Hanik Endang Kembangkan Psikospiritual untuk Penderita Kanker Payudara UNAIR NEWS – Aktivitas ibadah yang dilakukan sungguh-sungguh diyakini mampu menyeimbangkan gejolak stress dan emosi seseorang. Karena itu ketika seseorang usai beribadah, pikiran, hati, dan emosi menjadi lebih tenang dan stabil. Pengobatan dengan pendekatan psikospiritual inilah yang sedang dan terus diteliti oleh Hanik Endang Nihayati. Hasil penelitian yang ditulis sebagai Disertasinya itulah termasuk yang menunjang Hanik meraih predikat wisudawan terbaik jenjang doktoral Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga periode Maret 2016. Ia memilih kasus penyakit kanker payudara sebagai contoh. Mengapa? Karena kanker payudara merupakan penyebab kematian tertinggi perempuan antara usia 18 – 54 tahun. Kemudian kunjungan di Poli Onkologi Satu Atap (POSA) RSUD Dr. Soetomo menunjukkan kasus kanker payudara menjadi kasus tertinggi juga setelah kanker serviks. Data lain juga menunjukkan bahwa jumlah pasien baru kanker payudara setiap tahun cenderung mengalami peningkatan. Hanik berfikir keras untuk mengembangkan keilmuan tentang keperawatan jiwa yang mengantisipasi persoalan psikososialnya. Mengapa masalah psikososial begitu penting? Menurut Hanik, perempuan penderita kanker itu selalu dihantui rasa takut terus-menerus. Penderita sering mengalami ketidaknyamanan hidup dan berimbas pada aspek kehidupannya, seperti ekonomi, keluarga, fisik, dan kepercayaan diri yang berangsur-angsur meredup. Dalam situasi sulit begini, pasien memerlukan tindakan intervensi berupa pendekatan asuhan psikospiritual SEHAT
(Syukur Selalu Hati dan Tubuh). Pendekatan SEHAT ini merupakan cara untuk meningkatkan hubungan dengan Tuhan agar emosi terkendali. Harapannya, penderita kanker dapat menghadapi rasa sakitnya dengan sikap bersyukur. “Penanganan distress pada penderita kanker payudara tidak selalu sama. Penderita memerlukan suatu pemahaman dan diagnosis yang tepat agar pemilihan terapi adekuat kualitas hidupnya bisa diperbaiki. Kompleksitas masalah yang dialami penderita kanker menyebabkan munculnya kebutuhan spiritual,” imbuh Hanik. Psikospiritual SEHAT menitikkberatkan pada ritual ibadah salat Dhuha, membaca Alquran, dzikir dan motivasi spiritual dengan menuliskan nikmat Allah SWT. Strategi ini diharapkan dapat mengubah mekanisme koping, mengubah persepsi stress dari distress menjadi eustress yang akan berpengaruh pada respon tubuh. Mekanisme demikian sejalan dengan konsep psikologis yang menyatakan bahwa perubahan kognitif dapat menurunkan intensitas stress. Perjuangan menuntaskan studi yang dilalui oleh pengajar pada Departemen Keperawatan Jiwa, Fakultas Keperawatan UNAIR ini, tidaklah mudah. Hanik harus melalui pengalaman dramatis saat menjelang semester III. Saat itu Hanik, yang juga wisudawan terbaik magister Keperawatan UNAIR tahun 2011, tengah mengandung anak kembar. Namun, kehamilannya saat ini disertai dengan berbagai macam komplikasi, salah satunya pre-eklampsia berat dan kelainan jantung. “Sungguh luar biasa. Saya harus bedrest total. Mau tidak mau, saya harus mengesampingkan semua kewajiban sekolah. Jadi, inilah yang terus memotivasi saya selama saya sehat,” tandas penggerak Lingkungan Terbaik Kota Surabaya tahun 2015 ini. (*) Penulis : Sefya H. Istighfaricha Editor : Defrina Sukma S.
