1 2 Diskusi Terfokus Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ru ang Kawasan Perkotaan Acc. No. : Class : Checked : 'r /. ',t3 KATA PENGANTAR Dalam era desent...
Diskusi Terfokus Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ru ang Kawasan Perkotaan
Acc. No.
:
Class
:
Checked
: 'r
/. '
,t
KATA PENGANTAR peran pemerintah Dalam era desentralisasi dan otonomi daerah, kewenangan dan di bidang pertanahan dan penataan ruang semakin meningkat'
daerah, termasuk peningi
terpisihkan
dan peran tersebut merupakan bagian yang luk
dan dari ,pJyu peningkatan . pelayanan kepada masyarakat rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat'
pemberdayaan masyarakat dalam tanah pertanian balah satu kewenangan di bidang pertanahan adalah konsolidasi
dan perkotaan yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah instrumen pembanguia n
da
sebagai
lam meningkatka n kesejahteraan masyarakat'
perkotaan Pada kesempatan ini kita memfokuskan kepada konsolidasi tanah dan perumahan untuk tanah penyediaan r*lingut meningkatnya kebutuhan ketersediaan sedangkan pendukungya, p"iniur.i.un di pe-rkotaan beserta fasilitas yang lebih mahal' Hal tersebut i*uri p"rr,otaan relatif terbatas dengan hargaperkembangan suatu kota' Untuk menjadi salah satu fenyebab ketidakieraturan penguasaan, kembali 'penataan itu, Konsolidasi Tanah yang merupakan upaya sefta usaha wilayah Ruang pemilikan oan pengjunaan ianarr sesuai dengan Tata meningkatkan untuk ying bertujuan l"nguauun tanah--untuk pembangunan alam dengan melibatkan sumberdaya hidup/pemelihiraan lingkungan kualitas untuk mengatasi instrumen masyarakat,,, dapat menjadi sebagai salah satu permasalahan tersebut.
adalah Tata Ruang Karena salah satu landasan pelaksanaan Konsolidasi Tanah juga sekaligus merupakan salah wilayah, maka Konsolidasi Tanah perkotaan ini perkotaan' satu instrumen yang efektif dalam rangka penataan ruang kawasan dalam tanah kebijakJn dan strategi konsolidasi U"|f. itu perlu'dik"embangkan -perkotaan oleh dimanfaatkan yang diharapkan,da.pat penataan iuang kawasan baik perkotaan, tanah semua pihak yang terkait d"ngun pelaksanaan konsolidasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat' sesuai dengan tugas Dalam rangka pengembangan kebijakan peftanahan tersebut,
dan pokok dai fungsinya, eJppenas- sedang menyiapkan- konsep "Kebijakan yang Perkotaan" btrategi Konsolidasi Tanah dalam Penaiaan Ruang Kawasan termasuk Badan diharapkan dapat menjadi masukan bagi berbagai pihak terkait memerlukan masih Koordinasi Tata Ruani Nasional (BKIRN). Konsep tersebut. melalui Diskusi masukan untuk peng-ayaan materinya, salah satunya adalah sehingga Terfokus Konsolidasi ianatr dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan, yang pada akhirnya diharapkan dapat menjadi suatu keb'rjakan dengan kualitas mendapatkan lebih baik. Diskusi te#okus teisebut adalah salah satu sarana untuk perkotaan baik tanah konsolidasi pakar di bidang para dari informasi dan masukan pembahas yang berasal dari akademisi dan praktisi yang menjadi pembicara dan dari maupun para peserta diskusi. Masukan tersebut, baik yang berupa tulisan pesefta diskusi, p"rbi.uru dan pembahas maupun sumbang saran dan pemikiran
DiSk,lS'l
Te'fok'rst Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
kemudian dikompilasi dalam Prosiding Diskusi Terfokus Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan ini. Sementara penyempurnaan konsep "Kebijakan dan Strategi Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan" sesuai derigan berbagai masukan yang diperoleh ditindaklanjuti terpisah dari LaPoran ini
Akhir kata, kepada para pembicara, pembahas dan peserta Diskusi Terfokus kami ucapkan Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan, konsep semoga terima kasih atas partispasi dan sumbang saran pemikirannya. ..Kebijakan dan Strategi Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan perkotaan" tersebut paia akhirnya dapat bermanfaat bagi peningkatan pelayanan penataan ruang' kepada masyarakat khususnya di bidang pertanahan dan
Jakarta, NoPember 2001 Deputi Bidans Resional dan
sumbert##f;
2,i'
Dedi M. MasYkur RiYadi
Perkotaan DEkusi Te'fokrjs: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan
DAFTAR ISI
..'......'.'.. DAFTAR ISI ........... BAB I. Pendahuluan ............ BAB II. Kerangka Acuan Kerja 2.1 Latar Belakang 2.2 Maksud dan Tujuan 2.3 LingkuP Kegiatan 2.4 Hasil Kegiatan 2.5 DiskusiTerfokus KATA PENGANTAR
BAB
III.
I
iii 1
3
.....'.'....'.....'
3
4 4
.'...........'..',..
5 5
Ringkasan Hasil Pelaksanaan 3.1 Resume Pembicara dan Pembahas.............. 3.2 Hasil Diskusi 3.3 Kesimpulan dan PenutuP
6 L2 15
I.AMPIRAN
A.
Materi Pokok: Kebijakan Dan Strategi Konsolidasi Tanah Dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Deputi Bidang Regional dan Sumberdaya Alam, Bappenas
B.
pelaksanaan dan Pembiayaan Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Dr. Ir, Yuswanda A.7.,
CE|
Dil,
Direktur Pengaturan Penguasaan
Tanah, BPN
C.
Pelaksanaan dan Pembiayaan Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Ir. Gembira Peranginangin, Kepala Kantor Pertanahan Kota Bandung
D.
Konsolidasi Lahan dan Bank Lahan sebagai Manajemen Lahan Kota dalam Pembangunan Berencana Prof. Dioko Suiarto, Guru Besar Teknik Planologi ITB
E.
perencanaan dan Pembiayaan Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
Ngakan Putu Giripati Natayasa, 5.H., Kantor Pertanahan Kabupaten Badung
F.
Aspek Hukum Konsolidasi Tanah dalam Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan Oloan Sitorus, SH,
Mt
Dosen STPN Yogyakarta
ill Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
G.
Aspek Hukum dan Kelembagaan dalam KonsolidasiTanah
Ir.
Ruchyat Deni Diakapermana, M.Eng., Direktur Penataan Ruang
Nasional, DeP. KimPraswil
H. Susunan Acara Diskusi
Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
BAB
I
PENDAHULUAN Diskusi Terfokus Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan perkotaan merupakan bagian dari kegiatan penyusunan kebijakan dan strategi bidang penataan ruang, pertanahan dan lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh Direktorat Penataan Ruang, Pertanahan dan Lingkungan Hidup, Bappenas, yaitu penyusunan Kebijakan dan Strategi Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan. Diskusi ini dimakudkan sebagai media tukar pendapat dan pengalaman mengenai konsolidasi tanah dalam penataan ruang kawasan perkotaan antar instansi pusat dan daerah yang terkait, pakar dan praktisi. Dari diskusi ini dharapkan dapat diperoleh masukln mengenai aspek-aspek penting dalam konsolidasi tanah, mekanisme pelaksanaan konsolidasi tanah, serta kendala, tantangan dan hasilnya
Indonesia. Kendala yang ditemukan di lapangan sefta strategi dan kunci keberhasilan pelaksanaan konsolidasi tanah di suatu daerah didiskusikan untuk dapat dUadikan masukan dalam penyempurnaan aspek-aspek konsolidasi tanah baik dari sisi peraturan perundangan, kelembagaan, sosial maupun finansial melalui penyusunan kebijakan dan strategi ini. Di samping itu diskusi terfokus ini juga dapit meniadi salah satu sarana bagi daerah untuk belajar dari pakar dan daerah yang lain mengenai penerapan konsolidasi tanah dalam penataan ruang kawasan
di
perkotaan. Diskusi diawali dengan pembukaan oleh Direktur Penataan Ruang, Pertanahan dan Lingkungan Hidup Bappenas. Datam sambutan tersebut disampaikan bahwa tanah meiupa[an wadah untuk meminimalkan konflik kepentingan. Karena itu diskusi ini juga diharapkan membahas konsolidasi tanah dalam konteks pengembangan -feUiiatan penataan ruang dan pertanahan yang pada akhirnya berkontribusi untuk meminimalkan konflik.
Agar berbagai aspek konsolidasi tanah tercakup dalam diskusi ini, maka diskusi tefokus ini dibagi dalam tiga sesi, dengan topik: (1) Aspek Pelaksanaan dan Pembiayaan Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan, (2) Aspek perencanaan dan Pembiayaan Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan, dan (3) Aspek Hukum dan Kelembagaan Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan. Topik kedua menekankan pada aspek perencanaan konsolidasi tanah dalam penataan ruang kawasan perkotaan, sementara topik pertama dan ketiga membahas mengenai berbagai aspek dalam pelaksanaan konsolidasi tanah itu sendiri' Sesi pertama dengan topik Aspek Pelaksanaan dan Pembiayaan Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan dipandu oleh Dr. Ir. Herry Darwanto, MSc, Direktur Permukiman dan Perkotaan, Bappenas. Sebagai
hadir
Ir.
Dil,
Direktur Pengaturan Yuswanda A.T., CES, Dr. Penguasaan Tanah, BPN yang menyampaikan makalah dengan judul "Pelaksanaan dan pembiayaan Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan". Tulisan tersebut kemudian ditanggapi oleh pembahas Ir. Gembira Peranginangin, Kepala Kantor Pertanahan Kota Bandung. pembicara
dan Pembiayaan Konsolidasi kembali dipandu oleh Dr. Perkotaan Kawasan Tanah dalam Penataan Ruang yaitu Prof. Djoko pembicara dua ini terdapat sesi Ir. Herry Darwanto, MSc. Pada Natayasa, S.H. Giripati Putu Ngakan ITB, dan Sujarto, Guru Besar Teknik Planologi masingyang disampaikan dari Kantor Pertanahan Kabupaten Badung. Makalah Lahan Manajemen Lahan sebagai masing berjudul "Konsolidasi Lahan dan Bank Pembiayaan dan "Peren6anaan Kota dalam Pembangunan Berencana" dan Sesi kedua dengan topik Aspek Perencanaan
Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan".
Aspek Hukum dan Kelembagaan Konsolidasi Tanah datam Fenataan Ruang Kawasan Perkotaan dipandu oleh Dr. Ir. Sujana Royat, DireKur Penataan Ruang, Peftanahan dan LH, Bappenas. Pembicara pada sesi ini, Oloan Sitorus, SH, MS dari STPN Yogyakata menyampaikan makalah berjudul "Aspek Hukum Konsolidasi Tanah dalam Pemanfaatan Ruang Kawasan peikotaan". Tanggapan pembahas, Ir. Ruchyat Deni Djakapermana, M.Eng, Dire6ur Penataan Ruang Nasional, Dep. Kimpraswil disampaikan dalam tulisan Sesi ketiga dengan topik
yang berjudul"Aspek Hukum dan Kelembagaan dalam KonsolidasiTanah".
Terdapat dua kali forum tanya jawab yang melibatkan seluruh peserta diskusi. Ringkasan hasil pelaksanaan diskusi terfokus dapat dilihat pada Bab 3 Hasil Pelaksa naa n Diskusi Terfokus. Acara diskusi terfokus ditutup oleh Direktur Penataan Ruang, Pertanahan dan Lingkungan Hidup, Bappenas dengan menyampaikan kesimpulan sementara hasil diskusi terfokus ini.
Diskusi Tefokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruanq Kawasan Perkotaan
BAB 2 KERANGKA ACUAN KERJA
2.L
LATAR BELAKANG peningkatan jumlah penduduk dan urbanisasi yang cepat di kawasan perkotaan di IndonLsia menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan lahan untuk perkotaan. Selain tempat tinggal, penduduk kota juga permukiman membutuhkan sarana dan prasarana umum yang makin meningkat sejalan dengan
di
peningkatan kebutuhan dan pemenuhan standar layak hidup
di
kawasan
perkolaan. Konsolidasi tanah dapat menjadi salah satu instrumen untuk menjawab icebutuhan dan permasalahan tersebut karena Konsolidasi tanah bertujuan
meningkatkan kualitas lingkungan hidup termasuk penyediaan sarana dan prasarana, memanfaatkan tanah secara optimal, serta memberijaminan kepastian hak atas tanah.
Konsolidasi tanah adalah kebijaksanaan peftanahan mengenai penataan penguasaan, pemilikan dan penggunaan tanah sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah, dilengkapi dengan prasarana lingkungan, melalui usaha bersama masyarakat pemilik tanah sendiri dan/atau dengan pihak lain baik di wilayah perkotaan maupun di perdesaan. Prinsip dasar pelaksanaan konsolidasi tanah adalah penataan kembali bentuk, luas dan letak, penguasaan, pemilikan, dan penggunaan tanah, sehingga tertata dan teratur dilengkapi sarana prasarana dan semua kavling tanah menghadap jalan.
Di kawasan perkotaan terdapat beberapa wilayah yang menjadi skala prioritas pelaksanaan konsolidasi tanah yang antara lain wilayah permukiman kumuh, wilayah permukiman yang tumbuh pesat, wilayah yang sudah direncanakan menjadi kota/daerah permukiman baru, wilayah yang relatif kosong/sedikit bangunannya (wilayah kota bagian pinggir) yang diperkirakan akan berkembang sebigai daerah permukiman, sefta wilayah kota bagian pinggir yang telah ada jalan penghubung ke jalan utama. Konsolidasi tanah merupakan instrumen pertanahan dalam menjabarkan struktur dan pola tata ruang agar dapat operasional di lapangan. Konsolidasi tanah mampu
memadukan aspek legalitas penguasaan tanah dengan aspek penataan flsik penggunaan tanah. Manfaat konsolidasi tanah antara lain mampu memecahkan permasalahan penatagunaan tanah dalam Upaya pelaksanaan rencana tata ruang, mampu menghemat pengeluaran pemerintah dalam pembangunan prasarana dasar, mampu menggerakkan paftisipasi masyarakat khususnya dalam penyediaan tanah miliknya serta menunjang pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Menurut data Badan Pertanahan Nasional (BPN), Sejak tahun 1992-2001, Konsolidasi tanah perkotaan sudah dilakanakan pada 25 propinsi dengan luasan 3 Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
15.000 ha yang dibiayai dari dana pemerintah pusat dan daerah (APBN dan APBD) dan swadaya masyarakat. Konsolidasi tanah dengan dana masyarakat dapat
dilakukan bersama pihak ketiga dengan pola kemitraan. Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa permasatahan, diantaranya aspek teknis dari pelaksanaan konsolidasi tanah, kurangnya peraturan pelaksanaan konsolidasi tanah di lapangan, maupun kurangnya pemahaman masyarakat akan pentingnya konsolidasi tanah' Dengan melihat permasalahan
di atas, maka diperlukan adanya kebijakan
dan
straftgi yang komprehensif yang dapat dijadikan acuan bagi setiap aftifitas konsoildasi dnah di kawasan perkotaan berdasarkan rencana tata ruang Propinsi, Kabupaten, dan Kota.
MAKSUD DAN TUJUAN 1. Untuk memberi informasi kepada pemerintah daerah dan masyarakat mengenai kebijakan pertanahan, manfaat dan pentingnya konsolidasi tanah sebagai salah satu instrumen peftanahan dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan perkotaan.
2.2
2,
Untuk memberikan informasi mengenai strategi dan prosedur pelaksanaan konsolidasi tanah dalam penataan ruang kawasan perkotaan.
2.3
UNGKUP KEGIATAN Kegiatan penyusunan keb'rjakan dan strategi konsolidasi tanah
ini dilakukan
melalui:
1. Studi literatur
Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai konsolidasi tanah dari peraturan perundang-undangan, buku, makalah dan bahan-bahan tertulis lainnya dari berbagai sumber.
2.
3.
Diskusi terfokus dengan pakar dan instansi terkait pusat dan daerah
Diskusi ditakukan untuk mengetahui pelaksanaan konsolidasi tanah, kendala, tantangan dan hasilnya di Indonesia. Kendala yang ditemukan di lapangan serta itrategi dan kunci keberhasilan pelaksanaan konsolidasi tanah di suatu daerah Oapit O6aAikan masukan dalam penyusunan informasi kebijakan dan strategi ini. Tinjauan ke daerah
Oaii kuniungan yang dilakukan ke lokasi konsolidasi tanah dapat diketahui tanggapin, opini, serta masukan dari masyarakat dan aparat Pemerintah OaJratt terhadap konsolidasi tanah dan pelaksanaannya serta melihat hasil
konsolidasi tanah secara langsung. Diharapkan dari kunjungan ini didapatkan gambaran permasalahan yang mungkin dihadapi dan melihat langsung
Oiskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan maupun dalam menjaga keberlanjutan hasil pelaksanaan konsolidasi tanah.
2.4
HASIL KEGIATAN Konsep kebijakan dan strategi konsolidasi tanah yang dihasilkan dari kegiatan ini diharapkan iapat menjadi bahan bagi Kelompok Kerja (Pokja) III BKTRN dalam rangka memperkaya sumber informasi bagi pemerintah daerah dan pihak-pihak yang terkait dalam perencanaan dan pembangunan kawasan perkotaan.
2,5
DISKUSI TERFOKUS Salah satu kegiatan dalam studi ini adalah pelaksanaan diskusi terfokus Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan. Adapun rencana topik dan pembicara yang akan diundang adalah sebagai berikut:
Topik
I
Penyaji
Aspek Pelaksanaan dan PembiaYaan Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
Moderator Dr. Ir. Herry Darwantq
Dr.
Ir.
Yuswanda A.7.,
CE
DEA
Direktur Pengaturan Penguasaan Tanah,
BPN
Pembahas MSc.
DireKur Permukiman dan Perkotaan'
Ir. Gembira Peranginangin Keoala Kantor Peftanahan Kota Bandung
Eappenas
Topik
II
Penyaji
Aspek Perencanaan dan PembiaYaan Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
Moderator Dr, Ir. Heny Darwanto,
Prof, Djoko Sujafto Guru Besar Teknik Planologi ITB
Pembahas MSc.
DireKur Permukiman dan Perkotaan,
Ngakan Putu GiriPati NataYasa, S.H. Kantor Pertanahan Kabupaten Badung
Bappenas
i Topik III i Rspet< Hukum dan Kelembagaan r Konsolidasi Tanah dalam Penataan
Penyaji O/oan Sitorus, SH, I'lS STPN Yogyakarta
i Ruang Kawasan Perkotaan
i Moderator i Dr. Ir. Sujana RoYat i Direktur Penataan Ruang, Pertanahan dan LH, Bappenas
Pembahas
Ir. Ruchyat Deni Djakapermana, M.Eng
DireKur Penataan Ruang Nasional, Kimpraswil
Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
Dep.
