TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG VITAMIN A PADA BALITA DI POLINDES SINGOSARI MOJOSONGO BOYOLALI TAHUN 2012
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh : TIYAS FAJRIA AGUSTYANI NIM : B09 114
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Vitamin A Pada Balita Di Polindes Singosari Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali tahun 2012”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKES Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si , selaku Ketua STIKES Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Dheny Rohmatika, S. SiT, selaku Ka. Prodi D III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta sekaligus Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis. 3. Ibu Sutarti, Amd. Keb, selaku bidan Polindes Singosari, yang telah memberikaan izin serta membantu dalam penelitian ini. 4. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan. 5. Ibu-ibu yang mempunyai balita di Polindes Singosari Mojosongo Boyolali yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta,
Penulis
Juni 2012
Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juli 2012 Tiyas Fajria Agustyani B09 114
xiv + 51 halaman + 16 lampiran + 8 tabel + 2 gambar ABSTRAK Latar Belakang : Penelitian yang telah dilakukan WHO menunjukkan dari 20 juta balita di Indonesia setengahnya menderita kekurangan vitamin A. Sedangkan data dari WHO Indonesia merupakan salah satu negara yang pemenuhan vitamin A tergolong rendah. Vitamin A bermanfaat untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, karena vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Kekurangan vitamin A menyebabkan rabun senja dan xeropthalmia karena terjadi kekeringan pada selaput bening kornea mata. Tujuan : adalah untuk mengetahui pengetahuan ibu-ibu tentang vitamin A pada balita dalam tingkatan baik, cukup baik dan kurang baik. Metode Penelitian : Jenis penelitian adalah Diskriptif kuantitatif, lokasi penelitian diambil di Polindes Singosari Mojosongo Boyolali pada tanggal 20 Mei dan tanggal 13 Juni 2012. Jumlah populasi sebanyak 73 orang. Jumlah sampel sebanyak 73 responden, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, sedangkan untuk analisa data menggunakan analisis univariat. Hasil Penelitian : Dari penelitian didapatkan hasil 15 responden (20,5%) termasuk dalam tingkat pengetahuan baik. Sebagian besar responden yaitu 47 responden (64,4%) termasuk dalam tingkat pengetahuan cukup baik. Sebesar 11 responden (15,1%) termasuk dalam tingkat pengetahuan kurang baik. Kesimpulan : Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup baik tentang vitamin A pada balita yaitu sebanyak 47 responden (64,4%). Hai ini dipengaruhi oleh sosial budaya dan pengalaman responden. Kata Kunci : Pengetahuan, Ibu, Balita, Vitamin A. Kepustakaan : 19 literatur (Tahun 2004 s/d 2012)
MOTTO v Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu amat baik bagimu (QS. Al Baqorah, 216) v Semoga jalan keluar terbuka bagi kita, semoga kita bisa mengobati jiwa kita dengan doa, Janganlah engkau putus asa manakala kecemasan yang menggenggam jiwa menimpa. Saat yang paling dekat dengan jalan keluar adalah ketika telah terbentur pada putus asa (Ali Bin Abi Tholib) v Belajar dari masa lalu Hidup untuk sekarang Berharap untuk masa depan (Penulis) v Berlaga tuli dari orang-orang yang meragukan dan mencemooh kemapuan kita. Buktikan bahwa kita bisa (Penulis) v Beri satu kunci untuk mengenal hidup, jadikan setiap langkah kita sebagai ibadah. Insya Allah kita akan tahu tujuan hidup yang sesungguhnya v Banyak kreatifitas menjadi hancur lebur gara-gara tidak tahan menahan pujian sehingga lupa pada tujuan PERSEMBAHAN Dengan segala rendah hati, karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan kepada : v Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini v Bapak, Ibu, adikku Rinta dan Nanda serta keluarga besar saya yang tiada henti memberikan doa, dukungan dan cinta kasihnya selama ini v Pembimbing saya, bu Dheny Rohmatika yang telah sabar membimbing dan memberi masukan serta kritikan kepada saya hingga terselesainya karya tulis ilmiah ini v Anggara Agus Nugraha yang selalu memberikan support dalam setiap langkahku, love you….. v Sahabat-sahabatku Elin, Aziza, Lidya, Risma, Lia, Ambar dan Dian yang selalu mendukung perjalanan hidup ku v Teman-teman seperjuangan DIII Kebidanan yang telah membantu dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini v Almamaterku tercinta STIKES KUSUMA HUSADA
CURICULUM VITAE
Nama
: Tiyas Fajria Agustyani
Tempat / Tanggal Lahir
: Klaten, 06 September 1991
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Mangun Suparnan RT 09/ RW 05, Janti, Polanharjo, Klaten
Riwayat Pendidikan : 1. SD N 01 Janti, Polanharjo, Klaten
LULUS
TAHUN 2003 2. SMP N 02 Tulung, Klaten
LULUS
TAHUN 2006 3. SMU N 01 Polanharjo, Klaten
LULUS
TAHUN 2009 4. Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta ANGKATAN 2009/2010
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... ..
iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................
iv
ABSTRAK ....................................................................................................
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN...............................................................
vii
CURICULUM VITAE .................................................................................
viii
DAFTAR ISI .................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL................................................................................ ........
xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xiv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................
1
B. Perumsan Masalah ................................................................
3
C. Tujuan Penelitian ..................................................................
3
D. Manfaat Penelitian ................................................................
4
E. Keaslian Penelitian ................................................................
5
F. Sistematika Penulisan ...........................................................
6
BAB II
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori .......................................................................
8
1. Pengetahuan .......................................................................
8
2. Balita .................................................................................
14
3. Vitamin ..............................................................................
17
4. Vitamin A ...........................................................................
19
B. Kerangka Teori .....................................................................
28
C. Kerangka Konsep Penelitian .................................................
29
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................
30
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................
30
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ............
31
D. Instrumen Penelitian ..............................................................
33
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................
37
F. Variabel Penelitian ................................................................
38
G. Definisi Operasional ..............................................................
38
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ...................................
39
I. Etika Penelitian ......................................................................
41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum ....................................................................
43
B. Hasil Penelitian ........................................................................
43
C. Pembahasan .............................................................................
46
D. Keterbatasan ............................................................................
48
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..............................................................................
49
B. Saran ........................................................................................
50
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 RDA Vitamin A untuk Indonesia...........................................
21
Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Vitamin A..................................................
22
Tabel 2.3 Bahan Makanan Sumber Vitamin A/Karotin...........................
25
Tabel 2.4 Bahan Makanan Sumber Vitamin A/Karotin...........................
26
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner....................................................................