Kaji Sengketa Tanah, Rizky Juliani Jadi Wisudawan Terbaik S1 FH UNAIR NEWS – Aktif berorganisasi dan berkegiatan di luar kampus menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi Rizky Juliani Wulansari. Hal itu dilakukan selama menempuh studinya di Fakultas Hukum Universitas Airlangga (UNAIR). Dengan aktif di berbagai kegiatan seperti BEM FH UNAIR periode 2015, lalu aktif dalam Kementerian Advokasi Mahasiswa dan Kebijakan Publik, membawa Rizky meraih pengalaman berharga. Ia juga bergabung dengan Unit Konsultasi Bantuan Hukum (UKBH) FH UNAIR untuk membantu masyarakat, khususnya yang kurang mampu yang punya persoalan hukum seperti kasus tanah, perceraian, warisan, dsb. “Padatnya kegiatan itu justru memotivasi saya untuk belajar agar meraih prestasi,” kata Rizky yang berhasil menjadi wisudawan terbaik S1 FH UNAIR dengan IPK 3, 86. Dalam tugas akhirnya ia mengambil judul “Perolehan Hak Atas Tanah yang Berasal Dari Tanah Negara Bekas Konversi Hak Barat”. Alasan mengapa memilih judul itu, karena dalam prakteknya, khususnya di lingkup lembaga peradilan maupun institusi pertanahan sendiri, yaitu BPN (Badan Pertanahan Nasional) kurang memahami ketentuan tentang perolehan hak atas tanah terhadap tanah negara bekas konversi hak barat tersebut. “Tidak jarang beragam kasus itu sering menimbulkan sengketa pertanahan yang berlarut-larut. Akibatnya banyak merugikan kepentingan berbagai pihak,” jelasnya. Menurut dia, mengkaji hukum yang berkaitan dengan tanah itu
sangat penting. Sebab pasca berlakunya Undang-undang Pokok Agaria (UUPA) tahun 1960, semua tanah, baik hak atas tanah yang berasal dari hukum adat atau hak atas tanah yang berasal dari hukum barat dikonversi menjadi hak-hak tanah menurut UUPA. Jika jangka waktunya telah selesai, maka demi hukum tanah tersebut menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau biasa disebut tanah negara. “Dalam posisi demikian, hubungan hukum antara pemilik dengan tanahnya terputus. Namun bekas pemegang hak masih mempunyai hubungan keperdataan dengan benda-benda lain diatasnya, misalnya tanaman, bangunan yang berdiri diatas tanah tersebut,” kata Rizky. (*) Penulis: Moch Ahalla Tsauro Editor: Bambang ES
Mendalami Problem Preeklamsia, Herdiantri Lulus Terbaik S-2 FK UNAIR UNAIR NEWS – Herdiantri Sufriyana, MD, M.Sc memilih problem preeklamsia atau keracunan kehamilan sebagai topik utama dalam tesisnya. Alasannya, preeklamsia menjadi penyebab kematian ibu hamil terbanyak kedua di Indonesia. Dalam penelitiannya, peraih IPK 3,91 ini fokus pada upaya pencegahan. Bagi para bumil yang tinggal di desa, preeklampsia menjadi permasalahan tersendiri. Penelitian Herdiansyah mengembangkan bentuk pencegahan komplikasi kehamilan tertentu melalui olahraga. Menurutnya, pencegahan dengan olahraga tertentu sebelum kehamilan tidak
