PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA DARUSSALAM CIPUTAT
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan IPS
Disusun Oleh: ALAENA SAROYA NIM : 109015000084
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAK ALAENA SAROYA (109015000084). “Pengaruh Penerapan Ice breaking Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Sosiologi di SMA Darussalam Ciputat”. Skripsi, Jakarta: Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan Ice breaking terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Sosiologi di SMA Darussalam Ciputat. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Darussalam Ciputat pada bulan September sampai bulan Desember 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi eksperimen, sampel diambil secara purposive sampling dan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Angket Tes Pilihan ganda dan hasilnya diuji melalui statistik “t”. dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 4,29 sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 0,325 atau thitung > ttabel. Maka Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan ice breaking terhadap hasil belajar pada pembelajaran Sosiologi. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Penerapan Ice breaking membawa pengaruh yang signifikan terhadap hasil pembelajaran Sosiologi siswa. Kata kunci
: Ice breaking, Hasil Belajar.
i
ABSTRACT
ALAENA SAROYA (109015000084). "The influence of Application of Ice Breaking Against Student’s Results In Learning Sociology in Darussalam Senior High School". Thesis, Jakarta: Social Sciene Education Program, Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciene of State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. This study aims to determine the influence of the application of ice breaking on the Student’s Results In Learning Sociology in Darussalam Senior High School. This research was conducted at Darussalam Senior High School in September until December 2013. This research use Quasi experiment method, samples were taken by purposive sampling and divided into 2 groups: the experimental group and the control group. The research was using Questionnaire Multiple choice tests as the instrument and the results were tested by statistical "t". From the calculations, the tvalue is 4.29 while the t table at the significance level of 0.05 is 0.325 or tcount > ttable. It can be concluded that there are effects on implementing the ice-breaking against student’s results in learning sociology, by stating that Ha accepted or approved. This suggests that the use of Application of Ice breaking brings a significant effect on student learning outcomes Sociology. Keywords: Ice breaking, Learning Result.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas izin dan rahmat hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih, kepada yang terhormat: 1. Ibu Dra.Nurlena Rifai, M. Pd,. Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 2. Bapak Dr.Iwan Purwanto, M.pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. 3. Bapak Drs. Syarifulloh M.Si selaku sekertaris jurusan IPS dan sekaligus dosen Pembimbing Akademik. 4. Ibu Tri Harjawati M.Si , selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 5. Seluruh dosen dan staf Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. 6. Bapak Marul Waid S.Ag., selaku Kepala Sekolah SMA Darussalam Ciputat yang telah membantu penelitian berlangsung. 7. Bapak Ardila S.Pd dan Bu Nur Asma SE,MM selaku guru pamong tempat penulis melakukan skripsi. 8. Abahku Ma’mun Bachro dan Mamahku Rohmah, serta kakakku Naely Farkhatin M.Kom, adikku tersayang Muhammad Nahdi Aulia Urrohman, serta Keluarga Besar Bapak Salim Bin Suaeb yang selalu mendukung agar skripsi ini dapat selesai dan doa tulus yang tiada henti. 9. Arif setiawan, yang selalu setia menemani, membantu, mendukung dengan kasih sayangnya dalam pembuatan skripsi ini.
iii
10. Laila Fajri Mulyani, Nur Najmi laela, Gizca dilla priyanka sahabat yang selalu memberikan motivasi untuk merayakan kelulusan kuliah bersama semoga persahabatan kita tak lekang oleh waktu. 11. Teman- teman tercinta di Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2009 dan Khususnya Keluarga CCB (Comunity Class B) yang selalu memberikan masukan dan dukungan, menjalani aktivitas baik suka maupun duka selama perkuliahan. 12. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan informasi yang bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun
sangat
penulis
harapkan.Mudah-mudahan
skripsi
ini
dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khasanah ilmu pengetahuan. Amin.
Jakarta, Januari 2014 Penulis
Alaena Saroya
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .........................................................................................................
i
ABSTRACT ........................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii DAFTAR ISI ......................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..............................................................
4
C. Pembatasan Masalah .............................................................
5
D. Perumusan Masalah ..............................................................
5
E. Tujuan Penelitian ..................................................................
5
F. Manfaat Penelitian ...............................................................
5
KAJIAN TEORI A. Belajar ...................................................................................
7
1. Pengertian Belajar ...........................................................
7
2. Tipe –Tipe Belajar...........................................................
8
3. Pengertian Hasil Belajar ..................................................
9
4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar......... 11 5. Strategi Penilaian Hasil Belajar ...................................... 12 a. Penilaian Hasil Belajar Tingkat Nasional ................. 12 b. Penilaian Hasil Belajar Tingkat Sekolah................... 13 c. Penilaian Hasil Belajar Tingkat Kelas ...................... 13 6. Jenis Alat Penilaian Hasil Belajar ................................... 15 a. Pre-test ( Tes Awal ) ................................................. 15 b. Penilaian Proses ........................................................ 16 c. Pos-test ( Tes Akhir ) ................................................ 16
v
B. Pembelajaran aktif ................................................................. 17 C. Ice breaking ........................................................................... 18 1. Pengertian Ice breaking................................................... 18 2. Macam-macam Ice breaking ........................................... 18 3. Teknik penerapan ice breaking dalam pembelajaran ...... 19 4. Kelebihan dan kelemahan Ice breaking .......................... 20 D. Hasil Penelitian Yang Relavan ............................................. 20 E. Kerangka Berfikir.................................................................. 23 F. Hipotesis Penelitian............................................................... 26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................. 27 B. Metode Penelitian ................................................................. 27 C. Populasi dan Sampel ............................................................. 28 D. Prosedur Penelitian ............................................................... 29 E. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 30 F. Instrumen Penelitian.............................................................. 31 G. Teknik Pengolahan Data ....................................................... 33 H. Teknik Analisis Data Hasil Belajar
................................... 37
I. Hipotesis Statistik ................................................................ 40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ....................................................................... 41 B. Hasil Pengolahan instrument................................................. 42 C. Data Hasil Belajar Sosiologi Siswa ...................................... 43 D. Uji Prasyarat Analisis Data Hasil Belajar ............................ 50 1. Uji Normalitas ................................................................ 50 2. Uji Homogenitas ............................................................ 51 3. Uji Hipotesis .................................................................. 51 4. Uji Normal Gain ............................................................. 53 E. Pembahasan ........................................................................... 54
vi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................... 58 B. Saran ..................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 60 LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Desain Penelitian ............................................................................ 27
Tabel 3.2
Kisi-kisi instrument interaksi social ............................................... 32
Tabel 3.3
Kriteria Indeks Korelasi ................................................................. 34
Tabel 3.4
Kriteria Reliabilitas ........................................................................ 35
Tabel 3.5.
Indeks kesukaran ........................................................................... 36
Tabel 3.6
Klasifikasi daya pembeda .............................................................. 37
Tabel 4.1
Instrument ...................................................................................... 42
Tabel 4.2
Realibilitas Instrument ................................................................... 43
Tabel 4.3
Hasil Pretest ................................................................................... 44
Tabel 4.4
Posttest ........................................................................................... 46
Tabel 4.5
Rekapitulasi Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol ......................... 48
Tabel 4.6
Pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol ......................... 49
Tabel 4.7
Uji Normalitas ................................................................................ 50
Tabel 4.8
Uji Homogenitas ............................................................................ 51
Tabel 4.9
Uji hipotesis Uji t Nilai pretest ...................................................... 52
Tabel 4.10 Uji Hipotesis Uji-t Nilai Post-test .................................................. 53 Tabel 4.11 Uji Normal Gain ............................................................................. 53
viii
DAFTAR GAMBAR
Bagan 2.1 Kerangka Berfikir........................................................................... 27 Grafik 4.1
Hasil Pretest kelas Eksperimen dan control ................................... 45
Grafik 4.2
Mean, Median, Modus, Simpangan Deviasi .................................. 45
Grafik 4.3
Posttest kelas ekperimen dan Kontrol ............................................ 47
Grafik 4.4
Mean, Median, Modus, Simpangan Deviasi .................................. 47
Diagram 4.1 Hasil Pretest dan postest kelas eksperimen dan kontrol................. 50
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana dengan kodrat kehidupan manusia di dunia ini, manusia bukan hanya makhluk biologis seperti halnya dengan hewan. Manusia adalah makhluk sosial dan budaya. Ada titik dimana manusia berbeda dengan makhluk lainnya, yakni dimana manusia bisa menggunakan akal fikiran untuk belajar dari hal-hal yang sebelumnnya tidak diketahui sampai mengetahuinya. Jelaslah kiranya, belajar sangatlah penting bagi kehidupan seorang manusia. Berbicara tentang belajar, “belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.”1 Sebagai contoh perubahan yang mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, “pada Olimpiade Sains Kuark, dimana kesenangan belajar sains majalah komik kuark membuat Emilia Anagya, finalis dari Blora, Jawa Tengah, tidak jijik bermain cacing dengan teman-temannya. Mereka asyik menggali tanah basah di sekitar rumah untuk bisa mempelajari soal cacing yang bermanfaat untuk kesuburan tanah.”2 Sedangkan contoh perubahan yang mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk, seperti pembelajaran internet,
bagaimana
cara
membuka
aplikasi
ke
internet
dan
mengoperasikannya, sehingga tidak jarang banyak situs yang menjerumuskan anak ke ranah negatif (misalnya game yang bercorak tawuran, gulat, bahkan seks). Dari penjelasan di atas, kita cermati bahwa manusia dan makhluk hidup lain membutuhkan dunia untuk mengembangkan dan melangsungkan hidupnya. Dengan kegiatan belajar atau menyesuaikan diri, maka berbagai macam cara mereka gunakan sebagai pembelajaran diri, salah satunya pembelajaran yang terdapat di sekolah. 1 2
Ngalim Purwanto, psikologi pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2007) h.83 Kompas, senin, 8 juli, h.12
1
2
Dalam pembelajaran di sekolah, banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran diantaranya: guru, siswa, kurikulum, lingkungan belajar dan sebagainya. Belajar merupakan hal yang kompleks yang bisa dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan guru. Dari segi siswa, belajar dialami dalam satu proses yaitu mental, dimana bahan belajarnya berupa alam, hewan, tumbuhan, manusia, dan bahan yang telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran. Dari segi guru belajar lebih ke dalam tahapan, menyiapkan, tahapan dimana seorang guru mengenal anak, melihat psikologi, mengatur pembelajaran yang sesuai untuk anak didiknya, serta perancangan pembelajaran yang lain. “Guru sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar memiliki tugas yang tidak mudah, karena ia merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap pencapaian kualitas pembelajaran yang baik”.3 Secara umum, dalam pembelajaran terdapat beberapa kendala yang dapat menghambat berjalannya belajar. Misalnya, pada beberapa sekolah masih terdapat beberapa guru yang belum bisa menggunakan metode serta media yang menarik untuk belajar. Bahkan kurangnya informasi teknologi (komputer) dikarenakan keterbatasan sarana dan prasarana. Sehingga proses belajar mengajar terbilang monoton. Dari siswa sendiri, masalah secara umum adalah kurangnya daya konsentrasi dan motivasi siswa. Untuk melihat kualitas pembelajaran maka dapat diukur dari dua sisi, yakni proses dan hasil belajar. Proses belajar berkaitan dengan pola perilaku siswa dalam mempelajari bahan pelajaran. Sedangkan hasil belajar berkaitan dengan perubahan perilaku yang diperoleh sebagai pengaruh dari proses belajar. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, dibutuhkan persiapan yang maksimal agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan diikuti dengan hasil belajar yang baik pula. 4 Berdasarkan dari observasi awal sebelum penelitian, ditemukan masalah tentang proses pembelajaran pada mata pelajaran Sosiologi yaitu, 3 4
W.S Winkel, psikologi pengajaran, (Bandung: PT Rosda karya, 2007) h.53 Wina Sanjaya, penelitian tindakan kelas, (Jakarta: Kencana, 2010) H.2.
3
siswa-siswa masih banyak mengobrol pada saat pembelajaran sehingga menyebabkan kurangnya konsentrasi siswa terhadap mata pelajaran tersebut, kurang variatifnya guru dalam menyampaikan materi sehingga siswa bosan dan cenderung mengantuk dikelas, keterbatasan sarana dan prasarana (tidak ada buku paket) sehingga siswa tidak bisa mengembangkan materi dari buku paket, karena hanya terbatas dari LKS. Sedangkan masalah yang berhubungan dengan hasil belajar, ditemukan masih adanya nilai siswa dibawah nilai KKM yang sudah ditetapkan. Dari kedua subjek yang mendukung proses dan hasil belajar itulah, ada beberapa faktor yang mungkin bisa dilakukan dalam implementasinya. Secara umum, seorang guru memiliki kreativitas dalam mengembangkan profesinya melalui empat kompetensinya, yaitu, pedagodik, professional, kepribadian, dan social. Contohnya: 1.
Kompetensi pedagogik, seorang guru harus bisa mengembangkan ilmunya. Tahu bagaimana cara mengajar yang baik dan mengetahui apa yang harus dilakukan sebagai seorang pengaja.
2.
Kompetensi profesional, seorang guru harus bisa menempatkan diri, dimana dia sedang mengajar, belajar, dan berinteraks.
