i'
1crn f)R<·ii"!\ Ol.•~~-~J· ~·w t ... o.~VCO); ,, .h. 1. 1:. v
f""-11 .· ~
GO< r;f' .,;~fOl)EL J! v .. , ..
·J lli.')•"'' i".l;;;"J.,.. ~-"'~.· ,· . :- 'D'-J..{ . . •)..'
\.1!·41."
l
a
-...·.;;:.~' ' ~-" ~;\. 1'··v\.J•·.~i>. 1 ~ ·~ • •"~" u·.··t TAM;i\Jf~' !i~;~?~J~:~ Al~
·• .... ~ ...,u...... '
'f~~~Xt{fr~\A~ D/~"'{~ ·~~AN~}\ A 'f REKREA:SJ. ~r~A'tl P ~~~~(~~ GO 1R~~~~; JC\ BhH\A'1; f•~· SI.NJ ;\ 1 S 8 b-AJ\' P,,t-; f ~; P l~A f' i~i"~ 1
,:"'-"'':D f '\.•~ ~~~;A'M~t 080642'8.19,}..
a
B'A:t{t;If.'CtflS £KO.}'I'0Mlf ~. j~( ·t:.R,i);~j' :p.l' ~e':4.~A R.J :·Mf~~..
1HH' l).~ J tM ~f 2nld,
UNIVERSITAS INDONESIA
APLIKASI TRAVEL COST MODEL UNTUK MENDUGA FUNGSI PERMINTAAN DAN MANF AAT REKREASI DI TAMAN PURBAKALA BATU PAKE GOJENG KABUPATEN SINJAI SULAWESI SELAT AN
TESIS
ANDI MANDASINI 0806428395
FAKULTASEKONOMI PROGRAM PASCASARJANA DEPOK JULI 2009
UNIVERSITAS INDONESIA
APLIKASI TRAVEL COST MODEL UNTUK MENDUGA FUNGSI PERMINTAAN DAN MANFAAT REKREASI DI TAMAN PURBAKALA BATU PAKE GOJENG KABUPATEN SINJAI SULAWESI SELAT AN
TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dalam Ilmu Ekonomi
ANDI MANDASINI 0806428395
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI KEKHUSUSAN SUMBER DAYA ALAM DEPOK JULI 2010
HALAMAN PERNYAT AN ORISINALIT AS
Tesis ini adalah basil karya saya sendiri, dan semua somber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Andi Mandasini
NPM
: 0806428395
Tanda Tangan
=r?
Tanggal
: ..... Juli 2010
HALAMAN PENGESAH AN Tesis ini diajukan oleh Nama
: Andi Mandasini
NPM
: 0806428395
Program Studi
: Pasca Sarjana Ilmu Ekonomi
Judul Tesis
: Aplikasi Travel Cost Model Untuk Menduga Fungsi Permintaan dan Manfaat Rekreasi di Taman Purbakala Batu Pake Gojeng Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan
Telah berhasil dipertahank an di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Ekonomi pada Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
: Prof. Dr. Mangara Tambunan
Ketua Tim Penguji
: Prof. Dr. Nachrowi Djalal N
Dosen Penguji
: Dr. Diah Widyawati
Ditetapkan di : Depok Tanggal
: . .. .. .. Juli 2010
KATAPENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmatNya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Ilmu Ekonomi Program Pascasatjana Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Mangara Tambunan, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dengan sepenuh hati dalam penyusunan tesis sejak awal sampai penyelesaian tesis 1m; 2. Bapak Prof. Dr. Nachrowi Djalal Nachrowi selaku Ketua Tim Penguji dan Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pasca Satjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang telah memberi saran dan masukan dalam penyelesaian tesis ini; 3. lbu Dr. Diah Widyawati selaku Dosen Penguji yang telah member masukan dan kritikan membangun demi penyempurnaan tesis ini; 4. Bapak dan lbu Dosen lingkup Program Studi Ilmu Ekonomi Pascasaijana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang telah memberikan wawasan dan pengetahuan yang sangat berarti khususnya di bidang ilmu ekonomi; 5. Kepala Pusbindiklatren Bappenas, yang telah memberikan beasiswa kepada saya untuk menempuh pendidikan pascasatjana di Universitas Indonesia serta kesempatan mengikuti English for Academic Purpose selama 5 bulan di LBI
UI; 6. Bupati Kabupaten Sinjai, yang telah memberikan izin tugas belajar serta dukungan moril dan materiil kepada saya; 7. Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Sinjai, tempat penulis mengabdi selama ini serta dukungan yang telah diberikan; 8. Kepala Kantor Pariwisata Kabupaten Sinjai beserta stafhya dan pengelola Taman Purbakala Batu Pake Gojeng Kabupaten Sinjai yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan; 9. Kedua orang tua saya, A.M. Saleh Baso (Aim.) dan A. Darmawaty K serta kakak dan adik-adik saya yang telah memberikan semangat dan doanya yang tak pemah putus sehingga saya bisa menyelesaikan pendidikan di Universitas Indonesia ini; 10. Bagian Administrasi Program Pascasatjana Ilmu Ekonomi FE-UI dan Petpustakaan Pascasaijana FE UI, atas segala bantuannya; 11. Sahabat-sahabat di PPIE Universitas Indonesia (lndria Julianti, Nadrah, Afrizal Umari, Uditya, Novie, Ferawaty, Laura, Amalia, Rahmat Wiranata, Bisman Ritonga, Raja Amin Hasibuan, Tin Rahmawati, Yuga Prabowo, Rosa
lV
Agustina, Arif Rahman Hakim, Dina Kartika, Patar) yang telah memberikan bantuan, ketja sama, dukungan dan doanya dengan sepenuh hati selama ini; 12. Semua pihak yang turut serta membantu penyelesaian tesis ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan bagi semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Amin. Juli 2010 Depok, Andi Mandasini
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Andi Mandasini
NPM
: 0806428395
Program Studi
: Pascasarjana Ilmu Ekonomi
Departemen
: Ilmu Ekonomi
Fakultas
: Ekonomi
Jenis Karya
: Tesis
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang betjudul: Aplikasi Travel Cost Model untuk Menduga Fungsi Permintaan dan Manfaat Rekreasi di Taman Purbakala Batu Pake Gojeng Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti menyimpan, berhak Indonesia Universitas 1m Noneksklusif mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : ..... Juli 2010 Yang Menyatakan
v
ABSTRAK
Nama Program Studi Judul
: Andi Mandasini : Pascasrujana Ilmu Ekonomi : Aplikasi Travel Cost Model untuk Menduga Fungsi Permintaan dan Manfaat Rekreasi di Taman Purbakala Batu Pake Gojeng Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan
Tesis ini bertujuan untuk menganalisis dan menduga fungsi permintaan Taman Purbakala Batu Pake Gojeng Kabupaten Sinjai dengan menggunakan metode travel cost serta menghitung manfaat rekreasinya melalui consumer surplus baik yang berbasis survey maupun berbasis zona. Penelitian ini menggunakan data primer serta data sekunder. Fungsi p~rmintaan TPBPG dilihat berdasarkan survey dan berbasis zona. Variable-variabel yang digunakan adalah variable dependen (jumlah kunjungan wisatawan) dan variable independennya adalah travel cost, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, umur, jenis pekerjaan, persepsi fisik, persepsi non fisik dan persepsi lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variable bebas travel cost dan persepsi non fisik pengunjung memberikan pengaruh siginifikan dalam menerangkan permintaan wisata ke Taman Purbakala Batu Pake Gojeng.
Kata kunci: Travel Cost Model, Fungsi Permintaan, Cosnumer Surplus.
Vll
Universitas Indonesia
ABSTRACT Name Study Program Title
: Andi Mandasini : Graduate Program in Economics : The Applicaton Travel Cost Model to Estimate Demand Function and Recreational Benefit in Batu Pake Gojeng Archaeological Park Sinjai Regency South Sulawesi
The purpose of this study is to estimate, analyze and to expect demand function of Batu Pake Gojeng Archaeological Park by using travel cost method and to count recreational benefit by consumer surplus based on survey and zone. This study is using primary and secondary data. Demand function of TPBPG can be estimated based on survey and zone too. The variables that used is dependent variable which is number of tourist and independent variables which comprises of travel cost, level of education, income level, age, work, physically perception, non physically perception and environmental perception. This study showed that travel cost and non physical perception variables giving significant effect to explain tourism demand in Batu Pake Gojeng Archaeological Park.
Keywords: Travel Cost Model, Demand Function, Cosnumer Surplus
viii Universitas Indonesia
DAFTARISI halaman LEMBARPENGESAHAN ............................................................ iii KATA PENGANTAR ................................................................. .iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................... v ABSTRAK .................................................................. .............. vii DAFTAR lSI .................................................................. ........... .ix DAFTAR TABEL .................................................................. ...... xi DAFTARGAMBAR .................................................................. .. xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................... xiii 1. PENDAHULUAN ............................................................ 1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 1.1. Pennasalahan ............................................................... 3 1.2. Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5 1.3. Manfaat Penelitian ......................................................... 5 1.4. Ruang Lingkup dan Batasan Studi .................................... 6 1.5. Sistematika Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6 1.6. 2. TINJAUAN LITERATUR ...... ... ... ...... ......... ... ...... ...... ...... 8 Pariwisata dan Ekowisata ................................................ 8 2.1. Pennintaan Rekreasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12 2.2. Surplus Konsumen dan Willingness to Pay . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . 13 2.3. Jenis Barang (Goods) dalam Ilmu Ekonomi ........................... 16 2.4. Obyek Wisata Sebagai Barang Publik (Public Goods) ............... 19 2.5. Teori Utilitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20 2.6. Valuasi Jasa Lingkungan ................................................ 22 2.7. 2. 7.1. Metode Contingent Valuation . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24 2.7.2. Metode Biaya Peijalanan (Travel Cost Method)............ 25 2.7.3. Model Utilitas Random .......................................... 28 2.7.4. Model Analisis Conjoint (Conjoint Analysis Method) ...... 28 2.7.5. Metode Hedonic................................................ 29 Aplikasi Pendekatan Zonal Travel Cost . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 30 2.8. Taman Purbakala dan Kepurbakalaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30 2.9. 2.10. Studi Sebelumnya Mengenai Pengukuran Nilai Ekonomi Daerah Tujuan Wisata . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31 3. METODE PENELITIAN ................................................... 34 Kerangka Pemikiran ...................................................... 34 3.1. Analisis Data dengan Model Biaya Peijalanan ..................... 35 3.2. Alat Analisis Yang Digunakan .......................................... 37 3.3. Hipotesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38 3.4. Identifikasi Variabel Penelitian. .. .. . . . . .. .. ... ... . . . . .......... .. . . .. 39 3.5. Menghitung Consumer Surplus ................................. ............ 41 3.6. Metode Pengumpulan Data, Waktu dan Lokasi Penelitian ........ 41 3.7. Penentuan Responden ...................................................... 42 3.8. 4. KONDISI LOKASI DAN SITUS PURBAKALA ...................... 43 Kabupaten Sinjai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43 4.1. IX
Universitas Indonesia
4.1.1. Geografis dan Iklim.......................... ................... 43 4.1.2. Administratif ................................. ..................... 43 4.1.3. Ekonomi ................................. ........................... 44 4.1.4. Demografi dan Lapangan Usaha . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46 4.2. Gambaran Umum Kecamatan Sinjai Utara . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 48 4.3. Sejarah Taman Purbakala Batu Pake Gojeng Sinjai ..................... 51 4.4. Kondisi Kepariwisataan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 56 5. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG ................................. ... 61 5.1. Analisis Responden Sutvey . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 61 5.1.1. Karakteristik Pengunjung.................. ......... ....... ... .. 61 5.1.2. Pendapat dan Penilaian Pengunjung ........................... 64 5.2. Analisis Responden Berbasis Zona.......................... .......... 67 6. ESTIMASI FUNGSI PERMINTAAN BERBASIS SURVEY DANZONA ................................. .............................. 69 6.1. Analisis Permintaan TPBPG berbasis SUIVey . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 69 6.1.1. Model Fungsi Permintaan..... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 70 6.1.2. Analisis Nilai Manfaat Rekreasi (Consumer Surplus) . . . . . . 71 6.2. Analisis Permintaan TPBPG Berbasis Zona ........................... 72 6.2.1. Model Fungsi Permintaan ................................. ...... 72 6.2.2. Analisis Nilai Manfaat Rekreasi (Consumer Surplus) ...... 77 6.2.3. Gambaran Zona Daerah Pengunjung TPBPG . . . . . . . . . . . . . . . 79 6.3. Pembahasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 82 7. KESIMPULAN DAN SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 84 7.1. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 84 7.2. Saran-saran................. .................................. ............ 85 DAFTAR PUSTAKA................. .................................. ......... 86 LAMPIRAN............... .................................. ................... .. 89
X
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL Tabel4.1 Tabe; 4.2
Table 4.3
Table 4.4
Tabel4.5 Tabel4.6 Tabel4.7 Tabel4.8 Tabel4.9
Tabel4.10 Tabel5.1 Tabel5.2 Table 6.1 Tabel6.2 Tabel6.3 Tabel6.4 Tabel6.5 Tabel6.6 Tabel6.7 Tabel6.8 Tabel6.9
hal am an Luas Daerah dan Jarak lbukota Kabupaten ke lbukota 44 kecamatan ........................................................ . Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan 45 Usaha di Kabupaten Sinjai atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2002-2006 ............................................... . Banyaknya Penduduk dan Keluarga serta Luas dan 47 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Sinjai Tahun 2006 .............................................. . Keadaan Unit Usaha, Tenaga Kerja dan Inventarisasi 48 Industri di Kabupaten Sinjai dirinci Menurut Cabang Industri Tahun 2006 ............................................ . Jenis dan Jumlah Sarana Transportasi di Kecamatan 49 Sinjai Utara Tahun 2006 ...................................... . Jenis dan Jumlah Sarana Pendidikan di Kecamatan Sinjai 50 Utara Tahun 2006 ............................................ . 51 Jenis dan Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Sinjai Utara Tahun 2006 ............................................ . 55 Jumlah Kunjungan Wisatawan di Taman Purbakala Batu Pake Gojeng ..................................................... . 58 Banyaknya Fasilitas Rekreasi Dirinci Menurut Jenisnya per Kecamatan di Kabupaten Sinjai Tahun 20022006 .............................................................. . 60 Tingkat Hunian Hotel Melati di Kabupaten Sinjai Tahun 2006 ······························································· Karakteristik Pengunjung TPBPG ........................... . Penilaian Pengunjung di TPBPG (attractiveness index) .. . Hasil Analisis Regresi Permintaan Wisata Berbasis Survey ........................................................... . Hasil Analisis Regresi Permintaan Wisata Berbasis Survey untuk Menghitung Consumer Surplus ........... . Consumer Surplus Taman Purbakala Batu Pake Gojeng ... Hasil Analisis Regresi Permintaan Wisata TPBPG Zona I Hasil Analisis Regresi Permintaan Wisata TPBPG Zona II .................................................................. . Hasil Analisis Regresi Permintaan Wisata TPBPG Zona III ................................................................. . Hasil Pendugaan Jumlah Pengunjung pada berbagai harga tiket berdasarkan biaya perjalanan rata-rata di TPBPG Consumer Surplus per zona Pengunjung TPBPG .......... . Jumlah Pengunjung TPBPG per Daerah .................... .
63 66 70 71 72 73 73
74 75 77 82
Xl
Universitas Indonesia
DAFTARGAMBAR
Gambar2.1 Gambar2.2 Gambar 3.1 Gambar4.1 Gambar6.1
Surplus Konsumen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Valuasi Jasa Lingkungan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Skema Kerangka Pemikiran .................................... Peta Pariwisata Kabupaten Sinjai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... Fungsi Permintaan Taman Purbakala Batu Pake Gojeng ..
ha1aman 15 24 35 57 76
xu Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran2 Lampiran 3 Lampiran4
Lampiran 5
Lampiran6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran
10 11 12 13 14 15 16
Hasi1 Regresi Fungsi Permintaan Berbasis Survey ........ . Hasil Regresi untuk Menghitung Consumer Surplus Berbasis Survey ................................................. . Consumer Surplus Taman Purbakala Batu Pake Gojeng Berbasis Survey ............................................... . Hasil Pendugaan Jumlah Pengunjung per 1000 Penduduk pada Berbagai Harga Tiket Berdasarkan Biaya Peijalanan rata-rata di TPBPG ........................................... . Hasil Pendugaan Jumlah Pengunjung pada Berbagai Harga Tiket Berdasarkan Biaya Peijalanan rata-rata di TPBPG ........................................................ . Graflk Fungsi Permintaan ................................... . Hasil Regresi Fungsi Permintaan Analisis Berbasis Zona I Hasil Regresi Fungsi Permintaan Analisis Berbasis Zona II .................................................................. . Hasil Regresi Fungsi Permintaan Analisis Berbasis Zona III .............................. · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · ·· Consumer Surplus per Zona pengunjung TPBPG ........ . Jumlah Pengunjung TPBPG per Daerah ................... . Karakteristik Pengunjung TPBPG ........................... . Penilaian Pengunjung di TPBPG (attractiveness index) .. . Peta Pariwisata Kabupaten Sinjai ........................... . Kuesioner Penelitian .......................................... . Foto-foto Taman Purbakala Batu Pake Gojeng Sinjai .... .
89
90 91
92
93
94 95
96 97
98 99 100 102 104 105 108
Xlll
Universitas Indonesia
BAB1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sector pariwisata sebagai salah satu sector yang menopang pertumbuhan ekonomi di Indonesia sebenamya telah dimulai perintisannya sejak Pelita I namun sampai dengan Pelita III pengembangannya masih bersifat perintisan. Namun dewasa ini, pertumbuhan sector pariwisata telah menjadi salah satu sector prioritas dalam perencanaan pembangunan nasional, mengingat kontribusi sector ini terhadap PDRB sebesar 6,14 % setara dengan Rp. 98,81 triliun dari PDB nasional sebesar Rp. 1.610,01 triliun. Mengingat sector minyak dan gas bumi yang semakin hari semakin berkurang maka perlu dilakukan diversiflkasi ekspor untuk tetap menjaga kesinambungan pembiayaan pembangunan nasional. Namun temyata sector nonmigas seperti tekstil, kayu, karet dan komoditas lainnya juga mengalami kendala seperti proteksionisme yang bernpa system quota, fluktuasi harga, kemampuan produksi serta mutu yang rendah. Oleh karena itu dicari sector alternative yang tidak rentan terhadap goncangan resesi ekonomi dunia, serta permasalahan ekonomi lainnya. Sector tersebut adalah sector pariwisata. Keberhasilan sector pariwisata mernpakan buah keijasama dan partisipasi semua pihak dalam upaya mengembangkan sumber dan potensi alam yang tersedia di daerah atau wilayah negara tersebut. Wilayah-wilayah yang memiliki potensi terns dikembangkan dengan melengkapi berbagai sarana, prasarana serta diversiflkasi obyek yang diharapkan dapat menarik sebanyak mungkin wisatawan baik domestic maupun mancanegara. Pengembangan industry pariwisata di Indonesia yang semakin hari semakin menunjukkan tingkat kemajuan yang berarti perlu diperhatikan pula dampak yang ditimbulkannya baik itu positif ataupun negative. Dampak positifnya tentulah menguntungkan secara ekonomi dan perlu terns dikembangkan, namun dampak negatifuya yang hendaknya perlu dicarikan solusi pemecahannya sehingga di satu sisi, pengembangan pariwisata akan semakin meningkat dan di sisi lain dampak negatifuya bisa di saring sehingga tidak mernsak sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia yang menunjung adat ketimuran.
1 Universitas Indonesia
2
Pariwisata yang paling tepat dikembangkan menurut Earlington dan Smith (1995) adalah ekowisata dan pariwisata alternative yang diartikan sebagai aktivitas yang konsisten dengan nilai-nilai alam, social dan masyarakat yang memungkinkan adanya interaksi positif diantara para pelakunya. Ekowisata sebagai bentuk dari pariwisata yang berwawasan lingkungan dikelola dengan dasar kepedulian dan komitmen untuk menjada kelestarian alam dan lingkungan. Terlebih lagi saat ini kondisi beberapa kota besar di Indonesia yang semakin tercemar kondisi udaranya membuat masyarakat di perkotaan haus akan lingkungan ataupun tempat rekreasi yang menawarkan kondisi alam dengan udara yang bersih serta suasana yang alami dengan kehadiran beragam pepohonan yang tumbuh secara alami ataupun sengaja dipelihara. Dalam teori ekonomi disebutkan bahwa nilai suatu barang atau j asa merupakan refleksi dari kegunaannya, sehingga dapat diukur berdasarkan satuan kegunaan (utiles). Kegunaan, sangat erat kaitannya dengan kesediaan membayar
(willingness to pay) atau kesediaan dibayar (willingness to accept) yang besamya dapat diukur dengan nilai uang (Kahn, 1995). Secara umum, terdapat dua cara untuk menilai besarnya kesediaan membayar atau kesediaan dibayar, yaitu penilaian secara langsung dan secara tidak langsung. Cara-cara penilaian ini diantaranya : Hedonic Price Method (HPM), Travel Cost Method (TCM), dan
Contingent Valuation Method (CVM) (Kahn, 1995). Dalam penelitian ini digunakan metode biaya perjalanan. Dasar pertimbangannya, metode ini sering digunakan untuk menilai tempat rekreasi. Mengingat permintaa.tl terhadap obyek wisata memiliki trend yang terns meningkat dari tahun ke tahun, sedangkan persediaan sumber daya alam yang menunjang kegiatan obyek wisata ini memiliki trend yang menurun, maka sangat diperlukan adanya suatu pengembangan dan pelestarian sumber daya alam di kawasan obyek tersebut secara berkelanjutan. Hal ini hanya dapat dicapai apabila tersedia informasi mengenai manfaat sumber daya alam di kawasan tersebut secara komprehensif. Kabupaten Sinjai sebagai salah satu daerah di Propinsi Sulawesi Selatan, memiliki sejumlah potensi pariwisata yang dapat dikembangkan dimasa mendatang. Beberapa diantaranya adalah, Taman Purbakala Batu Pake Gojeng,
Universitas Indonesia
3
Rumah Adat Karampuang, Pantai Ujung Kupang, Air Terjun Batu Barae, Air Terjun Barambang, Obyek wisata bahari di Pulau Sembilan, agrowisata hutan bakau di Tongke-Tongke dan Benteng Balangnipa Sinjai. Salah satu obyek wisata yang telah cukup lama dikembangkan di Sinjai adalah Taman Purbakala Batu Pake Gojeng Kabupaten Sinjai. Obyek wisata alam dan budaya ini secara geomorfologi terletak di ketinggian sekitar 59 s.d 96 meter di atas permukaan laut. Di atas bukit tersebut terdapat situs Batu Pake Gojeng yang merupakan kuburan batu. Puncak Taman Purbakala Batu Pake Gojeng merupakan benteng pengintaian dan markas pertahanan Jepang di masa lalu yang memungkinkan mereka dengan mudah mengawasi kapal laut yang melintasi Teluk Bone maupun pesawat terbang sekutu. Dari puncak bukit dapat dilihat panorama alam Kota Sinjai dengan deretan Pulau Sembilan sertajejeran rimbunan hutan bakau Tongke-tongke. Namun sampai sekarang belum diketahui secara pasti besarnya partisipasi wisatawan ataupun masyarakat setempat di kawasan wisata tersebut dan juga secara ekonomi belum diketahui
factor-faktor apa yang mempengaruhi
permintaan (demand) tempat tersebut dan berapa besarnya manfaat yang diperoleh apabila mengunjungi tempat tersebut serta bagaimana intensitas kunjungan wisatawan ataupun pelancong ke tempat itu. Oleh karena itu dianggap perlu dilakukan penelitian untuk hal tersebut.
1.2. Permasalahan Pemerintah
Kabupaten
Sinjai
saat
lDl
semakin
menggalakkan
pengembangan objek wisata potensial yang secara ekonomi dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar obyek wisata. Melalui pariwisata yang bersinergi dengan ekonomi kerakyatan, diharapkan secara bersama-sama masyarakat dan pemerintah daerah aktif mengembangkan potensi pariwisata yang ada. Seperti yang diungkapkan oleh Tambunan (1986) dan Nukamp (1980) dalam Gunardi (1991), meningkatnya perhatian terhadap perilaku dan aktivitas rekreasilberwisata adalah merupakann resultan dari berbagai factor social ekonomi.
Factor-faktor
itu
adalah
(1)peningkatan
dalam
waktu
luang,
Universitas Indonesia
4
(2)peningkatan dalam kesejahteraan, (3)peningkatan dalam aksesibilitas berbagai infrastruktur regional, (4)perbaikan telekomunikasi antar wilayah, (5)kemunduran kualitas hidup di negara-negara industry dan (6)peningkatan penawaran akomodasi dan fasilitas rekreasi. Factor-factor inilah yang secara umum melatarbelakangi gerakan pariwisata atau rekreasi yang dinyatakan melalui peningkatan pengeluaran dan aktivitas wisata. Secara teoritis, usaha untuk menduga kebutuhan dalam hal ini permintaan terhadap rekreasi akan dinilai factor-faktor seperti, karakteristik pengunjung, karakteristik kunjungan, persepsi pengunjung tentang obyek wisata, jumlah pengunjung atau kunjungan, lama tinggal, penggunaan fasilitas di areal rekreasi, berapa besar manfaat (surplus) konsumen yang diberikan pada saat ini dan multiple effectnya bagi perekonomian wilayah dan total pengeluaran yang
dilakukan oleh wisatawan. Sehubungan dengan itu, sifat tempat rekreasi juga sangat menentukan karena tidak secara eksplisit bertumpu pada pasar dan harga. Hal ini sama dengan usaha penilaian ekonomi bagi barang-barang public, yang banyak diantaranya merupakan barang-barang yang tidak berorientasi pada pasar (non-market goods).
Prinsip yang mendasari konsep pendugaan permintaan adalah manfaat (benefit) dilihat dari seberapa jauh pemakai barang public secara rasional bersedia
untuk membayarnya. Kesediaan membayar ini secara gratis digambarkan sebagai kemiringan kurva permintaan, yang selanjutnya dapat menduga fungsi permintaan tempat atau barang public tersebut. Berdasarkan ungkapan Tambunan (1989) dan Gunardi (1991}, untuk pengadaan barang-barang public, kesukaran yang muncul dalam analisis adalah bagaimana mengidentifJ.kasi komponen biaya dan manfaat itu sendiri. Berbeda dengan produksi barang-barang privat, banyak diantara barang-barang public, seperti tempat rekreasi, obyek wisata dan lainnya bersifat non-pasar, atau dengan kata lain, informasi pasar tidak tersedia. Dalam kasus Taman Purbakala Batu Pake Gojeng kesulitan yang dihadapi adalah bagaimana menentukan harga tempat tersebut dan factor social ekonomi apa yang mempengaruhi sehingga kunjungan ke tempat tersebut tetap dilakukan.
Universitas Indonesia
5
Sesuai dengan uraian di atas, maka masalah yang akan diselidiki dalam penelitian ini adalah memperkirakan valuasi ekonomi Taman Purbakala Batu Pake Gojeng dalam konteks ekonomi local (regional), mengingat taman wisata tersebut adalah public goods yang tidak memiliki harga pasar, sehingga diperlukan suatu metode valuasi jasa lingkungan untuk menentukan harga pasarnya. Dengan mengetahui valuasi ekonomi ini, maka akan dapat dilihat kemungkinan ekspansi dan prioritisasi investasi terhadap taman rekreasi dalam hal ini Taman Purbakala. Belum adanya pedoman yang jelas tentang trend permintaan penduduk terhadap berbagai pusat rekreasi, sehingga perlu dianalisis manfaat rekreasi dan ekonomi dimana taman purbakala diambil sebagai kasus (site).