34
Tabel 3.2 Definisi Operasional.................................................................
39
Tabel 4.1 Data Hasil Perhitungan Mean dan Standar Deviasi…………
44
Tabel 4.2 Hasil Penelitian.........................................................................
45
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kerangka Teori.....................................................................
28
Gambar 2.2 Kerangka Konsep.................................................................
29
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 2. Surat Perizinan Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Perizinan Studi Pendahuluan Lampiran 4. Surat Perizinan Uji Validitas Lampiran 5. Surat Balasan Uji Validitas Lampiran 6. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Lampiran 7. Kuesioner Lampiran 8. Kunci Jawaban Kuesioner Lampiran 9. Surat Perizinan Penggunaan Lahan Lampiran 10. Surat Balasan Penggunaan Lahan Lampiran 11. Surat Pengantar Responden Lampiran 12. Surat Persetujuan Responden Lampiran 13. Hasil Penelitian Lampiran 14. Hasil Perhitungan Mean dan Standar Deviasi Lampiran 15. Tabel Nilai r Product Moment Lampiran 16. Lembar Konsultasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Vitamin A adalah zat gizi yang paling esensial, hal itu dikarenakan konsumsi makanan kita belum mencukupi dan masih rendah sehingga harus dipenuhi dari luar. Kekurangan vitamin A (KVA) akan meningkatkan kesakitan dan kematian, mudah terserang penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia, dan akhirnya kematian. Akibat lain yang paling serius dari kekurangan vitamin A (KVA) adalah rabun senja yaitu betuk lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea mata dan kebutaan. Vitamin A bermanfaat untuk menurunkan angka kesakitan angka kematian, karena vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti campak, diare, dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) (Almatsier, 2009). Pada balita vitamin A sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan gigi yang kuat, untuk penglihatan yang normal, membantu memelihara kulit yang sehat dan mencegah lapisan mulut, hidung, paru-paru dan saluran kencing dari kuman penyakit. Vitamin A yang diberikan pada balita juga berfungsi untuk mengatur sistem kekebalan (immunesystem), dimana sistem kekebalan badan ini membantu mencegah atau melawan penyakit dengan membuat sel darah putih yang menghapuskan bakteri dan virus. Akibat lain yang lebih serius dari kekurangan vitamin A adalah buta 1
2
senja dan xeropthalmia karena terjadi kekeringan pada selaput lendir dan selaput bening kornea mata. Upaya perbaikan status vitamin A harus dimulai pada balita terutama pada anak yang menderita kekurangan vitamin A (Depkes RI, 2005). WHO memperkirakan 12 orang menjadi buta setiap menit di dunia dan 4 diantaranya berasal dari Asia Tenggara (Siswanto, 2007). Penelitian yang telah dilakukan WHO pada tahun 1992 menunjukkan dari 20 juta balita di Indonesia dari umur enam bulan hingga lima tahun, setengahnya menderita kekurangan vitamin A. Sedangkan data WHO tahun 1995 Indonesia merupakan salah satu negara yang pemenuhan vitamin A tergolong rendah (Siswanto, 2007). Departemen Kesehatan sendiri telah gencar melakukan program penanggulangan kekurangan vitamin A sejak tahun 1970-an. Dari catatan Depkes, tahun 1992 bahaya kebutaan akibat kekurangan vitamin A mampu diturunkan secara signifikan. Berdasarkan studi masalah gizi mikro di 10 propinsi tahun 2006 diketahui cakupan pemberian vitamin A pada balita mencapai lebih dari 80%. Cakupan pemberian vitamin A kembali menurun pada tahun 2007 yaitu sebesar 60% (Siswanto, 2007). Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Polindes Singosari, Mojosongo, Boyolali pada bulan Januari diketahui bahwa jumlah balita 73 orang, balita yang mendapat vitamin A sebanyak 51 balita (70%) dan yang tidak mendapatkan vitamin A sebanyak 22 balita (30%),
3
selain itu dari survei pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan wawancara pada 10 ibu balita diketahui bahwa 6 orang ibu mempunyai pengetahuan yang kurang baik tentang vitamin A, 3 orang ibu balita mempunyai pengetahuan yang cukup tentang vitamin A dan 1 orang ibu balita mempunyai pengetahuan yang baik tentang vitamin A. Berdasarkan data diatas, masih banyak ibu-ibu yang belum memahami pentingnya vitamin A untuk balita. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Vitamin A Pada Balita di Polindes Singosari Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali tahun 2012”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut, “Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Vitamin A pada Balita di Polindes Singosasi Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali ?”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A pada balita di Polindes Singosari Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali.
4
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang vitamin A pada balita dalam tingkat baik. b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang vitamin A pada balita dalam tingkat cukup baik. c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang vitamin A pada balita dalam tingkat kurang baik.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Diharapkan hasil penelitian ini menjadi penilaian kearah yang lebih baik bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang telah ada. 2. Bagi penulis a. Mendapatkan pengalaman nyata dari kegiatan penelitian dan dalam membuat karya tulis. b. Dapat mengetahui secara langsung tingkat pengetahuan ibu balita tentang vitamin A pada balita dan mempraktekkan ilmu yang diperoleh selama pendidikan. 3. Bagi Institusi a. Polindes Diharapkan agar penelitian ini dapat digunakan sebagai masukkan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan di Polindes
5
Singosari terhadap pengetahuan dan pelaksanaan pemberian vitamin A pada balita. b. Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya pemberian vitamin A pada balita.
E. Keaslian Penelitian Sejauh yang peneliti ketahui sudah ada penelitian tentang tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A antara lain : Dian Kusumadewi (2009), “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Asupan Vitamin A pada Anak Usia 6–59 bulan di Kalurahan Kalibanteng Kulon Kecamatan Semarang.“ Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 45 responden. Teknik pengambilan sampel dengan cara simple random sampling. Instrumen yang digunakan adalah quesioner. Hasil penelitian ini adalah
tingkat
pengetahuan responden tentang asupan vitamin A pada anak usia 6-59 bulan yaitu 37 responden (81,3%) dalam kategori baik, 4 responden (9,4%) responden dalam kategori cukup dan 4 responden (9,3%) dalam kategori kurang. Hal-hal
yang
membedakan
penelitian
ini
dengan
penelitian
sebelumnya terletak pada teknik pengambilan sampel, lokasi dan waktu penelitian.
