DINAMIKA POPULASI PLANKTON DALAM AREA PUSAT PENANGKAPAN BENUR DAN NENER DI PERAIRAN PANTAI KECAMATAN SUPPA KABUPATEN PINRANG, SULAWESI SELATAN
NUR ASIA UMAR
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ……………………………………………………….....
xii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………….……...........
xiv
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………..... xviii I
II
III
IV
PENDAHULUAN …………………………………………………...
1
Latar Belakang …………………………………………………….. Rumusan Masalah ………………………………………………..... Tujuan dan Kegunaan ……………………………………………...
1 3 7
TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………..
8
Distribusi dan Kelimpahan Fitoplankton ………………………….. Pertumbuhan Fitoplankton dan Produktivitas Primer ……………... Distribusi dan Kelimpahan Zooplankton ………………………….. Pemangsaan Zooplankton Terhadap Fitoplankton ............................ Benur, Nener dan Larva Lainnya ...................................................... Parameter Lingkungan dan Nutrien ..................................................
8 10 11 14 20 25
METODE PENELITIAN ………………………………………….....
31
Waktu dan Lokasi ............................................................................. Pengambilan Data ............................................................................. Pengukuran Parameter Lingkungan ............................................. Pengambilan Sampel Plankton dan Larva .................................... Pengukuran Produktivitas Primer ................................................. Pengamatan Pemangsaan ............................................................. Analisis Data ..................................................................................... Parameter Lingkungan ................................................................. Produktivitas Primer ..................................................................... Distribusi dan Kelimpahan Plankton, Benur, Nener dan Larva Lainnya ......................................................................................... Pemangsaan Plankton ................................................................... Dinamika Populasi Plankton ........................................................
31 32 32 33 35 36 38 39 40 41 41 43
HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………
44
Parameter Lingkungan …………………………………………….. Suhu …………………………………………………………….. Salinitas ………………………………………………………… Kadar Oksigen Terlarut (DO) ...................................................... Kecepatan Arus ………………………………………………… Kadar Nutrien …………………………………………………... Parameter Lingkungan Berdasarkan Musim Benur dan Nener ....................................................................................... Karakteristik Lokasi Penelitian ...............................................
44 44 46 48 50 51
x
52 54
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Fitoplankton memiliki peranan penting dalam ekosistem perairan, sebagai organisme autotrof yang mampu mensintesis sejumlah bahan organik dari bahan anorganik melalui proses fotosintesis (Nybakken 1992; Nontji 1987). Produksi primer yang dihasilkan oleh fitoplankton ini sangat penting bagi kehidupan organisme lainnya di dalam suatu perairan. Dalam struktur rantai makanan fitoplankton dikonsumsi oleh zooplankton dan selanjutnya kedua golongan plankton ini menjadi sumber makanan utama berbagai jenis organisme pada stadia awal perkembangannya.
Larva berbagai jenis ikan, udang dan hewan yang
memiliki nilai ekonomis penting memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap kelimpahan fitoplankton dan zooplankton di perairan pantai (Hinrichsen et al. 2002). Produksi primer yang dihasilkan oleh fitoplankton sangat ditentukan oleh kelimpahan dan komposisi jenis fitoplankton yang ada dalam suatu perairan. Komposisi jenis dan kelimpahan fitoplankton sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan aktivitas pemangsaan oleh zooplankton dan organisme planktivor lainnya. Nutrien dan cahaya merupakan parameter lingkungan laut yang memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kelimpahan fitoplankton di laut maupun perairan pantai.
Intensitas pemangsaan melalui grazing zooplankton dan
pemangsaan oleh larva berbagai jenis hewan tingkat tinggi juga merupakan faktor utama yang cukup berpengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton. Ekosistem perairan pantai yang relatif dinamis mengalami perubahan baik dalam skala waktu harian melalui pasang surut maupun skala musiman yang terkait dengan proses fisik yang mengalami siklus musiman seperti curah hujan, masukan nutrien melalui run off, intensitas penyinaran dan suhu yang akan mempengaruhi dinamika populasi fitoplankton secara musiman di pantai. Oleh karena itu produktivitas primer akan mengalami dinamika sesuai dengan dinamika populasi fitoplankton yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan aktivitas pemangsaan. Dinamika populasi plankton (sebagai sumber makanan) jelas akan
2 mempengaruhi kelimpahan dan kelangsungan hidup populasi benur, nener dan larva beberapa hewan tingkat tinggi lainnya. Berkaitan dengan pemangsaan terhadap populasi fitoplankton maupun zooplankton, larva udang windu (Penaeus monodon Fab.) dan larva ikan bandeng (Chanos chanos Forsk.) merupakan larva yang secara musiman mempengaruhi kelimpahan fitoplankton dan zooplankton di beberapa perairan pantai di pesisir pantai barat Sulawesi Selatan. Pada stadia larva kedua jenis ini mengkonsumsi plankton sebagai makanan utamanya. Oleh karena itu kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh ketersediaan plankton di pantai. Kelimpahan benur dan nener secara musiman sangat ditentukan oleh jumlah larva yang dihasilkan dari pemijahan dan selanjutnya kelangsungan hidup pada perkembangan stadia larva sangat dipengaruhui oleh ketersediaan makanannya. Penangkapan benur dan nener dari alam telah lama dilakukan oleh masyarakat pesisir pantai di Sulawesi Selatan.
Sampai saat ini penangkapan
benur dan nener itu masih cukup intensif dilakukan terutama pada daerah-daerah tertentu seperti di Kabupaten Pinrang, Barru, dan Bantaeng. Bahkan akhir-akhir ini teknik penangkapan tradisionil dengan menarik jaring (seser) oleh tenaga manusia semakin dikembangkan dengan cara menggunakan perahu motor tempel. Indikasi ini menunjukkan bahwa minat para petani tambak untuk menggunakan benur dan nener alami masih terus meningkat, meskipun penyediaan benih dari hatchery dengan harga lebih murah dan jumlah yang banyak juga semakin meningkat. Hal ini disebabkan adanya beberapa keunggulan benur dan nener alami dibandingkan dengan produksi hatchery, seperti daya tahan dan tingkat kelangsungan hidup yang relatif lebih tinggi, namun jumlah dan kontinyuitasnya sangat terbatas dan tergantung pada musim. Kegiatan penangkapan benur dan nener pada beberapa sentra penangkapan dilakukan secara musiman, mengikuti kelimpahan populasinya di alam. Puncak musim biasanya terjadi pada musim barat. Populasi benur dan nener pada musim tersebut mencapai kepadatan yang sangat tinggi dan biasanya berlangsung hanya beberapa bulan saja. Secara alamiah dengan meningkatnya populasi benur dan nener di alam pada musim tertentu akan berpengaruh terhadap populasi plankton sebagai mangsa.
Karena adanya perubahan kondisi lingkungan dan tekanan
3 pemangsaan pada musim tersebut maka populasi fitoplankton akan mengalami perubahan sesuai keseimbangan antara daya dukung lingkungan dan laju pemangsaan. Melihat gejala ini maka dapat diduga bahwa ada faktor-faktor yang menyebabkan populasi benur dan nener itu sangat melimpah pada musim tersebut. Faktor-faktor apa saja yang sangat erat kaitannya dengan kelimpahan tersebut sejauh ini masih dikaitkan dengan waktu pemijahan ikan dan udang dewasa. Sementara informasi mengenai beberapa parameter bioekologi masih terbatas. Bagaimana hubungan antar populasi plankton dengan kelimpahan benur dan nener berikut mekanisme mangsa memangsa yang membentuk dinamika populasinya merupakan salah satu kajian yang dianggap perlu untuk diteliti.
Hal ini
merupakan salah satu yang melatarbelakangi sehingga penelitian ini dilaksanakan. Rumusan Masalah Pola musim melimpahnya larva benur dan nener adalah pada musim barat sekitar bulan Desember sampai Februari (musim barat yaitu Desember sampai Februari, musim pancaroba I Maret sampai Mei, musim timur yaitu Juni sampai Agustus, musim pancaroba II yaitu September sampai Nopember). Musim ini pada beberapa pantai di sepanjang pantai barat Sulawesi Selatan sangat terkait dengan musim pemijahan udang dan ikan bandeng. Pola angin dan arus pada musim tersebut menyebabkan terbawanya benur dan nener yang baru menetas dari laut menuju pantai. Konsentrasi larva yang tinggi di perairan pantai menyebabkan tekanan pemangsaan terhadap plankton terutama fitoplankton relatif cukup besar. Akibatnya terjadi perubahan kelimpahan populasi plankton yang cukup cepat dan akhirnya menyebabkan perubahan pula pada produktivitas primer.
Jika
produktivitas primer tidak meningkat dari waktu sebelum puncak hingga kelimpahan benur dan nener mencapai puncaknya, maka akibatnya dapat dipastikan bahwa sebagian besar benur dan nener akan mati karena kekurangan makanan, hal ini sesuai dengan pernyataan Smith dan Eppley (1982) yang menyatakan bahwa produksi ikan anchovy berhubungan erat dengan produktivitas primer.
Produksi rata-rata musiman ikan anchovy paling tinggi ketika
produktivitas meningkat dan sekitar 50% variasi jumlah larva anchovy ditentukan
4 oleh variasi produktivitas primer.
Sebaliknya jika laju produktivitas primer
meningkat pada puncak musim hingga mencapai titik yang dapat mendukung populasi benur dan nener sehingga terjadi keseimbangan dengan tekanan pemangsaan maka jelas bahwa kematian populasi benur dan nener bukan akibat kekurangan makanan. Untuk menjelaskan kejadian tersebut maka perlu dilakukan penelitian cermat yang mempelajari hubungan antara kelimpahan plankton dan produktivitas primer dengan kelimpahan populasi benur dan nener
di lokasi
penelitian. Populasi plankton yang tersusun dari berbagai taksa atau genera sangat memungkinkan adanya perbedaan respon baik terhadap faktor lingkungan maupun terhadap tekanan pemangsaan. Karena diduga bahwa tidak semua jenis fitoplankton dan zooplankton dikonsumsi dalam jumlah yang sama oleh populasi benur dan nener, maka hal ini berpotensi menyebabkan perbedaan dalam kelimpahan dan dinamika populasi antar jenis plankton. Apabila masalah ini hanya dilihat dari perubahan produktivitas primer pada tingkat populasi maka sangat sulit untuk menjelaskan terjadinya perbedaan antar jenis tersebut. Dengan demikian masalah ini memerlukan pengamatan melalui pemangsaan yang mampu mengidentifikasi paling tidak pada tingkat genera. Untuk menjelaskan lebih detail mengenai dinamika populasi plankton diperlukan fakta-fakta yang lebih detail mengenai pola perubahan distribusi dan kelimpahan diantara genera-genera penyusun
populasi
tersebut
berdasarkan
responnya
terhadap
perubahan
lingkungan dan pemangsaan benur dan nener. Benur dan nener yang bersifat planktonik dan juga makan plankton sangat dipengaruhi oleh populasi fitoplankton dan zooplankton serta larva hewan tingkat tinggi lainnya. Ketika mencapai puncak musim, peningkatan populasi benur dan nener yang tinggi mutlak memerlukan banyak makanan.
Masalahnya adalah
apakah daya dukung lingkungan (berdasarkan kelimpahan dan produktivitas primer) mampu memenuhi kebutuhan benur dan nener serta jenis apa saja yang menjadi makanannya, pemangsa dan pesaing dalam perebutan sumberdaya bagi benur dan nener dari sekian banyak jenis plankton yang ada. Jika telah diketahui berpengaruh, seberapa besar pengaruh perubahan populasi plankton terhadap perubahan populasi benur dan nener? Bagaimana respon perubahan populasi
5 plankton maupun benur dan nener terhadap perubahan parameter lingkungan? Oleh karena itu agar masalah tersebut dapat dijelaskan perlu dilakukan penelitian yang mempelajari dinamika populasi plankton, benur dan nener serta larva lainnya yang juga bersifat planktonik, termasuk pengaruh parameter lingkungan terhadap populasi plankton yang ada di dalamnya. Permasalahan yang dijelaskan di atas dapat dijawab melalui penelitian dengan melakukan serangkaian kegiatan seperti pengambilan data kelimpahan plankton dan pengukuran beberapa parameter lingkungan dalam waktu yang bersamaan secara periodik dan meliputi waktu sebelum, pada saat dan setelah puncak musim benur dan nener, pengukuran produktivitas dan pengamatan laju pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap plankton. Melalui kerangka berfikir dan sesuai dengan tujuan penelitian ini maka rumusan masalah dalam penelitian ini secara skematis ditunjukkan dalam diagram seperti dalam Gambar 1. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dibuat hipotesis dalam penelitian ini yaitu: (1) Kelimpahan plankton dan produktivitas primer pada puncak musim lebih tinggi jika dibandingkan dengan sebelum dan sesudah puncak musim benur dan nener. (2) Laju pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap populasi plankton tergantung pada kelimpahan plankton dan terjadi kompetisi antara benur, nener dan larva lain dalam memangsa plankton. (3) Dinamika populasi plankton dipengaruhi oleh parameter lingkungan dan pemangsaan
oleh
benur, nener dan larva lainnya, perubahan populasi
plankton mempengaruhi perubahan populasi benur dan nener dan ada spesies plankton tertentu yang berkorelasi kuat dengan kelimpahan benur dan nener.
6
Gambar 1 Diagram Alir Kerangka Rumusan dan Pemecahan Masalah Penelitian. F (Fitoplankton), Z (Zooplankton), B/N (Benur/Nener), L (Larva Lain), PP (Produktivitas Primer).
7 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan utama penelitian ini adalah: (1) Untuk mempelajari bagaimana hubungan antara parameter lingkungan, kelimpahan plankton dan produktivitas primer dengan kelimpahan benur dan nener di lokasi penelitian. (2) Mengkaji dinamika populasi plankton, benur dan nener sebelum, pada saat, dan setelah puncak musim benur dan nener. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar mengenai karakteristik perairan pantai, kapasitas daya dukung dan dinamika sistem planktonik serta pengaruhnya terhadap populasi benur dan nener. Selain itu diharapkan dari pengetahuan tentang dinamika populasi plankton di lokasi penelitian dapat menjadi acuan dasar dalam merumuskan kebijakan untuk upaya peningkatan populasi benur dan nener.
II. TINJAUAN PUSTAKA Distribusi dan Kelimpahan Fitoplankton Distribusi biogeografis plankton sangat ditentukan oleh faktor lingkungan, seperti cahaya, temperatur, salinitas, nutrien, pH, arah dan kecepatan arus. Faktor tersebut sangat menentukan keberadaan dan kesuksesan spesies plankton di suatu lingkungan (Parsons et al. 1984; Valiela 1984). Lebih lanjut Parsons et al. (1984) mengemukakan bahwa tidak mudah untuk menjelaskan kondisi yang berlaku umum tentang penyebaran fitoplankton secara horisontal di laut. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kondisi ekologi pada bagian-bagian laut yang berbeda, seperti di daerah pantai dan estuari, pesisir pantai dan laut lepas. Ada kecenderungan persebaran fitoplankton bersifat lebih mengelompok di daerah neritik dibanding dengan di oseanik (lepas pantai). Kecenderungan
pengelompokan
fitoplankton
secara
horisontal
kemungkinan berhubungan dengan variasi parameter fisika, kimia dan biologi (salinitas, turbulensi, dan pemangsaan). Keragaman distribusi horisontal ini lebih nampak di daerah dekat pantai, estuari, dan teluk dibanding di laut terbuka. Umumnya fitoplankton di laut terbuka kurang melimpah dan distribusinya lebih merata dibandingkan dengan fitoplankton di dekat pantai (Lorenzen 1971; Venrick 1972, diacu dalam Levinton 1982). Secara spasial dan musiman, penyusun biomassa dan ukuran sel fitoplankton di daerah paparan benua sebelah timur laut Selandia Baru berkaitan dengan keterbatasan nutrien, cahaya dan pemangsaan. Pada awal musim semi dan selama turbulensi dan upwelling musim dingin fitoplankton didominasi oleh diatom berbentuk rantai dan berukuran besar. Blooming menurun pada akhir musim semi karena keterbatasan nutrien, diatom berukuran lebih kecil bertepatan dengan munculnya dinoflagellata, nannoflagellata kecil dan picofitoplankton pada awal dan akhir musim panas (Chang et al. 2003). Cahaya sangat menentukan persebaran fitoplankton di laut. Fitoplankton dapat beradaptasi dengan kondisi cahaya yang masuk dalam perairan, sehingga didapatkan adanya fitoplankton tipe terang (sun type) dan tipe teduh (shade type).
9 Fitoplankton tipe terang hidup di permukaan dan mempunyai kemampuan untuk beradaptasi menggunakan intensitas cahaya tinggi dengan efisien (Nontji 1984). Nontji (1975) yang telah meneliti 38 stasiun di daerah upwelling Laut Banda mendapatkan rata-rata kandungan klorofil-a untuk kedalaman 0, 25, 50, 75 dan 100 meter masing-masing sebesar 0.26, 0.38, 0.33, 0.18 dan 0.08 mg/m3. Klorofil-a maksimum umumnya ditemukan pada kedalaman 25 dan 50 meter.
Sedangkan Dickson dan Wheeler (1993) mendapatkan adanya
perbedaan kedalaman konsentrasi klorofil-a maksimum menurut letak lintang di garis bujur 152oB. Pada lintang 28oU, 37oU, 42oU dan 48oU secara berurut memiliki kedalaman konsentarsi klorofil-a maksimum yaitu 130, 100, 40 dan 0 meter. Sejalan dengan hal itu, Matsumura-Tundisi et al. (1997) berdasarkan hasil penelitiannya di bagian timur Lautan Hindia menyatakan bahwa sebaran konsentrasi klorofil-a pada bagian atas lapisan permukaan tercampur sangat sedikit, dan mulai meningkat menuju bagian bawah dari lapisan permukaan tercampur dan menurun secara drastis pada lapisan termoklin hingga tidak ada lagi klorofil-a di bawah lapisan termoklin. Perbedaan kelimpahan dan spesies yang mendominasi komunitas fitoplankton pada tiga perairan teluk (Jakarta, Lampung dan Semangka) yang berbeda didapatkan dari hasil penelitian Damar (2003). Meskipun pada ketiga teluk komunitas fitoplankton didominasi oleh diatom, namun terdapat perbedaan dalam tingkat genus dan spesies yang mendominasi. Spesies dari diatom kecil yang berbentuk rantai Skeletonema costatum dan Chaetoceros spp. terutama mendominasi daerah lepas pantai di Teluk Jakarta, sementara di perairan pantai yang kurang teraduk Chyanophycea (Trichodesmium spp.) dan Dinophyceae (Ceratium spp. dan Dynophysis caudata) juga ditemukan tetapi dengan jumlah yang relatif terbatas dibandingkan dengan diatom. Teluk Lampung dan Teluk Semangka lebih didominasi oleh
Chaetoceros spp., di daerah yang kurang
teraduk dan lebih terstratifikasi di mulut sungai didapatkan dinoflagellata dan cyanophyceae yang lebih melimpah dibandingkan dengan di lepas pantai. Distribusi vertikal klorofil di laut pada umumnya berbeda menurut waktu, pada suatu saat ditemukan maksimum di dekat permukaan, namun di lain waktu mungkin lebih terkonsentrasi di bagian bawah kedalaman eufotik (Steel & Yentch
10 1960, diacu dalam Parsons et al.1984). Hal ini didukung oleh kenyataan yang didapatkan oleh Setiapermana et al. (1992) di Lautan Hindia bagian timur dan Arinardi (1994) di Teluk Jakarta yang menunjukkan adanya perbedaan distribusi klorofil-a pada musim yang berbeda. Mann dan Lazier (1991) menyatakan bahwa secara umum produktivitas primer fitoplankton dipengaruhi oleh berbagai aspek fisika di laut.