1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan tersebut diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis fungsi permintaan rekreasi berdasarkan metode biaya perjalanan (travel cost model). 2. Estimasi valuasi ekonomi Taman Purbakala Batu Pake Gojeng.
1.4.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Penilaian terhadap manfaat rekreasi Taman Purbakala Batu Pake Gojeng yang dilakukan secara ekonomi diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat
dalam
merumuskan
alokasi
pembangunan
yang
berkelanjutan di kawasan tersebut. 2. Sebagai data dan informasi bagi Pemerintah Daerah dalam mengambil keputusan kepariwisataan untuk meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan memperluas kesempatan berusaha. Kontribusi yang bisa diberikan dari penelitian ini adalah dapat memberikan manfaat bagi pihak pengelola khususnya dalam pengembangan nilai jasa lingkungan taman wisata. Disamping itu dapat menjadi bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan valuasi jasa lingkungan khususnya tempat wisata yang ada di daerah-daerah (luar Pulau Jawa).
Universitas Indonesia
6
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Studi Ada beberapa metode yang digunakan dalam melakukan valuasi ekonomi terhadap suatu kawasan konservasi atau obyek wisata. Metode tersebut antara lain, random utility model, travel cost model, ataupun metode analisis conjoint. Namun dalam studi ini akan difokuskan pada aplikasi Travel Cost Model untuk menghitung nilai ekonomi dan benefit Kawasan Taman Purbakala Batu Pake Gojeng Kabupaten Sinjai, dengan asumsi bahwa metode ini yang paling lazim digunakan untuk melakukan valuasi ekonomi terhadap suatu kawasan wisata. Studi ini akan melihat seberapa besar nilai ekonomi kawasan tersebut yang direpresentasikan dengan besarnya Willingness to Pay (WTP) para pengunjung. Hal ini disebabkan karena kawasan wisata merupakan public goods dan cerminan nilainya dapat diilhat dari WTP tersebut.
1.6. Sistematika Penulisan Dalam tulisan ini, sistematikanya dibagi menjadi: BAB 1 PENDAHULUAN, terdiri atas: Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Ruang Lingkup dan Batasan Studi dan Sistematikan Penulisan. BAB 2 TINJAUAN LITERATUR, terdiri atas: Pariwisata dan Ekowisata, Permintaan Rekreasi, Surplus Konsumen dan Willingness to Pay, Jenis Barang
(Goods) dalam Ilmu Ekonomi, Obyek Wisata sebagai Barang Publik (Public Goods), Teori Utilitas, Valuasi Jasa Lingkungan, Aplikasi Pendekatan Zonal Travel Cost, Taman Purbakala dan Kepurbakalaan serta Studi Sebelumnya. BAB 3 METODE PENELITIAN, terdiri atas: Kerangka Pemikiran, Analisis Data dengan Model Biaya Perjalanan, Alat Analisis yang Digunakan, Hipotesis, ldentifikasi Variabel Penelitian, Menghitung Consumer Surplus, Metode Pengumpulan Data, Waktu dan Lokasi Penelitian, dan Penentuan Responden. BAB 4 KONDISI LOKASI DAN SITUS PURBAKALA, terdiri atas: Kondisi Kabupaten Sinjai, Gambaran Umum Kecamatan Sinjai Utara, Sejarah Taman Purbakala Batu Pake Gojeng, dan Kondisi Kepariwisataan di Kabupaten Sinjai.
Universitas Indonesia
7
BAB 5 KARAKTERISTIK PENGUNJUNG, terdiri atas: Karakteristik, pendapat dan penilaian Pengunjung berbasis Survey, Analisis Responden Berbasis Zona. BAB 6 ESTIMASI FUNGSI PERMINTAAN BERBASIS SURVEY DAN ZONA, terdiri atas: Model Fungsi Permintaan dan Analisis Consumer Surplus Berbasis Survey, dan Model Fungsi Permintaan dan Analisis Consumer Surplus Berbasis Zona serta Gambaran Zona Daerah Pengunjung TPBPG. BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN serta DAFTAR PUSTAKA dan
LAMP IRAN.
Universitas Indonesia
BAB2 TINJAUAN LITERATUR
1.1
Pariwisata dan Ekowisata. Pariwisata dapat diartikan sebagai suatu peJ.jalanan yang dilakukan untuk
sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan tujuan bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata menikmati peJ.jalanan tersebut untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan yang bennacam-macam. (Yoeti, 1990). Kodyat (1983) dalam Spillane (1987), mengatakan bahwa pariwisata adalah peJ.jalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok serta sebagai usaha untuk mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi social, budaya alam dan ilmu. Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bah I Pasal 1; dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan peJ.jalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Jadi pengertian wisata itu mengandung unsur yaitu : (1) Kegiatan peJ.jalanan; (2) Dilakukan secara sukarela; (3) Bersifat sementara; (4) PeJ.jalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Sedangkan pengertian objek dan daya tarik wisata menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 yaitu yang menjadi sasaran peJ.jalanan wisata yang meliputi: 1. Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti: pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka. 2. Karya
manusia
yang
berwujud
museum,
peninggalan
purbakala,
peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan. 3. Sasaran wisata minat khusus, seperti: berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempat-tempat ziarah dan lain-lain.
8 Universitas Indonesia
9
Kemudian pada angka 4 di dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 dijelaskan pula bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dengan demikian pariwisata meliputi: 1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata. 2. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti: kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah (candi, makam), museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat, dan yang bersifat alamiah: keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai dan sebagainya. 3. Pengusahaanjasa dan sarana pariwisata, yakni: a. Usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, impresariat, konsultan pariwisata, informasi pariwisata); b. Usaha sarana pariwisata yang terdiri dari : akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata dan sebagainya; c. Usaha-usaha jasa yang berkaitan dengan penyelenggaraan pariwisata. Dari beberapa pendapat tersebut, factor-faktor penting yang terdapat dalam konsep pariwisata adalah: (1) dilakukan hanya untuk sementara waktu, (2) dilakukan dari satu tempat ke tempat lain, (3) walaupun ada bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan pertamasyaan atau rekreasi, dan (4) orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah atau mendapatkan penghasilan dan semata-mata sebagai konsumen di tempat yang dikunjungi. Karena merupakan bentuk kegiatan manusia yang berpangkal tolak pada perjalanan maka pariwisata menimbulkan berbagai kebutuhan fisik seperti, kebutuhan akan sarana transportasi, akomodasi, makanan dan minuman, hiburan dan lain sebagainya. Sarana inilah yang kemudian dikenal dengan "Industri Pariwisata" karena dapat menghasilkan produk tertentu berupa barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan-perusahaan penginapan, angkutan wisata, restoran dan perusahaan hiburan serta perusahaan souvenir.
Universitas Indonesia
10
Dalam Yoeti (1980) dinyatakan tiga kelompok sarana pariwisata, yaitu : l.
Sarana Pokok Sarana ini berupa perusahaan-perusahaan yang usahanya sangat tergantung
pada lalu lintas wisatawan dan peijalanan lainnya. Sarana ini menyediakan fasilitas pokok untuk memberikan pelayanan dan sebagian besar belanja wisatawan jatuh pada kelompok perusahaan ini. Perusahaan ini terdiri dari dua kelompok, yaitu pertama, perusahaan yang kegiatannya merencanakan peijalanan wisata seperti; biro peijalanan, perusahaan transportasi dan penyelenggara peijalanan. Kelompok yang kedua berfungsi memberikan pelayanan di daerah tujuan wisata seperti: hotel, motel, cottage, bar dan restoran, souvenirshop dan
handycraft. Hubungannya dengan mata rantai distribusi komoditas wisata, dilihat dari segi keberadaannya ada dua sector yang bergerak dalam perekonomian secara keseluruhan yaitu sector formal dan sector informal. Yang dimaksud dengan sector formal adalah unit usaha yang sudah terdaftar sebagai perusahaan yang bergerak dalam sector pariwisata atau mempunyai izin usaha, sedangkan sector informal adalah unit usaha yang tidak terdaftar atau tidak mempunyai izin usaha. 2.
Sarana Pelengkap Sarana ini meliputi semua fasilitas yang dapat melengkapi sarana pokok
sehingga wisatawan dapat lebih lama tinggal di tempat yang dikunjungi. Sarana
ini berupa fasilitas yang ada hubungannya dengan rekreasi dan olah raga seperti : lapangan golf, tenis, kolam renang, kapallayar, hutan berburu dan sebagainya. 3.
Sarana Penunjang Sarana ini tidak saja menunjang sarana pokok dan sarana pelengkap, tetapi
fungsinya yang terpenting adalah agar wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya. Sarana ini berupa: klub malam, mandi uap, atraksi wisata dan hiburan lainnya. Akan tetapi keberadaan sarana ini tidaklah mutlak, karena tidak semua wisatawan memerlukan sarana tersebut. Berbeda dengan pengertian WTO (World Tourism Organization) tentang pariwisata, dilihat dari wisatawannya, adalah pengunjung yang mengunjungi suatu tempat diluar tempat tinggalnya, didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi atau dengan
Universitas Indonesia
11
maksud kunjungan hanya untuk berlibur, rekreasi, olah raga, mengunjungi ternan dan keluarga, menghadiri pertemuan, konferensi, kunjungan dengan alas an kesehatan, studi dan keagamaan. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 tanggal 18 Oktober 1990, Bah I, Pasal 1, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Pengertian wisata dalam defmisi di atas dapat diartikan sebagai suatu perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Rekreasi termasukjenis pariwisata yang maksud tujuan perjalanannya untuk mengembalikan kekuatan fisik maupun mental setelah melakukan pekerjaan atau tugas rutin sehari-hari (Yoeti, 1996). Sesuai dengan pengertian tersebut, rekreasi pada dasamya dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan jenis kegiatan apa saja. Meskipun demikian, Clawson dan Knetsch (1975), mengklasifikasikan rekreasi ke dalam dua golongan, yaitu rekreasi di dalam ruangan (indoor recreation) dan rekreasi diluar ruangan (outdoor recreation). Rekreasi di taman
purbakala merupakan salah satu bentuk rekreasi di luar ruangan dengan memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan sebagai obyek rekreasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok dari satu tempat ke tempat lain yang sifatnya sementara dan bertujuan untuk mendapatkan kesenangan, dimana di tempat yang dikunjungi mereka tidak mendapatkan penghasilan dan justru sebagai konsumen. Sedangkan pengertian ekowisata menurut Western (1995), adalah perjalanan yang bertanggung jawab ke wilayah-wilayah alami yang melindungi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat. Dengan kata lain ekowisata menggabungkan suatu komitmen terhadap alam dengan tanggung jawab social. Pendapat lain adalah dari Low Choy dan Heillbronn (1996), merumuskan lima factor batasan yang mendasar dalam penentuan prinsip utama ekowisata, yaitu: 1. Lingkungan, bertumpu pada lingkungan alam dan budaya yang belum
tercemar;
Universitas Indonesia
12
2. Masyarakat, bermanfaat bagi ekologi, social, ekonomi masyarakat sekitar. 3. Pendidikan dan pengalaman,
ekowisata harus dapat meningkatkan
pemahaman akan lingkungan alam dan budaya dengan adanya pengalaman yang dimiliki. 4. Berkelanjutan, ekowisata dapat memberikan sumbangan positif bagi keberlanjutan ekologi lingkungan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
5. Manajemen, ekowisata harus dikelola secara baik dan menjamin sustainability dari lingkungan alam dan budaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesej ahteraan generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Batasan-batasan ekowisata (Silver, 1997) adalah sebagai berikut: (1) Menginginkan pengalaman asli, (2) layak dijalani secara pribadi maupun social, (3) tak ada rencana perjalanan yang ketat, (4) tantangan fisik dan mental (5) interaksi
dengan
budaya
dan
penduduk
setempat,
(6)
toleran
pada
ketidaknyamanan, (7) bersikap aktif dan terlibat, (8), suka petualangan. Ekowisata sebagai suatu potensi yang dapat memberikan pemasukan bagi pengelola pariwisata dan masyarakat sekitar secara positif memberikan dampaknya. N amun perlu disadari pula bahwa kegiatan ekowisata bisa berdampakn negative terhadap lingkungan baik terhadap objek ekowisata maupun terhadap lingkungan social budaya setempat.
2.2 Permintaan Rekreasi Permintaan (demand) umunya diartikan sebagai jumlah dari suatu barang atau jasa yang mau dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai kemungkinan harga dalam jangka waktu tertentu dengan anggapan hal-hal lain tetap sama atau
ceteris paribus (Gilarso, 1993). Permintaan dalam kepariwisataan dapat berupa benda bebas (free goods) yang diperoleh tanpa membelinya, tapi menjadi daya tarik bagi wisatawan sebagai obyek pariwisata, misalnya pemandangan alam yang indah, cahaya matahari, taman laut, danau dan sebagainya.
Universitas Indonesia
13
Dalam Yoeti (1990) dinyatakan bahwa demand dalam kepariwisataan pada dasamya dapat dibagi dalam dua bagian besar yaitu : 1. Potential Demand, adalah sejurnlah orang yang memenuhi syarat minimal untuk melakukan perjalanan pariwisata, karena mempunyai cukup uang, keadaan fisik masih kuat, hanya belum mempunyai waktu senggang untuk bepergian sebagai wisatawan. 2. Actual Demand, adalah sejurnlah orang yang sedang melakukan perjalanan wisata ke suatu daerah tujuan wisata. Pembagian ini sama halnya dengan apa yang dikelompokkan oleh Wahab (1992), dan Mathieson dan Wall (1990), tapi Mathieson dan Wall (1990) menambah satu bagian yaitu deferred demand yang berarti orang yang akan melakukan perjalanan jika dimotivasi, tapi mereka belum melakukannya karena kurangnya fasilitas, alternative dan pengetahuan. Perbedaan antara actual demand dan potential demand yaitu: potential demand, orang-orang masih berada di tempat kediamannya. Agar ia mau
melakukan perjalanan pariwisata masih diperlukan kegiatan pemasaran yang diharapkan dapat mempengaruhinya. Sedangkan actual demand, yaitu orangorang sedang melakukan perjalanan. Oleh karena itu permintaan harus disesuaikan dengan kebutuhan seseorang selama perjalanan. Permintaan terhadap pariwisata akan terjadi apabila informasi mengenai factor-faktor yang mempengaruhinya seperti pendapatan individu atau keluarga, harga dari produk wisata, kualitas barang dan jasa, hubungan politik, hubungan ekonomi, hubungan social dan budaya, perubahan cuaca atau iklim, hari libur dan peraturan pemerintah di daerah yang akan dikunjungi itu jelas, serta factor-faktor lain yang relevan.
2.3. Surplus Konsumen dan Willingness to Pay Secara sederhana, pengertian surplus konsumen adalah selisih harga tertinggi yang bersedia dibayar konsumen dengan harga yang benar-benar dibayar oleh konsumen. (Surplus Konsumen = nilai barang bagi pembeli - harga yang dibayarkan pembeli). Surplus konsumen juga dapat dikatakan sebagai kelebihan atau perbedaan antara kepuasan total atau total utility (yang dinilai dengan uang)
Universitas Indonesia
14
yang dinikmati konsumen dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu dengan pengorbanan totalnya (yang dinilai dengan uang) untuk memperoleh atau mengkonsumsikan jumlah barang tersebut. Pada hakekatnya berarti juga perbedaan diantara kepuasan yang diperoleh seseorang didalam mengkonsumsi sejumlah barang dengan pembayaran yang harus dibuat untuk memperoleh barang tersebut. Sementara itu, Mankiw (2006) menjelaskan bahwa surplus konsumen adalah nilai kerelaan pembeli untuk membayar suatu barang dikurangi harga barang tersebut yang sebenamya. Surplus konsumen mengukur manfaat yang diterima pembeli dari partisipasinya di suatu pasar. Surplus konsumen dapat dihitung dengan mencari luas daerah di bawah kurva permintaan dan di atas harga. Surplus produsen adalah harga jual suatu barang dikurangi biaya produksinya. Surplus konsumen mengukur manfaat yang harus diterima penjual dari partisipasinya di suatu pasar. Surplus produsen dapat dihitung dengan mencari luas daerah dibawah harga dan di atas kurva penawaran.. Suatu alokasi sumber-sumber daya yang memaksimalkan nilai surplus produsen dan surplus konsumen adalah alokasi yang efisien. Para pembuat kebijakan sering kali sangat memerhatikan efisiensi dan juga pemerataan dari hasil-hasil
ekonomi.
Titik
keseimbangan
permintaan
dan
penawaran
memaksimalkan jumlah surplus produsen dan surplus konsumen. Artinya, tangan tak tampak di pasar menggiring pembeli dan penjual untuk mengalokasikan sumber daya dengan efisien. Pasar tidak dapat mengalokasikan sumber-sumber daya secara efisien ketika terjadi kegagalan pasar seperti adanya kekuasaan pasar atau ekstemalitas. Seperti yang dapat dilihat pada gambar berikut:
Universitas Indonesia
15
Proksi
P
Harga
TC+UF
Q
0
keterangan : TC UF A B TC+UF
Biaya Petjalanan Tarif masuk = surplus konsumen.
= =
Gambar 2.1. Surplus Konsumen Pada gambar diatas terlihat bahwa sumbu P adalah proksi harga dan sumbu
Q adalah proksi kuantitas. Surplus konsumen didefinisikan sebagai jumlah keinginan membayar (willingness to pay) seorang konsumen terhadap suatu komoditas diatas harga actual yang sebenarnya dibayarkan. Harga actual yaitu ongkos transportasi (TC) ditambah tariffmasuk (UF). Model biaya petjalanan dalam menduga swplus konsumen adalah penjumlahan nilai per unit aktivitas untuk semua titik asal, dikalikan dengan jumlah trip atau user day (Q) yang datang dari tiap wilayah atau daerah asal.
Willingness To Pay (WTP) adalah jumlah maksimum yang mau dibayar oleh konsumen untuk memperoleh suatu barang atau kesediaan konsumen untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya. Pendekatan yang digunakan dalam analisis WTP didasarkan pada persepsi pengguna terhadap tarif dari jasa pelayanan tersebut. Menurut Hartono (2007), secara umum, nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang yang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang danjasa lainnya. Secara formal, konsep ini disebut keinginan membayar (willingness to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis ekosistem misalnya bisa "ditetjemahkan" ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai
Universitas Indonesia
16
moneter barang dan jasa. Sisi lain dari pengukuran nilai ekonomi dapat dilakukan melalui pengukuran Willingness to Accept (WTA) yang tidak lain adalah jumlah minimum pendapatan seseorang untuk mau menerima penurunan sesuatu. Dalam praktik pengukuran nilai ekonomi, WTP lebih sering digunakan daripada WTA, karena WTA bukan pengukuran yang berdasarkan insentif (insentive based) sehingga kurang tepat untuk dijadikan studi yang berbasis perilaku manusia (behavioural model).
2.4. Jenis Barang (Goods) dalam Ilmu Ekonomi Secara umum ada 2 (dua) jenis barang (goods) dalam ilmu ekonomi yaitu barang public (public goods) dan barang privat (private goods). Barang publik biasa dipahami sebagai sesuatu yang dapat dinikmati atau dibutuhkan oleh semua orang. Suatu barang publik merupakan barang-barang yang tidak dapat dibatasi siapa penggunanya dan sebisa mungkin bahkan seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya. Contoh barang publik ini diantaranya udara, cahaya matahari, papan marka jalan, lampu lalu lintas, pertahanan nasional, pemerintahan dan sebagainya. Akan sulit untuk menentukan siapa saja yang boleh menggunakan papan marka jalan misalnya, karena keberadaannya memang untuk konsumsi semua orang. Barang publik (public goods) adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut. Selanjutnya, barang publik sempurna (pure public goods) didefinisikan sebagai barang yang harus disediakan dalam jumlah dan kualitas yang sama terhadap seluruh anggota masyarakat. Satu terminologi lain yang agak mirip adalah barang kolektif. Bedanya, barang publik adalah untuk masyarakat secara umum (keseluruhan), sementara barang kolektif dimiliki oleh satu bagian dari masyarakat (satu komunitas yang lebih kecil) dan hanya berhak digunakan secara umum oleh komunitas tersebut. Nicholson (1989) dan Poque dan Sgontz (1978) menyatakan bahwa barang public merupakan suatu barang yang bersifat non-eksklusif dan non-rivalry. Noneksklusif artinya, sekali barang itu dihasilkan maka sukar untuk melakukan pemisahan cara mengkonsumsinya pada orang-orang tertentu. Sedangkan non-
Universitas Indonesia
17
rivalry artinya, apabila seseorang mengkonsumsi suatu barang, maka tidak akan mengurangi konsumsi orang lain terhadap barang itu. Dilihat dari sifatnya maka barang public ini biasanya dihasilkan oleh pemerintah atau swasta, namun karena barang ini dikonsumsi untuk memenuhi kepuasan seseorang atau keluarga maka penilaian terhadap barang tersebut perlu dilakukan. Salah satu teknik pendekatan yang sering digunakan untuk menilai barang non pasar menurut Tambunan (1986) adalah melalui pendekatan biaya perjalanan (Travel Cost Model). Model ini juga pemah digunakan oleh Gunardi (1991) untuk menduga permintaan dan manfaat rekreasi luar rumah (outdoor
recreation) di daerah Jawa Barat. Hasil penelitian menyatakan bahwa Model Biaya Perjalanan (Travel Cost Model) sangat tepat (sesuai teori) dalam menilai harga yang direfleksikan melalui biaya perjalanan, sehingga konsistensi permintaan secara teori terpenuhi dan surplus konsumen dapat diketahui melalui kesediaan membayar (willingness to pay) individu atau rumah tangga yang berkunjung pada tiga obyek rekreasi yang berbeda, walaupun secara statistic mempunyai nilai koefisien determinasi yang rendah. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Tambunan ( 1986) di Minnesota, yang menyatakan bahwa pendugaan permintaan yang didasarkan pada model biaya perjalanan dengan tiga bentuk fungsi yaitu linear, semi log dan log linear diperoleh hasil bahwa bentuk log-linear mempunyai parameter dugaan yang lebih baik dari pada kedua bentuk fungsi yang lain dengan memperhitungkan waktu dalam biaya perjalanan dan tanpa memperhitungkan waktu dalam biaya perjalanan. Kemudian bentuk ini juga menghasilkan surplus konsumen yang lebih besar dari pada bentuk fungsi linear. Barang publik memiliki dua sifat atau dua aspek yang terkait dengan penggunaannya, yaitu: 1) Non-rivalry. Non-rivalry dalam penggunaan barang publik berarti bahwa penggunaan satu konsumen terhadap suatu barang tidak akan mengurangi kesempatan konsumen lain untuk juga mengkonsumsi barang tersebut. Setiap orang dapat mengambil manfaat dari barang tersebut tanpa mempengaruhi menfaat yang diperoleh orang lain. Sebagai contoh, dalam kondisi normal, apabila kita menikmati udara bersih dan sinar matahari,
Universitas Indonesia
18
orang-orang di sekitar kita pun tetap dapat mengambil manfaat yang sama, atau apabila kita sedang mendengar adzan dari sebuah mesjid misalnya, tidak akan mengurangi kesempatan orang lain untuk ikut mendengarnya. 2) Non-excludable. Sifat non-excludable barang publik ini berarti bahwa apabila suatu barang publik tersedia, tidak ada yang dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaat dari barang tersebut atau dengan kata lain, setiap orang memiliki akses ke barang tersebut. Dalam konteks pasar, maka baik mereka yang membayar maupun tidak membayar dapat menikmati barang tersebut. Sebagai contoh, masyarakat membayar pajak yang kemudian diantaranya digunakan untuk membiayai penyelenggaraan jasa kepolisian misalnya, akan tetapi yang kemudian dapat menggunakan jasa kepolisian tersebut tidak hanya terbatas pada yang membayar pajak saja. Mereka yang tidak membayar pun dapat mengambil menfaat atas jasa tersebut. Singkatnya, tidak ada yang dapat dikecualikan (excludable) dalam mengambil manfaat atas barang publik. Sebuah barang publik disebut sebagai pure public goods atau barang publik sempurna/murni apabila memiliki dua sifat ini secara absolut. Sedangkan pengertian barang privat adalah barang-barang yang memiliki sifat berkebalikan dengan barang publik. Barang privat secara tipikal adalah barang yang diperoleh melalui mekanisme pasar, dimana titik temu antara produsen dan konsumen melalui mekanisme harga. Oleh karena itu, kepemilikan barang privat biasanya dapat teridentiflkasi dengan baik. Sebagian besar barang yang kita konsumsi adalah barang privat, yaitu barang yang hanya dapat digunakan oleh satu konsumen pada satu waktu. Misalnya, ketika seseorang sedang memakan kue miliknya, orang lain tidak dapat melakukan hal serupa. Eksklusivitas kepemilikan menjadi faktor pembeda utama barang privat dengan barang publik. Sifat-sifat utama barang privat tentunya berkebalikan sama sekali dengan barang publik. Sifat-sifat barang privat tersebut adalah : 1) Rivalrous consumption, dimana konsumsi oleh satu konsumen akan mengurangi atau menghilangkan kesempatan pihak lain untuk melakukan
Universitas Indonesia
19
hal serupa. Teijadi rivalitas antar calon konsumen dalam mengkonsumsi barang ini. 2) Excludable consumption, dimana konsumsi suatu barang dapat dibatasi hanya pada mereka yang memenuhi persyaratan tertentu (biasanya harga), dan mereka yang tidak membayar atau tidak memenuhi syarat dapat dikecualikan dari akses untuk mendapatkan barang tersebut (excludable). Contohnya, pakaian di toko hanya dapat dinikmati oleh mereka yang membeli atau membayar, sementara mereka yang tidak membayar tidak dapat menikmati pakaian tersebut. 3) Scarcity/depletability/finite, yaitu kelangkaan atau keterbatasan dalam jumlah. Kelangkaan dan ketersediaan dalam jumlah yang diskrit atau terbatas inilah yang menimbulkan kedua sifat sebelumnya. Barang privat biasanya memang diadakan untuk mencari profit atau laba. Karena sifat-sifatnya tadi, barang privat dapat menjaga efisiensi pasar dalam pengadaannya. Efisiensi inilah yang menarik minat sektor swasta dan menimbulkan pemahaman bahwa barang privat adalah barang yang diproduksi oleh sektor swasta. Meskipun begitu, pemerintah pun sebenarnya dapat berlaku sebagai sektor swasta dan menjadi bagian dari pasar dalam penyediaan barang privat untuk tujuan-tujuan tertentu.
2.5 Obyek Wisata sebagai Barang Public (Public goods) Pada dasarnya yang dimaksud dengan obyek wisata (tourist object) adalah segala sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan sedemikian rupa sehingga sesuatu itu menjadi daya tarik bagi orang-orang yang berkunjung ke suatu tempat atau kawasan wisata tertentu.
