Pene/itian dan Pengembangan Ap/ikasi lsotop don Radiasi, /999
PERANAN LEMBAGA RISET DALAM PENINGKA TAN EKSPOR BUNGA SupariDb. Asosiasi BWlga Indonesia
PENDAHULUAN Perkembanganekspor bunga dan tan31uanllias daIam kurun waktu 4 taIlun terakIlir menunjukkan penurunan yang sangat mencemask311.(Departemen Pertanian,1988).
Tabel EksporbungadaDtanamanllias Indonesia 1994 1995 1996 IQQ7
US$ 2,147,039 US$ 1,630,228 US$ 1,752,075 US$ 314,709
AlasaI1 k.'1fena adanya peningkatan penninta.w dalam negeri akaI1 komoditas tersebut lmnyalall sebagai "excu,\'e" alas ketidak mampuan kita menembus p.'1sar ekspor. Hal inl disebabkan petani kita tid-'lk mempw1yai kemampuan untuk bersaing di p.'1sarIntemasional karena pada Imkekatnya mereka itu l1anya sebagai tukang membe5<'1rkantaImman saja dari para breeder di lain negara. Tiadanya daya saing merek Indonesia, menempatkan petani-petani kita berada pada posisi inferior. Sementara it.:u, rasa puas diri dengan meningkatnya produksi dalanl negeri menjadikan Indonesia terlena dari persaingan di pasar Intemasional. Selanjutnya kebijaksanaan overvalued dari rupial1 lebih menina-bobokan produsen lokal karena menjual produk di dalam negeri lebih mengmuungkan dibandingk.w ekspor. Dengan demikian, perlmtiaIl pengusalm bwlga akaI1 pasar ekspor menjadi semakin menUfUIl. Dengan adanya krisis keUaIlgan ini, maka harga bunga tm1:uk pasaran ekspor dalam Rupiall secara UlllUm meningkat sehingga pengusalmbtmga kembali menarul1 perhatian besar kepada pasar ekspor. Namtm upaya peningkatan ekspor tersebut perlu dittmjang dengan usalm dan perencanaan secara terpadu dengan berbagai pihak terkait, seperti lembaga penelitian, p.'1fa produsen, lembaga transportasi, dsb., sehingga akan menjadikan sektor agribisnis suat.:usektor yang terirnegrasi dari hulu (penelitian dan pembibitan), onfann (budi-daya), off-fann (nk'1fketing d-w distribusi) serta diduktmg oleh industri mesin-mesin dan alat-alat pertanian, sampai ke llilir. Mari kita belajar dari negeri Beland-'1,dimaIk'1 pemerirnall memberikan perlk'1tiaIlyang besar kepad-'1 lembaga penelitian lm1:uk melakukan penelitian terkoordinasi yang relevan dengan kebutul1an pengusalk'1 bunga. Sebagai basil, Belanda 5<'1atini menguasai 60 % pasar ekspor btmga dtmia.
PELUANG PASAR EKSPOR Kebutuhan Global T~lhun 1997 Kebutuhilll dwua akilll bunga dari 3 daemll konsumsi terbesar (Eropa, Jepilllg dilll USA) secara total
adalah US$ 39 Milyar. Dari jumlah ini sekitar 30 % dipenuhidari pasarekspor.Dengandemikian pasarekspor dunia adalall lebih dari US$ II Milyar. Pactatahun 2005 diproyeksikan bahwa pertumbuhan kebutuhan dunia menjadisekitarUS$ 90 Milyar (NancyBeck, 1997). Mayoritas kebutuhan bunga dipenuhi oleh produsen loka!. Eropa, masih mengimpor 41 % kebutuharmyadari negara lain. SedangkanJepangdan USA, meskipun presentasiimpomya kecil, tetapi tetap dipertimbangkansebagainegeri pengimpor bunga yang besarkarenanilai perdagangannya yang sangatbesar. Tabel2. Penjualanbungadari pasarperdagangan terbesar
~
59% Jepang 94% USA 84%
!!!!RQ!