BAB 3 RINGKASAN HASIL PELAKSAN
3.1
AJAN
RESUME PEMBICARA DAN PEMBAHAS
3.1.1 Aspek Pelaksanaan dan Pembiayaan Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Pembicara: Dr. Ir. Yuswanda A.T., CES, DEA, Direktur Pengaturan Penguasaan Tanah, BPN dengan makalah berjudul "Pelaksanaan dan Pembiayaan Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan"
Fungsi konsolidasi tanah antara lain adalah untuk mengantisipasi dinamika perubahan penggunaan tanah, mengimplementasikan RTRW, mencegah keresahan masyarakat akibat kurangnya akses pembangunan, memberikan kepastian hak atas tanah, dan meningkatkan efisiensi/produktivitas tanah dalam hal ini nilai tanah dan nilai produk. Prinsip yang diterapkan dalam konsolidasi tanah antara lain: (1) dari, oleh dan untuk rakyaU dan (2) membangun tanpa menggusur. Berdasarkan fungsi dan prinsip tersebut manfaat yang diharapkan dari konsolidasi tanah adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi kebutuhan lingkungan yang teratur, teftib dan sehat. 2. Keuntungan estetika/keindahan view yang lebih baik kepada pemilik tanah 3. Meningkatkan pemerataan pembangunan (membangun tanpa menggusur)
4.
Menghindari ekses-ekes yang mungkin timbul dalam proses penataan dan
penyediaan tanah
5. Mempercepat pertumbuhan wilayah 6. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas penggunaan tanah 7. Meningkatkan harga tanah dalam arti meningkatkan land valua'rya. 8. Adanya kepastian hak atas tanah. Pembiayaan konsolidasi tanah dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu: (a) Pendekatan Proyek (dengan dana APBN/APBD), dan (b) Pendekatan Swadaya. Harapannya adalah konsolidasi tanah tidak hanya menjadi bagian dari penataan pertanahan tetapi juga menjadi bagian dari penataan ruang kawasan perkotaan. Namun masih terdapat permasalahan yang dihadapidalam pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan antara lain:
1). Aspek Perundang-undangan yang sangat
lemah
Walaupun UU No.S Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-pokok Agraria, UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, dan UU No. 4 Tahun 1992
tentang Perumahan dan Permukiman telah mencanangkan konsolidasi tanah secara implisit, namun belum ada UU yang secara komprehensif mengatur tentang konsolidasi tanah. Karena adanya kebutuhan yang mendesak di daerah maka gpru mencoba menindaklanjutinya dengan Peraturan Kepala BPN No' 4 Tahun 1991 yang berisikan tentang tata cara penyelenggaraan konsolidasi tanah di Indonesia sebagai landasan pelaksanaan konsolidasi tanah di Indonesia. 2). Aspek kelembagaan yang kurang mendukung
tanah akan berjalan baik dan bermanfaat jika melibatkan komitmen dari semua pihak (masyarakat, Pemda dan Pelaksanaan konsolidasi
pelaksananya). Kurangnya komitmen pihak terkait termasuk pemda dapat
menyebabkan timbulnya kendala. Misalnya dalam hal pembangunan infraitruktur oleh pemerintah daerah, yaitu tidak selesainya konstruksi jalan. Karena itu bila konsolidasi tanah sudah direncanakan seharusnya menjadi komitmen bersama dalam melaksanakan pembangunan prasarana dan sarananya. 3). Aspek Sosial
Seringkali tidak 100o/o masyarakat pemilik tanah pada calon lokasi konsolidasi tanah menerima pelaksanaan konsolidasi tanah sekalipun mengetahui manfaat
konsolidasi tanah tersebut. Salah satu alasannya berkait dengan STUP (Sumbangan Tanah Untuk Pembangunan) dari areal yang dikonsolidasi, dimana Liasanya disumbangkan L4o/o dari tanah peserta konsolidasi. Sementara itu orang cenderung keberatan kalau luas tanahnya dikurangi.
4). Aspek Fisik Dalam pelakanaan konsolidasi tanah mungkin terjadi pergeseran posisi bidang
tanah dan pemindahan letak bidang tanah yang mungkin tidak dapat diterima oleh peserta konsolidasi tanah. s). Aspek Mentalitas Kurangnya kesadaran berbagai pihak terlibat dalam pelaksanaan konsolidasi tanah dapat mengakibatkan gagalnya pelaksanaan konsolidasi tanah.
Pembahas: Ir. Gembira Peranginangin, Kepala Kantor Peftanahan Kota Bandung dengan pembahasan yang berjudul "Pelaksanaan dan Pembiayaan Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan" pembangunan suatu wilayah perkotaan bertujuan untuk menciptakan suasana kota yang aman, tertib, lancar, dan sehat (AT|-AS), sementara dari sisi pertanahan
tujuannya adalah terciptanya catur tertib pertanahan (tertib hukum, tertib administrasi, tertib penggunaan, tertib pemeliharaan tanah dan lingkungan hidup).
Berdasarkan kedua tujuan ini maka disusun rencana kota dimana konsolidasi tanah adalah salah satu instrumen yang dapat mengakomodir kedua tujuan tadi. konsolidasi tanah ini dapat mengisi RUTRK yang sudah disiapkan. Beberapa aspek yang mempengaruhi konsolidasi tanah berdasarkan pengalaman di Jabar khususnya:
Aspek Kelembagaan
Pelaksana konsolidasi tanah adalah tim koordinasi tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota, namun keterlibatan pihak pemda saja tidak cukup untuk mengaktualkan pelaksanaan konsolidasi tanah, sebab peran seta masyarakat juga penting (mengingat prinsip konsolidasi tanah ildalah dari, oleh dan untuk rakyat) dalam bentuk lembaga-lembaga informal seperti Pokmasdartibnah (Kelompok Masyarakat Sadar Tertib Pertanahan) yang diharapkan dapat menyelesaikan urusan antar masyarakat dan pemerintah,
Aspek Fisik Konsolidasi tanah dilakukan di wilayah yang belum terbangun/sedikit terbangun tetapi potensial untuk tumbuh dan berkembang untuk menghindari relokasi kavling
dan bangunan yang umumnya rawan konflik. Dalam hal ini pendataan awal merupakan hal yang sangat penting dilakukan, berkaitan dengan subvek dan obyek konsolidasi tanah, sebab pendataan awal ini menjadi dasar pelaksanaan konsolidasi tanah. Pendataan ini cukup rumit dalam pelaksanaannya di lapangan (antara lain
melakukan pengukuran, identifikasi kepemilikan tanah, dsb.) namun sangat menentukan berhasil-tidaknya konsolidasi tanah. Aspek Sosial Hubungan antara pemilik tanah dan tanahnya tidak hanya bersifat hukum namun juga 'batin', sehingga konsolidasi tanah dapat dianggap mengganggu hubungan batin tersebut sebagai akibat pemindahan letal< lahan. Namun pada saat sekarang konsolidasi tanah membutuhkan komitmen seluruh peserta (100o/o setuju), bukan
memungkinkan. Karena jitu dalam penyuluhan hendaknya diterangkan mengenai keuntungan dan kerugian konsolidasi tanah sampai mereka benar-benar memahami konsolidasi tanah sehingga dapat diperoleh kesepakatan dari seluruh pesefta. Karena kesepakatan di antara pemilik tanah adalah faKor mutlak dari aspek sosial, maka penyuluhan dengan melibatkan tokoh-tokoh formal
hanya B0o/o,
jika
perlu dilakukan.
Aspek Finansial Pada pelaksanaan konsolidasi tanah di Babak:an Surabaya, anggarannya berasal dari APBN/APBD, padahal seyogyanya konsolidasi tanah dibiayai oleh masyarakat mengingat filsafatnya dari, oleh dan untuk rakyat. Namun hal ini dianggap tidak tepat karena masyarakat belum terlibat di awal pelaksanaan (mencari dan menetapkan lokasi) konsolidasi tanah. Jadi pada tahap persiapan belum melibatkan masyarakat, maka tentu saja belum dapat diharapkan dana dari masyarakat. Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruanq Kawasan Perkotaan
Sebaiknya tahap persiapan dibiayai oleh APBN/APBD, demikian juga dengan pekerjaan konstruksi mengingat dibutuhkan biaya yang sangat besar sehingga sulit diusahakan dari swadaya masyarakat. Pemerintah dalam hal ini sebenarnya hanya memberikan 'pinjaman' karena kemudian akan diperoleh TPBP (Tanah Pengganti Biaya Pembangunan) sebagai pengganti biaya yang telah dikeluarkan tadi. Jadi sebaiknya pembiayaan ini bersifat kemitraan, tahap persiapannya dibiayai oleh pemerintah sementara tahap selanjutnya dibiayai dari dana swadaya. Contoh Lokasi Babakan Surabaya. Kondisi lokasi sebelum konsolidasi tanah dilakukan adalah sebagai berikut: pemilik lahan di lokasi ini * 50 orang, bagian Utaranya belum terbangun sementara bagian Selatannya sudah terbangun. Dan setelah pelaksanaan konsolidasi tanah, lokasi ini menjadi teratur. Hendaknya gambaran seperti ini yang ditawarkan kepada pemilik tanah sebelum kesepakatan tercapai, namun gambaran sepefti ini baru dapat dirancang setelah pendataan awal selesai. Saat ini jalan-jalan sudah bedungsi dengan baik serta sudah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.
Perencanaan dan Pembiayaan Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Pembicara I: Prof. Djoko Sujarto, Guru Besar Teknik Planologi ITB dengan makalah berjudul "Konsolidasi Lahan dan Bank Lahan sebagai Manajemen Lahan
3.1.2 Aspek
Kota dalam Pembangunan Berencana"
Konsolidasi tanah sudah dilakukan sejak tahun 1974 berdasarkan pelaksanaan konsolidasi tanah di Taiwan yang diungkapkan oleh William Doebelle (Lincoln Institute - Haruard University). Untuk perkotaan dapat diambil kasus di Bekasi, Bogor dan Bandung. Konsolidasi tanah ini berdampak positif terhadap perencanaan karena dilaksanakan pada wilayah yang belum berkembang dengan lahan yang fragmented namun potensial untuk berkembang. Konsolidasi tanah yang dilakukan pada wilayah yang terbangun adalah kurang tepat tapi yang dapat dilakukan di wilayah yang sudah terbangun ini adalah land banking.
Yang sangat penting dalam pelaksanaan konsolidasi tanah adalah
peran
masyarakat karena lahan tersebut adalah milik masyarakat. Konsolidasi tanah berbeda dibandingkan dengan yang dilakukan oleh developer karena konsolidasi tanah dilakukan oleh masyarakat dan dikoordinir oleh masyarakat dengan bantuan pemerintah daerah.
Dibalik kesuksesan Babakan Surabaya, ada beberapa hal yang dapat dianggap gagal dari segi perencanaan berdasarkan hasil evaluasi 5 tahun yang lalu, salah satu di antaranya adalah: Saat ini ada penghuni yang tetap bermukim disana dan ada yang pindah dari tanahnya. Ini disebabkan karena adanya penjualan lahan kepada pihak lain akibat peningkatan harga. Jadi pembangunan kavling tidak seluruhnya dilakukan oleh pemilik asal yang masih menetap disana tapi juga oleh pemilik baru. Sehingga
dalam hal ini terlihat bahwa masyarakat lebih tertarik untuk menjual tanahnya karena masih kurang tepatnya sosialisasi konsolidasi tanah. Karena itu hal yang terpenting dalam pelaksanaan konsolidasi tanah adalah melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Untuk menghindari unsur top down dalam pelaksanaan konsolidasi diperlukan Asosiasi Pemilik Tanah agar dapat mewakili pemilik lahan.
II:
Ngakan Putu Giripati Natayasa, S.H. dari Kantor Peftanahan Kabupaten Badung dengan makalah berjudul "Perencanaan dan Pembiayaan Pembicara
Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan".
Peren@naan Tata RuangfFata Guna Tanah sangat diperlukan sebagai arahan pemanfaatan tanah untuk menjamin agar ruang/tanah dapat dimanfaatkan secara efisien ditinjau dari segi fungsi sosial dan ekonomis. konsolidasi tanah perkotaan selain merupakan instrumen RUTRK juga merupakan instrumen penyediaan tanah. Tanah yang tersedia melalui instrumen iniantara lain:
perencanaan, pelaksanaan, dan administrasi peftanahan.
konsolidasi tanah pada dasarnya merupakan konsep pembangunan melalui swadaya dan swadana para pemilik tanah sehingga juga disebut self help.
Untuk memilih lokasi konsolidasi tanah perlu dilakukan studi kelayakan yang mencakup analisis secara makro dan mikro. Analisis makro bertujuan untuk menilai
potensi lokasi tersebut dalam kaitannya dengan pembangunan wilayah secara keseluruhan, sedangkan analisis mikro bertujuan menilai lokasi itu sendiri secara sosial, ekonomi, budaya dan kelestarian lingkungan. Pada tahap analisis mikro, faktor yang paling menentukan berhasilnya konsolidasi tanah adalah desain Tata Ruang Rinci yang merupakan dasar penataan kembali penguasaan dan penggunaan tanah dari keadaan sebelumnya.
Faktor utama yang menentukan kelayakan suatu lokasi untuk diterapkan konsolidasi tanah adalah kesesuaiannya dengan rencana tata ruang, dilewati atau berdekatan dengan jalan penghubung, adanya rencana pembangunan jalan dan utilitas lainnya di lokasi itu, adanya kesiapan para pemilik tanah untuk ikut konsolidasi tanah serta adanya prospek kenaikan harga yang cukup tinggi setelah dilakukan konsolidasi tanah. Pemilihan lokasi merupakan salah satu faktor penting bagi keberhasilan konsolidasi tanah. Karena lokasi menentukan layak tidaknya program konsolidasi tanah baik dari segi fisik, sosial, ekonomi maupun hukum.
Karena program konsolidasi tanah dipersiapkan sejak RDTRK maka pemerintah
harus memberikan perhatian khusus dalam pekerjaan RDTRK ini. Hal
to Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
ini
dimaksudkan agar tujuan dan manfaat konsolidasi tanah ini dapat dicapai semaksimal mungkin. Pelaksanaan konsolidasi tanah harus mengacu kepada rencana kota yang telah ada.
3.1.3 Aspek Hukum dan Kelembagaan Konsolidasi Tanah
dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Pembicara: Oloan Sitorus, SH, MS dosen STPN Yogyakarta dengan makalah berjudul "Aspek Hukum Konsolidasi Tanah dalam Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan".
Pelaksanaan konsolidasi tanah tidak hanya merupakan penatagunaan tanah, namun lebih jauh lagi sebagai alat dalam penataan tata ruang. Oleh karena itu dalam pelaksanaanya perlu adanya koordinasi antar instansi. Ditekankan pula bahwa dalam pelaksanaannya harus didasarkan pada prinsip dari masyarakat, oleh
masyarakat,
dan untuk masyarakat pemilik lahan. Namun yang
menjadi
permasalahan adalah bagaimana kalau tidak semua masyarakat menginginkan untuk ikut serta dalam pelaksanaan konsolidasi tanah (dilihat dari aspek hukum).
Menurut Peraturan Kepala BPN No 4 tahun 1991 disebutkan bahwa konsolidasi tanah bisa dilaksanakan apabila ada persetujuan minimal 85 o/o dari total peserta, yang menguasai lahan sekurang-kurangnya B5o/o dari seluruh areal yang dikonsolidasikan. Pelaksanaan konsolidasi lahan merupakan salah satu kebijakan publik, maka cara yang dilakukan adalah dengan cara sukarela sedangkan cara "pemaksaaan" dalam penguasaan lahan sebisa mungkin dilakukan sebagai alternatif terakhir terhadap masyarakat yang tidak mau ikut serta dalam proyek tersebut. Peraturan yang dikeluarkan oleh BPN lebih cenderung bersifat administratif. Hal ini
merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi, karena tidak semua peraturan/perundangan mencakup semua faktor pelaksanaan konsolidasi tanah. Di samping itu karakter hukum dalam pelaksanaan konsolidasi tanah sangat lemah, baik yang dirasakan penyelenggara maupun bagi masyarakat.
Ir. Ruchyat Deni Djakapermana, M.Eng, Direktur Penataan Ruang Nasional, Dep. Kimpraswil dengan pembahasan yang berjudul "Aspek Hukum dan Kelembagaan dalam Konsolidasi Tanah".
Pembahas:
Pembahas masih mempermasalahkan aturan 85o/o dan l5o/o, padahal dalam peraturan yang berlaku, penentuan 85o/o tersebut didasarkan atas perhitunganperhitungan yang mempertimbangkan aspek teknis dan aspek capital gain. Oleh karena itu apabila dalam pelaksanaan konsolidasi sebanyak B5o/o dari total masyarakat yg memiliki lahan menyatakan kesediaannya untuk ikut serta, maka
seharusnya kegiatan tersebut sudah harus dilaksanakan. Tldak perlu lagi
It Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
melakukan penggusuran atau menunggu lebih lama lagiterhadap t5o/o masyarakat sisanya yang tidak ingin terlibat dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Hal ini perlu dilakukan guna menciptakan kesinergisan dalam pelaksanaan konsolidasitanah.
Konsolidasi tanah sangat terkait dengan penataan ruang
dan
merupakan
alat/upaya pemanfaatan ruang. Pelaksanaan konsolidasi tanah tidak akan berhasil tanpa ada tata ruang. Sebagai alat pengendali maka palaksanaan konsolidasitanah perlu ditu njang dengan peratura n-peratu ra n/h ukum.
3.2
HASIL DISKUSI
Pembiavaan dan TPBP
.
Dari dua pendekatan pembiayaan Konsolidasi Tanah, yaitu (a) pendekatan proyek (dengan dana APBN/APBD), dan (b) pendekatan swadaya, untuk masa depan perlu lebih dikembangkan pelaksanaan Konsolidasi Tanah swadaya, dimana biaya tahap persiapan dapat ditanggung pemerintah, tetapi tahap selanjutnya sebaiknya bersifat swadaya.
.
