DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1- 10
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN TENAGA KERJA MENJADI COMMUTER DAN TIDAK MENJADI COMMUTER KE KOTA SEMARANG ( KASUS KEBUPATEN KENDAL ) Nisa Hasyasya, Achma Hendra Setiawan 1 Jurusan IESP Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851
ABSTRACT Unequal economic growth between rural and urban areas, create employment in the countryside to commuter. The rapid urban development, leading to large income disparities and economic inequality between rural and urban areas so as to encourage workers who live in the village to commuter to get jobs and higher wages in urban areas. The purpose of this study was to analyze the influence of the variables marital status, age, education level and wages of labor's decision to commuters. This study used primary data through interviews with the respondents that as many as 100 samples (n = 100). Diasmping that used secondary data, namely data from the agencies - the relevant agencies as well as some of the literature. The research was conducted at the Kendal district, while the analysis used in this study is binary logistic regression models. Results from binary logistic regression model analysis in this study suggests that the two variables of the four independent variables studied significantly influence the decision to commuter workforce. Significant variables that influence the decision to commuter labor is a variable life and variable pay, while the variables are not significant influence on the decision to commuter labor is marital status and education level. Keywords: Marital, age, education leves, wages, labor
PENDAHULUAN Perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan menjadi salah satu bagian dari pembangunan. Kondisi sosial ekonomi di daerah asal yang tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan seseorang, menyebabkan orang tersebut ingin pergi ke daerah lain yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Sedangkan setiap individu mempunyai kebutuhan yang berbeda, maka penilaian terhadap daerah asal dari masing – masing individu di masyarakat tersebut berbeda – beda, sehingga proses pengambilan keputusan untuk pindah (mobilitas) dari masing – masing individu berbeda pula ( Mantra, 2004 ). Fenomena migrasi sangat sering terjadi di beberapa negara berkembang, dimana banyak tenaga kerja yang berasal dari daerah pedesaan mengalir ke daerah perkotaan. Proses migrasi yang berlangsung dalam suatu negara (internal migration), dianggap sebagai proses alamiah yang akan menyalurkan surplus tenaga kerja di daerah – daerah ke sektor industri modern di kota – kota yang daya serapnya lebih tinggi, walaupun pada kenyataannya arus perpindahan tenaga kerja dari pedesaan ke perkotaan tersebut telah melampaui tingkat penciptaan lapangan kerja sehingga migrasi yang terjadi jauh melampaui daya serap sektor industri dan jasa di daerah perkotaan ( Todaro, 2006 ).
1
Nisa Hasyasya, Achma Hendra Setiawan
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2
Mantra ( 2004 ) juga menjelaskan bahwa faktor lain yang merupakan faktor dominan yang mendorong orang desa ke kota adalah faktor ekonomi yaitu harapan memperoleh pendapatan yang lebih besar. Motif tersebut berkembang karena adanya ketimpangan ekonomi antar daerah. Perpindahan penduduk pada dasarnya menunjukkan bahwa terjadi perbedaan pertumbuhan dan ketidakmerataan fasilitas pembangunan antara satu daerah dengan daerah lain. Hal ini menimbulkan adanya mobilitas tenaga kerja dari daerah yang mempunyai pembangunan kurang baik bergerak menuju daerah yang mempunyai fasilitas pembangunan lebih baik. Mobilitas penduduk yang dilakukan oleh masyarakat selalu dipengaruhi oleh faktor penarik dan faktor pendorong. Faktor penariknya adalah semua hal yang menjadikan seseorang untuk pindah meninggalkan daerahnya dan menuju ke daerah tujuan, misalnya upah di daerah tujuan lebih tinggi dari upah di daerah asal, fasilitas di perkotaan yang lebih bervariasi seperti transportasi, hiburan dan masih banyak beberapa lainnya membuat penduduk desa lebih cepat meninggalkan tempat asalnya, baik dalam jangka waktu yang pendek maupun dalam jangka waktu yang panjang. Sedangkan faktor pendorong adalah semua hal yang menjadikan seseorang tidak betah untuk tetap tinggal di daerahnya, sehingga akan mendorongnya untuk bermigrasi keluar daerahnya, misalnya berkurangnya lapangan pekerjaan di desa karena meningkatnya pertambahan penduduk, sehingga gejala pengangguran mulai meluas. Seseorang akan mengunakan prinsip ekonomi dimana mereka akan menentukan pilihan yang akan memberi manfaat yang maksimal dengan biaya yang minimum. Akan tetapi apa yang dilakukan para penduduk yang melakukan commuter yang mencari nafkah di kota besar seperti Semarang mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, dan akan menambah biaya pengeluaran orang yang melakukan commuter. Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan commuter akan meningkat dan penghasilan berkurang, sehingga akan berdampak terhadap kinerja dan keinginan penduduk untuk melakukan commuter. Banyak faktor – faktor yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan commuter, antara lain banyaknya pencari kerja di Kabupaten Kendal. Tabel 1.1 Banyaknya Pencari Kerja Menurut Jenis Kelamin Dan Tingkat Pendidikan Di Kabupaten Kendal Tahun 2010 Tingkat Pendidikan Laki – laki Perempuan Jumlah SD SMP SMA STM SMEA D1 D2 D3 S1 S2
667 2.612 13.992 737 75 907 810 2.008 3.580 2
1.601 482 9.564 109 395 653 1.889 2.424 4.868 0
2.268 3.094 23.556 846 470 1.560 2.699 4.432 8.448 2
Jumlah Tahun 2010 25.390 21.985 47.375 2009 22.602 19.404 42.006 2008 19.328 16.995 36.323 2007 11.648 10.915 22.563 Sumber : Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kendal
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat secara umum bahwa jumlah pencari kerja di Kabupaten Kendal dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Ini dapat dilihat dari banyaknya
2
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 3
jumlah pencari kerja pada tahun 2007 hanya sebesar 22.563 kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2008 menjadi 36.323 pencari kerja. Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan pencari kerja di Kabupaten Kendal yaitu tahun 2009 sebesar 42.006 pencari kerja dan pada tahun 2010 mencapai 47.375 pencari kerja. Dalam bermobilitas, penduduk Kabupaten Kendal lebih tertarik melakukan perpindahan jarak yang dekat atau melakukan mobilitas non permanen (commuter). Hal ini disebabkan adanya rasa ketertarikan penduduk terhadap keluarga, teman ataupun kampung halaman yang ditinggalkan. Jarak yang dekat antara Kota Semarang dengan Kabupaten Kendal, dan sedikitnya lapangan kerja di Kabupaten Kendal mendorong tenaga kerja untuk menjadi commuter ke Kota Semarang. Jarak merupakan faktor utama yang penting dalam mendorong masyarakat untuk melakukan mobilitas penduduk, akan tetapi faktor jarak juga tidak berdiri sendiri karena juga dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi potensial di Kabupaten Kendal serta informasi tentang daerah tujuan, yaitu Kota Semarang. Pertumbuhan penduduk yang besar, persebaran yang tidak merata antar daerah dan perekonomian yang cenderung terkonsentrasi di perkotaan mendorong masyarakat untuk melakukan commuter. Pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang menunjukkan perkembangan yang pesat, sedangkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kendal cukup lambat. Oleh karena itu, terjadi kesenjangan pertumbuhan ekonomi antara Kota Semarang dan Kabupaten Kendal. Selain pertumbuhan ekonomi, upah menjadi faktor utama para tenaga kerja dalam memastikan keputusannya untuk melakukan commuter. Mereka tidak akan melakukan perpindahan jika upah di daerah asalnya lebih tinggi atau sama dengan daerah tujuan. Penduduk Kabupaten Kendal akan melakukan commuter ke Kota Semarang, karena UMK Kota Semarang dari tahun ke tahun selalu lebih tinggi dari UMK Kabupaten Kendal seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.2. Tabel 1.3 Perbandingan UMK Kota Semarang dan Kabupaten Kendal Tahun
UMK Kota Semarang
UMK Kabupaten Kendal
2007
650.000
615.000
2008
715.700
662.500
2009
838.500
730.000
2010
939.756
780.000
2011
916.323
843.750
Sumber : http://www.disnakertrans-jateng.go.id/ 201
Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut, dapat diketahui bahwa fenomena mobilitas penduduk merupakan salah satu dampak dari pembangunan ekonomi yang tidak merata. Ketimpangan yang terjadi antara Kabupaten Kendal dengan Kota Semarang menyebabkan penduduk Kabupaten Kendal terdorong atau tertarik melakukan pergerakan ke Kota Semarang. Secara umum keputusan tenaga kerja Kabupaten Kendal menjadi commuter ke Kota Semarang tersebut, dipengaruhi oleh faktor seperti status pernikahan, umur, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Berdasarkan latar belakang masalah maka yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah pengaruh dari masing – masing faktor tersebut terhadap keputusan tenaga kerja Kabupaten Kendal menjadi commuter ke Kota Semarang atau tidak menjadi commuter ke Kota Semarang.