memerlukan banyak biaya dan dapat dilakukan dimana saja, termasuk di desa. Sementara jika dikembangkan pencegahan berupa obat atau suplemen, belum tentu dibeli apalagi dikonsumsi setiap hari sebagai pencegahan oleh semua golongan. “Saya sering ditanya apakah hasil penelitian ini dapat dikomersialkan dalam bentuk produk? Saya jawab tidak. Namun, justru itu alasan saya mengembangkannya. Hanya, penelitian ini akan sangat menantang dalam hal pendanaan,” katanya. Herdian telah lama menaruh minat pada penelitian ini. “Saya tertarik dan ‘nekad’ meneliti preeklamsia dan kehamilan. Karena inilah hal yang paling efektif mendorong saya belajar, yaitu passion, hasrat kuat mempelajari suatu hal,” tutur Herdian. Keterbatasan fasilitas dan dana sempat menjadi kendala. Setelah sidang proposal, Oktober 2016, ada jeda lima bulan sampai akhirnya berhasil mendapatkan dana untuk memulai penelitian, Maret 2017. Tantangan lainnya, ia harus menenangkan belasan mencit selama 28 hari. Sehari setidaknya harus berada di lab selama 2-3 jam. Termasuk ketika melalui proses penghitungan sel. Total sel yang harus dihitung sekitar 144 ribu, dan memakan waktu 6 jam/hari selama 24 hari. “Menghitung sel itu proses paling melelahkan. Meski dalam prosesnya dibantu oleh mahasiswa kedokteran hewan,” katanya. Namun semua itu pada akhirnya mampu dilewati dengan baik, dan kini Herdian lulus dengan predikat terbaik pula. (*) Penulis: Sefya Hayu Istighfaricha Editor: Defrina S, bes
Wisudawan Terbaik Menjalin Jejaring
Gemar
UNAIR NEWS – Pada awalnya, Nurita Dania Anindita tidak begitu tertarik dengan biologi. Akan tetapi takdir berkata lain. Ia justru menempuh studi pada program studi S-1 Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. Hal inilah yang menjadi tantangan dalam menyelesaikan perkuliahan untuk bisa memberikan yang maksimal. Perempuan yang pernah mengikuti program Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youth (JENESYS) berhasil membuktikan berprestasi di bidang akademis. Ia berhasil lulus dengan predikat sebagai wisudawan terbaik dengan IPK 3,85. Dalam skripsinya, Dania membahas tentang “Pengaruh Penambahan Kappa-Karagenan terhadap Kandungan Minyak pada Battered-Fried Fish Fillet”. Ia meneliti tentang salah satu manfaat dari produk turunan rumput laut, yaitu Kappa-Karagenan untuk menurunkan kandungan lemak pada produk hasil penggorengan. Dania menjelaskan, masyarakat Indonesia sangat akrab dan menyukai produk gorengan, namun produk tersebut memiliki kandungan lemak yang tinggi sehinggga dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Hal inilah yang membuat Dania untuk mencoba memecahkan masalah tersebut dengan menggunakan salah satu produk perikanan. Di samping rutinitas menjalani perkuliahan, Dania juga mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara UNAIR (PSUA). Terakhir, Dania bersama kawan-kawannya berhasil menjuarai The 3rd International Choir Competition Ave Verum di Baden, Austria, pada 22–25 Juni 2017. Selain itu, Dania juga memiliki bisnis wirausaha berupa produk perawatan kulit berbahan organik. “Saya memang sudah suka jualan sejak SMP. Ini mungkin sudah turunan dari eyang saya
yang suka dagang,” paparnya. Dalam hidup, ia berprinsip untuk rajin dan tekun belajar. Ia juga rajin berorganisasi dan menjalin jejaring dengan orang lain. Baginya, jejaring di kampus dan luar kampus adalah investasi untuk masa depan. (*) Penulis : Helmy Rafsanjani Editor : Defrina Sukma S.
