Dosen FK Manfaatkan Tempurung Kelapa Untuk Penderita Kanker Usus Besar UNAIR NEWS – Alam telah menyediakan segalanya. Kemanfaatan buah kelapa (Cocos nucifera) ternyata melebihi perkiraan orang. Dokter spesialis divisi bedah digestif, Dr. Vicky S Budipramana, dr., SpB., KBwD, menemukan bukti bahwa tempurung kelapa bagus digunakan sebagai skin barrier (penampung cairan) bagi pasien kanker kolostomi. Bahkan skin barrier dari batok termasuk aman, murah, dan memiliki nilai plus dibandingkan produk pabrikan. Vicky menjelaskan, penanganan kanker kolostomi selalu bermuara pada tindakan operasi pengangkatan benjolan kanker. Mulai dari bagian usus sampai ke jaringan sekitarnya. Setelah operasi pengangkatan kanker, bagian usus yang masih tersisa di dalamnya tidak bisa langsung disambung begitu saja. Solusinya, bagian usus dikeluarkan dari dalam perut sementara waktu selama proses pemulihan. “Nah, selama itu pula proses pengeluaran cairan ekskreta berlangsung di luar perut. Kondisi ini ternyata menyisakan persoalan baru. Pada kasus yang sering ditemui, seringkali pasien mengalami masrasi atau peradangan hebat di permukaan kulit disekitar perutnya,” kata peneliti di Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo. Hal itu terjadi karena mereka tidak menggunakan penampung cairan ekskreta yang tepat. Akibatnya, setiap kali keluar dari usus, cairan tidak tertampung dengan baik. Sebagaimana diketahui, cairan ekskreta bersifat alkali, sedangkan permukaan kulit sifatnya asam. Kulit yang sering berkontak dengan cairan ekskreta akan mengakibatkan kerusakan pada
pelindung kulit. Akibatnya terjadi peradangan. “Seringkali kita melakukan tindakan operasi dari bagian usus halus karena lebih mudah dilakukan. Selain itu, yang keluar masih berupa cairan ekskreta yang encer dan tidak berbau, tidak seperti hasil buangan dari usus besar. Namun, risikonya bocor dan tumpah mengenai permukaan kulit, jika alat penampungnya kurang bagus,” jelasnya. Persoalan ini yang kemudian menginspirasinya untuk menemukan solusi. Apalagi kebanyakan pasien adalah mereka yang berasal dari desa. “Mayoritas pasien datang dalam kondisi memprihatinkan. Mereka mengeluh kesakitan karena kulitnya lecet dan meradang. Malah saking perihnya, pasien ada yang kemudian meninggal. Bukan karena penyakitnya, tapi karena tidak mampu menahan rasa sakit akibat luka sepsis,” jelasnya. Tentu untuk mencapai kesembuhan, harus diupayakan kondisi kulit tetap kering. Dengan begitu setelah dinyatakan pulih, maka bisa segera dilakukan operasi penyambungan usus. Namun, selama kondisi kulit belum membaik, maka operasi penyambungan usus belum bisa dilakukan.
Skin barrier dari batok kelapa (Foto: UNAIR NEWS) Untuk mendapatkan skin barrier yang sempurna, maka bentuk tempurung kelapa disesuaikan sehingga permukaan cembung tempurung dapat ditempelkan pada kulit peristoma dan ujung (stump) usus menonjol (protrusi) melalui lubang tempurung yang terletak di bagian sentral. Bentuk tempurung kelapa secara alamiah sudah cekung sehingga bentuknya sesuai dengan skin barrier. Selain itu, daya serapnya juga tinggi. “Agar stump usus dapat protrusi, perlu diberi penekanan yaitu dengan sabuk yang melingkar pada pinggang, sehingga ekskreta yang keluar tidak kontak dengan kulit peristoma,” ujarnya. Kekencangan sabuk dapat diatur sendiri sesuai kenyamanan penderita karena lingkaran sabuk dapat diatur seperti halnya orang memakai ikat pinggang. Tempurung kelapa berporus sehingga dapat bersifat sebagai adsorben. Cairan ekskreta dan keringat pada permukaan kulit akan diserap oleh permukaan cembung tempurung kelapa, sehingga kulit bebas dari paparan ekskreta. Penderita bisa memakai kantong stoma