3
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 4
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Tiap-tiap individu mempunyai kebutuhan yang perlu untuk dipenuhi. Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan ekonomi, sosial, politik dan psikologi. Apabila kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi maka memunculkan tekanan atau stres. Tinggi rendahnya tekanan yang dialami oleh masing-masing individu berbanding terbalik dengan proporsi pemenuhan kebutuhan tersebut. Menurut Mantra ( 2004 ) ada dua yang dapat diakibatkan dari tekanan. Apabila tekanan yang dirasakan oleh seorang individu masih dalam batas toleransi maka individu tersebut tidak akan pindah dan tetap di daerah asal dan berusaha menyesuaikan kebutuhannya dengan lingkungan yang ada, namun bila tekanan yang dirasakan oleh seorang individu di luar batas toleransinya maka individu tersebut akan mempertimbangkan untuk pindah ke tempat dimana dia merasa kebutuhankebutuhan yang diperlukannya dapat terpenuhi dengan baik. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa seseorang akan pindah dari tempat yang memiliki nilai kefaedahan tempat ( place utility ) rendah ke tempat yang memiliki nilai kefaedahan tempat yang lebih tinggi agar kebutuhannya terpenuhi. Hubungan Antara Status Pernikahan dengan Keputusan Tenaga Kerja Melakukan Commuter Status pernikahan akan sangat berpengaruh terhadap niat seseorang melakukan migrasi, dimana mereka yang sudah menikah biasanya berniat untuk menetap atau menolak untuk pindah ( Yeremias, 1994 ). Keluarga merupakan satu unit pengambil keputusan kerja menyusun strategi seperti dikemukakan di atas untuk memaksimumkan penghasilan keluarga. Pembagian kerja sering terjadi antara suami dan istri, dan di samping itu anak laki – laki dan perempuan juga ikut bekerja untuk meningkatkan penghasilan keluarga. Adanya kemauan wanita ( istri, anak perempuan ) bermandiri untuk berusaha membantu membiayai kebutuhan hidup sehingga menambah penghasilan keluarga. Sehingga responden yang sudah berkeluarga akan lebih memilih untuk bekerja di daerah asal karena dengan melakukan pembagian kerja mampu meningkatkan penghasilan tanpa perlu melakukan commuter. H1 : Status Pernikahan berpengaruh negative terhadap Keputusan Tenaga Kerja Hubungan Antara Umur dengan Keputusan Tenaga Kerja Melakukan Commuter Umur atau usia akan sangat berpengaruh terhadap niat seseorang melakukan migrasi, dimana mereka yang berumur lebih tua biasanya berniat untuk menetap atau menolak untuk melakukan commuter. Dapat dilihat bahwa usia pekerja yang melakukan commuter adalah pada kelompok usia produktif atau usia muda. Pekerja dalam kelompok umur tua cenderung memilih bekerja di daerah tempat tinggalnya, dan tidak melakukan commuter, sedangkan orang yang berumur diatas 50 tahun menggantungkan hidup pada anaknya, gaji pensiunnya, hasil investasi, dan lain sebagainya. Makin bertambahnya usia responden mendekati usia non-produktif, daya responden melakukan mobilitas samakin menurun. Maka migran lama kelamaan akan memilih menetap di daerah tujuan. H2 : Umur berpengaruh negative terhadap Keputusan Tenaga Kerja Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Keputusan Tenaga Kerja Melakukan Commuter Menurut Yeremias T. Keban ( 1994 ) mengatakan bahwa pendidikan dianggap penting dalam mempengaruhi niat bermigrasi. Maksudnya mereka yang berpendidikan lebih tinggi ternyata lebih besar kemungkinannya untuk berniat melakukan commuter ke kota atau pindah secara permanen ( menetap ). Menurut pendekatan teori human capital ( Payaman, 2001 ), pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Dengan pendidikan yang tinggi
4
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 5
