MINAT SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VIII DI SMP AL AMANAH DESA BAKTI JAYA KECAMATAN SETU TANGERANG SELATAN BANTEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun oleh: Rifqi Alim Anur NIM. 1110013000067
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2015
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
MINAT SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VIII DI SMP AL AMANAH DESA BAKTI JAYA KECAMATAN SETU TANGERANG SELATAN BANTEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
oleh Rifqi Alim Anur NIM. 1110013000067
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2015
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi berjudul Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII di SMP Al Amanah, Desa Bakti Jaya, Kecamatan Setu,Tangerang Selatan, Banten Tahun Pelajaran 2014/2015, disusun oleh Rifqi Alim Anur, NIM. 1110013000067, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah tanggal
pada
6 Maret 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan S1 (S.Pd) dalam bindang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Rifqi Alim Anur
NIM.
: 1110013000067
Jurusan
: Pendidikan Bahasa dan Sasta Indonesia
Alamat
: Jl. Tarumanegara nomor 45 Kav. 21 RT 001/009 Puri Cirendeu
Indah
(PCI)
Cireundeu, Ciputat
Timur,Tangerang Selatan, Banten MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa skripsi yang berjudul “Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII di SMP Al Amanah, Desa Bakti Jaya,
Kecamatan Setu,
Tangerang Selatan, Banten, Tahun Pelajaran 2014/2015”, adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen: Nama
: Dra. Hindun, M.Pd.
NIP.
: 19701215 200912 2 001
Jurusan/Program Studi
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI)
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri. Jakarta, 30 Desember 2014
,
Rifqi Alim Anur NIM. 1110013000067
ABSTRAK Rifqi Alim Anur. NIM: 1110013000067. Skripsi“ Minat Siswa terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII di SMP Al Amanah Tahun Pelajaran 2014/2015 Desa Bakti Jaya Kecamatan Setu Tangerang Selatan Banten”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing: Dra. Hindun, M.Pd. Desember 2014. Minat merupakan salah satu faktor psikologis yang dapat mempengaruhi belajar untuk mencapai prestasi dalam mata pelajaran tertentu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tingkat minat belajar siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Al Amanah. Penelitian ini dilakukan di SMP Al Amanah. Populasi penelitian adalah siswa SMP Al Amanah kelas VIII, terdiri dari enam kelas dengan jumlah siswa 240 orang. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 50% dari populasi yang ada dan sampelnya berjumlah 120 siswa, peneliti melakukan penyebaran angket ke 120 siswa dengan 30 item pernyataan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan untuk menguji hipotesis menggunakan penafsiran nilai persentase. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data, yaitu siswa kurang mempunyai perasaan senang, motivasi, ketertarikan, semangat, dan dorongan dari seorang pendidik atau guru maupun orang tua, terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia, di dalam dunia pendidikan keberadaan minat itu sangat diperlukan, karena minat merupakan suatu sikap atau dorongan/motivasi yang dilakukan secara terus menerus agar tercapai segala sesuatu yang diinginkan. Penulis menyimpulkan bahwa, minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Al Amanah masih perlu mendapatkan perhatian dan perlu ditingkatkan lagi, karena mata pelajaran bahasa Indonesia sangat dibutuhkan dan juga sebagai syarat siswa untuk lulus dalam ujian nasional.
Kata Kunci: Minat, Belajar, Bahasa Indonesia.
i
ABSTRACT Rifqi Alim Anur. NIM : 1110013000067. Thesis ”I Interest in Learning Indonesian Students to Class VIII in Al Amanah Junior High School Academic Year 2014/2015 Village Bakti Jaya District Setu of South Tangerang Banten“. Majors Indonesian Literature and Language Education. Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences. UIN Syarif Hidaytullah Jakarta. Supervisor: Dra. Hindun, M.Pd. December 2014. Interest is one of the psychological factors that can affect learning for achievement in a particular subject. The purpose of this study was to determine the level of students interest in learning Indonesian language teaching in Al Amanah Junior High School. This research was conducted in Al Amanah Junior High School. The research of population was a student Al Amanah Junior High School in class VIII, consists of six classes with anall of 240 students. In this research the authors took a sample of 50 % of the population and the sample totaled 120 students, researchers conducted a questionnaire to 120 students with 30 items statements. In this research used a descriptive method using a qualitative approach and to the test the hypothesis using the interpretation of the value percentage. It can be seen from the results of the data analysis, the less students have a sense of excitement, motivation, interest, enthusiasm, and encouragement of an educator or a teacher or a parents, to the Indonesian subjects, in the interest of education where it is necessary, because interest is an attitude or encouragement/motivation is done continuously in order to achieve everything you want. Finally, the authors conclude that, students interest in learning Indonesian subjects in Al Amanah Junior High School still need attention and need to be increased again, because Indonesian subjects is needed and very supportive of students to pass or not in the national exams.
Keywords: interest, learn, Indonesia language.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji
ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Salawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia untuk mengikuti petunjuk dan risalah yang dibawanya, yakni menuju bahagia di dunia dan akhirat. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan, rintangan dan kesulitan yang penulis hadapi, tetapi berkat bantuan dan motivasi yang tidak ternilai dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, khususnya kepada yang terhormat: 1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dra. Hindun, M.Pd. sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, selaku Penasehat Akademik yang sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran di sela-sela kesibukannya untuk memberikan nasehat, bimbingan, pengarahan, semangat, dan motivasi kepada penulis
dalam
menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Dona Aji Karunia Putra, M.A. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak dan Ibu dosen Faskultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah mendidik dan membimbing selama
perkuliahan
berlangsung, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi penulis. 5. Drs. H. Oman Rohmanuddin, M.M. selaku kepala SMP Al Amanah, guru, dan karyawan yang telah memperkenankan penulis mengadakan penelitian di SMP iii
tersebut, dan
memberikan bantuan serta informasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. 6. Seluruh staf Pusat Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas serta bahan pustaka yang penulis perlukan. 7. Ayahanda tercinta Anwar Syamsuddin dan Ibunda tersayang Ummu Baroat yang telah menyayangi Ananda dengan penuh kasih sayang dan dengan semangat disertai pengorbanannya yang senantiasa mendorong dan mendoakan ananda untuk selalu berjuang dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Rekan-rekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas A, B, dan C angkatan 2010. Senang berteman sama kalian semua, sukses buat kita semua, terima kasih atas bantuan, dan motivasinya sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per-satu, baik secara langsung maupun tidak langsung turut memberikan dukungan dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis berharap dan memanjatkan doa, semoga amal baik semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis senantiasa mendapat balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT dan berharap skripsi ini sekiranya dapat memberikan inspirasi dan manfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca umumnya.
Jakarta, 11 Maret 2015
iv
DAFTAR ISI Halaman Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi Lembar Pengesahan Ujian Munaqasah Surat Pernyataan Karya Sendiri Abstrak
……………………………………………………………………..
i
……………………………………………………………...
iii
…………………………………………………………………...
v
Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel
………………………………………………………………..
viii
…………………………………………………………...
xi
Daftar Lampiran BAB
I PENDAHULUAN ……………………………………..
1
B. Identifikasi Masalah
…………………………………………
5
C. Pembatasan Masalah
………………………………………….
6
D. Perumusan Masalah
…………………………………………..
6
………………………………………………
7
……………………………………………..
7
………………………………………………………….
8
…………………………………………..
8
…………………
10
……………………………………..
13
………………………………..
14
………………………
16
…………………...
18
……………………………...
19
A. Latar Belakang Masalah
E. Tujuan Penelitian F. Manfaat Penelitian BAB
II LANDASAN TEORI A. Minat
1. Pengertian Minat
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat 3. Macam-Macam Minat
4. Fungsi Minat dalam Belajar
5. Cara Membangkitkan Minat Belajar
6. Ciri-Ciri Orang yang Berminat Belajar 7. Indikator Minat dalam Belajar v
8. Metode Pengukuran Minat
…………………………………
21
9. Pengukuran Minat Belajar
…………………………………..
23
B. Hakikat Belajar …………………………………………………
24
…………………………………………..
24
2. Ciri-Ciri Balajar …………………………………………….
27
…………………………………………
30
………………..
33
……………………………………..
36
……………………………….
36
…………………………………...
38
………………….
40
1. Pengertian Belajar
3. Jenis-Jenis Belajar
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar C. Hakikat Bahasa Indonesia
1. Pengertian Bahasa Indonesia 2. Fungsi Bahasa Indonesia
3. Tujuan dan Manfaat Kemahiran Bahasa
……………………
41
…………………………..
42
4. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar 5. Pembelajaran Bahasa Indonesia
…………………….
43
……..
45
…………………………………
46
……………………………………………
48
6. Fungsi Pembelajaran Bahasa Indonesia
7. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Bahasa Indonesia D. Hasil Penelitian yang Relevan E. Kerangka Berpikir
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………………………..
51
………………………………….
51
…………………………………………..
51
…………………………………….
52
E. Instrumen Penelitian
…………………………………………...
55
F. Teknik Analisis Data
…………………………………………..
55
……………………………
57
1. Sejarah dan Perkembangan SMP Al Amanah ……………….
57
A. Metode Penelitian
B. Waktu dan Tempat Penelitian C. Populasi dan Sampel
D. Teknik Pengumpulan Data
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Al Amanah
vi
2. Visi dan Misi
……………….. ……………………………
58
………………………
58
3. Susunan Personalia SMP Al Amanah
…………….. ……………………………….
4. Kurikulum
5. Pendidik, Peserta Didik, dan Tenaga Kependidikan
59
………..
60
……………………………………………
63
……………………………………………………
83
………………………………………………………
87
B. Saran …………………………………………………………...
88
……………………………………………………....
89
B. Hasil Analisis Data C. Pembahasan BAB V PENUTUP A. Simpulan
DAFTAR PUSTAKA UJI REFERENSI LAMPIRAN RIWAYAT PENULIS
vii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel
3.1 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Siswa pada Pembelajaran Bahasa Indonesia ……………………………………………
54
Tabel
4.1 Keadaan Tenaga Pendidik SMP Al Amanah ………………..
60
Tabel
4.2 Keadaan Peserta Didik SMP Al Amanah Menurut Jenis Kelamin ……………………………………………………...
61
Tabel
4.3 Keadaan Tenaga Kependidikan SMP Al Amanah …………...
62
Tabel
4.4 Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Al Amanah …………...
62
Tabel
4.5 Saya
Merasa Senang dengan Mata
Pelajaran
Bahasa
Indonesia …………………………………………………… Tabel
4.6 Saya
Hadir Ketika Mata Pelajaran
Diajarkan Tabel
………………………………………………….. …………………………………………………...
66
66
4.8 Saya Tidak Merasa Bosan dalam Mempelajari Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Tabel
Indonesia
4.7 Saya Bersemangat Ketika Mengikuti Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Tabel
Bahasa
65
………………………………………….
4.9 Saya Mendengarkan
67
dengan Baik Penjelasan Guru Mata
Pelajaran Bahsa Indonesia ………………………………….
67
Tabel 4.10 Saya Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Ketika ada Waktu Senggang ……………………………………………
68
Tabel 4.11 Saya Mencatat Materi Bahasa Indonesia yang Dianggap Penting yang Dijelaskan Guru di Kelas …………………...
69
Tabel 4.12 Saya Sering tidak Mencatat Materi Bahasa Indonesia yang ada di Papan Tulis
……………………………………………...
69
Tabel 4.13 Saya Membaca dengan Cermat Materi Pelajaran Bahasa Indonesia yang Dicatat Guru di Papan Tulis viii
………………..
70
Tabel 4.14 Saya Konsentrasi dalam Mengikuti Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
……………………………………………………
70
Tabel 4.15 Saya Aktif Bertanya Bila Terdapat Materi Pelajaran Bahasa Indonesia yang Sulit Dimengerti …………………………… Tabel 4.16 Bahasa Indonesia Ketika Pembelajaran berlangsung ………..
71 72
Tabe l 4.17 Saya Belajar Bahasa Indonesia Mempelajari Buku Paket yang ………………………………………..
Diwajibkan Sekolah
72
Tabel 4.18 Saya Meminjam Buku Bahasa Indonesia dari Perpustakaan untuk Mengembangkan Wawasan
………………………….
73
Tabel 4.19 Saya Berkonsultasi kepada Guru,Orang tua dan Saudara/teman Jika Mengalami Kesulitan dalam Belajar Bahasa Indonesia …
73
Tabel 4.20 Saya Melanjutkan Materi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan Teman Sekolah di Luar Jam Pelajaran
……………...
74
Tabel 4.21 Saya Suka Mengerjakan Soal Latihan pada Buku Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Memperluas Perngetahuan
……….
75
Tabel 4.22 Saya Suka Menghubungkan Materi Bahasa Indonesia dengan Kegiatan Hidup Sehari-hari
………………………………...
75
Tabel 4.23 Saya Mengerjakan Tugas Pelajaran Bahasa Indonesia Tepat Waktu ………………………………………………………. Tabel 4.24 Saya Sering tidak Mengerjakan Latihan-latihan Soal di Rumah yang Diberikan Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia …….
76 76
Tabel 4.25 Saya Mengikuti Pelajaran Bahasa Indonesia dengan Penuh Perhatian …………………………………………………….
77
Tabel 4.26 Saya Mencoba Mempelajari dengan Teliti Ketika ada Materi yang Tidak Mengerti Tabel 4.27 Saya
Mengikuti
………………………………………..
Pelajaran
Bahasa
Indonesia Sambil
MengerjakanTugas Pelajaran yang lain …………………… .
ix
78
78
Tabel 4.28 Saya Kurang Suka Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia ……………………………….
Karena Isinya tidak Menarik
79
Tabel 4.29 Saya Berusaha Menjawab pertanyaan yang Diberikan oleh Guru dengan Benar Tabel 4.30 Saya Mengerjakan
………………………………………… Sendiri,
Ketika diberi Tugas atau PR
Pelajaran Bahasa Indonesia oleh Guru Tabel 4.31 Saya Tidak
79
…………………….
80
Berusaha Membaca Buku Pelajaran Bahasa
Indonesia, Walaupun Pengetahuan Bahasa Indonesia Saya Kurang Tabel 4.32 Saya
……………………………………………………...
Kurang Tertar ik Mengunjungi Perpustakaan untuk
Mendalami Lebih Lanjut Materi Pelajaran Bahasa Indonesia ... Tabel 4.33 Saya
81
Membaca
81
Buku Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Sebelum Pelajaran Bahasa Indonesia di Mulai
…………….
82
Tabel 4.34 Saya Tidak Mempunyai Waktu Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia, Karena Sibuk Dengan Pekerjaan lain …...
x
82
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Angket Minat Belajar Siswa Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Lampiran
2 Wawancara dengan siswa kelas VIII SMP Al Amanah
Lampiran
3 Hasil wawancara dengan siswa kelas VIII SMP Al Amanah
Lampiran
4 Wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia
Lampiran
5 Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonersia
Lampiran
6 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran
7 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran
8 Surat Permohon Izin Penelitian
Lampiran
9 Riwayat Penulis
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan dapat memberikan harapan yang lebih baik di masa mendatang, telah mendorong berbagai upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. Berbagai cara yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia seperti diterbitkannya kurikulum tahun 2013. Pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.1 Sudirman dalam Hasbullah, pendidikan diartikan “sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental”.2 Fungsi pendidikan adalah membimbing anak didik ke arah suatu tujuan yang dinilai tinggi, pendidikan yang baik adalah suatu usaha yang berhasil membawa semua anak didik kepada tujuan tersebut. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 45, berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan 1
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, (Jakarta: Mini Jaya Abadi, 2003), Cet.1, h. 5. 2 Hasbullah. Dasar-dasar Pendidikan : Umum dan Agama Islam. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), Ed. Rev., cet. 6, h. 1.
2 untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.3 Berdasarkan pengertian tersebut di atas, secara substansial memiliki kesamaan pandangan bahwa pendidikan merupakan sebuah proses yang melibatkan orang dewasa dan peserta didik dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan, sikap, dan keterampilan
dalam rangka pelestarian
nilai-nilai budaya
dan norma yang
berkembang di masyarakat. Maka pendidikan diselenggarakan dengan memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran, “pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat”.4 Peningkatan kualitas atau mutu pendidikan pada umumnya merupakan usaha berkelanjutan bagi semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung. Maka pendidikan nasional yang bermutu “diarahkan untuk pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab”.5 Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah serta guru yang mengajar dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, perlu adanya perubahan ke arah yang lebih serius karena mata pelajaran bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang diikutsertakan dalam ujian nasional. Untuk meningkatkan kualitas hasil kegiatan belajar mengajar bahasa Indonesia perlu adanya peningkatan kemampuan membaca, dengan membaca anak didik akan lebih memahami maksud atau isi bacaan, anak didik dapat menyelesaikan dan menjawab pertanyaan dengan mudah. 3
Depag RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta : Dirjen Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006), h. 8 – 9. 4 Ibid., h. 9. 5 Peraturan Pemerintah RI. Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), Cet., 4, h. 58.
3 Maka masyarakat Indonesia dianjurkan oleh pemerintah untuk menempuh pendidikan yang sudah ditentukan pemerintah minimal selama 12 tahun, dengan menempuh pendidikan minimal selama 12 tahun, maka masyarakat akan dijamin oleh pemerintah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Masyarakat tidak hanya menempuh pendidikan minimal 12 tahun saja, tetapi bisa menempuh ke perguruan tinggi untuk mendapatkan lapangan pekerjaan yang lebih baik dan menjadi orang yang sukses di masyarakat. Masyarakat dapat meraih semua jenjang pendidikan itu sesuai dengan kemauan dan tingkat kemampuan yang ada pada diri masing-masing. Masyarakat terutama anak didik harus menanamkan minat yang tinggi pada diri masing-masing, karena menanamkan minat pada diri masing-masing dapat membuat seseorang terdorong untuk meraih sesuatu yang diinginkan tersebut. Selain itu, dengan minat masyarakat atau anak didik tidak akan mengalami kesulitan untuk memilih sesuatu yang menjadi pilihan yang terbaik untuk diri sendiri. Untuk menghadapi kesulitan anak didik dalam mata pelajaran bahasa Indonesia bisa diatasi dengan memberikan perintah kepada peserta didik agar lebih rajin dalam membaca. Bila peserta didik sedang menghadapi Ujian Akhir Nasional (UAN) pelajaran bahasa, mengadakan pemantapan materi yang diadakan dari sekolah atau pun dari guru bahasa. Meskipun kegiatan pemantapan materi sudah diadakan, tetapi masih ada saja peserta didik yang tidak lulus dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Jadi, mata pelajaran bahasa Indonesia masih belum mengalami peningkatan. Sebagaimana diungkapkan Kementiran Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh, dalam evaluasi hasil UAN SMP/MTs tahun pelajaran 2011/2012, khususnya dari distribusi nilai akhir tiap mata pelajaran, diketahui bahwa
nilai mata pelajaran bahasa
Indonesia paling rendah apabila dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Kondisi rendahnya nilai UAN bahasa Indonesia ini sama dengan hasil nilai UAN untuk jenjang SMA.