Eropa
41 %
6% 16%
PerdaganganGlobal Negeri Belandaadalah eksportir bunga terbesar daD menjual sekitar 64 % dari produksinya keluar negaranya.Namun, dari 96 % ekspomya diarahkan ke pasar negara-negaraUrn Eropa dan sekitamya. Negara pengeksporbunga terbesarselanjutnyaadalah Columbia dengantotal eksporsekitar 12 % dari produksi totalnya. Jennanmengimpor37 % dari kebutuhannya,sedangkan USA,PeraIlcisdanInggris mengimporsekitar 10% (Tabel 3) dari kebutullannya(Nancy Beck, 1997). Tabel3. Persentase EkspordaDImporbeberapanegarn Belanda Columbia Israel
Itali
~
64% 12% 4,5% 4%
Jerman USA Perancis Inggris
~ 37% 12% 10% 9%
Di Amerika daDEropa, kurang lebih 25 % dari semuabungayang dijuaJberasaldari impor negara-negara berupahburuh rendaI1seperti Amerika Latin dan Afrika. Sedangkandi Jepang,impor bunga masih sangatrendah karena adanya berbagai pembatasan impor oleh PemerintahJepang.Namun demikian sebagaibasil dari negosiasiGATT, impor bunga dan produk hortikultura lainnya mulai dibebaskan.Akibatnya, impor meningkat hingga saat ini sekitar 6 % dari jumlah total konsumsi bungadi Jepang.PasarJepangmenawarkaninsentif ekstra bagi eksportir, yaitu lwga yang tinggi. Secararata-rata lwganya dua sampai empat kali lipat harga di Eropa. Namundemikian,kantor karantinadi Jepangmenerapkan peraturanyang sangat ketal lmtuk impor bunga dan sayuraIl, yakni toleransi nol terhadap serangga (zero tolerancefor insects). Nilai impor bunga dan sayuran segar ke Jepang adalall sekitar US$ 150 Juta (sekitar 19
Penelitiandon Pengentbangan Aplikas; Isolop don Radiasi.1999
Rp. 1,5 TriliWl). Hampir smnadengantotal impor bunga datI sayuran ke negarn-negarnAsia Tenggara tennasuk Hongkong,Taiwan dan Singapurayakni juga sekit.1fRp. 1,5 Trililm (Van Arkel, 1997). Mengingat tingginya Ilc1fga bllllga impor di Jepang,ditambahjuga relatif dekaulya lokasi Indonesia dibandingkan pesaing lain dari Amerika Latin daD Belanda,maka pasar Jepangmenyediakaninsentif yang besar bagi eksportir bWlga daTi Indonesia. Di smnping Jepang,negara-negarnlain di Asia Timur dan Tenggara juga merupc1k.m peluang pasar yang besaruntuk ekspor bunga Indonesia seperti Singapura, Hongkong dan Taiwan. Pola Konsumsi Bunga Pola pembelian bmlga daTi individu lnasingmasing negara juga merupakan IIal yang menarik yang dapat dimanfaatkan oleh negera-negara eksportir bunga. Konsumen daTi Swiss daD Jepang membelmljakan uangllya dalam nilai yang cukup tinggi untuk konsumsi bunga dalam jmlllall cukup banyak. Hal ini berarti bahwa konsumen dari Swiss daD Jepang membeli bunga dalmll nilai yang relatif malml. Pola perilaku ini berbeda dengan konsumen dari Belmlda yang membelanjakt'Ulbunga dalmll nilai yang relatif rend.'lll nmmll11dalmll jUmlaIl yang sangc1t banyak. Hal ini mengindikasikan bahwa mereka menyukai bunga dalan1 jumiall banyak daD lwganya yang murnh
(NancyBeck, 1997). Tabel 4. Pola pembelian per orang dari perdagangan
global $ belanja
jumlah batang
belanja/batang
JermaI1
78
66
1.18
Inggris Jepang Belanda Swiss USA
35
50
87 70
40 148
0.70 2.18
143 45
53
0.47
2.70 3.21
14
berbagaijenis bunga dengan kualitas yang baik dan kuantitasyang mencukupi. Seorangpengusahapada umwnnya akan sulit untuk menanamberbagaijenis bunga dan daun-daunpengisi sekaligusdalamjumlah yang bes.1r. Oleh karena itu, semakin banyak pengusahc1 yang berkecimpungdi sektor bunga akan semakin besar kemungkinan tersedianya produksi dalamjumlah maupunjells bunga di pasar. Hal itu pada giliTaIUlyaakan memotivasi pengusahauntuk menjualnyakeluar wilayahIndonesia(ekspor). 2. Mahalnya Biaya lnvestasi
