Dosen FK Manfaatkan Tempurung Kelapa Untuk Penderita Kanker Usus Besar UNAIR NEWS – Alam telah menyediakan segalanya. Kemanfaatan buah kelapa (Cocos nucifera) ternyata melebihi perkiraan orang. Dokter spesialis divisi bedah digestif, Dr. Vicky S Budipramana, dr., SpB., KBwD, menemukan bukti bahwa tempurung kelapa bagus digunakan sebagai skin barrier (penampung cairan) bagi pasien kanker kolostomi. Bahkan skin barrier dari batok termasuk aman, murah, dan memiliki nilai plus dibandingkan produk pabrikan. Vicky menjelaskan, penanganan kanker kolostomi selalu bermuara pada tindakan operasi pengangkatan benjolan kanker. Mulai dari bagian usus sampai ke jaringan sekitarnya. Setelah operasi pengangkatan kanker, bagian usus yang masih tersisa di dalamnya tidak bisa langsung disambung begitu saja. Solusinya, bagian usus dikeluarkan dari dalam perut sementara waktu selama proses pemulihan. “Nah, selama itu pula proses pengeluaran cairan ekskreta berlangsung di luar perut. Kondisi ini ternyata menyisakan persoalan baru. Pada kasus yang sering ditemui, seringkali pasien mengalami masrasi atau peradangan hebat di permukaan kulit disekitar perutnya,” kata peneliti di Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo. Hal itu terjadi karena mereka tidak menggunakan penampung cairan ekskreta yang tepat. Akibatnya, setiap kali keluar dari usus, cairan tidak tertampung dengan baik. Sebagaimana diketahui, cairan ekskreta bersifat alkali, sedangkan permukaan kulit sifatnya asam. Kulit yang sering berkontak dengan cairan ekskreta akan mengakibatkan kerusakan pada
pelindung kulit. Akibatnya terjadi peradangan. “Seringkali kita melakukan tindakan operasi dari bagian usus halus karena lebih mudah dilakukan. Selain itu, yang keluar masih berupa cairan ekskreta yang encer dan tidak berbau, tidak seperti hasil buangan dari usus besar. Namun, risikonya bocor dan tumpah mengenai permukaan kulit, jika alat penampungnya kurang bagus,” jelasnya. Persoalan ini yang kemudian menginspirasinya untuk menemukan solusi. Apalagi kebanyakan pasien adalah mereka yang berasal dari desa. “Mayoritas pasien datang dalam kondisi memprihatinkan. Mereka mengeluh kesakitan karena kulitnya lecet dan meradang. Malah saking perihnya, pasien ada yang kemudian meninggal. Bukan karena penyakitnya, tapi karena tidak mampu menahan rasa sakit akibat luka sepsis,” jelasnya. Tentu untuk mencapai kesembuhan, harus diupayakan kondisi kulit tetap kering. Dengan begitu setelah dinyatakan pulih, maka bisa segera dilakukan operasi penyambungan usus. Namun, selama kondisi kulit belum membaik, maka operasi penyambungan usus belum bisa dilakukan.
