I. PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG Distribusi komoditi hortikultura segar mulai saat dari panen sampai
dikonsumsi, membutuhkan waktu yang cukup lama.
Selang waktu dibutuhkan
baik untuk transportasi, penyimpanan, maupun penanganan lebih lanjut, apalagi bagi keperluan ekspor. Sedangkan daya simpan komoditi hortikultura seperti buah-buahan relatif singkat, karena cepat rusak. Sifat mudah rusak disebabkan karena komoditi hortikultura melakukan aktivitas metabolisme seperti pernafasan dan penguapan perubahan
fisika,
kimia,
dan
biokimia.
Akibat
aktivitas
enzim
masih serta
dan
mikroorganisme, buah-buahan akan mencapai titik kemsakan, sehingga tidak dapat dikonsumsi. Untuk menekan laju kerusakan atau memperpanjang daya simpan, maka perlu menghambat proses pematangan atau menekan laju pernapasan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengurangi laju penyerapan 0 2 dan pelepasan CO2 oleh produk, dengan jalan mengurangi ketersediaan 0 2 dan meningkatkan C 0 2 dalam penyimpanan, yang dikenal dengan penyimpanan dengan atmosfir termodifikasi. Penelitian-penelitian yang telah ada selama ini pada umumnya masih terbatas pada penelitian dengan perlakuan modifikasi atmosfir, sedangkan penelitian dengan kondisi atmosfir terkendali otomatik (CAS) belurn banyak dilakukan, bahkan di Indonesia belum pernah dilakukan (Gunadnya dan Purwadaria, 1993; Sjaifullah dan Setyadjit, 1993).
Model penyimpanan dengan CA didasarkan pada pembentukan kondisi atmosfir buatan, untuk memperlambat proses metabolisrne produk yang disimpan, sehingga dapat menjaga kesegaran serta memperpanjang urnur simpan. Sedangkan penggunaan kontrol otornatik diperlukan untuk rnengendalikan dan mernonitor kondisi udara yang selalu berubah secara dinamis di dalam ruang penyirnpanan akibat berlangsungnya metabolisme produk yang disimpan.
CA
storage
yang
sudah
ada
di
negara-negara
maju,
umumnya
dikombinasikan dengan sistem penyimpanan dingin dan dianggap efektif untuk mernperpanjang
urnur
sirnpan
komoditas
hortikultura.
Penelitian
dan
pengembangan penyimpanan dengan sistem CA secara komersial baru diterapkan untuk buah-buahan sub-tropika, terutama buah ape1 dan pir, sedangkan sarnpai saat ini untuk buah-buahan tropika seperti mangga, durian, manggis, pepaya, salak, sirsak dan sejenisnya masih belum dilakukan. Komoditi
hortikultura
merupitkan
suatu
komoditi
ekspor
yang
menghasilkan devisa bagi negara. Volume ekspor buah-buahan Indonesia pada tahun 1996 menurut Dit.Binus.Tani dan Pengolahan Hasil Deptan adaIah sebesar
126489293 kg, dengan komoditi pisang, manggis, mangga dan durian menempati volume terbanyak, masing-masing berturut-turut 101495 129, 198 138 I , 56628 1 dan 307317 kg (Anonymous, 1998), sedangkan untuk tahun 1997 ekspor durian meningkat rnenjadi 695614 kg.