mengakibatkan produktifitas kerja yang lebih tinggi pula dan memungkinkan mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi pula. Pendidikan yang tinggi membuat seseorang dapat lebih leluasa dalam memilih pekerjaan dan penghasilan yang diharapkan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang pekerja, maka keinginan untuk melakukan commuter semakin besar. H3 : Tingkat Pendidikan berpengaruh positif terhadap Keputusan Tenaga Kerja Hubungan Antara Upah dengan Keputusan Tenaga Kerja Melakukan Commuter Besarnya upah yang diterima di kota dianggap sebagai faktor yang berpengaruh karena secara logis seseorang cenderung mempertahankan upah yang tinggi ( Yeremias, 1994 ). Menurut Payaman J. Simanjuntak ( 2001 ), pencari kerja selalu berupaya mencari pekerjaan dengan upah, jaminan sosial dan lingkungan kerja yang lebih baik. Sesuai teori Todaro ( 2006 ) mereka akan memutuskan untuk berpindah jika penghasilan bersih di kota tujuan lebih besar daripada penghasilan bersih yang selama ini didapat di tempat asal. Dengan demikian dihipotesakan bahwa dengan melakukan commuter, pendapatan seseorang akan lebih baik. Makin besar upah yang didapat di kota tujuan dibandingkan jumlah yang didapat di daerah tujuan, responden akan memilih melakukan commuter. H4 : Upah berpengaruh positif terhadap Keputusan Tenaga Kerja
METODE PENELITIAN Penelitian ini mengambil kasus Kabupaten Kendal, dengan alasan Kabupaten Kendal merupakan Kabupaten dengan potensi terjadinya pergerakan commuter ke Kota Semarang yang tinggi. Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk berumur 15 - 55 tahun yang menjadi angkatan kerja di Kabupaten Kendal yang melakukan commuter ke Kota Semarang dan angkatan kerja yang tidak melakukan commuter ke Kota Semarang. Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Kendal yang melakukan commuter ke Kota Semarang sangat sulit diketahui pasti, maka jumlah responden ditetapkan sebanyak 100 orang., yaitu 50 orang adalah angkatan kerja yang melakukan commuter ke Kota Semarang dan 50 orang adalah angkatan kerja yang tidak melakukan commuter ke Kota Semarang. Metode Analisis Data yang dikumpulkan dalam penelitian dan diolah, kemudian dianalisis dengan alat statistik atau dilakukan pengujian hipotesis. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Logistic Regression Model untuk mengestimasi keputusan tenaga kerja menjadi commuter berdasarkan faktor – faktor yang mempengaruhinya yaitu selisih upah, tingkat pendidikan, umur dan pekerjaan asal. Dasar penggunaan Binary Logistic Regression, karena variabel dependennya berbentuk dummy yang nilainya hanya 1 dan 0. Adapun bentuk model ekonometriknya dapat ditulis sebagai berikut : ...................... ( 3.2 ) Y = ß0 + ß1 X1 + ß2 X2 + ß3 X3 + ß4 X4 + µi Keterangan : Y = keputusan menjadi commuter = Status pernikahan X1 = umur ( tahun ) X2 X3 = tingkat pendidikan ( tahun ) X4 = tingkat upah ( rupiah ) = intersep / konstanta regresi ß0 = koefisien regresi ß1 , ß2 , ß3 , ß4 µi = Error terms
5
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 6
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran umum responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Pekerjaan sebagai buruh industri merupakan jenis pekerjaan terbanyak yang dilakukan oleh responden yang melakukan commuter. Banyaknya kawasan industri di Kota Semarang membuat masyarakat Kabupaten Kendal bergerak ke Kota Semarang, hal ini diseababkan karena pada sektir industri lebih banyak memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak. Alasaan terbanyak tenaga kerja yang melakukan commuter adalah kesempatan kerja lebih banyak. Selain itu adanya alasan untuk mendapatkan upah yang lebih tinggi juga menjadi alasan melakukan commuter. Alasaan terbanyak tenaga kerja yang tidak melakukan commuter adalah sudah mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Selain itu adanya alasan faktor keluarga juga menjadi alasan untuk tidak melakukan commuter. Dari hasil pengujian menggunakan binary logostic regression di dapat hasil sebagai berikut :
Step 1
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi - square df Step 46.515 4 Block 46.515 4 Model 46.515 4
Sig. .000 .000 .000
Hasil pengujian omnibus test diperoleh nilai chi square sebesar 46,515 dengan signifikansi sebesar 0,000. Dengan nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 tersebut maka dapat disimpulkan bahwa keputusan melakukan commuter dapat diprediksi dari variabel Marital, Age, Education, Wage. Model Summary Step 1 a.