tempurung kelapa untuk mengatasi problema kerusakan kulit. “Secara ekonomis pemakaian kantong stoma dengan skin barrier tempurung kelapa dapat meringankan beban penderita karena tempurung kelapa sangat murah, dapat dibuat sendiri, dan dapat dipakai berulang-ulang,” jelasnya. Ia mengklaim, penggunaan skin barrier dari batok kelapa memiliki daya serap tinggi. Semakin sering digunakan, maka daya serapnya semakin tinggi. Hal ini karena penggunaan yang sering membuat pori-pori tempurung makin lama makin lebar. “Kuman usus memiliki enzim celulase, sedangkan batok adalah selulose. Selulose pada tempurung kelapa akan dimakan oleh enzim celulase sehingga semakin lama pori-pori tempurung semakin melebar. Ini yang membuat tempurung memiliki daya serap makin tinggi. Tapi jangan sampai tertutup kerak. Harus dibersihkan agar tidak sampai ada kerak. Karena kerak akan mengganggu proses penyerapan,” jelasnya. Spesifikasi batok kelapa yang digunakan pun harus batok kelapa tua karena sudah memiliki kemampuan daya serap. Berbeda dengan batok kelapa muda yang masih banyak mengandung air sehingga sulit menyerap air. (*) Penulis: Sefya H. Istighfarica Editor: Defrina Sukma S
Mahasiswa UNAIR Ubah Kulit Pisang Jadi ’Bapeelon Tea’,
Minuman Segar Antioksidan UNAIR NEWS – Kreativitas mahasiswa Universitas Airlangga terus mengalir. Kali ini, limbah kulit buah pisang yang ternyata memiliki kandungan antioksidan lebih tinggi dari daging buahnya, sehingga diinovasi oleh mahasiswa UNAIR menjadi minuman menyegarkan antioksidan. Diberi nama cukup menarik, Bapeelon Tea kependekan dari Banana Peel and Cinnamon Tea. Inovator Bapeelon Tea tersebut adalah mahasiswa Fakultas Farmasi UNAIR Dian Retno, Alistya Rizky, Alfis Zahroh, Lia Ahyuni, dan Istianah. Keberhasilan ini kemudian dituangkan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKMK), dan telah lolos dari penilaian Dikti untuk memperoleh dana dari program PKM Kemenristekdikti tahun 2016-2017. Latar belakang dipilihnya kreativitas ini, menurut Dian Retno, ketua Tim PKMK ini, karena buah pisang di Indonesia ini cukup berlimpah. Sedang kebanyakan yang diolah selama masih pada buah pisangnya, sehingga meninggalkan banyak limbah kulit pisang. Padahal kulit pisang tersebut memiliki antioksidan yang lebih tinggi dari daging buahnya. Mengutip penelitian Someyaet al. (2002) bahwa kulit mengandung aktivitas antioksidan yang tinggi dibanding buahnya. Senyawa antioksidan flavoniod yang terkandung katekin, galokatekin, dan epikatekin. Sehingga kulit
pisang daging berupa pisang
memiliki potensi sebagai bahan pangan dengan antioksidan tinggi.
SEORANG anak dan remaja memperebutkan Bapeelon Tea (Foto : Dok Tester Bapeelon Tea) Padahal mengonsumsi bahan pangan yang antioksidan tinggi diantaranya dapat menghambat penurunan fungsi sel, jaringan dan organ tubuh. Sehingga dapat mencegah dan menurunkan penyakit degeneratif seperti kanker, jantung, dan stroke. Penyebab penyakit degeneratif itu disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat dan pola makan yang tidak tepat. Misalnya aktivitas yang tinggi, konsumsi makanan cepat saji, merokok, polusi udara, dan minuman beralkohol. Diterangkan oleh Dian, produksi Bapeelon Tea ini cukup praktis. Pertama memilih dan mencuci kulit pisang. Lalu bagian dalam kulit pisang dipilih/diambil, dan dikeringkan dengan oven. Kulit yang sudah kering tersebut lantas dibuat serbuk, lalu diseduh bersama serbuk kayu manis. Sentuhan akhir diberi gula secukupnya dan Bapeelon Tea siap dikemas dan dikonsumsi. Dikatakan, minuman ini cocok untuk kalangan segala umur, mulai dari anak-anak hingga dewasa dapat menikmati kesegaran Bapeelon Tea. Apalagi saat seseorang menjalankan puasa, Bapeelon Tea sangat cocok untuk dikosumsi saat berbuka puasa. ”Selain menyehatkan, minuman ini harganya relatif murah. Cukup