3. Kompetensi kepribadian, seorang guru yang baik, harus berkepribadian yang baik juga, karena guru yang baik akan ditiru kebaikannya, melalui ucapan, perilaku, bahkan penerapan sehari-hari dalam beraktifita. 4. Kompetensi sosial, seorang guru, untuk mengetahui lebih dalam bagaimana seorang murid, sekolah atau yang lainnya, perlu adanya interaksi terhadap murid, orang tua, bahkan lingkungan setempat.5 Dengan demikian, seorang guru harus menjadi motivasi bagi diri dan peserta didiknya dengan memberikan suguhan model dan materi pembelajaran secara aktif, salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran ice breaking di dalam pembelajaran. Ice breaking merupakan permainan atau kegiatan yang sederhana, ringan dan ringkas yang berfungsi untuk mengubah suasana kebekuan, 5
Ardilla S.Pd, guru Sosiologi SMA Darussalam Ciputat
4
kekakuan, rasa bosan atau mengantuk dalam pembelajaran. Sehingga bisa membangun suasana belajar yang dinamis penuh semangat dan antusias yang dapat menciptakan suasana balajar yang menyenangkan, serius, tapi santai. “Dengan demikian, disinilah peran ice breaking sangat diperlukan untuk menghilangkan situasi yang membosankan bagi pengajar dan siswa, serta kembali segar dan menyenangkan.”6 Adapun kelebihan ice breaking adalah “membuat waktu panjang terasa cepat, membawa dampak menyenangkan dalam pembelajaran, dapat digunakan secara sepontan atau terkonsep, membuat suasana kompak dan menyatu.”7 Dalam melakukan ice breaking, guru memerlukan panduan-panduan atau cara untuk menjalankannya agar ice breaking berjalan optimal yang hasilnya juga akan dirasakan oleh guru dan siswa. Salah satunya dengan cara mengingat panduan atau cara yang sudah di siapkan terlebih dahulu, agar tidak lupa dan tersalurkan kepada tujuannya, yaitu siswa didik. Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis tertarik untuk meneliti dan membahas skripsi dengan judul “ Pengaruh Penerapan Ice breaking Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Sosiologi SMA Darussalam Ciputat”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat di identifikasikan beberapa permasalahan yang ada, diantaranya: 1. Masih ada beberapa guru belum bisa menggunakan model serta media yang menarik. 2. Proses belajar mengajar monoton. 3. Keterbatasan sarana dan prasarana 4. Kurangnya daya konsentrasi dan motivasi siswa 5. Siswa masih banyak mengobrol 6 7
H.118
Sunarto, icebreaker dalam pembelajaran aktif, (Surakarta: Cakrawala media, 2012). H. 3 Sunarto, icebreaker dalam pembelajaran aktif, (Surakarta: Cakrawala media, 2012).
5
6. Kurang variatifnya guru dalam menyampaikan materi 7. Siswa bosan dan cenderung mengantuk didalam kelas 8. Masih ada nilai siswa dibawah KKM.
C. Pembatasan masalah Dari uraian identifikasi masalah yang telah disebutkan, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti agar tidak melebar kepada masalah yang lain dan mengingat keterbatasan waktu penelitian. Agar pembatasan masalah lebih terarah dan tidak menimpang dari judul penelitian, maka peneliti membatasi permasalahan pada: 1. Masih ada beberapa guru belum bisa menggunakan model serta media yang menarik. 2. Masih ada nilai siswa dibawah KKM.
D. Perumusan Masalah Perumusan masalah pada penelitian ini adalah: “ Bagaimana pengaruh penerapan ice breaking
terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran
sosiologi di SMA Darussalam Ciputat”.
E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan ice breaking terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran sosiologi di SMA Darussalam Ciputat.
F. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat baik dunia pendidikan, guru, siswa, peneliti, maupun peneliti lain. 1. Bagi Dunia Pendidikan Penelitian
ini
diharapkan
menumbuhkan
kreativitas
dan
profesionalisme dan menumbuh-kembangkan budaya social di lingkungan
6
sekolah untuk proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan/ pembelajaran secara berkelanjutan. 2. Bagi Guru Diharapakan bagi semua guru harap tidak monoton penggunaan model dalam pembelajaran, perlu wawasan yang terbaru untuk mengatasi atau menyiasati kejenuhan di kelas, sehingga siswa semangat dan gembira dalam belajar. 3. Bagi siswa Bagi siswa sendiri, diperlukan tuangan ide dari murid-murid untuk lebih
mengembangkan
atau
menciptakan
ice
breaking
dalam
pembelajaran, baik pembelajaran intern maupun ekstern. 4. Bagi peneliti Selesainya penelitian bukan berarti selesainya kreativitas peneliti, anggaplah penelitian dan hasil penelitian yang di dapat merupakan awal mula seorang guru memulai kreativitasnya. 5. Bagi peneliti lain Penelitian yang peneliti lakukan masih kurang sempurna, bagi peneliti lain alangkah baiknya mengembangkan kreatifitasnya tiada henti dan menarik untuk di teliti.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Belajar 1. Pengertian Belajar Menurut Bambang Warsita, Belajar merupakan kewajiban bagi setiap manusia, karena sebagai makhluk sosial dan berbudaya memerlukan perkembangan yang baik antara dirinya dan lingkungannya. Sehingga dengan belajar manusia dapat mengembangkan dirinya.1 Menurut Wina sanjaya, “Belajar adalah proses berfikir. Belajar berfikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan.”2 Belajar atau yang disebut dengan learning adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman. Pendapat Zikri, “Belajar adalah proses peubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu.”3 Dan menurut Ngalim Purwanto, “Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kapada tingkah laku yang leih buruk.”4 Dari beberapa pengertian mengenai belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar memiliki arti proses untuk mendapatkan pengetahuan yang berhubungan dengan perubahan, yang meliputi tingkah laku maupun perubahan pada beberapa aspek dari kepribadian individu, seperti kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.
1
Bambang Warsito, Teknologi pembelajaran landasan dan aplikasinya, (Jakarta:Rineka Cipta, 2008). h.6 2 Wina Sanjaya, Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010). h.107 3 Zikri Neni Iska, Psikologi pengantar pemahaman diri dan lingkungan. (Jakarta: Kizi Brother, 2006). h. 82 4 Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007) h. 85
7
8
2. Tipe –Tipe Belajar Menurut Gagne, sebagai suatu proses ada delapan tipe perbuatan belajar dari mulai perbuatan belajar yang sederhana sampai perbuatan belajar yang kompleks. a. Belajar signal. Bentuk belajar ini paling sederhana, yaitu memberikan reaksi tehadap perangsang, misalnya reaksi jantung kita berdebar ketika mendengar suara gemuruh guntur. b. Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan, yaitu memberikan reaksi yang berulang – ulang manakala terjadi reinforcement atau penguatan. c. Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar menghubung – hubungkan gejala atau faktor yang satu dengan yang lain sehingga menjadi satu kesatuan (rangkaian) yang berarti. d. Belajar asosial verbal, yaitu memberikan reaksi dalam bentuk kata – kata, bahasa terhadap persangsang yang diterimanya. e. Belajar membedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi yang berbeda terhadap perangasang yang diterimanya. f. Belajar konsep, yaitu menempatkan objek menjadi satu klasifikasi tertentu. Kemampuan konsep berhubungan dengan kemampuan menjelaskan sesuatu berdasarkan atribut yang dimilikinya. g. Belajar kaidah atau belajar prinsip, yaitu menghubung – hubungkan beberapa konsep. h. Belajar memecahkan masalah, yaitu menggabungkan beberapa kaidah atau prinsip untuk memecahakan persoalan.5 Kedelapan tipe di atas tersusun secara hirearki, yang memberi petunjuk bagaimana perbuatan belajar itu dilakukan, atau bagaimana terjadinya perbuatan belajar. Bukan petunjuk mengenai hasil belajar yang harus dicapai siswa.
5
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2010) h.232
9
3. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah seluruh kecakapan yang dicapai melalui proses belajar di sekolah yang dinyatakan dengan nilai atau angka berdasarkan tes hasil belajar, dalam hal ini daftar nilai siswa semesteran merupakan salah satu bentuk laporan prestasi hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai. Menurut Mulyasa, bahwa: “hasil belajar merupakan prestasi peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan.”6 Pada hakekatnya hasil belajar merupakan perubahan terhadap hasil yang sudah tercapai. Pengajaran dikatakan berhasil apabila pada proses dalam pembelajaran terdapat perubahan-perubahan pada siswa akibat dari hasil belajar. Menurut Nana Sudjana, bahwa: “penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.”7 Menurut Gagne, : ada lima jenis atau lima tipe, hasil belajar yakni: a. Belajar kemahiran intelektual (kognitif ) Yaitu belajar membedakan atau diskriminasi, belajar konsep, dan belajar kaidah. b. Belajar informal verbal Belajar
menyerap
atau
mendapatkan,
menyimpan
dan
mengomunikasikan berbagai informasi dari berbagai sumber. c. Belajar mengatur kegiatan intelektual Belajar untuk memecahkan masalah dengan memanfaatkan konsep dan kaidah yang telah dimilikinya. 6
Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009 ), h.212 7 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012), h.3
10
d. Belajar sikap Yaitu kesiapan dan kesediaan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu, apakah berarti atau tidak bagi dirinya. e. Belajar keterampilan motorik yaitu berhubungan dengan kesanggupan atau kemampuan seseorang dalam menggunakan anggota badan, sehingga memiliki rangkaian gerakan yang teratur, luwes, tepat, cepat, dan lancar. 8 Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. “Pengajar harus mengetahui sejauh mana pembelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan atau kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai.”9 Menurut Bloom hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang didapat setelah proses belajar. Klasifikasi hasil belajar secara garis besar terdiri dari : a. Domain Kognitif, proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan perkembangannya dari persepsi, intropeksi atau memori siswa. Tujuan kognitif, dibedakan menjadi enam tingkatan yaitu : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi. b. Domain Afektif, proses pengetahuam yang lebih banyak didasarkan pada pengembangan aspek – aspek perasaan dan emosi. Tujuan kognitif, dibedakan menjadi lima tingkatan yaitu : menerima, menjawab, menilai, mengorganisasi, mengkarakterisasi atas dasar nilai kompleks. c. Domain Psikomotorik, pengetahuam yang lebih banyak didasarkan pada pengembangan proses mental melalui aspek – aspek otot dan membentuk keterampilan siswa. Tujuan kognitif, dibedakan menjadi 8
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: kencana, 2010). h.233 - 234 Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudi Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Ciputat : UIN Jakarta Press, 2006), h.4 9
11
tujuh tingkatan yaitu : persiapan, penetapan, reaksi atas dasar arahan, mekanisme, reaksi terbuka dengan kesulitan kompleks, adaptasi, asli.10 Dengan beberapa pendapat di atas mengenai pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang di dapat oleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran dengan adanya perubahan kepandaian, kecakapan atau kemampuan, dan tingkah laku pada diri siswa. 4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni : a. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor yang berasal dari dalam siswa meliputi dua aspek, yakni aspek fisologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah). b. Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal terdiri atas dua macam, yakni : faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Lingkungan sosial yaitu orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan prestasi yang dicapai oleh siswa. Faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. c. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.11
10
Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta : Bumi aksara, 2009), h.75-77 11 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2005), cet.4, h.144.
