1)
Febe Yuanita Ratna Indudewi, S.E. Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas
Ciputra Surabaya
1)
Febe Yuanita Ratna Indudewi, S.E. Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas
Ciputra Surabaya
1)
Febe Yuanita Ratna Indudewi, S.E. Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas
Ciputra Surabaya
1)
Febe Yuanita Ratna Indudewi, S.E. Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas
Ciputra Surabaya
Perbedaan Abnormal Return Bank-Bank Rekapitalisasi Sebelum dan Sesudah Divestasi (Market Placement) Febe Yuanita R.I.1) Abstrak Penelitian ini melakukan pengamatan terhadap fluktuasi harga saham Bank Rekapitalisasi yang termasuk dalam keputusan program Divestasi Mentri Koordinator Perekonomian Indonesia pada akhir tahun 2004 di pasar modal Bursa Efek Jakarta (BEJ) untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan abnormal return yang diperoleh investor akibat program divestasi (market placement) tersebut. Jenis penelitian yang digunakan adalah riset konklusif deskriptif. Penelitian ini menggunakan event study dengan melihat event divestasi Bank Rekapitalisasi periode akhir 2004. Variabel yang digunakan merupakan variabel univariate, yaitu abnormal return 15 hari sebelum dan sesudah divestasi Bank Rekapitalisasi seperti Bank Danamon, Bank Niaga, dan Bank Permata. Pembahasan penelitian dilakukan dengan menjelaskan karakteristik masingmasing bank untuk menjawab hasil hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah divestasi (market placement) untuk Bank Danamon, Bank Niaga, dan Bank Permata secara statistik, terkait dengan timing divestasi, pemegang saham terbesar bank tersebut, serta bidder dan hasil divestasi akhir 2004 tersebut. Kata kunci : divestasi (market placement), abnormal return, dan bank rekapitalisasi. I. PENDAHULUAN Krisis perekonomian nasional pada tahun 1997 yang berlanjut kepada krisis perbankan ditandai dengan merosotnya nilai mata uang rupiah secara signifikan. Kondisi tersebut mengakibatkan meningkatnya suku bunga dan dihentikannya perpanjangan fasilitas kredit oleh kreditor luar negeri. Hal ini mengakibatkan sebagian besar konglomerat dan bank mengalami kesulitan keuangan. Pada bulan November 1997, pemerintah menutup 16 bank untuk memenuhi rekomendasi dana moneter IMF. Hal ini kemudian dilanjutkan pemerintah sehingga terjadi reformasi perbankan yang menyusutkan jumlah bank sampai 35%, yaitu dari yang semula ada 222 bank menjadi 143 bank saja. Reformasi perbankan dilakukan baik dengan menutup maupun dengan melakukan rekapitalisasi bank-bank yang ada. Dengan kebijakan tersebut, porsi kepemilikan pemerintah di perbankan nasional menjadi sangat dominan. Agar pemilik bank mau ikut serta dalam program rekapitalisasi, sebagai insentif, pemilik diberi opsi untuk membeli kembali saham pemerintah dalam aktu tiga tahun, dengan patokan harga rekapitalisasi tambah bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Kemudian sebagai salah satu upaya lain pengembalian uang negara adalah melalui pengalihan modal (divestasi) atas Penyertaan Modal Sementara yang dimiliki Bank Dalam Penyehatan. Dengan demikian, semua bank yang direkapitalisasi pemerintah pada akhirnya harus di divestasi.
