DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/economics
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-15
ANALISIS BANTUAN MODAL DAN KREDIT BAGI KELOMPOK PELAKU USAHA MIKRO OLEH DINAS KOPERASI DAN UMKM KOTA SEMARANG (Studi Kasus: KPUM di Kelurahan Pekunden, Kecamatan Semarang Tengah) Rifda Zahra Afifah, Achma Hendra Setiawan1 Jurusan IESP Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851
ABSTRACT Micro enterprises are the largest group (96%) in Indonesia with the characteristics of lowincome and engaged in informal sector. One obstacle in the development of micro enterprises are limited capital and limited accesess to capital source. This reaserch is a case study of a group loans for micro enterprises by Department of Cooperatives and MSEs in Semarang in District of Pekunden, Semarang City. The purpose of this study is to analyze the differences in capital, sales turnover, and profit of the micro enterprises which is obtain loan. Data analysis in this research using descriptive analysis, validity test, realibility test, and Wilcoxon sign rank test. Samples are analyzed as many as 48 respondents who received loans from Department of Cooperatives and MSEs. The analysis showed that the loan from Department of Cooperatives and MSEs can help the micro enterprises in District of Pekunden to increase capital, sales turnover, and profit that is refer to the variable differences of capital, sales turnover, and profit after seeing before and after obtained the loan. This implies that the lending program of the government through the provision of a loan can help the micro enterprises development. Keywords
: micro enterprises, loans of department of cooperatives and MSEs semarang city, capital, sales turnover, profit
PENDAHULUAN Usaha mikro merupakan kelompok pelaku usaha terbesar (96%) di Indonesia dengan karakteristik berpenghasilan rendah, bergerak di sektor informal dan sebagian besar termasuk dalam kelompok keluarga miskin. Bahkan dalam sebagian besar kasus, kelompok usaha mikro masih belum dapat memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup, seperti: gizi, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Usaha mikro memiliki karakteristik yang unik dan belum tentu dapat diberdayakan secara optimal melalui mekanisme pasar yang bersaing. Untuk itu, pemberdayaan usaha mikro perlu ditetapkan sebagai suatu strategi yang tersendiri, melalui pengembangan pranata kelembagaan usaha mikro, pengembangan lembaga keuangan mikro dan mendorong pengembangan industri pedesaan (Kementerian Koperasi dan UKM, 2005). Salah satu kendala dalam perkembangan usaha mikro adalah keterbatasan modal yang dimiliki dan sulitnya mengakses sumber permodalan. Mengutip laporan BPS, Dibyo Prabowo (2004 dalam Noer, 2005) menegaskan bahwa 35,10% UKM menyatakan kesulitan permodalan, kemudian diikuti oleh kepastian pasar 25,9% dan kesulitan bahan baku 15,4%. Dalam kondisi yang demikian kelompok ini akan sangat sulit keluar dari permasalahan yang biasanya sudah berjalan lama tersebut, kecuali bila ada intervensi dari pihak lain. Kim (1984 dalam Saudin, 2008) lebih lanjut mengatakan bahwa intervensi untuk memutus rantai permasalahan ini dapat saja dilakukan jika ada komitmen yang kuat dari pemerintah dan masyarakat melalui pemberian pinjaman modal. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran 1
Penulis penanggung jawab
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2
pemerintah untuk melaksanakan perkuatan di bidang permodalan. Belum terlihatnya pengaruh nyata dari intervensi pemerintah tersebut diduga dikarenakan sangat kecilnya dana-dana pemerintah yang disalurkan dibandingkan dengan besarnya jumlah UMKM yang membutuhkannya. Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan koperasi, usaha kecil dan menengah selama periode 2007-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut (www.semarangkota.go.id): Tabel 1 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kota Semarang Tahun 2007-2009 No. Indikator Tahun 2007 2008 2009 Persentase koperasi aktif 65,30% 75,05% 75% 1. Jumlah UKM non BPR/LKM UKM 140 231 346 2. Usaha Mikro dan Kecil 8.112 9.162 10.176 3. Sumber: Data Olahan Dinas Koperasi dan UKM Kota Semarang (dalam www.semarangkota.go.id)
Jumlah usaha mikro dan kecil di Kota Semarang tiap tahunnya mengalami kenaikan, sehingga hal tersebut menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi yang produktif, karena adanya pertumbuhan dan iklim usaha mikro dan kecil yang membaik dan kondusif. Kenyataan menunjukkan bahwa pada saat terjadi krisis ekonomi, usaha kecil dan mikro lebih resisten dibanding perusahaan-perusahaan yang lebih besar. Hal inilah yang akan terus dijaga dan ditingkatkan melalui rencana fasilitasi permodalan yang mampu mengembalikan koperasi sebagai soko guru perekonomian masyarakat yang tidak hanya aktif namun juga benar sehat sehingga mampu menjaga pertumbuhan ekonomi terutama dari pengembangan usaha mikro dan kecil (www.semarangkota.go.id). Salah satu program dari Dinas Koperasi dan UMKM adalah pemberian bantuan modal dan kredit kepada kelompok pelaku usaha mikro (KPUM) yang mendapat pembinaan dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang. Kelompok pelaku usaha mikro ini terdapat di beberapa kelurahan di kecamatan yang ada di Kota Semarang yang terdiri dari beberapa kelompok usaha per kelurahan. Setiap kelompok mempunyai anggota yang merupakan pelaku usaha mikro. Salah satu wilayah yang mendapat bantuan yaitu usaha mikro di Kelurahan Pekunden. Dinas KUMKM menilai wilayah Pekunden perlu adanya pembinaan dan perbaikan dari segi sosial-ekonomi mengingat daerah tersebut berada di wilayah pusat kota namun masih terdapat masyarakat miskin sehingga Dinas KUMKM membuat program pemberdayaan masyarakat miskin melalui kelompok pelaku usaha mikro. Dengan melihat penjelasan di atas, dengan permasalahan yang dihadapi usaha mikro dalam permodalan serta pengaruh kebijakan maupun peran pemerintah dalam membantu pengembangan usaha mikro, maka dalam penelitian ini akan dibahas mengenai perkembangan usaha mikro dilihat dari modal usaha, omzet penjualan, dan laba setelah mendapat kredit dari pemerintah khususnya Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan modal usaha, omzet penjualan, dan laba dari usaha mikro antara sebelum dan setelah memperoleh kredit dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang.