Dalam pelaksanaan Konsolidasi Tanah yang bersifat swadaya tersebut, dimungkinkan kerja sama dengan pihak ketiga. Pihak ketiga tersebut akan membiayai Konsolidasi Tanah dan sebagai gantinya memperoleh TPBP (Tanah Pengganti Biaya Pembangunan) yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan komersial. Hal ini juga akan menghindarkan permasalahan terlantarnya TPBP yang sering terjadi setelah pelaksanaan Konsolidasi Tanah. Selain itu, perlu
pula dipeftimbangkan peran koperasi sebagai pihak ketiga sefta
landasan
hukumnya.
Penataan Ruano
.
Konsolidasi Tanah dapat menjadi instrumen yang efektif dalam penataan ruang perkotaan, karena Konsolidasi tanah bukan hanya sekedar instrumen penatagunaan tanah saja namun lebih lanjut merupakan instrumen penataan ruang dalam mengimplementasikan RTRW dan instrumen pemberdayaan hak dan kewajiban masyarakat atas tanah yang lebih adil, teftib, dan aman. Karena itu konsolidasi tanah bukan hanya tanggung jawab BPN dan Kantor Pertanahan
saja, namun juga merupakan tanggung jawab instansi-instansi yang terkait lainnya terutama dalam kaitannya dengan penyediaan fasos dan fasum serta pemeliharaan prasarana setelah Konsolidasi Tanah dilaksanakan.
.
Karena Konsolidasi Tanah dapat menjadi instrumen yang efektif dalam penataan ruang disamping program-program instansi terkait seperti Kimpraswil juga banyak yang sesuai dengan Konsolidasi Tanah namun minus tentang hakhak tanahnya, seperti KIP (Kampung Improvement Program), maka kegiatan tersebut perlu dipikirkan untuk dilaksanakan sebagai suatu kesatuan sehingga dapat menjadi program yang signifikan dalam pembangunan nasional.
Hukum dan Peraturan Perundanq-undanoan
.
Salah satu kendala dalam pelaksanaan Konsolidasi Tanah adalah kelembagaan yang belum kuat dan masalah hukum yang melandasinya dimana peraturan perundangnya yang ada belum mencakup semua faktor pelaksanaan konsolidasi tanah. Karena itu peraturan perundangan Yang mengatur tentang
KonsolidasiTanah perlu disusun dan ditata kembali sehingga lebih lengkap dan komprehensif dan dapat menjadi landasan yang efektif bagi pelaksanaan Konsolidasi Tanah.
.
Kendala lain yang juga dihadapi adalah kurangnya komitmen pemerintah daerah terhadap pelaksanaan Konsolidasi Tanah. Sebagai contoh di Yogyakarta pernah dilakukan proyek konsolidasi tanah sebanyak 3 kali dan bantuan dana berasal dari APBN, namun dirasakan kurangnya komitmen dari para penyelenggara yang ditunjukkan dengan tingginya frekuensi ketidakhadiran pada rapat-rapat konsolidasi. Di sisi lain, berdasarkan penelitian yang dilakukan di Bali, aspek konsolidasi antar instansi merupakan salah satu faktor penentu suksesnya pelaksaaan Konsolidasi Tanah, karena itu perlu dikaji suatu produk hukum yang mengatur tentang kelembagaan Konsolidasi Tanah yang dapat meningkatkan komitmen instansi terkait dalam pelaksanaannya. Produk hukum tersebut juga perlu mengatur instansi yang terlibat dalam pelaksanaan Konsolidasi Tanah termasuk pihak swasta.
Persvaratan Pelaksanaan Konsolidasi Tanah (Persetuiuan 85o/o peserta dan 85o/o lahan)
.
Keberhasilan Konsolidasi Tanah swadaya ini sangat bergantung kepada manfaat yang dapat diperoleh dan dirasakan masyarakat dari kegiatan tersebut. Jika kegiatan tersebut dirasakan bermanfaat bagi masyarakat maka masyarakat tentu dengan sukarela akan ikut serta dalam pelaksanaan Konsolidasi Tanah. Jadi tidak selayaknya jika kegiatan Konsolidasi Tanah ini dilakukan dengan pemaksaan sepertiyang dilakukan di masa lalu.
.
Menanggapi pernyataan bahwa pelaksanaan Konsolidasi Tanah harus disetujui 100o/o oleh peserta adalah sulit untuk dilakukan, Sebaiknya diusahakan dengan
cara yang lebih kooperatif dan sebisa mungkin menghindarkan
atau
menghapuskan unsur pemaksaan. Karena itu, apabila sudah terpenuhi syarat
pelaksanaan konsolidasi tanah, yaitu dengan persetujuan 850/o peserta sebaiknya sudah mulai dilaksanakan/disusun siteplan, tanpa harus menunggu sampai 100o/o setuju. Namun pada saat yang bersamaan dilakukan cara musyawarah terhadap 15olo maslarakat yang belum setuju tersebut. Untuk itu, perlu dipikirkan berbagai macam solusi yang inovatif terhadap masyarakat yang belum mau ikut serta. Misalnya pada kasus Babakan Surabaya Bandung, masyarakat yang kebetulan tanahnya berada di pinggir jalan tidak harus memberikan kontribusi (bagian tanah) untuk disumbangkan bagi
t3 Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruanq Kawasan Perkotaan
pembangunan prasarana jalan, namun tetap harus memberikan kontribusi untuk pembangunan lainnya.
Pemberdavaan masvarakat
.
Dalam proses perancangan Konsolidasi Tanah, perlu sejak awal dilakukan konsultasi dengan masyarakat sebagai usaha pemberdayaan masyarakat. Di samping itu, bila mmemungkinkan partisipasi masyarakat perlu dijabarkan dalam Peraturan Daerah untuk menjamin partisipasi tersebut dalam pelaksanaan Konsolidasi Tanah, untuk menunjukkan komitmen Pemda akan keberpiha ka nnya kepada masyarakat dalam Konsolidasi Tana h tersebut.
.
Proses yang melibatkan masyarakat tersebut hendaknya dilaksanakan dalam semua tahapan Konsolidasi Tanah agar dapat meningkatkan rasa memiliki oleh masya rakat dalam pelalsanaan Konsolidasi Ta nah tersebut.
Hasil Pelaksanaan Konsolidasi Tanah
. . .
KonsolidasiTanah Perkotaan telah dilaksanakan pada 251 lokasi di 26 Propinsi, dengan jumlah pesefta 91,009 KK, jumlah persil 101,634 dan mencakup luas areal 14,83L.t2L4 Ha. Sementara peruntukannya adalah untuk permukiman, perdagangan, industri dan jasa. Sementara itu, Konsolidasi Tanah Pertanian telah dilaksanakan pada 44 lokasi
Propinsi, dengan jumlah peserta 5t,252 KK, jumlah persil 51,837, mencakup luas areal L00,502.6744 Ha, dengan peruntukan bagi pertanian, perkebunan, tambak, tanah sawah.
di 24
Tidak semua Konsolidasi Tanah berhasil dalam pelaksanaannya. Salah satu contoh pelaksanaan yang gagal adalah KonsolidasiTanah yang dilaksanakan di
Kabupaten Sumedang dengan biaya APBD. Sekarang pemilik lahannya meminta agar tanahnya dikembalikan ke posisi semula. Salah satu sumber permasalahannya adalah karena pendataan dan penyuluhan yang kurang baik.
.
Beberapa tanggapan berkaitan dengan adanya pendapat bahwa kasus Babakan Surabaya dianggap sebagai contoh ketidakberhasilan KonsolidasiTanah karena terjadi pengalihan kepemilikan, adalah: (1) penyimpangan KonsolidasiTanah di Babakan Surabaya bukanlah merupakan penyimpangan dari tujuan Konsolidasi Tanah, yaitu penataan tanah dari tidak teratur menjadi teratur, sehingga penjualan tanah itu diluar tanggung jawab Konsolidasi Tanah; (2) Konsolidasi Tanah hanya merupakan pengaturan tanah sehingga peralihan hak bukanlah tolok ukur keberhasilan Konsolidasi Tanah karena dalam perkembangannya,
perkotaan akan mengalami pengalihan kepemilikan tanah yang makin tinggi;
(3)
Penjualan tanah memang merupakan HAM, namun prinsip dasar Konsolidasi Tanah bukan hanya menata tapijuga untuk menolong masyarakat yang tidak memiliki kemampuan. Sehingga ini dapat dijadikan sebagai modal awal bagi masyarakat itu untuk meningkatkan taraf hidup. Inilah filosofi yang
diterapkan di Taiwan. Namun filosofi apa pun yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia dapat digunakan di Indonesia; (4) Pelepasan hak milik (penjualan tanah hasil Konsolidasi Tanah) adalah bergantung pada target group dari pelaksanaan Konsolidasi Tanah di suatu lokasi. Babakan Surabaya yang dulunya terletak di pinggiran Kota Bandung memiliki target group untuk meningkatkan taraf sosialnya. Sehingga adanya penjualan tanah hasil KT dianggap sebagai penyimpangan dari target group.
3.3 1.
2.
3.
KESIMPULAN DAN PFNUTUP
Konsolidasi Tanah merupakan kegiatan penataan penguasaan, pemilikan, dan
penggunaan tanah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dilengkapi dengan prasarana dan fasilitas umum melalui usaha bersama antara masyarakat pemilik tanah dengan pihak lain yang mengandung prinsip: (1) dari, oleh, dan untuk masyarakat, dan (2) membangun tanpa menggusur. Konsolidasi Tanah adalah instrumen yang efektif untuk penataan ruang kawasan perkotaan. Di samping itu Konsolidasi Tanah juga dapat berfungsi sebagai pengendalian pemanfaatan ruang. Di samping berbagai manfaat yang dapat diperoleh melalui KonsolidasiTanah, dalam pelaksanaannya terdapat beberapa masalah Konsolidasi Tanah yang perlu ditindaklanjuti, antara lain:
(1)
masalah peraturan perundang-undangan yang lemah dan belum cukup lengkap; di samping itu materi hukum KonsolidasiTanah masih belum seimbang mengatur kepentingan antara pemerintah sebagai pelaksana dan masyarakat/pemilik tanah sebagai peserta.
(2)
aspek ketembagaan yang kurang mendukung; Dalam aspek
kelembagaan, yang perlu diperhatikan adalah kewenangan yang dimilikl oleh setiap tingkatan pemerintahan (pusat propinsi, kabupaten/kota) sebagaimana diatur UU No. 221L999 dan PP No' 2s12000.
(3)
aspek sosial yaitu sulitnya mencapai kesepakatan mengenai jumlah minimum calon peserta Konsolidasi Tanah;
(4)
aspek finansial yaitu kendala perolehan dana untuk tahap persiapan konsolidasi;
(5) (6)
aspek fisik yaitu adanya pergeseran posisi / letak bidang tanah yang terkadang sulit diterima masyarakat; aspek mentalitas yaitu pelaksana yang kurang bertanggung jawab serta kesadaran peserta masih rendah.
t5 Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
4.
Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk kesukesan Konsolidasi Tanah yaitu:
. Penyusunan peraturan perundang-undangan yang kuat dan lengkap . peningkatan komitmen pemerintah daerah untuk pembangunan prasarana infrastruktur
.
. o
penyiapan masyarakat agar Konsolidasi Tanah dilakanakan secara sukarela, antara lain dengan mensosialisasikan manfaat Konsolidasi Tanah tersebut kepada masyarakat sehingga masyarakat dengan sukarela akan melaksanakannYa Pelaksanaan pendataan awal yang akurat pada tahap persiapan
Dari sisi finansial, pelaksanaan KT dapat dilakukan dengan kemitraan dengan pihak ketiga
t6 Dskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
LAMPIRAN
Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
KEBIJAKAN DAN STRATEGI KONSOLIDASI TANAH DALAM PENATA./AN RUANG KAWASAN PERKOTA./AN Deputi Bidang Regional dan Sumber Daya Alam, Bappenas
I.
PENDAHULUAN
A,
Latar Belakang Kawasan perkotaan sebagai pusat pertumbuhan wilayah di sekitarnya membuat semakin tingginya arus urbanisasi ke kawasan itu. Tingginya arus urbanisasi ini tidak terlepas dari adanya faktor pendorong dan penarik untuk mengadu nasib di kota. Akibatnya pertambahan penduduk yang semakin tidak terkendali tidak dapat dielakkan. Kota pun menjadi kawasan yang sangat padat karena harus menerima kaum urban sementara ketersediaan tanah di perkotaan tidak mengalami perluasan. Semakin kompleksnya masalah di perkotaan menyebabkan tidak terkontrolnya penggunaan tanah. Lokasi-lokasi permukiman bermunculan pada tempat yang tidak diarahkan sebagai permukiman dan dengan pola yang tidak teratur. Hal ini menimbulkan kecenderungan yang membuat kota tidak nyaman, tidak aman, tidak efisien dan ini menjadi masalah perkotaan yang belum terpecahkan sejak zaman kolonial. Permasalahan di atas berkaitan erat dengan penataan ruang kawasan perkotaan. Pembuatan dan pelaksanaan rencana kota diharapkan mampu mengakomodir pertumbuhan dan perkembangan kota yang lebih terarah dan teratur. Di satu sisi pelaksanaan rencana bergantung pada ketersediaan tanah di perkotaan, di sisi lain tanah di perkotaan merupakan sumber daya yang terbatas dan relatif mahal, Keterbatasan dari segi pertanahan ini menjadi kendala dalam pembangunan di perkotaan. Dampak yang ditimbulkannya antara lain pola tata ruang yang tidak teratur
(akibat penggunaan tanah yang tidak efisien),
terhambatnya
pembangunan, tidak efisiennya pelayanan kepada masyarakat kota (khususnya penyediaan prasarana perkotaan) dan pemborosan dana pemerintah.
Untuk mendukung pelaksanaan tata ruang perkotaan maka dibutuhkan suatu konsep pengaturan pertanahan yang mampu meminimalisasi dampak di atas. Konsep yang dapat memadukan aspek legalitas penguasaan tanah dan aspek fisik penggunaan tanah ini disebut dengan konsolidasi tanah. Penerapan konsolidasi tanah ini berkaitan erat dengan struktur penguasaan/pemilikan tanah dan rencana pembangunan yang digariskan oleh pemerintah. Sampai tahun 2001 konsolidasi tanah sudah dilaksanakan di 26 propinsi di Indonesia, namun pelaksanaan ini belum diiringi dengan penyempurnaan dasar hukum yang lebih kuat tentang konsolidasi tanah. Penyempurnaan peraturan yang setingkat peraturan menteri menjadi
A-l Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
peraturan perundangan yang lebih tin99i dianggap penting untuk mengoptimalkan pelaksanaan konsolidasi tanah dan untuk menunjang pembangunan khususnya setelah pemberlakuan otonomi daerah. Sehingga kebijakan ini dapat dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan konsolidasi tanah di perkotaan sesuai rencana tata ruangnya.
B. Maksud
dan Tujuan
Penyusunan kebijakan tentang konsolidasi tanah
ini
diharapkan
dapat:
1.
2.
Memberikan informasi kepada pemerintah daerah dan masyarakat mengenai kebijakan pertanahan dan pentingnya konsolidasi tanah sebagai salah satu instrumen peftanahan dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan perkotaan. Memberikan pedoman tentang prosedur pelaksanaan konsolidasi tanah khususnya untuk pemerintah daerah dalam penataan ruang kawasan perkotaan.
C.
Metodologi Penyusunan pedoman konsolidasi tanah ini dilakukan antara lain
dengan melakukan: Studi literatur
.
Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan informasi
tentang
konsolidasi tanah yang berasal dari peraturan perundang-undangan, buku, dan bahan-bahan lain dari Badan Peftanahan Nasional (BPN), serta sumber dari luar negeri seperti Kukaku Seiri di Jepang'
.
Diskusi tefokus dengan pakar dan instansi terkait Pusat dan Daerah seperti BPN (Badan Pertanahan Nasional), Kantor Peftanahan, Depaftemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Depatemen Peftanian, dan sebagainya.
Dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan konsolidasi tanah dan hasilnya di Indonesia. Diskusi ini dianggap penting karena kenyataan pelaksanaan konsolidasi tanah tidak semudah teorinya. Banyak kendala lapangan dapat dijadikan masukan dalam penyusunan pedoman ini
yang ditemukan
.
di
Tinjauan ke daerah Dari kunjungan yang dilakukan ke daerah dapat diketahui tanggapan, opini, sefta masukan dari masyarakat dan aparat Pemerintah Daerah terhadap konsolidasi tanah dan pelaksanaannya serta melihat hasil konsolidasi tanah secara langsung. Terkadang ada beberapa hal yang tidak bisa disampaikan melalui media tulisan dan gambar dapat diketahui dari kunjungan ke daerah ini. Jadi diharapkan dari kunjungan ini didapatkan gambaran permasalahan yang mungkin dihadapi dan
melihat langsung masalah yang diperoleh dalam
pelaksanaan
konsolidasi tanah perkotaan.
A-2 Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
II.
PERENCANAAN KAWASAN PERKOTAAN
Perencanaan Kawasan Perkotaan Perkotaan sebagai kawasan yang paling dinamis merupakan denyut nadi perkembangan wilayah. Ia memiliki kecenderungan untuk menjadi besar dan berkembang dengan dukungan wilayah sekitarnya. Berbagai fasilitas dan lapangan kerja yang lebih bervariasi membuat kota sebagai tempat yang menarik bagi masyarakat di luar kawasan perkotaan. Hal ini menyebabkan kota banyak dihuni oleh pendatang dari luar kota itu sendiri. Kaum pendatang/urban yang bermukim di perkotaan biasanya akan mencari tempat tinggal di dekat tempat kerja (pusat kota) baru kemudian pindah ke tempat yang lebih nyaman di pinggiran kota atau bahkan ke luar batas administrasi kota itu sendiri. Namun aKivitas mereka masih dilakukan di kawasan perkotaan. Ini menyebabkan adanya kegiatan commuting oleh pekerja yang tinggal di pinggiran. Hal ini lazim terjadi di kota-kota besar termasuk di Indonesia. Dengan semakin bertambahnya penduduk dan semakin sempitnya
tanah perkotaan yang dapat digunakan untuk pembangunan, maka dibutuhkan suatu perencanaan kawasan perkotaan yang dapat
mengefisienkan pembangunan di perkotaan pada tanah yang terbatas. Salah satu caranya adalah penggunaan tanah secara intensif/veftikal terutama di pusat-pusat kegiatan (CBD Cor4'. Perencanaan kawasan perkotaan hendaknya berusaha untuk mengefisienkan penggunaan tanah sebelum melakukan perluasan kota ke daerah pinggiran (fringe area).
juga harus diimbangi dengan kemampuan pendanaan khususnya setelah diberlakukannya otonomi daerah. Perencanaan kawasan perkotaan merupakan kegiatan penyusunan rencana dalam rangka pemanfaatan ruang perkotaan. Pemanfaatan ruang kota yang baik adalah yang dapat menjaga konsistensi perkembangan pembangunan suatu kota dengan strategi perkotaan nasional dalam jangka panjang dan menjaga keserasian perkembangan pembangunan perkotaan dengan wilayah pengembangannya dalam rangka pengendalian program sektoral maupun regional. Rencana ini disusun dengan berpedoman pada Sebab perluasan kota
rencana dengan tingkat yang lebih tinggi dan kemudian dijabarkan ke dalam rencana yang lebih detil. Proses perencanaan ini dilakukan melalui beberapa tahap, mulai pengumpulan data, analisis data, perumusan alternatif rencana, dari pelaksanaan rencana, monitoring dan evaluasi. Proses yang sama dapat diterapkan terhadap paradigma-paradigma baru perencanaan, sesuai dengan kemajuan yang dicapai oleh perkotaan. Wilayah perencanaan di perkotaan terdiri dari wilayah yang terbangun (developed areas) dan wilayah transisi kota (developing areas/rural-urban transition). Wilayah yang terbangun memiliki kepadatan bangunan yang tinggi, sementara wilayah transisi biasanya merupakan cadangan untuk perluasan kota karena sudah menunjukkan ciri kota walaupun belum padat. I cBD Core merupakan bagian pusat (core) kota yang memiliki kepadatan tinggi dan merupakan pusat kegiatan perekonomian perkotaan.