Pertumbuhan Fitoplankton dan Produktivitas Primer Respon fitoplankton terhadap intensitas cahaya sangat dipengaruhi oleh pigmen yang dikandungnya.
Perbedaan pigmen yang dikandung antara jenis
fitoplankton menyebabkan perbedaan intensitas cahaya yang diabsorbsi. Hal ini berpengaruh terhadap tingkat efisiensi fotosintesis.
Lebih spesifik Levinton
(1982) menyatakan bahwa fitoplankton berfotosintesis menggunakan klorofil a, c dan pigmen tambahan seperti protein fucoxanthin dan peridinin yang secara lengkap menggunakan semua cahaya dalam spektrum tampak. Cahaya dengan panjang gelombang lebih dari 600 nm diabsorbsi oleh klorofil dan yang kurang dari 600 nm diabsorbsi oleh pigmen tambahan. Gabric dan Parslow (1989) menyatakan bahwa faktor fisik utama yang mengontrol produksi fitoplankton di daerah eutrofik adalah percampuran vetikal, penetrasi cahaya dalam kolom air dan laju pengendapan sel-sel fitoplankton itu sendiri. Sharples et al. (2001) mendapatkan konsentrasi klorofil-a maksimum di lapisan termoklin pada perairan terstratifikasi sempurna di bagian barat Selat Inggris. Konsentrasi klorofil-a maksimum (sekitar 45 mg/m3) pada kedalaman sekitar 30 meter dengan ketebalan sekitar 5 meter.
Kedalaman tersebut
merupakan lapisan di sekitar batas bawah lapisan termoklin dan sangat dekat dengan lapisan dimana kandungan kadar nitrat sangat tinggi.
Maksimumnya
konsentrasi klorofil-a pada kedalaman tersebut berkaitan dengan intensitas cahaya, konsentrasi nitrat dan energi disipasi turbulensi akibat pengaruh pasang surut. Observasi selama satu dekade di utara Teluk San Fransisco menunjukkan bahwa biomassa fitoplankton estuari berfluktuasi dalam skala waktu beberapa hari hingga beberapa minggu, dan kebanyakan variasi tersebut berhubungan dengan
11 fluktuasi energi pasang surut. Blooming biomassa fitoplankton meningkat dari 2 - 4 mg klorofil-a per m3 sampai puncaknya 20 - 40 mg klorofil-a per m3 kemudian menurun kembali dalam beberapa minggu.
Peningkatan biomassa
terjadi selama pasang perbani dan setiap penurunan bersesuaian dengan pasang purnama. Hal ini menunjukkan bahwa variasi harian laju percampuran vertikal akibat pasang surut kemungkinan mengontrol dinamika blooming fitoplankton di estuari (Cloern 1991). Hasil penelitian Peperzak et al. (2003) mengenai laju pengendapan fitoplankton di wilayah Rhine yang mendapat pengaruh air tawar tidak memperlihatkan adanya hubungan linier antara ukuran fitoplankton (< 10 sampai > 1000 µm) dengan laju pengendapan (–0.4 sampai > 2.2 m hari-1) 24 spesies dan genus fitoplankton autotrof.
Faktanya, di bawah kondisi nutrien cukup laju
pengendapan diatom (Chaetoceros radicans), Rhizosolenia shrubsolei dan Rhizosolenia
stolterfothii
menurun
dengan
meningkatnya
pengendapan koloni yang besar dari prymnesiophyte
ukuran.
Laju
Phaeocystis globosa
berkorelasi negatif dengan ukuran dan berkorelasi positif dengan bouyancy. Laju pengendapan klorofil-a secara periodik melebihi satu meter per hari, cukup signifikan untuk menyebabkan laju kehilangan pada lapisan permukaan sebanyak 0.2 µg klorofil-a per hari. Pada kondisi terstratifikasi, laju pengendapan dan konsentrasi klorofil-a pada lapisan dasar signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan permukaan (secara berurut +49% dan +16%).
Distribusi dan Kelimpahan Zooplankton Dubi et al. (2003) menyatakan bahwa variabel lingkungan seperti suhu, salinitas, pH dan oksigen terlarut berpengaruh terhadap komunitas plankton dan fitobentos. Perbedaan salinitas antara musim hujan dan kemarau menyebabkan perbedaan kelimpahan zooplankton, dimana selama musim hujan dengan salinitas rendah rotifer melimpah, sedangkan selama musim kering protozoa dan kopepoda yang melimpah. Suhu memiliki salah satu peranan penting dalam karakter life history Pseudocalanus newmani, tidak hanya pertumbuhan dan reproduksi yang tergantung suhu tetapi juga dalam hambatan pada suhu tinggi dan rasio kelamin
12 yang dikontrol suhu di bawah suplai makanan yang cukup (Lee et al. 2003). Pada kisaran suhu 3 - 15oC, perkembangan dari penetasan sampai mencapai betina dewasa meningkat secara eksponensial dengan menurunnya suhu. Di atas suhu 15oC, laju pertumbuhan berat spesifik (SGR) meningkat secara linier dengan suhu dengan persamaan: SGR = 0.0095T + 0.0462 (r = 0.996). Sementara laju produksi berat telur spesifik (SER) meningkat dengan meningkatnya suhu mengikuti persamaan: SER = 0.02T + 0.014 (r = 0.99) di bawah suhu 15 oC. Pada suhu tinggi (20 oC) perkembangan embrio dan postembrio dan produksi telur tertekan. Pengaruh penghambatan suhu tinggi ini terkait dengan kisaran distribusi vertikal dan siklus kelimpahan musiman di alam. Uye dan Shimazu (1997) mendapatkan adanya perbedaan musim kelimpahan, biomassa dan laju produksi meso dan makro plankton di Laut Inland, Jepang. Rata-rata biomassa net-zooplankton di lokasi tersebut lebih tinggi pada bulan Oktober (35.5 mg C m–3) dibandingkan dengan bulan lainnya (13.2, 14.9 dan 16.4 mg C m–3, pada Januari, April dan Juni 1994). Dari biomassa tersebut kopepoda merupakan bagian yang penting (rata-rata tahunan 65%), diikuti oleh chaetognata (12%) dan malacostraca yang terdiri dari euphausiid, mysid, dan larva decapoda (10%). Net-zooplankton dibagi ke dalam produser sekunder dan produser tertier, menurut kebiasaan makannya.
Rata-rata tahunan produksi
–3
sekunder dan produksi tertier adalah 4.35 mg C m hari–1 (=51.8 g C m–2
th–1)
dan 1.68 mg C m–3 hari–1 (=20.0 g C m–2 th–1). Kedua laju produksi paling tinggi pada bulan Oktober dibanding dengan bulan lainnya, dalam respon yang tidak selalu diikuti dengan laju produksi fitoplankton tinggi pada bulan tersebut. Zooplankton yang mudah dimakan oleh ikan yang khas pemakan plankton bertahan pada perairan yang lebih dalam dan gelap pada siang hari.
Posisi
vertikal mungkin dipengaruhi oleh profil suhu dan oksigen, tetapi intensitas cahaya menjadi faktor kritis yang penting.
Kecerahan air tergantung pada
konsentrasi karbon organik terlarut (DOC), dengan demikian perbedaan pola distribusi vertikal zooplankton bervariasi berdasarkan kandungan DOC. Cladosera kecil didapatkan lebih di atas dibanding cladosera besar, sementara kopepoda berada pada kolom air lebih dalam. Perairan yang jernih ditentukan oleh warna air, merupakan variabel penting yang mempengaruhi spesies dan
13 waktu tertentu.
Suhu dan oksigen juga merupakan variabel utama yang
menentukan distribusi vertikal zooplankton (Wissel & Ramacharan 2003). Nejstgaard et al. (2001) telah meneliti pertumbuhan, aktivitas makan dan keberhasilan reproduksi zooplankton Calanus helgolandicus secara simultan dalam kondisi blooming plankton yang didominasi diatom dan mikrozooplankton flagellata. C. helgolandicus umumnya menyukai makanan bukan diatom seperti ciliata dan metazoa. Produksi spesifik karbon dalam tubuh naupli betina tertinggi 10.6% per hari terjadi selama blooming mikrozooflankton flagellata, kemudian menurun sekitar 1.7% per hari selama blooming Dictyocha speculum. Dalam perairan yang didominasi diatom produksi spesifik karbon menurun sampai 0.1% dan selalu <5.2% per hari. Selanjutnya didapatkan total standing stock kopepoda calanoid meningkat sampai 2.6 kali lebih banyak pada mesocosm yang didominasi mikrozooplankton flagellata.
Penurunan keberhasilan reproduksi
dalam perairan yang didominasi diatom terlihat ketika laju pemangsaan tinggi, ciliata dan mangsa lainnya menyusun bagian subtansial makanan.
Hal ini
menunjukkan bahwa semua mangsa lainnya termasuk ciliata kualitasnya rendah, dan atau komponen penghambat tersebut mungkin memiliki peran penting selama blooming diatom, terjadi ketika jumlah yang signifikan dari mangsa alternatif tersedia. Hasil ini juga mendukung bahwa blooming silicoflagellata Dictyocha speculum mungkin berpengaruh negatif terhadap reproduksi kopepoda. Tingginya konsentrasi populasi zooplankton di Western Bank, Scotian Shelf disebabkan karena lebih tingginya laju produksi yang melampaui laju hilangnya akibat adveksi sebagai pengaruh arus. Calanus typicus dan Pseudocalanus spp dapat meningkatkan populasinya melampaui laju kematian sekitar 10% per hari. Hasil pengamatan Tarling et al. (1998) terhadap migrasi vertikal komunitas zooplankton yang didominasi oleh eupausid Meganyctiphanes norvegica menunjukkan bahwa bulan berpengaruh terhadap migrasi vertikal zooplankton. Permulaan turunnya zooplankton berkorelasi sangat kuat dengan waktu terbitnya bulan. Hasil ini menunjukkan bahwa M. norvegica berespon terhadap cahaya bulan. Laju produksi dan kesuksesan penetasan telur Centropages hamatus dan Temora longicornis (Copepoda: Calanoida) telah diamati oleh Tang et al. (1998).
14 Hasilnya menunjukkan bahwa dalam kondisi terdapat makanan alami, peranan penetasan yang terhambat dan laju pengendapan yang tinggi menyebabkan hilangnya telur dari kolom air. Kumulatif kesuksesan penetasan selama 15 hari konsisten tinggi selama bulan Maret-Juni, yaitu 80% dan 70% masing-masing pada Centropages hamatus dan Temora longicornis. Laju pengendapan telur untuk Centropages hamatus berkisar antara 4.6 - 22.4 m per hari dan 13.4 - 25.4 m per hari untuk Temora longicornis. Dalam perairan dangkal seperti di Long Island Sound (<20 m) sering terjadi telur mengendap ke dasar perairan sebelum menetas. Somoue et al. (2005) mendapatkan 78 spesies dari 24 famili kopepoda di perairan pantai bagian Selatan Maroko. Pada umumnya kopepoda menghuni perairan pantai, empat jenis diantaranya yang dominan adalah Calanus helgolandicus, Paracalanus parvus, Acartia clausi dan Corycaeus typicus. Keempat spesies tersebut jumlahnya mencapai 57% dari total kpepoda pada musim panas. Pemangsaan Zooplankton Terhadap Fitoplankton Greze (1987) menggunakan metode secara fisiologis dalam pendugaan laju pertumbuhan populasi zooplankton di Laut Mediterania. Hasilnya menunjukkan bahwa laju pertumbuhan spesifik kopepoda pada lapisan permukaan 100 meter mencapai rata-rata 0.10 mg/m3, krustasea pelagis 0.05-0.06 mg/m3, chaetognatha 0.08-0.10 mg/m3, coelenterata 0.13-0.14 mg/m3. Berdasarkan atas biomassa, taksonomi dan
komposisi zooplankton pada bagian-bagian yang
berbeda di Laut Mediterania, nilai produksi diduga terdiri dari herbivor, carnivor dan euryphage. Aktivitas pemangsaan zooplankton dapat ditentukan dengan berbagai cara berdasarkan pada pengukuran terhadap variasi penjejak dalam makanan terhadap waktu. Metode inkubasi berdasarkan pada pengukuran jumlah fitoplankton atau klorofil-a dalam medium menurut waktu tertentu. Metode ini termasuk pengukuran secara tidak langsung. Pengukuran tidak langsung lainnya adalah berdasarkan
pada produksi faecal pellets. Kwint dan Kramer (1996)
menggunakan satu gabungan tracer untuk menentukan aktivitas pemangsaan
15 zooplankton. Isi lambung zooplankton diukur dari b-dimethylsulphoniopropionate (DMSP), yang dapat mengukur kejadian dalam individu kopepoda. Tracer gabungan tersebut menggabungkan sensitivitas tinggi, deteksi dalam lambung zooplankton dan kemungkinan diaplikasikan di lapangan. Laju pengisian dan laju pengosongan lambung dapat diduga dalam metode tersebut berdasarkan pada analisis terhadap senyawa sulfur b-dimethylsulphoniopropionate (DMSP). DMSP terdapat pada kebanyakan spesies fitoplankton laut (salah satu sumber makanan utama zooplankton yang mungkin memiliki fungsi osmolyte. DMSP terutama terdapat dalam sel-sel hidup, dengan cepat terdegradasi dalam air dengan aksi fisik dan mikrobiologis. DMSP dapat dianalisis sebagai dimethylsulphide (DMS) dengan gas chromatography, setelah hidrolisasi dengan NaOH.
DMS yang
terbentuk dengan hidrolisis ini hanya terkait dengan DMSP. Selain itu dijelaskan pula bahwa aktivitas pemangsaan zooplankton dapat diketahui dengan berbagai cara berdasarkan pada pengukuran variasi tracer dalam makanan sebagai fungsi dari waktu. Penggunaan material radio-labelled memiliki kelemahan. Karena pengukuran fluoroscen lambung dan metode 14C terbentuk dalam zooplankton itu sendiri sehingga dengan demikian adalah metode langsung, dapat juga digunakan ketika makanan yang tersedia berlebih. Salah satu kelemahan kedua metode yaitu metode inkubasi dan metode fluorescen lambung adalah bahwa dibutuhkan jumlah kopepod yang sangat besar dalam suatu waktu (lebih 200 untuk kopepod <500 µm), sensitivitas metode tersebut relatif rendah (Rodriguez & Durbin 1992, diacu dalam Kwint & Kramer 1996). Selanjutnya dijelaskan bahwa pigmen adalah sangat rentan perubahan karena pengaruh cahaya dan suhu. Hanya metode fluorescen lambung dapat diaplikasikan dalam eksprimen terbuka dalam kondisi lapangan. Pengukuran laju pemangsaan secara insitu dinoflagellata miksotrofik Gyrodinium galatheanum terhadap populasi cryptophyta yang mengandung phycoerithrin telah dilakukan oleh Li et al. (2001) di Teluk Chesapeake. Laju pemangsaan diduga dari kandungan vakuola makanan, suhu in situ, kelimpahan cryptophyta dan penentuan laju pemangsaan secara eksperimental. Eksperimen pemangsaan di laboratorium menunjukkan bahwa laju pemangsaan spesifik konstan meningkat secara sigmoid dengan suhu, tetapi tidak berkorelasi dengan
16 kandungan awal vakuola ketika kandungannya < 0.46 cryptophyta per dinoflagellata. Hasil ini memungkinkan untuk mengembangkan model empiris untuk mengestimasi laju pemangsaan in situ cryptophyta oleh Gyrodinium galatheanum.
Hasil estimasi berkisar antara 0 - 0.26 cryptophyta per
dinoflagellata per hari, sesuai dengan pemangsaan harian 0 - 12.29 pg karbon, 02.48 pg nitrogen dan 0 - 0.34 pg fosfat per dinoflagellata. Estimasi konsumsi harian biomassa cryptophyta oleh Gyrodinium galatheanum setara dengan
0-
12% carbon tubuh, 0 - 13% nitrogen tubuh dan 0 - 21% fosfor tubuh. Estimasi laju penyaringan in situ terhadap cryptophyta berkisar dari 0-27 μl per dinoflagellata per hari, menunjukkan kehilangan harian 0 - 4% dari produksi tetap cryptophyta. Metode
14
C digunakan untuk menandai makanan fitoplankton dalam
eksperimen pemangsaan zooplankton terhadap fitoplankton. Kandungan karbon per unit volume dan laju penyerapan karbon menurun dengan meningkatnya ukuran sel. Ketika bekerja dengan multi spesies fitoplankton, dihasilkan suatu distribusi tracer yang tidak proporsional terhadap biomassa karbon fitoplankton. Hal ini disebabkan karena banyak zooplankton yang memilih ukuran sel fitoplankton tertentu. Distribusi tracer yang tidak proporsional ini menyebabkan suatu bias dalam menentukan laju pemangsaan terhadap total populasi fitoplankton dengan metode
14
C. Hasil penelitian Tackx dan Daro (1993) yang
mengkombinasikan pengamatan secara eksperimen laju pemangsaan kopepoda Acartia tonsa dan Tartonus longicornis yang diukur pada distribusi bahan partikel alami yang digabungkan dengan perhitungan secara teoritis laju pengambilan menunjukkan bahwa laju pemangsaan yang diukur dengan metode
14
14
C
C akan
dugaan lebih rendah tekanan pemangsaan terhadap stock karbon fitoplankton sekitar 7 - 24%. Hasil uji pendahuluan penelitian Gifford dan Percy (1998) di Eastsound, Washintong didapatkan komposisi taksonomi organisme dalam lapisan piknoklin sama dengan lapisan di sekitarnya. Taxa fitoplankton terdiri dari berbagai spesies diatom berantai yang koloninya terdegradasi Chaetoceros socialis, dan sel-sel nannoplankton < 20 heterotrof
µm. Mikrozooplankton didominasi oleh dinoflagellata
Noctiluca miliaris dan rotifera.
Selanjutnya dijelaskan bahwa
17 pemangsaan mikrozooplankton di dalam dan sekitar lapisan piknoklin yang berasosiasi dengan fitoplankton di Eastsound, Washintong menggunakan metode pengenceran air laut. Klorofil di atas dan di dalam piknoklin tumbuh dengan kecepatan sama mendekati sekitar 1 penggandaan/hari, sedangkan klorofil di bawah piknoklin tumbuh sekitar 0.83 penggandaan/hari. Pengaruh pemangsaan microzooplankton di atas dan di dalam lapisan piknoklin signifikan (p < 0.0001), sekitar 100% dari produksi klorofil tersebut. harian
harian dikonsumsi pada kedua lapisan
Sebaliknya di bawah lapisan piknoklin, 39% dari produksi klorofil dikonsumsi tetapi tidak signifikan. Hasil ini mendukung bahwa laju
pemangsaan yang sama di dalam dan di atas lapisan piknoklin mempertahankan batas lapisan permukaan, sedangkan batas di bawahnya nampaknya dibatasi oleh dasar piknoklin (Gifford & Percy 1998). Naupli kopepoda dan kopepoda dewasa Eurytemora affinis Poppe signifikan menurunkan kelimpahan ciliata dan flagellata dalam eksperimen pemangsaan yang dilakukan Merrell dan Stoecker (1998). protozoa
umumnya
dikonsumsi
dalam
proporsi
yang
Mikroplankton sesuai
dengan
ketersediaannya di alam, meskipun laju pemangsaan nauplii kopepoda dan kopepoda dewasa lebih tinggi pada mangsa yang lebih besar (40 μm). Eurytemora affinis
nauplii dan dewasa memangsa protozoa dapat dikatakan lebih cepat
dibandingkan terhadap klorofil-a. Laju pemangsaan naupli setingkat lebih rendah dibandingkan yang dewasa. Dijelaskan pula bahwa pemangsaan total komponen penyusun kopepoda dapat diduga lebih rendah baik dalam pengamatan mesocosm maupun pengamatan lapangan jika stadia juvenil diabaikan. Laju pemangsaan fitoplankton oleh komunitas zooplankton metazoa telah diteliti oleh White dan Roman (1992) di Teluk Chesapeake, Amerika Serikat. Hasilnya menunjukkan bahwa pemangsaan fitoplankton didominasi oleh kopepoda. Acartia dominan pada bulan Maret dan Agustus sedangkan Oithona dominan pada bulan Juni dan Oktober. Naupli copepoda hampir selalu menjadi pemangsa utama sebab biomassanya yang tinggi.
