PENGGUNAAN PhET (PHYICS EDUCATION TECHNOLOGY) INTERACTIVE SIMULATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 1 DI SMA N 2 KWANDANG PADA MATERI USAHA DAN ENERGI PADA MATA PELAJARAN FISIKA
Disusun Oleh
MARTEN LUTER LONDONG PARE NIM : 421 410 007
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN FISIKA PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA 2015
2
PENGGUNAAN PhET (PHYICS EDUCATION TECHNOLOGY) INTERACTIVE SIMULATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 1 DI SMA N 2 KWANDANG PADA MATERI USAHA DAN ENERGI PADA MATA PELAJARAN FISIKA Marten Luter Londong Pare, Muhammad Yusuf, S.Si, M.Si * ,Nova E. Ntobuo, S.Pd M.Pd ** Jurusan Fisika, Program Studi S1. Pend. Fisika F. MIPA Universitas Negeri Gorontalo Email :
[email protected] ABSTRAK Marten Luter Londong Pare, 4214 10 007 “Penggunaan PhET (Phyics Education Technology) Interactive Simulation untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 di SMA N 2 Kwandang pada materi Usaha dan Energi pada mata pelajaran fisika ” program studi pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing (1) Muhammad Yusuf, S.Si, M.Si pembimbing (2) Nova E. Ntobuo, S.Pd,M.Pd. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Fisika materi Usaha dan Energi.Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Kwandang.Pada semester ganjilTahun ajaran 2014/2015, Jumlah siswa yang diberi tindakan selama penelitian sebanyak 28 orang, terdapat 19 orang siswa perempuan dan 9 orang siswa laki-laki. Desain penelitian tindakan kelas yang dilakukan ini dipadukan dengan media PhET Simulation dengan langkah-langkah penelitian dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.Variabel penelitian yaitu : (1) variabel Input (2) variabel proses (3) variabel output. Instrumen yang digunakan dalam pengambilan selama penelitian adalah (1) lembar pengamatan aktivitas guru (2) lembar pengamatan aktivitas siswa (3) tes hasil belajar siswa dalam bentuk essay yang digunakan untuk melihat hasil belajar siswa diakhir siklus. Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus, pada siklus I siswa yang tuntas hanya 18 orang atau 64,3% dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 10 orang atau 35,7%, sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II siswa yang memperoleh ketuntasan belajar sebanyak 24 orang atau 85,71% mendapat nilai tuntas, sedangkan 4 orang atau 14,3% mendapat nilai tidak tuntas. Hal ini berarti bahwa hasil belajar siswa pada siklus II dapat dikatakan meningkat dan mencapai standar ketuntasan. Kata Kunci :PhET Simulation, Hasil Belajar, Usaha dan Energi
1
Marten Luter Londong Pare, 421410007, Jurusan Fisika, Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas MIPA, Muhammad Yusuf, S.Si, M.Si Nova E. Ntobuo, S.Pd, M.Pd
3
ABSTRACT Marten LuterLondong Pare, 4214 10 007 "The Using ofPhET (Phyics Education Technology) Interactive Simulation to improve students learning achievement in XI IPA 1 at SMA N 2 Kwandang on effort and energy materialon physics subject" Physics Department, Faculty of Mathematics and Science, State Universityof Gorontalo. Supervisor (1) Muhammad Yusuf, S.Si, M.Si, Supervisor (2) Nova E. Ntobuo, S. Pd, M. Pd. This research aims to improve students learning achievement in physics effort and energy material. This reserach is conducted in XI IPA 1 SMAN 2 Kwandang. In the first semester of academic year 2014/2015, number of students who were given the actions during the study was 28 people; there are 19 girls and 9 boys. This classroom action research design is combined with PhET Simulation media with the research steps such planning, action, observation and reflection. The research variabel are: (1) Input variables (2) process variable (3) variable output. Instruments used in the data collection during the study were (1) the observation of teacher activity sheet (2) observation of student activity sheet (3) students achievement test inessay form that is used to look at student learning achievement at the end of the cycle. This research was conducted by 2 cycles, in the first cycle students who completed only 18 people or 64.3%, and the students who did not complete as much as 10 people or 35.7%, so the study continued in the second cycle. In the second cycle students whose score is completed are 24 people or 85.71%, while 4 people or 14.3% got an incomplete. It means that results for students on the cycle II can be said improved and reach the mastery learning standard. Keywords: PhET Simulation, Learning Achievent, Effort and Energy
4