6
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini secara umum terdiri dari 5 BAB yang berurutan meliputi : BAB I
PENDAHULUAN Pada bab ini menampilkan gambaran tentang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini menjelaskan tentang teori–teori yang relevan dengan masalah yang diteliti meliputi pengetahuan, balita, vitamin dan vitamin A. Kerangka teori dan kerangka konsep.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini berisikan jenis dan rancangan penelitian, lokasi, waktu penelitian, populasi, sampel, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, definisi operasional, metode pengolahan data, analisis data dan etika penelitian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini berisikan gambaran umum, hasil penelitian yang telah dilakukan, pembahasan dari hasil penelitian serta keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan.
7
BAB V
PENUTUP Dalam bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran dari penulis.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah hasil tau yang berasal dari proses pengindraan manusia terhadap obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan dasar yang paling penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan adalah kumpulan fakta, informasi dan ketrampilan yang dapat diperoleh melalui pengamatan atau pendidikan atau pemahaman teoritis atau praktis dari subyek (Summary, 2007).
b. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan (Notoatmodjo, 2007), yaitu : 1) Tahu (know) Tahu artinya sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
9
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh
sebab
itu
“tahu”
merupakan
tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyangka dan sebagainya. 2) Memahami (comprehension) Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat
menjelaskan,
memberi
contoh,
menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. 3) Aplikasi (application) Aplikasi
diartikan
sebagai
kemampuan
untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau pada kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam situasi yang lain. 4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan
10
masih ada kaitannya satu dengan yang lain. Kemampuan ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja. 5) Sintesis (syntesis) Sintesis adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang ditentukan sendiri atau berdasarkan kriteria yang sudah ada.
c. Sumber-sumber pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007), terdapat beberapa sumber pengetahuan antara lain sebagai berikut: 1) Kepercayaan berdasarkan tradisi, adat, dan agama Berbentuk norma dan kaidah baku yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam norma dan kaidah itu terkandung pengetahuan yang kebenarannya tidak dapat dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik untuk diubah begitu saja. Jadi, harus diikuti dengan tanpa keraguan dan percaya secara bulat. Pengetahuan yang
11
bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap (mapan) tetapi subjektif. 2) Pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang lain Pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orangtua, guru, ulama, orang yang dituakan, dan sebagainya. Apa pun yang mereka katakan, benar atau salah, baik atau buruk, dan indah atau jelek, pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik. Karena kebanyakan orang telah mempercayai mereka sebagai orang-orang yang cukup berpengalaman dan berpengetahuan lebih luas. Sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi persoalannya terletak pada sejauh mana orang-orang itu bisa dipercaya. Lebih dari itu, sejauh mana kesaksian pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran dan pengalaman kesaksiannya
yang
telah
adalah
teruji
kebenarannya.
kebohongan,
hal
ini
Jika akan
membahayakan kehidupan manusia dan masyarakat itu sendiri. 3) Pengalaman Bagi manusia, pengalaman adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan
12
mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan bisa pula melakukan kegiatan hidup. 4) Akal pikiran Berbeda dengan panca indera, akal pikiran memiliki sifat lebih rohani. akal pikiran mampu menangkap hal-hal yang metafisis, spiritual, abstrak, universal, yang seragam dan
yang
bersifat
tetap.
Akal
pikiran
cenderung
memberikan pengetahuan yang lebih umum, objektif dan pasti.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut
Notoatmodjo
(2007),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah : 1) Pendidikan, konsep pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. 2) Informasi, dengan memberikan informasi kebiasaan hidup sehat dan cara mencegah penyakit diharapkan akan terjadi tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan individu, kelompok sasaran berdasarkan kesadaran dan kemauan individu yang bersangkutan.
13
3) Sosial budaya, manusia mempelajari perilaku dari orang lain dilingkungan
sosialnya.
Hampir
segala
sesuatu
yang
dilakukannya bahkan apa yang dipikirkan berkaitan dengan orang lain dan dipelajari dari lingkungan sosial budaya. 4) Pengalaman, pengalaman yang disusun secara sistematis oleh otak maka hasilnya adalah pengetahuan. Semua pengalaman pribadi dapat merupakan sumber pengetahuan untuk menarik kesimpulan dan pengalaman. 5) Sosial
ekonomi, tingkat
kemampuan
seseorang untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Semakin tinggi kemampuan sosial ekonomi semakin mudah seseorang dalam mendapatkan pengetahuan.
Pengetahuan
juga
dapat
diperoleh
dari
kenyataan, dari melihat dan mendengar sendiri serta melalui alat-alat komunikasi, misalnya dengan membaca surat kabar, mendengarkan radio, menonton film atau televisi.
e. Cara pengukuran tingkat pengetahuan Pengukuran
pengetahuan
dapat
dilakukan
dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pengetahuan tersebut (Notoatmodjo, 2007).
14
Menurut Riwidikdo (2009), Tingkat pengetahuan dapat dikategorikan dalam beberapa kategori berdasarkan aturan normatif yang menggunakan rata-rata (mean) dan simpangan baku atau standar deviation (SD), antara lain : 1) Baik, bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD 2) Cukup, bila nilai mean – 1 SD [mean + 1 SD 3) Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD
2. Balita a. Pengertian Balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas satu tahun atau lebih populer dengan pengertian usia anak dibawah lima tahun (Muaris, 2006). Dalam pengertian lain balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Pada masa ini perkembangan berbicara dan berjalan balita sudah bertambah baik, Namun kemampuan yang lain masih terbatas (Sutomo dan Anggraeni, 2010). Masa Balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan dimasa ini menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan
15
perkembangan diperiode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan (Sutomo dan Anggraeni, 2010). Anak balita juga merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat gizi dan jumlahnya dalam populasi besar (Notoatmodjo, 2007).
b. Perkembangan pada Balita 1) Perkembangan Fisiologik Kekuatan otot, koordinasi motorik dan stamina balita meningkat
secara progresif. Balita mampu
melakukan
gerakan-gerakan dengan pola yang lebih kompleks, sehingga memacu melakukan aktivitas fisik (Sulisyoningsih, 2011). Presentasi lemak tubuh mencapai minimum 16% pada perempuan dan 13% pada laki-laki, peningkatan lemak tubuh pada balita merupakan bagian dari pertumbuhan dan perkembangan yang normal (Sulistyoningsih, 2011). 2) Perkembangan Kognitif Kemampuan berbahasa yang tumbuh pada masa balita dengan cepat mendukung pertumbuhan dan perkembangan kognitif selanjutnya, sehingga memberi balita akses terhadap
16
pengetahuan yang lain dan membuatnya mampu untuk berbagi pikiran dan pembelajaran yang lebih luas (Shaleh, 2009).