A-3
Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
B.
Dasar Peraturan Perencanaan Kawasan Perkotaan 'l Undang-Undang No.24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang' Daerah. 2. Undan!-Undang ruo.ZZ Tahun 1999 tentang Pemerintahan Pedoman tentang 3. peratuian Menteri Dalam Negeri No.2 Tahun 1987 Penyusunan Rencana Kota. 4.
peraturan Menteri Dalam Negeri No.B Tahun 1998
tentang
Penyetenggaraan Penataan Ruang di Daerah' 5.
Xepltusa-n- Menteri Pekerjaan Umum No.640/KPTS/1986 tentang Perencanaan Tata Ruang Kota.
c.Permasatahanda|amPenataanRuangKawasanPerkotaan Padaumumnya,beberapakotabe|umdapatberperansebagai pusat pelayanan dan'pusat pengembangan wilayah sesuai dengan fungsi dan hirarki kotanya dalam stiuktur pengembangan wilayah. Hal ini kota disebabkan karena perencanaan dan pelaksanaan pembangunan perkembangan pertumbuhan belum dapat mengimbangi laju 93n perkotaan lerutama ii kotu-kotu besar dan metropolitan' Perkembangan pusat. Masalah kota pada umumnya masih banyak dibantu oteh pemerintah tuntas oleh dengan fasilitas perkotaan masih belum dapat diselesaikan kegiatan pelaksanaan jemerintah kota sendiri. Sementara itu harga masalah hambatan seperti burUungunan kota mengalami banyak dari sepefti kota tanan yJng tinggi, keterbltasan kemampuan pemerintah yang terbatas' segi keiembagaan dan sumber pembiayaan Kebutuhantanahuntukpembangunanbaikuntukperumahan, fasilitas umum, fasilitas sosial, prasarana dan kebutuhan lainnya semakin meningkat sementara tanah perkotaan semakin langka. Hal ini mendorong kenaikln harga tanah dan suiit untuk dikendalikan, sehingga pembangunan Dengan fasilitas dan prasarana dasar seringkali ditunda bahkan dibatalkan' melakukan masyarakat meningkatnya harga tanah ini pun telah mendorong pembangunandiwi|ayahpinggirankota.Akibatnyapenyediaanprasarana iingt
jauh lebih besar dari Priracy^errpakan suatu fenomena perkembangan kota yang sangat pesat dan
kota-kota sekitarnya
A-4
Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
membentukPrimateCity.Halinidapatmenyebabkankebangkrutan kota yang berukuran pemerintah kota karena tidak mampu membiayai
dan cenderung kumuh. sangat besar sehinggu loti menjadi iidak terawat iitJtl satu contohnya adalah Kota Bangkok diThailand' pada dasarnya d.ibuat untuk Penataan ruang kawasan perkotaan masyara.kat d iikutsertakan kepentingan *urgunyui rehingga sewaja rnya lah juga berhak tahu Masyarakat dalam penyelenggaraan penitaan ruang' perkotaan pembangunan agar Lniung'i.ncanilota yang disusun .tujuan ketentuan pemerintah mengatur telah Kora oteh xui"ni 6u,
;;;;ii;p;i.
yangberkaitanoenganha|.ha|diatas.Akantetapisampaisaatini (grass rooQ pemerintah Kota
atas. Padahal masyarakat ;ipJr;i;tkun uniJt masyarakat menengah kedari kawasan perkotaan. Ini terpisafikan ini merupakan Uagian yi;g
masyaraicat ini akan pentingnya peran serta terlihat dari ketidaktaf,uari 'dak merekada|amp.'u*nunkawasanperkotaan.MungkinPemerintahKota menga|amikesuIitandalammenumbuhkankesadaranmasyarakat usaha yang dilakukan akan mengenai pentingnya p"iun t"ttu T9f"9, tapi Daerah dalam menunjukkan ,"O"ruiJ U"* political razli Pemerintah pembangunan Perkotaan.
Ruang Kawasan Peranan Konsolidasi Tanah Dalam Penataan Perkotaan Penyelesaian Permasalahan lKonsolidasi Tanah sebagai sebuah Alternatif dan Manfaat Yang daPat diPeroleh)
Permasa|ahanperkotaanyangte|ahdiuraikandiatasberpengaruh t.rung'kawasan perkotaan d.i berbagai aspek. -masatati besar terhaoap penati* hendaknya mem.pertimbangkan aspek Sehingga pemecanan Salah. satu usaha untuk seperti fisik, sosial,- buJaya, dan.sebagalnya' dengan melibatkan memecahkan permasalal'ran perkotaan iOatan masyarakatperkotaanda|amprosesperencanaannya'Sebabmasyarakat kotahendaknyajuga.oipunoungsebagaisubyekperencanaanperkotaan. -ini dihirapkan pelaksanaan. rencana kota Dengan dukungan ,"ur'#f.ut mungkin beiasal dari masyarakat' Partisipasi tidak menemui fendila yang 'pu'iting 'kutenu perencanaan y?.lg dilakukan masyarakat Oianggap yang akan ditata itu telah berkaitan dengan itJ'.gii"t*ntara wilayah dengan. tanah yang puta halnya Demikian dikuasai oleh masyiraiat. 't;fu fisik perkotaan' pembangunan penting dalam , r"iupikun media semua tanah tidak Namun sebagian besar juga oiriititci oleli masyarakat. kota. rencana dengan yang berada oi tangan ;aiyaratcat digunakan sesuai satu salah merupakan permukiman-p"rruli,"nun-t.., yunglidut teratur sebab Oleh Indonesia' di penyebab semakin semrawutnya'wajah perkotaan pengaturan persil tanah di itu dibutuhkan intervensi pemerintah dalam hal perkotaan.
bersifat Kebutuhan akan interuensi Pemerintah Kota adalah perkotaan kawasan melengkapi aun ,"nJukung pelaksanaan rencana yangsudahadakhususnya-untukmengatasipermasa|ahanyangbe|um
A-5
ffilam
Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
tersentuh oleh rencana. Mengingat masalah pertanahan membutuhkan penyelesaian yang sangat mendesak, maka Pemerintah Kota hendaknya memberikan perhatian yang besar terhadap masalah ini. Salah satu intervensi yang dimaksud adalah konsolidasi tanah perkotaan. Konsolidasi ini membutuhkan partisipasi aktif dari pemilik tanah di perkotaan karena menyangkut kepentingan yang bersangkutan akan prasarana, seftifikasi tanah dan keteraturan lingkungan. Sebab kebanyakan dari persil-persil tanah yang tidak teratur itu tidak memiliki sertifikat tanah yang sah sehingga pengaturan persil tidak dapat dilakukan oleh pemerintah. Selain dapat dilakukan di kawasan permukiman, konsolidasi tanah juga dilakukan pada tanah cadangan di pinggiran kota. Tanah cadangan di pinggiran kota ini dapat dikonsolidasi untuk dijadikan Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan Siap Bangun (Lisiba). Dengan dikonsolidasikannya tanah cadangan ini menjadi Kasiba dan Lisiba, maka penggunaan tanah dapat dikontrol oleh pemerintah kota. Masyarakat kota yang tertarik untuk bermukim di pinggiran kota juga tidak perlu direpotkan lagi dengan pengurusan surat-surat tanah dan penyediaan prasarananya karena semua sudah tersedia. Di samping itu, konsolidasi tanah menawarkan berbagai manfaat bagi pemilik tanah maupun bagi pemerintah kota, antara lain: Memenuhi lingkungan yang teratur, tertib dan sehat Keuntungan estetika (view) yang lebih baik kepada pemilik tanah Meningkatkan pemerataan pembangunan (konsep membangun tanpa menggusur) Menghindari ekses yang mungkin timbul dalam proses penataan dan penyediaan tanah Mempercepat pertumbuhan wilayah
. . . . . . . . .
Menertibkanadministrasipeftanahan Menghemat biaya pemerintah Meningkatkan efisiensi dan produktivitas penggunaan lahan Meningkatkan nilai dan harga tanah.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa konsolidasi tanah perkotaan dapat dijadikan sebagai instrumen penataan ruang kawasan perkotaan yang efektif dan efisien. Konsolidasi tanah dapat saling melengkapi dengan kebijakan peftanahan yang diatur dalam rencana kawasan perkotaan. Pengaturan di bidang peftanahan yang terdapat dalam rencana tidak sepenuhnya dapat 'menyentuh' tanah yang sudah dimiliki oleh individu sedangkan dalam pelaksanaan konsolidasi tanah hal tersebut dapat dilakukan. Misalnya dalam mengontrol gejala perluasan kawasan perkotaan ke pinggiran kota, konsolidasi tanah memiliki peran yang tak dapat diabaikan oleh Pemerintah Daerah. Walaupun dalam rencana kawasan sudah dijelaskan bahwa perluasan kota memang akan terjadi namun bukan berarti tidak dapat dikontrol sesuai arahan perkembangan yang direncanakan Pemerintah Daerah. Dengan melakukan konsolidasi tanah pada daerah yang diinginkan, Pemerintah Daerah dapat menginteruensi arah dan luasan dari daerah perkembangan perkotaan. Konsolidasi tanah ini pada awalnya dimaksudkan untuk kawasan
A-6 Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
permukiman dan kemudian akan dapat berkembang menjadi pusat kegiatan baru di perkotaan itu. Di samping itu, pelaksanaan konsoldiasi tanah dapat mengefisienkan pembiayaan pembangunan perkotaan sehingga dapat dilakukan penghematan biaya pembangunan oleh pemerintah Kota. Biaya ini dapat dialokasikan ke pos pengeluaran yang lain seperti untuk pemberdayaan masyarakat atau kegiatan pembangunan lainnya.
III.
KONSOUDASI TANAH
A.
Pengertian dan Tujuan
1
Pengeftian Konsolidasi tanah adalah kebijakan pertanahan mengenai penataan kembali penguasaan, pemilikan, dan penggunaan tanah sesuai dengan Tata Ruang Wilayah sefta usaha pengadaan tanah untuk pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup/pemeliharaan sumber daya alam, dengan melibatkan partisipasi masyarakat secara langsung, baik di kawasan Perkotaan maupun Perdesaan.
2
Tujuan Secara umum, konsolidasi tanah memiliki tujuan untuk mencapai kepastian hak atas tanah dan tanah secara optimal melalui perbaikan penguasaan tanah atau efisiensi dan produktivitas penggunaan tanah untuk mendukung pembangunan baik di perkotaan maupun di perdesaan, Namun tujuan umum ini dapat dijabarkan menjadi tujuan yang bersifat khusus, Yaitu: . Terwujudnya tatanan penguasaan, pemilikan, dan penggunaan tanah yang tertib dan teratur disertai kepastian hukum. ' Terwujudnya peningkatan daya-guna dan hasil guna pemanfaatan tanah
' . . B. Dasar
Terwujudnya peran-serta masyarakat dalam pembangunan pertanahan
Tenruujudnya lingkungan
yang teftata dalam
menunjang
pembangunan wilaYah Terwujudnya peningkatan kualitas lingkungan hidup
Peraturan
Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokokpokok Agraria.
Undang-Undang
'. .
No.
4
Tahun t99Z tentang Perumahan
dan
Permukiman. Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom.
A-7 Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
.
Peraturan Menteri dalam Negeri No.2 Tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota.
'
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No.
4 Tahun 1991
tentang Konsolidasi Tanah.
c. Analisis Kebijakan Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Saat ini konsolidasi tanah merupakan salah satu instrumen yang baik untuk mendukung perencanaan suatu kawasan perkotaan. Pengaturan terhadap bentuk, luas, dan letak tanah memberikan dampak yang positif terhadap pembangunan perkotaan. Dengan melakukan konsolidasi tanah di daerah perkembangan kota maka perluasan ke daerah pinggiran dapat dikendalikan, Di samping itu pembangunan di kawasan perkotaan dapat berjalan lebih terencana. Inilah yang menyebabkan betapa pentingnya konsolidasi tanah dalam penataan ruang kawasan perkotaan. Oleh karena itu, hendaknya Pemerintah Daerah juga memberikan perhatian terhadap penelitian dan pengembangan konsolidasi tanah. Kebutuhan akan kegiatan penelitian dan pengembangan konsolidasi ini dirasakan sudah semakin mendesak agar dapat menemukan alternatif solusi dari berbagai masalah
yang ditemukan selama pelaksanaan konsolidasi tanah dan
setelah pelaksanaan konsolidasi tanah. Sementara itu, pelaksanaan konsolidasi tanah di perkotaan secara teoritis memberikan banyak manfaat kepada pemilik tanah, pemerintah daerah dan pihak lain yang terlibat didalamnya. Sehingga konsolidasi tanah merupakan instrumen yang tepat untuk mengatur tanah perkotaan. Berbagai manfaat yang ditawarkan dalam konsolidasi tanah diharapkan menimbulkan animo masyarakat untuk berpaftisipasi. Keuntungan yang
diperoleh pun terus berlanjut sampai setelah konsolidasi selesai, salah satunya adalah harga tanah yang dikonsolidasi menjadi meningkat karena semakin layaknya lokasi untuk pembangunan. Salah satu sasaran dalam konsolidasi tanah ini adalah terhadap kawasan kumuh perkotaan sehingga dapat mengurangi derajat kekumuhannya dan meningkatkan pelayanan terhadap masyarakatnya sehingga dapat hidup lebih baik. Akan tetapi tidak semua yang diharapkan dari usaha ini dapat berjalan dengan baik. Walaupun konsolidasi tanah dilakukan oleh pemerintah kota atau swasta, tidak ada insentif khusus untuk menurunkan biaya tanah, sehingga konsolidasi tanah kurang dapat membantu keluarga yang berpenghasilan terbatas untuk memperoleh akses prasarana. Sebab seperti diketahui sebelumnya, biaya awal dari konsolidasi menjadi tanggunagn pemerintah dan masyarakat, selain itu masyarakat harus dapat menerima reduksi tanah yang dilakukan untuk menutupi biaya keseluruhan dari konsolidasi tanah. Apabila tanah yang dimiliki oleh seseorang tidak dapat dikurangi untuk Reserved Land, maka mereka harus mengeluarkan uang kira-kira senilai dengan tanah yang harus disumbangkan. Kesulitan 3
Lebih dikenal dengan Tanah Pengganti Biaya Pembangunan, merupakan tanah yang dijual untuk membiayai pelaksanaan konsolidasi tanah.
A-a
Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruano Kawasan Perkotaan
untuk membayar inilah yang seringkali menghalangi keinginan masyarakat miskin khususnya untuk ikut ambil bagian dalam konsolidasi tanah. Sebagai suatu instrumen kebijakan, konsolidasi tanah masih dianggap relevan dengan perkembangan penataan ruang perkotaan masa kini. Secara teoritis maupun kenyataan di lapangan, konsolidasi yang dilakukan di kawasan perkotaan memang memberikan kontribusi yang optimal dalam perencanaan perkotaan. Tanpa konsolidasi tanah, perancangan fisik perkotaan mengalami
banyak kendala mulai dari susunan bangunan yang tidak beraturan, kesulitan mengakses prasarana dan fasilitas umum lainnya sampai dengan ruwetnya sistem infomasi peftanahan. Akibatnya pembangunan berjalan dengan tidak efektif dan tidak mampu mengikuti alur perkembangan kehidupan di perkotaan, wajah kota pun menjadi semrawut dan cenderung kumuh. Dan dengan dilakukannya konsolidasi tanah, perencanaan kota dapat dilakukan sesuai tahapan yang ada dan perluasan perkotaan dapat dilakukan dengan lebih terkendali.
Potensi Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Pada awalnya konsolidasi tanah dilakukan di daerah pinggiran kota, Dalam perkembangannya konsolidasi tanah juga dapat diadaptasikan pada bagian
tapi dapat juga dilakukan di perdesaan untuk lahan pertanian.
wilayah kota yang lain untuk mendukung pengaturan persil tanah di perkotaan. Pengaturan persil tanah di perkotaan memang sangat penting untuk mendukung pelaksanaan pembangunan perkotaan.
Beberapa wilayah yang berpotensi untuk dikonsolidasiantara [ain:
.
Wilayah yang direncanakan menjadi kota/permukiman baru
Biasanya dikonsolidasi untuk membentuk kapling-kapling tanah
matang (KfM) atau Kasiba/Lisiba oleh developer yang
akan
membangun permukiman baru di wilayah itu. Developer dapat menjual dalam bentuk KTM atau lengkap dengan rumahnya.
.
Wilayah yang sudah mulai tumbuh Dilakukan oleh pemerintah kota, wilayah ini biasanya merupakan bank tanah yang telah dikuasai pemerintah sebelumnya untuk mengontrol perluasan kota dan munculnya spekulasi tanah di pinggiran oleh oknum tak bertanggung jawab. Jadi tanah ini berlokasi di pinggiran kota dan mungkin sudah dihuni oleh kaum urban baik secara legal maupun
tidak.
. .
Wilayah permukiman yang tumbuh pesat Merupakan permukiman yang tumbuh dengan pola persil tanah yang tidak teratur sehingga memiliki kesulitan untuk mengakses prasarana dan fasilitas umum lainnYa.