dengan harga Rp 5.000 sudah dapat memperoleh minuman segar isi 300 ml Bapeelon Tea dalam kemasan botol,” kata Dian. Meski usaha ini baru berjalan, lanjut Dian Retno, namun dalam produksi tahap pertama sudah cukup memuaskan. Dengan membuka pesan order pertama pada tanggal 5 Juni lalu, dimana pesan order ditutup hari itu juga, mendapatkan pemesanan 50 buah. Hal ini menunjukkan bahwa banyak konsumen yang antusias terhadap Bapeelon Tea. ”Saat ini kami telah membuka pemesanan Bapeloon tea untuk order yang kedua dengan pemesanan melalui Instagram dengan id bapeelon_tea dan melaui line dengan id @acb7223s. (*) Editor: Bambang Bes
Pemberdayaan Anak Jalanan Berbasis Jaringan Sosial Sebagai Upaya P4GN UNAIR NEWS – Berawal dari kepedulian terhadap tingginya angka penyalahgunaan narkoba di kalangan anak-anak jalanan (anjal), lima mahasiswa Universitas Airlangga merancang dan mengusulkan program kreativitas mahasiswa (PKM) berjudul “Pemberdayaan Anak Jalanan Berbasis Jaringan Sosial Sebagai Upaya P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba). Dengan urgensinya permasalahan yang dipilih itu, proposal PKM bidang Pengabdian Masyarakat (PKMM) ini lolos seleksi Dikti dan memperoleh dana pengembangan dari Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) untuk
program PKM tahun 2016-2017. Program pemberdayaan anak jalanan ini dilaksanakan oleh Nur Syamsiyah (2014), Dini Nurul Ilmiah (2014), Dewi Miftakhur Roifah (2014), Oktavimega Yoga (2014) dan Hasna Putri Permana (2015). PKMM ini lebih menekankan pada edukasi kreatif dan membangun jaringan sosial di kalangan anak jalanan.
ANAK jalanan terlibat aktif menjadi subyek dalam pembelajaran berbasis jaringan sosial. (Foto: Dok PKMM) Penyampaian materinya dilakukan secara interaktif, sehingga anak jalanan juga turut aktif menjadi subyek dan tidak sekedar menjadi audiens pasif dengan disertai kegiatan outbound dan simulasi bahaya narkoba secara kreatif. Penyampaian materi juga menjadi lebih optimal ketika anjal dapat mendefinisikan sendiri tentang bahaya narkoba melalui sudut pandang mereka berdasarkan contoh-contoh pengalaman tentang kehidupan pengguna atau mantan pengguna narkoba dengan melihat realitas yang ada. Hal ini juga sejalan dengan tema besar Hari Anti Narkotika
Internasional yang diperingati pada 26 Juni 2017 lalu, yaitu “Listen First”. Tema besar tersebut menekankan pada edukasi bahaya narkoba sejak dini tanpa mendoktrin anak-anak, melainkan lebih banyak mendengar permasalahan mereka dan memberikan ruang bagi mereka untuk bisa didengar. Pelaksanaan program ini juga mendapat dukungan banyak pihak, diantaranya Komunitas Save Street Child Surabaya (SSC), Badan Narkotika Nasional Provinsi Jawa Timur, juga Prof. Dr. Bagong Suyanto, M.Si sebagai pakar sosial anak sekaligus pembimbing program ini. Setelah dilaksanakan selama empat bulan di wilayah Ambengan Selatan Karya, diperoleh hasil bahwa ada peningkatan pemahaman pada anjal terhadap bahaya narkoba serta tindakan P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba). Melalui program ini telah dibentuk kader anti-narkoba di kalangan anak jalanan dengan sebutan “Satria Anti Narkoba” (SAN). Para kader itu diharapkan dapat memahami bahaya narkoba serta tindakan yang harus dilakukan apabila terjadi kasus penyalahgunaan narkoba di lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, anak jalanan dapat membentengi diri mereka dan lingkungannya dari bahaya narkoba. (*) Editor: Bambang Bes