Sesuatu itu dapat berupa benda-benda alam
(natural resources) dan dapat pula berupa basil karya manusia (baik kuno maupun
baru) atau adat istiadat/kebiasaan-kebiasaan suatu masyarakat (the way of life) dari suatu masyarakat yang sifatnya lain dari yang lain. Menurut Yoeti (1983) dalam Tita Dvijati Pennata, Nurhayati dan Yoyoh lndaryanti (1991), obyek-obyek wisata pada garis besamya berwujud obyek, barang-barang mati atau statis, baik yang diciptakan oleh manusia sebagai basil seni dan budaya, ataupun yang berupa gejala-gejala alam yang memiliki daya
Universitas Indonesia
20
tarik bagi para wisatawan untuk mengunJungmya agar dapat menyaksikan, mengagumi, menikmati, sehingga terpenuhilah rasa kepuasan wisatawan itu, sesuai dengan motif-motif kunjungannya. Pada umumnya semua daerah mempunyai daya tarik tersendiri sebagai objek pariwisata dan umumnya berupa warisan. Warisan ini biasanya diperoleh dari alam dan dari peninggalan nenek moyang berupa hasil kebudayaan dan adat istiadat (customs). Semuanya ini merupakan bahan baku (raw material) yang masih perlu diolah, dikembangkan melalui suatu proses produksi dengan mengikutsertakan factor-faktor produksi sebelum menjadi barang yang dapat dijual atau dipasarkan. Obyek wisata secara ekonomi menurut Randall (1981), Stoll, Sugden dan Williams (1983) dalam Gunardi (1991) merupakan suatu barang yang tidak berorientasi pada harga dan pasar atau non-pasar atau juga biasa disebut "unmarketed goods". Hal ini berarti penilaian terhadap barang tersebut membutuhkan suatu pendekatan tertentu, yang dikenal sebagai pendekatan terhadap harga (proxy for price) seperti yang diungkapkan oleh Sinden dan Worrel (1979) dalam Tambunan (1987).
2.6. Teori Utilitas Teori perilaku konsumen didasarkan pada asumsi bahwa konsumen memaksimalkan utilitas dengan tunduk pada keterbatasan anggaran. Hal ini dilakukan dengan membuat kurva indeferensi teringgi yang dapat dicapai, dengan keterbatasan anggaran tersebut. Karena kurva indeferensi tertinggi juga mempunyai tingkat pencapaian utilitas tertinggi, secara alami hal ini akan kembali menimbulkan masalah bagi konsumen dimana seseorang memaksimalkan utilitas dengan anggaran yang terbatas. Konsep utilitas marjinal juga dapat digunakan untuk menyusun kembali analisis guna memberikan pemahaman yang lebih mendalam. Utilitas marginal mengukur kepuasan tambahan yang diperoleh dari mengkonsumsi satu unit tambahan barang. Misalnya , utilitas marjinal dari kenaikan konsumsi 0 unit pangan ke 1 unit, mungkin adalah 9; dari 1 sampai 2, mungkin adalah 7; dan dari 2 sampai 3, mungkin adalah 5. Angka-angka ini menunjukkan bahwa konsumen
Universitas Indonesia
21
memiliki utilitas marjinal yang berkurang (diminishing marginal utility). Karena makin banyak suatu barang dikonsumsi, maka mengkonsumsi sejumlah tambahan akan menghasilkan penambahan utilitas yang makin kecil. Menurut Pyndick (2007), utilitas adalah tingkat kepuasan yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsi suatu barang atau dari melakukan suatu kegiatan. Sedangkan utilitas marginal adalah suatu ukuran kepuasan tambahan yang diperoleh dari mengkonsumsi satu unit tambahan suatu barang. Berdasarkan informasi preferensi dan keterbatasan anggaran, maka dapat ditentukan bagaimana konsumen secara individu memilih berapa banyak barang yang akan dibelinya. Kita berasumsi bahwa konsumen membuat pilihan ini dengan cara yang rasional, yakni bahwa mereka memilih barang untuk memaksimalkan kepuasan yang dapat mereka capai, dengan anggaran yang terbatas. Keranjang pasar yang maksimal harus memenuhi dua syarat yaitu (1) harus berada pada garis anggaran; (2) harus memberikan kombinasi barang dan jasa yang paling disukai konsumen. Jika dihubungkan dengan topic pada tulisan ini yang memfokuskan pada travel cost method, maka dapat dikatakan bahwa jika seseorang melakukan peJ.jalanan ke suatu tempat wisata lebih dari satu kali, maka tingkat utilitas yang diperolehnya adalah semakin berkurang. Tingkat kepuasan teringgi diperoleh pada saat dia melakukan peJ.jalanan ke tempat wisata tersebut untuk pertama kalinya. Selanjutnya tingkat kepuasannya akan semakin berkurang. Travel cost merupakan indirect utility dan utilitas itu sendiri direfleksikan melalui expenditure yang dikeluarkan seseorang dalam upaya memuaskan keinginannya terhadap suatu produk. Teori
Perilaku
Konsumen
menerangkan
perilaku
pembeli
dalam
menggunakan dan membelanjakan pendapatan yang diperolehnya, yaitu: - Alasan para pembelilkonsumen untuk membeli lebih banyak pada harga yang lebih rendah akan mengurangi pembelian pada harga yang tinggi, - Bagaimana seseorang konsumen menentukan jumlah dan komposisi dari barang yang akan dibeli dari pendapatan yang diperolehnya.
Universitas Indonesia
22
Nilai guna(utility) adalah kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsi barang-barang. Jika kepuasan itu makin tinggi, maka makin tinggi pula nilai gunanya (utilitasnya). Pendekatan teori perilaku konsumen: - Pendekatan nilai guna (utility) cardinal, dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif. - Pendekatan nilai guna (utility) ordinal, manfaat atau kenikmatan yang diperoleh
masyarakat
dari
mengkonsumsi
barang-barang
tidak
dikuantifikasi. Teori Nilai Guna menjelaskan bahwa kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsi barang semakin tinggi, maka makin tinggi pula nilai gunanya (utilitasnya). Terbagi atas: - Nilai guna total (total utility/TU): jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu. - Nilai guna marginal (marginal utility/MU): pertambahanlpengurangan kepuasan sebagai akibat dari penambahanlpengurangan penggunaan suatu unit barang tertentu. Hipotesis utama teori nilai guna: hukum nilai guna marginal yang semakin menurun, menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi lebih sedikit apabila orang tersebut terus menambah konsumsinya atas barang tersebut.
2.7. Valuasi Jasa Lingkungan Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan terdiri dari komponen abiotic dan biotic. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bemyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bemyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro organisme (virus dan bakteri).
Universitas Indonesia
23
Dalam membahas permasalahan sumber daya alam, terdapat tiga hal penting yang perlu disadari yaitu: (1) sumber daya alam yang telah mengalami kerusakan, memerlukan waktu yang cukup lama untuk diperbaharui lagi, sementara ekosistem memerlukan kelestarian sumber daya alam untuk kelangsungan hidupnya juga. Bila sumber daya alam sebagai suatu asset tidak dapat dilestarikan maka terdapat kecenderungan akan musnah dengan atau tanpa adanya regenerasi; (2) kerusakan ekosistem akan menyebabkan masa depan menjadi tidak pasti sehingga muncul biaya potensial jika asset tersebut hilang: (3) terdapatnya beragam keunikan dan kelangkaan flora dan fauna suatu kawasan yang memiliki pemandangan yang indah. Jasa lingkungan sebagai public goods merupakan salah satu produk jasa yang memiliki nilai ekonomi. Terdapat berbagai macam jasa lingkungan, antara lain : pemandangan yang indah, kondisi udara yang segar, kondisi lingkungan sekitar yang tenang, dan kondisi lingkungan lainnya yang membuat manusia merasa tenang dan segar. Dalam menikmati jasa lingkungan, terkadang manusia memerlukan pengorbanan biaya untuk menikmatinya, namun terkadang pula telah tersedia di alam dan manusia tidak sadar bahwa sebenamya kondisi lingkungan seperti itu juga memiliki nilai ekonomi. Tindakan memperbaiki kualitas termasuk preservasi dan konservasi lingkungan untuk mempertahankannya mengeluarkan biaya dan perolehan keuntungan atas perbaikan kualitas (Qj) lingkungan tersebut. Pendekatan economic welfare memiliki asumsi dasar bahwa tujuan dari aktivitas ekonomi. adalah meningkatkan kesejahteraan individu-individu yang membentuk masyarakat. Setiap individu tersebut merupakan penilai terbaik mengenai berapa jauh mereka membaik dalam suatu kondisi. Kesejahteraan setiap individu tidak hanya tergantung pada konsumsi barang dan jasa yang tersedia, namun juga tergantung pada kuantitas dan kualitas yang diterima dari barang dan jasa non-market dari system SDA dan lingkungan, misalnya kesehatan, pemandangan yang indah dan rekreasi luar ruang (Freeman, 1993). Teknik atau metode valuasi sumber daya yang tidak dipasarkan (non-market
valuation) dapat diklasifikasi ke dalam dua kelompok. Pertama adalah metode valuasi yang menggunakan harga secara implicit dimana WTP terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik revealed WTP
Universitas Indonesia
24
(keinginan membayar yang terungkap ). Beberapa teknik atau metode yang termasuk kelompok pertama ini adalah travel cost method atau metode biaya peijalanan, hedonic pricing, serta metode random utility. Kedua adalah metode valuasi yang didasarkan pada survey dimana keinginan membayar atau WTP diperoleh secara langsung dari responden baik itu secara lisan maupun tertulis. Salah satu metode yang cukup populer pada kelompok ini adalah metode valuasi kontingensi dan discrete choice. Secara sederhana dapat dilihat pada gambar berikut:
I
•
Valuasi Non Market
!
Indirect (Revealed WTP) - Hedonic Pricing - Travel Cost - Random utility Model
I
•
Direct (Expressed WTP) Contingent Valuation - Discrete Choice
Gambar 2.2: Valuasi Jasa Lingkungan
Sementara itu, Tambunan (2009) mengemukakan berbagai metode yang dapat digunakan dalam valuasi jasa ekonomi, antara lain: valuasi kontingensi
(contingent valuation) yang berbasis survey, model biaya perjalanan (travel cost model
=
TCM), metode hedonic, direct and indirect valuation, willingness to pay
to accept dengan menggunakan metode random utility. 2.7.1. Metode Contingent Valuation (MCV) Metode Contingent Valuation pada dasamya merupakan metode survey langsung (direct survey method), dimana survey ini dibangun untuk mengetahui sikap penduduk tentang kemauan dan kemampuan mereka untuk membayar
(willingness to pay) dan dapat juga digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemauan masyarakat untuk membayar terhadap kondisi perbaikan kualitas lingkungan hidup.
Metode survey dilengkapi
dengan daftar pertanyaan
(kuesioner) yang dapat menggunakan : ( 1) pertanyaan langsung terhadap WTP yang sebelumnya harus diuji coba terlebih dahulu, (2) mengadakan semacam
"bidding" WTP harga yang ditetapkan pada tingkat harga mana yang dipercayai penduduk yang disurvey berkemampuan membayar. Pekerjaan yang kedua ini
Universitas Indonesia
25
semacam simulasi untuk memperoleh WTP sebenamya. Metode kedua ini dapat mengatasi kelemahan pada metode pertama, dimana sering dijumpai dalam ilmu ekonomi yang disebut "strategic bias behavior" dimana individu yang disurvey "berbohong" atau "berpura-pura" mau membayar tinggi padahal tidak demikian kenyataannya. Atau WTPnya disebut rendah, padahal besar kemampuan membayamya. Metode kedua, dapat dikembangkan untuk mengoreksi kelemahan pada metode survey langsung. Jika "strategic bias" bebas dalam hasil survey, sangat besar jugajumlahfree
rider di dalam kumpulan sampel. Akan tetapi, kalau survey langsung dan bidding dilakukan dengan cermat sangat mungkin masalah free rider akan untung dari hasil survey. Aplikasi
metode valuasi kontingensi
biasanya dipergunakan untuk
mengukur nilai pasif (non use value) sumber daya alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaan. Tujuan utama metode valuasi kontingensi adalah untuk mengetahui: 1. Kesediaan untuk membayar (Willingness to Pay= WTP) dari masyarakat, misalnya terhadap perbaikan kualitas lingkungan (air, udara, dsb); 2. Kesediaan untuk menerima (Willingness to Accept= WTA) kerusakan suatu lingkungan. Garrods dan Willis (1990) mengatakan bahwa karena teknik pada metode valuasi kontingensi ini didasarkan pada asumsi dasar mengenai hak kepemilikan, jika seseorang ditanya bukan mengenai hak atas barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam, pengukuran yang relevan adalah keinginan membayar yang maksimum (maximum willingness to pay) untuk memperoleh barang tersebut. Sebaliknya jika individu yang kita Tanya memiliki hak atas sumber daya tersebut, pengukuran yang relevan adalah keinginan untuk menerima (willingness
to accept) kompensasi yang paling minimum atas hilang atau rusaknya sumber daya alam yang ia miliki.
2.7.2. Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Model) Metode biaya perjalanan merupakan teknik penilaian secara tidak langsung dari segi manfaat yang berorientasi pasar, yaitu dengan menggunakan pendekatan harga pasar pengganti (surrogate market price) yang berupa kesediaan membayar
Universitas Indonesia
26
(Hufschmidt et al., 1996). Metode ini diturunkan dari pemikiran yang dikembangkan oleh Hoteling pada tahun 1949 (Kahn, 1995), dan mulai diaplikasikan secara formal oleh Clawson pada tahun 1959 (Walter dan Schofield, 1977). Dixon dan Hufschmidt (1993), menyatakan bahwa metode biaya perjalanan pada hakekatnya merupakan suatu pendekatan untuk menentukan kurva permintaan dan menduga surplus konsumen tempat rekreasi secara tidak langsung, yaitu dengan memperlakukan biaya perjalanan dan waktu yang digunakan dalam perjalanan (opportunity cost of time) sebagai kesediaan pengunjung untuk membayar (willingness to pay) tempat tersebut. Untuk menyatakan banyaknya jasa rekreasi yang dikonsumsi diukur berdasarkan tingkat kunjungan yang dilakukan pada berbagai tingkat harga atau biaya perjalanan. Dalam hal ini, konsumen diasumsikan akan memberikan reaksi atas kenaikan biaya perjalanan.
Travel cost model digunakan untuk mengestimasi nilai kegunaan secara ekonomi pada suatu ekosistem atau situs (kawasan) yang digunakan sebagai tempat rekreasi. Metode ini dapat digunakan untuk mengestimasi benefit atau biaya ekonomi yang merupakan hasil dari : - Perubahan dalam biaya masuk suatu kawasan wisata. - Kemunduran suatu keberadaan kawasan wisata. - Tambahan suatu kawasan wisata bam. - Perubahan kualitas lingkungan pada kawasan wisata. Premis dasar metode biaya perjalanan adalah bahwa waktu dan pengeluaran biaya perjalanan
yang
dikeluarkan untuk
mengunjungi
suatu
kawasan
merepresentasikan "harga" untuk memasuki suatu kawasan. Kemudian, keinginan untuk membayar masyarakat untuk mengunjungi kawasan dapat diestimasi berdasarkan jumlah kunjungan yang mereka buat pada biaya perjalanan yang berbeda. Ada beberapa cara dalam memecahkan persoalan, menggunakan variasi metode biaya perjalanan. Hal ini mencakup :
Universitas Indonesia
27
1. Suatu pendekatan biaya peijalan berdasarkan zonasi yang sederhana, kebanyakan menggunakan data sekunder, dengan beberapa data sederhana yang dikumpulkan dari pengunjung. 2. Suatu pendekatan biaya peijalanan individual, menggunakan suatu metode survey pengunjung yang lebih detail. 3. Suatu pendekatan random utility menggunakan survey dan data lainnya dan teknik statistic yang lebih complicated. Agar penilaian terhadap sumber daya alam melalui metode biaya peijalanan tersebut tidak bias, Haab dan McConnel (2002) menyatakan bahwa fungsi permintaan harus dibangun dengan asumsi dasar, yaitu: 1. Biaya peijalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga dari rekreasi; 2. Waktu peijalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan utilitas atau disutilitas; 3. Peijalanan merupakan peijalanan tunggal (bukan multitrips). Sri Rejeki (2003) mengatakan bahwa metode biaya peijalanan dianggap sebagai suatu pendekatan yang praktis yang memiliki kelebihan serta kelemahan. Kelebihan dari metode biaya peijalanan adalah dianggap sebagai suatu metoda yang lebih mendekati teknik empiric untuk memprediksi nilai ekonomi yang didasarkan pada harga pasar, selain itu metode biaya peijalanan juga didasarkan pada tingkah laku yang nyata atas apa yang dilakukan, bukannya berdasarkan pada pemyataan apa yang akan dilakukan atas situasi tertentu. Metode biaya peijalanan juga merupakan metode yang dianggap relative tidak mahal untuk dilaksanakan, survey yang dilakukan disuatu tempat rekreasi memungkikan pengunjung untuk turut berpartisipasi secara langsung dan kelebihan lainnya adalah hasilnya relative mudah untuk diimplementasikan dan dijelaskan. Sedangkan kelemahan dari metode biaya peijalanan adalah metode 1ru mengasumsikan bahwa orang-orang mengetahui dan merespon perubahan biaya peijalanan sama seperti mereka merespon perubahan tingkat harga masuk tempat wisata yang
bersangkutan.
Kelemahan
lain adalah
kebanyakan
model
mengasumsikan bahwa pengunjung sebagai tujuan utama sehingga jika pengunjung memiliki beberapa tujuan maka akan menyebabkan overestimate. Hal
Universitas Indonesia
28
lain adalah penduduk yang tinggal di sekitar site mempunyai kepentingan yang tinggi terhadap tempat wisata tersebut, sehingga mereka akan memberikan nilai yang tinggi sedangkan karena jarak yang dekat maka tidak dapat ditangkap oleh model. Selain itu pula dengan melakukan interview pengunjung secara langsung dapat membuat sampling bias pada analisa, disamping tidak mudah untuk mengukur kualitas dari suatu tempat rekreasi. Menurut Tambunan (1986)
dan Reksohadiprodjo
S dan Andreas
Brodjonegoro (1992) model biaya perjalanan merupakan suatu dasar untuk menduga surplus konsumen dalam arti konsumen diasumsikan memberikan reaksi terhadap kenaikan pembayaran apabila memasuki suatu tempat rekreasi. Sedangkan lama tinggal pada tiap tempat kunjungan digunakan untuk menduga partisipasi wisatawan pada tiap zone perjalanan. Hal ini berarti kenaikan hubungan antara tingkat partisipasi dan jarak dari tempat rekreasi adalah dasar untuk membentuk kurva permintaan. 2.7.3. Model Utilitas Random Model Utilitas Random mendekomposisi utilitas keseluruhan ke dalam dua komponen yaitu, deterministic (utilitas yang terobservasi) dan random (utilitas yang tidak terobservasi). Utilitas yang tidak terobservasi ini dapat merupakan atribut-atribut yang tidak terobservasi, variasi rasa yang tidak terobservasi, error dan informasi yang tidak sempurna serta variable-variabel instrumental (BenAkiva dan Lerman, 1985: Me Fadden, 1973). Pendekatan model utilitas random yang diformulasikan oleh Manski ( 1977) terkait erat dengan teori konsumen. Pilihan yang tidak konsisten menjadi perhatian dalam menganlisis perilaku ekonomi. Setiap individu diasumsikan selalu memilih pilihan yang memberikan utilitas teringgi. Namun, nilai utilitas tidak dapat diketahui secara pasti sehingga diperlakukan sebagai variable random. 1 2. 7.4. Metode Analisis Conjoint (Conjoint Analysis Method) Metode Analisis Conjoint merupakan teknik untuk mengetahui prefenrensi responden terhadap sejumlah alternative hipotetik (stimuli) yang disediakan. Ada tiga macam teknik pengukuran pendapat dari responden dalam metode ini, yaitu
Choice Based, Rating Based dan Ranking Based. Setiap stimuli terdiri dari 1 Dikutip dari Martha, Luhur Fajar. "Dampak Ekonomi Perubahan Lingkungan Pariwisata di Tanjung Pinang: Aplikasi Model Utilitas Random".
Universitas Indonesia
29
sejumlah atribut yang menggambarkan utilitas dengan tingkatan yang berbeda. Jika kombinasi stimuli terlalu banyak sehingga dapat menyulitkan responden, maka digunakan subset dari kombinasi stimuli yang ada. Subset tersebut ditentukan dengan
melakukan fractional factorial design
(FFD)
yang
mempertimbangkan syarat ortogonalitas dan keseimbangan. Ortogonalitas yang mengkondisikan tidak adanya hubungan antar atribut (multikolinieritas) merupakan syarat agar hasil yang diperoleh tidak bias. Metode Analisis Conjoint dapat digunakan untuk melakukan segmentasi pasar, analisis profitabilitas dan simulasi untuk memprediksi share of preferences (SoP). Dari jawaban responden, dapat diidentifikasi pengelompokan responden secara demografis, psikografis atau lainnya. Misalnya, setelah potensi pasar diketahui berdasarkan pengelompokan responden, dapat dilakukan analisis profitabilitas. Hal lainnya yang dapat dikembangkan adalah prediksi SoP untuk setiap stimuli dengan menjumlahkan pilihan-pilihan responden (Martha, 2007).
2.7.5. Metode Hedonic Penentuan harga hedonic adalah suatu model yang dibangun untuk mengestimasi apa yang disebut harga implicit dari karakter barang dan jasa yang berbeda tetapi masih dalam satu kelas produk. Masalah yang akan dianalisis adalah bagaimana mengestimasi perobahan kualitas amenitas lingkungan udara, air dan sebagainya, dimana konsumen membuat keputusan atas nilai property yang dibeli (Tambunan, 2009). Teknik Hedonic Pricing dikembangkan dari teori atribut (atau karakteristik) yang dikemukakan oleh Lancaster (1966). Teknik ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Griliches (1971) dan Rosen (1974). Teknik ini pada prinsipnya adalah mengestimasi nilai implicit karakteristik atau atribut yang melekat pada suatu produk dan mengkaji hubungan antara karakteristik yang dihasilkan tersebut dengan permintaan barang dan jasa. Misalnya, permintaan rumah yang dibangun di tepi danau akan banyak ditentukan oleh karakteristik yang dihasilkan dari danau itu (keindahan, kebersihan dan sebagainya). Disisi lain, nilai property (perumahan) juga banyak ditentukan oleh kualitas lingkungan dan diasumsikan bahwa semakin buruk kualitas lingkungan, semakin menurun nilai property tersebut.
Universitas Indonesia
30
2.8 Aplikasi Pendekatan Zonal Travel Cost. Metode zonal travel cost adalah lebih mudah dan biaya yang digunakan paling sedikit. Hal ini akan mengestimasi suatu nilai dari layanan suatu kawasan wisata secara keseluruhan. Metode ini tidak mudah untuk digunakan dalam menilai suatu perubahan dalam kualitas suatu kawasan wisata dan tidak mempertimbangkan beberapa faktor yang mungkin penting dalam menentukan nilai kawasan tersebut. Melalui metode biaya peijalanan dengan pendekatan zonasi, pengunjung dibagi dalam beberapa zona kunjungan berdasarkan tempat tinggal atau asal pengunjung, dan jumlah kunjungan dalam penduduk di setiap zona dibagi dengan jumlah pengunjung per tahun untuk memperoleh kunjungan per seribu penduduk dengan menggunakan data sekunder. Metode zonal travel cost digunakan dengan mengumpulkan informasi mengenai jumlah kunjungan pada kawasan tersebut dari jarak/wilayah yang berbeda. Karena biaya waktu dan peijalanan akan meningkat dengan sendirinya sesuai denganjaraknya.
2.9. Taman Purbakala dan Kepurbakalaan. Purba/purbakala adalah kata serapan dari bahasa Sansekerta. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Purba adalah sifat yang berarti zaman dahulu, zaman ribuan/jutaan tahun lalu. Sedangkan Purbakala adalah kata benda yang berarti zaman kuno, zaman dahulu kala ribuanljutaan tahun lalu. Dengan demikian maka yang dimaksud dengan taman purbakala adalah suatu bidang tanah atau tempat lainnya yang diatasnya atau didalamnya terdapat tanaman dan tumbuhan sebagai atribut dari suatu taman dan terdapat pula bendabenda kepurbakalaan. Dalam tulisan ini, Taman Purbakala Batu Pake Gojcng adalah suatu taman yang memiliki koleksi benda purbakala berupa situs batu purbakala yang pemah menjadi benteng pertahanan Jepang di masa lalu dan sekarang dijadikan kawasan wisata sejarah dan wisata lingkungan. Peninggalan sejarah dan purbakala merupakan suatu benda eagar budaya yang tidak dapat dipisahkan atau dilepaskan dari eksistensi bangsa. Bahkan, ia member corak tersendiri yang menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan
Universitas Indonesia
31
suatu bangsa di masa lampau. Hal ini mengandung makna bahwa masa kini ditentukan oleh masa lalu sedangkan masa datang ditentukan oleh masa kini. Peninggalan sejarah dan purbakala dapat dijadikan bukti tentang sejarah budaya bangsa dan keberadaannya di masa lampau. Ia dapat menjadi kebanggaan nasional dan dari padanya generasi sekarang dan yang akan datang, dapat belajar, khususnya dapat menghayati nilai-nilai yang terkandung di dalam warisan budaya bangda dan Negara di masa yang akan datang. Mas'ud (1993/1994) mengungkapkan bahwa Sulawesi Selatan adalah salah satu kawasan yang banyak memiliki peninggalan sejarah dan purbakala, baik berupa situs bangunan dan artefak. Bukti peninggalan itu dimulai dari zaman berburu dan mengumpul makanan atau hunter and gathering pada tingkatan awal (Paleolithikum) zaman berburu dan mengumpul makanan tingkat lanjut (Mezolithikum) serta zaman bercocok tanam (Neolithikum ). Demikian pula pada periodisasi sejarah baik dari masa pra Islam maupun masa sesudah Islam. Salah satu peninggalan masa pra Islam adalah situs pemakaman Batu Pake Gojeng. Taman Purbakala Batu Pake Gojeng merupakan monument atau bukti sejarah yang masih lengkap. Keberadaannya ditandai dengan proses sejarah yang unik. Ia merupakan tonggak sejarah yang berarti keberadaannya mempunyai makna nilai sejarah yang cukup tinggi. Situs Taman Purbakala Batu Pake Gojeng Sinjai adalah salah satu bukti peninggalan sejarah nasional dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada masa pra Islam. Ia merupakan sistim pemakaman tradisi megalitik yang perlu dilindungi, dipelihara dan dilestarikan keberadaannya.
2.10 Studi Sebelumnya Mengenai Pengukuran Nilai Ekonomi Daerah Tujuan Wisata. Luhur Fajar Martha (2007) melakukan penelitian untuk melihat dampak ekonomi
perubahan
lingkungan pariwisata
di
Tanjung
Pinang
dengan
menggunakan aplikasi model utilitas random dengan menyatakan preferensi sebagai pilihan diskrit, yaitu memilih dan tidak memilih. Model ini digunakan untuk mengidentiflkasi perubahan welfare responden akibat adanya perubahan kondisi (kualitas) Tanjung Pinang. Mengenai perubahan kondisi Tanjung Pinang, hanya perubahan lingkungan alami yang dianggap berpengaruh terhadap welfare
Universitas Indonesia
32
pengunjung.