Teliti Stem Cell untuk Gangguan Rahang, Ni Putu Mira Lulus Terbaik S-3 FK UNAIR UNAIR NEWS – Terapi pengobatan penyakit dengan stem cell sudah banyak dikembangkan. Salah satu penelitian lagi dikembangkan oleh Dr. Ni Putu Mira Sumarta, drg., Sp.BM, untuk tesisnya. Dalam menggali potensi pengobatan stem cell sebagai pengobatan Temporomandibular Disorder (TMD) itu, Mira memanfaatkan jaringan tali pusat. Tesis itu pula yang menunjang Mira sebagai wisudawan terbaik S-3 Ilmu Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas AIrlangga. TMD atau gangguan sendi rahang, merupakan keluhan yang banyak ditemukan di masyarakat. Suatu penelitian memperkirakan 20 sampai 30 persen populasi orang dewasa akan mengalami TMD. Salah satu penyebabnya adalah defek pada kartilago sendi temporomandibula. Penyakit ini dapat menimbulkan keluhan nyeri dan radang kronis. Berbagai metode yang telah dikembangkan belum memberikan hasil jangka panjang yang maksimal. Mira berharap, perkembangan terapi stem cell memberi harapan dalam
regenerasi kartilago sendi temporomandibula. Secara spesifik, penyebab TMD hingga kini belum ditemukan. Berdasarkan penelitian dari berbagai kasus, TMD disebabkan banyak factor; mulai dari usia, genetik, jenis kelamin, oklusi, hyperlaxity, kebiasaan parafungsional, trauma akut, bruxism, perawatan ortodonti, trauma, infeksi, kelainan imunologis, metabolik, neoplasia, kongenital atau developmental. “Pada literatur dilaporkan bahwa 30 sampai 50 persen populasi sekarang mengalami TMD, terutama pada kelompok umur 20-40 tahun,” kata Mira. TMD adalah sekelompok kelainan pada sendi rahang dan otot pengunyahan. Dalam kasusnya, TMD dibagi menjadi kategori muskular dan kartilago, dengan beberapa tanda dan gejala seperti nyeri, gangguan fungsi rahang, deviasi dan defleksi, keterbatasan rentang gerak sendi, bunyi pada sendi, rahang terkunci, sakit kepala, tinitus, hingga perubahan visual. Perempuan kelahiran Gianyar, 29 Maret 1978 ini fokus meneliti defek kartilago mandibula yang timbul karena trauma dengan implantasi HUCMSC (Human Umbilical Cord Stem Cell) pada scaffold Platelet Rich Fibrin. Keduanya diperoleh dari proses sentrifugasi darah vena autologous. Implantasi ini dilakukan pada defek kartilago mandibula tikus, dan ternyata terjadi regenerasi pada defek kartilago tersebut. Dalam disertasinya, Mira memanfaatkan stem cell yang dibiakkan dari tali pusat atau disebut HUCMSC itu. Dibandingkan dengan menggunakan sumsum tulang, menurut Mira, penggunaan HUCMSC terbukti menunjukkan diferensiasi osteogenik, kondrogenik, dan adipogenik. Bahkan beberapa penelitian menunjukkan potensi diferensiasi kondogenik HUCMSC lebih baik dibandingkan dengan MSC yang berasal dari sumsum tulang. ”Terjadinya regenerasi kartilago sendi temporomandibula dengan menggunakan implantasi stem cell dari tali pusat (HUSMC) lebih
baik dibandingkan dengan MSC yang berasal dari sumsum tulang,” katanya. (*) Penulis : Sefya Hayu Istighfaricha Editor: Deferina Sukma S.