1)
Febe Yuanita Ratna Indudewi, S.E. Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas
Ciputra Surabaya
Divestasi atas Penyertaan Modal Sementara yang dilakukan BPPN dapat dilakukan baik melalui proses penawaran umum kepada masyarakat (market placement) atau melalui penjualan terbatas kepada investor strategis tertentu (strategic sales), dengan memperhatikan upaya untuk memperoleh hasil semaksimal mungkin serta manfaat lainnya yang dapat diperoleh untuk mengembalikan uang negara. Dengan demikian, divestasi saham milik pemerintah di bank-bank rekapitalisasi akan memberikan beberapa manfaat penting sekaligus. Pertama, merupakan cara terbaik bagi pemerintah untuk mendapatkan kembali dana segar yang telah di keluarkan untuk restrukturisasi perbankan. Kedua, menutup defisit APBN negara. Ketiga, hal yang paling penting dari manfaat diatas adalah sebagai cara untuk kembali menggerakkan sektor perbankan nasional dengan mengembalikan posisi kepemilikan ke tangan swasta sebagaimana harusnya. Penjualan aset (divestasi) Bank Danamon, Bank Niaga, dan Bank Permata pada akhir tahun 2004 lalu adalah salah satu wujud pelaksanaan alternatif sumber dana lanjutan yang di tempuh Kabinet Indonesia Bersatu bidang perekonomian pada 50 hari pertama pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam laporan pelaksanaan 50 hari agenda 100 hari pertama Kabinet Indonesia Bersatu bidang perekonomian, hasil divestasi tersebut juga merupakan salah satu program untuk menjaga stabilitas ekonomi makro Indonesia dan salah satu usaha menutup defisit APBN 2004. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan abnormal return saham masing-masing bank rekapitalisasi sebelum dan sesudah divestasi (market placement). Selain itu, untuk mengetahui pengaruh program penyehatan divestasiyang dilakukan Kabinet Indonesia Bersatu bidang perekonomian pada 50 hari pertama pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, terhadap pergerakan tingkat hasil saham Bank Bank Danamon, Bank Niaga, dan Bank Permata. Manfaat penelitian ini adalah sebagai dasar pertimbangan bagi para manajer bisnis perbankan tentang dampak strategi divestasi, serta memberi masukan bagi para investor dalam mengambil keputusan pembelian saham di pasar modal. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Divestasi Divestasi adalah penjualan dari beberapa aset perusahaan untuk beberapa alasan strategis, Gitman (1994:771). Menurut Moin (2003:330), divestasi merupakan penjualan saham atau aset, pemisahan atau penghapusan unit bisnis, lini produk, atau perusahaan anak; atau dapat juga diartikan sebagai penjualan sebagian unit bisnis atau anak perusahaan kepada pihak lain untuk mendapatkan dana segar dlam rangka menyehatkan perusahaan secara keseluruhan. Divestasi itu sendiri terdiri atas: 1. Spin off (demerger) : pemisahan unit bisnis, divisi, atau perusahaan anak dari perusahaan induk sehingga tercipta entitas bisnis yang baru dan independen. Spin off ini meliputi
1)
Febe Yuanita Ratna Indudewi, S.E. Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas
Ciputra Surabaya
a. Split off: sekelompok pemegang saham induk menerima saham perusahaan anak dan pada saat yang sama mereka harus melepaskan saham perusahaan induk yang mereka miliki. b. Split up: serangkaian spin off melalui pemecahan perusahaan sedemikian rupa sehingga terciptalah perusahaan-perusahaan baru dan tidak ada lagi eksisensi perusahaan yang dipecah tersebut. 2. Equity carve out (divestasi parsial): penjualan saham kepada pihak umum dengan uang tunai, dimana penjualan tersebut tidak mempengaruhi hak kontrol; atau penjualan sebagian kecil saham perusahaan anak kepada masyarakat umum (market placement), dan uang hasil penjualan tersebut digunakan sebagai sumber penjualan ekuitas bagi perusahaan induk. Dalam penelitian ini, divestasi Bank Danamon, Bank Niaga, dan Bank Permata melalui market placement dapat di golongkan sebagai divestasi equity carve out. Pemerintah hanya melepaskan sebagian saham kepada publik, tetapi tidak mempengaruhi kewenangan internal dalam masingmasing bank itu sendiri. Sudarsanam (1995:246) membagi divestasi kedalam beberapa bentuk divestasi sebagai berikut: (1) Intercorporate sell-off, transaksi divestasi yang