Di masa krisis seperti saar ini, biaya investasi barn bisnis bunga meningkat cukup tinggi. Hal itu disebabkanterntama karena kenaikan harga plastik, insect screen serta pipa-pipa daD peralatan irigasi. Disamping itu, investor barn harus juga memperhitungkan biayapembangunaninfrastrnkturnya sepertisumberair, jalan, listrik, dsb. Sebagaicontoh, beberapa pengusahabunga harns memasang pipa sejauhlebih dari 3 km sampaike sllinber air gunung untuk menjaminkontinuitas ketersediaanair. Hal ini juga berlaku untuk pembuatan jalan terrnasuk pemelihara.wjaIan wnum hingga saar ini. Untuk pemaScwganlistrik dan lain-lain, tidak ada subsidi ataupunkeringananpajak salnasekalidaTipemerintall. Hal itu berbeda dengan negara seperti Malaysia, dilnana pemerintall mendukung penyediaan infrastrnkturbagi para produsenbunga. Di Belanda, pengembangan pertanian kl1ususnya bunga mendapatkanperhatian kl1usus dari pemerintal1nya, ballkanmendapc'ltkan posisiistimewa. Produsenbunga daD produk pertanian hanya dikenakan pajak 6 %, SedangkaIlproduk lain sampai dengan 18 %. Dukungan yang besar dan berbagai fasilitas yang diberikan pemerintah inilah yang menyebabkan industri hortikultura kllUsusnya bunga menjadi prilnadona negeri Belanda, daD produknya telaIl menyebarke selurnhdunia. 3. Ketersediaan Bibit
MASALAH YANG DIHADAPI DALAM PENINGKA TAN EKSPOR BUNGA
UPAYA
Terbatasnya Jumlah Produksi (Quantity) Terbatasnya jumlall produksi disebabkan oleh berbagai Iml ant.1ralain:
di
Indonesia
Sedikitnya Jrnnlah Pengusalla BUllga Sedikitnya pengusalk'1yang berkecimplU1gdi sektor ini menyebabkan lambatnya laju pertumbuhan produksi. Hal itu ditamball dengan kebijaksanaan yang disebut diatas, juga berdampak pad:'1tingkat persaingan yang kurang tajam d:'lll terbentuknya orientasi pasar yang Imnya bergerak di d:'1lam negeri s.'1ja. Keadaan semacam in! jelas akaJl memballguIl Sik.1pberus.'1lk1 yang tidak selaras dengan semakin terbukanya lalu lintas perdagangan alltar negara, terbukanya pasar global. Unnlk memenulli kebutullall ekspor, yang perlu mendapatkaIl perlmtian ialah perlu tersedianya
20
Di Belanda, begitu besamya perlmtian Pemerintah terlmdaptanan1aIlbunga,fenomenaitu telah membuka illata dml pikiran para allli-allli tanaman di Belanda untuk selalu membuattanmnan yang mungkll tidak ada harganyadi suatunegaramenjadi tanamanyang sangatberhargadi negerinya.Hal itu dilakukandengan melakukanpemuliaan dan memodiflkasi sedemikian rnp<'ldengan teknologi yang telah mereka miliki. Penelitianuntuk menemukan jenis tanamanataubunga barn terns menerns dilakukan terntama oleh para pengi1asil bibit (breeder)swastayang telah cukup lama menggelutiusahatanarnan,sehinggajenis-jenis bunga barn selalumunculsetiapwaktu. Hal itu ditujukan agar para konsumenbunga tidak bosan karena selalu ada jenis yangbarn. Di Indonesia, penglli'lsil bibit bunga swasta masih belum banyak. Mungkin hal ini disebabkan oleh keterbatasan teknologi yang dilniliki dan juga malmlnya untuk membangun sendiri laboratorium untuk mengi1asi1kan bibit bunga. Dengan demikian
Penelilian dan Pengembangan Aplikasi Isorop dan Radiasi, /999
untuk menjaga kualitas dan kontinuitas produksi, pengusalm harus mengimpor bibit dari negeri Belanda atau negara penghasil bibit lainnya. Di masa krisis moneter sekarang ini dilllalk'l Rupiah telah terdevaluasi terlmdc'lp Dolar, lnaka impor bibit bunga menjadi sangat malml. Dengan demikian banyak terjadi pengtlrnngan produksi bunga terutama yang secara ekonomis dinilai tidak mengm1twlgkan lagi karena ongkos produksinya Iebih besardari nilai jualnya.