-2 Log Likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
92.114a .372 .496 Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Untuk mengetahui besarnya variasi prediksi dari keempat variabel tersebut terhadap keputusan tenaga kerja melakukan commuter dapat dilihat dari nilai R square. Dalam hal ini ada dua ukuran R square yaitu Cox & Snell yaitu sebesar 0,372. Hal ini berarti bahwa dengan ukuran Cox & Snell diperoleh hanya 37,2% variasi keputusan melakukan commuter dapat diprediksikan dari status pernikahan (MAR), pendidikan (EDUC), umur (AGE) dan upah (WAGE). Hasil pengujian pengaruh Status pernikahan (MAR), pendidikan (EDUC), umur (AGE) dan upah (WAGE) terhadap keputusan commuter secara parsial dapat dilakukan dengan menggunakan uji Wald dan diperoleh hasil sebagai berikut : Variables in the Equation B Step 1
a.
S.E.
Wald
Df
a
Marital - .690 .848 .662 1 Age - .415 .139 8.883 1 Education .041 .158 .067 1 Wage 0.00 .000 5.224 1 Constant 8.973 3.150 8.116 1 Variabel (s) entered on step 1 : marital, age, education, wage.
Sig.
Exp (B)
.416 .003 .795 .022 .004
.502 .660 1.042 1.000 7886.664
Dari hasil pengujian yang tersaji pada tabel di atas, maka dapat diperoleh persamaan sebagai berikut : Log
KC = 8,973 – 0,690 X1 – 0,415 X2 + 0,041 X3 + 0,00 X4 1 KC 6
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 7
Berdasarkan persamaan di atas, maka dapat dinyatakan bahwa : Variabel Status Pernikahan Variabel status pernikahan ( MARITAL ) memiliki koefisien negatif ( - ), ini berarti bahwa orang yang sudah menikah akan memiliki probabilitas untuk melakukan commuter semakin kecil, sehingga hasil ini menjelaskan bahwa orang yang sudah menikah menginginkan untuk bekerja di daerah tempat tinggal. Dalam hal ini keputusan untuk tidak melakukan commuter nampaknya juga dipengaruhi oleh keputusan pasangan. Responden yang belum menikah akan memiliki probabilitas untuk melakukan commuter semakin besar. Hasil ini berarti sesuai dengan teori Ravenstein yang mengatakan bahwa penduduk yang masih muda dan belum menikah lebih banyak melakukan migrasi dibandingkan mereka yang berstatus sudah menikah. Hal ini disebabkan karena para responden yang belum menikah melakukan commuter untuk mencari pengalaman baru di tempat tujuan dan berharap dapat menemukan pekerjaan yang lebih layak dengan pendapatan yang lebih tinggi sehingga memilih untuk melakukan commuter. Variabel status pernikahan mempunyai signifikasi 0,416 bila menggunakan taraf signifikasi 0,05 maka variabel ini tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan untuk melakukan commuter. Variabel Umur Variabel umur ( AGE ) memiliki koefisien negatif ( - ) dengan signifikasi 0,003 apabila menggunakan taraf signifikasi 0,05 maka variabel ini menunjukkan pengaruh yang signifikan. Hal ini menjelaskan bahwa umur dapat menjadi penentu probabilitas keputusan tenaga kerja melakukan commuter dikarenakan sifat umur cenderung memberikan penurunan keputusan untuk melakukan commuter seiring bertambahnya umur. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Didit Purnomo ( 2004 ) yang mendapatkan hasil variabel umur ( AGE ) berpengaruh terhadap migrasi. Menurut Ravenstein bahwa penduduk yang masih muda lebih banyak melakukan migrasi, karena mempunyai fisik yang masih kuat dan produktifitas dalam bekerja masih sangat baik. Semakin bertambahnya umur tenaga kerja maka akan semakin kecil probabilitas tenaga kerja untuk melakukan commuter. Variabel Tingkat Pendidikan Variabel pendidikan ( EDUCATION ) memiliki koefisien ( + ), ini berarti bahwa orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki probabilitas untuk melakukan commuter yang lebih besar. Menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi tidak selalu menginginkan untuk menetap di suatu lokasi. Variabel tingkat pendidikan mempunyai signifikasi 0,795 apabila menggunakan taraf signifikasi 0,05 maka