DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting
Volume 1, Nomor 1 , Tahun 2012, Halaman 1-12.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009) Habib Dwi Santoso, Andri Prastiwi1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone, +6224746486851 ABSTRACT
The purpose of this research is to find the influence of leverage, growth, collateralizable assets, institutional ownership and firm size as control variable towards dividend policy in manufacturing company that listed in Indonesian Stock Exchange. Agency Theory and Pecking Order Theory were used to develop theoretical framework to address hypotheses. The population of this research is manufacturing company that listed in Indonesian Stock Exchange in the period 2007-2009. The sampling technique used is purposive sampling method. The data is obtained based on Indonesian Capital Market Directory (ICMD)2010 publication. Multiple regression analysis techniques was used in analyzing the data. The level of significance used to examine partial and simultan regression is 5% The results of this research is indicate that leverage, growth, and collateralizable assets have no effect on dividend policy. Institutional ownership and firm size have significantly positive effect on dividend policy. Predictable of the five variables toward dividend policy is 13,5 % as indicated by adjusted R square. The result from f test indicate that all variable was used in this results have significant influence toward dependent variable. Keywords : Dividen policy, Agency Cost, Leverage, Growth, Collateralizable Asset, Institutional Ownership, Firm Size
PENDAHULUAN Pasar modal merupakan tempat bagi para investor untuk melakukan aktivitas investasi. Salah satu produk investasi yang ada di pasar modal adalah investasi saham. Investor dalam menginvestasikan dananya ke suatu perusahaan (saham) akan dihadapkan pada return investasi dalam bentuk dividen dan capital gain. Capital gain merupakan keuntungan modal yang diperoleh dari selisih antara harga beli dan harga jual saham, sedangkan dividen adalah porsi laba bersih yang dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Besarnya jumlah dividen yang dibagikan tergantung pada besarnya laba yang diperoleh dan kebijakan dividen yang ditetapkan oleh perusahaan. Kebijakan dividen adalah salah satu keputusan yang penting bagi perusahaan. Kebijakan ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menentukan berapa besarnya laba bersih yang akan dibagikan sebagai dividen dan berapa laba yang akan diinvestasikan kembali ke perusahaan dalam bentuk laba ditahan. Pembagian dividen merupakan salah satu cara bagi perusahaan untuk mendistribusikan kemakmuran kepada para pemegang saham. Selain itu, kebijakan dividen menjadi bagian penting dari strategi pendanaan jangka panjang perusahaan (Hussainey, et al 2011). Kebijakan dividen di Indonesia diduga dipicu oleh adanya konflik keagenan. Hubungan keagenan sendiri terjadi saat satu pihak yang disebut principal memberikan wewenang kepada pihak lain yang disebut agent untuk membuat keputusan di dalam menjalankan perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi kepemilikan dan fungsi pengelolaan akan rentan terhadap agency conflict. Agency conflict timbul karena dipicu oleh 1
Habib Dwi Santoso, Andri Prastiwi
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2
tindakan opportunistic para manajer (agent) yang hanya bertujuan untuk memakmurkan dirinya sendiri dan bukan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Tindakan manajer ini bertentangan dengan kepentingan para pemegang saham (principal) yang menginginkan keuntungan maksimum. Konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan. Namun, munculnya mekanisme pengawasan tersebut akan menimbulkan biaya bagi para pemegang saham. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengatasi masalah keagenan disebut dengan biaya keagenan atau agency cost. Easterbrook (1984) dalam Amidu dan Abor (2006) menyatakan bahwa dividen dapat berperan sebagai mekanisme untuk mengatasi masalah keagenan. Peningkatan pembayaran dividen akan mendorong perusahaan untuk mencari sumber pendanaan eksternal di pasar modal. Dengan masuknya perusahaan ke pasar modal, maka perusahaan akan mendapat pengawasan dari para investor luar sehingga dapat menekan para manajer untuk bertindak demi kepentingan para pemegang saham. Dengan demikian, dividen dapat menjadi alat monitoring sekaligus bonding untuk mengontrol perilaku para manajer. Besar kecilnya dividen yang dibagikan tergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan dan dilakukan berdasarkan pertimbangan berbagai faktor. Nuringsih (2005) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah tingkat hutang atau leverage. Hutang yang tinggi akan membuat perusahaan lebih memilih untuk menahan labanya dan menggunakan laba tersebut untuk melunasi hutang, sehingga perusahaaan dengan tingkat hutang yang tinggi cenderung membagikan dividen dalam jumlah yang kecil. Dengan kata lain, tingkat hutang berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Dewi (2008) dan Pujiastuti (2008) dalam