Skin barrier dari batok kelapa (Foto: UNAIR NEWS) Untuk mendapatkan skin barrier yang sempurna, maka bentuk tempurung kelapa disesuaikan sehingga permukaan cembung tempurung dapat ditempelkan pada kulit peristoma dan ujung (stump) usus menonjol (protrusi) melalui lubang tempurung yang terletak di bagian sentral. Bentuk tempurung kelapa secara alamiah sudah cekung sehingga bentuknya sesuai dengan skin barrier. Selain itu, daya serapnya juga tinggi. “Agar stump usus dapat protrusi, perlu diberi penekanan yaitu dengan sabuk yang melingkar pada pinggang, sehingga ekskreta yang keluar tidak kontak dengan kulit peristoma,” ujarnya. Kekencangan sabuk dapat diatur sendiri sesuai kenyamanan penderita karena lingkaran sabuk dapat diatur seperti halnya orang memakai ikat pinggang. Tempurung kelapa berporus sehingga dapat bersifat sebagai adsorben. Cairan ekskreta dan keringat pada permukaan kulit akan diserap oleh permukaan cembung tempurung kelapa, sehingga kulit bebas dari paparan ekskreta. Penderita bisa memakai kantong stoma
tempurung kelapa untuk mengatasi problema kerusakan kulit. “Secara ekonomis pemakaian kantong stoma dengan skin barrier tempurung kelapa dapat meringankan beban penderita karena tempurung kelapa sangat murah, dapat dibuat sendiri, dan dapat dipakai berulang-ulang,” jelasnya. Ia mengklaim, penggunaan skin barrier dari batok kelapa memiliki daya serap tinggi. Semakin sering digunakan, maka daya serapnya semakin tinggi. Hal ini karena penggunaan yang sering membuat pori-pori tempurung makin lama makin lebar. “Kuman usus memiliki enzim celulase, sedangkan batok adalah selulose. Selulose pada tempurung kelapa akan dimakan oleh enzim celulase sehingga semakin lama pori-pori tempurung semakin melebar. Ini yang membuat tempurung memiliki daya serap makin tinggi. Tapi jangan sampai tertutup kerak. Harus dibersihkan agar tidak sampai ada kerak. Karena kerak akan mengganggu proses penyerapan,” jelasnya. Spesifikasi batok kelapa yang digunakan pun harus batok kelapa tua karena sudah memiliki kemampuan daya serap. Berbeda dengan batok kelapa muda yang masih banyak mengandung air sehingga sulit menyerap air. (*) Penulis: Sefya H. Istighfarica Editor: Defrina Sukma S
Guru Besar Fakultas Hukum UNAIR Prof. Rudhi Prasetya
Tutup Usia UNAIR NEWS – Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Airlangga Prof. Dr. Rudhi Prasetya, S.H., tutup usia pada usia 78 tahun. Prof. Rudhi menghembuskan nafas terakhir Minggu (5/2) dini hari sekitar pukul 00.35 WIB, di ICU Rumah Sakit Darmo, Surabaya. Salah satu kolega akademik Prof. Dr. Abd. Shomad, S.H.,M.H., yang saat ini menjabat sebagai dekan FH UNAIR mengatakan, almarhum merupakan sosok yang ahli dalam bidang hukum perusahaan. Almarhum juga pribadi yang humoris, disiplin, serta suka mengemudi sendiri. Dekan yang dilantik tahun 2016 itu memiliki cerita tersendiri mengenai Prof. Dr. Rudhi. “Beliau sangat ahli dan berkualitas dalam bidang hukum perusahaan. Almarhum juga pernah menyarankan saya menulis disertasi dengan mengutip serta mengulas ayat-ayat Al-Quran tentang bisnis,” Ujar Prof Shomad. Ia juga menambahkan, almarhum adalah ilmuwan yang disegani di Indonesia. Hal itu terbukti pada kegigihannya dalam meneruskan generasi penerus keilmuannya. “Prof. Rudhi sosok yang lucu, disiplin, rajin, dan senang menyetir sendiri. Beliau telah menyiapkan generasi penerus keilmuwannya,” tuturnya. Pengukuhan guru besar Prof. Rudhi dilakukan pada tahun 1993. Beliau merupakan salah satu dosen yang pernah mengampu mata kuliah Hukum Perbankan dan Hukum Perseroan. Selain mengajar di FH UNAIR, almarhum juga mengajar di beberapa perguruan tinggi seperti Universitas Surabaya (UBAYA) dan Universitas Pelita Harapan (UPH). (*) Penulis : Pradita Desyanti Editor : Binti Q. Masruroh
Inilah Perubahan Arus Lalu Lintas di Kampus B UNAIR NEWS – Terhitung sejak Jumat (27/1) lalu, ada perubahan arus lalu lintas di area kampus B Universitas Airlangga. Ada area yang memang steril dari kendaraan bermotor, dan ada pula area yang dulunya adalah jalan satu arah sedangkan kini dibuat dua arah. Direktur Sarana Prasarana dan Lingkungan, Karnaji, M.Sos., mengatakan, perubahan arus lalu lintas dilakukan untuk mempermudah aksesibilitas sivitas akademika yang beraktivitas di kampus B. Sebab, rute arus lalu lintas selama ini cenderung memutar dan memakan jarak. Meski demikian, Karnaji menuturkan bahwa arus lalu lintas berubah tak secara signifikan. Dulunya, pintu masuk sepeda motor hanya dibuka dari pintu masuk (depan Fakultas Ekonomi dan Bisnis). Kini, ada tiga pintu masuk sepeda motor, yakni melalui pintu sebelah timur (dekat Menara Syariah), pintu masuk utama (depan FEB), dan pintu sebelah barat (Jalan Dharmawangsa). “Sekarang di Syariah Tower kita jadikan pintu masuk untuk akses ke FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik), Fakultas Psikologi, FIB (Fakultas Ilmu Budaya) dan Perpustakaan. Jadi, tidak ada perubahan berarti, malah nggak pakai muter seperti dulu. Kalau dulu mau ke FISIP, nggak muter lagi dari FEB dan FH. Kita tambahi separator di area pintu masuk dekat Syariah Tower,” tutur Karnaji. Penambahan akses pintu masuk motor di wilayah Menara Syariah disebabkan adanya lahan parkir yang dikonsentrasikan di wilayah timur dan selatan. Di wilayah timur dan selatan, lahan
parkir motor ditempatkan di lapangan FISIP, di seberang sungai, FIB, Psikologi, dan Vokasi.