Jumlah produksi harian
fitoplankton yang dapat dihilangkan bervariasi antara 12 sampai 13%. Laju
pemangsaan
kopepoda
calanoid
terhadap
fitoplankton
dan
zooplankton di lake Michigan yang dilaporkan Bundy et al. (2005) menunjukkan
18 bahwa laju pemangsaan Leptodiaptomus sicilis terhadap klorofil-a fitoplankton berkisar antara 2-14 ng C per kopepoda per hari. Lebih lanjut dijelaskan bahwa proporsi makanan L. sicilis dari mikrozooplankton lebih besar dibandingkan dengan fitoplankton pada akhir musim dingin sampai awal musim semi. Blooming alga Phaeocystis dimakan oleh berbagai macam zooplankton grazer.
Pengamatan Turner et al. (2002)
mengenai pemangsaan kopepoda
Temora stylifera dan Calanus helgolandicus terhadap sel-sel soliter Phaeocystis (masing-masing dengan kepadatan 2.5–7.9 x 104 sell per ml dan 1.2–3.6 x 104 sel per ml) menunjukkan bahwa kedua jenis kopepoda hidup dengan baik dan kontinyu menghasilkan kotoran (fecal pellet)
yang mengindikasikan bahwa
terjadi pemangsaan terhadap Phaeocystis. Meskipun produksi telur kedua jenis kopepoda rendah, namun keberhasilan penetasannya tinggi. Laju pemangsaan Temora stylifera lebih tinggi daripada hasil yang didapatkan pada bebeberapa pengamatan pemangsaan sebelumnya pada konsentrasi Phaeocystis yang lebih rendah.
Dengan demikian disimpulkan bahwa meskipun kopepoda makan
Phaeocystis dengan baik, namun miskinnya fekunditas kopepoda dengan makan tersebut menghambat peningkatan populasi kopepoda selama terjadi blooming. Diduga Phaeocystis mengandung semacam senyawa kimia yang berfungsi sebagai senyawa penghambat telur kopepoda seperti yang banyak terjadi pada jenis fitoplankton lainnya. Sakka et al. (2002) dalam hasil penelitiannya di laguna Atol Takapoto, Polynesia Prancis mendapatkan produksi bersih partikel plankton yang relatif tinggi terutama disebabkan oleh cyanobakteri yang ukurannya < 1 μm. Pelepasan karbon organik terlarut dari fitoplankton rata-rata 48% dari total karbon fotoassimilasi. Jaringan makanan planktonik dicirikan dengan biomassa yang tinggi dari protozoa kecil (82% < 14 μm). Kontribusi metazoa dalam stok karbon dari zooplankton lebih kecil daripada protozoa, tetapi laju produksi dan pemangsaannya lebih tinggi.
Penggunaan karbon dalam sistem planktonik
menunjukkan bahwa 70% dari total peroduksi bersih fitoplankton hilang dalam respirasi heterotrofik. Sisanya 30% diekspor ke transfer jaringan makanan dan mengendap jadi detritus masing-masing sebesar 20% dan 10%.
Hal ini
menunjukkan bahwa jaringan makanan planktonik laguna meskipun produser
19 primernya berukuran kecil namun sangat efisien dalam mengekspor karbon biogenik. Protozoa grazer memiliki peran kunci dalam ekspor karbon, memberikan tekanan pemangsaan yang kuat terhadap fitoplankton, dan protozoa itu sendiri dimangsa cukup besar oleh zooplankton metazoa. Efisiensi degradasi pigmen makanan hidup pada konsentrasi berbeda Thalassiosira weissflogii bervariasi antara 30.56 dan 94.05% dan kuantitas pigmen yang hilang selama melewati usus berhubungan langsung dengan total pemangsaan. Fraksi klorofil-a yang dimakan yang terdegradasi oleh kopepoda beradaptasi dengan konsentrasi makanan yang tinggi (15 µg Chl-a ml-1). Persentase klorofil-a terkonsumsi yang Acartia clausi transformasi menjadi bahan yang tidak terdeteksi secara fluorometrik tidak konstan.
Pengetahuan mengenai proses rusaknya pigmen
mengindikasikan bahwa klorofil-a dan pigmen yang dihasilkannya tidak menjelaskan dengan baik secara kuantitatif aktivitas makan kopepoda. Hal ini mendukung untuk menguji kembali penerapan metode fluoroscen usus dalam mengevaluasi aktivitas pemangsaan kopepoda Acartia clausi. Kleppel (1998) meneliti jumlah fucoxanthin, suatu diagnosa secara taxonomi carotenoid, diambil setelah melewati usus Acartia californiensis dan Calanus
pacificus,
setelah
kopepoda
makan
pada
konsentrasi
diatom
-1
Thalassiosira weissflogii berbeda (rendah = 50 μg Cl dan tinggi = 350 μg Cl-1) untuk Acartia californiensis dan 350 μg Cl-1 untuk Calanus pacificus, selama musim semi (Mei) dan musim dingin (Desember). Perubahan konsentrasi pigmen dan kelimpahan sel diamati melalui eksperimen inkubasi (dengan kopepoda) dan tanpa kopepoda (kontrol).
Pigmen recovery dilihat dengan cara: (1)
membandingkan jumlah pigmen yang diperoleh dari makanan dari kelompok percobaan dengan dugaan yang telah dimakan melalui data perhitungan sel, dan (2) membandingkan rasio fucoxanthin/sel dalam kontrol dengan contoh eksperimen.
Kedua metode menunjukkan bahwa pigmen yang hilang secara
subtansial umumnya 60 - 100% tanpa memperhitungkan spesies, ketersediaan makanan dan musim. Pola konservasi pigmen berbeda antar spesies, meskipun pemulihan pigmen selalu lebih tinggi pada konsentrasi makanan lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi makanan lebih rendah. Pigmen recovery pada Acartia californiensis lebih tinggi (9.4 - 28.0%) pada musim semi dibanding
20 musim dingin tidak ada pemulihan) tanpa melihat konsentrasi makanannya. Pada Calanus pacificus, pigmen recovery selalu lebih tinggi pada konsentrasi makanan lebih tinggi. Hasil penelitian Wang et al. (1998) di Laut Bohai, China menunjukkan bahwa copepoda (Calanus sinicus, Paracalanus parvus, Acartia bifilosa dan Centropages mcmurrichi) memperlihatkan pola migrasi diurnal. Variasi kandungan pigmen usus dalam siklus 24 jam memperlihatkan adanya ritme harian makanan yang kuat, utamanya pada copepoda yang besar. Kandungan maksimum harian usus terjadi pada saat menjelang malam sampai tengah malam (jam 18:00 24:00). Laju pemangsaan harian zooplankton terhadap fitoplankton bervariasi menurut ukuran zooplankton. Copepoda mengkonsumsi hanya sebagian kecil dari biomassa fitoplankton (2.90 - 13.52%) tetapi mencapai 77% dari produksi harian fitoplankton. Perhitungan terhadap laju konsumsi harian copepoda terhadap biomassa fitoplankton dapat mencapai 85 - 319%. Benur, Nener dan Larva Lainnya Penelitian mengenai stok populasi udang windu di bagian barat Samudra Hindia dan bagian barat Samudra Pasifik yang telah dilakukan Duda dan Palumbi (1999) menunjukkan adanya perbedaan yang sangat kuat diantara populasi dari kedua wilayah tersebut.
Keragaman nukletid yang berbeda diantara kedua
wilayah tersebut menunjukkan adanya perbedaan regional demografis secara histori, dimana Indo-Australian Archipelago merupakan pemisah antar keduanya. Siklus hidup P. monodon dicirikan dengan perubahan habitat mengikuti perkembangan stadianya. Stadia planktonik udang windu terdiri dari nauplii, protozoa, mysis dan post larva. Fase dewasa dihabiskan di laut lepas dan memijah pada kedalamn 30 - 60 meter. Setiap ekor induk betina dapat memijahkan antara 200.000 sampai satu juta telur (Dall et al. 1990). Gómez dan Gracia (2007) yang meneliti pola penyebaran larva dan post larva udang di Campeche Bay, Mexico, mendapatkan kelimpahan tertinggi pada musim panas dengan rata-rata kelimpahan larva masing-masing pada stadia protozoea, mysis dan post larva adalah 19.8, 22.1 dan 1.9 individu per 100 m3.
21 Penelitian Kumlu et al. (1999) untuk melihat pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan, kelangsungan hidup dan perkembangan larva Penaeus semisulcatus pada stadia protozoea 1 (PZ) digunakan pakan Tetraselmis chuii (20 cells /µl), Chaetoceros calcitrans (50 cells /µl) dan Isohrysis galbana (30 cells /µl), ditambah lima naupli/ml Artemia pada suhu 28°C dengan perlakuan salinitas 25 - 55 ppt dan interval 5 ppt. Hasilnya menunjukkan bahwa salinitas optimal untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva berkisar antara 30 - 35 ppt, dan larva menunjukkan lebih toleran pada salinitas tinggi dibandingkan dengan salinitas rendah. Meskipun kelangsungan hidup relatif lebih tinggi pada salinitas tinggi (45 - 55 ppt) namun pertumbuhan dan perkembangan larva lebih bagus pada salinitas rendah (25 - 40 ppt). Menurut Merchie et al. (1998) daya tahan larva udang windu terhadap kejutan salinitas meningkat dengan meningkatnya jumlah asam askorbat dan astaxanthin dalam makanannya, meskipun dalam penelitian ini tidak didapatkan perbedaannya dalam daya tahan terhadap penyakit. Percobaan pemeliharaan larva udang windu selama 24 hari dari stadia naupli sampai postlarva (PL16) dengan kepadatan berbeda yaitu 70, 140 dan 210 naupli/liter telah dilakukan Luangthuvapranit et al. (2004). Hasilnya menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang rata-rata larva tidak berbeda berdasarkan kepadatan. Rata-rata persentase tingkat kelangsungan hidup tertinggi pada kepadatan 70 naupli/liter, berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya dengan kepadatan lebih tinggi. Carballo et al. (1994) menyatakan bahwa rotifera dapat mencegah perubahan pH yang drastis dan mempertahankan keseimbangan nitrat-amonia dalam tambak maupun tanki-tanki percobaan. Larva udang Penaeus japonicus tumbuh lebih cepat dan juga memperlihatkan kelangsungan hidup dan konversi pakan yang lebih baik dibandingkan dengan larva yang dikultur tanpa rotifer. Hasil penelitian Le Pay et al. (2000) menyimpulkan bahwa biomassa alga cocok digunakan sebagai makanan udang, ketika dimasukkan dalam suatu makanan yang seimbang secara komposisi
sebagai sumber karbohidrat/DHD
yang dapat dicerna dalam makanan larva/postlarva. Setelah pemeliharaan selama 40 hari, larva udang Fenneropenaeus indicus yang mengkonsumsi makanan
22 yang mengandung alga, nyata lebih berat 50 - 60% dibandingkan dengan kontrol yang tidak diberikan alga. Distribusi ikan bandeng berkisar dari 40o BT - 100o BB dan 30 - 40o LU – 30 - 40 o LS menyebar di perairan tropis dan sub tropis di Samudra Hindia dan Pasifik. Ikan bandeng mengkonsumsi diatom, alga biru hijau, alga filament, dan kadang-kadang berbagai hewan seperti nematoda dan kopepoda. Ikan bandeng memijah di laut dekat pantai dengan fekunditas mencapai sekitar tujuh juta telur per ekor induk betina, memijah dua kali atau sekali dalam setahun tergantung wilayahnya (Perschbacher 2004). Hasil penelitian Gapasin et al. (1998) menunjukkan bahwa pengkayaan asam lemak esensial dan vitamin C dalam makan hidup (rotifer yang diberi Chlorella sp.dan naupli Artemia) larva ikan bandeng berpengaruh nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol terhadap pertumbuhan dan daya tahan terhadap tekanan salinitas, tetapi tidak mengurangi terjadinya kelainan bentuk (deformity) pada operkulum larva. Amores (2004) menyatakan bahwa larva ikan bandeng memakan zooplankton, juvenil dan dewasanya makan cyanobacteria, alga halus dan avertebrata bentik kecil. Artemia spp. banyak digunakan dalam pemberian makanan berbagai macam larva krustacea dan telah menjadi makanan standar dalam kultur larva karena komposisi kimianya yang mendukung. Meskipun demikian nilai nutrisi Artemia spp. tidaklah konstan tetapi bervariasi secara geografis dan temporal. Selain itu metode pengkayaan dalam berbagai teknik kultur juga berpengaruh terhadap kandungan nutrisinya (Sorgeloos et al. 1998). Rotifera Brachionus plicatilis dapat dikultur massal dan merupakan salah satu makan hidup yang penting dalam akuakultur. Umumnya diberikan pada larva berumur 7-30 hari. Kepadatan mangsa berpengaruh terhadap laju, rasio, aktivitas, waktu evakuasi pemangsaan serta efisiensi dan laju pertumbuhan larva ikan. Brachionus plicatilis dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme dan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup larva (Lubzens 1987). Alemany dan Ignacio (2003) menyatakan bahwa tingkat kelangsungan hidup larva ikan dipengaruhi oleh kondisi pemijahan dan makanan dalam suatu waktu dan periode tertentu.
23 Larva ikan kakap Lutjanus argentimaculatus yang dipelihara dalam tanki percobaan dan diberi makanan Chlorella, rotifera Brachionus plicatilis kecil, Artemia dan ikan ruca, setelah dipelihara selama 24 hari tingkat kelangsungan hidupnya relatif rendah yaitu 27% dalam tanki kapasitas 3 ton dan hanya 3% dalam tanki 5 ton. Selama pemeliharaan panjang awal larva 2.15 mm menjadi 8.2 mm setelah 24 hari dan menjadi 306 mm setelah 55 hari. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva lebih bagus ketika larva mengkonsumsi Brachionus plicatilis kecil (< 90 μm) selama 14 hari pertama (Duray et al. 1996). Pada pemberian Artemia 2 per ml per hari, kelangsungan hidup lebih tinggi pada frekuensi pemberian 4 kali sehari dibandingkan dengan frekuensi 1 - 2 kali sehari. Disamping itu Carrillo et al. (1993) melaporkan bahwa dalam pemeliharaan larva ikan kakap Lates calcarifer di Asia Tenggara dan Australia banyak digunakan Chlorella, rotifera Brachionus plicatilis dan naupli Artemia. Ketersediaan Chlorella dalam jumlah besar sangat dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan dalam kultur rotifera. Pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup larva ikan herring di daerah front dipengaruhi oleh fitoplankton dan zooplankton (Kiørboe et al. 1988). Pengetahuan laju mortalitas larva dan telur ikan merupakan salah satu kunci untuk mengetahui proses rekruitmen karena banyak spesies jumlah rekruitmen kemungkinan ditentukan pada stadia awal daur hidupnya. Akurasi pengukuran jumlah dan variabilitas laju mortalitas di lapangan dibutuhkan untuk mengetahui penyebab dan proses mortalitas, seperti pemangsaan dan makanan. Data variasi antar tahunan laju mortalitas dapat dijadikan sebagai alat dalam menduga kesuksesan kelompok umur tertentu (Hinckley et al. 1998). Hinrichsen et al. (2002) menyatakan bahwa menghubungkan zooplankton dengan ikan merupakan konsep penting dalam biologi laut. Dinamika populasi ikan dikontrol oleh perubahan populasi fitoplankton di laut. Kelimpahan ikan terkait dengan kelimpahan fitoplankton dan zooplankton (Trumble et al. 1981, diacu dalam Mann dan Lazier 1991). Penyebaran jenis ikan tersebut dipengaruhi oleh suhu perairan dan musim. Menurut Peterman dan Bradford (1986), kecepatan angin sangat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup larva ikan “northern anchovy” (Engraulis mordax) dan mempunyai hubungan yang kuat antara laju
24 mortalitas larva dengan kekuatan angin.
Kecepatan dan arah angin sangat
mempengaruhi proses transportasi larva ikan jenis tersebut. Smith dan Eppley (1982) menyatakan bahwa produksi ikan anchovy berhubungan erat dengan produktivitas primer. Produksi rata-rata musiman ikan anchovy paling tinggi ketika produktivitas primer meningkat dan sekitar 50% variasi jumlah larva anchovy ditentukan oleh variasi produktivitas primer. Uye dan Shimazu (1997) menduga laju produkasi oleh fitoplankton, microzooplankton dan ikan planktivorous memungkinkan untuk menentukan aliran karbon dalam trofik level lebih rendah dalam ekosistem pelagis di Laut Inland, Jepang. Rata-rata efisiensi transfer dari produksi primer ke produksi sekunder dan dari produksi sekunder ke produksi tertier adalah 28 dan 26%, mengindikasikan bahwa aliran energi dalam perairan dangkal dan area laut yang produktif ini sangat efisien. Pada produksi tertier, bagaimanapun kontribusi ikan planktivor sangat kecil dibandingkan dengan zooplankton karnivor. Parsons dan Kessler (1987) menggunakan sebuah model ekosistem untuk perkiraan produktivitas plankton dalam kaitannya dengan kelangsungan hidup benih ikan di Amerika. Scott et al. (2002), menyatakan bahwa faktor oseanografi fisik seperti stratifikasi dan produktivitas primer, kedalaman lapisan tercampur dan gradient piknoklin merupakan variabel yang mengontrol ketersedian ikan untuk predator. Fiiliukienà
dan Fiiliukas (2000) mendapatkan komposisi jenis dan
kelimpahan larva ikan yang berbeda antara daerah pantai dan bagian terbuka di laguna Curonian, di Lituania. Pada bagian terbuka laguna, rata-rata kelimpahan ichthoplankton bervariasi antara 4.1 - 29.3 individu per m3. Di daerah pantai kelimpahan larva ikan meningkat mencapai 374.3 individu /m3. Meskipun hubungannya tidak terlalu kuat (r = 0.339), namun kelimpahan larva ikan menunjukkan korelasi positif dengan kelimpahan zooplankton. Komposisi makanan 14 spesies ikan yang banyak tertangkap dengan beach seine dalam padang lamun di Teluk Gazi, Kenya yang dianalisis secara gravimetrik oleh De Troch et al. (1998) menunjukkan adanya kelompok ikan sebagai pemakan plankton, pemakan benthos dan pemakan ikan lainnya. Herklotsichthys quadrimaculatus, Stolephorus indicus dan Atherinomorus
25 duodecimalis merupakan kelompok pemakan plankton, dengan makanan utama terdiri dari kopepoda harpatikoid dan calanoid, dan zoea serta megalova dari brachiura.
Ikan-ikan
Apogon thermalis, Fowleria aurita, Paramonacanthus
barnardi, Mulloides flavolineatus, Lutjanus fulviflamma, L. argentimaculatus dan Gerres acinaces merupakan pemakan benthos, terutama memangsa epibenthic dan hiperbenthic kecil yang didominasi oleh amphipoda (Gammaridae), Tanaidacea dan Mysidacea. Ikan yang memangsa ikan lainnya terdiri dari Bothus myriaster, Fistularia commersonii, Sphyraena barracuda dan Plotosus lineatus, terutama memakan larva ikan lainnya dan invertebrata nekton besar (Gammaridea, amphipoda, mysid, udang dan kepiting). Parameter Lingkungan dan Nutrien Suhu permukaan laut di perairan Indonesia berkisar antara 26 oC - 30 oC. Suhu maksimun terjadi pada musim pancaroba I (sekitar Maret – Mei) dan musim pancaroba II (September-November).
