STRATEGI BIMBINGAN AGAMA DALAM MENGHILANGKAN KECEMASAN AKAN KEMATIAN PADA LANSIA DI RUMAH PERLINDUNGAN LANJUT USIA JELAMBAR
Skiripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Disusun oleh
Syarief Hidayatullah NIM. 1110052000029
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM 2014 M/1435 H
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Oktober 2014
Syarief Hidayatullah
ABSTRAK
Strategi Bimbingan Agama Dalam Menghilangkan Kecemasan Kematian Pada Lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar Oleh : Syarief Hidayatullah 1110052000029
Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan manusia, lanjut usia merupakan periode penutup dalam periode kehidupan seseorang memiliki beberapa tugas perkembangan yang harus diselesaikan diantaranya yaitu mempersiapkan dan menerima kematian itu sendiri, namun kematian tetap saja dianggap suatu hal yang mengancam bagi lanjut usia. Salah satu faktor yang menyebabkan munculnya kecemasan dalam menghadapi kematian adalah ketidakmampuan memaknai kematian kedalam kerangka yang lebih luas kerena kurangnya ilmu pengetahuan dan pemahaman agama tentang arti kematian itu sendiri menimbulkan kecemasan bagi lanjut usia. Seperti yang telah dilakukan oleh salah satu Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar yang terletak di Jln. Jelambar Selatan No.10 Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Rumah perlindungan lanjut usia ini telah memberikan bimbingan agama kepada lansia dengan strategi yang secara khusus diberikan oleh pihak panti berupa memberikan jalan yang dapat menghilangkan lansia dari kecemasan kematian Pentingnya penilitian ini dilakukan yaitu yang pertama membantu lansia menghilangkan ketersiksaannya menjelang kematiannya, yang kedua jika dikaitkan dengan negara, ini merupakan tugas negara yang harus menaungi fakir miskin, orangorang terlantar, termasuk lansia yang terlantar menjadi tugas negara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang strategi bimbingan agama bagi lansia dalam menghilangkan kecemasan akan kematian. Dimana bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu dapat memahami dirinya dan lingkungannya, dalam hal ini informan terdiri dari 2 pembimbing dan 2 lansia. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Adapun pengumpulan data penelitiannya dilakukan dengan wawancara dan observasi yang diperoleh langsung dari sasaran penelitian berupa catatan, rekaman, dan data-data dari sumber yang terkait dengan penelitian. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa strategi bimbingan agama yang diberikan kepada lansia dalam menghilangkan kecemasan kematian, yaitu dengan strategi preventif dan strategi kuratif dengan metode yang digunakan yaitu metode ceramah dan metode pendekatan sesuai dengan kondisi dan keadaan lansia. Dalam hal ini berarti dapat dikatakan bahwa pelaksanaan bimbingan agama berjalan cukup baik dan lancar serta berdampak positif bagi lansia sehingga salah satu masalah yang ada pada lansia yaitu rasa cemas akan kematian bisa hilang.
Kata Kunci : Strategi Bimbingan Agama, Kecemasan Akan Kematian, Lansia
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat-Nya dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil karya tulis ini,sehingga terlaksana sesuai harapan. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah kepada junjungan kita yang agung, yaitu khairul khalqi Nabi Muhammad SAW, sang suri tauladan yang telah memberikan pembelajaran hidup yang begitu berharga bagi kita semua. Semoga curahan kebaikan selalu mengiringi keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman kelak.Ammin. Skripsi ini berhasil saya selesaikan, bukan dengan tidak melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Rektor Universitas Islam Negeri, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak. Dr. Arief Subhan, MA selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Prof. Dr. Syamsir Salam. MS selaku dosen pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, masukan, dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 6. Penanggung jawab dan pembimbing agama Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar yang telah membantu penulis dalam penelitian ini. 7. Orang tua penulis tercinta H.Makmun dan Hj.Saidah yang selalu memberikan doa, kasih sayang, cinta, dan semangat yang tiada hentinya. 8. Teman-teman seperjuangan keluarga besar BPI angkatan 2010, semoga ilmu yang kita dapatkan selama dibangku kuliah bisa bermanfaat dan menjadi orang-orang yang bisa dibanggakan. Teruntuk saudari Nurjannah yang telah banyak membantu dalam kelancaran skripsi ini, yang selalu setia menemani penulis dari awal penelitian sampai selesai atas do’a, kesabaran, motivasi, dan juga semangatnya. Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada kalian semua, saya mengucapkan banyak terimakasih. Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita semua. Saya berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Ammin.
Jakarta, 11 Oktober 2014
Syarief Hidayatullah
DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ....................................................................................
1
A. Latar Belakang......................................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................
4
C. Pembatasan Masalah ...........................................................................
4
D. Perumusan Masalah ..............................................................................
5
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................
5
F. Kegunaan Penelitian .............................................................................
6
G. Metodelogi Penelitian ...........................................................................
7
H. Tinjauan Pustaka ..................................................................................
10
I. Sistematika Penulisan ...........................................................................
12
LANDASAN TEORI A. Strategi Bimbingan Agama ........................... .....................................
14
1. Pengertian Strategi ........................................................................
14
2. Pengertian Bimbingan ...................................................................
16
3. Pengertian Agama .........................................................................
18
4. Pengertian Bimbingan Agama ......................................................
21
5. Pengertian Strategi Bimbingan Agama .........................................
21
BAB III
B. Kecemasan ...................................................... ....................................
23
1. Pengertian Kecemasan ..................................................................
23
2. Indikator Kecemasan .....................................................................
24
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan .............................
25
4. Gejala-gejala kecemasan ...............................................................
28
5. Macam-macam kecemasan ...........................................................
29
C. Kematian .............................................................................................
31
1. Pengertian kematian ......................................................................
31
2. Dinamika kecemasan menghadapi kematian ................................
35
D. Lansia ..................................................................................................
36
1. Pengertian Lansia ..........................................................................
36
2. Pembagian Lansia .........................................................................
40
GAMBARAN UMUM LEMBAGA A. Sejarah Berdirinya ..............................................................................
42
B. Visi dan Misi ......................................................................................
43
1. Visi ...............................................................................................
43
2. Misi ..............................................................................................
43
C. Tugas Pokok, Fungsi, dan Tujuan Panti ...........................................
43
1. Tugas Pokok ................................................................................
43
2. Fungsi ..........................................................................................
44
3. Tujuan .........................................................................................
44
D. Sasaran dan persyaratan .....................................................................
45
BAB IV
1. Sasaran .........................................................................................
45
2. Persyaratan ...................................................................................
45
E. Prosedur Pelayanan, Fasilitas Pelayanan, Proses Pelayanan .............
45
1. Prosedur Pelayanan ................................................................
45
2. Fasilitas Pelayanan .................................................................
46
3. Proses Pelayanan ....................................................................
46
F. Kegiatan, Pengurus, Jumlah Warga Binaan (Lansia) ...........................
47
1. Kegiatan .................................................................................
47
2. Pengurus .................................................................................
47
3. Jumlah Warga Binaan (Lansia) ..............................................
48
TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Temuan ...............................................................................................
49
1. Pembimbing .................................................................................
49
2. Terbimbing ...................................................................................
52
B. Strategi Bimbingan Agama dalam Menghilangkan kecemasan Kematian ............................................................................................
57
1. Strategi Preventif..........................................................................
57
2. Strategi Kuratif .............................................................................
60
3. Metode Bimbingan Agama ..........................................................
64
a. Ceramah .................................................................................
64
b. Pendekatan .............................................................................
67
C. Analisis Hasil Temuan .......................................................................
68
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ..........................................................................................
75
B. Saran .....................................................................................................
76
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................
78
LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki masa lanjut usia pada kisaran usia 60 tahun ke atas, terjadi perubahan fisik ke arah penurunan fungsi-fungsi organ, hal ini merupakan indikator utama yang tampak jelas. Perubahan atau penurunan fungsi organ itu biasanya ditandai seperti mulai melemahnya jantung, pendengaran dan penglihatan mulai terganggu, dan lain sebagainya. 1 Semua orang akan mengalami proses menua, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari secara maksimal. Secara umum manusia ingin hidup panjang, untuk itu berbagai upaya dilakukan, meskipun demikian muncul kesadaran akan datangnya kematian sebagai tahap terakhir kehidupannya di dunia ini. Meskipun demikian lansia sering mengalami kecemasan hingga depresi, mereka mengatakan kekhawatiran tentang rasa takutnya terhadap kematian, kehilangan keluarga, atau teman karib, kedudukan sosial, pensiun dari pekerjaan atau kondisi fisik yang tidak memungkinkan lagi aktif dipekerjaan seperti dulu, membuat seorang lansia dibebani perasaan tidak berguna. 2
1
Zahrotun, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 126. Hawari.Manajemen Stres Cemas dan Depresi.(Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2001) h.65
2
1
2
Persepsi tentang kematian dapat berbeda-beda.Bagi seseorang atau sekelompok orang, kematian merupakan sesuatu yang sangat mengerikan atau menakutkan. 3 Kecemasan akan kematian dapat berkaitan dengan datangnya kematian itu sendiri, dan dapat pula berkaitan dengan pengalaman masa lalunya yang ia sadari sering berbuat dosa, rasa sakit atau siksaan yang mungkin menyertai datangnya kematian, sebab kecemasan bisa menyerang siapa saja. Umumnya, kecemasan ini merupakan suatu pikiran yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan kekhawatiran, rasa tidak tenang, dan perasaan yang tidak baik atau tidak enak yang tidak dapat dihindari oleh seseorang. Kesadaran bahwa semua orang akan mati, maka kecemasan akan kematian menjadi masalah psikologis yang penting khususnya bagi lansia. Masalah fisik dan psikologis mesti ditemukan pada lanjut usia. Faktor psikologis diantaranya perasaan cemas, bosan, keletihan atau perasaan depresi. 4 Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa ayat 78 :
ْ ُ ُ َ َََۡ ُّ ُ �� ُم ٱل ۡ َم ۡو ۡ َنت ۡم � بُ ُروج ُّم َش َّيدة ُ ت َول َ ۡو ُك ُ ٖ �ٖ ِ ِ��نما ت�ونوا يدر
3
Hidayat, K. Psikologi Kematian : Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme. (Bandung : PT. Mizan Publika, 2006) h.118 4 Nugroho, 1992. Buku Kedokteran EGC. Jakarta 1992. h. 32
3
Artinya: Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh, (QS. An-nisa: 78). 5 Menurut Webster’s kecemasan kematian adalah ketakutan abnormal yang besar terhadap kematian, dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang timbul ketika orang berpikir tentang proses kematian atau apa yang terjadi setelah kematian. Kekhawatiran yang timbul diantaranya adalah : a. Ketakutan pada saat sakaratul maut (rasa sakitnya). b. Kengerian akan kerusakan fisik dan mental. c. Perasaan akan kesendirian. d. Kemarahan dan perasaan putus asa yang extrem tentang sebuah situasi dimana kita tidak memiliki kendali. Menurut Hurlock setiap situasi yang mengancam keberadaan organisme dapat menimbulkan kecemasan.Kecemasan yang terberat akibat dari perubahan sosial yang sangat cepat. Manifestasi psikologis yang ditandai dengan perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan, khawatir, takut, dan tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. 6 Lansia senantiasa dibayang-bayangi oleh perasaan tak berdaya dalam menghadapi kematian. Rasa takut akan kematian ini pada lansia semakin 5
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta; CV, Bayan Qur’an, 2009),h.90 6 Hurlock, Psikologi Perkembangan edisi kelima Erlangga Jakarta 1990. h. 93
4
meningkat. Dalam agama islam, seseorang harus memepersiapkan diri sebelum kematian datang, persiapan itu berupa bekal, ialah berupa keimanan yang terus terpelihara dan amal shaleh yang dilakukan dengan ikhlas. Oleh karena itu bimbingan agama sangat dibutuhkan oleh individu yang berada pada tingkat usia lanjut ini untuk menghilangkan rasa kecemasan kematian. Untuk itulah berdasarkan pada uraian diatas maka penulis tertarik untukmenulis penelitian dengan judul “ Strategi Bimbingan Agama Dalam Menghilangkan Kecemasan Kematian
Pada Lansia di Rumah
Perlindungan Lanjut Usia Jelambar “ B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dianalisis identifikasi masalahnya meliputi : 1. Kecemasan kematian bisa menyerang siapa saja, khususnya bagi lansia. 2. Ketakutan lansia pada saat sakaratul maut (rasa sakitnya). 3. Kengerian lansia akan kerusakan fisik dan mental. 4. Perasaan lansia akan kesendirian.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah
di
atas
maka
penulis
memfokuskan kajian serta membatasi masalah pada, “ Strategi bimbingan agama dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar “yang meliputi:strategi bimbingan agama
5
yang diterapkan, pelaksanaan bimbingan, mengubah sikap dan tingkah laku, serta pembinaan lebih lanjut agar para lansia siap menjalani sisa-sisa hidupnya dengan jiwa yang lebih tenang dan tentram. D. Perumusan Masalah Banyak gangguan psikologis yang timbul dalam kehidupan lansia, salah satunya adalah mulai di bayangi rasa cemas akan kematian. Kecemasan akan kematian dapat berkaitan dengan datangnya kematian itu sendiri, dan dapat pula berkaitan dengan cara kematian, rasa sakit atau siksaan yang mungkin menyertai datangnya kematian. Oleh karena itu mereka memerlukan bimbingan keagamaan dalam menghilangkan kecemasan kematian, namun bagaimana bentuk strategi bimbingan itu, hal inilah yang menjadi fokus dalam penelitian ini. E. Tujuan Penelitian Tujuan merupakan titik tolak dari setiap penelitian, sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, pada pokoknya penelitian digunakan untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui. 7 Maka tujuan yang ingin dicapai ialah: a. Untuk menunjukan strategi bimbingan agama yang dilakukan oleh para pembimbing dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar
7
DR.BustanuddinAgus.Pengembanganilmu-ilmusocial.GemaInsaniPress.Jakarta 1999
6
b. Untuk mengetahui akan hakikat kematian yang sebenarnya sehingga kecemasan akan kematian pada lansia bisa hilang dan berubah menjadi energi positif untuk terus giat beribadah kepada Allah. F. Kegunaan Penelitian Sedangkan manfaat yang diharapkan dari seluruh rangkaian kegiatan dan hasil penelitian adalah sebagai berikut: a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan dan pengetahuan yang meliputi bimbingan agama khususnya yang berkaitan dengan strategi bimbingan agama dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar b. Diharapkan dapat membantu dan memberikan masukan bagi Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia dalam bentuk program kerja. c. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam dalam pengembangan keilmuan dan kurikulum.
G. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian
7
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh Burhan Bungin metode deskriptif dapat diartikan sebagai
prosedur
menggambarkan
pemecahan atau
masalah
melukiskan
yang
keadaan
diselidiki
pada
saat
dengan sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. 8 Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor seperti yang dikutif Lexy J. Moleong yaitu, “sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. 9 Sedangkan alat pengumpul data dalam hal ini menggunakan, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh akan dianalisa serta disajikan dalam suatu pandangan yang utuh. Dan penelitian ini bermaksud mengungkapkan fakta-fakta yang tampak di lapangan dan digambarkan sebagaimana adanya dengan berupaya memahami sudut pandang responden dan konteks subyek penelitian secara mendalam. Kegiatan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data yang erat hubungannya dengan strategi bimbingan
8
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 63. 9 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.Remaja Rasta Karya, 2000), h. 3.