Denah arus lalu lintas di area kampus B Universitas Airlangga. (Foto: Istimewa) Sedangkan, akses pintu masuk mobil yang menuju FISIP, dan FF, melalui pintu masuk depan FEB ke arah sebelah timur. Lahan parkir dikonsentrasikan di sebelah timur FF dan sesuai fakultas masing-masing. Untuk akses pintu masuk mobil yang menuju FEB, Vokasi, Psikologi, Fakultas Hukum, dan FIB, melalui pintu masuk depan FEB ke arah barat atau bisa meneruskan ke arah selatan FH dan menuju lokasi parkir sesuai fakultas. “Parkirnya kan sudah di timur FISIP. Farmasi nggak ada parkir lagi, Pusat Bahasa nggak ada parkir lagi kecuali pegawai, mahasiswanya harus pindah ke timur FISIP semua. Vokasi juga.
Makanya kita buka akses ke sana,” terang Direktur SPL. Sampai saat ini, untuk mensosialisasikan perubahan arus lalu lintas, pihak SPL sudah berkoordinasi dengan seluruh unit kerja di kampus B. Selain itu, baliho juga sudah dipasang di tempat-tempat yang mudah ditemui. (*) Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Nuri Hermawan
Prodi Sastra Jepang, Hadirkan Nuansa Negeri Sakura di Airlangga UNAIR NEWS – Program studi (prodi) Sastra Jepang Universitas Airlangga masih terbilang sebagai salah satu prodi yang baru. Berada di lingkup Fakultas Ilmu Budaya (FIB), prodi Sastra Jepang baru dibentuk pada tahun 2006 dan sudah mengalami banyak perkembangan di dalamnya. Ketika ditemui di ruang kerjanya, Dwi Anggoro Hadiutomo, M.Hum., Ph.D., selaku Kepala prodi Sastra Jepang mengatakan bahwa prodi yang tengah dipimpinnya tersebut sudah dilengkapi dengan tenaga pengajar yang mempunyai keahlian di masingmasing bidang. “Dosen–dosen yang kami miliki mempunyai keahlian yang beragam, bahkan ada juga yang menekuni budaya popular Jepang seperti cosplay dan anime,” tutur Dwi. Selain itu, untuk menambah kemampuan mahasiswa dalam berbicara dan menulis huruf kanji prodi Sastra Jepang secara rutin mendatangkan Native asal Jepang untuk bisa membimbing secara
langsung mahasiswa. Untuk Native sendiri, Dwi menjelaskan bahwa prodi Sastra Jepang bekerja sama dengan beberapa lembaga Jepang, salah satunya adalah Ashinaga Foundation. Lembaga tersebut secara berkala bersedia mendatangkan mahasiswa asal Jepang ke Indonesia untuk belajar maupun membantu dosen membimbing mahasiswa dalam mengasah kemampuan berbahasa Jepang. Tidak hanya itu, prodi Sastra Jepang juga dilengkapi dengan fasilitas laboratorium Bahasa Jepang yang memadai. Dalam kurikulum yang disusun prodi Sastra Jepang memberikan mata kuliah yang tidak hanya berupa kajian sastra dan budaya saja. Namun, juga dibekali dengan ilmu penerjemahan, korespondensi, dan juga mata kuliah pengajaran. “Dengan begitu lulusan Sastra Jepang diharuskan unggul dalam Ilmu Kebahasaan,” imbuh Dwi. Untuk kegiatan mahasiswa sendiri setiap tahunnya prodi Sastra Jepang memiliki kegiatan “Japanese World” yang dikelola oleh Himpunan Mahasiswa Sastra Jepang UNAIR (Niseikai). Kegiatan ini merupakan sebuah event yang menyelenggarakan festival seni, bazaar makanan, panggung hiburan, dan juga