Sebaliknya suhu mencapai minimum
terjadi pada musim barat (Desember-Februari). Hal ini disebabkan karena pada musim barat kecepatan angin sangat kuat dan curah hujan yang tinggi (Nontji, 1987). Menurut Clark (1974) suhu perairan mempunyai pengaruh yang besar di ekosistem perairan pesisir. Berbagai aktivitas hewan akuatik dipengaruhi oleh suhu, misalnya migrasi, pemijahan, kebiasan makan, kecepatan berenang, perkembangan larva dan laju metabolisme. Jones (1964) menyatakan bahwa suhu perairan dapat berpengaruh pada sifat fisika, kimia dan biologi perairan. Hewan air mempunyai toleransi terhadap suhu, tergantung pada jenis, stadium dan aklimatisasinya. Suhu merupakan faktor pembatas yang sangat vital bagi biota air dan dapat mempengaruhi
proses
biokimia,
fisiologi
dan
tingkah
laku
ikan-ikan
(Wooton 1992). Suhu juga dapat membatasi daerah penyebaran juvenil dan ikan dewasa karena masing-masing mempunyai perbedaan dalam toleransi suhu (Laevastu dan Hayes 1981).
Meningkatnya suhu menyebabkan konsentrasi
oksigen perairan menurun, yang akhirnya mempengaruhi kehidupan organisme perairan (Moriber 1974).
26 Vernberg (1972), diacu dalam Saengar dan Holmes (1991) mengemukakan bahwa rata-rata perkembangan telur dan larva avertebrata air akan meningkat dengan meningkatnya suhu sampai pada titik tertentu. Kisaran suhu optimal yang dapat ditoleransi untuk proses perkembangan beberapa spesies sering berkolerasi dengan karakteristik suhu habitatnya. Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai (Sverdrup et al. 1961; Tchernia 1980). Keragaman salinitas air laut dapat mempengaruhi biota bahari lewat perubahan massa jenis air laut dan lewat perubahan tekanan osmotik. Salinitas air mempengaruhi osmoregulasi ikan dan berpengaruh besar terhadap fertilisasi dan perkembangan telur. Setiap jenis ikan mempunyai kemampuan berbeda dalam beradaptasi terhadap salinitas. Tinggi rendahnya kekeruhan perairan sangat tergantung pada jumlah padatan
tersuspensi.
Semakin
tinggi
konsentrasi
padatan
tersuspensi,
maka kekeruhan juga akan meningkat. Menurut laporan EIFAC (1961), diacu dalam Train (1979), kekeruhan akibat konsentrasi padatan tersuspensi yang tinggi dapat merugikan populasi ikan dan populasi makanan ikan. Hal ini disebabkan karena
dapat
mematikan
atau
menghambat
pertumbuhan,
menghalangi
perkembangan telur dan larva ikan, dapat merubah pergerakan dan migrasi ikan dan dapat mengurangi ketersediaan kelimpahan makanan ikan. Laevastu dan Hayes (1981) menyatakan bahwa bagi ikan, kecepatan arus berpengaruh besar dalam transportasi telur, larva dan ikan-ikan kecil, juga berperan dalam menentukan orientasi selama melakukan perjalanan migrasi yang panjang, terutama di daerah Ugahari. Kandungan oksigen terlarut di laut dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu interaksi antara permukaan air laut dengan atmosfir, kegiatan biologi, dan arus beserta proses percampuran yang mempunyai kecenderungan untuk mengubah pengaruh kegiatan biologi lewat gerakan massa air. Konsentrasi oksigen terlarut di lapisan permukaan laut pada siang hari cenderung meningkat sebagai akibat dari proses fotosintesa oleh fitoplankton (Sverdrup et al. 1961). Konsentrasi oksigen terlarut di laut secara umum bervariasi antara 0 - 9 ml/l.
27 Oksigen terlarut merupakan gas yang mutlak dibutuhkan dalam proses respirasi ikan dan biota lain serta diperlukan dalam perombakan bahan organik. Untuk proses metabolisme, hewan air membutuhkan oksigen terlarut di atas 5 ml/l dan cukup layak bagi kehidupan larva plankton (Shahab 1986).
Para ahli
perikanan sering menyebutkan bahwa ikan dan biota air lain memerlukan sekurang-kurangnya 3 mg/l oksigen terlarut untuk kehidupannya secara normal. Prescod (1973) menyatakan bahwa kandungan oksigen terlarut minimal sebesar 2 ppm, cukup untuk mendukung kehidupan perairan secara normal di daerah tropik dengan asumsi perairan tidak mengandung bahan beracun. Bagian utama pelepasan bahan organik terlarut oleh fitoplankton di laut terdiri dari molekul-molekul kecil (bahan organik terlarut berat molekul rendah) (Jensen 1983; Rancelot 1984, diacu dalam Biddanda & Benner 1997). Selanjutnya dijelaskan bahwa pelepasan organik terlarut oleh fitoplankton berkolerasi positif dengan laju fotosintesa. Parsons et al. (1984) menyatakan bahwa fraksi terbesar karbon organik di laut berasal dari pecahan-pecahan organisme dan bahan organik terlarut biasanya digunakan oleh organisme hetetrofik. Sumber-sumber utama karbon organik berasal dari organisme autotrof baik fototrop maupun kemotrof. Valiela (1984) menyatakan bahwa jumlah bahan organik terlarut dalam nitrogen selalu lebih rendah daripada nitrogen anorganik. Konsentrasi nitrogen terlarut berkisar dari 5 sampai lebih besar dari 30 μg atom N/l. Asam amino dan urea hanya merupakan komponen kecil dari nitrogen terlarut, asam amino berkisar dari 0.25 – 1.4 μmol sedangkan konsentrasi urea mencapai 8,9 μg atom N/l. N organik terlarut kurang begitu penting secara nutrisi bagi fitoplankton oseanik dan mikroba estuari. Selanjutnya dijelaskan bahwa kebanyakan nitrogen terlarut mungkin resisten terhadap dekomposisi. Hasil penelitian Berland et al. (1987) di Laut Mediterania menunjukkan bahwa konsentrasi nitrat menjadi rendah (2 - 4 nmol l-1) pada kedalaman 100 meter dan fosfat (kurang dari 0.1 pmol l-1). Pada kedalaman 300 meter rasio N:P berada dalam kisaran 37 - 40 yang menunjukkan terjadinya penipisan fosfor. Konsentrasi klorofil-a sebesar 0.09 ng l-1 pada lapisan homogen 60 meter, dan mencapai 0.36 ng l-1 pada lapisan di bawahnya, menunjukkan bahwa perairan
28 tersebut sangat oligotrop. Biomassa fototrofik dasar terutama terdiri dari nannno dan picoplankton. Picoplankton berkontribusi lebih dari 60% dari konsentrasi total klorofil-a. Hasil eksperimen biologis tersebut menunjukkan bahwa fosfor dan nitrogen membatasi biomassa. Penambahan secara simultan fosfor dan nitrogen
belum
mendukung
mengindikasikan bahwa
untuk
merangsang
pertumbuhan
yang
Mn merupakan elemen paling penting untuk
pertumbuhan fitoplankton dalam perairan yang oligotrop. Rasio C:P dapat mempengaruhi kualitas makanan fitoplankton pada zooplankton sehingga sangat menarik untuk mengukur rasio C:P dalam sistem perairan. Kebanyakan analisis C diukur dengan berat kering menggunakan C-N analizer (Lampman et al. 1997). Carbon dapat diukur dengan suatu variasi dari metode yang sama dengan pencernaan basah (persulfate) yang sering digunakan untuk menganalisis P sehingga dapat diukur dalam filter yang sama. Untuk kisaran nilai C yang tinggi (1 - 40 uM/filter), metode persulfate
untuk
pengukuran C memberikan nilai yang sama pada seston dan fitoplankton yang diukur dengan berat kering menggunakan Carlo-Erba CN analyzer. Metode ini lebih murah dibandingkan metode berat kering dalam pengertian alat dan biaya per unit sampelnya. Selanjutnya bahwa metode persulfate method cukup teliti (cv = 3%) dibandingkan dengan metode berat kering (cv = 2%) untuk pengukuran C. Trace elemen memiliki peranan ekologis yang penting terutama bagi pertumbuhan fitoplankton. Sampai tahun 1999 belum ditemukan metode yang dapat mengukur secara langsung pengembalian baik secara intra maupun ekstra selluler atau menyerapan logam baru dan teregenerasi. Hutchins et al. (1999) kemudian mengembangkan metode baru dengan menggunakan isotop rangkap dari trace elemen yang sama untuk mengukur secara langsung proses biogeokimia penting tersebut pada komunitas plankton laut dan tawar. Hasil penelitian dalam laboratorium dan lapangan pada fitoplankton laut menggunakan radiolabels dan
55
Fe untuk membandingkan penyerapan
59
Fe
Fe baru dan Fe teregenerasi.
Hasilnya menunjukkan bahwa new Fe (Fe terlarut) lebih banyak digunakan oleh fitoplankton dibandingkan dengan Fe regenerated, tetapi transfer intraselluler Fe sangat penting. Hasil pengujian setelah proses pemangsaan zooplankton terhadap fitoplankton menunjukkan bahwa metal intraselluler paling efisien diassimilasi
29 oleh zooplankton, sementara Fe ekstraselluler diregenerasi terlebih dahulu ke dalam bentuk terlarut selama pemangsaan. Hasil penelitian Varela et al. (2003) menunjukkan bahwa konsentrasi nitrogen anorganik berhubungan dengan pengkayaan nitrat melalui upwelling, sedangkan konsentrasi amonia umumnya rendah pada semua lokasi. Amonia yang tidak terakumulasi di daerah penelitian mendukung adanya skala waktu harian gabungan antara regenarasi dan penyerapan. Sebaliknya nitrogen organik terlarut (DON) melebihi nitrogen inorganik pada semua kondisi. Regenerasi amonia berkorelasi positif dengan pelepasan DON. Rasio C:N dari pelepasan DON dan karbon organik terlarut (DOC) bervariasi cukup tinggi, memperlihatkan kelebihan yang lebih besar dari DOC dibandingkan dengan DON. Mempelajari perpindahan nutrien dalam suatu sistem sangat penting untuk menunjukkan pemasukan dan pengeluaran nutrien (Wong 1994). Tingkah laku setiap nutrien dalam sistem tersebut perlu diuraikan Salah satu caranya adalah menganalisis profil nutrien berdasarkan konsep diagram percampuran. Fakta dari estuari mangrove di Malaysia menunjukkan bahwa amonia masuk dalam sistem melalui masuknya sumber air tawar. Keluar masuknya nitrat, nitrit dan fosfor tergantung dari fase pasang surut. Selama air surut nitrat, nitrit dan fosfor masuk ke dalam sistem melalui masuknya sumber air tawar.
Konsentrasi amonia
bervariasi antara lebih dari 50 μM di ujung air tawar sampai tidak terdeteksi pada ujung air laut dalam sistem estuari. Konsentrasi nitrat, nitrit dan total fosfor bervariasi dari 0.1 - 0.3 μM sampai 6.0 μM. Perbedaan senyawa nitrogen dalam sistem dapat diinterpretasikan sebagai hasil dari interkonversi oleh nitrifikasi dan denitrifikasi Kontribusi zooplankton cukup besar dalam aliran turunnya karbon dalam suatu perairan. Bradford-Grieve et al. (2001) mengestimasi sekitar 1.7 - 9.3 g C m–2 tahun–1 di perairan subantarctic mengalir ke dasar perairan. Nilai ini setingkat lebih tinggi dari dugaan sebesar 0.27 g C m–2 tahun–1 pada migrasi kopepoda besar di Atlantik Utara. Dari total 55.6 x 106 km2, dimana Neocalanus tonsus, 0.17 Gt C tahun–1 diperkirakan hilang setiap tahun ke laut lepas. Nilai ini sesuai dengan 1.4% produksi primer, dan 14% lebih tinggi daripada karbon organik partikel sedimen yang diukur pada kedalaman 300 meter. Meskipun demikian
30 Neocalanus tonsus tidak pernah didapatkan dalam sedimen trap dengan bertambahnya waktu. Hasil penelitian Townsend dan Pettigrew (1997) di George Bank yang memiliki aliran nutrien yang cukup besar dari perairan yang lebih dalam di perairan sekitarnya menunjukkan bahwa produktivitas dan siklus nutrien cukup tinggi. Perpindahan biomassa dari zooplankton ke ikan dibatasi oleh frekuensi dan intensitas proses yang menyebabkan aliran nitrogen dari perairan dalam di sekitarnya yang masuk ke George Bank.
III. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan selama 6 (enam) bulan dimulai dari bulan September 2005 sampai Februari 2006. Rentang waktu tersebut mencakup waktu sebelum, pada saat dan setelah puncak musim benur dan nener. Lokasi pengambilan sampel adalah di sepanjang pantai Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang, Propinsi Sulawesi Selatan (Gambar 2). S. Sawitto
Suppa
k
Lero Tanjung
20 meter 10 meter
M
-4.00
-4.02
l uk
Su p Tambak pa P Kamarang
a
-3.98
Te
t
D4 D3 D2 D1
LINTANG SELATAN
a
-3.96
s
s
-3.94
a
r
-3.92
-4.06
-4.08
S
e
C4 C3 C2 C1
l
a
-4.04
119.54
119.56
119.58
119.60
119.62
119.64
BUJUR TIMUR
B4 B3 B2 B1
A4 A3 A2 A1
Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian di Pantai Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang. Jarak antar Transek (A1, B1, C1, D1), Sejajar Garis Pantai Masing-masing 1 Km. Jarak antar Stasiun (A1, A2, A3, A4), Tegak Lurus Pantai Masing-masing 75 m. (Sumber Peta: Didigitasi Ulang dari Peta Bakosurtanal, 2005).
32 Pengambilan Data Pengambilan data yang dilakukan dengan pengukuran in situ di lapangan berupa pengukuran parameter lingkungan (suhu, salinitas, kadar DO, kedalaman kecerahan, kecepatan arus), pengukuran produktivitas primer, pengambilan contoh untuk identifikasi jenis dan kelimpahan plankton, benur, dan nener serta larva lainnya; serta pengamatan pemangsaan fitoplankton oleh zooplankton dan pengamatan pemangsaan plankton (fitoplankton dan zooplankton) oleh benur, nener, dan larva lain.
Kegiatan yang
dilakukan di laboratorium terdiri dari
identifikasi jenis plankton dan larva, pengambilan gambar plankton, percobaan isolasi plankton, dan pengukuran kadar nutrien (Lampiran 1). Stasiun-stasiun pengamatan dan pengambilan data dibuat sebanyak 16 stasiun dalam 4 transek (4x4) dengan arah sebaran stasiun per transek tegak lurus garis pantai. Setelah dilakukan survei di lokasi penelitian yang menunjukkan topografi dan batimetri perairan pantai yang hampir sama pada semua transek, maka sebaran stasiun dalam satu transek ditentukan berdasarkan jarak yaitu 75 meter antar stasiun dengan posisi stasiun terdekat dengan garis pantai ditetapkan pada kedalaman 0.5 meter pada waktu surut. Penentuan stasiun sebagai titik sampling dilakukan dengan memasang tanda sebagai acuan di pantai. Frekuensi pengambilan contoh di lapangan dilakukan dengan interval yang bervariasi antar parameter yang diukur. Pengukuran Parameter Lingkungan Pengukuran parameter lingkungan dilakukan 2 (dua) kali dalam sebulan bersamaan dengan pengambilan contoh plankton, benur, nener, dan larva pada semua stasiun pengamatan.
Parameter lingkungan hanya diukur pada bagian
permukaan saja sebab berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Naulita (1998) di perairan Selat Makassar terjadi percampuran sampai kedalaman 20 m. Parameter lingkungan yang diukur secara in situ adalah suhu, salinitas, kadar DO, kedalaman, kecerahan dan kecepatan arus pada semua stasiun (14 kali selama penelitian). Pengambilan air contoh untuk pengukuran kandungan nutrien (nitrat, fosfat dan silikat) dilakukan pada setiap transek di stasiun terdekat dari pantai sebab berdasarkan uji statistik sampling pertama data parameter lingkungan
33 didapatkan bahwa tidak ada perbedaan antar stasiun yang dekat pantai dengan ketiga stasiun yang berjarak 75 m, 150 m dan 225 m dari pantai (Lampiran 2). Selain itu,
pengambilan data nutrien ini hanya difokuskan pada wilayah
penangkapan benur dan nener. Kemudian frekuensi pengukuran data nutrien yaitu 7 (tujuh) kali selama penelitian sebab dianggap bahwa perubahan nutrien tidak secepat perubahan biologis yang terjadi di laut, dengan cara mengambil air permukaan sebanyak 250 ml lalu dimasukkan ke dalam botol sampel yang terbuat dari bahan kaca. Setiap botol sampel diberi label kemudian dimasukkan ke dalam cool box bersuhu 4oC dan untuk selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Jenis parameter, alat, dan metode pengukuran yang digunakan dalam pengukuran parameter lingkungan disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Parameter Lingkungan, Alat/Metode yang Digunakan, Frekuensi, dan Jumlah Stasiun Pengamatan
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Parameter Lingkungan Suhu Salinitas Oksigen terlarut (DO) Kecerahan Kecepatan arus Fosfat Nitrat Silikat Pasang Surut
Alat/metode Termometer/Pemuaian Hand Refraktometer/Refraksi DO meter/potensiometrik Secchi disck/visual Floating drauge/Langrangian Spektrofotometer/Colorimetri Spektrofotometer/Colorimetri Spektrofotometer/Colorimetri Menggunakan Data Dishidros
Frekuensi/ Jumlah 6 bulan Stasiun 14 16 14 16 14 16 14 16 14 16 7 4 7 4 7 4 1 16
Pengambilan Sampel Plankton dan Larva Pengambilan sampel untuk perhitungan kelimpahan dan komposisi jenis fitoplankton, zooplankton, benur, nener, dan larva lainnya dilakukan dengan cara menyaring air laut menggunakan plankton net dan seser. Plankton net yang digunakan untuk fitoplankton dengan mesh size 35 µm dan untuk zooplankton dengan mesh size 50 µm dengan luas bukaan 962 cm2 (Gambar 3A). Untuk menyaring benur, nener, larva digunakan seser (alat tangkap) dengan mesh size 0.1mm yang digunakan nelayan setempat selama ini sebagai pengganti larva net (Gambar 3B).