12
Menurut Darsono, Nana Syaodih mengelompokan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang ke dalam dua kelompok besar yaitu faktor dalam diri individu, dan faktor lingkungan. Faktor dalam diri individu meliputi faktor jasmaniah (termasuk kedalam faktor ini yaitu: kesehatan badan serta kondisi kesehatan panca indra) dan faktor psikis atau rohaniah (termasuk kedalam faktor ini yaitu kondisi kesehatan psikis, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotor serta kondisi efektif dan kognitif dari individu). “Faktor lingkungan meliputi kondisi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.”12 Jika kita cermati bersama, dari kedua pendapat tersebut sebenarnya terdapat kesamaan. Walaupun pada pendapat yang ke-tiga ada sedikit perbedaan di mana ia mengelompokannya kedalam tiga faktor, namun pada dasarnya terdapat dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu: a. Faktor Internal, meliputi kesehatan fisik dan psikologis, motivasi, usia, jenis kelamin, pengalaman, serta kapasitas mental. b. Faktor Ekternal, meliputi lingkungan keluarga seperti suasana rumah serta motivasi belajar yang diberikan keluarga, lingkungan sekolah meliputi suasana belajar di kelas, guru, kurikulum dan ketersediaan berbagai fasilitas belajar, lingkungan masyarakat meliputi suasana lingkungan tempat tinggal, teman bermain dan lingkungan sebagainya. 5. Strategi Penilaian Hasil Belajar a. Penilaian Hasil Belajar Tingkat Nasional Menurut Mulyasa, bahwa: “Penilaian hasil belajar tingkat nasional dilakukan oleh pemerintah melalui pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, dan dilakukan dalam bentuk salah satunya dengan ujian nasional. Ujian Nasional dilakukan 12
Nana Syaodih , Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2003), h.162 - 165
13
secara objektif, berkeadilan dan akuntabel, serta diadakan sekurang kurangnya satu kali dan sebanyak banyaknya dua kali dalam satu tahun pelajaran (SNP).”13 b. Penilaian Hasil Belajar Tingkat Sekolah Menurut Mulyasa, bahwa :”Penilaian hasil belajar tingkat sekolah atau satuan pendidikan bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran. Penilaian hasil belajar tingkat sekolah atau satuan pendidikan identik dengan Ujian Berbasis Sekolah (UBS) atau School Based Exam (SBE), yang sering juga disebut EBTA. Pelaksanaan ini dapat dilakukan pada setiap akhir jenjang sekolah untuk mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan waktu tertentu dan keberhasilan sekolah secara keseluruhan. Hasil UBS atau SBE dapat juga digunakan untuk sertifikasi, menilai kinerja, dan menentukan hasil belajar yang dicantumkan dalam Surat Tanda Tamat Belajar.”14 Dalam pelaksanaanya, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan mencakup pula tes kemampuan dasar dan benchmarking. Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kompetensi dasar peserta didik, terutama dalam membaca, menulis, dan berhitung yang diperlukan
dalam
rangka
memperbaiki
program
pembelajaran
(program remedial). Materi tes kemampuan dasar dikembangkan dan diperluas cakupannya oleh guru sesuai dengan keperluan sekolah masing-masing. c. Penilaian Hasil Belajar Tingkat Kelas Menurut Mulyasa, bahwa: “Penilaian hasil belajar tingkat kelas adalah penilaian yang dilakukan oleh guru atau pendidik secara langsung. Penilaian hasil belajar pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi pada diri peserta didik.”15 13
Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, h.203 14 Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, h.207 15 Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, h.208
14
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dapat dilakukan terhadap program proses, dan hasil belajar. Penilaian program bertujuan untuk menilai efektifitas program yang dilaksanakan: penilaian proses bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran: sedangkan penilaian hasil bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau pembentukan kompetensi peserta didik. Seluruh penilaian ini dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosis kesulitan belajar, memberikan umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran, dan menentukan kenaikan kelas bagi setiap peserta didik. Menurut Mulyasa, bahwa: “Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum, dan ujian akhir. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam kompetensi dasar tertentu. Ulangan umum dilaksanakan secara bersama untuk kelas kelas paralel, dan pada umumnya dilakukan ulangan umum bersama, dan baik tingkat rayon, Kecamatan, Kota Madya atau Kabupaten maupun Provinsi. Ujian akhir dilakukan pada akhir program pendidikan. Bahan bahan yang diujikan meliputi seluruh kompetensi dasar yang telah diberikan, dengan penekanan pada kompetensi dasar yang dibahas pada kelas kelas tinggi.”16 Hasil belajar merupakan kesuksesan peserta didik yang menggunakan indikator kompetensi dasar serta perubahan perilaku yang dapat terlihat. Pada dasarnya di sekolah terdapat standar kompetensi tantangan hasil belajar dengan menggunanakan raport. Di situlah penilaian hasil belajar dari aspek yang ada dalam ranah afektif dan ranah kognitif. Seharusnya dalam standar kompetensi perlu ditambahankan adanya observasi dan penelitian langsung untuk menambah penguatan
akan adanya perubahan perilaku
yang
didapatkan. 16
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007), h.258-259
15
6. Jenis Alat Penilaian Hasil Belajar Penilaian
pembelajaran
pada
umumnya
mencakup
pre-tes,
penilaian proses dan post-tes. Ketiga hal tersebut dijelaskan berikut ini : a. Pre-test ( Tes Awal ) Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan pre tes. Pre tes ini memiliki banyak kegunaan dalam menjajagi proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, pre-test memegang peranan yang cukup penting dalam proses pembelajaran,. Fungsi pre-test ini antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut : 1) Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena dengan pre tes maka pikiran mereka akan terfokus pada soal-soal yang harus mereka jawab atau kerjakan. 2) Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan hasil pre-tes dengan post-tes. 3) Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai bahan ajaran yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran. 4) Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran dimulai, tujuan tujuan mana yang telah dikuasai peserta didik, dan tujuan tujuan mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian khusus.17 Untuk mencapai fungsi yang ketiga dan keempat maka hasil pre-tes
harus
segera
diperiksa,
sebelum
pelaksanaan
proses
pembelajaran inti dilaksanakan (sebelum peserta didik mempelajari modul). Pemeriksaan ini harus dilakukan secara cepat dan cermat, jangan sampai mengganggu suasana belajar dan jangan sampai mengalihkan perhatian peserta didik. Untuk itu, pada waktu memeriksa pre tes perlu diberikan kegiatan lain, misalnya membaca hand out, atau 17
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007), h.257
16
buku tes. Dalam hal ini pre tes sebaiknya dilakukan secara tertulis, meskipun bisa saja dilaksanakan secara lisan atau perbuatan. b. Penilaian Proses Penilaian
proses
dimaksudkan
untuk
menilai
kualitas
pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar pada peserta didik, termasuk bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidaknya sebagian besar (75%). Lebih lanjut, “proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai
dengan
pembangunan.”
kebutuhan,
perkembangan
masyarakat
dan
18
c. Post-test ( Tes Akhir ) Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan post tes. Sama halnya dengan pre-test, post-test juga memiliki banyak kegunaan, terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran. Fungsi post tes antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi dasar yang telah ditentukan, baik secara individu maupun
kelompok.
Hal
ini
dapat
diketahui
dengan
membandingkan antara hasil pre-test dan post-test.
18
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007), h.258-259
17
2) Untuk mengetahui kompetensi dasar dan tujuan yang dapat dikuasai oleh peserta didik, serta kompetensi dasar dan tujuan yang belum dikuasainya. Sehubungan dengan kompetensi dasar dan tujuan yang belum dikuasai ini, apabila sebagian besar belum menguasainya maka perlu dilakukan pembelajaran kembali (remedial teaching). 3) Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remedial dan yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan, serta untuk mengetahui tingkat kesulitan dalam mengerjakan modul (kesulitan belajar). 4) Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap komponen
komponen
pembelajaran
(modul)
dan
proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian.19
B. Pembelajaran aktif Dalam proses pembelajaran ada beberapa model pembelajaran, salah satunya model yang ada yaitu model pembelajaran aktif. Pada pendekatan belajar siswa aktif sebenarnya sudah sejak lama dikembangkan. Konsep ini di dasari pada keyakinan bahwa hakekat belajar adalah proses membangun makna atau pemahaman, oleh si pembelajar, terhadap pengalaman dan informasi yang disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan yang dimiliki) dan perasaaanya. Dengan demikian siswalah yang harus aktif dalam mencari informasi, pengalaman dan keterampilan dalam rangka membangun sebuah makna dari hasil proses pembelajaran. Pembelajaran aktif (active learning) yaitu pembalajaran yang lebih berpusat kepada siswa dari pada berpusat kepada guru. Belajar aktif adalah mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh semangat dan keterlibatan
19
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007), h.260
18
secara pribadi untuk mempelajari sesuatu dengan baik, harus mendengar, melihat, menjawab pertanyaan, dan mendiskusikannya dengan orang lain. Pembelajaran aktif adalah suatu istilah yang memayungi beberapa model pembelajaran yang memfokuskan tanggung jawab proses pembelajaran pada si pelajar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa active learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran (mencari informasi, mengolah informasi, dan menyimpulkannya untuk kemudian di terapkan atau di praktekkan) dengan menyediakan lingkungan belajar yang membuat siswa tidak tertekan dan senang melaksanakan kegiatan belajar.
C. Ice breaking 1. Pengertian Ice breaking Ice breaking merupakan “permainan atau kegiatan yang berfungsi untuk mengubah suasana kebekuan dalam kelompok.”20 Ice breaking adalah “peralihan situasi dari yang membosankan, membuat mengantuk, menjenuhkan, dan tegang menjadi rileks, bersemangat, tidak membuat mengantuk, serta ada perhatian dan ada rasa senang untuk mendengarkan atau melihat orang yang berbicara di depan kelas atau ruangan pertemuan.”21 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, Ice breaking dapat diartikan sebagai pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik siswa. Ice breaking juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme. Hal ini Ice breaking adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai. 2. Macam-macam Ice breaking 20
Sunarto, icebreaker dalam pembelajaran aktif. (Surakarta : cakrawala Media, 2012).
h.2 21
Adi Soenarno, icebraker permainan atraktif-edukatif untuk pelatihan menejemen (Yogyakarta: Andi Offset,2005). h.1
19
a. Ice breaking jenis Tepuk Tangan Contoh : Ice breaking jenis tepuk tangan: Pegang kepala
> dibalas dengan tepuk tiga kali
Pegang hidung
> dibalas dengan tepuk dua kali
Pegang mata
> dibalas dengan tepuk satu kali
Pegang mulut
> dibalas dengan tepuk tangan tanpa henti
b. Ice breaking jenis Lagu-Lagu Contoh : Ice breaking jenis lagu I live alone away antusiastic fuh.... I live alone away antusiastic fuh.... I live alone away Away alone i live I live alone away antusiastic fuh.... c. Ice breaking Audio Visual perlu kita ketahui terlebih dahulu tentang pengertian” Audio Visual yaitu media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman, (kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi), meliputimedia yang dapat dilihat dan di dengar.”22 Contoh : Pemutaran video motivasi
23
3. Teknik penerapan ice breaking dalam pembelajaran Teknik penggunakan ice breaking ada dua cara : a. Teknik spontan dalam situasi pembelajaran Ice breaking
digunakan secara spontan dalam proses
pembelajaran biasanya digunakan karena situasi pembelajaran biasanya digunakan tanpa rencana tetapi lebih banyak digunakan karena situasi pembelajaran yang ada pada saat itu butuh penyemangat agar pembelajaran dapat fokus kembali. Ice breaking yang demikian bisa digunakan kapan saja melihat dituasi dan kondisi yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung. 22
Rohani, Pengertian media pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipt :1997) h. 97-98 M said, 80+ Ice breaker games kumpulan permainan penggugah semangat ,(Yogyakarta :Andi offset,2010) 23
20
b. Teknik direncanakan dalam situasi pembelajaran Ice breaking yang baik dan efektif membantu proses pembelajaran adalah ice breaking yang direncanakan dan dimasukan dalam rencana pembelajaran. “Ice breaking yang direncanakan dan dimasukan dalam renacana pembelajaran dapat mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.”24 4. Kelebihan dan kelemahan Ice breaking Dalam model pembelajaran pasti ada yang namanya kekurangan dan kelebihannya masing-masing, termasuk ice breaking ini. Kelebihan dari ice breaking: a. Membuat waktu panjang terasa cepat. b. Membawa dampak menyenangkan dalam pembelajaran. c. Dapat digunakan secara sepontan atau terkonsep. d. Membuat suasana kompak dan menyatu. Sedangkan kelemahan ice breaking: Penerapan disesuaikan dengan kondisi ditempat masing-masing.25
D. Hasil Penelitian Yang Relavan 1. Hasil Penelitian Ririn Ayu Wulandari dengan judul “ pengaruh penggunaan teknik pembelajaran ice breaker terhadap kemampuan menulis pantun siswa kelas VII SMP Swasta Pahlawan Sukaramai. Tahun pelajaran 2012-2013. Untuk penelitian tersebut data diambil dari 68 sampel yang berasal dari 128 populasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain Two Group Posttest Desain. Instrumen yang digunakan adalah tes menulis pantun dalam bentuk tes esai. Dari perhitungan uji hipotesis diperoleh to = 5,02 yang dikonsultasikan dengan tabel t pada taraf signifikan 5% dan 1% dengan df = (N1+N2) – 2 24
Sunarto, icebreaker dalam pembelajaran aktif. (Surakata: Cakrawala Media, 2012). h.
25
Sunarto, icebreaker dalam pembelajaran aktif. (Surakata: Cakrawala Media, 2012). h.
107 106
21
= (34 +34) – 2 = 66. Pada tabel t dengan df 66 diperoleh taraf signifikan 5% = 2,00 dan taraf signifikan 1% = 2,65. Artinya to yang diperoleh lebih besar dari ttabel, yaitu 2,00<5,02>2,65. Dengan demikian, Ha diterima artinya teknik pembelajaran ice breaker berpengaruh terhadap kemampuan menulis pantun siswa kelas VII SMP Swasta Pahlawan Sukaramai Tahun Pembelajaran 2012/2013.26 2. Hasil penelitian Diya Rahmatika dengan judul penelitian Pengaruh permainan
Ice
Breaker
terhadap
motivasi
balajar
siswa
dalam
pembelajaran IPS di SD Islam Al-Amanah Tangerang Selatan. Metode yang digunakan adalah Quasi Eksperimen dengan penelitian One group Pretest- posttest design. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa permainan ice breaker berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Rata-rata motivasi belajar siswa dalam pembelajran IPS sebelum diberi perlakuan sebesar 38,2 sedangkan rata-rata motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS sesudah diberi perlakuan sebesar 46,89. Berdasarkan thitung >ttabel (8.5>2.05), sehingga rata-rata motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS sesudah diberi perlakuan lebih tinggi dari rata-rata motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS sebelum diberi perlakuan.27 3. Hasil penelitian Indriatil mahasiswa FKIP Universitas pendidikan RIAU Husni dalam judul “Penerapan ice breaker untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran fisika kelas X SMA Babussalam Pekanbaru.” Dengan hasil penelitian: Penelitian ini dilakukan dengan rancangan penelitian Intact Group Comparison Design. Populasi adalah seluruh siswa kelas X SMA Babussalam Pekanbaru dengan sampel penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Babussalam Pekanbaru dengan sampel penelitian ini adalah siswa kelas X ini adalah siswa kelas 26
Ririn Ayu Wulandari, Pengaruh penggunaan teknik pembelajaran ice breaker terhadap kemampuan menulis pantun siswa kelas VII SMP Swasta pahlawan sukaramai tahun pelajaran 2012-2013,(Jurnal unimed:2012) 27 Diya Rahmatika, pengaruh permainan ice breaker terhadap motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SD Islam Al-Amanah Tangerang Selatan, (Jakarta: UIN Syarihidayatulloh jakarta, 2012).