4 Belajar adalah suatu proses adaptasi yang berlangsung secara progresif, dan merupakan suatu proses perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Proses belajar adalah sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi pada peserta didik. Perubahan tersebut bersifat
positif
dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya. Faktor-faktor penting yang sangat erat berhubungan dengan proses belajar ialah kematangan, penyesuaian diri (adaptasi), menghafal atau mengingat, pengertian, berpikir, dan latihan. Setiap siswa menginginkan bahwa dirinya dapat berprestasi dengan baik atau dengan kata lain bahwa hasil belajarnya dapat tercapai secara maksimal. Akan tetapi, untuk mewujudkannya tidak mudah karena ada beberapa faktor untuk mencapai itu semua. Belajar bukanlah usaha ringan, melainkan suatu usaha yang rajin, tekun, dan terus-menerus yang semuanya memerlukan suatu usaha dan energi. Setiap siswa mempunyai kebiasaan belajar masing-masing. Perubahan tingkah laku merupakan salah satu tujuan belajar. Namun, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik di antaranya sarana dan prasarana sekolah masih kurang, lingkungan keluarga, dan dorongan orang tua. Akan tetapi, yang lebih penting ialah faktor dari dalam diri siswa yakni dorongan kuat yang disertai dengan adanya perasaan, kemauan keras, serta keinginan untuk meningkatkan hasil belajar. Hal itu sering disebut dengan istilah minat. Secara psikologis, minat itu berpengaruh dalam
diri seorang siswa untuk
mencapai sesuatu yang diinginkan oleh siswa itu sendiri. Dengan adanya, minat yang kuat seseorang atau siswa akan mempunyai semangat yang kuat pula agar segala yang diinginkannya dapat terwujud. Penulis dapat menyimpulkan bahwa minat itu suatu sikap atau perasaan senang terhadap sesuatu yang diinginkan. Jika, seseorang atau siswa mempunyai perasaan senang terhadap sesuatu dan seseorang atau siswa tersebut akan berusaha secara terus-menerus untuk mendapatkan dan menyerah sebelum siswa itu memperoleh apa
yang diinginkannya.
tidak akan
5 Kegiatan belajar di sekolah apabila seorang siswa mempunyai minat belajar yang kuat terhadap salah satu mata pelajaran, contohnya minat belajar terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia. Maka, siswa itu pun akan terus-menerus untuk mengikuti pelajaran bahasa Indonesia dengan perasaan yang senang dan siswa pun akan mendapatkan nilai yang baik. Dalam kegiatan belajar minat itu berperan sebagai kekuatan yang akan mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat dalam belajar akan terus tekun belajar, berbeda dengan siswa yang hanya menerima pelajaran yang hanya tergerak untuk mau belajar tanpa ada minat yang ada dalam dirinya, maka untuk terus tekun belajar tidak ada. Kerena, tidak adanya dorongan minat dalam dirinya. Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu disiplin ilmu yang terdiri atas komponen yang saling terkait. Komponen tersebut adalah objek dari keterampilan bahasa, yaitu membaca, menyimak, berbicara, dan menulis yang sangat luas dan selalu berkembang dari waktu ke waktu yang memberikan konsekuensi pada manusia. Pendidikan bahasa Indonesia lebih menekankan pada empat keterampilan berbahasa, yaitu membaca, menyimak, berbicara, dan menulis yang harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan berbahasa agar mereka mampu mempelajari dan memahami konsep bahasa Indonesia dari lingkungan sekitar. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahasnya dengan judul “Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII di SMP Al Amanah, Desa Bakti Jaya, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan, Banten, Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dikemukakan identifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
6 1. Kurangnya motivasi dan dorongan siswa untuk meningkatkan minat pembelajaran bahasa Indonesia. 2. Guru dapat membantu meningkatkan minat siswa belajar bahasa Indonesia. 3. Kemampuan siswa mempunyai pengaruh terhadap minat belajar bahasa Indonesia. 4. Rendahnya minat siswa belajar bahasa Indonesia. 5. Adanya efektivitas belajar diperlukan dalam meningkatkan minat siswa belajar bahasa Indonesia. 6. Kondisi lingkungan sekolah dapat mempengaruhi minat siswa belajar bahasa Indonesia.
C. Pembatasan Masalah Dalam pembahasan ini penulis ingin membatasi masalah yang akan dibahas agar arah yang akan dicapai lebih jelas. Permasalahan dalam pembahasan ini dibatasi pada minat belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Al Amanah, kelas VIII, semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015, Desa Bakti Jaya, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan, Banten.
D. Perumusan Masalah Untuk menegaskan kembali permasalahan yang ada dalam latar belakang masalah, diperlukan suatu pernyataan untuk mempermudah pemahaman terhadap masalah, maka perlu adanya perumusan masalah secara sistematis. Masalah yang akan dibahas sebagai suatu permasalahan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana minat belajar siswa SMP Al Amanah kelas VIII semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015, dalam pembelajaran bahasa Indonesia? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi minat belajar siswa SMP Al Amanah tersebut? 3. Berapa besar pengaruh faktor-faktor minat belajar siswa SMP Al Amanah terhadap pembelajaran bahasa Indonesia?
7 E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang masalah dan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan
belajar siswa SMP Al Amanah dalam pembelajaran
bahasa Indonesia. 2. Untuk
mendeskripsikan kendala yang
dihadapi
siswa SMP Al
Amanah
dalam pembelajaran bahasa Indonesia. 3. Untuk mendeskripsikan berapa besar minat siswa SMP Al Amanah dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia.
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang minat belajar siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Al Amanah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Siswa, dapat
meningkatkan
minat
belajarnya,
terutama
pembelajaran
bahasa Indonesia. Maka melalui faktor-faktor minat belajar siswa akan mudah memahami materi, meningkatkan keaktifan siswa, dan memberikan dorongan belajar siswa SMP Al Amanah dalam pelajaran bahasa Indonesia. 2. Guru, dapat dijadikan refleksi bahwa dalam memberikan pelajaran bukan hanya memberikan sebatas materi penting saja dan guru juga harus menjadi contoh agar siswa SMP Al Amanah tetap minat dalam belajarnya. 3. Pihak sekolah, diharapkan mampu memperbaiki sarana dan prasarana dalam menunjang
pembelajaran,
sehingga akan timbul minat dari siswa SMP Al
Amanah untuk terus belajar. 4. Orang tua, sebagai bahan acuan dalam memberikan arahan kepada anak, agar anaknya terus berminat dalam belajar, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Pengertian Minat Minat (interest) adalah “kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus-menerus”.1 Minat erat kaitannya dengan perasaan terutama perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu. Orang yang berminat kepada sesuatu berarti sikapnya senang kepada sesuatu itu. Minat adalah ”suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”,2 minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minat. Abdul Rahman Shaleh mengartikan minat sebagai “suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas, atau situasi yang menjadi objek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang”.3 Dalam diri manusia itu terdapat dorongan yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, dari manipulasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu maka timbul minat terhadap sesuatu, apa yang menarik minat seseorang mendorong untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Muhibbin Syah mendefinisikan “minat kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”.4 Minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai sesuatu hal dari pada hal
1
Alisup Sabri. Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu, 2007), Cet. ke-3, h. 84. Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), Cet. ke-5, h. 180. 3 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi : Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta : Kencana, 2004), Ed. 1, Cet. ke-4, h. 262-263. 4 Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2013), Cet. ke-18, h. 133. 8 2
9 lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui
partisipasi dalam sesuatu aktivitas.
“Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian”.5 Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat-ingat terus sesuatu, dengan perasaan senang yang disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari lebih lanjut. Minat senantiasa erat hubungannya dengan perasaan individu, objek, aktivitas, dan situasi. Secara umum minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari atau mencoba aktivitas-aktivitas dalam bidang tertentu. Minat juga diartikan sebagai sikap positif anak terhadap aspek-aspek lingkungan. Ada juga yang mengartikan minat sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan menikmati sesuatu aktivitas disertai dengan rasa menguasai individu secara mendalam untuk melakukan suatu aktivitas. Minat merupakan gambaran sifat dari ingin memiliki kecenderungan tertentu. Minat juga diartikan suatu moment dari kecenderungan yang terarah secara intensif pada suatu tujuan atau objek yang dianggap penting. Objek yang menarik perhatian dapat membentuk minat karena adanya dorongan dan kecenderungan untuk mengetahui, memperoleh, menggali, dan mencapainya. Minat merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semakin besar minatnya. Minat terhadap sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap seseorang untuk dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka. Minat juga penting dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat
5
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), Cet. ke-4, h. 121.
10 melakukan sesuatu yang telah menarik lainnya, seperti minat pada pelajaran bahasa Indonesia.
Jadi,
minat
itu
muncul akibat adanya kecenderungan dan
mengingat terhadap sesuatu secara terus-menerus. Minat pun
berkaitan erat
dengan adanya perasaan senang terhadap sesuatu, karena itu jika seseorang mempunyai
perasaan senang terhadap sesuatu, maka seseorang tersebut akan
mempunyai minat untuk memperoleh sesuatu itu dengan usahanya agar keinginannya dapat tercapai.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Minat merupakan salah satu pendorong dalam proses belajar tidak muncul dengan sendirinya.
Akan tetapi, banyak faktor yang menimbulkan minat siswa
terhadap beberapa mata pelajaran yang diajarkan oleh para guru.
Faktor-faktor
tersebut antara lain: a. Minat dapat juga dipupuk melalui belajar. Dengan bertambahnya pengetahuan, minat akan timbul dan bahkan menggiatkan untuk mengenali dan mempelajarinya. Minat erat hubungannya dengan dorongan, motif, dan respon emosional. b. Minat dapat timbul dari situasi belajar. Minat akan timbul dari suatu yang telah diketahui, dan kita bisa mengetahui sesuatu itu melalui belajar, karena itu semakin banyak belajar, semakin luas pula bidang minatnya. Situasi belajar dan pengajaran yang menarik harus memperhatikan dan mempertimbangkan minat siswa. Mereka diberi kesempatan untuk dapat giat sendiri, dan bebas berpartisipasi secara aktif selama proses belajar mengajar berlangsung. Mereka diberi kebebasan untuk mencari sendiri, berargumen, dan mencoba untuk memecahkan masalah sendiri. Guru berperan sebagai pembimbing. c. Pengalaman
merupakan faktor penting dalam pembentukan minat. Dari
pengalaman, dapat diketahui bahwa setiap pekerjaan memerlukan usaha untuk menyelesaikannya. Minat yang timbul berlandaskan kesanggupan dalam bidang tertentu akan
mendorong ke usaha yang lebih produktif, ditambah dengan
11 pengalaman, dan pengetahuan akan mencapai sukses dalam batas kemampuan yang dimiliki. Minat siswa akan bertambah bila ia dapat melihat dan mengalami bahwa dengan bantuan yang dipelajari itu ia akan mencapai tujuan tertentu. d. Bahan pelajaran. Bahan pelajaran dapat mempengaruhi minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan baik apabila dari bahan pelajaran tersebut tidak ada daya tarik baginya, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. “Bahan pelajaran yang menarik siswa akan lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar”.6 e. Pelajaran dan sikap guru. Pelajaran akan menjadi
menarik bagi siswa, jika
mereka dapat melihat dan mengetahui adanya hubungan antar pelajar dengan kehidupan yang nyata yang ada di sekitarnya. Sikap guru yang diperlihatkan kepada siswa ketika mengajar memegang peranan penting dalam membangkitkan belajar dan perhatian siswa.“Jika siswa membenci gurunya, ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikan, akibatnya pelajaran tidak maju”.7 f. Cita-cita, suatu dorongan yang besar pengaruhnya dalam belajar, bahkan citacita itu dapat dikatakan sebagai perwujudan dari minat seseorang dalam prospek kehidupan
di masa yang akan datang. Cita-cita ini senantiasa dikejar dan
diperjuangkan, bahkan tidak jarang mereka mendapat rintangan, seseorang tetap berusaha untuk mencapainya. Bagi siswa yang memiliki cita-cita, maka minat belajarnya akan lebih daripada minat siswa yang lain yang tidak mempunyai citacita. Ia akan terdorong terus untuk belajar guna mencapai cita-cita. g. Motivasi. Minat seseorang akan semakin tinggi bila disertai motivasi, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Minat merupakan panduan antara keinginan yang dapat berkembang jika ada motivasi, seseorang siswa akan memperdalam ilmu pengetahuan tentang bahasa Indonesia, tentu akan terarah minatnya untuk membaca buku-buku tentang bahasa Indonesia, mendiskusikan, dan sebagainya. 6 7
Slameto, op. cit., h. 57. Ibid., h. 66.
12 h. Keluarga. Orang tua adalah orang terdekat dalam keluarga, karena itu keluarga sangat besar pengaruhnya dalam menentukan minat seseorang siswa terhadap pelajaran. Tidak semua siswa memulai belajar baru karena faktor minatnya sendiri, ada yang mengembangkan minatnya terhadap pelajar tersebut karena pengaruh dari guru, teman sekitar, dan orang tua. Secara
garis
besar,
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
minat
dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu “yang bersumber dari dalam diri individu yang bersangkutan (misal: bobot, umur, jenis kelamin, pengalaman, perasaan mampu, kepribadian), dan yang berasal dari luar mencakup lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat”.8 Faktor lingkungan justru mempunyai pengaruh lebih besar terhadap timbul dan berkembangnya minat seseorang. Menurut Crow dan Crow dalam Abdur Rahman Shaleh ada tiga faktor yang menjadi timbulnya minat, yaitu : 1. Dorongan dari dalam diri individu, misal dorongan untuk makan, ingin tahu seks. Dorongan untuk makan akan membangkitkan minat untuk bekerja atau mencari penghasilan, minat terhadap produksi makanan dan lain-lain. Dorongan ingin tahu atau rasa ingin tahu akan membangkitkan minat untuk membaca, belajar, menuntut ilmu, melakukan penelitian dan lain-lain. Dorongan seks akan membangkitkan minat untuk menjalani hubungan dengan lawan jenis, minat terhadap pakaian, dan kosmetika dan lain-lain. 2. Motif sosial, dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Misalnya, minat terhadap pakaian timbul karena ingin mendapat persetujuan atau penerimaan dan perhatian orang lain. Minat untuk belajar atau menuntut ilmu pengetahuan timbul karena ingin mendapat penghargaan dari masyarakat, karena biasanya yang memiliki ilmu pengetahuan cukup luas mendapat kedudukan yang tinggi dan terpandang dalam masyarakat. 3. Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi. Bila seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktivitas akan menimbulkan perasaan senang dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap aktivitas tersebut, sebaliknya, suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal tersebut.9
8 9
Abdur Rahman Shaleh, op. cit., h. 263. Ibid.
13 Kepribadian manusia itu bersifat komplek. Maka sering ketiga faktor tersebut yang menjadi penyebab timbulnya minat tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu perpaduan dari ketika faktor tersebut, akhirnya menjadi agak sulit bagi kita untuk menentukan faktor manakah yang menjadi awal penyebab timbul minat.
3. Macam-macam Minat Minat dapat digolongkan “berdasarkan timbulnya minat, berdasarkan arah minat, dan berdasarkan cara mendapatkan atau mengungkapkan minat itu sendiri”.10 Minat berdasarkan timbulnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Minat Primitif Minat primitif adalah minat yang timbul karena kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan makanan, perasaan enak atau nyaman, kebebasan beraktivitas, dan seks. b. Minat Kultural atau Minat Sosial Minat kultural atau minat sosial adalah minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita. Misalnya, belajar individu punya pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan akan lebih menghargai orang-orang terpelajar dan pendidikan tinggi, sehingga hal ini dapat menimbulkan minat individu untuk belajar dan berprestasi agar mendapat penghargaan dari lingkungan. Hal ini mempunyai arti yang sangat penting bagi harga dirinya. Minat berdasarkan arahnya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a. Minat Intrinsik Minat intrinsik adalah minat yang berlangsung berhubungan dengan aktivitas sendiri ini merupakan minat yang lebih mendasar. Misalnya, seseorang melakukan kegiatan belajar, karena memang pada ilmu pengetahuan atau karena memang
10
Ibid., h. 265.
14 senang membaca bukan karena ingin mendapatkan pujian. b. Minat Ekstrinsik Minat Ekstrinsik adalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuan sudah tercapai ada kemungkinan minat tersebut hilang. Misalnya, seseorang yang belajar dengan tujuan agar menjadi juara kelas. Adapun minat yang berdasarkan cara mengungkapkannya dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu: a. Expressed interest, adalah minat yang diungkapkan dengan cara meminta kepada subyek untuk menyatakan atau menuliskan kegiatan baik yang berupa tugas maupun
bukan tugas yang disenangi dan paling tidak disenangi, maka dari
jawabannya dapat diketahui minatnya. b. Manifest interest, adalah minat yang diungkapkan dengan cara mengobservasi atau melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas yang dilakukan subjek atau dengan mengetahui hobinya. c. Tested interest, adalah minat yang diungkapkan cara menyimpulkan dari hasil jawaban tes objektif yang diberikan, nilai-nilai yang tinggi pada suatu objek, atau masalah biasanya menunjukkan minat yang tinggi pula terhadap hal tersebut. d. Inventoried interest, adalah minat yang diungkapkan dengan menggunakan alatalat yang sudah distandarisasikan, yang biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan yang ditunjukkan kepada subjek apakah ia senang atau tidak senang terhadap sejumlah aktivitas atau suatu objek yang ditanyakan.
4. Fungsi Minat dalam Belajar Minat merupakan faktor pendorong bagi siswa dalam melaksanakan usahanya untuk mencapai keberhasilan dalam belajar, minat mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Dengan demikian, jelas terlihat bahwa “minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi. Sebaliknya, minat belajar kurang akan
15 11
menghasilkan prestasi yang rendah”. Minat yang timbul dari kebutuhan anak didik akan merupakan faktor pendorong bagi anak didik dalam melaksanakan usahanya. Jadi, dapat dilihat bahwa
minat adalah “sangat penting dalam pendidikan,
sebab merupakan sumber dari usaha”.12 Dengan adanya minat, anak didik akan terus berusaha giat dalam belajar untuk memperoleh hasil atau prestasi yang diinginkan. H. Oemar Hamalik kegiatan belajar yang didasari dengan penuh minat akan lebih mendorong siswa belajar lebih baik sehingga akan meningkatkan hasil belajar. Minat belajar ini akan muncul jika siswa merasa tertarik terhadap berbagai hal yang akan dipelajari, atau jika siswa tersebut menyadari kegiatan hal-hal yang akan dipelajarinya tersebut bermanfaat terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadinya.13 Minat turut mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Minat akan mengarahkan dalam memilih macam pekerjaan yang akan dilakukan. Minat juga mengarahkan seseorang terhadap apa yang disenangi dan dikerjakannya. Artinya dengan adanya minat siswa akan mampu mengarahkan dan menyeleksi pekerjaan apa yang baik juga disenangi untuk dikerjakan. “Minat dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu”.14 Sejalan dengan pendapat H. Oemar Hamalik, Alisuf Sabri juga berpendapat bahwa: Minat berperan sebagai motivating force yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat (sikapnya senang) kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang hanya menerima kepada pelajaran, mereka hanya tergerak mau belajar tetapi sulit terus untuk tekun karena tidak ada pendorongnya.15 Fungsi minat besar sekali terhadap kegiatan belajar, karena minat mempunyai 11
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007), h. 57. Wayan Nurkancana dan P.P.N. Sunartana. Evaluasi Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1996), Cet. ke-4, h. 230. 13 H. Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung : Remaja Rosada Karya, 2007), Cet. Ke-1. h.110-111. 14 Muhibbin Syah, op. cit., h. 134. 15 Alisuf Sabri, op. cit., h. 85. 12
16 andil yang sangat besar dalam menunjang keberhasilan. Seseorang akan memetik hasil pekerjaanya ketika ia berminat terhadap sesuatu yang ia pelajari dan dengan sendirinya ia akan menunjukkan keaktifan dalam mengikuti pelajaran. Minat itu mempunyai pengaruh yang besar dalam belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari
tidak
sesuai dengan minat siswa, maka siswa tersebut tidak akan
belajar dengan sebaik-baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Bila bahan pelajaran itu menarik minat siswa, maka ia akan mudah dipelajari karena adanya minat sehingga menambah kegiatan belajar. Fungsi minat dalam belajar lebih besar sebagai motivating force yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran, mereka hanya tergerak untuk mau belajar, tetapi sulit untuk terus tekun karena tidak ada pendorong. Untuk memperoleh hasil yang baik dalam belajar seorang siswa harus mempunyai minat terhadap pelajaran sehingga akan mendorong siswa untuk terus belajar. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat besar fungsinya untuk pembelajaran. Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan siswa. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih, serius, dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan. Minat juga akan mengarahkan siswa dalam memilih macam pekerjaan yang akan dilakukan. Minat belajar siswa adalah faktor pendorong yang dapat menentukan keberhasilan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan atau melakukan suatu hal yang ingin dicapai, sehinga dapat menghasilkan kualitas pendidikan yang baik.
5. Cara Membangkitkan Minat Belajar Minat merupakan faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil belajar anak didik. Kebanyakan anak didik kurang berminat untuk belajar, terutama pada
17 mata pelajaran dan guru yang menurut mereka sulit atau menyulitkan. Unutk mencapai tujuan pembelajaran dan meningkatkan kualitas pembelajaran guru dituntut mengembangkan minat belajar anak didik. Wina Sanjaya menjelaskan, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar anak didik, di antaranya: a. Hubungan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan anak didik. Minat akan tumbuh apabila ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna untuk kehidupan. b. Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan anak didik. Biasanya, minat anak didik akan tumbuh kalau ia mendapatkan kesuksesan dalam belajar. c. Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi, misalnya diskusi, kerja kelompok, eksperimen, demonstrasi, dan lain-lain.16 E. Mulyasa, mengemukakan minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut: a. Peserta didik akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajarinya menarik dan berguna bagi dirinya. b. Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada peserta didik sehingga mereka mengetahui tujuan belajar. Peserta didik juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan. c. Peserta didik harus selalu diberi tahu tentang kompetensi dan hasil belajarnya. d. Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktuwaktu hukuman juga diperlukan. e. Manfaatkan sikap, cita-cita, rasa ingin tahu, dan ambisi peserta didik. f. Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individu peserta didik, misalnya perbedaan kemampuan dan latar belakang ekonomi keluarga. g. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dengan jalan memperhatikan kondisi fisik, memberikan rasa aman, memperhatikan mereka dan lain-lain, sehingga peserta didik merasa memperoleh kepuasan dan penghargaan.17 Dari poin-poin di atas yang memuat tentang cara-cara membangkitkan minat,
16
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencara Media Group, 2011), Ed. 1, Cet. ke-8, h. 30. 17 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2006), h. 176.