34
Pelampung Bingkai Seser
Kantong Jaring Kantong Jaring Seser Pelampung
A
B
Gambar 3 Sketsa Plankton Net Bersusun (A) dan Alat Seser (B). Metode penyaringan plankton (fitoplankton dan zooplankton) dilakukan dengan cara menyaring air sebanyak 80 liter menggunakan plankton net berlapis yaitu 50 µm pada lapisan pertama dan 35 µm pada lapisan kedua. Lapisan pertama bertujuan untuk mengumpulkan zooplankton dan yang kedua untuk mengumpulkan fitoplankton. Kedua lapisan plankton net dilengkapi dengan wadah terbuat dari plastik volume 250 ml. Net plankton yang terkumpul 150 ml dimasukkan dalam botol sampel dan diawetkan dengan larutan lugol untuk keperluan identifikasi dan perhitungan kelimpahan. Untuk identifikasi plankton menggunakan buku pedoman Yamaji (1982). Sebanyak 3.125 ml segera dimasukkan ke dalam masing-masing wadah (kotak untuk pengamatan pemangsaan) pada waktu yang bersamaan dengan pengamatan pemangsaan. Pengambilan contoh untuk kelimpahan benur, nener, dan larva hewan lainnya dilakukan dengan cara mendorong alat (seser) sejauh 25 meter sejajar garis pantai, yaitu pada setiap transek A1, B1, C1 dan D1. Hal ini disebabkan karena alat (seser) yang digunakan hanya dapat dioperasikan di stasiun paling dekat dengan pantai pada masing-masing transek. Alat ini dioperasikan dengan mendorong alat (seser) sambil berjalan. Jaring yang digunakan sesuai dengan yang digunakan masyarakat nelayan selama ini dalam menangkap benur dan nener yaitu seser berukuran lebar bukaan mulut 150 cm dengan
rata-rata
kedalaman sekitar 20 cm dari permukaan saat jaring ditarik. Penarikan jaring 25 meter sejajar garis pantai dan diulangi 3 (tiga) kali di stasiun terdekat garis pantai
35 pada kedalaman 0.5 meter pada masing-masing transek. Benur dan nener yang tersaring dipisahkan dari kelompok larva hewan lainnya segera setelah setiap kali penarikan seser. Benur dan nener yang tersaring pada setiap pengambilan contoh langsung dihitung jumlahnya sewaktu dipisahkan dari kelompok larva lainnya. Dengan membagi jumlah benur yang tertangkap dengan volume air yang tersaring maka kelimpahan benur dan nener dapat dihitung. Benur dan nener yang telah dipisahkan selanjutnya dimasukkan ke dalam kotak pemangsaan yang digunakan untuk pengamatan pemangsaan. Pengukuran Produktivitas Primer Pengukuran produktivitas primer dilakukan dengan menggunakan metode botol-gelap dan botol-terang untuk menentukan laju fotosintesis dan respirasi fitoplankton yang terdapat pada perairan yang diteliti, mengikuti cara yang telah dilakukan Kaswadji (1997). Sampel air diambil pada setiap stasiun yang dipilih kemudian dimasukkan ke dalam botol BOD atau botol terang dan botol gelap masing-masing sebanyak 250 ml. Selanjutnya diinkubasi selama 4 jam, kemudian diukur kadar oksigen pada setiap botol. Rata-rata produktivitas primer harian ditentukan dengan melakukan percobaan/pengukuran pada lama inkubasi setiap interval 4 jam selama 24 jam. Hasil pengukuran pada setiap interval dirata-ratakan untuk memperoleh produktivitas primer harian (gram Carbon per hari per m2). Gross Photosynthesis (GP = fotosintesis kotor) didapat dengan mengurangkan kandungan oksigen terlarut dalam botol gelap dari kandungan oksigen dalam botol terang, setelah dilakukan pencahayaan (inkubasi). Oksigen terlarut diukur dengan titrasi Winkler (Schlieper 1968) di lapangan. Nilai oksigen terlarut hasil pengurangan tersebut kemudian dikonversikan kesatuan mgC/ltr/jam dengan formula sebagai berikut:
Keterangan: BT = botol terang, BG = botol gelap, KF (Kuosien Fotosintesis) = 1.2 (Ryther & Menzel 1965). Pengukuran produktivitas primer perairan dilakukan setiap 2 kali pengukuran parameter lingkungan atau sekitar sekali sebulan dengan tujuan untuk
36 mengetahui bagaimana variasi harian laju fotosintesis dan kaitannya dengan kelimpahan benur dan nener serta larva lainnya. Pengukuran produktivitas primer dilakukan pada 4 (empat) transek di setiap stasiun terdekat dari garis pantai. Penetapan ini disesuaikan dengan tempat pengambilan data kelimpahan benur dan nener. Hal ini dilakukan karena keterbatasan untuk mengukur produktivitas dalam waktu yang bersamaan pada semua stasiun seperti pada pengukuran kelimpahan. Pengamatan Pemangsaan Pengamatan pemangsaan di lapangan menggunakan metode inkubasi dengan memodifikasi metode yang telah dilakukan Kaswadji (1997). Inkubasi dilakukan dengan memelihara plankton, benur, nener, larva lain, dalam alat/kotak yang dibuat dari net yang tidak meloloskan fitoplankton (mesh size 35 µm). Kotak dibuat dalam bentuk kubus dengan ukuran 10 X 10 X 10 cm3 atau bervolume 1 liter (Gambar 4A). Kotak pemangsaan ditempatkan dalam kolom air sekitar 50 cm dari permukaan dengan jarak antar kotak 20 cm (Gambar 4B). Pelampung
Pelampung
Tali J an
r gka Jan Tali
gkar
Permukaan Air
Kotak Pemangsaan Jangkar
A
Jangkar
B
Gambar 4 Sketsa Desain Alat/Kotak (A) dan Pemasangan Kotak Pemangsaan di Laut (B). Setiap kurungan diisi fitoplankton, zooplankton, benur/nener dan larva lain dalam 12 kombinasi. Masing-masing kombinasi terdiri dari 6 kurungan sehingga jumlah total kurungan adalah 72. Masing-masing kurungan
diamati setiap
interval 4 jam selama 24 jam. Kombinasi-kombinasi yang diisikan ke dalam kurungan pemangsaan terdiri dari: 1. Fitoplankton tunggal (F) 2. Zooplankton tunggal (Z) 3. Fitoplankton +zooplankton (F+Z)
37 4. Fitoplankton + benur dan nener (F+B/N) 5. Fitoplankton + larva lain (F+L) 6. Fitoplankton + benur dan nener + larva lain (F+B/N+L) 7. Zooplankton + benur dan nener (Z+B/N) 8. Zooplankton + larva lain (Z+L) 9. Zooplankton + benur dan nener + larva lain (F+B/N+L) 10. Fitoplankton + zooplankton + benur dan nener (F+Z+B/N) 11. Fitoplankton + zooplankton + larva lain (F+Z +L) 12. Fitoplankton + zooplankton + benur dan nener+ larva lain (F+Z+B/N +L) Fitoplankton dan zooplankton yang diisikan ke dalam kotak pemangsaan yang kombinasinya ada fitoplankton (F) atau zooplankton (Z) adalah sebanyak 3.125 ml yang diambil dari bucket volume 250 ml hasil penyaringan air 80 liter dengan plankton net. Dengan mengisi sebanyak volume ini maka kelimpahan fitoplankton dan zooplankton sama dengan kelimpahan sebenarnya di alam. Jumlah benur, nener dan larva lain yang diisikan ke dalam setiap kotak pemangsaan adalah masing-masing sebanyak 5 ekor. Larva lain yang dimasukkan adalah larva udang (crustaceae) yang dominan dalam komposisi larva yang tersaring. Kepadatan ini berbeda dengan kepadatan yang direncanakan karena kesulitan dalam teknis ketika jumlah yang diisikan proporsional dengan kelimpahan plankton.
Oleh karena itu pengamatan pemangsaan ditetapkan
mengacu pada kepadatan plankton saja. Pengamatan pemangsaan dilakukan dengan cara mengambil sampel satu kotak untuk setiap kombinasi yang dilakukan setiap selang waktu 4 jam untuk menghitung kelimpahan fitoplankton dan zooplankton. Sampel diawetkan dalam botol sampel dengan larutan lugol dan formalin 4%, untuk selanjutnya diidentifikasi dan dicacah di laboratorium melalui pengamatan di mikroskop. Dengan melakukan eksperimen ini, selain dapat perhitungan laju pemangsaan populasi juga dapat diidentifikasi jenis-jenis fitoplankton dan zooplankton yang potensial menjadi makanan alami benur dan nener.
Di samping itu dapat
dilakukan pendugaan terhadap efek kompetisi larva lain terhadap benur dan nener dalam pemangsaan plankton.
38 Analisis Data Pengujian hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian dan tujuan masing-masing analisis adalah sebagai berikut: •
Analisis ragam atau Analisis of Variance
(ANOVA), tujuannya untuk
mengetahui adanya perbedaan respon (parameter lingkungan, kelimpahan fitoplankton, zooplankton, benur, nener, larva lain, dan produktivitas primer) antar faktor (waktu dan lokasi). •
Uji beda rerata Tukey (Tukey’s HSD Test) untuk menguji perbedaan rata-rata antar faktor, digunakan sebagai uji lanjut pada hasil ANOVA yang menunjukkan hasil yang signifikan.
•
Analisis regresi linier sederhana (Simple Linier Regression Analysis), tujuannya untuk menduga laju pemangsaan, pemangsaan individu, laju pemangsaan individu harian, dan untuk
menguji hubungan linier antara
kelimpahan fitoplanton dengan zooplankton. •
Analisis regresi linier berganda (Multiple Linier Regression Analysis), tujuannya untuk menduga dan menghitung korelasi parsial antara kelimpahan fitoplankton, zooplankton, benur, nener dan larva lain dengan parameter lingkungan.
•
Analisis komponen utama atau Priciple Component Analysis
(PCA)
bertujuan untuk menjelaskan karakteristik lokasi penelitian berdasarkan distribusi sapsiotemporal parameter lingkungannya. •
Sidik gerombol atau Cluster Analysis digunakan untuk mengelompokkan observasi dalam analisis PCA berdasarkan kemiripannya.
•
Analisis Faktorial korespondensi atau Factorial Correspondence Analysis (FCA) bertujuan untuk menjelaskan assosiasi antara jenis fitoplankton dengan zooplankton dengan stasiun dan waktu tertentu.
•
Uji t berpasangan (t Paired Test) bertujuan untuk membandingkan laju pemangsaan fitoplankton oleh benur, nener, dan larva lain antar kombinasi pengamatan pemangsaan.
39 •
Analisis spasial bertujuan untuk menggambarkan sebaran mendatar parameter lingkungan dan kelimpahan plankton. Operasional analisis analisis tersebut digunakan perangkat lunak sebagai
alat bantu seperti SPSS 12.0 dan Exel Stat 7.0. Disamping beberapa analisis tersebut digunakan pula alat bantu lain seperti Surfer 7.0. untuk mengambarkan sebaran mendatar beberapa parameter lingkungan dan Microsoft Excel untuk penyajian dalam bentuk diagram, grafik dan histogram. Parameter Lingkungan Pembandingan nilai beberapa parameter lingkungan dilakukan dengan analisis ragam (ANOVA) menggunakan desain eksperimen acak kelompok (Randomized Block Design). Dalam analisis ini yang dijadikan faktor adalah musim berdasarkan kelimpahan benur dan nener, sedangkan pengelompokannya berdasar lokasi yaitu transek. Alasan penentuan musim sebagai faktor dan transek sebagai kelompok adalah karena penelitian ini lebih menekankan pada dinamika populasi sehingga lebih tepat dengan melihat perbandingan antar musim. Waktu pengamatan bervariasi berdasarkan parameter lingkungan yang diukur yaitu 14 periode pengamatan untuk parameter lingkungan: suhu, salinitas, DO, dan kecepatan arus dan 7 periode pengamatan untuk kadar nutrien (nitrat, fosfat dan silikat). Klasifikasi musim ditentukan berdasarkan kelimpahan benur dan nener yang dibagi menjadi 3 klasifikasi atau kategori yaitu: (1) sebelum puncak musim; (2) puncak musim; dan (3) setelah puncak musim. Pengelompokan menurut lokasi yaitu transek (4 transek).
Model linier yang
digunakan dalam eksperimen ini adalah sebagai berikut: Yijk = µ + Wi + Kj + εijk , Keterangan: Yijk μ
= Respon pada musim ke-i, pada kelompok (transek) ke-j ulangan ke-k. = Rata-rata umum
Wi Kj εijk
= Pengaruh musim ke-i (musim i = 1,2 dan 3). = Pengaruh kelompok ke-j (transek j = 1, 2,3 dan 4) = Galat akibat musim ke-i pada kelompok ke-j dan ulangan ke-k
40 Desain eksperimen dengan model tersebut digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan parameter lingkungan antar musim pengamatan.
maupun lokasi
Pembandingan rata-rata antar musim dan kelompok transek
dilakukan dengan menggunakan uji beda rerata Tukey (Tukey HSD) pada selang kepercayaan α= 0.05. Uji Tukey digunakan setelah hasil ANOVA menunjukkan pengaruh yang signifikan. Untuk memudahkan pembacaan hasil uji ini maka dalam penyajiannya digunakan huruf superskrip di belakang nilai rata-rata sebagai pembeda baik berdasarkan kolom maupun baris dalam satu tabel. Selain membandingkan antar musim dan lokasi, parameter lingkungan digambarkan secara spasial dalam bentuk sebaran mendatar setiap bulan menggunakan
Surfer 7.0 kecuali arus dan nutrien.
Karena data parameter
lingkungan terdiri dari banyak variabel dan observasi berdasarkan waktu dan lokasi maka untuk memudahkan dalam interpretasi maka digunakan teknik reduksi data dengan menggunakan analisis multivariate Principle Component Analysis (PCA). Dengan analisis PCA maka karakterisasi waktu dan lokasi pengamatan
dapat
disederhanakan
berdasarkan
distribusi
spasiotemporal
parameter lingkungan. Kemiripan antar observasi dianalisis dengan sidik gerombol. Analisis PCA dijalankan dengan menggunakan perangkat lunak Excel Stat 6.0 sedangkan sidik gerombol dijalankan menggunakan SPSS 10.0. Produktivitas Primer Pembandingan produktivitas primer antara waktu dan lokasi penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) rancangan kelompok (Zar, 1984). Untuk membandingkan rata-rata produktivitas primer pada setiap kombinasi
perlakuan
dilanjutkan
dengan
uji
Tukey.
Hubungan
antara
produktivitas primer (Y) dengan parameter lingkungan dan kelimpahan fitoplankton (X) dianalisis dengan regresi linier berganda (Multiple Regression Analysis), metode stepwise. Selain itu dapat juga ditunjukkan nilai korelsi parsial antar parameter. Untuk memudahkan perhitungan dalam analisis digunakan alat bantu perangkat lunak SPSS 15.0.
41 Distribusi dan Kelimpahan Plankton, Benur, Nener dan Larva Lainnya Perbedaan kelimpahan fitoplankton, zooplankton, benur, nener dan larva lain berdasarkan waktu dan lokasi di analisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) rancangan kelompok seperti yang digunakan dalam analisis parameter lingkungan. Data kelimpahan fitoplankton dan zooplankton yang dianalisis terdiri dari 14 waktu pengamatan dan 16 stasiun, sedangkan kelimpahan benur, nener dan larva lain waktu pengamatan disesuaiakan dengan kemunculannya dalam 4 transek. Hasil ANOVA yang signifikan dilanjutkan dengan uju beda rerata antara waktu maupun lokasi menggunakan uji Tukey. Pengaruh parameter lingkungan terhadap kelimpahan fitoplankton, zooplankton, benur, nener dan larva lain dijelaskan dengan analisis regresi linier berganda.
Pemilihan parameter lingkungan yang digunakan sebagai variabel
penduga dalam analisis regresi berganda disesuaikan dengan ada atau tidaknya hubungan fungsional dengan masing-masing variabel dependent. Kadar DO tidak dimasukkan dalam analisis regresi dengan kelimpahan fitoplankton karena DO merupakan hasil fotosintesis yang dihasilkan oleh fitoplankton. Kadar nutrien (nitrat, fosfat dan silikat) tidak diregresikan dengan kelimpahan zooplankton karena zooplankton tidak memanfaatkan langsung zooplankton. Sebaran spasial kelimpahan fitoplankton dan zooplankton digambarkan setiap bulan selama 6 bulan menggunakan alat bantu perangkat lunak Surfer 7.0. Assosiasi antara jenis fitoplankton dan zooplankton dengan waktu dan lokasi tertentu dijelaskan menggunakan analisis multivariet Factorial Correspondence Analysis (FCA) mengikuti petunjuk Legendre dan Legendre (1983), dan Bengen (1999). Dalam analisis ini digunakan perangkat lunak Excel Stat 6.0. Pemangsaan Plankton Analisis yang digunakan untuk menjelaskan pemangsaan adalah analisis regresi linier sederhana dan berganda yang terdiri dari analisis regresi untuk mengetahui laju pemangsaan, regresi antara laju pemangsaan dengan kelimpahan awal predator (pemangsa) dan prey (mangsa) dan regresi untuk mengetahui hubungan antara akumulasi dan laju pemangsaan dengan kelimpahan awal prey (mangsa). Analisis regresi tersebut masing-masing digunakan dalam menjelaskan
42 pemangsaan zooplankton terhadap fitoplankton, pemangsaan benur dan nener terhadap plankton (fitoplankton dan zooplankton) dan pemangsaan larva lain terhadap plankton. Laju pemangsaan dijelaskan dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana antara akumulasi pemangsaan (Y) dalam setiap waktu inkubasi (interval 4 jam atau 6 waktu inkubasi selama 24 jam) dengan waktu inkubasi (jam).
Laju pemangsaan didapatkan dari slope atau koefisien regresi yang
dinyatakan dalam satuan kelimpahan prey (sel, individu atau ekor) per jam dan dapat dikonversi menjadi laju pemangsaan harian dalam satuan kelimpahan prey per hari setelah digandakan dengan 24. Perhitungan ini dilakukan pada setiap periode pengamatan (7 periode pengamatan). Untuk pengamatan yang kombinasi prey tunggal fitoplankton dan tungal zooplankton data yang dianalisis terlebih dahulu dikoreksi dengan perubahan kelimpahan pada pengamatan pemangsaan tunggal fitoplankton dan tunggal zooplankton sehingga didapatkan laju pemangsaan bersih oleh predator. Koefisien regresi didapatkan dari perhitungan dalam proses dijelaskan di atas maka didapatkan 7 (tujuh) nilai yakni masing-masing dari satu periode pengamatan. Karena kelimpahan awal predator dan prey berbeda pada waktu inkubasi pertama sekali (jam ke-0) pada setiap periode pengamatan dalam pemangsaan zooplankton terhadap fitoplankton maka nilai koefisien regresi (Y) tersebut diregresikan lagi dengan kelimpahan awal fitoplankton, kelimpahan awal zooplankton dan rasio kelimpahan fitoplankton:zooplankton (variabelvariabel X) menggunakan analisis regresi berganda. Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan
hubungan
antara
perubahan
laju
pemangsaan
berdasarkan
kelimpahan awal dan rasio predator-prey. Pendugaan terhadap kelimpahan minimal mangsa untuk terjadinya pemangsaan oleh pemangsa dilakukan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Nilai dugaan itu didapat dari nilai koefisien regresi dan intercept dalam persamaan regresi. Pemangsaan (Y) bernilai = 0 pada titik dimana garis persamaan regresi berpotongan dengan sumbu X yang nilainya adalah hasil bagi antara negatif intercept dengan slope.
Dalam analisis ini digunakan data
43 akumulasi pemangsaan 6 waktu inkubasi dari 6 periode pengamatan dengan menganggap nilai pemangsaan negatif sama dengan nol. Dinamika Populasi Plankton Dinamika populasi plankton, benur, nener dan larva lain dijelaskan berdasarkan perubahan kelimpahan populasi berdasarkan waktu pengamatan. Untuk menjelaskan bagaimana mekanisme dinamika populasi sehingga terbentuk pola perubahan kelimpahan berdasarkan waktu pengamatan maka digunakan analisis regresi yang digabungkan dengan analisis pemangsaan. Analisis regresi dihitung terhadap data menurut waktu pengamatan dan lokasi yang bersesuaian (variabel Y dan Xt0), variabel Y t0 dengan X t-1 (waktu pengamatan satu periode sebelumnya) dan variabel Y dengan X
t-2
(waktu pengamatan dua periode
sebelumnya). Penggambaran perubahan parameter lingkungan terhadap waktu dilakukan dengan cara memplotkan data pengamatan parameter lingkungan terhadap waktu selama penelitian. Kecenderungan pola perubahan masing-masing untuk fitoplankton, zooplankton, benur, nener dan larva lainnya, dijadikan pedoman untuk melihat korelasi dan menjelaskan pemangsaan. Pendugaan terhadap spesies atau genus yang potensial menjadi makanan benur dan nener dilakukan dengan menjalankan analisis tersebut di atas pada tingkat genus dan kelas plankton. Dengan melihat korelasi pada waktu yang berbeda ini maka dapat diduga waktu efek pemangsaan terhadap populasi pemangsa maupun mangsa berdasarkan besarnya nilai koefisien korelasinya.