Inovasi Burger Ikan Gabus sebagai Pengganti Daging UNAIR NEWS – Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang sangat pesat, membuat orang semakin mudah dalam melakukan
segala aktivitas. Selain itu, banyak juga hal yang berubah akibat kemajuan teknologi. Salah satunya pola makan dan gaya hidup manusia. Saat ini bisa dilihat maraknya makanan cepat saji yang sebagian memiliki beberapa dampak buruk pada kesehatan. Namun bagi Maryam Jamilah dan tim, tidak semua makanan cepat saji tidak memiliki nilai kesehatan. “Misalnya burger, di dalam burger terdapat roti, sayursayuran, daging, keju, dan mayonis. Burger ini kan juga makanan cepat saji dan di dalamnya banyak sekali kandungan nutrisinya,” terang Maryam selaku ketua tim PKM-K. Maryam juga menambahkan bahwa dalam burger, terdapat beberapa kandungan seperti roti yang mengandung karbohidrat, sayuran yang berperan sebagai vitamin dan mineral. Selain itu juga ada daging sapi yang kaya akan protein hewani yang berguna untuk membangun jaringan pada tubuh. “Zat besi juga terkandung melimpah pada daging, sehingga pembentukan sel darah merah akan lebih optimal. Pada intinya burger ini kaya akan zat gizi,” tegasnya. Mengetahui kandungan gizi yang bagus dan stabilitas harga daging yang terus naik, hasilnya konsumen penikmat burger dipaksa harus mengeluarkan uang yang lebih bila ingin menikmati burger. Oleh karena itu, Maryam bersama Fedora Ivena Thom, Fanti Septia Nabilla, Annisa Nurul, dan Shulkhiatus Syafa’ah, berinovasi membuat burger dengan menggunakan daging ikan gabus sebagai ganti daging sapi. “Selain harga ikan gabus lebih murah, kandungan zat gizinya tidak kalah hebat dengan daging sapi,” imbuhnya. Meski diganti dengan ikan gabus, burger ikan gabus tetap ada roti, sayuran, dan keju, serta dikemas dalam kemasan menarik, dan yang penting harganya terjangkau dengan zat gizi yang lebih dari burger daging.
DIANTRE pembeli saat ditawarkan dalam suatu bazar outdoor. (Foto: Dok PKMK) “Bedanya, untuk burger ikan gabus tidak tinggi lemak dan kandungan protein terutama albuminnya tinggi, hal itu baik untuk pembentukan dan pertumbuhan otot, baik untuk penyembuhan luka, dan mudah dicerna jadi sehat untuk pencernaan,” papar Maryam. Di akhir, Maryam juga mengatakan bahwa burger yang ia tawarkan bersama tim adalah burger yang original tanpa ada keju. “Karena keju termasuk makanan tinggi kalori dan burger kami ada porsi burger kecil yang tentu saja kandungan zat gizinya pas tidak berlebihan,” pungkasnya. Editor: Nuri Hermawan
Madu Lebah Apis Dorsata Bisa
Sebagai Obat Osteoporosis
Anti
UNAIR NEWS – Gangguan osteoporosis sering diderita oleh masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga, diusulkan kepada penderita untuk mengonsumni madu lebah Apis dorsata sebagai alternative obat antiosteoporosis. Usul itu disampaikan sebab kandungan dalam madu Apis dorsata terdapat asam glukonat yang dapat meningkatkan absorpsi kalsium di dalam usus. Kandungan fenol pada madu ini juga dapat berperan dalam metabolisme tulang serta flavonoid dapat mencegah terjadinya pengeroposan tulang. Kelima mahasiswa peneliti yang tergabung dalam kelompok Program Kreativias Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta (PKMPE) itu diketuai M. Huda Ramadhan Ibrahim, dengan anggota Abdullah Hasib, Samsi Yordan, Siti Nur Rohmah, dan Salsabilla Abani. Dibawah bimbingan Dr. Ira Yudaniayanti, drh., M.P., dosen mereka, penelitian ini kemudian dituangkan dalam proposal PKMPE dan lolos seleksi