c. Kebutuhan gizi pada balita Anak balita juga merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kg berat badannya. Balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi (Sediaoetama, 2010). Menurut Sulistyoningsih (2011), Zat gizi yang dibutuhkan balita per hari antara lain: 1)
Kebutuhan energi
: 1000-1550 Kkal
2)
Kebutuhan protein
: 25-39 gr
3)
Kebutuhan vitamin A
: 400-450 RE
4)
Kebutuhan vitamin D
: 5 ug
5)
Kebutuhan vitamin E
: 6-7 mg
6)
Kebutuhan vitamin K
: 15-20 ug
7)
Kebutuhan vitamin B12
: 0,9-5 ug
8)
Kebutuhan vitamin C
: 40-45 m
9)
Kebutuhan asam folat
: 150-200 ug
10) Kebutuhan kalsium
: 500 mg
11) Kebutuhan zat besi
: 8-9 mg
12) Kebutuhan yodium
: 90-120 ug
17
3. Vitamin a. Pengertian Vitamin Vitamin adalah zat–zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu, harus didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan yang salah (Almatsier, 2009). Vitamin adalah suatu zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah-jumlah relatif kecil dan harus didatangkan dari luar. Vitamin tidak dapat disintesa di dalam tubuh, sehingga harus disediakan dari luar, biasanya dengan mengkonsumsi makanan (Sediaoetama, 2010).
b. Manfaat Vitamin Manfaat vitamin secara umum sangat berhubungan erat dengan fungsi enzim. Enzim merupakan katalisator organik yang menjalankan dan mengatur reaksi–reaksi biokimiawi di dalam tubuh (Sediaoetama, 2010).
18
Vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi, pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, pada umumnya sebagai koenzim atau sebagai bagian dari enzim. Sebagian besar koenzim terdapat dalam bentuk apoenzim, yaitu vitamin yang terikat dengan protein. Hingga sekarang fungsi biokimia beberapa jenis vitamin belum diketahui dengan pasti (Almatsier, 2009).
c. Kebutuhan Vitamin Masing–masing vitamin dibutuhkan tubuh dalam jumlah tertentu. Terlalu banyak maupun terlalu sedikit yang tersedia bagi badan, memberikan tingkat kesehatan yang kurang. Bila terlalu banyak vitamin dikonsumsi, akan terjadi gejala–gejala yang merugikan dan kondisi yang demikian disebut hypervitaminosis. Sebaliknya bila konsumsi vitamin tidak memenuhi kebutuhan akan terjadi juga gejala–gejala yang merugikan dan kondisi tersebut disebut avitaminosis (Sediaoetama, 2010).
d. Macam-Macam Vitamin Sebelum mengetahui susunan kimianya, vitamin diberi nama menurut abjad (A,B,C,D,E dan K). Vitamin B ternyata terdiri dari beberapa unsur vitamin. Penelitian-penelitian kemudian membedakan vitamin dalam dua kelompok, yaitu vitamin yang
19
larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, K dan vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B dan C (Almatsier, 2009).
4. Vitamin A a. Pengertian Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak, terdapat dalam minyak ikan, keju, kuning telur, sayuran berwarna hijau dan kemerah–kemerahan, seperti wortel dan tomat. Vitamin A merupakan zat gizi penting yang larut dalam lemak dan disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar (essensial), berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit (Depkes RI, 2005). Vitamin A adalah vitamin larut dalam lemak yang pertama kali ditemukan. Secara luas, vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan prekursor atau provitamin A karotenid yang mempunyai aktivitas biologik sebagai retinol. Vitamin A merupakan zat gizi yang diperlukan manusia agar proses fisiologis dalam tubuh berlangsung secara normal. Vitamin A
penting
untuk
pertumbuhan
sel,
meningkatkan
fungsi
penglihatan, meningkatkan imunologi, pertumbuhan badan dan mencegah pertumbuhan sel–sel kanker (Almatsier, 2009).
20
b. Manfaat Vitamin A Menurut Sediaoetama (2010), fungsi vitamin A dalam tubuh mencakup tiga golongan besar : 1) Fungsi vitamin A dalam proses melihat Pada proses melihat vitamin A berperan sebagai retinal (retinete) yang merupakan komponen dari zat penglihat. Rhodopsin ini mempunyai bagian protein yang disebut opsin yang disebut rhodopsin setelah bergabung dengan retinete. Rhodopsin merupakan zat yang dapat menerima rangsang cahaya dan mengubah energi cahaya menjadi energi biolistrik yang merangsang indra penglihatan. 2) Fungsi dalam metabolisme Umum Fungsi ini tampaknya berkaitan erat dengan metabolisme protein yaitu : a) Integritas epitel b) Pertumbuhan c) Permeabilitas membran d) Pertumbuhan gigi 3) Fungsi dalam reproduksi Fungsi vitamin A pada proses reproduksi ini tidak dapat dipenuhi oleh asam vitamin A (retinoic acid).
21
c. Kebutuhan akan vitamin A Kebutuhan tubuh akan vitamin A masih dinyatakan dalam Satuan Internasional (SI), untuk memudahkan penilaian aktivitas. Satu SI dalam vitamin A setara dengan kegiatan 0,300 ug retinol atau 0,6 ug all trans beta karotin atau 1,0 mg karotin total (campuran) di dalam bahan makanan nabati (Sediaoetama, 2010). Kebutuhan akan vitamin A menurut daftar RDA untuk Indonesia adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 RDA Vitamin A untuk Indonesia Kelompok Umur
Kebutuhan vitamin A (SI/hari)
6-12 bulan 1200 1-3 tahun 1500 4-6 tahun 1800 7-9 tahun 2400 Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1978 (Sediaoetama, 2010).
d. Jadwal Pemberian Vitamin A Untuk menanggulangi Kekurangan Vitamin A (KVA) di Indonesia, khususnya pada balita (6–59 bulan) Departemen Kesehatan Indonesia telah bekerjasama dengan Helen Keller Indonesia (HKI) dengan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi, balita dan ibu nifas. Kapsul vitamin A ini diberikan secara gratis di Posyandu dan Puskesmas di seluruh Indonesia (Hidayat, 2008).
22
Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Vitamin A Bulan Febuari Agustus
Dosis Pemberian 100.000 IU ( Kapsul Biru ) 200.000 IU ( Kapsul Merah )
Keterangan Untuk Bayi (6 – 11 bulan ) Untuk Anak ( 12 – 59 bulan )
Sumber: The International Vitamin A Consultative Group, 2010.
