LANTAI DAN DINDING Seluruh ruangan dalam rumah Bubungan Tinggi tidak ada yang dipisahkan dinding. Pembagian ruang hanya didasarkan pembagian bidang horisontal atau area lantai yang ditandai dengan adanya balok lantai atau watun serta adanya perbedaan ketinggian lantai. Untuk menuju kelompok ruang tamu harus melalui area pelataran dan pintu depan. Di belakang pintu depan terdapat sebuah ruangan transisi atau pacira luar dengan satu tingkat (satu tantang) anak tangga. Pacira sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu pacira luar dan pacira dalam. Pacira luar berfungsi juga sebagai ruang penerima sekaligus transisi antara kelompok ruang pelataran dengan kelompok ruang tamu (panampik). Bagian lainnya adalah pacira dalam. Pacira dalam berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan pertanian, menangkap ikan, pertukangan, dll.. Kedua pacira ini hanya dibedakan oleh posisinya saja. Pacira luar berada tepat di balik pintu muka (lawang hadapan), sedangkan pacira dalam posisinya tepat di bawah ruang tamu muka atau panampik kacil (lihat gambar 18 dan 19). Pada sebagian Rumah Bubungan Tinggi ruang pacira dalam ini ada yang dilengkapi dengan dinding dan pintu, sehingga pacira dalam ini benar-benar tertutup. Untuk mengambil peralatan dapat dicapai dari pacira luar. Perletakan pacira (khususnya pacira dalam) sangat terkait dengan letak pelataran di bagian depan rumah, sehingga memudahkan mengambil dan menyimpan kembali peralatan. Lantai pacira lebih tinggi dari pelataran, namun lebih rendah dari ruang tamu. Hal ini menjadikan pacira sangat fungsional dalam melayani keperluan baik dari luar bangunan maupun dari dalam bangunan. Terkadang melalui bagian belakang pacira atau bagian bawah lantai, pacira dalam juga digunakan untuk menyimpan persediaan bahan kayu bakar. Setelah melalui pintu depan (lawang hadapan) dan ruang transisi (pacira), selanjutnya kita akan sampai di ruang tamu. Secara umum, ruang “panampik” berarti “ruang dalam”, yaitu ruang yang berada di dalam rumah. Hal ini, sebagaimana penyebutan untuk area luar yaitu pelataran, disebabkan pembagian ruang berdasarkan area atau bidang horisontal lantai. Kelompok ruang tamu dapat dibagi tiga bagian. Pertama, ruang tamu muka yang biasa disebut panampik kacil atau biasa disebut juga panurunan, yaitu ruangan di belakang dinding depan (tawing hadapan) dan pintu depan (lawang hadapan). Pada beberapa Rumah Bubungan Tinggi, umumnya dari ketiga ruang tamu yang ada, ruang tamu muka ini memiliki elevasi lantai yang paling rendah. Sehingga ada juga yang menyebutnya panurunan. Ruang tamu muka ini pada musim panen sering difungsikan sebagai lumbung padi (kindai) atau tempat menyimpan bahan makanan. Hal ini karena posisinya yang relatif dekat dengan pelataran tempat menjemur hasil panenan tersebut.
137,33
+ 5,26 + 4,74 + 3,63 + 2,60
± 0,00 + 100 - 3,00 127,33
137,33
147,00
407,00
147,00
147,00
147,00
146,00
144,00
593,00
12
11
142,00
144,00
140,00
139,00
576,00
10
9
8
139,00
172,00
418,00
7
6
5
180,00
130,00
352,00
4
3
130,00
130,00
390,00
2
1
Gambar Ilustrasi Posisi dan Fungsi Ruang Pacira.
Gambar Ruang Pacira dalam Rumah Bubungan Tinggi.