22
X2 sebagai kelas eksperimen dan siswa X1 sebagai kelas kontrol. Hasil analisis data deskriptif, untuk kelas yang menerapkan k kelas yang menerapkan ice breaker diperoleh daya serap rata – rata 72,22 % dengan kategori baik dan efektivitas rata 72,22 % pembelajaran berkategori efektif. Ketuntasan belajar siswa 58,33 % dan ketuntasan tujuan pembelajaran 61,54 % dengan kategori tidak tuntas. Sedangkan dari analisis inferensial melalui uji t diperoleh inferensial diperoleh thitung = 2,516 ttabel = 2,030.. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis t thitung < t< t< tabel atau (2,516 < atau < 2,030), sehingga terdapat 2,030), sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa setelah pembelajaran menggunakan ice breaker dibandingkan hasil belajar fisika siswa secara konvensional pada taraf kepercayaan 95 %.28 4. Hasil penelitian Dian Arshinta. Dengan judul “strategi Penerapan Ice breaking sebagai kreativitas guru dalam mengatasi kebosanan siswa dalam pembelajaran bahasa China di SMAN 1 Karanganyar.” Dari hasil penelitian ini dapat ditunjukkan bahwa dalam proses belajar bahasa China siswa – siswi SMAN 1 Karanganyar pernah dilanda rasa bosan. cara untuk mengatasi atau bahkan menghindari hal tersebut dibutuhkan kreatifitas guru dan sarana yang mendukung dalam proses belajar. Salah satu yang bisa dilakukan oleh guru adalah dengan memberikan ice breaking dalam proses belajar bahasa China. Dengan demikian hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan strategi ice breaking mampu mengatasi kebosanan siswa dalam proses pembelajaran bahasa China di SMAN 1 Karanganyar.29 5. Hasil penelitian Kisma Fawzea (Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008) dengan judul: pengaruh permainan ice breaker terhadap self disclosure pada remaja Pondok 28
Indriatil, Penerapan ice breaker untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran fisika kelas X SMA Babussalam pekanbaru, (Pekanbaru: Universitas Pendidikan Riau, 2012) 29 Dian Arshinta, strategi penerapan icebreaking sebagai kreativitas guru dalam mengatasi kebosanan siswa dalam pembelajaran bahasa china di SMAN 1 Karanganyar,(Surakarta: Universitas sebelas maret, 2010)
23
Pesantren Daarul Rahman Jakarta Selatan, diperoleh kesimpulan bahwa: pada kelompok eksperimen, ada kenaikan jumlah skor mean pada posttestnya, hanya selisish 13.2 angka, sedangkan kelompok kontrol malah mengalami penurunan nilai skor mean dari 117.5000 menjadi 111.5000 pada post-testnya. Karena kedua kelompok memiliki taraf signifikasi dibawah 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian di atas bahwa penerapan ice breaking dapat meningkatan hasil belajar atau terhadap penelitiannya.30
E. Kerangka Berfikir Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang mengarahkan seseorang menjadi lebih baik. Dalam belajar, peran guru sangatlah penting untuk mencapai hasil belajar yang baik, seperti: 1). Guru Sebagai Pendidik, Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. 2). Guru Sebagai Pengajar, guru adalah pengajar, dimana dari mulai menyusun, mengaplikasikan, dan diakhiri dengan mengevaluasi. 3). Guru sebagai pembimbing, Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. 4). Guru Sebagai Pelatih, Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. 5). Guru Sebagai Penasehat, Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang. Di dalam pembelajaran, ada beberapa model untuk menunjang pencapaian belajar, seperti pembelajaran aktif dan pembelajaran efektif. Pembelajaran aktif adalah pembelajaran dimana para siswa secara individu didukung untuk terlibat aktif dalam proses membangun model mentalnya 30
Kisma Fauzea, pengaruh permainan ice breaker terhadap self disclosure pada remaja pondok pesantrean Daarul rahman Jakarta Selatan, (Jakarta: UIN Jakrta, 2008)
24
sendiri dari informasi yang mereka peroleh. Sedangkan pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang mampu memberikan konstribusi optimal terhadap pencapaian tujuan belajar yang telah ditetapkan. Ada beberapa model pembelajaran aktif, seperti, snowball, role playing, mind mapping,dan ice breaking, peneliti memfokuskan pada model pembelajaran aktif untuk ice breaking. Ice breaking adalah peralihan situasi dari yang membosankan, membuat mengantuk, menjenuhkan, dan tegang menjadi rileks, bersemangat, tidak membuat mengantuk, serta ada perhatian dan ada rasa senang untuk mendengarkan atau melihat orang yang berbicara didepan kelas atau ruangan pertemuan. Sedangkan jenis-jenis ice breaking diantaranya: tepuk tangan, lagu, dan audio visual. Untuk ice breaking audio visual, dipilih bentuk video. Dimana vidio ini menceritakan tentang bagaimana sekelompok orang yang mempunyai kekurangan, bisa di pandng keberadaannya oleh masyarakat luas. Dari penerapan model pembelajaran ini, maka diperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar merupakan seluruh kecakapan yang dicapai melalui proses belajar di sekolah yang dinyatakan dengan nilai atau angka berdasarkan tes hasil belajar. Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah “untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan atau kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai.” 31 Menurut Gagne, ada lima jenis tipe hasil belajar yakni: Belajar Kognitif, Informal Verbal, mengatur kegiatan intelektual, Belajar Sikap, dan Belajar Ketrampilan Motorik. Ada beberapa strategi untuk melihat hasil belajar yaitu Tingkat Nasional, Tingkat Sekolah, dan Tingkat Kelas. Untuk penilaian melalui tingkat kelas, Menurut Mulyasa, bahwa: “Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum, dan ujian akhir”.32
31
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudi Milama, Evaluasi pembelajaran IPA Berbasis kompetensi, (Ciputat : UIN Jakarta Press, 2006 ), h.4 32 Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana, 2010), h.36
25
Bagan 2.1 Kerangka Berfikir PROSES BELAJAR
PERAN GURU PENDIDIK
PEMBIMBING PENASEHAT
PENGAJAR
PELATIH
MODEL PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN AKTIF
PEMBELAJARAN EFEKTIF
HASIL BELAJAR
NASIONAL
SEKOLAH
ICE BREAKING
KELAS
ROLE PLAYING
MIND MAPPING
SNOW BALL
HASIL PENELITIAN TEPUK TANGAN
LAGU
INDRIATIL, MATA PELAJARAN FISIKA. RANCANGAN PENELITIAN IGCD
PENELITIAN : “ PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA DARUSSALAM CIPUTAT.”
AUDIO VISUAL
26
F. Hipotesis Penelitian Hipotesis pada penelitian ini adalah: Ho: Tidak dapat pengaruh antara penerapan ice breaking terhadap hasil belajar dalam pembelajaran sosiologi. Ha: Terdapat pengaruh antara penerapan ice breaking terhadap hasil belajar dalam pembelajaran sosiologi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 20132014, antara bulan November sampai Desember 2013, kemudian Tempat Penelitiannya adalah Sekolah SMA Darussalam Ciputat.
B. Metode Penelitian Metode penelitian sering disebut sebagai metodologi penelitian. Yaitu “cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data, yang dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan prosedur yang terpercaya, dan kemudian dikembangkan secara sistematis sebagai suatu rencana untuk menghasilkan data tentang masalah penelitian tertentu.”1 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasi Experimen (eksperimen semu) dimana dalam rancangan ini melibatkan 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan, pengaruh dari perlakuan diukur dari perbedaan antara pengukur awal dan pengukur akhir. 2 Dalam metode ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok kontrol diberi perlakuan tanpa menggunakan penerapan ice breaking sedangkan kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan ice breaking. Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelompok
Pre-tesT
Treatmen
PostesT
Eksperimen
O1
X1
O2
Kontrol
O1
X2
O2
1
IbnuHajar.Dasar-dasarMetodologiPenelitianKwantitatifDalamPendidikan (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 1999), cet ke-2, h. 10 2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D, Cet. Ke-3 (Bandung: Alfabeta, Maret 2007), h.112.
27
28
Keterangan: O1 = Pre-test diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan. O2 = Post-test diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sesudah diberikan perlakuan X1 = Perlakuan terhadap kelas eksperimen berupa pembelajaran sosiologi dengan penerapan ice breaking. X2 = Perlakuan terhadap kelas kontrol berupa pembelajaran sosiologi tanpa menggunakan penerapan ice breaking.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah ” keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, gejala nilai tes atau peristiwa sebagai sumber data yang mewakili karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.”3 Populasi penelitian ini menggunakan seluruh siswa
SMA Darussalam
Ciputat, Tahun Pelajaran 2012/2013. 2. Sampel Sampel adalah” bagian dari populasi, menurut Suharsimi Arikuto, sample adalah sebagian atau wakil dari populasi yang terpilih.”4 Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah “teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan atas pertimbangan peneliti.”5 berdasarkan nilai terendah rata-rata kelas. sampel dalam penelitian ini adalah kelas X1 Sebanyak 20 siswa sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan ice breaking dan kelas X2 sebanyak 20 siswa sebagai kelas kontrol tanpa menggunakan ice breaking.
3
M. Suban, dkk., statistik pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h.24 Arikunto Suharsimi, prosedur penelitian suatu pendekatan praktek (Jakarta: PT.RinekCipta,1993), h.104 5 Nana Sudjana Dan Ibrohim, penelitian dan penilaian pendidkan, (Bandung: sinar baru: 1988) h. 96 4
29
D. Prosedur Penelitian 1. Tahap persiapan sebelum penelitian Sebelum melakukan penelitian, penulis
melakukan beberapa
persiapan awal, yaitu: a. Mengurus surat izin penelitian dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegurua (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Karakteristik populasi yang akan diteliti. c. Sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling. d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sosiologi dengan penerapan ice breaking pada materi interaksi sosial. e. Menyusun kisi-kisi soal untuk instrument penelitian. f. Menyusun instrument penelitian berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat. g. Melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing mengenai RPP dan instrumen yang telah dibuat. h. Setelah RPP dan Instrumen penelitian telah disusun, langkah selanjutnya adalah melakukan koordinasi dengan pihak sekolah untuk uji coba di luar kelas eksperimen dan kelas kontrol. i. Setelah melakukan uji coba, mengolah data dengan hasil uji coba dengan mencari validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran butir soal, dan reabilitas instrument. j. Menentukan butir soal yang layak untuk dijadikan instrument penelitian. 2. Tahap pelaksanan penelitian a. Langkah awal tahap pelaksanan penelitian adalah menentukan dua kelompok sampel yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, selanjutnya diadakan tes awal (pre-test) kepada kedua kelompok penelitian menggunakan soal-soal hasil analisis data uji coba instrument penelitian. b. Setelah tes awal (pre-test) dilaksanakan pada kedua kelompok penelitian, kegiatan belajar mengajar dapat dilaksanakan untuk
30
kelompok eksperimen diberikan perlakuan menggunakan penerapan ice breaking dan kelompok kontrol dengan tidak menggunakan ice breaking. c. Setelah dari perlakukan diadakan tes akhir (post-test) untuk kedua kelompok penelitian menggunakan soal-soal yang sama ketika dilakukan tes awal (pre-test). 3. Tahap akhir penelitian Setelah tahap pelaksanaan kegiatan berhasil dilakukan, tahap selanjutnya adalah mengolah hasil penelitian dengan melakukan beberapa kegiatan, yaitu: a. Melakukan analisis data hasil tes awal (pre-test) kedua kelompok penelitian dengan menggunakan uji statistik. b. Menganalisis data hasil tes akhir (post-test) kedua kelompok penelitian dengan menggunakan uji statistik c. Setelah itu dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan sebelumnya. Penarikan kesimpulan merupakan langkah paling akhir dalam prosedur penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Pengamatan dan pencatatan sistematis tentang fenomena fenomena yang diselidiki.6 Dalam hal ini peneliti mengadakan observasi yaitu mengadakan pengamatan secara langsung ke SMA Darussalam Ciputat untuk mengetahui mengenai pelaksanakan pendidikan sosiologi dlam mencapai hasil belajar yang maksimal. 2. Wawancara terhadap guru Ialah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari yang diwawancarai. Wawancara dilakukan pada guru pelajaran Sosiologi dengan mengajukan pertanyaan mengenai
6
Suharsimi Arikunto, Manajement penelitian, (Jakarta: Rieneka cipta,, 2007), h. 298
31
sistem pembelajaran yang diberikan dan metode pembelajaran yang diterapkan dalam mencapai hasil belajar yang maksimal. 3. Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data. Dalam pengumpulan data terdapat beberapa tahapan, diantaranya: a. Persiapan 1) Menganalisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata pelajaran Sosiologi SMA Darussalam Ciputat Kelas X. 2) Menentukan materi pembelajaran yang dapat diintegrasikan dengan ice breaking. b. Pelaksanaan 1) Memberikan pretest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. 2) Memberikan
perlakuan
berupa
pembelajaran
Sosiologi
menggunakan Ice breaking pada materi interaksi sosial untuk kelompok eksperimen dan pembelajaran tanpa menggunakan ice breaking pada kelompok kontrol. 3) Pemberian post-test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. c. Tahap pengolahan data Mengolah data hasil belajar siswa yang telah dilakukan.