Pengurangan
lingkungan
alami
dapat
mengurangi
welfare,
sebaliknya penambahan lingkungan alami dapat menambah welfare. Sedangkan perubahan frekuensi pementasan seni budaya Melayu dan pasar tradisional tidak berpengaruh terhadap welfare. Hamzah Abdul Jalil (2006) menggunakan Travel Cost Model dalam penelitiannya untuk menduga nilai ekonomi manfaat rekreasi pada Taman Wisata Alam Grojogan Sewu (TWAGS), Surakarta, Jawa Tengah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa karakteristik pengunjung TWAGS sebagian besar laki-laki berumur 11-20 tahun dengan pekeijaan pokok sebagai pelajar atau mahasiswa, secar umum tingkat pendapatan rata-rata pengunjung TWAGS antara Rp. 1.500.000,- Rp. 2.250.000,- per bulan dan pengunjung lebih menyukai datang secara berkelompok dengan menggunakan kendaraan roda dua untuk melakukan pikinik atau sekedar jalan-jalan menikmati pemandangan alam. Berdasarkan metode biaya peijalanan, dapat diketahui persamaan permintaan rekreasi ke TWAGS adalah Y = 150 - 0,00218X dan juga kurva permintaan manfaat rekreasinya. Tingkat kunjungan rekreasi di TWAGS dipengaruhi oleh biaya peijalanan, yaitu semakin besar biaya peljalanan rata-rata maka jumlah kunjungan per I 000 penduduk masing-masing daerah asal akan berkurang. Ida Agustine Supriyatna (2004) menganalisis fungsi permintaan dan swplus konsumen Taman Wisata Danau Lido menggunakan metode kontingensi dan Biaya peijalanan. Dari kedua teknis valuasi lingkungan yang digunakannya, terlihat bahwa pendekatan biaya peijalanan lebih tepat untuk kasus Taman Wisata Danau Lido jika dibandingkan dengan pendekatan kontingensi. Hal ini dapat dilihat dari manfaat yang diperoleh pengunjung dan manfaat yang diperoleh pengelola. Kemudian dapat juga dilihat dari nilai R2 yang lebih tinggi dengan menggunakan metode biaya peijalanan dibandingkan metode kontingensi yang berarti metode biaya peijalanan dapat menjelaskan lebih baik variabel-variabel bebasnya. Hal ini mendukung penelitian Pangemanan (1993) bahwa metode biaya peijalanan lebih baik daripada metode kontingensi untuk penggunaan kasus rekreasi luar ruangan (outdoor recreation). Perbedaan antara topic yang dibahas oleh penulis dalam tesis ini dengan ketiga studi sebelumnya adalah bahwa jika Luhur Fajar Martha menggunakan
Universitas Indonesia
33
salah satu valuasi jasa lingkungan yaitu model utilitas random untuk melihat perubahan welfare responden dengan adanya perubahan kualitas lingkungan tempat wisata di Tanjung Pinang, sementara penulis menggunakan metode travel
cost model untuk melihat fungsi permintaan di Taman Purbakala Batu Pake Gojeng Kabupaten Sinjai. Sementara pada tulisan Hamzah Abdul Jalil, dia menggunakan juga travel
cost method dalam menduga manfaat rekreasi di Taman Wisata alam Grojogan Sewu sama seperti yang penulis gunakan pada tesis ini. Namun perbedaannya adalah bahwa obyek wisata yang diteliti oleh Hamzah Abdul Jalil adalah obyek yang memiliki jumlah kunjungan yang cukup besar tiap tahunnya yaitu sekitar 248.000 orang per tahun, sementara di Taman Purbakala Batu Pake Gojeng Sinjai sebagai obyek penelitian penulis, jumlah kunjungannya hanya sekitar 9265 pengunjung per tahun. Perbedaan lain adalah bahwa variable bebas yang digunakan oleh Hamzah Abdul Jalil hanya variable travel cost saja, sementara penulis menggunakan 8 (delapan) variable bebas yaitu, travel cost, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, persepsi fisik, persepsi non fisik, persepsi lingkungan, umur dan peketjaan. Pada studi sebelumnya yang ketiga oleh Ida Agustine menganalisis fungsi permintaan dan
manfaat
rekreasi
Taman
Wisata
Danau
Lido
dengan
membandingkan Metode Biaya Petjalanan dan Metode Valuasi Kontingensi. Hasilnya menunjukkan bahwa metode biaya petjalanan lebih baik digunakan untuk melihat fungsi permintaan dan manfaat rekreasi untuk outdoor recreation dibandingkan metode valuasi kontingensi. Kontribusi yang diharapkan dari tulisan ini adalah bahwa tulisan ini dapat dijadikan sebagai acuan atau pedoman bagi Pemerintah Kabupaten Sinjai sebagai pengambil kebijakan khususnya yang menangani permasalahan kepariwisataan di daerah dalam upaya meningkatkan kontribusi sector pariwisata terhadap pendapatan asli daerah. Diharapkan pula bisa dijadikan bahan perbandingan bagi tulisan-tulisan berikutnya yang juga menganalisis fungsi permintaan dengan menggunakan metode biaya petjalanan (travel cost).
Universitas Indonesia
BAB3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka pemikiran Tantangan yang dihadapai oleh para pembuat kebijakan terhadap suatu kawasan sumber daya pada umumnya adalah bagaimana menilai sumber daya tersebut secara komprehensif. Dalam hal ini tidak saja market value dari barang yang dihasilkan dari suatu sumber daya melainkanjuga darijasa yang ditimbulkan oleh sumber daya tersebut. Dalam menilai secara ekonomi sumber daya tersebut para ahli melakukan inovasi dengan beberapa pendekatan. Salah satu pendekatan yang sering digunakan adalah pendekatan biaya petjalanan (Travel cost method). Berdasarkan teori ekonomi bahwa semakin banyak biaya petjalanan yang dibutuhkan maka semakin menurun tingkat kunjungan ke suatu lokasi (dalam hal ini lokasi wisata). Ada beberapa metode yang bisa digunakan dalam valuasi ekonomi, namun penulis membatasinya dengan menggunakan travel cost model. Berangkat dari teori tersebut maka metode ini memanfaatkan informasi tentang pengeluaran yang dilakukan oleh para pengunjung tempat rekreasi untuk mengadakan petjalanan ke dan dari tempat rekreasi. Informasi ini kemudian digunakan untuk menentukan persamaan permintaan kunjungan ke tempat rekreasi. Selanjutnya, dirumuskan permasalahan dalam penggunaan travel cost model tersebut. Setelah itu, dikumpulkanlah data dan informasi yang hasilnya untuk memperoleh fungsi permintaan kawasan tersebut yang tersebut dapat digunakan untuk menghitung tingkat kunjungan, surplus konsumen, kesediaan membayar dan bahkan peran tempat wisata ini terhadap perekonomian wilayah. Secara skematik kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
34 Universitas Indonesia
35
Teori ekonomi
Taman Purbakala Batupake Gojeng
Valuasi Lingkungan
ldentifikasi Masalah
Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Model)
Pengumpulan informasi dan data
Fungsi permintaan rekreasi/kesediaan membayar.
Surplus konsumen/nilai manfaat rekreasi
! Alokasi sumber daya optimal
Gambar 3.1 : Skema Kerangka Pemikiran
3.2. Analisis Data dengan Model Biaya Perjalanan. Model permintaan travel cost dapat digunakan untuk mengestimasi
consumer surplus suatu situs dengan menjumlahkan permintaan individu seseorang antar kawasan (zona) pengunjung setiap tempat rekreasi yang digunakan untuk mengestimasi partisipasi wisata untuk setiap zona perjalanan. TCM dalam mengestimasi fungsi permintaan, yang mana berdasarkan pada teori
Universitas Indonesia
36
maksimisasi utilitas bahwa satu individu akan memaksimisasi utilitasnya yang dibatasi oleh budget constraint yang ada. Suatu studi tentang permintaan akan menguji hubungan antara kawasan wisata dan attributed visitation ralts dan user day atau occasions. Freeman III (1979) dalam Tambunan (1986) mengatakan, fungsi permintaan individu atau rumah tangga terhadap suatu tempat atau fasilitas rekreasi yang didasarkan pada metode biaya peijalanan adalah sebagai berikut: (3.1)
Vij = (TCi, INCij, PNi) Dimana:
= jumlah kunjungan dari daerah asal ike kawasan wisataj. biaya yang dikeluarkan, seperti bensin dan tiket masuk kunjungan!user days. INCij = pendapatan rumah tangga atau individu dari daerah asal i ke kawasan wisataj. PNi = kepadatan penduduk daerah asal i. 1
Vij TCi
=
Fungsi permintaan diatas dapat digunakanjika tidak terdapat hambatan yang relevan, tidak ada variasi dalam biaya transportasi, hanya terdapat satu kawasan wisata yang dapat dikunjungi oleh pengunjung dan akhimya bahwa tujuan rekreasinya adalah hanya untuk mengunjungi satu tempat wisata. Untuk menerapkan metode biaya peijalanan menurut Sinden dan Worrel (1979), sejumlah asumsi harus terlebih dahulu dibuat, yakni: (a) semua pemakai memperoleh manfaat yang sama, dan hal ini serupa dengan biaya peijalanan pemakai maijinal (peijalanan teijauh), (b) surplus konsumen pemakai maijinal adalah nol, (c) biaya peijalanan merupakan suatu pengganti atas harga, dan (d) orang di semua zona jarak akan mengkonsumsi sejumlah aktivitas yang sama pada biaya moneter tertentu. Berdasarkan model biaya peijalanan sebelumnya maka dibuat suatu bentuk umum fungsi permintaan rekreasi seperti yang dinyatakan Gunardi (1991) sebagai berikut: Q = f(g{TC), X1, ... , Xn)
(3.2)
1
Mangara Tambunan, Series ofTeaching Material for Graduate Student Faculty of Econimics University of Indonesia, Jakarta, 2002.
Universitas Indonesia
37
dimana Q adalah kuantitas, g(TC} adalah fungsi biaya perjalanan, dan Xl ... Xn adalah peubah penjelas lainnya seperti pendapatan, daya tarik tempat rekreasi dan lain-lain. Fungsi ini kemudian dibuat dalam bentuk linear, sebagai berikut: (3.3)
Q =a+ J3TC + s
Hal lain yang dianggap penting dalam membangun spesifik permintaan adalah berperannya variable peubah diluar biaya perjalanan, seperti pendapatan, jumlah keluarga yang berekreasi, daya tarik lokasi wisata, maupun pengaruh substitusi lokasi rekreasi lain terhadap lokasi rekreasi yang dituju.
3.3. Alat Analisis Yang Digunakan Alat analisis yang dipakai adalah analisis regresi Ordinary Least Square
(OLS). Analisis regresi tinier berganda (OLS) digunakan untuk melihat hubungan antar variable secara keseluruhan. Pada metode biaya perjalanan ini yaitu untuk melihat variable jumlah kunjungan dengan factor-faktor yang mempengaruhinya seperti biaya perjalanan, jumlah rombongan, zona asal, karakteristik responden, persepsi responden tentang taman purbakala, dan lain-lain. Asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis OLS ini adalah: 1. Secara rata-rata gangguan (error term) akan sama dengan nol, atau E(si) = 0. si memiliki varians yang konstan, atau var (si) = cl untuk semua i. asumsi ini disebut homoskedastis. Hasil regresi untuk metode biaya perjalanan dengan
menggunakan
model
OLS
1m
mengalami
masalah
heterokedastisitas, seperti pada umumnya data cross sectional karena pengamatan dilakukan pada inidividu yang berbeda pada saat yang sama. Heteroskedastisitas adalah terjadinya variasi error (tidak konstan atau homogen), masalah ini dapat menyebabkan dampak terhadap OLS, yaitu (Nachrowi, 2003): a. Akibat tidak konstannya variansi, salah satu dampaknya adalah menyebabkan lebih besamya variansi dari taksiran. Dimana hal tersebut akan berpengaruh terhadap uji hipotesis yang dilakukan (uji t dan uji F) yang menggunakan besaran variansi taksiran. Akibatnya uji hipotesis menjadi kurang akurat.
Universitas Indonesia
38
b. Akibat besarnya variansi taksiran akan mengakibatkan standar eeroe taksiran juga lebih besar, sehingga interval kepercayaan menjadi sangat
besar. c. Akibatnya kesimpulan yang diambil dari persamaan regresi yang dibuat dapat menyesatkan. 2. Tidak ada korelasi antara gangguan yang satu (Ei) dengan gangguan yang lain (Ej) atau E(EiEj) = 0 untuk i-:/; j. 3. Variable bebas tidak bersifat stokhastik (non stochastic), yang berarti bahwa dalam percobaan yang berulang-ulang nilai X adalah tetap. 4. Gangguan (Ei) berdistribusi normal atau ei- N (0, cr2). Berdasarkan pemilihan variable dan pendekatan teoritis yang dilakukan terhadap Model OLS ini, uji hipotesis yang digunakan adalah uji t dan uji F. Uji t digunakan untuk melihat siginiflkansi dari suatu variable bebas, sedangkan untuk melihat siginflkansi dari model secara keseluruhan digunakan uji F. Nilai R2 mengindikasikan seberapa banyak variable-variabel bebas dalam hubungannya dengan variable tak bebas yang digunakan dapat mewakili model secara keseluruhan.
3.4. Hipotesis Permintaan wisata terhadap taman wisata dapat didekati (di-proxy) dengan jumlah kunjungan yang responden lakukan ke Taman Purbakala Batu Pake Gojeng Sinjai. Jumlah kunjungan ini diduga dipengaruhi oleh biaya peijalanan dan hubungan tersebut diasumsikan akan berkorelasi secara negative. Sehingga akan dihasilkan kurva permintaan yang memiliki kemiringan negative. Sedangkan variable-variabellainnya akan berpengaruhjuga terhadap permintaan wisata tetapi tidak secara signiflkan sehingga hanya akan berpengaruh secara level saJa. Berdasarkan hal tersebut diajukanlah beberapa hipotesis sebagai berikut: a. Ada beberapa variable yang diduga dapat memberikan pengaruh terhadap
willingness to pay pengunjung ke taman purbakala. Hipotesisnya adalah: H0 : Tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, umur, jenis pekeijaan, frekuensi kunjungan, dan persepsi pengunjung memberikan pengaruh nyata
Universitas Indonesia
39
terhadap kesediaan membayar pengunjung ke Taman Purbakala Batu Pake Gojeng. H 1: Tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, umur, jenis pekerjaan, frekuensi kunjungan, dan persepsi pengunjung tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kesediaan membayar pengunjung ke Taman Purbakala Batu Pake Gojeng. b. Hipotesis untuk variable biaya perjalanan yang memberikan pengaruh terhadap kunjungan ke taman purbakala adalah: H0 :
Biaya perjalanan ke lokasi wisata, umur, pendapatan, pendidikan
berpengaruh nyata terhadap kunjungan ke Taman Purbakala Batu Pake Gojeng. H 1: Biaya perjalanan ke lokasi wisata, umur, pendapatan, pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap kunjungan ke Taman Purbakala Batu Pake Gojeng. c. Metode Travel Cost dapat digunakan dalam menduga fungsi permintaan dan manfaat rekreasi di Taman Purbakala Batu Pake Gojeng.
3.5. ldentifikasi Variabel Penelitian Terdapat beberapa variable yang digunakan dalam metode travel cost ini yaitu: 1. Biaya perjalanan 2. Umur 3. Pendidkan 4. Pekerjaan
5. Income 6. Persepsi Variable-variabel yang digunakan tersebut kemudian diklasifikasi menjadi:
1. variable bebas (independent variable) meliputi biaya perjalanan, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, income, persepsi responden. 2. Variable terikat (dependent variable), dalam hal ini adalah jumlah kunjungan wisatawan. Variabel-variabel tersebut diatas dapat didefinisikan sebagai berikut:
Universitas Indonesia
40
1. biaya perjalanan adalah keseluruhan biaya transportasi yang dikeluarkan oleh wisatawan untuk mengunjungi Taman Purbakala Batu Pake Gojeng. 2. Umur adalah tingkat usia seluruh pengunjung kawasan wisata (tahun). Umur ini dikelompokkan menjadi: • 16-20 tahun • 21-25 tahun • 26- 30 tahun • 31-35 tahun • 36- 40 tahun •>40 tahun 3. Tingkat pendidikan adalah pendidikan yang ditempuh oleh responden. Tingkat pendidikan dibagi menjadi:
•SD •SMP •SMA • Perguruan Tinggi 4. Pekerjaan adalahjenis pekerjaan yang ditekuni oleh responden. Jenis pekerjaan diklasifikasikan menjadi: • Pegawai Negeri Sipil •TNI!Polri • Pegawai Swasta • Wiraswasta • Pelajar/Mahasiswa 5. Pendapatan individu adalah pendapatan total yang diperoleh individu dari kegiatannya dalam produksi ekonomi (rupiah). Pendapatan lndividu dibagi dikelompokkan menjadi:
• < Rp. 750.000,• Rp. 750.000,- - Rp. 1.500.000,-
• Rp. 1.500.000,- - Rp. 2.250.000,• Rp. 2.250.000,- Rp. 3.000.000,-
• > Rp. 3.000.000,-
Universitas Indonesia
41
6. Persepsi responden adalah pendapat responden tentang obyek/lokasi wisatan tersebut, tennasuk dengan lingkungan sekitarnya yang nantinya diklasifikasi menj adi persepsi fisik, persepsi non fisik dan persepsi lingkungan. 7. Jumlah kunjungan adalah frekuensi kunjungan responden ke obyek wisata.
3.6
Menghitung Consumer Surplus Swplus konsumen didefinisikan sebagai suatu penjumlahan pennintaan
rumah tangga di atas pengeluaran actual yang dibayar oleh rumah tangga yang mengunjungi tempat rekreasi {Tambunan, 1986). Untuk mengkalkulasi surplus konsumen, fungsi permintaan yang telah diperoleh dihubungkan dengan model. Besarnya manfaat (swplus) konsumen adalah sama dengan luas areal dibawah kurva pennintaan dan diatas harga karcis yang ditetapkan, sedangkan besarnya kesediaan membayar (willingness to pay) konsumen dapat dihitung dengan menambahkan
komponen pengeluaran
actual
(actual
expenditure)
atau
pendapatan yang diterima oleh pengelola dari hasil penjualan karcis. Consumer
Surplus memiliki persamaan pengertian dengan willingness to pay yaitu suatu perbedaan harga yang seharusnya dibayar dengan harga yang sebenarnya dibayar
(the actual price and actual pay). Swplus konsumen mengukur berapa banyak lebih untung setiap individu, secara agregat, karena mereka dapat membeli barang di pasar. Karena konsumen yang berbeda menilai konsumsi barang tertentu secara berbeda, jumlah maksimun yang bersedia mereka bayar untuk barang tersebut juga berbeda.
3.7
Metode Pengumpulan Data, Waktu dan Lokasi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan
obyek penelitian obyek wisata Taman Purbakala Batu Pake Gojeng Kabupaten Sinjai dan satuan kasusnya adalah pengunjung obyek wisata tersebut. Menurut Arikunto (1993), study kasus (case study) adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu, yang wilayah penelitiannya terbatas. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Proses pengumpulan data primer dilakukan secara langsung di lokasi
Universitas Indonesia
42
penelitian melalui kuesioner, wawancara dan pengamatan langsung (observasi) di lapangan. Data primer yang dikumpulkan terdiri atas: (1) daerah asal pengunjung (kabupaten atau kota), (2) rata-rata biaya peijalanan dari setiap daerah asal pengunjung, (3) karakteristik pengunjung (status perkawinan, umur, pendidikan formal dan jenis pekeijaan), (4) karakteristik kunjungan (cara kedatangan, jenis kendaraan, motivasi kunjungan dan frekuensi kunjungan) dan (5) persepsi pengunjung tentang obyek wisata taman purbakala (keteijangkauan, keindahan alam, system tata ruang, fasilitas-fasilitas rekreasi dan kondisi keamanan). Sedangkan proses pengumpulan data sekunder dilakukan melalui telaah pustaka dan mengumpulkan data dari instansi yang berkompeten. Data sekunder yang dikumpulkan terdiri atas: (1) tingkat kunjungan selama lima tahun dari tahun 2002 s.d. 2009, (2) jumlah penduduk dari setiap daerah asal pengunjung, (3) pendapatan per kapita dari setiap daerah asal pengunjung, dan (4) data-data yang berhubungan dengan lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, mulai Bulan Juni sampai dengan Bulan Juli 2009 dengan lokasi pada Taman Purbakala Batu Pake Gojeng Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan.
3.8. Penentuan responden Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan · dengan teknik
accidental sampling terhadap pengunjung dengan criteria pertimbangan dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia menjadi responden dengan daftar pertanyaan (lampiran) yang telah disiapkan sebelumnya. Jwnlah pengunjung yang menjadi responden sebanyak 200 orang. Dari 200 responden itu, yang mengisi kuesioner sebanyak 185 orang. Dari 185 kuesioner yang diisi tersebut sebanyak 85 kuesioner datanya tidak valid dan tidak bisa digunakan untuk dijadikan data olahan pada penelitian ini. Penyebabnya adalah banyak pertanyaan yang tidak diisi dan apabila diisi, maka jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan kondisi logis yang ada di lapangan. Sehingga hanya 100 kuesioner yang dianggap valid dan datanya bisa digunakan untuk diolah dan dianalisis untuk kepentingan penelitian ini.
Universitas Indonesia
BAB4 KONDISI LOKASI DAN SITUS PURBAKALA 4.1
Kabupaten Sinjai
4.1.1 Geografis dan Iklim Secara geografis Kabupaten Sinjai terletak antara 5019'30" sampai 5036'47" Lintang Selatan dan antara 1190 48' 30" sampai 1200 20' 0" Bujur Timur. Di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bone, di sebelah Timur dengan Teluk Bone, di sebelah Selatan dengan Kabupaten Bulukumba dan di sebelah Barat dengan Kabupaten Gowa. Kabupaten Sinjai merupakan daerah 3 (tiga) dimensi, yaitu memiliki wilayah pegunungan (Kecamatan Sinjai Barat, Bulupoddo dan Sinjai Borong), wilayah dataran (Kecamatan Sinjai Timur, Sinjai Selatan, Sinjai Tengah, Sinjai Utara, Tellulimpoe) dan wilayah kepulauan (Kecamatan Pulau Sembilan). Kabupaten Sinjai yang terletak di jazirah selatan Pulau Sulawesi ini dapat dijangkau dengan menggunakan moda transportasi darat melalui Kabupaten Maros-Kabupaten Bone (4 jam peijalanan) serta rute Kabupaten Gowa - Kabupaten Takalar - Kabupaten Jeneponto - Kabupaten Bantaeng- Kabupaten Bulukumba - Kabupaten Sinjai (4,5 jam peijalanan). Secara Morfologi, daerah ini lebih dari 55,5 % terdiri dari daerah dataran tinggi (100-500 meter dari permukaan laut). Secara klimatologi terletak pada posisi iklim musim timur dimana bulan basah jatuh antara bulan April sampai Oktober dan bulan kering antara Oktober sampai April. lklim di daerah ini adalah tropis dimana bulan basah jatuh antara bulan Oktober-April dan bulan kering antara April-Oktober. Curah hujan rata-rata tahun 1996-2003 berkisar 1.272-6.868 mm, dengan 70 -226 hari hujan. Jumlah hari hujan terendah pada Kecamatan Sinjai Timur dan tetinggi adalah Kecamatan Sinjai Borong. 4.1.2 Administratif Kabupaten Sinjai adalah salah satu dari 23 Kabupaten/Kota dalam wilayah Propinsi Sulawesi Selatan yang terletak di pantai timur bagian selatan jazirah Sulawesi Selatan yang beijarak lebih kurang 223 km dari kota Makassar ( ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan ). Kabupaten Sinjai yang memiliki luas 819,96 km2 secara administrative terdiri dari 9 Kecamatan defenitif dengan jumlah Desalkelurahan sebanyak 80 buah.
43 Universitas Indonesia
44
Tabel4.1 Luas Daerah dan Jarak lbukota Kabupaten ke lbukota Kecamatan Ibu kota Kecamatan
Luas Kec. (Km2)
1. Sinjai Barat
2. Sinjai Borong 3. Sinjai Selatan 4. Tellulimpoe 5. Sinjai Timur 6. Siniai Tengah 7. Sinjai Utara 8. Bulupoddo 9. Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai
..
135,53 66,97 131,99 147,30 71,88 129,70 29,57 99,47 7,55 819,96
Jarak ke lbukota kab. (km) 48 43 27 38 4 12 0 18 13
Sumber : Badan Pusat Stat1stik Kabupaten Sinjw
Dari table diatas, dapat dijelaskan bahwa Kabupaten Sinjai memiliki 9 (sembilan) buah kecamatan dengan ibukota kecamatan yaitu Sinjai Utara yang beribukota Balangnipa. Taman Purbakala Batu Pake Gojeng sebagai objek penelitian terletak di Kecamatan Sinjai Utara, tepatnya di Kelurahan Biringere. Keseluruhan kecamatan yang ada terletak di daratan Pulau Sulawesi, kecuali Kecamatan Pulau Sembilan yang terletak di Teluk Bone, yaitu sekitar 13 km dari ibukota Kabupaten Sinjai. Untuk mencapai kecamatan tersebut, kita dapat menggunakan jasa transportasi speed boat dan kapal motor dengan waktu tempu sekitar 30 menit( menggunakan speed boat) dan 1 jam (menggunakan kapal motor). 4.1.3 Ekonomi Secara ekonomi, daerah ini memiliki letak strategis karena memiliki dua jalur perhubungan, yaitu darat dan laut. Jalur darat menghubungkan kota-kota kabupaten atau kota propinsi yang menjadi pusat kegiatan ekonomi. Sedang jalur laut digunakan untuk hubungan antar daerah di luar propinsi Sulawesi Selatan. Di sebelah utara, Kabupaten Sinjai berbatasan langsung dengan Kabupaten Bone, dimana di daerah tersebut terdapat Pelabuhan Ferry dengan rute menuju Kolaka (Sulawesi Tenggara). Sehingga kondisi ini membuat Kabupaten Sinjai menjadi daerah perlintasan bagi masyarakat untuk menuju ke Kabupaten Bone atau Kabupaten Kolaka. Sementara di sebelah selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Bulukumba yang memiliki pelabuhan penyeberangan langsung ke Kabupaten Selayar. Sehingga masyarakat dari Provinsi Sulawesi Tenggara dan
Universitas Indonesia
45
Kabupaten Bone yang akan menyeberang ke Selat Selayar akan melewati daerah Kabupaten Sinjai. Kondisi-kondisi seperti itu merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dan masyarakat Sinjai dalam upaya menciptakan sector-sektor ekonomi yang mendukung wilayah ini sebagai daerah perlintasan antar kabupaten. PDRB Kabupaten Sinjai menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 2006** sebesar 1 393 405,05 juta rupiah, dengan konstribusi terbesar dari sektor pertanian yaitu 826 766,99 juta rupiah atau sekitar 60 persen.. PDRB Kabupaten Sinjai menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2006** sebesar 845 346,61 juta rupiah. Pertumbuhan ekonomi tahun 2006 sebesar 6,11 persen. Tabel 4.2. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Di Kabupaten Sinjai Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2002- 2006** Lapangan Usaha I.
2.
3.
2002
2004
2005
2006
Pertanian
524 727,28
595 970,70
680 338,11
752 114,44
826766,99
a.
Tanaman Bahan Makanan.
216 612,98
238 260,86
261 308,75
289 980,78
319711,72
b.
Tanaman Perkebunan.
186 380,29
213486,20
254 350,83
276 561,67
303 074,62
c.