Ditjen Dikti, sehingga memperoleh dana penelitian dalam program PKM Kemenristekdikti tahun 2016-2017. Diterangkan oleh M. Huda Ramadhan, yang dilakukan timnya adalah meneliti kadar abu kalsium dan gambaran histopatologi tulang hewan coba yang telah diinduksi osteoporosis dengan cara pengambilan ovarium atau biasa disebut Ovariohysterectomy dan diberi madu sebagai perlakuan sehari-hari selama empat bulan. Osteoporosis, lanjutnya, bersal dari kata osteo (tulang) dan porous (keropos), yang disebut juga pengeroposan tulang. Osteoporosis memiliki resiko yang merugikan penderita, dimana akan menyebabkan terjadinya fraktur pada tulang, nyeri pada
punggung, dan dapat menyebabkan stres fisik, nyeri pinggang, sakit lutut, sakit persendian, nyeri pada paha, nyeri di kaki, gangguan fungsi aktivitas sehingga menimbulkan hilangnya kemandirian. Penyebab terbanyak Osteoporosis di Indonesia adalah faktor gender, usia, gangguan metabolisme tulang, kurangnya aktivitas, kekurangan protein, dan kurangnya asupan vitamin D. Seorang wanita diindikasikan empat kali lebih rentan terserang osteoporosis dibandingkan dengan pria. Dari penelitian itu, kata Huda, hasilnya sangat luar biasa. Kadar kalsium abu tulang menunjukkan hasil tertinggi pada hewan coba yang diberi perlakuan madu dengan dosis tertinggi. Hasil gambaran histopatologi tulang yang diberi madu dengan dosis tertinggi juga menunjukan tidak terlihatnya osteoporosis berbeda dengan tulang yang diinduksi osteoporosis, namun tidak diberi madu sama sekali. “Dengan penelitian ini diharapkan ada perbedaan gambaran histopatologi dan kadar abu kalsium untuk setiap kelompok perlakuan, dan akhirnya perbedaan itu terlihat nyata sehingga madu dapat dijadikan sebagai obat antiosteoporosis,” ujar M. Huda Ramadhan. Dari penelitian ini juga diharapkan bahwa madu dapat digunakan sebagai bahan ilmiah yang aman untuk mencegah terjadinya osteoporosis. (*) Editor: Bambang Bes
Isolat Sponge-6.1, Kandidat Obat Penghambat Bakteri ’Streptococcus’ Pebabkan ’Pneumonia’ UNAIR NEWS – Indonesia sebagai negara kepulauan yang dikelilingi oleh perairan sangat luas, hampir 70%, dikenal memiliki biodiversitas yang tinggi karena terdapat berbagai jenis hewan, tumbuhan, dan terumbu karang yang tumbuh di wilayah perairan Indonesia. Kekayaan alam inilah yang menggugah semangat anggota tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE) dari Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga melakukan penelitian mengenai sponge. Isolat yang diberi nama Sponge-6.1 ini diharapkan dapat menjadi salah satu kandidat obat yang dapat berguna bagi bidang kesehatan Indonesia. Isolat Sponge-6.1 yang mengandung berbagai jenis zat aktif, seperti flavonoid dan senyawa lainnya diduga dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen misalnya Streptococcus pneumoniae. Menurut Dina Lutfiana, Ketua Tim PKMPE ini, isolat Sponge-6.1 diyakini dapat dijadikan kandidat obat untuk menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pneumoniae yang menyebabkan penyakit pneumonia. “Kami berhipotesis bahwa isolat ini dapat menghambat Streptococcus pneumoniae, karena saat Praktik Kerja Lapangan (PKL), saya meneliti bahwa isolat Sponge-6.1 dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus sp., Staphilococcus sp., dan beberapa bakteri lain. Berawal dari hal inilah tim kami mengajukan proposal dan berhasil lolos untuk mendapat pendanaan dari Kemenristekdikti, dan penelitian bisa
dilanjutkan,” katanya. Selain Dina Lutfiana, tim ini juga beranggotakan Jefpry Supryanto Sianturi, William Khodry, Denika Liyan Nor Wibowo, dan Dwi Yulian Fahruddin.