4. TerbatasnyaPasarDomestik Pasar domestik bunga di negeri Belanda sangat besar. Hal ini tercermin dari kegemaran bunga warga Belanda yang cukup besar dibandingkan dengan negara-negara lain. Hampir setiap mrna1I terdapat rangkaian bunga daIam jambangan (vase) yang terletak di atas buffet atau meja-meja rurnaIuIya. Kebiasaan mengungkapkan sesuatu terltadap rekan daJI keluarga dengan bwIga juga cukup besar. Sehingga tempat-tempat WItuk membeli bungapun tersedia diIIk'ma-lnana. Belanda dengan penduduk sekitar II juta jiwa memiliki 11,000 tempat penjualan bunga. llti berarti balIwa untuk setiap 1000 warga terdapat satu toko bunga. Komposisi tempat penjualan yang berjulnlah 11,000 tersebut terdiri dari toko bunga (4,700 toko), supenIk1fket (2,100 stanc/), pasar (1,900 stand) dan pompa bensin (2,000 .'itanc/). Slk1UI hal yang menarik disini balIwa ltampir semua pompa bensin terdapat stand penjlklIan bunga. Stand penjualan uti menyediakan bunga untuk
warga yang tergesa-gesadan lupa membawabunga untuk diberikaII kepada rekan atau kelttarganya. Kebuuthan warga Beland.1 yang begitu besar terhad.1p bunga menciptakan pasar bunga yang besar. Hal ini mendorong tumbtlluIya banyak pengusaha-pengusaha lokal tmtuk terjun ke bisnis bunga untuk bemsaha memenulIi kebutulIan tersebut (CalIyono, 1997). Apabila hat uIi dibandingkaII dengan kondisi di negara
kita, penggunaan bunga sebagai ltiasan penyegar mangatI mlnaIl belum menjadi budaya. Apalagi dalam situasi krisis moneter seperti saat ini dimaIta perltatiaIl rwnalI tangga lebih diaral1kc111 kepada ltal-ltal yang menjadi kebutul1aII pokok, IIk1ka penggwtaan bunga sebagai hiasaII penyegar mangan rwnaII mel1jadi menumn. DengaII kebutulIaII pasar yang saat ini cenderung lebih rend.lII dibandingkan talIun-tahun sebelumnya, maka rninat penguSclIIa-pengusalk1barn untuk menekwti bisnis bwIgaptm cenderung menumn.
Masalah Kualitas (Quality) Tersedianya produk dalam kualuitas yang memadai belumlah cukup untuk mendorong peningkatan ekspor. Kuantitas tadi juga Ik'lruSdisertai dengall kualitas yang melnadai sesuai dengan spesifikasi yang dimint.:1oleh negara tUjUall. Sebagai contoh wltuk tujuan ekspor Jepang. Dis.1mping negara tersebut mengllendaki kuantitas pengiriman yang besar serta kontinuitas yang teljamin, kantor karalltilm Jepang juga menerapkan toleransi nol terlmdap serangga (zero inj"ect tolerance). Dengan demikian, eksportir harus menerapkall perlakUall pasca pallen tertentu seperti pensortirall, penggolongcll1produk
menurut kualitasnya daD apabila perlu futnigasi untuk memenullistandartersebut. Hal-hal lain yang merupakan variabel dati kualitassecaraumum : .Ketallanan
bunga dalam vas (vase life).
.Plliljangnya batang. .Besarnya
batang.
.Besarnya kuntumbunga. .Kecerahan warDabunga. .Kebersihan tanamandati llama dan penyakittanaman. .dll.
PenguasaanPasar Ekspor Aktivitas-aktivitas yang terkait dengan ekspor adalall pembelian, penanganan, pengepakan, pengiriman daD pengangkutan. Setiap aktivitas di atas memerlukan suatu kealliian tersendiri agar dapat sesuai dengan spesifikasi daD kebutullan daTi negara tujuan ekspor tersebut. Selain itu, mengingat bunga termasuk komoditas yang perishable, lnaka perlu penanganan khusus serta distribusi yang cepat agar dapat satnpai ke pelanggan dalam keadaan baik daD segar. Hal ini menambah pentingnya untuk memiliki keahlian dalatn setiap rantai aktivitas di atas. Seperti halnya untuk pemasaran dalam negeri, perusallaan eksportir bunga harus memiliki jaringanjaringan pasar di luar negeri. Pembentukan daD pembinaan jaringan-jaringan ekspor tersebut memerlukan waktu. Apalagi karena selama ini pengusaha bunga banyak berkonsentrasi pada paSc1rdalam negeri karena memang pacta saat sebelum krisis moneter, harga bunga untuk pasarall dalatn negeri lebih baik daripada harga ekspor.