8
agama dalam menghilangkan kecemasan kematian berupa data apa adanya ketika penelitian dilakukan. 2. Penentuan Lokasi Penelitian ini bertempat di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar, Jln.Jelambar Selatan II/ 10 Jelambar Jakarta Barat.Adapun yang dijadikan alasan dan pertimbangan pemilihan lokasi ini adalah pertama, belum ada yang secara rinci meneliti tentang strategi bimbingan agama dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia. kedua, informasi yang sangat mendukung yang mana bisa didapatkan dilembaga ini termasuk informannya. 3. Pengumpulan Data Dalam penelitian lapangan ini, penulis menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data diantaranya adalah sebagai berikut : a. Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. 10 Dalam penelitian ini teknik observasi yang dilakukan langsung ke tempat lokasi penelitian di RPLU Jelambar. Yaitu mengamati langsung perilaku informan atau obyek penelitian yang terkait, dan selama observasi, penulis menggunakan alat-alat observasi seperti kamera, buku catatan, dan alat tulis. b. Wawancara yaitu bentuk komunikasi antara dua orang atau lebih yang ingin
10
memperoleh
informasi
dari
seseorang
lainnya
dengan
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2000), h.54
9
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. 11 Untuk kepentingan penelitian ini dilakukan wawancara kepada penanggung jawab RPLU Jelambar untuk mendapatkan informasi tentang profil RPLU Jelambar beserta kegiatan-kegiatan didalamnya, staf RPLU Jelambar khususnya bagian Bimbingan dan Penyuluhan Islam untuk mendapatkan informasi tentang strategi bimbingan agama seperti apa yang diterapkan kepada para lansia dalam hal menghilangkan kecemasan kematian. c. Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. 12 Dalam hal ini penulis menyelidiki data-data tertulis
seperti
buku,
dokumen-dokumen,
catatan-catatan
dan
sebagainya yang terdapat di RPLU Jelambar Jakarta Barat. 4. Pengolahan Data Pengolahan merupakan bagian yang amat penting dalam sebuah penelitian, karena dengan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Pengolahan data secara sederhana diartikan sebagai proses mengartikan data-data lapangan yang diperoleh dalam bentuk narasi atau kata-kata sesuai dengan tujuan, rancangan dan sifat penelitian, sehingga proses penarikan kesimpulan penelitian dapat dilaksanakan. 5. Analisa Data 11
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2004), h. 180 12 Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2000), h. 73
10
Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu suatu teknik analisis data, di mana penulis terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari lapangan, kemudian menganalisanya dengan menghubungkan data-data tersebut dengan kerangka teori yang telah disiapkan sebelumnya. H. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka merupakan hal yang berisi tentang teori-teori yang berkaitan dengan topik/masalah penelitian yang dapat berupa definisi-definisi yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian. Dalam penelitian ini masalah yang penulis temukan di RPLU Jelambar adalah tentang kecemasan kematian yang membayangi lansia diperiode-periode akhir kehidupannya, lalu bimbingan agama seperti apakah yang diterapkan pembimbing dalam menghilangkan kecemasan kematian tersebut, itulah yang menjadi fokus penulis dalam penelitian ini. Adapun teori-teori dan juga definisi-definisi yang penulis ambil yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu tentang strategi, bimbingan, agama, kecemasan, dan juga kematian, yang penjabarannya sebagai berikut : a. Prof. Dr. Onong Uchyana Efendi, MA dalam bukunya “ Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis “ Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. b. M. Umar dalam bukunya “ Bimbingan dan Penyuluhan “ bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan
11
jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. c. Menurut Quraish Shihab, agama adalah hubungan antara makhluk dan khalik. Hubungan ini mewujudkan dalam sikap batinnya serta tampak dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin dalam sikap kesehariannya. d. Menurut Stuart dalam teori interpersonal, kecemasan adalah perasaan takut
yang
timbul
terhadap
ketidaksetujuan
dan
penolakan
interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat. e. Koeswara dalam bukunya “ Psikologi Eksistensial “ mendefinisikan kematian sebagai peristiwa yang tidak dapat dihindarkan dan merupakan
refleksi
dari
keterbatasan
manusia.
Kecemasan
menghadapi kematian merupakan problem yang sering terjadi dan problem ini dilatarbelakangi oleh ketidakyakinan manusia untuk menentukan tempat, waktu dan cara matinya nanti I. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam skripsi ini, maka penulis membuat rancangan sistematika penulisan sebagai berikut:
12
BAB I : Pendahuluan. Meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penelitian BAB II: Landasan Teori. Meliputi pengertian Penyuluh agama, selain itu juga membahas pengertian, tujuan, strategi bimbingan agama dan membahas mengenai pengertian kecemasan, kematian dan juga lansia. BAB III : Gambaran Umum
Rumah Perlindungan Lanjut Usia
Jelambar, gambaran umum ini meliputi tentang profil lembaga, sejarah berdirinya, visi dan misi, Tujuan, Tugas Pokok, dan Fungsi Panti,
landasan
hukum, Struktur Organisasi, mekanisme kerja,
komposisi pegawai, sasaran dan garapan lembaga, Persyaratan Calon Keluarga Panti Sosial, Prosedur Pelayanan,Proses layanan, Jenis Pembinaan, pembiayaan
operasional, Mitra Kerja Sama, sarana
dan prasarana, jumlah w a r ga binaan . BAB IV: Temuan dan Analisis Data, bab ini akan menguraikan analisa hasil penelitian mengenai strategi bimbingan agama dalam menghilangkan kecemasan kematian
pada lansia di Rumah
Perlindungan Lanjut Usia Jelambar. BAB V: Penutup, dalam penutup ini penulis akan berusaha memberikan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan skripsi ini serta saran terhadap tujuan dan manfaat yang diharapkan dapat diambil dari tulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI A. Strategi Bimbingan Agama 1. Pengertian Strategi Kata strategi berasal dari bahasa yunani “Strategos” (stratos yang berarti militer dan AG yang berarti memimpin) yang berarti “generalship” atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jendral perang dalam membuat rencana untuk memenangkan perang. Konsep ini relevan dengan situasi pada zaman dahulu yang sering diwarnai perang dimana jendral di butuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang. 1 Awalnya, istilah ini lebih banyak dikenal dalam dunia militer. Strategi berarti sesuatu yang dikerjakan oleh para jendral. Oleh karena itu pengertian yang paling umum dan tua tentang istilah strategi selalu dikaitkan dengan pekerjaan para jendral dalam peperangan. Hal ini terlihat dari apa yang dimuat dalam oxford pocket dictionary “Strategi adalah seni perang, khususnya perencanaan gerakan pasukan, kapal dan sebagainya menuju posisi yang layak”. Rencana tindakan atau kebijakan dalam bisnis atau politik dan sebagainya. Strategi merupakan pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu, jadi strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
1
Hendrawan Supratikno, Advanced Strategic Management: Back to Basic Approach, (Jakarta: PT. Gravindo Utama, 2003), h. 19
14
15
Sedangkan pengertian strategi menurut para ahli didefinisikan sebagai berikut, di antaranya: a. Menurut Sondang Siagian, strategi adalah cara yang terbaik untuk mempergunakan dana, daya dan tenaga yang tersedia sesuai tuntutan perubahan lingkungan. 2 b. Menurut Chaldler yang dikutip Supriyono, strategi adalah penentuan dasar goals jangka panjang dan tujuan perusahaan serta pemakaian caracara bertindak dan alokasi sumber-sumber yang di perlukan. 3 c. Menurut Prof. Dr. Onong Uchyana Efendi, MA. Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya member arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. 4 d. Menurut Prof. Dr. A.M. Kardiman, strategi adalah penentuan tujuan utama dan berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau organisasi serta pemilihan cara-cara bertindak dan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Jadi strategi menyangkut soal pengaturan berbagai sumber daya yang dimiliki perusahaan agar dalam jangka panjang tidak kalah bersaing. 5
2
Sondang Siagian, Analisa Serta Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi .(Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986), cet.ke-2, h. 17 3 Supriyono, Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis (Yogyakarta : BPFE, 1986) h. 9 4 Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1992), cet. Ke-4, h.32 5 A.M. Kardiman,Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: PT. Pronhalindo), h. 58
16
e. Menurut Stainer dan Minner, strategi adalah penetapan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai. 6 Setelah penulis menyimak beberapa pengertian strategi menurut para ahli diatas, penulis lebih condong ke pengertian stratagi menurut Prof. Dr. Onong Uchyana Efendi. MA yang memaparkan bahwasanya strategi pada hakikatnya adalah suatu perencanaan (planning) untuk mencapai suatu tujuan, dan jika dihubungkan dengan judul penulis yang lebih ke strategi agama maka pengertian tersebut selaras dengan maksud penelitian ini, yaitu untuk mengetahui strategi agama apa yang diterapkan pembimbing guna mencapai suatu tujuan yaitu untuk menghilangkan kecemasan kematian pada lansia. 2. Pengertian Bimbingan Bimbingan merupakan terjemahan dari istilah Guidance & Counseling dalam bahasa Inggris. Sesuai dengan istilahnya maka bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai suatu bantuan atau tuntunan. 7 Pada prinsipnya bimbingan adalah pemberian pertolongan atau bantuan. Bantuan atau pertolongan itu merupakan hal yang pokok dalam bimbingan. Bimbingan merupakan suatu pertolongan yang menuntun.
6 7
George A Stainer dan John Minner, Manajemen Stratejik, (Jakarta: Erlangga), h. 20 Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV Ilmu, 1975), h. 25.
17
Bimbingan merupakan suatu tuntunan. Hal ini mengandung pengertian bahwa dalam memberikan bimbingan bila keadaan menuntut, kewajiban dari pembimbing untuk memberikan bimbingan secara aktif, yaitu memberikan arah kepada yang dibimbingnya. 8 Hal senada juga diungkapkan M. Umar bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. 9 Sedangkan Prayitno memaknai bimbingan sebagai pemberian yang dilakukan orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan
kemampuannnya
sendiri
dan
mandiri,
dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada, dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. 10 Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa bimbingan adalah proses membantu seorang individu yang mengalami permasalahan yang berhubungan secara psikis, dimana dilakukan secara terus-menerus dan memiliki tujuan untuk membantu individu agar individu menemukan
8
Bimo Walgito, Bimbingan dan Koseling (studi & karier), (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010), Cet. Ke- 3, h. 5 9 M. Umar, Bimbingan dan Penyuluhan,( Bandung : CV Pustaka Setia, 2001), h. 9 10 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta), Cet. Ke-1, h. 28
18
potensinya sehingga individu itu dapat hidup secara mandiri serta mampu beradaptasi dengan baik bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya. Karena penelitian ini pada hakikatnya adalah untuk mengetahui strategi bimbingan agama apa yang diterapkan pembimbing dan hasil apa yang dirasakan oleh lansia setelah bimbingan agama tersebut maka hubungan bimbingan dengan judul penelitian ini sangatlah penting sesuai dengan pengertian bimbingan diatas yaitu untuk memberikan motivasi dan juga pengetahuan lebih sesuai dengan jalan agama tentang hal yang berkaitan dengan kematian itu sendiri sehingga kecemasan kematian pada lansia bisa hilang karena lansia dapat memaknainya dengan benar dan positif. 3. Pengertian Agama Istilah agama berasal dari bahasa sansakerta yaitu “a” yang artinya “tidak” dan “gama” yang berarti kacau, jadi arti agama itu adalah tidak kacau atau teratur. Sebagian juga ada yang berpendapat bahwa kata “agama” merupakan istilah bahasa Arab yang di ambil dari kata “gama” dalam hubungan dengan “iqamas shalata” yang selanjutnya menjadi “iqama” atau agama. Agama sering dikaitkan dengan religi, religi barasal dari bahasa latin yaitu”religio”. 11 Pengertian agama dari segi bahasa dikenal dengan kata ”ad Dien” yang berarti menguasai, menundukan, patuh, dan kebiasaan. Selanjutnya din
11
Wilfred C.Smith. Memburu Makna Agama,(Jakarta : PT Mizan Pustaka) h.33
19
dalam bahasa berarti undang-undang atau hukum. 12 Dalam bahasa Indonesia sama artinya dengan peraturan. Menurut Harun Nasution agama berasal dari kata “ad-din”, religi (relegere,riliare) dan agama. Dalam bahasa arab berarti menguasai, menundukan, patuh, balasan, dan kebiasaan. Sedangkan dari religi (latin) atau relege berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian relage berarti mengikat. Adapun kata agama terdiri dari dua suku kata “a” berarti “tidak” dan “gam” berarti ‘pergi” artinya tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun menurun. 13 Sedangkan Agama menurut para ahli sebagai berikut : 14 a. Menurut Al-Syahrastani, agama adalah kekuatan dan kepatuhan yang terkadang biasa diartikan sebagai pembalasan dan perhitungan (amal perbuatan akhirat). b. Menurut Quraish Shihab, agama adalah hubungan antara makhluk dan khalik. Hubungan ini mewujudkan dalam sikap batinnya serta tampak dalam
ibadah
yang
dilakukannya
dan
tercermin
dalam
sikap
kesehariannya.
12
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011) h.9 D.Hendropuspito O.C, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Penerbit Kanitius,1998), h. 34 14 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,1998), cet.ke-3, h.13 13
20
c. Menurut James Martineaun, agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni kepada jiwa dan kehendak Ilahi yang mengatur alam semesta dan mempunyai hubungan moral dengan umat manusia. d. Menurut Herbert Spencer, agama adalah pengakuan bahwa segala sesuatu adalah manifestasi dari kuasa yang melampaui pengetahuan kita. Agama adalah wahyu yang diturunkan Tuhan untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi , motivasi dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati sesuatu yang sakral. 15 Setelah penulis menyimak beberapa pengertian agama menurut para ahli diatas, penulis lebih condong ke pengertian agama menurut Prof. Dr. Quraish Shihab. MA yang menjelaskan bahwasanya agama adalah hubungan antara mahluk dengan khalik, sehingga jika hubungannya dekat maka akan timbul rasa, yang mana rasa itu akan tertanam dibatinnya dan juga tercermin dalam kehidupan sehari-harinya, begitu juga dengan lansia yang dalam kesempatan penelitian ini yaitu lansia yang berada di RPLU Jelambar, jika dihubungkan pengertian tersebut dengan judul penulis, lansia yang cemas akan kematian salah satunya disebabkan kurang dekatnya hubungan antara dirinya dengan Allah sebagai sang khalik sehingga timbul dalam pikirannya yang negatif dalam memaknai kematian lalu timbulah rasa cemas , karena agama dan kematian tidak bisa dipisahkan keduanya
15
Mastuhu, Metodologi Penelitian Agama,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.1
21
memiliki arti yang saling mengisi satu sama lain. Pengetahuan agama yang mantap akan menghilangkan lansia dari rasa cemas akan kematian. 4. Bimbingan Agama Bimbingan agama adalah usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang kesulitan baik lahiriyah maupun batiniyah yang menyangkut kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Bantuan tersebut berupa pertolongan mental dan spiritual agar orang bersangkutan mampu mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri melalui dorongan dari iman dan taqwanya kepada Tuhan. Sedangkan bimbingan agama islam adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar dalam kehidupan keagamaannya senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadist Nabi, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. 16 5. Strategi Bimbingan Agama Strategi bimbingan agama adalah suatu proses atau cara untuk bimbingan yang diarahkan kepada agama, baik tujuan materi maupun metode yang diterapkan. Bimbingan tersebut berupa pertolongan dibidang mental spiritual, yang bertujuan agar dapat mengembangkan potensi fitrah yang dibawa sejak lahir secara optimal dengan rasa menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist dalam dirinya, 16
Ainur Rokhim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (UII Press, Yogyakarta, 2001), h. 61
22
sehingga ia mampu hidup selaras sesuai dengan apa yang dianjurkan Allah dan Rasulullah sehingga mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan
akhirat. 17 Lansia yang mengalami kecemasan akan kematian yaitu lansia yang belum mampu menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam AlQur’an dan Hadist dalam dirinya sehingga hakikat sebuah kematian yang yang sebenarnya yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadist belum ia temukan dan belum bisa ia selaraskan dalam kehidupannya sehari-hari, dan ini sangat erat hubungnya dengan judul penulis yaitu strategi bimbingan agama seperti apa yang ada di RPLU Jelambar untuk menghilangkan kecemasan kematian pada lansia. Strategi bimbingan agama juga dapat diartikan yaitu suatu proses atau cara membantu individu dalam hal ini adalah lansia agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga kecemasan akan kematiannya bisa hilang dan dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
17
Thohari Musnawar,Dasar konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,(Yogyakarta : UII Press, 1992) h.76
23
B. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Menurut Kartono kecemasan merupakan bentuk perasaan yang tidak menentu dan diliputi oleh semacam ketakutan pada hal yang tidak pasti. 18 Zakiah Daradjat mengatakan bahwa kecemasan merupakan hal yang paling sering dihadapi oleh setiap manusia di dalam kehidupan sehari-hari ketika menemui berbagai masalah. Jadi kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustrasi) serta pertentangan batin (konflik). Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan , tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh ,prilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. 19 Kecemasan merupakan suatu pengalaman emosional yang dirasakan individu sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan, tidak jelas apa penyebabnya. Kecemasan mempunyai segi yang disadari seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa berdosa atau bersalah, terancam dan sebagainya.