Hasil ini digunakan untuk menjelaskan
mekanisme yang membetuk dinamika populasi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter Lingkungan Suhu Hasil pengukuran suhu perairan dari semua stasiun selama penelitian berkisar antara 26.7 - 31.4 oC dengan rata-rata 29.0 ± 1.0 oC (Lampiran 3). Suhu perairan di lokasi penelitian sangat dipengaruhi oleh penyinaran dan curah hujan yang intensitasnya tergantung musim. Pada bulan September ketika penelitian dimulai merupakan musim peralihan dari musim timur ke musim barat, kondisi di Selat Makassar pada umumnya merupakan musim kering dan intensitas penyinaran cukup tinggi. Suhu perairan di Selat Makassar pada umumnya mulai mengalami peningkatan sejak bulan Juli hingga bulan Nopember. Peningkatan curah hujan baru terlihat signifikan pada bulan Desember (Lampiran 4) dan terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada musim barat di bulan Januari dan Februari. Perubahan pola penyinaran dan curah hujan mengikuti pola musim ini sangat mempengaruhi distribusi spasiotemporal suhu dan salinitas di perairan pantai (Gambar 5). Perubahan ini sesuai dengan pernyataan Nontji (1987) bahwa pada musim barat kecepatan angin sangat kuat dan curah hujan sangat tinggi mengakibatkan suhu sangat minimun. Sebaran mendatar suhu permukaan setiap bulan (Gambar 6) memperlihatkan bahwa suhu pada bulan September relatif lebih homogen dengan sedikit peningkatan ke arah utara.
30.50
30.00
Suhu (oC)
29.50
29.00
28.50
28.00
Feb. 2
Feb.1
Jan.2
Jan. 1
Des. 3
Des. 2
Des. 1
Nop. 3
Nop. 2
Nop. 1
Okt. 2
Okt. 1
Sept. 2
Sept. 1
27.50
Waktu Pengamatan
Gambar 5 Perubahan Rata-rata Suhu Permukaan Laut (oC) Menurut Waktu Pengamatan (I = Kesalahan Baku, n = 16).
45
Lintang Selatan
-3.970
C4C3C2C1
-3.975
-3.980
C4C3C2C1
B4B3B2B1
C4C3C2C1
B4B3B2B1
tai Pan
-3.965
NOPEMBER
D4D3D2D1
pa Sup . c Ke tai Pan
D4D3D2D1
pa Sup . c e tai K Pan
D4D3D2D1
OKTOBER
a upp S . Kec
SEPTEMBER
B4B3B2B1
-3.985
A4A3A2A1
A4A3A2A1
A4A3A2A1
-3.990 119.570
119.575
119.575
119.570
119.575
Bujur Timur
Bujur Timur
DESEMBER
JANUARI
PEBRUARI
-3.975
-3.980
C4C3C2C1
B4B3B2B1
a upp S . Kec C4C3C2C1
B4B3B2B1
tai Pan
C4C3C2C1
tai Pan
-3.970
tai Pan
-3.965
D4D3D2D1
a upp S . Kec
D4D3D2D1
a upp S . Kec
D4D3D2D1
Lintang Selatan
119.570
Bujur Timur
B4B3B2B1
-3.985
A4A3A2A1
A4A3A2A1
A4A3A2A1
-3.990 119.570
119.575
Bujur Timur
119.570
119.575
Bujur Timur
119.570
119.575
Bujur Timur
Gambar 6 Sebaran Mendatar Suhu Permukaan Laut (oC) Setiap Bulan Selama September- Februari.
46 Pola sebaran mendatar suhu permukaan di lokasi penelitian selama bulan Oktober sampai Desember sangat mirip dan sangat jelas memperlihatkan gradasi dari selatan di transek A ke utara di transek D.
Pola sebaran yang agak
berlawanan terjadi pada bulan Januari dan Februasi dimana gradasi suhu terjadi dari utara ke selatan. Perbedaan suhu permukaan di lokasi penelitian relatif lebih besar antar transek dibandingkan antar stasiun dalam transek yang sama. Lokasi penelitian yang terbuka dengan kondisi angin yang cukup kuat pada saat musim barat menyebabkan proses percampuran cukup efektif akibat arus dan gelombang dari laut menuju pantai. Proses tersebut menyebabkan relatif lebih homogennya sebaran mendatar suhu permukaan antar stasiun dalam satu transek yang tegak lurus pantai dibandingkan antar transek ke arah sejajar pantai. Salinitas Hasil pengukuran salinitas perairan dari semua stasiun selama penelitian berkisar antara 23.0 - 33.5 ‰ dengan rata-rata 29.4 ± 0.1 (Lampiran 5). Salinitas air di lokasi penelitian mulai dari awal penelitian mengalami peningkatan, sempat menurun pada bulan Oktober disebabkan karena pada waktu sampling di akhir bulan Oktober (Oktober 2) terjadi hujan beberapa hari sebelumnya (Gambar 7). Pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai mempengaruhi sebaran salinitas di pantai (Wyrtki 1961; Sverdrup et al. 1961; Tchernia 1980). Perubahan musiman curah hujan tersebut menyebabkan perbedaan pola sebaran mendatar salinitas di lokasi penelitian (Gambar 8).
Salinitas (‰)
32.0
30.0
28.0
Feb. 2
Feb. 1
Jan. 2
Jan. 1
Des. 3
Des. 2
Des. 1
Nop. 3
Nop. 2
Nop. 1
Okt. 2
Okt. 1
Sept. 2
Sept. 1
26.0
Waktu Pengamatan
Gambar 7 Perubahan Rata-rata Salinitas Permukaan Laut (‰) Menurut Waktu Pengamatan (I = Kesalahan Baku, n = 16).
47
D4D3D2D1
C4C3C2C1
-3.975
-3.980
tai Pan
-3.970
C4C3C2C1
B4B3B2B1
NOPEMBER
D4D3D2D1
ppa . Su c e K tai Pan
D4D3D2D1
a upp S . Kec
-3.965
Lintang Selatan
OKTOBER
ppa . Su c e K tai Pan
SEPTEMBER
C4C3C2C1
B4B3B2B1
B4B3B2B1
-3.985
A4A3A2A1
A4A3A2A1
A4A3A2A1
-3.990 119.570
119.575
119.575
119.570
119.575
Bujur Timur
Bujur Timur
DESEMBER
JANUARI
FEBRUARI
D4D3D2D1
C4C3C2C1
-3.975
-3.980
C4C3C2C1
B4B3B2B1
pa Sup . c e tai K Pan
-3.970
D4D3D2D1
ppa . Su c e tai K Pan
-3.965
tai Pan
a upp S . Kec
D4D3D2D1
Lintang Selatan
119.570
Bujur Timur
C4C3C2C1
B4B3B2B1
B4B3B2B1
-3.985
A4A3A2A1
A4A3A2A1
A4A3A2A1
-3.990 119.570
119.575
Bujur Timur
119.570
119.575
Bujur Timur
119.570
119.575
Bujur Timur
Gambar 8 Sebaran Mendatar Salinitas Permukaan Laut (‰) Setiap Bulan Selama September- Februari.
48 Sebaran spasial salinitas yang terjadi selama penelitian dapat dijelaskan melalui mekanisme percampuran massa air laut yang bersalinitas lebih tinggi dengan air tawar pada saat musim hujan. Air tawar yang masuk di sebelah utara wilayah penelitian pada awalnya mengalami percampuran di dekat pantai sehingga yang paling cepat mendapatkan pengaruhnya adalah stasiun terdekat dari pantai di transek D yaitu stasiun D1. Percampuran air terus berlanjut karena gelombang dan pasang surut sehingga menyebar ke arah selatan dan barat membentuk gradasi salinitas arah diagonal dari stasiun A4 ke stasiun D1. Kadar Oksigen Terlarut (DO) Kadar oksigen terlarut yang diukur di semua stasiun selama penelitian berkisar antara 3.5 – 8.7 ppm dengan rata rata 5.9 ± 0.1 ppm (Lampiran 6). Konsentrasi oksigen terlarut di laut secara umum bervariasi antara 0 – 9 ml/l (Sverdrup et al. 1961). Hewan air membutuhkan oksigen terlarut di atas 5 ml/l dan cukup layak bagi kehidupan larva plankton (Shahab 1986). Prescod (1973) menyatakan bahwa kandungan oksigen terlarut minimal sebesar 2 ppm, cukup untuk mendukung kehidupan perairan secara normal di daerah tropik dengan asumsi perairan tidak mengandung bahan beracun. Pola perubahan temporal kadar oksigen terlarut berfluktuatif namun secara umum dapat disederhanakan bahwa ada tendensi peningkatan rata-rata dari bulan September ke bulan Nopember lalu menurun hingga akhir penelitian (Gambar 9). Perubahan spasial kadar DO selama penelitian ditunjukkan dalam Gambar 10.
Kadar DO (ppm)
7.5
7.0
6.5
6.0
5.5
5.0
Feb. 2
Feb. 1
Jan. 2
Jan. 1
Des. 3
Des. 2
Des. 1
Nop. 3
Nop. 2
Nop. 1
Okt. 2
Okt. 1
Sept. 2
Sept. 1
4.5
Waktu Pengamatan
Gambar 9 Perubahan Rata-rata Kadar DO Permukaan Laut (ppm) Menurut Waktu Pengamatan (I = kesalahan baku, n = 16).
49
-3.970
C4C3C2C1
-3.975
-3.980
C4C3C2C1
B4B3B2B1
NOPEMBER
D4 D3 D2 D1
pa Sup . c e tai K Pan
-3.965
Lintang Selatan
D4D3D2D1
ppa . Su c e tai K Pan
D4D3D2D1
OKTOBER
pa Sup . c e tai K Pan
SEPTEMBER
C4 C3 C2 C1
B4B3B2B1
B4 B3 B2 B1
-3.985
A4A3A2A1
A4A3A2A1
A4 A3 A2 A1
-3.990 119.570
119.575
119.575
119.570
119.575
Bujur Timur
Bujur Timur
DESEMBER
JANUARI
FEBRUARI
D4D3D2D1
C4C3C2C1
-3.975
-3.980
C4C3C2C1
B4B3B2B1
B4B3B2B1
C4C3C2C1
tai Pan
-3.970
ppa . Su c e K
-3.965
D4D3D2D1
ppa . Su c e tai K Pan
ppa . Su c e tai K Pan
D4D3D2D1
Lintang Selatan
119.570
Bujur Timur
B4B3B2B1
-3.985
A4A3A2A1
A4A3A2A1
A4A3A2A1
-3.990 119.570
119.575
Bujur Timur
119.570
119.575
Bujur Timur
119.570
119.575
Bujur Timur
Gambar 10 Sebaran Mendatar Kadar DO Permukaan Laut (ppm) Setiap Bulan Selama September- Februari.
50 Kecepatan Arus Data hasil pengukuran kecepatan arus selama penelitian berkisar antara 0.1 - 1.1 meter/detik dengan rata-rata 0.5 ± 0.1 meter/detik (Lampiran 7) dan arah arus saat pasang cenderung bergerak mendekati pantai, sebaliknya pada saat surut arus bergerak menjauhi pantai. Nilai arus yang didapatkan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pengukuran Sudirman (2003) yang mendapatkan kisaran 0.046 - 0.339 meter/detik di permukaan perairan Pantai Barru Selat Makassar selama bulan Februari-September. Demikian pula dengan hasil pengukuran Tenriware (2005) di perairan pantai Teluk Bone selama bulan Nopember-Desember yang mendapatkan kecepatan arus berkisar antara 0.2 - 0.7 meter/detik. Perbedaan kecepatan arus di lokasi penelitian lebih banyak dipengaruhi oleh kecepatan angin yang secara periodik mengalami perubahan menurut musim, sesuai dengan pernyataan Nontji (1987) yang menyatakan bahwa pada musim barat kecepatan angin sangat kuat dan curah hujan sangat tinggi. Pola perubahan kecepatan arus menunjukkan tendensi meningkat dari bulan September sampai Januari dan kembali menurun pada bulan Februari. Pola perubahan kecepatan arus yang meningkat dari bulan September sampai Januari sangat ditentukan oleh perubahan kecepatan angin dan letak geografis wilayah penelitian di pantai timur Selat Makassar (pantai barat Sulawesi Selatan).
Pada bulan September kecepatan angin sudah menurun karena
merupakan akhir musim timur. Pada waktu peralihan dari musim timur ke musim barat tersebut kondisi angin cukup tenang sehingga kecepatan arus di pantai lebih ditentukan oleh kecepatan arus pasang surut. Memasuki awal musim barat pada bulan Desember keadaan mulai berubah dimana angin barat mulai bertiup dan pengaruhnya terhadap perairan pantai barat Sulawesi sudah terlihat. Kecepatan angin semakin meningkat sehingga mencapai puncak musim barat pada bulan Januari hingga pertengahan Februari. Letak geografis wilayah penelitian di pantai barat Sulawesi Selatan langsung berhubungan dengan perairan Selat Makassar dan tidak ada pulau-pulau penghalang diluarnya menyebabkan pengaruh angin pada musim barat cukup kuat terhadap perairan pantai Suppa.
Pengaruh kecepatan
angin yang maksimal
selama puncak musim barat juga menyebabkan gelombang dan pengadukan yang
51 kuat di perairan pantai. Penurunan kecepatan angin setelah puncaknya di akhir Januari sampai awal Februari menyebabkan kembali menurunnya kecepatan arus pada akhir Februari dan terus menurun mengikuti penurunan kecepatan angin sampai musim peralihan dari musim barat ke musim timur pada bulan April dan Mei. Variasi kecepatan arus antar stasiun pengamatan kecil. Tidak adanya variasi kecepatan arus ini lebih disebabkan karena pantai di lokasi penelitian yang terbuka ke arah Selat Makassar memiliki kecepatan angin yang sama dan topografi dasar perairan yang seragam. Akibatnya kecepatan arus di lokasi penelitian tidak terlalu jauh berbeda antar stasiun pengamatan. Kadar Nutrien Pengambilan sampel untuk pengukuran kadar nutrien (nitrat, fosfat dan silikat) dilakukan dengan frekuensi sampling yang berbeda dengan parameter lingkungan lainnya. Pengambilan sampel air dilakukan di stasiun terdekat dari pantai di setiap transek yaitu di stasiun A1, B1, C1 dan D1, sebab berdasarkan uji statistik sampling pertama data parameter lingkungan didapatkan bahwa tidak ada perbedaan antar transek yang dekat pantai dengan ketiga transek yaitu A2, B2, C2, D2, dan A3, B3, C3, D3 dan A4, B4, C4, D4 dan pengambian data nutrien ini hanya difokuskan pada wilayah penangkapan benur dan nener.
Kemudian
frekuensi pengambilan data nutrien hanya 7 (tujuh) kali selama penelitian sebab dianggap bahwa perubahan kadar nutrien tidak secepat perubahan faktor biologis seperti kelimpahan plankton dan larva yang dapat dengan cepat mengalami perubahan. Selain itu data ini dianggap telah cukup untuk dianalisis dalam rangka pengujian hipotesis sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil pengukuran kadar nutrien dalam sampel air selama penelitian (Lampiran 8) menunjukkan bahwa kadar nitrat berkisar antara 0.02 - 0.48 ppm dengan rata-rata ± S.E (0.19 ± 0.11) ppm. Kadar fosfat berkisar antara 0.09 0.20 ppm dengan rata 0.12 ± 0.03 ppm dan kadar silikat berkisar antara 0.040 0.041 ppm dengan rata-rata 0.041 ± 0.001 ppm. Hasil analisis ragam kadar nitrat dan fosfat antar waktu pengamatan menurut kelompok transek menunjukkan bahwa kadar nitrat dan fosfat tidak
52 berbeda menurut waktu pengamatan maupun antar keempat kelompok transek (Lampiran 9).
Hal ini menunjukkan bahwa kadar nutrien dapat dianggap
homogen jika keragamannya dilihat atau diperbandingkan antar waktu pengamatan dalam interval sekitar setiap bulan dari bulan Nopember hingga Februari. Selain membandingkan antar waktu pengamatan, parameter lingkungan juga dianalisis untuk membandingkan antar musim menurut kelimpahan benur dan nener yaitu sebelum, pada saat dan setelah puncak musim benur dan nener. Parameter Lingkungan Berdasarkan Musim Benur dan Nener Mengacu pada hasil analisis data kelimpahan benur dan nener maka terdapat 3 (tiga) fase yaitu sebelum puncak musim (1), puncak musim (2) dan setelah puncak musim (3).
Fase sebelum puncak musim dimulai dari awal
September (September 1) sampai dengan akhir Oktober (Oktober2) dengan periode sampling sebanyak 4 (empat) kali. Fase puncak musim dimulai dari awal bulan Nopember (Nopember 1) sampai dengan pertengahan Januari (Januari 1) dengan periode sampling sebanyak 7 (tujuh) kali. Selebihnya fase setelah puncak musim dimulai setelah pertengahan Januari (Januari 2) sampai pertengahan Februari (Februari 2) dengan periode sampling sebanyak 3 (tiga) kali. Untuk selanjutnya ketiga fase tersebut dinyatakan sebagai “musim” dalam analisis yang terdiri dari (1) sebelum puncak musim; (2) puncak musim dan (3) setelah puncak musim. Hasil analisis ragam menurut musim menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar musim semua parameter lingkungan yang diamati (Lampiran 10). Setelah dilanjutkan dengan Uji Tukey diketahui bahwa rata-rata suhu dan kadar DO sebelum dan selama puncak musim tidak signifikan berbeda tetapi kedua musim tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata setelah puncak musim. Rata-rata salinitas signifikan berbeda antar ketiga musim dimana tertinggi sebelum dan terendah setelah puncak musim benur dan nener. Kecepatan arus rata-rata juga berbeda antar ketiga musim dengan rata-rata tertinggi setelah puncak musim sedangkan terendah terjadi sebelum puncak musim benur dan nener (Tabel 2).
53 Tabel 2 Hasil Uji Tukey (α = 0.05) Beberapa Parameter Lingkungan Berdasarkan Musim Benur dan Nener Parameter Lingkungan Suhu Salinitas Kadar DO Kecepatan Arus Kadar Nitrat Kadar Fosfat
Sebelum 29.31 ± 0.10 a 30.80 ± 0.23 a 6.01 ± 0.11 a 0.339 ± 0.014 c 0.195 ± 0.033 ab 0.111 ± 0.009
Musim Benur dan Nener Puncak Setelah a 29.30 ± 0.09 28.08 ± 0.14 b 29.64 ± 0.16 b 27.00 ± 0.20 c a 6.19 ± 0.10 5.15 ± 0.11 b b 0.523 ± 0.013 0.632 ± 0.025 a a 0.139 ± 0.027 0.255 ± 0.033 b 0.116 ± 0.007 0.127 ± 0.009
Keterangan: Huruf yang berbeda dalam baris yang sama menunjukkan perbedaan rata-rata antar musim berdasarkan Uji Tukey (α = 0.05).