terjadi antraa dua perusahaan independen; (2) Spin-off atau demerger, menjual saham anak perusahaan sebagai perusahaan yang memiliki nilai tersendiri dipasar saham; (3) Equity Carve-Out, hampir sama dengan spin-off, tetapi hanya menjual sebagian kecil saham anak perusahaan tersebut sehingga perusahaan induk masih memiliki kendali atas anak perusahaan tersebut; (4) Management Buy-Out and Buy-In (MBO/MBI), perusahaan induk menjual divisi atau anak cabang kepada pihak manajemen perusahaan, atau suatu perusahaan swasta yang dibeli oleh pihak manajemen perusahaan. Weston, Chung dan Hoag (1990:225-226) berpendapat bahwa kegiatan akuisisi dan divestasi merupakan wujud usaha badan usaha untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan ekonomi disekitarnya. Merger dan Akuisisi, sebagaimana divestasi, merupakan saah satu cara yang dapat ditempuh untuk menghadapi perubahan keadaan politik dan ekonomi yang terjadi. Divestasi jg dilakukan untuk memperbaiki keputusan investasi yang telah dilakukan sebelumnya. 2.2 Abnormal Return Menurut Jones (1996:276), “Abnormal Return is return on a security beyond that expected on the basis of its risk”. Hal ini didefinisikan sebagai perbandingan antara actual return dan expected return dari sebuah strategi investasi. Pengukuran abnormal return ini diperoleh dengan cara mengurangkan return yang sesungguhnya diterima oleh investor dengan return yang diharapkan oleh investor. Abnormal Return menurut Jones (1996:276) dirumuskan sebagai berikut: ARit = (Rit-E(Rit)) ARit : Abnormal Return saham selama periode t : Actual Return saham selama periode t Rit E(Rit) : Expected Return saham selama periode t 1)
Febe Yuanita Ratna Indudewi, S.E. Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas
Ciputra Surabaya
Actual Return menurut Gitman (1995:50) merupakan “The percentage return on the initial price or amount invested”. Actual Return menurut Jones (2000:318), dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Rit = Pit
Pit-1
Keterangan: Rit : Actual Return saham selama periode t Pit : harga saham i pada hari t : harga saham i pada hari t – 1 Pit-1 Expected Return menurut Jones (1996:12) adalah “The ex ante return by investor over some future holding period”. Jadi expected return merupakan return saham yang diharapkan untuk diterima oleh investor pada masa yang akan datang. Ekspektasi tingkat keuntungan masa yang akan datang merupakan fungsi dari tingkat keuntungan bebas resiko ditambah dengan premi resiko. Expected return dapat di hitung dengan menggunakan Market Model Barnes and Ma (2001) sebagai berikut: E(Rit)= αi + βi Rm E(Rit) αi βi Rm
: Expected Return saham pada hari t : tingkat keuntungan bebas resiko : Systematic risk saham : Market return yang diharapkan pada hari t Abnormal return dikatakan memiliki nilai positif jika Rit > E(Rit) dan akan dikatakan memiliki nilai negatif jika Rit < E(Rit). Abnormal return yang bernilai positif berart bahwa pasar bereaksi positif terhadap terjadinya suatu peristiwa, dan sebaliknya jika abnormal return menunjukkan nilai yang negaif. Pinches (1992) menyatakan bahwa event study adalah suatu studi empiris yang memfokuskan diri pada Abnormal Return atau Cumulative Abnormal Return (CAR), untuk menganalisis kapan suatu informasi baru menyebabkan harga saham dipasar naik atau turun. Setelah abnormal return diperoleh, kemudian dikelompokkan dan dianalisa. 2.3 Hipotesis Berdasarkan fakta-fata dan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis kerja sebagai berikut: “ Diduga ada perbedaan abnormal return saham Bank Danamon, Bank Niaga, dan Bank Permata sebelum dan sesudah divestasi (market placement) akhir 2004”. III. KERANGKA PENGUJIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah riset konklusif deskriptif, karena tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat hasil saham Bank Danamon, Bank Niaga, dan Bank Permata sesudah divestasi akhir 2004. Penelitian ini menggunakan event study dengan event divestasi Bank Danamon, Bank Niaga, dan Bank Permata pada akhir 2004, dengan melakukan pengamatan terhadap fluktuasi harga saham bank-bank tersebut dipasar modal Bursa Efek Jakarta (BEJ) untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan tingkat hasil saham 1)