18 dapat disimpulkan bahwa minat dapat dibangkitkan melalui cara-cara, di antaranya yaitu penghargaan, karena sebagai manusia sudah kodrat mereka untuk selalu ingin dihargai, menginginkan keindahan, dan sebagainya. Minat dapat melalui pengalaman, yaitu
dibangkitkan
dengan cara mengbuhungkan kejadian (pengalaman)
masa lalu dengan realita saat ini, melalui cara tersebut maka minat
dapat
dibangkitkan. Berbagai upaya peningkatan minat belajar untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar,
harus ditunjang dan didukung oleh guru
profesional yang mampu
memerankan diri sebagai agen pembelajaran. Guru mempunyai pesan sangat besar dalam membangkitkan minat belajar peserta didik, agar peserta didik memiliki minat untuk belajar, guru harus berusaha membangkitkannya agar proses pembelajaran yang efektif tercipta di dalam kelas dan anak didik mencapai suatu tujuan sebagai hasil dari belajar. Guru kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelas sehingga hasil belajar peserta didik berada pada tingkat optimal. 6. Ciri-Ciri Orang yang Berminat Belajar Arden N. Frandsen yang dikutip Sardiman menyebutkan hal-hal yang dapat mendorong atau menimbulkan minat belajar adalah sebagai berikut: a. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. b. Adanya sifat yang kreatif pada orang yang belajar dan keinginan untuk maju. c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman. d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi, maupun dengan kompetensi. e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. f. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.18 Sementara itu, pendapat berbeda diutarakan Maslow yang dikutip oleh Sardiman mengemukakan dorongan seseorang untuk belajar yaitu sebagai berikut: 18
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003), Ed.. 1, cet. ke-10, h. 46.
19 a. Adanya kebutuhan fisik b. Adanya kebutuhan rasa aman, bebas dari kekuatan. c. Adanya kebutuhan dan kecintaan dan penerimaan dalam hubungan dengan orang lain. d. Adanya kebutuhan untuk mendapatkan kehormatan dari masyarakat. e. Sesuai dengan sifat seseorang untuk mengemukakan atau mengetengahkan diri.19 Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang berminat belajar ditandai dengan adanya sifat ingin tahu, adanya kreativitas, adanya simpati dari orang lain, memperbaiki kegagalan, adanya rasa aman, dan adanya ganjaran atau hukuman.
7. Indikator Minat dalam Belajar Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, minat juga dapat menjadi sebab suatu kegiatan dan sebagai hasil dari keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Tidak adanya minat dalam diri peserta didik mengakibatkan anak didik tidak menyukai pelajaran, anak didik menjadi tidak berkonsentrasi dalam belajar dan sulit mengerti isi bahan pelajaran dan ini berkaitan pada hasil belajar anak didik. Jika terdapat anak didik yang kurang berminat dalam belajar, maka guru memiliki kewajiban untuk membangkitkan minat anak didik. Salah satunya dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi anak didik sehingga mereka senang dan semangat dalam belajar. Untuk mengetahui apakah anak didik berminat dalam belajar, dapat dilihat dari beberapa indikator mengenai minat belajar. Adapun indikator minat belajar pada penelitian ini sebagai berikut: a. Perasaan senang Perasaan adalah “suatu fungsi jiwa untuk dapat mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang. Perasaan merupakan pernyataan jiwa yang sedikit banyak bersifat subyektif dalam merasakan semangat
19
Ibid., h. 46 – 47.
20 atau tidak senang”.
20
Perasaan senang yang ada pada diri anak didik dalam
belajar merupakan indikator bahwa dia berminat untuk mengikuti pelajaran. b. Memperhatikan pelajaran. Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungan dengan pemilihan rangsangan yang datang dari luar. Memperhatikan yaitu “mengarahkan indera atau sistem persepsinya untuk menerima informasi tentang sesuatu, dalam hal ini tentang pelajaran yang akan dipelajarinya. Tingkat yang lebih tinggi dari menaruh perhatian adalah menaruh minat”.21 Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, “siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang akan dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar”.22 Perasaan senang ini diaktualisasikan melalui dengan cara memperhatikan pelajaran yang akan diajarkan. c. Kemauan untuk tahu lebih banyak Kemauan adalah “fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu, dan merupakan kekuatan dari dalam”.23 Anak didik yang memiliki minat akan mempunyai kekuatan dari dalam diri mereka untuk mencapai tujuan tertentu. Peserta didik yang memiliki minat terhadap mata pelajaran, seperti mata pelajaran
bahasa
Indonesia akan mempunyai kemauan untuk lebih mengenal apa yang ingin diketahuinya. d. Partisipasi Partisipasi merupakan keinginan anak didik berstatus, keinginan untuk ambil bagian dalam aktivitas untuk partisipasi. Maka perlu untuk memberikan kesempatan kepada anak didik untuk berpartisipasi pada segala kegiatan. Anak didik akan lebih berminat dalam belajar, jika mereka dilibatkan secara aktif dalam 20 21 22 23
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), h. 36. Slameto, op. cit., h.106. Ibid., h. 56. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, op. cit., h. 38.
21 proses belajar mengajar, termasuk dalam proses penyusunan tujuan pembelajaran. Anak didik yang berminat dalam belajar di samping memperhatikan pelajaran anak didik juga aktif dan interaktif ada atau tidak adanya guru yang penting keterlibatan anak didik dalam belajar tidak hanya secara jasmaniah, tetapi terlibat secara psikologis. Anak didik harus dibimbing untuk mendapatkan pengalaman dan membentuk kompetensi yang akan mengatur mereka mencapai tujuan. Dengan indikator di atas, bisa diketahui apakah anak didik yang sedang mengikuti pembelajaran itu berminat untuk mempelajari suatu mata pelajaran. Bila anak didik tidak berniat terhadap sesuatu materi pelajaran maka indikator yang
telah
dijelaskan di atas tidak akan ditunjukkan oleh anak didik dan
sebaliknya. Bila anak didik menunjukkan indikator di atas maka bisa dikatakan bahwa anak didik itu memiliki minat terhadap apa yang sedang dipelajarinya.
8. Metode Pengukuran Minat Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk mengadakan pengukuran minat, di antaranya yang dikemukakan Nurkancana, yaitu “1) observasi, 2) interviu, 3) kuesioner, dan 4) inventori”.24 Adapun uraiannya sebagai berikut: a. Observasi Observasi ialah “suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis”.25 Pengukuran minat dengan metode observasi mempunyai keuntungan karena dapat mengamati minat peserta didik dalam kondisi yang wajar dan tidak dibuat-buat. Observasi dapat dilakukan dalam setiap situasi, baik dalam kelas maupun di luar kelas, pencatatan hasil observasi dapat dilakukan selama observasi berlangsung.
24
Wayan Nurkancana dan PPN Sunartana, op. cit., h. 232. Haris Herdiansyah. Metodologi Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), Cet. ke-1, h. 131. 25
22 b. Wawancara Wawancara adalah “tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung”.26 Wawancara baik dipergunakan untuk mengukur minat peserta didik, sebab biasanya peserta didik gemar memperbincangkan hobinya dan aktivitas lain yang menarik hati. Pelaksanaan interview ini biasanya lebih baik dilakukan dalam situasi yang baik tidak formal (informal approach), sehingga percakapan anak dapat berlangsung lebih baik. Misalnya dalam percakapan sehari-hari di luar jam pelajaran, dengan mengadakan kunjungan rumah dan sebagainya. Guru dapat memperoleh informasi tentang minat peserta didik dengan menanyakan kegiatankegiatan apa yang dilakukan oleh anak setelah pulang sekolah. c. Kuesioner atau Angket Kuesioner atau angket adalah “teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan atau pernyataan untuk diisi oleh responden”.27 Dengan mempergunakan kuesioner guru dapat melakukan pengukuran terhadap sejumlah anak sekaligus. Dengan demikian, apabila dibandingkan dengan intervieu dan observasi, kuesioner ini jauh lebih efisien dalam menggunakan waktu. Isi pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner
pada prinsipnya tidak
berbeda dengan isi pertanyaan dengan intervieu. Jadi, dalam kuesioner guru dapat menanyakan tentang kegiatan yang dilakukan peserta didik di luar sekolah. d. Inventori Inventori adalah “satu alat untuk menaksir dan menilai ada atau tidak adanya tingkah laku, minat, sikap tertentu, dan seterusnya”.28 Inventori mempunyai persamaan dengan kuesioner yaitu “ kedua-duanya menggunakan instrumennya
26
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), Ed. ke-2, cet. ke-.1, h. 55. 27 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2011), Cet. ke-1, h. 177. 28 James P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi , (Jakarta : Grafindo Persada, 2005), Cet. ke-9, h. 260.
23 berupa suatu daftar”. daftar
29
Perbedaannya kalau dalam kuesioner instrumennya berupa
pertanyaan yang
harus
dijawab oleh
responden,
sedangkan pada
inventori responden memberi jawaban dengan memberi lingkaran, tanda ceklis (√), mengisi nomor atau tanda lain yang berupa jawaban yang singkat terhadap sejumlah pertanyaan yang lengkap.
9. Pengukuran Minat Belajar Untuk
mengukur
minat
belajar
seseorang
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan skala penilaian. Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut, bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan kuantitatif. Dengan skala pengukuran ini, maka variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga lebih efisien dan komunikatif. Skala pengukuran sikap yang dapat dipergunakan untuk lebih efisien dan komunikatif. Skala pengukuran sikap yang dapat digunakan untuk penelitian administrasi, pendidikan, dan sosial antara lain adalah: “1) skala Likert, 2)
skala
Guttman, 3) Rating Scale, dan 4) Semantic Deferential”.30
Pendekatan yang paling sering digunakan dalam pengukuran minat belajar adalah teknik skala penilaian model likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian , fenomena sosial ini telah ditetapkan
secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebagai
variabel penelitian, dengan skala likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban item instrument yang menggunakan skala Likert mempunyai “gradasi dari 29 30
Wayan Nurkancana dan PPN Sunartana, op. cit., h. 232. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, ( Bandung : Alfabeta, 2011) Cet. 13, h. 93.
24 sangat positif sampai sangat negatif yang dapat berupa kata-kata antara lain yaitu: selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah. Sangat positif, positif, negatif, dan sangat negatif, dan lain-lain”.31 Adapun alat ukur yang digunakan untuk minat belajar dalam penelitian ini adalah skala minat belajar model Likert yang disusun berdasarkan indikator-indikator minat belajar, yaitu : a) perasaan senang, b) memperhatikan pelajaran, c) kemauan untuk tahu lebih banyak, dan d) partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan empat alternatif jawaban pernyataan : “ sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), dan tidak setuju (TS)”.32
B. Hakikat Belajar 1. Pengertian Belajar Pengertian belajar adalah “kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan”.33 Skinner (dalam Barlow, 1985) belajar adalah “suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah
laku yang
berlangsung
secara
progresif”,34 Morgan dalam buku
Introduction of Psychology (1978), belajar adalah “setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan dan pengalaman”,35 B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson dalam bukunya Theories of Learning, mengemukakan bahwa belajar adalah “perubahan perilaku atau potensi perilaku yang relative permanen yang berasal dari pengalaman dan tidak bisa dinisbatkan ke temporary body states (keadaan tubuh temporer) seperti keadaan yang 31
Ibid. Sumarsih Anwar. Sikap Profesional Peneliti Agama. (Jakarta : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2008), Cet. ke-1, h. 67. 33 Muhibbin Syah, op. cit., h. 87. 34 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar : Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung : Refika Aditama, 2011), Cet. ke-5, h. 5. 35 M. Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. ke26, h. 84. 32
25 36
disebabkan oleh sakit, keletihan, atau obat-obatan”.
Belajar adalah “suatu aktivitas
atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian”.37 Belajar merupakan salah satu aktivitas manusia yang sangat penting untuk mengembangkan potensi yang di dalam individu tersebut untuk kelangsungan hidup. Proses manusia ini dilakukan seumur hidup, mulai dari ia lahir sampai ia meninggal, sedikit demi sedikit dan terus-menerus. Proses belajar dapat berjalan dengan bimbingan dari seorang guru atau pendidik, tetapi tidak menutup kemungkinan, belajar dapat dilakukan secara otodidak atau tanpa guru. Belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku yang dihasilkan dapat terlihat dalam berbagai aspek seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan
dan kepribadian juga belajar berarti suatu proses
perubahan tingkah laku pada siswa akibat adanya interaksi antara individu dan lingkungan melalui proses pengalaman dan latihan. Usaha untuk mencapai kepandaian dan ilmu tersebut merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan ilmu
atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya,
sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu. Belajar adalah “proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan”.38 Perubahan perilaku merupakan hasil belajar, seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya. Perilaku itu meliputi “aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Hasil belajar pada aspek pengetahuan adalah dari tidak tahu menjadi
36
B.R. Hergenhanhn & Matthew H. Olson, Theories of Learning, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010), Ed. 7, Cet. ke-3, h. 8. 37 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran : Teori dan Konsep Dasar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. ke-3, h. 9. 38 Lukmanul Hakim. Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : Wacana Prima, 2009), h. 27.
26 tahu, pada aspek sikap dari tidak mau menjadi mau, dan pada aspek keterampilan dari tidak mampu menjadi mampu”.39 Ada pula yang berpendapat bahwa “belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, yang perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk”,40 dan juga belajar adalah “perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon atau perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuan untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon”.41 Belajar adalah proses perubahan yang terjadi dalam diri individu baik dari aspek sikap ataupun pengetahuan. Seseorang mengalami proses belajar kalau ada perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari kurang baik menjadi baik. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kalangan hidup manusia, juga belajar membantu manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup. Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang disadari dan timbul akibat praktik, pengalaman dan latihan, bukan secara kebetulan. Belajar dapat diartikan “sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya”,42 Cronbach (dalam E. Usman Effendi, 2012) mengakatan “belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman”.43 Belajar bukan sekadar mengumpulkan pengetahuan, belajar merupakan proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku, aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi
39
Ibid., h. 28. M. Ngalim Purwanto, op. cit., h. 85. 41 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), Cet. ke-3, h. 7. 42 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1994), h.2. 43 E. Usman Effendi dan Juhaya S. Praja, Pengantar Psikologi, (Bandung : Angkasa, 2012), Ed. Revisi, h. 98. 40
27 individu dengan lingkungan yang disadari. Robert dan Davies (1995), dalam Masitoh dan Laksmi Dewi juga merumuskan belajar adalah “perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai suatu fungsi praktis atau pengalaman”.44 Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar tidak hanya akan menghasilakan perubahan yang baik-baik
saja, tetapi belajar juga bisa dilakukan untuk mengubah tingkah laku
kearah yang lebih buruk dari sebelumnya. Selain itu belajar merupakan perubahan tingkah laku yang membutuhkan proses seperti praktik, latihan dan proses belajar baru akan terlihat. Juga Gagne (1977) yang dikutip Ratna Wilis Dahar (1993) dalam Suyono dan Hariyanto (2011) menyatakan bahwa adalah “sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia, seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya, yaitu peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja,”45 juga belajar adalah “serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor”.46
2. Ciri-ciri Belajar Jika hakikat belajar merupakan perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang termasuk ke dalam ciri-ciri belajar yaitu: a. Perubahan yang terjadi secara sadar. Perubahan ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya, ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, dan kebiasaanya bertambah. b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung secara terus menerus dan tidak 44
Masitoh & Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Dirjen Pendis Depag , 2009), h. 3. Suyono dan Hariyanto, op. cit., h. 12. 46 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2011), Cet. ke-3, h.13. 45
28 statis. Suatu perubahanyang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya jika seseorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak bisa menulis menjadi dapat menulis. c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tujuan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak perubahan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya, perubahan tingkah laku karena proses perubahan kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam. d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya beberapa saat saja, seperti berkeringat, mengeluarkan air mata, menangis, dan sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Misalnya, kecakapan seorang anak dalam memainkan piano tidak hilang, melainkan akan terus menerus dimiliki bahkan makin berkembang bila terus dipergunakan atau dilatih. e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misal seseorang yang belajar mengetik sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik atau tingkat kecakapan mana yang dicapainya. f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui sesuatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. Misalnya jika seseorang belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak adalah keterampilan naik sepeda itu.47 William Burton dalam buku Proses Belajar Mengajar karangan H. Oemar Hamalik menyimpulkan uraiannya tentang cirri-ciri belajar sebagai berikut: a. Proses belajar ialah suatu pengalaman, berbuat, mereaksi dan melampaui (under going). b. Prose situ melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran 47
Ibid., h. 15 – 16.
29 yang terpusat pada suatu tujuan tertentu. c. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid. d. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi dan kontinu. e. Prosen belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan. f. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materil dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual di kalangan murid-murid. g. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid. h. Prose belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan. i. Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur. j. Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat didiskusikan secara terpisah. k. Proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan. l. Hasil-hasil belajar adalah pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, aspresiasi, abilitas, dan keterampilan. m. Hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada ke butuhannya dan berguna serta bermakna baginya. n. Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengelamanpengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik. o. Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan yang berbeda-beda. p. Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan dapat berubah-rubah (adaptable), jadi tidak sederhana dan statis.48 Muhubbin Syah dalam bukunya psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, juga mengemukakan ciri-ciri belajar, yaitu: a. Perubahan intensional. Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan. b. Perubahan positif dan aktif. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif artinya baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan yakni diperolehnya sesuatu yang baru (seperti pemahaman dan keterampilan baru) yang baik daripada apa yang telah ada sebelumnya. Adapun perubahan 48
H. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), Cet. 2, h. 31-32.
30 aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan (misalnya bayi yang bisa merangkak setelah bisa duduk), tetapi karena usaha siswa itu sendiri. c. Perubahan efektif dan fungsional. Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, yakni berhasil guna, artinya perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi siswa. Selain itu perubahan dalam proses belajar bersifat fungsional dalam arti ia relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan. Perubahan fungsional dapat diharapkan memberi manfaat yang luas, misalnya ketika siswa menempuh ujian dan menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan sehari-hari dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.49 Berdasakan pendapat dan penjelasan atas, maka dapat disimpulakan bahwa ciriciri belajar itu disebabkan karena adanya proses belajar yang dapat merubah tingkah laku individu masing-masing. Proses belajarpun dapat merubah individu menjadi seseorang yang lebih mengetahui dan mempunyai keterampilan yang sangat berguna. Dengan belajar seseorang akan menambahkan pengetahuan yang belum tahu menjadi pengetahuan yang sudah tahu.
3. Jenis-Jenis Belajar Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki macam yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Bermacam jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia juga bermacam-macam. Oleh karena itu belajaranpun mempunyai jenis-jenisnya, sebagaimana yang dikemukakan Muhibbin Syah, yaitu “a) belajar abstrak, b) belajar keterampilan, c) belajar sosial, d) belajar pemecahan masalah, e) belajar rasional, f) belajar kebiasaan, g) belajar apresiasi, dan h) belajar pengetahuan”.50
49 50
Muhibbin Syah, op. cit., h. 115 – 116. Ibid., h. 120 – 122.
31 a. Belajar Abstrak. Belajar abstrak adalah belajar yang menggunakan cara-cara yang berpikir abstrak.Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari yang abstrak diperlukan peranan akal yang di samping penguasaan atau prinsip, konsep, dan generalisasi. b. Belajar Keterampilan. Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot atau neuromuscular. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenius ini latihan-latihan intensif dan teratur sangat diperlukan. c. Belajar Sosial. Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalahmasalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah sosial seperti keluarga,
masalah persahabatan, masalah kelompok dan masalah lain yang
bersifat kemasyarakatan. d. Belajar Pemecahan Masalah. Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta insight (tilikan akal) sangat diperlukan. e. Belajar Rasional. Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional. Tujuannya untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, siswa diharapkan memiliki
kemampuan
rational
problem solving, yaitu
kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan sistematis.