PENDAHULUAN Perkembangan sains dan teknologi yang semakin pesat, membuat pekerjaan dan informasi dapat diterima dengan mudah menggunakan media komputer.Media yang dapat dikembangkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang begitu pesat, dengan adanya perkembangan TIK yang semakin pesat, memungkinkan untuk dikembangkan suatu pembelajaran yang baru.Media yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran yang menggunakan media komputer adalah media simulasi computer yang dapat mereduksi situasi nyata dari gejala keilmuan. PhET adalah singkatan dari (Physics Education Technology) merupakan situs yang menyediakan simulasi pembelajaran fisika, kimia, biologi, dan matematika yang dapat di download secara gratis untuk kepentingan pengajaran di kelas atau dapat digunakan untuk kepentingan belajar individu.PhET merupakan ciptaan dari komunitas sains melalui PhET project di university of Colorado, amerika serikat (USA).Untuk itu penelitian ini mengunakan PhET(Physics Education Technology).PhET merupakan software simulasi yang sangat berguna untuk mengajar dan belajar fisika dan tersedia secara bebas di http://phet.colorado.edu .simulasi dalam PhET bersifat interactivedikemas dalam bentuk seperti game/permainan sehingga mempermudah siswa dalam melakukan eksplorasi. PhET sudah terdapat lebih dari 50 simulasi materi pelajaran yang bisa digunakan dalam berbagai pembelajaran seperti fisika,kimia, biologi, matematika.(Wieman, 2010).Dalam penelitiannya disebutkan dalam setiap materi pelajaran menunjukan bahwa simulasi PhET lebih produktif untuk mengembangkan pemahaman siswa secara konseptual. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul “PENGGUNAAN PhET(PHYICS EDUCATION TECHNOLOGY) INTERACTIVE SIMULATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 1 DI SMA N 2 KWANDANG PADA MATERI USAHA DAN ENERGI PADA MATA PELAJARAN FISIKA” KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN a. Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikapsikap, apresiasi dan keterampilan.Menurut bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan pisikomotorik.Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analyisis (menguraikan menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bagunan baru), dan evaluation (menilai).Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan rspons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).Domain pisikomotor meliputi initiatory, pre-rputine, dan rountinized.Pisikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, social, manajerial, dan intelektual.Sementara, menurut lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap.Namun pada dasarnya, hasil belajar adalah perubahan prilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusian saja.Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komperhensif. (Suprijono 2013,6-7). 5
b. Kognitif Kompetensi siswa pada ranah kognitif terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, melakukan sintesis, dan mengevaluasi.Kemampuan mengetahui artinya kemampuan mengetahui fakta, konsep, prinsip, dan skil. Dalam kegiatan belajar dapat ditunjukan melalui mengemukakan arti, memberi nama, membuat daftar, menentukan lokasi tempat, mendiskripsikan sesuatu, menceritakan sesuatu yang terjadi, dan menguraikan sesuatu yang terjadi. Kemampuan memahami artinya kemampuan mengerti tentang hubungan antara faktor, antara konsep, antara prinsip, antara data, hubungan sebab akibat dan penarikan kesimpulan. c. Media Brbasis Komputer Komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bidang pendidikan dan latihan. Komputer berperan sebagai manajer dalam proses pembelajaran yang dikenel dengan namaComputer-Managed Insruction (CMI).Adapula peran komputer sebagai pembantu tambahan dalam belajar; pemanfaatannya meliputi penyajian informasi isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya.Modus ini dikenal sebagai Computer-Assisted Instruction (CAI).CAI mendukung pembelajaran dan pelatihan akan tetapi ia bukanlah penyampai utama materi pelajaran. Komputer dapat menyajikan informasi dan tahapan pembelajaran lainya disampaikan bukan dengan media computer. (Arsyad,2013:93-94). d. PhET (Physics Education Technology) PhET adalah software simulasi interaktif yang berbasis research dan berlisensi gratis (free software). PhET digawangi oleh CarlWieman sebagai pendiri di bawah Lembaga tinggi pendidikan yaitu Universitas Colorado. Berdasarkan situs resmi PhEThttp://phet.colorado.edu tujuan pembuatan software simulasi interakatif ini adalah “help students visually comprehend concepts, ensure edicational effectivenees and usability” Yang pertama adalah membantu siswa untuk memvisualisasikan konsep secara utuh dan jelas, kemudian menjamin pendidikan yang efektif serta kebergunaan yang berkelanjutan.