F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat pengumpul data. Penelitian yang dapat menunjang sejumlah data yang diasumsikan dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menguji hipotesis penelitian. Alat ukur tes sebelum diberikan kepada siswa perlu diketahui terlebih dahulu apakah tes tersebut baik dan sudah siap diberikan kepada siswa untuk diambil datanya. Pada penelitian ini sebelum digunakan soal (tes) tersebut diuji cobakan, guna mengetahui apakah soal-soal tersebut memenuhi standar persyaratan validitas dan reliabilitas. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis.
32
Tes berperan untuk menjaring konsep awal dan konsep akhir siswa sebelum dan sesudah pembelajaran yang dilakukan. Kisi-kisi untuk soal dibuat berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) disesuaikan dengan materi yang diajarkan pada aspek interaksi sosial pada semester 1 tahun pelajaran 2012-2013, Penjabaran konsep untuk menjadi
butir-butir soal
memperhatikan kompetensi dasar, materi dan indikatornya. Tabel 3.2 kisi-kisi instrument interaksi sosial No.
Kompetensi Dasar Mendeskripsikan proses interaksi sosial sebagai dasar pengembangan pola ketaraturan sosial.
1.
Materi : Interaksi Sosial
Indikator
No Butir soal
1. Mendefinisikan interaksi social
1, 5, 8, 10, 14, 16, 19, 21,
2. Menjelaskan faktor yang mendorong terjadinya interaksi sosial 3. Menjelaskan hubungan antara interaksi sosial dan ketaraturan sosial.
3, 4, 9, 11, 13, 18, 23, 26,
25,28, 31, 33, 36
29, 30, 32, 34, 37, 40
2, 6, 7, 12, 15, 17, 20, 22, 24, 27, 35, 38, 39.
G. Teknik Pengolahan Data 1. Validitas Menurut Sumarna Surapranata Validitas (kesahihan) adalah “suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang seharusnya di ukur.”7 Validitas merupakan syarat yang terpenting dalam suatu alat evaluasi. “Suatu teknik evalusi dikatakan mempunyai validitas yang tinggi jika teknik evaluasi atau tes dapat mengukur apa yang sebenarnya akan diukur.”8 Rumus yang digunakan untuk menguji validitas tes objek adalah rumus korelasi product moment. Rumus ini digunakan
7
Sumarna Surapranata, Analisis, validitas, reliabilitas, dan interpretasi hasil tes, (Bandun: PT Remaja Rosyda Karya, 2006), cet. Ke-III, h.50 8 Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2004), h.137-138
33
karena skor tiap item sama yaitu item benar diberi skor satu dan item salah diberi skor nol.9 Rumus korelasi product moment adalah sebagai berikut :
n xy x y
n x x n y y
=
2
2
2
2
Keterangan : rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Variabel Y n
= Jumlah siswa
∑x = skor tiap butir soal ∑y = skor total ∑xy = jumlah hasil kali skor x dan y yang berpasangan ∑x2 = jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran x ∑y2 = jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y Untuk menguji signifikan tidaknya koefisien korelasi validitas digunakan distribusi kurva normal dengan menggunakan uji skor-t t hitung = keterangan: t hitung = nilai hitung koefisien validitas rxy = koefisien korelasi tiap butir soal N = jumlah siswa uji coba Kemudian hasil diatas dibandingkan dengan t dari tabel pada signifikan 5 % (ɑ = 0,05) dan derajat kebebasan (dk = n-2) kaidah keputusannya jika t hitung > t tabel berarti valid. Sebaliknya jika t
hitung <
t tabel
berarti tidak valid. Jika instrument itu valid, maka dapat dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasi (r) sebagai berikut:
9
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2002 Cet.Ke-12 hal.144.
34
Tabel 3.3 Kriteria Indeks Korelasi Rentang
Keterangan
0.8 < r < 1.00 0.60< r < 0.80 0.40 < r < 0.60 0.20 < r < 0.40 0.00 < r < 0.20
Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
2. Reliabilitas Reliabilitas merupakan salah satu bentuk khusus dari korelasi yang menggambarkan keajegan alat ukur (tes).10 Suatu instrument (tes) dapat dipercaya untuk digunakan sebagi alat pengumpul data, jika tes tersebut telah diuji kreabilitasannya. “Instrument penelitian dapat dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur.”11 Untuk mengukur reliabilitas soal rumus yang digunakan adalah Kuder Richardson-20 (KR-20): r11 = keterangan: r 11 = koefisien reliabilitas instrument p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyakanya item s = standar deviasi dari tes untuk mengetahui keberartian koefisien reliabilitas dilakukan uji-t dengan rumus:
10
A. Zainal dan Nasution, penelitian hasil belajar , (Jakarta: Departemen pendidikan Nasional: 2001) h. 187 11 Sukardi, Metodelogi penelitian pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara: 2009) h. 127
35
t hitung = keterangan: t hitung = nilai hitung koefisien validitas rxy = koefisien korelasi tiap butir soal N = jumlah siswa uji coba. Kemudian hasil diatas dibandingkan dengan t dari tabel pada signifikan 5 % (ɑ = 0,05) dan derajat kebebasan (dk = n-2) kaidah keputusannya jika t hitung > t tabel maka instrument dikatakan baik dan dapat dipercaya. jika instrument itu reliabilitas, makan dilihat kriteria penafsiran indeks reliabilitasnya sebagai berikut: Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Rentang
Keterangan
0.80 < r 11 < 1.00
Sangat tinggi
0.60< r 11 < 0.80
Tinggi
0.40 < r 11 < 0.60
Sedang
0.20 < r 11 < 0.40
Rendah
0.00 < r 11 < 0.20
Sangat rendah
3. Taraf Kesukaran Anas Sudijono mengatakan, “butir-butir item hasil belajar dapat dinyatakan baik apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak
pula
terlalu
mudah.”12
Taraf
kesukaran
dihitung
dengan
menggunakan rumus: P= Keterangan: P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab benar N = Jumlah seluruh siswa peserta tes
12
h.370
Anas Sudijono, pengantar evaluasi pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo: 1994)
36
Kriteria yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang diperoleh, maka soal tersebut tergolong sukar. Sebaliknya semakin besar indeks yang diperoleh, maka soal tergolong mudah. Adapun Kriteria indeks taraf kesukaran soal tersebut adalah: Tabel 3.5. Indeks kesukaran Indeks
Keterangan
0,00 – 0,30
Soal kategori Sukar
0,31 – 0,70
Soal kategori Sedang
0,71 - 1,00
Soal kategori Mudah
4. Daya Pembeda Pengujian daya pembeda soal digunakan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Indeks daya pembeda dihitung atas dasar pembagian kelompok menjadi dua bagian, yaitu kelompok atas yang merupakan kelompok peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan kelompok bawah yaitu kelompok peserta tes yang berkemampuan rendah. Rumus yang digunakan: D=
-
Keterangan: D = Daya pembeda soal JA= Banyaknya peserta kelompok atas JB= Banyaknya peserta kelompok bawah BA= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
37
Tabel 3.6 Klasifikasi daya pembeda Rentang
Keterangan
0,00 – 0,20
Buruk
0,21 – 0,40
Cukup
0,41 – 0,71
Baik
0,71 – 1,00
Baik Sekali
H. Teknik Analisis Data Hasil Belajar Analisis Data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola kategori dan satuan uraian dasar. Dalam teknik analisis data dilakukan beberapa pengujian dengan urutan sebagai berikut: 1. Uji normalitas Uji normalitas dilakukan” untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan yaitu uji liliefors.”13 Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah: a. Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga terbesar b. Menentukan nilai Z dari tiap-tiap data dengan rumus Z= c. Menentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Z berdasarkan tabel Z dan sebut dengan F (Z) = 0,5± Z d. Menghitung frekuensi kumulatif dari masing-masing nilai Z dan disebut dengan S (Z) e. Tentukan nilai Lo dengan rumus Lo = F (Z) – S(Z) f. Ambil nilai terbesar dari selisih tersebut sehingga diperoleh nilai Lo g. Memberikan interpretasi Lo dengan membandingkan dengan Lt (nilai yang diambil dari tabel harga kritis uji liliefors) dengan aturan:
13
Sudjana, Metode Statistik, Cet. Ke-3 (Bandung: Tarsito, Mei 2005), hal.466.
38
1) Hipotesis Ho = sampel berdistribusi normal HI = sampel berdistribusi tidak norml 2) Jika L o< L t maka sampel berdistribusi normal Jika L o > L t maka sampel berdistribusi tidak normal 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data sampel tersebut homogeny (sama) atau tidak. “Pengujian homogenitas dalam penelitian ini adalah pengujian mengenai sama tidaknya variasi-variasi dari dua buah distribusi.”14 Uji homogenitas dilakukan setelah data persyaratan normalitas terpenuhi, yakni data dinyatakan berdistribusi normal. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Fishe. rumus: F =
=
Keterangan: S12 x = nilai standar deviasi pre-test yang nilainya paling besar S22 x = nilai standar deviasi post-test yang nilainya paling besar Tentukan Kriteria pengujian: a. Jika Fhitung< Ftabel, maka Ho diterima, kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen. b. Jika Fhitung< Ftabel, maka Hi diterima, kedua kelompok dapat dikatakan berasal dari populasi yang tidak homogen. Untuk taraf signifikan (ɑ ) = 0,05 dan derajak kebebasan pembilang dk=nb-1 serta penyebut dk = nk-1, dengan nb merupakan ukuran sampel yang variansya besar dan nk merupakan ukuran sampel yang variansnya kecil. 3. Uji Hipotesis Menganalisis data pre-test dan post-tes secara statistik untuk mengetahui apakah kenaikan hasil belajar sosiologi tersebut signifikan 14
Ruseffendi, Statistik Dasar: untuk penelitian pendidikan Cet.1 (Bandung: IKIP Bandung Press, Mei 1998) h. 294.
39
atau tidak. Dalam hal ini digunakan uji-t karena data tersebut berdistribusi normal dengan taraf signifikasi ɑ = 0,05 untuk itu menguji kebenaran hipotesis dalam penelitian menggunakan rumus sebagai berikut: dengan dsg = √
t hitung = keterangan:
x1 = nilai rata-rata kelompok eksperimen x2 = nilai rata-rata kelompok kontrol n1 = jumlah siswa kelas eksperimen n2 = jumlah siswa kelas kontrol v1 = standar deviasi nilai posttest kelas eksperimen yang dikuadratkan v2 = standar deviasi nilai posttest kelas kontrol yang dikuadratkan. Adapun kriteria ttabel jika: t hitung < ttabel maka Ho diterima dan Ho ditolak t hitung > ttabel maka Ho diterima dan Ho diterima 4. Uji normal Gain Gain adalah “selisih antara posttest dan pretest, gain menunjukkan peningkatan
pemahaman
atau
pembelajaran dilakukan guru.”
pengusaha
konsep
siswa
setelah
15
Untuk menghindari hasil kesimpulan yang akan menimbulkan bisa penelitian, karena pada nilai pretest kedua kelompok penelitian sudah berbeda, digunakan uji normalitas gain. Rumus normal Gain menurut Meltzer, yaitu: Ngain =
15
Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Tindakan Sains, (Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA,FITK,UIN Syarif Hidayatullah, 2006). Hal.70.
40
Tabel 3.7 Kategorisasi Perolehan nilai Gain Rentang nilai
Keterangan
1 > 0,70
G-Tinggi
0,70 ≥ 0,30
G-Sedang
0 < 0.30
G-Rendah
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan normal gain atara dua kelompok dilakukan uji-t sebagai berikut: dengan dsg = √
t hitung =
kemudian hasil t-hitung diatas dibandingkan dengan nilai t tabel pada signifikasi 5 % (ɑ = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = (n1-1)+(n22). Jika ttabel < t
hitung
maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan norml gain antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Jika t
hitung
≤t
tabel
atau t
tabel
≤t
hitung,
maka dapat disimpulkan terdapat
perbedaan normal gain antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
I. Hipotesis Statistik Hipotesis Statistik yang digunakan adalah: Ha
: penerapan ice breaking berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran sosiologi pada materi interaksi sosial.