variabel ini tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan untuk melakukan commuter. Banyaknya kawasan industri di Kota Semarang yang memerlukan tenaga kerja banyak, membuat orang yang memiliki pendidikan rendah juga melakukan commuter. Hal ini menunjukkan bahwa bukan hanya responden yang memiliki pendidikan yang tinggi yang melakukan commuter, sehingga keputusan seseorang melakukan commuter atau tidak melakukan commuter tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Variabel Upah Variabel upah ( WAGE ) memiliki koefisien positif ( + ) dengan signifikasi 0,022 apabila menggunakan taraf signifikasi 0,05 maka variabel ini menunjukkan pengaruh yang signifikan untuk melakukan commuter. Menunjukkan bahwa upah yang besar di daerah tujuan akan meningkatkan
7
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 8
probabilitas tenaga kerja untuk melakukan commuter. Hasil ini konsisten dengan pernyataan Payaman ( 1998 ), dimana faktor dominan orang desa untuk bekerja di kota adalah faktor ekonomi dimana upah yang ditawarkan oleh pekerjaan di kota lebih besar dibandingkan di pekerjaan di desa. Menurut Becker ( 1965 ), dengan teori alokasi waktu menunjukkan bahwa pengaruh faktor sosial, ekonomi dan lingkungan mempunyai peran yang besar dalam menentukan penawaran tenaga kerja dan diantaranya faktor yang dianggap sangat menentukan adalah tingkat upah ( WAGE ). Hasil ini menjelaskan bahwa tingkat upah yang semakin besar dapat meningkatkan peluang keputusan tenaga kerja melakukan commuter. Mengingat jarak wilayah Kabupaten Kendal dengan Kota Semarang yang relatif dekat, maka pergerakan masyarakat Kabupaten Kendal untuk bekerja di Kota Semarang akan semakin besar mengingat upah minimum yang ditawarkan di Kota Semarang akan lebih besar. Dengan pertimbangan jarak yang relatif dekat dengan upah yang lebih besar, maka masyarakat Kabupaten Kendal yang melakukan commuter semakin besar.
KESIMPULAN DAN KETERBATASAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan penelitian Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Tenaga Kerja Menjadi Commuter Dan Tidak Menjadi Commuter Ke Kota Semarang. Dari hasil pengujian berdasarkan model analisis binary logistic regression, keputusan tenaga kerja melakukan commuter dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut : 1. Variabel status pernikahan ( MARITAL ) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan commuter. Hal ini disebabkan kondisi ekonomi yang sulit membuat semua orang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin mahal, baik melakukan commuter atau tidak melakukan commuter. 2. Variabel umur (AGE) berpengaruh signifikan negatif terhadap keputusan tenaga kerja melakukan commuter dengan nilai koefisien sebesar – 0,415. Tanda negatif pada koefisien variabel umur ( AGE ) ini memberikan indikasi bahwa apabila umur seseorang yang melakukan commuter bertambah setahun maka probabilitas untuk melakukan commuter akan turun sebesar 0,415 persen. 3. Variabel tingkat pendidikan ( EDUCATION ) tidak berpengaruh secara signifikan terhadpa keputusan tenaga kerja melakukan commuter. Banyaknya kawasan industri di Kota Semarang yang memerlukan tenaga kerja yang banyak, membuat orang yang memiliki pendidikan rendah juga ingin melakukan commuter. Variabel upah ( WAGE ) berpangur signifikan positif terhadpa keputusan tenaga kerja melakukan commuter dengan nilai koefisien 0,022. Tanda positif pada koefisien variabel upah ( WAGE ) ini memberikan indikasi bahwa apabila upah di daerah tujuan meningkat maka probabilitas tenaga kerja yang melakukan commuter juga akan meningkat. Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu pemilihan sampel kurang tepat karena sehingga terdapat perbedaan keputusan responden laki – laki dan perempuan dalam status pernikahan untuk menjadi commuter dan tidak menjadi commuter menyebabkan terjadinya sampling error.
8
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 9
REFERENSI
Bandiono, S dan Alihar, F. 1999. Tinjauan Penelitian Migrasi Internasional di Indonesia. Penerbit Alumni, Bandung. Biro Pusat Statistik. 2010. Luas Wilayah Kabupaten Kendal Dirinci Per Kecamatan. BPS Kabupaten Kendal. Biro Pusat Statistik. 2010. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Kendal. BPS Kabupaten Kendal. Biro Pusat Statistik. 2009. Penduduk di Atas 5 Tahun Menurut Pendidikan yang Ditamatkan di Kabupaten Kendal. BPS Kabupaten Kendal. Biro Pusat Statistik. 2010. Perbandingan PDRB Kota Semarang dan Kabupaten Kendal Tahun 2005 – 2009. BPS Provinsi Jawa Tengah. Depnakertrans. 1995. Perencanaan Tenaga Kerja Nasional. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, Jakarta. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kendal. 2010. Banyaknya Jumlah Penduduk Kabupaten Kendal. BPS Kabupaten Kendal. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kendal. 2010. Banyaknya Pencari Kerja Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Kendal. BPS Kabupaten Kendal. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kendal. 2010. Banyaknya Jumlah Pengangguran di Kabupaten Kendal Tahun 2005 – 2010. BPS Kabupaten Kendal. Didit Purnomo. 2004. Studi Tentang Pola Migrasi Sirkuler Asal Wonogiri ke Jakarta. Skripsi S1 ( tidak dipublikasikan ) FE UNDIP : Semarang. Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. BP Universitas Diponegoro, Semarang. Hasan, Mustafa. 2000. Teknik Sampling. Erlangga, Jakarta. http://www.disnakertrans-jateng.go.id/. 2011. Perbandingan UMK Kota Semarang dan Kabupaten Kendal. Keban, Y. T. 1994. Niat Bermigrasi di Tiga Kota Determinan dan Intervensi Kebijaksanaan, Jurnal Prisma No. 7 Juli, LP3ES, Yogyakarta. Khotijah, Siti. 2008. Analisis Faktor Pendorong Migrasi Warga Klaten ke Jakarta. Kuncoro, Mudrajad. 2001. Metode Penelitian Kuantitatif. UPP AMP YKPM, Yogyakarta. Lee, E. S. 1992. Teori Migrasi ( Terjemahan ). Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada. Mantra, I. B. 1992. Mobilitas Penduduk Sirkuler Dari Desa ke Kota di Indonesia. Pusat Penelitian Kependudukan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 9
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 10
.................. 2004. Demografi Umum. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Munir, R. 2010. Migrasi dalam Lembaga Demograsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dasar – Dasar Demografi. Lembaga Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Nachrowi, D. N, dan Usman, Hardius. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Universitas Indonesia, Jakarta. Prasetyo, B dan Jannah, L. M. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Ravenstein. 1985. Teori Migrasi. Pusat Penelitian Kependudukan UGM. Yogyakarta. Rizal, Muhammad. 2006. Keputusan Migrasi Sirkuler Pekerja Sektor Formal di Kota Medan. Jurnal. Saefullah, A. D. 1994. Mobilitas Penduduk dan Perubahan di Pedesaan. Jurnal Prisma No. 7 Juli, LP3ES, Yogyakarta. Sanis, Putu Ayu. 2010. Analisis Pengaruh Upah, Lama, Migrasi, Umur, dan Tingkat Pendidikan Terhadap Minat Migrasi Sirkuler Penduduk Salatiga ke Kota Semarang. Simanjuntak, J Payaman. 2001. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Todaro, M. P dan Smith, S. C. 2006. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga. Terjemahan, Erlangga, Jakarta. Tjiptoherijanto, P. 2000. Urbanisasi dan Perkembangan Perkotaan di Indonesia, http://www.geocities.com/nuds2/18html/. Yulianti, Utami A. 2000. Mobilitas Sirkuler dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya di Desa Sidorejo Kecamatan Pojong Kabupaten Gunung Kidul.
10