Wilayah bagian pinggir kota yang telah ada atau direncanakan jalan penghubung
A-9 Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
Bagian pinggir kota yang telah/akan memiliki prasarana jalan merupakan wilayah potensial bagi perluasan dan pertumbuhan kota khususnya bagi permukiman. Permukiman memiliki kecenderungan untuk berkembang dalam wilayah yang aksesibilitasnya tinggi. Sehingga perlu dilakukan konsolidasi tanah untuk mencegah perkembangan kota yang tidak terkendali.
.
Wilayah yang relatif kosong
Terdapat di bagian dalam kota ataupun di pinggiran kota' Di dalam areal perkotaan dapat ditemukan tanah yang kosong, sehingga tanah kosong nya masih memung kinka n untuk dikemba ng kan.
.
Wilayah yang belum teratur/masih kumuh
Konsolidasi wilayah yang belum teratur/kumuh dibutuhkan untuk memudahkan akses masyarakatnya terhadap prasarana dasar dan fasilitas umum lainnya serta perbaikan kualitas hidup. Sebab dengan adanya prasarana dan fasilitas umum lainnya, masyarakat dapat memanfaatkannya untuk memperbaiki pola hidup mereka sehari-hari sehingga dapat hidup dengan lebih baik. Jadi dalam hal ini konsolidasi tanah memiliki tujuan sosial disamping tujuan fisik berupa pengaturan tanah.
.
Wilayah yang perlu renovasi/rekonstruksi karena kebakaran/bencana, dil
Tidak jauh berbeda dengan hal di atas, kepentingan untuk melakukan konsolidasi tanah di wilayah inijuga memiliki tujuan sosial, yaitu dalam hal perbaikan dan peningkatan kualitas sosial dan fisik perkotaan. Wilayah kota yang rusak atau tua sehingga memerlukan perbaikan,
sebaiknya juga diikuti dengan tinjauan mengenai perlu/tidaknya dilakukan konsolidasi peftanahan agar dapat menyesuaikan dengan pola penggunaan tanah Yang baru.
.
Wilayah lain yang bercirikan kegiatan perkotaan
Perkotaan memiliki pengaruh yang besar terhadap daerah di sekitarnya. Sehingga wilayah sekitar dengan penetrasi yang tinggi berpotensi besar dalam pengembangan kawasan perkotaan di masa yang akan datang. Untuk mengendalikan pengembangannya, maka hendaknya wilayah ini dipersiapkan sedini mungkin. Pengaturan tanah dan kelengkapan prasarana hendaknya sudah diperhitungkan sehingga dapat diintegrasikan dengan pola yang sudah terjadi di perkotaan.
E. Teknis
1.
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Kawasan Perkotaan
Langkah-langkah Pelaksanaan Segi teknis pelaksanaan konsolidasi tanah merupakan hal yang harus diperhatikan, karena ini mempengaruhi berhasil-tidaknya konsolidasi tanah dan sasaran yang ingin dicapai. Ada 3 tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan konsolidasi tanah dengan baik, yaitu:
A- lo Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
Tahap Persiapan Berkaitan erat dengan lokasi yang akan dipilih sebagai tempat pelaksanaan konsolidasi tanah. Lokasi ini harus memenuhi syarat yaitu disetujui oleh sekurang-kurangnya B5o/o pemilik tanah yang luas tanahnya meliputi B5o/o dari luas seluruh areal tanah yang akan dikonsolidasikan. Pemilihan lokasi ini hendaknya juga menyesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau Rencana pem-bangunan Daerah yang diperkirakan akan berkembang sesuai dengan tingkat pembangunan areal sekitarnya. segera setelah kegiatan ini selesai, maka diikuti dengan penyuluhan, penjajagan keiepakatan dengan pemilik tanah serta penetapan lokasi itu sebagai lokasi konsolidasi tanah oleh walikota/bupati. Penetapan lokasi ini memiliki kekuatan hukum karena dinyatakan dalam surat keputusan walikota/bupati.
a)
b)
Tahap Pendataan
Tahap ini sudah menyentuh aspek fisik dan yuridis dari
lokasi
konsolidasi tanah. Setelah pengukuran dilakukan, dilanjutkan dengan identifikasi subyek dan obyek konsolidasi tanah serta pengajuan daftar usulan rencana kegiatan konsolidasi tanah. Yang dimaksud dengan subyek adalah para pemilik tanah/penggarap tanah yang perlu diajak bicara dan musyawarah. sedangkan obyek adalah lokasi yang dipilih
untuk dikonsolidasi. Sementara daftar usulan rencana
kegiatan pihak dan konsolidasi subyek dengan musyawarah hasil mencerminkan adalah selanjutnya tanah. konsolidasi dalam yang terlibat lain
pembuatJn rencana blok pra-disain konsolidasi tanah. Rencana ini dibuat berdasarkan rencana sirkulasi lalu lintas dalam kaitannya dengan konsep dasar tata guna tanah dan pembangunan. c)
Tahap Penataan
Dimuiai dengan pembuatan rencana blok disain konsolidasi tanah yang merupakan hasil musyawarah dengan masyarakat berdasarkan rencana yang dibuat pada tahap sebelumnya. setelah tercapai kesepakatan tentang penataan kapling baru, dilakukan pelepasan hak
atas tanah sefta pengumpulan dokumen pendukung
proses
petanahan (SKPT atau Keterangan Riwayat Tanah). Pelepasan ini juga diikuti dengan penegasan tanah itu sebagai obyek konsolidasi ianatr. Setiap peserta konsolidasi tanah wajib menyerahkan sebagian tanahnya sebagai Sumbangan Tanah Untuk Pembangunan (SRJP), sTUp ini kemudian digunakan oleh pemerintah/pihak ketiga (sebagai pelaksana konsolidasi tanah) sebagai Tanah Pengganti Biaya pelaksanaan (TPBP) dan untuk membangun infrastruktur sefta fasilitas. Perhitungan STUP masih menggunakan sistem yang sederhana. Luas areal yang diperlukan untuk STUP adalah merupakan
persentase dari jumlah luas bidang-bidang tanah peserta. Pada umumnya, lokasi tanah dalam suatu proyek relatif sama sehingga akan memberikan konstribusi persentase yang sama pula. Konstribusi ini tidak dapat dihitung berdasarkan harga tanah sebelum dan setelah
A-ll Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
konsolidasi tanah. Sementara TPBP diperoleh setelah STUP dikurangi dengan kebutuhan tanah untuk infrastruktur dan fasilitas. Langkah terakhir yang dilakukan adalah staking out/realokasi batas tanah dan penerbitan surat keputusan pemberian hak dan sertifikasi. Pelaksanaan konsolidasi tanah akan semakin lengkap dengan' konstruksi prasarana di lokasi konsolidasi tanah. Konstruksi ini meliputi pembangunan jalan, prasarana dan sarana, fasilitas umum/fasilitas sosial, serta jaringan utilitas dan lain-lain yang dibutuhkan'
2.
Kelembagaan
segi kelembagaan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan dalam pelaksanaan konsolidasi tanah. Sistem kelembagaan yang kuat akan meniadi faktor penentu keberhasilan konsolidasi tanah. Saat ini telah digunakan sistem baru yang tidak hierarkis dan terdesentralisasi sebagai akibat dari pelaksanaan Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah. Ada beberapa pihak yang terlibat dalam pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan ini, yaitu tim koordinasi iconsolidasi tanah, asosiasi pemilik tanah, pemerintah daerah, serta BPN. Sinergi antara pihak-pihak ini akan menentukan keberhasilan pelaksanaan konsolidasi tanah di lokasi tersebut.
.
Tim Koordinasi Tim Koordinasi memiliki struktur organisasi yang jelas yang terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris dan anggota. Ketua dari tim koordinasi ini adalah walikota/bupati daerah yang tanahnya dikonsolidasi. sementara kepala kantor BPN beftindak sebagai wakil ketua, lalu sekretaris menjadi tanggung jawab kepala seksi pengaturan penguasaan tanah. Agar pelaksanaan konsolidasi tanah lebih bersifat komprehensif, maka anggotanya dipilih dari instansi terkait. Anggota tersebut antara lain Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Kepala Dinas Tata Kota, Kepala Dinas
pengairan, dan Ketua Asosiasi Pemilik Tanah. Tlm ini bertugas mengarahkan rencana lokasi konsolidasi tanah, mengadakan penyuluhan pada masyarakat, mengevaluasi dan mengarahkan penyusunan Desain Konsolidasi Tanah (DKD, mangarahkan rencana peruntukan dan penggunaan TPBP dan lain-lain yang dianggap perlu.
.
Asosiasi Pemilik Tanah Asosiasi Pemilik Tanah dibentuk untuk membuat keputusan atas rencana pengembangan konsolidasi tanah, rencana pelaksanaan, rencana pemetakan ulanglstacking out serta kegiatan pelakanaan proyek konsolidasi tanah' Asosiasi ini dianggap penting agar memudahkan koordinasi dan pengambilan keputusan terutama selama berjalannya proyek konsolidasi tanah'
A-
12
Diskusi Terfokus; Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
Pemerintah Daerah Keterlibatan Pemerintah Daerah dalam bentuk Satuan Tugas (Satgas) untuk menyelenggarakan administrasi umum dalam kaitannya dengan pelaksanaan konsolidasi tanah. Bagian ini dikembangkan lebih lanjut menjadi badan pelaksanaan konsoldiasi tanah pemerintah.
.
BPN
BPN berperan untuk memperkuat fungsi organisasi bagi promosi, bimbingan teknis dan praktis serta koordinasi sehingga berdaya guna dan dapat membantu asosiasi konsolidasi tanah dan Pemerintah Daerah. BPN mempunyai peran yang sangat besar dalam konsolidasi tanah terutama dalam penguasaan teknis dan praktis konsolidasi tanah.
Semua pihak
di
atas dengan keterlibatan badan
hukum
pemerintahan dan swasta (sesuai kesepakatan dengan peserta konsolidasi tanah) bertanggung jawab atas tugas yang dibebankan padanya. Semua tugas itu merupakan pembagian tugas dari tugas pelaksanaan konsolidasi tanah yang meliputi: Membuat program pelaksanaan konsolidasi tanah Melaksanakan koordinasi antara pemilik tanah dengan Penanggung Jawab, Tim Koordinasidan pihak-pihak lain'
a. b. c. Membuat Desain KonsoldasiTanah (DKT) d. Menerapkan Desain KonsolidasiTanah (DKT) e. Melaksanakan konstruksi prasarana (seperti jalan/irigasi)
3.
Pembiayaan Sumber-sumber pembiayaan dalam konsolidasi tanah terdiri atas 3 macam yaitu dari pemerintah (APBN/APBD) masyarakat (swadaya), dan kemitraan dengan pihak ketiga sepefti banly'koperasi (dalam bentuk pinjaman). Pembiayaan oleh pemerintah melalui APBN/APBD hanyalah bersifat stimutan sambil menunggu tumbuhnya kemandirian masyarakat dalam hal pembiayaan konsolidasi tanah. Untuk memperoleh dana dari APBN, Kantor Peftanahan setempat harus mengajukan proposal proyek kepada BPN Pusat melalui Kantor Wilayah BPN Propinsi setempat. Proposal itu harus terlebih dahulu disetujui
oleh instansi terkait di propinsi seperti Bappeda dan Dinas
Pekerjaan
Umum, sehingga dana akan keluar berdasarkan DUP/DIP yang diusulkan. Biasanya proyek dapat disetujui oleh Pemda setempat melalui Bappeda jika lokasinya berada di pinggiran kota sebagai upaya antisipasi urbanisasi pada masa sekarang dan yang akan datang. Jadi prosedur yang sama juga
berlaku untuk pendanaan dari Pemerintah Daerah yang
melalui
DUPDA/DIPDA.
Sementara pembiayaan dari masyarakat/asosiasi pemilik tanah dengan kemitraan dengan pihak ketiga adalah dengan cara mengumpulkan dana dari pemilik tanah oleh Perusahaan yang merupakan mitra dari pesefta yang bergabung dengan koperasi dan selanjutnya itu bekerjasama
A-
13
Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
bank dalam bentuk kerjasama Bank dan Koperasi dimana pemilik tanah menjadi anggotanya. Dengan demikian sumber keuangan yang digunakan dalam bentuk pinjaman dari bank dengan bunga ringan. Biaya ini mencakup pelaksanaan penataan sampai dengan sertifikasi tanah, biaya konstruksi, biaya untuk pembangunan infrastruktur (iaringan jalan) dan fasilitas lainnya, sefta pembangunan rumah peserta. Penggantian dana ini diperoleh dari hasil penjualan TPBP. TPBP dapat dijual kepada developer (swasta), Perum Perumnas, BUMN, BUMD dan sebagainya. Pembiayaan swadaya tanpa kemitraan dengan pihak ketiga dapat dilakukan jika masyarakatnya memang benar-benar mampu menutupi biaya awal pelaksanaan konsolidasi tanah sampai konstruksi selesai. dengan pihak
F. permasalahan yang mungkin Timbul dalam Pelaksanaan Konsolidasi Tanah dan Alternatif Penyelesaiannya.
Konsolidasi tanah merupakan langkah penting dalam pengaturan persil-persil tanah di perkotaan. Namun pelaksanaannya di lapangan juga menemui beberapa kesulitan yang tidak dapat dipecahkan dengan mudah' Minimnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang konsolidasi
itu sendiri menimbulkan keengganan untuk berpartisipasi di dalamnya. Ini merupakan tugas dari pemerintah untuk memberikan informasi yang lengkap kepada masyarakat melalui berbagai media dan usaha lainnya. Salah satu upaya yang sudah ditempuh pemerintah adalah dengan mewajibkan konsolidasi tanah kepada masyarakat/ tetapi hal itu tidak berhasil. Sebab dalam pelaksanaan konsolidasi tanah, yang penting diingat adalah adanya kerelaan masyarakat untuk melakukan konsolidasi terhldap tanahnya. Kerelaan ini juga tidak dapat diperoleh dalam waktu tanah
yang singkat dan memerlukan kesabaran dalam menghadapi masyarakat yang oapat berubah pikiran setiap saat. Pendekatan melalui musyawarah
jugi
dapat ditempuh karena menyangkut tanah dari sekelompok misyarakat yang memiliki kepentingan dan keinginan yang berbeda satu
sama lain. Karena menyangkut kepentingan banyak orang, pencapaian target B5o/o dari seluruh peserta yang setuju untuk ikut dalam konsolidasi tanah juga sulit diperoleh. Sebab tidak semua pemilik tanah memiliki kepentingan yang kuat dari pelaksanaan konsolidasi tanah. Misalnya untuk pemilik tanah yang sudah memiliki sertifikat tidak akan tertarik untuk ikut sefta dalam koniolidasi tanah. Pemilik tanah dengan tanaman produktif juga tidak akan mau mengorbankan tanamannya karena harus menyumbangkan tanahnya dalam konsolidasi tanah. Hal ini berpengaruh negatif terhadap pembuatan Rencana Desain Konsolidasi Tanah dan mengurangi STUP. Selain itu, rencana yang utuh untuk keseluruhan lokasi konsolidasi tanah juga sulit didesain, karena bidang-bidang tanah milik yang bukan pesefta konsolidasi tanah menjadi hambatan dalam pembuatan desain konsolidasi tanah. Hal seperti ini sebaiknya dimusyawarahkan dengan pemilik tanah yang
bersangkutan disamping juga dengan melakukan pendekatan sosial lainnya. Memang dibutuhkan waktu yang tidak terbatas dalam melakukan
A- 14 Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
pendekatan ini, sepefti di Jepang, proses untuk memperoleh kesepakatan membutuhkan waKu dua sampai tiga tahun. Proses pelaksanaan konsolidasi tanah di Indonesia pada umumnya mengandalkan dana dari pemerintah guna menutupi biaya konsolidasi untuk sementara waktu. Akan tetapi, pemerintah juga memiliki dana yang terbatas. Upaya untuk memperoleh bantuan dana dari swasta dan pemilik tanah perlu dipertimbangkan sehingga konsolidasi tanah bisa lebih bersifat replicable4. Dana dari swasta biasanya sulit diperoleh karena dianggap tidak memberikan keuntungan yang besar. Sehingga alternatif sumber dana lain yang paling potensial adalah dana swadaya pemilik tanah yang memiliki tingkat replicabilityyang tinggi. Namun hal inijuga mengakibatkan pengunduran diri pemilik tanah karena tidak sanggup menanggung biaya konsolidasi tanah yang tinggi terutama dari kalangan masyarakat kurang mampu.
Kendala dalam pelaksanaan konsolidasi tanah juga ditemui setelah kesepakatan dengan pemilik tanah diperoleh. Terkadang pembangunan
prasarana mengalami kemandegan dari pihak ketiga yang diserahi wewenang. Hal ini disebabkan pembangunan jaringan prasarana yang terkadang membutuhkan waktu yang relatif lama sementara biaya konstruksi semakin membengkak dan melebihi dana yang telah dianggarkan untuk kepentingan itu. Akibatnya seringkali pembangunan prasarana tersebut menjadi terbengkalai dan menyebabkan terlantarnya tanah masyarakat yang sedang dikonsolidasi.
Kurangnya political
will pemerintah untuk menyukseskan
pelaksanaan konsolidasi tanah juga merupakan kendala. Ini terbukti dari proses pengurusan sertifikat tjnJh nasit konsolidasi yang berbelit-beliC. Padahaljika pemerintah menghendaki, hal itu bisa diatasi dengan memberi perlakuan khusus bagi pengurusan sertifikat tanah yang dikonsolidasi. Dengan adanya kemudahan pengurusan seftifikat, tentu saja ini bisa memotivasi pemilik tanah lain untuk melakukan konsolidasi tanah.