Berdasarkan hasil uji dalam Tabel 2 maka terlihat bahwa salinitas dan kecepatan arus merupakan dua parameter lingkungan yang sangat menonjol antar musim. Kedua parameter tersebut nampaknya berbanding terbalik dimana pada saat rata-rata salinitas paling tinggi maka sebaliknya kecepatan arus paling lambat. Salinitas dan kecepatan arus di lokasi penelitian sangat dipengaruhi oleh perubahan musim. Pada saat puncak musim barat angin bertiup sangat kuat dan curah hujan sangat tinggi sehingga kecepatan arus di lokasi penelitian menjadi maksimal, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap transportasi larva benur dan nener, sesuai dengan pernyataan Laevastu dan Hayes (1981) bahwa kecepatan arus berpengaruh besar dalam transportasi telur, larva dan ikan-ikan kecil, juga berperan dalam menentukan oreintasi selama melakukan perjalanan migrasi yang panjang. Sebaliknya salinitas mengalami penurunan hingga mencapai tingkat terendah setelah puncak musim benur dan nener yaitu pada bulan Januari dan Februari karena curah hujan yang sangat tinggi pada saat tersebut, sehingga diduga menurunnya larva benur dan nener, dan larva lain akibat rendahnya salinitas, sesuai dengan pernyataan Tchernia (1980) bahwa salinitas air mempengaruhi ormoregulasi ikan dan berpengaruh besar terhadap fertilisasi dan perkembangan telur. Suhu memiliki pola perubahan yang hampir sama dengan salinitas karena juga terkait dengan musim dalam kaitannya dengan intensitas penyinaran. Penurunan intensitas cahaya setelah puncak musim akibat tingginya curah hujan menyebabkan suhu rata-rata permukaan air pada waktu tersebut berbeda lebih rendah dibandingkan dengan suhu sebelum dan pada saat puncak musim benur
54 dan nener, sehingga diduga hal ini pula yang menyebabkan larva benur dan nener menjadi rendah, Wooton (1992) menyatakan bahwa suhu merupakan faktor pembatas yang sangat vital bagi biota air dan dapat mempengaruhi proses biokimia, fisiologi dan tingkah laku ikan-ikan. Pembandingan kadar DO antar musim menunjukkan kesamaan dengan suhu, yang menguatkan dugaan bahwa keterkaitan cahaya dengan proses fotosintesis sebagai faktor yang berkontribusi besar dalam menentukan kadar DO dalam air. Kadar fosfat yang lebih homogen antar ketiga musim menunjukkan bahwa parameter ini tidak memberikan dampak secara langsung terhadap kelimpahan benur dan nener. Perbedaan respon yang ditunjukkan oleh kedua jenis nutrien yaitu nitrat dan fosfat terjadi karena adanya kemungkinan pemanfaatan atau konsumsi oleh fitoplankton. Kadar fosfat yang tidak berbeda antar musim dapat terjadi karena lokasi penelitian di perairan pantai sehingga masukan fosfat dari darat cukup tinggi dan konsumsi oleh fitoplanton tidak menyebabkan penurunan yang signifikan. Kadar nitrat yang lebih tinggi setelah puncak musim terjadi karena pemanfaatan element ini menurun dibandingkan sebelum dan pada saat puncak musim benur dan nener, sebab pada saat itu pertumbuhan dan kelimpahan fitoplankton sangat rendah dibandingkan dengan dua musim sebelumnya.
Kondisi itu menyebabkan
kadar nitrat di perairan
menjadi tinggi.
Karakteristik Lokasi Penelitian Karakteristik lokasi penelitian pada waktu tertentu berdasarkan parameter lingkungannya dijelaskan sesuai hasil analisis komponen utama (PCA) menggunakan data transek dan bulan pengamatan sebagai observasi dan 6 (enam) parameter lingkungan sebagai karakter atau variabel. Hasil analisis PCA terhadap 24 observasi (6 bulan x 4 transek) menunjukkan bahwa 80.16% ragam terjelaskan pada 3 sumbu utama pertama masing-masing F1 (46.26%), F2 (19.56%) dan F3 (14.35%) dengan akar ciri secara berurut
2.775, 1.174 dan 0.861.
Matriks
korelasi antar variabel parameter lingkungan menunjukkan korelasi yang signifikan meskipun tidak kuat. Suhu dengan salinitas dan DO, dan salinitas dengan DO signifikan berkorelasi positif (Lampiran 11).
55 Salinitas dan Kadar DO berkorelasi positif sedangkan kecepatan arus berkorelasi negatif dengan sumbu utama pertama F1.
Ketiganya merupakan
parameter lingkungan yang berkontribusi besar dalam pembentukan sumbu utama pertama F1. Nitrat lebih berkontribusi ke pembentukan sumbu utama ke-dua F2,sedangkan fosfat lebih besar perannya dalam pembentukan sumbu utama ketiga F3. Suhu memiliki peran yang hampir berimbang dalam pembentukan F1 dan F2. Beberapa observasi yang berperan besar dalam pembentukan sumbu F1 seperti pada bulan Februari di transek C dan D (FC dan FD), Januari di transek A dan C (JA dan JC) serta di transek B pada bulan Nopember (NB). Plot setiap observasi berdasarkan koordinat pada dua sumbu utama pertama (F1 X F2) memperlihatkan distribusi yang cenderung beragregat berdasarkan waktu (bulan) pengamatan. Observasi bulan Januari (J) dan Februari (F) semua transek tersebar pada sumbu F1 negatif yang dicirikan oleh kecepatan arus yang tinggi. Observasi pada bulan September dan Oktober di stasiun A dan B yang tersebar di quadran I pada sumbu F1 positif dan F2 positif dicirikan oleh salinitas dan kadar DO yang tinggi. Observasi dalam bulan yang sama di transek C dan D dan Nopember di transek D lebih menyebar di Quadran IV dicirikan oleh salinitas yang lebih tinggi. Pada umumnya observasi pada bulan Desember dari semua transek dan observasi pada bulan Nopember di transek C dan D menyebar dekat dari pusat sumbu menunjukkan bahwa parameter lingkungan selama waktu tersebut berada dalam kisaran sekitar nilai rata-rata (Gambar 11).
Gambar 11 Plot Observasi dan Parameter Lingkungan pada Dua Sumbu Komponen Utama Pertama (F1 X F2).
56 Berdasarkan hasil análisis sidik gerombol (ClusterAnalysis) seluruh observasi berdasarkan nilai 6 (enam) parameter lingkungannya maka berdasarkan disimilaritasnya pada level dibawah 10 (4.047) dapat digolongkan kedalam 3 (tiga ) kelompok besar masing-masing yaitu: (1) semua observasi pada bulan Januari dan Februari di transek A, B dan C dan semua observasi di transek D pada bulan Oktober dan Nopember dan Desember; (2) Observasi pada bulan Januari dan Februari di transek D; dan (3) observasi lainnya yang tidak masuk dalam dua kelompok sebelumnya seperti ditunjukkan dalam Gambar 11 di atas dan dendogram hasil sidik gerombol dalam Gambar 12. Kecepatan arus yang tinggi pada bulan Januari dan Februari diakibatkan oleh kencangnya angin yang bertiup pada puncak musim barat tersebut. Kadar DO dan suhu yang tinggi pada bulan September dan Oktober berhubungan dengan tingginya intensitas penyinaran dan produksi oksigen akibat fotosintesa yang optimal.
Gambar 12 Dendogram Dissimilaritas Observasi (Bulan dan Transek) Berdasarkan Parameter Lingkungan. Huruf Pertama (S, O, N, D, J dan F) Menunjukkan Bulan; Huruf Kedua (A, B, C dan D) Menunjukkan Stasiun. Dalam Gambar 12 terlihat kemiripan yang tinggi (skala disimilaritas yang lebih rendah) antar observasi menurut waktu (bulan). Kemiripan yang lebih tinggi antar semua transek pada bulan Januari dan Februari dibandingkan dengan observasi lainnya pada bulan berbeda terutama disebabkan oleh kecepatan arus yang tinggi dan salinitas rendah sebagai penciri kelompok observasi tersebut. Karakteristik tersendiri observasi pada bulan September dan Oktober di Transek
57 A dan B dan pada bulan Nopember di Transek A dikelompokkan berdasarkan kemiripan parameter salinitas dan kadar DO yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok observasi lainnya. Kelompok observasi lainnya selain kedua kelompok yang telah disebutkan di atas memiliki kemiripan yang relatif besar berdasarkan parameter salinitas yang sedang sampai tinggi. Kelompok tersebut lebih mirip dengan kelompok kedua dibandingkan dengan kelompok observasi pertama. Dari pola pengelompokan tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik lokasi penelitian lebih dicirikan oleh perbedaan parameter lingkungannya yang berbeda menurut waktu atau musim dibandingkan dengan perbedaan spasial antar transeknya.
Kemiripan
karakteristik setelah puncak musim lebih rendah dibandingkan dengan sebelum dan saat puncak musim benur dan nener. Kelimpahan Benur, Nener dan Larva Lain Kelimpahan Benur Kelimpahan benur yang didapatkan setiap sampling berkisar antara 0 29067 dengan rata-rata 6990 ekor/1000 m3. Secara lengkap hasil tangkapan benur dan nener serta larva lainnya disajikan dalam Lampiran 12. Hasil analisis ragam antar waktu menurut kelompok lokasi (transek) pengamatan kelimpahan benur menunjukkan bahwa kelimpahan benur signifikan berbeda menurut waktu pengamatan tetapi tidak signifikan berbeda menurut transek pengamatan (Lampiran 13). Hasil ini membuktikan bahwa perbedaan kelimpahan benur di lokasi yang diteliti lebih menonjol karena pengaruh perbedaan waktu dibanding perbedaan secara spasial terutama ke arah sejajar pantai. Hal ini disebabkan karena perbedaan musim pemijahan dimana setiap jenis crustaceae termasuk udang windu memiliki musim pemijahan tertentu.
Selain karena perbedaan
musim pemijahan, perbedaan kelimpahan dapat pula disebabkan oleh perbedaan faktor lingkungan. Jika perbedaan musim lebih bersifat internal yang merupakan faktor genetik atau hereditas suatu spesies, faktor lingkungan merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi kelangsungan hidup larva udang setelah terjadinya pemijahan. Tingkat kelangsungan hidup benur hasil pemijahan dalam satu musim
58 pemijahan sangat dipengaruhi oleh daya dukung lingkungan termasuk ketersediaan makanan pada fase larva yang merupakan fase kritis. Hasil uji Tukey juga memperlihatkan kelimpahan yang berbeda berdasarkan waktu. Perubahan rata-rata kelimpahan benur berdasarkan waktu pengamatan menunjukkan peningkatan sejak didapatkan benur pada bulan Oktober hingga mencapai puncaknya pada akhir bulan Nopember. Kelimpahan sedikit menurun pada awal Desember kemudian mengalami sedikit peningkatan pada pertengahan bulan Desember lalu terus mengalami penurunan hingga akhir bulan Januari dan tidak ditemukan lagi pada bulan Februari (Gambar 13).
Gambar 13 Rata-rata Kelimpahan Benur di Setiap Transek Menurut Waktu Pengamatan. Melihat pola distribusi kelimpahan benur berdasarkan waktu pengamatan yang ditunjukkan dalam Gambar 13 sangat besar kemungkinan pembentukan puncak kurva seperti yang terjadi pada akhir bulan Nopember (Nopember 3), pertengahan Desember (Desember 2) dan awal Januari (Januari 1) disebabkan oleh perbedaan periode pemijahan induk udang dengan jumlah telur dan tingkat survival larva yang berbeda. Variasi waktu pemijahan dan pemijahan terbesar yang mengeluarkan telur terbanyak antar individu selama periode pemijahan merupakan faktor yang dapat membentuk perubahan kelimpahan benur. Kelimpahan benur diasosiasikan dengan periode pemijahan induk udang windu maka mekanisme yang mungkin terjadi adalah kelimpahan rendah pada awal pemijahan di awal bulan Oktober merupakan representasi dari permulaan
59 pemijahan dan terus meningkat sehingga mencapai puncak pemijahan yang hasilnya terlihat pada akhir bulan Nopember. Karena telur-telur dalam induk udang windu tidak dilepaskan sekaligus maka setelah memijahkan sebagian besar telurnya yang matang lebih awal beberapa minggu kemudian akan memijahkan lagi sebagian telur yang terlambat matang, sehingga terjadi kelimpahan benur yang meningkat kembali dari awal ke pertengahan Desember. Kemungkinan pada pemijahan kedua masih menyisakan sebagian kecil dari telurnya dan memijahkannya kembali setelah beberapa hari kemudian sehingga terjadi peningkatan benur dan nener lagi pada awal Januari.
Mekanisme lain yang
mungkin terjadi sehingga terjadi pola perubahan kelimpahan benur seperti dalam Gambar 13 adalah karena perbedaan tingkat kelangsungan hidup larva yang berbeda akibat perbedaan kelimpahan sumber makanan benur yaitu plankton. Jika kelimpahan benur dan nener pada awalnya lebih disebabkan dari perbedaan jumlah telur yang dipijahkan oleh induk pada fase permulaan pemijahan maka pada waktu pasca puncak pemijahan pertama perbedaan kelimpahan benur dan nener bukan saja dapat terjadi karena perbedaan jumlah telur yang dipijahkan tetapi juga dapat disebabkan oleh perbedaan tingkat kelangsungan hidup larva sampai benur ditangkap. Kelimpahan fitoplankton dan zooplankton yang berbeda menyebabkan perbedaan daya dukung dalam menyediakan makanan terhadap larva udang. Pengaruh daya dukung kelimpahan plankton (fitoplankton maupun zooplankton) terhadap benur sangat mungkin terjadi sebagai penyebab menurunnya kelimpahan benur dan nener dari bulan Nopember disamping karena memang jumlah telur yang dipijahkan juga menurun. Pengaruh ketersediaan fitoplankton dan zoooplankton sebagai makanan alami berbagai larva di laut telah banyak dibuktikan di beberapa daerah yang menyimpulkan bahwa tingkat kelangsungan hidup larva sangat ditentukan dari kelimpahan fitoplankton dan zooplankton, hal ini sesuai dengan pernyataan Kiørboe et al. (1988) bahwa pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup larva ikan herring di daerah frontal dipengaruhi oleh fitoplankton dan zooplankton. Hinrichsen et al. (2002) menyatakan bahwa dinamika populasi ikan dikontrol oleh perubahan populasi fitoplankton di laut.
60 Kelimpahan Nener Kelimpahan nener yang didapatkan setiap sampling berkisar antara 0 -7733 dengan rata-rata 1586 ekor/1000 m3. Hasil lengkap jumlah nener yang didapatkan setiap kali sampling dan perhitungan kelimpahan di setiap transek disajikan dalam Lampiran 14. Kisaran kelimpahan nener yang didapatkan ini relatif lebih rendah dibandingkan dengan kelimpahan total ichthoplankton yang didapatkan oleh Fiiliukienà dan Fiiliukas (2000) di laguna Curonian, di Lituania yang berkisar antara 4100 - 29300 ekor/1000 m3. Hasil analisis ragam antar waktu menurut kelompok lokasi (transek) pengamatan (menggunakan data akar kelimpahan nener karena tidak berdistribusi normal) menunjukkan bahwa kelimpahan nener signifikan berbeda menurut waktu maupun menurut transek pengamatan (Lampiran 15). Selanjutnya dari Uji Tukey diketahui bahwa rata-rata kelimpahan pada awal bulan Desember (Desember 1) signifikan berbeda lebih tinggi dibandingkan dengan semua waktu lainnya. Perubahan rata-rata kelimpahan nener berdasarkan waktu pengamatan menunjukkan peningkatan sejak didapatkan nener pada sampling ke-2 di bulan Oktober (Oktober 2) lalu mengalami peningkatan yang cukup tajam pada awal bulan Nopember (Nopember 1).
Kelimpahan nener sempat menurun pada
pertengahan Nopember dan sedikit peningkatan pada akhir bulan Nopember. Peningkatan sangat tajam terlihat di puncak kelimpahan pada awal Desember dan setelah itu drastis pula mengalami penurunan di sekitar pertengahan Desember hingga tidak didapatkan lagi nener pada awal Januari (Gambar 14). Perbandingan antara kedua pola perubahan kelimpahan benur dan nener seperti ditunjukkan dalam Gambar 13 dan 14, maka terdapat perbedaan pola berdasarkan puncak kurva yang ditunjukkan keduanya.
Meskipun keduanya
menunjukkan periode puncak kurva selama puncak musim terlihat 2 (dua) kali mengalami kenaikan kelimpahan namun terdapat perbedaan yang khas diantara keduanya.
Puncak kurva kelimpahan pertama benur yang terjadi pada akhir
Nopember (Nopember 1) lebih tinggi dibandingkan dengan puncak kedua pada pertengahan Desember (Desember 1) dengan jarak antara kedua puncak kelimpahan hanya diantarai satu periode sampling.
61
Gambar 14 Rata-rata Kelimpahan Nener di Setiap Transek Menurut Waktu Pengamatan. Pola perubahan kelimpahan nener nampak berbeda dimana terlihat puncak kurva kelimpahan pertama relatif lebih awal dibandingkan dengan benur yaitu pada awal Nopember (Nopember 1) dan diantarai dua periode sampling. Selain pola perubahan pada masa puncak kelimpahan juga terlihat durasi pra pasca puncak musim terlihat sedikit lebih lama pada benur dibandingkan dengan nener. Perbedaan pola perubahan kelimpahan antara benur dan nener dapat terjadi karena perbedaan waktu dan pola pemijahan antara induk udang windu dengan bandeng. Perschbacher ( 2004) menyatakan bahwa ikan bandeng memijah di laut dekat pantai dengan fekunditas mencapai sekitar tujuh juta telur per ekor induk betina, memijah dua kali atau sekali dalam setahun tergantung wilayahnya. Fenomena munculnya benur dan nener dalam waktu yang hampir bersamaan puncaknya sekitar bulan Desember mungkin terkait dengan kelimpahan fitoplankton dan zooplankton, pernyataan ini sesuai dengan pernyataan Alemany dan Ignacio (2003) bahwa tingkat kelangsungan hidup larva ikan dipengaruhi oleh kondisi pemijahan dan makanan dalam suatu waktu dan periode tertentu. Fiiliukienà dan Fiiliukas (2000) menyatakan bahwa meskipun hubungannya tidak terlalu kuat (r = 0.339), namun kelimpahan larva ikan menunjukkan korelasi positif dengan kelimpahan zooplankton. Kemungkinan ini juga terkait dengan teori match mismatch yang dikemukakan oleh Cushing (1981) yang menjelaskan hypotesis match mismatch,
dan Fortierl et al. (1995) yang
62 mendapatkan bahwa kelangsungan hidup dan kesuksesan larva ikan cod Artic sangat ditentukan oleh match atau tidak matchnya dengan kelimpahan populasi kopepoda. Hal ini mendukung hypotesis match mismatch.
Ketepatan waktu
antara kelimpahan plankton dan pemijahan larva berbagai jenis hewan sangat menentukan tingkat kelangsungan hidup generasi tersebut. Nampaknya waktu puncak kelimpahan benur dan nener yang terjadi di lokasi penelitian hampir bertepatan (sesaat setelah) puncak kelimpahan fitoplankton dan zooplankton. Dengan kondisi demikian maka telur-telur yang dipijahkan jadi larva udang dan ikan memiliki persediaan makanan alami yang cukup untuk menunjang kelangsungan hidupnya beberapa saat setelah kuning telurnya habis. Kelimpahan plankton dan faktor arus juga diduga menunjang pergerakan larva dari laut dalam dimana induk udang dan ikan memijah ke arah pantai. Pada saat puncak kelimpahan benur dan nener kecepatan arus sangat tinggi akibat kecepatan angin yang tinggi sehingga memungkinkan pergerakan larva menuju pantai yang kaya akan makanan berupa plankton, sesuai dengan pernyataan Peterman dan Bradford (1986) bahwa kecepatan angin sangat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup larva ikan “northern anchovy” (Engraulis mordax) dan mempunyai hubungan yang kuat antara laju mortalitas larva dengan kekuatan angin. Kecepatan dan arah angin sangat mempengaruhi proses transportasi larva ikan. Kelimpahan Larva Lain Larva lain yang ditemukan meliputi larva crustacea, larva ikan, larva gastropoda, dan jenis lainnya yang tidak teridentifikasi. Komposisi larva lain didominasi oleh larva berbagai jenis udang (crustaceae) yang sudah dikenali dari segment-segment tubuhnya.