Febe Yuanita Ratna Indudewi, S.E. Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas
Ciputra Surabaya
yang diperoleh investor akibat divestasi (market placement) ketiga bank subyek penelitian. Variabel penelitian menggunakan variabel univariate, yaitu abnormal return 15 hari sebelum dan sesudah Divestasi Bank Danamon, Bank Niaga, dan Bank Permata pada akhir 2004. Definisi operasional yang digunakan adalah Abnormal Return. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank-bank yang termasuk dalam program divestasi Menko Perekonomian dalam rangka mengamankan APBN 2004 yang juga termasuk dalam kerangka kerja 50 hari kinerja kabinet perekonomian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yaitu Bank Danamon, Bank Niaga, dan Bank Permata. Dimana divestasi dilakukan dengan metode market placement. Dalam penelitian ini, peristiwa empiris divestasi yang mengukur Abnormal Return Bank Danamon, Bank Niaga, dan Bank Permata menggunakan aras pengukuran rasio, karena aras pengukuran ini dapat menyediakan tingkat ketelitian paling tinggi dibandingkan aras pengukuran lainnya. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari sumber-sumber sebagai berikut: www.ekon.go.id dan www.jsx.co.id periode Oktober – Desember 2004, serta literatur dan artikel pendukung lainnya. Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode dokumenter. Alat pengumpulan data sekunder merupakan dokumen harga saham harian Bank Danamon, Bank Niaga, dan Bank Permata yang diperoleh dari www.jsx.co.id. Pada bagian pertama, pengolahan data dilakukan secara statistik deskriptif meliputi mean yang mencerminkan nilai rata-rata semua data yang dijadikan sampel. Data-data yang diperoleh di tabulasikan, dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan statistik deskriptif dengan menggunakan rumus rata-rata menurut Hermendito dan Siprianus (1998:11):
X=
∑ Xi N
Keterangan: X : rata-rata sampel ∑ Xi : jumlah nilai dari seluruh observasi N : jumlah badan usaha yang diteliti Pada bagian kedua, prosedur yang digunakan dalam pengolahan data untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut: a. Menghitung actual return saham dan market return (Rmt) selama periode estimasi. Tingkat keuntungan indeks pasar atau market return (Rm) diatas dapat dihitung dengan menggunakan IHSG. Pertumbuhan IHSG dalam suatu periode dapat digunakan untuk menghitung market return karena IHSG merupakan gambaran kondisi pasar dari dampak simultan dan kompleks atas berbagai macam berpengaruh, terutama fenomenafenomena ekonomi, sosial, dan politik, sehingga dapat dirumuskan (Abdul Moin, 2003:300):
1)
Febe Yuanita Ratna Indudewi, S.E. Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas
Ciputra Surabaya
IHSGt – IHSGt-1
Rmt =
IHSGt-1
Keterangan: Rmt : market return yang diharpkan pada hari t IHSGt : indeks harga saham gabungan pada periode t IHSGt-1: indeks harga saham gabungan pada periode t-1 b. Menghitung αi dan βi saham masing-masing bank selama periode estimasi dengan menggunakan market model yaitu meregresikan actual return (Ri,t) sebagai variabel tergantung dan market return (Rmt) sebagai variabel bebas selama periode estimasi dengan menggunakan rumus Husnan dan Pudjiastuti (1998:46) : Ri = αi + βiRm + ei Keterangan: Ri : tingkat hasil saham i : yang menunjukkan nilai harapan bagian dari tingkat keuntungan αi saham i yang tidak dipengaruhi oleh perubahan pasar (variabel acak) βi : beta, parameter yang mengukur perubahan yang diharapkan pada Ri kalau terjadi perubahan pada Rm Rm : tingkat keuntungan indeks pasar ei : menunjukkan elemen acak dari bagian tingkat keuntungan saham i yang tidak dipengaruhi oleh perubahan pasar E(ei) = 0 c. Menghitung expected return dari saham masing-masing bank selama periode pengamatan dengan menggunakan nilai αi dan βi serta market return yang telah di hitung. d. Menghitung abnormal return, yaitu selisih antara actual return dan expected return dari saham masing-masing bank selama periode pengamatan. e. Menghitung cumulative abnormal return (CAR) saham masing-masing bank yang diteliti pada hari ke-t selama periode pengamatan. Kemudian, peneliti melakukan uji hipotesis untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan abnormal