinate complexes by humans. Biol Trace Element Res 101(3):211-218 [AOAC] Association of Official of Analytical Chemist. 2005. Official Methods of Analysis of The Association of Analytical Chemist. 18th Ed. Assoc Off Anal Chem, Arlington. Astuti WD, Sutardi T, Evvyernie D, Toharmat T. 2006. Inkorporasi kromium pada khamir dan kapang dengan substrat singkong yang diberi kromium anorganik. Med Pet 29: 83-88. Besong S, Jackson JA, Trammell DS, Akay V. 2001. Influence of supplemental chromium on concentrations of liver triglyceride, blood metabolites and rumen VFA profile in steers fed a moderately high fat diet. J Dairy Sci 84(7):1679-85. Chan PS, West JW, Bernard JK, Fernandez JM. 2005. Effects of dietary cationanion difference on intake , milk yield, and blood components of the early lactation cow. J Dairy Sci. 88: 4384-4392. Carry EE, Allaway WH. 1971. Determination of chromium (III) in yeast. Food Technol Biotechnol 4: 291-297. Georgievskii VI, Annenkov BN, Samokhin VT. 1982. Mineral Nutrition of Animals. Butterworth English. Gropper SS, Smith JL, Groff JL. 2009. Advanced Nutrition and Human Metabolism, Fifth edition. Wadsworth Cengage Learning, Belmont USA. Hal.513-516 Hidayat R, Toharmat T, Boediono A, Permana IG. 2009. Manipulasi kondisi fisiologis dan keasaman semen melalui pengaturan perbedaan kation anion ransum dan suplementasi asam lemak pada domba Garut. JITV 14(1): 25-35.
32 Kitchalong L, Fernandez JM, Bunting LD, Southern LL, Bidner TD. 1995. Influence of Chromium Tripicolinate on Glucose Metabolism and Nutrient Partitioning in Growing Lambs. J Anim Sci 73: 2694-2705. Kraidees MS et al. 2009. Effect of supplemental chromium levels on performance, digestibility and carcass characteristic of transport-stressed lambs. Asian-Aus. J Anim Sci 22(8):1124-1132. Kumar S. 2008. Is environmental exposure associated with reproductive health impairments? (Review). J Turkish-German Gynecol Assoc 9(1): 60-69. Kornegay ET, Wang Z, Wood CM, Lindemann MD. 1997. Supplemental chromium picolinate influences nitrogen balance, dry matter digestibility, and carcass traits in growing-finishing pigs. J Anim Sci 75: 1319-1323. Krejpcio Z. 2001. Essentiality of Chromium for Human Nutrition and Health. Polish J Environ Studies 10: 399-404. Lehninger AL, Nelson, David L, Cox MM. 2004. Principles of Biochemistry 4th edition. WH. Freeman, USA. Lindemann MD et al. 2004. A regional evaluation of chromium tripicolinate supplementation of diets fed to reproducing sows. J Anim Sci 82:29722977. Luseba D. 2005. The effect of selenium and chromium on stress level, growth performance selected carcass characteristic and mineral status of feedlot cattle [Thesis]. Universitiy of Pretoria Etd. Mackie RI, McSweeney CS, Klieve AV. 2002. Microbial ecology of the ovine rumen. Dalam: M. Freer dan H. Dove (Ed). Sheep Nutrition. CSIRO Plant Industry. Canberra Australia. hlm.73-80. Mathius IW, Yulistiani M, Puastuti, Martawidjaya. 2005. Pemanfaatan mineral kromium dalam ransum untuk induk domba bunting dan laktasi (Utilization of Organic Chromium in The Diet for Pregnant and Lactating Local Ewes). Seminar Peternakan dan Veteriner. hlm. 422-429. Mateljan, G. 2010. Chromium. The http://www.whfood.org. [27 Okt 2010].
World’s
Healthy
Food.
Mowat DN. 2008. Supplemental organic chromium for beef and dairy cattle. University of Guelph, Canada. www.ksu.edu.sa/sites/Colleges/Foods AndAgriculture/AnimalProduction/Documents/alhaidary%20i.pdf. [20 Maret 2009] [NRC] National Research Council. 1985. Nutrient Requirement of Sheep. 6th Revised Ed. Washington DC: National Academic Press. [NRC] National Research Council. 1997. The Role of Chromium in Animal Nutrition. Washington DC: National Academic Press. [NRC] National Research Council. 2001. Nutrient requirements of dairy cattle. 7th revised edition. Washington DC: National Academic Press. Pechova A, Pavlata L, 2007. Chromium as an essential nutrient : a review. Veterinarni Medicina 52(1):1-18.
33 Pollard GV et al. 2001. Effects of organic chromium on protein synthesis and glucose uptake in ruminants. The Professional Anim Scientist 17:261-266. Ramberg CF, Ferguson JD, Galligan DT. 2009. Metabolic Basis of the Cation Anion Difference Concept DCAD. Center for Animal Health and Productivity University of Pennsylvania. http://130.91.88.59/pc96/ cationanion.html [2 Maret 2009] Ratchford WA, Milliken, Coffey KP,Kegley EB, Galloway DL. 2001. Apparent magnesium absorption and retention and serum mineral concentrations in lambs fed different sources of magnesium. The professional Anim Scientist 17:267–273. Suttle NF. 2010. Mineral Nutrition of Livestock. 4th edition. CAB International, Wallingford. Hlm.453. Skandhan KP, Makada MT, Amit S. 2005. Levels of cadmium, chromium, nickel, manganese and lead in normal and pathological human seminal plasma. Urologia 72: 461-464. Stojkovic J. 2009. The contents of some mineral elements in the blood serum of sheep in different Physiological cycles and with the Different level of minerals in a meal. Biotechnol Anim Husbandry 25 (5-6): 979-984. Tauriainen S. 2001. Dietary cation-anion balance and calcium and magnesium intake of the dry cow [Dissertation]. Helsinki: University Of Helsinki, Dept. of Animal Science. Vincent JB. 1999. Mechanisms of Chromium Action : Low-Molecular-Weight Chromium-Binding Substance. J Ame College Nutr 18:6 -12. Watts DL. 1989. The Nutritional Relationships of Chromium. J Orthomolecular Medicine 4(1):17-23.