Menurut Depkes RI (2005), pemberian kapsul vitamin A 200.000 SI diberikan kepada anak balita secara periodik, yaitu 6 bulan sekali dan secara serempak pada bulan Febuari dan Agustus. Pemberian secara serempak pada Febuari dan Agustus mempunyai beberapa keuntungan : 1) Memudahkan dalam memantau kegiatan pemberian kapsul termasuk pencatatan dan pelaporannya, karena semua anak mempunyai jadwal pemberian yang sama. 2) Memudahkan dalam upaya penggerakan masyarakat, karena kampanye dapat dilaksanakan secara nasional disamping secara spesifik daerah. 3) Memudahkan dalam pembuatan materi–materi penyuluhan (spot TV, spot radio, barang–barang cetak) terutama yang dikembangkan, diproduksi dan disebarluaskan oleh tingkat pusat. 4) Dalam rangka Hari Proklamasi RI (Agustus) biasanya banyak kegiatan–kegiatan yang dapat digunakan untuk
23
mempromosikan vitamin A, termasuk pemberian vitamin A dosis tinggi. Kapsul vitamin A dapat diperoleh di posyandu, polindes, puskesmas pembantu, puskesmas induk, praktek swasta (bidan, rumah bersalin, klinik bersalin dan lain–lain), dan kelompok KIA. Pemberian kapsul vitamin A dilakukan oleh petugas kesehatan, bidan desa, tokoh masyarakat, kepala desa, ketua RT/RW, kader, orang tua atau keluarga (Depkes RI, 2005).
e. Diagnosis Kekurangan Vitamin A Kekurangan vitamin A merupakan penyakit sistemik yang merusak sel dan organ tubuh, seperti saluran pernapasan, saluran kemih, dan saluran pencernaan. Perubahan pada ketiga saluran ini relatif awal terjadi karena kerusakan yang terdeteksi pada mata. Namun, karena hanya mata yang dapat diamati dan diperiksa, diagnosis klinis yang spesifik didasarkan pada pemeriksaan mata (Arisman, 2004). Kekurangan vitamin A adalah suatu keadaan dimana simpanan vitamin A dalam tubuh berkurang. Pada tahap awal ditandai dengan gejala rabun senja, atau kurang dapat melihat pada malam hari. Gejala tersebut juga ditandai dengan menurunnya kadar serum retinol dalam darah kurang dari (kurang dari 20µg/dl). Pada tahap selanjutnya terjadi kelainan jaringan epitel dari organ
24
tubuh seperti paru–paru, usus, kulit dan mata. Gambaran yang khas dari kekurangan vitamin A dapat langsung terlihat pada mata (Depkes RI, 2005).
f. Penyebab kekurangan vitamin A Menurut Depkes RI (2005), penyebab kekurangan vitamin A antara lain : 1) Konsumsi vitamin
A dalam makanan sehari–hari tidak
mencukupi kebutuhan tubuh dalam jangka waktu yang lama. 2) Proses penyerapan makanan dalam tubuh terganggu karena infestasi cacing, diare, rendahnya konsumsi lemak, protein dan seng. 3) Adanya ISPA, campak dan diare.
g. Tanda dan gejala KVA (Kekurangan Vitamin A) Tanda dan gejala Kekurangan Vitamin A (KVA) menurut Depkes RI (2005), antara lain: 1) Buta senja, ditandai dengan kesulitan melihat dalam cahaya remang atau senja hari. 2) Kulit tampak kering dan bersisik seperti ikan terutama pada tungkai bawah bagian depan dan lengan atas bagian belakang.
25
h. Pencegahan Kekurangan Vitamin A Telah
terbukti
bahwa
balita,
terutama
di
negara
berkembang yang terdapat endemis kasus defisiensi vitamin A, memiliki cadangan vitamin A yang sangat rendah. Pasokan vitamin A di awal kehidupan akan tercukupi melalui air susu ibu (ASI), jika ibu mempunyai status vitamin A yang baik (Depkes RI,2005). Ada dua pendekatan untuk memperbaiki status vitamin A bayi dan balita, yaitu dengan memberikan vitamin A dosis tinggi pada wanita yang sedang menyusui atau memberikan satu dari beberapa dosis pada bayi dan balita (IVACG, 2010). Tabel 2.3 Bahan Makanan Sumber Vitamin A/Karotin Bahan Makanan Nabati Jagung muda, kuning,biji Jagung kuning, panen baru, biji Jagung kuning, panen lama, biji Ubi rambat, merah Lamtoro, biji muda Kacang ijo, kering Wortel Bayem Daun melinjo Daun singkong Genjer Kangkung
SI/100 gr 117 440 510 7700 423 157 12000 6000 10000 11000 3800 6300
Sumber: Daftar Analisa Bahan Makanan Depkes RI, 1964 (Sediaoetama, 2010).
26
Tabel 2.4 Bahan Makanan Sumber Vitamin A/Karotin Hewani
SI/hari (gr)
Ayam 810 Hati sapi 34900 Ginjal sapi 1150 Telur itik 1230 Ikan segar 150 Daging sapi 20 Sumber: Daftar Analisa Bahan (Sediaoetama, 2010).
Buah-buahan Alpukat Belimbing Mangga Apel Jambu biji
SI/hari (gr) 180 170 6350 90 25
Makanan Depkes RI, 1964
Menurut Depkes RI (2005), pencegahan kekurangan vitamin A dapat dilakukan dengan cara : 1) Memberikan ASI Eksklusif pada bayi sampai umur 6 bulan dan ASI hingga berumur 2 tahun disertai dengan makanan pendamping ASI yang cukup dan berkualitas. 2) Konsumsi makanan dengan gizi seimbang dan kaya vitamin A dalam menu makanan sehari–hari. 3) Mencegah cacingan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). 4) Konsumsi vitamin A sesuai kebutuhan sasaran.
27
i. Pengobatan Kekurangan Vitamin A Secara umum, pengobatan Kekurangan Vitamin A (KVA) diarahkan pada upaya memperbaiki status vitamin A. Langkah ini harus segera dilaksanakan karena KVA bukan hanya mencederai mata, tetapi juga mengganggu kesehatan dan mengancam jiwa penderitanya (Depkes RI, 2005). Vitamin A harus diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan. Pilihan pertama adalah preparat oral karena perbukti amat efektif, aman dan murah. Tablet vitamin A dengan minyak sebagai bahan utama lebih disukai, tetapi jika preparat tersebut tidak tersedia boleh digunakan sirup vitamin A yang setara dengan dosis yang dibutuhkan. Preparat oral dalam bentuk lain dapat diberikan, seperti minyak ikan (fish-liver oil). Preparat yang dibuat dengan minyak ikan akan sangat baik diserap jika diberikan per oral (Depkes RI, 2005).