Petemakan
19 831,95
23 744,29
24 096,66
26 377,05
28 875,32
d.
Kehutanan
e.
Perikanan
I 562,00
I 754,13
I 920,85
2 057,84
2 342,54
100 340,06
118 725,22
138 661,02
157 137,10
172 762,78
3 814,40
4 548,57
4 821,29
5 515,51
6 475,32
. .
.
.
.
.
-
-
3 814,40
4 548,57
4 821,29
5 515,51
6 475,32
IS 344,32
17619,56
19289,31
22 586,52
25 967,39
-
Gas alam cair
-
-
-
Pengilangan Minyak
Pertambangan dan Penggalian a.
Minyak dan Gas Bumi
b.
Pertambangan tanpa migas
c.
Penggalian
Industri Pengolahan a.
b.
Industri Migas
IS 344,32
Industri Tanpa migas
4. Listrik, gas dan air bm;ih
5.
2003
-
-
17 619,56
-
-
-
-
-
-
22 586,52
25 967,39
19289,31
2 433,03
2 975,13
3 217,27
3 581,86
3 883,87
a.
Listrik
2056,42
2 526,49
2711,11
3 005,29
3 236,62
b.
Gaskota
-
-
-
-
-
c.
Airbm;ih
376,61
448,64
506,16
576,57
647,25
29 995,89
37 193,76
43 464,11
54 152,11
74 611,25
71 579,S3
82 363,59
90 669,78
113 371,35
137 795,43
Bangunan
6. Perdagangan, hotel dan restoran a.
67 685,29
77 875,37
85 496,32
107 531,60
131 581,19
eceran
Perdagangan
452,94
520,86
581,47
682,18
762,04
b.
Hotel
3 441,30
3 967,36
4 591,99
5 157,57
5 452,20
c.
Restoran
besar
dan
Universitas Indonesia
46
Tbl42( a e sambun! an) 2002
2003
2004
Angkutm dan komunikasi
24 318,95
27 382,37
30 183,05
a.
Lapanpn Usaha
7.
b. 8.
Pengangkutan
2005 36 519,23
2006 41923,67
20662,15
23 140,15
25 466,85
31 286,89
36 215,13
Angkutm rei
-
-
-
-
-
Angkutan jalan raya
14 482,55
IS 983,40
17 608,77
22 560,73
25661,55
Angkutm laut
s 942,23 -
6 893,03
7 574,45
8 413,67
10 209,81
Angkutan udara
-
-
-
-
Jasa penunjang angkutan
237,37
263,72
283,63
312,49
343,76
3 656,80
4 242,22
4 716,20
s 232,34
s 708,54
22 809,98
31 250,59
45 181,35
52404,77
56 701,24 24267,00
Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. a.
Bank
I 866,00
7 832,00
19 640,00
23 510,00
b.
Lembaga keuangan tanpa
I 452,26
I 554,47
I 612,67
I 799,73
I 871,13
bank
18 950,61
21 245,05
23 237,70
26 309,34
29659,94
c.
Sewa bangunan
541,11
619,07
690,98
785,70
903,18
d.
Jasa perusahaan
9. Jasa-jasa
123 907,46
130 792,95
144 348,68
164 117,12
219 279,89
a.
Pemerintaban Umum
121 085,15
127 602,22
140 923,25
160 399,25
215 149,66
b.
Swasta
2 822,31
3 190,73
3 425,43
3 717,87
4 130,23
-
Sosial kemasyarakatm
928,70
I 074,99
I 175,30
I 294,75
1459,94
-
Hiburan dan rekreasi
90,49
101,87
lll,SS
123,03
135,99
Perorangan
I 803,12
2 013,87
2 138,58
2 300,09
2 534,31
818 930,84
930097,22
I 061 512,95
I 204 362,91
I 393 405,05
-
dan
rumah
tmgga. PRODUK
DOMESTIK
REGIONAL BRUTO
..
Sumber: Badan Pusat Stat1st1k Kabupaten SmJal
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan perhitungan hasil produksi suatu perekonomian tanpa memperhatikan siapa pemilik factor produksi tersebut. Semua factor produksi yang berlokasi dalam perekonomian tersebut output-nya diperhitungkan dalam PDB. Dari table diatas, terlihat bahwa PDRB
Kabupaten Sinjai Tahun 2006 menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku sebesar 1.393.405,05 juta rupiah, dengan kontribusi terbesar dari sector pertanian yaitu 826.766,99 juta rupiah atau sekitar 60 persen. Sementara untuk PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2006 sebesar 845.346,61 juat rupiah. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sinjai pada tahun 2006 yaitu sebesar 6, 11 persen. 4.1.4 Demografi dan Lapangan Usaha Penduduk Kabupaten Sinjai adalah sebesar 222 220 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,23 persen, terdiri dari 107 838 jiwa penduduk laki-laki dan 114 382 jiwa penduduk perempuan.
Universitas Indonesia
47
Kepadatan penduduk Kabupaten Sinjai adalah 271 jiwa per km2. Kecamatan Sinjai Utara merupakan daerah yang memiliki kepadatan terbesar yaitu 1 285 jiwa per km2 Dari perbandingan antara golongan umur dan jenis kelamin terlihat bahwa, penduduk untuk golongan umur 10-14 tahun adalah yang paling banyakjumlahnya, baik untukjenis kelamin perempuan maupun laki-laki. Pemekaran wilayah administrasi yang menyebabkan terbentuknya desa-desa baru di beberapa kecamatan mempengaruhi jumlah penduduk yang pindah atau datang, yakni di Kecamatan Tellu Limpoe, Bulupoddo dan Sinjai Tengah. Tabel 4.3 Banyaknya Penduduk dan Keluarga serta Luas dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Sinjai Kecamatan
Luas(Kml)
Kepala
Penduduk
Keluarga
Kepadatan
Ratal
Penduduk
anggotaRT
Sinjai Barat
135,53
5 163
22 928
169
4
Sinjai Borong
66,97
3.532
16.918
253
5
Sinjai Selatan
131,99
8 148
35 846
272
4
Tellulimpoe
147,30
7 649
31 681
215
4
Sinjai Timur
71,88
6 822
28 485
396
4
Sinjai Tengah
129,70
6 144
24630
190
4
Sinjai Utara
29,57
8 366
38 011
1 285
5
Bulupoddo
99,47
4 561
16 032
161
4
Pulau
7,55
2 002
7 689
1 018
4
819,96
52 387
222 220
271
4
Sembi Ian Kabupaten Sinjai
...
Sumber: SmJal Dalam Angka Tahun 2007
Dari tabel diatas, terlihat bahwa Kecamatan Tellulimpoe memiliki wilayah terluas, disusul Kecamatan Sinjai Barat dan Kecamatan Sinjai Selatan. Sementara Kecamatan Sinjai Utara menempati posisi kedua terbawah dengan luas 29,57 km2 dan Kecamatan Pulau Sembilan adalah wilayah terkecil dengan luas 7,55 km2, dimana kecamatan ini terdiri atas 9 (Sembilan) buah pulau yang merupakan pemekaran dari wilayah Kecamatan Sinjai Utara.
Universitas Indonesia
48
Tabel4.4 Keadaan Unit Usaha, Tenaga Keija dan Inventarisasi lndustri di Kabupaten Sinjai Dirinci Menurut Cabang Industri UnitUsaha
Cabang Industri
Tenaga Kerja
Investasi (Rp. 000)
1 384
3 968
9.872.016
Industri Sandang dan Kulit
311
658
3.015.582
lndustri Kimia dan Bahan Bangunan
421
1 204
1.791.293
lndustri Kerajinan dan Umum
197
258
508.915
lndustri Logam, Alat Angkutan & Jasa
157
556
2.411.311
2006
2470
6 644
17.599.137
2005
2 597
6 865
17.593.141
2004
2 533
6 717
15.541.146
2003
2454
6 441
10.457.086
2002
2 272
5 963
7.282.488
lndustri Pangan
Jumlah
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sinjai
Dari table diatas terlihat bahwa sector industri pangan mendominasi unit usaha yang ada di Sinjai dengan total jumlah investasi yaitu Rp. 9.872.016.000,- , jumlah unit usaha yaitu 1.384 unit serta jumlah tenaga keija yang terserap sejumlah 3.968 orang. Hal ini lebih dimungkinkan mengingat kondisi Kabupaten Sinjai yang memang memiliki potensi untuk pengembangan pertanian, perkebunan dan perikanan. Potensi di sector pertanian adalah padi, jagung, kacang tanah, dan wijen. Disektor perikanan, daerah ini merupakan penghasil teripang, rumput laut, lobster, ikan kerapu, ikan cakalangltongkol dan udang. Malah sebagian besar hasilny di ekspor ke luar negeri. Komoditi disektor perkebunan antara lain; kelapa hibrida, jambu mete, tembakau, lada, vanili, cengkeh, kopi arabika, dan kakao.
4.2
Gambaran Umum Kecamatan Sinjai Utara Kecamatan Sinjai Utara merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Sinjai, dimana terletak ibukota Kabupaten Sinjai. Luas Kecamatan Sinjai Utara adalah 29,57 km2 dengan persentase luas terhadap kabupaten adalah 3,606 persen. Secara geografis, Kecamatan Sinjai Utara dibatasi oleh Kabupaten Bone di sebelah utara, Kecamatan Sinjai Timur disebelah selatan, Kecamatan Bulupoddo di sebelah barat dan Teluk Bone di sebelah timur. Jumlah kelurahan di Kecamatan
Universitas Indonesia
49
Sinjai Utara sebanyak 6 (enam) yaitu Kelurahan Biringere, Balangnipa, Lappa, Alehanuae, Lamatti Rilau, dan Kelurahan Bongki. Jumlah penduduk Kecamatan Sinjai Utara adalah 38.011 jiwa dengan rincian penduduk laki-laki sebanyak 18.571 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 19.440 jiwa. Prasarana transportasi yang ada di Kecamatan Sinjai Utara pada umumnya berupa jalan beraspal, yang terdiri atas jalan propinsi, jalan kabupaten dan jalan desa. Sementara sarana transportasi yang digunakan pada umumnya menggunakan sarana jalan darat seperti mobil, motor, sepeda, gerobak, dan lain-lain. Tabel4.5 Jenis dan Jumlah Sarana Transportasi di Kec. Sinjai Utara
Jumlah
Jenis Sarana
No. 1.
Bus
6
2.
Mini Bus
7
3.
Pickup
33
4.
Microlet
7
5.
Truck
89
6.
Tangki
2
7.
MobilPenumpang
416
8.
Sepeda Motor
3844
9.
Sepeda
466
10.
Becak
301
11.
Gerobak
36
Sumber : Sinjai Dalam Angka, 2007
Dari tabel diatas terlihat bahwa sarana transportasi yang mendominasi di Kabupaten Sinjai adalah mobil penumpang dan sepeda motor. Terutama dalam menunjang kegiatan masyarakat sehari-hari. Terlebih lagi dengan kondisi beberapa wilayah yang berada di daerah pegunungan dan berbukit, sehingga moda transportasi sepeda motor sangat cocok di wilayah tersebut. Pemerintah
Kabupaten
Sinjai
dalam
mewujudkan
visi
kabupaten
menempatkan sector pendidikan sebagai salah satu sector utama, disamping sector agama dan sector kesehatan. Hal ini didasari dengan pemikiran bahwa untuk meningkatkan mutu sum.ber daya manusia perlu dilakukan peningkatan sarana dan
Universitas Indonesia
50
prasarana yang menunjangnya serta sebagai salah satu cara dalam upaya memutus rantai kemiskinan, yaitu dengan meningkatkan derajat pendidikan masyarakat. Terlebih lagi bahwa di Kabupaten Sinjai telah diterapkan system pendidikan gratis mulai dari SD hingga SMU untuk semua anak umur wajib sekolah. Sehingga tidak ada alasan lagi bagi para orang tua untuk tidak menyekolahkan anaknya. Malahan konsep ini telah diberlakukan lebih awal dibanding yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Tabel 4.6 Jenis dan Jumlah Sarana Pendidikan di Kec. Sinjai Utara No.
Jenis Sekolah
Jumlah
Jumlah Ruang
Sekolah
Belajar
Jumlah Siswa
1.
TK
17
54
1216
2.
SD
30
204
5737
3.
SMP
4
84
2036
4.
SMA
2
42
1368
5.
SMK.
3
29
1270
. ..
Sumber: SmJal Dalam Angka, 2007.
Sector lainnya yang menjadi salah satu pilar pembangunan di Kabupaten Sinjai adalah sector kesehatan.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas sector ini antara lain dengan meningkatkan jumlah sarana kesehatan yang telah ada. Upaya lain adalah pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang saat ini menjadi percontohan daerah lain dalam upaya meringankan beban masyarakat dalam memperoleh akses pelayanan kesehatan. Terlebih lagi dengan munculnya berbagai macam penyakit yang memerlukan penanganan yang serius.
Universitas Indonesia
51
Tabel4.7 Jenis dan Jumlah Sarana Kesehatan di Kec. Sinjai Utara
No.
J enis Sarana
Jumlah
I.
Rumah Sakit
1
2.
Puskesmas
1
3.
Puskesmas Pembantu
3
4.
Puskesmas keliling
1
5.
Posyandu
26
Rumah Bersalin
1
6. ...
Sumber: SmJal Dalam Angka, 2007.
Sector peribadatan juga merupakan salah satu sector utama di Kabupaten Sinjai. Selain berfungsi sebagai tempat beribadah, sarana ibadah juga digunakan sebagai sarana media komunikasi social antara warga. Jenis sarana ibadah di Kecamatan Sinjai Utara yaitu : Mesjid (49 unit), Langgar (4 unit) dan Mushalla (21 unit).
4.3
Sejarah Taman Purbakala Datu Pake Gojeng Sinjai Sumber tertulis tentang sejarah keberadaan situs Batu Pake Gojeng belum
ditemukan. Beberapa cerita rakyat menyebutkan bahwa penggunaan batu pake disesuaikan dengan peninggalan arkeologis dan tempat dimana situs itu berada. Batu Pake didefinisikan sebagai batu yang telah dipahat dan Gojeng merupakan nama wilayah tersebut. Versi lain mengatakan bahwa Batu Pake adalah batu bertuah bagi masyarakat setempat. Pengertian lain bahwa Batu Pake Gojeng itu artinya kurang lebih batu yang dipahat untuk dijadikan makam bagi masyarakat pada masa itu. Makam-makam ini adalah peninggalan tradisi megalitik dan ada Sembilan makam yang masih dijaga dengan baik sebagai taman purbakala. Taman Purbakala Batu Pake Gojeng secara geomorfologi terletak 59 s.d. 96 meter di atas permukaan laut. Di atas bukit tersebut terdapat situs Batu Pake Gojeng yang dikenal dengan kuburan batu yang memiliki ketinggian dari permukaan laut adalah 59 mdpl, 40 m di atas Kota Sinjai. Situs ini terletak di Lingkungan Batu Pake, Kelurahan Biringere Kecamatan Sinjai Utara, sekitar 2
km dari pusat kota Sinjai.
Universitas Indonesia
52
Hingga sekarang latar belakang sejarah Batu Pake Gojeng belum ada kejelasan, namun berdasarkan data arkeologisnya, ia telah memberikan gambaran bahwa di situs tersebut pemah ada aktifitas manusia pada masa lampau. Hal ini didukung oleh sumber lisan
masyarakat setempat yang menyatakan, bahwa
pendiri Kerajaan Batu Pake adalah I Baso Batu Pake sebagai raja pertama. Asal usulnya tidak diketahui namun dia dikultuskan sebagai To Manurung. Pendapat lain mengatakan "bahwa awal mula pendiri Kerajaan Batu Pake adalah Latenri Lallo Manurunge ri Wowolonrong yang didampingi oleh istrinya yang bemama DatuE ri Lino, kemudian dianugerahi seorang anak laki-laki bemama Baso Batu
Pake. Setelah Manurunge menghilang (raib) maka Baso Batu pake yang menggantikan ayahandanya sebagai Raja Batu Pake II. Selepas pemerintahan raja Batu Pake yang kedua, tidak diketahui lagi perkembangan dan raja Batu Pake. Walaupun Kerajaan Batu Pake hanya dikendalikan oleh dua raja, tetapi ia mempunyai peranan penting, karena ia merupakan cikal bakal tumbuhnya beberapa kerajaan-kerajaan di Kabupaten Sinjai. Kerajaan-kerajaan tersebut adalah Kerajaan Bulo-Bulo, Kerajaan Lamatti dan Kerajaan Tondong, yang lazim disebut Tellu Limpoe. Berdasarkan
hasil
pengamatan
pada
situs
Batu
Pake
Gojeng
memperlihatkan berbagai jenis temuan artefak baik temuan permukaan, maupun hasil penggalian pada tahun 1982. Menurut Mas'ud (1993/1994), batu pake dapat dilihat pada bentuk makam yang berbentuk dari batuan andesit lunak (batu padas). Ciri teknologi situs pemakaman Batu Pake bercorak tradisi megalitik. Kesimpulan ini berangkat dari pengamatan pada sistim pembuatan batu pake yang dibuat dari batuan dasar (bed rock) jenis sedimen lunak. Pahatan batu tersebut membentuk segi empat persegi.
Jenazah mayat dimasukkan ke dalam lubang persegi empat (wadah batu) dan pada bagian atas ditutupi dengan papan batu pula. Peninggalan megailithik yang ada di Batu Pake Gojeng selalu dikaitkan dengan situs ataupun kultus kepada leluhur, seperti yang diungkapkan oleh H.R. VanHeekem: ''Tradisi pendirian bangunan-bangunan megalithic selalu berdasarkan kepercayaan akan adanya hubungan antara yang hidup dan mati. Terutama bagi
Universitas Indonesia
53
kepercayaan tentang adanya pengaruh kuat dari yang mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman. Orang yang telah mati dipusatkan pada bangunan-bangunan
besar
yang
didirikan,
kemudian
menjadi
medium
penghormatan, tahta kedatangan dan menjadi lambang si mati" (H.R Van Heekem.1958: 44) Selain itu, yang dapat ditemukan di Taman Purbakala Batu Pake Gojeng adalah adanya sumur-sumur batu dan lumping batu dalam jumlah yang eukup banyak. Ada sekitar 360 sumur batu dan lumpang batu yang digunakan untuk menumbuk padi. Lumpang batu ditemukan pada undakan-undakan ketiga di puneak Bukit Gojeng dengan ukuran bervariasi antara 10 sampai 50 em. Sedang sumur batu pada undakan kedua berdiameter 50 sampai 200 em. Puneak taman purbakala merupakan benteng pengintaian dan markas pertahanan Jepang di masa lalu sehingga dengan mudah mengawasi kapal laut yang melintasi Teluk Bone maupun pesawat terbang sekutu. Ketika dilakukan penggalian penyelamatan (Rescue Excavation) pada tahun 1982, di kawasan ini ditemukan berbagai jenis benda eagar budaya (BCB) bergerak seperti keramik dan peeahan-peeahannya, tembikar, sejumlah keeil fragment keramik blue underglass serta gigi bueidae yang diperkirakan dari zaman Dinasty Ming, fosil kayu dan peti mayat. Taman purbakala memiliki nilai historis tersendiri dimana memiliki tiga tinggalan seperti tinggalan megalitik, artifak dan ekofak. Tinggalan megalitik terbukti dengan adanya batu berlubang yang berdiameter sangat variatif yaitu a&"l.tara 15 em hingga 70 em. Meskipun demikian secara umum ukuran diameter lubang berkisar 25 em, 40 em dan > 50 em dengan kedalaman 35-60 em yang merupakan ukuran dominan seeara aeak dan tersusun seperti satu lubang besar yang dikelilingi oleh sejumlah lubang kecil atau sederet lubang kecil diapit oleh dua buah lubang besar. Tinggalan arkeologi lainnya adalah menhir-menhir kecil yang berukuran tinggi 12-47 em, Iebar antara 60-27 em. Salah satu dari batu berlubang persegi yang terbesar hingga kini masih dipereaya oleh masyarakat sekitar situs Batu Pake Gojeng sebagai bekas makam raja-raja keturunan Raja Batu Pake yang pertama. Bukti-bukti peninggalan arkeologis tersebut telah dirapikan dengan dibuat jalan setapak sebanyak 120 buah anak tangga menuju bukit dan dijadikan lokasi
Universitas Indonesia
54
obyek wisata baik alam maupun budaya. Di dalam areal situs, berbagai pohon dapat kita jumpai seperti cemara (casuarinas sp}, pohon cenrana, kalumpang (stercuilla), kelapa (cocos nucivera}, kamboja (plumera accuminata), akasia (cassia sp) serta bougenville (bougenville spectabilis). Berada di puncak Bukit Gojeng ini, kita akan menikmati kesejukan udara karena dikelilingi rimbunan pohon-pohon yang sudah ratusan tahun usianya dan berdiameter besar, karena tak cukup dipeluk oleh lingkaran tangan orang dewasa. Taman Purbakala Batu Pake memiliki panorama alam dengan rimbunan hutan bakau Tongke-tongke sertajejeran Kepulauan Sembilan dengan air laut yang biru. Penempatan makam pada puncak bukit mengandung makna yang dipengaruhi oleh alam pikiran masyarakat Gojeng waktu itu, yaitu menempatkan makam pada ketinggian bermakna religious bahwa rob si mati bersemayam di atas puncak dan menjaga kerabat yang ditinggalkan. Peninggalan kebudayaan megalitik di Sinjai ini oleh arkeolog maupun budayawan belum diketahui persis pertanggalannya. Namun temuan keramik asing telah memberikan petunjuk kalau Gojeng telah mempunyai hubungan dengan dunia luar sejak zaman Dinasti Ming. 1 Dalam mendukung kepariwisataan di lokasi taman m1, Pemerintah Kabupaten Sinjai dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata telah melengkapi sarana pendukung seperti renovasi rumah adat, kolam permandian, taman bermain anak-anak serta berbagai spesies burung yang dikandangkan. Spesies burung yang ada antara lain Burung Rajawali Sumatra, Burung Beo, Nuri Kalimantan, Kutilang. Disamping itu telah dibangun sejumlah gazebo sebagai tempat berisitirahat bagi pengunjung. Sementara itu, koleksi benda-benda purbakala yang ada di rumah adat telah dipindahkan ke Balai Arkeologi dan Kepurbakalaan Provinsi Sulawesi Selatan di Makassar, karena urusan situs kepurbakalaan menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi. Pemerintah Kabupaten Sinjai hanya berkepentingan dalam upaya pemasukan pendapatan asli daerah dari kawasan tersebut. Namun hal ini perlu didukung dengan upaya maksimisasi pengelolaan juga. Diantaranya dengan
1
Harlan Fajar 31 Oktober 2009
Universitas Indonesia
55
penambahan sarana dan prasarana rekreasi serta pengelolaan aspek lingkungan hidup yang ada di situs tersebut. Tabe14.8 Jum1ah Kunjungan Wisatawan di Taman Purbaka1a Batu Pake Gojeng dari Tahun 2001 s.d. 2009
Tahun
Jumlah Pengunjung
Persentase Kenaikan
2001
2.937
-
2002
3.576
21,76%
2003
4.105
14,8%
2004
4.685
14,13%
2005
6.373
36,03%
2006
6.758
6,04%
2007
7.147
5,76%
2008
8.890
24,39%
2009
9265
4,22%
Sumber: Kantor Pariwisata Kabupaten Sinjai
Jumlah kunjungan wisatawan ke Taman Purbakala Batu Pake Gojeng dari tahun 2001 s.d. tahun 2009 menunjukkan peningkatan yang cukup signiflkan. Walaupun secara persentase kenaikannya tidak menunjukkan suatu pola yang teratur. Misalnya kenaikan dari tahun 2001 ke tahun 2002 meningkat sebesar 21,76 %, namun pada tahun 2002 ke 2003 peningkatannya meningkat hanya sebesar 14,8 %. Yang paling signifikan kenaikannya adalah dari tahun 2004 ke 2005 mencapai 36,03 persen. Namun pada tahun 2008 ke tahun 2009 kenaikannya hanya sekitar 4,22 %. Meskipun demikian namun hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan rekreasi bagi masyarakat Sinjai dan pengunjung lain semakin merupakan suatu kebutuhan disamping kebutuhan-kebutuhan lainnya. Sedangkan kondisi social masyarakat di sekitar situs Batu Pake Gojeng, masih tersisa kehidupan dari masa pra sejarah seperti kehidupan gotong royong, membuka ladang, dan menebang kayu di hutan. Sedangkan upacara-upacara bersifat sacral masih dilaksanakan oleh masyarakat, seperti upacara membajak sawah, menurunkan benih padi, panen dan upacara penguburan (kematian) yang masih menyolok di daerah ini, seperti: upacara pemakaman, upacara mangambil tiga hari, tujuh hari, empat puluh hari dan seratus hari, sekalipun sudah diakultaniskan dengan kebudayaan Islam. Sebagian besar penduduk di sekitar
Universitas Indonesia
56
Taman Purbakala Batu Pake berprofesi sebagai petani. Selebihnya adalah swasta dan pegawai negeri sipil.
4.4
Kondisi Kepariwisataan
Kabupaten Sinjai merupakan daerah yang terletak di pantai timur bagian selatan jazirah Sulawesi Selatan dan berada di Kaki Gunung Bawakaraeng, daerah ini menyimpan potensi wisata bahari maupun wisata alam dengan pemandangan yang tidak kalah menariknya dengan daerah lainnya. Selain itu, sebagai daerah bekas wilayah gabungan antara kerajaan Tellulimpoe (Tondong, Bulo Bulo, dan
Lamatti) dengan Kerajaan Pitulimpoe (Turungeng, Manimpahoi, Terasa, Pao, Manipi, Suka dan Bala Suka), tentunya menyimpan benda-benda peninggalan sebagai tanda kejayaan kedua kerajaan tersebut di masa lalu. Hal ini merupakan potensi wisata budaya yang potensial untuk dikembangkan. Pengembangan potensi tersebut mutlak dilakukan demi mendukung daerah ini sebagai salah satu tujuan wisata setelah Tana Toraja dan Bira (Bulukumba) yang telah lama dikenal oleh dunia intemasional. :;; -;- r.====llt:;L==..=========,,,;:,.: :,=======================.~===========,:=._,;::trilc""""'-_.
120'00'
'"'v
1HM'
., ..__ ..__
KABUPATEN BONE
-~
••
6
Koc. P. P SwlbitV
() ~
:-ET-A---,
P A R IWI SA T A
_
-x--
---@ s ................... f:
I*~IC.ntwBlluBtollrwlg
-~ Man .,_,T~T~
;
~P\Aibe....,._..
(
.._f'UWIIIIIIUI:Oitwe
>
.,._twwl~~
-
l \) ...... ,......
/\/_ ...... Aipill
·=
~:;::,.