32 f. Belajar Kebiasaan. Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaankebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri teladan dan pengalaman khusus, menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikapsikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual). g. Belajar Apresiasi. Belajar apresiasi adalah mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skills) yang dalam hal ini kemampuan mengenai secara tepat terhadap nilai objek tertentu, misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, dan sebagainya. h. Belajar Pengetahuan. Belajar pengetahuan adalah “belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu”.51 Tujuannya agar siswa memperoleh informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasa lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan. Sedangkan Robert M. Gagne (1990) mengemukakan belajar dapat dibedakan kepada delapan tipe belajar, yaitu sebagai berikut: 1) Belajar isyarat (signal learning). Contoh: aba-aba siap merupakan isyarat untuk mengambil sikap tertentu. 2) Belajar stimulus respon (stimulus–respone learning). Contoh: seorang bayi belajar mengatakan “mama”. 3) Rangkaian atau rantai ( Chaining).Terjadi bila berbentuk hubungan antara beberapa S-R, karena satu hal terjadi segera setelah hal lainnya. Contoh kampung halaman, ibu bapak, selamat tinggal. 4) Asosiasi verbal (verbal association). Hubungan ini terbentuk bila semua unsur itu terdapat dalam urusan tertentu, yaitu unsur satu segera mengikuti mengikuti unsur lainnya. Contoh : bila seorang anak diperlihatkan bolanya, ia akan mengatakan itu bola saya. 5) Belajar diskriminasi (discrimation learning). Contoh : anak dapat mengenal 51
Ibid.
33 berbagai merek mobil walaupun mobil-mobil itu tampak serupa. Ia harus mengenal mobil tertentu berikut namanya. 6) Belajar konsep (concept learning). Belajar konsep ini mungkin timbul karena kesanggupan manusia untuk mengabstraksi konsep dengan menggunakan bahasa. Dengan mengusai konsep ia dapat menggolongkan dunia sekitarnya. Misalnya menurut warna, bentuk, besar, jumlah, bangsa, dan sebagainya. 7) Belajar aturan (rule learning). Banyak aturan yang perlu diketahui oleh setiap orang yang terdidik. Aturan itu terdapat dalam setiap mata pelajaran. Contoh: tiap warga negara harus setia kepada negaranya. 8) Pemecahan masalah (problem solving). Dalam memecahkan masalah diperlukan berbagai hal berikut, yaitu: (1) pemikiran dengan menggunakan dan menghubungkan berbagai aturan yang ada, (2) sejumlah konsep dan aturan, (3) kemampuan memecahkan masalah yang satu, memperbesar kemampuan untuk memecahkan masalah lain, dan (4) waktu lamanya bergantung pada kekompleksitasan masalah itu.52 Jenis belajar ini dapat dipandang bertingkat atau bertahap yaitu setiap tipe belajar yang di bawah merupakan syarat bagi bentuk belajar yang lebih tinggi. Jadi untuk memehami jenis belajar tipe delapan, disyaratkan mampu belajar tipe ketujuh dan seterusnya. Dari jenis-jenis belajar yang telah dijelaskan tersebut atas, penulis berpendapat bahwa sebagai manusia yang mempunyai akal dan pikiran dapat melakukan salah satu kegiatan belajar di atas atau melakukan semua kegiatan belajar tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada diri masing-masing. Maka penulis dapat menyatakan bahwa jenis belajar yang telah dijelaskan di atas semua sangat penting dan dapat dijalankan sesuai dengan tingkat kemampuan yang ada di dalam diri masing-masing.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan merupkan suatu proses yang dapat menyebabkan perubahan dalam tingkah laku 52
M. Subhan dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia : Berbagai Pendekatan, Metode Teknik, dan Media Pengajaran, (Bandung : Pustaka Setia, 2011), Cet. 3, h. 11-12.
34 individu. Keberhasilan proses belajar ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, yaitu “1) faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa; 2) faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa; dan 3) faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran”.53 Dari ke tiga faktor diatas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Misalnya seorang siswa yang bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) biasanya cenderung mengambil pendekatan
belajar yang sederhana dan tidak mendalam,
sebaliknya seorang siswa yang berinteligensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih meningkatkan kualitas hasil belajar. Karena tersebut pengaruh dari faktor-faktor tersebut di atas, maka muncul siswa-siswa berprestasi tinggi dan berprestasi rendah atau gagal sama sekali. Dalam hal ini seorang yang berkompeten dan profesional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinankemungkinan
munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan
dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka. Faktor keluarga, suasana dan keadaan setiap siswa tidak semua sama, ada yang berasal dari keluarga yang kaya, kurang mampu, harmonis, broken home, dan lainlain. Keadaan keluarga yang bermacam-macam turut menentukan belajar juga dengan fasilitas yang disediakan oleh keluarga di rumah juga akan mempengaruhi belajar. Kemudian guru dan cara mengajarnya, faktor ini merupakan faktor yang penting, sikakap dan kepribadian guru dan bagaimana guru itu mengajarkan pelajaran turut menentukan hasil belajar yang dicapai siswa. Sikap siswa terhadap guru juga dapat 53
Muhibbin Syah, op. cit., h. 129.
35 mempengaruhi belajar, siswa yang tidak suka pada guru atau pelajarannya akan menghambat kelancaran belajar, begitu pula sebaliknya. Selain itu kemampuan pembawaan turut menjadi faktor yang mempengaruhi belajar, siswa yang mempunyai
kemampuan pembawaan yang lebih akan lebih
mudah dan cepat belajar daripada anak yang mempunyai walaupun kemampuan pembawaan ini dapat diatasi
kemampuan kurang,
dengan banyak cara, salah
satunya dengan banyak belajar. Orang yang belajar tidak terlepas dari kondisi fisiknya, misalnya hal yang sering terjadi disekitar kita, anak yang sedang sakit biasanya prestasinya menurun, begitu pula dengan kondisi psikis, keadaan psikis yang kurang baik misalnya situasi rumah, keadaan keluarga dan ekonomi dapat menjadi ganguan belajar. Oleh karena itu kondisi fisik dan psikis orang yang belajar perlu disiapkan dengan baik agar dapat membantu proses belajarnya. Faktor pendekatan belajar, pendekatan belajar dapat dipahami sebagai cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efesiensi proses pembelajaran operasional
materi yang
tertentu. Strategi dalam hal ini seperangkat langkah
direkayasa sedemikian
rupa
untuk
memecahkan
masalah
atau mencapai tujuan belajar tertentu. Maka dari uraian tersebut di atas
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
keberhasilan belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Apabila dalam kegiatan belajar, baik di sekolah ataupun di rumah tidak ada salah satu faktor belajar yang mendukung atau mendorong, maka kegiatan belajar tidak akan berjalan dengan baik, sebaliknya apabila semua faktor tersebut mendukung maka keberhasilan belajar akan tercapai secara maksimal.
36 C. Hakitat Bahasa Indonesia 1. Pengertian Bahasa Indonesia Bahasa adalah “sistem lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh anggota
kelompok
sosial
untuk
bekerja
sama,
berkomunikasi,
dan
mengidentifikasikan diri”.54 Harimurti memberikan batasan bahasa yang dikutip Asep Ahmad Hidayat dalam bukunya berjudul Filsafat Bahasa : Mengungkap Hakikat Bahasa Makna dan Tanda, “bahasa sebagai sistem lambang arbriter yang dipergunakan
suatu
masyarakat
untuk
bekerja
sama,
berinteraksi
dan
mengidentifikasi diri.55 Batasan ini merupakan batasan yang lazim diungkapkan, baik oleh para ilmuwan bahasa maupun para ilmuwan lainnya. Sementara itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian bahasa ke dalam dua batasan, yaitu: “1) sistem lambang bunyi yang arbitrer, digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri,
2)
percakapan (perkataan) yang yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun, dan baik budinya.”56 Bloch dan Teager dua ilmuwan barat mendefinisikan bahasa sebagai suatu “sistem
simbol-simbol
bunyi
yang
arbiter
yang
dipergunakan oleh
suatu
kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi (Language is a system of arbitry vocal symbols by means of which a social group cooperates)”,57 sedangkan Ronald Wardhaugh seorang linguis barat dalam Asep Ahmad Hidayat mendefinisikan sebagai berikut “bahasa ialah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbiter yang
54
Ramlan A. Gani dan Mamhudah Fitriyah, ZA. Pembinaan Bahasa Indonesia, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2007), Cet. ke-1, h.1. 55 Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa : Mengungkap Hakekat Makna dan Tanda, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2006), Cet. ke-1, h. 22. 56 Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Ed. 3, cet. ke-4, h. 88. 57 Asep Ahmad Hidayat, op, cit., h. 22
37 digunakan untuk komunikasi manusia (a system of arbitrary vocal symbols used for human communication)”.58 Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasio yang terjadi. Kaidah aturan, dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk, dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakuakan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus menguasai bahasanya. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbiter yaitu, tidak adanya hubungan antar lambang bunyi dengan bendanya. Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau atau silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara atau target komunikasi. Bahasa isyarat atau gesture atau bahasa tubuh adalah salah satu cara berkomunikasi melalui gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat akan lebih digunakan permanen oleh penyandang cacat bisu tuli karena mereka memiliki bahasa sendiri. Dari beberapa pengertian tentang bahasa, dapat disimpulakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang dapat dipakai oleh sekelompok masyarakat untuk mendapatkan suatu informasi. Bahasa juga digunakan untuk mengetahui ciri bahasa yang dipakai oleh masyarakat yang ada di Indonesia. Dengan adanya bahasa, permasalahan dapat dipecahkan dengan adanya alat komunikasi atau bahasa. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu termasuk rumpun Austronesia yang telah digunakan sebagai lingua franca di nusantara sejak awal abad penanggalan modern, paling tidak dalam bentuk informalnya. Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamai dengan istilah “melayu pasar,
jenis ini sangat lentur sebab
sangat muidah
dimengerti dan ekspresif dengan toleransi kesalahan sangat besar dan mudah -------------------------58
Asep Ahmad Hidayat, loc. cit.
38 menyerap istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan para penggunanya”.
59
Pada tanggal 28 Oktober 1928 bahasa Indonesia dikukuhkan menjadi bahasa persatuan Indonesia. Bahasa itulah yang menggantikan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, di antara para anggota gerakan kebangsaan. Namun, sampai awal tahun 1940 bahasa itu belum dipergunakan sebagai bahasa resmi di lembaga pemerintah maupun di sekolah. Kemudian setelah Indonesia merdeka dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa resmi negara. Ini berarti bahwa di dalam Undang-Undang, peraturan pemerintah, serta pendidikan digunakan bahasa Indonesia.
2. Fungsi Bahasa Indonesia Secara umum, fungsi bahasa ada tiga yaitu, alat komunikasi, alat ekspresi, dan alat berpikir. Ketika seseorang menggunakan bahasa, ada sesuatu yang ingin disampaikan berupa informasi. Informasi tersebut bisa ditransformasi dua arah seperti pada dialog, dan ada juga disampaikan searah seperti pada pidato. Ekspresi seseorang ketika menyatakan senang atau susah paling lengkap dinyatakan dengan bahasa, tidak dapat tersenyum atau menangis. Ekspresi yang menggunakan bahasa tubuh tidak lengkap. Dalam fungsingnya sebagai alat berpikir bahasa selalu dipakai baik lisan maupun tulisan. Fungsi bahasa sebagai alat berpikir dipakai baik secara lisan maupun tulis. Fungsi bahasa sebagai alat berpikir adalah bahasa yang dipakai baik secara lisan maupun tulis. Fungsi bahasa sebagai alat berpikir adalah bahasa yang digunakan dalam penulisan hasil penelitian, bahasa dalam bukubuku ilmu pengetahuan, bahasa dalam seminar, dan lain-lain. Secara khusus, bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat Indonesia. Fungsi tersebut digunakan dalam berbagai lingkungan tingkat, -------------------------59
Alek dan Achmad HP. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), Ed. 1, cet. ke-1, h. 8.
39 dan kepentingan yang beraneka ragam. Hali ini, sesuai dengan prinsip sosiologis yang menyatakan bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, maka “manusia pasti memerlukan orang lain. Mereka perlu berkomunikasi dalam berbagai lingkungan di tempat mereka berada, seperti antaranggota keluarga, antaranggota masyarakat, antarteman sejawat, antarilmuwan, dan sebagainya.60 Kedudukan bahasa mempunyai dua kedudukan yaitu, kedudukan sebagai bahasa nasional dan kedudukan sebagai bahasa negara. Bahasa nasional mulai berlaku sejak tanggal 28 Oktober 1928 yang biasa diperingati hari Sumpah Pemuda. Bahasa negara mulai berlaku sejak tanggal 18 Agustus 1945 dengan adanya Pancasila dan UUD 1945 pasal 36 yang isinya tentang Bahasa Indonesia. Jadi kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan maksudnya sudah jelas karena fungsi bahasa Indonesia itu sendiri adalah sebagai pemersatu suku bangsa yang beraneka ragam yang ada di Indonesia. Bahasa Indonesia telah mampu mengemban fungsinya sebagai sarana komunikasi modern dalam penyelenggaraan pemerintahan, pendidikan, pengemban ilmu, teknologi, dan seni. Bahasa Indonesia dipakai pula sebagai alat untuk mengantar dan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada berbagai kalangan dan tingkat pendidikan, semua jenjang pendidikan dalam penyampaiannya tentu menggunakan bahasa Indonesia sebagai pengantarnya. Bagi bangsa Indonesia, bahasa Indonesia tidak hanya sekedar merupakan alat komunikasi atau alat penyerap berbagai informasi. Bahasa Indonesia juga merupakan kekayaan nasional yang sangat berharga yang mempersatukan suku bangsa, serta menunjukkan jati diri bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia perananya sangat penting sebagai sarana komunikasi, berperan sebagai alat untuk mengantar dan menyampaikan ilmu pengetahuan disemua jenjang pendidikan. --------------------------60
Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah, ZA., op. cit., h.2
40 3. Tujuan dan Manfaat Kemahiran Bahasa Melihat dari fungsi bahasa di atas, terutama fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, maksudnya
adalah berusaha untuk memberikan dasar-dasar kepada
masyarakat untuk memperoleh kemahiran berbahasa, baik menggunakan bahasa secara lisan maupun tulisan agar mereka mendengar atau diajak berbicara dengan mudah memahami apa yang dimaksudkan. Untuk langkah awal, bahasa yang harus dipergunakan ialah bahasa yang paling umum dipakai dan tidak menyalahi norma umum yang berlaku. Seseorang yang jarang atau belum mahir bahasa akan mengalami kesuliatn dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Begitu pula, dengan bahasa yang dipergunakan. Jika bahasa yang digunakan tidak umum berlaku, sukar memperoleh komunikasi yang lancar. Semua ini dapat menimbulkan kesalahpahaman. Latihan kemahiran berbahasa dimaksudkan untuk mengembangkan potensi pribadi yang ada. Dengan latihan yang intensif, kita akan memperoleh keahlian bagaimana menggunakan daya pikir yang intensif, menguasai struktur bahasa dan kosa kata secara meyakinkan, menggunakan suara,
dan
artikulasi
yang
tepat
menggunakan isyarat dan air muka sesuai suara dan artikulasi bahasa yang tepat, menggunakan isyarat dan air muka sesuai dengan suasana dan isi pembicaraan. Dengan demikian, “kemahiran berbahasa akan mendatangkan keuntungan bagi masyarakat bila dipergunakan sebagai alat komunikasi yang baik terhadap sesama masyarakat”.61 Bila sudah memperoleh kemahiran berbahasa, secara tidak langsung ketika memperoleh beberapa macam kemampuan lainnya. Kemampuan tersebut muncul dengan sendirinya pada tahap seseorang betul-betul mahir berbahasa seperti “a) lebih mengenal diri sendiri, b) lebih dalam memahami orang lain, c) belajar mengamati dunia sekitar kita lebih cermat, dan d) mengembangkan suatu proses berpikir yang ------------------------61
Ibid., h. 3
41 jelas dan teratur”.62
4. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Ragam bahasa baku digunakan pada forum ilmiah, sedangkan Ragam tidak baku
digunakan pada forum tidak resmi. Ragam bahasa anak muda digunakan di forum anak muda. Ragam bahasa pasar digunakan di pasar. Berbicara dengan orang yang rendah pendidikannya, kita harus menggunakan kosakata yang sederhana. Semua ragam itu tidak dapat ditukar, jika ditampilkan dengan pakaian, ragam bahasa adalah jenis pakaian yang selalu disesuaikan dengan peruntukannya. Pakaian renang tentu tidak baik dipakai pada forum pesta, demikian pula sebaliknya. Pakaian senam tidak sesuai digunakan pada forum resmi misalnya rapat atau sebaliknya. Demikian pula dengan bahasa, jika ditukar penggunaan bahasa menjadi tidak baik. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa yang baik adalah penggunaan bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Hal ini biasanya berhubungan dengan nilai rasa. Seseorang bisa saja menguasai bahasa lisan secara fasih. Namun, sulit menguasai bahasa tulis dengan baik karena berbeda ragam. Orang menguasai bahasa Indonesia ragam lisan belum tentu dapat menggunakan ragam tulis dengan baik. Adapun bahasa yang benar adalah “bahasa yang sesuai dengan kaidah yang ada. Bahasa yang benar harus menggunakan tata bahasa, sistem ejaan, artikulasi, dan kalimat yang sesuai dengan aturan bahasa.”63 Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa yang mengikuti kaidah bahasa yang sudah ditetapkan sesuai EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) dan sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dalam penggunaan bahasa yang baik dan benar harus sesuai dengan kondisi dan situasi, seseorang melakukan komunikasi. ------------------------------62 63
Ibid. Ibid., h.5.
42 5. Pembelajaran Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua mata pelajaran. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik
mengenal diri, budaya, dan keadaan orang lain, mengemukakan
gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut dan menemukan serta menggunakan kemampuan analisis dan imajinatif yang ada dalam diri. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan “untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesusastraan manusia Indonesia”.64 Pembelajaran yang baik adalah “pembelajaran yang mampu merangsang minat dan motivasi siswa untuk giat berlatih dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan proses belajar”.65 Guru harus mampu merangsang sikap siswa agar terlibat secara penuh terhadap aktivitas belajar yang dijalani melalui kegiatan belajar yang aktif, siswa dapat berpikir kritis dan menyusun makna dari sesuatu yang dipelajari dan merefleksikan secara kritis dalam kehidupannya. Pembelajaran merupakan sebuah upaya yang mengakibatkan anak didik mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya ini dilakukan dengan menetapkan sumber belajar, isi atau materi pembelajaran, dan strategi penyampaian pembelajaran. Guru harus memiliki keterampilan yang baik dalam memilih strategi pembelajaran. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, maka pencapaian tujuan pembelajaran dapat terpenuhi. Pembelajaran bahasa pada hakekatnnya adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran ------------------------64
E. Kosasih, Khaeruddin Kurniawan, dan Halimah. Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2014), Ed. 1, cet. ke-1, h. 3.3. 65 Ma’mur Saadie, dkk.Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet. ke-2, h. 7.4.
43 bahasa diajarkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam komunikasi baik secara lisan maupun tulis. Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang
dipelajari
mulai
dari tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SMP dan MTs), Sekolah Lanjutan Atas (SMA, Madrasah Aliyah), sampai dengan perguruan tinggi. Peranan bahasa Indonesia juga sangat penting di sekolah sebagai mata pelajaran penentu kelulusan, maka dari itu pelajaran bahasa Indonesia dituntut untuk memenuhi standar kelulusan.
6. Fungsi Pembelajaran Bahasa Indonesia Bahasa merupakan simbol yang digunakan sebagai alat komunikasi, bahasa dalam kehidupan sehari-hari yang kita gunakan untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan kemauan. Jika tidak ada bahasa, sulit kita untuk mengemukakan kesan batin sendiri, mengetahui isi batin orang lain dan mengadakan hubungan dalam masyarakat. Bahasa Indonesia dalam Sumpah Pemuda menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang berfungsi: 1. Lambang Kebangsaan Nasional Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan. Melalui bahasa Indonesia, bangsa Indonesia menyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya yang dijadikan pegangan hidup. 2. Lambang Identitas Nasional Derajat bahasa Indonesia sama dengan bendera dan negara Indonesia. Di dalam melaksanakan fungsinya bahasa Indonesia harus memiliki khas sehingga serasi dengan lambang-lambang kebangsaan yang lain. 3. Alat Pemersatu Bangsa Sebagai alat pemersatu bangsa, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Dengan bahasa Indonesia, kita bahkan dapat melestarikan kepentingan nasional di atas kepentingan daerah atau golongan. 4. Alat Penghubung Antardaerah dan Antarbudaya Sebagai alat penghubung antardaerah dan antarbudaya bahasa Indonesia
44 Indonesia telah menunjukkan kemampuannya sejak berabad-abad yang lalu, semenjak bahasa tersebut bernama bahasa melayu. Dengan bahasa Indonesia, kita dapat mengadakan talimarga atau komunikasi dengan suku-suku bangsa yang menghuni kawasan Indonesia. Bahasa Indonesia mampu menghilangkan jarak antara suku yang satu dengan suku yang lain, baik yang disebabkan oleh faktor geografi maupun latar belakang sosial budaya dan bahasa daerah yang berbeda-beda.66 Selain fungsinya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia dalam UUD 1945, juga menyatakan sebagai bahasa negara yang berfungsi: 1. Bahasa Resmi Negara Bahasa Indonesia dipakai dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik secara lisan maupun tulis. Dokumen-dokomen dan keputusankeputusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya, ditulis dalam bahasa Indonesia. Pidato kenegaraan dan penjelasan-penjelasan pemerintah kepada masyarakat disampaikan dalam bahasa Indonesia. 2. Bahasa Pengantar di dalam Dunia Pendidikan. Telah terbukti bahwa sejak bangsa Indonesia diproklamasikan sebagai negara (17 Agustus 1945), bahasa Indonesia telah digunakan sebagai pengantar dalam dunia pendidikan menggantikan bahasa Belanda, kecuali di TK dan tiga tahun SD, penggunaan bahasa daerah belum sama sekali dapat dihilangkan, mengingat bahasa Indonesia masih dianggap sebagai bahasa kedua. Namun, perkembangan membuktikan bahwa bahasa Indonesia semakin banyak dipergunakan sebagai bahasa pengantar pendidikan di semua jenjang dan jalur pendidikan. 3. Alat Penghubung pada Tingkat Nasional Di dalam hubungan dengan fungsi ini, bahasa Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat talimarga antardaerah dan antarsuku, melainkan juga sebagai alat talimarga di dalam masyarakat yang sama latar belakang sosial budaya dan bahasa. 4. Alat Pengembangan Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Penyebaran ilmu dan teknologi baik melalui penulisan maupun penerjemahan buku-buku teks seta penyajiannya di lembaga-lembaga pendidikan maupun melalui penulisan sarana-sarana lain di luar lembaga-------------------------66
Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. (Jakarta: Grasindo, 2007), h. 18-19.