Pada bagian bawah ruang tamu muka (panampik kacil) inilah terdapat ruang pacira dalam, yaitu sebagai tempat penyimpanan peralatan. Sedangkan pada saat dilangsungkannya acara selamatan, area ruang tamu muka (panampik kacil) adalah tempat duduk untuk undangan anak-anak. Kedua adalah ruang tamu tengah (panampik tangah), area ini berfungsi sebagai tempat duduk untuk para pemuda ketika berlangsungnya upacara. Ketiga adalah ruang tamu utama (panampik basar atau ambin sayup atau paluaran), yaitu ruangan yang berfungsi untuk menerima tamu, terutama tamu yang datang dari jauh. Pada waktu ada upacara selamatan atau kenduri, ruang tamu utama (panampik basar) ini sebagai ruang yang tertinggi tingkatannya; sebagai tempat duduk para alim ulama, para tetuha kampung, dan orang-orang tua atau yang dituakan. Ruang tamu, secara keseluruhan merupakan bagian dalam rumah (interior) yang memiliki ornamen dan ragam hias yang paling banyak. Hampir seluruh bagian dalam ruang tamu dihias dengan berbagai ornamen, mulai dari bagian bawah, hingga ke bagian atas. Pada bagian bawah terdapat dinding sandaran (tataban) yang penuh dengan ukiran, kolom yang dihias profil, profil pada sambungan konstruksi dinding dan sambungan rangka atap, hingga profil di setiap usuk/kasau.
Beragamnya hiasan yang terdapat pada ruang tamu sangat terkait dengan pengaruh kehidupan sosial yaitu adanya kebiasaan dan keyakinan untuk menampilkan berbagai keindahan dalam lingkungan rumah tinggal. Sebagaimana area pelataran di bagian luar, area ruang tamu juga dibatasi oleh dinding pembatas dalam yang disebut tawing halat. Dinding pembatas dalam (tawing halat) memisahkan kelompok ruang tamu dengan kelompok ruang hunian di bagian dalam. Salah satu perletakan ornamen yang paling dominan dalam Rumah Bubungan Tinggi adalah pada bagian tawing halat ini. Dinding pembatas dalam (tawing halat) menjadi tempat yang sangat penting terutama karena posisinya tepat di ruang tamu utama dimana dalam lingkungan sosial kemasyarakatan tamu merupakan orang yang wajib dimuliakan.
Gambar Ruang Tamu (panampik) yang di setiap bagiannya penuh dengan hiasan.
Tawing halat sendiri berasal dari kata “tawing” yang berarti dinding, dan “halat” yang berarti pembatas. Jadi tawing halat dapat berarti dinding pembatas dalam. Dinding pembatas dalam (tawing
halat) terletak antara ruang tamu utama (panampik basar) dengan ruang keluarga (paledangan). Dinding pembatas dalam (tawing halat) memisahkan antara kelompok ruang-ruang tamu dengan kelompok ruang–ruang hunian. Secara konstruksi, dinding pembatas dalam (tawing halat) bersifat semi permanen, dan diletakkan di atas balok pengikat atau watun. Pada bagian bawah dinding pembatas dalam (tawing halat) terdapat balok berukir di sepanjang atau sekeliling sisi bagian bawah dinding ruang tamu. Balok ini disebut juga dinding tataban, yang menyebabkan orang harus melangkahkan kaki jika ingin memasuki pintu kembar atau lawang kembar menuju ruang keluarga (paledangan). Konstruksi dinding pembatas dalam (tawing halat) ini disandarkan pada empat buah tiang utama yang disebut tihang pitugur, sedangkan empat tiang lainnya ada di tengah ruang keluarga (paledangan). Tiang utama (tihang pitugur) adalah delapan buah tiang utama yang menyangga konstruksi kuda-kuda atap bubungan. Terdapat empat tiang di posisi dinding pembatas dalam dan empat tiang lainnya di tengah ruang keluarga. Pada dinding pembatas dalam (tawing halat) terdapat hiasan yang sangat indah, berupa ukiran yang berwarna-warni. Umumnya ukiran yang terdapat pada dinding pembatas dalam (tawing halat) berupa ukiran tumbuhan atau flora dan kaligrafi. Dalam sejarah bangunan yang ada, seni ukir bermotif kaligrafi ini telah berkembang jauh setelah Islam berkembang dalam budaya masyarakat Banjar