DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT SARANA PERHUBUNGAN DARAT
DASAR HUKUM Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 72 Tahun 1993 tentang Perlengkapan Kendaraan Bermotor. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 9 Tahun 2004 tentang Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 37 Tahun 2002 tentang Persyaratan Teknis Sabuk Keselamatan; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : Km 14 Tahun 2007 Tentang Kendaraan Pengangkut Peti Kemas Di Jalan; Surat Dirjen Hubdat No. SK.725/AJ.302/DRJD/2004 tanggal 30 April 2004 perihal Penyelenggaraan Penganggkutan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3); Surat Edaran Menteri Perhubungan Perhubungan Nomor SE.02/AJ.108/DRJD/2008 tentang Panduan Batasan Maksimum Perhitungan JBI, JBKI untuk mobil barang, kendaraan khusus, kendaraan penarik berikut kereta tempelan/kereta gandengan. Surat Dirjen Hubdat No. AJ.307/2/7/DRJD/2003 tanggal 8 Juli 2003 tentang Ketentuan mengenai Angkutan Barang Curah
LATAR BELAKANG Masih banyak ditemukan KB angkutan barang yg beroperasi di jalan melakukan pelanggaran ketentuan ukuran utama (panjang, lebar, tinggi, Rear Over Hang/ROH) . Pelanggaran terhadap dimensi mengakibatkan pengangkutan barang dalam jumlah berlebihan atau melebihi JBI atau daya angkut (over load). Selama ini anggapan pengguna mobil barang, bahwa tinggi bak muatan untuk mengangkut barang bukan curah (kargo umum) bisa lebih tinggi dari bak muatan untuk mengangkut barang curah. Untuk mengangkut barang kargo umum, terutama mobil barang bak muatan terbuka yg terbuat dari kayu, biasanya ditambah teralis (knock down) agar volume muatan lebih banyak
DAMPAK MUATAN LEBIH DAN OVER DIMENSI Kerusakan jalan semakin meningkat; Terjadinya kecelakaan yang diakibatkan dari muatan lebih sehingga menimbulkan kemacetan di jalan raya; umur kendaraan bermotor jadi lebih pendek dikarenakan muatan yang melebihi dari kemampuannya;
DIMENSI UTAMA KENDARAAN BERMOTOR
Lebar max.2.500 mm
Tinggi max. 4.200 mm dan tidak melebihi 1,7 x lebar kendaraan
Panjang max.Kendaraan bermotor tunggal 12.000 mm.
Panjang max.Kendaraan bermotor dengan kereta gandengan atau kereta tempelan 18.000 mm.
Rear over hang (ROH) 62,5% x jarak sumbu.
Front over hang (FOH) 47,5% x jarak sumbu
Dalam hal jarak sumbu untuk Kereta Gandengan dihitung dari sumbu depan ke titik tengah antara sumbu terdekat dengan sumbu depan dengan sumbu yang paling jauh. Walaupun panjang bagian Kendaraan tanpa muatan yang menjulur ke belakang dari sumbu paling belakang, maksimum 62,50% (enam puluh dua koma lima nol persen), tidak berarti Kendaraan memiliki julur belakang 62,50% (enam puluh dua koma lima nol persen), tetapi dihitung berdasarkan panjang chassis asli dari pabrik pembuat dan hanya dapat ditambah dengan bumper
Sudut pergi bagian belakang bawah kendaraan min. 8° dari permukaan jalan.
lebar maksimum bak adalah lebar maksimum landasan kendaraan ditambah ditambah 50 milimeter pada sisi kiri dan kanan kendaraan
ANGKUTAN BARANG CURAH DASAR : Surat Dirjen Hubdat No. AJ.307/2/7/DRJD/2003 tanggal 8 Juli 2003 tentang Ketentuan mengenai Angkutan Barang Curah Tinggi bak maksimum ditentukan berdasarkan konfigurasi sumbu dan JBI kendaraan yaitu sebagai berikut : No. 1. 2.
Konf. Sumbu 1.1 1.2
JBI Tinggi Bak Max s/d 4.500 kg 550 mm s/d 7.500 kg 700 mm s/d 13.000 kg 850 mm 3. 1.22 s/d 21.000 kg 1000 mm Tinggi bak dihitung dari lantai bak sampai tinggi dinding samping paling atas. Apabila tinggi dinding bak paling depan lebih rendah dari jendela kabin belakang maka harus dipasang terali besi di jendela kabin tersebut.
PENGERTIAN JBB, JBKB, JBI DAN JBKI
Jumlah Berat Yang Diperbolehkan yang selanjutnya disebut JBB adalah berat maksimum Kendaraan Bermotorberikut muatannya yang diperbolehkan menurut rancangannya Jumlah Berat Kombinasi Yang Diperbolehkan yang selanjutnya disebut JBKB adalah berat maksimum rangkaian Kendaraan Bermotor berikut muatannya yang diperbolehkan menurut Rancangannya Jumlah Berat Yang Diizinkan yang selanjutnya disebut JBI adalah berat maksimum Kendaraan Bermotor berikut muatannya yang diizinkan berdasarkan kelas jalan yang dilalui Jumlah Berat Kombinasi Yang Diizinkan yang selanjutnya disebut JBKI adalah berat maksimum rangkaian Kendaraan Bermotor berikut muatannya yang diizinkan berdasarkan kelas jalan yang dilalui
PENETAPAN DAYA ANGKUT
JBB Dari manufaktur JBI Kemenhub Jalan MST (kapasitas daya dukung jalan) Kementerian PU & PR
PENETAPAN DAYA ANGKUT (Lanjutan) DAYA ANGKUT (kg)
JBI (kg) - {BERAT KOSONG (kg) + BERAT ORANG (kg)} VOLUME TANGKI (liter)
DAYA ANGKUT (kg) / BERAT JENIS MUATAN (kg/liter)
TINGGI BAK MUATAN TERBUKA & DUMP TRUCK
Idealnya, tinggi bak ditentukan oleh kapasitas daya angkut kendaraan Daya Angkut atau Berat Muatan= JBI – berat kosong kendaraan – berat orang Berat Muatan= volume bak x berat jenis muatan Volume bak = panjang x lebar x tinggi Panjang dan lebar bak dibatasi oleh panjang dan lebar landasan kendaraan
Kelas Jalan
Dimensi Kendaraan (dalam mm) Panjang
Lebar
Tinggi
MST (Ton)
I (Arteri dan Kolektor)
18000
2500
4200
10
II (Arteri, Kolektor, Lokal dan Lingkungan)
12000
2500
4200
8
III (Arteri, Kolektor, Lokal dan Lingkungan)
9000
2100
3500
8
Kelas Khusus (Arteri)
> 18000
> 2500
4200
> 10
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SE.02/AJ.208/DRJD/2008 HUBUNGAN KONFIGURASI SUMBU, KELAS JALAN, MST (MUATAN SUMBU TERBERAT) dan JBI (JUMLAH BERAT YANG DIZINKAN) No
1
GAMBAR KONFIGURASI SUMBU
KONFIGURASI SUMBU
SAMPING
1.1 1
2
1.2
4
2
Sb II
Sb III
Sb IV
Sb V
MAX
KETERANGAN
I II
6T 5T
6T 5T
-
-
-
12 T 10 T
MST < MST MAKSIMAL = KEKUATAN RANCANG SUMBU
I II
6T 6T
10 T 8T
-
-
-
16 T 14 T
MST < MST MAKSIMAL = KEKUATAN RANCANG SUMBU
I II
5T 5T
6T 6T
10 T 8T
-
-
21 T 19 T
MST < MST MAKSIMAL = KEKUATAN RANCANG SUMBU
I II
6T 6T
9T 7,5 T
9T 7,5 T
-
-
24 T 21 T
MST < MST MAKSIMAL = KEKUATAN RANCANG SUMBU
3
1.22
1
Sb I
2
11.2 1
JBI
2
1
3
ATAS
MST MAKSIMAL
KELAS JALAN
2
3
HUBUNGAN KONFIGURASI SUMBU, KELAS JALAN, MST (MUATAN SUMBU TERBERAT) dan JBI (JUMLAH BERAT YANG DIZINKAN) No
GAMBAR KONFIGURASI SUMBU
KONFIGURASI SUMBU
SAMPING
ATAS
KELAS JALAN
I
5
JBI
Sb I
Sb II
Sb III
Sb IV
Sb V
MAX
2
3
4 II
I
6T
6T
9T
9T
-
30 T
Suspensi Biasa
6T
7T
10 T
10 T
-
33 T
Sb 2,3,4: Air Bag Suspension
6T
7T
9T
9T
-
31 T
Sb 2 : Air Bag Suspension
6T
6T
7,5 T
7,5 T
-
27 T
Suspensi Biasa
6T
7T
8T
8T
-
29 T
Sb 2,3,4: Air Bag Suspension
6T
7T
7,5 T
7,5 T
-
28 T
Sb 2 : Air Bag Suspension
6T
6T
7T
7T
7T
33 T
Suspensi Biasa
6T
7T
8T
8T
8T
37 T
Sb 2,3,4,5 = Air Bag Suspension
6T
7T
7T
7T
7T
34 T
Sb 2 : Air Bag Suspension
6T
6T
6T
6T
6T
30 T
Suspensi Biasa
6T
7T
7T
7T
7T
34 T
Sb 2, 3, 4, 5 = Air Bag Suspension
6T
7T
6T
6T
6T
31 T
Sb 2 : Air Bag Suspension
6T
7T
7T
7T
-
27 T
Suspensi Biasa
6T
8T
8T
8T
-
30 T
Sb 2,3,4: Air Bag Suspension
6T
6T
6T
6T
-
24 T
Suspensi Biasa
6T
7T
7T
7T
-
27 T
Sb 2,3,4: Air Bag Suspension
1.1.222 1
2
3 4
5
II
I 7
KETERANGAN
1.1.22 1
6
MST MAKSIMAL
1.222 1
2 3
4 II
HUBUNGAN KONFIGURASI SUMBU, KELAS JALAN, MST (MUATAN SUMBU TERBERAT) dan JBKI (JUMLAH BERAT KOMBINASI YANG DIZINKAN) untuk KENDARAAN PENARIK dan KERETA TEMPELAN No
1
GAMBAR
KONFIGURASI SUMBU
TAMPAK SAMPING
1.2-22
1
2
2
3
MST MAKSIMAL
JBKI
Sb I
Sb II
Sb III
Sb IV
Sb V
Sb VI
I
6T
10 T
9T
9T
-
-
2
3
4
I
6T
9T
9T
9T
9T
I
6T
10 T
10 T
10 T
10 T
I
6T
9T
9T
10 T
10 T
I
6T
9T
9T
7T
7T
7T
45 T
I
6T
10 T
10 T
10 T
10 T
10 T
56 T
2 3
I
6T
9T
9T
10 T
10 T
10 T
54 T
I
6T
10 T
10 T
10 T
10 T
10 T
56 T
34 T
KETERANGAN
SUSPENSI BIASA
-
-
42 T
46 T 38 T
SUSPENSI BIASA
SUMBU 2,3,4,5 MENGGUNAKAN AIR BAG SUSPENSION
5
1.22-222 1
MAX
4
1.22-22 1
3
TAMPAK ATAS
KELAS JALAN
4 5 6
-
44 T
SUMBU 4 dan 5 MENGGUNAKAN AIR BAG SUSPENSION
Suspensi Biasa
Sb 2, 3, 4, 5, 6 = Air Bag Suspension + Steering Axle Sb 1, 2, 3 = suspensi biasa Sb 4, 5, 6 = Air Bag Suspension + Steering Axle
Sb 2, 3 : Air Bag Suspension Sb 4, 5, 6 : Air Bag Suspension + Steering Axle
HUBUNGAN KONFIGURASI SUMBU, KELAS JALAN, MST (MUATAN SUMBU TERBERAT) dan JBKI (JUMLAH BERAT KOMBINASI YANG DIZINKAN) untuk KENDARAAN PENARIK dan KERETA TEMPELAN No
1
KONFIGURASI SUMBU
GAMBAR TAMPAK SAMPING
TAMPAK ATAS
1.2 + 2.2
1
2
3
4
MST MAKSIMAL
KELAS JALAN
Sb I
Sb II
Sb III
Sb IV
I
6T
10 T
10 T
10 T
JBKI Sb V
Sb VI
-
-
MAX
36 T
KETERANGAN
-
Kendaraan Bermotor - Merk : Mercedes Benz - Type : 3836 (6 x 6) - Konfigurasi sumbu : 1.22 - Kekuatan rancangan sumbu : ◦ Sumbu 1 = 7.500 kg ◦ Sumbu 2 = 16.000 kg ◦ Sumbu 3 = 16.000 kg JBB = 39.500 kg Apabila kend. tersebut beroperasi di jalan kelas II (MST = 8 ton) maka JBI kend.tsb : Sumbu 1 = 6.000 kg Sumbu 2 & 3 = 15.000 kg JBI = 21.000 kg
Jadi apabila kend. tsb beroperasi dgn muatan berdasarkan/sebesar JBB pada jalan kelas II, terdapat kelebihan muatan sebesar : = JBB – JBI = 39.500 kg – 21.000 kg = 18.500 kg Apabila kend. tersebut beroperasi di jalan kelas I (MST = 10 ton) maka JBI kend.tsb : Sumbu 1 = 6.000 kg Sumbu 2 & 3 = 18.000 kg JBI = 24.000 kg Jadi apabila kend. tsb beroperasi dgn muatan berdasarkan/sebesar JBB pada jalan kelas I, terdapat kelebihan muatan sebesar : = JBB – JBI = 39.500 kg – 24.000 kg = 15.500 kg
Kendaraan Bermotor - Merk : Nissan - Type : CKA 12 KHT - Konfigurasi sumbu : 1.2 - JBB : 16.200 kg Apabila kend. tersebut beroperasi di jalan kelas II, maka JBI = 13.000 kg Maka kelebihan muatan = JBB – JBI = 3.200 kg
Apabila kend. tersebut beroperasi di jalan kelas I, maka JBI = 16.000 kg Maka kelebihan muatan : = JBB – JBI = 16.200 – 16.000 = 200 kg Jadi kendaraan tersebut jika beroprasi dengan muatan sebesar JBB pada jalan kelas II kelebihan muatannya 3.200 kg tetapi pada jalan kelas I kelebihan muatan hanya 200 kg
Dengan demikian kelebihan muatan agar tidak terlalu besar berdampak mengakibatkan kerusakan jalan harus dihitung terhadap JBI bukan JBB. Kelebihan muatan jika dihitung terhadap JBB maka apabila kendaraan merk dan type berbeda dengan konfigurasi yang sama beroparasi pada kelas jalan yang sama, kelebihannya akan bervariasi sesuai desain pabrik kendaraan tersebut bukan sesuai desain jalan.
SPESIFIKASI TEKNIS BUKU UJI BERKALA
Stiker Logo Daerah
BOOK OF PERIODICAL VEHICLE INSPECTION
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
DECREE OF DIRECTOR GENERAL OF LAND TRANSPORTATION NOMOR/NUMBER : SK...../DRJD/2006
88 mm
125 mm
BUKU UJI BERKALA KENDARAAN BERMOTOR
BUKU UJI BERKALA KENDARAAN INI BERLAKU DI SELURUH INDONESIA Pasal 150 Peraturan Pemerintah Nomor : 44/1993
DITERBITKAN DI : ........................... THIS VEHICLE PERIODICAL INSPECTION CERTIFICATE HAS TO BE IMPLEMENTED IN THE REPUBLIC OF INDONESIA’S JURISDICTION (Articel 150 Goverment Regulation Number 44/1993 )
ISSUED AT
PADA TANGGAL : ............................ Diterbitkan di : Jakarta
DATE ON
Pada tanggal : .................
KEPALA DINAS/KANTOR
Issued at Date on
CHIEF OFFICER OF
: .....................
ATAS NAMA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTUR LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
ON BEHALF OF DIRECTOR GENERAL OF LAND TRANSPORTATION DIRECTOR OF ROAD TRAFFIC AND TRANSPORT
( ......................................................) NIP. ...............................
.............................................................. NIP. XXXXXXXXXXXXXXXXX
NOMOR PERFORASI
NOMOR PERFORASI
PEMILIK IDENTIFIKASI KENDARAAN DAN PEMILIK IDENTIFICATION OF VEHICLE AND OWNER (OWNER) - Nomor Uji Berkala : …………………………………….. (Periodical Inspection Number) - Nomor Kendaraan : …………………………………….. (Vehicle Registration Number) - Nama Pemilik Kendaran : …………………………………….. (Name of Owner) - Alamat Pemilik Kendaraan : …………………………………….. (Address of Owner) - Kartu Identitas Diri : …………………………………….. NOMOR PERFORASI
URAIAN DATA KENDARAAN DESCRIPTION OF VEHICLE
NOMOR PERFORASI
URAIAN KENDARAAN (VEHICLE DIMENSION) PEMILIK (OWNER) - Nomor Uji Berkala : …………………………………….. (Periodical Inspection Number) - Nomor Kendaraan : …………………………………….. (Vehicle Registration Number) - Nama Pemilik Kendaran : …………………………………….. (Name of Owner) - Alamat Pemilik Kendaraan : …………………………………….. (Address of Owner) - Kartu Identitas Diri : …………………………………….. NOMOR PERFORASI
BERAT KOSONG (KERB WEIGHT)
NOMOR PERFORASI
PEMILIK (OWNER) - Nomor Uji Berkala : …………………………………….. (Periodical Inspection Number) - Nomor Kendaraan : …………………………………….. (Vehicle Registration Number) - Nama Pemilik Kendaran : …………………………………….. (Name of Owner) - Alamat Pemilik Kendaraan : …………………………………….. (Address of Owner) - Kartu Identitas Diri : …………………………………….. NOMOR PERFORASI
NOMOR PERFORASI
PEMILIK (OWNER) - Nomor Uji Berkala : …………………………………….. (Periodical Inspection Number) - Nomor Kendaraan : …………………………………….. (Vehicle Registration Number) - Nama Pemilik Kendaran : …………………………………….. (Name of Owner) - Alamat Pemilik Kendaraan : …………………………………….. (Address of Owner) - Kartu Identitas Diri : …………………………………….. NOMOR PERFORASI
NOMOR PERFORASI
Catatan (Notes) PEMILIK (OWNER) - Nomor Uji Berkala : …………………………………….. (Periodical Inspection Number) - Nomor Kendaraan : …………………………………….. (Vehicle Registration Number) - Nama Pemilik Kendaran : …………………………………….. (Name of Owner) - Alamat Pemilik Kendaraan : …………………………………….. (Address of Owner) - Kartu Identitas Diri : …………………………………….. NOMOR PERFORASI
NOMOR PERFORASI
PEMERIKSAAN IDENTITAS KENDARAAN PEMILIK BERMOTOR (OWNER) - Nomor Uji Berkala : ……………………………… …….. (Periodical Inspection IDENTIFIKASI KENDARAAN DAN Number) PEMILIK
-IDENTIFICATION Nomor Kendaraan OF VEHICLE AND:OWNER ……………………………… …….. (Vehicle Registration
Periksa nomor kendaraan sesuaikan antara buku uji dan STNK
URAIAN DATA KENDARAAN DESCRIPTION OF VEHICLE
Number)
- Nama Pemilik Kendaran : ……………………………… …….. (Name of Owner) - Alamat Pemilik Kendaraan : ……………………………… NOMOR PERFORASI …….. (Address of Owner)
NOMOR PERFORASI
Kesesuaian data spesifikasi kendaraan dan fisik kendaraan
PEMERIKSAAN DIMENSI
PEMILIK KENDARAAN BERMOTOR (OWNER) - Nomor Uji Berkala : ……………………………… …….. (Periodical Inspection BERAT KOSONG (KERB URAIAN KENDARAAN (VEHICLE DIMENSION) Number)
Sesuaikan antara data dan fisik kendaraan, banyak terjadi pelanggaran dimensi
WEIGHT)
- Nomor Kendaraan : ……………………………… …….. (Vehicle Registration
Pastikan daya angkut sesuai dengan kelas jalan, konfigurasi sumbu, dan JBB
Number)
- Nama Pemilik Kendaran : ……………………………… …….. (Name of Owner) - Alamat Pemilik Kendaraan : ……………………………… …….. NOMOR PERFORASI (Address of Owner) - Kartu Identitas Diri :
NOMOR PERFORASI
PENGISIAN BUKU UJI Pengisian buku uji pada dasarnya memuat identifikasi dan spesifikasi kendaraan yang diuji
Identifikasi kendaraan meliputi : identitas pemilik dan identitas kendaraan uji IDENTITAS KENDARAAN
IDENTITAS PEMILIK
1. 2. 3. 4. 5.
Nomor uji berkala Nomor kendaraan Nama pemilik Alamat pemilik No. KTP pemilik
IDENTITAS DATA KENDARAAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Merek Tipe Jenis peruntukan Isi silinder Daya motor Bahan bakar Tahun pembuatan Nomor rangka landasan Nomor dan tanggal SRUT
Lanjutan Pengisian Buku Uji
Pengisian spesifikasi kendaraan 1. Dimensi kendaraan (panjang, lebar, dan tinggi) 2. Jarak sumbu – sumbu roda 3. Ukuran bak muatan 4. Jumlah berat yang diperbolehkan (JBB) 5. Konfigurasi sumbu Pengisian Jumlah berat 1. 2. 3. 4.
Berat kosong kendaraan Daya angkut orang Jumlah berat yang diijinkan (JBI) Jumlah berat muatan barang
Lanjutan Pengisian Buku Uji
Langkah menentukan Jumlah berat yang diijinkan (JBI) : 1. Tentukan kelas jalan yang akan dilalui kendaraan 2. Tentukan berat total kombinasi berdasarkan sumbu roda dan muatan sumbu terberat 3. Bandingkan jumlah berat yang diperbolehkan (JBB) dengan berat total kombinasi, sebagai bahan pembanding kekuatan kerja kendaraan 4. Tentukan JBI yang diberikan 5. Hitung berat barang yang dapat diangkut kendaraan Berat barang yang mampu diangkut = JBI – (berat kosong kendaraan + orang)
Lanjutan Pengisian Buku Uji
Jarak Sumbu Referensi (Wheel base) Wheel base (WB) adalah jarak sumbu referensi yang digunakan sebagai acuan dalam penentuan nilai maksimum julur depan (FOH) dan julur belakang (ROH) kendaraan Penetapan wheelbase ditentukan oleh konfigurasi sumbu kendaraan Kendaraan dengan konfigurasi sumbu 1.1 dan 1.2, wheel base dihitung dari sumbu I ke sumbu II Kendaraan dengan konfigurasi sumbu 1.22, wheel base dihitung dari dari sumbu I ke titik tengah sumbu II dan sumbu III. Kendaraan dengan konfigurasi sumbu 11.2, wheel base dihitung dari dari titik tengah sumbu I dan sumbu II ke sumbu III Kendaraan dengan konfigurasi sumbu 11.22, wheel base dihitung dari dari titik tengah sumbu I dan sumbu II ke titik tengah sumbu III dan sumbu IV Kendaraan dengan konfigurasi sumbu 1.222, wheel base dihitung dari sumbu I ke sumbu III Kendaraan dengan konfigurasi sumbu 11.222, wheel base dihitung dari titik tengah sumbu I dan sumbu II ke sumbu IV
Lanjutan Pengisian Buku Uji
FOH
Js
ROH
WB
FOH
Js I
Js II
WB
ROH
Lanjutan Pengisian Buku Uji
FOH
Js II
Js I
ROH
WB
FOH
Js I
Js II WB
Js III
ROH
Lanjutan Pengisian Buku Uji
Js I
FOH
Js II
Js III
ROH
WB
FOH
Js I
Js II
Js III
WB
Js IV
ROH
Panjang bak Panjang bak disesuaikan dengan panjang landasan atau chasis kendaraan Panjang bak tidak boleh melebihi ujung bagian belakang landasan atau chasis Panjang bak untuk dump truck dapat melebihi ujung bagian belakang landasan atau chasis, tetapi tidak boleh melebihi panjang ROH landasan Wheel base landasan mobil barang dapat diperpanjang dengan rekomendasi dari ATPM
Lanjutan Pengisian Buku Uji
bagian belakang bak tidak boleh melewati landasan/chasis chasis
bagian belakang bak dump truck melewati landasan/chasis