Gambar 1. PhET Simulation materi Usaha dan Energi (Sumber: http://PhET.colorado.edu) Proyek (Physic Education Technology) di Universitas Colorado telah mengembangkan serangkaian simulasi yang sangat menguntungkan dalam pengintegrasian teknologi komputer ke dalam pembelajaran. Terdapat lebih dari 50 simulasi berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.Simulasi tersebut terdiri dari beberapa topik fisika, kimia, bahkan matematika. Simulasi-simulasi ini mudah didapatkan, dapat dijalankan secara online dengan bantuan koneksi internet maupun dengan cara didownload sehingga 6
dapat dijalankan secara offline. Simulasi dirancang secara interaktif sehingga penggunanya dapat melakukan pembelajaran secara langsung. Pada saat sekarang, kemasan simulasi PhETsudah bersifat kontekstual seperti yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari sampai ke hal-hal mikroskopis yang tidak dapat dibayangkan atau tergambarkan secara nyata. Misalnya simulasi Usaha dan Energi, kita tidak perlu melakukan praktek yang susah di laboratorium, cukup mengunakan master yang telah tersedia sehingga waktu pelajaran lebih efisien digunakan. Manfaat dari simulasi PhET yang telah diuji oleh beberapa peneliti terdahulu dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Dapat dijadikan suatu pendekatan pembelajaran yang membutuhkanketerlibatan dan interaksi dengan siswa. 2. Memberikan feedbackyang dinamis. 3. Mendidik siswa agar memiliki pola berfikir kontruktivisme, dimana siswadapat menggabungkan pengetahuan awal dengan temuan-temuan virtual dari simulasi yang dijalankan. 4. Membuat pembelajaran lebih menarik karena siswa dapat belajar sekaligus bermain pada simulasi tersebut. e. Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Panitz, dalam Suprijono. (Cooperative Learning”Teori dan Aplikasi Paikem:54), Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih di arahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. f. Model Students Team Achievement Division (STAD) Pembelajaran kooperatif tipe students team Achievement division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (1995) merupakan penbelajaran koopertaif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai melakukan pembelajaran kooperatif. Students team Achievement division (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar berangotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh angota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. g. Usaha atau Kerja Kata kerja memiliki berbagai arti pada bahasa sehari-hari. Tetapi dalam fisika, kerja diberi arti yang spesifik untuk mendiskripsikan apa yang dihasilkan oleh gaya ketika ia bekerja pada benda sementara benda tersebut bergerak dalam jarak tertentu. Lebih spesifik lagi, kerja yang dilakukan pada sebuah benda, oleh gaya yang konstan (kostan dalam hal besar dan arah) didefinisikan sebagai hasil kali besar perpindahan dengan komponen yang sejajar dengan perpindahan. Dalam bentuk persamaan, dapat dituliskan : W=F.s atau W=F.s cos θ 7
Dimana θ adalah sudut yang dibentuk antara arah gaya dan perpindahan. Gambar 2 persamaan usaha atau energi a. Energi Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha.Energi termasuk dalam besaran skalar. Satuan energi dalam SI sama dengan satuan-satuan usaha yaitu joule. Energi bersifat kekal, tetapi dapat berubah bentuk kebentuk energi yang lain. b. Energi kinetik Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena gerakannya atau kecepatannya.Jadi, setiap benda yang bergerak mempunyai energi kinetik. Missal, sebuah benda dengan massa m yang sedang bergerak pada garis lurus dengan laju awal V1 . Untuk mempercepat benda itu secara beraturan sampai laju V2 ,gaya total konstan F diberikan padanya dengan arah sejajar dengan geraknya sejauh arah S (gambar 2). Besarnya energi kinetik suatu benda memenuhi persamaan : Ek 1 mv 2 2 Dengan: Ek = energi kinetik (joule) M = massa benda (kg) V = kecepatan benda m s Hubungan Usaha dengan Energi Kinetik Sebuah benda bermasa m mula-mula mempunyai kecepatan v1 , kemudian sebuah gaya bekerja pada benda tersebut sehingga kecepatannya menjadi v2 , kita terapkan hukum newton kedua maka besarnya Usaha yang bekerja pada benda yang memenuhi persamaan :