Mereka melakukan penelitian bekerja sama dengan LIPI, dan dilakukan sekitar dua minggu di Laboratorium LIPI Bandung. Tahapan awal yang dilakukan dengan mengisolasi sponge, yang kebetulan sponge yang akan digunakan ada di lab LIPI itu, sehingga lebih memudahkan pengerjaan. Setelah mengisolasi Sponge-6.1, penelitian dilanjutkan dengan menguji aktivitas bakteri Streptococcus pneumoniae yang diberi perlakuan dengan isolat. Dari penelitian panjang itu diperoleh hasil, yaitu isolat dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pneumoniae dengan pemberian pada konsentrasi tertentu. Sebagai ketua kelompok PKM, Dina berharap isolat Sponge-6.1 itu dapat digunakan sebagai salah satu kandidat obat yang kelak dapat diproduksi, sehingga bisa memberikan manfaat pada dunia kesehatan. “Sejauh ini penelitian kami telah sampai pada tahap pengujian kandungan metabolit sekunder dari isolat Sponge-6.1,” imbuh Dina, Jika kandungan metabolit sekunder yang ada pada isolat tersebut dapat diidentifikasi, maka dimungkinkan untuk melakukan sintesis senyawa sejenis untuk dijadikan obat pneumoniae, sehingga tidak perlu mengganggu keseimbangan ekosistem perairan. (*) Editor: Bambang Bes
Lendir Siput Diinovasi Jadi ’Surgical Glue’, untuk Atasi Kebocoran Jantung Bayi UNAIR NEWS – Kemenristekdikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa tahun 2016-2017 meluluskan proposal mahasiswa Universitas Airlangga yang berhasil melakukan inovasi membuat lem dalam operasi untuk solusi kebocoran pada jantung bayi dengan menggunakan bahan dasar lendir siput (Achatina sp). Tim inovatif PKMPE (Program Kreatifitas Mahasiswa Penelitian Eksakta) dari Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR ini dipimpin Juliani Nurazizah Setiadiputri, dengan empat temannya: Hana Zahra Aisyah, Putri Nurfriana Ramadhani, Putri Desyntasari, dan Diana Fitri. Dibawah bimbingan dosennya, Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M. Kes., S. Bio.CCD., Juliani Dkk memberi PKMPE-nya dengan “Surgical Glue Berbasis Poly(glycerol Sebacic Acid) dan Mucus Achatina sp. Sebagai Agen Adhesif Solusi Kebocoran Jantung pada Bayi”. Setelah lolos maka Juliani Nurazizah Dkk berhak menerima dana penelitian dari Kemenristekdikti. Diterangkan oleh Juliani, penyakit jantung bocor itu sendiri selama ini sering terjadi pada anak. Ini merupakan abnormalitas struktur makroskopis jantung atau pembuluh darah besar intratoraks yang mempunyai fungsi pasti atau potensial yang penting. Penyebab abnormalitas jantung bawaan ini diduga antara lain karena berbagai macam jenis obat yang dikonsumsi ibu saat hamil, penyakit dari sang ibu itu sendiri, paparan sinar rontgen, dan juga penyakit genetik lainnya.
INILAH ekstraksi Mucus Achatina sp atau lendir siput itu. (Foto: Istimewa) Ketika dilakukan tindakan operasi, dokter mempunyai berbagai macam cara untuk menyembuhkan kebocoran jantung ini. Misalnya dengan sutures (jahitan) dan staples. Namum, penggunaan metode ini seringkali menimbulkan berbagai permasalahan lain dikarenakan sutures dan staples biasa dilakukan pada jaringan akan memakan waktu proses penyembuhan cukup lama, menyebabkan luka pada jaringan di sekitarnya dan tidak tahan air. Dari permasalahan tersebut, lima mahasiswa program studi S1 Teknobiomedik FST UNAIR ini melakukan inovasi atas surgical glue sebagai solusi untuk kebocoran jantung pada bayi dengan memanfaatkan lendir dari siput, atau dengan kata lain bahan alam yang mudah ditemukan di Indonesia. Surgical glue sendiri memiliki elastisitas yang baik, dapat beradaptasi dengan pergerakan dinamis pada jaringan, memiliki