-~
~-·
1-~
KABUPATEN B ULUKUMBA
v
A
-EBr
Skal• t : WJIOl
SumbH :
,:....... ....."........ ,...1( Tlfl- MM IAPPEDA ICM. I~
Gambar 4.1 Peta Pariwisata Kabupaten Sinjai
Universitas Indonesia
,
57
Pada peta pariwisata diatas, terlihat bahwa Kabupaten Sinjai memiliki potensi wisata bahari karena terletak di sepanjang Teluk Bone serta memiliki satu kecamatan bahari yaitu Kecamatan Pulau Sembilan. Disamping itu bahwa Kabupaten Sinjai diapit oleh Kabupaten Gowa serta jalur lintas dari Kabupaten Bulukumba ke Kabupaten Bone selanjutnya ke Propinsi Sulawesi Tenggara melalui Pelabuhan Bajoe Bone. Obyek-obyek wisata yang ada di Kabupaten Sinjai antara lain Taman Purbakala Batu Pake Gojeng, Wisata Bahari Pulau Sembilan, Rumah Purbakala Karampuang, Kuburan Tua Caropo, air terjun Baruttunge, Air Terjun Kembar, dan sawah terassering serta agrowisata tanaman markisa. Untuk wisata bahari daerah potensi pengembangan untuk kegiatan wisata bahari adalah Pulau-pulau Sembilan di Kecamatan Pulau Sembilan, Pantai Lasia di Kecamatan Sinjai Timur dan Desa Pattongko Kecamatan Tellulimpoe. PulauPulau Sembilan terdiri dari 9 buah pulau yakni Pulau Burungloe, Pulau Liangliang, Pulau Kambuno, Pulau Kodingare, Pulau Batanglampe, Pulau Katingdoang, Pulau Kanalo 1, Pulau Kanalo 2 dan Pulau Larearea yang merupakan daerah potensial untuk dijadikan obyek wisata bahari. Lokasi ini berjarak sekitar 9 mil dari Pelabuhan Lappa dan dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan perahu bennotor dengan waktu tempuh sekitar 1 jam, atau speed boat dengan waktu tempuh 15 menit. Kehadiran sembilan buah pulau menampilkan pemandangan tersendiri di tengah Teluk Bone. Keanekaragaman karang dan ikan karang merupakan daya tarik untuk melakukan kegiatan penyelaman, dan memancmg. Kondisi laut yang cenderung tenang sangat baik untuk melakukan kegiatan olah raga air seperti menyelam, memancing dan berenang, maupun ski air. Panorama pesisir di Pulau Larearea yang tak berpenghuni dengan hamparan pasir putih potensial untuk dikembangkan untuk menikmati hangatnya sinar matahari. Masih banyak lagi hal- hal unik seperti: sumur air tawar di daerah pasang surut P.Burungloe dan karang meja diP. Kanalo II. Selain itu, panorama matahari terbit di laut dan terbenam di balik gunung dapat disaksikan jika berada di sekitar kawasan pulau ini.
Universitas Indonesia
58
Obyek wisata lainnya adalah Benteng Balangnipa yang berjarak 2 km dari pusat Kota Sinjai, terletak di Kelurahan Balangnipa, Kecarnatan Sinjai Utara. Benteng ini dibangun pada tahun 1560, yang mana bahannya berupa batu gunung yang diikat oleh lumpur Sungai Tangka, tebal dinding siwali reppa (setengah depa), berbentuk segi empat dan memiliki empat buah pertahanan (bastion). Selanjutnya pada jaman penjajahan Belanda (tahun 1864), direnovasi dengan model arsitek Eropa, dan selesai pada tahun 1868. Salah satu obyek wisata baru yang sedang digalakkan saat ini wisata malam di Tempat Pelelangan lkan {TPI) Lappa. Di tempat ini pengunjung dapat menikmati segarnya ikan laut yang dapat dibakar di warung-warung yang berjejeran di sepanjang pantai. Potensi ini juga merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah Kabupaten Sinjai. Tabel4.9 Banyaknya Fasilitas Rekreasi Dirinci Menurut Jenisnya per Kecamatan di Kab.Sinjai Tahun 2002-2006 Kecamatan
Objek
Air
Taman
Panas
Pegunungan
Air
Wisata
Terjun
Babari
Lainnya
Jumlab
Purbakala 1.
Sinjai Barat
2
-
2
3
-
2
9
2.
Sinjai Borong
2
I
I
-
Sinjai Selatan
2
-
2
-
-
4
3.
-
4.
Tellulimpoe
-
-
-
I
I
-
2
5.
Sinjai Timur
2
2
-
2
I
7
I
-
-
4
I
I
8
-
I
6
6.
Sinjai Tengah
3
7.
Sinjai Utara
6
-
-
I
4
8.
Bulupoddo
3
-
I
9.
Pulau Sembilan
I
-
-
-
I
I
3
5
6
47
Jumlah2006
21
3
5
8
2005
7
3
5
10
6
8
40
2004
6
2
4
8
5
6
31
2003
3
2
3
2
8
6
18
2002
3
2
3
2
10
6
18
.. Sumber: Kantor PanWJsata Kabupaten SmJai.
Secara umum, jenis-jenis rekreasi yang ada di Kabupaten Sinjai berdasarkan data terakhir (2006) adalah jenis objek taman purbakala (21 lokasi), air terjun (8 lokasi), objek lainnya (6 lokasi), wisata bahari (5 lokasi), wisata pegunungan (5 lokasi) dan objek wisata air panas (3 lokasi). Sejak tahun 2002 hingga tahun 2006, jumlahjenis objek wisata semakin bertarnbah. Hal ini terjadi karena adanya usaha dari Pemerintah Daerah Kabupaten Sinjai untuk melakukan diversifikasi wisata
Universitas Indonesia
59
serta adanya penemuan daerah-daerah wisata bam yang selama ini belum tergarap. Jenis objek wisata yang sangat siginfikan peningkatannya adalah obejk taman purbakala. Pada tahun 2002, jumlah objek hanya 3 lokasi. Namun sampai tahun 2006, jumlahnya semakin bertambah menjadi 21 lokasi. Bertambahnya lokasi bam ini adalah karena usaha yang dilakukan oleh pihak terkait sehingga ditemukan beberapa situs purbakala yang memiliki nilai sejarah tinggi dan selama ini tidak terpelihara dan tidak dijadikan sebagai objek wisata sejarah kepurbakalaan. Sementara itu, ada beberapa jenis objek wisata yang berkurang di beberapa kecamatan. Hal ini terjadi karena adanya pemekaran beberapa wilayah kecamatan diantaranya Kelurahan Pulau Sembilan (objek wisata bahari) yang dulunya adalah wilayah Kecamatan Sinjai Utara, saat ini telah berdiri sendiri sebagai suatu kecamatan tersendiri, yaitu Kecamatan Pulau Sembilan. Sehingga otomatis, objek wisata bahari yang dulunya berada di wilayah Kecamatan Sinjai Utara, sekarang berada di wilayah Kecamatan Pulau Sembilan. Begitu juga dengan Kecamatan Tellulimpoe yang dulu adalah sebuah kelurahan di Kecamatan Sinjai Timur, sekarang telah berdiri sendiri menjadi satu kecamatan tersendiri juga yaitu Kecamatan Tellulimpoe. Khusus objek wisata kepurbakalaan yang ada di Kecamatan Sinjai Utara diantaranya adalah: Taman Purbakala Batu Pake Gojeng, Situs Perjanjian Topekkong, dan Benteng Balangnipa.
Universitas Indonesia
60
Tabel4.10 Tingkat Hunian Hotel Melati di Kabupaten Sinjai Tahun 2006
Bulan
Kamar Tersedia
Kamar Terjual
Tingkat Hunian Kamar (%)
Januari
4.991
730
14,63
Pebruari
4.508
666
14,77
Maret
4.991
668
13,38
April
4.830
621
12,86
Mei
4.991
632
12,66
Juni
4.830
670
13,87
Juli
4.991
670
13,42
Agustus
4.991
670
13,42
September
4.830
683
14,14
Oktober
4.991
617
12,36
Nopember
4.830
835
17,29
731
14,65
Desember
4.991 . .
...
Sumber: Badan Pusat Stat1st1k Kabupaten SmJai.
Universitas Indonesia
DABS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG
5.1. Analisis Responden Survey 5.1.1. Karakteristik Pengunjung Pada penelitian yang menggunakan metode biaya peijalanan ini, jumlah kuesioner yang disebar sebanyak 200 kuesioner. Kuesioner yang diisi sebanyak 185 kuesioner, sementara yang dianggap valid dan dapat digunakan untuk menginput data adalah 100 kuesioner. Kuesioner yang tidak bisa dipakai tersebut karena data yang diisi tidak lengkap. Hasil penelitian yang didapatkan terhadap pengunjung Taman Purbakala Batu Pake Gojeng dapat diketahui bahwa jumlah pengunjung laki-laki lebih banyak dibanding pengunjung perempuan yaitu pengunjung laki-laki 64 % sedangkan pengunjung perempuan 36 %. Dari segi kelompok umur responden sebagian besar berumur 16-20 tahun (46 %), kelompok umur 21-25 tahun (20 %), kelompok umur 26-30 tahun (12 %), kelompok umur 31-35 tahun (11%), kelompok umur 36-40 tahun (11 %) dan pengunjung kelompok umur >40 tahun (0%). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis dilapangan, responden yang berumur 16-20 tahun tersebut pada umumnya adalah pelajar dan datang berkelompok dengan ternan-ternan mereka. Kegiatan-kegiatan yang dilakukannya pada umumnya duduk-duduk sambil menikmati pemandangan Kota Sinjai dan Teluk Bone yang dijejeri Pulau Sembilan, sebagian lagi bermain di taman yang ada serta ada juga sekelompok dari mereka berpacaran di lokasi ini. Secara persentase berdasarkan tingkatan pendidikan keseluruahn responden, rata-rata mereka berpendidikan SLT A (4 7% ), sementara untuk tingkat pendidikan perguruan tinggi (33 %), tingkat pendidikan SLTP (14 %) dan tingkat pendidikan SD (6 %). Seperti yang telah disebutkan tadi bahwa para responden umumnya adalah pelajar dan mahasiswa (60%), pegawai negeri sipil (15%), wiraswasta (13 %), pegawai swasta (9%), TNI/Polri (3 %), dan petani/nelayan (0 %). Kelompok pegawai negeri sipil yang datang, umumnya membawa istri dan anak-anaknya sekedar menemaninya untuk bermain di taman serta beberapa fasilitas permainan yang ada. Menurut wawancara kami, hal ini mereka lakukan karena mereka juga sebenamya menginginkan akan kebutuhan rekreasi namun alternative yang ada di
61 Universitas Indonesia
62
Kota Sinjai sangat terbatas, sehingga Gojeng menjadi pilihan terbaik untuk mereka datangi. Disamping karena lokasinya yang terletak di Kota Sinjai, juga biaya yang dikeluarkan ke tempat tersebut cukup murah jika dibandingkan dengan melakukan rekreasi ke tempat lain, misalnya Kota Makassar. Berdasarkan hasil kuesioner, karena pada umumnya responden adalah umur 16-20 tahun (60%) dan berpendidikan SLTA, maka tingkat pendapatan responden terbesar adalah kelompok penghasilan kurang dari Rp. 750.000,- (60%), Rp. 750.000,- - Rp. 1.500.000,- (3%), Rp. 1.500.000,- - Rp. 2.250.000,- (10 %), Rp. 2.250.000,- - Rp. 3.000.000,- (27%) dan pendapatan 1ebih dari Rp. 3.000.000,(3%). Pengunjung Taman Purbakala Batu Pake Gojeng pada saat dilakukan penelitian, sebagian besar berasal dari Kabupaten Sinjai sendiri, yaitu sebanyak 83%. Pengunjung yang lain berasal dari Kabupaten Bone (11 %), dan Kota Makassar (6%). Responden umumnya datang secara berkelompok (44 %), yang lain datang dengan berdua (36%) dan datang sendiri-sendiri (20%). Tujuan kunjungan pengunjung dibagi menjadi dua kelompok, yaitu tujuan utama rekreasi dan tujuan persinggahan. Sebanyak 86 % menjawab sebagai tujuan utama dan 14 % sebagai tujuan persinggahan. Alat transportasi yang digunakan para responden untuk sampai ke tempat kunjungan wisata ini adalah kendaraan pribadi (93%), kendaraan umum (1 %) dan kendaraan sewa/carter (6 %). Kendaraan yang digunakan pada umumnya adalah sepeda motor karena responden terbesar adalah pelajar dan mahasiswa yang berumur antara 16 - 20 tahun. Sehingga pada umumnya mereka datang secara berkelompok. Selebihnya yang telah berkeluarga biasanya menggunakan kendaraan mobil. Untuk lama kunjungan, hampir sebagian besar tidak menginap. Responden melakukan kunjungan ke Taman Purbakala Batu Pake Gojeng pada umumnya bertujuan untuk melakukan piknik (12%), selebihnya adalah sekedar jalan-jalan (86%) dan melakukan penelitian/pendidikan (2%). Pengunjung yang datang akan disuguhi dengan pemandangan Kota Sinjai dari atas bukit serta rimbunan pohon bakau di sepanjang pantai Kecamatan Sinjai Utara, Kecamatan Sinjai Timur dan Kecamatan Tellulimpoe, deretan Sembilan pulau di Teluk Bone
Universitas Indonesia
63
(Kecamatan Pulau Sembilan) serta semilir angin pebukitan. Kondisi pepohonan yang sejuk dengan pohon yang rata-rata berusia ratusan tahun semakin menambah sejuknya udara di Bukit Gojeng. Responden yang datang pada umumnya dalam satu tahun melakukan kunjungan sebanyak satu kali (67%) sedangkan sebanyak 33 % melakukan kunjungan sebanyak 2 kali dalam setahun. Berdasarkan hasil kuesioner menunjukkan bahwa pengunJung masih mempunyai keinginan untuk berkunjung kembali di waktu-waktu yang akan datang (63%), selebihnya menyatakan tidak akan kembali berkunjung (37%). Untuk lebih singkatya dapat dilihat pada table berikut ini: Tabel 5.1 Karakteristik Pengunjung TPBPG 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Karakteristik Kelamin Jenis Laki-laki Perempuan Kelompok Umur 16-20 tahun 21-25 tahun 26-30 tahun 31-35 tahun 36-40 tahun >40 tahun Tingkat Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jenis Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil TNI/Polri Pegawai Swasta Wiraswasta Pelajar dan Mahasiswa Tingkatan Pendapatan < Rp. 750.000,Rp.750.000,-- Rp. 1.500.000,Rp. 1.500.000,- - Rp. 2.250.000,Rp. 2.250.000,- - Rp. 3.000.000,>Rp. 3.000.000,Asal Pengunjung Kab. Sinjai Kab. Bone Kota Makassar Cara Kedatangan Sendiri Berdua Berkelompok
Persentase 64 36 46 20 12 11 11 0 6 14 47 33 15 3 9 13 60 60 3 10 24 3 83 11 6 20 36 44
Universitas Indonesia
64
Tabel 5.1 (sambungan) Karakteristik
Persentase
8. Tujuan Kunjungan Tujuan Utama Tujuan persinggahan 9. Alat transportasi yang digunakan Kendaraan pribadi Kendaraan umum Kendaraan sewa Kendaraan instansi 10. Tujuan Kedatangan Piknik Jalan-jalan Penelitian/pendidikan 11. Frekuensi Kunjungan/tahun 1 kali 2 kali 12. Keinginan berkunjung di masa yang akan datang. Masih ingin Tidak akan datang lagi Sumber: Data d10lah.
86 14
93 1
6 0 12
86 2
67 33 63 37
5.1.2 Pendapat dan Penilaian Pengunjung Pengunjung yang melakukan petjalanan wisata ke Taman Purbakala Batu Pake Gojeng menilai bahwa kondisi jalan menuju tempat tersebut baik (88%), selebihnya menjawab sangat baik (7%), cukup baik (4%) dan hanya sebagian kecil saja yang menjawab kurang baik (1 %). Pendapat tentang kemudahan menjangkau (aksesibilitas) lokasi wisata, sebanyak 63% menjawab sangat mudah untuk menjangkaunya, selebihnya menjawab mudah (36%) dan sebanyak 1 % menjawab sulit. Dari lima pilihan daya tarik yang paling disukai, sebanyak 14 % memilih nilai ilmu pengetahuan/sejarah arkeologi, pemandangan alam (66%), kesejukan (13%), flora (4%) dan daya tarik fauna (3 %). Nilai sejarah yang dimaksud disini adalah koleksi benda-benda purbakala yang berupa batu, menhir yang berasal dari zaman megalithikum. Disamping itu sejarah keberadaan taman purbakala tersebut di masa lalu. Aspek pemandangan alam dan kesejukan yang menarik sebagian besar pengunjung memang sangat terasa ketika kita berada di puncak bukit. Sejauh mata memandang, yang tampak adalah birunya laut Teluk Bone yang dihiasi dengan rimbunan pohon bakau di sepanjang pantai sertajejeran Kepulauan Sembilan dan pemandangan Kota Sinjai dari atas bukit. Koleksi flora dan fauna
Universitas Indonesia
65
juga menjadi daya tarik. Pepohonan yang ada di taman ini antara lain pohon cemara, bougenville, akasia, dan lain-lain, dan pada urnumnya telah berusia ratusan tahun dengan diameter yang tidak bisa dipeluk oleh lengan orang dewasa. Disamping itu, ada beberapa jenis burung yang disimpan dalam sangkarnya dan diletakkan di beberapa tempat di taman ini, antara lain burung beo, burung Rajawali Surnatera, burung nuri Kalimantan. Sebagian besar responden menilai keindahan alam di kawasan ini indah (76 %), sisanya menjawab sangat indah (12 %), cukup indah (10 %) dan kurang indah (2 %). Pendapat responden tentang system tata ruang kawasan ini adalah, sangat baik (25 %), baik (68 %), cukup (6 %) dan kurang baik (1 %). Responden sebagian besar menilai kondisi kawasan aman (76 %), selebihnya menilai sangat aman (15 %), dan cukup (9 %). Pelayanan dan informasi dari petugas dinilai baik oleh responden (87 %), selebihnya menilai sangat baik (5 %), dan cukup ( 8 %). Di taman ini terdapat beberapa orang petugas yang memiliki tugas yang berbeda. Dari Kantor Pariwisata Kabupaten Sinjai, ditempatkan 1 (satu) orang di pintu masuk yang bertugas memungut biaya karcis serta melakukan pencatatan daftar pengunjung yang masuk. Disamping itu, terdapat 7 (tujuah) orang pegawai negeri sipil yang ditugaskan di taman ini oleh Balai Peninggalan Pelestarian Purbakala Provinsi Sulawesi Selatan. Tugas mereka adalah melakukan pembersihan di segenap areal taman, menjaga koleksi flora dan fauna serta melakukan kegiatan j aga malam di taman tersebut. Fasilitas yang perlu ditambah/diperbaiki menurut responden adalah tempat duduk (35 %), permainan anak (35 %), taman (16 %), areal parkir (12%), fauna (2 %). Dari hasil pengamatan di lapangan, sebagian besar fasilitas yang ada kondisinya sangat memprihatinkan.
Diantaranya, musholla,
kursi taman,
permainan anak, tempat sampah, serta toilet perlu mendapat perhatian serius. Hal ini perlu dilakukan untuk menarik minat pengunjung untuk datang ke tempat ini. Disamping itu, koleksi flora dan fauna perlu diperbanyak lagi agar pengunjung tidak bosan dengan koleksi yang telah ada. Yang perlu mendapat perhatian juga adalah kondisi rumah adat yang sebagian besar sudah rusak. Begitu pula dengan koleksi benda-benda kuno yang
Universitas Indonesia
66
ada didalarnnya yang apabila tidak dilakukan pemeliharaan, maka akan semakin parah tingkat kerusakannya. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada table berikut: Tabel5.2 Penilaian Pengunjung di TPBP Gojeng (attractiveness index) No I
No
Keteran2an Persepsi Fisik Kondisi Jalan * Sangat Baik * Baik * Cukup * Kurang Baik * Jelek Total Keteran2an Aksesibilitas * sangat Mudah * Mudah * Sulit
Total Sistem Tata Ruang * Sangat Baik * Baik * Cukup * Kurang Baik
Total Fasilitas yang perlu ditambah * Areal parkir * Permainan anak * tempat duduk *Taman *Fauna II
Total Persepsi Linl[kunl[an Daya Tarik yang Disukai * Pemandangan alam * Kesejukan * Nilai Ilmu Pengetahuan * Flora *Fauna
Total Keindahan Alam * sangat indah * Indah * Cukup *Kuranglndah
Total
Jumlah
Persentase
7 88 4 1 0 100
7 88 4 1 0 100
Jumlah
Persentase
63 36 1 100
63 36 1 100
25 68 6 1 100
25 68 6 1 100
12 35 35 16 2 100
12 35 35 16 2 100
66
66
13
13
14 4 3 100
14 4 3 100
12 76 10 2 100
12 76 10 2 100
Universitas Indonesia
67
Tabel 5.2 (sambungan) No III
Keterangan Persepsi Non Fisik Keamanan Kawasan * Sangat aman * aman * cukup * Kurang Aman Total Pelayanan dan Informasi * San1!;at Baik * Baik * Cukup * Kurang Baik Total Fasilitas Kawasan Rekreasi * San1!;at Memadai * Memadai * Cukup * Kurang Memadai Total
Jumlalt
Persentase
15 76
15 76
9 0
9 0
100
100
5
5
87 8
87 8
0 100
0 100
2
2
15 18 65 100
15 18 65 100
Sumber: Data diolah
5.2. Analisis Responden Berbasis Zona. Penelitian dengan model biaya perjalanan 1m menetapkan 3 (tiga) daerah/zonasi berdasarkan asal pengunjung, yaitu: Zona I
: Kabupaten Sinjai
Zona II : Kabupaten Bone Zona III : Kota Makassar Dari ketiga zona tersebut, jumlah pengunjung yang menjadi responden adalah 100 orang dengan rincian, Kabupaten Sinjai (83 orang), Kabupaten Bone (11 orang), dan Kota Makassar (6 orang). Dari hasil wawancara dengan responden, pada umumnya pengunjung yang berasal dari Kabupaten Sinjai yaitu 75 orang (90,36 %) menggunakan kendaraan motor untuk mengunjungi Taman Purbakala Batu Pake Gojeng, selebihnya sebanyak 8 orang (9,64 %). Pengunjung dari Kabupaten Bone yaitu 11 orang menggunakan kendaraan motor untuk mengunjungi taman tersebut, dan pengunjung dari Kota Makassar sebanyak 6 orang menggunakan kendaraan mobil. Pengunjung yang berasal dari Kabupaten Bone menggunakan kendaraan
Universitas Indonesia
68
motor dikarenakan secara geografi letak tempat tinggal mereka cukup dekat ke Kabupaten Sinjai. Berdasarkan hasil jumlah pengunjung yang didapatkan penulis selama penelitian, maka jumlah pengunjung yang potensial adalah dari wilayah Kabupaten Sinjai sendiri. Daerah lainnya adalah Kabupaten Bone yang secara geografis memiliki wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Sinjai. Dari 100 orang responden yang didata, sebanyak 11 orang berasal dari Kabupaten Bone dan pada umumnya mereka berdomisili di wilayah selatan Kabupaten Bone yang berada dekat dari perbatasan kedua kabupaten tersebut. Dari hasil wawancara penulis, pada umumnya mereka datang ke TPBPG karena taman tersebut merupakan tempat wisata terdekat dari lokasi tempat tinggal mereka. Pengunjung lain adalah berasal dari Kota Makassar (11 orang). Sebagian besar mereka datang ke TPBPG adalah bukan tujuan utama, melainkan hanya singgah karena kebetulan mereka memiliki kepentingan tugas di Kabupaten Sinjai. Akses untuk menuju ke Kabupaten Sinjai pada umumnya dan Taman Purbakala Batu Pake Gojeng khususnya adalah sangat mudah. Dengan kondisi jalan beraspal, lokasi ini mudah untuk ditemukan. Dari arah utara yaitu perbatasan dengan Kabupaten Bone, wisatawan dapat langsung menuju ke TPBPG dengan jarak tempuh sekitar 15 menit dengan kondisi jalan beraspal dan dilengkapi dengan papan petunjuk lokasi dimaksud. Begitu pula dari arah selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba, wisatawan akan menempuh waktu perjalanan sekitar 40 menit dengan melewati beberapa kecamatan yang masih menjadi wilayah Kabupaten Sinjai, yaitu Kecamatan Sinjai Selatan, Sinjai Timur dan Kecamatan Sinjai Utara sebagai lokasi dari TPBPG. Papan petunjuk arah lokasi TPBPG juga terpasang dengan jelas.
Universitas Indonesia
BAB6 ESTIMASI FUNGSI PERMINTAAN BERBASIS SURVEY DAN ZONA Penelitian yang dilakukan di Taman Purbakala Batu Pake Gojeng Sinjai ini dilakukan untuk melihat fungsi permintaan taman tersebut sehingga dapat diukur consumer surplus serta nilai ekonominya. Fungsi permintaan taman tersebut dapat dilihat dari 2 hal yaitu, fungsi permintaan yang berbasis survey dan fungsi permintaan yang berbasis zona. Fungsi permintaan berbasis survey didasarkan pada jumlah responden yang mengisi kuesioner dan yang diwawancarai pada saat penelitian ini dilaksanakan. Jumlah responden yang datanya dianggap valid sebanyak 100 orang. Sementara untuk fungsi permintaan yang berbasis zona, didasarkan atas pembagian zona asal daerah pengunjung. Zona ini dibagi 3 yaitu, Zona I (Kabupaten Sinjai), Zona II (Kabupaten Bone), Zona III (Kota Makassar).
6.1. Analisis Permintaan TPBPG Berbasis Survey Pada penelitian ini penulis menyebarkan kuesioner sebanyak 200 eksemplar. Dari 200 kuesioner tersebut sebanyak 185 responden yang mengisinya. Dari 185 kuesioner tersebut sebanyak 85 kuesioner dianggap tidak valid datanya karena mereka menjawab tidak konsisten sehingga tidak bisa digunakan data tersebut. Hanya 100 kuesioner yang dianggap valid datanya dan bisa diolah datanya untuk dilanjutkan analisisnya dalam penelitian ini. Terdapat beberapa variable yang mempengaruhi permintaan wisata 100 responden tersebut ke Taman Purbakala Batu Pake Gojeng. Untuk mengetahui fungsi permintaannya itu dilakukan dengan membangun model regresi linier berganda. Model seperti ini juga nanti akan dilakukan pada analisis yang berbasis zona, hanya saja ada beberapa variable yang tidak digunakan dalam analisis zona. Model regresi ini menempatkan jumlah kunjungan responden berbasis survey sebagai variable tidak bebas (dependent), dengan variable bebas (independent) yaitu: travel cost (biaya peijalanan), income responden, umur responden, tingkat pendidikan responden, pekeijaan responden, persepsi fisik responden, persepsi lingkungan dan persepsi non fisik.