v22 v12 W = F.s = m.a.s dengan a = 2s v2 v2 W = F.s = m 2 1 s 2s 1 1 W = mv22 mv12 2 2 Sehingga diperoleh W = Ek2 Ek1 Atau 8
W = Ek Jadi, usaha yang dilakukan oleh gaya resultan yang bekerja pada suatu benda sama dengan perubahan energi kinetik yang dialami benda itu, yaitu -energi kinetik akhir dikurangi energi kinetik awal. Pernyataan diatas dikenal dengan sebutan “Teorema UsahaEnergi Kinetik”. c. Energi Potensial Energi potensial (Ep) adalah energi yang dimiliki oleh benda karena kedudukannya atau posisinya (h).besar energi potensial suatu benda memenuhi persamaan : Ep =m.g.h Dengan :
s dimana w = m.g
g = percepatan gravitasi m
2
maka Ep = w. h Hubungan Usaha dengan Energi potensial Sebuah benda bermasa m mula-mula berada pada ketinggian h1 kemudian jatuh hingga mencapai ketinggian h2 , maka besarnya usaha yang bekerja pada pada benda akan memenuhi persamaan :
Gambar 3 usaha pada suatu benda W = mg h W = mg. h1 h2 W = mgh1 mgh2 W = Ep1 Ep2 W = EP Persamaan diatas menunujukan bahwa usaha merupakan perbedaan Energi potensial. d. Hukum Kekekalan Energi Mekanik Energi mekanik adalah jumlah dari energi potensial dari energi kinetik. EM = Ep + Ek Hukum kekealan energi mekanik berbunyi sebagai berikut. “ Jika pada suatu system hanya bekerja gaya-gaya dalam yang bersifat konservatif (tidak bekerja gaya luar dan gaya dalam tak konservatif), maka energi mekanik system pada posisi apa saja selalu tetap (kekal). Artinya energi mekanik system pada posisi akhir sama dengan energi mekanik system pada posisi awal.” 9
EM 1 EM 2 Ep1 Ek1 Ep2 Ek2 mgh1 1 mv12 mgh2 1 mv22 2 2 Pada sebuah benda yang mengalami gerak jatuh bebas dengan kecepatan (v)=0 a. Pada posisi awal Kecepatan v 0 Ek 0, sehingga Ep EM Kemudian, Ep berkurang, sedangkan Ek bertambah, berarti Ep berubah menjadi Ek b. Pada posisi benda saat berada di titik B atau di titik C: Ep = Ek Ek B Ep A EpB c. Pada posisi benda menyentuh tanah : Epc 0 , sedangkan Ek = maksimum sehingga
Ekc = EM Pada sebuah benda yang jatuh bebas terjadi perubahan energi, yakni perubahan energi potensial menjadi energi kietik. h. Kajian Penelitian Yang Relevan Penelitian yang hampir serupa dengan penelitian yang peneliti ambil ini seperti : Penelitian yang dilakukan oleh Yuliawanti Paputungan dengan judul “Pengajaran Gelombang Elektromagnetik dengan mengunakan PhET Simulation terhadap hasil belajar Siswa SMA N 1 Lolak”, adapun hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diajarkan dengan mengunakan PhET Simulation dan siswa yang diajarkan tidak mengunakan PhET Simulation.(Jurnal Fisika Edukasi Indonesia,2014:147-154) Penelitian tentang meningkatkan pemahaman materi listrik statis pada mata pelajaran fisika oleh Rudi Susanto dengan judul “Pengunaan PhET (Physics Education Technology)Interactive simulation untuk peningkatan pemahaman materi listrik statis(Electrical Static) Pada Mata Pelajaran IPA-fisika”, adapun hasil penelitiannya adalah dengan mengunakan media PhET terdapat peningkatan yang signifikan terhadap pemahaman materi listrik statis di SMPIT Nur Hidayah Surakarta pada kelas IX Tahun 2011. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan mengunakan media PhET Simulation dan juga berbeda dari segi tingkatan sekolah yang dijadikan sebagai objek penelitian dan juga materi yang berbeda. i. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dalam penelitian diatas, maka dapat dirumuskan kebenaran hipotesis tindakan sebagai berikut: “jika digunakan media PhET Simulation pada pembelajaran maka dapat meningkatkanhasil belajar siswa pada materi Usaha dan Energi di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Kwandang. j. Indikator Kinerja Dalam penelitian ini ditetapkan indikator kinerja sebagai tolak ukur (kriteria) keberhasilan hasil belajar siswa terhadap proses belajar yang telah dilakukan dengaan 10