PERANAN LEMBAGA PENELITIAN UPAYA PENINGKATAN EKSPOR
DALAM
Sebagaisuatulembagayang menghkususkan diri di bidang penelitian, lembaga penelitian sudah barang tentu memiliki sumber daya, peralatan tahnis dan laboratoriwn yang memadai sesuai dengan tujuan penelitiannya. Oilain pihak, perusahaan-perusahaan menengallkebawah tidak memiliki kemampuan untuk melakukanpenelitian. Oleh karena itu, alangkahbaiknya apabila para pengusaha dapat bekerjasama dengan lembagapenelitiangunamemanfaatkanfasilitas penelitian yang tersedia dibandingkan hams membangun laboratoriwn penelitian sendiri. Berdasarkan rnasukanmasukandaTi dunia usalla, lembaga-lembagapenelitian dapat mengembangkanproduk yang sesuai dengan kebutul1aDdunia usaha. BAT AN dengan teknologi nuklimya memiliki potensiyang besaruntuk berkontribusi didalam mengllasilk.-mklon-klon unggul barn tanaman luas melalui teknik radiasi untuk menghasilkanmutasi didalalnsifatgenetiknya. Perananlembagapenelitian dalam industri bunga dan taDc11Dan luasantaralain adalah: 1. Penciptaan Bibit Lokal Yang Memenuhi
Dalaxll upaya peningkatall ekspor, pengusahapengusaI1a bunga mengI1adapi masalahmahalnyabibit 21
Penelitian don Pengembangan Aplikasi f.,%p
dan Radiasi. /999
impor akibat devaluasi rupiah terlmdap US Dolar. Dengandelnikian apabila dapatterciptakanbibit lokal yang berkualitas,akan mendorongpenurunanhargalwga bibit blU1gatersebut.Sehinggaproduksi blU1ga dapat dilmsilkall denganbiaya yang lebih murall dall devisa lebih banyak dapat dihemat sertalwga bwlga dapat lebih kompetitif di pasaranekspor. Preferensi konsumenjuga akan lebih mendapatkallperhatian. Sehinggajenis, warna daIl penampilantanmnanakan lebih sesuai dengaIl preferensidaD selera konslU11en lokal maUplU11naIICanegara. 2. PenciptaanBibit Lokal Yang Produktif Dan Tahan HatnaDan Penyakit Bunga, berbeda dengan bUall dan sayuran, secara umwn tidak dimakan sehingga resiko modifikasi genetik dari bunga adalah jaull dibawah modifikasi genetik untuk buah dan sayuran (Nancy Beck, 1997). DatI, bunga juga melniliki jangka waktu paneD yang lebih sering dibandingkatl dengan buall-bualk'lll. Dalatn pada itu, negara tujuan ekspor menerapkan toleransi Dol terhad.:1p serangg.1, natllwl pellanggulangan terhadap hatna dan penyakit tanatnan juga dikehendaki untuk menggunakan metoda penerapcllI yang rainall terhadap lingkungatl. Untuk memecallkan Iml itu diperlukatl suatu kerjasatna atItara lembaga-lembaga penelitian daD dunia usalla agar dapat diciptakan Slli1tu bibit unggui yang tallan Imina datI penyakit. Dengatl adatlya bibit unggul ilU akan mendorong tingginya tingkat produksi serta menglund.:1fipenlakaian pestisida berlebillatl. 3. PenciptaaIl Bibit Unggul Ekonomis Tertentu
Y3Jlg
Memiliki
Sifat
Tmk'lll1a11CllTysanthemUlu, Gypsophylla daIl beberapa jenis tanan13n tertentu, ntemerhlkaJl panjang penyinaran lebih dari 12 jam Ulltuk pertumbullan vegetatif optimalnya. Di daerall tropis pada umunulya pencal13yaan efektif berkisar 10 -12 jam. Sehingga taI131naIlseperti itu akaIl memerlukan suatu tamballan pencalmyaan lmupu pad:'l waktu lnalam. Biaya listrik yang hams dikeluarkan untuk tahap ilU adalah cukup besar, sehingga apabila d:'lpat ditemukan varietasvarietas yang tidak memerluk.'Ul pencalk'lyaan lampu pacta malam Ik1ri akan 5.'lllgat menghemat biaya produksi.