18
Kartono.Kartini,Psikologi Perkembangan. Cetakan keempat. (Bandung : CV. Mandar Maju, 1992) h.15 19 Daradjat, Z. Kesehatan Mental. (Jakarta : Gunung Agung,1990) h.27
24
Atkinson mengatakan bahwa kecemasan merupakan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut yang kadang-kadang di alami dalam tingkat yang berbeda-beda 20. Hal ini didukung oleh Mahmud yang mengatakan bahwa kecemasan adalah keadaan takut terus-menerus namun berbeda dengan ketakutan biasa yang merupakan respon terhadap rangsang yang menakutkan yang terjadi, sebab ketakutan yang dialami merupakan respon terhadap kesukaran yang belum terjadi. 21 Menurut Stuart dalam teori interpersonalnya, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat. 22
2. Indikator Kecemasan Individu yang mengalami kecemasan sering kali tidak mau mengakui bahwa dirinya cemas, tetapi dari observasi dapat disimpulkan bahwa ia mengalami kecemasan. Menurut Sue dkk, dan sangat berhubungan dengan penelitian penulis, salah satu indikator kecemasan, yaitu sering khawatir atas
20
Atkinson, dkk. Pengantar Psikologi. Alih Bahasa : Nurdjannah Taufiq. (Jakarta : Erlangga, 1991) h.212 21 Mahmud, D.M. Psikologi Suatu Pengantar. (Yogyakarta : BPFE, 1990) h.235 22 Hawari. Manajemen Stres Cemas dan Depresi.(Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2001) h.71
25
segala macam masalah yang mungkin terjadi membuat lansia merasa tidak tenang. 23 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan Menurut Chaplin faktor adalah salah satu sebab atau kondisi pendahulu
yang
menimbulkan
satu
gejala. 24
Zakiah
Daradjat
mengemukakan bahwa kecemasan timbul karena tidak terpenuhinya keinginan-keinginan seksual, merasa diri
(fisik) kurang, pengaruh
pendidikan di masa kecil atau frustrasi karena tidak tercapainya keinginan baik material maupun sosial, dan mungkin juga akibat perasaan tidak berdaya. 25 Menurut Lewin kecemasan disebabkan oleh adanya konflik dalam diri individu. Di samping itu dikatakan juga bahwa kecemasan bisa timbul oleh adanya jarak yang lebar antara keinginan yang besar terhadap sesuatu yang ingin diraihnya dengan kenyataan yang ada. 26 Sigmund Freud mengemukakan bahwa ada lima macam sebab kecemasan yaitu : a. Frustrasi (tekanan perasaan) Rintangan untuk mencapai aktivitas diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Hal ini di dukung oleh pernyataan Zakiah Daradjat 23
De Clerg, L. 1994. Tingkah Laku Abnormal. (Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia, 1994) h.41 24 Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Alih Bahasa : Kartini Kartono. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,1997) h.186 25 Daradjat, Z. Kesehatan Mental. (Jakarta : Gunung Agung,1990) h.28 26 Irwanto, E.H. Psikologi Umum. Cetakan ketiga. (Jakarta : Gramedia Pustaka Umum, 1994) h.209
26
bahwa frustrasi adalah suatu proses yang menyebabkan orang merasa akan adanya hambatan terhadap terpenuhinya kebutuhankebutuhannya, atau menyangka bahwa akan terjadi sesuatu hal yang menghalangi keinginannya. 27 b. Konflik Adanya dua kebutuhan atau lebih yang berlawanan dan harus dipenuhi dalam waktu yang sama. Menurut Zakiah Daradjat konflik adalah terdapatnya dua macam dorongan atau lebih yang berlawanan atau bertentangan satu sama lain dan tidak mungkin dipenuhi dalam waktu yang sama. 28 c. Ancaman Adanya bahaya yang harus diperhatikan. Badudu dan Zain mengatakan bahwa ancaman merupakan peringatan yang harus diperhatikan dan diatasi agar tidak terlaksana. 29 d. Harga diri Harga diri adalah suatu penilaian yang dibuat oleh individu tentang dirinya sendiri dan dipengaruhi oleh interaksinya dengan lingkungan. Harga diri bukanlah faktor yang dibawa sejak lahir tetapi merupakan faktor yang dipelajari dan terbentuk berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh individu. Koeswara mengatakan bahwa terhambatnya
27
Daradjat, Z. Kesehatan Mental. (Jakarta : Gunung Agung,1990) h.24 Ibid. h.26 29 Zain, B. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1994) h.47 28
27
pemuasan kebutuhan rasa harga diri mengakibatkan perasaan rendah diri, tidak pantas, tidak mampu, tidak berguna dan lemah. 30 e. Lingkungan Freud mengatakan bahwa factor yang dapat mempengaruhi kecemasan adalah lingkungan di sekitar individu. Lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat dalam komunitas tertentu yang terdapat interaksi diantara individu dalam masyarakat tersebut. Adanya dukungan dari
lingkungan,
membuat
individu
berkurang
kecemasannya,
lingkungan yang dimaksud diatas dapat berupa dukungan sosial. Sumber-sumber rasa cemas yaitu, kurang percaya diri, masa depan tanpa tujuan, ketidakpuasan kerja, masalah keuangan, lingkungan, bahaya dalam diri manusia atau bahaya dari luar yang oleh individu ditafsirkan lain karena persepsi yang keliru dari realitas lingkungannya. 31 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah sebab atau kondisi pendahulu yang menimbulkan suatu gejala yang mempengaruhi kecemasan. Kemudian faktor yang mempengaruhi kecemasan terbagi dalam dua macam, yaitu: a. Pribadi Penyebab kecemasan yang berasal dari pribadi adalah frustrasi, konflik, harga diri, usia, pekerjaan, religiusitas, kepuasan hidup. b. Lingkungan 30
Koeswara.E . Teori-teori Kepribadian. (Bandung : PT. Eresco, 1991) h.125 Sukmana, O. Dasar-dasar Psikologi Lingkungan. (Malang : Bayu Media dan UMM Press. 2003) h.76 31
28
Penyebab kecemasan yang berasal dari lingkungan adalah tidak adanya dukungan sosial, ancaman. 4. Gejala-gejala Kecemasan Hawari mengatakan bahwa gejala-gejala orang yang mengalami kecemasan adalah khawatir, takut akan pikirannya sendiri, firasat buruk, tegang, gelisah, mudah terkejut, gangguan konsentrasi, sesak nafas, jantung berdebar-debar, sakit kepala, gangguan pencernaan. 32 Kartono mengemukakan gejala-gejala kecemasan yaitu gemetar, berkeringat dingin, mulut menjadi kering, membesarnya pupil, sesak nafas, murus atau diare. 33 Menurut Zakiah Daradjat kecemasan terdiri dari dua kelompok gejala, yaitu : 34 a. Gejala fisik Gejala fisik meliputi ujung-ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak teratur, jantung berdebar-debar, meningkatnya denyut nadi, tekanan darah meningkat, keringat berlebihan, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing dan nafas sesak. b. Gejala mental Gejala mental meliputi perasaan takut, perasaan akan tertimpa bahaya atau kecelakaan, tidak mampu memusatkan perhatian, tidak berdaya, rasa rendah diri, hilangnya rasa percaya diri, tidak tentram, ingin 32
Hawari. Manajemen Stres Cemas dan Depresi.(Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2001) h.66 Kartono, K. 1986. Gangguan-gangguan Psikis. (Bandung : Sinar Baru, 1986) h.140 34 Daradjat, Z. Kesehatan Mental. (Jakarta : Gunung Agung,1990) h.28 33
29
lari dari kenyataan hidup. Gejala kecemasan yang lain adalah mengkhawatirkan sesuatu dan hal-hal kecil, percaya bahwa sesuatu yang menakutkan akan terjadi tanpa ada sebab yang jelas, merasa terancam dengan orang lain atau peristiwa yang secara normal tidak apa-apa, ketakutan akan kehilangan kontrol, sulit konsentrasi, memikirkan pikiranpikiran yang mengganggu secara terus menerus, dan khawatir akan kesendirian. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gejala kecemasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu gejala psikologis dan gejala fisiologis. Gejala psikologis diantaranya adalah perasaan takut, sulit konsentrasi, merasa tidak berdaya, khawatir akan kesendirian, percaya bahwa sesuatu yang menakutkan akan terjadi tanpa sebab yang jelas, bingung dan tegang. Gejala fisiologis antara lain jantung berdebar-debar, berkeringat dingin, nafas sesak, sering ingin buang air, mual, tidur tidak nyenyak, ujung-ujung jari terasa dingin dan sakit kepala. 5. Macam-macam Kecemasan Menurut Cattel dan Scheier : 35 a. State anxiety adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu, yang dirasakan sebagai suatu ancaman. Keadaan ini ditentukan oleh perasaan ketegangan yang subyektif.
35
1994) h.49
De Clerg, L. 1994. Tingkah Laku Abnormal. (Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia,
30
b. Trait anxiety menunjuk pada ciri atau sifat seseorang yang cukup stabil yang mengarahkan seseorang untuk menginterpretasikan suatu keadaan sebagai ancaman yang disebut dengan anxiety proness (kecenderungan akan kecemasan). Orang tersebut cenderung untuk merasakan berbagai ancaman sebagai keadaan yang membahayakan atau mengancam dan cenderung untuk menanggapi dengan reaksi kecemasan. Sigmund Freud membedakan kecemasan berdasarkan sumbernya menjadi tiga macam, yaitu : 36 a. Kecemasan riel Kecemasan riel adalah kecemasan atau ketakutan yang realistis, atau takut akan bahaya nyata yang berasal dari dunia luar. Kecemasan riel bersumber dari ego individu. b. Kecemasan neurotik Kecemasan neurotik adalah kecemasan atas tidak terkendalinya naluri-naluri primitif oleh ego yang nantinya bisa mendatangkan hukuman. Walaupun sumbernya berada di dalam diri, kecemasan neurotik pada dasarnya berlandaskan kenyataan, karena hukuman yang ditakutkan oleh ego individu berasal dari dunia luar. Kecemasan neurotik bersumber pada id individu. c. Kecemasan moral Kecemasan moral adalah kecemasan yang timbul akibat tekanan superego terhadap ego individu, karena individu telah atau sedang 36
Koeswara.E . Teori-teori Kepribadian. (Bandung : PT. Eresco, 1991) h.45
31
melakukan tindakan yang melanggar moral. Kecemasan moral ini tampak dalam bentuk rasa bersalah atau perasaan berdosa. Kecemasan moral ini bersumber pada superego individu. Kartono membedakan kecemasan dalam kaitannya dengan gangguan kepribadian, yaitu : 37 a. Kecemasan neurotis yang berkaitan dengan mekanisme-mekanisme pelarian diri dan pembelaan diri yang negatif, banyak disebabkan oleh rasa bersalah dan berdosa serta konflik-konflik emosional yang serius dan kronis berkesinambungan, frustrasi dan ketegangan batin. b. Kecemasan psikotis adalah kecemasan karena merasa terancam hidupnya dan merasa kacau balau ditambah kebingungan yang hebat disebabkan oleh dipersonalisasi dan disorganisasi psikis. Berdasarkan uraian diatas, macam-macam kecemasan dibedakan berdasarkan beberapa hal. Kecemasan berdasarkan sifatnya adalah state anxiety dan trait anxiety. Kecemasan berdasarkan sumbernya yaitu kecemasan riel, kecemasan neurotic dan kecemasan moral. Sedangkan kecemasan dalam kaitannya dengan
gangguan kepribadian
adalah
kecemasan nuerotis dan kecemasan psikotis. C. Kematian 1. Pengertian Kematian Kematian yang berasal dari kata dasar mati, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan tidak bernyawa, tidak hidup lagi. 38 37
Kartono, K. Gangguan-gangguan Psikis. (Bandung : Sinar Baru, 1986) h.40
32
Kematian
adalah
keniscayaan,
tidak
satu
jiwapun
dapat
menghindarinya. Sedikit sekali yang mau menerimanya kalau enggan berkata bahwa semua orang merasa sangat berat meninggalkan hidup ini. Semua berkata dalam hatinya seperti ucapan Khairil Anwar : “ Aku ingin hidup seribu tahun lagi”. 39 Kematian merupakan ancaman bagi eksistensi manusia, manusia memiliki kesadaran terhadap kematian, baik itu disadari atau tidak. Reaksi yang muncul diantaranya adalah : 40 a. Melarikan diri dan merepresi urgensi kematian dengan cara sibuk bekerja, bergosip, bahkan memasukkan diri dalam dunia khayalan. b. Menerima kematian sebagai fakta yang tidak dihindarkan dan mengambil posisi humanis, yaitu dengan berusaha memperkaya kehidupan dengan cara membuat hidup menjadi menyenangkan dan memuaskan diri. c. Memberontak terhadap kematian, seperti pemberontakan dalam alam dan takdir. Pemberontakan dilakukan seperti dalam karya seni dan ambisi manusia untuk mendapatkan status, kekuasaan, atau kekayaan. d. Menghentikan eksistensi diri sendiri untuk hidup dalam dunia ideal, seperti orang yang melakukan bunuh diri atau gila.
38
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta : Balai Pustaka, 2002) h.723 39 Hidayat, K. Psikologi Kematian : Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme. (Bandung : PT. Mizan Publika, 2006) h.vii 40 Abidin, Z. Analisis Eksistensial untuk Psikologi dan Psikiatri. (Bandung : Refika Aditama, 2002) h.13
33
e. Ikhlas dan patuh menerima keterbatasannya, seperti yang dilakukan orang-orang beragama.
Islam memberikan perspektif yang positif tentang kematian. Kehidupan dan kematian adalah tanda-tenda kebesaran Allah. Kehidupan dan kematian adalah ujian bagi manusia, agar manusia dapat mengambil pelajaran dari keduanya, dan berbuat baik di atas bumi. Dalam Al-Qur’an dinyatakan ;
َ ُ ُّ َ ۡ ُ ُ ۡ َ َ ۡ َ َ ۡ َ ۡ َ َ َ َّ ُ� ۡم أ ۡح َس ُن َ� َم ٗ� ۚ َو ُه َو ٱلۡ َعز�ز َ َ َ ٰ ٱ�ِي خلق ٱلموت وٱ�يوة ِ�بلو�م �ي ِ ُ ٱلۡ َغ ُف ٢ ور “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” Kematian hanya merupakan salah satu tahap dari perjalanan manusia sebagai makhluk yang diciptakan Allah. Setelah manusia di ciptakan dengan sebaik-baiknya bentuk mulai dari masa konsepsi, Allah kemudian mematikannya. Namun sesudah itu, manusia akan dibangkitkan di hari kiamat. Menurut perspektif islam, kamatian dianggap sebagai peralihan kehidupan, dari kehidupan dunia menuju kehidupan di alam lain. Menurut
34
islam, setelah meninggal dan dikuburkan, manusia akan dihidupkan kembali. Kematian di alam kubur seperti tidur untuk menghadapi hari kebangkitan. Mereka yang berpisah bertemu
kembali
dalam
kehidupan
karena kematian di dunia, dapat setelah
mati,
manusia
akan
mempertanggung jawabkan perbuatannya selama hidup di dunia. 41 Feifel mengatakan bahwa dalam sejarah umat menusia, kematian dipandang sebagai misteri. Eksistensialisme melihat kematian sebagai peristiwa berakhirnya keberadaan yang dapat menimbulkan kecemasan atau ketakutan maupun keotentikan pada manusia. Manusia dapat menemukan makna dan fakta keunikan serta individualitas diri dan hidup inidividu dari adanya
kematian.
Individu
dapat
mencapai
dasar
keunikan
dan
individualitas dirinya apabila ia menyadari dirinya akan mati. Sebagian agama memandang kematian sebagai batas hidup di dunia sekaligus awal dari kehidupan di alam lain serta merupakan landasan akan penyempurnaan makna hidup. 42 Koeswara mendefinisikan kematian sebagai peristiwa yang tidak dapat dihindarkan dan merupakan refleksi dari keterbatasan manusia. Kecemasan menghadapi kematian merupakan problem yang sering terjadi
41
Hidayat, K. Psikologi Kematian : Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme. (Bandung : PT. Mizan Publika, 2006) h. 5 42 Koeswara, E. Psikologi Eksistensial. (Bandung : PT. Eresco, 1987) h.107
35
dan problem ini dilatarbelakangi oleh ketidakyakinan manusia untuk menentukan tempat, waktu dan cara matinya nanti. 43 Berdasarkan uraian diatas kecemasan menghadapi kematian adalah suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan berupa perasaan takut, tidak berdaya, rasa berdosa atau bersalah, terancam yang terjadi pada individu dalam menghadapi kenyataan bahwa dirinya akan kehilangan nyawa dan tidak hidup lagi di dunia ini. 2. Dinamika Kecemasan Menghadapi Kematian Pada umumnya selama manusia hidup, manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup, mempertahankan dirinya agar dapat terus melanjutkan kehidupan. Manusia membayangkan dan mendambakan keabadian, hidup di dunia dan menikmati segala yang ada untuk selamalamanya. Pada kenyataannya, semua makhluk hidup di dunia pasti akan mengalami kematian, karena setiap ada kehidupan pasti pada akhirnya akan menuju pada kematian. Oleh karena itu, kematian merupakan hal yang wajar terjadi dalam kehidupan. Meskipun demikian, kematian dapat menjadi hal yang mencemaskan bagi beberapa individu. Ketidaktahuan mengenai hal dibalik kematian, seperti manusia tidak pernah tahu kapan ia akan mati, bagaimana ia akan mati, dimana ia akan mati, dan apa yang akan ia alami setelah ia mati, menimbulkan kecemasan dalam diri manusia. Manusia pun merasa cemas menghadapi kematian dirinya sendiri. 43
Ibid. h.40
36
D. Lansia 1. Pengertian Lansia Memasuki masa lanjut usia merupakan periode akhir di dalam rentang kehidupan manusia di dunia ini. Kisaran usia yang ada pada periode ini adalah 60 tahun ke atas. Perubahan fisik ke arah penurunan fungsi-fungsi organ merupakan indikator utama yang tampak jelas, guna menandakan masa tersebut sudah memasuki masa lansia. Perubahan fisik tersebut biasanya ditandai dengan beberapa ciri seperti, gigi, rambut sudah memutih, kulit mulai mengering dan keriput. 44 Menurut
Elizabeth
Hurlock
dalam
bukunya
“Psikologi
Perkembangan” masa lansia adalah masa dimana seseorang mengalami perubahan fisik dan psikologis. Bahkan ketika masa tua disebut sebagai masa yang mudah dihinggapi segala penyakit dan akan mengalami kemunduran mental seperti menurunnya daya ingat, dan pikiran. Agama islam memandang lansia dengan pandangan terhormat sebagaimana
perhatiannya
terhadap
generasi
muda.
Agama
islam
memperlakukan dengan baik para lansia dan mengajarkan metode supaya keberadaan mereka tidak dianggap sia-sia dan tidak bernilai oleh masyarakat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Isra’ ayat 2324 :
44
Zahrotun, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 126.