Ho
: Penerapan ice breaking tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran sosiologi pada materi interaksi sosial.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil penelitian di SMA Darussalam Ciputat dengan penerapan Ice breaking membuktikan bahwa ice breaking dapat menambah gairah siswa untuk lebih fokus terhadap pelajaran karena mereka sendiri pada nantinya akan memvisualisasikan apa yang telah dipelajari dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian siswa lebih memperhatikan penjelasan secara mendalam agar dapat berperan yang mungkin akan dimainkannya. Siswa dapat belajar sambil bermain agar mereka tidak merasa tertekan memahami konsep yang abstrak sehingga siswa mempelajari pelajaran dengan antusias dan penuh semangat, karena mereka menyadari akan pentingnya suatu pelajaran yang dipelajari dengan mudah, cepat dan menyenangkan. Tahap pertama penerapan ice breaking pada materi Interaksi sosial pada kelas kontrol di XI dan Kelas Eksperimen di X2. Perlakuan di dua kelas ini berbeda. Di kelas kontrol di awali dengan apersepsi, setelah itu dilanjut dengan pemberian materi tentang interaksi sosial, selanjutnya diadakan evaluasi dan kesimpulan. Sedangkan di kelas eksperimen, pembelajaran di awali dengan penerapan ice breaking untuk perkenalan lingkungan kelas, setelah itu diadakan apersepsi yang bersangkutan dengan materi, selajutnya penjelasan materi interaksi sosial, lalu diberlakukan kembali penerapan ice breaking. Setelah itu barulah diadakan evaluasi dan penutupan yang di konsep dengan ice breaking. Penggunaan model pembelajaran ice breaking ini mempunyai kelebihan dalam hal penguasaan suatu konsep, karena dengan teknik ini siswa lebih tertarik perhatiannya pada pelajaran. Karena mereka belajar sambil bermain, maka mudah memahami, menghayati masalah-masalah yang diangkat. Siswa juga tidak pasif, tetapi aktif mengamati dan mengajukan saran dan kritik.
41
42
B. Hasil Pengolahan instrument Sebelum data sampai ke kelas eksperimen dan kontrol, terlebih dahulu peneliti menguji validitas data tersebut di kelas XI1 data yang di dapatkan seperti: Tabel 4.1 Instrument Variabel 20
Butir Soal 40
Bobot Benar 1
Bobot Salah 0
Jumlah siswa di kelas XI1 ada 20 siswa, peneliti menyebar instrument dengan banyaknya soal 40 butir. Bobot untuk kebenaran jawaban 1, dan bobot untuk kesalahan jawaban 0.
1. Reliabilitas intrument Setelah data di dapat, langkah selanjutnya mencari: Tabel 4.2 Realibilitas Instrument Rata-rata 20,8
Simpangan Baku 4,47
Korelasi XY 0,31
Realibilitas Tes 0,48
Perolehan rata-rata nya 20,8, simpangan baku 4,47, korelasi yang didapatkan 0,31, dan realibilitas tes 0,48. Kemudiaan hasil realibilitas di atas dilihat penafsiran indeks realibilitas pada tingkat rentangnya 0.40 < r 11 < 0.60 instrument dikatakan sedang, jadi dikatakan berealibilitas baik.
2. Taraf kesukaran Butir-butir item hasil belajar dapat dinyatakan baik apabila butirbutir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Dari 40 butir soal yang ada, hanya point 29 yang tingkat kesukarannya sukar, selain point tersebut, semuanya ada pada taraf sedang.
43
C. Data Hasil Belajar Sosiologi Siswa Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan ice breaking terhadap hasil belajar siswa kelas XI dan X2 di SMA Darussalam Ciputat pada pembelajaran sosiologi diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Hasil pretest kelas Eksperimen dan Kelas Kontol Berdasarkan hasil pretest, nilai terendah pada kelas eksperimen 20 dan nilai tertingginya 60, sedangkan pada kelas kontrol nilai terendahnya 15 dan nilai tertingginya 60. Tabel 4.3 Hasil Pretest No
Eksperimen
Kontrol
Pre-Test (X)
Post-Test (X)
1
20
60
2
40
45
3
50
35
4
20
25
5
40
50
6
55
45
7
60
25
8
50
25
9
25
50
10
40
50
11
50
20
12
60
15
13
20
60
14
45
40
15
55
40
16
60
50
44
17
50
20
18
55
40
19
55
60
20
25
35
Jumlah
875
790
Hasil pretest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat dalam bentuk diagram batang sebagai berikut :
Grafik 4.1 Hasil Pretest kelas Eksperimen dan kontrol
Dari diagaram batang di atas, hasil pretest untuk kelas eksperimen yaitu sebanyak 5 siswa mendapat sekor terendah pada interval 15-23. Skor terbanyak berada pada interval 42-50 yaitu berjumlah 5 siswa dan skor tertingi pada interval 60-68 sebanyak 3 siswa. Sedangkan untuk kelas kontrol sebanyak 3 siswa mendapat skor terendah pada interval 15-23. Sebanyak 6 siswa mendapat skor terbanyak pada interval 42-50
dan
sebanyak 3 siswa mendapat skor tertinggi pada interval 60-68. Ukuran pemusatan dan penyebaran data hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol berupa rata-rata (mean), nilai tengah (median), skor terbanyak yang diperoleh siswa (modus), dan simpangan Deviasi, dapat dilihat pada diagram batang di bawah ini.
45
Grafik 4.2 Mean, Median, Modus, Simpangan Deviasi
Berdasarkan diagram di atas, ukuran pemusatanan penyebaraan data hasil pretest untuk kelas eksperimen memperoleh nilai maksimum 60 dan nilai minimum 20. Mean sebesar 43,75, median sebesar 32,3, modus sebesar 40, dan SD sebesar 75. sedangkan hasil pretest untuk kelas kontrol memperoleh nilai maksimum 60, nilai minimum 15. Mean sebesar 70, median sebesar 31
modus sebesar 40 dengan simpangan deviasi
sebesar 2,1. 2. Hasil posttest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol Hasil posttest untuk kelas eksperimen nilai terendahnya 50 dan nilain tertingginya 90, sedangkan di kelas kontrol nilai tertingginya 70 dan nilai terendahnya 45. dapat dilihat dalam bentuk tabel dan diagram batang berikut ini:
46
Tabel 4.4 Posttest No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jumlah
Eksperimen Post-Test (X) 60 70 80 80 60 70 75 75 90 65 60 75 55 75 90 65 55 90 60 50 1400
Kontrol Post-Test (Y) 67 60 55 70 70 55 55 70 50 65 70 65 50 60 60 65 50 60 45 62 1204
Grafik 4.3 Post-test kelas ekperimen dan Kontrol
47
Dari diagaram batang di atas, hasil post-test untuk kelas eksperimen yaitu sebanyak 1 siswa mendapat skor terendah pada interval 45-50. Skor terbanyak berada pada interval 75-80 yaitu berjumlah 6 siswa dan sekor tertinggi berada pada interval 86-91 sebanyak 3 siswa. Sedangkan untuk kelas kontrol sebanyak 4 siswa mendapat skor terendah pada interval 45-50 Sebanyak 5 siswa mendapat skor terbanyak pada interval 63-68 dan sebanyak 4 siswa mendapat skor tertinggi pada interval 69-74. Dari hasil post-test terdapat kenaikan nilai siswa dibandingkan dengan pre-test. Dimana nilai pre-test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen masih terdapat nilai siswa yang rendah dengan batasan nilai yang terendah 15 dan nilai tertinggi 68. Sedangkan nilai post-test pada kelas kontrol dan eksperimen mengalami peningkatan dimana nilai siswa yang rendah 45 dan nilai tertinggi 91. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Icebreaking di dalam pembelajaran. Ukuran pemusatan dan penyebaran data hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol berupa rata-rata (mean), nilai tengah (median), skor terbanyak yang diperoleh siswa (modus), dan simpangan baku, dapat dilihat pada diagram batang dibawah ini: Grafik 4.4 Mean, Median, Modus, Simpangan Deviasi
Berdasarkan diagram diatas, ukuran pemusatanan penyebaraan data hasil posttest untuk kelas eksperimen memperoleh nilai maksimum 90 dan nilai minimum 70. Mean sebesar 70, median sebesar 60, modus
48
sebesar 81,5 dan SD sebesar 1,996, sedangkan hasil posttest untuk kelas kontrol memperoleh nilai maksimum 70, nilai minimum 45. Mean sebesar 60,2, median sebesar 47,5 modus sebesar 58,85 dengan simpangan baku sebesar 1,798. Berikut ini adalah tabel rekapitulasi ukuran pemusatan dan penyebaran data hasil pre-testdan post-tes kelas eksperimen dan kontrol. Tabel 4.5 Rekapitulasi Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol DATA
Kelas Eksperimen Pre-test
Post-test
Kelas Kontrol Pre-test
Post-test
Nilai Tertinggi
60
90
60
70
Nilai Terendah
20
50
15
45
Mean
43,75
70
70
60,2
Median
32,3
60
31
47,5
Modus
40
81,5
40
58,85
Simpangan
75
1,996
2,1
1,798
Deviasi
49
Hasil perbandingan nilai antara pretest dan postest dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.6 Pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol
No
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Pre-Test (X)
Post-Test (Y)
Pre-test (X)
Post-Test (Y)
1
20
60
60
67
2
40
70
45
60
3
50
80
35
55
4
20
80
25
70
5
40
60
50
70
6
55
70
45
55
7
60
75
25
55
8
50
75
25
70
9
25
90
50
50
10
40
65
50
65
11
50
60
20
70
12
60
75
15
65
13
20
55
60
50
14
45
75
40
60
15
55
90
40
60
16
60
65
50
65
17
50
55
20
50
18
55
90
40
60
19
55
60
60
45
20
25
50
35
62
875
1400
790
1204
50
4.1 Diagram Hasil pretest dan postest kelas eksperimen dan kontrol
D. Uji Prasyarat Analisis Data Hasil Belajar 1. Uji Normalitas Pengujian uji normalitas dilakukan terhadap dua buah data yaitu data posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini, uji normalitas di dapat dengan menggunakan uji Lilliefors. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal bila memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel dengan taraf signifikansi α = 0,05. untuk lebih jelas, hasil uji normalitas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel: Tabel 4.7 Uji Normalitas Lt
Lo Deskripsi
Eksperimen Pre-test
Post-test
Kontrol Pre-test
Post-test
ɑ = 0,05
0,30
0,43
0,004
0,017
Kesimpulan
Normal
Normal
Normal
Normal
1,725
51
Karena Lo pada kedua hasil pengujian diatas lebih kecil dari L tabel, maka dapat disimpulkan bahwa data kelompok kontrol dan eksperimen berjalan normal. 2. Uji Homogenitas Uji Homogenitas kedua kelompok dilakukan dengan uji fisher.Dari hasil perhitungan ternyata menunjukkan bahwa kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama dan bersifat homogeni. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 4.8 Uji Homogenitas Deskrpsi
Fhitung
Ft
Pre-test
Post-test
ɑ = 0,05
1,276
1,233
Kesimpulan
Homogen
Homogen
1,725
Dari hasil pengujian untuk hasil belajar pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol dperoleh harga F hitung = 1,276 dari tabel harga distribusi F dengan Taraf signifikan ɑ = 0,05 maka di dapat harga Ftabel= 1,725 karena harga Fhitung< Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa data populasi bersifat homogeny. Sedangkan pada hasil belajar post-test diperoleh Fhitung = 1,233 dengan taraf signifikasi yang sama dan harga Ftabel yang sama pula yaitu 1,725 maka dapat disimpulkan bahwa data populasi bersifat homogen. 3. Uji Hipotesis Dari hasil pengujian persyaratan analisis yang meliputi uji homogenitas dan uji normalitas diketahui kedua kelompok berada pada distribusi normal dan homogen, sehingga dapat diuji hipotesis penelitian dengan menggunakan uji-t berikut tabel hasil uji-t: Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima Jika t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak
52
a. Hasil pengujian hipotesis Uji-t nilai pretest Dapat diketahui bahwa sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya data hasil pre-test dapat di analisis dengan menggunakan Uji-t. Hasil perhitungan dengan menggunakan Uji-t, maka didapat hasil sebagai berikut: thitung
= 0,172
ttabel
= 0,325
Karena thitung < ttabel maka hipotesis nol (Ho) diterima. Dengan demikian disimpulkan tidak adanya pengaruh penerapan ice breaking terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran sosiologi. Tabel 4.9 Uji hipotesis Uji t Nilai pretest Kelompok
N
T hitung
T tabel
Kesimpulan
Eksperimen
20
0,172
0,325 Ha ditolak dan Ho
Kontrol
20
diterima
b. Hasil Pengujian hipotesis Uji t Nilai Post-Test Dapat diketahui bahwa sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya data hasil Posttest dapat di analisis dengan menggunakan Uji-t. Hasil perhitungan dengan menggunakan Uji-t, maka didapat hasil sebagai berikut: thitung
= 4,29
ttabel
=0,325
Karena thitung > ttabel maka hipotesis nol (Ho) ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan ice breaking terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran sosiologi.