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Kelompok Pelaku Usaha Mikro (KPUM) Keberadaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), merupakan fakta semangat jiwa kewirausahaan sejati di kalangan rakyat yang bisa menjadi perintis pembaharuan. Menyadari realitas ini, memfokuskan pengembangan ekonomi rakyat terutama pada usaha mikro merupakan hal yang sangat strategis (Mariah, 2008). Mengembangkan kelompok usaha ini secara riil strategis, setidaknya dilihat beberapa alasan yaitu, pertama, mereka telah mempunyai kegiatan ekonomi produktif sehingga kebutuhannya adalah pengembangan dan peningkatan kapasitas bukan penumbuhan, sehingga lebih
2
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 3
mudah dan pasti; kedua, apabila kelompok ini diberdayakan secara tepat, mereka akan secara mudah berpindah menjadi sektor usaha kecil; ketiga, secara efektif mengurangi kemiskinan yang diderita oleh mereka sendiri maupun orang lain (Mariah, 2008). Berlandaskan Undang-undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, pemerintah Kota Semarang khususnya Dinas Koperasi dan UMKM membuat program bagi usaha mikro yaitu pembentukan kelompok pelaku usaha mikro (KPUM) bagi para pelaku usaha mikro (PUM) di Kota Semarang. KPUM merupakan kelompok usaha yang berada di masyarakat dalam bentuk usaha mikro. Adanya program ini sebagai bentuk inovasi Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang untuk mengembangkan usaha mikro di Kota Semarang. Selain itu, dalam rangka mendukung upaya penanganan kemiskinan di kota Semarang dan pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat, khususnya para pelaku usaha mikro (PUM), maka diberikan bantuan peralatan usaha yang pengadaan dan penyalurannya dilaksanakan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang. Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Semarang No. 518.3/245 tentang Penetapan Kelompok Pelaku Usaha Mikro (KPUM) yang Mendapatkan Bantuan Peralatan Usaha bagi Pelaku Usaha Mikro (PUM) Tahun 2011. Seiring dengan makin banyaknya pelaku usaha mikro yang tergabung dalam KPUM dan membutuhkan dukungan pemerintahan guna pengembangan usahanya, sangat wajar bila para PUM (Pelaku Usaha Mikro) dan KPUM berharap mendapat bantuan dari pemerintah. Termasuk bantuan modal usaha dalam bentuk dana maupun alat produksi untuk kegiatan pengembangan usaha mikro. Mengingat sekarang ini banyak PUM yang tergabung dalam KPUM dapat berkembang cukup baik dan membutuhkan dukungan bantuan modal usaha, diperlukan sekali adanya dukungan bantuan modal usaha dari berbagai pihak terkait. Termasuk dari pemerintah melalui dinas instansi terkaitnya, seperti halnya melalui Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang dengan program bantuan modal usaha bagi masyarakat PUM di Kota Semarang.
Modal Tulus (2002) menjelaskan bahwa modal adalah salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi setiap usaha, baik skala kecil, menengah maupun besar. Sedangkan Neti (2009) menyebutkan bahwa dalam memulai suatu usaha, modal merupakan salah satu faktor penting disamping faktor lainnya, sehingga suatu usaha bisa tidak berjalan apabila tidak tersedia modal. Artinya, bahwa suatu usaha tidak akan pernah ada atau tidak dapat berjalan tanpa adanya modal. Hal ini menggambarkan bahwa modal menjadi faktor utama dan penentu dari suatu kegiatan usaha. Karenanya setiap orang yang akan melakukan kegiatan usaha, maka langkah utama yang dilakukannya adalah memikirkan dan mencari modal untuk usahanya. Dengan tersedianya modal maka usaha akan berjalan lancar sehingga akan mengembangkan modal itu sendiri melaui suatu proses kegiatan usaha. Modal yang digunakan dapat merupakan modal sendiri seluruhnya atau merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan modal pinjaman. Kumpulan berbagai sumber modal akan membentuk suatu kekuatan modal yang ditanamkan guna menjalankan usaha. Modal yang dimiliki tersebut jika dikelola secara optimal maka akan meningkatkan volume penjualan (Riyanto, 1985 dalam Achmad, 2009). Dalam ilmu ekonomi, istilah capital (modal) merupakan konsep yang pengertiannya berbeda-beda, tergantung dari konteks penggunaannya dan aliran pemikiran yang dianut. Secara historis konsep modal juga mengalami perubahan atau perkembangan. Istilah “modal” yang biasa dipergunakan pada abad ke-16 dab abad ke-17 menunjukkan pengertian kepada dua hal. Pertama, modal dalam pengertian persediaan uang yang digunakan untuk membeli barang yang akan dijual untuk mendapatkan keuntungan dalam perdagangan. Kedua, modal dengan maksud untuk menggambarkan persediaan yang berupa barang-barang. Oleh sebab itu maka istilah “modal” digunakan untuk kedua pengertian yaitu konsep keuangan dan konsep barang (Komaruddin, 1991). John Stuart Mill dalam Principle of Political Economy (dalam Komaruddin, 1991) menggunakan istilah “modal” dalam pengertian: (1) barang-barang fisik yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang lainnya, dan (2) sejumlah dana yang tersedia untuk menyewa tenaga kerja. Pada akhir abad ke-19, modal dalam pengertian barang-barang fisik yang digunakan dalam proses produksi ditinjau sebagai salah satu dari keempat faktor dasar dalam produksi. Yang lainnya adalah tanah, tenaga kerja dan organisasi atau keusahawanan.
3
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 4
Sekarang, “modal” sebagai suatu konsep ekonomi dipergunakan dalam konteks yang berbeda-beda. Mubyarto (1989) memberikan definisi modal sebagai sumber-sumber ekonomi di luar tenaga kerja yang dibuat oleh manusia. Kadang-kadang modal dilihat dalam arti uang atau dalam arti keseluruhan nilai sumber-sumber ekonomi non-manusiawi termasuk tanah. Definisi modal yang lain yaitu merupakan barang atau uang, yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru. Dalam artian yang lebih luas, dan dalam tradisi pandangan ekonomi non-Marxian pada umumnya, modal mengacu kepada asset yang dimiliki seseorang sebagai kekayaan yang tidak segera dikonsumsi melainkan disimpan (saving) atau dipakai untuk menghasilkan barang atau jasa baru (investasi). Dengan demikian, modal dapat berwujud barang dan uang (www.ut.ac.id, 2011:1-4).
Kredit Menurut UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah menjadi UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, disebutkan bahwa “kredit adalah penyediaan uang tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan”. Kredit mempunyai fungsi bagi dunia usaha termasuk juga usaha kecil yaitu sebagai sumber permodalan untuk menjaga kelangsungan atau meningkatkan usahanya. Sedangkan bagi lembaga keuangan termasuk juga bank kredit berfungsi menyalurkan dana masyarakat (deposito, tabungan, giro) dalam bentuk kredit kepada dunia usaha. Manfaat kredit bagi debitur yaitu memberi keuntungan usaha dengan adanya tambahan modal dan berkembangnya usaha. Sedangkan manfaat bagi lembaga keuangan yaitu memberi keuntungan dari selisih bunga pemberian kredit atau jasa lainnya (www.bi.go.id). Jenis-jenis kredit berdasarkan tujuan penggunaan oleh debitur antara lain (www.bi.go.id): 1. Untuk pembelian barang modal atau perluasan usaha 2. Untuk menambah modal kerja usaha 3. Untuk keperluan konsumsi 4. Kredit untuk pertanian, perdagangan, industri, konstruksi, atau profesi
Penelitian Terdahulu Fitra (2011) telah melakukan penelitian tentang analisis perkembangan usaha mikro dan kecil setelah memperoleh pembiayaan mudharabah dari BMT At-Taqwa Halmahera di Kota Semarang. Variabel yang digunakan yaitu modal usaha, omzet penjualan, dan keuntungan dengan menggunakan metode analisis uji pangkat tanda Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beda variabel modal, omzet penjualan, dan keuntungan sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari BMT At Taqwa Halmahera Kota Semarang. Priyo (2010) telah menganalisis bantuan kredit dari dinas kelautan dan perikanan Kabupaten Pati terhadap perkembangan UMK binaan KUB Rukun Mina barokah di Kecamatan Juwana. Metode analisis menggunakan uji pangkat tanda Wilcoxon dengan variable penelitian yaitu modal usaha, tenaga kerja, jumlah pembeli, total penjualan, dan keuntungan. Kesimpulan yang didapat adalah ada peningkatan secara signifikan pada variabel modal usaha, tenaga kerja, jumlah pembeli, total penjualan, dan keuntungan sesudah mendapatkan bantuan kredit dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati. Indah (2010) telah melakukan penelitian tentang analisis usaha mikro monel yang memperoleh kredit dari dinas UMKM Kabupaten Jepara di Kecamatan Kalinyamatan. Penelitian ini menggunakan variabel modal, omzet penjualan, tenaga kerja, dan keuntungan dengan metode analisis uji pangkat tanda Wilcoxon. Hasil dari penelitian ini yaitu ada beda atau terjadi peningkatan variabel modal produksi, omzet penjualan, tenaga kerja dan keuntungan sesudah kredit Dinas UMKM Kabupaten Jepara.
Kerangka Pemikiran Penelitian ini lebih ditujukan untuk menganalisis bantuan kredit dari Dinas KUMKM kepada kelompok pelaku usaha mikro dengan melihat perkembangan dari modal usaha, omzet penjualan, dan laba usaha mikro antara sebelum dan setelah memperoleh kredit.
4
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 5
Adapun kerangka berpikir disusun sebagai berikut: Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian Bantuan kredit dari Dinas Koperasi dan UMKM Kelompok Pelaku Usaha Mikro (KPUM) Perkembangan KPUM setelah mendapat kredit
Modal Usaha
Omzet Penjualan
Laba
Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini dapat diformulasikan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan modal usaha mikro setelah memperoleh kredit dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang. 2. Ada perbedaan omzet penjualan usaha mikro setelah memperoleh kredit dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang. 3. Ada perbedaan laba usaha mikro setelah memperoleh kredit dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang.
METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan yaitu modal usaha, omzet penjualan, dan laba dari usaha mikro. Penelitian ini akan menganalisis perbedaan ketiga variabel di atas antara sebelum dan setelah memperoleh kredit dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang. Bantuan modal dan kredit dari Dinas KUMKM diberikan pada pertengahan tahun 2010 sehingga kondisi sebelum pemberian bantuan modal dan kredit yaitu sebelum pertengahan tahun 2010, dan kondisi setelah pemberian bantuan yaitu setelah pertengahan tahun 2010 sampai awal penelitian pada bulan April 2012. Definisi operasional dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Bantuan modal adalah bantuan dalam bentuk barang hibah yang diberikan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang. 2. Bantuan kredit adalah sejumlah uang pinjaman yang diberikan kepada usaha mikro oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang. 3. Modal Usaha adalah kemampuan finansial untuk memulai usaha dan ketika masih menjalankan usaha untuk memproduksi barang dan jasa yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). 4. Omzet Penjualan adalah jumlah total hasil produksi yang dapat dijual dalam sebulan yang dihasilkan oleh pengusaha mikro. Adapun omzet penjualan ini dapat dihitung dengan mengalikan total jumlah yang terjual dengan harga yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). 5. Laba adalah jumlah keuntungan yang diperoleh pengusaha dalam sebulan yang didapat dari total pendapatan dikurangi biaya operasional. Laba ini dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
5
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 6
Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini merupakan seluruh anggota kelompok pelaku usaha mikro (KPUM) di Kelurahan Pekunden Kecamatan Semarang Tengah yang mendapat bantuan modal barang dan kredit berjumlah 50 orang yang dibagi menjadi lima kelompok sebagai berikut: Tabel 2 Kelompok Pelaku Usaha Mikro (KPUM) di Kelurahan Pekunden Tahun 2011 No. Nama KPUM Anggota (orang) KPUM Pekunden 1 10 1. KPUM Pekunden 2 10 2. KPUM Pekunden 3 10 3. KPUM Pekunden 4 10 4. KPUM Pekunden 5 10 5. Total 50 Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM kota Semarang (diolah)
Penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan menetapkan secara sengaja lokasi penelitian dan responden yang diteliti. Sesuai dengan judul penelitian, fokus penelitian adalah kelompok pelaku usaha mikro yang mendapat bantuan modal dan kredit dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang. Responden yang dijadikan sampel adalah anggota kelompok pelaku usaha mikro yang berjumlah 50 orang responden.
Metode Analisis Dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif dan uji pangkat tanda Wilcoxon. Sebelum data dianalisis, kuesioner diuji terlebih dulu dengan Uji Validitas dan Reliabilitas. Setelah itu data dianalisis dengan Uji Statistik Pangkat Tanda Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan antara sebelum dan setelah memperoleh kredit dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang yang meliputi perkembangan usaha mikro seperti modal usaha, omzet penjualan dan laba. Perhitungan ini akan dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS versi 17. Untuk analisis bantuan modal hanya digunakan analisis deskriptif, sedangkan analisis bantuan kredit digunakan analisis deskriptif dan uji pangkat tanda Wilcoxon. Setelah uji pangkat tanda Wilcoxon dilakukan akan muncul nilai Z dan nilai probabilitas (p). Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: H0 = Tidak ada beda variabel yang diuji antara sebelum dan setelah memperoleh kredit dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang. H1 = Ada beda variabel yang diuji antara sebelum dan setelah memperoleh kredit dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang. Jika probabilitas (p) > 0,05 maka H0 diterima, jika probabilitas (p) < 0,05 maka H1 diterima. Pengambilan keputusan dengan membandingkan Zhitung dan Ztabel. Jika Zhitung > Ztabel maka H0 diterima, jika Zhitung < Ztabel maka H1 diterima (Singgih, 2004). Dengan tingkat signifikansi α=5% dengan uji dua sisi maka nilai kritis yang bersesuaian dari tabel adalah Z0.025 = 1,96 dan -Z0.025 = -1,96. Daerah kritis adalah Zhitung > 1,96 atau Zhitung < 1,96.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Bantuan Modal dan Kredit dari Dinas Koperasi dan UMKM Bantuan modal dan kredit Dinas KUMKM Kota Semarang merupakan program yang ditujukan kepada para pelaku usaha mikro yang tergabung ke dalam kelompok pelaku usaha mikro (KPUM) di Kota Semarang. Jenis bantuan modal yang diberikan berupa barang hibah untuk usaha seperti kompor gas, wajan, waskom, mesin jahit, etalase, blender, tong, dan panci. Selain bantuan modal barang yang disalurkan, melalui Dinas Koperasi dan UMKM juga memberikan kredit yang diberikan oleh Dinas KUMKM Kota Semarang yaitu sebesar Rp7.500.000 per kelompok. Kredit tersebut diberikan melalui ketua kelompok pelaku usaha mikro untuk kemudian didistribusikan kepada anggota kelompoknya. Jumlah kredit yang diberikan kepada tiap pelaku usaha mikro di tiap
6
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 7
kelompok sebesar Rp750.000 dengan perincian Rp700.000 untuk anggota dan Rp50.000 digunakan untuk administrasi dan tabungan yang dikumpulkan melalui ketua kelompok. Lama angsuran kredit selama dua tahun dengan pembayaran per bulan sebesar Rp41.000.
Profil Responden 1. Responden Berdasarkan Jenis Usaha Berdasarkan jenis usaha, usaha warungan merupakan yang paling banyak yaitu sebesar 27,1%. Data responden menurut jenis usaha selengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 3 Responden Menurut Jenis Usaha No. Jenis Usaha Jumlah Persentase Warungan 13 27,1 1 Jual Gorengan 5 10,4 2 Penjahit 6 12,5 3 Warung Makan 11 22,9 4 Lainnya 13 27,1 5 Total 48 100 Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang diolah, 2011
Berdasarkan data dari Dinas KUMKM Kota Semarang, usaha warungan merupakan yang paling banyak (27,1%) dan sebesar 22,9% merupakan usaha warung makan. Hal ini dapat dikarenakan lingkungan yang menjadi tempat penelitian adalah lingkungan tempat tinggal. Sebesar 10,4% adalah penjual gorengan dan sebesar 12,5% adalah penjahit. Sedangkan lainnya yaitu 27,1% merupakan berbagai macam usaha seperti berjualan pulsa, rokok, gas, es, jajanan, bubur kacang hijau, sayuran, buah-buahan, buku-buku, distro kaos metal, dan rosok. 2. Responden Berdasarkan Jenis Barang Hibah yang Diterima Berdasarkan data dari Dinas KUMKM Kota Semarang, jenis bantuan modal dalam bentuk barang hibah yang paling banyak diterima oleh responden adalah kompor, wajan, dan waskom, yaitu sebesar 66,6% atau sebanyak 32 responden. Data responden menurut jenis barang hibah yang diterima selengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
No. 1 2 3 4 5
Tabel 4 Jenis Barang Hibah yang Diterima Barang Jumlah Kompor, wajan, waskom Mesin Jahit Etalase Tong dan panci Blender dan waskom Total
Persentase
32 6 6 2 2
66,6 12,5 12,5 4,2 4,2
48
100
Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang diolah, 2011
Analisis Deskriptif Hasil Kuesioner 1. Modal Usaha Hasil kuesioner variabel modal usaha dari usaha mikro antara sebelum dan setelah mendapat kredit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
7
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS
No. 1 2 3 4 5
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 8
Tabel 5 Hasil Kuesioner Variabel Modal Usaha Modal Usaha Sebelum
Setelah
< Rp 500.000 Rp 500.000-Rp 750.000 Rp 750.000-Rp 1.000.000 Rp 1.000.000-Rp 1.250.000 > Rp 1.250.000
Jumlah 21 13 4 1 9
Persentase 43,75 27,08 8,34 2,08 18,75
Jumlah 0 21 11 6 10
Persentase 0 43,75 22,97 12,5 20,83
Total
48
100
48
100
Sumber: Data Primer diolah, 2012 Gambar 2 Persentase Hasil Kuesioner Variabel Modal Usaha
Sumber: Data Primer diolah, 2012
Berdasarkan tabel 5 dan gambar 2 di atas, responden paling banyak memiliki modal usaha antara Rp500.000-Rp750.000 sebesar 43,75% atau 21 responden setelah mendapat kredit dari Dinas KUMKM Kota Semarang. 2. Omzet Penjualan Hasil kuesioner variabel omzet penjualan dari usaha mikro antara sebelum dan setelah mendapat kredit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
No. 1 2 3 4 5
Tabel 6 Hasil Kuesioner Variabel Omzet Penjualan Omzet Penjualan Sebelum < Rp 1.000.000 Rp 1.000.000-Rp 3.000.000 Rp 3.000.000-Rp 5.000.000 Rp 5.000.000-Rp 7.000.000 > Rp 7.000.000 Total
Setelah
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
17 9 8 5 9
35,42 18,75 16,66 10,42 18,75
14 10 8 3 13
29,17 20,83 16,67 6,25 27,08
48
100
48
100
Sumber: Data Primer diolah, 2012
8
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 9
Gambar 3 Persentase Hasil Kuesioner Variabel Omzet Penjualan
Sumber: Data Primer diolah, 2012
Berdasarkan tabel 6 dan gambar 3 di atas, responden paling banyak memiliki omzet penjualan kurang dari Rp1.000.000 per bulan sebesar 29,17% atau 14 responden setelah mendapat kredit dari Dinas KUMKM Kota Semarang dan sebesar 27,08% atau 13 responden memiliki omzet penjualan lebih dari Rp7.000.000 per bulan setelah mendapat kredit dari Dinas KUMKM Kota Semarang. 3. Laba Hasil kuesioner variabel laba dari usaha mikro antara sebelum dan setelah mendapat kredit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
No. 1 2 3 4 5
Laba
Tabel 7 Hasil Kuesioner Variabel Laba Sebelum
Setelah
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
< Rp 500.000 Rp 500.000-Rp 750.000 Rp 750.000-Rp 1.000.000 Rp 1.000.000-Rp 1.250.000 > Rp 1.250.000
17 10 7 6 8
35,42 20,83 14,58 12,5 16,67
14 14 2 7 11
29,17 29,17 4,17 14,58 22,91
Total
48
100
48
100
Sumber: Data Primer diolah, 2012 Gambar 4 Persentase Hasil Kuesioner Variabel Laba
Sumber: Data Primer diolah, 2012
Dari tabel 7 dan gambar 4 di atas, responden terbanyak memiliki laba kurang dari Rp500.000 per bulan sebesar 29,17% atau 14 responden dan yang memiliki laba antara Rp500.000Rp750.000 per bulan 29,17% atau 14 responden setelah mendapat kredit dari Dinas KUMKM Kota
9
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 10
Semarang. Sebesar 22,91% atau 11 responden memiliki laba lebih dari Rp1.250.000 per bulan setelah mendapat kredit dari Dinas KUMKM Kota Semarang. Dari hasil penelitian di lapangan, dari total 50 responden, hanya 48 responden yang dapat diteliti sedangkan dua responden lain sudah pindah dan tidak berdomisili di Kelurahan Pekunden. Oleh karena itu dalam penelitian ini, jumlah responden yang dipakai untuk analisis data sebanyak 48 responden. Untuk uji pangkat tanda Wilcoxon, yang dianalisis hanya bantuan kredit yang diberikan Dinas KUMKM Kota Semarang.
Uji Validitas dan Uji Relibilitas Hasil uji validitas variabel modal usaha, omzet Penjualan, dan laba dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 8 Pengujian Validitas Variabel Penelitian No. No. Item Muatan Faktor Pearson Correlation 1 MQ1 0,994 0,000 2 MQ2 0,990 0,000 3 OQ1 0,991 0,000 4 OQ2 0,991 0,000 5 LQ1 0,980 0,000 6 LQ2 0,982 0,000 Sumber: Data Primer diolah, 2012
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa semua item pertanyaan modal usaha (MQ), omzet penjualan (OQ), dan laba (LQ) memiliki muatan faktor lebih besar dari 0,32 dan memiliki Pearson correlation 0,000 (0,000 < 0,05). Hal ini menunjukkan semua item dalam variabel penelitian dapat dikatakan valid sehingga memenuhi syarat validitas. Hasil uji validitas variabel penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 9 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Penelitiaan No. Variabel Penelitian Cronbach Alpha 1 Modal Usaha 0,932 2 Omzet Penjualan 0,934 3 Laba 0,930 Sumber: Data Primer diolah, 2012
Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa nilai cronbach alpha modal usaha sebesar 0,932, cronbach alpha omzet penjualan sebesar 0,934, cronbach alpha laba sebesar 0,917. Hal ini menunjukkan bahwa nilai cronbach alpha dari masing-masing variabel penelitian lebih besar dari 0,60 (cronbach alpha > 0,60), sehingga variabel penelitian yaitu modal usaha, omzet penjualan, dan laba dapat dikatakan reliabel untuk digunakan sebagai alat ukur.
Uji Pangkat Tanda Wilcoxon Uji pangkat bertanda Wilcoxon digunakan untuk menganalisis hasil-hasil pengamatan yang berpasangan dari dua data apakah berbeda atau tidak. Dalam penelitian ini akan dilihat perubahan pada variabel yang diamati pada awal periode maupun pada akhir periode. 1. Modal Usaha Hasil uji hipotesis dengan menggunakan analisis uji pangkat tanda Wilcoxon mengenai perbedaan modal usaha sebelum dan setelah adanya kredit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
10
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 11
Tabel 10 Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Modal Usaha Sebelum dan Setelah Memperoleh Kredit Dinas KUMKM Kota Semarang Modal Usaha Mean Standar Deviasi Nilai Z Nilai-p 1.551.041,67 4.344.934,561 -6,799 0,000 Sebelum 2.417.708,33 4.447.082,352 Setelah Sumber: Data Primer diolah, 2012
Berdasarkan perhitungan pangkat tanda Wilcoxon, terjadi peningkatan modal usaha mikro dari rata-rata sebesar Rp 1.551.041,67 sebelum adanya kredit dari Dinas KUMKM Kota Semarang menjadi rata-rata sebesar Rp 2.417.708,33 setelah mendapat kredit Dinas KUMKM Kota Semarang. Dari hasil uji pangkat tanda Wilcoxon didapatkan nilai p sebesar 0,000 (0,000 < 0,05) dan nilai Zhitung sebesar -6,799 (Zhitung < -1,96). Hal ini berarti bahwa H0 ditolak artinya H1 diterima, yaitu ada beda variabel modal usaha mikro antara sebelum dan setelah memperoleh kredit dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang. 2. Omzet Penjualan Hasil uji hipotesis dengan menggunakan analisis uji pangkat tanda Wilcoxon mengenai perbedaan omzet penjualan sebelum dan setelah mendapat kredit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 11 Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Omzet Penjualan Sebelum dan Setelah Memperoleh Kredit Dinas KUMKM Kota Semarang Omzet Penjualan Mean Standar Deviasi Nilai Z Nilai-p 4.861.666,67 7.960.803,000 -4,622 0,000 Sebelum 5.941.875,00 9.711.267,782 Setelah Sumber: Data Primer diolah, 2012
Berdasarkan perhitungan pangkat tanda Wilcoxon, terjadi peningkatan omzet penjualan usaha mikro dari rata-rata sebesar Rp 4.861.666,67 sebelum adanya kredit dari Dinas KUMKM Kota Semarang menjadi rata-rata sebesar Rp 5.941.875,00 setelah mendapat kredit Dinas KUMKM Kota Semarang. Dari hasil uji pangkat tanda Wilcoxon didapatkan nilai p sebesar 0,000 (0,000 < 0,05) dan nilai Zhitung sebesar -4,622 (Zhitung < -1,96). Hal ini berarti bahwa H0 ditolak artinya H1 diterima, yaitu ada beda variabel omzet penjualan usaha mikro antara sebelum dan setelah memperoleh kredit dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang. 3. Laba Hasil uji hipotesis dengan menggunakan analisis uji pangkat tanda Wilcoxon mengenai perbedaan laba sebelum dan setelah pemberian kredit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 12 Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Laba Sebelum dan Setelah Memperoleh Kredit Dinas KUMKM Kota Semarang Laba Mean Standar Deviasi Nilai Z Nilai-p 1.063.750,00 2.124.650,284 -3,299 0,001 Sebelum 1.533.020,83 4.259.152,565 Setelah Sumber: Data Primer diolah, 2012
Berdasarkan perhitungan pangkat tanda Wilcoxon, terjadi peningkatan laba usaha mikro dari rata-rata sebesar Rp 1.063.750,00 sebelum adanya kredit dari Dinas KUMKM Kota Semarang menjadi rata-rata sebesar Rp 1.533.020,83 setelah mendapat kredit Dinas KUMKM Kota Semarang. Dari hasil uji pangkat tanda Wilcoxon didapatkan nilai p sebesar 0,001 (0,001 < 0,05) dan nilai Zhitung sebesar -3,299 (Zhitung < -1,96). Hal ini berarti bahwa H0 ditolak artinya H1 diterima, yaitu ada beda variabel laba usaha mikro antara sebelum dan setelah memperoleh kredit dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang.
11
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 12
Analisis Deskriptif Perbedaan Variabel Penelitian Program pemberian kredit kepada kelompok pelaku usaha mikro (KPUM) mempunyai perubahan yang cukup signifikan terhadap modal usaha, omzet penjualan, dan laba yang dilihat antara sebelum dan setelah mendapat kredit dari Dinas KUMKM Kota Semarang. Dari hasil penelitian, terdapat perbedaan antara sebelum dan setelah mendapat kredit yaitu adanya peningkatan nilai dari ketiga variabel penelitian yang dapat dilihat pada tabel 13 sebagai berikut: Tabel 13 Perbedaan Variabel Penelitian antara Sebelum dan Setelah Memperoleh Kredit Dinas KUMKM Kota Semarang No. Variabel Sebelum Setelah Persentase Modal Usaha 1.551.041,67 2.417.708,33 55,87 1 Omzet Penjualan 4.861.666,67 5.941.875,00 22,22 2 Laba 1.063.750,00 1.533.020,83 44,12 3 Sumber: Data Primer 2012, diolah Gambar 5 Perbedaan Variabel Penelitian antara Sebelum dan Setelah Memperoleh Kredit Dinas KUMKM Kota Semarang
Sumber: Data Primer diolah, 2012
Berdasarkan tabel 13 dan gambar 5 di atas, dapat dilihat bahwa seluruh variabel penelitian yaitu modal usaha, omzet penjualan, dan laba mengalami peningkatan. Modal usaha sebelum mendapat kredit dari Dinas KUMKM Kota Semarang rata-rata sebesar Rp1.551.041,67 dan setelah mendapat kredit meningkat menjadi rata-rata sebesar Rp2.417.708,33 dengan persentase kenaikan yaitu 55,87%. Peningkatan modal usaha menyebabkan adanya peningkatan omzet penjualan usaha para pelaku usaha mikro. Sebelum mendapat kredit rata-rata omzet penjualan sebesar Rp4.861.666,67 dan setelah mendapat kredit mengalami peningkatan rata-rata sebesar Rp5.941.875 dengan persentase kenaikan 22,22%. Adanya peningkatan omzet penjualan berdampak pada meningkatnya laba yaitu sebelum mendapat kredit rata-rata sebesar Rp1.063.750 dan setelah mendapat kredit menjadi rata-rata sebesar Rp1.533.020,83 sehingga terdapat kenaikan 44,12% dari laba sebelumnya. Persentase kenaikan modal usaha, omzet penjualan, dan laba dapat dilihat pada gambar 6 sebagai berikut: Gambar 6 Persentase Kenaikan Variabel Penelitian Setelah Memperoleh Kredit Dinas KUMKM Kota Semarang
Sumber: Data Primer diolah, 2012
12
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 13
Dilihat dari gambar 6, persentase kenaikan terbesar yaitu modal usaha sebesar 55,87%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan lebih dari setengah dari jumlah modal sebelum diberikannya kredit. Sedangkan kenaikan terkecil yaitu omzet penjualan dengan persentase sebesar 22,22% peningkatan dari omzet penjualan sebelumnya.
Uji Pangkat Tanda Wilcoxon secara Parsial terhadap KPUM 1. Modal Usaha Hasil analisis uji pangkat tanda Wilcoxon per kelompok pelaku usaha mikro mengenai modal usaha sebelum dan setelah memperoleh kredit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 14 Hasil Uji Hipotesis Modal Usaha per KPUM Sebelum dan Setelah Memperoleh Kredit Dinas KUMKM Kota Semarang KPUM Nilai Modal Usaha Setelah - Sebelum Nilai Z -2,714 Pekunden 1 Nilai p 0,007 Nilai Z -3,051 Pekunden 2 Nilai p 0,002 Nilai Z -3,162 Pekunden 3 Nilai p 0,002 Nilai Z -3,162 Pekunden 4 Nilai p 0,002 Nilai Z -3,162 Pekunden 5 Nilai p 0,002 Sumber: Data Primer diolah, 2012
Berdasarkan hasil analisis di atas, responden di semua kelompok memiliki nilai p modal usaha yaitu kurang dari 0,05 (nilai-p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa responden di semua kelompok yaitu Pekunden 1, Pekunden 2, Pekunden 3, Pekunden 4, dan Pekunden 5 ada beda modal usaha mikro antara sebelum dan setelah memperoleh kredit dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang. 2. Omzet Penjualan Hasil analisis uji pangkat tanda Wilcoxon per kelompok pelaku usaha mikro mengenai omzet penjualan sebelum dan setelah memperoleh kredit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 15 Hasil Uji Hipotesis Omzet Penjualan per KPUM Sebelum dan Setelah Memperoleh Kredit Dinas KUMKM Kota Semarang KPUM Nilai Omzet Penjualan Setelah - Sebelum Nilai Z -2,371 Pekunden 1 Nilai p 0,018 Nilai Z -2,805 Pekunden 2 Nilai p 0,005 Nilai Z -1,532 Pekunden 3 Nilai p 0,125 Nilai Z -2,388 Pekunden 4 Nilai p 0,017 Nilai Z -1,483 Pekunden 5 Nilai p 0,138 Sumber: Data Primer diolah, 2012
Berdasarkan hasil analisis di atas, responden di kelompok Pekunden 1, Pekunden 2, dan Pekunden 4 memiliki nilai p omzet penjualan yaitu kurang dari 0,05 (nilai-p < 0,05). Artinya, responden di ketiga kelompok tersebut ada beda omzet penjualan usaha mikro antara sebelum dan setelah memperoleh kredit dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang.
13
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 14
Sedangkan responden di kelompok Pekunden 3 dan Pekunden 5 memiliki nilai p omzet penjualan lebih besar dari 0,05 (nilai-p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa responden di kedua kelompok tersebut tidak ada beda omzet penjualan usaha mikro antara sebelum dan setelah memperoleh kredit dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang. 3. Laba Hasil analisis uji pangkat tanda Wilcoxon per kelompok pelaku usaha mikro mengenai laba sebelum dan setelah memperoleh kredit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 16 Hasil Uji Hipotesis Laba per KPUM Sebelum dan Setelah Memperoleh Kredit Dinas KUMKM Kota Semarang KPUM Nilai Laba Setelah - Sebelum Nilai Z -2,032 Pekunden 1 Nilai p 0,042 Nilai Z -2,371 Pekunden 2 Nilai p 0,018 Nilai Z -0,447 Pekunden 3 Nilai p 0,655 Nilai Z -2,226 Pekunden 4 Nilai p 0,026 Nilai Z -0,730 Pekunden 5 Nilai p 0,465 Sumber: Data Primer diolah, 2012
Berdasarkan hasil analisis di atas, responden di kelompok Pekunden 1, Pekunden 2, dan Pekunden 4 memiliki nilai p laba yaitu kurang dari 0,05. Artinya, responden di ketiga kelompok tersebut ada beda laba usaha mikro antara sebelum dan setelah memperoleh kredit dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang. Sedangkan responden di kelompok Pekunden 3 dan Pekunden 5 memiliki nilai p laba lebih besar dari 0,05 (nilai-p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa responden di kedua kelompok tersebut tidak ada beda laba usaha mikro antara sebelum dan setelah memperoleh kredit dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal, pertama, kredit yang diberikan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang dapat membantu meningkatkan modal usaha, omzet penjualan, dan laba para pelaku usaha mikro di Kelurahan Pekunden yang dilihat dari perbedaan variabel modal usaha, omzet penjualan, dan laba antara sebelum dan setelah mendapat kredit yaitu modal usaha terdapat kenaikan sebesar 55,87%, omzet penjualan terdapat kenaikan sebesar 22,22%, dan kenaikan laba sebesar 44,12%. Hasil uji pangkat tanda Wilcoxon menunjukkan ada beda variabel modal usaha, omzet penjualan, dan laba mikro antara sebelum dan setelah memperoleh kredit dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang. Kedua, Bantuan modal dalam bentuk barang dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang yang diberikan kepada kelompok pelaku usaha mikro di Kelurahan Pekunden antara lain kompor gas, wajan, dan waskom, mesin jahit, etalase, blender, tong, dan panci. Bantuan modal yang paling banyak diterima para pelaku usaha mikro yaitu kompor gas, wajan, dan waskom sebanyak 66,6% atau 32 responden dari total keseluruhan responden sebanyak 48 responden. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai saran dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Program kredit oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang bagi usaha mikro yang tergabung dalam kelompok pelaku usaha mikro merupakan hal yang diperlukan untuk dapat mengembangkan usahanya, namun jangka waktu untuk melunasi kredit cukup lama dengan jumlah kredit yang kecil. Oleh karena itu kebijakan pemberian kredit ini perlu lebih dapat memudahkan para pelaku usaha mikro misal dengan jangka waktu pelunasan dipersingkat dan sesuai dengan kemampuan usaha mikro untuk melunasi pinjaman tersebut.
14
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 15
2. Kebijakan pemerintah daerah dengan adanya bantuan modal barang hibah kepada para pelaku usaha mikro sangat membantu sebagian besar pelaku usaha mikro, namun beberapa masih belum tepat sasaran dikarenakan bantuan barang tersebut kurang sesuai untuk operasional usaha. Oleh karena itu, akan lebih baik jika bantuan modal barang yang diberikan pemerintah sesuai dengan jenis usaha yang dimiliki pelaku usaha mikro.
REFERENSI Achmad, Sani Alhusain. 2009. “Analisa Kebijakan Permodalan dalam Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Studi Kasus Provinsi Bali dan Sulawesi Utara)”. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/14409575604_0853-9316.pdf. Diakses tanggal 18 Juni 2012. Fitra, Ananda. 2011. “Analisis Perkembangan Usaha Mikro Dan Kecil Setelah Memperoleh Pembiayaan Mudharabah dari BMT At Taqwa Halmahera di Kota Semarang” Skripsi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Imam, Ghozali. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Indah, Yuliana Putri. 2010. ” Analisis Usaha Mikro Monel yang Memperoleh Kredit dari Dinas UMKM Kabupaten Jepara (Studi Kasus: Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara)”. Skripsi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Kementerian Koperasi dan UKM, 2005. Rapat Kerja Nasional I GARANSI, Surabaya Komaruddin. 1991. Manajemen Permodalan Perusahaan Modern. Jakarta: Bumi Aksara. Mariah, 2008. “Peranan Pemerintah dalam Meningkatkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah”. Indonesian Scientific Journal Database, http://isjd.pdii.lipi.go.id/ admin/jurnal/5208143148.pdf. Diakses tanggal 22 Februari 2012. Mubyarto. 1989. “Pengantar Ekonomi Pertanian”. Jakarta: Penerbit LP3ES. Neti,
Budiwati. 2009. “Manajemen Keuangan dan Permodalan http://www.netibudiwati.blogspot.com/2009/04/manajemen-keuangan-danpermodalan.html. Diakses tanggal 7 Mei 2012.
Koperasi”.
Noer,
Soetrisno. 2005. “Ekonomi Rakyat Usaha Mikro dan UKM”. http://www.smecda.com/ebook/Ekonomi%20Rakyat/Ekonomi%20Rakyat%20-%205.pdf. Diakses tanggal 11 Juni 2012.
Priyo, Harsono. 2010. “Analisis Bantuan Kredit dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati terhadap Perkembangan UMK Binaan KUB Rukun Mina Barokah di Kecamatan Juwana”. Skripsi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Saudin, Sijabat. 2008. “Potret Iklim Usaha Pemberdayaan UMKM”. INFOKOP ,Vol. 16, h. 1-17 Singgih, Santoso. 2004. SPSS Versi 10. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Tulus, T.H Tambunan. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. www.bi.go.id. n.d. “Kredit”. www.bi.go.id/NR/rdonlyres/00A32509-E25E-4E28-A29499EEC0B12554/15876/KreditSIPMK1.pdf. Diakses tanggal 7 Mei 2012. www.semarangkota.go.id/cms/RPJMD%202011/BAB%202.pdf. Diakses tanggal 22 Februari 2012. www.ut.ac.id/html/suplemen/luht4311/materi_1.swf. Diakses tanggal 16 Februari 2012.
15