69 Universitas Indonesia
70
6.1.1.Model Fungsi Permintaan Variable-variabel bebas yang disebutkan diatas diregresikan terhadap variable terikat yaitu jumlah kunjungan. Hasil regresinya adalah: Tabel 6.1 Hasil Analisis Regresi Permintaan Wisata Berbasis Survey Variable
c LOG(TC) EDU LOG(INCOMEJ PERS FISIK PERS NONFISIK PERS LINGK UMUR WORK R-squared F-statistic Prob(F -statistic) Jumlah Observasi
Coefficient 2.322412 -0.211928*** -0.004194 0.105508 0.024621 -0.074934* 0.033526 -0.012412 -0.159776
Std. Error 1.483888 0.059892 0.016167 0.083073 0.033013 0.042096 0.038167 0.010862 0.117947
t-Statistic 1.565086 -3.538517 -0.259424 1.270068 0.745795 -1.780077 0.878407 -1.142698 -1.354642 0.279583 4.414456 0.000007 100
Pro b. 0.1210 0.0006 0.7959 0.2073 0.4577 0.0784 0.3820 0.2562 0.1789
***significant pada 1% ** significant pada 5% * significant pada 10% Dari hasil diatas, maka diketahui fungsi permintaan kunjungan wisata ke Taman Purbakala Batu Pake Gojeng dengan beberapa variable bebas diatas yaitu: LOG(VU) = 2.322412- 0.211928LOG(TC)- 0.004194EDU + 0.105508LOG(INCOME) + 0.024621(PERS_FISIK)0.074934(PERS _NONFISIK) + 0.033526(PERS_ LINGK) - 0.012412(UM UR)- 0.159776WORK
(6.1)
Berdasarkan hasil regreasi diatas dapat dikatakan bahwa factor-faktor yang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah kunjungan ke Taman Purbakala Batu Pake Gojeng adalah travel cost (signifikan pada 1 %), dan persepsi non fisik (signifikan pada 10%). Variable-variabel bebas yang ada pada table diatas dapat menerangkan permintaan wisata ke Taman Purbakala Batu Pake Gojeng sebesar 27,9 %. Penjelasan dari variable-variabel bebas tersebut adalah: 1. jika biaya peijalanan meningkat sebesar satu persen, secara rata-rata jumlah kunjungan ke TPBPG akan menurun sebesar 0.21 standar deviasi;
Universitas Indonesia
71
2. jika income meningkat sebesar satu persen, secara rata-rata jumlah kunjungan ke TPBPG akan meningkat sebesar 0.10 standar deviasi; 3. semakin bertambah umur responden sebesar satu standar deviasi, maka jumlah kunjungan ke TPBPG akan menurun sebesar 0.01 standar deviasi; 4. semakin tinggi tingkat pendidikan responden sebesar satu standar deviasi, maka secara rata-rata jumlah kunjungan ke TPBPG akan menurun sebesar 0.04 standar deviasi; 5. jika persepsi responden untuk variable persepsi fisik meningkat sebesar satu standar deviasi, maka secara rata-rata jumlah kunjungan akan meningkat sebesar 0.02 standar deviasi; 6. jika persepsi responden untuk variable persepsi lingkungan meningkat sebesar satu standar deviasi, maka secara rata-rata jumlah kunjungan akan meningkat sebesar 0,03 standar deviasi; 7. jika persepsi responden untuk variable persepsi non fisik meningkat sebesar satu standar deviasi, maka secara rata-rata jumlah kunjungan ke TPBPG akan menurun 0.07 standar deviasi. 6.1.2. Analisis Nilai Manfaat Rekreasi (Consumer Surplus) Surplus konsumen yang merupakan cerminan nilai economic benefit dari TPBPG dapat dihitung berdasarkan persamaan yang telah dihasilkan sebelumnya. Terlebih dahulu dilakukan regresi jumlah kunjungan (vij) sebagai variable dependent dan travel cost sebagai variable independent. Fungsi permintaannya
adalah vij = f(tc). Hasil regressnya adalah: Tabel 6.2 Hasil Analisis Regresi Permintaan Wisata Berbasis Survey untuk Menghitung Consumer Surplus Variable
c LOG(TC)
Coefficient 3.849400 -0.265061 ***
R-squared F-statistic Prob(F-statistic) Jumlah Observasi ***significant pada 1% ** significant pada 5% * significant pada 10%
Std. Error 0.532607 0.055853
t-Statistic 7.227464 -4.745685 0.186867 22.52152 0.000007 100
Pro b. 0.0000 0.0000
Universitas Indonesia
72
Dari hasil diatas dapat dihitung consumer surplus Taman Purbakala Batu Pake Gojeng berbasis survey, yaitu: Tabel 6.3 Consumer Surplus Taman Purbakala Batu Pake Gojeng Surplus Konsumen
Taman Purbakala Batu Pake Gojeng
Pertahun
Rp. 743.090.267,-
Per bulan
Rp. 619.241,89
lndividu I tahun
Rp. 80.204,02
lndividu I bulan
Rp. 6.683,67
Sumber: Data dtolah.
Berdasarkan hasil perhitungan consumer surplus secara keseluruhan, maka didapatkan nilai manfaat dan kesenangan yang diwujudkan dalam bentuk consumer surplus per tahun untuk TPBPG adalah Rp. 743.090.267,-, sementara
untuk consumer surplus per bulan adalah Rp. 619.241,89. Untuk consumer surplus individu per tahun adalah Rp. 80.204,02 dan untuk per bulannya hanya
Rp. 6.683,67.
6.2. Analisis Permintaan TPBPG Berbasis Zona 6.2.1. Model Fungsi Permintaan Biaya perjalanan merupakan biaya yang dikeluarkan pengunjung selama melakukan kegiatan rekreasi di TPBPG. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya transportasi yang dikeluarkan responden mulai dari tempat asalnya sampai ke lokasi wisata. Pada analisis travel cost ini, penulis membagi menjadi 3 (tiga) zona yaitu Zona I (Kab. Sinjai), Zona II (Kab. Bone) dan Zona III (Kota Makassar). Untuk melihat fungsi permintaan per zona, maka dilakukan regress tiap-tiap zona. Yang menjadi variable terikat adalah jumlah kunjungan per zona dan variable bebasnya adalah travel cost responden per zona. Hasil regresi per zona tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Universitas Indonesia
73
Zona I (Kabupaten Sinjai): Tabel 6.4 Hasil Analisis Regresi Pennintaan Wisata TPBPG Zona I Variable
c LOG(TC) R-squared F -statistic Prob(F-statistic) Jum1ah Observasi
Coefficient 6.617576 -0.572059***
Std. Error
t-Statistic
0.650655 0.070208
10.17064 -8.148107 0.450444 66.39164 0.000000 83
Pro b. 0.0000 0.0000
***significant pada 1% ** significant pada 5% * significant pada 10% Fungsi permintaannya adalah: VU = 6.617576- 0.572059LOG(TC)
(6.2)
Berdasarkan table diatas, dapat dikatakan bahwa variable bebas travel cost dapat menerangkan permintaan wisata dari zona I ke Taman Purbakala Batu Pake Gojeng sebesar 45 %. Secara ekonomi dapat dikatakan bahwa jika biaya perjalanan meningkat sebesar satu persen, maka secara rata-rata jumlah kunjungan ke TPBPG akan menurun sebesar 0.57 standar deviasi.
Zona II (Kabupaten Bone): Tabel 6.5 Hasil Analisis Regresi Permintaan Wisata TPBPG Zona II Variable
c LOG(TC) R-squared F-statistic Prob(F-statistic) Jumlah Observasi
Coefficient 10.26418 -0.839110**
Std. Error 3.617181 0.340814
t-Statistic 2.837619 -2.462076 0.402463 6.061819 0.036036 83
Pro b. 0.0195 0.0360
***significant pada 1% ** significant pada 5% * significant pada 10% Fungsi pennintaannya adalah: VU = 10.26418- 0.839110LOG(TC)
(6.3)
Hasil regreasi diatas dapat menjelaskan bahwa variable bebas travel cost dapat menerangkan permintaan wisata dari Zona II ke Taman Purbakala batu Pake Gojeng sebesar 40,2 %. Dapat dikatakan bahwa jika biaya perjalanan meningkat
Universitas Indonesia
74
sebesar satu persen, maka secara rata-rata jumlah kunjungan ke TPBPG akan menurun sebesar 0.83 standar deviasi.
Zona III (Kota Makassar)
Tabel 6.6 Hasil Analisis Regresi Permintaan Wisata TPBPG Zona III Variable
c LOG(TC) R-squared F-statistic Prob(F-statistic) Jum1ah Observasi
Coefficient 24.00208 -2.061934***
Std. Error 4.488219 0.408169
t-Statistic
Pro b.
5.347797 -5.051667 0.864496 25.51934 0.007223 6
0.0059 0.0072
***significant pada 1% ** significant pada 5% * significant pada 10%
Fungsi permintaannya adalah: (6.4)
VU = 24.00208- 2.061934LOG(TC)
Variable bebas travel cost yang ada di Zona III dapat menerangkan permintaan wisata ke Taman Purbakala Batu Pake Gojeng sebesar 86,4 %. Dapat dikatakan bahwa jika biaya perjalanan meningkat sebesar satu persen, maka secara rata-rata jumlah kunjungan ke TPBPG akan menurun sebesar 2,06 standar deviasi. Selanjutnya, untuk membuat kurva permintaan TPBPG Sinjai, maka dilakukan simulasi tiket pada berbagai tingkat harga untuk melihat jumlah pengunjung taman pada tingkat harga tiket tertentu. Sebelumnya itu, dilakukan regress variable terikat (yt) yaitu laju kunjungan per 1000 penduduk pada 3 (tiga) zona terhadap variable bebas (x) yaitu biaya perjalanan rata-rata per orang/hari dari pengunjung yang berasal dari ketiga zona tersebut. Sehingga, didapatlah fungsi permintaannya sebagai berikut: (6.5)
Yt = 44,65512-0,000774 X
Selanjutnya, dilakukanlah penghitungan jumlah pengunjung tiap zona pada berbagai tingkatan harga dengan menggunakan fungsi permintaan Yt
=
44,65512
- 0,000774 X, dimana X ini adalah biaya perjalanan rata-rata per orang/hari dari masing-masing zona. Hasilnya sebagai berikut:
Universitas Indonesia
75
Table 6. 7 Hasil Pendugaan Jumlah Pengunjung pada Berbagai Harga Tiket Berdasarkan Biaya Perjalanan Rata-rata di TPBPG Zona Daerah Asal Pequnjun~:
HarpTiket (Rp)
I
Jumlah
Ill
II
0
7848
2496
-1400
8944
222.220
1500
7590
2238
-1658
8170
655.091
2000
7504
2152
-1744
7912
1.253.656
2500
7418
2066
-1830
7654
3000
7332
1980
-1916
7396
3500
7246
1894
-2002
7138
4000
7160
1808
-2088
6880 6622
4500
7074
1722
-2174
5000
6988
1636
-2260
6364
5500
6902
1550
-2346
6106
6000
6816
1464
-2432
5848
6500
6730
1378
-2518
5590
7000
6644
1292
-2604
5332
7500
6558
1206
-2690
5074
8000
6472
1120
-2776
4816
8500
6386
1034
-2862
4558
9000
6300
948
-2948
4300
-3034
4042
9500
6214
862
10000
6128
776
-3120
3784
10500
6042
690
-3206
3526
11000
5956
604
-3292
3268
11500
5870
518
-3378
3010
12000
5784
432
-3464
2752
12500
5698
346
-3550
2494
13000
5612
260
-3636
2236
13500
5526
174
-3722
1978
14000
5440
88
-3808
1720
14500
5354
2
-3894
1462 1204
15000
5268
-84
-3980
15500
5182
-170
-4066
946
16000
5096
-256
-4152
688
16500
5010
-342
-4238
430
17000
4924
-428
-4324
172
17100
4907
-445
-4341
121
17200
4890
-462
-4358
69
17300
4872
-480
-4375
17
17325
4868
-484
-4380
4
17350
4867
-485
-4381
0
Keterangan: Zona I : Kab. Sinjai Zona II : Kab. Bone
Universitas Indonesia
76
Zona III : Kota Makassar
Berdasarkan hasil simulasi pada berbagai harga tiket diatas, dapat digambarkan fungsi permintaan TPBPG sebagai berikut:
Fungsi Permintaan 20000 H
a r
g
a
18000 16000 14000
Titik Optimum
12000 10000
T
8000
......,_Series1
6000
k e t
4000 2000 0
Jumlah Pengunjung
Gambar 6.1 Fungsi Permintaan TPBPG Sumbu Y adalah harga tiket dan sumbu X adalah jumlah kunjungan. Hasil simulasi tiket yang dibentuk dalam sebuah kurva permintaan seperti diatas, hasilnya tidak berbeda jauh dengan jumlah kunjungan riil saat ini, yaitu 9265 pengunjung dengan hasil simulasi pada tingkat harga Rp. 1.500,- yaitu 8170 pengunjung .. Dari kurva diatas dapat dijelaskan bahwa pada tiket Rp. 0,- jumlah pengunjung TPBPG diperkirakan berjumlah 8944 orang, sementara pada harga tiket yang berlaku sekarang yaitu Rp. 1.500,- jumlah pengunjung adalah 8170 orang. Hal ini menunjukkan bahwa untuk harga tiket yang berlaku sekarang ini yaitu Rp. 1.500,-, harga tersebut dirasakan tidak terlalu tinggi bagi masyarakat. Buktinya, jumlah pengunjung ke TPBPG masih cukup banyak. Hal ini berlanjut hingga pada tingkatan tiket Rp.17.350,- dimana diperolehjumlah nol pengunjung. Pada table dan grafik di atas, terlihat bahwa titik optimum terletak pada harga tiket Rp. 10.000,- dengan jumlah pengunjung sebanyak 3784 orang dan pada harga tiket Rp. 10.500,- denganjumlah pengunjung sebanyak 3526 orang.
Universitas Indonesia
77
6.2.2. Analisis Nilai Manfaat Rekreasi (Consumer Surplus) Swplus konsumen merupakan cerminan nilai economic benefit atas makna dari Taman Purbakala Batu Pake Gojeng yang dirasakan responden. Makna atau nilai dari taman purbakala tersebut merupakan kegunaan, manfaat, kepuasaan dan rasa senang yang diungkapkan responden. Surplus konsumen dapat diketahui setelah mengetahui suatu fungsi permintaan. Dari hasil regresi per zona dimana variable terikatnya adalah jumlah kunjungan per zona dan variable bebasnya adalah travel cost per zona maka dapat dihitung consumer surplus per zona sebagai berikut: Tabel 6.8 Consumer Surplus per Zona Pengunjung TPBPG Zona
Surplus Konsumen
III
II
I
Pertahun
252.678.021,00
1.565.317.622,00
3.599.927.994,00
Per bulan
253.692,79
11.858.466,83
49.998.999,91
lndividu I tahun
27.272,32
168.949,55
388.551,32
lndividu I bulan
2.272,69
14.079,13
32.379,28
Sumber: Data d10lah
Dari table diatas dapat dilihat bahwa consumer surplus per tahun yang paling tinggi adalah zona III yaitu Kota Makassar, sebesar Rp. 3.599.927.994,00, kemudian Kabupaten Bone (Zona II) sebesar Rp. 1.565.317.622,00 dan Kabupaten Sinjai sebesar Rp. 252.678.021,00. Untuk memaksimalkan pendapatan di TPBPG maka perlu ditingkatkan pula penjualan tiket masuk. Pada tingkat harga tiket masuk sekarang yaitu Rp. 1.500,-, jumlah pendapatan yang diperoleh terlalu rendah dibanding target yang diharapkan. Apabila harga tiket masuk akan dinaikkan oleh pihak pengelola, maka harus ditunjang dengan peningkatan pelayanan kepada pengunjung. Salah satu cara adalah dengan meningkatkan fasilitas rekreasi, penataan kawasan yang lebih baik, serta peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana rekreasi yang akan menambah kepuasan pengunjung selama melakukan kegiatan rekreasi di TPBPG. Jika peningkatan harga tiket masuk tidak diikuti dengan peningkatan pelayanan dan fasilitas, maka pengunjung akan berkurang kesediaan membayarnya dan mencari tempat rekreasi lain yang memberikan kepuasan sama.
Universitas Indonesia
78
Konsekuensi peningkatan pelayanan dan fasilitas di dalam kawasan TPBPG adalah memerlukan dana pengelolaan yang tinggi. Perhitungan nilai ekonomi kuantitatif penerimaan dalam mengelola TPBPG dapat digunakan untuk mengalokasikan investasi yang realistic, sehingga dalam pengelolaannya dapat diperoleh manfaat ekonomi tanpa harus meninggalkan status areal sebagai public goods. Pengelola harus dapat menentukan harga tiket sesuai dengan tujuan pengusahaan yang ingin dicapai. Harga tiket yang terlalu rendah akan mendatangkan jumlah kunjungan yang paling banyak, namun tidak berarti penerimaan yang diperoleh pihak pengelola terbesar. Sebaliknya jika harga tiket dinaikkan tanpa memperhatikan permintaan dari masyarakat akan menyebabkan menurunnya penerimaan pihak pengelola karena hanya bisa dijangkau oleh masyarakat yang mempunyai daya beli tinggi. Perhitungan nilai manfaat rekreasi secara ekonomi tidak bertentangan dengan prinsip konservasi, karena agar tidak teijadi kerusakan lingkungan di TPBPG dapat dilakukan dengan menaikkan tariff tiket masuk dengan tetap memperhatikan perilaku permintaan masyarakat dan aspek ekonomi pengusahaan. Apabila diberlakukan harga tiket yang terlalu rendah maka tingka kunjungan akan bertambah banyak dan dikhawatirkan akan melebihi kapasitas kunjungan, sehingga peluang teijadi kerusakan taman akan lebih besar. Tingkat kunjungan berkurang pada saat harga tiket optimum dan diharapkan lebih memelihara, melestarikan sumber daya alam, serta diduga akan memberikan penerimaan terbesar bagi pihak pengelola. Penerimaan bersih bagi pihak pengelola tersebut dapat diinvestasikan lebih lanjut untuk membangun objek rekreasi sejenis yang baru. Nilai manfaat rekreasi yang diperoleh dengan metode biaya peijalanan hanya didasarkan pada pendekatan kesediaan membayar para konsumennya. Nilai manfaat rekreasi ini bisa menjadi lebih besar jika nilai manfaat social yang muncul (social value) dari kegiatan rekreasi di TPBPG juga diperhitungkan. Nilai manfaat social muncul sebagai akibat dari adanya dampak lain yang bersifat positif dari kegiatan rekreasi. Dampak lain yang dimaksud antara lain meningkatkan
kesempatan
berusaha
penduduk
sekitar
TPBPG
dalam
Universitas Indonesia
79
menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh pengunjung, sehingga akan membantu meningkatkan pendapatan mereka. 6.2.3. Gambaran Zona Daerah Pengunjung TPBPG Kabupaten Sinjai sebagai lokasi dari Taman Purbakala Batu Pake Gojeng, khususnya di Kecamatan Sinjai Utara merupakan zona utama dalam penelitian ini. Secara lengkap, maka zonasi kepariwisataan dalam penelitian ini terbagi atas: Zona I
=
Kabupaten Sinjai
Zona II = Kabupaten Bone. Zona III= Kota Makassar. Penjelasan tiap-tiap zona sebagai berikut :
Zona 1: Kabupaten Sinjai
Secara geografis Kabupaten Sinjai terletak antara 5019'30" sampai 5036'47" Lintang Selatan dan antara 1190 48' 30" sampai 1200 20' 0" Bujur Timur. Di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bone, di sebelah Timur dengan Teluk Bone, di sebelah Selatan dengan Kabupaten Bulukumba dan di sebelah Barat dengan Kabupaten Gowa. Kabupaten Sinjai adalah salah satu dari 23 Kabupaten!Kota dalam wilayah Propinsi Sulawesi Selatan yang terletak di pantai timur bagian selatan jazirah Sulawesi Selatan yang beljarak lebih kurang 223 km dari kota Makassar ( ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan ). Kabupaten Sinjai yang memiliki luas 819,96 km2 secara administrative tcrdiri dari 9 Kecamatan defenitif dengan jumlah Desa/kelurahan sebanyak 80 buah. Penduduk Kabupaten Sinjai adalah sebesar 222 220 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,23 persen, terdiri dari 107 838 jiwa penduduk laki-laki dan 114 382 jiwa penduduk perempuan. Kepadatan penduduk Kabupaten Sinjai adalah 271 jiwa per km2. Kecamatan Sinjai Utara merupakan daerah yang memiliki kepadatan terbesar yaitu 1 285 jiwa per km2 Dari perbandingan antara golongan umur dan jenis kelamin terlihat bahwa, penduduk untuk golongan umur 10-14 tahun adalah yang paling banyakjumlahnya, baik untukjenis kelamin perempuan maupun laki-laki.
Universitas Indonesia
80
Pada tulisan ini, dari 100 responden yang digunakan datanya oleh penulis, maka jumlah pengunjung dari Kabupaten Sinjai yaitu sebanyak 83 orang. Hal ini teijadi karena secara geografis mereka bertempat tinggal di daerah lokasi tempat wisata TPBPG yang tidak memerlukan biaya yang besar serta waktu dan jarak tempuh yang tidak terlalujauh.
Zona II: Kabupaten Bone.
Kabupaten Bone adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan. Ibu kota kabupaten ini terletak di Watampone. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 4.559 km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 655.091 jiwa terdiri dari: pria 308.433 jiwa dan wanita 346.658 jiwa, dengan kepadatan rata-rata 140 jiwa!km2 • Secara administratif terdiri dari 27 kecamatan, 333 desa dan 39 kelurahan. Kabupaten ini terletak 174 km ke arah timur Kota Makassar, berada pada posisi 4°13'- 5°6' LS dan antara 119°42'-120°30' BT. Pendapatan per kapita riil atas dasar harga konstan tanpa memperhitungkan biaya penyusutan dan pajak tak langsung mulai tahun 2004 s.d. 2008 adalah : Tahun 2004 ( Rp. 3.217.729,-), Tahun 2005 (Rp. 3.325.439,-), Tahun 2006 (Rp. 3.505.628,-), Tahun 2007 (
Rp. 3.701.779,-), Tahun 2008 (Rp. 3.934.523,-).
Luas wilayah Kabupaten Bone adalah 4.559 km2. Sementara batas-batas wilayahnya adalah : sebelah utara (Kabupaten Wajo, Kabupaten Soppeng), sebelah selatan (Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Gowa), sebelah barat (Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Barru), sebelah Timur (Teluk Bone). Wilayah Kabupaten Bone termasuk daerah beriklim sedang. Kelembaban udara berkisar antara 95% -99% dengan temperatur berkisar 26°C- 34°C. Pada wilayah Kabupatan Bone terdapat juga pengunungan dan perbukitan yang dari celah-celahnya terdapat aliran sungai. Disekitamya terdapat lembah yang cukup dalam. Kondisi sebagai yang berair pada musim hujan kurang lebih 90 buah. Namun pada musim kemarau sebagian mengalami kekeringan, kecuali sungai yang cukup besar, seperti sungai Walenae, Cenrana, Palakka, Jaling, Bulu-bulu, Salomekko, Tohwme.
Universitas Indonesia
81
Sebagai wilayah yang secara geografis berbatasan dengan Kabupaten Sinjai (lokasi TPBPG), maka sebanyak 11 orang dari 100 responden yang terdata selama penelitian berasal dari Kabupaten Bone. Pada umumnya mereka menggunakan kendaraan sepeda motor dan datang secara berkelompok.
Zona III: Kota Makassar Kota Makasar (dahulu daerah tingkat II berstatus kotamadya; dari 1971 hingga 1999 secara resmi dikenal sebagai Ujung Pandang) adalah ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar berbatasan dengan Selat Makassar di sebelah barat, Kabupaten Pangkep di sebelah utara, di sebelah timur dengan Kabupaten Maros dan di sebelah selatan dengan kabupaten Gowa. Kota yang termasuk metro ini, dihuni oleh berbagai macam suku, antara lain Makassar, Bugis, Toraja, Mandar, Jawa, Batak dan lain-lain. Di kota ini juga terdapat komunitas Tionghoa yang cukup besar. Kota yang memiliki makanan khas coto dan konro ini berpenduduk 1,25 juta jiwa dengan luas wilayah 128,18 km2. Secara administrative terdiri atas 14 kecamatan dan 143 kelurahan.
Pendapatan per
kapita Kota Makassar adalah: Tahun 2004 (Rp. 11,2 juta), Tahun 2005 (Rp. 13,2 juta), Tahun 2006 (14,8 juta), Tahun 2007 (16,9 juta). Tujuan wisata yang ada di Kota Makassar adalah: - Pantai Losari - Benteng Fort Rotterdam - Pantai Akkarena - Pulau Lae-lae - Pulau Kayangan - Pulau Samalona - Benteng Somba Opu - Pantai Barombong - Makam Raja-Raja Tallo - Pelabuhan Rakyat Paotere - Makam Pangeran Diponegoro - Trans Studio (theme park studio terbesar di dunia).
Universitas Indonesia
82
Selama melakukan penelitian di TPBPG ini, jumlah pengunjung dari masing-masing zona dapat dilihat pada table berikut ini: Tabel 6.9 Jumlah Pengunjung TPBPG per daerah Jumlah DaerahAsal No.
Pengunjung
Jumlah
Persen
Jumlah
kunjungan/1000
Pengunjung
Penduduk
pddk
1.
Kab. Sinjai
83
83
222220
0,3735
2.
Kab.Bone
11
11
655091
0,0167
3.
Kota Makassar
6
6
1253656
0,0047
100
100
3167365
0,3949
Jumlah
Sumber: Data diolah
Dari table diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas pengunjung pada TPBPG adalah wisatawan dari Kabupaten Sinjai yaitu sekitar 83 %, disusul Kabupaten Bone (11 %), Kota Makassar (6 %). Untuk Kabupaten Bone, kedatangan pengunjung ke TPBPG lebih dimungkinkan karena letak kabupaten tersebut yang masih relative dekat dari Kabupaten Sinjai, yaitu sekitar 60 km, jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya. Untuk pengunjung dari Kota Makassar, berdasarkan hasil wawancara dengan responden, diketahui bahwa mereka berkunjung ke TPBPG karena kebetulan saat itu mereka sedang berada di Kabupaten Sinjai untuk suatu keperluan. Jadi sekalian melakukan kunjungan ke TPBPG untuk mengisi waktu luang mereka.
6.3. Pembahasan Taman Purbakala Batu Pake Gojeng {TPBPG) merupakan salah satu asset wisata budaya di Kabupaten Sinjai yang perlu dilestarikan. Namun perlu disadari bahwa sebagai suatu barang public dan sebagai tempat rekreasi bagi masyarakat, taman tersebut memerlukan suatu penaksiran/ penilaian secara ekonomi. Hal ini diperlukan untuk menghitung nilai manfaat ekonomi yang bisa didapatkan dari keberadaan dan pengelolaan taman tersebut. Hal ini berkaitan pula dalam kerangka menyusun kebijakan masa depan terhadap pengelolaan TPBPG tersebut. Berdasarkan pengamatan di lapangan, bahwa kurangnya pengunjung di TPBPG disebabkan karena kurangnya fasilitas rekreasi yang ada, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Tentunya hal ini berpengaruh terhadap jumlah
Universitas Indonesia
83
penerimaan dari karcis masuk yang dibayar oleh pengunjung. Dari hasil wawancara di lapangan, alasan pada umumnya pengunjung adalah karena tidak adanya alternative tempat rekreasi di Kota Sinjai sehingga, mereka "terpaksa" datang ke tempat itu. Walaupun mereka tahu bahwa fasilitas rekreasi di tempat tersebut sangat minim. Hasil perhitungan secara kasar menunjukkan tingkat penerimaan karcis masuk di TPBPG sangat kecil jika dibandingkan dengan biaya pemeliharaan yang harus dikucurkan dari APBD Kab. Sinjai. Jumlah kunjungan pada Tahun 2009 sekitar 9.265 orang. Dengan harga karcis masuk Rp. 1.500,-, maka pendapatan dari tiket masuk hanya Rp. 13.897.500,-, sementara biaya pemeliharaan dari APBD Kab. Sinjai yaitu sekitar Rp. 39.000.000,-. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi penerimaan dari TPBPG adalah minus. Hasil analisa penulis, bahwa dipertahankannya TPBPG disebabkan karena nilai historis dari taman tersebut sebagai peninggalan budaya masa lalu yang perlu dilestarikan. Namun bukan berarti bahwa taman tersebut tidak bisa memberikan kontribusi penerimaan yang signifikan, jika taman tersebut dikelola secara professional, serta dilengkapi dengan sarana dan prasarana rekreasi yang memadai, sehingga masyarakat akan tertarik untuk mengunjunginya.