28
B. Kerangka Teori
Tingkat pengetahuan : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tahu (know) Memahami (comprehension) Aplikasi (application) Analisis (analysis) Sintesis (syntesis) Evaluasi (evaluation)
Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan : 1. 2. 3. 4. 5.
Pendidikan Informasi Sosial budaya Pengalaman Sosial ekonomi
Vitamin A : 1. Pengertian Vitamin A 2. Manfaat Vitamin A 3. Kebutuhan Vitamin A 4. Jadwal Pemberian Vitamin A 5. Diagnosis Kekurangan Vitamin A 6. Penyebab kekurangan Vitamin A 7. Tanda dan gejala kekurangan vitamin A 8. Pencegahan dan pengobatan kekurangan vitamin A
Gambar 2.1 Kerangka Teori Modifikasi Notoatmodjo (2010)
29
C. Kerangka Konsep
Parameter Pengetahuan Ibu Balita tentang Vitamin A
Faktor penghambat : 1. 2. 3. 4.
Pendidikan Informasi Sosial Ekonomi Pendistribusian vitamin A
= Variabel tidak diteliti
= Variabel diteliti
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
1. Baik 2. Cukup 3. Kurang baik
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu penelitan yang dilakukan terhadap sekumpulan obyek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi pada populasi tertentu dengan menggunakan angka-angka atau data kuantitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2010).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian menjelaskan tempat dimana penelitian dilakukan. Lokasi penelitian ini sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010). Penelitan ini dilakukan di Polindes Singosari Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian merupakan kapan penelitian tersebut akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 Mei dan tanggal 13 Juni 2012.
31
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2010). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai balita di Polindes Singosari, Mojosongo, Boyolali yang berjumlah 73 orang. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Penentuan jumlah sampel yaitu apabila responden kurang dari 100, lebih baik diambil seluruhnya (Arikunto, 2006). Penelitian
ini
menggambil
sampel
seluruh
ibu-ibu
yang
mempunyai balita di Polindes Singosari, Mojosongo, Boyolali yang berjumlah 73 orang. 3. Teknik pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel ini sangat penting, karena apabila salah dalam penggunaan teknik sampling maka hasilnya pun akan jauh dari kebenaran (penyimpangan) (Notoatmodjo, 2010). Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering digunakan bila jumlah populasi relatif kecil atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil (Sugiyono, 2010).
32
Agar tidak terjadi penyimpangan dari populasi, sampel harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi (Notoatmodjo, 2010). a) Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). (1) Ibu-ibu yang bertempat tinggal di Singosari, Mojosongo, Boyolali (2) Ibu-ibu yang mempunyai anak berumur 1-5 tahun (balita) (3) Sehat jasmani dan rohani (4) Dapat membaca dan menulis (5) Bersedia menjadi responden b) kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). (1) Ibu-ibu yang tidak bertempat tinggal di Singosari, Mojosongo, Boyolali (2) Ibu-ibu yang tidak mempunyai balita (anak usia 1-5 tahun) (3) Ibu anak balita yang sedang sakit (4) Tidak dapat membaca dan menulis (5) Tidak bersedia menjadi responden.
33
D. Intrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti (Sugiyono, 2010). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. Sedangkan kuesioner tertutup, yaitu daftar pertanyaan yang sudah disediakan jawabannya, sehingga responden tinggal memilih saja (Arikunto, 2010). Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner tertutup. Pernyataan dalam kuesioner mengenai pengetahuan ibu tentang vitamin A. Jumlah pernyataan dalam kuesioner 26 pernyataan yang terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif. Jika jawaban benar pada pernyataan positif diberi skor 1, jika salah diberi skor 0 sedangkan jawaban benar pada pernyataan negatif diberi skor 0 dan jawaban salah diberi skor 1.
34
Tabel 3.1 Kisi-kisi kuesioner Tingkat Pengetahuan tentang Vitamin A pada Balita No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Aspek Pengertian vitamin Manfaat vitamin Kebutuhan vitamin Macam-macam vitamin Pengertian vitamin A Manfaat vitamin A Kebutuhan vitamin Jadwal pemberian vitamin A Diagnosa kekurangan vitamin A Penyebab kekurangan vitamin A Tanda dan gejala kekurangan vitamin A Pencegahan kekurangan vitamin A Pengobatan kekurangan vitamin A
No. Kuesioner 1, 2 3, 4 5, 6 7, 8 9, 10 11, 12, 13 14, 15 16, 17 18, 19, 20 21, 22, 23 24, 25 26, 27, 28 29, 30
JUMLAH
Jumlah 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2
30
Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting, yaitu valid dan reliabel (Arikunto, 2010). 1. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2010). Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skors (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skors total kuesioner tersebut. Apabila kuesioner tersebut telah memiliki validitas
35
konstruk, berarti semua item (pertanyaan) yang ada di dalam kuesioner itu mengukur konsep yang kita ukur (Notoatmodjo, 2010). Instrumen dikatakan valid jika mempunyai nilai rhitung > rtabel (Riwidikdo, 2009). Rumus korelasi yang dapat digunakan adalah yang dikemukakan oleh person yaitu rumus korelasi product moment sebagai berikut dan menggunakan olah data SPSS :
r xy =
N . SXY - SX.SY {N SX 2 - (SX ) }{N SY 2 - (SY ) } 2
2
Keterangan: N
: Jumlah responden
rxy
: Koefisien korelasi product moment
x
: Skor pertanyaan
y
: Skor total
xy
: Skor pertanyaan dikalikan skor total
Kuesioner ini telah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas di Polindes Tambak Mojosongo Boyolali pada bulan April. Responden yang dipakai dalam uji validitas dan uji reliabilitas berjumlah 30 responden. Dalam uji validitas ini menggunakan 30 pernyataan dengan taraf signifikasi 5% sehingga diketahui rtabel = 0,361. Hasil dari uji validitas didapatkan 26 pernyataan valid karena mempunyai rhitung > 0,361. Sedangkan 4 pernyataan tidak valid karena mempunyai rhitung < 0,361 yaitu
36
pernyataan nomor 4, 10, 19, 30. Dari hasil tersebut maka 4 pernyataan yang tidak valid dihilangkan dan tidak dipakai karena 26 pernyataan sudah mewakili semua aspek dalam kuesioner. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarah responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga (Arikunto, 2010). Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dengan cara mencoba instrumen satu kali saja, analisa data yang digunakan adalah alfa cronbach dan menggunakan system olah data SPSS : 2 k ìï å si üï ri = í1 2 ý k - 1 ïî s t ïþ
Keterangan: ri
: realibilitas internal seluruh instrumen
k
: mean kuadran antara subjek
si 2
: mean kuadrat kesalahan
st 2
: varian total Instrumen dikatakan reliabel bila nilai reliabilitas seluruh
instrumennya > 0,7 (Riwidikdo, 2009).