Kiprah Prof Bambang Irawan Melestarikan Spesies UNAIR NEWS – Prof. Dr. Bambang Irawan merupakan Guru Besar bidang ilmu Biologi dan Karsinologi Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga. Lahir di Purwodadi Grobogan Jawa Tengah pada 5 April 1955. Bambang mulai mendalami ilmu Biologi pada tahun 1981 sebagai mahasiswa S1 Jurusan Biologi Universitas Gadjah Mada, diakhir masa studi S1, ia melakukan penelitian mengenai komunitas burung di Muara Sungai Progo, Yogjakarta. Tahun 1991, Prof Bambang melanjutkan studi S2 di Universitas Ehime, tesis yang ia tulis diakhir studi masternya berkenaan dengan topik hubungan interaksi antar dua jenis ketam dalam kaitannya dengan toleransi terhadap salinitas dan kekeringan. Jenjang S3 dijalankan pada tahun 1994, di Universitas Tohoku. “Saat menyelesaikan doktor saya menggambil topik disertasi yang berkaitan dengan mekanisme spesiasi pada ketam muara,” terangnya. Pada 2013, Bambang resmi dilantik sebagai Guru Besar di FST UNAIR. Perjalanan tersebut diiringi dengan banyak pengalaman dan pengabdian. Pada 1982, ia menjadi asisten ahli madya di Fakultas Kedokteran. Empat tahun selanjutnya, ia berpindah menjadi asisten ahli di Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam yang kini menjadi FST. Selama menjadi dosen, Bambang juga pernah dan masih mengajar beberapa mata kuliah di Departemen Biologi, diantarnya General biology, Molecular Genetics, Biosystematics, Carcinology, Abiotic Environments, Population Biology, Ecological Data Analysis dan masih banyak lagi. Profesor yang juga tergabung dalam perhimpunan biologi Indonesia tersebut juga memiliki beberapa karya yang ia jadikan buku dan masih berkaitan dengan kepakarannya dalam ilmu biologi. Di antaranya, Lingkungan Abiotik jilid: Atmosfer, Hidrosfer, Litosfer (2015); Karsinologi dengan Penjelasan Deskriptif dan Fungsional (2013); Genetika; Penjelasan Mekanisme Pewarisan Sifat (2010); Teori dan Praktik Ekologi (2008); Genetika Molekuler (2008) dan lain sebagainya. Sementara itu, dalam hal riset, Bambang memiliki bidang riset tersendiri. Di antaranya, identifikasi kepiting, udang, dan tokek. “Mempelajari Ilmu Biologi Populasi pada dasarnya juga mempelajari bagaimana perkembangan populasi jenis spesies yang ada di alam sekitar. Yang nantinya, dapat dijadikan pedoman untuk melestarikan spesies tersebut melalui kebijakan konservasi,” kata dia saat disinggung apa peran penting kajian yang sedang dia dalami. Mengenai ilmu karsinologi sendiri merupakan ilmu yang mempelajari segala aspek yang berhubungan dengan hewan anggota subfilum Crustacea. Berdasarkan pengalaman melakukan penelitian, Bambang melihat bahwa terdapat banyak macam anggota hewan Crustacea. Ditambah lagi pergerakan setiap jenis umumnya berbeda dan masih banyak aspek lainnya yang menarik untuk ditelaah. (*) Penulis: Rio F. Rachman Editor: Nuri Hermawan
Esti Yunitasari Wisudawan Terbaik FKM, Dessy Wulansari S1 Psikologi UNAIR NEWS – Berawal dari profesinya saban hari, timbul motivasi besar dari Esti Yunitasari untuk mengambil tema disertasinya tentang kesehatan perempuan dalam kaitan dengan penyakit kanker serviks. Ternyata, disertasi itulah yang ikut mengantar Esti menjadi wisudawan terbaik S-3 Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga. Ia meraih IPK 3,96.