4. Pen311ganaIl PascaPanen rlmu pasca pallen mencakup semua aktivitas penallganan bunga sebelum dipetik salnpc'li dengan dilet.'lkkall ke jalubangall bunga dari konsnmen. Untuk tallalnan ekspor, periode pasca pallen ini sangat penting terutank1 illltuk bunga yang jangka waktu ludupnya tidak panjang. KeaIlliall dibutnl1kall daIalu penallgaIklll pasca pallen (bagailllaIk1 memperpalljang vase life-nya), traIlsportasinya. serta packing-nya. Pengetahuan mengenai laju respirasi, laju kelulangan air, sensitivitas ethyline-nya, dan tingkat perkembangan bunga setelah pallen diperlukan untuk
22
setiap jenis tanaman untuk dapat mengembangkan sistempenanganannya (handlingsystem). Vase life. InfOm1asi dasar mengenai kebutuhan karbohidrat d.1l1 guIa, produksi ethylene dan/atau sensitivitasnya. perlu dipelajari dalarn kondisi terkontrol agar dapat ditentukan tingkat optimumnya untuk memperpanjang masa hidup didalam jambangan
(vaselife). Atmosfir yang dikontrol. Penelitian mengenai atmosfir memiliki potensi yang baik untuk peningkatan jaringan distribusi dari bunga. Hal ill dapat terlaksana apabila bunga dapat dipanen dalam kuntum yang belum mekar, disimpan dalaln atmosfir/udara yang dikontrol selama dalam transportasi daD distribusi,
sehingga proses perkembangannyaterhenti selarna periode transportasi dan distribusi tersebut. Bunga tersebut kemudian dapat melanjutkan proses perkembangannya daD pematangannya setelah mencapai lokasi distribusinya. Atmosfir yang dikontrol meliputi komposisi gas-gas (02, CO2, N2, dsb) dalam level yang relatif berbeda dengan udara normal. Atmosfir yang dimodifikasi. Packing dapat memperglmakan pembatas udara (permeable membrane). Pembatas ini akan mengijinkan masuknya gas-gas dalaIn tingkatan-tingkatan yang berbeda sehingga udara di dalam packing menjadi berbeda dari yang diluar, atau dengan kata lain pembatas tersebut memodifikasi atInosfir/udara yang berada di dalam packing tersebut. Tujuannya adalall memodifikasi atInosfir/udara did.1lam packing sedemikian rupa sehingga bunga-bunga menjadi lebih taltan lama.
TINJAUAN KE DEPAN Memperllatikan kelnajuan industri bunga dan tanalnan lIias di manca negara dimana Indonesia disamping ketertinggalalmya di sektor pemuliaan tanaman juga sedang menderita resesi ekonomi yang sangat parah, maka apakah kita masih mempunyai prospek untuk memasuki pasar dunia ? Orang bijak berkata, "Jangan pemah pesimis, esok selalu datang 11aribarn daD dunia yang barn menanti produk-produk daD pikiran-pikiran barn". Sajaknya Robert Frost di bawah ini yang telah diterjemal1kan secara bebas, membentangkan cakrawala di hadapankita semua.
Har; In; Har; Barn Matahari bersinar,langit membiru Ada hari baru untukkudon untukmu Dengansetiapterbitnyamatahari Kemungkinanbaru datangmenemani Dengansetiapdatangnyapagi hari Kesempatan segarbersamamenyertai.
Penelition
REFERENSI Beck, Nancy. 1997. Biotec1mology BreakthroUgll in 21sl Century Floriculture. The Horticulture mId Food ResCc1rch Institute of New Zealand Ltd. Private Bag 92
169,Auckland,NewZealand. Ca11yono,F.B. 1997. Menengok Peftmuan Modem. KebUl1 Ciputri. Pasir Safongge. Pacet. Cianjur.
De Vries, D.P. 1997. Biobrees: A Contribution to OrnamentalBreeding in tIle 2151 Century.International Seminarof Flora Show1997.
don Pengembongon
Aplikasi
IsOIOp dan Rodiasi,
J 999
DepartemenPertanian,1998.EksporTanamanPangandan Hortikultura SertaBeberapaPennasalahan.Direktorat Bina Usaha Tani daD PengolahanHasil. Direktorat lenderalTanarnanPangandanHortikultura. Kallar, A. 1997. Kebijaksanaan Pengembangan Tanarnan Hias Indonesia. Senunar Internasional Flora Show
1997. Van Arkel, H. 1997. Production and Marketing of Vegetables auf Flowers in Vietnam. Agriculture ProductionSystemMarketing B.V.
23