menggunakan media PhET Simulation, aktivitas guru dalam pembelajaran, aktivitas siswa dalam pembelajaran, serta tes esay tertulis sebagai bahan ukur untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran dalam kelas. Adapun indikator kinerja yang telah ditetepkan telah diuraikan sebagai berikut: 1. Data pengamatan aktivitas guru Aktivitas Guru dikatakan berhasil jika aspek-aspek kegiatan guru yang diamatiminimal mencapai ≥80% bernilai kategori sangat baik dan baik (berdasarkan kriteria ketuntasan dalam Purwanto 2012:103). 2. Data pengamatan aktivitas siswa Aktivitas siswa dikatakan berhasil jika aspek-aspek kegiatan siswa yang diamati minimal mencapai≥80% bernilai kategori sangat baik dan baik (berdasarkan kriteria ketuntasan dalam Purwanto 2012:103). 3. Hasil belajar siswa dinilai dengan mengunakan instrumen tes esay, yang di bagikan setelah selesai pembelajaran dengan jumlah sebanyak 10 butir soal, dengan masingmasing siswa minimal mendapat nilai 60 (80%) dari jumlah skor total 75 (100%). Adapun Kriteria Ketuntasan Minimum dan ketuntasan klasikal yang peneliti tetapkan adalah sebagai berikut : a. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) individu siswa yang peneliti tetapkan adalah ≥80. b. Ketuntasa Klasikal yang peneliti tetapkan adalah 80% siswa yang mencapai skor atau nilai 80 METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di SMA N2Kwandang Tahun ajaran 2014/2015. Adapun kelas yang dikenai tindakan yaitu kelas XI IPA 1 dengan jumlah subjek yang dikenai tindakan berjumlah 28 orang. Dimana 9 orang laki-laki dan 19orang perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil Tahun ajaran 2014/2015 selama 3 bulan dengan perincian persiapan penelitian selama 3 minggu, pengambilan data 4 minggu, pengolahan data 5 minggu. HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Siklus I a. Hasil pengamatan aktivitas Guru Pengamatan terhadap aktivitas guru dinilai dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas guru.Penilaian aktivitas guru ini difokuskan pada 17 aspek kegiatan.Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti, dan diamati oleh guru pengamat dengan mengunakan lembar pengamatan yang telah tersedia. Untuk lebih jelasnya persentase aktivitas guru dalam pembelajaran dapat dapat dilihat pada tabel berikut ini
11
Tabel 2. Persentase hasil pengamatan aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar siklus I Jumlah Pertemuan Pertemuan I
Pertemuan II
Persentase rata-rata
Sangat Baik (SB)
5,8%
11,8%
8,8%
Baik (B)
35,3%
41,2%
38,3%
Cukup (C)
47,1%
41,2%
44,2%
Kurang (K)
11,8%
5,8%
8,8%
Sangat Kurang (SK)
0%
0%
0%
Jumlah
100%
100%
100%
Skala Penilaian
( Untuk lebih jelasnya, uraian kegiatan aktivitas guru dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4 ). b. Hasil Pengamatan aktivitas Siswa Pengamatan terhadap terhadap aktivitas siswa ini dinilai dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa yang difokuskan pada 17 aspek kegiatan, dimana pengamatan ini dilakukan oleh pengamat dari guru mata pelajaran fisika di sekolah selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Penilaian aktivitas siswa ini mengacu pada lembar Pengamatan aktivitas Siswa yang telah diberikan oleh peneliti kepada pengamat. Untuk lebih jelasnya persentase hasil pengamatan aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 3. Persentase hasil pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran siklus I Skala Penilaian Sanagat Baik (SB) Baik (B) Cukup (C) Kurang (K) Sangat Kurang (SK) Jumlah
Jumlah Pertemuan Pertemuan I Pertemuan II 0% 0% 11,8% 17,6% 35,3% 64,7% 41,2% 17,6% 11,8% 0% 100% 100%
Persentase rata-rata 0% 14,7% 50% 29,4% 5,9% 100%
( Untuk lebih jelasnya Uraian kegiatan aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran 5 dan 6 ). c. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa diperoleh dari tes yang dilaksanakan setelah pembelajaran berlangsung atau pada akhir pembelajaran dengan menggunakan tes essay sebayak 10 butir, dengan skor maksimal 100. Tes ini dilaksanakan pada hari Rabu 10 Desember 2014.Tes ini dilaksanakan di kelas XI IPA 1 yang berjumlah 28 orang. Setiap siswa minimal mendapat nilai 80 atau lebihdari skor total 100, nilai tersebut berdasarkam Kiteria Ketuntasan Minimal yang peneliti tetapkan, sedangkan KKM yang ada di SMA Negeri 2 Kwandang adalah 75. Untuk lebih jelasnya persentase hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4. Persentase hasil belajar siswa pada siklus I 12