return yang diterima investor sebelum dan sesudah divestasi. Untuk uji hipotesis pertama dilakukan uji signifikansi dari abnormal return dari seluruh badan usaha yang dijadikan objek penelitian pada hari ke-t (ARNt) dengan distribusi t (dua sisi) atau Paired-sampel T test abnormal return sebelum dan sesudah divestasi. Uji hipotesis dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan H0 dan H1: H0 : µ1- µ2 = 0; berarti abnormal return sebelum divestasi tidak berbeda dengan abnormal return sesudah divestasi. H1 : µ1- µ2 ≠ 0; berarti abnormal return sebelum divestasi berbeda dengan abnormal return sesudah divestasi b. Menentukan tingkat signifikan (α = 5%), kemudian menentukan daerah kritis atau daerah penolakan H0. langkah terakhir adalah menarik kesimpulan dengan kondisi t hitung sebagai berikut: i. Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima ii. Jika t hitung ≤ t tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak 1)
Febe Yuanita Ratna Indudewi, S.E. Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas
Ciputra Surabaya
IV. TAMPILAN DATA DAN PEMBAHASAN Pengolahan data dan hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS for windows version 12.0. Data mentah yang dipakai dalam penelitian ini berupa data harga saham (nilai rata-rata opening price dan closing price) Bank Danamon, Bank Niaga, dan Bank Permata dalam periode 15 hari sebelum dan sesudah divestasi. Periode pengamatan 15 hari sebelum dan sesudah didasarkan atas peristiwa empiris bahwa pada tahun 2004, setelah pergantian posisi di pemerintah, pelaksanaan agenda selama 50 hari pemerintahan hanya mencakup divestasi ketiga bank dalam penelitian ini saja. Tabel 4.1 Mean Price Bank Danamon, Bank Niaga, dan Bank Permata periode 15 hari Sebelum Dan Sesudah Divestasi Bank Bank Bank t Danamon Niaga Permata (Rp) (Rp) (Rp) -15 3700.0 362.5 1050.0 -14 3687.5 360.0 1075.0 -13 3662.5 357.5 1087.5 -12 3587.5 357.5 1150.0 -11 3475.0 362.5 1225.0 -10 3487.5 382.5 1250.0 -9 3537.5 392.5 1275.0 -8 3487.5 400.0 1275.0 -7 3525.0 410.0 1275.0 -6 3600.0 417.5 1250.0 -5 3587.5 425.0 1225.0 -4 3562.5 442.5 1225.0 -3 3587.5 465.0 1225.0 -2 3600.0 465.0 1212.5 -1 3575.0 460.0 1187.5 0 3625.0 475.0 1175.0 1 3662.5 490.0 1000.0 2 3675.0 487.5 800.0 3 3725.0 485.0 775.0 4 3737.5 485.0 775.0 5 3762.5 480.0 750.0 6 3825.0 472.5 737.5 7 3912.5 465.0 750.0 8 4012.5 460.0 762.5 9 4137.5 457.5 762.5 10 4262.5 457.5 750.0 11 4325.0 460.0 750.0 12 4375.0 462.5 737.5 13 4412.5 467.5 725.0 14 4437.5 475.0 725.0 15 4425.0 480.0 725.0
1)
Febe Yuanita Ratna Indudewi, S.E. Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas
Ciputra Surabaya
4.1 Proses Pengolahan dan Hasil Olahan Data Pengolahan data dimulai dengan melakukan uji normalitas atas data hargaharga saham dari masing-masing bank untuk melakukan kelayakan penelitian. Diketahui berdasarkan lampiran 1, data-data yang digunakan telah memenuhi syarat normalitas yaitu tingkat signifikan diatas α = 5% (0.05). Data harga saham berikut kemudian dipergunakan sebagai berikut: 1. Menghitung actual return dan market return setiap saham Bank Rekapitalisasi yang diteliti.. 2. menghitung αi dan βi saham masing-masing bank dengan menggunakan bantuan SPSS for windows version 12.0. Perhitungan αi dan βi ini didapatkan dengan meregresikan Ri,t dan Rm,t dengan menggunakan Single Index Model selama periode pengamatan yaitu 15 hari sebelum dan sesudah divestasi (market placement) Bank Danamon, Bank Niaga, dan Bank Permata. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :
3. Menghitung expected return dari saham masing-masing bank pada periode pengamatan (t-15 sampai dengan t+15) dengan menggunakan nilai αi dan βi serta market return yang telah di hitung. 4. Menghitung abnormal return saham masing-masing bank yang diteliti selama periode pengamatan untuk mengetahui reaksi pasar terhadap suatu peristiwa atau event dalam hal ini peristiwa pengumuman divestasi (market placement). Kemudian dengan diperolehnya abnormal return masing-masing bank dapat dilakukan perbandingan untuk keadaan sebelum dan sesudah divestasi (market placement). Tabel 4.3 Abnormal Return Bank Danamon, Bank Niaga, Bank Permata Bank Danamon (ARd)
Bank Niaga (ARn)
Bank Permata (ARp)