Salah satu manfaat yang diterima pemilik tanah yang mengkonsolidasi tanahnya adalah meningkatnya nilai tanah setelah konsolidasi. Hal ini disebabkan karena kelengkapan prasarana di lokasi tanah miliknya menyebabkan semakin layaknya lokasi itu untuk pembangunan. Meningkatnya nilai tanah ini kemudian mendorong pemilik tanah untuk segera menjual tanahnya tanpa mempetimbangkan keuntungan yang diperolehnya di masa yang akan datang. Mereka lebih memilih pindah ke tempat lain yang harga tanahnya lebih murah yang biasanya terletak di pinggiran kota. Padahal dengan tinggal jauh dari tempat kerja, mereka akan mengeluarkan biaya transpor dan biaya lain yang lebih besar dari sebelumnya. Padahal tindakan ini dapat dicegah
dengan memberdayakan masyarakat setempat sehingga
memiliki
kemampuan untuk memutuskan tindakan yang tepat dan menguntungkan bagi mereka.
a
Replicable adalah pelaksanaan program yang bisa diterapkan kembali (direplikasi) di tempat lain.
s
Suara Merdeka 6 Februari 2001
A- l5
Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
G. Contoh Pelaksanaan KonsolidasiTanah di Beberapa Daerah (Tantangan, Kendala dan
Hasil'1
sampai dengan akhir tahun 2ooo, konsolidasi tanah sudah dilaksanakan di 316 perkotaan yang meliputi 27 propinsi (termasuk llmorTimur) dengan luas + 100.000 ha. Beberapa kota yang sudah melakukan konsoiidasi tanah antara lain Bandung, Bekasi, Palangkaraya, Painan, Samarinda dan sebagainya. Konsolidasi tanah ini dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah maupun swasta. Konsolidasi tanah yang dilakukan oleh swasta biasanya berkaitan dengan pembangunan permukiman melalui Kasiba (Kawasan siap Bangun) dan Lisiba (Lingkungan siap Bangun).
Tindakan yang sama juga dilakukan oleh instansi pemerintah terkait untuk kepentingan Perumahan Nasional (Perumnas). Salah satu kota yang berhasil dalam pelaksanaan konsolidasi tanah
perkotaan adalah Bandung (Kelurahan Babakan
Surabaya).
Pelaksanaannya bertujuan untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya permukiman kumuh (slums) dengan jalan mengatur batas/bentuk pemilikan/penguasaan tanah, yang dilengkapi dengan prasarana jalan dan persil tanah untuk fasilitas umum yang diperlukan, yang pada prinsipnya dibiayai secara swadaya oleh para pemilik tanah yang ada dalam areal lokasi. Konsolidasi tanah yang dilakukan oleh Badan Petanahan Nasional ini memiliki luas areal 7J068 ha yang terbagi ke dalam 78 persil tanah yang dimiliki/dikuasai oleh 61 kepala keluarga. Awalnya penggunaan tanah sebagian besar adalah untuk peftanian (sawah dan palawija), selebihnya merJpakan tanah pekarangan yang di atasnya telah berdiri sebanyak 15 buah rumah tempat tingal dengan konstruksi permanen dan tidak permanen. Sementara topografi areal ini relatif datar, secara fisik diapit oleh dua buah sungai/kanal yaitu sungai Cicadas di bagian Timur dan sungai Cidurian di bagian Barat. Kondisi dan situasi lingkungan ini telah melltarbelakangi ditunjuk dan ditetapkannya lokasi ini untuk ditata dan dibangun menurut model konsolidasi tanah' contoh di atas dianggap merupakan pelaksanaan konsolidasi pertanahan yang berhasil dilakukan karena dapat mencapai tujuan yang diinginkan. i,tamun tidak semua pelaksanaan konsolidasi tanah dapat be4llan dengan baik, terutama pada tanah perkotaan yang luas. Sehingga konsolidasi tanah di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan dalam pelaksanaannya. sampai saat ini konsolidasi tanah belum dapat dilaksanakan sesuai prinsip dasarnya, yaitu secara swadana. Konsolidasi tanah masih bergantung pada dana dari APBN dan APBD. Hal ini seharusnya menjadi perhatian Pemerintah Daerah sehingga dapat dicarikan jalan keluar yang terbaik. Sebab dana pemerintah untuk konsolidasi tanah iangat terbatas- sehingga tidak dapat menutupi biaya awal konsolidasi tanah jika terjadi peningkatan permintaan.
Pemerintah Daerah hendaknya juga dapat menggalakkan dilakukannya konsolidasi tanah perkotaan terutama
Selain
itu,
terhJdap lahan tidur di sekitar pusat kota. Sebab penelantaran tanah yang telah dii
A- t6 Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
merata. oleh sebab itu, Pemerintah Daerah hendaknya dapat melakukan pendekatan secara sosial sehingga pemilik tanah bersedia melakukan konsolidasi tanah dan menggunakannya untuk pembangunan' Tantangan lain yan!-harus dijawab oleh Pemerintah Daerah adalah yang mengantisipasi pindahnya- masyarakat di permukiman kumuh yang sudah kumuh Permukiman tanahnya sudah dikonsolidasi' dikonsolidasi mengalami peningkatan kualitas infrastruktur maupun yang peningkatan nilai tlnah. Meningkatnya nilai tanah.dan lingkungan sosial lapisan dari masyarakat lebih baik menyebabkan timbulnya minat
menjual terjadilah p"rgu-niiun penghuni karena pemilik yang lama memilih yang kumuh permukiman tanahnya dan pindah'ke t-empat lain membentuk tanah konsolidasi baru. Ini merupakan salah satu contoh belum efektifnya kumuh' sebagai alat untuk mencegah berkembangnya permukiman konsolidasi pelaksanaan sementara kendala yang ditemui dalam point III (dalam tanah tidak jauh berbeda dengan yang dibahas terdahulu F).
Hasil yang sudah dicapai dalam pelaksanaan . konsolidasi tanah perkotaan Oapat Oltinat pada contoh kota Bandung terdahulu' Pelaksanaan konsolidasi tanah di Kelurahan Babakan Surabaya ini menghasilkan lengkapnya lingkungan yang teratur, tertibnya administrasi peftanahan dan Hasil ini permukiman. infrastruktur perkotaan yang harus ada di lingkungan Namun di atas. sesuai dengan yang dinaiapkan dari rumusan tujuan yaitu ternyata masih adl hasil lain yang tidak diduga .sebelumnya pajak, berupa sektor terjadinya peningkatan pendapatan pemerintah dari p+f< eilmi dan-Bangunan (PBB) dan penghematan biaya pembangunan' yang se'hingga dalam hal ini terlihat adanya keseimbangan keuntungan oiperolenantarapemerintah(yangmempero|ehpeningkatanpajak)dan masyarakat di Kelurahan Babakan surabaya (yang memperoleh lingkungan yang lebih baik, lengkap dengan infrastrukturnya)'
IV. A,
PANDUAN PEMBANGUNAN
Kaidah Penataan Ruang
a)
Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup Pembangunan berkelanjutan merupakan paradigma ya!g berkembang oatam penataan ruang perkotaan saat ini. Paradigma ini sendiri suOJn diakui secara legal di Indonesia dengan dikeluarkannya
pengetolian lingkungan hidup. Pembangunan .berkelanjutan dapat diaftikan seOagai pJmbangunan yang memberikan manfaat dalam bidangekonomi,sosia|,dan|ingkunganhidupda|amjangkapanjang dan bagi generasi yang akan datang. Dengan demikian pencanangan sistem anllira mengenai dampak lingkungan yang telah ditekankan Undang-undang merupakan salah satu usaha dalam perlindungan
A- 17 Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
lingkungan hidup. Undang-undang ini mengatur antara lain tentang
pelestarian fungsi-fungsi lingkungan hidup, persyaratan dalam pengaturan lingkungan hidup, penyelesaian perselisihan dalam lingkungan hidup, serta segi hukum' Pengelolaan lingkungan hidup ini dilakukan untuk mencapai pelestarian fungsi-fungsi lingkungan hidup, mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara tepat/bijaksana, dan sebagainYa.
Pelaksanaan konsolidasi
tanah secara prosedural
sudah
menunjukkan dukungan terhadap pembangunan berkelanjutan yang
ditandai dengan dilakukannya kajian AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), sosial dan fisik' Kajian ini dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif pelaksanaan konsolidasi tanah dari
berbagai aspek kehidupan. Kajian AMDAL sendiri terdiri atas ANDAL
(Analisis Dampak Lingkungan), RKL (Rencana
Pengelolaan
Lingkungan), dan RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan). Pengkajian AMDAL terutama dibutuhkan dalam proyek-proyek perumahan dan
permukiman, sehingga berkaitan erat dengan konsolidasi tanah perkotaan. Pelaksanaan konsolidasi tanah yang dilengkapi dengan kajian AMDAL secara langsung menyebabkan terjadinya peningkatan mutu lingkungan hidup di lokasi itu. Pembangunan prasarana dan fasilitas lainnya seperti taman merupakan salah satu perwujudan adanya usaha untuk menciptakan lingkungan hidup yang lebih nyaman bagi kehidupan ekosistem. Pembangunan prasarana dan fasilitas di lokasi konsolidasi tanah dilakukan sesuai dengan hasil pengkajian dampak lingkungan. Sebab perbaikan lingkungan merupakan tujuan yang sangat mendasar bagi pelaksanaan konsolidasi tanah. Pengkajian dampak lingkungan ini terutama dilakukan untuk memperkirakan dampak lingkungan dan menilai besarnya dampak. Sehingga pembangunan prasarana dan fasilitas hendaknya memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, bahkan diharapkan dapat memperbaiki lingkungan, Untuk mengetahui keadaan lingkungan sebelum dan sesudah proyek maka perlu dilakukan monitoring. Monitoring pada saat konstruksi dilakukan untuk mengendalikan dampak terhadap lingkungan. Sementara
setelah konstruksi, monitoring dilanjutkan untuk operasi dan maintennance (perawatan) yang tepat dari prasarana dan fasilitas sehingga kondisi lingkungan setelah konsolidasi tanah mengalami peningkatan kualitas.
Peningkatan kualitas lingkungan ini hendaknya juga diiringi dengan pemberian informasi yang lengkap tentang sanitasi dan lingkungan terutama di permukiman kumuh yang dikonsolidasi. Ini merupakan hal yang sangat penting dan sering diabaikan oleh pemerintah. Sebab masyarakat tidak akan memanfaatkan prasarana itu jika dia sendiri tidak merasa membutuhkan itu atau karena dia tidak dapat menggunakan prasarana itu dengan baik. Sehingga juga perlu diperhatikan bahwa pembangunan prasarana hendaknya memang sesuai dengan kebutuhan mereka sehingga konsolidasi tanah dapat berjalan dengan efektif.
A- t8 Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
b)
Indikator Keberhasilan Setelah konsolidasi tanah selesai dilaksanakan hasilnya akan dinilai apakah berhasil atau tidak. Untuk itu dibutuhkan indikator yang dapat duadikan acuan dalam menentukan keberhasilan konsolidasi tanah. Perumusan indikator ini tidak ada yang baku, tergantung pada sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan konsolidasi tanah. Akan tetapi indikator ini dapat dilihat dari segi sosial, ekonomi, budaya, serta lingkungan. Dari segi sosial, konsolidasi tanah di perkotaan akan memberikan suatu peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat yang tanahnya dikonsolidasi. Dengan adanya kelengkapan prasarana, masyarakatnya dapat hidup lebih layak dan memiliki jaminan kepastian hak atas tanahnya. Kondisi ini sangat kondusif untuk terjadinya perkembangan sosial khususnya di permukiman. Perkembangan sosial ini bisa berupa semakin kuatnya ikatan dalam masyarakat sehingga konflik dalam masyarakat tidak berlarut-larut. indikator keberhasilan dari segi ekonomi adalah adanya peningkatan nilai dan harga tanah hasil konsolidasi. Ini adalah hal yang wajar mengingat konsolidasi tanah memberikan prasarana yang dibutuhkan sehingga lokasi itu semakin layak untuk pembangunan. peningkatan nilai tanah ini akan memberikan keuntungan yang besar terhadap pemilik tanah jika mereka tidak segera menjualnya kepada pihak lain. Tanah hasil konsolidasi itu akan lebih produktif jika dapat dikelola dengan baik oleh pemilik tanahnya. Hasil yang diperoleh dari tindakan yang terakhir ini akan lebih besar keuntungannya daripada sekedar menjual tanah hasil konsolidasi. Dengan adanya seftifikat tanah, pembangunan yang dilakukan untuk mendukung aktivitas ekonomi pemilik tanah dapat dilakukan dengan lebih mudah dibandingkan dengan sebelum konsolidasi tanah. Kemudian dari segi budaya, indikator yang dapat dilihat adalah adanya perubahan perilaku masyarakat yang lebih menyukai keteraturan dan kebersihan karena mereka sudah merasakan keuntungan dari keteraturan itu. sementara dari sisi lingkungan, indikator yang dapat dilihat adalah pemanfaatan yang lebih luas untuk
ruang terbuka dan kepentingan lain yang mendukung
bagi
keseimbangan tingkungan sekitar. Beberapa perbaikan lingkungan juga dapat dilakukan saat melaksanakan konsolidasi tanah karena adanya AMDAL yang harus dipenuhi sebelum, sedang dan setelah konsolidasi tanah. semua indikator ini setidaknya dapat digunakan untuk mengetahui kegagalan yang terjadi dalam pelaksanaan konsolidasi tanah.
Kaidah Peftanahan
a)
Penatagunaan Tanah (pemanfaatan tanah yang optimal) Sesuai dengan Pasal 14 Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, pemerintah diwajibkan untuk membuat rencana tata guna tanah untuk mengakomodir semua usaha pembangunan. Penatagunaan tanah yang dimaksud tentu saja A,.
l9
Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
berusaha mengoptimalkan penggunaan tanah. Namun pada kenyataannya, penggunaan tanah di Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh mekanisme pasar. Mekanisme pasar ini memiliki kelemahan yaitu menyebabkan kenaikan harga tanah jika tidak terjadi pasar sempurna dan menyebabkan terjadinya penguasaan terhadap penduduk ekonomi lemah. Di sini terlihat betapa besarnya pengaruh tanah terhadap kesejahteraan masyarakat.
Intervensi pemerintah merupakan salah satu upaya untuk mengoptimalkan penggunaan tanah. Beberapa instrumen keuangan seringkali diterapkan untuk mendorong dan mencegah penggunaan tanah sesuai rencana tatq guna tanah. Tapi yang paling penting adalah adanya usaha di bidang pertanahan untuk mengendalikan penggunaan tanah. Konsolidasi tanah merupakan suatu upaya untuk mengoptimalkan kembali penggunaan tanah yang terpengaruh oleh mekanisme pasar.
b)
Pemberian jaminan kepastian
hak atas tanah
kepada
masyarakat Kepastian hak atas tanah merupakan salah satu motivasi masyarakat untuk ambil bagian dalam pelaksanaan konsolidasi tanah.
Jaminan
ini
berupa kepastian memperoleh sertifikat
tanah.
Kemudahan pengurusan sertifikat sebaiknya juga mengiringi jaminan ini, sebab pengurusan sertifikat yang berbelit-belit akan mengurangi minat masyarakat dalam konsolidasi tanah'
c. Kaidah Sosial dan Ekonomi
a)
Kontribusi pada pendapatan masyarakat (Nilai Tanah) Sepefti sudah dijelaskan sebelumnya, konsolidasi tanah ini memberikan manfaat yang besar terhadap pemilik tanah. salah satu keuntungan yang diperoleh tanpa direncanakan adalah terjadinya kenaikan nilai tanah yang berpengaruh positif terhadap pasar tanah. Maraknya pasar tanah hasil konsolidasi memberikan kontribusi pendapatan yang besar terhadap pemilik tanah. Hal yang sama juga terjadi pada tanah yang dibangun untuk perumahan karena menyebabkan harga jual yang tinggi.
b)
Peningkatan mutu
dan keseimbangan lingkungan
sosial
dengan lingkungan fisik Sejalan dengan peningkatan kualitas lingkungan hidup, maka kualitas lingkungan sosialjuga menjadi lebih baik. Berbagai perubahan fisik menyebabkan perubahan sosial kemasyarakatan' Masyarakat
yang hidup di dalam lingkungan yang dilengkapi prasarana dan fasilitas yang lengkap akan cenderung menjalani hidup yang lebih higienis, bersih, dan sehat. Kenyamanan lingkungan ini juga meningkatkan hubungan yang lebih baik antar sesama pemilik tanah sekitarnya untuk saling menjaga kepentingan bersama.
A-20 Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
PRINSIP.PRINSIP PRAKTIS
v. A. !
Fasilitas yang dibutuhkan Penqaturan hukum (leoislasi) tanah mengenai perkotaan adalali adanyl landasan hukum yang kuat terutama pemerintah ierhadap masyarakat yang berpartisipasi dalam
Hal yang paling utama dalam pelaksanaan konsolidasi
lun1inun ionsolidasi tanah. Landasan hukum ini juga menjadi pedoman terutama
;;iu;
penyelesaian konflik pertanahan saat pelaksanaan konsolidasi tanah'
Konflik' ini dapat timbul saat pemilihan lokasi, karena untuk dari luas kesepakatan dari 85% pemilik tanah yang menguasai 85% yang mudah. pekerjaan bukanlah seluruh tanah yang dii
Disamping
itu, juga dibutuhkan pengaturan hukum tentang
pembentukan'asdsiasi yang OiUentuk oleh pemilik tana.h yang ikut dalam lembaga konsolidasi tanah. Asosiasi ini boleh melibatkan praktisi dan
hukum seperti LBH ataupun LSM selama tidak bertentangan dengan peraturan. Pengaturan ini hendaknya terinci dan mudah dimengerti, agar kewajiban iiaut t"rjuOi kerancuan. Isinya berkaitan dengan hak dantanah' Jika konsolidasi pelaksanaan setelah asosiasi iebelum, selama, dan memungkinkanjugadicantumkanmengenaisanksihukumbagisemua pihak yang melanggar peraturan itu.
Kelembaqaan
Penerapan Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang pemerintahan iaerah juga mempengaruhi sistem organisasi pemerintahan. Saat ini telah digunakan sistem yang baru yang bertujuan untuk
pemerintah mengninngkan duplikasi fungsi antara pemerintah pusat dan daerlh, sirta memisahkan fungsi administrasi secara terpisah dari fungsi pelaksanaan. Dengan demikian, proses desentralisasi memberi Pemerintah luas' baerah kewenangan dalam hal keuangan dan administrasi yang lebih waKu Desentralisasi dianggap lebih menguntungkan karena menghemat proses administrasi,-dapat memberikan pertanggung jawaban yang lebih baik dan proses pengambilan keputusan yang lebih cepat' oleh sebab itu, Pemerintah Daerah harus dapat meningkatkan jawab kualitas pegawainya tehingga dapat menangani tugas dan tanggung pelayanan yang tebihi besar dibandingkan sebelumnya. Khusus untuk rit"urun pedanahan, masin ditangani oleh Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional (Kanwil BPN) di daerah, sehingga keorganisasiannya masih bersifat vertikjl. Namun kondisi ini hanya bersifat sementara (dua tahun, sesuai Keputusan Presiden No.62 Tahun 2001) karena BPN diharuskan menyerahkan wewenang peftanahan kepada Pemerintah Daerah sesuai UU No,22 Tahun 1999. Penyerahan wewenang ini akan
A-21 OlsLtrsi
ferfotus:
Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
menjadikan Kanwil BPN berada dibawah Pemerintah Daerah dalam bentuk Dinas Pertanahan. Pelimpahan wewenang kepada Pemerintah Daerah hendaknya juga diikuti dengan usaha peningkatan kualitas kelembagaannya, baik dari segi keahlian maupun moralitasnya. Sebab dalam pelaksanaan konsolidasi tanah ini dibutuhkan aparat yang jujur dan adil serta menguasai manajemen konflik, sehingga dapat mengatasi permasalahan pertanahan yang sangat sensitif ini. Selain itu juga perlu memperkuat koordinasi antar
sektor agar tidak terjadi tumpang tindih pelaksanaan program antar instansi. Satu hal yang tidak boleh diabaikan oleh Pemerintah Daerah adalah mendidik pejabat-pejabat pemerintahannya agar kapabel pada setiap jabatan dan lapangan. Sebab pembangunan akan berjalan dengan efektif dan efisien jika aparat pelaksananya memiliki keahlian yang sesuai dengan bidang yang menjadi tanggung jawabnya.