Skor ≥80 ≤80 Total
Jumlah Siswa 18 10 28
Persentase 64,3% 35,7% 100%
Ketuntasan Tuntas Tidak tuntas
( Untuk lebih jelasnya uraian hasil belajar dapat dilihat pada lampiran 12 ). d. Refleksi Refleksi dilakukan pada akhir siklus atau pada saat semua kegiatan pembelajaran telah selesai dengan tujuan untuk mengetahui tindakan apayang dilaksanakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Usaha dan Energi. Setelah dilakukan tindakan, data yang diperoleh pada kegiatan belajar mengajar siklus I hasilnya belum menunjukan nilai seperti yang diharapkan, hal ini dapat dilihat dari 28 orang siswa, yang tuntas 18 orang atau sekitar 64,3%, sedangkan yang tidak tuntas 10 orang atau sekitar 35,7%. B. Hasil Penelitian Siklus II Tindakan pada siklus II merupakan penyempurnaan yang dilakukan pada siklus I. Hal ini dilakukan berdasarkan refleksi siklus I yang belum terlaksana dengan baik pada aspekaspek kegiatan aktivitas guru maupun kegiatan aktivitas siswa yang masih berkategori Cukup (C) dan Kurang (K) dan sangat kurang (SK). Sedangkan untuk materi yang diajarkan merupakan materi lanjutan Usaha dan Energi namun sub topik yang berbeda. Hasil kegiatan pelaksanaan pada siklus II ini diuraikan sebagai berikut. a. Hasil pengamatan aktivitas guru Siklus II Dalam pengamatan kegiatan aktivitas guru pada siklus II sama halnya dengan yang dilakukan pada siklus I yakni menggunkakan lembar pengamatan aktivitas guru yang terdiri dari 17 aspek kegiatan yang akan diamati. Hal ini untuk mengetahui perkembangan dalam proses pembelajaran yang diamati oleh guru pengamat.Untuk lebih jelasnya persentase aktivitas guru dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5. Persentase hasil pengamatan aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar siklus II Jumlah Pertemuan Pertemuan I
Pertemuan II
Persentase rata-rata
Sangat Baik (SB)
23,53%
29,4%
26,5%
Baik (B)
52,94%
52,9%
52,9%
Cukup (C)
25,3%
17,6%
21,5%
Kurang (K)
0%
0%
0%
Sangat Kurang (SK)
0%
0%
0%
Jumlah
100%
100%
100%
Skala Penilaian
( Untuk lebih jelasnya uraian kegiatan aktivitas guru dapat dilihat pada lampiran 15 dan 16 ).
b. Hasil pengamatan aktivitas siswa siklus II
13
Pengamatan terhadap kegiatan aktivitas siswa dilakukan sama dengan pada kegiatan siklus I yakni dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa yang terdiri dari 17 aspek kegiatan, yang akan diamati oleh pengamat dengan menggunakan lember pengamatan yang diberikan oleh peneliti. Untuk lebih jelasnya hasil pengamatan aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6. Persentase hasil pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar siklus II Skala Penilaian Sanagat Baik (SB) Baik (B) Cukup (C) Kurang (K) Sangat Kurang (SK) Jumlah
Jumlah Pertemuan Pertemuan I Pertemuan II 5,9% 5,9% 29,4% 76,5% 64,7% 17,7% 0% 0% 0% 0% 100% 100%
Persentase 5,9% 52,95% 41,2% 0% 0% 100%
( Untuk lebih jelasnya uraian kegiatan aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran 17 dan 18 ). c. Hasil Belajar Siswa Dalam hasil belajar siklus II ini sama halnya dengan yang dilakukan pada siklus I yakni diperoleh dari tes yang dilaksanakan setelah pembelajaran atau materi telah selesai. Tes ini berupa tes esay yang berjumlah 10 butir dengan skor maksimal 100.Tes dilaksanakan pada hari Rabu 17 Februari 2015.Peserta tes berjumlah 28 orang sesuai dengan jumlah siswa keseluruhan yang ada di kelas XI IPA 1. Skor ketuntasan belajar untuk tiap siswa yakni minimal mendapat skor ≥80 dari jumlah skor total 100 yang diberikan, sesuai dengan KKM yang peneliti tetapkan, sedangkan KKM yang ada di SMA Negeri 2 Kwandang adalah 75. Dari tes yang diperoleh menunujukan bahwa dari 28 orang siswa, yang tuntas berjumlah 24 orang atau 85,71%, sedangkan yang belum tuntas atau yang memperoleh nilai ≤80 dari skor total 100 yakni 4 orang atau 14,3%. Untuk lebih jelasnya persentase data hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 7. Persentase hasil belajar siswa pada siklus II Skor