penelitiannya juga menemukan hubungan negatif dan signifikan antara tingkat hutang dengan kebijakan dividen. Hasil yang kontradiktif diperoleh Sulistyowati, dkk (2010) yang tidak menemukan pengaruh signifikan antara leverage dengan kebijakan dividen. Kebijakan dividen dapat dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan yang tinggi akan mengurangi porsi dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham. Hal ini disebabkan karena perusahaaan akan menggunakan sebagian besar labanya untuk membiayai pertumbuhannya, sehingga laba yang tersisa untuk dibagikan sebagai dividen akan semakin kecil. Wahyudi dan Baidori (2008) menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Namun, hasil berbeda dikemukakan oleh Sulistyowati, dkk (2010) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Collateralizable assets atau aset-aset perusahaan yang dapat dijadikan jaminan hutang dinyatakan berpengaruh positif dan signifikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi dan Baidori (2008). Perusahaan dengan collateralizable assets yang tinggi memiliki agency conflict yang kecil antara pemegang saham dengan pemegang obligasi. Collateralizable assets yang tinggi akan membuat pemegang obligasi tidak perlu melakukan pembatasan yang ketat terhadap kebijakan dividen perusahaan. Sebaliknya, collateralizable assets yang rendah akan meningkatkan kekhawatiran pemegang obligasi atas resiko kebangkrutan perusahaan sehingga perlu dilakukan pembatasan dividen. Hasil kontradiktif diperoleh Pujiastuti (2008) yang tidak menemukan pengaruh signifikan antara collateralizable assets dengan kebijakan dividen. Faktor terakhir yang diduga berpengaruh terhadap kebijakan dividen adalah kepemilikan institusional. Semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional maka akan membuat kontrol eksternal terhadap perusahaan menjadi semakin kuat. Kepemilikan institusional yang tinggi akan mendorong pengawasan yang lebih ketat terhadap para manajer sehingga dapat menekan biaya agensi (agency cost). Perusahaan dengan tingkat agency cost yang rendah cenderung akan membagikan dividen dalam jumlah yang kecil. Dewi (2008) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Namun, dalam penelitian yang dilakukan oleh Djumahir (2009) kepemilikan institusional dinyatakan berpengaruh positif dan tidak signifikan. Penelitian ini dimotivasi karena adanya research gap yaitu ketidakkonsistenan hasil pada penelitian – penelitian terdahulu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menemukan bukti empiris mengenai pengaruh leverage, pertumbuhan perusahaan, collateralizable assets, dan kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen. Objek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2009.
2
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 3
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Kebijakan dividen berhubungan dengan teori keagenan dan teori pecking order. Dalam kerangka teori keagenan, kebijakan dividen merupakan salah satu mekanisme bagi principal untuk mengendalikan perilaku opportunistic para agen dan mengurangi biaya keagenan (agency cost). Principal atau pemegang saham akan menetapkan payout dividen yang tinggi dengan tujuan untuk mengurangi dana-dana diskresioner yang tersedia bagi para manajer. ketika perusahaan meningkatkan pembayaran dividen, dengan asumsi perusahaan membutuhkan dana untuk membiayai aktivitas bisnisnya, maka perusahaan akan dipaksa untuk masuk ke pasar modal. Hal ini pada gilirannya akan mengurangi agency cost karena proses pengawasan terhadap para manajer tidak hanya dilakukan oleh para pemegang saham, tetapi juga oleh para calon investor dan badan regulator di pasar modal. Teori pecking order merupakan teori yang berhubungan dengan struktur pendanaan perusahaan. Teori ini didasari adanya asimetri informasi yang terjadi antara pemegang saham dengan manajemen. Para pemegang saham akan mengintepretasikan penerbitan saham baru yang dilakukan oleh manajemen sebagai bad news dan menjadi sinyal negatif mengenai kondisi perusahaan saat sekarang dan masa mendatang yang kurang bagus. Oleh karenanya manajemen dalam memilih sumber pendanaan perusahaan akan mendasarkan pada hierarki risiko. Urutan pendanaan menurut teori ini adalah internal fund, riskless debt, risky debt dan external equity. Penggunaan internal fund menempati urutan pertama karena sumber pendanaan ini tidak menimbulkan biaya bunga dan biaya transaksi sehingga memiliki risiko yang relatif paling kecil diantara sumber pendanaan lainya. Pengaruh Leverage terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi cenderung memiliki agency cost yang rendah. Eksistensi hutang akan membuat kontrol maupun proses pengawasan terhadap para manajer tidak hanya dilakukan oleh para pemegang saham melainkan juga pihak kreditur. Hal ini akan mengurangi ketergantungan para pemegang saham terhadap dividen sebagai salah satu mekanisme untuk mengatasi masalah keagenan. Kreditur selain memberikan pengawasan juga akan menerapkan perjanjian hutang (debt covenance) untuk melindungi kepentingannya. Perjanjian tersebut berisi pembatasan terhadap kebijakan-kebijakan manajemen termasuk didalamnya adalah pembatasan pembagian dividen kepada para pemegang saham. Oleh karena itu, leverage akan berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen perusahaan (Sugeng, 2009). Hasil penelitian Nuringsih (2005), Dewi (2008), dan Pujiastuti (2008) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. H1 : Leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen Kebutuhan dana perusahaan meningkat seiring dengan tingginya tingkat pertumbuhan perusahaan. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan membutuhkan dana lebih besar dibanding perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah. Kebutuhan dana yang besar itu disebabkan karena perusahaan membutuhkan dana lebih untuk membiayai aktivitas investasi, proyek-proyek perusahaan dan ekspansi usahanya (Riyanto, 2001). Maka sejalan dengan teori pecking order, perusahaan akan menggunakan pendanaan internal terlebih dahulu untuk membiayai pertumbuhannya tersebut. Pendanaan internal perusahaan bersumber dari laba ditahan, sehingga semakin besar laba yang ditahan berarti akan semakin kecil porsi laba yang dibagikan sebagai dividen. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Wahyudi dan Baidori (2008) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. H2 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Pengaruh Collateralizable Assets terhadap Kebijakan Dividen Collateralizable assets digunakan sebagai proksi untuk agency cost yang timbul dari konflik antara pemegang saham dan pemegang obligasi. Perusahaan dengan collateralizable assets yang tinggi memiliki masalah agensi yang lebih kecil antara pemegang saham dan pemegang obligasi. Alasan yang mendasari adalah perusahaan dengan collateralizable assets yang tinggi
3
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 4
dapat menggunakan aset tersebut sebagai jaminan untuk hutang. Akibatnya perusahaan cenderung kurang mengandalkan laba ditahan dalam kegiatan pendanaannya sehingga kecil kemungkinan pemegang obligasi akan membatasi kebijakan dividen perusahaan. Semakin besar collateralizable assets maka akan semakin besar pula dividen yang dibagikan (Titman dan Wessels, 1988 dalam Chen dan Dhiensiri, 2009). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Wahyudi dan Baidori (2008) yang menyatakan bahwa collateralizable assets berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. H3 : Collateralizable Assets berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen dividen. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Dividen Afza dan Mirza (2011) mengemukakan adanya hubungan antara kepemilikan institusional dengan kebijakan dividen. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan analisis yang lebih baik dalam mengevaluasi kinerja perusahaan dibanding kepemilikan individu. Selain itu, kepemilikan institusional memiliki kontrol yang lebih kuat dalam mengendalikan dan memonitor para manajer sehingga lebih efisien menekan terjadinya masalah agensi yang ada di perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan dengan tingkat kepemilikan institusional yang tinggi menghadapi masalah agensi yang relatif kecil sehingga diharapkan untuk membagikan dividen dalam jumlah yang lebih kecil. Dengan kata lain, kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen perusahaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Dewi (2008) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. H4 : Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen
METODE PENELITIAN Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan 3 jenis variabel penelitian, yaitu variabel dependen, independen, dan variabel kontrol. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen. Kebijakan dividen diproksikan dengan dividend payout ratio (DPR). DPR dihitung dengan membandingkan dividend per share terhadap earning per share (Amidu dan Abor, 2006). Variabel independen yang digunakan adalah variabel leverage, pertumbuhan perusahaan, collateralizable assets, dan kepemilikan institusional. Variabel leverage diukur dengan Debt to Assets Ratio (DAR). DAR merupakan rasio total hutang terhadap total aset. Rasio ini mengukur seberapa besar aset perusahaan dibiayai dari hutang (Nuringsih, 2005). Variabel pertumbuhan perusahaan diukur dari perubahan total aset perusahaan tahun ini dibanding dengan tahun sebelumnya (Sulistyowati dkk, 2010). Collateralizable assets adalah aset-aset perusahaan yang dapat digunakan sebagai jaminan hutang. Variabel ini diukur dengan membandingkan fixed Assets terhadap total assets (Pujiastuti, 2008). Kepemilikan institusional adalah jumlah kepemilikan saham oleh investor institusi dari luar perusahaan dibandingkan dengan jumlah seluruh saham yang beredar. Pihak institusi yang dimaksud disini adalah semua pihak dalam bentuk lembaga lain yang memiliki saham perusahaan (Djumahir, 2009). Sementara itu, ukuran perusahaan yang diproksikan dengan log natural of total assets digunakan sebagai variabel kontrol. Variabel kontrol digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengeliminir pengaruh dari faktor-faktor di luar variabel yang diuji.