Pembiavaan Pada prinsipnya konsolidasi tanah dapat membiayai dirinya sendiri
(swadana), namun untuk sementara masih dibiayai dari APBN/APBD sebagai stimulan. Pembiayaan yang bersumber dari APBN dikelola oleh BPN melalui Bagian Proyek Konsolidasi Tanah, terutama untuk penataan tanah hingga seftifikasi tanah dan penyediaan tanah untuk jaringan jalan. Sedangkan swadana digunakan untuk membiayai konstruksi dan pmbangunan fasilitas umum sefta infrastruktur, bersama-sama dengan dana yang didukung oleh Pemerintah Daerah atau Depaftemen terkait. Diharapkan contoh-contoh keberhasilan konsolidasi tanah dapat menggugah para pemilik tanah untuk melaksanakan konsolidasi tanah dengan dana yang berasal dari tanah mereka sendiri.
Rencana Aksi Penyelenggaraan konsolidasi tanah perkotaan di Indonesia dilakukan dengan filosofi membangun tanpa menggusur sefta dari, oleh dan untuk pemilik tanah yang bermuara pada usaha untuk mencegah keresahan sosial akibat pembangunan. Dari pernyataan ini dapat diketahui bahwa konsolidasi tanah ini bersifat multifungsi. Ia tidak hanya memberikan solusi bagi permasalahan di bidang pertanahan tapi juga dapat membantu penyelesaian masalah pembangunan perkotaan secara luas. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu perencanaan yang matang dalam pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan yang memperhatikan berbagai aspek. Hendaknya perencanaan ini mencerminkan ciri-ciri dari konsolidasi tanah, yaitu penataan kembali penguasaan, pemilikan dan penggunaan tanah sehingga terbentuk tata letak persil baru, mengacu pada RTRW-RDTR-RTTR (Rencana Tata Ruang Wilayah-Rencana DetilTata Ruang-Rencana Teknik Tata Ruang), pengadaaan prasarana dan sarana lingkungan, pemberdayaan usaha bersama, membangun tanpa menggusur, dan tata cara yang terpadu. Dengan berpedoman pada pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan yang telah dilakukan di 316 lokasi di Indonesia, maka dapat A- 22 Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
diketahui berbagai pendekatan yang digunakan di berbagai tempat. Pada dasarnya konsolidasi tanah perkotaan menuntut peran aktif dari pemilik tanah iehingga dapat mendukung usulan calon lokasi konsolidasi tanah yang menjadi langkah awal dalam pelaksanaan konsolidasi tanah. Berikut ini lt
Selanjutnya dilakukan studi kelayakan terhadap lokasi konsolidasi
tanah yang meliputi kajian AMDAL (Analisis Mengenai
Dampak
Lingkungan), fisik, sosial dan sebagainya. studi kelayakan ini dilakukan oleh tim koordinasi yang telah dibentuk sesuai dengan bidang keahlian masing-masing instansi. Kajian lingkungan yang berupa AMDAL adalah mengkaji apakah lokasi ini memiliki fungsi konseruasi atau rawan bencana. Lokaii yang memiliki fungsi konservasi hendaknya dilindungi dari kegiatan pembangunan yang berlebihan sehingga pengamanan terhadap lingkungan
iebih dulu dilakukan. Selain itu juga perlu dilihat apakah lokasi tersebut rawan bencana atau tidak. Jika lokasi itu masih termasuk wilayah kendala maka pelaksanaan konsolidasi masih dapat dilakukan dengan melakukan perbaikan terhadap lingkungan. Kajian ini dilakukan untuk 3 tahapan yaitu sebelum, sedang dan setelah pelaksanaan konsolidasi tanah. AMDAL ini terdiri dari ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan), RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) dan RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan), pengkajiannya dilakukan oleh Bapedalda setempat. Jika studi kelayakan menunjukkan hasil yang positif bagi terlaksananya konsolidasi tanah, maka penyuluhan terhadap pemilik tanah pun mulai dilakukan. Ini merupakan langkah awal untuk memperoleh
A-23 Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
kesepakatan dari pemilik tanah untuk melaksanakan konsolidasi di tanah mereka. Musyawarah pun dilakukan dengan calon peserta konsolidasi untuk memba'has teknis pelaksanaan selaniutnya dan pembiayaannya' Jika usulan konsolidasi tanah berasal dari masyarakat maka pembiayaannya bisa bersifat swadaya atau swadaya dengan dukungan dana dari pihak ketiga. Tapi jika masyarakat tidak mampu menghimpun dana.awal, dana Jupit ditanggung oleh pemerintah melalui APBD/APBN. Untuk mencapai kesepakatan tenlang berbagai hal ini dilakukan penjajakan kesepakatan dan pengumpulan pernyataan kesediaan dari calon peserta konsolidasi juga sudah jelas tanah. BJgitu'kesepakatan tercapai dan kepemilikan tanah maka bkJsi itu dapat ditetapkan sebagai lokasi konsolidasi tanah' Untuk pemilik memudahkan pencapaian kesepakatan dan memperkuat posisi tanah, mereka'dapat membentuk asosiasi pemilik tanah untuk mengurusi iegati sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan konsolidasi tanah'
Dengan ditetapkannya suatu lokasi sebagai lokasi konsolidasi tanah, makJ ditat
A-24 Oist
usiierfofus:
Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
koordinasi. Penyerahan tanah pun sudah dapat dilakukan kepada peserta
dan pembangunan prasarana jika tidak terjadi kekeliruan di lapangan.
Langkah terakhir adalah melakukan pemantauan pembangunan di lokasi konsolidasi tanah untuk menghindari penyimpangan pelaksanaan rencana desain konsolidasi dan pembangunan prasarana.
C. Sumber Informasi
. . ' '. . . ' VI. A.
Lebih Lanjut
Badan Pertanahan Nasional (BPN)
http://www.komoas.com/9706/26ldaerah/soal.htm http://www.kompas,com | 9605 I 021 daerah/bupa.htm http ://www.kom pas.com I kompaso/olDceta V99 1 0/ 19/iptelVberd0S. htm Hukum Agraria Indonesia, Prof. Boedi Harsono, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1996. Laporan Akhir Studi Penyiapan Tanah untuk Pembangunan perumahan dan Permukiman Melalui Kasiba dan Konsolidasi Tanah Perkotaan di Kawasan Jabotabek Republik Indonesia, Japan International Cooperation Agency,Jakafta, January 2001. Sertifikat KonsolidasiTanah, Harian Suara merdeka, 6 Februari 2001. www.kbw.oo.id (Depaftemen oermukiman dan Prasarana Wilayah)
LAMPIRAN CONTOH HASIL PELAKSANAAN KONSOUDASI TANAH PERKOTAAN DI KELURAHAN BABAKAN SURABAYA, KOTA BANDUNG. Kelurahan Babakan Surabaya di Kota Bandung merupakan salah satu contoh pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan dari 340 lokasi di Indonesia. Kondisi fisik eksisting kelurahan ini yaitu diapit oleh dua sungai yaitu Sungai Cicadas di bagian Timur dan Sungai Cidurian di bagian Barat. Areal yang dikonsolidasi di kelurahan ini seluas 7,7068 heKar yang sebagian besar merupakan tanah peftanian dan terdiri dari 78 persil yang dikuasai oleh 61 kepala keluarga. Persil tanah yang terdapat di kelurahan ini memiliki bentuk yang tidak teratur dan tidak dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan yang memadai sehingga memperkuat alasan pentingnya melakukan konsolidasi tanah. Pelaksanaan konsolidasi ini dilakukan untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya areal ini menjadi permukiman kumuh (slums), dengan jalan mengatur batas/bentuk pemilikan/penguasaan tanah, yang dilengkapi dengan prasarana jalan dan persil tanah untuk fasilitas umum yang diperlukan, yang pada prinsipnya dibiayai secara swadaya oleh para pemilik tanah yang ada dalam areal lokasi tersebut. Berikut penjelasan lebih lanjut tentang konsolidasi tanah yang akan dibagi ke dalam beberapa bagian:
.
PersiaoanPelaksanaan Penelitian tentang pelakanaan konsolidasi tanah lebih dulu dilakukan sebelum melakukan uji coba di Kelurahan Babakan Surabaya
A-25 Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
ini. Penelitian ini dilakukan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan pertanahan, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Dalam
Negeri (sekarang Pusat Penelitian dan Pengembangan .BPN). bekerja safia Oengan Pemerintah Kota Bandung. Dari hasil penelitian ini maka kedua insiansi ini berinisiatif untuk melakukan uji coba konsolidasi tanah. Pemilihan terhadap kelurahan ini disebabkan karena kesediaan masyarakatnya untuk berpartisipasi dan juga karena arealnya belum dipabati oleh permukiman. Alasan lainnya adalah untuk mencegah berkembangnya areal ini menjadi permukiman kumuh (sluns)' Konsolidasi tanah perkotaan di Kelurahan Babakan surabaya ini direncanakan selesai dalam waktu 3 tahun anggaran, lengkap dengan prasarana jalan yang sudah diaspal. Karena persil yang ada di feluiahan ini memiliki ukuran yang beruariasi maka penentuan luas tanah untuk sTUP (Sumbangan Tanah Untuk Pembangunan) dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, yaitu paling besar, paling kecil dan rata-rata. Masyarakat yang memiliki persil tanah yang besar harus menyumbangkan 30o/o dari luas tanahnya, sedangkan yang
memiliki persil tanah yang paling kecil harus menyumbangkan sebesar LOo/o Oaii luas tanah dan untuk tanah dengan luas rata-rata menyumbangkan tanahnya sebesar 26,9o/o dari luas tanahnya. Namun apabila tanah yang dimiliki oleh seseorang itu terlalu kecil untuk disumbangkan maki ia dapat menggantinya dengan.uang atau tidak sama sekili jika ia tidak mampu membayarnya. Sumbangan- ta-nah ini dibutuhkan untuk pembangunan jalan raya dan riol (18,7o/o), fasilitas umum (Z,Lo/o) dan TPBP (6,to/o), Besarnya sumbangan.tanah untuk pembangunan jalan raya dan riol menunjukkan masih minimnya prasarana jalan yang terdapat di dalam kelurahan tersebut' Seielah konsolidasi tanah selesai dilakukan, terjadi penambahan jumlah kapling tanah yaitu dari 78 kapling menjadi 92 icapling. Peningkatan jumlah kapling ini terjadi karena satu.persil tanah yang Iuas diblgi menjadi beberapa kapling pada saat dikonsolidasi. ireniUagian ini tidak akln merugikan pemilik tanah karena semua persil itu tetap menjadi miliknya dan dilengkapi dengan sertifikatnya. masingSebaliknya pembagian ini akan memudahkan pemilik tanah masing. -menjuaUmewa riska n ta na h tersebut kepada a na k-ana knya kela k. u ntuk Namun poiisi kapling setelah konsolidasi belum tentu sama dengan
'
posisi lamanya, sehingga kegiatan replotting dilakuka.n. berdasarkan hasil keputusan masyarakat. Hasil yang terlihat setelah konsolidasi tanah dilakukan adalah kapling kecil dikelompokkan dengan kapling yang juga kecil demikian juga dengan kapling yang besar. Pengaturan ini Jitikutcan untuk memudahkan pembuatan jaringan prasarana jalan dan fasilitas lainnya. Sementara proses konstrukinya dilakukan secara bertahap, misalnya yang dibangun terlebih dahulu adalah tanah di bagian Utara, selanjutnya baru dilakukan di bagian Selatan. Dengan demikian masyarakat disana tidak akan menunggu sampai 3 periode anggaEn untuk kembali tinggal di tanahnya. Konstruksi prasarana yang uerupa jaringan (misalnya jaringan jalan) lebih dulu dilakukan
A-26 Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
sedangkan fasilitas lainnya bisa dibangun setelah pembagian persil tanah selesai.
Hasil Kuniunqan ke Kelurahan Babakan Surabava Dari hisil kunjungan ke kelurahan ini pada tanggal 21 Juli 2001, ternyata banyak perubahan yang terjadi dalam hal penggunaan tanah dan penguasaannya. Penggunaan tanah di kelurahan itu saat ini sebagian besar sudah dimanfaatkan untuk perumahan, namun juga masi[ ada yang masih di biarkan belum tergarap oleh pemiliknya. Konversi tanah dari pertanian menjadi perumahan ini telah sesuai dengan arahan penggunaan tanah di Kota Bandung. Tanah kosong yang masih ada di kelurahan ini berasal dari persil tanah besar yang iiUagi menjadi persil yang lebih kecil (subdivisi) yang dilakukan saat pelalsanaan konsolidasi tanah. Namun setelah konsolidasi tanah ielesai pun masih terjadi subdivisi. Terjadinya subdivisi ini disebabkan oleh semakin ekonomisnya nilai dan harga tanah yang mendorong pemilik tanah untuk menjual sebagian dari tanahnya. sebagai salah satu contoh lokasi konsolidasi tanah yang dinilai berhasil, gablkan Surabaya saat ini sudah memiliki prasarana dan fasilitas yang lengkap yang dibangun di atas sTUP. Penggunaan TPBP antara lain adalah untuk kantor kelurahan, puskesmas, taman (greenery), dan PDAM. Akan tetapi PDAM menguasai tanah itu. dengan ilatus Hit< Cuna Bangunan, yaitu selama bangunan itu digunakan oleh pDAM untuk kantor. sebaiknya pembangunan di atas TPBP segera dilakukan sebelum menjadi terlantar dan dikuasai oleh masyarakat di sekitarnya.
Kelembaoaan Penyelenggaraan proyek konsolidasi tanah di Kelurahan Babakan Surabaya dapat terwujud berkat kerja sama antar instansi terkait, yaitu Dinas Tata Kota Pemerintah Kota Bandung, Kantor Peftanahan Kota Bandung, dan Pemerintah Kota Bandung sendiri. Agar mendapat kepercayaan masyarakat sehinggga bersedia menyerahkan tanahnya untuk dikonsolidasi, maka walikota Bandung saat itu mau turun tangan mendatangi dari rumah ke rumah untuk meminta kesediaan masyarakat disamping juga menjelaskan kembali pentingnya konsolidasi tanah bagi mereka. Berkat pendekatan sosial itu, maka masyarakat kelurahan ini bersedia menyerahkan tanahnya untuk dikonsolidasi. Ini menunjukkan adanya political will dari Pemerintah Kota Bandung karena dapat merangkul masyarakat di kelurahan itu. Kesepakatan yang telah dibuat bersama pun berhasil dipenuhi oleh pemerintah Kota Bandung setelah konsolidasi selesai, misalnya penyerahan sertifikat baru kepada pemiliknya, inisemakin memperkuat kepercayaan masyarakat.
Pengorganisasian yang baik dalam pelaksanaan konsolidasi tanah menjadi penentu keberhasilan. Oleh karena itu, telah dilakukan pembagian tugas antara ketiga instansi tadi agar tidak terjadi tumpang tinOin tlnggung jawab. Dinas Tata Kota Bandung bertanggung jawab
A-27 Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
dalam hal perencanaan jalan dan tata ruang. sementara Kantor Pertanahan bertanggung jawab atas penyelesaian administrasi pertanahan. Dan Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Pekerjaan
iJmut bertugas melaksanakan pembangunan fisik jalan,
dan
sebagainya. Masing-masing pihak menyadari betapa pentingnya tanggung jawab yang diembannya namun juga dapat melakukan sinergi yang baik di antara mereka.
'E!ll@
yang dilakukan sebelum melakukan uji
coba
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Biaya ini tercatat dalam APBN tahun anggaran 1985/1986 sebesar Rp. 50.968.000 , sekitar 20o/o dari -penelitian seluruh Uiaya konsolidasi tanah. Biaya penelitian ini antara lain digunakan untuk melakukan studi banding dan memperoleh referensi se-'ta pengetahuan praktis tentang pelaksanaan konsolidasi tanah. Karena maslh bersifat uji coba, maka pelaksanaan konsolidasi tanah di Kelurahan Babakan Surabaya ini belum memanfaatkan dana dari pemilik tanah. sebaliknya Pemerintah Kota Bandung menanggung semua biaya pelaksanaan konsolidasi tanah agar pemilik tanah mau berpartisipasi. Biaya pelaksanaan konsolidasi tanah ini dibiayai dari dana APBD tahun anggaran 1986/1987, L9871L988, dan 1988/1989. Pengeluaran terbesar terjadi pada tahun awal pelaksanaan konsolidasi tanJh yaitu tahun anggaran 1985/1987 sebesar Rp. 150.000.000. Besarnya pengeluaran di awal pelaksanaan ini diduga karena di tahun ini dilai<sanakin replotting kapling dan pembangunan prasarana jalan yang nota bene memang membutuhkan dana yang tidak sedikit. Untuk tahun anggaran berikutnya, yaitu tahun 1987/1988 dan 1988/1989 masing-mliing hanya membutuhkan dana sebesar Rp.50.000.000 dan Rp.40.000.000.
walaupun Pemerintah Kota Bandung mengeluarkan dana APBD sebesar Rp. 240.000.000 untuk keperluan pembangunan prasarana jalan dan lainnya, namun sebagai imbalannya Pemerintah Daerah yang -bersangkutan memperoleh persil tanah pengganti biaya pelaksanaan
6pBpt seluas 4704 mz yang akan digunakan untuk
kepentingan Pemerintah Daerah setempat. Penggunaan oleh Pemerintah Daerah ini seolah-olah membeli TPBP tadi dengan disebabkan karena membiayai pelaksanaan konsolidasi tanah. Jika konsolidasi tanah ini dilaksanakan dengan dukungan dana dari pemilik tanah, maka TPBP ini dapat dijual untuk mengganti dana yang dihimpun dari pemilik tanah
ia
tadi.