lomba-lomba yang semuanya disusun dengan mengangkat nuansa Jepang. Tiap tahunnya Japanese World yang diadakan di Kampus B UNAIR dan selalu ramai dikunjungi pengunjung dari dalam kota maupun luar kota. Selain ingin menikmati acara, pengunjung juga ingin merasakan animo suasana Negeri Sakura di Surabaya. “Jepang kan kaya akan tata tertib dan budaya popular, kita ingin hadirkan disini. Jadi disini (Sastra Jepang, -red), mahasiswa tidak melulu belajar Bahasa atau grammar tapi dibarengi dengan mempelajari budaya Jepang yang lain seperti minum teh, menonton film Jepang, dan bersama sama memasak masakan Jepang,” tambah Dwi. Sesuai peninjauan berkala yang dilakukan prodi Sastra Jepang,
80% lulusan Sastra Jepang bekerja di berbagai macam bidang yang linier seperti di Bank Jepang, penerjemah, dosen atau guru Bahasa jepang, staf di perusahaan Jepang hingga Guide Tour. Dwi juga mengatakan bahwa masyarakat selalu berpandangan bahwa prodi yang berawalan dengan “Sastra” selalu diidentikkan dengan puisi dan sajak. Padahal di sastra banyak yang bisa dipelajari, dari sastra sendiri, sejarah hingga budaya. “Kita harus mengubah pola pikir tentang sastra. Jadi sastra itu dengan budaya yang menyangkut-menyangkut dengan kehidupan manusia. Pemikiran seperti itu harus mulai digaungkan. Jangan terjebak dengan pemikiran sastra yang sempit. Dengan artian lulusan sastra tidak hanya bisa jadi editor bahasa, tapi bisa di lingkungan kerja manapun,” tambah Dwi. (*) Penulis : Faridah Hari Editor
: Nuri Hermawan
Mahasiswa Diharapkan Jadi Pahlawan Lingkungan Hidup UNAIR NEWS – Menjaga lingkungan agar tetap sehat adalah tugas semua kalangan, termasuk sivitas akademika di perguruan tinggi. Pernyataan itulah yang disampaikan oleh Chairperson of Universitas Indonesia (UI) Greenmetrics Prof. Dr. Ir. Riri Fitri Sari, M.Sc, MM, ketika sesi presentasi di Aula Kahuripan 301, Senin (6/1). Sesi presentasi mengenai UI Greenmetrics dihadiri oleh jajaran pimpinan universitas dan fakultas, khususnya yang mengemban tanggung jawab di bidang sarana prasarana dan lingkungan,
seperti Wakil Rektor II Dr. Muhammad Madyan, S.E., M.Si., M.Fin, Wakil Rektor III Prof. Ir. M. Amin Alamsjah, Ph.D, Direktur Sarana Prasarana dan Lingkungan Karnaji, M.Sos., dan lainnya. Dalam presentasinya, Riri menyampaikan menjaga lingkungan agar tetap sehat diharapkan bisa menjadi bagian dari kebiasaan sehari-hari. Katanya, lingkungan hidup yang sehat bisa memacu semangat belajar para mahasiswa dan dosen di kampus. “Ini adalah upaya bagi kita semua untuk menjaga kebiasaan sehari-hari, tidak serta merta mengisi pertanyaan atau kuesioner. Sebagai sivitas akademika, terutama mahasiswa perlu menjadi champion demi lingkungan hidup yang lebih baik,” tutur Riri. Riri melanjutkan, dalam perankingan UI Greenmetrics, pihaknya akan menilai tentang infrastruktur serta upaya-upaya yang dilakukan universitas yang bersangkutan untuk menjadi green campuss. Dalam penilaian, sebuah kampus akan dinilai berdasarkan enam indikator yakni penataan infrastruktur (15 persen), pengolahan energi dan antisipasi perubahan iklim (21 persen), daur ulang sampah dan konservasi air (18 persen), sistem transportasi (18 persen), dan pendidikan tentang lingkungan keberlanjutan (18 persen). Penataan lingkungan