37
ۡ َ ُ َّ ٓ َّ ْ ٓ ُ ُ ۡ َ َّ َ َ ُّ َ َ َ َ َ ۡ َِندك ۡ َ � ًنا ۚ إ َّما َ� ۡبلُ َغ َّن ع َ َ ٰ ٰ وق ٰ � ر�ك �� �عبدوا إِ� إِياه و� ِٱل� ِ�ي ِن إِح ِ َ َۡ ٓ َ ُ ُ َ َ ََ ۡ َ� ُه َما فَ َ� َ� ُقل ل َّ ُه َما ٓ أ ُ ّ ٖف َو َ� َ� ۡن َه ۡر ُه َما َوقُل ل َّ ُهما ِ ٱلكِ� أحدهما أو ٗ قَ ۡو ٗ� َكر ٢٣ �ما ِ “ Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” Dukungan terhadap para lansia dan penghormatan terhadap mereka adalah hal yang di tekankan dalam islam. Orang yang sudah lanjut usia mempunyai hak-hak yang harus diperhatikan, islam sebagai agama sempurna berada dibarisan paling depan dalam memberi perhatian dan menjaga hak-hak mereka. Nabi Muhammad SAW bersabda : “ Sesungguhnya termasuk pengagungan terhadap Allah adalah memuliakan orang yang sudah beruban lagi muslim, memuliakan ahli Qur’an dengan tidak berlebihan dan tidak menyepelekannya, dan memuliakan para pemimpin yang berbuat adil”. 45 Dalam islam, penuaan sebagai tanda dan simbol pengalaman dan ilmu. Para lansia memiliki kedudukan tinggi di masyarakat khususnya, mereka adalah harta dari ilmu dan pengalaman, serta informasi dan
45
HR. Abu Dawud : 4843 ; dihasankan oleh Syaikh Albani rahimahullah dalam Shahih alJami’ no.2199
38
pemikiran. Oleh sebab itu, mereka harus dihormati, dicintai dan diperhatikan serta pengalaman yang harus dimanfaatkan. Nabi Muhammad SAW bersabda : “ Hormatilah orang yang lebih tua dari kalian dan cintai serta kasihilah orang-orang yang lebih muda dari kalian”. Islam juga mengajarkan agar kita selalu memperhatikan kondisi kesehatan lansia. Sebab, usia yang bertambah tua akan membuat lemah, lemah kemampuan panca indera, bahkan ada sebagian orang yang sudah tua, perbuatannya seperti kembali pada perbuatan anak-anak, maka dari itu perlunya perhatian lebih terhadap lansia. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ar-Rum ayat 54 :
َّ ُ َّ ُ ٗ ُ َ ُ َ َ ُ ََ َ ٱ� ٱ�ِي خلق�م ّمِن ض ۡع ٖف � َّم َج َعل ِم ۢن َ� ۡع ِد ض ۡع ٖف ق َّوة � َّم ۡ َ ٗ َ ۡ َ َ ٗ ۡ َ َّ ُ ۡ َ ۢ َ َ َ ُ ِ �لُ ُق َما � َ َشا ٓ ُء ۚ َو ُه َو ٱلۡ َعل ۚ جعل ِمن �ع ِد قو� ٖ ضعفا وشيبة يم ُ ٱلۡ َق ِد ٥٤ ير “ Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”
Masa dewasa akhir atau usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah
39
beranjak jauh dari periode dahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat. Usia enampuluhan biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut. 46 Adapun tugas-tugas perkembangan usia lanjut adalah sebagai berikut: a. Menyesuaikan diri dengan kondisi fisik dan kesehatan yang semakin menurun. b. Menyesuaikan diri dengan situasi pensiun dan penghasilan yang semakin berkurang. c. Menyesuaikan diri dengan kematian dari pasangan hidup. d. Membina hubungan dengan sesama usia lanjut. e. Memenuhi kewajiban-kewajiban sosial dan kenegaraan secara luwes. f. Kesiapan menghadapi kematian. 47 Erikson pada tahapan psikologi perkembangan psikososialnya menjelaskan masa dewasa akhir (lanjut usia) manusia dituntut untuk hidup dengan apa yang telah mereka perbuat selama masa hidupnya di periode yang lalu. Secara ideal mereka telah dapat mencapai integritasnya, integritas ini oleh Erikson diartikan sebagai suatu tahap dimana individu yang berada
46
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Erlangga, 1998), Cet. Ke-5,
h.30. 47
Elfi Yuliani Rochmah, Psikologi Perkembangan, ( Yogyakarta: STAIN Ponorogo Press, 2005), Cet. Ke-1, h. 84.
40
pada dewasa akhir merasakan dan mengalami kepuasan dalam menjalani hidupnya. 48
2. Pembagian Lansia Usia lanjut merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan manusia, biasanya usia tersebut dibagi-bagi ke dalam dua bagian, yaitu : a. Usia Madya Dini (antara usia 40 hingga 50 tahun). Pada usia madya dini adalah bahwa usia ini merupakan masa transisi. Seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja dan kemudian dewasa, demikian pula usia madya dini merupakan masa dimana pria dan wanita meninggalkan ciriciri jasmani dan perilaku dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru. Transisi senantiasa berarti penyesuaian diri terhadap minat, nilai, dan pola perilaku yang baru. Pada usia madya dini, cepat atau lambat, semua orang dewasa harus melakukan penyesuaian diri terhadap berbagai perubahan jasmani dan harus menyadari bahwa pola perilaku pada usia mudanya harus diperbaiki secara radikal. b. Usia Madya Lanjut (antara usia 50 tahun sampai 60 tahun keatas).
48
Zahrotun,dkk, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat dan Psikologi Islam,( Jakarta : UIN Jakarta Press,2006 ),h.57
41
Umumnya pada masa usia madya lanjut ditandai oleh adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan fisik, sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat. Walaupun dewasa ini banyak yang mengalami perubahan-perubahan tersebut lebih lambat dari pada masa lalu, namun garis batas tradisionalnya masih nampak. Meningkatkan kecenderungan untuk pensiun pada usia enampuluhan sengaja ataupun tidak sengaja usia enampuluhan tahun dianggap sebagai garis batas antara usia madya dini dengan usia madya lanjut. 49 Lanjut usia (lansia) merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi lagi seperti biasanya, untuk itu bimbingan keagamaan pada lansia adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok orang dalam rangka memberikan bantuan kepada lansia atau kelompok lansia agar kehidupan keagamaannya dapat berjalan selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga kebahagiaan hidup dapat tercapai di dunia dan di akhirat.
49
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Erlangga, 1998), Cet. Ke- 5, h. 320-321
BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH PERLINDUNGAN LANJUT USIA JELAMBAR
A. Sejarah Berdirinya Keberadaan Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar merupakan salah
satu
wujud
perhatian
pemerintah
Jakarta
untuk
menjawab
berkembangnya jumlah dan masalah lansia terlantar yang dari tahun ke tahun cenderung meningkat, kenyataan yang ada menunjukan bahwa di RPLU Jelambar jumlah warga binaan sosialnya selalu mengalami peningkatan dan jumlah ini akan terus bertambah, tidak membatasi kapasitas sesuai dengan kemampuannya. Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar merupakan unit pelaksana teknis dinas sosial provinsi Jakarta yang berada dibawah PSTW Budi Mulya cengkareng, dipimpin oleh seorang penanggung jawab, bertanggung jawab kepada kepala panti dan kepala dinas sosial, dibentuk dengan peraturan gubernur no.57 tahun 2010 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja RPLU Jelambar yang beralamat di jalan jelambar 2 no.10 grogol petamburan, Jakarta barat adalah suatu RPLU milik dinas sosial yang menampung orang lanjut usia terlantar. 1
1
Wawancara dengan Ibu Sumaryati.S.Ap, penanggung jawab RPLU Jelambar, 29 September
2014.
42
43
1. Dasar hukum : a. UUD No.13 tahun 1998 tentang Lanjut Usia. b. UUD No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. c. Perda No. 10 tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Provinsi DKI Jakarta. d. Peraturan Gubernur No. 104 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta. e. Peraturan Gubernur No. 57 tahun 2010 tentang Penerapan dan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Sosial. B. Visi dan Misi Visi Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar adalah mengangkat harkat dan martabat lansia terlantar menuju kehidupan layak, sehat, berpegang teguh pada norma yang berlaku, dan juga manusiawi, dengan cara memberikan pembinaan dan penyantunan kepada lanjut usia terlantar secara maksimal. Misi Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar adalah agar para lanjut usia terlantar dapat terbina dan tersantuni, sehingga mampu melaksanakan fungsi sosialnya. C. Tugas Pokok, Fungsi, dan Tujuan Panti Tugas Pokok Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar adalah memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi Penyandang masalah kesejahteraan social (PMKS) lanjut usia terlantar.
44
Fungsi : a.
Pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi, identifikasi, motivasi, dan seleksi.
b. Penerimaan meliputi registrasi, persyaratan administrasi dan penempatan dalam panti. c. Perawatan dan pemeliharaan fisik dan kesehatan. d. Asesment meliputi penelaahan, pengungkapan dan pemahaman masalah dan potensi. e. Pembinaan fisik, bimbingan mental, sosial keagamaan dan pengisian waktu luang. f.
Penyaluran kembali kepada keluarga dan rujukan ke lembaga sosial lain.
g. Pembinaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi, asistensi, pemantapan dan terminasi. h. Pengurusan pemulasaraan jenazah dan pemakaman. Tujuan Rumah
Perlindungan
Lanjut
Usia
Jelambar
adalah
terbina
dan
tersantuninya PMKS lanjut Usia terlantar, sehingga mampu melaksanakan fungsi sosialnya. 2
2
Data Dinas Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar, 2014.
45
D. Sasaran dan Persyaratan Sasaran a. Lanjut usia terlantar, yaitu lanjut usia yang telah berusia 60 tahun keatas ( UU No.13 tahun 1998 ). b. Keluarga, yaitu keluarga yang karena sesuatu sebab mereka tidak dapat memberikan pelayanan yang memadai kepada orang tua yang telah berumur diatas 60 tahun. c. Masyarakat terutama yang mau dan mampu untuk berpartisipasi aktifdidalam pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar. Persyaratan a. Laki-laki/ Perempuan. b. Tidak menderita gangguan jiwa. c. Tidak menderita penyakit menular. d. Mampu mengurus diri. E. Prosedur Pelayanan, Fasilitas Pelayanan dan Proses Pelayanan Prosedur pelayanan Penyerahan dari kepolisian a. Menyerahkan langsung ke sasana b. Surat penyerahan Penyerahan dari Institusi Sosial ( Pemerintah/ Swasta ) a. Surat pengantar penyerahan b. Laporan sosial ( Case Study )
46
Penyerahan dari keluarga/ masyarakat a. Menyerahkan langsung ke panti b. Membuat surat pernyataan tertulis diatas materai yang cukup Penyerahan dari rumah sakit a. Menyerahkan ke sasana dengan surat Rekomendasi dari Dinas Sosial setempat. b. Kelengkapannya: 1) Surat penyerahan. 2) Berita acara penyerahan. 3) Case Study. Fasilitas Pelayanan a. Penampungan dan perawatan. b. Pelayanan Kesehatan. c. Usaha Kesejahteraan Sosial, Mental dan Spritual bagi lansia binaan. d. Kegiatan Rekreatif dan Rekreasi. e. Pembinaan lanjut. Proses Pelayanan Untuk kelancaran pelaksanaan program penanganan PMKS lanjut usia di dalam Sasana, pelaksanaannya melalui tahapan sebagai berikut: 1) Pendekatan awal/intake process, terdiri dari: a. Orientasi dan Konsultasi b. Identifikasi 2) Penerimaan, terdiri dari:
47
a. Registrasi b. Penelaahan dan pengungkapan masalah c. Penempatan pada program 3) Bimbingan Sosial dan Keterampilan 4) Pembinaan lanjut a. Supervisi bagi lanjut usia binaan yang telah mampu melaksanakan fungsi sosialnya. b. Bimbingan sosial (Home Visit) terhadap lanjut usia binaan yang kembali kekeluarganya/wali. F. Kegiatan, Pengurus, Jumlah Warga Binaan (Lansia) Kegiatan Jenis kegiatan pembinaan sehari-hari di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar, adalah sebagai berikut : Tabel 1. Jenis Kegiatan Pembinaan Sehari-hari Lansia RPLU Jelambar 2014. NO. Jenis Kegiatan Pembinaan Sehari-hari Hari 1. Bimbingan Keterampilan Senin dan Rabu 2. Senam Kesehatan Selasa dan Jum’at 3. Bimbingan Rohani Kamis 4. Bimbingan Kesenian Rabu 5. Bimbingan Sosial Senin dan Rabu 6. Panggung Gembira 1 Bulan Sekali Sumber : Ibu Sumaryati.S.Ap, penanggung jawab RPLU Jelambar 2014
Pengurus
48
Para pengurus di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar ada 13 orang terdiri dari 9 pegawai negeri sipil dan 4 pegawai honorer atau pramusosial, berikut datanya dibawah ini. Tabel 2. Susunan pengurus RPLU Jelambar 2014. NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
NAMA Sumaryati. S.Ap M.Suwarma Saleh Suwarso Sumantri Joko Wasisto Slamet Riyadi Suharjo Rasini Wasri Arief Rahman Fitri Subiah Oktriana Yulia Widowati Meutia Novianti
JABATAN Penanggung Jawab Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Pramusosial Pramusosial Pramusosial Pramusosial
Sumber : Data Ka. SUB. Tata Usaha RPLU Jelambar 2014 Jumlah Warga Binaan (Lansia) Tabel 3. Jumlah Lansia berdasarkan usia. NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Usia 50-55 Tahun 56-60 Tahun 61-75 Tahun 76-80 Tahun 81-85 Tahun 86-90 Tahun 91-95 Tahun 96-100 Tahun Jumlah
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
4 36 3 4 1 1
1 35 2 5 1
5 71 5 9 2 1
49
44
93
Sumber : Data Ka. SUB. Tata Usaha RPLU Jelambar 2014 Dari table diatas dapat diketahui bahwa mayoritas warga binaan lansia di RPLU Jelambar berada dikisaran usia 61-75 tahun.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Temuan Dalam penelitian ini penulis mengadakan wawancara dan observasi langsung terhadap proses kegiatan bimbingan agama. Informan yang penulis wawancarai adalah penanggung jawab Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar, pembimbing agama, dan tiga orang lansia sebagai pihak yang terbimbing. Adapun gambaran umum mengenai informan adalah sebagai berikut : 1. Pembimbing a. Sumaryati S.Ap Beliau lahir di Jakarta pada tanggal 11 April 1996, dan jabatan yang beliau duduki di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar adalah selaku penanggung jawab bukan kepala panti karena RPLU Jelambar ini merupakan anak lembaga dariinduknya yaitu Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 2 Cengkareng, beliau baru menerima jabatan itu kurang lebih baru satu tahun, adapun alasan mengapa beliau dijadikan informan adalah karena beliau yang bertanggung jawab di RPLU Jelambar dan sebagai pembimbing penulis selama melakukan penelitian di RPLU Jelambar. Beliau
49
50
memberikan arahan dan masukan kepada penulis untuk mendapatkan informasi-informasi penting lainnya baik itu mengenai data-data seperti sejarah berdirinya RPLU Jelambar, visi dan misinya, kegiatan-kegiatan, dan lain sebagainya yang penulis harus ketahui untuk kepentingan penelitian ini. 1 Adapun hubungannya dengan judul penelitian penulis, menurutnya kecemasan kematian itu adalah rasa trauma lansia terhadap pengalaman pribadi yang dilihatnya yang belum bisa ia terima contohnya ketika menyaksikan temannya meninggal dunia, perpisahan dan kehilangan yang timbul setelahnya membuat lansia cemas akan kematian, ini merupakan suatu masalah psikologis yang harus diluruskan jika sudah menimpa pikiran lansia, maka dari itu bimbingan bimbingan agama tentang kematian yang lebih kearah kuratif sangat dibutuhkan untuk menyadarkan lansia karena kematian adalah sesuatu yang pasti akan datang, kematian merupakan siklus akhir dari tahap kehidupan manusia didunia menuju hidup yang abadi diakhirat sana. Ibu sumaryati selaku penanggung jawab di RPLU Jelambar dalam rangka mencegah lansia dari masalah tersebut menerapkan strategi preventif atau pencegahan, yang aplikasinya yaitu dengan
1
Wawancara dengan Ibu Sumaryati.S.Ap, penanggung jawab RPLU Jelambar, 29 September 2014.
51
cara mengaktifkan kegiatan-kegiatan positif setiap harinya dipanti yang didasari suatu pemikiran jika para pembimbing dapat menghindari lansia darimasalah-masalah yang sangat potensial untuk timbul dengan ragam kegiatan yang ada sehingga perasaan yang biasanya ada pada lansia dipanti seperti perasaan kesepian, perasaan tidak berguna, cemas, dan lain sebagainya maka potensi timbulnya masalah-masalah psikologis pada lansia tersebut bisa diminimalisir kemunculannya. b. Ustadz Agus Makhsum Beliau lahir di Indramayu pada tanggal 23 Desember 1955, amanah yang beliau dapatkan di RPLU Jelambar adalah sebagai pembimbing agama, dan menjadi pembimbing agama dari tahun 2010 sampai sekarang. Tugas beliau adalah membimbing dan mengarahkan lansia sebagi orang yang terbimbing ke jalan yang lurus melalui jalan agama yang berpedoman kepada Al-Qur’an dan Hadist, adapun alasan penulis mengambil beliau sebagai informan adalah karena memang fokus penelitian penulis dalam skripsi ini yaitu
tentang
bimbingan
agamanya
yang
meliputi
strateginya,metodenya, dan lain-lain dalam bimbingan yang beliau jalankan. 2
2
Wawancara dengan Ustadz Agus Makhsum, Pembimbing Agama RPLU Jelambar 25 September 2014.