Penentuan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Industri manufaktur dipilih karena hasil penelitian akan lebih relevan dan kuat apabila dilakukan pada jenis atau kelompok yang sama (homogeneous) (Kusuma, 2006). Selain itu, sektor manufaktur merupakan sektor industri yang paling banyak membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya, sehingga diharapkan dengan dipilihnya sektor ini dapat diperoleh jumlah sampel penelitian yang lebih besar. Teknik sampling yang digunakan adalah metode purposive sampling yaitu pemilihan anggota sampel dengan mendasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Sampel yang dipilih memiliki kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2009.
4
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 5
2. 3. 4. 5.
Perusahaan termasuk dalam jenis industri manufaktur. Perusahaan membagikan dividen selama periode 2007- 2009. Perusahaan memiliki laba dan pertumbuhan aset yang positif selama periode 2007-2009. Perusahaan sebagian sahamnya dimiliki oleh pemilik institusional selama periode 2007-2009.
Metode Analisis Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis multivariat regresi linear berganda. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : DPR = α + β1DAR + β2GROW + β3 COLL + β4 INST + β5 SIZE + e Keterangan : DPR = Dividend Payout Ratio DAR = Debt to Assets Ratio GROW = Pertumbuhan Perusahaan COLL = Collateralizable Assets INST = Kepemilikan Institusional SIZE = Ukuran Perusahaan α = Konstanta β1-5 = Koefisien regresi e = Standar error
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Sampel Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari data laporan keuangan. Laporan keuangan perusahaan diperoleh dari pubikasi Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2010. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu menentukan sampel penelitian sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan metode penggabungan data (pooled data) yaitu dengan menjumlahkan seluruh perusahaan yang memenuhi kriteria sampel selama periode 2007-2009. Total perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel penelitian adalah sebanyak 90 perusahaan. Proses pemilihan sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Urutan Pengambilan Sampel Penelitian Keterangan Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Jumlah 426
Indonesia periode 2007-2009 Perusahaan yang membagikan dividen periode 2007-2009
110
Perusahaan yang mencatatkan laba negatif
(1)
Perusahaaan dengan tingkat pertumbuhan negatif
(18)
Perusahaan tidak memiliki kepemilikan saham institusional
(1)
Total sampel penelitian Sumber : Indonesian Capital Market Directory 2010
90
Hasil Analisis Statistik Deskriptif Dari tabel 2 diketahui bahwa rata-rata dari nilai variabel DPR adalah 0,3772 dengan standar deviasi sebesar 0,34386. Nilai DPR tertinggi adalah 2,39 dimiliki oleh PT. Sepatu Bata Tbk pada tahun 2007 sedangkan nilai DPR terendah adalah 0.01 PT SMART Tbk dan PT Bentoel International Investama Tbk pada tahun 2007. Variabel leverage memiliki nilai rata-rata sebesar 0,4284 dengan standar deviasi sebesar 0,19250. Nilai tertinggi DAR adalah 0,89 dimiliki oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2009 dan nilai terendah dimiliki oleh PT. Mandom Indonesia Tbk pada tahun 2008 yaitu sebesar 0,10. Variabel pertumbuhan perusahaan memiliki nilai rata-rata sebesar 0,1968 dan nilai standar deviasi sebesar 0,17508. Nilai terendah dari variabel
5
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 6
ini adalah sebesar 0,01 yang dimiliki oleh PT. Gudang Garam Tbk pada tahun 2008 dengan nilai tertinggi sebesar 0,92 yang dimiliki oleh PT. Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk pada tahun 2007. Variabel collateralizable assets memiliki nilai rata-rata sebesar 0,3000 dan nilai standar deviasi 0,16186. Nilai terendah pada variabel ini adalah sebesar 0,04 yang dimiliki oleh PT. Metrodata Electronics Tbk pada tahun 2007 dan nilai tertinggi sebesar 0,76 yang dimiliki oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2007. Variabel kepemilikan institusional memiliki nilai rata-rata sebesar 0,7362 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,17959. Nilai terendah untuk variabel kepemilikan institusional adalah sebesar 0,12 yang dimiliki oleh PT. Metrodata Electronics Tbk berturut-turut pada tahun 2007, 2008, dan 2009 sedangkan nilai tertinggi dimiliki oleh PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk pada tahun 2009 sebesar 0,99. Variabel ukuran perusahaan diukur dari Natural Logaritma total assets. Tabel 2 menunjukkan nilai tertinggi LnSIZE yaitu sebesar 17,51 yang dimiliki oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk pada tahun 2009. Sementara itu, nilai terendah sebesar 11,05 dimiliki oleh PT Lionmesh prima Tbk pada tahun 2007. Variabel size memiliki nilai rata-rata sebesar 14,2421 dengan nilai standar deviasi sebesar 1,45272. Tabel 2 Hasil Analisis Deskriptif N
Minimum Maximum
DPR 90 .01 DAR 90 .10 GROW 90 .01 COLL 90 .04 INST 90 .12 LnSIZE 90 11.05 Valid N 90 (listwise) Sumber : Output SPSS 16
2.39 .89 .92 .76 .99 17.51
Mean .3772 .4284 .1968 .3000 .7362 14.2421
Std. Deviation .34386 .19250 .17508 .16186 .17959 1.45272
Hasil Uji Normalitas Pengujian normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Dari tabel 3 diketahui bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov Z yang diperoleh dari hasil pengujian adalah sebesar 1,848 dengan nilai signifikansi sebesar 0,002. Nilai signifikan Kolmogorov-Smirnov yang lebih kecil dari tingkat signifikan 0,05 (0,002 < 0,05) menunjukkan bahwa residual data tidak terdistribusi secara normal. Untuk mendapatkan residual data yang
terdistribusi normal maka perlu dilakukan transformasi data dan screening data outlier. Transformasi data yang dilakukan adalah dengan mengubah variabel yang digunakan dalam model menjadi bentuk Logaritma Natural (LN). Sementara itu, nilai residual yang ditetapkan sebagai data outlier adalah pada kisaran 3 sampai 4 (Ghozali, 2007). Hasil pengujian Kolmogorov-Smirnov setelah dilakukan transformasi LN dan membuang 3 data outlier (lihat tabel 4) menunjukkan bahwa nilai residual telah terdistribusi normal. Hasil ini ditunjukkan dengan nilai Kolmogorov Smirnov Z sebesar 0,712 dan tidak signifikan pada 0,05 (0,692 > 0,05). Dengan demikian, penggunaan statistik parametrik dalam pengujian hipotesis dapat dilakukan.
6
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 7
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov Unstandardized Residual N
90
Normal Parameters Most Extreme
a
Differences
Mean Std. Deviation
.0000000 .33256387
Absolute
.195
Positive
.195
Negative
.145
Kolmogorov-Smirnov Z
1.848
Asymp. Sig. (2-tailed) Sumber : Output SPSS 16
.002
Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov setelah Transformasi LN dan Screening Data Outlier Unstandardized Residual N
87
Normal Parameters Most Extreme
a
Differences
Mean Std. Deviation
.0000000 .64065319
Absolute
.076
Positive
.076
Negative
-.041
Kolmogorov-Smirnov Z
.712
Asymp. Sig. (2-tailed) Sumber : Output SPSS 16
.692
Hasil Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Park. Berdasarkan hasil uji Park pada tabel 5 diketahui bahwa nilai t untuk semua variabel independen tidak ada yang signifikan pada tingkat signifikan 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak tejadi heteroskedastisitas. Tabel 5 Hasil Uji Park Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model 1
B
(Constant) 1.703 LnDAR .581 LnGROW -.344 LnCOLL .136 LnINST .161 LnSIZE -.265 Sumber : Output SPSS 16
Std. Error
Beta
t
Sig.
2.627 .428 .243 .375 .624 .163
.159 -.161 .044 .030 -.197
.648 1.359 -1.416 .364 .259 -1.624
.519 .178 .161 .717 .796 .108
7
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 8
Hasil Uji Autokorelasi Uji Durbin-Watson digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam penelitian ini. Dari hasil regresi diperoleh nilai uji Durbin-Watson sebesar 1,981 (lihat tabel 6). Berdasar tabel DW dengan menggunakan n = 87 dan parameter k = 5, diperoleh nilai du = 1,7745 sehingga nilai du < d < 4 – du adalah 1,7745 < 1,981 < 2,019. Dari hasil perhitungan tersebut, nilai Durbin Watson persamaan regresi pada penelitian ini adalah pada kisaran tidak ada autokorelasi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada persamaan regresi dalam penelitian ini. Tabel 6 Hasil Uji Durbin-Watson Model Durbin-Watson 1 1.981 Sumber : Output SPSS 16
Hasil Uji Multikolinearitas Hasil perhitungan nilai tolerance yang terdapat pada tabel 7 menunjukkan bahwa semua variabel independen memiliki nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi antar variabel independen atau dengan kata lain model regresi yang digunakan bebas dari multikolinearitas. Tabel 7 Hasil Uji Multikolinearitas Varians Collinearity Statistics Model 1 (Constant)
Tolerance
VIF
LnDAR
.851
1.176
LnGROW
.904
1.107
LnSIZE
.794
1.259
LnCOLL
.784
1.276
LnINST .865 Sumber : Output SPSS 16
1.156
Hasil Penelitian dan Pembahasan Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan telah lolos uji asumsi klasik sehingga pengujian hipotesis dapat dilakukan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t dengan menetapkan taraf signifikan sebesar 5%. Hasil pengujian hipotesis selanjutnya dapat dilihat pada tabel 8. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian, hipotesis pertama yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen ditolak. Kurang ketatnya penerapan debt covenant di Indonesia diduga sebagai penyebab variabel leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini didukung dengan data sampel dalam penelitian ini yang menunjukan bahwa terdapat beberapa perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi justru memliki rasio deviden yang besar. Salah satu perusahaan tersebut diantaranya adalah PT. Tunas Ridean Tbk, dimana pada tahun 2008 perusahaan tercatat memiliki rasio hutang sebesar 0,71 dan rasio dividen sebesar 0,96. Dari data tersebut menunjukkan bahwa penerapan debt covenance di Indonesia tidak membatasi perusahaan untuk membagikan dividen dalam jumlah yang besar. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Sulistyowati, dkk (2010) yang tidak menemukan pengaruh signifikan variabel leverage terhadap kebijakan dividen. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitian yang digunakan. Sulistyowati, dkk (2010) menggunakan objek penelitian perusahaan-perusahaan yang masuk dalam pemeringkatan
8
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 9
Corporate Governance Perception Index (CGPI), sedangkan objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Nuringsih (2005), Dewi (2008), dan Pujiastuti (2008) yang menemukan pengaruh negatif dan signifikan variabel leverage terhadap kebijakan dividen. Tabel 8 Hasil Uji t
Model 1 (Constant)
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta
3.223 LnDAR -.228 LnGROW -.087 LnCOLL -.113 LnINST .564 LnSIZE .113 Sumber : Output SPSS 16
.885 .144 .082 .126 .210 .055
-.172 -.112 -.101 .289 .232
Arah Yang Keputusan diperkirakan t
Sig.
-3.641
.000
-1.586 -1.062 -.895 2.682 2.066
.117 .292 .373 .009 .042
Negatif Negatif Positif Negatif Positif
Ditolak Ditolak Ditolak Ditolak Diterima
Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian, hipotesis kedua yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen ditolak. Tidak ditemukannya pengaruh yang signifikan dari variabel pertumbuhan perusahaan mungkin disebabkan karena sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini termasuk dalam kategori perusahaan besar. Perusahaan besar cenderung memiliki alternatif pendanaan yang lebih banyak, sehingga perusahaan menjadi kurang bergantung pada pendanaan internal. Ketika perusahaan membutuhkan tambahan dana untuk membiayai pertumbuhannya, maka perusahaan tidak mengurangi porsi dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham melainkan akan mencari pendanaan eksternal di pasar modal. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh pada besar kecilnya dividen yang dibagikan oleh perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Sulistyowati, dkk (2010) yang tidak menemukan pengaruh signifikan variabel pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan dividen. Variabel pertumbuhan perusahaan terbukti tidak mempengaruhi keputusan perusahaan dalam menentukan besarnya porsi dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham dan porsi laba yang akan ditahan. Sementara itu, hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Wahyudi dan Baidori (2008) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pertumbuhan perusahaan, maka dividen yang dibagikan akan semakin kecil. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel collateralizable assets tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian, hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa collateralizable assets berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen ditolak. Alasan tidak ditemukannya pengaruh yang signifikan dari variabel collateralizable assets diduga disebabkan karena rendahnya tingkat hutang obligasi di Indonesia. Hal ini dapat diartikan bahwa konflik antara pemegang saham dan pemegang obligasi di Indonesia relatif rendah atau dapat dikatakan tidak ada terutama pada beberapa perusahaan sampel yang tercatat tidak memiliki hutang obligasi. Akibatnya, collateralizable assets sebagai faktor yang dapat menjembatani kepentingan kedua pihak tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam pengambilan keputusan kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Pujiastuti (2008) yang tidak menemukan pengaruh signifikan variabel collateralizable assets terhadap kebijakan dividen. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek dan periode penelitian yang digunakan. Pujiastuti (2008) menggunakan objek penelitian perusahaan sektor manufaktur dan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2000-2005, sedangkan penelitian ini menggunakan objek perusahaan sektor manufaktur periode 2007-2009. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil
9
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 10
penelitian Wahyudi dan Baidori (2008) yang menemukan pengaruh positif dan signifikan variabel collateralizable assets terhadap kebijakan dividen. Hipotesis keempat yang diajukan dalam penelitian ini adalah kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Dari hasil uji t diketahui bahwa variabel kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian, hipotesis keempat ditolak karena arah hubungan yang diperkirakan tidak sesuai dengan hasil pengujian hipotesis. Adanya pengaruh positif dari variabel kepemilikan institusional ini dapat dijelaskan dengan menggunakan Tax Based Hypothesis. Afza dan Mirza (2011) menyatakan bahwa pemilik institusional akan memperoleh insentif pajak dari return yang mereka peroleh dalam bentuk dividen. Pajak dividen dikurangkan langsung dari sumbernya, sehingga pendapatan yang diperoleh dari dividen tidak dimasukkan dalam perhitungan pajak total pendapatan. Akibatnya, perusahaan dengan tingkat kepemilikan institusional yang tinggi cenderung akan membagikan dividen dalam jumlah yang besar. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Djumahir (2009) yang menemukan pengaruh positif kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen. Adapun yang membedakan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah Djumahir (2009) tidak menemukan pengaruh yang signifikan. Hasil ini tidak mendukung hasil penelitian Dewi (2009) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional maka dividen yang dibagikan akan semakin kecil. Hasil Uji t menunjukkan bahwa variabel kontrol ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka akan semakin besar dividen yang dibagikan. Perusahaan besar memiliki kemudahan akses untuk masuk ke pasar modal, sehingga akan mengurangi ketergantungan perusahaan pada pendanaan yang bersumber dari laba ditahan. Hal ini menyebabkan perusahaan besar memiliki kemampuan untuk mendistribusikan dividen dalam jumlah yang lebih besar dibanding perusahaan dengan total aset yang lebih kecil. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Dewi (2008) yang menemukan pengaruh positif dan signifikan variabel ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Perbedaan hasil penelitian ini dengan hasil penelitian sebelumnya terletak pada proksi yang digunakan. Dewi (2008) mennggunakan proksi market value, sedangkan penelitian ini menggunakan proksi log natural of total asset. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Nuringsih (2005) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
KESIMPULAN DAN KETERBATSAN Penelitian ini mengkaji sejauh mana agency theory dan pecking order theory dalam mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Variabel leverage, collateralizable assets, dan kepemilikan institusional digunakan sebagai proksi dari agency theory, sedangkan pecking order theory diproksikan dengan variabel pertumbuhan perusahaan. Variabel ukuran perusahaan dimasukkan ke dalam model penelitian sebagai variabel kontrol. Analisis dilakukan dengan menggunakan data laporan keuangan perusahaan yang diperoleh dari publikasi Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel leverage, pertumbuhan perusahaan, collateralizable assets, kepemilikan institusional, dan variabel kontrol ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Namun, secara parsial hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar variabel yang diteliti dalam penelitian ini tidak berpengaruh signifikan diantaranya adalah variabel leverage, pertumbuhan perusahaan dan collateralizable assets. Kepemilikan institusional menjadi faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Selain itu, variabel kontrol ukuran perusahaan terbukti memiliki pengaruh terhadap besar kecilnya dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham. Implikasi dari penelitian ini adalah rasio pembagian dividen perusahaan manufaktur di Indonesia akan meningkat pada perusahaan yang memiliki kepemilikan institusional yang tinggi dan total aset yang besar. Pemilik institusional lebih menyukai return saham yang diperoleh dari dividen dibanding capital gain. Hal ini disebabkan karena pajak dividen dikurangkan langsung dari sumbernya, sehingga dividen akan memberikan keuntungan pajak bagi para pemilik institusional. Semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional, maka akan semakin besar dividen yang
10
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 11
dibagikan. Sementara itu, perusahaan dengan total aset yang besar cenderung membagikan dividen yang lebih besar dibanding perusahaan dengan total aset kecil. Perusahaan besar memiliki kemudahan akses untuk masuk ke pasar modal dan karenanya perusahaan menjadi kurang bergantung pada laba ditahan. Hal ini membuat perusahaan besar memiliki kemampuan untuk mendistribusikan laba yang lebih besar kepada para pemegang saham. Akhirnya, penelitian ini tidak mampu memberikan bukti empiris untuk mendukung teori agensi dan teori pecking order pada kebijakan dividen perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, data yang digunakan dalam penelitian hanya terbatas pada data laporan keuangan yang bersumber dari publikasi Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2010 tanpa menggunakan sumber data lainnya sebagai pembanding untuk meminimalisir adanya kesalahan data. Kedua, penelitian ini tidak mengklasifikasikan kepemilikan institusional berdasarkan jenisnya, sehingga tidak diketahui bagaimana pengaruh dan preferensi dari masing-masing jenis kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen. Atas dasar keterbatasan tersebut, maka saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah pertama, penelitian yang akan datang sebaiknya menggunakan dua sumber data yaitu data laporan keuangan ICMD dan annual report masing-masing perusahaan agar data dapat diperbandingkan. Kedua, penelitian selanjutnya dapat mengklasifikasikan kepemilikan institusional berdasarkan jenisnya, diantaranya adalah Government, Bank & Insurance, Holding Company, dan Others.
REFERENSI Afza, T. dan H.H. Mirza. 2011. “Institutional Shareholdings and Corporate Dividend Policy in Pakistan”. African Journal of Business Management, Vol. 5, No. 22, pp 8941-8951. Al-Ajmi, J. dan H.A. Hussain. 2011. “Corporate Dividends Decisions: Evidence from Saudi Arabia”. The Journal of Risk Finance, Vol. 12, No. 1, pp. 41-56. Al-Malkawi, H.N. 2007. “Determinants of Corporate Dividend Policy in Jordan: an Application of The Tobit Model”. Journal of Applied Accounting Research, Vol. 23, pp. 44-70. Amidu, A. dan J. Abor. 2006. “Determinant of Dividend Payout Ratios in Ghana”. The Journal of Risk Finance, Vol. 7, No. 2, pp. 136-145. Chen, J. dan N. Dhiensiri. 2009. “Deteminant of Dividend Policy : The Evidence from New Zealand”. International Research Journal of Finance and Economics. Dewi, S.C. 2008. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 10, No. 1, h. 47-58. Djumahir. 2009. “Pengaruh Biaya Agensi, Tahap Daur Hidup Perusahaan, dan Regulasi terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 11, No. 2, h. 144-153. Ghozali, I. 2007, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro Gujarati, D. 2003. Basic Econometrics. Fourth Edition. New York : Mc Graw Hill. Hussainey, K., C.O. Mgbame, dan A.M. Chijoke-Mgbame. 2011. “Dividend policy and share price volatility: UK evidence”. The Journal of Risk Finance, Vol. 12, No. 1, pp. 57-68.
11
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 12
Jensen, M.C dan W.H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics, Vol. 3, No. 4, pp. 305-360. Kieso, D.E. dan J.J. Wseygandt. 2002. Intermediate Accounting. New York : John Wiley and Sons, Inc. Kouki, M. dan M. Guizani. 2009. “Ownership Structure and Dividend Policy Evidence from the Tunisian Stock Market”. European Journal of Scientific Research, Vol. 25, No. 1, pp. 4253. Kusuma, H. 2006. “Efek Informasi Asimetri terhadap Kebijakan Dividen”. JAAI, Vol. 10, No. 1, h. 1-12. Nuringsih, K. 2005. “Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang, ROA, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen : studi 1995 – 1996”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 2, No. 2, pp.103-123. Pujiastuti, T. 2008. “Agency Cost terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur dan Jasa yang Go Public di Indonesia”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 12, No.2, h. 183-197. Riyanto, B. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE. Rosdini, D. 2009. “Pengaruh Free Cash Flow terhadap Dividend Payout Ratio”. Paper disajikan pada Research Days Faculty of Economics - Padjadjaran University, Bandung, Oktober 2009. Sekaran, U. 2003. Research Methods For Business, Fourth Edition. United State of America : John Wiley and Sons. Inc. Sugeng, B. 2009. “Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Struktur Modal terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 14, No. 1, h. 37-48. Sujoko dan U. Soebiantoro. 2007. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern Dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 9, No. 1, h. 41-48. Sulistyowati, I., R. Anggraini, dan T.H. Utaminingtyas. 2010. “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Growth terhadap Kebijakan Dividen dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Intervening”. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto. Wahyudi, E., Baidori. 2008. “Pengaruh Insider Ownership, Collateralizable Assets, Growth in Net Assets, dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2006. Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 6, No. 3.
12