Jumlah Siswa
Persentase
Ketuntasan
≥80 ≤80 Total
24 4 28
85,71% 14,3% 100%
Tuntas Tidak tuntas
( Untuk lebih jelasnya uraian hasil belajar dapat dilihat pada lampiran 24). d. Refleksi Pelaksanaan refleksi pada siklus II ini dilakukan pada akhir pembelajaran yang dilakukan untuk tujuan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus II dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.Hasil pengamatan pada siklus II menunjukan bahwa adanya peningkatan yang lebih baik. Berdasarkan pada penelitian tindakan siklus II ini dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa sudah mencapai dan sesuai dengan ketuntasan klasikal yang peneliti tetapkan yakni sebesar 80% siswa yang mendapat nilai 80, dan yang berhasil dicapai pada siklus II ini berjumlah 85,71% dengan demikian penelitian tindakan lanjutan dan penelitian tindakan kelas ini telah dianggap selesai dan tidak perlu melanjutkan ke siklus berikutnya. 14
Persentase (%)
C. Pembahasan Berdasarkan pada penelitian, untuk aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran pada siklus I sudah baik, namun masih ada beberapa aspek yang belum tercapai dengan kategori cukup (lihat lampiran 15 dan 16) penyebabnya diantaranya yaitu karena guru belum menguasai kelas, penyebab lain yaitu guru kurang mengarahkan siswa sehingga suasana kelas masih terlihat ramai (Ribut), serta waktu yang digunakan pada saat pembelajaran masih kurang.Kekurangan-kekurangan yang terjadi di siklus I, diperbaiki pada siklus II. Guru memperbaiki interaksi dengan siswa sehingga terjalin kedekatan antara guru dan siswa. Guru lebih mengarahkan siswa pada saat pembelajaran sehingga suasana kelas tidak terlalu ramai, memperhatikan waktu yang digunakan agar supaya tidak terlalu banyak waktu yang terbuang serta merespon pertanyaan–pertanyaan siswa,semuanya telah diperbaiki pada siklus II sehingga hasilnya sesuai dengan apa yang diharapkan. Penyampaian materi ataupun pada saat merespon pertanyaan masih kurang jelas, pada siklus II ini menjadi lebih baik karena selain penguasaan materinya, guru juga sudah memahami karakter-karakter siswa dalam proses pembelajaran. Pada saat pembelajaran berlangsung pada siklus I yang tadinya guru agak tegang, malu dan kaku, namun pada siklus II guru lebih santai.Oleh karena itu pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar. Persentase perbandingan aktivitas guru siklus I dan II dapat dilihat pada gambar berikut ini : 100 80 60 40 20 0
00
8,8 0
SK
K
52,9 44,2 38,3 21,5
C
B
26,5 8,8
Siklus 1 Siklus 2
SB
Kriteria
Gambar 5.Persentase aktivitas guru dalam pembelajaran siklus I dan siklus II. Aktivitas siswa yang diamati ada 17 aspek kegiatan, tetapi dari 17 aspek tersebut masih ada yang mencapai kategori cukup dan bahkan tergolong dalam kategori kurang. Hal ini terjadi karena belum terbentuknya keakraban antara guru dan siswa, adanya rasa takut pada saat menyampaikan pertanyaan dan menjawab pertanyaan guru karena merasa jawabannya salah dan takut ditertawai oleh teman lain, selain itu juga masih ada siswa yang tidak memperhatikan penjelsan guru, serta pada saat menyampaikan hasil pembahasan kelompok masih terlihat ramai. Namun untuk secara keseluruhan siswa sudah ada mencapai kategori baik untuk aspek-aspek yang diamati.Segala kekurangan yang terjadi di siklus I telah diperbaiki di siklus II meskipun masih ada beberapa orang siswa yang masih belum aktif dalam pembelajaran. Persentase perbandingan antara aktivitas siswa siklus I dan siklus II dapat dilihat pada gambar berikut ini
15
Persentase (%)
100 80
40 20 5,9 0 0 SK
52,95 41,2
50
60
Siklus 1
29,4 14,7 0 K
C
B
Siklus 2 5,9 0 SB
Kriteria