Diyakini bahwa berkembangnya motif kaligrafi ini lebih dipengaruhi oleh semangat dakwah dan pengamalan ajaran agama Islam serta keinginan untuk mewujudkan kemuliaan makna yang ada dalam kehidupan pemilik rumah beserta keluarganya. Terdapat keyakinan dalam masyarakat bahwa suatu kehormatan jika memiliki kesanggupan memuliakan ajaran agama, termasuk mewujudkannya ke dalam bentuk seni ukir bermotif kaligrafi ini. Tidak diperoleh gambaran pasti adanya perubahan motif dari zaman pra-Islam ke zaman Islam, namun semangat dan alam pikiran bahwa manusia hidup di dunia bertujuan mencari keselamatan hidup, kebahagiaan, dan kemuliaan merupakan keyakinan yang telah lama berakar dalam masyarakat Banjar. Untuk tujuan inilah ajaran-ajaran Islam diupayakan perwujudannya dalam simbolisasi rumahrumah masyarakat Banjar. Kehadiran seni ukir, tidak hanya diadakan semata untuk menandakan posisi namun lebih pada keinginan mewujudkan keagungan, kemuliaan, dan keinginan untuk mewujudkan nilai yang terkandung dalam simbolisasi motif yang ada. Pada acara pesta perkawinan atau walimah pernikahan, dinding pembatas dalam (tawing halat) biasanya dilepas dari kedudukannya. Hal ini dimaksudkan agar antara ruang tamu dapat ditembuskan dengan ruang keluarga (paledangan) dan menjadikan ruang lebih besar. Pada posisi perletakan dinding pembatas dalam (tawing halat) tersebut kemudian dibuat tempat bersanding sang mempelai sehingga ruang tamu dan ruang keluarga berubah menjadi persandingan yang penuh hiasanhiasan perhelatan perkawinan. Informasi lain menyebutkan bahwa bagian dinding pembatas dalam (tawing halat) biasa juga digunakan untuk pertunjukan wayang. Tepat di bagian dinding pembatas dalam (tawing halat) adalah tempat layar pertujukan dan dalang. Tempat duduk penonton pria di bagian panampik kacil, panampik tangah, dan panampik basar, sedangkan tempat duduk penonton wanita di bagian ruang keluarga (paledangan). Tidak banyak bukti fisik dan informasi yang dapat diperoleh dari masyarakat mengenai fungsi pertunjukan wayang dalam Rumah Bubungan Tinggi. Sepertinya budaya pertunjukan wayang berkembang dalam lingkungan dan masa yang terbatas. Sebagai bagian yang dianggap paling menonjol, khususnya secara visual, keberadaan dinding pembatas dalam (tawing halat) memiliki makna tersendiri. Dinding pembatas dalam (tawing halat) dibuat dengan sangat indah dan dihias dengan berbagai hiasan ukiran dan warna yang beragam. Bahkan sebagai perwujudan kecintaan kepada ajaran agama, maka beragam ornamen kaligrafi yang bertuliskan ayat-ayat Al-Quran, Asma Allah, Muhammad Rasul Allah, dan lain sebagainya mendapat tempat yang sangat khusus pada dinding pembatas dalam (tawing halat).
Berkaitan dengan dinding, dalam Rumah Bubungan Tinggi terdapat dua jenis dinding, yaitu dinding pelingkup dan dinding pembatas. Dinding pelingkup adalah dinding yang melingkupi atau menutup ruang. Melalui dinding pelingkup inilah (bersama dengan atap) tercipta bentukan bangunan. Dinding pelingkup memisahkan bagian dalam (interior) bangunan dengan bagian luar (eksterior) bangunan. Karena dinding pelingkup berhubungan langsung dengan iklim di luar bangunan dan untuk mempercepat jatuhnya air hujan yang mengenai dinding maka dinding terbuat dari papan ulin yang dipasang secara vertikal. Dinding pembatas, sesuai namanya, berfungsi sebagai pembatas atau pemisah antar ruang. Keberadaan dinding pemisah hanya ada di bagian dalam (interior) bangunan. Dinding pemisah pada Rumah Bubungan Tinggi ada tiga, namun yang pertama berfungsi sekaligus sebagai dinding pelingkup, yaitu dinding muka (tawing hadapan). Dua dinding pemisah lainnya adalah dinding pemisah dalam (tawing halat) dan dinding pemisah ruang pelayanan (tawing pahalatan padu).
Gambar lantai (kiri) dan dinding (kanan).