45 lembaga pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan bahasa Indonesia.67 Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang 1945 disebutkan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Berdasarkan kedudukannya yang sangat penting, bahasa Indonesia sangat perlu untuk dipelajari oleh seluruh rakyat Indonesia melalui proses pendidikan.
7. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Bahasa Indonesia Setiap jenjang pendidikan memberikan pelajaran bahasa Indonesia
dengan
tujuan agar pembelajar dapat mengusai bahasa Indonesia dengan baik dan benar, penggunaan bahasa yang baik menggunakan bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Bahasa yang benar, bahasa yang sesuai dengan kaidah yang ada, artinya bahasa yang benar harus menggunakan tata bahasa, sistem ejaan, artikulasi, dan kalimat yang sesuai dengan aturan bahasa. Di samping itu, bahasa yang benar, bahasa yang rasional artinya isi pembicaraan dapat diterima akal sehat. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar pembelajar menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, bahasa persatuan, dan bahasa nasional. Dengan menghargai dan mengembangkan bahasa Indonesia, diharapkan seluruh masyrakat Indonesia memiliki rasa cinta dan tanggung jawab untuk memelihara dan mengembangkan bahasa Indonesia, Selanjutnya agar pembelajar memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, fungsi, serta menggunakannya dengan tepat untuk berbagai macam tujuan. Selain itu, tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar pembelajar memiliki
kemampuan
menggunakan
bahasa
Indonesia untuk
meningkatkan
kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial. Melalui pemahaman --------------------------67
Ibid., h. 19.
46 bahasa Indonesia secara cermat diharapkan akan tercipta perilaku yang sehat dengan landasan intelektual. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar pembelajar dapat mencintai bahasa tanah air sebagai bahasa resmi negara. Dengan mempelajari bahasa
Indonesia, pembelajar akan mengetahui bagaimana penggunaan bahasa
Indonesia yang aik dan benar dapat digunakan dalam situasi dan kondisi tertentu, karena kemampuan intelektual seseorang akan terlihat dari segi cara berbicara atau berbahasa. Bahasa yang mempunyai banyak fungsi, maka pembelajaran bahasa Indonesia diajarkan di setiap jenjang pendidikan, karena pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk membekali anak didik berupa kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar untuk digunakan dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis. Pembelajaran bahasa Indonesia dapat memberikan manfaat yang bersifat praktis dan juga manfaat strategis. Adapun manfaat yang dapat diperoleh melalui pembelajaran bahasa Indonesia sebagai berikut: 1. Meningkatkan kemampuan komunikasi. 2. Pembentuk perilaku positif. 3. Sarana pengembang ilmu pengetahuan. 4. Sarana memperoleh ilmu pengetahuan. 5. Sarana pengembang nilai atau norma kedewasaan. 6. Sarana ekspresi imajinatif. 7. Sarana penghubung dan pemersatu masyarakat Indonesia. 8. Sarana tranfer nilai-nilai kebudayaan.68 D. Hasil Penelitian yang Relevan Sebelum penelitian ini dilakukan, ada beberapa orang yang telah melakukan penelitian dengan judul yang relevan dengan penulis. Namun, ada perbedaan dalam objek, tempat, dan variabel penelitiannya. Pertama, Ida Farida, 2009, dengan judul “Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Menurut Siswa dan Hubungannya dengan Motivasi Belajar Mereka.”, dari ----------------------------68
Ma’mur Saadie, dkk., op. cit., h. 7.7.
47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
adanya
hubungan positif yang signifikan antara persepsi tentang kepribadian guru dengan minat belajar siswa. Hal ini menunjukkan semakin positif persepsi siswa tentang kepribadian guru, semakin tinggi minat belajar yang dimilikinya. Perbedaan penelitian Ida Farida dengan skripsi ini terletak hanya di variabel Y. Penelitian sebelumnya menggunakan motivasi belajar siswa sebagai varibel Y, sedangkan dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah minat belajar siswa. Kedua, Hary Saputra, 2011, dengan judul “Hubungan Pengelolaan Kelas dengan Minat Belajar Siswa di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat”, dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berdasakan hasil penelitian dapat disimpulkan: 1) Terdapat hubungan yang positif antara pengelolaan kelas dengan korelasi berkatagori sedang atau cukup, hasil tersebut dapat diketahui dari rhitung 0,401 dan rtabel 0,301 artinya rhitung > dari rtabel. 2) Dalam penelitian tersebut terdapat konstribusi yang diberikan variabel X (pengelolaan kelas) terhadap variabel Y (minat belajar siswa) adalah sebesar 16% dengan demikian sebesar 84% dipengaruhi oleh faktor lain. Ketiga, Syifa Sakinah, 2010, dengan judul “Pengaruh Sistem Pendidikan Sekolah Gratis terhadap Minat Belajar Siswa SMP Utama Krukut Depok”, dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Perbedaan penelitian Syifa Sakinah dengan skripsi ini adalah metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu penelitian
korelasional. Penelitian tersebut tujuannya untuk mengetahui pengaruh antara sistem pendidikan
sekolah gratis terhadap minat belajar siswa. Analisis data
dengan
menggunakan koefisien korelasi product moment. Dari hasil data perhitungan menunjukkan bahwa positif dan signifikan antara pengaruh sistem pendidikan sekolah terhadap menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara sistem pendidikan sekolah gratis terhadap minat belajar siswa tersebut adalah kuat atau tinggi. Penulis membahas skripsi dengan judul “Minat Belajar Siswa Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Al-Amanah, Desa Bakti Jaya, Kecamatan
48 Setu, Tangerang Selatan, Banten”. Berdasarkan perasaan senang, memperhatikan pelajaran, partisipasi dalam proses pembelajaran, dan kemauan untuk tahu lebih banyak. Dengan melihat perbedaan minat belajar siswa yang diteliti akan menambah pengetahuan penulis dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu diharapkan dalam penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian yang lebih luas lagi.
E. Kerangka Berpikir Pelajaran bahasa Indonesia
sering disepelekan siswa, mereka menganggap
bahwa pelajaran bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang mudah dan tidak terlalu penting diperhatikan. Selain itu, sebagaian dari mereka juga menganggap bahwa materi dalam pelajaran bahasa Indonesia itu membosankan, seperti membuat puisi, menulis karangan atau pun berpidato di depan kelas, tetapi di balik semua kejenuhan mereka itu pelajaran bahasa Indonesia memegang peranan penting. Di antaranya yaitu bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang menjadi penentu kelulusan pada ujian akhir nasional. Untuk menarik minat siswa dalam belajar bahasa Indonesia, maka seharusnya siswa mempunyai perhatian yang besar untuk belajar. Selain itu, dalam diri mereka juga akan timbul minat yang mendorong siswa untuk mempelajari dan memahami pelajaran bahasa Indonesia. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat itupun besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya, ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dihafalkan dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.
49 Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi belajar dan hasilnya, maka minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang tertentu. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah. Maka apabila seorang siswa mempunyai minat yang besar terhadap suatu
bidang studi ia akan memusatkan perhatian lebih banyak dari temannya,
kemudian karena pemusatan perhatian yang insentif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang tinggi dalam bidang studi tersebut. Demikian juga halnya dengan minat siswa terhadap bidang studi bahasa Indonesia, apabila seorang siswa mempunyai minat yang besar terhadap bidang
studi bahasa Indonesia, maka siswa tersebut akan
memusatkan perhatiannya terhadap bidang mata pelajaran bahasa Indonersia dan prestasinya pun akan memuaskan. Pentingnya membangkitkan minat dan keinginan pada proses belajar mengajar khususnya pada bidang studi
bahasa Indonesia tidak dapat
dipungkiri, karena
dengan membangkitkan minat yang terpendam dan menjaganya dalam kegiatankegiatan yang dilaksanakan siswa akan menjadikan siswa itu lebih giat belajar. Siapa yang bekerja berdasarkan minat dan motivasi yang kuat, ia tidak akan merasa lelah dan tidak cepat bosan. Oleh karena itu guru perlu meningkatkan dan memelihara minat belajar siswa dengan tujuan pencapaian keberhasilan pada proses belajar mengajar yang maksimal. Selain untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam proses belajar mengajar, guru juga bertugas memperhatikan kegiatan yang dilakukan oleh siswa, baik itu yang dilakukan di dalam lingkungan sekolah ataupun di dalam lingkungan masyarakat, karena seorang guru selain bertugas menyampaikan bahan ajaran juga bertugas sebagai orang tua yang mengasuh, memperhatikan, serta menjaga siswanya. Interaksi sosial yang dilakukan siswa akan sangat berpengaruh terhadap prestasi yang akan dicapai oleh siswa, karena lingkungan sosial sangat berperan aktif dalam pembentukan karakter seseorang.
50 Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang pasti mengadakan hubungan atau interaksi dengan orang lain, interaksi tersebut berlangsung
dapat berupa interaksi yang
dalam bidang sosial, ekonomi, politik, pendidikan, dan sebagainya.
Oleh karena itu, jika minat belajar siswa tinggi serta diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, maka
minat belajar yang dilakukan siswa pasti akan baik pula,
sebaliknya apabila minat belajar siswa itu rendah, maka sekaligus minat belajar sehari-harinya pasti tidak akan sempurna.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Metode
penelitian
adalah “metode yang digunakan dalam aktivitas
penelitian”.1 Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu “penelitian
yang
karakteristik sesuatu sebagaimana adanya”, pendekatan
kualitatif, “pendekatan
yang
2
bertujuan
untuk menggambarkan
dan penelitian ini menggunakan penting
untuk
memahami
suatu
fenomena sosial dan perspektif individu yang diteliti. Tujuan pokoknya untuk menggambarkan, mempelajari, dan menjelaskan fenomena itu”.3
B. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan sekitar bulan Agustus sampai bulan September 2014, dan bertempat di SMP Al Amanah Jl. Raya Puspitek, Desa Bakti Jaya, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan, Banten. C. Populasi dan Sampel Populasi adalah “keseluruhan individu atau obyek yang akan dikaji oleh peneliti”.4 Pendapat Sugiyono populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.5 Adapun populasi dalam penelitian ini siswa SMP Al Amanah kelas VIII yang terdiri dari 1
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, (Bandung : Pustaka Setia, 2008), Cet. 2, h. 43. Syamsuddin AR. dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahada, (Bandung : Sekolah Pascasarjana UPI, 2006), Cet. 1, h. 24. 3 Ibid., h. 74. 4 Mustofa Usman dkk, Statistika : Pengantar pada Teknik Analisis Data, (Bandung: Sinar Baru Gensindo, 2009), Cet. 1, h. 2. 5 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung : Alfabeta, 2011), Cet. 1, h. 119. 2
51
52 6 (enam) kelas dan jumlah populasi seluruhnya 240 siswa. Sampel adalah “bagian dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.6 Sampel adalah ”sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.7 Teknik pengambilan sampel pada saat penelitian ini dilakukan dengan cara accidental sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara memilih siapa saja yang kebetulan dijumpai untuk dijadikan sampel. Kriteria penentuan
besarnya pengambilan sampel, berdasarkan “apabila
subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10 – 15% atau 20 – 25% atau lebih”.8 Maka dalam hal ini penulis akan mengambil sampel sebanyak 50 % dari jumlah siswa kelas VIII SMP Al Amanah, diperoleh hasil 50% dari 240 siswa, yaitu 120 siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data sangat penting bagi penelitian, sebab teknik pengumpulan data mendukung keberhasilan dalam suatu penelitian. Adapun teknik yang digunakan adalah : 1. Penelitian Kepustakaan adalah “ penelitian yang dilakukan dengan cara membaca buku-buku, majalah, dan sumber data lainnya dalam perpustakaan”.9 Dalam penelitian kepustakaan ini penulis melakukan dengan mempelajari buku-buku, dokumentasi, majalah, dan artikel yang ada hubungannya dengan masalah yang akan di teliti. Maka hal ini Mardalis mengatakan “pada hakekatnya data yang diperoleh dengan penelitian perpustakaan ini dapat dijadikan landasan dasar dan
6
Ibid., h. 120. Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian : suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), Ed. rev., cet. 14, h. 174. 8 Ibid., h.112. 9 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2011), Cet.1, h. 31. 7
53 alat utama bagi pelaksanaan penelitian lapangan”.10 2. Penelitian Lapangan (field research), penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data secara langsung ke lapangan melalui : a. Observasi Observasi adalah “suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu”.11 Dalam hal ini, penulis mengadakan pengamatan langsung di SMP Al Amanah. b. Angket (Kuesioner) Angket (kuesioner) “merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan”.12
Penyebaran angket berupa
daftar pertanyaan secara tertulis yang disesuaikan dengan operasional penelitian, diberikan kepada subyek yang telah tersedia pada setiap item pertanyaan yang penulis lakukan kepada siswa kelas VIII SMP Al Amanah yang penulis jadikan sampel dalam penelitian ini dan sampel diambil sesuai dengan banyaknya siswa, yaitu 120 siswa. Berikut ini kisi-kisi angket tentang minat belajar siswa
terhadap
pembelajaran bahasa Indonesia.
10
Mardalis, Medote Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995). Cet. 3, h. 28. 11 Zainal Arifin. Evaluasi Pembelajaran : Prinsip, Teknik, Prosedur. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. 5, h. 153. 12 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, (Jakarta : Erlangga, 2009), Ed. 2, h. 100.
54 Tabe 3.1 Kisi-kisi Angket Minat Belajar Siswa pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Aspek
Indikator
Nomor Soal
Jumlah Soal
Perasaan
- Frekuensi kehadiran memadai
2
1
Senang
- Keinginan untuk terus belajar
1, 3
2
6, 21, 26
3
4, 22
2
5
1
7, 8
2
9, 27, 29
3
10, 30
2
11
1
12, 20, 25
3
19, 23
2
18
1
Kemauan untuk - Mengunjungi perpustakaan
14, 28
2
tahu lebih
- Berkonsultasi & mendiskusikan
15, 16
2
banyak
- Menelaah buku
13, 17, 24
3
- Antusias dalam belajar - Tidak merasa bosan belajar
Memperhatikan
- Mendengarkan penjelasan guru
pelajaran
- Mencatat materi - Membaca catatan di papan tulis - Konsentrasi dalam belajar
Partisipasi
- Bertanya
dalam proses
- Menjawab pertanyaan
pembelajaran
- Mengerjakan tugas - Mengaitkan toeri pengetahuan dengan kehidupan sehari-hari
tentang Indonesia
pelajaran
pengetahuan bahasa
55 c. Wawancara. Wawancara adalah ”salah satu alat yang paling banyak digunakan untuk mengumpulkan data penelitian kualitatif”.13 Dalam
teknik ini, penulis
melakukan wawacara langsung dengan pihak terkait serta mengetahui terhadap permasalahan yang sedang dibahas dalam kegiatan belajar, khususnya dalam minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Al-Amanah.
E. Instrumen Penelitian Instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pernyataan yang dibentuk berupa angket. Kemudian diberikan kepada objek penelitian, yaitu siswa kelas VIII SMP Al-Amanah yang penulis pilih sebagai sampel dalam penelitian.
F. Teknik Analisis Data Setelah angket tentang minat belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia terkumpul dengan lengkap. Tahap berikutnya adalah menganalisis data tentang minat belajar siswa terhadap mata pembelajaran bahasa Indonesia. Langkah selanjutnya adalah pengolahan data melalui tahap sebagai berikut: a. Editing Proses editing yakni memeriksa kembali berkas data yang telah terkumpul sehingga keseluruhan berkas itu dapat diketahui dan dinyatakan baik, sehingga dapat disiapkan untuk proses berikutnya. b. Tabulating Proses tabulating
yakni
mentabulasikan
atau
memindahkan
jawaban
responden ke dalam tabulasi atau tabel yang kemudian dicari presentasinya untuk dianalisis. Untuk memperoleh data angket yang telah ditabulasikan dan presentase, maka digunakan rumus:
13
Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif : Dasar-dasar, (Jakarta : Indeks, 2012), Cet. 1, h. 45.
56 F P = ----- x 100 % N Keterangan: F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya N = number of cases (jumlah frekuensi atau banyaknya individu) P = angka persentase.14 Untuk menganalisis data, data digunakan penafsiran nilai prosentase sebagai berikut: 0%
: Tidak ada satupun
1% - 25%
: Sebagian kecil
26% - 49%
: Hampir setengahnya
50%
: Setengahnya
51% - 75%
: Sebagian besar
76% - 99%
: Hampir seluruhnya
100%
: Seluruhnya.15
14
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafika Persada, 2004), cet.
14, h. 43. 15
Warsito Hermawan. Pengantar Metodologi Penelitian. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), h.85.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Al Amanah 1. Sejarah dan Perkembangan SMP Al Amanah SMP al-Amanah adalah unit yang pertama dibuka di lingkungan YPPA (Yayasan Pondok Pesantren Al Amanah), beralamat di Jl. Raya Puspitek, Desa Bakti Jaya, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Propinsi Banten. SMP Al Amanah mulai beroperasi pada tahun ajaran 1991/1992 yang berdasarkan SK Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat Nomor 572/102/Kep/E/91, tanggal 18 September 1991 yang berdiri di atas tanah seluas 5.700 m2 dan statusnya akte jual beli, sedangkan luas bangunannya 1.630 m2. Untuk mendapat kepercayaan dari masyarakat, SMP Al Amanah mengikuti akreditasi pada tahun 1994 dan berhasil meraih status disamakan berdasarkan SK Kakanwil Depdikbud Provinsi Jawa Barat Nomor 852/102/Kep/I/94, tanggal 4 November 1994, dan terakhir diakreditasi tahun 2011 dengan hasil terakreditasi B. Sarana untuk belajar di SMP Al Amanah cukup memadai, ada laboratorium IPA, dan Komputer, Perpustakaan, AV (Audio Visual), dan sarana lain. Secara kuantitas maupun kualitas SMP Al Amanah selalu meningkat dari tahun ke tahun. Sejak tahun 2008/2009 kegiatan belajar mengajar dilaksanakan hanya 5 (lima) hari kerja, mulai Senin sampai dengan Jumat, dari pukul 07.00 – 13.00. Untuk Sabtu dan Minggu digunakan untuk kegiatan ekstrakurikuler, seperti paskibra, pramuka, futsal, basket, taekondo, tari, musik, dan muhadharah (latihan berpidato). SMP Al Amanah sejak berdiri sampai sekarang dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah, yaitu : 1) Periode 1991 - 1993
: Drs. Asep Saefuddin
2) Periode 1993 - sekarang
: Drs. H. Oman Rohmanuddin, M.M. 57
58 2. Visi dan Missi a. Visi “unggul dalam iman, prtestasi, aman dan nyaman”, indikator: - Unggul dalam aktivitas keagamaan dan sosial. - Unggul dalam memperoleh nilai US/UN. - Unggul dalam olah raga, kesenian, kepramukaan, dan paskibra. b. Misi - Meningkatkan aktivitas keagamaan dan sosial dengan penuh kesadaran dan kebersamaan. - Meningkatkan perolehan nilai rata-rata US/UN melalui pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. - Meningkatkan aktivitas ekstrakurikuler olah raga, kesenian, kepramukaan dan Paskibra. - Meningkatkan pengelolaan 7 (tujuh) K secara aktif, kreatif dan partisipatif. 3. Susunan Personalia SMP Al Amanah Susunan personalia SMP Al-Amanah pada tahun ajaran 2013/2014, sebagai berikut : a. Jabatan - Kepala Sekolah
: Drs. H. Oman Rohmanuddin, M.M.