Direktur Sarana Prasarana dan Lingkungan
Karnaji, M.Sos. (Foto: UNAIR NEWS) Direktur Sarana Prasarana dan Lingkungan, Karnaji, mengatakan pihaknya sudah melakukan penyesuaian-penyesuaian kriteria untuk mengikuti penilaian UI Greenmetrics. “Tahun ini kita buat indikator-indikator yang mungkin bisa mendukung penilaian UI Greenmetrics. Bahkan, jauh sebelum itu, kita sudah menerapkan. Misalnya, dalam membuat resapan, penambahan pohon, pengaturan area untuk kendaraan bermotor, hemat energi, dan penggunaan tenaga matahari,” tuturnya. Terkait pembuatan resapan air, ia sudah membuat 54 resapan di area asrama putri, Fakultas Keperawatan, RS UNAIR, sampai ke Fakultas Kesehatan Masyarakat. Resapan air itu berukuran lebar satu meter persegi dengan kedalaman tiga meter. Untuk mendukung terciptanya kawasan kampus yang hijau, ia akan melibatkan fakultas dalam mengelola lingkungan. Pada bidang pengaturan infrastruktur, misalnya, fakultas akan terlibat dalam mengatur area kampus yang tertutup vegetasi, dan penataan area parkir. Di bidang energi dan perubahan iklim, pihak fakultas akan menggunakan energi terbarukan. (*) Penulis : Defrina Sukma S Editor : Binti Q. Masruroh
Dalami Ilmu Hukum Bisnis, FH Adakan Business Week UNAIR NEWS –Pertengahan tahun mendatang, mahasiswa Forum Studi Bisnis (FSB), Fakultas Hukum, Universitas Airlangga berencana
mengadakan ajang kompetisi di bidang hukum bisnis. Kompetisi Business Week akan dilangsungkan pada tanggal 5 Mei-7 Mei 2017 dengan tema “Peran Hukum Bisnis dalam Peningkatan Perekonomian Negara.” Business Week UNAIR 2017 (BW UNAIR 2017) adalah ajang kompetisi yang diadakan oleh mahasiswa FSB. FSB sendiri merupakan salah satu badan semi otonom (BSO) yang fokus mewadahi minat mahasiswa dalam mempelajari hukum bisnis. Lomba Business Week ini mencakup kompetisi pembuatan Legal Opinion (LO) dan Contract Drafting dengan tema Persaingan Usaha. Kompetisi ini berlaku bagi seluruh mahasiswa Fakultas Hukum se-Indonesia baik negeri maupun swasta. “Di dalam BW nantinya akan terdiri dari tiga rangkaian acara. Pertama adalah seminar. Tujuannya, untuk menambah pengetahuan para peserta mengenai persaingan usaha. Kemudian, ada pula city trip di Surabaya. Yang paling ditunggu-tunggu adalah kompetisi BW yakni membuat Legal Opinion (LO) serta Contract Drafting,” ungkap Irfan Naufal selaku Ketua FSB. Menurut Naufal, acara BW sudah dipersiapkan jauh-jauh hari oleh panitia. Panitia sudah membuka pendaftaran sejak 1 Februari 2017 lalu. “Pendaftaran BW sendiri sudah dibuka mulai tanggal 1 Februari dan akan ditutup pada tanggal 2 Maret nanti. Sejauh ini panitia telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Semoga di hari H acara berjalan dengan lancar dan sukses,” imbuhnya. (*) Penulis : Pradita Desyanti Editor: Defrina Sukma S