52
Kecemasan kematian pada lansia menurutnya adalah perasaan takut ketika mengingat kematian karena belum mempunyai bekal yang cukup untuk menghadap ilahi, masih minimnya pengetahuan agama mereka tentang kematian itu sendiri membuat mereka menjadi cemas, dalam hal ini ustadz agus makhsum lebih kepada proses penyembuhan atau strategi kuratifnya dengan jalan ceramah dan juga pendekatan langsung tehadap lansia agar para lansia semangat dalam menjalani hidup dan terus beribadah kepada Allah agar amal ibadahnya terus bertambah dan kelak siap untuk menghadap Allah dengan bekal yang cukup, yang mana semua itu dilakukan dengan cara memberikan materi-materi yang bijak seputar agama khususnya tentang kematian yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadist. 2. Terbimbing a. Jumini Beliau lahir di Indramayu pada tanggal 21 juni 1942, beliau sudah 2 tahun 6 bulan berada dipanti anak dan suaminya telah meninggal dunia, merantau ke Jakarta demi mencari kehidupan dan akhirnya beliau diberi rujukan sama camat setempat agar tinggal dipanti jompo saja karena mengingat usianya sudah tua, dan tidak mempunyai sanak saudara di Jakarta, beliau sangat bersyukur tinggal dipanti daripada hidupnya tidak jelas dijalanan, beliau rajin mengikuti
53
kegiatan-kegiatan yang ada dipanti terutama kegiatan bimbingan agamanya,karena dengan agama beliau bisa tahu mana yang benar dan mana yang salah dan bisa menjalankan ibadah dengan baik agar kelak jika beliau mati bisa pulang dengan membawa bekal yang cukup untuk kehidupan yang kekal disana. 3 Ibu Jumini merupakan lansia yang taat ibadahnya, ia tidak pernah melewatkan shalat 5 waktu setiap harinya, juga dalam kegiatan lain iapun cukup aktif mengikutinya seperti kegiatan qasidah, keterampilan, dan lain sebagainya. Ketika penulis bertanya tentang kematian seperti apa rasanya ketika ia mengingatnya ia menjawab
sambil
menundukan
kepalanya
sambil
menjawab
bahwasanya ia sedih ketika memikirkan kematian karena ia tinggal dipanti dan punya pengalaman pribadi yang kurang mengenakan dibenaknya yang ia lihat ketika ada lansia yang meninggal dipanti seperti nanti kuburannya tidak ada yang merawatnya karena jauh dari keluarga, takut kuburannya nanti dapat beberapa tahun digali lagi terus ditumpuk oleh jenazah yang lain, terus bagaimana nanti keadaan di dalam kuburnya karena ia ditumpuk-tumpuk seperti itu, itu yang membuat ibu jumini sedih ketika ingat kematian, akan tetapi setelah dibimbing diberi arahan yang benar oleh penanggung jawab panti dan juga pembimbing agama Alhamdulillah sekarang ia menjadi lebih 3
2014
Wawancara dengan nene Jumini ( Lansia RPLU Jelambar), Jakarta, 22 September
54
tenang dan lebih berpikir positif lagi ke depannya, dan fokus untuk terus meningkatkan amal ibadahnya kepada Allah agar kelak bisa menolongnya nanti diakhirat. b. Yuli Beliau lahir di Bandung pada tanggal 17 Juni 1943 sudah 2 tahun beliau tinggal dipanti tidak mempunyai anak karena suaminya meninggal, seluruh hartanya dirampas oleh mertuanya sendiri akhirnya beliau tidak punya apa-apa lagi dan setelah berpikir panjang memutuskan untuk tinggal dipanti jompo saja daripada hidup dijalanan, selanjutnya beliau meminta surat rekomendasi dari polisi agar bisa bisa ditempatkan atau tinggal dipanti jompo, kini di sisa-sisa hidupnya beliau memasrahkan dirinya kepada Allah sambil terus berusaha beridah semaksimal mungkin agar kelak bisa meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Ibu yuli termasuk lansia yang ceria yang sangat aktif mengikuti kegiatan-kegiatan
yang ada dipanti setiap harinya
walaupun sekarang umurnya sudah menginjak diusia 71 tahun, termasuk juga dikegiatan bimbingan agamanya yang selalu ia tunggu, bahkan ketika hari bimbingan agama tiba ia selalu datang duluan ke mushola sebelum pembimbing agama datang, rasa semangat untuk beribadah kepada Allah menjadi penggerak hatinya untuk selalu
55
belajar agama, ketika penulis bertanya tentang perasaannya akan kematian yang pasti datang ia menjawab rasa takut pasti ada, perasaan takut itu didasari karena ia memikirkan bagaimana nanti suasana didalam kuburnya, hal seperti apa yang akan menimpanya nanti juga karena ia merasa bekal yang ada sekarang belum cukup masih sedikit, tetapi Alhamdulillah setelah ustadz Agus makhsum bimbing dengan metode ceramah dan juga melalui pendekatan-pendekatan ia merasa lebih tenang dan harus terus berbuat baik dibarengi dengan ibadah yang maksimal kepada Allah. c. Emiyati Beliau lahir pada tanggal 19 Mei 1939 di kampung halamannya yaitu Sragen, Jawa Tengah. Beliau sudah enam tahun berada di panti, nenek emi tidak mempunyai dan ditinggal suaminya di usia pernikahannya yang baru sembilan tahun untuk merantau ke Jakarta dan setelah itu tidak ada lagi kabar suaminya sampai sekarang, selang beberapa tahun karena sudah tidak ada yang manafkahi lagi, akhirnya beliau memutuskan untuk ke Jakarta dengan niat untuk mencari pekerjaan, akan tetapi sesampainya di Jakarta karena beliau tidak mempunyai skill untuk menempati suatu pekerjaan, beliaupun tidak kunjung mendapatkan pekerjaan. Akhirnya beliau memutuskan untuk menjadi seorang pengemis.
56
Cukup lama beliau menjadi pengemis di Jakarta tepatnya yaitu dikawasan Grogol, Jakarta barat. Karena peraturan di DKI Jakarta yang sedang gencarnya memberantas pengemis akhirnya ketika sedang mengemis beliaupun di tangkap oleh petugas Satpol PP didata dan selanjutnya dimasukan ke PSBDI Cengkareng dan dipindahkan di RPLU Jelambar, dan karena tidak mempunyai sanak saudara di Jakarta beliaupun pasrah untuk tinggal di panti sampai sekarang. Sama seperti lansia yang lain, nenek emi juga termasuk lansia yang selalu mengikuti kegiatan yang ada dipanti. Nenek emi mempunyai teman yang sangat akrab di panti yaitu nenek yanti, beliau sudah menganggap nenek yanti sebagai saudaranya sendiri, suatu ketika nenek yanti jatuh sakit dan tidak kunjung sembuh, beliaupun selau menemaninya hingga pada saat nenek yanti sakaratul maut dan meninggal beliau menyaksikannya. Nenek emi sangat sedih dan seperti orang ketakutan mengurung diri terus dikamar hingga berhari-hari, tidak mau mengikuti kegiatan seperti biasanya. Melihat permasalahan
itu
pada
akhirnya
ustadz
Agus
makhsum
mendatanginya mengajak nenek emi untuk berbagi cerita akan permasalahan yang dialamainya selanjutnya bertukar pikiran dan mencari solusinya. Setelah digali permasalahannya lalu ditemukanlah mengapa nenek emi bersikap seperti itu, yaitu ternyata nenek emi menyimpan trauma yang mendalam ketika melihat temannya sakaratul maut lalu meninggal dunia. Selanjutnya ustadz Agus
57
makhsum memberikan pengertian yang lebih akan hakikat sebuah kematian dan Alhamdulillah nenek emi bisa menerimanya dan kembali beraktifitas seperti biasa lagi di panti. B. Strategi Bimbingan Agama Dalam Menghilangkan Kecemasan Kematian Setelah penulis melakukan observasi dan wawancara langsung dilapangan, penulis menemukan dua strategi yang diterapkan oleh pembimbing, baik itu pembimbing agama maupun pembimbing di bagian lainnya dalam rangka menghilangkan kecemasan kematian pada diri lansia di RPLU Jelambar, yaitu strategi preventif dan juga strategi kuratif yang mana penjelasannya adalah sebagai berikut : 1. Strategi Preventif Strategi preventif atau pencegahan adalah upaya bimbingan yang diarahkan untuk mengantisipasi masalah-masalah umum individu dan mencoba mencegah jangan sampai terjadi masalah tersebut pada individu.Pembimbing berupaya untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencegah masalah tersebut. Pendekatan preventif mencoba mengantisipasi masalahmasalah atau mencegah terjadinya masalah. Masalah-masalah yang dimaksud
pada lansia seperti kesepian, perasaan tidak berguna,
cemas dan sejenisnya yang secara potensial masalah itu dapat terjadi
58
pada lansia secara umum. Model preventif ini, didasarkan kepada pemikiran bahwa jika pembimbing dapat menghindari lansia dari masalah-masalah tersebut dengan memberikan ragam kegiatan yang ada , maka pembimbing akan dapat mencegah lansia dari masalahmasalah yang sangat potensial untuk timbul. “Strateginya ya, kita disini memakai dua strategi atau cara yaitu strategi preventif atau pencegahan dan juga strategi kuratif atau penyembuhan, strategi preventif yaitu dengan cara mengaktifkan kegiatan-kegiatan yang positif disini, seperti kegiatan bimbingan agama, bimbingan keterampilan, bimbingan kesenian kaya qosidah dan lain-lain dengan suatu tujuan agar para lansia dapat terisi hariharinya dengan hal-hal yang positif. Kalau strategi kuratif yaitu dengan cara memberikan nasihat-nasihat secara langsung baik itu dengan jalan ceramah jadi terus kita siram tuh dengan agama agar rohaninya kuat dan juga dengan cara pendekatan, pendekatan antara seorang ustadz dengan muridnya, pendekatan pengajar dengan yang diajar dengan jalan satu persatu.” 4 Berbagai teknik dapat digunakan dalam pendekatan ini termasuk membimbing dan memberikan informasi. Bimbingan yang ada di RPLU Jelambar seperti bimbingan keterampilan,bimbingan kesenian, bimbingan rohani, bimbingan baca Al-Qur’an, bimbingan sosial, dan lain sebagainnya yang dijalankan oleh lansia sebagai rutinitasnya dalam kehidupan sehari-harinya di panti. “Senin dan kamis kita ada bimbingan rohani, hari rabu ada qosidah, selasa dan kamis ada membuat keterampilan untuk kakek nenek yang mau saja kerena usia mereka seperti membuat keset,pernak pernik, kipas-kipas kecil, dll, selasa dan jum’at kita ada senam, dan kalau hari sabtu dan minggu kita tidak ada kegiatan tetapi biasanya ada dari donatur bakti sosial jadi mereka bikan acara supaya nenek kakek 4
Hasil wawancara pribadi dengan Bpk. Agus Makhsum (Pembimbing Agama RPLU Jelambar), Jakarta 25 September 2014.
59
gembira , dan setiap satu bulan sekali ada panggung gembira, panggung gembira itu kita panggil pemain organ nanti nenek kakek pada nyayi pada joged bareng gitu biar pada seneng.” 5 Bimbingan merupakan usaha membantu orang lain dengan mengungkapkan dan membangkitkan potensi yang dimilikinya. Sehingga dengan potensi itu, ia akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya secara wajar dan optimal, yakni dengan cara memahami dirinya, mengenal lingkungannya, mengarahkan dirinya, mampu mengambil keputusan untuk hidupnya, dan dengannya ia akan dapat mewujudkan kehidupan yang baik, berguna, dan bermanfaat di masa kini dan masa yang akan datang. 6 Tujuan dengan adanya kegiatan-kegiatan positif tersebut di harapkan
lansia bisa melupakan masalah-masalah
yang ada
dibenaknya dan merubah pola pikirnya ke arah yang lebih maju. Masalah seperti rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan, khawatir, kesepian, depresi, kecemasan menghadapi kematian, merupakan sebagian kecil yang harus dihadapi para lansia. Satu sebab rasa tidak bahagia adalah cara berfikir yang negatif terhadap diri mereka sendiri dan orang lain. Mereka percaya hidup sendirian itu mengerikan dan merasa cemas sebab bertambah tua tanpa keluarga atau seorangpun yang dicintai.
5
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Sumaryati.S.Ap ( penanggung jawab RPLU Jelambar),Jakarta 29 September 2014. 6 M. Lutfi, Dasar-dasar bimbingan dan penyuluhan (konseling) islam, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah 2008), h.6.
60
Dengan mengisi hari-harinya di panti dengan kegiatan yang positif merupakan suatu upaya untuk memberikan peluang dan kesempatan bagi lansia untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai kegiatan atau aktifitas yang positif, bermakna, dan produktif bagi dirinya maupun orang lain. Kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan harus sesuai dengan minat, bakat, dan potensi yang mereka miliki. 2. Strategi Kuratif Strategi Kuratif atau penyembuhan adalah upaya atau tindakan yang diambil setelah terjadi kesalahan.Tindakan ini ditujukan untuk memberikan penyadaran agar mampu memperbaiki sesuatu yang salah, sehingga timbul kesadaran dalam dirinya untuk tidak melakukan kesalahan itu lagi. Tindakan kuratif pada lansia ini berbentuk pelayanan sosial bagi lansia yang diarahkan untuk penyembuhan atas gangguangangguan yang di alami lanjut usia, baik secara fisik , psikis maupun sosial. Contohnya, seorang pembimbing agama menegur dan menasihati lansia karena tidak melaksanakan shalat. Dikatakan secara kuratif karena dilaksanakan saat atau setelah terjadinya kesalahan pada pola fikir lansia yang tercermin dari tingkah laku sehingga mengganggu kehidupan lansia tersebut. Dalam
61
hal ini pembimbing
akan berusaha merubah pola fikir yang
menyimpang tersebut dan kemudian mengarahkannya dengan tujuan agar terciptanya tingkah laku lansiaberubah kearah yang benar dan juga lebih baik. Tindakan kuratif ini diaplikasikan pembimbing agama di RPLU Jelambar dengan cara memberikan nasihat-nasihat secara langsung ketika kegiatan bimbingan agama dilakukan yang bertempat dimushola Al-Ikhlas yaitu dengan menyampaikan materimateri agama dengan jalan ceramah dan juga dengan cara pendekatan langsung terhadap lansia. Adapun materi-materi agama yang di tekankan Ustadz Agus Makhsum selaku pembimbing agamadipanti yang tujuannya sebagai renungan bagi para lansia agar rasa takut atau cemas terhadap kematiannya bisa hilang dan berubah menjadi suatu motivasi untuk terus semangat beribadah kepada Allah, adapun materi-materi yang beliau berikan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan kematian itu sendiri yang semuanya bersumber dari Al-Qur’an dan hadist Nabi, berikut ini adalah hal-hal pentingnyayang harus lansia sadari dan juga sebagai bentuk instropeksi diri yaitu : 1. Kematian adalah perkara yang menyedihkan, tetapi jangan bimbang karena bertemu Allah adalah suatu kegembiraan yang tidak dapat digambarkan.
62
2. Mengenal diri sendiri atau introfeksi diri untuk apa kita hidup dan kemana kita hidup nantinya sebagai renungan. 3. Menyadari bahwa hidup semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah. 4. Kematian adalah hal yang pasti bagi manusia, dan tidak ada satupun manusia dapat menghindarinya, jadi janganlah takut pada kematian karena ia adalah sebuah keniscayaan. 5. Giat dan teruslah semangat beribadah kepada Allah untuk bekal kita di akhirat dan mohon agar ketika meninggal nanti dalam keadaan khusnul khatimah. 6. Meyakini bahwa kehidupan dan kematian adalah ujian bagi manusia agar manusia dapat mengambil pelajaran dari keduanya, dan selalu berbuat baik selama masih hidup didunia. Menurut Ustadz Agus Makhsum Jika semua point-point penting itu bisa dipahami dengan sungguh-sungguh dan diaplikasikan dalam hidup lansia sehari-hari, insya Allah lansia tidak akan cemas lagi akan yang namanya kematian, dan malah akan berubah menjadi energi positif yang akan membawa lansia lebih giat dalam beribadahnya. Semua yang disampaikan oleh ustadz Agus Makhsum itu menurutnya sejalan dan mengacu dengan firman Allah dalam surat Ali-Imran ayat 185 :
63
َ َ ٰ َ ۡ َ ۡ َ ۡ ُ َ ُ ُ َ ۡ َّ َ ُ َ َّ ۡ َ ُّ ُ ۡ َۡ ُ َ َٓ َ ت ��ما توفون أجور�م يوم ٱلقِ�مةِ� �من � ِ � �ف ٖس ذا�ِقة ٱلمو َّ ٓ َ ۡ ُّ ُ ٰ َ َ ۡ َ َ َ َ ۡ َ َ َ َّ َ ۡ َ ۡ ُ َ َّ َ َ ۡ �ِخل ٱ�نة �قد فاز ۗ وما ٱ�يوة ٱ��يا إ ِ ُزح ِزح ع ِن ٱ�ارِ وأد ُۡ َ ١٨٥ َِم�ٰ ُع ٱلغ ُرور Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan (QS. Al-imran: 185). 7 Dalam surat Al-Mulk ayat 2 Allah SWT juga berfirman :
َ ُ ُّ َ ۡ ُ ُ ۡ َ َ ۡ َ َ ۡ َ ۡ َ َ َ َ� ۡم أ ۡح َس ُن َ� َم ٗ� ۚ َو ُهو َ َّٱ�ِي خلق ٱلموت و ٱ�ي ٰوة ِ�َبل َو�م �ي ُ �ز ٱلۡ َغ ُف ُ ٱلۡ َعز ٢ ور ِ Artinya: Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS. Al-Mulk: 2). 8 Selain ayat-ayat diatas terdapat pula dalam surat An-Nisa ayat 78 :
ْ ُ ُ َ َََۡ ُّ ُ �� ُم ٱل ۡ َم ۡو ۡ َنت ۡم � بُ ُروج ُّم َش َّيدة ُ ت َول َ ۡو ُك ُ ٖ �ٖ ِ ِ��نما ت�ونوا يدر Artinya: di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh (QS. An-nisa: 78). 9 Ustadz Agus Makhsum juga terus menekankan kepada para lansia sebelum bimbingan agama dimulai untuk selalu diawali dengan membaca surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, Istighfar, 7
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta; CV, Bayan Qur’an, 2009), h. 74 8 Ibid, h. 562 9 Ibid h.90
64
dan juga dua kalimat Syahadat. Semua itu harus dihapal Surat-surat pendek itu untuk bacaan shalat mereka, istighfar itu agar mereka selalu mengingat Allah agar hati mereka tidak kosong, Syahadat itu agar mereka nanti ketika sakaratul maut dapat mengucapkannya dan bisa pulang ke pangkuan Allah dalam keadaan khusnul khatimah. Sesuai dengan pernyataan pembimbing : “Ya pastinya bimbingan agama seperti mengajarkan tata cara shalat yang benar, mengucapkan dua kalimat syahadat, bacaan-bacaan istighfar, surat-surat pendek, untuk membekali mereka selama masih didunia, karena dikuburan itu gelap gulita dan yang bisa menerangkannya adalah amal ibadah kita.” 10 3. Metode Bimbingan Agama Dalam pengertiannya metode diartikan sebagai segala sesuatu atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Adapun metode bimbingan agama yang diterapkan di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar yaitu : 1. Metode ceramah Metode Ceramah yaitu penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap muridnya. Dalam
konteks
pembinaan,
metode
ceramah
berarti
penyampaian materi secara langsung dengan mengunakan bahasa lisan, dari pembimbing agama kepada para lansia yang mengikuti 10
Hasil wawancara pribadi dengan Bpk. Agus Makhsum (Pembimbing Agama RPLU Jelambar), Jakarta 25 September 2014.
65
bimbingan keagamaan melalui kegiatan bimbingan rohani agama Islam. Metode ini sudah sesuai apabila digunakan dalam pembinaan keagamaan para lansia dikarenakan mengingat jumlah lansia yang mengikuti bimbingan rohani lumayan banyak, tidak ada buku panduan yang digunakan, dan kebanyakan para lansia hanya bisa diterangkan dalam bahasa lisan. Kebanyakan dari mereka tidak bisa membaca
dan
menulis,
jadi
metode
paling
efektif
dalam
menyampaikan materi agar bisa diterima yaitu dengan bahasa lisan. Dalam pelaksanaannya, penggunaan metode ini berupa ceramah interaktif. Pembimbing agama tidak selalu memberikan materi, akan tetapi diselingi dengan pertanyaan- pertanyaan pancingan tentang materi yang telah disampaikan. Fungsi dari pertanyaan ini adalah untuk mengetahui para lansia tersebut faham dengan materi yang disampaikan atau tidak, paling tidak ingat dengan materi yang telah disampaikan. Adapun dalam pelaksanaannya pada metode ceramah ini adalah sebagai berikut : 11 a. Materi Bimbingan Agama Materi-materi
yang
disampaikan
oleh
pembimbing
diantaranya yaitu bimbingan baca Al-Qur’an, bimbingan agama islam seperti bimbingan tentang kematian, fiqh, 11
ahlak, dan juga
Hasil wawancara dengan ibu Sumaryati dan Bpk. Agus Makhsum
66
ibadah.Semua materi yang disampaikan oleh pembimbing bersumber dari Al-Qur’an dan juga hadist Nabi karena kedua sumber ini merupakan pedoman dan juga pegangan hidup bagi manusia. b. Media Bimbingan Agama Media atau alat bantu yang digunakan dalam bimbingan agama ini ialah Al-qur’an serta lekarnya, microfont, soundsistem, dan juga didukung tempat yang nyaman sehingga proses belajar dan mengajar menjadi lebih menyenangkan. c. Tempat dan waktu Bimbingan Agama Pelaksanaan bimbingan agama di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar dilaksanakan setiap hari senin dan kamis pukul 10.0012.00. Ini merupakan bimbingan agama yang dilaksanakan secara kelompok atau bersama-sama yang dilaksanakan di mushola AlIkhlas Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar. Sedangkan untuk metode pendekatan secara personal tidak dijadwalkan waktu dan tempatnya, tergantung dengan situasi dan kondisi bisa di mushola, kamar, kantor, dan tempat-tempat lainnya.
2.
Metode Pendekatan
67
Metode pendekatan adalah metode dimana pembimbing agama melakukan komunikasi langsung bertatap muka secara satu persatu dengan lansia menggunakan bahasa yang halus dan ramah.Pendekatan disini adalah pendekatan antara seorang seorang ustadz dengan muridnya, pendekatan pengajar dengan yang diajar dalam rangka pembelajaran. Kelebihan metode ini pembimbing jadi bisa merasakan akan suatu hal yang sedang dirasakan oleh lansia, bisa juga diartikan pendekatan dari hati ke hati secara nonformal artinya diluar kegiatan yang ada bisa kapan saja dan dimana saja dengan tujuan membantu lansia memecahkan atau mengatasi masalah yang sedang menimpa dirinya. Sesuai dengan pernyataan pembimbing : “Dan juga dengan cara pendekatan, pendekatan antara seorang ustadz dengan muridnya, pendekatan pengajar dengan yang diajar dengan jalan satu persatu. Harus pendekatan terhadap mereka jangan diam saja, ya perhatianlah antara seorang pembimbing dengan yang dibimbing, nah dengan candaan dan pendekatan itulah kita juga bisa menyelipkan materi-materi seputar kematian seperti tadi.” 12 Pembimbing agama mempunyai perana penting untuk mengadakan pendekatan edukatif terhadap lansia.Pembimbing dapat berperan sebagai orang siap menampung segala rahasia pribadi dan menjadi sahabat yang akrab.Pembimbing harus memiliki kesabaran dan ketelitian dalam member kesempatan dan waktu yang cukup
12
Hasil wawancara pribadi dengan Bpk. Agus Makhsum (Pembimbing Agama RPLU Jelambar), Jakarta 25 September 2014.
68
banyak untuk menerima segala bentuk keluhan permasalahan agar lansia merasa puas. Bila ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka akan suatu hal pembimbing bisa melakukannya secara halus dan perlahan-lahan. Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya pembimbing dalam melakukan pendekatan yang bertujuan edukatif. C. Analisis Hasil Temuan Pada penelitian kali ini penulis fokus untuk membahas mengenai bimbingan agamanya, terutama strategi bimbingan agama dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia, strategi itu sendiri pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai tujuan tersebut. 13 Sehingga pada penelitian ini kita bisa lihat bagaimana seorang pembimbing agama dalam memberikan pengarahan-pengarahan kepada para lansia melalui bahasa-bahasa agama, sehingga kecemasan kematian pada lansia bisa hilang. Kecemasan kematian itu sendiri merupakan ketidaktahuan mengenai hal dibalik kematian, seperti manusia tidak pernah tahu kapan ia akan mati, bagaimana ia akan mati, dimana ia akan mati, dan apa yang akan ia alami setelah ia mati, menimbulkan kecemasan
13
Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1992), cet. Ke-4, h.32
69
dalam diri manusia. Manusia pun merasa cemas menghadapi kematian
dirinya
sendiri.Sehingga
diharapkan
setelah
Lansia
mengikuti bimbingan agama di panti, pandangan, nilai, dan sikap dari masing-masing lansia mengenai kematian dapat berubah serta bertambah iman dan taqwa mereka kepada Allah SWT. Dari hasil wawancara dan observasi langsung di lapangan penulis menemukan bahwa bimbingan agama atau bimbingan rohani di panti bermanfaat dan berpengaruh untuk membantu masalah yang dihadapi lansia. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ustadz Agus Makhsum : “Pengaruhnya banyak sekali di antaranya yaitu merubah sikap dan kebiasaannya dengan pengetahuan-pengetahuan umum maupun pengetahuan agama yang telah diberikan.” 14 Dari ungkapan Ustadz Agus Makhsum diatas terlihat bahwa bimbingan agama dapat merubah hidup lansia menjadi lebih baik melalui pengetahuan-pengetahuan umum dan juga pengetahuan agama yang disampaikan. Dari hasil observasi dan wawancara langsung pembimbing agama selama di lapangan, penulis juga melakukan wawancara langsung dengan terbimbing (lansia).Penulis menemukan bahwa seorang pembimbing agama memiliki peran dalam menghilangkan kecemasan kematian dan merubah lansia menjadi lebih tenang.
14
Hasil wawancara pribadi dengan Bpk. Agus Makhsum (Pembimbing Agama RPLU Jelambar), Jakarta 25 September 2014.
70
Sebagaimana yang diungkapkan oleh informan 1 sebelum bimbingan agama: “Perasaan takut ya pasti ada, takut nanti nenek didalam kubur itu kaya bagaimana, takut bekal nenek yang masih baru sedikit rasanya, dosadosa nenek yang banyak, tapi yang di cita-cita sih pengen jalan yang lurus, jalan yang jelas,jalan yang suci yang di sebut pak ustadz yaitu surga, tapi nene tidak bisa ngapa-ngapain karena semua sudah diatur sama yang maha tau, Allah itu tidak tidur, Allah tau seluruh umat yang ada didunia ini, yang penting nenek disini banyak-banyak ibadah aja buat bekal nenek nanti, begitu aja nenek mah.” Dari hasil wawancara diatas dapat terlihat sebelum lansia mendapatkan bimbingan agama yang lebih tentang kematian perasaannya takut masih menyelimuti dirinya dengan alasan karena ketidaktahuan karena minimnya pengetahuan yang di milikinya tentang alam kubur yang pasti ia akan jumpai itu seperti apa, membayangkan suasana seperti apakah nanti dialam kuburnya, juga takut akan kematian karena ia menyadari amalnya saat ini baru sedikit dan mengakui dosa-dosanya yang banyak, tapi nene yuli pun menyadari semua sudah diatur sama Allah SWT, dan yang penting mengerjakan ibadah semaksimal mungkin untuk bekalnya nanti. Seperti telah diungkapkan oleh informan 1 setelah mengikuti kegiatan bimbingan agama : “Tenang ya habis dijelasin pak ustadz Alhamdulilah seperti tadi katanya dikuburan itu gelap gulita yang bisa menerangkan ya amal ibadah kita aja , tinggal nenek aja yang harus lebih giat lagi ibadahnya
71
mohon sama Allah agar selalu diberi ingatan, jalan yang lurus, pikiran yang jujur, jangan sampai dikasih ketidak jelasan.” 15 Dari hasil wawancara diatas dapat terlihat lansia menjadi lebih tenang hatinya setelah diberi pengertian yang lebih tentang hakikat kematian, lansia pun menjadi lebih giat ibadahnya agar amal ibadahnya cukup dan bisa menolong mereka ketika menghadap Allah nanti. Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan 2 sebelum mengikuti bimbingan agama : “Setiap hari saya selalu ingat mati, saya tidak pikirkan makan,minum,baju,karena saya kira di panti ini walaupun tidak bagus tapi cukup ya, tetapi tentang mati yang saya masih pikirkan terus setiap hari, bagaimana saya besok kalau mati, karena di panti ini kalau ingin tau ya kita mati misalnya mati sore-sore besok pagi dimandiin langsung dikubur di jeruk purut ya,kemudian katanya beberapa bulan kemudian digali lagi diganti lain lagi, itu yang saya ingat dan terus saya pikirkan , sedangkan katanya yah orang mati itu disana di alam kubur bertahun-tahun , kekal kita disana nanti kita dipindahin lagi ke alam akhirat atau ke alam surga atau kemana itu, bagaimana nasib kita selama di alam kubur nantinya,sedangkan kuburan kita aja ditumpuk-tumpuk, itu yang membuat saya sedih dan saya pikirkan terus.” Dari hasil wawancara diatas dapat terlihat bahwasanya lansia ketika ingat akan kematian perasaannya sedih karena mempunyai pengalaman yang ia lihat tentang proses selanjutnya ketika ada orang yang meninggal dipanti
itu seperti apa, ia takut nanti ketika
meninggal nanti kuburannya setelah beberapa bulan itu digali lagi dan
15
Hasil wawancara pribadi dengan nene Yuli ( lansia RPLU Jelambar), Jakarta 25 September 2014.
72
ditumpuk oleh jenazah yang lain, itulah yang ia ketahui, terus bagaimana suasana dialam kuburnya nanti melihat kuburnya ditumpuk, karena ia tinggal dipanti dan menyadari pasti tidak ada sanak saudaranya yang peduli apalagi merawat kuburannya nanti. Seperti telah diungkapkan oleh informan 1 setelah mengikuti kegiatan bimbingan agama : “Alhamdulillah tambah tenang, makanya saya sih dari dulu masuk kesini juga tenang-tenang aja, kebetulan disini diajarin agama yang dulu juga waktu masih anak-anak saya sudah pelajari ya, terus disambung lagi disini saya senang lah jadi ilmu saya bertambah lagi.” 16 Dari hasil wawancara diatas dapat terlihat bahwasanya efek daripada bimbingan agama tersebut yaitu hati lansia menjadi tambah tenang karena pandangan mengenai kematiannya menjadi berbeda dan juga senang karena ilmu pengetahuan tentang agamanya menjadi bertambah. Hal senada juga di ungkapkan oleh informan 3 sebelum bimbingan agama : “ Waktu itu sedih dan takut aja kalau di bayangin, tapi karena sekarang nenek sudah dikasih tahu pengetahuan yang lebih tentang kematian, jadi tidak takut lagi sama yang namanya mati karena kata pak ustad kematian itu pasti bakal ditemukan sama setiap orang, ya sekarang mah yang penting banyakin ibadah aja banyakin istighfar mohon ampun sama Allah atas dosa-dosa kita.”
16
Hasil wawancara pribadi dengan nene Jumini ( lansia RPLU Jelambar ), Jakarta 22 September 2014.
73
Dari hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwasanya perasaan lansia tersebut ketika ingat akan kematian takut dan sedih karena minimnya pengetahuan mereka tentang arti dari kematian itu sendiri sehingga salah dalam memaknai sebuah kematian. Setelah diberi pengetahuan agama yang lebih tentang kematian, perasaan beliaupun berubah menjadi tenang sehingga kecemasan kematiannya bisa hilang, seperti yang diungkapkannya : “ Pengalaman yang udah pernah nenek rasain ya Alhamdulillah hidup nenek jadi tenang dan nenek jadi semangat lagi ibadahnya sehari-hari biar bekal nenek banyak dan bisa masuk syurga.” Bimbingan yang diberikan itu bersifat psikis (kejiwaan) bukan berbentuk finansial, media, dan lain sebagainya. Strategi dan materi bimbingan yang digunakan pembimbing di sesuaikan dengan kondisi lansia, dimana materi yang disampaikan antara lain seperti bimbingan baca Al-Qur’an , bimbingan agama islam seperti bimbingan kematian, fiqh, ahlak, ibadah, dan juga ditambah dengan hapalan surat-surat pendek seperti surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, bacaan-bacaan istighfar, dan juga dua kalimat syahadat, dan lain-lain. Dengan strategi yang digunakan yaitu strategi kuratif atau penyembuhan dengan cara memberikan nasihat-nasihat secara langsung dengan materi-materi agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadist Nabi dengan jalan ceramah dan juga dengan cara pendekatan langsung terhadap lansia secara satu persatu diluar kegiatan yang ada dipanti.
74
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan responden selama di lapangan penulis dapat dapat mengambil arti bahwasanya strategi
yang
diterapkan
oleh
pembimbing
menghilangkan
kecemasan
kematian
pada
agama
lansia
di
dalam Rumah
Perlindungan Lanjut Usia Jelambar bisa dikatakan berhasil. Dari pernyataan yang dikemukakan oleh respoden dapat terlihat bahwa pembimbing agama di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar berperan dalammemberikan bantuan kepada terbimbing dalam menghilangkan kecemasannya terhadap kematian dengan materimateri yang diberikan pembimbing agama sehingga pengetahuan akan hal kematiannya menjadi bertambah dan paham akan hakikat dari kematian itu sendiri.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar tentang strategi bimbingan agama dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia adalah sebagai berikut: 1. Strategi yang digunakan pembimbing agama itu ada dua yaitu strategi preventif dan juga strategi kuratif, Strategi preventif atau pencegahan adalah upaya bimbingan yang diarahkan untuk mengantisipasi masalah-masalah umum individu dan mencoba mencegah jangan sampai terjadi masalah tersebut pada individu. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan responden selama di lapangan penulis dapat dapat mengambil arti bahwasanya strategi yang diterapkan oleh pembimbing agama dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar bisa dikatakan berhasil. Dari pernyataan yang dikemukakan oleh respoden dapat terlihat bahwa pembimbing agama di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar berperan dalam memberikan bantuan kepada terbimbing dalam menghilangkan kecemasannya terhadap kematian dengan materi-materi yang diberikan pembimbing agama sehingga pengetahuan akan hal kematiannya menjadi bertambah dan paham akan hakikat dari kematian itu sendiri.
75
76
2. Pembimbing agama di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar telah melakukan beberapa upaya dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar, yaitu dengan mengadakan kegiatan-kegiatan positif setiap harinya dan menyampaikan materi-materi yang berkaitan dengan kematian, sehingga lansia menjadi lebih tenang dalam memandang kematian karena sudah mengetahui hakikat yang sebenarnya yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadist Nabi. 3. Sedangkan metode yang digunakan guna menerapkan strategi tersebut khususnya pada strategi kuratif didalam bimbingan agama di Rumah Perlindungan LanjutUsia Jelambar diantaranya yaitu metode ceramah dengan cara berkelompok berkumpul di mushola, dan juga metode pendekatan antara pembimbing dengan yang terbimbing dengan cara satu persatu di luar kegiatan yang ada. B. Saran Dari hasil pengamatan penulis mengenai bimbingan agama bagi lansia dalam menghilangkan kecemasan kematian di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar, penulis memberikan saran sebagai berikut : 1. Penanggung jawab panti dapat menambah sumber daya manusia dibidangnya masing-masing terutama dibimbingan agamanya lebih ada yang membimbing lagi. 2. Kegiatannya lebih terprogram lagi, agar lansia tidak banyak waktu yang kosongnya.
77
3. Sesuai permintaan informan dan penulis menanggapinya bahwa hal itu sangat penting agar pembimbing agama menambah materi tentang bagaimana tata cara melaksanakan shalat yang benar mulai dari niatnya sampai salam, cara mengerjakannya ketika sedang sakit, karena seperti yang kita ketahui bersama bahwasanya shalat itu adalah amal ibadah pertama yang akan Allah hisab ketika kita meninggal nanti.
78
DAFTAR PUSTAKA Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011 Abidin, Z.Refika Aditama Analisis Eksistensial untuk Psikologi dan Psikiatri. Bandung :, 2002 Atkinson, dkk. Pengantar Psikologi. Alih Bahasa : Nurdjannah Taufiq. Jakarta : Erlangga, 1991 Bimo Walgito, Bimbingan dan Koseling (studi & karier), Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010 Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Alih Bahasa : Kartini Kartono. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,1997 Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: CV Ilmu, 1975 D.Hendropuspito O.C, Sosiologi Agama, Yogyakarta: Penerbit Kanitius,1998 Daradjat, Z. Kesehatan Mental. Jakarta : Gunung Agung,1990 De Clerg, L. 1994. Tingkah Laku Abnormal. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia, 1994 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 2002 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta; CV, Bayan Qur’an, 2009 Elfi Yuliani Rochmah, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: STAIN Ponorogo Press, 2005 H.M.Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: PT.Golden Terayon Press, 1994 Hawari, Dadang, Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa, Jakarta : PT. Dana Bakti Prima Yasa, 2001
79
Hawari, Dadang, Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2001 Hurlock, Elizabeth. 1990. Psikologi Perkembangan edisi kelima Erlangga Jakarta Hendrawan Supratikno, Advanced Strategic Management: Back to Basic Approach, Jakarta: PT. Gravindo Utama, 2003 Hidayat, K. Psikologi Kematian : Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme. Bandung : PT. Mizan Publika, 2006 Irwanto, E.H. Psikologi Umum. Cetakan ketiga. Jakarta : Gramedia Pustaka Umum, 1994 Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007 Kartono.K ,Psikologi Perkembangan. Cetakan keempat. Bandung : CV. Mandar Maju, 1992 Kartono, K. Gangguan-gangguan Psikis. Bandung : Sinar Baru, 1986 Koeswara.E . Teori-teori Kepribadian. Bandung : PT. Eresco, 1991 Kardiman. A.M. ,Pengantar Ilmu Manajemen, Jakarta: PT. Pronhalindo Lexsy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya 1922 M.Umar,Bimbingan dan penyuluhan, Bandung : CV Pustaka Setia 2001 Mastuhu, Metodologi Penelitian Agama, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006 Mahmud, D.M. Psikologi Suatu Pengantar. Yogyakarta : BPFE, 1990 M. Lutfi, Dasar-dasar bimbingan dan penyuluhan (konseling) islam, Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah 2008 Nugroho Wahyudi, 1992. Buku Kedokteran EGC. Jakarta
80
Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1992 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta Ramayulis. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: 2001 Sondang Siagian, Analisa Serta Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi .Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986 Supriyono, Manajemen Strategi BPFE, 1986
dan Kebijaksanaan Bisnis .Yogyakarta :
Sukmana, O. Dasar-dasar Psikologi Lingkungan. Malang : Bayu Media dan UMM Press. 2003 Syarief Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan Dalam Islam, Jakarta : Firma Thohari
Musnawar,Dasar konseptual Bimbingan Islam,Yogyakarta : UII Press, 1992
dan
Konseling
Wilfred C.Smith. Memburu Makna Agama, Jakarta : PT Mizan Pustaka Zahrotun, Psikologi Perkembangan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006 Ziauddin Sardar , Tantangan Dunia Islam Abad 21, Terjemahan A.E Priyono dan Ilyas Hasan, Bandung : Mizan, 1996 Zain, B. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Sinar Harapan, 2004 Zahrotun,dkk, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat dan Psikologi Islam, Jakarta : UIN Jakarta Press,2006
WAWANCARA Dengan Penanggung Jawab di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar
Tanggal Interview : 29 september 2014 Tempat : kantor Nama : Sumaryati. S.Ap TTL : Jakarta, 11 April 1966 Alamat : Jln. Rawa selatan 2 Rt 011/005 No.38 Jakarta pusat Usia : 48 Jabatan : Penanggung Jawab RPLU Jelambar Pukul : 11.30 1. Bagaimana sejarah berdirinya Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar? RPLU Jelambar didirikan pada tahun 1994, dengan luas tanah 2141 m persegi, dengan luas bangunan 1760 meter persegi, kapasitasnya 85 0rang, yang berlokasi di Jl. Jelambar selatan no.10 Grogol, Jakarta barat. RPLU Jelambar merupakan unit pelaksana teknis dinas social provinsi DKI Jakarta yang berada dibawah PSTW Budi Mulya 2 Cengkareng, dipimpin oleh seorang penanggung jawab yang bertanggung jawab kepada kepala panti dan kepala dinas social, di bentuk dengan peraturan gubernur no.57 tahun 2010 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja, yang berada dibawah naungan dinas sosial yang menampung lansia terlantar.
2. Apa visi dan misi Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar? Visinya adalah mengangkat harkat dan martabat lansia terlantar menuju kehidupan layak, sehat, normative dan manusiawi, sedangkan misinya yaitu yang pertama menyediakan tempat perlindungan sosial bagi lanjut
usia
terlantar
menyelenggarakan
yang
pelayanan
nyaman social,
dan
aman,
yang
kedua
psikologis,perawatan
medis,
bimbingan fisik, mental spiritual dan bimbingan pemanfaatan waktu luang, yang ketiga menyelenggarakan penyaluran bina lanjut dan pemulasaraan jenazah, yang ke empat menjalin keterpaduan dan kerjasama lintas sektoral, dan yang terakhir menggalang peran serta sosial masyarakat dan dunia usaha. 3. Jadwal kegiatan sehari-hari disini apa saja? Senin dan kamis kita ada bimbingan rohani, hari rabu ada qosidah, selasa dan kamis ada membuat keterampilan untuk kakek nenek yang mau saja kerena usia mereka seperti membuat keset,pernak pernik, kipas-kipas kecil, dll, selasa dan jum’at kita ada senam, dan kalau hari sabtu dan minggu kita tidak ada kegiatan tetapi biasanya ada dari donatur bakti sosial jadi mereka bikan acara supaya nenek kakek gembira , dan setiap satu bulan sekali ada panggung gembira, panggung gembira itu kita panggil pemain organ nanti nenek kakek pada nyayi pada joged bareng gitu biar pada seneng.
4. Seperti apa keadaan lansia saat pertama kali masuk disini? Jadi gini mereka itu hasil razia sosial yang ada diperapatanperapatan jalan yang ada dilampumerah itu mereka terkena penertiban sosial yang dilakukan oleh satpol pp bekerjasama dengan kami dinas sosial,kemudian sesudah itu dibawa ke PSBI (panti sosial bina insan), itu dikita ada tiga jadi ada panti PSBI 1 adanya dikedoya, kemudian PSBI 2 adanya diceger, dan PSBI 3 dicengkareng, setelah disana nanti mereka ya diwawancara,
diasesment,
ditanya
permasalah
sosialnya
gimana,
kemudian bila tidak ada keluarga ya disalurkan, salurkannya kemana?, ya kalau misalnya usianya masih anak-anak disalurkannya dipanti asuhan putra utama itu ada enam yang pertama dikelender, yang kedua dipelumpang, yang ketiga ditebet, yang keempat diceger, yang kelima diduren sawit, yang ke enam dicengkareng, itu kalau panti anak-anak yah usia-usia sekolah SD sampai SMA, kemudian kalau untuk lansia yang sudah berusia 60 tahun ke atas bias ke tempat sini kami RPLU Jelambar, bias ke PSTW 1 dicipayung, PSTW 2 dicengkareng, PSTW 2 adalah induk dari panti kami yah, kemudian PSTW 3 diciracas, PSTW 4 dimargaguna yaitu diradio dalam, PSTW 5 ada lagi dicengkareng, kemudian kalau untuk yang perempuan-perempuan pekerja seks atau perempuan yang kurang beruntung jadi dia kerjanya seperti itu ada juga disalurkannya dikedoya yaitu PSKW (panti sosial bina karya wanita), kemudian kalau untuk yang laras atau yang ada gangguan psikotiknya kita juga ada itu ada empat juga itu yang pertama dicengkareng, yang kedua dicipayung, yang ketiga diceger, yang ke empat didaan mogot, kalau untuk titipan sendiri
kita dijalan-jalan itu sudah banyak dan kita juga sudah banyak ga bolehlah kita menerima titipan, jadi yang harus dipentingkan yang terlantar. 5. Seperti apa bimbingan agama disini ? Ada mengkaji Al-Qur’an dengan ceramah agama, belajar mengaji, belajar ayat-ayat yang pendek untuk bacaan shalatnya. 6. Apakah harapan dengan adanya bimbingan agama itu? Harapan kami ya karena mereka berada pada usia senja kita membekali mereka untuk mereka nanti kelak menghadap Tuhan sudah punya bekal dengan bimbingan agama itu, karena mau apalagi kan di usia senja harusnya kan memang itu saja,kita kan semua pasti akan kembali juga tidak tua tidak muda, tapi kan biasanya kalau sudah tua itu kan mau ngapain lagi ya,jadi ya fokus aja buat bekal mereka nanti. 7. Materi apa saja yang biasanya disampaikan oleh pembimbing? Dengan kajian Al-Qur’an jadi surat apa nih yang dibahas, contohnya surat An-naas itu dibaca dulu sama pak ustadznya nah setelah itu dibahas dengan ceramah, ya intinya agar mereka semua maulah belajar agama, sepeti yang saya bilang tadi tujuan atau arahnya untuk bekal mereka juga. 8. Kapan dan dimana bimbingan agama itu dilakukan? Hari senin dan kamis jam 10 sampai jam 12 yang bertempat dimushala.
9. Menurut ibu/bapak kecemasan kematian pada lansia itu apa sih? Oh belum lama ini ada yang seperti itu, jadi pas temennya meninggal besoknya dia langsung sakit, jadi dipikirin terus tuh karena dia juga takut seperti itu, karena kita semua kan pasti akan kesana semua yah, jadi langsung meriang tuh dia berhari-hari kaya orang stress ketakutan gitu dan akhirnya setelah diberi pengetahuan bimbingan agama dan diyakini oleh pak ustadz Alhamdulillah bisa sembuh. 10. Bagaimana respon lansia dari adanya bimbingan agama tersebut? Untuk responnya jadi disini itu ada yang semangat ada yang tidak, yang dah biasa-biasa aja itu sih tidak usah kita panggil, tidak usah kita datengin udah datang dan ngumpul sendiri dia dimushola, ada beberapa memang yang harus kita paksa,memang tidak wajib sih tapi kan kita niatnya baik itu demi kebaikan mereka untuk bekal mereka juga.
WAWANCARA Dengan Pembimbing Agama di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar
Tanggal Interview : 25 September 2014 Tempat : Mushola Nama :Agus Makhsum TTL : Indramayu, 23 Desember 1955 Alamat : Jl. Jelambar jaya 2 no.20 Rt.009/001, kelurahan jelambar baru, Jakarta barat Usia : 63 Tahun Jabatan : Pembimbing Agama Pukul : 12.00 1. Sudah berapa lama bapak menjadi pembimbing agama di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar ? Disini sudah sekitar 4 tahunan,tapi tadinya kan dimintanya dulu hanya kasih ceramah tapi sekarang ditambah sama seni baca AlQur’annya, kalimat-kalimat Allah, dan istighfar itu setelah pergantian pimpinan. 2. Apakah yang dimaksud dengan bimbingan agama? Bimbingan agama bagi lansia yaitu kita mengarahkan dan membekali pengetahuan mereka dengan ilmu-ilmu agama diantaranya bimbingan yang kaya tadi seperti bimbingan membaca Al-Qur’an, bimbingan kematian yang meliputi amal kebaikan, masalah-masalah yang
berkaitan dengan kehidupan didunia dan juga diakhirat,dan lain sebagainya. 3. Kapan dan dimana bimbingan agama di lakukan? Setiap hari senin dan kamis di mushola ini, sebetulnya waktunya cuma 1 jam dari jam 10 sampai jam 11, tetapi karena sekarang caranya satu persatu jadi ga cukup,jadinya nambah dari jam 10 sampai jam 12. 4. Strategi apa yang digunakan dalam bimbingan agama disini? Strateginyaya, kita disini memakai dua strategi atau cara yaitu strategi preventif atau pencegahan dan juga strategi kuratif atau penyembuhan, strategi preventif yaitu dengan cara mengaktifkan kegiatankegiatan yang positif disini, seperti kegiatan bimbingan agama, bimbingan keterampilan, bimbingan kesenian kaya qosidah dan lain-lain dengan suatu tujuan agar para lansia dapat terisi hari-harinya dengan hal-hal yang positif. Kalau strategi kuratif yaitu dengan cara memberikan nasihatnasihat secara langsung baik itu dengan jalan ceramah jadi terus kita siram tuh dengan agama agar rohaninya kuat dan juga dengan cara pendekatan, pendekatan antara seorang ustadz dengan muridnya, pendekatan pengajar dengan yang diajar dengan jalan satu persatu. 5. Apakah ada pengaruhnya bagi lansia dengan strategi yang diterapkan? Pengaruhnya banyak sekali di antaranya yaitu merubah sikap dan kebiasaannya
dengan
pengetahuan-pengetahuan
pengetahuan agama yang telah diberikan.
umum
maupun
6. Apa harapan dengan adanya bimbingan agama ini? Harapan saya dan pimpinan ingin menjadikan para orang tua kita ini menjadi orang yang beriman dan bertaqwa, dan kelak bisa meninggalkan dunia ini dalam keadaan khusnul khatimah, karenapada hakikatnya itulah tujuan hidup kita semua sebenarnya. 7. Media apa saja yang biasanya digunakan? Media atau alat bantu yah, ya saya pakai mix dan juga sound sistemnya, itu sangat membantu karena kan pendengaran mereka juga sudah mulai rada berkurang. 8. Materi-materi apa saja yang biasanya bapak sampaikan? Materinya bimbingan baca Al-Qur’an , bimbingan agama islam seperti bimbingan kematian, fiqh, ahlak, dan juga ibadah. 9. Materi apa saja yang berkaitan dengan hal kematian? Yang berkaitan dengan hal kematian, seperti yang kita tahu semua akan kembali kepada Allah tentunya harus mempunyai bekal yaitu iman dan taqwa, dan pertimbangannya mengacu pada firman Allah surat Ali Imran ayat 185 :
ُ َ ۡ َّ َ ُ َ َّ ُّ ُ َور ُ� ۡم يَ ۡو َم ٱلۡق َ�ٰ َمة َ� َمن ُز ۡحزح ُ ۡ � َ� ۡفس َذآ� َق ُة ٱل ۡ َم َ ج أ ن و ف و ت ا م �� ت و �ِ ِ ِ � ٖ ِ ِ ُ ۡ ُ ٰ َ َ َّ ٓ َ ۡ ُّ ُ ٰ َ َ ۡ َ َ َ َ ۡ َ َ َ َّ َ ۡ َ ۡ ُ َ َّ َ ُ ور ر غ ٱل � م � إ ع ا ي � �ٱ ة و ي �ٱ ا م و از ف د ق � ة ن �ٱ ل خ د أ و ار �ٱ ن ع ِ ۗ ِ ِ ِ ِ ١٨٥
“ Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” Dan juga surat Al-Mulk ayat 2 :
َ ُ ُّ َ ۡ ُ ُ ۡ َ َ ۡ َ َ ۡ َ ۡ َ َ َ ُ� ۡم أ ۡح َس ُن َ� َم ٗ� ۚ َو ُه َو ٱلۡ َعز�ز َ ٱ�ي ٰوة ِ�َبل َ َّٱ�ِي خلق ٱلموت و ي � م � و ِ ُ ٱلۡ َغ ُف ٢ ور “ Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” Yang intisari dari ayat-ayat tersebut kita harus intropeksi diri, yaitu mengenal diri sendiri untuk apa kita hidup dan kemana kita hidup nantinya sebagai renungan, kita menyadari bahwa hidup semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah, dan meyakini bahwa kehidupan dan kematian adalah ujian bagi manusia agar manusia dapat mengambil pelajaran dari keduanya, dan selalu berbuat baik selama masih hidup didunia. 10. Bagaimana cara bapak mengemas materi tersebut agar lansia agar lansia tidak cemas akan kematian ? Dengan humor, jangan terlalu formal sekali, ya kita bisa saja dengan canda tapi canda yang mengandung arti , dan juga melalui tanya jawab tentang seputar hal-hal yang berkaitan dengan kematian aja baik
itu berbentuk sebuah cerita hikayat dan sebagainya, sesuai dengan AlQur’an dan hadist Nabi. 11. Bimbingan agama seperti apa yang bapak berikan agar lansia merasa tenang pada saat sakaratul maut nanti? Ya pastinya bimbingan agama seperti mengajarkan tata cara shalat yang benar, mengucapkan dua kalimat syahadat, bacaan-bacaan istighfar, surat-surat pendek, untuk membekali mereka selama masih didunia, karena dikuburan itu gelap gulita dan yang bisa menerangkannya adalah amal ibadah kita. 12. Apa yang terus bapak tekankan pada lansia agar mereka semua bisa mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat? Suruh baca Al-Qur’an, surat-surat pendek, bacaan bacaan istighfar, dzikir, shalawatan, jangan meninggalkan shalat supaya bisa meresap ke dalam hatinya. 13. Menurut bapak kecemasan kematian pada lansia itu apa sih? Takut mati karena tidak punya bekal yang cukup,juga karena melihat temannya meninggal ia jadi takut mati karena pernah ada kejadian seperti itu, dan juga karena tidak mempunyai sanak saudara yang bisa mendoakannya ketika mereka meninggal nanti,karena mungkin mereka menganggap ini kan hanya panti bukan rumah mereka yang ada hanya temen sebayanya bukan saudaranya.
14. Bagaimana cara bapak menghilangkan rasa cemas kematian pada diri lansia? Ya tadi dengan cara-cara yang sudah saya jelaskan sebelumnya jadi dengan strategi preventif dan kuratif, dan juga harus pendekatan terhadap mereka jangan diem saja, ya perhatian lah antara seorang pembimbing dengan yang dibimbing, nah dengan candaan dan pendekatan itulah kita juga bisa menyelipkan materi-materi seputar kematian seperti tadi. 15. Apa tujuan diberikannya bimbingan agama bagi lansia? Tujuannya agar mereka kembali ke jalan yang lurus seperti dalam AlQur’an surat Al-Fatihah ayat 6-7 “ Tunjukilah Kami jalan yang lurus , yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.” dan juga harapannya agar mereka nanti ketika pulang menghadap Allah dalam keadaan khusnul khatimah, itulah harapan pimpinan dan juga kami selaku pengurus disini semua.
WAWANCARA Dengan Lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar
Tanggal Interview : 25 September 2014 Tempat : Mushola Nama Lansia : Yuli Alamat : Jl.Kebon kelapa, lewih panjang, Bandung TTL : 17 Juni 1943 Usia : 71 Pukul : 12.30 1. Sudah berapa lama ibu berada dipanti ini ? Nenek dari tahun 2012 sampai sekarang, berarti kurang lebih baru dua tahunan. 2. Apakah ibu mempunyai anak/cucu? Justru itu kalau punya anak mah nenek ngapain menyerahkan diri disini, mendingan juga nyerahin makanan, tidak punya apa-apa nenek mah, sudah tidak punya ibu, tidak punya bapak, tidak punya saudara, tidak punya anak. 3. Bagaimana ibu bisa masuk masuk ke panti ini? Ya asal muasalnya rumah nenek dan suami hasilnya semua habis disita dan dirampas sama mertua, karena tidak punya tempat tinggal lagi ya sudah nenekpikir-pikir semalaman suntuk dari pada nenek tinggal
dijalanan, nenek mah mendingan menyerahkan diri, lapor dulu kepolisi baru masuk panti ini. 4. Bimbingan agama apa yang ibu dapatkan disini? Ya banyak nasehat-nasehat yang nenek terima dari pak ustadz, terus reaksi nenek disini didalam sehari-hari Alhamdulillah nenek bisa bantu-bantu masak. 5. Apakah manfaatnya dari bimbingan agama tersebut bagi ibu? Banyak manfaatnya , jadi nenek kan buta huruf tidak bisa ngaji, tidak bisa shalat, sekarang Alhamdulillah nenek bisa ngaji, bisa shalat lima waktu. 6. Nasihat apa yang selalu ibu ingat dari pembimbing agama? Ya jadi nenek harus bisa mencari ilmu, yaitu belajar shalat, meskipun sudah bisa harus lebih tekun dan harus lebih khusyu shalatnya dan ibadah yang lainnya. 7. Apakah ibu sering teringat akan kematian? Nenek mah ga punya pikiran kemana-mana, ya diterima aja apalagi sekarang nenek keadaannya udah begini udah jompo, karena manusia ada yang ngatur yaitu Allah SWT, pasrah saja sama yang kuasa. 8. Apakah perasaan ibu ketika mengingat kematian? Perasaan ya takut pasti ada, takut nanti nenek didalam kubur itu kaya bagaimana, takut bekal nenek yang masih baru sedikit rasanya, dosa-
dosa nenek yang banyak, tapi yang di cita-cita sih pengen jalan yang lurus, jalan yang jelas, jalan yang suci yang di sebut pak ustadz yaitu surga, tapi nenek tidak bisa ngapa-ngapain karena semua sudah diatur sama yang maha tawu, Allah itu tidak tidur,Allah tawu seluruh umat yang ada didunia ini, yang penting nenek disini banyak-banyak ibadah aja buat bekal nenek nanti, begitu aja nenek mah. 9. Apakah setelah bimbingan agama ibu merasa lebih tenang? Tenang ya abis di jelasin pak ustadz Alhamdulillah kaya tadi katanya dikuburan itu gelap gulita yang bisa nerangin ya amal ibadah kita ja , tinggal nenek aja yang harus libih giat ibadahnya mohon sama Allah agar selalu diberi ingatan, jalan yang lurus, pikiran yang jujur, jangan sampai dikasih ketidak jelasan.
WAWANCARA Dengan Lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar
Tanggal Interview : 22 September 2014 Tempat : Mushola Nama Lansia : Jumini Alamat : Indramayu TTL : 21 Juni 1942 Usia : 72 Pukul : 13.20 1. Sudah berapa lama ibu berada dipanti ini ? Sudah dua tahun enam bulan. 2. Apakah ibu mempunyai anak/cucu? Engga punya anak engga punya cucu, saya pernah punya anak tapi anak saya mati, suami dulu yang meninggal baru anak. 3. Bagaimana ibu bisa masuk masuk ke panti ini? Karena di kampung, kan saya tinggal di indramayu tapi saya sih bukan tidak punya saudara, punya ya tapi saudara saya juga tidak bisa untuk menampung saya karena pendapatannya sedikit, cuma untuk dia sama anak-anaknya saja, jadi saya ke Jakarta untuk mencari kehidupan sendiri,saya di cikini raya ada sekolahan 86 saya di suruh nyapu-nyapu bersih-bersih,terus waktu itu ada pak camat kontrol-kontrol di sekolah, di
tanya saya disini ngapain ya saya cuma bilang cari makan disini bantubantu saja disekolah, jadi karena saya tidurnya di palmerah dua kali naik angkot dari sekolah,akhirnya ditawarin sama pak camat bagaimana kalau nenek tinggal dipanti jompo saja, yasudah setelah saya pikir-pikir karena saya tidak punya sanak saudara disini, akhirnya saya mau tinggal dipanti ini. 4. Bimbingan agama apa yang ibu dapatkan disini? Saya sih begini yakarena itu agama islam dan juga saya memeluk agama islam, ya menurut saya bagus sekali untuk menuntun saya dikehidupan yang akan datang,selagi saya hidup saya bisa mengerti tentang ibadah , mengerti tantang kesalahan dan kebenaran diatas dunia ini apa yang kita lakukan, yang terakhir saya senang, mungkin saya kalau nanti sudah pulang di alam baka sana saya punya bekal untuk hidup disana. 5. Apakah manfaatnya dari bimbingan agama tersebut bagi ibu? Manfaat untuk saya sih untuk kebaikan-kebaikan saja, bisa tawu gitu tentang kebenaran dan kesalahan,bisa tawu hidup itu harus bagaimana,ya karena yang dikasih sama pak ustadz bimbingan agama ya tentu saja tujuannya itu saja untuk bekal mati. 6. Nasihat apa yang selalu ibu ingat dari pembimbing agama? Nasihat pak ustadz yang saya ingat ya disini tuh di panti terutama yah kita harus akur dengan teman-teman, harus mau mengalah pada orang
yang tidak begitu ngerti, banyak orang yang pikirannya tidak begitu nyambung, ya saling menghargai sesama teman dan juga saling menolong, dan juga tentu saja nasihat yang selalu di ulangi sama pak ustadz yaitu banyak-banyak ibadah selagi kita hidup. 7. Apakah ibu sering teringat akan kematian? Setiap hari saya selalu ingat mati, saya tidak pikirkan makan,minum,baju,karena saya kira di panti ini walaupun tidak bagus tapi cukup ya, tetapi tentang mati yang saya masih pikirkan terus setiap hari, bagaimana saya besok kalau mati, karena di panti ini kalau pengen tawu ya kita mati misalnya mati sore-sore besok pagi dimandiin langsung dikubur di jeruk purut ya,kemudian katanya beberapa bulan kemudian digali lagi diganti lain lagi, itu yang saya ingat dan terus saya pikirkan , sedangkan katanya ya orang mati itu disana katanya kita di alam kubur bertahun-tahun , kekal kita disana nanti kita dipindahin lagi ke alam akhirat atau ke alam surga atau kemana itu, bagaimana nasib kita selama di alam kubur nantinya,sedangkan kuburan kita aja ditumpuk-tumpuk, itu yang membuat saya sedih dan saya pikirkan terus. 8. Apakah perasaan ibu ketika mengingat kematian? Sedih aja, kapanpun mati saya mau-mau aja kalau bisa yang saya minta sama yang maha kuasa jangan sampai saya terlalu jompo,saya ingin saya mati dalam keadaan ingatan saya masih segar, saya masih bisa mengucapkan yang benar karena hidup itu kapanpun bakalan mati,nanti atau sekarang kan sama saja mati, kalau matinya tambah lama tambah
jompo juga makin tambah juga dosa-dosa kita, saya ingin menemukan kematian dalam keadaan khusnul khatimah. 9. Apakah setelah bimbingan agama ibu merasa lebih tenang? Alhamdulillah tambah tenang, makanya saya sih dari dulu masuk kesini juga tenang-tenang aja, kebetulan disini diajarin agama yang dulu juga waktu masih anak-anak saya sudah pelajari ya, terus disambung lagi disini saya senang lah jadi ilm u saya bertambah lagi.
WAWANCARA Dengan Lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar
Tanggal Interview : 17 Desember 2014 Tempat : Halaman panti Nama Lansia : Emiyati Alamat : Sragen, Jawa Tengah TTL : 19-05-1939 Usia : 75 Pukul : 14.30 1. Sudah berapa lama ibu berada dipanti ini ? Nenek tinggal dipanti dari tahun 2008, berarti kurang lebih sudah enam tahun yah. 2. Apakah ibu mempunyai anak/cucu? Kalau punya anak, punya cucu mungkin nenek tidak tinggal disini, mending nenek tinggal sama mereka biar seperti orang-orang lain yang seneng banget kelihatannya bisa punya anak, bisa gendong-gendong cucu juga, jadi waktu itu kejadiannya nenek menikah udah dapet sembilan tahun, nenek juga belum mempunyai anak terus nenek ditinggal pergi sama suami ke Jakarta, katanya mau cari kerja eh abis itu tidak ada kabar lagi sampe sekarang.
3. Bagaimana ibu bisa masuk masuk ke panti ini? Iya itu tadi awalnya, jadi pas nenek ditinggal suami yang tidak tahu kemana, tidak ada kabar juga tidak pulang-pulang yasudah mau tidak mau nenek harus hidup sendirian dirumah, akhirnya karena sudah tidak ada yang menafkahi nenek lagi, nenek liat teman-teman nenek banyak yang kerja di Jakarta, yasudah nenek mutusin untuk ikut ke jakarta karena tidak enak juga kan hidup sendirian di kampung susah juga buat nyari makan, udah tuh nenek sampai di Jakarta, eh ternyata di Jakarta susah juga dapet kerja terus nenek bingung tuh mau kerja apa nenek juga tidak enak numpang terus sama teman, yasudah nenek mutusin buat jadi pengemis aja lumayan kan buat makan sehari-hari, dah lama tuh nenek jadi pengemis di sekitaran Grogol, eh tiba-tiba pas lagi duduk ngemis, nenek ditangkap di bawa sama petugas gitu, katanya nenek mengganggu orang lain, yasudah akhirnya nenek didata di masukin ke panti yang di cengkareng, eh dipindahin kesini. 4. Bimbingan agama apa yang ibu dapatkan disini? Banyak yang nenek dapet disini, disini nenek diajarin pak ustad ngaji, shalat, surat-surat pendek, dan Alhamdulillah sekarang nenek sudah bisa ngaji bisa shalat juga. 5. Apakah manfaatnya dari bimbingan agama tersebut bagi ibu? Manfaatnya iya seperti tadi itu, jadi nenek bisa shalat bisa ngaji, nenek juga banyak dikasih ilmu-ilmu agama disini jadi nenek seneng buat banyakin bekal nenek nanti kalau udah dipanggil sama yang kuasa.
6. Nasihat apa yang selalu ibu ingat dari pembimbing agama? Harus rajin ibadahnya jangan malas selama kita masih dikasih kesehatan sama Allah, banyak-banyak istighfar abis shalat, jangan pernah tinggalin kewajiban shalat lima waktu karena itu yang bakal menolong kita di akhirat nanti. 7. Apakah ibu sering teringat akan kematian? Kalau ngomongin masalah mati nenek jadi sedih, dulu nenek punya teman disini namanya yanti, dia orangnya baik banget sama nenek, kalau nenek punya masalah nenek certain ke dia, terus dia juga ngasih nasihat-nasihat, dia juga gitu kalau ada masalah ceritanya ke nenek juga, akrab banget waktu itu udah kaya saudara, eh waktu itu dia sakit, udah lama juga sakitnya terus nenek temenin, nenek jengukin lah. Disitu nenek mulai sedih dia tidak sembuh-sembuh juga, pas nenek lagi nemenin, dia kaya orang lagi sekarat kasihan nenek ngeliatnya, nenek jadi sedih dan panik waktu itu, tidak lama kemudian dia meninggal, nenek nyaksiin sendiri gimana pas sakaratul mautnya, besoknya nenek jadi takut mati, ngurung diri terus didalem kamar tidak mau ikut kegiatan-kegiatan yang kaya biasanya, makan jadi tidak nafsu juga masih sedih dan takut kalau inget, waktu itu pak ustad datang ke kamar nenek, disitu nenek dikasih penjelasan
nasihat-nasihat
sama
pak
ustad
Alhamdulillah nenek jadi bisa lebih tenang waktu itu. 8. Apakah perasaan ibu ketika mengingat kematian?
tentang
kematian,
Waktu itu sedih dan takut aja kalau di bayangin, tapi karena sekarang nenek sudah dikasih tahu pengetahuan yang lebih tentang kematian, jadi tidak takut lagi sama yang namanya mati karena kata pak ustad kematian itu pasti bakal ditemukan sama setiap orang, ya sekarang mah yang penting banyakin ibadah aja banyakin istighfar mohon ampun sama Allah atas dosa-dosa kita. 9. Apakah setelah bimbingan agama ibu merasa lebih tenang? Pengalaman yang udah pernah nenek rasain ya Alhamdulillah hidup nenek jadi tenang dan nenek jadi semangat lagi ibadahnya seharihari biar bekal nenek banyak dan bisa masuk syurga. 10. Apakah ibu sulit berkonsentrasi selama ini? Iya kalau lagi mikir sekarang suka kadang-kadang keganggu aja suka sering lupa melulu nenek. 11. Hal apa yang menyebabkan ibu sulit berkonsentrasi? Iya maklum namanya juga udah tua begini udah susah kalau mikir, udah banyak lupanya tapi yang penting nenek masih inget bacaan-bacaan buat shalat, terus syahadat yang penting banget kata pak ustad. 12. Apakah ibu mengalami gangguan pencernaan? Iya kalau itu namanya udah tua gini ya pasti ada. 13. Biasanya gangguan pencernaan seperti apa yang ibu alami? Iya kaya sekarang-sekarang ini biasanya kalau lagi tidur susah buat nahan buang air kecil, jadi suka keluar sendiri pas lagi tidur.
14. Apakah ibu sering gemetar dan berkeringat dingin ketika ingin melakukan sesuatu? Keringetan sih engga, cuma kalau gemetaran sering pas lagi mau ngambil-ngambil, kaya ngambil gelas, piring, iya namanya juga udah tua, udah jadi nenek-nenek emang udah kaya gini kali jalannya.
DOKUMENTASI
Wawancara dengan pembimbing agama
Kegiatan bimbingan agama
Pendekatan pembimbing terhadap lansia
Mushola tempat bimbingan agama