Universitas Indonesia
BAB7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil analisa dan statistika berbasis survey, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, persepsi fisik, persepsi lingkungan, umur dan jenis peketjaan tidak mempengaruhi secara signifikan tingkat permintaan wisata ke Taman Purbakala batu Pake Gojeng. Tetapi permintaan wisata dipengaruhi oleh biaya petjalanan dan persepsi non fisik. 2. Salah satu metode valuasi yang sering digunakan dalam menghitung nilai ekonomi suatu kawasan lingkungan atau ekosistem adalah travel cost model (model biaya petjalanan). Premis dasar metode biaya petjalanan adalah bahwa waktu dan pengeluaran biaya petjalanan yang dikeluarkan untuk mengunjungi suatu kawasan merepresentasikan "harga" untuk memasuki suatu kawasan. 3. Metode travel cost dapat digunakan untuk menduga fungsi permintaan dan manfaat rekreasi di Taman Purbakala Batu Pake Gojeng Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan. 4. Karakteristik pengunjung yang datang ke TPBPG pada umumnya adalah laki-laki dengan usia yang kurang dari 30 tahun. Pada umumnya mereka datang secara berkelompok (rombongan). Rombongan tersebut biasanya berdasarkan keluarga, ternan kantor, ternan sekolah, dan lain-lain. Asal pengunjung sebagian besar berasal dari Kabupaten Sinjai (83%), daerah lain adalah dari Kabupaten Bone (11 %) dan Kota Makassar (6%). Pada umumnya pengunjung datang untuk melakukan kegiatan piknik atau sekedar jalan-jalan dan menikmati pemandangan dan sejuknya udara pegunungan. 5. Sementara untuk persepsi responden, sebagian besar menginginkan adanya peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana rekreasi di kawasan tersebut. Hal ini perlu untuk menambah daya tarik pengunjung untuk datang ke kawasan tersebut. 6. Berdasarkan hasil perhitungan consumer surplus, maka untuk Taman Purbakala
Batu
Pake
Gojeng
consumer
surplusnya
adalah
Rp.
743.090.267,00 per tahunnya dan per bulannya adalah Rp. 619241,89.
84 Universitas Indonesia
85
Sementara untuk consumer surplus tiap individu per tahun adalah Rp. 80.204,02 dan consumer surplus individu per bulan adalah Rp. 6.683,67. 7. Sementara consumer surplus per zona per tahun adalah Zona I (Kab. Sinjai) sebesar Rp.
252.678.021,00, Zona dan
1.565.317.622,00
Zona
III
II
(Kab.
(Kota
Bone)
Makassar)
sebesar Rp. adalah
Rp.
3.599.927.994,00.
7.2. Saran-saran 1. Sebagai warisan sejarah dan kawasan public, maka Taman Purbakala Batu Pake
Gojeng
perlu
mendapat
perhatian
dalam
hal
peningkatan
pengelolaannya sehingga bisa memberikan kontribusi pendapatan ke Pemerintah Daerah. Disamping itu situs ini perlu ditingkatkan tidak cukup hanya dengan yang ada di situs tersebut tetapi membuat jasa wisata lain yang menghubungkan situs ini dengan obyek wisata Kepulauan Sembilan di TelukBone. 2. Dari hasil perhitungan ekonomi secara ilmiah, maka perlu kiranya dilakukan pembenahan terhadap pengelolaan kawasan taman purbakala tersebut. Hal utama yang perlu dilakukan adalah peningkatan kualitas dan kauntitas sarana rekreasi di kawasan tersebut, melakukan kegiatan promosi serta berusaha mendekatkan masyarakat terhadap obj ek tersebut sehingga menimbulkan keinginan untuk berkunjung. Jika dilihat secara ekonomi, kawasan taman pubakala tersebut member.kan manfaat ekonomi yang tidak terlalu besar baik bagi Pemerintah Kabupaten Sinjai maupun masyarakat sekitar, namun hal ini tidak berarti kawasan tersebut harus ditutup, mengingat statusnya sebagai kawasan eagar budaya benda purbakala. Hanya saja perlu adanya peningkatan fasilitas, pengelolaan dan promosi.
Universitas Indonesia
86
DAFTAR PUSTAKA
Choy et al. 1997. Ecotourism Planning: Lessons from South East Queensland
Experience, Planning Sustainable Tourism. ITB. Bandung. Clawson, M. and J.L. Knetsch. 1975. Economic of Outdoor Recreation. John Hopkins University Press. Baltimore. Garrod, G and K.G Willis. 1999. Economic Valuation of Environment: Method
and Case Studies. Edward Elgar, USA. Gilarso, T. 1993. Pengantar Ilmu Ekonomi: Bagian Mikro. Kanisius. Yogyakarta. Gunardi, S. 1991. Pendugaan Permintaan dan Manfaat Rekreasi Luar Rumah : Aplikasi Model Biaya Peijalanan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Haab, Timothy,
and K.E.McConnel.
Valuing Environment and Natural
Resources: The Economy ofNon-Market Valuation, Edward Elgar, USA. Harian Fajar, 31 Oktober 2009. Hartono, Djoni dan Bilang Nauli Harahap. Analisis Kesediaan Membayar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Fasilitas Air Minum dan Sanitasi di Indonesia: Aplikasi Model Hedonic Price dan Model Logistik, disampaikan pada Parallel Session IIIC: Poverty, Population and Health, 2007. Kampus UI-Depok. Heekem, H.R Van. 1958. The Bronze-Iron age of Indonesia. Verhandeligen
KITL V, XXXI- S-Gravenhnge. The Hague. Hufschmidt, Maynard M., et al. 1993. Environmental Natural System and
Development An Economics Valuation Guide. The John Hopkins University Press. Kahn, J.R. 1995. The Economic Approach to Environmental and Natural
Resources. The Dryden Press Harcurt Brace College Publishers. New York. Laporan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sinjai. Laporan Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sinjai. Mankiw, Gregory N. 2006. Principles of Economics "Pengantar Ekonomi Mikro" Edisi 3, Penerbit Salemba Empat.
Universitas Indonesia
87
Mathieson and G. Wall. 1990. Tourism Economic Physical and Social Impacts. Martha, Luhur Fajar. 2007. Dampak Ekonomi Perubahan Lingkungan Pariwisata di Tanjung
Pinang:
Aplikasi
Model Utilitas Random.
Program
Pascasmjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Depok. Nachrowi, D. Nachrowi dan Usman H. 2002. Penggunaan Teknik Ekonometri. Rajagrafmdo Persada. Jakarta. Nicholson, Walter. 1989. Teori Ekonomi Mikro II. Rajawali Press. Jakarta. Nurhayati, Dwijati Permata dan Yoyoh Indaryati. 1991. Dampak Pariwisata Terhadap Peluang Usaha dan Kerja Luar Pertanian: Studi Kasus Desa Pangandaran Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Pusat Studi Pembangunan Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pyndick, Robert S dan Daniel L.Rubenfeld, 2007. Mikroekonomi. (Terjemahan) PT Indeks, Jakarta. Pogue and Sgonts. 1978. Government and Economic Choice: An Introduction to
Policy Finance. Houston Miflin. Rahman, Darmawan Mas'ud. Muhammad Ramli dan Abd Rivai Husain. Taman Purbakala Batu Pake Gojeng. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. 19931994. Randall, Allan. 1981. Resource Economics. Grid Publishing Inc. Rejeki, Ikeu Sri. 2005. Ana/isis Permintaan Manfaat Jasa Lingkungan Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango: Perbandingan Antara Metoda Biaya Perjalanan dan Metoda Valuasi Kontingensi. Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Depok. Silver C. 1997. Pengembangan Wisata Alam di Kawasan Pelestarian Alam. Planning Sustainable Tourism. ITB. Bandung. Sinden, J.A dan A.C Worrel. 1979. Unpriced Value Decisions Without Marjet
Prices. Willey. New York. Sinjai Dalam Angka Tahun 2007. Spillane, J.J. 1987. Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya. Kanisius. Yogyakarta.
Universitas Indonesia
88
Tambunan, M. 1986. Targeting Public Investment. An Application to Recreational Planning in Minnesota. A Thesis Submitted to The Faculty of Graduate
School of the University of Minnesota. USA. Undang-Undang No.9 tahun 1990. Tentang Kepariwisataan. Wahab, Salam, L.J. Crampon dan L.M. Rothfield. 1992. Pemasaran Pariwisata. Teljemahan oleh F.Gromang. Pradnya Paramita. Jakarta. Walter, G.R and J.A Schofield. 1977. Recreation Management: A Programming Example. Land Economics.
Western, D., 1995. Memberi Batasan tentang Ekoturisme. Didalam K.Linberg dan D.E Hawkins (Ed). Ekoturisme: Petunjuk bagi Perencana dan Pengelola (teljemahan dari: ecotourism :A Guide for Planner and Managers).PACT. Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar 1/mu Pariwisata. Angkasa. Bandung.
Universitas Indonesia
89
Lampiran 1. Hasil Regresi Fungsi Permintaan Berbasis Survey Dependent Variable: VIJ Method: Least Squares Date: 07/01/10 Time: 20:46 Sample: 1 100 Included observations: 100 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
c
2.322412 -0.211928 -0.004194 0.105508 0.024621 -0.074934 0.033526 -0.012412 -0.159776
1.483888 0.059892 0.016167 0.083073 0.033013 0.042096 0.038167 0.010862 0.117947
1.565086 -3.538517 -0.259424 1.270068 0.745795 -1.780077 0.878407 -1.142698 -1.354642
0.1210 0.0006 0.7959 0.2073 0.4577 0.0784 0.3820 0.2562 0.1789
LOG(TC) EDU LOG( INCOME) PERS_FISIK PERS_NONFISIK PERS_LINGK UMUR WORK R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.279583 0.216249 0.418375 15.92843 -50.04062 1.591032
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob( F-statistic)
1.330000 0.472582 1.180812 1.415278 4.414456 0.000153
90
Lampiran 2. Hasil Regress Untuk Menghitung Consumer Surplus Berbasis Survey Dependent Variable: LOG(VIJ) Method: Least Squares Date: 06/03/10 Time: 12:15 Sample: 1 100 Included observations: 100 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Pro b.
c
1.975053 -0.183726
0.369175 0.038714
5.349908 -4.745685
0.0000 0.0000
LOG(TC} R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.186867 0.178570 0.296885 8.637760 -19.44251 1.688395
Mean dependent var S.D.dependentvar Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.228739 0.327569 0.428850 0.480954 22.52152 0.000007
91
Lampiran 3. Consumer Surplus Taman Purbakala Batu Pake Gojeng Berbasis Survey
Surplus Konsumen
Taman Purbakala Datu Pake Gojeng
Pertahun
Rp. 743.090.267,-
Per bulan
Rp. 619.241,89
Individu I tahun
Rp. 80.204,02
lndividu I bulan
Rp. 6.683,67
92
Lampiran 4.: Hasil Pendugaan Jumlah Pengunjung Per 1000 penduduk pada berbagai harga tiket berdasarkan Biaya perjalanan rata-rata di TPBPG Zona Daerah Asal Pengunjung
HargaTiket (Rp)
I
II
Jumlah
Ill
0
35,32
11,23
-6,30
40,2486
1500
34,15
10,07
-7,46
36,7656
2000
33,77
9,68
-7,85
35,6046
2500
33,38
9,30
-8,23
34,4436
3000
32,99
8,91
-8,62
33,2826
3500 4000
32,61
8,52
-9,01
32,1216
32,22
8,14
-9,40
30,9606
4500
31,83
7,75
-9,78
29,7996
5000
31,45
7,36
-10,17
28,6386
44,65512
t---_...;;:1;;;;,;2.;.;;.06.;;..;6~
-0,000774 t----4..;;_3._18_2_, 65.833
Yt = 44,65512 - 0,000774 X
5500
31,06
6,98
-10,56
27,4776
44,65512
6000
30,67
6,59
-10,94
26,3166
-0,000774
6500
30,28
6,20
-11,33
25,1556
7000
29,90
5,81
-11,72
23,9946
7500
29,51
5,43
-12,10
22,8336
8000
29,12
5,04
-12,49
21,6726
8500
28,74
4,65
-12,88
20,5116
9000
28,35
4,27
-13,27
19,3506
9500
27,96
3,88
-13,65
18,1896
10000
27,58
3,49
-14,04
17,0286
10500
27,19
3,11
-14,43
15,8676
11000
26,80
2,72
-14,81
14,7066
11500
26,41
2,33
-15,20
13,5456
12000
26,03
1,94
-15,59
12,3846
12500
25,64
1,56
-15,97
11,2236
13000
25,25
1,17
-16,36
10,0626
13500
24,87
0,78
-16,75
8,901602
14000
24,48
0,40
-17,14
7,740602
14500
24,09
0,01
-17,52
6,579602
15000
23,71
-0,38
-17,91
5,418602
15500
23,32
-0,76
-18,30
4,257602
16000
22,93
-1,15
-18,68
3,096602
16500
22,54
-1,54
-19,07
1,935602
17000
22,16
-1,93
-19,46
0,774602 0,542402
17100
22,08
-2,00
-19,54
17200
22,00
-2,08
-19,61
0,310202
17300
21,93
-2,16
-19,69
0,078002
17325
21,91
-2,18
-19,71
0,019952
17333
21,90
-2,18
-19,72
0,001376
93
Lampiran 5. Hasil Pendugaan Jumlah Pengunjung pada berbagai harga tiket b erd asarkan B.1aya peiJa . 1anan rat a-rat a di TPBPG HargaTiket
Zona Daerah Asal Pengunjunc
(Rp)
0 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500 7000 7500 8000 8500 9000 9500 10000 10500 11000 11500 12000 12500 13000 13500 14000 14500 15000 15500 16000 16500 17000 17100 17200 17300 17325 17350
I
II
Ill
7848 7590 7504 7418 7332 7246 7160 7074 6988 6902 6816 6730 6644 6558 6472 6386 6300 6214 6128 6042 5956 5870 5784 5698 5612 5526 5440 5354 5268 5182 5096 5010 4924 4907 4890 4872 4868 4867
2496 2238 2152 2066 1980 1894 1808 1722 1636 1550 1464 1378 1292 1206 1120 1034 948 862 776 690 604 518 432 346 260 174 88 2 -84 -170 -256 -342 -428 -445 -462 -480 -484 -485
-1400 -1658 -1744 -1830 -1916 -2002 -2088 -2174 -2260 -2346 -2432 -2518 -2604 -2690 -2776 -2862 -2948 -3034 -3120 -3206 -3292 -3378 -3464 -3550 -3636 -3722 -3808 -3894 -3980 -4066 -4152 -4238 -4324 -4341 -4358 -4375 -4380 -4381
Jumlah
8944 8170 7912 7654 7396 7138 6880 6622 6364 6106 5848 5590 5332 5074 4816 4558 4300 4042 3784 3526 3268 3010 2752 2494 2236 1978 1720 1462 1204 946 688 430 172 121 69 17 4 0
222.220 655.091 1.253.656
94
Lampiran 6. Grafik Fungsi Permintaan
Fungsi Permintaan 20000 H 18000 a r g
a
16000 14000 12000 10000
T
8000
-.-series!
6000 k e
4000
t
2000 0
Jumlah Pengunjung
95
Lampiran 7. Hasil Regresi Fungsi Permintaan Analisis Berbasis Zona I (Sinjai) Dependent Variable: VIJ Method: Least Squares Date: 07/01/10 Time: 20:51 Sample: 1 83 Included observations: 83 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Pro b.
c
6.617576 -0.572059
0.650655 0.070208
10.17064 -8.148107
0.0000 0.0000
LOG(TC) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.450444 0.443659 0.351561 10.01119 -29.99372 1.903358
Mean dependent var S.D.dependentvar Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob( F-statistic)
1.325301 0.471335 0.770933 0.829218 66.39164 0.000000
96
Lampiran 8. Hasil Regresi Fungsi Pennintaan Analisis Berbasis Zona II (Bone)
Dependent Variable: VIJ Method: Least Squares Date: 07/01/10 Time: 20:53 Sample: 111 Included observations: 11 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
c
10.26418 -0.839110
3.617181 0.340814
2.837619 -2.462076
0.0195 0.0360
LOG(TC) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.402463 0.336070 0.411097 1.521004 -4.726439 1.676402
Mean dependent var S.D.dependentvar Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob( F-statistic)
1.363636 0.504525 1.222989 1.295334 6.061819 0.036036
97
Lampiran 9. Hasil Regresi Fungsi Pennintaan Analisis Berbasis Zona III (Makassar)
Dependent Variable: VIJ Method: Least Squares Date: 07/01/10 Time: 20:54 Sample: 1 6 Included observations: 6 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Pro b.
c
24.00208 -2.061934
4.488219 0.408169
5.347797 -5.051667
0.0059 0.0072
LOG(TC) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.864496 0.830620 0.212528 0.180673 1.994855 2.908900
Mean dependent var S.D.dependentvar Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob( F-statistic)
1.333333 0.516398 0.001715 -0.067698 25.51934 0.007223
98
Lampiran 10. Consumer Surplus per zona pengunjung TPBPG Surplus
Zona
Konsumen
I
II
III
Pertahun
252.678.021 ,00
1.565.317.622,00
3.599.927.994,00
Per bulan
253.692,79
11.858.466,83
49.998.999,91
Individu I tahun
27.272,32
168.949,55
388.551,32
lndividu I bulan
2.272,69
14.079,13
32.379,28
99
Lampiran 11. Jumlah Pengunjung TPBPG per daerah Jumlah Daerah Asal
No.
Pengunjung
Persen
Jumlah
kunjungan/1000
Jumlah
Pengunjung
Penduduk
pddk
1.
Kab. Sinjai
83
83
222220
0,3735
2.
Kab.Bone
11
11
655091
0,0167
3.
Kota Makassar
6
6
1253656
0,0047
100
100
3167365
0,3949
Jumlah
100
Lampiran 12. Karakteristik Pengunjung TPBPG Karakteristik 1. J enis Kelamin Laki-laki Perempuan 2. Kelompok Umur 16-20 tahun 21-25 tahun 26-30tahun 31-35 tahun 36-40 tahun )- 40tahun 3. Tingkat Pendidikan SD SMP SMA PERGURUAN TINGGI 4. Jenis Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil TNI/Polri Pegawai Swasta Wiraswasta Pelajar dan mahasiswa 5. Tingkat pendapatan < Rp. 750.000,Rp. 750.000,- - Rp. 1.500.000,Rp. 1.500.000,- - Rp. 2.250.000,Rp. 2.250.000,- - Rp. 3.000.000,>Rp. 3.000.000,6. Asal Pengunjung Kab. Sinjai Kab. Bone Kota Makassar 7. Cara Kedatangan Sendiri Berdua Berkelompok 8. Tujuan Kunjungan Tujuan Utama Tujuan Persinggahan 9. Alat transportasi yang digunakan Kendaraan pribadi Kendaraan umum Kendaraan sewa Kendaraan instansi
Persentase
64 36 46 20 12 11 11 0 6 14 47 33 15 3 9 13 60 60 3 10 24 3 83 11 6 20 36 44 86 14 93 1 6 0
101
Lampiran 12. (lanjutan)
Karakteristik 10. Tujuan Kedatangan Piknik Jalan-jalan Penelitian/pendidikan 11. Frekuensi Kunjungan/tahun 1 kali 2 kali 12. Keinginan berkunjung di mas a yad: Maish ingin Tidak datang lagi
Persentase 12
86 2
67 33 63 37
102
Lampiran 13. Penilaian Pengunjung di TPBP Gojeng (attractiveness index) No I
II
III
Keterane:an Persepsi Fisik Kondisi Jalan * Sangat Baik * Baik * Cukup * Kurang Baik * Jelek Total Aksesibilitas * sangat Mudah * Mudah * Sulit Total Sistem Tata Ruane: * Sangat Baik * Baik * Cukup * Kurang Baik Total Fasilitas yang perlu ditambah * Areal parkir * Pennainan anak * tempat duduk *Taman *Fauna Total Persepsi Lingkungan Da_ya Tarik yan_g Disukai * Pemandangan alam * Kes~ukan * Nilai Ilmu Pengetahuan *Flora *Fauna Total Keindahan Alam * sangat indah * Indah * Cukup * Kurang Indah Total Persepsi Non Fisik Keamanan Kawasan * Sangat aman * aman * cukup * Kurang Aman Total
Jumlah
Persentase
7 88 4 1 0 100
7 88 4 1 0 100 63 36 1 100
63 36 1 100
25 68 6 1 100
25 68 6 1 100
12 35 35 16 2 100
12 35 35 16 2 100
66
66
13
13
14 4 3 100
14 4 3 100
12 76 10 2 100
12 76 10 2 100
15 76
15 76
9
9
0 100
0 100
103
Lampiran 13. (lanjutan) No
Keterangan Pelayanan dan Informasi • Sangat Baik • Baik * Cukup • Kurang Baik Total Fasilitas Kawasan Rekreasi • Sangat Memadai • Memadai * Cukup • Kurang Memadai Total Sumber: Data diolah
Jumlah
Persentase
5
5
87 8
87 8
0
0
100
100
2
2
15 18 65 100
15 18 65 100
104
Lampiran 14. Peta Pariwisata Kabupaten Sinjai ,.,.,..
,,.,.
120'11'
_ -
PETA
PARIWISATA
...... ,,__
KABUPATEN BONE
x •-
®--s·~~
E•te.tro!Cantw~
Ke•. P. P.
s.mbi'TI
~ ~
...
c
"*"a.a-T~lqle
;
~f'\D . . . . .
(
~PI.ttMIIIIUl~
>
.,...lllfo-'~~
-
~ ==
·:
~=~ ................
Pet. Tunjuk :
KABUPATEN BULUKUMBA
l.. .,. ,,f
"j
,
-Ea-
P.u.K..-Sinfli!Sb'-1 ' M . .
I
.,.
Skill• 1 : 2.45.1103
.......
105
Lampiran 15. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA, JAKARTA
Pengunjung yang terhormat, mohon maaf bila acara rekreasi anda sedikit terganggu dengan diterimanya kuesioner ini. Anda dimohon untuk mengisi kuesioner ini sebagai bahan penelitian kami yang berjudul
Aplikasi Travel Cost Model Untuk Menduga Fungsl Permlntaan dan Manfaat Rekreasi 01 Taman Purbakala Batu Pake Gojeng Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan. Kami mohon anda mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap, sehingga dapat memberikan gambaran data yang objektif. lnformasi yang anda berikan akan kami jaga kerahasiannya. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapakn terima kasih. Selamat berekreasi.
No.Kode: Tgl Wawancara :
A.
DATA RESPONDEN
1.
Jenis Kelamin
: Laki I Perempuan
2.
Umur
: a. 16- 20 tahun
c. 26- 30 tahun
e. 36-40 th b. 21- 25 tahun d. 31- 35 tahun f. >40th. 3.
Pendidikan Terakhir
:a. SO
b.SMP
c. SMA
d.PT 4.
Pekerjaan Pokok a.
Pegawai Negeri
b.
TNIIPolri
c.
Pegawai Swasta
d.
Wiraswasta
e. PelajariMahasiswa
5.
Pekerjaan Tambahan (Tulis jika ada)
6.
Pendapatan Rata-rata per bulan : Rp ........................... .
7.
Tempat tinggal (Kecamatan I Kabupaten) :...................................................
106
Lampiran 15. (lanjutan) B. INFORMASI TENTANG BIAYA PERJALANAN 1.
And a datang ke tempat ini : a.
2.
Sendirian
b. Kelompok ( ......... orang )
c. Keluarga
Kedatangan anda ke tempat ini merupakan ? a. tujuan utama
b. Persinggahan
3.
Jika tempat ini merupakan tempat persinggahan, kemanakah tujuan anda?
4.
Kendaraan yang anda gunakan menuju tempat ini adalah :
5.
6.
a.
Kendaraan roda dua (motor)
d. kendaraan sewalcarter
b.
Kendaraan pribadi roda empat
e. kendaraan milik instansi
c.
Kendaraan umum
Berapa lamakah anda berkunjung ke tempat ini ? a.
Pulang pergi (Tidak menginaplharian)
b.
Menginap ( ......... malam )
Berapa biaya yang anda keluarkan selama rekreasi ke tempat ini (Tidak termasuk ke tempat lain). a.
Transportasi
b.
Konsumsi
: Rp ..................................
Minum
: Rp ..................................
MakaniSnack
: Rp ............................... ...
c.
Dokumentasi
: Rp ..................................
d.
Penginapan
: Rp ..................................
e.
..................... .
: Rp ............................... .
Jumlah
: Rp ................................... (Tidak perlu dijumlah)
C. INFORMASI TENTANG MOTIVASI KUNJUNGAN SERTA PENILAIAN RE5PONDEN TERHADAP KAWASAN DAN PELAYANAN TAMAN PURBAKALA BATUPAKE GOJENG SINJAJ. 1.
Apakah tujuan utama anda ke tempat ini? a.
Piknik
b.
Jalan-jalan
c.
Pendidikan dan penelitian
d.
..................... (Tujuan lain).
2.
Apakah sebelumnya anda sudah pernah dating kesini? (pernahltidak pernah).
3.
Berapa kalikah rata-rata dalam setahun anda mengunjungi tempat ini? a.
1 kali I tahun
b. > 2 kali I tahun
107
b. Lampiran 15. (lanjutan) 4.
Setelah mengunjungi tempat ini, adakah keinginan untuk mengunjungi lagi lain waktu? (Ya I Tidak).
5.
6.
Bagaimana kondisi jalan menuju tempat ini ? a.
Sangat baik
c. cukup
b.
baik
d. kurang baik
Kemudahan menjangkau (aksesibilitas) lokasi ini? a.
7.
8.
9.
e. jelek
Sangat mudah
b. mudah
c. sulit
Daya tarik yang paling anda sukai? (Pilih salah satu) a.
Nilai ilmu pengetahuan/sejarah arkeologi.
b.
Pemandangan alam
e. Flora
c.
Kesejukan
f. Fauna.
Fasilitas-fasilitas rekreasi yang ada di kawasan ini menurut anda ? a.
Sangat memadai
b.
memadai
c. cukup d. kurang memadai
Menu rut anda, fasilitas yang perlu ditambah /diperbaiki? a.
Areal parkir
c. permainan anak
b.
Taman
d. tempat duduk
e .......................... . f ............................
10. Secara umum, menu rut and a keindahan alam disekitar kawasan ini? a.
Sangat indah
b. indah c. cukup d. kurang indah
11. Bagaimana menurut anda system tata ruang kawasan ini? a.
Sangat baik
b. baik
c. cukup d. kurang baik
12. Keadaan keamanan kawasan ini menurut anda? a.
Sangat aman
b. aman c. cukup d. kurang aman
13. Pelayanan, penerangan dan informasi dari petugas menurut anda? a.
Sangat baik
b. baik
c. cukup d. kurang baik.
TERIMA KASIH SELAMAT REKREASI
108
Lampiran 16. Foto-foto Taman Purbakala Batu Pake Gojeng
109
Lampiran 16. (lanjutan)
110
Lampiran 16. (lanjutan)
111
Lampiran 16. (lanjutan)
112
Lampiran 16. (lanjutan)
113
Lampiran 16. (lanjutan)