53
Tabel 4.10 Uji Hipotesis Uji-t Nilai Post-test Kelompok
N
T
T tabel
Kesimpulan
hitung
Eksperimen 20 Kontrol
4,29
0,325 Ha diterima dan Ho ditolak
20
Hasil perhitungan perbedaan rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh harga t-hitung sebesar 4,29 dan harga ttabel
sebesar 0,325. karena t-hitung > t-tabel makan Ha diterima dan Ho
ditolak. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan ice breaking pada pembelajaran Sosiologi terhadap hasil belajar siswa pada materi Interaksi sosial. 4. Uji Normal Gain Data penelitian diperoleh dengan menggunakan alat pengukur data berupa tes objektif pilihan ganda. Untuk mengetahui hasil penelitian yang dilakukan, maka perlu diadakan perbandingan hasil pre-test dengan postest dari kedua kelompok. Serta membandingkan normal gain dari kedua kelompok tersebut. Dari hasil perhitungan untuk normal gain, diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.11 Uji Normal Gain Keterangan
Kelompok
Kelompok kontrol
eksperimen Jumlah sampel
20
20
Rata-rata N-gain
0,44
0,29
Kesimpulan
Pemahaman tinggi
Pemahaman sedang
Pemahaman atau penguasaan konsep materi Interaksi Sosial siswa diperoleh dari nilai normal gain. Adapun nilai rata-rata normal gain dari pemahaman konsep
materi Interaksi Sosial kelompok ekseperimen
54
sebesar 0,44 dan kelompok kontrol sebesar 0,29. Dari nilai tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata normal gain pada kelompok eksperimen lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kategori peningkatan pemahaman konsep Sosiologi siswa pada kelompok eksperimen secara umum termasuk kategori tinggi (0,44), sedangkan pada kelompok kontrol peningkatan pemahaman konsep Sosiologi siswa termasuk kategori sedang (0,29). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara normal gain kelompok eksperimen dengan normal gain kelompok kontrol.
E. Pembahasan Sebelum mencapai tahap persiapan dalam penelitian, peneliti melakukan wawancara dan observasi terlebih dahulu. Dalam pembahasan peneliti mencantumkan dari tahap persiapan sebelum penelitian, pelaksanaan penelitian, pengujian dari penelitian, dan yang terakhir kesimpulan dari penelitian. 1. Tahap persiapan sebelum penelitian Sebelum melakukan penelitian, penulis
melakukan beberapa
persiapan awal, yaitu: a. Mengurus surat izin penelitian dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegurua (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Populasi penelitian ini terdiri dari seluruh siswa SMA Darussalam Ciputat tahun ajaran 2012-2013. c. Sampel penelitian menggunakan teknik
purposive sampling, yang
hasilnya terpilih kelas X1 sebagai kelas eksperimen dan X2 sebagai kelas kontrol. d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sosiologi dengan penerapan ice breaking pada materi interaksi sosial. e. Menyusun kisi-kisi soal untuk instrument penelitian.
55
f. Menyusun instrument penelitian berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat. g. Melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing mengenai RPP dan instrumen yang telah dibuat. h. Setelah RPP dan Instrumen penelitian telah disusun, langkah selanjutnya adalah melakukan koordinasi dengan pihak sekolah untuk uji coba di luar kelas eksperimen dan kelas kontrol, yakni kelas XI1. i. Setelah melakukan uji coba, mengolah data dengan hasil uji coba dengan mencari validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran butir soal, dan reabilitas instrument. Jumlah siswa di kelas XI1 ada 20 siswa, peneliti menyebar instrument dengan banyaknya soal 40 butir. Bobot untuk kebenaran jawaban 1, dan bobot untuk kesalahan jawaban 0. Reliabilitas intrument, perolehan rata-rata nya 20,8, simpangan baku 4,47, korelasi yang di dapatkan 0,31, dan reliabilitas tes 0,48. Kemudiaan hasil reliabilitas di atas dilihat penafsiran indeks reliabilitas pada tingkat rentangnya 0.40 < r 11 < 0.60 instrument dikatakan sedang, jadi dikatakan bereliabilitas baik. Taraf kesukaran, butir-butir item hasil belajar dapat dinyatakan baik apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Dari 40 butir soal yang ada, hanya point 29 yang tingkat kesukarannya sukar, selain point tersebut, semuanya ada pada taraf sedang. j. Menentukan butir soal yang layak untuk dijadikan instrument penelitian. Dimana nomer yang dijadikan instrument adalah: 1, 3, 4, 13, 14, 15, 16, 18, 20, 22, 25, 31, 34, 35, 37. 2. Tahap pelaksanan penelitian a. Langkah awal tahap pelaksanan penelitian adalah menentukan dua kelompok sampel yaitu kelompok eksperimen di kelas X1 dan kelompok kontrol X2, selanjutnya diadakan tes awal (pretest) kepada
56
kedua kelompok penelitian menggunakan soal-soal hasil analisis data uji coba instrument penelitian. b.
Setelah tes awal (pretest) dilaksanakan pada kedua kelompok penelitian, kegiatan belajar mengajar dapat dilaksanakan untuk kelompok eksperimen diberikan perlakuan menggunakan penerapan ice breaking dan kelompok kontrol dengan tidak menggunakan ice breaking.
c. Setelah dari perlakukan diadakan tes akhir (postest) untuk kedua kelompok penelitian menggunakan soal-soal yang sama ketika dilakukan tes awal (pretest). 3. Pengujian penelitian dan kesimpulan Dalam hasil wawancara, menurut penjelasan dari bapak Ardila, S.Pd
mengatakan
bahwa
“di
dalam
pembelajaran
guru
masih
menggunakan metode yang monoton yang menjadikan anak cepat bosan. Model pembelajaran icebreaking sendiri belum dipergunakan di kelas.”1 Guru juga masih belum bisa menunjang penggunaan komputer. Siswa dikelaspun hanya menggunakan buku LKS sebagai pedoman. Dalam pembelajaran, masih ada siswa yang belum mencapai KKM, menurut pengamatan guru, itu disebabkan karna siswa sering tidak masuk dan disaat
pembelajaran
siswa
mengobrol
tidak
konsentrasi
dalam
pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian, nilai rata-rata pre-test yang diperoleh kelas eksperimen 43,75 dan kelas kontrol 39,5 Hal tersebut menunjukkan pemahaman siswa akan konsep interaksi sosial masih sangat minim namun masih bisa difahami karena konsep interaki sosial tersebut belum diajarkan oleh guru dan pre-test yang dilakukan hanya mengandalkan ingatan dan pemahaman siswa secara umum berdasarkan sedikit pengetahuan yang diperolehnya. Baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol perolehan nilai rata-rata pre-testnya tidak memiliki perbedaan yang cukup jauh, melainkan hanya sebesar 4,25. Untuk itu, tingkat kognitif atau pemahaman siswa 1
Ardila, Guru bidang study Sosiologi SMA Darussalam Ciputat.
57
dianggap sama dan tepat untuk dijadikan sampel penelitian. Untuk nilai rata-rata pos-test,
kelas eksperimen memperoleh rata-rata 70 rata-rata
kelas kontrol 60,2. Setelah dikurang dengan nilai pre-test masing-masing kelas diperoleh selisih nilai atau disebut peningkatan nilai rata-rata sebesar 20,7 Untuk kelas eksperimen dan 26,25 Untuk kelas kontrol. Hal tersebut menunjukan adanya pengaruh dari pembelajaran Sosiologi terhadap penerapan Ice breaking. Dari uji hipotesis Uji t pretest memperoleh thitung
= 0,172 dan
ttabel = 0,325, dimana thitung < ttabel maka hipotesis nol (Ho) diterima. Dengan demikian disimpulkan tidak adanya pengaruh penerapan ice breaking terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran sosiologi. Sedangkan Uji hipotesis uji t Post-test memperoleh thitung = 4,29 dan ttabel=0,325, dimana thitung > ttabel maka hipotesis nol (Ho) ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan ice breaking terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran sosiologi. Peningkatan hasil belajar Sosiologi siswa yang di uji dengan uji gain diperoleh nilai rata-rata N-gain untuk kelas eksperimen sebesar 0,44 Yang termasuk pada kategori pemahaman tinggi, artinya siswa di kelas eksperimen yang diberikan perlakuan pembelajaran Sosiologi dengan penerapan Ice breaking cukup memahami materi yang di tampilkan oleh guru melalui proses pembelajaran tersebut. Pengertian icebreaking adalah “permainan atau kegiatan yang berfungsi untuk mengubah suasana kebekuan dalam kelompok.”2 Sedangkan kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata N-gain sebesar 0,29 yang termasuk pada kategori pemahaman sedang, artinya siswa di kelas kontrol yang diberikan perlakuan pembelajaran Sosiologi dengan tidak diterapkannya ice breaking belum cukup memahami materi yang diajarkan oleh guru, hal tersebut dimungkinkan karena proses pembelajaran Sosiologi dengan tidak diterapkannya Ice breaking
2
Sunarto, Icebreaker dalam pembelajaran aktif. (Surakarta: Cakrawala Media, 2012)
58
cenderung monoton, kurang menarik, dan mendorong siswa pasif dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran Sosiologi dengan penerapan Ice breaking siswa ditekankan mampu belajar kreatif, aktif,dinamis, dan eksploratif. Hal yang senada juga diungkapkan dalam buku karya Atwi Suparman, bahwa “dengan bermain diharapkan siswa mampu memahami dan menghayati berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan nyata. Sehingga dapat membentuk sikap dan nilai sebagai tujuan tambahannya.“ Hubungan antara siswa pun lebih akrab dan terjalin komunikasi yang pada dalam proses ice breaking. Dimana setiap siswa saling mengisi kekurangan dari siswa yang lain. Sehingga timbul rasa kebersamaan dan kekeluargaan untuk saling mendukung dalam proses pembelajaran. Dengan demikian hasil penelitian yang penulis teliti di SMA Darussalam ciputat dengan menggunakan model pembelajaran Ice breaking membuat siswa menjadi pembelajar yang memandang pelajaran sebagai kebutuhan bukan sekedar tuntutan senada dengan penelitian dan pendapat para peneliti yang sebutkan di atas. Siswa mempelajari materi Sosiologi khususnya konsep Interaksi Sosial dengan bentuk pembelajaran yang baru yang menyenangkan lebih baik. Terbukti siswa yang belajar Sosiologi dengan penerapan ice breaking lebih aktif dalam proses belajar. Dalam pelaksanaannya pembelajaran dengan penerapan ice breaking sangat ditentukan oleh partisipasi siswa. Hal tersebut sangat bergantung pada peran guru dalam memotivasi siswa untuk ikut berpartisipasi dalam melakukan proses pembelajaran. Jika proses ini gagal maka keseluruhan dalam proses pembelajaran akan gagal dilakukan. Jadi
dapat
disimpulkan
meningkatkan hasil belajar siswa.
penerapan
ice
breaking
dapat
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
yang
menggunakan
penerapan
ice
breaking
dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa pada pembelajaran sosiologi di SMA Darussalam ciputat. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai thitung > ttabel yaitu 4,29 > 0,325 dengan taraf signifikan 0,05. Selain itu dilihat dari perhitungan posttest kelas eksperimen yang menerapkan ice breaking (ratarata 70) menunjukkan nilai lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol (rata-rata 60,2). Bukti ini juga diperkuat dengan adanya peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai KKM setelah penerapan ice breaking . dimana sebelum penerapan ice breaking , jumlah siswa yang tidak mencapai KKM sebesar 50% dari sampel. Sedangkan setelah menggunakan penerapan ice breaking, siswa yang tidak mencapai KKM hanya 20%.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Dunia Pendidikan Penelitian
ini
diharapkan
menumbuhkan
kreativitas
dan
profesionalisme dan menumbuh-kembangkan budaya social di lingkungan sekolah untuk proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan/ pembelajaran secara berkelanjutan. 2. Bagi Guru Diharapakan bagi semua guru harap tidak monoton penggunaan model dalam pembelajaran, perlu wawasan yang terbaru untuk mengatasi atau menyiasati kejenuhan di kelas, sehingga siswa semangat dan gembira dalam belajar.
58
59
3. Bagi siswa Bagi siswa sendiri, diperlukan tuangan ide dari murid-murid untuk lebih
mengembangkan
atau
menciptakan
ice
breaking
dalam
pembelajaran, baik pembelajaran intern maupun ekstern. 4. Bagi peneliti Selesainya penelitian bukan berarti selesainya kreativitas peneliti, anggaplah penelitian dan hasil penelitian yang di dapat merupakan awal mula seorang guru memulai kreativitasnya. 5. Bagi peneliti lain Penelitian yang peneliti lakukan masih kurang sempurna, bagi peneliti lain alangkah baiknya mengembangkan kreatifitasnya tiada henti dan menarik untuk di teliti.
DAFTAR PUSTAKA
A. Zainal dan Nasution, penelitian hasil belajar, Departemen Nasional, 2001.
pendidikan
Hajar, Ibnu, Dasar-dasar Metodolodi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999. Herlanti, Yanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Tindakan Sains, Jakarta: jurusan pendidikan IPA,FITK,UIN Syarif Hidayatullah, 2006. Kompas, senin, 8 juli 2013. M said, 80+ ice breaker games-kumpulan permainan penggugah semangat, Yogyakarta: Andi offset, 2010. M. Suban, dkk., Statistik pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2000. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, Jakarta : Bumi Aksara, 2009 . Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Rosdakarya, 2007.
Bandung : PT Remaja
Neni Iska, Zikri, psikologi pengantar pemahaman diri dan lingkungan. Jakarta: Kizi Brother, 2006. Purwanto Ngalim, psikologi pendidikan, Bandung : PT. Rosda Karya, 2007. Purwanto, Ngalim , Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2004. Ruseffendi, Statistik Dasar: untuk penelitian pendidikan Cet.1 ,Bandung: IKIP Bandung Press, Mei 1998. Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : kencana 2010. Sanjaya, Wina, penelitian tindakan kelas, Jakarta : Kencana 2010. Sanjaya, Wina, Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan, Jakarta: Kencana, 2006. Sudjana, Nana Dan Ibrohim, penelitian dan penilaian pendidkan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010.