No
1)
Sebelum
Sesudah
Selisih
Sebelum
Sesudah
Selisih
Sebelum
Sesudah
Selisih
1
-0,00849
0,01085
0,01934
-0,02935
0,01505
0,04440
-0,00555
-0,11421
-0,10866
2
-0,00602
-0,00868
-0,00266
-0,00604
0,00124
0,00728
0,04402
-0,14703
-0,19105
3
-0,00916
-0,00168
0,00748
0,03570
-0,01362
-0,04932
-0,00615
0,02930
0,03545
4
-0,01227
-0,00415
0,00812
0,03897
-0,00967
-0,04864
0,00040
0,04056
0,04016
5
-0,00526
-0,00242
0,00284
0,00900
-0,01135
-0,02035
-0,03161
0,01835
0,04996
6
0,00854
0,00953
0,00099
-0,00525
-0,00976
-0,00451
0,00192
-0,03762
-0,03954
7
0,00181
0,00694
0,00513
0,01279
-0,00713
-0,01992
-0,00252
-0,00543
-0,00291
8
-0,01315
0,02102
0,03417
0,00430
-0,00959
-0,01389
0,03166
-0,00081
-0,03247
9
0,01445
0,03190
0,01745
0,01339
-0,00046
-0,01385
0,03382
0,03350
-0,00032
10
-0,01212
0,02084
0,03296
0,03246
-0,02213
-0,05459
-0,00426
-0,01860
-0,01434
Febe Yuanita Ratna Indudewi, S.E. Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas
Ciputra Surabaya
11
-0,02933
0,01241
0,04174
-0,00464
-0,01721
-0,01257
0,07045
-0,00058
-0,07103
12
-0,01404
-0,00051
0,01353
-0,00252
-0,01538
-0,01286
0,05585
-0,00057
-0,05642
13
-0,00904
0,00006
0,00910
-0,01882
0,00930
0,02812
0,01543
-0,02203
-0,03746
14
-0,00399
-0,00478
-0,00079
-0,01203
0,00101
0,01304
0,00133
0,00516
0,00383
15
-0,00146
0,00462
0,00608
-0,00142
-0,00389
-0,00247
-0,01168
0,01790
0,02958
Mean
-0,00664
0,00640
0,01303
0,00444
-0,00624
-0,01068
0,01287
-0,01347
-0,02635
Dari tabel dapat di indikasikan terdapat perbedaan return sebelum dan sesudah pengumuman saham bonus. Hal ini terlihat selisih rata-rata abnormal return Bank Danamon, Bank Niaga, dan Bank Permata sebelum dan sesudah divestasi (market placement), masing-masing sebesar 0,01303, -0,01068, dan 0,02635. Perbedaan tersebut akan membantu peneliti menyimpulkan dan menjawab permasalahan (hipotesis kerja) dalam event study divestasi (market placement) ini. Selisih average abnormal return saham Bank Danamon sebelum dan sesudah divestasi (market placement) adalah satu-satunya yang menunjukkan nilai positif 0,01303 atau 1,303%. Bank Danamon juga memiliki abnormal return signifikan positif sehari setelah pengumuman divestasi (market placement) sebesar 0,01085. Hal ini berarti ada peningkatan kemakmuran bagi pemegang saham Bank Danamon sebesar 1,805%. Hal ini terjadi karena berdasarkan sisi kinerja, Bank Danamon juga lebih baik karena berhasil membukukan laba bersoh sekitar Rp 1,7 triliun pada tahun tersebut. Selain itu, pemilik Bank Danamon memiliki nama besar , yang juga merupakan pemegang saham perusahaanperusahaan besar seperti Singapore Airlines dan Singapore Telecom, yaitu Temasek Holdings memberi citra positif dimata para investor. Dalam proses penjualan sebanyak 10 % saham Bank Danamon, pemerintah telah berhasil memperoleh harga Rp 3.550,- per lembar saham dan mengalami kelebihan permintaan (over subscribed) 2,6 kali. Dengan demikian, divestasi (market placement) tanggal 5 November 2004 menunjukkan sentimen positif dari pasar. Bank Danamon juga satu-satunya bank dalam penelitian ini yang signifikan terhadap perbedaan yang positif secara statistik karena respon pasar terhadap divestasi Bank Danamon ini tidak dapat terjadi secara serentak saat peristiwa tersebut berlangsung. Divestasi Bank Danamon ini dijual melalui market placement penawaran terbatas. Jadi, 10% saham yang dijual tersebut tidak dilempar kepasar begitu saja, tetapi ada batasan investor sesuari aturan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), penawaran diberikan kepada 100 institusi (http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=97337). Abnormal return yang cenderung positif setelah peristiwa tersebut mengindikasikan hasil pasar yang melebihi harapan para investor. Komposisi penjualan saham Bank Danamon adalah 60% dibeli investor asing dan 40% dibeli oleh invetor lokal. Sedangkan Bank Niaga justru menunjukkan selisih average abnormal return sebelum dan sesudah divestasi (market placement) yang memiliki kecenderungan negatif 0,01068 (-1,068%), tetapi memiliki abnormal return signifikan positif 0,01505 sehari setelah pengumuman , bahkan pada hari t+2 ARn masih positif 0.00124. Hal ini menunjukkan bahwa divestasi (market placement) memberikan kandungan informasi yang meningkatkan kemakmuran pemegang sahamnya. Terbukti dari tanggapan investor terhadap proses penjualan saham 1)