Gambar 6.Persentase aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar siklus I dan siklus II. Berdasarkan hasil penelitian untuk hasil belajar siswa pada siklus I ketuntasan klasikal hanya mencapai 64,3%, minimnya ketuntasan pada siklus I disebabkan belum optimalnya pembelajaran yang diterapkan oleh guru, respon siswa dalam menerima pelajaran belum mampu dibangkitkan oleh guru, dan siswa belum terbiasa dengan penggunaan metode yang diterapkan oleh guru, sehingga hanya siswa tertentu saja yang aktif dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengamatan kegiatan guru dan siswa pada siklus I. Berdasarkan hal-hal tersebut guru berusaha guru melakukan perbaikan pada siklus II. Setelah diadakan evaluasi kembali untuk materi berikutnya, ketuntasan klasikal mencapai 85,71% siswa yang mendapat nilai 80. Presentase perbandingan antara hasil belajar siklus I dan siklus II dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 7.Perbandingan hasil belajar siswa siklus I dan siklus II. Berdasarkan gambar diatas hasil belajar siswa siklus I yang tidak mencapai nilai ≥80 berjumlah 10 orang atau 45%, sedangkan yang memperoleh nilai ≥80 keatas berjumlah 18 orang atau 55%. Hal ini menunjukan pembelajaran pada siklus I belum mencapai hasil yang maksimal atau belum sesuai dengan harapan peneliti yakni 80% siswa mencapai nilai lebih dari 80. Sedangkan pada siklus II ini telah diadakan penyempurnaan dari siklus I sehingga hasil belajar siswa pada siklus II yang memperoleh nilai ≥80 keatas atau yang tuntas berjumlah 24 orang atau 85,71%, sedangkan yang tidak tuntas atau tiak mencapai nilai 80 16
berjumlah 4 orang atau 14,3%. Dari hasil ini dapat dikatakan pada siklus II telah menunjukan hasil yang maksimal atau sudah sesuai dengan harapan dari peneliti yakni 80% siswa mendapat nilai 80,dengan demikian dapat dikatakan tindakan yang dilakukan telah berhasil. Hal ini dapat dilihat dari daya serap klasikal telah mencapai nilai lebih dari 80% atau 85,71% dan sudah sesuai dengan apa yang telah diharapkan oleh peneliti. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan serta pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa, terdapat peningkatan hasil belajar siwa kelas XI IPA 1 SMA N 2 Kwandang dengan menggunakan media PhET Simulation. Hal ini ditunjukan dari hasil belajar siswa yang terjadi peningkatan dari siklus I dimana dari 28 siswa yang tuntas 18 orang siswa atau 64,3% yang memperoleh nilai ≥80 , dan yang tidak tuntas atau memperoleh nilai ≤80 yaitu 10 orang atau 35,7%. Sedangkan pada siklus II dimana dari 28 siswa, yang tuntas mencapai 24 orang siswa atau 85,71% yang memperoleh nilai ≥80, dan yang memperoleh nilai ≤80 hanya 4 orang atau 14,3%. Jadi dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dari yang tuntas di siklus I hanya 18 orang siswa atau 64,3% sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas mencapai 24 orang siswa atau 85,71% dengan demikian ketuntasan klasikal yang telah peneliti tetapkan yakni 80% siswa mendapat nilai 80 telah tercapai.Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa meningkat dengan menggunakan media PhET Simulation. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Amri, Elisah. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta. Prestasi Pustaka Publisher. Arikunto. 2010. Desain PTK. Jakarta: RinekaCipta. ArsyadAzhar 2013. Media pembelajaran.Jakarta : Rajagrafindo persada Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:RinekaCipta. Azhar.edisi revisi 2013. Media Pembelajaran.Jakarta:RajaGrafindoPersada. Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inofatif. Jakarta. AV Publisher. Giancolli, Douglas, (2006) Fisika Jilid II. Jakarta: Erlangga. Hamalik, oermar, (2012) Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. http://phet.colorado.edu/in/about,diakses 07 Agustus 2014. Jong-Heon Kim et. Al (2005) Correctineality Misconception Using Unrealistic Virtual Reality Simulation in Physics Education (online) Tersedia: http://www.formatex.org/micte 2009. Jurnal Fisika Edukasi Indonesia, Pendidikan Fisika, Fakultas MIPA, UNG, Gorontalo. 2014 Kunandar.2013.Penilian Autentik(penilian hasil belajar peserta didik berdasarkan kurikulum 2013)Jakarta.PT RajaGrafindo Persada.
17