60
61
Surapranata, Sumarna, Analisis, validitas, reliabilitas, dan interpretasi hasil tes, Bandung: PT Remaja Rosyda Karya, 2006. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D, Cet. Ke-3 Bandung: Alfabeta, Maret 2007. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta : Bumi aksara, 2009 . Sunarto, Icebreaker dalam pembelajaran aktif. Surakarta : Cakrawala Media, 2012. Sukardi, Metodelogi penelitian pendidikan¸ Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Sudijono, Anas, pengantar evaluasi pendidikan, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2005. Sudjana, Metode Statistik, Cet. Ke-3 , Bandung: Tarsito, Mei 2005. Suparman, Atwi , “Model-Model Pembelajaran Interaktif ”, Jakarta: STIA-LAN Press, 1997. Soenarno, Adi, Ice breaker permainan atraktif-edukatif untuk pelatihan manajement, Yogyakarta: Andi offset,2005. Sofyan, Ahmad, Tonih Feronika, dan Burhanudi Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Ciputat : UIN Jakarta Press, 2006 . Suharsimi, Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Jakarta: PT.Rineka Cipta,1993. Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2005. Syaodih , Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: Rosdakarya, 2003. Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012. W.s winkel, psikologi pengajaran, Bandung :PT. Rosda Karya, 2007.
Lampiran 1
Profil SMA Darussalam Ciputat 1. Sejarah Berdirinya SMA Darussalam Ciputat SMA Darussalam Didirikan pada tahun 2000 dengan SK pendirian sekolah Nomor: 125/102/07/1987. SMA Darussalam melalui wadah Yayasan pendidikan Islam (YPI) Darussalam sebagai payung organisasi tertinggi mempunyai satu lembaga pendidikan lagi yaitu SMP Darussalam dengan lokasi yang berdekatan. Dengan demikian SMA Darussalam dikelola oleh sebuah yayasan, dengan didirikannya SMA Darussalam sebagai wujud turut serta dalam pembangunan generasi muda dan kepedulian dalam meningkatkan mutu pendidikan baik dalam bidang IPTEK maupun IMTAQ, serta membekali siswa dengan ketrampilan melalui penyaluran minat dan pengembangan bakat, sebagai bekal bagi masa depan siswa. Untuk itu, sejalan dengan penerapan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), YPI Darussalam telah menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk penyelenggaraan pendidikan yang senantiasa membina prestasi siswa dan sarat dengan aktivitas. Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam Ciputat yang pada saat ini berstatus “TERAKREDITASI A” beralamat di Jl. Otista raya Rt. 01/010 No.36 Desa Ciputat, Kota Tangerang, Provinsi Banten yang terletak sekitar 4KM dari pusat pemerintahan kota Tangerang Selatan. Dari periode 2003 sampai sekarang dipimpin oleh Marul Wa’id, S.Ag dengan jumlah tenaga pengajar 17 dan staff tata usaha 3 orang dengan jumlah siswa sekitar 350 orang. 2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah a. Visi Sekolah: Visi SMA Darussalam adalah: cerdas, Inovatif, Nalar, taqwa, Aktif. b. Misi Sekolah: 1. Membentuk siswa yang cerdas, kreatif dan mandiri.
2. Mengembangkan daya nalar siswa dan melatih sikap percaya diri. 3. Membentuk siswa yang beriman dan berbudi pekerti. 4. Menumbuh kembangkan minat dan bakat siswa baik di dalam maupun di luar sekolah. 5. Menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Tujuan sekolah. c. Tujuan SMA Darussalam adalah mewujudkan siswa beriman, berakhlak, cerdas, terampil dan berprestasi. 3. Sarana dan Fasilitas Dalam proses penunjang kelancaran pendidikan SMA Darussalam juga sangat memperhatikan sarana dan fasilitas, hal tersebut sudah dipersiapkannya antara lain: a. Ruang Guru b. Ruang TU c. Ruang Belajar lantai tiga d. Laboratorium Bahasa (Full AC) e. Laboratorium Komputer (Full AC) f. Sarana Olah raga (Hall Mini) g. Perpustakaan h. Sarana (masjid) 4. Data Guru NO.
Nama
Jabatan
1.
Drs.H.M. Salman Faris, S.E
Ketua YPO Darussalam
2.
Marul Waid, S.Ag.
Kepala SMA Darussalam
3.
Mulyadi, S. Pd.
Guru Biologi
4.
Muslihudin, S. Pd.
Guru Sejarah
5.
Ubaidillah, S. S.
Guru Agama
6.
Sophan Sopian S, S. Kom
Guru TIK
7.
Priyanto
Guru Kesenian
8.
Islah Cahyadi, S. H.
Guru PPKN
9.
M. Yahya, S. Pd.
Guru Al Quran
10.
Drs. Ardila
Guru Sosiologi
11.
Nur Asma, S. E., M. M.
Guru Ekonomi
12.
Masroatul Fallah. S.Si
Guru Fisika
13.
Azye Murni, S. S.
Guru Bahasa Indonesia
14.
Tita Nurhidayah, S. Pd.
Guru Matematika
15.
Yati Rohayati, S. Pd
Guru Ekonomi
16.
Dra. Hj. Sri Kasih
Tata Usaha
17.
Hendra Wijaya
Tata Usaha
18.
Iqbal Sutiawandi
Tata Usaha
19.
Ade Irawan, S. Pd.
Guru Bahasa Indonesia
20.
Nur Suqiah KH, S. Pd.
Guru Bahasa Arab
5. Kegiatan Ekstrakulikuler: Volley Ball
Seni (marawis)
Bulu Tangkis
Basket ball
Tenis Meja
Komputer
Karate
Sepak bola
Paskibraka Kursus Bahasa Inggris Qiro’at Al-quran
DATA WAWANCARA SMA DARUSSALAM CIPUTAT
Saya
: Asaalamualaikum pak
Bapak Ardila : Waalaikum salam Saya
: Saya Alaena saroya, mahasiswi sosiologi UIN Syarifhidayatulloh jakarta, berniat ingin melakukan penelitian di sekolah ini pak, guna untuk SKRIPSI saya. Sebelumnya, boleh saya berbincang dengan bapak soal sekolah, pengajaran, dan murid disini pak?
Bapak Ardila : apa yang bisa saya bantu? Saya
: benarkah bapak guru sosiologi disini? Untuk kelas berapa yah pak?
Bapak ardila : iya benar, kebetulan saya memegang semua kelas, dari kelas X hingga XII. Saya
: ada berapa untuk kelas IPS disini pak?
Bapak Ardila : kelas X ada 4 kelas, kelas XII ada 4 kelas dan kelas XII ada 3 kelas. Saya
: untuk pembelajaran sendiri, bapak memakai buku referensi yang mana yah pak untuk mengajar?
Pak Ardila
: saya memakai buku yang dari cetakan Erlangga dan buku LKS.
Saya
: untuk siwanya sendiri memakai buku yang mana pak?
Pak Ardila
: siswa hanya memakai buku LKS saja
Saya
: untuk metode dalam pembelajaran, bapak seringnya memakai metode apa?
Pak Ardila
: saya suka yang mudah aja, seperti ceramah, diskusi, tanya jawab, itu saja.
Saya
: bapak mengenal tidak dengan Icebreaking?
Pak Ardila
: itu apa ya? Saya baru dengar.
Saya
: itu salah satu jenis model pembelajaran pak. Jadi icebreaking itu sendiri merupakan permainan atau gerakan yang berfungsi untuk mencairkan suasana
dalam kelas, sehingga kelas itu menjadi kondusif. Apakah bapak pernah menerapkannya dikelas? Pak Ardila
: berhubung saya baru tahu, jadi saya belum menerapkannya dikelas.
Saya
: untuk masalah yang dihadapi dalam kelas sendiri apa yah pak?
Pak Ardila
: kalau dikelas, peralatannya kurang memadai, ruang kelasnya kurang kondusif, kadang ada anak yang suka mengobrol, bolak balik wc terus, mengantuk, tidak konsentrasi, siswa hanya memakai buku LKS sebagai pedomannya, ada juga siswa yang harus lebih pelan mengajarinya agar faham.
Saya
: apa yang bapak perbuat jika sudah mengetahui siswa begitu pak?
Pak Ardila
: saya mah, hanya bikin peratuan saja, apabila selama pembelajaran anak anak bikin kesalahan, akan ada hukuman sendiri dalam bentuk, nilai meeke nanti dikurangi.
Saya
: dalam pembelajaran, apakah semua siswa sudah memenuhi KKM pak?
Pak Ardila
: pasti masih ada yang belum memenuhi KKM.
Saya
: siswa seperti itu kira kira kendalanya apa pak?
Pak Ardila
: kalau saya lihat, karna anak itu sering tidak masuk, dan kebanyakan mengobrol kalau pembelajaran berlangsung, mungkin itu pengaruhnya.
Saya
: kalau dalam peraturan disekolah sendiri bagaimana pak?
Pak Ardila
: kalau di sekolah, masuk jam 07.00. jika lebih dari jam 07.00 maka anak akan berurusan dengan guru piket, yang nantinya akan diberikan hukuman. Istirahat pertama jam 09.00, jam kedua 12.00. pulang jam 02.00. sebelum masuk kesekolah, baju harus dimasukkan, sepatu hitam, tidak membawa barang barang yang membahyakan.
Saya
: kalau untuk guru sendiri bagaimana pak?
Pak Ardila
: ya kurang lebih sama begitu.
Saya
: untuk fasilitas sekolah disini apakah menurut bapak sudah lengkap?
Pak Ardila
: ya disini umayan lengkap. ada ruang kepala sekolah, ruang TU,ruang guru, ruang kelas siswa, sarana olah raga, laboratorium bahasa, laboratorium komputer, perpustakaan, masjid.
Saya
: apakah ada kekurangan yang masih bapak butuhkan dalam pembelajaran?
Pak Ardila
: kalau di inginkan yang lebih bagus sih ada, seperti ruangan kelas yang aman dan kondusif, peralatan media pembelajaran yang memadai, buku penunjang belajar siswa yang lebih memadai. Itu saja.
Saya
: apakah bapak sendiri bisa mengoperasikan laptop? Misalnya untuk pembelajaran bapak bisa membuat slide?
Pak Ardila
: kalau saya bisa, saya bakal gunakan metode metode dengan menggunakan laptop, cuman saya tidak bisa.
Saya
: memang di sekolah sendiri tidak ada pelatihan untuk guru dalam mempelajari komputer?
Pak Ardila
: belum ada, kalau ada saya mungkin udah bisa.
Saya
: baik pa, cukup sampai sini wawancara saya. Terimakasih atas bantuan dan waktunya bapak. Nanti saya mohon arahan dari bapak untuk melakukan penelitian disekolah ini.
Pak ardila
: iya, tidak apa apa, InsyaAlloh bapak bantu semampu bapak.
Saya
: baik pak, saya pamit pulang dulu, terimakasih pak, Assalamualaikum.
Pak Ardila
: Waalaikum salam.
Pengamatan dikelas kontrol
1. Kelas berantakan tidak rapi 2. Cahaya yang masuk kekelas kurang 3. Siswa ada yang terlambat 4. Suasana kelas yang kurang kondusif 5. Siswa mengobrol sendiri 6. Tidak adanya absen kelas 7. Spidol tidak tersedia dikelas 8. Masih ada anak yang tidak membawa pulpen 9. Ada siswa yang masih meminjam peralatan tipex ke temennya 10. Siswa dengan no 10 mencontek dengan no 11 11. Siswa ada yang keluar 2x ke kamar mandi 12. Siswa ada makan
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumet penelitian adalah sebagai berikut: 1. Menentukan konsep dan sub konsep berdasarkan kurikulum satuan pendidikan untuk tingkat SMA 2. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian berdasarkan indikator pembelajaran Sosiologi. 3. Membuat soal-soal instrumen sesuai dengan kisi-kisi instrument. 4. Instrumen yang telah di buat oleh peneliti kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing skripsi. 5. Melaksanakan uji coba instrumen penelitian. 6. Analisis validitas dan reliabilitas.
Hal yang senada juga diungkapkan dalam buku karya Atwi Suparman, bahwa “dengan bermain diharapkan siswa mampu memahami dan menghayati berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan nyata. Sehingga dapat membentuk sikap dan nilai sebagai tujuan tambahannya.“1 Hubungan antara siswa pun lebih akrab dan terjalin komunikasi yang pada dalam proses ice breaking. Dimana setiap siswa saling mengisi kekurangan dari siswa yang lain. Sehingga timbul rasa kebersamaan dan kekeluargaan untuk saling mendukung dalam proses pembelajaran. Dengan demikian hasil penelitian yang penulis teliti di SMA Darussalam ciputat dengan menggunakan model pembelajaran Ice breaking membuat siswa menjadi pembelajar yang memandang pelajaran sebagai kebutuhan bukan sekedar tuntutan senada dengan penelitian dan pendapat para peneliti yang sebutkan di atas.
1
Atwi Suparman, “Model-Model Pembelajaran Interaktif ”, (Jakarta: STIA-LAN Press, 1997), h.92