Febe Yuanita Ratna Indudewi, S.E. Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas
Ciputra Surabaya
Bank Niaga yang dinilai positif, karena permintaan mengalami oversubscribed sebesar 14.29 kali. Namun, pada kenyataannya abnormal return Bank Niaga sesudah divestasi cenderung negatif. Hal ini mengindikasikan harapan pasar yang berlebih pada kinerja Bank Niaga tidak terwujud pada nilai pasar. Hal ini mungkin terjadi karena pada Bank Niaga, divestasi (market placement) ini terjual kepada 75%investor lokal dan 25% kepada investor asing (Bisnis Indonesia, 6 Desember 2004). Pada pengamatan saham Bank Permata dapat dilihat selisih average abnormal return negatif 0,02635 (-2,635%, bahkan abnormal return bank Permata sehari setelah divestasi (market placement) menunjukkan angka negatif 0,11421 (-11,421%), kemudian memburuk pada hari kedua dengan ARp negatif 0,14703 (-14,7%). Hal ini berarti, abnormal return t+1 dan t+2 saham Bank Permata menurun drastis dibanding hari-hari lainnya selama periode pengamatan. Hal ini mungkin terjadi karena divestasi saham Bank Permata berada jauh di bawah harga pasar yang dilakukan pada saat divestasi strategic sales sebelumnya (11 November 2004). Divestasi strategic sales pada saat itu mampu meningkatkan harga saham Bank Permata di BEJ sampai Rp 1.275,-. Harga tersebut dipengaruhi oleh faktor euforia divestasi strategic sales daripada faktor fundamental. Harga tersebut bertahan selama 5 hari, dimulai sejak 2 hari setelah divestasi strategic sales sebesar 51% kepada konsorsium Astra dan Standard Chartered Bank. Namun pengumuman divestasi (market placement) Bank Permata secara transparan di umumkan oleh pemerintah hanya sebesar Rp 750,-, sehingga memberikan sinyal overvalue pada harga saham Bank Permata di BEJ (± 4 kali nilai buku). Para analisis menilai turun drastisnya harga saham Bank Permata ini merupaka koreksi atas peningkatan harga saham yang tidak wajar selama ini. 5. Menghitung cumulative abnormal return (CAR) harian. Dan disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
CAR Bank Danamon pada hari t+1menunjukkan kangka negatif 0,08151. CAR Bank Danamon bertahan dengan angka yang negatif sampai t+9. Pada akhirnya, CAR Bank Danamon menunjukkan koreksi setelah t+9. Sebaliknya, CAR Bank Niaga menunjukkan nilai positif sampai t+11
1)
Febe Yuanita Ratna Indudewi, S.E. Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas
Ciputra Surabaya
Pada hari t+1, nilai CAR Bank Niaga menunjukkan positif 0,10015 (10,015%). Nilai CAR Bank Niaga yang cukup tinggi ini memberikan indikasi positif terhadap perkembangan kinerja Bank Niaga di mata para investor. Namun demikian, nilai CAR ini berkebalikan dengan nilai AR bank Niaga yang hanya bertahan positif 2 hari saja kemudian terjadi penurunan sampai t+9
CAR Bank Permata pada hari t+1 menunjukkan posistif 0,08033. Hal ini terjadi akrena CAR sebelum divestasi selalu positif akibat kecenderungan AR yang positif setelah proses divestasi strategic sales kepada konsorsium Astra dan Standard Chartered Bank. Namun pengaruh ini terus menurun seiring dengan aksi penjualan saham Bank Permata dan menurunnya euforia divestasi yang terjadi sebelumnya. 4.2 Hasil Uji Hipotesis Peneliti melakukan uji statistik (statistic inferential) untuk membuktikan hipotesis yang telah ditetapkan. Hasil perhitungan Paired Sample T-Test dengan bantuan program SPSS for windows version 12.0 menunjukkan tingkat signifikansi sebagai berikut: 1)
Febe Yuanita Ratna Indudewi, S.E. Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas
Ciputra Surabaya
Tabel 4.4 Hasil Uji Paired Sample-T-Test Bank Danamon t hitung signifikan -4.265
0.001
Bank Niaga t hitung signifikan 1.882
0.081
Bank Permata t hitung signifikan 2.072
0.057