Hasil pelakanaan konsolidasi tanah di kelurahan ini antara lain (saluran
gZ persil tanah, tZ ruas jaringan jalan, 16 ruas riol
pembuangan), 16 buah gorong-gorong dan fasilitas umum lainnya, Di samping memperoleh keuntungan fisik itu, masyarakat ini juga memperoleh seftifikat tanah dengan proses yang mudah dan juga lingkungan yang teratur dan rapi. Lingkungan ini akan mendukung pemanfaatan areal ini untuk permukiman dan memenuhi syarat-syarat ATI-AS (aman, tertib, lancar, dan sehat). Pemberian seftifikat tidak
A-24 Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
hanya menguntungkan bagi masyarakat tapi juga menguntungkan bagi
administrasl pertanahan di lokasi ini. Tertibnya administrasi ini akan berpengaruh pada semakin adil dan obyektifnya pengenaan PBB (Pajak
Bumi dan Bangunan) di samping juga terjadinya peningkatan penerimaan pemlrintah dari PBB ini. Peningkatan PBB ini berkaitan erat dengan terjadinya peningkatan harga tanah setelah konsolidasi
tanah ya-ng disebabkan oleh peningkatan mutu lingkungan (fisik) di lokasi itu. Agar perubahan yang terjadi setelah konsolidasi tanah ini tidak merugikan masyarakat maka sebaiknya pemanfaatan tanah di lokasi ini lebih bersifat produktif.
A-29 Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
B.
prosedur umum Pelaksanaan KonsolidasiTanah Perkotaan
Penegasan Pemilikan Tanah dan lokasi
Kesepakatan peserta tentang pemetakan ulang
Survey penegasan pemetakan ulang
Penyerahan tanah pada peserta
A-30 Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkoban
PELAKSAN A,/AN DAN PEMBIAYA./AN KONSOLIDASI TANAH DALAM PENATA'/AN RUANG KAWASAN PERKOTA./AN Dr. Ir, Yus'wanda A.T.r CES, DEA
I.
PENDAHULUAN Kawasan perkotaan mempunyai berbagai fungsi, baik sebagai kawasan
lindung seperti taman kota maupun kawasan industri, kawasan perumahan permukiman, dan lain-lain. Penentuan besaran dan letal< lokasi masing-masing icawasan tersebut ditetapkan berdasarkan kaidah-kaidah planologi kota yang memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan masyarakat kota.
pengadaan tanah perkotaan bagi fungsi-fungsi tersebut akan mengalami kesulitan-kesulitan dan hambatan terutama karena tanah yang diperlukan untuk penggunaan tertentu pada umumnya telah dipunyai dan dikuasai oleh berbagai
pihak antara lain kaum adat, badan hukum perorangan baik sebagai pemilik maupun sebagai penggarap Tanah Negara. Di pihak lain dinamika perubahan penggunaan tanah sebagai akibat kebutuhan tanah untuk industri, perkantoran, lasJ dan perdagangan terutama permukiman sangat me:ningkat seiring dengan meningkatnya arus urbanisasi sehingga harga tanah sangat mahal yang menyebabkan tanah sebagai sarana pembangunan menjadi langka.
Ketangkaan tanah tersebut memerlukan suatu pemecahan,
di
mana
konsolidasi tanah merupakan suatu sarana yang mereka'1asa penguasaan tanah untuk mengantisipasi dinamika perubahan penggunaan tanah melalui penataan penguasaan tanah dalam rangka pembangunan daerah sq;uai penerapan Rencana TatJ Ruang Wilayah (RTRW). Konsolidasi tanah dapat mencegah keresahan sosial akibat pembebasan tanah bagi para pengembang di perkotaan dan perdesaan. Karena di samping penataan terhadap tanah kepada peserta juga diberi kepastian
hukum hak atas tanah atau kepastian pemilikan tanah dan peningkatan
efi
siensi/produ Kivitas tanah.
Pengalaman nyata di lapangan, dapat disaksikan pada sebagian lokasi konsolidasi tanah di mana para pesefta telah menunjukk.an dukungannya dalam
pelaksanaan konsolidasi tanah sejak persiapan, pendalaan, penataan hingga penyelesaian akhir. Sesuai falsafahnya yakni pembangunan "dari, oleh dan untuk masyarakat yang difaksanakan tanpa penggusuran (improve withouil removeJ', masyarakat dapit berpaftisipasi secara pasti dalam setiap tahap pelak;anaan konsolidasi tanah sebagaimana kita saksikan dalam penyelenggaraan konsolidasi tanah swadaya.
II.
FUNGSIKONSOLIDASITANAH
Konsolidasi tanah adalah suatu kegiatan peftanahan mengenai penataan penguasaan, pemilikan dan penggunaan tanah sesuai dr:ngan RTRW dilengkapi dengan prasarana dan fasilitas umum yang diperlukan melalui usaha bersama
*tiP."at'"'ffiffi
masyarakat pemilik tanah dan/atau dengan pihak lain guna menunjang Rencana Pembangunan Daerah baik di perkotaan dan di pedesaan. pelaksanaan konsolidasi tanah senantiasa diupayiakan untuk diserasikan dengan RTRW. Namun demikian kalau RTRW tidak sesuaidi lapangan, maka RTRW
harus ditinjau kembali dan sementara itu pelaksanaan konsolidasi tanah dipertimbangkan berdasar kecenderungan pembangunan dan perkembangan kawasannya misalnya wilayah industriatau permukiman sesuaikondisi lapangan. peran sefta atau partisipasi masyarakat pemilik tanah dalam konsolidasi tanah akan memperoleh manfaat sekaligus dampak positif bagi pelaksanaan pembangunan. Manfaat yang diPeroleh adalah: Memenuhi kebutuhan lingkungan yang teratur, tertib dan sehat;
a. b. c. d. e. f. g. h.
Keuntungan estetika/keindahan view yang lebih baik kepada pemilik tanah; Meningkatkan
pemerataan pembangunan (membangun
tanpa
menggusur); Menghindari ekses-ekses yang mungkin timbul dalam proses penataan dan penYediaan tanah; Mempercepatpertumbuhanwilayah; Meningkatkan efisiensi dan produktivitas penggunaan tanah; Meningkatkan harga tanah; Adanya kepastian hak atas tanah.
Namun harus diakui bahwa peserta menderita kerugian akibat konsolidasi tanah tersebut yakni berkurangnya luas bidang tanah alcibat sumbangan tanah berupa STUp dan peningkatan pajak yang harus dibayar pemilik tanah akibat harga tanah yang meningkat. Sampai saat ini pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan di 25 Propinsi di Indonesia kecuali DKI Jakarta, telah dilaksanakan pada 254 lokasi dengan pesefta 92.985 peserta dengan jumlah persil 103.335,seluas 14,884,4107 Ha.
III.
PEMBIAYAAN KONSOLIDASI TANAH
Dalam rangka penyelenggaraan konsolidasi tanah, sumber dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan dapat diperoleh dari proyek yang bersumber dariAPBN dan APBD serta swadaYa. Sedangkan tarif pelaksanaan konsolidasi tanah sebagaimana sumber dana dimaksud dapat diuraikan seperti di bawah ini : 1. Proyek (APBN/APBD)
a.
Tarif konsolidasi tanah di berbagai Provinsi di seluruh Indonesia untuk Persiapan (Siap KT) berkisar antara Rp. 18,000.000,- s/d Rp. 30.000.000,per Satuan Pekerjaan (SP) atau + 250 bidang. Maka untuk persiapan konsolidasi tanah tarifnya berkisar antara Rp. 72.000,- s/d Rp. 120.000,per bidang.
b.
tarif untuk kegiatan Pembinaan (Bina Kl-) berkisar antara Rp. 40.000.000,- sld Rp. 75.000.000,- per SP. lt4aka untuk pembinaan Sedangkan
B-2 Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
konsofidasi tanah tarifnya berkisar antara Rp.1600.000,- s/d Rp. 300,000,-
per bidang.
Dari uraian tersebut dapat diambil suatu kisaran tarif kegiatan konsolidasi tanah ( Siap KT dan Bina KT) yang Cibiayai oleh Pemerintah rata-rata Rp. 232.000,- s/d Rp. 420.000,- per bidang.
2.
Swadaya
Mengingat kondisi fisik dan sosial masing-masing wilayah di seluruh Indonesia berbeda satu sama lain khususnya dalarn hal tingkat kepadatan penduduk, kondisi aksesibilitas lokasi dan pendapatan masyarakat, maka tarif untuk pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan secara swadaya bervariasi. Sebagai pedoman ditetapkan beberapa kategori tarif menurut pembagian wilayah, antara lain :
a) Pulau Sumatera
dan sekitarnya berkisar antarar Rp. 200,000,- s/d
Rp.
267.000,- per bidang
b)
Pulau Jawa, Bali dan Lombok berkisar antara Rp. 250.000,- s/d Rp. 375.000,- per bidang
c)
pulau Kalimantan dan sekitarnya berkisar antarin Rp. 180.000,- s/d Rp. 250.000,- per bidang
d)
Pulau Sulawesi dan sekitarnya berkisar antara Rp. 200.000,500.000,- per bidang
s/d Rp.
e) Di propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tarif ditetapkan sebesar Rp. 75.000,- per bidang. Dengan demikian kisaran tarif pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan di seluruh Indonesia adalah antara Rp. 180.000,- s/d 11p.500.000,- per bidang. Sehingga diperoleh tarif rata-rata sebesar Rp. 340.000,- p€r bidang dengan pengecualian di propinsi NTT sebesar Rp. 75.000,- per bidang.
ry. MASALAH YANG DIHADAPI 1. Aspek Peraturan Perundang-undangan
Sejauh ini peraturan yang mendukung pelaksanaan konsolidasi tanah secara hierarkhis belum kuat. Peraturan yang melandasi pelaksanaan konsolidasi tanah di Indonesia adalah Peraturan Ke,pala Badan Peftanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1991 beserta peraturan pelaksanaannya. Namun
demikian kegiatan konsolidasi tanah baik di wilayah perkotaan maupun wilayah perdesaan telah dapat dilaksanakan di seluruh Indonesia.
2.
Aspek Kelembagaan
Komitmen Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui keperluan rencana pembangunan yang ditetapkan oleh Bupati atau Walikota diantaranya kepastian rencana pembangunan atau penyediaan infrastruktur perkotaan sepertijalan, air minum, telepon, jaringan listrik, dan laiin-lain.
B-3 Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan perkotaan
Kepastian atas pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum/fasilitas sosial dalam pelaksanaan konsolidasi tanah di Indone,sia harus diakui belum semuanya terwujud. Oleh sebab itu agar perencanaan pembangunannya dapat terakomodasi dalam rencana pembangunan daerah sesuai Rencana Tata Ruang perlu peran serta Bupati/Walikota sebagai Ketua lim Koordinasi dengan
melibatkan Dinas Kimbangwil bersama-sama den$an Bappeda
sebagai
koordinator bagi semua instansi yang berperan dalam pembangunan wilayah, khususnya mengalokasikan pendanaan bagi pembangunan infrastruKur dan fasilitas umum/sosial di lokasi konsolidasi tanah yang merupakan perangkat insentif bagi peserta konsolidasi tanah. Dari pengalaman pelaksanaan konsolidasi tanah di berbagai daerah menunjukkan bahwa jaringan jalan yang sudah ditatar sesuai dengan Desain Konsolidasi Tanah yang telah disepakati oleh Tim Koordinasi Kabupaten/Kota, jika tidak ditindak-lanjuti dengan pengerasan dan pengaspalan akan menjadi gagal dan bahkan dapat menimbulkan masalah, karener masyarakat menanami lagidengan tanaman budi daya seperti palawija bahkan tanaman keras. 3.
Aspek Sosial
Masyarakat pemilik tanah pada calon lokasi konsolidasi tanah, sering tidak secara menyeluruh dapat menerima pelaksanaan konsolidasi tanah, sekalipun mengetahui manfaat dari konsolidasi tanarh. Para pemilik tanah langsung menghitung kerugian yang akan diderita jika harus menyumbangkan sebagian tanahnya sebagai STUP. Hal ini sering terjadi jika harga tanah pada lokasi konsolidasi tanah cukup tinggi. Manfaat akan harga tanah yang akan lebih meningkat jika dilakanakan konsolidasi tanah kurang merangsang pemilik tanah dengan alasan bahwa tanahnya bukan untuk dijual, akan tetapi untuk rumah hunian' Pembangunan jaringan jalan (baik baru maupun pelebaran) sering mengalami hambatan jika jalan tersebut harus memotong tanam tumbuh sepefti durian, rambutan, duku, dan lain-lain yang m€:rupakan sumber utama penghidupan masyarakat pemilik tanah. 4.
Aspek Finansial
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa salah satu manfaat dari konsolidasi tanah adalah peningkatan harga tanah. Alr:an tetapi pemilik tanah harus membayar PBB yang lebih tinggi sebagai akibat dari peningkatan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) atas tanahnya. Hal ini tentu mr:mberatkan bagi pemilik tanah, apalagi para pemilik tanah tidak mempunyai pendapatan ekstra. Dalam pelaksanaan konsolidasi tanah swadaya di mana para peserta di samping menyumbangkan sebagian tanahnya berupa STUP, harus membayar biaya operasional yang dirasakan berat, Sehingga jika pada awal pelaksanaan
konsolidasi tanah pemilik tanah setuju, akan tetapi piada tahap pelaksanaan, mengundurkan diri karena ketidak sanggupan memtrayar biaya operasional tersebut. 5.
Aspek Fisik
Dalam pelaksanaan realokasi (staking-out) tidak tertutup kemungkinan adanya pergeseran dan pemindahan letak bidang-bidang tanah. Ada peserta
8.4 Diskud Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
yang tidak dapat menerima pergeseran dan pemindaharn letak tersebut karena mengusik nilai "local-utilitynya".
6.
Aspek Mentalitas
Masalah pelaksanaan konsolidasi tanah bisa tirnbul karena mentalitas pelaksana dan/atau peserta yang mengakibatkan konsolidasi tanah gagal.
V.
HARAPAN PELAKSANAAN KONSOUDASI TANI\H INDONESIA
1. Aspek fisik
Dengan memahami pelaksanaan konsolidasitanah atau L/R di luar negeri khususnya Jepang, ternyata kunci utama kesuksesan pelaksanaan konsolidasi tanah adalah pembangunan konstruksi jalan dan sarana perkotaan lainnya. Oleh karena itu perlu dipikirkan langkah-langkah apa yang harus ditempuh agar pelaksanaan konsolidasi tanah di Indonesia dapat segera ditindak lanjuti
dengan pembangunan sarana infrastruKur dan sarana perkotaan lainnya khususnya pasca proyek. Pada kenyataannya pembangunan konstruksi sepefti yang dimakud dalam petunjuk operasional pelaksanaan konsolidasi tanah
hanyalah berupa pembentukan badan jalan dan saluran drainage saja. Dari berbagai pengalaman menunjukkan bahwa badan jalan yang telah dibentuk, sering ditanami kembali oleh pemilik tanah awal dengan berbagai jenis tanaman, karena tidak segera ditindak lanjuti dr:ngan pengerasan atau pengaspalan.
' -
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat di:;impulkan bahwa salah kunci utama untuk keberhasilan pelaksanaan konsolidasi tanah adalah terletak pada pembangunan konstruksi jalan dan sarana perkotaan lainnya yang akan memberi stimulasi kepada peserta, dengan alasan:
1. Dengan pembangunan
konstruksi melalui pengaspalan atau pengerasan jalan, maka akan mempeftegas posisi letak bidang tanah setelah ditata sekaligus mencegah kekhawatiran para peserta akan terjadinya pergeseran letak bidang tanah.
2.
Dengan selesainya pembangunan konstruki jalan, akan mendorong para peserta untuk segera membangun rumah, karenar lancarnya transportasi pengiriman bahan dan material ke masing-masing lbidang tanah.
3.
Dengan tersedianya kavling siap bangun, pemilik tanah dapat mendesain rumah sesuai kebutuhan ruangan (Lay-out kamar dan ruangan lainnya) dan kondisi lingkungan alam setempat (arah angin :sinar matahari )'
4.
Mendorong masyarakat disekitar lokasi konsolidasi tanah untuk berpartisipasi dalam kegiatan konsolidasi tanah, karena menyaksikan sendiri view kawasan perumahan yang teratur dan indah, sefta harga tanah yang meningkat.
Untuk memenuhi harapan tersebut maka perlu peningkatan kerjasama antara Departemen Permukiman dan Pengembangan 'uVilayah dan BPN dalam
.
B-5
Diskusi Terfokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang K:wasan Perkotaan
prioritas utama di menyusun program pelaksanaan konsolidasi tanah dengan
kotalkota di slturutr Indonesia, sehingga permasalahern yang timbul dalam t;;4. fenataan dapat dihindari dan bahkan dapat menjadi idola bagi masyarakat Pemilik tanah.
Pada akhirnya masyarakat dapat diajak juga untuk penyediaan tanah untuk pembangunan jalan tol, jalan arteri dengan prinsip. membangun tanpa menggusur seb-agaimina falsafah konsolidasi tanah itu sendiri. 2.
Aspek PembiaYaan
yang Aspek pembiayaan dalam pelaksaaan konsolidasi tanah di masa sumber akan o'atan! khususnya mengenai tarif, akan ditingkatkan pembiayaannya yang berasal dari dala swadaya ataur lebih dikenal dengan 'penerimaan tiegira 6ukan Pajak (PNBP). Kategori penerrtuan besarnya tarif per
wilayah, diperhitungan berdasarkan rumus, sebagai berilcut:
D=1xUx24 Keterangan: D = Dasar perhitungan tarif U = Upah minimum Provinsi
Sedangkan besarnya tarif per bidang diperhitungkan dengan rumus sebagai berikut:
1=(100/60)xD Keteranoan:
T = Tarif per bidang D = Dasar Perhitungan tarif
tarif di atas belum termasuk biaya-biaya lain yang merupakan yang tidak terpisahkan dari penyelenggariaan konsolidasi tanah, f.egiiiinPerhitungan
sepefti
a)
bi c)
:
Biaya pengukuran dan Pemetaan
eiaya'pemUentukan dan pembersihan badan jalan, parit dan prasarana jalan (konstruksi). -Oiaya iainnya yang mendukung pelaksanaan konsolidasi tanah.
B-6 Dskusi Tefokus: Konsolidasi Tanah dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan