DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-11
ANALISIS PENGARUH PENDIDIKAN, UPAH, INSENTIF, JAMINAN SOSIAL DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI KOTA SEMARANG ( STUDI KASUS KEC. BANYUMANIK DAN KEC. GUNUNGPATI) Vellina Tambunan, Nenik Woyanti 1 Jurusan IESP Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone : + 622476486851 ABSTRACT Increasing the amount of labor that is not accompanied by an increase in worker performance that will affect the production process and will ultimately impede economic growth. This study aims to analyze the influence of education, wages, incentives, social security and work experience on labor productivity in the city of Semarang. Dependent variable is labor productivity, the independent variables are education, wages, incentives, social security and work experience.The data used are primary and secondary data. Primary data obtained by the method of interviewing a sample of 100 people labor in the city of Semarang. The analysis tool used is the Multiple Linear Regression with SPSS 16.0 program.The results showed that of the five independent variables, only three variables that significantly affect the productivity of labor is wages, incentives and work experience, while not significant is the education and social security. Coefficient of determination value of 0.876 which means that labor productivity can be explained by the variable factors of wages, incentives and work experience of 87.6 percent. While the remaining 12.4 per cent of labor productivity is explained by other variables not included in the analysis model in this study. Key words: education, wages, incentives, labor productivity PENDAHULUAN Kota Semarang memiliki jumlah penduduk dan TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) yang tinggi. Tingginya jumlah penduduk dan angkatan kerja tersebut diharapkan akan mampu memacu peningkatan kegiatan ekonomi yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dibutuhkan masyarakat dengan kemampuan memadai untuk bisa mencapai kesejahteraan tersebut, dengan kata lain dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas sehingga mampu meningkatkan produksi yang pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pendidikan merupakan salah satu hal yang memampukan masyarakat bersaing dalam dunia kerja. Pada kenyataan, Kota Semarang memiliki partisipasi sekolah khususnya pendidikan lanjutan dan tinggi yang rendah. Seseorang melakukan suatu pekerjaan karena mengharapkan suatu imbalan dalam bentuk uang atau upah. dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota Semarang memiliki upah minimum tertinggi dan juga mampu menutupi KHL. Tidak mengherankan jika banyak angkatan kerja tertarik untuk bekerja di Kota Semarang. Secara teoritis, apabila tingkat upah tinggi, maka jumlah penawaran tenaga kerja akan meningkat dan sebaliknya (Simanjuntak, 2001). Selain pemberian upah tetap, diperlukan juga adanya dorongan yang dilakukan pimpinan suatu perusahaan terhadap para pekerjanya, supaya para pekerja bisa menjalankan pekerjaan mereka yang 1
Vellina Tambunan, Nenik Woyanti
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2
mungkin membosankan dan berulang-ulang dengan cara yang efisien. Cara yang digunakan adalah dengan pemberian upah insentif. Hal lain yang tidak kalah penting dalam peningkatan kerja para pekerja adalah adanya jaminan sosial. Jaminan sosial yang diberikan oleh perusahaan akan dapat memberikan ketenangan dan perasaan aman pada para pekerjanya. Peran serta tenaga kerja dalam pembangunan nasional semakin meningkat dengan disertai berbagai tantangan dan resiko yang dihadapinya, oleh karena itu kepada tenaga kerja perlu diberikan perlindungan pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraannya, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas nasional (Setiadi, 2009). Hal selanjutnya yang juga diperkirakan mempengaruhi produktivitas seseorang dalam bekerja adalah pengalaman kerja. Saat seorang pekerja memiliki pekerjaan sesuai dengan keahliannya, pekerja tersebut dapat memaksimalkan pengetahuan dan skillnya sehingga meningkatkan input dan produktivitasnya (Amron, 2009). KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS SDM dapat diartikan sebagai usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. SDM juga menyangkut manusia yang mampu memberikan jasa atau usaha kerja. Orang dalam usia kerja tersebut dinamakan tenaga kerja atau man power (Simanjuntak, 2001). Pada dasarnya tenaga kerja dibagi ke dalam kelompok angkatan kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja. Besarnya penawaran dan permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh tingkat upah (Simanjuntak, 2001). Produktivitas adalah kekuatan pendorong (driving force) untuk mewujudkan kualitas hidup, pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial yang pada hakekatnya adalah sasaran pembangunan nasional. Dengan perkataan lain produktivitas mendorong pertumbuhan dan pertumbuhan adalah kemajuan. Untuk suatu negara ukurannya adalah Gross Domestik Bruto (GDB) sedangkan untuk perorangan diukur dengan jam kerja (input per man hour) . Menurut Balai Pengembangan Produktivitas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Tengah, produktivitas dipandang dari 2 segi yaitu : Secara Filosofis adalah suatu pandangan bahwa kualitas kerja hari ini, harus lebih baik dari kualitas kerja kemarin dan kualitas kerja hari esok, harus lebih baik dari hari ini atau kualitas kerja kehidupan hari ini, harus lebih baik dari kemarin dan kualitas esok harus lebih baik dari hari ini. Dengan kata lain, merupakan sikap mental untuk selalu melakukan perbaikan dan peningkatan dalam bekerja dan dalam penghidupan pada umumnya.. Secara teknis merupakan rasio antara keluaran (output) dan masukan (input), atau dengan formula : PRODUKTIVITAS =
Hubungan Antara Pendidikan dengan Produktivitas Tenaga Kerja Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi juga tingkat produktivitas atau kinerja tenaga kerja tersebut (Simanjuntak, 2001). Pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan formal maupun informal yang lebih tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas. Tingginya kesadaran akan pentingnya produktivitas, akan mendorong tenaga kerja yang bersangkutan melakukan tindakan yang produktif (Kurniawan, 2010). Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan seorang tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas, karena orang yang berpendidikan lebih tinggi memiliki pengetahuan yang lebih untuk meningkatkan kinerjanya.
2
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 3
Hubungan antara Upah dengan Produktivitas Tenaga Kerja Besar kecilnya upah yang diberikan perusahaan kepada para pekerjanya akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat produktivitas kerja karyawan (Setiadi, 2009). Saat seorang pekerja merasa nyaman dengan upah yang diterima maka produktivitasnya dalam bekerja diharapkan akan meningkat. Upah yang nyaman dalam hal ini dapat diartikan upah yang wajar, yakni dapat memungkinkan pekerja untuk memenuhi kebutuhannya secara manusiawi. Sehingga ketika tingkat penghasilan cukup, akan menimbulkan konsentrasi kerja dan mengarahkan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas. (Kurniawan, 2010) Hubungan antara Insentif dengan Produktivitas Tenaga Kerja Ada tidaknya pemberian insentif terhadap pekerja akan memberi pengaruh positif pada peningkatan produktivitas tenaga kerja (Setiadi, 2009). Dengan adanya pemberian insentif maka pekerja lebih semangat lagi dalam bekerja sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya dalam bekerja. Hubungan antara Jaminan Sosial dengan Produktivitas Tenaga Kerja Adanya pemberian jaminan sosial bagi tenaga kerja akan membuat pekerja merasa aman dan nyaman dalam melakukan pekerjaan, sehingga tenaga kerja dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik (Setiadi, 2009). Jaminan sosial yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada tenaga kerjanya dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan semangat kerja. Apabila jaminan sosialnya mencukupi, maka akan menimbulkan kesenangan bekerja sehingga mendorong pemanfaatan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas (Kurniawan, 2010) .Dengan demikian adanya pemberian jaminan sosial memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja. Hubungan antara Pengalaman Kerja dengan Produktivitas Tenaga Kerja Pengalaman kerja tercermin dari pekerja yang memiliki kemampuan bekerja pada tempat lain sebelumnya. Semakin banyak pengalaman yang didapatkan oleh seorang pekerja akan membuat pekerja semakin terlatih dan terampil dalam melaksanakan pekerjaannya (Amron, 2009). Adanya tenaga kerja yang memiliki pengalaman kerja diharapkan memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahliannya. Semakin nyaman seseorang dalam pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya maka diharapkan akan mampu meningkatkan produktivitasnya. Maka dapat dikatakan bahwa pengalaman kerja memiliki pengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja. METODE PENELITIAN Variabel Penelitian Produktivitas tenaga kerja adalah gambaran kemampuan pekerja dalam menghasilkan output Dalam penelitian ini produktivitas tenaga kerja dihitung dengan membagi jumlah pendapatan yaitu penjumlahan upah rata-rata dan insentif rata-rata, dengan jumlah jam kerja. Produktivitas tenaga kerja dinyatakan dalam satuan rupiah per jam. Pendidikan merupakan lama tahun sukses sekolah atau pendidikan formal yang diikuti oleh responden. Pendidikan dinyatakan dalam satuan tahun. Upah adalah balas jasa yang berupa uang atau balas jasa yang lain yang diberikan oleh lembaga atau organisasi perusahaan kepada responden karena prestasi kerjanya per bulan. Upah dinyatakan dalam satuan Rupiah per bulan. Insentif merupakan pemberian bonus atau penghargaan oleh pimpinan perusahaan terhadap pekerja sebagai penghargaan atas prestasi pekerja diluar dari gaji pokok pekerja. Insentif dinyatakan dengan satuan Rupiah. Jaminan sosial 3
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 4
merupakan suatu perlindungan bagi responden dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dalam pelayanan sebagai akibat peristiwa yang dialami responden berupa kecelakaan kerja, sakit, bersalin, hari tua dan meninggal dunia. Pemberian jaminan sosial dinyatakan ada, jika responden telah terdaftar sebagai penerima jaminan pada tempatnya bekerja. Jaminan sosial dinyatakan menggunakan variabel dummy, yaitu : D = 1, jika ada jaminan, D = 0, jika lainnya. Pengalaman kerja merupakan pengalaman dari tenaga kerja,apakah sudah pernah bekerja atau belum pernah bekerja sebelumnya. Pengalaman kerja dinyatakan dalam satuan bulan. Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang bekerja di Kecamatan Banyumanik dan Kecamatan Gunungpati pada tahun 2010, baik laki-laki maupun perempuan yaitu sebanyak 73.467 jiwa. Responden yang akan diteliti berada di Kota Semarang, dengan daerah penelitian Kecamatan Banyumanik dan Kecamatan Gunungpati. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dan quoted sampling. Menurut Bailey ukuran sampel yang akan menggunakan analisis data statistik adalah minimal 30 (M. Iqbal Hasan, 2002). Menurut Roscoe dalam Sugiyono, 2007 bahwa bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi ganda), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Karena dalam penelitian ini menggunakan lima variabel, maka minimal sampel adalah 50. Berdasarkan pertimbangan diatas maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil sebanyak 60 orang secara purposive, yakni dengan kriteria tertentu. Metode Analisis Pengujian hipotesis digunakan dengan analisis multivariate dengan menggunakan regresi linear berganda dengan kuadrat terkecil (OLS) sebagai berikut : Y= β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + µ Keterangan : Y = Produktivitas tenaga kerja X1 = Pendidikan ( Tahun) X2 = Upah (Rupiah) X3 = Insentif (Rupiah) X4 = Jaminan Sosial (Dummy) X5 = Pengalaman kerja (Bulan) β0 = Konstanta β1, β2,…..β5 = Koefisien Regresi µ = Variabel pengganggu
4
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Tabel 1 Jumlah Responden Menurut Pendidikan di Kota Semarang 2012 Jumlah Responden Tingkat Pendidikan Frekuensi
Persen
SMA
26
43
Akademi
18
30
Universitas Jumlah
16
27
60
100
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Tabel 1 menunjukkan sebagian besar responden berpendidikan SMA, yakni sebesar 43 %. Responden yang paling sedikit adalah yang berpendidikan Universitas yaitu sebesar 27 %. Tabel 2 Jumlah Responden Menurut Upah di Kota Semarang Tahun 2012 Upah Jumlah Responden Frekuensi
Persen
0-999.999
4
7
1.000.000-1.999.999
22
37
2.000.000-2.999.999
17
28
3.000.000-3.999.999
11
18
4.000.000-4.999.999
4
7
≥ 5.000.000
2
3
60
100
Jumlah Sumber : Data Primer diolah, 2012
Pada Tabel 2 terlihat bahwa responden terbanyak adalah yang memiliki pendapatan Rp. 1.000.000 sampai dengan Rp. 1.999.999 per bulan yaitu sebanyak 37 %. Responden yang memiliki upah di tingkat ini sebagian besar menyatakan bahwa upah tersebut masih belum mencukupi kebutuhan. Responden paling sedikit adalah responden yang memiliki pendapatan sama dengan atau lebih dari Rp. 5.000.000, hanya sebesar 3 %. Secara umum dapat dilihat, bahwa sebagian besar responden menerima upah yang cukup dari pekerjaan mereka.
5
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 6
Tabel 3 Jumlah Responden Menurut Insentif Jumlah Responden Frekuensi
Persen
0-499.999
Insentif
28
47
500.000-999.999
22
37
1.000.000-1.499.999
8
13
1.500.000-1.999.999 Jumlah
2
3
60
100
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Pada Tabel 4.7 ditunjukkan bahwa sebagian besar responden menerima insentif sebesar Rp. 0 sampai dengan Rp. 499.999 yakni dengan persentase sebesar 47 %. Jenis insentif yang paling banyak dimiliki oleh responden adalah pembagian bonus/komisi. Tabel 4 Responden Menurut Jaminan Sosial Jaminan sosial
Jumlah Responden Frekuensi
Persen
Penerima Jaminan Sosial
27
45
Bukan Penerima Jaminan Sosial Jumlah
33 60
55 100
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden adalah responden yang tidak terdaftar sebagai penerima jaminan sosial yaitu sebesar 55 %. Sebagian besar alasan responden tidak tercatat sebagai penerima jaminan sosial adalah karena mereka masih berstatus pekerja kontrak atau honorer, dan sebagian lagi karena tempat mereka bekerja tidak menyediakan fasilitas jaminan sosial. Sedangkan responden yang terdaftar sebagai penerima jaminan sosial hanya sebesar 45 %. Tabel 5 Jumlah Responden Menurut Pengalaman Kerja Pengalaman Kerja (Bulan) Jumlah Responden Frekuensi
Persen
11-Jan
10
17
23-Dec
12
20
24-35
7
12
36-47
2
3
48-59
2
3
60-71 Tidak memiliki Pengalaman Kerja
2
3
25
42
60
100
Jumlah Sumber : Data Primer diolah, 2012
Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden sebelumnya tidak memiliki pengalaman kerja pada bidang yang sama, yakni sebesar 42 %. Hal ini dikarenakan berbagai alasan, sebagian besar karena pekerjaan responden sekarang merupakan 6
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 7
pekerjaannya sejak dahulu dan tidak pernah berganti. Alasan responden lainnya adalah pengalaman kerja yang dimilikinya tidak memiliki kesamaan dengan pekerjaannya yang sekarang. Responden yang memiliki pengalaman kerja yang paling banyak adalah responden yang memiliki pengalaman kerja antara 12 bulan sampai dengan 23 bulan, yaitu sebesar 20 %. Interpretasi Hasil Tabel 7 Hasil Pengolahan Data Variabel
Koef SE 3841,586 2251,764 -267,010 170,923 0,005 0,000
Konstanta Pendidikan Upah
Std.Koef
T
-0,081 0,766
1,706 0,124 13,316
Sig 0,094 0,124 0,000*
Insentif Jaminan Sosial
0,007 51,195
0,378 0,004
6,536 0,068
0,000* 0,946
Pengalaman Kerja Variabel dependen
45,755 23,480 0,107 Produktivitas Tenaga Kerja
1,949
0,057*
R2
0,001 747,419
0,887 2
Adjusted R 0,876 F 84,667 Sig F 0,000 Durbin Watson 1,866 Keterangan : * = signifikan Sumber : Data Primer diolah, 2012
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : P = 3841,586 – 267,010 Pendidikan + 0,005 Upah + 0, 007 Insentif + 51,195 Jaminan + 45,755 Pengalaman Kerja + µ Untuk menentukan variabel yang memiliki pengaruh paling dominan dapat dilihat dari nilai koefisien standardized dari model regresi (Ghozali Imam, 2006). Dalam hal ini diperoleh bahwa variabel upah merupakan variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap produktivitas tenaga kerja yang ditunjukkan dengan nilai standardized coefficients sebesar 0,766 yang paling besar diantara variabel lainnya. Dari kelima variabel independen, variabel upah, insentif dan pengalaman kerja signifikan sedangkan variabel pendidikan dan jaminan sosial tidak signifikan, sehingga dalam penelitian ini produktivitas tenaga kerja tidak dipengaruhi oleh pendidikan, dan jaminan sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendidikan bertanda negatif tetapi tidak signifikan yang berarti pendidikan tidak memiliki pengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja. Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amron (2009), yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja. Tetapi pada penelitian ini hasilnya berbeda, dikarenakan hubungan pendidikan dengan produktivitas tenaga kerja tidak langsung. Pendidikan menjadi dasar untuk menentukan pilihan pekerjaan. Akan tetapi semakin tinggi pendidikan, ternyata tidak sekaligus menjadikan pekerjaan yang dimiliki lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari karakter responden yang memiliki pendidikan tinggi tetapi memiliki jenis pekerjaan yang sama dengan responden yang berpendidikan rendah, jadi dapat 7
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 8
dikatakan terjadi ketidaksesuaian. Jadi pada kasus Kecamatan Banyumanik dan Gunungpati, pendidikan tidak memiliki pengaruh dalam produktivitas tenaga kerja. Variabel upah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Kurniawan (2010) yang menyatakan bahwa semakin tinggi upah seseorang, maka produktivitasnya dalam bekerja juga lebih tinggi. Penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa pekerja yang memiliki upah yang lebih tinggi akan memiliki produktivitas yang lebih tinggi. Koefisien regresi upah adalah sebesar 0,005 menyatakan bahwa setiap pertambahan upah sebesar 100.000 rupiah akan menyebabkan produktivitas tenaga kerja bertambah sebesar 0,005 rupiah/jam . Variabel insentif memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sujatmoko (2007) dan Amron (2009), bahwa insentif merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produkvititas. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa pekerja yang menerima insentif yang lebih tinggi akan memiliki produktivitas yang lebih tinggi. Koefisien regresi insentif adalah sebesar 0,007 menyatakan bahwa setiap pertambahan insentif akan menyebabkan produktivitas tenaga kerja bertambah sebesar 0,007 Rupiah/jam. Variabel jaminan sosial bertanda positif namun tidak signifikan, yang berarti jaminan sosial tidak mempunyai pengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja. Hal ini dikarenakan ada tidaknya jaminan yang dimiliki oleh pekerja tidak menjadi acuan untuk meningkatkan produktivitas pekerja. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2010) yang menyatakan bahwa jaminan sosial berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja. Dapat dilihat dari karakteristik responden yang sebagian besar tidak memiliki jaminan sosial disebabkan karena status mereka yang hanya pegawai kontrak, jadi belum berhak menerima jaminan. Sedangkan bagi responden yang memiliki jaminan, jaminan tersebut tidak terlalu berpengaruh besar terhadap pekerjaan mereka, karena sifat jaminan itu sendiri yang sebagian besar belum diperoleh. Hal ini yang menyebabkan jaminan sosial tersebut tidak menimbulkan peningkatan produktivitas. Variabel pengalaman kerja dalam penelitian ini bertanda positif dan signifikan yang berarti, pengalaman kerja memiliki pengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja. Hasil ini memberikan bukti empiris bahwa pekerja yang memiliki pengalaman kerja akan memiliki produktivitas yang lebih baik, semakin banyak pengalaman kerja seseorang maka produktivitasnya juga semakin tinggi. Koefisien regresi pengalaman kerja adalah sebesar 45,755 menyatakan bahwa setiap pertambahan pengalaman kerja 12 bulan akan menyebabkan produktivitas bertambah sebesar 45,755 rupiah/jam. KESIMPULAN DAN KETERBATASAN Dari hasil analisis data yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan bahwa variabel pendidikan tidak signifikan sehingga tidak memiliki pengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja, dikarenakan pendidikan dengan produktivitas memiliki hubungan yang tidak langsung. Pendidikan menjadi dasar untuk menentukan pilihan pekerjaan, akan tetapi semakin tinggi tingkat pendidikan ternyata tidak sekaligus menjadikan pekerjaan yang dimiliki lebih baik. Variabel upah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja. Berarti bahwa semakin tinggi upah tenaga kerja maka akan semakin tinggi pula produktivitasnya. Variabel insentif memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja. Berarti bahwa semakin tinggi insentif yang diterima oleh tenaga kerja maka akan semakin tinggi pula 8
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 9
produktivitasnya. Variabel jaminan sosial tidak signifikan sehingga tidak memiliki pengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja. Hal ini dikarenakan ada tidaknya jaminan yang dimiliki oleh pekerja tidak menjadi acuan untuk meningkatkan produktivitas pekerja. Variabel pengalaman kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja. Berarti bahwa semakin banyak pengalaman kerja seseorang maka akan semakin tinggi pula produktivitasnya. Variabel upah merupakan variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap produktivitas tenaga kerja yang ditunjukkan dengan nilai standardized coefficients sebesar 0,766 yang paling besar diantara variabel lainnya. Keterbatasan penelitian ini adalah hanya menganalisis faktor faktor produktivitas tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan yang bersifat formal seperti buruh industri dan buruh bangunan, belum menganalisis pada tenaga kerja PNS dan POLRI serta non formal . Adanya keterbatasan ini, diharapkan dapat dilakukan perbaikan untuk penelitian yang akan datang.
9
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 10
REFERENSI Amron & Taufik Imran. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Produtivitas Tenaga Kerja Pada Outlet Telekomunikasi Seluler Kota Makassar. Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nobel Indonesia. Arsyad, Lincoln. 2003. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: YKPN Badan Pusat Stastika Jawa Tengah. 2009. Jawa Tengah Dalam Angka 2005-2009. Semarang. Badan Pusat Statistika Jawa Tengah. 2010. Kota Semarang Dalam Angka 2006-2010 Semarang. Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia Balai Pengembangan Produktivitas Daerah Provinsi Kalimantan Barat. 2000. Modul Pengantar Produktivitas. Pontianak : Penerbit Proyek Pengembangan Produktivitas Kalbar. Pontianak. Dumairy. 2001. Perekonomian Indonesia. Jakarta : Penerbit Wihana Kirana Jaya. Gujarati, Damodar. 2007. Ekonometrika Dasar.. Jakarta : Penerbit Erlangga. Ghozali, Imam.2006. Analisis Multivariate Lanjutan Dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Insukindro, dkk. 2004. Modul Ekonometrika Dasar. Yogyakarta : Bank Indonesia dan FE UGM. Kauffman, Bruce and Julie L. Hotchkiss. 1999. The Economics of Labor Markets. United States of America : Harcoury. Inc. Kurniawan, Gusti.2010. ”Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Pada PT. Kalimantan Steel (PT.Kalisco) Pontianak. Jurnal Manajemen Universitas Muhammadiyah Pontianak. Mc Connel, Brue, Machperson. 1999. Labor Economic. Boston : Mc Graw Hill. M. Iqbal Hasan. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia. Nicholson, Walter. 2002. Mikroekonomi Intermediate: Dan Aplikasinya. Edisi Kedelapan. Indonesia: Penerbit Erlangga. Oktaviana, Dwi. 2011. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Salatiga. Skripsi IESP UNDIP. tidak dipublikasikan. 10
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 11
Prasetyo, Edhi. “Pengaruh Kepuasan dan Motivasi Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Riyadi Palace Hotel “. Jurnal Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. Serikat Paguyuban Petani. 2001. Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) 20012005.Jakarta : Serikat Paguyuban Petani Qoryah Thaiyyah. Setiadi. 2009. Pengaruh Upah dan Jaminan Sosial Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di PT Semarang Makmur Semarang. Tesis Magister Kenotariatan Undip. Sevilla,Consuelo G, et al. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit UI (UI-Press). Sinungan, Muchdarsyah.2005. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta : Bumi Aksara Simanjuntak, Payaman. 2001. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Simbolon, RHJ. 2010. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Pekerja Wanita Di Kota Medan.” http:/repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/19641. Sudomo dkk,.1993. Manajemen Indonesia, Jakarta : Pustaka Binawan Pressindo. Sujatmoko, Koko. 2007. Pengaruh Insentif Terhadap Peningkatan Prestasi Kerja Karyawan Pada Departemen Operasional Pemasaran Dunkin’Donuts Cabang Arteri Jakarta. Universitas Sumatra Utara. Sugianto dkk, 2001. Teknik Sampling. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Penerbit CV Alfabeta
Sukirno, Sadono. 2008. Mikroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Supranto, J. 1992. Statistika Teori & Aplikasi. Jakarta : Penerbit Erlangga.
11