Dari hasil uji Paired Sample T-Test tersebut kemudian dibandingkan dengan t table dengan level of confidence 95% dan degree of freedom (df) (n-1) 14 yaitu sebesar 1.761. Jika t hitung lebih besar dari t table dan memiliki tingkat signifikan <5% (α = 5%), maka H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Bank Danamon memiliki t hitung lebih besar dari t table dan memiliki tingkat signifikan dibawah 5% maka H0 ditolak, artinya terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah divestasi (market placement). Ekspektasi pasar yang tidak berlebihan terjadi karena divestasi Bank Danamon adalah peristiwa pertama yang terjadi setelah adanya pemerintahan baru yang dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ternyata harga saham Bank Danamon di pasar modal lebih tinggi dari perkiraan para investor. 2. Bank Niaga dan Bank Permata memiliki t hitung yang lebih besar daripada t table, tetapi memiliki tingkat signifikan diatas 5%, sehingga H0 belum mampu ditolak yang artinya tidak terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah divestasi (market placement). Hasil uji statistik yang menunjukkan tidak adanya perbedaan AR sebelum dan sesudah divestasi (market placement) mengindikasikan bahwa resppon yang diberikan oleh investor tergolong cepat sehingga harga menyesuaikan ke harga awal sebelum pengumuman divestasi dengan cepat. Hasil uji hipotesis atas ketiga bank dalam penelitian ini didukung oleh event study yang pernah dilakkan oleh Alexander, Benson, and Kampmeyer, 1984; Jain 1985; dan Lin and Rozeff, 1984 yang terdapat dalam buku Weston, Copeland (1990:1096). Penelitian mereka menyatakan bahwa pengaruh pengumuman divestasi atas hasil yang diterima pembeli saham tidak terlalu signifikan secara statistik. Namun, hasl penelitian ini tidak dapat mencerminkan keadaan yang terdapat dalam penelitian Klein 1986. Hal ini mungkin terjadi mengingat divestasi (market placement) ketiga bank dalam penelitian ini memiliki karakteristik fenomenanya sendiri, terutama terkait dengan investor (bidder) dan pola divestasi yang dilakukan oleh pemerintah.
1)
Febe Yuanita Ratna Indudewi, S.E. Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas
Ciputra Surabaya
DAFTAR PUSTAKA Arief Budiarto, Murtanto, Desember 2002, Event Study: Telaah Metodologi dan Penerapannya di Bidang Ekonomi dan Keuangan, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.4, No. 3. Barnes, Michelle L. And Shiguang Ma, 2001, Market Efficirncy or Not? The Behaviour of China’s Stock Price in Response to The Announcement of Bonus Issues. Discussion Paper. No 0120 (May). Bodie, Kane, and Marcus, 1999, Investment, 4th Edition, Singapore: McGraw-Hill Companies. Fama, E.F., 1970, Efficient Capital Markets: A Review of Theory and Empirical Work”, Journal of Finance, 25:383-417. Gitman, L.J. , 1995, Foundation of Managerial Finance, 4th edition, Harper Collins College Publishers, New York. Husnan, Suad, dan Eny Pudjiastuti, 1998, Dasar-Dasar Teori Portfolio dan Analisis Sekuritas: Seri Penuntun Belajar, Edisi Pertama, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Jogiyanto, H.M., 1998, Teori Portfolio dan Analisa Investasi, Edisi Pertama, Yogyakarta : BPFE. Jones, Charles P. , 1996, Investment Analysis and Management, 5th Edition, Canada : John Willey and Sons, Inc, New York. Kasmir, 1998, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Cetakan Pertama, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Moin, Abdul, 2003, Merger, Akuisisi, dan Divestasi, Cetakan Pertama, Yogyakarta: Penerbit Ekonisia. Rees, Bill, 1990, Financial Analysis, Prentice Hall Inc., UK.. Reilly, Frank, and Keith C. Brown, 2000, Investment Analysis and Portfolio Management, Sixth Edition, Orlando: The Dryden Press. Sharpe, W.F., Alexander, G.J., and Bailey., 1999, J.V., Investments, 6th Edition, New Jersey: Prentice Hall Inc. Sudarsanam, S. , 1995, The Essence of Merger and Acquisition, 1st Edition, Europe: Prentice Hall. Sugeng Wahyudi Juli, 2002, “Peluang Terjadi Abnormal Return”, Suara Merdeka,. http://www.suaramerdeka.com/harian/0207/08/eko2.htm. Trihendradi, Cornelius, 2004, Memecahkan Kasus Statistik: Deskriptif, Parametrik dan Non Parametrik dengan SPSS 12, Edisi 1, Yogyakarta. Trihendradi, Cornelius, 2005, SPSS 12 Statistik Inferen: Teori Dasar dan Aplikasinya, Yogyakarta. Weston, J. Fred; Chung, KwangS.; and Hoag, Susan E. ., 1990, Mergers, Restructuring, and Corporate Control, Prentice Hall International Inc.
1)
Febe Yuanita Ratna Indudewi, S.E. Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas
Ciputra Surabaya