- Waka Sekolah
: Drs. Nuryaman, S. Ag.
- PKS Bidang Kurikulum
: Drs. Ulum Ahkham
- PKS Bidang Kesiswaan & OSIS
: Iyep Sumpena, S.Pd.
- Pengelola Perpustakaan
: Zaenul Hasan
- Pengelola Laboratorium
: Dyah Purwandari, S.Pd.
- Ketua Koperasi
: Tri Wiyanto, S.Kom.
- Pengelola Komputer
: Tri Wiyanto, S.Kom.
- Petugas BP/BK
: - Drs. Nuryaman, S.Ag. - Shodikin Nizan, S.Pd.
59 b. Pembantu Kesiswaan - Pembina Kerohanian
: - Ahmad Husen, S.Ag. - Dede Aslikah, S.Ag.
- Pembina Olah raga
: Saeful Bachri, S.E.
- Pembina Pramuka/Paskibra
: - Ahmad Sofyan - M. Nugroho - Ingdam Pratama
4. Kurikulum SMP Al Amanah memadukan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sekolah yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan Kementerian Agama RI, agar para peserta didik memiliki ilmu pengetahuan umum maupun ilmu pengetahuan agama, di antaranya: a. Mata Pelajaran Mata pelajaran di SMP Al Amanah ada 14 mata pelajaran dan dibagi kepada dua muatan, yaitu: 1) Muatan tetap, terdiri dari: (1) Pendidikan Agama Islam (2) Pendidikan Kewarganegaraan (3) Bahasa Indonesia (4) Bahasa Inggris (5) Matematika (6) IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) (7) IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) (8) Seni Budaya (9) Penjaskes/Olahraga (10) Komputer/TIK. 2) Muatan lokal, terdiri dari: (1) Baca Tulis Quran/Hadis (2) Aqidah Akhlak/Budi Pekerti (3) Fiqih, dan Bahasa Arab
60 5. Pendidik, Peserta Dididk, dan Tenaga Kependidikan a. Pendidik Jumlah pendidik/guru SMP Al Amanah pada tahun pelajaran 2014/2015, ada 25 tenaga pendidik/guru, terdiri dari 14 guru laki-laki dan 11 guru perempuan dan semua guru
berpendidikan
S1,
dari berbagai program
studi/jurusan, lihat tabel di bawah ini: Tabel 4.1 Keadaan Tenaga Pendidik SMP Al Amanah No
Nama
L/P
Pend
Bidang Studi
1
Drs. H. Oman R, MM
L
S2
Bahasa Inggris
2
Drs. Nuryaman , S.Ag
L
S1
Pend. Agama Islam
3
H. Ahmad Hadi, S.Ag
L
S1
Fiqih
4
Drs. Ahmad Muhroj
L
S1
IPS
5
Drs. Ulul Arkham
L
S1
PKn
6
Drs. Saefullah
L
S1
IPS &KTK
7
Shodikin Nizan, S.Pd
L
S1
Bahasa Inggris
8
Bambang Widada, M.Pd
L
S1
Matematika
9
Iyep Supena, S.Pd
L
S1
IPS
10
Ahmad Husen, S.Ag
L
S1
Bahasa Arab
11
Dede Asikah, S.Ag
P
S1
Qur’an/Hadis/PAI
12
Siti Maryam, S.Ag
P
S1
Akhlaq & B. Arab
13
Dyah Purwandari S., S.Pd
P
S1
IPA
14
Deasy Mariyatul Q, S.Pd
P
S1
Bahasa Inggris
15
Dian Sunanti, S.Pd
P
S1
Matematika
16
Siti Maesaroh, S.Ag
P
S1
B. Indonesia
17
Ngatinem, S.Pd
P
S1
Matematika
18
Eka Fitriah V., S.Pd
P
S1
IPA (Biologi)
19
Tri Wiyanto, S.Kom
L
S1
Komputer
20
Saeful Bachri, SE
L
S1
Penjakes
21
Pujono, SS
L
S1
B. Indonesia
22
Eti Sumiati, S.Sos
P
S1
Qur’an &Seni Budya
23
Fifin Dwi Aryani, S.Pd
P
S1
B. Indonesia
24
Ary Kusmawati, S,Pd
P
S1
PKn & Penjakes
25
A. Bachruddin Fahri, S.Pd
L
S1
Akhlak & TU
b. Peserta Didik Jumlah peserta didik SMP Al Amanah pada tahun pelajaran 2014/2015, yaitu 717 siswa, terdiri dari kelas VII ada 6 (enam) kelas sebanyak 275 siswa, kelas VIII ada 6 (enam) kelas sebanyak 240 siswa, dan kelas IX ada 6 (enam) sebanyak 220 siswa, utnuk memperjelas pernyataan di atas dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.2 Keadaan Peserta Didik SMP Al Amanah Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin No
Kelas
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1
Kelas VII
139
118
275
2
Kelas VIII
116
124
240
3
Kelas IX
115
105
220
370
347
717
Jumlah c. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan SMP Al Amanah ada 6 (enam orang, terdiri dari 5 (lima) orang laki-laki dan satu orang perempuan dan yang menjadi pegawai tetap yayasan ada 2 (dua) orang dan pegawai tidak tetap yayasan
ada 4
(empat) orang. Untuk memperjelas pernyataan di atas dapat dilihat pada
62 tabel di bawah ini: Tabel 4.3 Keadaan Tenaga Kependidikan SMP Al Amanah No
Tenaga Kependidikan
Jumlah
1
PelaksanaTU tetap yayasan
2 orang
pria & perempuan
2
Tenaga TU tidak tetap
4 orang
pria semua
Jumlah
Keterangan
6 orang
d. Sarana dan Prasarana Keadaan sarana dan prasarana yang tersedia pada SMP Al Amanah, dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.4 Keadaan Sarana dan Prasaran SMP Al Amanah Menurut Kondisinya No 1
2
3
Jenis Fasilitas
Jumlah
Kondisi
a. Ruang Kepala Sekolah
1 ruang
baik
b. Ruang Guru
1 ruang
baik
c. Ruang Pelayanan Administrasi
1 ruang
baik
a. Ruang Kelas
18 ruang
baik
b. Ruang Lab. Fisika/Kimia/Biologi
1 ruang
baik
c. Ruang Lab. Bahasa
1 ruang
baik
d.Ruang Praktek Komputer
1 ruang
baik
a. Ruang Perpustakaan
1 ruang
baik
b. Tempat Ibadah
1 ruang
baik
Ruang Administrasi
Ruang Kegiatan Belajar
Ruang Penunjang Pendidikan
4
Ruang Penunjang lainnya a. Ruang Toilet/kamar mandi
11 ruang
baik
b. Ruang Gudang
1 ruang
baik
B. Hasil Analisis Data 1. Observasi Tahap observasi dilakukan melalui
pengamatan
langsung di SMP Al
Amanah di kelas VIII, yaitu pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pengamatan ini dilakukan oleh penulis. Penulis mengamati siswa ataupun guru pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Setelah kegitan belajar mengajar di kelas selesai, kemudian penulis mewawancarai langsung kepada guru mata pelajaran bahasa Indonesia tentang minat belajar siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Berdasarkan hasil observasi penulis, keadaan siswa SMP Al Amanah bisa dikatakan dari yang mampu sampai yang tidak mampu, SMP Al Amanah setiap tahun pelajaran baru menyediakan satu kelas khusus untuk siswa yang tidak mampu. Siswa tersebut harus tinggal di Pesantren al-Amanah. Biaya hidup di pesantren dan biaya pendidikan ditanggung yayasan Al Amanah sampai selesai. Perlengkapan selama di pesantren dan di sekolah, seperti: baju seragam, sepatu, buku pelajaran, dan kitab disediakan oleh yayasan Al-Amanah. Siswa dari keluarga yang mampu bisa membiayai uang sekolah sampai akhir tahun pelajaran. Namun, siswa itu dalam belajar tidak semangat dan besantai santai saja. Tetapi ada juga siswa yang dari kalangan bawah sangat bersemangat dalam belajar, dapat dilihat dari kepedulian siswa ini terhadap guru serta lingkungan sekolah dan dari para guru menyukai siswa ini. Dari wawancara yang penulis lakukan terhadap siswa mengatakan kurangnya media pembelajaran serta keterbatasan fasilitas membuat mereka
64 kurang tertarik terhadap mata pelajaran, membuat mereka kurang berminat terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia, ini dapat dilihat ketika pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung ada yang masih suka mengobrol, bercanda bahkan ada yang berdiskusi di luar jam pelajaran bahasa Indonesia dan ada juga siswa yang disuruh guru membaca materi pelajaran bahasa, ternyata siswa tersebut dalam membaca materi bahasa Indonesia kurang lancar, tetapi ada juga sebagian siswa yang antusias atau serius dan ikut berpartisipasi terhadap pelajaran bahasa Indonesia karena mereka menyukai mata pelajaran bahasa Indonesia. Dari hasil obeservasi tersebut di atas, penulis menyimpulkan bahwa untuk siswa kelas VIII di SMP Al Amanah dalam hal
minat belajar siswa
terhadap pembelajaran bahasa Indonesia ada yang berminat atau serius dan ada yang sangat memahami, ada juga siswa yang kurang berminat untuk belajar dan memahami mata pelajaran bahasa Indonesia. Artinya minat belajar siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Al Amanah masih perlu ditingkatkan lagi dengan memberikan bimbingan dan motivasi belajar kepada siswa. 2. Angket Dari data yang telah dikumpulkan, dianalisis dengan tujuan dapat menarik kesimpulan dengan baik. Pengolahan data yang masuk, ditempuh dengan cara mentabulasikan, menganlisis, dan menafsirkan setiap data dari masing-masing responden atau individu. Setelah diperoleh data dari hasil angket, kemudian data tersebut diolah dalam bentuk tabel deskriptif persentase dengan menggunakan rumus: F P = -------- x 100 % N Keterangan: F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya N = number of cases (jumlah frekuensi atau banyaknya individu) P = angka persentase.
65 Adapun
parameter untuk penafsisran nilai persentase, adalah
sebagai
berikut: 1. 0%
= tidak ada satu pun
2. 1% - 25%
= sebagian kecil
3. 26% - 49%
= hampir setengahnya
4. 50%
= setengahnya
5. 51% - 75%
= sebagain besar
6. 76% - 99%
= hampir seluruhnya
7. 100%
= seluruhnya
Kemudian sejumlah
pernyataan yang penulis berikan
kepada para
responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.5 Saya merasa senang dengan mata pelajaran bahasa Indonesia Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Setuju (SS)
17
14,2%
Setuju (S)
46
38,3%
Kurang setuju (KS)
57
47,5%
Tidak Setuju (TS)
0
0%
120
100%
Jumlah
Dari tabel di atas menujukkan, bahwa terdapat siswa
yang menyatakan
sangat setuju 14,2%, setuju 38,3%, kurang setuju 47,5%, dan tidak setuju 0%. Dengan demikian, ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju, hampir setengahnya dari jumlah siswa yang menyatakan setuju dan kurang setuju, dan tidak ada satu pun siswa yang menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan saya merasa senang dengan mata belajar pelajaran bahasa Indonesia.
66 Tebel 4.6 Saya hadir ketika mata pelajaran bahasa Indonesia diajarkan Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Setuju (SS)
43
35,8%
Setuju (S)
69
57,5%
Kurang setuju (KS)
8
6,7%
Tidak Setuju (TS)
0
0%
120
100%
Jumlah
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa
terdapat siswa yang menyatakan
sangat setuju 35,8%, setuju 57,5%, kurang setuju 6,7%, dan tidak setuju 0%. Dengan demikia, hampir setengahnya siswa responden ada yang menyatakan sangat setuju, sebagian besar siswa menyatakan setuju , sebagian kecil siswa menyatakan kurang setuju , dan tidak ada satupun siswa yang menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan saya hadir ketika mata pelajaran bahasa Indonesia diajarkan. Tabel 4.7 Saya bersemangat ketika mengikuti mata pelajaran bahasa Indonesia Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Setuju (SS)
23
19,2%
Setuju (S)
34
28,3%
Kurang setuju (KS)
63
52,5%
Tidak Setuju (TS)
0
0%
120
100%
Jumlah
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyataakan sangat
setuju 19,2%, setuju 28,3%, kurang setuju 52,5%, dan siswa yang
67 menyatakan tidak setuju 0%. Dengan demikian , ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju, hampir setengahnya dari jumlah siswa menyatakan setuju, sebagian besar siswa menyatakan kurang setuju, dan tidak ada satupun siswa yang menyatakan tidak setuju terhadap penyataan saya bersemangat ketika mengikuti pelajaran bahasa Indonesia. Tabel 4.8 Saya tidak merasa bosan dalam mempelajari mata pelajaran bahasa Indonesia Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Setuju (SS)
15
12,5%
Setuju (S)
48
40 %
Kurang setuju (KS)
52
43,3%
Tidak Setuju (TS)
5
4,2%
120
100%
Jumlah
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan sangat setuju 12,5%, setuju 40%, kurang setuju 43,3% , dan yang menyatakan tidak setuju 4,2%. Dengan demikian, ada sebagian kecil siswa menyatakan sangat setuju dan tidak setuju, hampir setengahnya dari jumlah siswa responden menyatakan setuju dan kurang setuju terhadap terhadap pernyataan saya tidak merasa bosan dalam mempelajari mata pelajaran bahasa Indonesia. Tabel 4.9 Saya mendengarkan dengan baik penjelasan guru mata Pelajaran bahasa Indonesia Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Setuju (SS)
12
10%
Setuju (S)
45
37,5%
Kurang setuju (KS)
58
48,3%
Tidak Setuju (TS) Jumlah
5
4,2%
120
100%
Dari tabel di atas menunjukkan , bahwa terdapat siswayang menyatakan sangat setuju 10%, setuju 37,5%, kurang setuju ada 48,3%, dan tidak setuju 2,8%. Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju, dan
tidak setuju, hampir setengahnya dari jumlah siswa menyatakan setuju,
dan setengahnya dari jumlah siswa menyatakan kurang setuju terhadap penyataan saya mendengarkan dengan baik penjelasan guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Tabel 4.10 Saya membaca buku pelajaran bahasa Indonesia ketika ada waktu senggang Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Setuju (SS)
15
12,5%
Setuju (S)
55
45,8%
Kurang setuju (KS)
45
37,5%
Tidak Setuju (TS)
5
4,2%
120
100%
Jumlah
Dari tabel di atas menunjukkan , bahwa terdapat siswa yang menyatakan sangat setuju 12,5%, setuju 45,8%, kurang setuju 37,5%, dan tidak setuju 4,2%. Dengan demikian, ada siswa yang menyatakan sebagian kecil sangat setuju dan tidak setuju, siswa yang hampir setengahnya menyatakan setuju dan kurang setuju terhadap pernyataan saya membaca buku pelajaran bahasa Indonesia ketika ada waktu senggang.
69 Tabel 4.11 Saya mencatat materi bahasa Indonesia yang dianggap penting yang dijelaskan guru di kelas Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Setuju (SS)
18
15 %
Setuju (S)
36
30 %
Kurang setuju (KS)
61
50,8%
Tidak Setuju (TS)
5
4,2%
120
100%
Jumlah
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan sangat setuju 15%, setuju 30%,
kurang setuju 50,8%, dan tidak setuju 4,2%.
Dengan demikian, ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan tidak setuju, hampir setengahnya siswa menyatakan setuju, dan sebagian besar siswa menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan saya mencatat materi mata pelajaran bahasa Indonesia yang dianggap penting yang dijelaskan guru di kelas. Tabel 4.12 Saya sering tidak mencatat materi bahasa Indonesia yang ada dipapan tulis Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Setuju (SS)
0
0%
Setuju (S)
57
47.5%
Kurang setuju (KS)
46
38,3%
Tidak Setuju (TS)
17
14,2%
120
100%
Jumlah
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan sangat setuju 0%, setuju 47,5%, kurang setuju 38,3%, dan tidak setuju 14,2%.
70 Dengan demikian tidak ada satupun siswa yang menyatakan sangat setuju, hampir setengahnya dari jumlah siswa menyatakan setuju dan kurang setuju, dan ada sebgaian kecil siswa yang menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan saya sering tidak mencatat materi pelajaran bahasa Indonesia yang ada di papan tulis. Tabel 4.13 Saya membaca dengan cermat materi pelajaran bahasa Indonesia yang dicatat guru di papan tulis Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Setuju (SS)
27
22,5%
Setuju (S)
39
32,5%
Kurang setuju (KS)
49
40,8%
Tidak Setuju (TS)
5
4,2%
120
100%
Jumlah
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan sangat setuju 22,5%, setuju 32,5%, kurang setuju 40,8%, dan tidak setuju 4,2%. Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju, dan hampir setengahnya dari jumlah siswa yang menyatakan setuju dan kurang setuju, dan ada sebagian kecil siswa menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan saya membaca dengan cermat materi pelajaran bahasa Indonesia yang dicatat guru di papan tulus. Tabel 4.14 Saya konsentrasi dalam mengikuti mata pelajaran bahasa Indonesia Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Setuju (SS)
23
19,2%
Setuju (S)
34
28,3%
Kurang setuju (KS)
63
52,5%
Tidak Setuju (TS) Jumlah
0
0%
120
100%
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan sangat setuju 19,2%, setuju 28,3% yang menyatakan kurang setuju 52,5%, dan menyatakan tidak setuju 0%. Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju, hampir setengahnya dari jumlah siswa menyatakan setuju, dan sebagian besar siswa responden menyatakan kurang setuju, dan tidak ada satupun siswa yang menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan saya konsentrasi dalam nengikuti mata pelajaran bahasa Indonesia. Tabel 4.15 Saya aktif bertanya bila terdapat materi pelajaran bahasa Indonesia yang sulit dimengerti Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Setuju (SS)
15
12,5%
Setuju (S)
43
35,8%
Kurang setuju (KS)
57
47,5%
Tidak Setuju (TS)
5
4,2%
Jumlah
120
100%
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan sangat setuju 12,5%, setuju 35,8%, kurang setuju 47,5%, dan tidak setuju 4,2%. Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan tidak setuju, dan hampir setengahnya dari jumlah siswa menyatakan setuju dan kurang setuju terhadap pernyataan saya aktif bertanya bila terdapat materi pelajaran bahasa Indonesia yang sulit dimengerti.
72 Tabel 4.16 Saya menjawab pertanyaan yang diberikan guru mata pelajaran bahasa Indonesia ketika pembelajaran berlangsung Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Setuju (SS)
18
15 %
Setuju (S)
52
43,3%
Kurang setuju (KS)
46
38,3%
Tidak Setuju (TS)
4
3,4%
120
100%
Jumlah
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan sangat setuju 15%, setuju 43,3% kurang setuju 38,3%, dan tidak setuju 3,4%. Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan tidak setuju , dan hampir setengahnya dari jumlah siswa menyatakan setuju dan kurang setuju terhadap pernyataan saya menjawab pertanyaan yang diberikan guru mata pelajaran bahasa Indonesia ketika pembelajaran sedang berlangsung. Tabel 4.17 Saya belajar bahasa Indonesia mempelajari buku paket yang diwajibkan sekolah Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Setuju (SS)
16
13,3%
Setuju (S)
66
55 %
Kurang setuju (KS)
38
31,7%
Tidak Setuju (TS)
0
0%
120
100%
Jumlah
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan sangat
setuju 13,3%, setuju 55%, kurang setuju 31,7%, dan tidak setuju 0%.