Esti Yunitasari wisudawan terbaik S-3 Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dengan IPK 3,96. (Foto: Istimewa) Dosen Fakultas Keperawatan UNAIR yang mengampu mata kuliah
Maternity Nursing ini, mengangkat disertasi “Pengembangan Model Asuhan Keperawatan Koping Berbasis Adaptasi Roy dalam Upaya Meningkatkan Resiliensi Pasien Kanker Serviks Post Radikal Histerectomy yang mendapatkan Kemoterapi.” “Sebagai perawat saya punya empati terhadap perempuan yang terkena kanker serviks. Jadi saya berusaha meningkatkan resiliensi terhadap kondisinya. Harapan saya meski perempuan itu menjadi survivor cancer tetapi secara peran fungsi sebagai perempuan tidak terganggu,” jelasnya. Melihat perkembangan penyakit kanker serviks di Indonesia yang menduduki peringkat pertama penyebab kematian perempuan, Esti berhasil meningkatkan resiliensi dengan menggunakan pengembangan Model Adaptasi Roy. Yakni dengan model ini berhasil meningkatkan resiliensi pasien kanker yang bertujuan dapat digunakan sebagai upaya menurunkan angka mortalitas dan morbiditas bagi perempuan yang menderita kanker serviks. Esti menjalankan peran sebagai seorang ibu, istri, dosen, perawat, dan aktif dalam organisasi perawat maternitas Jatim. Meski demikian, tak menghalanginya untuk berprestasi di bidang akademik. Meski banyak kendala yang ia alami saat perkuliahan, ia optimis dengan yang dijalani. Sebab ia percaya, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan doa dan usaha. “Selama kuliah S-3, ini pasti ada masalah dan kendala. Tapi saya terus berikhtiar mencari inspirasi untuk memecahkan masalah. Sebab, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Jadi harus semangat, berusaha dan berdoa. Sejatinya berprestasi bukan hanya sekedar prestasi akademik semata, tetapi juga prestasi dalam bidang lainnya,” tambahnya. Makanan Instan’ Tak Menyehatkan
Dessy Wulan Sari wisudawan terbaik S-1 Fakultas Psikologi Universitas Airlangga dengan IPK 3,68. (Foto: Istimewa) SEDANGKAN
Dessy
Wulan
Sari
tertarik
dengan
topik
work
engagement sebagai satu aspek penting mendorong keberhasilan perusahaan/organisasi.Dari skripsinya yang berjudul “Hubungan antara Persepsi pada Leader -Member Exchange (LMX) dengan Work Engagement pada Karyawan Tetap Non-Manajerial di Rumah Sakit Bedah Surabaya” ikut mengantarkan meraih predikat wisudawan terbaik S-1 Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Ia meraih IPK 3,68. Dalam penelitiannya, dara kelahiran Surabaya tahun 1993 ini mengungkap, isu kepemimpinan menjadi hal yang cenderung dikeluhkan banyak karyawan. Sebanyak 43% dari karyawan responden merasa tidak puas dengan pimpinannya. Karena itu ia tertarik mengkaji hubungan antara persepsi pada LMX dengan tingkat work engagement pada karyawan tetap non-manajerial di Rumah Sakit Bedah Surabaya. “Orang tua terus menyemangati saya untuk segera menyelesaikan studi,” kata anggota Paduan Suara UNAIR ini. Diakui, bukan hal
mudah meneliti work engagement dalam instansi/perusahaan. Sebab penelitian ini berkaitan dengan data krusial, seperti turnover, review kinerja karyawan, feedback customer, dan beberapa data lain. Tapi akhirnya pihak RS bersedia. Saat presentasi hasil skripsinya, Dessy sempat merasa kurang percaya diri dengan penelitian ini dan beberapa kali mengalami kejadian tidak mengenakkan, diantaranya kehilangan data kuantitatif yang sudah diolah. “Saya sangat bersyukur karena semua hambatan bermunculan, kini terbayar dengan hasil akhirnya. Melelahkan, tapi pengalaman saya dua semester melakukan penelitian itu cukup membuat saya berproses,” paparnya. Pesan Dessy kepada mahasiswa yang masih berproses, bahwa apapun yang kita kerjakan, nikmatilah prosesnya. Karena ‘makan yang instan’ itu tak selalu menyehatkan. Jadi berproseslah. ”Making a mistake is a proof that we have tried. Itu wajar. Tapi jangan terus bertoleransi dengan kesalahan yang sama. Itu menunjukkan kita tidak belajar dari pengalaman,” tuturnya. (*) Penulis: Disih Sugianti & Lovita Marta Fabela Editor: Bambang ES