chasis
Lanjutan Pengisian Buku Uji
Lebar bak muatan lebar maksimum bak adalah lebar maksimum landasan kendaraan ditambah ditambah 50 milimeter pada sisi kiri dan kanan kendaraan tidak termasuk engsel pintu/dinding bak dan handle pengunci pintu/dinding Berlaku untuk bak muatan tertutup (box), bak muatan terbuka dan bak dump truck
Lanjutan Pengisian Buku Uji
50
Lb
50 L Satuan : mm
Lanjutan Pengisian Buku Uji
l
t
T
p
t
Lanjutan Pengisian Buku Uji
Tinggi bak muatan terbuka dan dump truck
Tinggi bak ditentukan oleh daya angkut kendaraan Daya Angkut = JBI – berat kosong kendaraan – berat orang Daya Angkut = volume bak x berat jenis muatan Volume bak = panjang x lebar x tinggi Tinggi bak = volume bak /(panjang x lebar) Panjang dan lebar bak dibatasi oleh panjang dan lebar landasan kendaraan
DASAR HUKUM ANGKUTAN PETI KEMAS
1. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 14 TAHUN 2007 TENTANG KENDARAAN PENGANGKUT PETI KEMAS DI JALAN 2. KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 74 TAHUN 1990 TENTANG ANGKUTAN PETI KEMAS DI JALAN 3. KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : AJ.306/1/15/DRPD/1992 TENTANG PENYEMPURNAAN PETUNJUK PELAKSANAAN ANGKUTAN PETI KEMAS DI JALAN 4. SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SE.02/AJ.208/DRJD/2008 TENTANG PANDUAN BATAS MAKSIMUM PERHITUNGAN JBI DAN JBKI UNTUK MOBIL BARANG, KENDARAAN KHUSUS, KENDARAAN PENARIK BERIKUT KERETA TEMPELAN/KERETA GANDENGAN
SPESIFIKASI KENDARAAN PETI KEMAS Bagian Utama Kendaraan Pengangkut Peti Kemas
I Kendaraan Penarik
II Kereta Tempelan
SPESIFIKASI KENDARAAN PETI KEMAS Kendaraan Penarik Tractor Head / kendaraan penarik kereta peti kemas harus memiliki spesifikasi : 1. Daya minimal 5,5 kW/Ton dari jumlah berat kombinasi yang diperbolehkan (JBKB) 2. Sumbu kendaraan dikonstruksikan berdasarkan muatan sumbu terberat (MST)10 Ton 3. Dilengkapi dengan dongkrak dengan kekuatan sekurangnya 10 Ton 4. Dilengkapi alat pengontrol kendaraan, lampu isyarat warna kuning di bagian atas kabin kendaraan, dan tanda peringatan di dalam kabin yang menunjukkan tinggi maksimum peti kemas
SPESIFIKASI KENDARAAN PETI KEMAS Kereta Tempelan Kereta tempelan pengangkut peti kemas berupa kereta tempelan rangka (chassis trailer) bukan flat deck, yang memiliki spesifikasi dimensi dan perlengkapan : 1. Tinggi maksimum kendaraan termasuk peti kemasnya tidak melebihi 4,2 meter 2. Dilengkapi dengan sumbu dan ban ganda untuk peti kemas 20 kaki 3. Dilengkapi dengan dua sumbu dengan air bag suspension atau tiga sumbu (triple) dengan pegas daun (leaf spring suspension dan wajib dilengkapi ban ganda untuk peti kemas 40 kaki dan 45 kaki 4. Menggunakan ban dengan ukuran sama dan spesifikasi sesuai yang disahkan dalam pengesahan rancang bangun 5. Dilengkapi dengan pesawat rem yang memenuhi persyaratan teknis dan dapat dikendalikan secara terpusat oleh pengemudinya 6. Memiliki perangkat pengunci peti kemas (twist lock) sesuai standar internasional yang terpasang kokoh dan permanen