taraf biokompatibilitas yang sangat baik, biodegradabel, memiliki kekuatan adhesi yang tinggi, dan resisten terhadap tekanan terutama yang disebabkan oleh cairan di dalam tubuh. Dalam hal ini lendir siput bekerja sebagai anti-bacterial yang berasal dari bahan alam. ”Kami berusaha ingin dapat menciptakan suatu inovasi dalam bidang kesehatan, sehingga Indonesia yang saat ini menjadi konsumen, perlahan-lahan dapat menjadi negara produsen di berbagai aspek. Kami berharap surgical glue yang kami buat ini dapat menjadi salah satu bukti bahwa mahasiswa Indonesia mampu menunjukkan inovasi-inovasinya, terutama di bidang kesehatan,” ujar Juliani memungkasi penjelasannya. (*) Editor: Bambang Bes
Mahasiswa UNAIR Tawarkan MIELLY, Jajanan Sehat dari Buah Biji Mangga UNAIR NEWS – Ditangan-tangan terampil lima orang mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga, biji buah mangga (pelok –Jawa) yang selama ini hanya jadi limbah, dapat dijadikan tepung dan kemudian diolah menjadi Mie Jelly (Mielly). Jajanan bergizi kaya karbohidrat, protein, lemak, dan kalsium ini, diolah tanpa menggunakan bahan pengawet dan pemanis buatan. Diharapkan Mielly akan menjadi alternatif baru jajanan ringan yang bisa dikonsumsi mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Kelima mahasiswa S-1 FKM UNAIR tersebut, yaitu Maharani Dyah Pertiwi (2016) ketua tim, Armita Mayang Sari (2016), Natasya Putri Audiena (2016), Ana Mariatul Ulfa (2016), Khusnatul Mar’atik (2015) melaksanakan inovasi tersebut dengan keinginan untuk membantu menghadirkan jajanan sehat baru yang dapat dijadikan solusi dari kekhawatiran saat ini. Diterangkan oleh Maharani DP, selaku ketua tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKMK) FKM UNAIR, saat ini di pasaran masih banyak jajanan tidak sehat, yang tentu saja menghadirkan kekhawatiran tersendiri bagi setiap orang, terutama para orangtua yang masih memiliki anak dan duduk di bangku sekolah. Dengan semakin tingginya tingkat konsumsi masyarakat ikut dimanfaatkan bagi oknum yang tidak bertanggungjawab dengan menjual makanan yang tidak mementingkan aspek kesehatan seperti berpengawet, menggunakan pewarna berbahaya, dsb.
JAJANAN “Mielly” sudah berada di genggaman seorang anak. (Foto: Istimewa) Gagasan terkait jajanan sehat ini tertuang dalam proposal PKMK berjudul ”Pemanfaatan Tepung Biji Mangga untuk ‘MIELLY’ (Mie Jelly) Sebagai Jajanan Sehat yang Dapat Meningkatkan Gizi pada Anak”. Proposal ini telah berhasil lolos dan mendapat dana pengembangan dari Kemenristekdikti pada program PKM tahun 2017. Ditambahkan oleh Maharani, Mielly yang berwujud jelly ini diharapkan dapat menarik perhatian, terutama anak-anak yang cenderung menyukai makanan manis seperti jelly. Karena itu Mielly dihadirkan dengan berbagai warna dan bentuk yang lucu. Hal ini diharapkan agar target utama (anak-anak) dapat tertarik untuk mencoba Mielly.
“Hingga saat ini sudah lebih dari 250 Mielly yang terjual di masyarakat,” kata Maharani. Kedepan, Tim PKMK ini akan terus berinovasi mengembangkan Mielly, baik pada bentuknya, warnanya, termasuk rasanya dengan tanpa mengurangi kandungan gizi di dalamnya. Tetapi target utama kami dengan Mielly dapat mengurangi keresahan masyarakat termasuk para ibu dalam menyediakan konsumsi jajanan yang sehat pada anak-anaknya, kata Maharani. (*) Editor: Bambang Bes
Atasi Gangguan Kelancaran Pencernaan dengan Kapsul Daun Pepaya UNAIR NEWS – Kesadaran akan pentingnya kesehatan semakin meningkat seiring dengan majunya tingkat pendidikan dan pendapatan masyarakat. Hal ini berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat untuk menempuh usaha agar tubuhnya tetap sehat. Berbagai hal mulai dilakukan masyarakat, mulai dari rutin berolahraga hingga mengkonsumsi produk herbal ketimbang suplemen berbahan kimia yang memiliki efek samping. Melihat kondisi tersebut, lima mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga yakni Sinta Nabilah Mulyawati (2016), Azizi Pridasari (2016), Rizki Nur Azizah (2016), Jihan Salsabila (2016), dan Himaya (2015) memiliki gagasan untuk membuat suplemen herbal lewat Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKMK) yang berjudul “KAYA (Si Kapsul Daun Pepaya) sebagai Upaya Mempromosikan Suplemen Herbal Modern”.
Sinta selaku ketua tim mengatakan bahwa daun pepaya memiliki berbagai zat yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan. Enzim Papain dalam daun papaya menurut sinta dapat membantu pencernaan protein. “Kandungan vitamin A, C dan E dapat membantu meregenerasi sel darah putih dan trombosit sehingga baik untuk sistem imun,” terangnya. Selain itu, kandungan lain di daun pepaya yakni terdapat senyawa karpain yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Bagi Sinta terobosan yang diciptakan dengan tim merupakan terobosan yang dapat mengenalkan kepada masyarakat. “Salah satu cara mengonsumsi suplemen herbal yang berbahan dasar daun. Jika umumnya masyarakat mengonsumsi dengan cara merebus daunnya, maka daun pepaya di produk ini dikemas dalam bentuk kapsul tanpa mengurangi khasiat yang terkandung di dalamnya agar masyarakat lebih mudah untuk mengonsumsinya,” jelas Sinta. Sinta juga menegaskan bahwa suplemen “KAYA” ini merupakan salah satu upaya tindakan preventif agar masyarakat terhindar dari penyakit-penyakit tertentu. Banyaknya penyakit yang mulai menyerang masyarakat dari segala lapisan dan tidak memandang usia menjadikan masyarakat harus pandai-pandai untuk menjaga kesehatan. “Seiring dengan berkembangnya teknologi, banyak suplemen herbal tradisional yang dikemas dalam bentuk instan seperti serbuk yang hanya perlu diseduh atau berupa kapsul seperti produk KAYA,” imbuhnya. Untuk kapsul botol dengan
kemasan, Sinta mengatakan bahwa terdapat tiga puluh yang dapat dikonsumsi dua kali perhari pada setiap satu kemasan. Suplemen daun pepaya ini juga bisa didapat harga Rp 30.000.
“Dengan harga yang terjangkau, berbagai manfaat kesehatan telah didapat, sehingaa tubuh akan tetap sehat. Produk ini dapat dipesan lewat LINE dengan id @azizipridas atau Instagram dengan id @kaya_product,” pungkasnya.
Editor: Nuri Hermawan
Ciptakan Selai Mengkudu dan Bogem untuk Anti Hipertensi UNAIR NEWS – Hipertensi atau dikenal dengan tekanan darah tinggi dapat memicu beberapa penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung, stroke, dan gagal jantung. Penyakit kardiovaskular merupakan pembunuh nomor satu di dunia. Bersarkan dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, penderita hipertensi di Indonesia sekitar 65 juta jiwa atau sekitar 25,8% dari keseluruhan penduduk Indonesia. Kondisi stres, obesitas, kurang olahraga, merokok, dan minum alkohol merupakan beberapa faktor penyebab hipertensi. Penderita hipertensi umumnya mengkonsumsi obat sebagai sarana pengobatan. Namun, konsumsi obat dapat menyebabkan kebosanan karena rasa yang tidak enak. Berangkat dari masalah itu, lima mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga, yakni Septia Rahmadini (2014), Dian Cahyani Sisari (2014), Syifa’ul Janna (2014), Qurrotul A’yun (2014) dan Aprilia Rachmawati (2015), membuat inovasi produk yang dapat mengatasi hipertensi berupa selai dengan rasa yang lebih bisa dinikmati oleh masyarakat.
Produk inovasi bernama “SEL-DUGEM (Selai Mengkudu dan Bogem) Anti Hipertensi” ini telah lolos bantuan dana pengembangan dari Dirjen Dikti, Kemenristekdikti RI tahun 2016 dalam kategori Program Kreatifitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K). “SEL-DUGEM (Selai Mengkudu dan Bogem) Anti Hipertensi” ini merupakan selai yang berasal dari buah mengkudu dan buah bogem. “Kandungan yang dimiliki buah mengkudu yaitu scopoletin dan xeronin memiliki khasiat menurunkan tekanan darah. Sedangkan kandungan pada buah bogem berupa senyawa bioaktif berpotensi sebagai antihipertensi,” ujar Septia Rahmadini. Produk SEL-DUGEM (Selai Mengkudu dan Bogem) Anti Hipertensi ini dijual dengan dua inovasi kemasan. Produk dengan berat 300 gram seharga Rp. 25.000 dan 100 gram dengan harga Rp.15.000. Selama empat bulan dibuat, produk ini sudah tersebar ke beberapa daerah di Jawa. Ke depan, produk ini akan dipasarkan ke luar Jawa hingga ke luar negeri. “SEL-DUGEM (Selai Mengkudu dan Bogem) Anti Hipertensi” dapat dipesan melalui Instagram dan Line dengan akun ‘seldugem’, melalui facebook dengan nama ‘mengkudu dan bogem’, serta kontak whatsaap 085645078780. (*) Editor : Binti Q. Masruroh