Teliti Politik dari Psikologi, Amanda Cumlaude
Mata Raih
UNAIR NEWS – Keadaan politik bisa dikaji dengan beragam kajian ilmu, salah satunya ilmu psikologi. Hal tersebut dibuktikan oleh Rr. Amanda Pasca Rini. Bermula saat ia melihat banyaknya
tindakan agresivitas yang sering terjadi di seluruh pelosok Indonesia pada saat Pemilihan Umum (Pemilu), ia meneliti keadaan politik tersebut melalui sudut pandang psikologi. Dengan disertasi yang berjudul “Pengaruh Private Conformity, Fanatisme, Group Self Esteem, dan Kepatuhan Pada Otoritas Terhadap Agresivitas Partisan Parpol”, perempuan yang akrab disapa Amanda ini dinyatakan lulus program doktor di Fakultas Psikologi UNAIR dengan predikat cumlaude, setelah mampu menjawab berbagai sanggahan pada sidang terbuka pada Jumat, (6/1). Terkait penelitiannya, Amanda mengatakan bahwa tahun 2004 merupakan awal kebangkitan bagi Indonesia menuju negara demokratis. Seharusnya, Indonesia menjadi lebih baik karena adanya Pemilu, sehingga masyarakat dapat memilih langsung pemimpin yang mereka percayai. Namun, acap kali partai politik (parpol) yang kalah dalam proses pemilu justru akan menyerang kubu lawan yang memenangkan Pemilu. Berangkat dari latar belakang itulah, Amanda mencoba mencari jalan keluar dari persoalan yang ada. “Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), Pemilihan Legislatif (Pileg), maupun Pemilihan Presiden (Pilpres) sering diwarnai agresivitas. Mereka saling memukul, merusak fasilitas umum, dan lainnya. Ini membuat saya ingin menganalisis apa yang membuat mereka menjadi agresif,” jelasnya. Butuh waktu selama 9 semester sebelum akhirnya Amanda berhasil menjadi lulusan doktor ke-12 di Fakultas Psikologi UNAIR. Perjalanan Amanda dalam menyelesaikan pendidikannya tentu saja tidaklah mudah. Karena selain kuliah S-3, Amanda juga menjadi pengajar di Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus Surabaya (UNTAG), Reviewer di Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), dan Pengurus di Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Jatim. Kendati banyaknya kegiatan yang harus diselesaikannya, hal
tersebut tak berkomunikasi mendukungnya. baginya untuk
menjadi persoalan baginya, karena ia selalu dan berkoordinasi dengan orang-orang yang selalu Sehingga kendala tersebut bukanlah penghalang menyelesaikan studi.(*)
Penulis : Pradita Desyanti Editor : Dilan Salsabila
Pakar UNAIR Tegaskan Garis Besar Hukum Bisnis dan HAM UNAIR NEWS – Berbicara mengenai hukum bisnis dan Hak Asasi Manusia (HAM), Universitas Airlangga memiliki salah satu putra terbaiknya yang memiliki kepakaran di bidang tersebut. Pakar hukum tersebut adalah Iman Prihandono, S.H., LL.M., Ph.D. Laki-laki yang akrab disapa Iman tersebut merupakan putra asil UNAIR lulusan Program Sarjana Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum UNAIR tahun 1998. Kemudian Iman merampungkan studi magisternya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada tahun 2002. Setelah menyelesaikan studi S1 dan S2 di Indonesia, ketekunan Iman pada bidang hukum internasional mengantarkanya untuk melanjutkan pendidikan di Sydney Law School, University of Sydney Australia pada tahun 2007. Kemudian ia melanjutkan studi doktoralnya di Macquarie Law School, Macquarie University, Australia pada tahun 2013. “Saat menempuh studi master dan doktoral di Australia inilah, saya mulai mendalami bagian dari hukum internasional yakni bidang hukum bisnis dan HAM,” jelasnya. Terkait dengan korelasi keilmuan hukum bisnis dan HAM, Iman mengatakan bahwa keduanya merupakan bidang ilmu yang saling
berkaitan. “Hukum bisnis dan HAM itu mengajarkan kita tentang bagaimana bisnis itu bisa menghormati HAM,” pungkasnya. Iman yang juga menjabat sebagai sekretaris Majelis Wali Amanat (MWA) UNAIR kerap mempublikasikan berbagai karya ilmiahnya dalam berbagai jurnal. Selain itu, kepakaran Iman dalam Hukum Bisnis dan HAM juga ia terapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Tercatat, ia pernah melakukan penyuluhan bidang hukum di Dalegan Gresik pada tahun 2005 mengenai perlindungan hukum bagi tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Pada tahun 2013, ia juga pernah memberikan penyuluhan hukum tentang kekebalan diplomatik dan konsuler bagi organisasi masyarakat dan organisasi mahasiswa Se-Surabaya. Terakhir, pada tahun 2015 ia juga memberi pelatihan bagi pengacara di Jayapura. Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma S
Bermanfaat untuk Sesama, Cita-cita Miranti, Wisudawan Terbaik FST UNAIR UNAIR NEWS – Miranti Puspitasari, M.Si patut berbangga. Kerja kerasnya dalam mendalami ilmu Kimia jenjang pendidikan S2 (Master) di Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga mengantarkannya sebagai wisudawan terbaik periode September 2016. Ia meraih IPK 3,95. Berangkat dari keinginan awal yang sangat idealis, yakni
mengembangkan kesejahteraan sesama manusia melalui riset, Miranti semakin menyadari tentang perlunya ilmu kimia untuk menanggulangi kerusakan lingkungan akibat industri. Sehingga tekadnya semakin bulat untuk mendalami riset tentang kimia tersebut. “Kesuksesan seorang manusia tidak hanya diukur melalui materi, namun juga seberapa besar sumbangsihnya bagi kesejahteraan manusia lainnya,” katanya kepada UNAIR News. Bidang biokimia yang ia tekuni di FST UNAIR memang sedikit menyimpang dari yang ditekuninya pada studi S1-nya, yakni kimia anorganik. Namun ia tetap menunjukkan hasil cemerlang dalam penelitian untuk tesisnya yang berjudul “Deteksi Gen dan Uji Aktivitas Enzim Katabolik dari Actinobacillus sp. P3(7) terhadap substrat hidrokarbon”. Penelitian itu mengkaji kemampuan bakteri hidrokarbon oklastik dalam mendegradasi senyawa-senyawa hidrokarbon. Penelitian dengan menggunakan isolat bakteri itu, awalnya cukup menyulitkan. Ia perlu beberapa kali mengulang metode untuk meremajakan bakteri agar sesuai dengan kondisi suhu ruang, hal itu karena pada saat penelitian, perubahan suhu di Surabaya sempat ekstrim. Tentu saja berpengaruh pada proses penumbuhan bakteri dan mengakibatkan bakteri tidak dapat hidup dan berkembang dengan baik. Namun dengan kesabaran dan keuletannya, ia bisa melalui semua itu. Kedisiplinan mengatur waktu, semangat, penuh tanggungjawab, dan ikhlas, adalah kunci suksesnya. Namun diatas semua itu, ibadah dan memohon kepada Tuhan YME adalah yang utama. Ditambah dengan dukungan orangtua dan teman-teman, membuat Miranti ingin memberikan hasil yang terbaik ini. Meski juga aktif dalam kegiatan non-akademik, toh ia tetap berprestasi. “Kewajiban utama mahasiswa adalah belajar, namun akan lebih baik jika mahasiswa juga meluangkan waktu mengikuti kegiatan kampus yang bermanfaat seperti organisasi, olahraga, relawan,
atau kegiatan kerohanian. Karena belajar berkomunikasi dengan baik didapatkan saat kita sering berinteraksi dengan masyarakat luas,” pungkas Miranti, meyakinkan. (*) Penulis; Okky Putri Rahayu Editor: Bambang ES