37
Dari uji reliabilitas didapatkan hasil sebesar 0,894, sehingga instrumen dikatakan reliabel karena nilai reliabilitas instrumen > 0,7.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara peneliti untuk memperoleh data berupa fakta maupun angka (Sugiyono, 2010). Menurut Riwidikdo (2009), Data berdasarkan cara memperolehnya terdiri dari : 1. Data Primer Data yang secara langsung diambil dari obyek-obyek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi. Data primer diperoleh langsung dari sumbernya dari jawaban pertanyaan dalam kuesioner. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari jawaban pertanyaan ibu balita dalam kusioner. 2. Data Sekunder Data yang didapat tidak secara langsung dari obyek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan dari pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun non komersial. Data sekunder diperoleh dari studi dokumentasi yang berupa catatan, transkrip, buku, statistik hasil riset, surat kabar atau majalah.
38
Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini adalah arsip dokumentasi cakupan vitamin A di Polindes Singosari Mojosongo Boyolali.
F. Variabel Penelitian Variabel adalah obyek penelitian atau apa saja yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010). Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A pada balita.
G. Definisi Operasional Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010).
39
Tabel 3.2 Definisi Operasional
Variabel
Definisi Skala Ukur Cara Ukur Operasional Tingkat Kemampuan Ordinal Kuesioner pengetahuan ibu balita ibu menjawab tentang pertanyaan vitamin A tentang pada balita vitamin A
Parameter Skala a. Baik, bila nilai (x) > mean + 1SD b. Cukup, bila nilai mean-1SD[ mean+1SD c. Kurang, bila nilai (x) <mean – 1SD
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data. Proses pengolahan data menurut Notoatmodjo (2010), terdiri dari: a) Editing (penyuntingan data) Pada tahapan ini dilakukan pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner. Kalau ternyata masih ada data atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan. b) Coding sheet (membuat lembaran kode) Pada tahapan ini kuesioner yang telah diedit atau disunting, selanjutnya
dilakukan
peng”kodean”
atau
“coding”
yakni
mengubah data dalam bentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
40
c) Entry Data (memasukkan data) Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan. d) Tabulating (tabulasi) Kegiatan membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti. Pengolahan data dengan menggunakan program komputer SPSS. 2. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam pengolahan hasil data ini menggunakan analisis univariat, yaitu menganalisis variabel yang ada secara diskriptif dengan menghitung distribusi dan presentasi dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Menurut Riwidikdo (2009), untuk mengetahui tingkat pengetahuan maka, ditunjukkan dengan prosentase sebagai berikut : a. Baik, jika nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1SD b. Cukup, jika nilai mean – 1SD [ mean + 1SD c. Kurang, jika nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1SD. Dengan rumus mean : ݔҧ ൌ
Keterangan : x
: rata-rata mean
Xi
: nilai
n
: jumlah data
dari data
σୀଵ ܺ ݊
41
Rumus Simpangan Baku :
Keterangan :
ܵ ܦൌ
ටσ ܺଶ െ
ሺσ ሻమ
݊െͳ
SD
: simpangan baku atau (Standard deviation)
n
: jumlah data
Xi
: nilai dari data
I. Etika Penelitian Etika adalah ilmu/pengetahuan tentang apa yang dilakukan (pola perilaku) orang atau pengetahuan tentang adat kebiasaan orang (Notoatmodjo, 2010). Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subyek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010). Menurut
Notoadmodjo
(2010),
Etika
suatu
penelitian
harus
memperhatikan antara lain: 1. Informed consent (lembar persetujuan) Penelitian menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilaksanakan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data.
42
2. Anominity (Tanpa nama) Memberikan inisial nama responden yang di teliti untuk menjaga kerahasiaan pada data penelitian. 3. Confidentiality (kerahasiaan) Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang telah diberikan. 4. Privacy Peneliti menjamin privasi responden dengan tidak menanyakan halhal lain yang tidak berkaitan dengan ruang lingkup penelitian.
43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian ini dilaksanakan di Polindes Singosari yang terletak di desa Singosari kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali tepatnya disebelah utara kantor kepala desa Singosari. Wilayah kerja Polindes Singosari ini meliputi tiga dusun yaitu dusun Singosari, dusun Nganggrung dan dusun Gatak. Di Polindes Singosari ini terdapat 2 bidan dan 1 tenaga administrasi. Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat di Polindes Singosari ini meliputi KIA, KB, MTBS, Posyandu balita dan pengobatan penyakit umum. Polindes Singosari memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat setiap hari senin sampai sabtu.
B. Hasil Penelitian Penelitian Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Vitamin A Pada Balita di Polindes Singosari Mojosongo Boyolali ini dilakukan pada tanggal 20 Mei dan tanggal 13 Juni 2012. Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai balita di Polindes Singosari Mojosongo Boyolali sejumlah 73 orang. Sebelum diketahui tingkat pengetahuan dalam kategori baik, cukup, kurang maka harus diketahui terlebih dahulu mean (ݔҧ ) dan standar deviasi (SD).
σୀଵ ܺ ݔҧ ൌ ݊
SD ൌ
ͳͲ͵Ͷ ݔҧ ൌ ͵
SD ൌ
ݔҧ ൌ ͳͶǡ ͳ
SD ൌ
ටσ ܺଶ െ
ሺσ ሻమ
݊െͳ
ටͳͷͲͷͺ െ
ሺଵ ଷସሻమ
ටͳͷͲͷͺ െ
ଵସ ସǡଽହ
͵ െ ͳ
SD ൌ ඥͷǡʹ
ʹ
ଷ
ଷ
SD = 2,4
Tabel 4.1 Data Hasil Perhitungan Mean dan Standar Deviasi ഥ) Mean (ࢄ 14,16
Variabel Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang vitamin A pada Balita
Standar Deviasi (SD) 2,41
Sumber : Data Primer Setelah diperoleh rata-rata dan Standar Deviasi maka dapat dikategorikan sebagai berikut : Baik jika :
X > mean + 1SD X > 14,16 + 1 (2,41) X > 16,57
Cukup jika :
mean – 1SD ; mean + 1SD 14,16 – 1 (2,41) ; 11,75 ;
44
45
Kurang jika :
X < mean – 1SD X < 14,16 – 1 (2,41) X < 11,75
Tabel 4.2 Hasil Penelitian Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Vitamin A Pada Balita Di Polindes Singosari Mojosongo Boyolali NO 1 2 3
Kategori Baik Cukup Kurang Jumlah
Frekuensi 15 47 11 73
Presentase (%) 20,5 64,4 15,1 100
Sumber: Data Primer bulan Juni 2012 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang vitamin A di Polindes Singosari Mojosongo Boyolali dalam kategori baik yaitu sebanyak 15 responden (20,5%), sedangkan untuk kategori cukup baik sebanyak 47 responden (64,4%) dan untuk kategori kurang baik sebanyak 11 responden (15,1%). Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A pada balita di Polindes Singosari Mojosongo Boyolali dalam kategori cukup baik.
C. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A di Polindes Singosari Mojosongo Boyolali
sebanyak
15
responden
(20,5%)
berpengetahuan
baik,
pencapaian baik ini kemungkinan dipengaruhi oleh pendidikan dan pengalaman responden. Sedangkan 47 responden (64,4%) berpengetahuan
46
cukup baik dan 11 responden (15,1%) berpengetahuan kurang baik. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar ibu-ibu di Polindes Singosari mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup baik tentang vitamin A pada balita. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Pengetahuan adalah hasil tau yang berasal dari proses pengindraan manusia terhadap obyek tertentu yang terjadi melalui panca indra manusia yaitu melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan dasar yang paling penting dalam membentuk tindakan
seseorang. Sedangkan faktor-faktor
yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang antara lain : Pendidikan, informasi, sosial budaya, pengalaman, sosial ekonomi (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 15 responden (20,5%) mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang vitamin A pada balita. Hal tersebut diketahui dari jumlah jawaban benar dalam kuesioner yang mencapai skor lebih dari 16,57. Dengan baiknya tingkat pengetahuan yang dimiliki ibu tentang vitamin A pada balita maka diharapkan ibu dapat lebih peduli dengan pemberian vitamin A pada balita sehingga dapat mencegah terjadinya kekurangan vitamin A khususnya pada balita. Sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan cukup baik yaitu 47 responden (64,4%) diketahui dari jumlah jawaban benar dalam kuesioner yang mencapai skor antara 11,75 sampai dengan 16,57. Responden yang berpengetahuan cukup baik ini kebanyakan kurang
47
memahami tentang kebutuhan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah tertentu yang relatif kecil. Bila terlalu banyak maupun terlalu sedikit yang tersedia bagi badan, akan memberikan tingkat kesehatan yang kurang baik (Sediaoetama, 2010). Responden juga kurang memahami tentang manfaat vitamin A itu sendiri yang mencakup tiga golongan besar yaitu berfungsi dalam penglihatan, dalam metabolisme umum dan dalam reproduksi (Sediaoetama, 2010). Sedangkan yang terakhir responden belum memahami tentang penyebab kekurangan vitamin A yaitu konsumsi vitamin A yang tidak mencukupi kebutuhan, proses penyerapan makanan dalam tubuh yang terganggu dan adanya penyakit ISPA, campak dan diare (Depkes RI, 2005). Untuk responden yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang baik sebanyak 11 responden (15,1%) dengan jumlah jawaban benar dalam kuesioner kurang dari 11,75. Hal ini dikarenakan responden belum memahami pentingnya vitamin A terutama pada balita. Sebagian besar responden yang berpengetahuan kurang baik ini hanya mengetahui tentang jadwal pemberian vitamin A yaitu setiap 6 bulan sekali pada bulan Febuari dan bulan Agustus (Depkes RI, 2005). Selain itu sebagian besar responden juga telah mengetahui tentang tanda dan gejala kekurangan vitamin A berupa rabun senja. Minimnya pengetahuan responden tentang vitamin A inilah yang mungkin mempengaruhi memberian vitamin A pada balita di Polindes Singosari tidak mencapai 100%.
48
Dari penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup baik tentang vitamin A pada balita yaitu 47 responden (64,4%). Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh sosial budaya dan pengalaman. Berdasarkan pengalaman responden, balita dilingkungan mereka yang tidak mendapatkan vitamin A tidak menunjukkan tanda dan gejala kekurangan vitamin A seperti rabun senja. Sehingga responden kurang peduli dengan pemberian vitamin A pada balita. Dengan cukup baiknya tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A ini diharapkan responden lebih meningkatkan pemahaman tentang vitamin A pada balita sehingga responden lebih peduli dengan pemberian vitamin A khususnya pada balita.
D. Keterbatasan 1. Kendala Penelitian Dalam pengumpulan responden secara bersama-sama hanya 2 kali pada saat posyandu dan dalam waktu yang terbatas 2. Kelemahan Penelitian a. Penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup sehingga responden hanya menjawab benar atau salah saja dan tidak dapat menjabarkan pendapatnya langsung. b. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A pada balita.
49
BAB V PENUTUP Sesuai tujuan yang diharapkan oleh peneliti yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A pada balita di Polindes Singosari Mojosongo Boyolali maka peneliti menggambil 73 sampel. Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut : A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A pada balita di Polindes Singosari Mojosongo Boyolali, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A pada balita di Polindes Singosari Mojosongo Boyolali dalam tingkat baik sebanyak 15 responden (20,5%). 2. Tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A pada balita di Polindes Singosari Mojosongo Boyolali dalam tingkat cukup baik sebanyak 47 responden (64,4%). 3. Tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A pada balita di Polindes Singosari Mojosongo Boyolali dalam tingkat kurang baik sebanyak 11 responden (15,1%).
50
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A pada balita di Polindes Singosari Mojosongo Boyolali, maka saran yang dapat penulis sampaikan sebagai berikut : 1. Bagi Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan Polindes Singosari Mojosongo Boyolali bekerja sama dengan kader-kader Posyandu dan tokoh masyarakat, untuk lebih meningkatkan
pengetahuan
masyarakat,
khususnya
ibu-ibu
yang
mempunyai balita dengan cara penyuluhan yang telah ada dilakukan lebih rutin dan pemasangan poster atau pamflet yang berhubungan dengan vitamin A sehingga penyakit kekurangan vitamin A dapat dicegah, serta dapat meningkatkan cakupan pemberian vitamin A pada balita. 2. Bagi Ibu Balita Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang vitamin A pada balita sehingga ibu lebih memperhatikan pemberian vitamin A pada balita sesuai jadwal yang telah ditentukan pemerintah. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan
penelitian
ini
dapat
dikembangkan
dengan
menambahkan variabel-variabel penelitian yang lain dalam penelitian selanjutnya.
51
4. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan institusi pendidikan dapat menambah bahan referensi yang berhubungan tentang vitamin A sehingga dapat menambah wawasan dan kepedulian mahasiswa tentang vitamin A dan bahaya kekurangan vitamin A.