CHASSIS TRAILER
FLAT DECK
CARA PEMUATAN Cara pemuatan yang benar harus dilakukan untuk memenuhi aspek keamanan pengangkutan dan keselamatan jalan raya • Satu kendaraan pengangkut peti kemas hanya diizinkan untuk mengangkut 1 (satu) • Tidak diizinkan mengangkut 2 (dua) peti kemas pada 1 (satu) kereta tempelan walaupun kereta tempelannya memenuhi ukuran panjang dan dilengkapi twist lock pada tiap – tiap sisi • peti kemas yang diangkut panjang kereta tempelannya
panjangnya
sesuai
dengan
Cara Angkut Benar
Cara Angkut Salah
Cara Angkut Salah
BERAT PETI KEMAS DAN KEKUATAN SUMBU Berat maksimum peti kemas yang diizinkan untuk diangkut dihitung berdasarkan batasan - batasan kekuatan sumbu maksimum Sumbu Tunggal • Sumbu tunggal ban tunggal, maksimal 6.000 kg (6Ton) • Sumbu tunggal ban ganda, maksimal 10.000 kg (10 ton) Sumbu ganda (tandem) ban ganda, maksimal 18.000 (18 Ton) Sumbu tiga (triple) dengan roda ganda, maksimal 21.000 kg (21 Ton) atau sumbu ganda ban ganda dengan suspensi udara (airbag suspension), maksimal 20.000 kg (20Ton)
SUSUNAN KENDARAAN PENGANGKUT
6 Ton
10 Ton Kendaraan Pengangkut Peti Kemas 20 kaki
18 Ton
SUSUNAN KENDARAAN PENGANGKUT
6 Ton
18 Ton
21 Ton
Kendaraan Pengangkut Peti Kemas 40 kaki
SUSUNAN KENDARAAN PENGANGKUT
6 Ton
20 Ton
Suspensi udara
Suspensi 20 Ton udara
Kendaraan Pengangkut Peti Kemas 45 kaki
LINTASAN JALAN Jalan yang diizinkan untuk dilalui lintasan angkutan peti kemas harus memenuhi jaringan jalan yang diizinkan Persyaratan minimal jalan angkutan peti kemas : • Jaringan jalan harus memiliki konstruksi yang diperkeras dan memiliki muatan sumbu terberat (MST) 10 Ton • Jarak ruangan bebas di atas lintasan angkutan peti kemas harus lebih besar dari 5 meter • Jembatan yang berada di jaringan jalan harus mampu menahan beban kendaraan pengangkut peti kemas yang mempunyai jumlah berat kombinasi total sebesar 34 Ton untuk peti kemas 20 kaki dan 45 Ton untuk peti kemas 40 kaki • Kemiringan memanjang jalan (tanjakan) tidak melebihi 5% (4,5°)
Pelanggaran Konfigurasi Sumbu & Daya Mesin
Dalam gambar diatas terdapat pelanggaran terhadap konfigurasi sumbu 12-222 dari yang seharusnya 122-222, dan dipakai untuk menarik kontainer 45 feet padahal daya engine < 235 kW
Pelanggaran Muatan Lebih & Tidak Laik Jalan
Gambar diatas merupakan fakta kecelakaan pada kendaraan angkutan barang yang dikategorikan kecelakaan berat akibat muatan lebih dari kendaraan penariknya dan ketidaklaikan jalan kendaraan
Pelanggaran tidak dilengkapi perisai kolong
Gambar diatas merupakan gambar kereta tempelan yang tidak dilengkapi dengan perisai kolong
Terima Kasih DITJEN PERHUBUNGAN DARAT Email :
[email protected] Home Page : www.hubdat.web.id