73 Dengan demikian ada sebagain kecil siswa yang menyatakan sangat setuju, sebagian besar siswa menyatakan setuju, hampir setengahnya siswa responden menyatakan kurang setuju, dan tidak ada satupun siswa yang menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan saya belajar bahasa Indonesia mempelajari buku paket yang diwajibkan sekolah. Tabel 4.18 Saya meminjam buku bahasa Indonesia dari perpustakaan untuk mengembangkan wawasan Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Setuju (SS)
20
16,7%
Setuju (S)
42
35 %
Kurang setuju (KS)
55
45,8%
3
2,5%
120
100%
Tidak Setuju (TS) Jumlah
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan sangat setuju 16,7%, setuju 35%, kurang setuju 45,8%, dan tidak setuju 2,5%. Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan tidak setuju, dan hampir setengahnya dari jumlah siswa yang menyatakan setuju dan kurang setuju terhadap pernyataan saya meminjam buku bahasa Indonesia dari perpustakaan untuk mengembangkan wawasan. Tabel 4.19 Saya berkonsultasi kepada guru, orang tua, dan saudara atau teman, jika mengalami kesulitan dalam belajar bahasa Indonesia Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%) Sangat Setuju (SS)
21
17,5%
Setuju (S)
44
36,6%
Kurang setuju (KS) Tidak Setuju (TS) Jumlah
51
42,5%
4
3,4%
120
100%
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan sangat setuju 17,5%, setuju 36,6%, kurang setuju 42,5%, dan tidak setuju ada 3,4%. Dengan demikian sebagian kecil siswa menyatakan sangat setuju dan tidak setuju, dan hampir setengahnya dari jumlah siswa menyatakan setuju dan kurang setuju terhadap pernyataan saya berkonsultasi kepada guru, orang tua, saudara atau teman, jika mengalami kesulitan dalam belajar bahasa Indonesia. Tabel 4.20 Saya melanjutkan materi mata pelajaran bahasa Indonesia dengan teman sekolah di luar jam pelajaran Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Setuju (SS)
13
10,8%
Setuju (S)
50
41.7%
Kurang setuju (KS)
54
45 %
3
2,5%
120
100%
Tidak Setuju (TS) Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk pernyataan saya melanjutkan materi pelajaran bahasa Indonesia dengan teman sekolah di luar jam pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil prosentase, terdapat siswa yang menyatakan sangat setuju 10,8%, setuju 41,7%, kurang setuju 45 %, dan tidak setuju 2,5%. Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan tidak setuju, dan hampir setengahnya siswa yang menyatakan setuju dan kurang setuju terhadap
pernyataan
saya
melanjutkan
materi mata pelajaran
Indonesia dengan teman sekolah di luar jam pelajaran.
bahasa
75 Tabel 4.21 Saya suka mengerjakan soal-soal latihan pada buku pelajaran bahasa Indonesia untuk memperluas pengetahuan Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Setuju (SS)
25
20,8%
Setuju (S)
44
36,7%
Kurang setuju (KS)
48
40 %
Tidak Setuju (TS)
3
2,5%
Jumlah
120
100%
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan sangat setuju 20,8%, setuju 36,7%, kurang setuju 40%, dan tidak setuju 2,5%. Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan tidak setuju, dan hampir setengahnya siswa yang menyatakan setuju dan kurang setuju terhadap pernyataan saya suka mengerjakan soal-soal latihan pada buku pelajaran bahasa Indonesia untuk memperluas pengetahuan. Tabel 4.22 Saya suka menghubungkan materi bahasa Indonesia dengan kegiatan hidup sehari-hari Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Setuju (SS)
18
15 %
Setuju (S)
46
38,3%
Kurang setuju (KS)
52
43,4%
Tidak Setuju (TS)
4
3,3%
Jumlah
120
100%
76 Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan sangat setuju 15%, setuju 38,3%, kurang setuju 43,4%, dan tidak setuju 3,3%. Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan tidak setuju, dan hampir setengahnya siswa menyatakan setuju dan kurang setuju terhadap pernyataan sya suka menghubungkan materi bahasa Indonesia dengan kegiatan hidup sehari-hari. Tabel 4.23 Saya mengerjakan tugas pelajaran bahasa Indonesia tepat waktu Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Setuju (SS)
21
17,5%
Setuju (S)
46
38,3%
Kurang setuju (KS)
49
40,8%
Tidak Setuju (TS)
4
3,4%
Jumlah
120
100%
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan sangat setuju 17,5%, setuju 38,3%, kurang setuju 40,8%, dan tidak setuju 3,4%. Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan tidak setuju, hampir setenganya dari jumlah siswa yang menyatakan setuju dan tidak setuju
terhadap pernyataan
saya mengerjakan tugas pelajaran bahasa
Indonesia tepat waktu. Tabel 4.24 Saya sering tidak mengerjakan latihan-latihan soal di rumah yang diberikan guru mata pelajaran bahasa Indonesia Alternatif Jawaban Sangat Setuju (SS)
Frekuensi
Persentase (%)
9
7,5%
Setuju (S)
56
46,7%
Kurang setuju (KS)
52
43,3%
Tidak Setuju (TS)
3
2,5%
120
100%
Jumlah
Dari tabel di atas nenunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan sangat setuju 7,5%, setuju 46,7%, kurang setuju 43,3%, dan tidak setuju 2,5%. Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan tidak setuju, dan hampi setengahnya dari jumlah siswa menyatakan setuju dan kurang setuju terhadap pernyataan saya sering tidak mengerjakan latihan-latihan soal di rumah yang diberikan guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Tabel 4.25 Saya mengikuti pelajaran bahasa Indonesia dengan penuh perhatian Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Setuju (SS)
20
16,7%
Setuju (S)
46
38,3%
Kurang setuju (KS)
54
45 %
Tidak Setuju (TS)
0
0%
120
100%
Jumlah
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan sangat setuju 16,7%, setuju 38,3%, kurang setuju 45%, dan 0% tidak setuju. Dengan
demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju,
hampir setengahnya dari jumlah siswa yang menyatakan setuju dan kurang setuju, dan tidak ada satupun siswa yang menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan saya mengikuti pelajaran bahasa Indonesia dengan penuh perhatian.
78 Tabel 4.26 Saya mencoba mempelajari dengan teliti ketika ada materi yang tidak mengerti Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Setuju (SS)
15
12,5%
Setuju (S)
39
32,5%
Kurang setuju (KS)
61
50,8%
Tidak Setuju (TS)
5
4,2%
120
100%
Jumlah
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan sangat setuju 12,5%, setuju 32,5%, kurang setuju 50,8%, dan tidak setuju 4,2%. .Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan tidak setuju, hampir setengahnya dari jumlah siswa
menyatakan tidak setuju,
dan sebagian besar siswa menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan saya mencoba mempelajari dengan teliti, ketika ada materi yang tidak mengerti. Tabel 4.27 Saya mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sambil mengerjakan tugas pelajaran yang lain Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Setuju (SS)
8
6,7%
Setuju (S)
61
50,8%
Kurang setuju (KS)
33
27,5%
Tidak Setuju (TS)
18
15 %
120
100%
Jumlah Dari
tabel
di atas
dapat
menunjukkan,
bahwa
terdapat
siswa
menyatakan sangat setuju 6,7%, setuju 50,8%, kurang setuju 27,5%, dan tidak
79 setuju 15%. Dengan demikian sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan tidak setuju, sebagian besar siswa menyatakan setuju, dan hampir setengahnya siswa menytakan kurang setuju terhadap pernyataan saya mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sambil mengerjakan tugas pelajaran yang lain. Tabel 4.28 Saya kurang suka membaca buku pelajaran bahasa Indonesia karena isinya tidak menarik Alternatif Jawaban Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Setuju (SS)
7
5,8%
Setuju (S)
56
46,7%
Kurang setuju (KS)
37
30,8%
Tidak Setuju (TS)
20
16,7%
120
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat menunjukkan, bahwa terdapat
siswa yang
menyatakan sangat setuju 5,8%, setuju 46,7%, kurang setuju 30,8%, dan tidak setuju 16,7%. Dengan demikian sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan tidak setuju, dan hampir setengahnya siswa responden menyatakan setuju dan kurang setuju terhadap pernyataan saya kurang suka membaca buku pelajaran bahasa Indonesia karena isinya tidak tertarik. Tabel 4.29 Saya berusaha menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan benar Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Setuju (SS)
15
12,5%
Setuju (S)
58
48,3%
Kurang setuju (KS)
42
35 %
5
4,2%
120
100%
Tidak Setuju (TS) Jumlah
80 Dari
tabel
di
atas
dapat
menunjukkan,
bahwa
terdapat
siswa
menyatakan sangat setuju 12,5%, setuju 48,3%, kurang setuju 35%, dan tidak setuju 4,2%. Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan tidak setuju, dan hampir setengahnya dari jumlah siswa menyatakan setuju dan setengahnya siswa responden menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan
saya berusaha menjawab pertanyaan yang diberikan guru dengan
benar. Tabel 4.30 Saya mengerjakan sendiri, ketika diberi tugas atau PR pelajaran bahasa Indonesia oleh guru Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Setuju (SS)
21
17,5%
Setuju (S)
39
32,5%
Kurang setuju (KS)
52
43,3%
Tidak Setuju (TS)
8
6,7%
120
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat
menunjukkan, bahwa terdapat sebagian kecil
siswa yang menyatakan sangat setuju 17,5%, setuju 32,5%, kurang setuju 43,3%, dan tidak setuju
6,7%. Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang
menyatakan sangat setuju dan tidak setuju, dan hampir setengahnyadari jumlah siswa responden menyatakan setuju dan kurang setuju terhadap pernyataan saya mengerjakan sendiri, ketika diberi tugas atau PR pelajaran bahasa Indonesia oleh guru.
81 Tabel 4.31 Saya tidak berusaha membaca buku pelajaran bahasa Indonesia, walaupun pengetahuan bahasa Indonesia saya kurang Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Setuju (SS)
5
4,2%
Setuju (S)
58
48,3%
Kurang setuju (KS)
45
37,5%
Tidak Setuju (TS)
12
10 %
120
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat menunjukkan, bahwa terdapat siswa menyatakan sangat setuju 4,2%, setuju 48,3 %, kurang setuju 37,5%, dan tidak setuju 10%. Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan tidak setuju, setengahnya dari jumlah siswa responden yang menyatakan setuju, dan hampir setengahnya dari jumlah siswa menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan
saya tidak berusaha membaca buku pelajaran bahasa Indonesia,
walaupun pengetahuan bahasa Indonesia saya kurang. Tabel 4.32 Saya kurang tertarik mengunjungi perpustakaan untuk mendalami lebih lanjut materi pelajaran bahasa Indonesia Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Setuju (SS)
5
4,2%
Setuju (S)
49
40,8%
Kurang setuju (KS)
47
39,2%
Tidak Setuju (TS)
19
15,8%
120
100%
Jumlah
82 Dari tabel di atas dapat menunjukkan, bahwa terdapat
siswa yang
menyatakan sangat setuju 4,2%, setuju 40,8%, kurang setuju 39,2%, dan tidak setuju 15,8%. Dengan demikian ada sebagian kecil siswa responden yang menyatakan sangat setuju dan tidak setuju, dan hampir setengahnya dari siswa responden menyatakan setuju dan kurang setuju terhadap pernyataan saya kurang tertarik mengunjungi perpustakaan untuk mendalami lebih lanjut materi pelajaran bahasa Indonesia. Tabel 4.33 Saya membaca buku mata pelajaran bahasa Indonesia sebelum pelajaran bahasa Indonesia mulai Alternatif Jawaban Frekuensi
Peresentase (%)
Sangat Setuju (SS)
15
12,5%
Setuju (S)
40
33,4%
Kurang setuju (KS)
52
43,3%
Tidak Setuju (TS)
13
10,8%
120
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat menunjukkan, bahwa siswa yang menyatakan sangat setuju 12,5%, setuju 33,4%, kurangsetuju 43,3%, dan tidak setuju 10,8 %. Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan tidak setuju, hampir setengahnya siswa responden menyatakan setuju dan kurang setuju terhadap pernyataan
saya
membaca buku pelajaran bahasa Indonesia sebelum pelajaran
bahasa Indonesiadi mulai. Tabel 4.34 Saya tidak mempunyai waktu untuk membaca buku pelajaran bahasa Indonesia, karena sibuk dengan pekerjaan lain Alternatif Jawaban Sangat Setuju (SS)
Frekuensi 6
Persentase (%) 5%
Setuju (S)
56
46,7%
Kurang setuju (KS)
38
31,6%
Tidak Setuju (TS)
20
16,7%
120
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat menunjukkan, bahwa terdapat
siswa yang
menyatakan sangat setuju 5%, setuju 46,7%, kurang setuju 31,6%, dan tidak setuju 16,7%. Dengan demikian, ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan tidak setuju. Hampir setengahnya,
siswa
menyatakan setuju dan
kurang setuju terhadap pernyataan saya tidak mempunyai waktu untuk membaca buku pelajaran bahasa Indonesia, karena sibuk dengan kegiatan lain. 3. Wawancara Tahap wawancara dilakukan pada sebagian siswa kelas VIII SMP Al Amanah , teknik wawancara ini dilakukan dengan mengacak nama siswa yang penulis peroleh dari absen siswa. Penulis hanya mewawancarai tiga siswa, yaitu satu siswa laki-laki dan dua siswa perempuan dari 36 siswa kelas VIII SMP Al Amanah , dan satu orang guru bahasa Indonesia, wawancara ini mengenai minat
belajar
siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Al
Amanah. Berdasarkan hasil wawancara yang terlampir, menyimpulkan bahwa minat belajar siswa SMP Al Amanah terhadap pembelajaran bahasa Indonesia masih harus ditingkatkan.
C. Pembahasan Berdasarkan data di atas dapat diketahui,
bahwa minat belajar siswa
terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Al Amanah masih perlu mendapatkan perhatian, baik dari guru (pendidik) maupun lingkungan sekitar. Tingkat minat belajar siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Al Amanah dapat dilihat dari analisis data berupa angket dan hasil wawancara.
84 Bila dilihat dari data angket di atas, bahwa minat belajar siswa terhadap bahasa Indonesia masih perlu ditingkatkan lagi di SMP Al Amanah. Hal ini terlihat dari indikator minat siswa dalam ketertarikan, dan perasaan senang terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan agar siswa lebih berminat dalam belajar bahasa Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa di SMP Al Amanah terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia, yaitu kurang motivasi, kurang senang terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia, tidak semangat dalam setiap mengikuti mata pelajaran bahasa Indonesia. Siswa pun tidak mempunyai niat untuk belajar bahasa Indonesia, contoh
kurang setuju melanjutkan materi pelajaran bahasa
Indonesia dengan teman sekolah di luar jam pelajaran. Selain faktor di atas, ada pula faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa di SMP Al Amanah yang masih kurang, yaitu kurangnya dorongan dari guru, orang tua, dan sarana dan prasarana untuk menunjang kelancaran dalam kegiatan balajar mengajar. Dengan guru, orang tua, teman, dan sarana prasarana apabila tersebut cukup terpenuhi akan menimbnulkan adanya minat yang dimiliki para siswa. Motivasi seorang guru atau seorang pendidik yang dapat menimbulkan minat siswa adalah dengan memberikan strategi mengajar dan motivasi yang menarik dalam kegiatan belajar mengajar dan harus selalu memberikan informasi dan semangat pada setiap siswa, khusus dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional. Maka pendidik pun harus memberikan keyakinan bahwa dengan mempelajari bahasa Indonesia siswa dapat mengetahui bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dorongan dari orang tua pun sangat diperlukan bagi siswa untuk menimbulkan minat belajar, agar minatnya sudah mulai timbul,
maka sebagai
orang tua harus memberikan perhatian kepada setiap anaknya tentang belajar di sekolah dan melihat nilai yang diperoleh sesuai kemampuan anak. Orang tua
85 pun jangan suka memarahi anaknya, jika anaknya mendapat nilai yang tidak memuaskan, tetapi sebagai orang tua harus memberikan motivasi dan semangat pada anaknya. Selain dorongan dari pendidik dan orang tua yang dapat menimbulkan minat belajar siswa, ada juga dorongan dari seorang teman yang dapat menciptakan minat belajar. Seorang teman dapat berperan seperti orang tua dan pendidik yang memberikan motivasi dan semangat positif kepada temannya untuk meraih dan mencapai sesuatu yang diinginkan oleh temannya sendiri. Berapa besar pengaruh faktor-faktor yang mempengeruhi minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia , yaitu merasa senang siswa dengan mata pelajaran bahasa Indonesdia 14,2% sangat setuju, dan 38,3 setuju, sedangkan 47,5% siswa yang menyatakan kurang setuju. Jadi hampir setengahnya siswa kurang setuju terhadap pernyataan merasa senang dengan mata pelajaran bahasa Indonesia, hal ini dapat dilihat pada tabel 4.5. Bersemangat ketika mengikuti mata pelajaran bahasa Indonesia hanya 19,2% sangat setuju dan 28,3% setuju, sedangkan 52,5% siswa yang menyatakan kurang setuju. Jadi sebagian besar siswa responden
menyatakan kurang bersemangat dalam mengikuti
pelajaran bahasa Indonesia, hal ini dapat dilihat pada tabel 4.14, tabel 4.20 dan tabel 4.26. Siswa SMP Al Amanah kurang suka membaca buku pelajaran bahasa Indonesi, contoh seperti pada tabel 4.28 di mana siswa menyatakan hal tersebut ada 6,7% sangat setuju dan setuju 45,8%, sedangkan 30% dan 17,5% siswa yang menyatakatan kurang setuju dan tidak setuju terhadap penyataan kurang suka membaca buku pelajaran bahasa Indonesia, karena isinya tidak menarik. Pada tabel 4.24 siswa pun sering tidak mengerjakan latihan soal di rumah yang diberikan guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari hasil presentasenya, sebanyak 7,5% siswa menyatakan sangat setuju dan 46,7% siswa responden menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut di atas, sedang 43,3% siswa menyatakan kurang setuju dan 2,5 % siswa menyatakan tidak setuju
86 terhadap
pernyataan
sering
tidak mengerjakan latihan soal di rumah yang
diberikan guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini terbukti bahwa minat siswa SMP AL Amanah terhadap pembelajaran bahasa Indonesia masih kurang. Sarana dan prasarana di SMP Al Amanah juga masih kurang, seperti laboratorium bahasa yang masih belum mendukung dalam kegiatan proses belajar mengajar. Maka minat belajar siswa pun masih berkurang karena tidak didukung oleh fasilitas sarana dan prasarana yang memadai di SMP Al Amanah. Hal ini penulis dapat dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Al Amanah. Dorongan dan perhatian guru pun sangat berpengaruh untuk minat belajar siswa. Dalam
tabel
4.9 sebanyak
10% siswa sangat setuju, 37,5% siswa
menyatakan setuju, 48,3% siswa menyatakan kurang setuju, dan 4,2% siswa menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan mendengarkan dengan baik penjelasan guru pelajaran bahasa Indonesia. Guru harus memberikan dorongan kepada siswa
agar dapat
mendengarkan dengan baik penjelasan dari guru.
Dorongan dari orang tua dapat dilihat dari tabel 4.33 sebanyak 43,3 % siswa menyatakan kurang setuju dan 10,8% siswa menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan membaca buku pelajaran bahasa Indonesia sebelum jam pelajaran bahasa Indonesia dimulai, sedangkan siswa yang menyatakan sangat setuju ada 12,5% dan siswa yang menyatakan setuju ada 33,4%. Jadi, siswa yang membaca kembali buku pelajaran bahasa Indonesia sebelum jam pelajaran bahasa Indonesia dimulai, minatnya kurang.
BAB V PENUTUP
Berdasarkan kajian teoritis dan penelitian mengenai tingkat minat belajar siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Al Amanah yang telah dikemukakan
pada
bab
sebelumnya.
Dalam
bab
ini,
penulis
mencoba
mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran, sebagai berikut: A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Al Amanah, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Minat belajar siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Al Amanah masih perlu mendapatkan perhatian dan peningkatan, karena mata pelajaran bahasa Indonesia sangat dibutuhkan dan yang termasuk mata pelajaran dalam ujian nasional. 2. Faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Al Amanah, yaitu perlunya rasa senang terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia, motivasi atau dorongan dari guru, orang tua, dan teman, serta minat siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia. Pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat harus mendukung faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa
agar siswa
mencapai
tujuan
pembelajaran. 3. Faktor yang mempengaruhui minat belajar siswa sangat berpengaruh untuk meningkatkan minat belajar siswa baik di sekolah maupun di lingkungan sekitar. Faktor tersebut harus tercapai secara maksimal, agar siswa lebih minat untuk mencapai tujuan pembelajaran. 4. Untuk menumbuhkan dan membangkitkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia, guru harus berusaha mencari metode yang mampu menghubungkan antara mata pelajaran bahasa Indonesia 87
88 dengan kehidupan sehari-hari siswa dalam bermasyarakat, agar siswa dapat termotivasi untuk dapat
memahami dan membaca buku mata pelajaran
bahasa Indonesia.
B. Saran Mengacu pada penelitian yang menyatakan bahwa minat merupakan faktor yang penting dalam pembelajaran siswa, penulis memberikan beberapa saran, sebagai berikut: 1. Hendaknya kepala SMP Al Amanah bekerja sama dengan para guru agar mengadakan program untuk memotivasi minat belajar siswa khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia, karena mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang diujikan dalam UN (Ujian Nasional). 2. Hendaknya guru khususnya guru mata pelajaran bahasa Indonesia memberikan bimbingan agar maksimal minat belajar
siswa dan cara
mengajar untuk lebih ditingkatkan lagi, karena faktor minat belajar siswa sangat dibutuhkan siswa agar siswa tersebut dapat mencapai segala yang diinginkannya. 3. Hendaknya semua faktor-faktor yang mempengeruhi minat belajar siswa sangat berpengeruh terhadap setiap mata pelajaran, khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia. Setiap guru harus mengetahui besar pengaruh yang dapat meningkatkan minat belajar siswa. Dengan hal ini diharapkan akan menjadi tolok ukur bagi setiap guru untuk selalu meningkatkan minat yang ada pada diri siswa masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Alek dan Achmnad HP, Buku Ajar Bahasa Indonesia, Jakarta: FITK Press UIN Syarif Hidayatullah, Cet. ke-1, 2009. Anwar, Sumarsih. Sikap Profesional Peneliti Agama, Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, Cet. ke-1, 2008. Arifin, Zenal. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung: Rosdakarya, Cet. ke-5, 2013. Arikunto, Surasimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, Ed. Rev., cet. ke-14, 2010. Chaplin, James P. Kamus Lengkap Psikologi, Penerjemah Kartini Karto, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Ed. 1, cet. ke-9, 2004. Dalyono, M. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007. Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Pelaturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, Jakarta: Dirjen Pendis Depag RI, 2006. Dapartemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Ed. ke-3, cet. ke-4, 2007. Djaali. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. ke-4, 2006. Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, Ed. 2, 2008. Effendi, E. Usman dan Juhaya S. Praja, Pengantar Psikologi, Bandung: Angkasa, Ed. Rev., 2012. Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, Bandung: Refika Aditama, Cet. ke-1, 2007. Gani, Ramlan A. dan Mahmudah Fitriyah ZA, Pembinaan Bahasa Indonesia, Jakarta: UIN Jakarta Press, Cet. ke-1, 2007. 89
90 Hermawan, Warsito. Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992. Hakim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran, Bandung: Wacana Prima, 2009. Hamalik, H. Oemar. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosada Karya, Cet. ke-1, 2007. -------------, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. ke-2, 2003. Hergenhanhn, B.R.. & Matthew H. Olson, Theories of Learning, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Ed. 7, cet. ke-3, 2010. Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan : Umum dan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Ed. Rev., cet. ke-6, 2008. Hidayat, Asep Ahmad. Filsafat Bahasa: Mengungkap Hakekat Makna dan Tanda, Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet. ke-1, 2006. Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, Jakarta: Erlangga, Ed. ke-2, 2009. Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, Cet. ke-1, 2011. Mardalis. Metode Penelitian : suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. ke-3, 1995. Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Dirjen Pendis Depag, 2009. Misbahuddin dan Iqbal Hasan. Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Jakarta: Bumi Akasara, Ed. 2, cet. ke-1, 2013. Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006. Nurkencana, Wayan dan P.P.N. Sunartana, Evaluasi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, Cet. ke-4, 1993. Peraturan Pemerintah RI. Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Sinar Grafika, Cet. ke-4, 20 09.
91 Purwanto, M. Ngalim.Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. ke26, 2013. Rahayu, Minto, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian, Jakarta: Grasindo, Cet. ke-1, 2007. Saadie, Ma’mur, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, Jakarta: Universitas Terbuka, 2008. Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet. ke-3, 2007. Saebani, Beni Ahmad. Metode Penelitian, Bandung: Pustaka Setia, Cet. ke-2, 2008. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorinetasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencara Media Group, Ed. 1, cet. ke-8, 2011. Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali, 1988. Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif : Dasar-dasar, Jakarta: Indeks, Cet. ke-1, 2012. Shaleh, Abdul Rahman. Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,Cet. ke-4, 2009. Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. ke-5, 2010. Subhan, M. dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia: Berbagai Pendekatan, Metode Teknik, dan Media Pengajaran, Bandung: Pustaka Setia, Cet. ke-3, 2011. Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafika Persada, 2004, Cet. ke-14, h.43. Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi Bandung: Alfabeta, Cet. ke-1, 2011. ------------, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, Cet. ke-13, 2011. Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. ke-3, 2012.
92 Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan : dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. ke-18, 2013. Syamsuddin AR. dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahada, Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI, Cet. ke-1, 2006. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Mini Jaya Abadi, Cet. ke-1, 2003. Uno, Hamzah B. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. ke-3, 2008. Usman, Husaini & Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, Ed. 2, cet. ke-1, 2008, Usman, Moh. Uzer. Menjadi guru professional, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994. Usman, Mustofa, dkk, Statistika: Pengantar pada Bandung: Sinar Baru Gensindo, Cet. ke-1, 2009.
Teknik
Analisis Data,
Lampiran 1 ANGKET MINAT BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Penunjuk pengisian 1. Bacalah terlebih dahulu dengan teliti sebelum menjawab pernyataan. 2. Berilah tanda ceklis (√) pada jawaban yang sesuai. 3. Alternaitif jawaban sebagai berikut: SS (Sangatsetuju) KS (Kurangsetuju) S
No
(Setuju)
TS (Tidaksetuju)
URAIAN PERNYATAAN
1.
Saya merasa senang dengan mata pelajaran bahasa Indonesia
2.
Saya hadir ketika mata pelajaran bahasa Indonesia diajarkan Saya bersemangat ketika mengikuti mata pelajaran bahasa Indonesia Saya tidak merasa bosan dalam mempelajari mata pelajaran bahasa Indonesia Saya mendengarkan dengan baik penjelasan guru mata pelajaran bahasa Indonesia Saya membaca buku pelajaran bahasa Indonesia ketika ada waktu senggang Saya mencatat materi bahasa Indonesia yang dianggap penting yang dijelaskan guru di kelas Saya sering tidak mencatat materi bahasa Indonesia yang ada di papan tulis Saya membaca dengan cermat materi pelajaran bahasa Indonesia yang dicatat guru di papan tulis Saya konsentrasi dalam mengikuti mata pelajaran bahasa Indonesia
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Saya aktif bertanya bila terdapat materi pelajaran bahasa Indonesia yang sulit dimengerti Saya menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia ketika pembelajaran berlangsung Saya belajar bahasa Indonesia mempelajari buku paket yang diwajiban sekolah Saya meminjam buku bahasa Indonesia dari perpustakaan untuk mengembangkan wawasan. Saya berkonsultasi kepada guru, orang tua, saudara atau teman, jika mengalami kesulitan dalam belajar bahasa Indonesia
SS
S
KS
TS
16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Saya melanjutkan materi mata pelajaran bahasa Indonersia dengan teman sekolah di luar jam pelajaran Saya suka mengerjakan soal-soal latihan pada buku pelajaran bahasa Indonesia untuk memperluas pengetahuan Saya suka menghubungkan materi bahasa Indonesia dengan kegiatan hidup sehari-hari Saya mengerjakan tugas pelajaran bahasa Indonesia tepat waktu Saya sering tidak mengerjakan latihan-latihan soal di rumah yang diberikan guru mata pelajaran bahasa Indonesia Saya mengikuti pelajaran bahasa Indonesia dengan penuh perhatian Saya mencoba mempelajari dengan teliti, ketika ada materi yang tidak mengerti Saya mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sambil mengerjakan tugas pelajaran yang lain Saya kurang suka membaca buku pelajaran bahasa Indonesia karena isinya tidak menarik Saya berusaha menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan benar Saya mengerjakan sendiri, ketika diberi tugas atau PR pelajaran bahasa Indonesia oleh guru Saya tidak berusaha membaca buku pelajaran bahasa Indonesia, walaupun pengetahuan bahasa Indonesia saya kurang Saya kurang tertarik mengunjungi perpustakaan untuk mendalami lebih lanjut materi pelajaran bahasa Indonesia Saya membaca buku pelajaran bahasa Indonesia sebelum pelajaran bahasa Indonesia dimulai Saya tidak mempunyai waktu untuk membaca buku pelajaran bahasa Indonesia, karena sibuk dengan pekerjaan lain
Selamat mengerjakan dan terima kasih.
Lampiran 2 Lembaran Wawancara dengan Siswa
Wawancara pada observasi untuk siswa kelas VIII SMP Al Amanah yang dipilih secara acak. 1. Apakah yang kamu sukai dalam mata pelajaran bahasa Indonesia? 2. Bagimana proses belajar mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas kamu? 3. Menurut kamu materi mata pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang kamu sukai? 4. Bagaimana minat kamu dalam mempelajari materi bahasa Indonesia? 5. Menurut kamu
mata pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang membuat
kamu menyukai pelajaran bahasa Indonesia? 6. Apakah kamu sering membaca buku mata pelajaran bahasa Indonesia? 7. Apakah kamu bertanya kalau ada materi yang belum dipahami? 8. Apakah nilai mata pelajaran bahasa Indonesia kamu bagus?
Lampiran 3 HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan siswa SMP Al Amanah Nama
: M. Bilqis
Tempat
: SMP Al Amanah
Kelas
: VIII
Tanggal
: 12 Agustus 2014
Tanya
: Assalamu’alaikum wr, wb.
Jawab
: Waalaikumsalam wr. Wb.
Tanya
: Siapakah nama kamu?
Jawab
: M. Bilqis
Tanya
: Kenapa kamu memilih sekolah di SMP Al Amanah?
Jawab
: Karena dengan sekolah di SMP Al Amanah saya dapat ilmu pengetahuan agama dan pengetahuan umum.
Tanya
: Apakah yang kamu sukai dalam mata pelajaran bahasa Indonesia?
Jawab
: Saya menyukai materi diskusi dalam pelajaran bahasa Indonesia, karena dapat melatih saya di depan umum, dan sering saya membaca di depan umum dapat membuat saya lebih jadi percaya diri.
Tanya
: Bagaimana proses belajar mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas kamu?
Jawab
: Proses belajar di kelasa saya mencatat, membaca, dan mengisi soal-soal yang diberikan
guru. Saya tidak terlalu suka cara metode guru saya
dalam menyampaikan materi kurang jelas, ketika guru saya menjelaskan materi, ada salah satu murid yang tidak mengerti, kemudian bertanya. Guru hanya menjelaskan saja dan penejelasannya tidak dijelaskan secara
tuntas. Kemudian ketika guru saya menjelaskan pelajaran, ada murid yang tidak memperhatikan, guru saya hanya diam saja tidak berusaha untuk menegurnya. Tanya
: Menurut kamu materi mata pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang kamu sukai?
Jawab
: Saya tidak menyukai materi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, tetapi saya lebih suka praktek dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, contohnya praktek dalam materi pelajaran wawancara. Saya suka dengan adanya praktek wawancara karena dapat melatih saya untuk berhadapan dengan orang lain.
Tanya
: Bagaimana minat kamu dalam mempelajari materi bahasa Indonesia?
Jawab
: Saya senang terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia seperti membuat naskah drama, membuat puisi, dan membuat karya tulis, karena dengan adanya kegiatan tersebut dapat mendorong saya untuk menjadi pemain drama dan penulis yang baik. Dengan adanya dorongan dari guru saya lebih giat dan berusaha terus agar yang saya inginkan dapat tercapai.
Tanya
: Menurut kamu
pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang membuat
kamu menyukai pelajaran bahasa Indonesia? Jawab
: Saya menyukai
mata
pelajaran
bahasa
Indonesia, karena dapat
mengekspresikan diri saya, dan dalam pelajaran bahasa Indonesia juga saya bisa belajar membuat naskah drama, puisi, dan karya tulis, juga pelajaran bahasa Indonesia saya bisa membedakan mana bahasa Indonesia yang baik dan yang tidak baik. Tanya
: Apakah kamu sering membaca buku mata pelajaran bahasa Indonesia?
Jawab
: Saya dan mungkin juga teman-teman saya jarang sekali membaca buku pelajaran bahasa Indonesia, kecuali kalau mau ada ulangan.
Tanya
: Apakah kamu bertanya kalau ada meteri pelajaran bahasa Indonesia yang belum paham?
Jawab
: Saya tidak pernah bertanya walaupun tidak paham.
Tanya
: Apakah nilai mata pelajaran bahasa Indonesia saudara bagus?
Jawab
: Saya mengenai nilai mata pelajaran bahasa Indonesia tidak pernah baik, hanya cukup saja.
HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan siswa SMP Al Amanah Nama
: Nia Aulia Rahmah
Tempat
: SMP Al Amanah
Kelas
: VIII
Tanggal
: 19 Agustus 2014
Tanya
: Assalamu’alaikum wr, wb.
Jawab
: Waalaikumsalam wr. Wb.
Tanya
: Siapakah nama kamu?
Jawab
: Nia Aulia Rahmah
Tanya
: Kenapa kamu memilih sekolah di SMP Al Amanah?
Jawab
: Karena saya ingin berprestasi dan bisa mencari ilmu untuk dunia dan akhirat nanti.
Tanya
: Apakah yang kamu sukai dalam mata pelajaran bahasa Indonesia?
Jawab
: Mata pelajaran bahasa Indonesia
cakupan
materinya luas, seperti
membaca, menyimak, menulis, dan berbicara, karena cakupannya luas saya tidak bisa mengatakan suka atau tidak suka yang penting bagi saya nilai bahasa Indonesia janga merah. Tanya
: Bagaimana proses belajar mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas kamu?
Jawab
: Kurang menyenangkan dan sebagian teman-teman ada yang tidak suka dan menganggap gampang terhadap pelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia kurang diminati.
Tanya
: Menurut kamu materi mata pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang kamu sukai?
Jawab
: Menghafal dan menganalisis dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
Tanya
: Bagaimana minat kamu dalam mempelajari materi bahasa Indonesia?
Jawab
: Minat saya terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia tidak terlalu karena saya selalu menganggap gampang dalam setiap belajara bahasa Indonesia.
Tanya
: Menurut kamu pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang membuat kamu menyukai pelajaran bahasa Indonesia?
Jawab
: Saya suka terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia ketika mengeluarkan pendapat.
Tanya
: Apakah kamu sering membaca buku mata pelajaran bahasa Indonesia?
Jawab : Saya kadang-kadang baca dan kadang-kadang
tidak kecuali kalau mau
ulangan. Tanya
: Apakah
kamu bertanya kalau ada meteri pelajaran bahasa Indonesia
yang belum paham? Jawab
: Saya jarang bertanya ke guru, walaupun materi pelajaran bahasa Indonesia yang dijelaskan guru tidak paham.
Tanya
: Apakah nilai mata pelajaran bahasa Indonesia kamu bagus?
Jawab
: Nilai mata pelajaran bahasa Indonesia saya tidak pernah bagus, hanya pas-pasan saja
HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan siswa SMP Al Amanah Nama
: Fitri Dianarosi
Tempat
: SMP Al Amanah
Kelas
: VIII
Tanggal
: 19 Agustus 2014
=============================================================
Tanya
: Assalamu’alaikum wr, wb.
Jawab
: Waalaikumsalam wr. Wb.
Tanya
: Siapakah nama kamu?
Jawab
: Fitri Dianarosi
Tanya
: Kenapa kamu memilih sekolah di SMP Al Amanah?
Jawab
: Karena SMP AlAmanah Kementerian
pelajarannya
perpaduan
Pendidikan dan Kebudayaan
dari
RI dan
kurikulum kurikulum
Kementerian Agama RI. Tanya
: Apakah yang kamu sukai dalam mata pelajaran bahasa Indonesia?
Jawab
: Bagi saya, mata pelajaran bahasa Indonesia yang disukai membaca dan berbicara.
Tanya
: Bagaimana proses belajar mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas kamu?
Jawab
: Proses belajar di kelas biasa saja kurang semangat, karena motivasi dari guru kurang dan metode yang digunakan ceramah dan tanya jawab, dalam menyampaikan materi pelajarannya kurang jelas.
Tanya
: Menurut kamu materi mata pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang kamu sukai?
Jawab
: Saya menyukai materi pelajaran bahasa Indonesia, yaitu materi puisi, drama, karya tulis, dan pantun.
Tanya
: Bagaimana minat kamu dalam mempelajari materi bahasa Indonesia?
Jawab
: Minat saya terhadap mata
pelajaran bahasa Indonesia biasa saja,
karenasaya selalu menganggap gampang dalam setiap materi pelajaran bahasa Indonesia. Tanya
: Menurut kamu pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang membuat kamu menyukai pelajaran bahasa Indonesia
Jawab
: Saya suka materi pelajaran bahasa Indonesia tentang drama dan puisi, karena dapat mengekspresikan diri saya sendiri.
Tanya
: Apakah kamu sering membaca buku mata pelajaran bahasa Indonesia?
Jawab
: Saya jarang sekali membaca buku pelajaran bahasa Indonesia,kecuali kalau ada tugas dari guru pelajaran bahasa Indonesia.
Tanya
: Apakah kamu bertanya kalau ada meteri pelajaran bahasa Indonesia yang belum paham?
Jawab
: Saya tidak pernah bertanya, sekalipun tidak mengerti apa yang di jelaskan oleh ibu guru.
Tanya
: Apakah nilai mata pelajaran bahasa Indonesia kamu bagus?
Jawab
: Nilai mata pelajaran bahasa Indonesia saya kadang baik dan kadang jelek.
Lampiran 4
Lembaran Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia
Wawancara pada kegiatan observasi untuk Guru Pelajaran Bahasa Indonesia. 1. Apakah pembagian kelas VIII ini berdasarkan tingkat kemampuan siswa? 2. Bagaimana tingkat kemampuan siswa kelas VIII ini terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia? 3. Apakah minat baca terhadap buku pelajaran bahasa Indonesia siswa sudah baik? 4. Apa yang menyebabkan siswa kurang berminat membaca buku pelajaran bahasa Indonesia? 5. Apaka minat membaca buku pelajaran bahasa Indonesia siswa ada pengaruhnya dengan hasil belajar siswa? Jika ada bagaimana pengaruhnya! 6. Bagaimana upaya ibu dalam meningkatkan minat membaca siswa terhadap buku pelajaran bahasa Indonesia? 7. Hambatan apa yang ibu pernah temukan dalam meningkatkan minat baca siswa?. 8. Bagimana menurut ibu kondisi psikologis siswa dalam mengikuti mata pelajaran bahasa Indonesia?
Lampiran 5 HASIL WAWANCARA
Nama
: Siti Maesaroh, S.Ag
Jabatan
: Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia
Tempat
: Ruang Guru
Tanggal
: 2 September 2014
============================================================ Tanya : Apakah pembagian kelas VIII ini berdasarkan tingkat kemampuan siswa? Jawab : Pembagian kelas VIII berdasarkan nilai, minat siswa itu sendiri, dan ada juga dari persetjuan orang tuanya. Tanya : Bagaimana tingkat kemampuan siswa kelas VIII ini terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia? Jawab : Tingkat kemampuan dalam pelajaran bahasa Indonesia cukup baik dan memahaminya, tetapi masih ada meteri pelajaran bahasa Indonesia yang siswa membutuhkan penjelasan dari gurunya sendiri. Tanya : Apakah minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia siswa sudah baik? Jaawab : Minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia, saya amati kurang baik ya. Tanya : Apa
yang
menyebabkan
siswa
kurang
berminat
terhadap
mata
pelajaran bahasa Indonesia? Jawab : Penyebab siswa
kurang
berminat
terhadap mata pelajaran bahasa
Indonesia, salah satunya motivasi dari siswa itu sendiri yang kurang. Selain itu juga banyak siswa yang merasa malas untuk belajar mata pelajaran bahasa Indonesia karena wacana yang ditampilkan di buku pelajaran
bahasa Indonesia terlalu panjang, siswa-siswa juga lebih suka belajar buku yang bergambar seperti komik dari pada buku yang banyak tulisannya. Tanya : Kendala apa saja yang dihadapi siswa dalam proses KBM berlangsung, terutama pada mata pelajaran bahasa Indonesia? Jawab : Kendala
yang dihadapi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia adalah
kurangnya media
untuk melengkapi pembelajaran
seperti LCD dan
laboratorium bahasa yang belum biasa digunakan, juga dalam mata pelajaran bahasa Indonesia masih ada materi yang belum diminati siswa, seperti drama, puisi, dan membaca novel, karena pada saat saya menerangkan materi tersebut siswa tidak serius atau tidak memperhatikan ketika menjelaskan. Tanya : Bagaimana upaya ibu dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia? Jawab : Sampai
sekarang
usaha yang
sudah
saya lakukan hanya
membiasakan siswa berkunjung ke perpustakaan
sekedar
sekolah, agar mau
membaca buku pelajaran secara bersama-sama di ruang
baca dengan
pengawasan dari saya. Dengan demikian mereka mau tidak mau akan membaca, tetapi itu pun tidak berpengaruh besar terhadap pertumbuhan minat membaca siswa ya. Tanya : Hambatan apa yang ibu pernah temukan dalam meningkatkan minat baca siswa?. Jawab : Hambatan yang
sering saya temukan dalam meningkatkan minat baca
siswa, yaitu bagaimana siswa itu sendiri yang belum sadar akan dirinya yang membutuhkan
motivasi untuk membaca, dan juga ada kurang
kerjasama antara orang tua untuk meningkatkan minat baca siswa. Tanya : Bagaimana menurut ibu kondisi psikologis siswa dalam mengikuti mata pelajaran bahasa Indonesia?.
Jawab : Yah memang pada kenyataannya siswa belum merasakan kesenangan terhadap pelajaran yang saya ampuh, yaitu mata pelajaran bahasa Indonesia.