1. Bahasa Daerah Adapun
bahasa
yang
digunakan
sehari-hari
dalam
kehidupan
masyarakat yang tersebar di 19 (sembilan belas) wilayah kecamatan/distrik di Kabupaten Biak Numfor adalah Bahasa Indonesia. Bahasa Biak digunakan penduduk asli di 19 (sembilan belas) kecamatan/distrik yang sama, hanya dibedakan oleh dialek bahasa. Masyarakat Biak Numfor mempunyai potensi yang besar dalam sosial budaya seperti seni suara, seni ukir, adat-istiadat dan objek wisata yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata bagi wisatawan domestik dan mancanegara. 2. Rumah Adat a. Rum Som Rum Som merupakan rumah kehuarga luas yang didiami ayah dan ibu senior dengan anak laki-laki mereka yang sudah kawin. Disebut Rumsom sebab atapnya yang berbentuk kulit penyu, bagian depannya yang menjulur keluar memberi kesan “mengambang” karena tidak ditopang oleh tiang penyangga. b. Rum Sram Rum Sram adalah rumah pemuda. Rumah ini dibangun untuk menampung anak-anak lelaki yang sudah saatnya tidak boleh tidur bersama orang tuanya di dalam bilik keluarga di Rum Som (rumah keluarga).
RAHMAT RIJALUN COMPUTER CLINIC ||| Sumber : Buku Kebudayaan Irian Jaya
1
3. Perahu Tradisional Biak Terdapat 2 (dua) jenis perahu besar yang cukup terkenal di Biak Numfor yaitu “Manjur” (perahu dagang) dan “Wai roon” (perahu perang). Dengan perahu Mansusu orang Biak mengadakan penjelajahan jauh sampai ke Tidore dan Ternate serta Negara-negara asing lainnya. Dengan perahu Wai roon orang Biak mengadakan perang suku dengan suku-suku lain dan menangkap budak-budak. 4. Kesenian a. Seni Musik Daerah. Musik tradisional Biak Numfor disebut Wor yaitu puisi Biak yang dinyanyikan dengan tangga nada pentatonik 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 5 (sol) dan 6 (la). Wor Biak tidak mengenal 4 (fa) dan 7 (si). Struktur puisi Wor terdiri dari 2 bait yang disebut Kadwor (puncak) dan Fuar (pangkal). Tercatat sekitar 18 jenis lagu Wor Biak antara lain Kankarem, Moringkin, Kansyaru, Wonggei, Disner, Nambojaren, Erisam, Dow Arbur, Dow Mamun, Armis, Aurak, Dow Beyor Warn, Dow Bemun Warn, Kawop, Urere, Randan dan Beyuser. Nyanian Wor biasanya diiringi alat music” Sireb” atau Sandip yakni alat musik Tifa.
RAHMAT RIJALUN COMPUTER CLINIC ||| Sumber : Buku Kebudayaan Irian Jaya
2
b. Seni Ukir Daerah. Seni ukir daerah yang dengan gaya Karwamya, selama ini hanya menjadi penghuni museum luar negeri. Dengan munculnya seni ukir Asmat yang terkenal di dunia internasional, mendorong pengukir muda berbakat asal Biak kembali mengabdikan karya seni nenek moyang dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat adat Biak Numfor. c. Seni Kerajinan rakyat. Beberapa seni kerajinan rakyat Biak yang menonjol antara lain : Kerajinan kerang hias; Kerajinan anyam-anyaman; Pengrajinan lainnya. 5. Seni Tari Daerah. Di Kabupaten Biak Numfor, terdapat aneka tari daerah yang menarik dan memikat. Tari-tarian tersebut berupa Tari Kankarem (Tari Pembukaan), Tari Mamun (Tari Perang), Tari Akyaker (Tari Perkawinan) dan lain-lain yang diiringi dengan lagu-lagu wor Biak. Disamping tari tradisional diatas, terdapat pula dua jenis tarian Biak versi baru yakni Tari Pancar dan Tari Mapia. Tari Pancar yang saat ini popular dengan nama Yospan (Yosimpancar) diciptakan sekitar awal tahun 1960-an oleh seniman Biak. Tarian ini tidak dikenal disaat terjadinya konfrotasi antara Belanda dan Indonesia soal Irian Barat ( Papua).
RAHMAT RIJALUN COMPUTER CLINIC ||| Sumber : Buku Kebudayaan Irian Jaya
3
Tarian ini diiringi oleh lagu-lagu pancar diantonis yang menggunakan alat musik Gitar, Stringbass, dan Ukulele. Tari Mapia merupakan tari kneasi baru yang berasal dari pulau-pulau Mapia. Tarian ini diciptakan sekitar tahun 1920-an dan diperkenalkan ke Biak oleh orang-orang Kinmon, Saruf, dan Bariasba. 6. Upacara Tradisional Biak. Upacara tradisional Biak atau pesta adat Biak disebut Wor atau Munara, yang dilaksanakan untuk melindungi seorang individu yang beralih peran dari satu peran sosial sebelumnya ke peran sosial berikutnya. Orang-orang tua Biak mengatakan “Nggo Wor Baindo Na Nggo Mar” (tanpa upacara/pesta adat kami akan mati). Dengan demikian, maka dalam segala aspek kehidupan sosial suku Biak selalu diwarnai dengan upacara adat. Jenis upacara adat Biak yang dapat diurutkan sebagai berikut : Munara Kafko Ibui, Kinsasor (Menembak dengan anak panah dan busur); Munara Sababu (upacara membawa turun); Munara Famamar (upacara mengenakan cawat (marj), dan sraikir kneram (melubangi telinga); Munara Panani Sampar (mengenakan manset yang dibuat dari kulit kerang); Munara Kapapknik (upacara cukur rambut); Munara Sraikir Snonikor (upacara melubangi sekat hidung);
RAHMAT RIJALUN COMPUTER CLINIC ||| Sumber : Buku Kebudayaan Irian Jaya
4
Munara Pananai Mansorandak (mencuci muka, dengan didahului dengan busur yang dibentang); Munara Kabor-Insos (wor kapakpok); Karindanauw (upacara pertunangan); Munara Yakyaker Farbakbuk ( upacara perkawinan); Worak atau Wor Mamun (upacara perang); Kafkofer Afer atau Afer (melemparkan kapur = mengikat perdamaian); Wor saso atau Myow Rum Babo (tarian pencobaan untuk rumah baru); Kankanes Ayob atau Munabai (ratapan untuk mati); Farbabei (menyematkan atau menggantungkan tanda mata); Panamnomes Romawi (penghancuran warisan); S’panggung Bemarya (orang membungkus mayat); S’erak I (pemakaman di tepi karang); Wor Ras Rus (menggali tulang orang mati untuk dikuburkan kembali); Worwarek Marandan (melindungi sanak saudara yang sedang dalam perjalanan dengan nyanyian).; Wor FAN NANGGI (upacara memberi makan kepada langit); Wor Fayakyik Robena (menunjukkan seorang anak muda kepada barang barang milik); Wor Manibob (pada kesempatan menerima seorang teman dagang); Wor fafyafer Membesorandak (upacara cara untuk seorang pemuda yang untuk pertama kali tiba di suatu tempat);
RAHMAT RIJALUN COMPUTER CLINIC ||| Sumber : Buku Kebudayaan Irian Jaya
5
Worm Mon (upaca yang dipakai untuk dukun atau saman); Wor Koreri; Kinsasor (meramal divination); Wor Sabsibert.
RAHMAT RIJALUN COMPUTER CLINIC ||| Sumber : Buku Kebudayaan Irian Jaya
6