Perkembangan volume ekspor buah-buahan
secara terperinci sejak tahun 1983 sampai dengan 1997 ditunjukkan pada Lampiran 1. Volume ekspor buah-buahan sejak tahun 1983 cenderung t e n s meningkat. Pada tahun 1993 mencapai 29594738 kg, dengan nilai US$ 6498024, dan tahun
1994 menjadi 40225803 kg, dengan nilai US$ 15399618, sedangkan tahun 1997 menjadi 85072930 dengan nilai US$22989115. Narnun kondisi ini belum begitu menggembirakan, karena di lain pihak
volume impor buah-buahan juga cenderung meningkat, bahkan volume maupun nilai impor buah-buahan lebih besar dari pada nilai ekspor (Anonymous, 1998). Pada tahun 1994 volume impor sebesar 88991 526 kg dengan nilai US$ 70285982 (Lampiran 3 dan 4), dan tahun 1997 volume impor 193160502 kg dengan nilai US$ 105048371 (Anonymous, 1998). Volume ekspor Indonesia hanya mengambil pangsa pasar dunia kurang dari satu persen dan menernpati umtan nomor 29 negara pengekspor buah-buahan, dan jauh di bawah negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia, dan Filipina. Salah satu sebab rendahnya nilai ekspor buah-buahan tropika Indonesia adalah masalah mutu yang masih sulit memenuhi persyaratan ekspor akibat penanganan pascapanen yang masih sederhana. Demikian pula kebanyakan varietas bukan unggul yang ditanam. Maka
salah
satu
usaha
yang
ditempuh
adalah
mengembangkan
penyimpanan dengan sistem CA. Dan selain itu, produk hortikultura yang akan diteIiti ditujukan pada produk-produk : (a) yang mempunyai fluktuasi harga yang tinggi, (b) mempunyai peluang ekspor tinggi, (c) mempunyai nilai ekonomis tinggi, (d) yang bersifat musiman, ( e ) daya simpannya relatip singkat (perishable). Sehubungan dengan latar belakang dan alasan tersebut di atas maka dipilih komoditi durian.
Durian merupakan produk hortikultura yang bersifat musiman, panen utama berkisar bulan Nopember sampai dengan Febmari, sedangkan secara luas antara bulan Oktober sampai Maret. Fluktuasi harga
durian cukup tinggi, pada saat panen
antara Rp 1500 - Rp 4000 per buah, rnenjadi Rp 4000
-
raya harga
Rp SO00 atau lebih per
buah di luar panen raya, tergantung jenis dan ukuran (Rismawani, 1991). Berdasarkan Lampiran 1, terlihat bahwa ekspor durian dari tahun ke tahun (19821997) terns meningkat (Anonymous, 1998), ha1 ini menunjukkan bahwa minat rnasyarakat luar juga semakin meningkat, yang berarti merupakan peluang untuk peningkatan devisa negara. Narnun pemasalahannya, daya simpan produk durian relatif singkat yaitu antara 3-7 hari setelah panen, tergantung jenis (Hutstbarat, 1990).
Maka salah satu usaha untuk mernperpanjang daya simpan durian,
dilakukan penelitian penyirnpanan dengan sistem pengendalian atmosfir (CAS). Selain itu untuk produk durian tersebut juga belum ada peneIitian tentang penyimpanan dengan pengendalian atmosfir (CAS). Untuk lebih mengefektifkan sistern maka lebih lanjut dikembangkan model pengendalian atmosfir untuk penyimpanan produk hortikultura, yang didasarkan pada parameter yang nilainya diperoleh dalam penelitian ini.
1.2
TUJUAN PENELITIAN
(1)
Tujuan urnum : Menyusun model atrnosfir terkendali untuk penyimpanan produk hortikultura.
(2)
Tujuan khusus : (a)
Mengetahui pola dan laju respirasi buah durian.
(b)
Memilih tingkat ketuaan (maturity) yang optimum untuk pemanenan buah sehubungan dengan umur simpan.
(c)
Menentukan suhu serta konsentrasi
0 2
dan C02 optimum dalam
ruang simpan untuk memperpanjang umur simpan. (d)
Mengembangkan model pengendalian atmosfir otomatik untuk penyirnpanan produk hortikultura.
(e)
1.3
Menguji keabsahan model dan analisis kepekaan program simulasi.
MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian diharapkan :
(1)
Dapat meningkatkan mutu dan memperpanjang masa simpan (shelflife) produk hortikuItura, buah-buahan tropika pada khususnya.
(2)
Mendorong meningkatkan volume ekspor produk hortikultura.
(3)
Bermanfaat bagi para pelaku pascapanen produk hortikultura, yang di dalarnnya termasuk
baik petani, pedagang pengumpuI,
distributor,
eksportir maupun ilmuwan.
1.4
HIPOTESIS Hipotesis
pengendalian
yang
atmosfir
diajukan dalarn
memperpanjang umur simpannya.
daIarn
penelitian
penyimpanan
produk
ini
adalah
durian
penerapan
akan
dapat