Kelimpahan larva lain yang didapatkan setiap
sampling berkisar antara 1600 - 54400 dengan rata-rata 16362 ekor/1000 m3. Hasil lengkap jumlah larva lain yang didapatkan setiap kali sampling dan perhitungan kelimpahan di setiap transek disajikan dalam Lampiran 16. Perubahan rata-rata kelimpahan larva lain berdasarkan waktu pengamatan menunjukkan peningkatan dari awal penelitian dan cukup signifikan pada pertengahan Nopember (Nopember 2).
Kelimpahan yang tinggi dimulai dari
63 bulan Oktober dan mencapai kelimpahan tertinggi pada akhir bulan Desember (Desember 3). Kelimpahan larva lain menurun drastis pada awal Januari dan terus menurun hingga akhir penelitian. Kelimpahan rata-rata dari tiga (3) kali sampling tertinggi di Transek D mencapai 46933 ekor/1000 m3 (Gambar 15).
Gambar 15 Rata-rata Kelimpahan Larva Lain di Setiap Transek Menurut Waktu Pengamatan. Hasil analisis ragam terhadap nilai akar kelimpahan larva lain antar waktu menurut kelompok transek pengamatan menunjukkan bahwa kelimpahan larva lain signifikan (P < 0.05) berbeda menurut waktu pengamatan tetapi signifikan (P > 0.05) menurut transek pengamatan (Lampiran 17).
tidak
Hasil ini
membuktikan bahwa perbedaan kelimpahan larva lain di lokasi yang diteliti lebih disebabkan oleh perbedaan secara temporal faktor-faktor yang mempengaruhi kelimpahan larva lain. Jika dibandingkan dengan kedua larva lainnya maka hasil analisis ragam larva lain relatif sama dengan benur dan berbeda dengan nener. Penyebabnya adalah karena dominan penyusun komunitas larva lain adalah crustacea yang segolongan dengan benur.
Hasil ini mengindikasikan adanya
perbedaan pola sebaran spasial antara larva golongan ikan dengan crustacea. Perbedaan ini sangat besar kemungkinan disebabkan karena perbedaan respon dan daya adaptasi terhadap lingkungan antara larva ikan dengan larva crustacea atau udang-udangan pada umumnya.
64 Variasi temporal faktor yang menyebabkan perbedaan kelimpahan larva lain disebabkan karena perbedaan musim pemijahan berbagai jenis crustace, ikan, mollusca dan hewan lainnya. Selain karena perbedaan musim pemijahan, perbedaan kelimpahan dapat pula disebabkan oleh perbedaan respon setiap jenis larva terhadap lingkungan.
Variabilitas aspek heriditas dan interaksi dengan
faktor lingkungan merupakan aspek internal dan eksternal yang mempengaruhi kelimpahan dan distribusi larva lain, sesuai dengan pernyataan Clark (1974) bahwa suhu mempunyai pengaruh yang besar di ekosistim perairan pesisir, berbagai aktivitas hewan akuatik dipengaruhi oleh suhu, misalnya: migrasi, pemijahan, kebiasaan makanan, kecepatan berenang, perkembangan larva dan laju metabolisma. Tingkat kelangsungan hidup larva lain hasil pemijahan dalam satu musim pemijahan sangat dipengaruhi oleh daya dukung lingkungan termasuk ketersediaan makanan pada fase larva yang merupakan fase kritis. Hasil uji beda rata-rata Tukey diketahui bahwa rata-rata kelimpahan larva lain selama bulan Nopember dan Desember signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelimpahan pada bulan pertama (September) dan bulan terakhir penelitian (Februari). Diduga hal ini terkait dengan kelimpahan fitoplankton dan zooplankton yang juga tinggi pada bulan tersebut, sesuai dengan pernyataan Kiørboe et al. (1988) yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup larva ikan herring di daerah frontal dipengaruhi oleh kelimpahan fitoplankton dan zooplankton. Rata-rata kelimpahan larva lain pada awal Januari tidak signifikan berbeda dengan akhir September dan pertengahan Oktober. Rata-rata kelimpahan larva lain pada tiga waktu pengamatan tersebut tergolong sedang. Hasil pembandingan Uji beda rata rata Tukey menunjukkan bahwa variasi temporal kelimpahan larva lain lebih beragam dibandingkan dengan variasi kelimpahan benur dan nener. Banyaknya huruf superscrip pembeda rata-rata menunjukkan bahwa paling tidak ada 8 (delapan) kategori rataan kelimpahan yang terbentuk dari 14 (empat belas) waktu pengamatan. Jika dilihat dari kecenderungan menurut kelimpahan benur dan nener maka dapat dikatakan bahwa tendensi kemelimpahan larva lain sangat mirip dengan kemelimpahan benur dan nener dimana sangat melimpah pada saat musim dimana benur dan nener juga
65 melimpah dan menurun setelah puncak musim. Kemiripan ini disebabkan karena komposisi larva lain lebih didominasi oleh larva dari berbagai jenis udangudangan (crustaceae). Pemangsaan Plankton Pemangsaan Fitoplankton Oleh Zooplankton Berdasarkan hasil identifikasi dan pencacahan fitoplankton pada setiap periode selama pengamatan pemangsaan zooplankton terhadap fitoplankton didapatkan hasil lengkap mengenai perubahan kelimpahan fitoplankton dan zooplankton pada kombinasi fitoplankton tunggal (F), zooplankton tunggal (Z), dan gabungan fitoplankton dan zooplankton (F+Z) diberikan pada Lampiran 18. Perubahan kelimpahan fitoplankton memperlihatkan kecenderungan penurunan yang cukup signifikan selama 4 (empat) jam pertama inkubasi. Penurunan kelimpahan fitoplankton nampaknya lebih tinggi pada periode pengamatan yang kelimpahan awalnya lebih tinggi dan sebaliknya lebih rendah pada kelimpahan awal fitoplankton yang lebih rendah.
Selain perbedaan
kelimpahan awal fitoplankton sebagai mangsa laju pemangsaan juga terkait dengan ritme harian aktivitas pemangsaan zooplankton terhadap fitoplankton seperti yang dijelaskan Wang et al. (1998) bahwa copepoda memiliki ritme aktivitas makan dalam siklus selama 24 jam. Aktivitas makan paling tinggi pada saat menjelang malam (jam 15:00) sampai tengah malam (jam 24:00). Populasi fitoplankton menurun 47% sampai 72% dengan rata-rata 62% dari populasi awal. Jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kaswadji (1997) di perairan Laguna Pulau Seribu, yaitu zooplankton memangsa antara 3.1 – 26.1 % biomassa fitoplankton setiap hari, berarti pemangsaan zooplankton di lokasi penelitian lebih tinggi, tetapi jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gyfford dan Percy (1998) di East Sound WA, yaitu memangsa sekitar 100 % produksi klorofil harian di sekitar lapisan piknoklin dan di bawah lapisan piknoklin memangsa sekitar 39 % produksi klorofil harian, berarti laju pemangsaan di daerah penelitian sedikit lebih rendah. Laju penurunan cukup tinggi pada jam-jam awal inkubasi diduga terkait kelimpahan awal fitoplankton sebagai mangsa dan rasio fitoplankton:zooplankton.
66 Hasil plot antara lama inkubasi dengan pemangsaan (jumlah sel fitoplankton yang dimangsa oleh zooplankton) didapatkan laju pemangsaan. Laju kecepatan pemangsaan merupakan perubahan jumlah yang dimangsa dibagi dengan waktu pemangsaan yang dinyatakan dalam satuan
sel/liter/jam atau
dikonversi menjadi laju pemangsaan harian dalam satuan sel/liter/hari. Besarnya laju pemangsaan dalam setiap jam sama dengan kemiringan (slope) yang merupakan nilai koefisien regresi dalam persamaan regresi antara akumulasi pemangsaan (Y) dengan lama inkubasi dalam jam (X). Nilai ini merupakan laju pemangsaan populasi zooplankton terhadap fitoplankton yang satuannya dapat dinyatakan dalam sel/liter/jam atau jika digandakan dengan 24 maka didapatkan laju pemangsaan harian populasi zooplankton terhadap populasi fitoplankton, yang dinyatakan dalam satuan sel/liter/hari. Plot antara lama inkubasi dengan pemangsaan 7 (tujuh) periode pengamatan disajikan dalam Gambar 16.
Gambar 16 Hubungan antara Lama Inkubasi dengan Akumulasi Pemangsaan Fitoplankton oleh Zooplankton pada Setiap Periode Pengamatan Kombinasi F+Z. ( P = Periode Pengamatan). Laju pemangsaan dari seluruh periode pengamatan nilainya berkisar antara 36 sampai dengan 120 sel/liter/jam (Tabel 3).
Dugaan jumlah fitoplankton yang
dapat dimangsa dalam sehari atau selama 24 jam berdasarkan persamaan regresi dalam Tabel 3, berkisar antara 1023 - 4818 sel/liter/hari. Hasil analisis regresi antara kelimpahan awal fitoplankton (X) dalam satuan sel/liter dengan laju pemangsaan (Y) dalam satuan sel/liter/jam menggunakan data selama enam (6)
67 periode pengamatan menunjukkan bahwa laju pemangsaan signifikan berkorelasi linier positif dengan kelimpahan awal fitoplankton (Lampiran 19). Tabel 3 Persamaan Regresi antara Lama Inkubasi (X) dengan Pemangsaan Zooplankton terhadap Fitoplankton (Y) dan Kelimpahan Awal Plankton pada Setiap Periode Pengamatan Kombinasi F+Z Periode Pengamatan 1 2 3 4 5 6 7
Kelimpahan Awal F Z 7882 263 8778 190 6111 319 4743 912 8146 280 2750 460 4222 128
Persamaan Regresi Y = 2104.00 + 119.71 X Y = 2710.67 + 80.07 X Y = 1829.33 + 93.14 X Y = 1009.33 + 68.86 X Y = 2126.67 + 112.14 X Y = 152.00 + 36.29 X Y = 382.67 + 65.29 X
R2 (α = 0.05)
0.72 0.94 0.79 0.98 0.94 0.96 0.94
Hubungan antara laju pemangsaan populasi fitoplankton dengan kelimpahan awal fitoplankton mengikuti persamaan regresi
Y = 18.3796 +
0.0105 X (R2 = 0.68). Semakin tinggi kelimpahan awal fitoplankton dalam satu masa inkubasi maka semakin meningkat pula laju pemangsaan fitoplankton. Hubungan antara pemangsaan dengan kelimpahan awal fitoplankton di setiap waktu inkubasi mengikuti persamaan: Y = - 706.0254 + 0.3520 X (R2 = 0.79) seperti ditunjukkan dalam Gambar 17.
Gambar 17 Hubungan antara Kelimpahan Fitoplankton dengan Pemangsaan Fitoplankton oleh Zooplankton pada Kombinasi F+Z.
68 Informasi dari slope persamaan regresi dapat digunakan untuk menghitung kelimpahan minimal fitoplankton untuk terjadinya pemangsaan oleh zooplankton. Nilai tersebut diperoleh dengan membagi nilai intercept dengan nilai slope persamaan regresi yaitu 706.0254 : 0.3520 = 2005.
Nilai ini merupakan
perpotongan antara sumbu X (kelimpahan fitoplankton) dengan garis regresi dimana nilai Y (pemangsaan) = 0. Nilai ini dapat diartikan bahwa pada saat kelimpahan fitoplankton dibawah 2005 sel/liter maka tidak ada pengaruh pemangsaan zooplankton terhadap fitoplankton. Dalam pengertian yang sama dapat dinyatakan bahwa pemangsaan zooplankton terhadap fitoplankton terjadi ketika kelimpahan fitoplankton melebihi 2005 sel/liter. Hasil bagi jumlah pemangsaan dengan jumlah zooplankton pada setiap awal inkubasi dan mengkonversi jam menjadi hari maka laju pemangsaan individu harian zooplankton terhadap fitoplankton dapat diketahui.
Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa jumlah fitoplankton yang dimangsa per individu zoooplankton lebih tinggi pada awal inkubasi (Gambar 18). Hal ini disebabkan oleh tingginya kelimpahan fitoplankton dan rasio fitoplankton:zooplankton. Laju pemangsaan fitoplankton per individu zooplankton tinggi pada saat kelimpahan fitoplankton, zooplankton dan rasio fitoplankton:zooplankton tinggi. Pola perubahan pemangsaan individu zooplankton terhadap fitoplankton berdasarkan waktu inkubasi dan rasio fitoplankton:zooplankton disajikan dalam Gambar 19.
Gambar 18 Hubungan antara Lama Inkubasi dengan Jumlah Fitoplankton yang Dimangsa oleh Zooplankton pada Setiap Periode Pengamatan Kombinasi F+Z.
69
Gambar 19 Rasio Fitoplankton:Zooplankton dan Pemangsaan Individu Zooplankton terhadap Fitoplankton Menurut Waktu Inkubasi pada Setiap Periode Pengamatan Kombinasi F+Z. Hasil regresi menunjukkan bahwa laju pemangsaan harian individu zooplankton terhadap fitoplankton meningkat dengan meningkatnya kelimpahan fitoplankton (Gambar 20). Hubungan antara laju pemangsaan harian individu zooplankton (Y) dengan kelimpahan fitoplankton (X) mengikuti persamaan Y = 2.9100 + 0.0015 X (R2 = 0.7019).
Gambar 20 Hubungan antara Kelimpahan Fitoplankton dengan Laju Pemangsaan Individu Harian Zooplankton. Persamaan diatas dapat dikatakan bahwa laju pemangsaan individu harian zooplankton terhadap fitoplankton
bertambah 1.5 sel/liter/ hari dengan
meningkatnya kelimpahan fitoplankton sebanyak 1000 sel/liter. Lebih tepatnya
70 jika kelimpahan fitoplankton meningkat sebanyak 2000 sel/liter maka laju pemangsaan
harian
satu
individu
zooplankton
meningkat
sebanyak
3
sel/liter/hari/individu zooplankton. Jika akumulasi pemangsaan dibagi dengan kelimpahan awal zooplankton pada setiap periode pengamatan maka setiap individu zooplankton memangsa sekitar 3 sampai 25 dengan rata-rata 14 sel/liter fitoplankton/hari.
Hasil ini sedikit lebih rendah dibandingkan dengan yang
dikemukakan oleh Kaswadji (Komonikasi pribadi, 2008) bahwa dalam sehari 1 (satu) individu zooplankton membutuhkan fitoplankton sebanyak 15 – 26 sel /liter. Beberapa hasil perhitungan pemangsaan terlihat bahwa nilainya sangat dipengaruhi oleh kelimpahan awal fitoplankton. Meskipun demikian masih tetap terlihat adanya tendensi meningkatnya pemangsaan dengan meningkatnya rasio kelimpahan fitoplankton. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa jumlah fitoplankton yang dimangsa oleh setiap individu zooplankton meningkat 1.5 setiap peningkatan 10 rasio fitoplankton:zooplankton (Gambar 21).
Fakta ini sangat
logis karena dengan meningkatnya kelimpahan fitoplankton (dalam rasio F:Z sama) maka peluang relatif pertemuan antara satu individu zooplankton dengan satu sel fitoplankton akan lebih besar.
Gambar 21 Hubungan antara Rasio Kelimpahan Fitoplankton:Zooplankton dengan Jumlah Fitoplankton yang Dimangsa per Individu Zooplankton. Data pencilan (○) tidak dimasukkan dalam analisis.
71 Salah satu hal penting yang perlu diketahui adalah pengamatan dengan durasi selama 24 jam diyakini tidak sepenuhnya akurat sesuai dengan kondisi alam dalam jangka waktu yang cukup lama. Jika pengamatan dilanjutkan dalam jangka waktu yang cukup lama maka kemungkinan dampak pertumbuhan populasi fitoplankton maupun zooplankton akan terlihat. Oleh karena itu sepenuhnya pengamatan yang dilakukan mengacu pada kelimpahan pemangsa maupun yang dimangsa dalam jangka waktu selama 24 jam. Pemangsaan Plankton Oleh Benur dan Nener Pemangsaan benur dan nener terhadap plankton (fitoplankton dan zooplankton) dihitung berdasarkan kelimpahan fitoplankton dan zooplankton dalam pengamatan yang diisi dengan kombinasi F+B/N, Z+B/N dan F+Z+B/N. Kombinasi F+B/N digunakan untuk menghitung pemangsaan benur dan nener terhadap fitoplankton tanpa ada zooplankton. Kombinasi Z+B/N digunakan untuk menghitung pengaruh pemangsaan benur dan nener terhadap fitoplankton ketika tidak ada fitoplankton. Kombinasi F+Z+B/N pengaruh pemangsaan benur dan nener terhadap fitoplankton dan zooplankton dalam kondisi fitoplankton dan zoolankton ada dalam media yang sama. Pengamatan pemangsaan benur dan nener terhadap plankton dilakukan pada periode pengamatan ke-2 (P2) sampai dengan ke-6 (P6) setelah benur didapatkan. Karena nener sudah hilang pada periode pengamatan ke-6 maka jumlah benur yang diisikan ke kotak pemangsaan adalah 10 ekor, agar jumlah larva tetap sebanyak 10 ekor. Hasil perhitungan kelimpahan fitoplankton dan zooplankton pada ketiga kombinasi setiap waktu inkubasi selama 5 periode pengamatan seperti dalam Lampiran 20. Pemangsaan Fitoplankton Oleh Benur dan Nener Perubahan kelimpahan fitoplankton dalam kurungan yang diisi dengan fitoplankton bersama benur dan nener selama 24 jam inkubasi memperlihatkan kecenderungan penurunan yang bervariasi berdasarkan kelimpahan awal. Populasi fitoplankton hingga akhir inkubasi menurun antara 32 - 57% populasi awal akibat pemangsaan.
dari
Akumulasi pemangsaan benur dan nener
terhadap fitoplankton bervariasi menurut periode pengamatan (Gambar 22).
72
Gambar 22 Hubungan antara Lama Inkubasi dengan Akumulasi Pemangsaan Benur dan Nener terhadap Fitoplankton pada Setiap Periode Pengamatan pada Kombinasi F+B/N (P= Periode Pengamatan). Hasil analisis regresi antara akumulasi pemangsaan dengan lama inkubasi, didapatkan laju pemangsaan benur dan nener
terhadap populasi fitoplankton
berkisar antara 21 sampai 154 sel/liter/jam (Tabel 4). Nilai ini setara dengan 1800 sampai 3696 sel/liter/hari. Tabel 4 Persamaan Regresi antara Pemangsaan Benur dan Nener terhadap Fitoplankton (Y) dengan Lama Inkubasi (X) dan Kelimpahan Awal Fitoplankton Pada Setiap Periode Pengamatan Kombinasi F+B/N Periode Pengamatan 2 3 4 5 6
Kelimpahan Awal Fitoplankton (sel/liter) 8778 6111 4743 8146 2750
Persamaan Regresi Y = 288.00 + 150.86 X Y = 424.00 + 118.29 X Y = 37.33 + 74.71 X Y = 6.67 + 154.29 X Y = 81.33 + 20.86 X
R2 (α = 0.05)
0.93 0.82 0.94 0.90 0.97
Tabel 4 menunjukkan bahwa laju pemangsaan benur dan nener terhadap fitoplankton berkisar antara 21 - 154 sel/liter/jam dengan kelimpahan rata-rata fitoplankton 6106 sel/liter.
Dugaan jumlah fitoplankton yang dimangsa oleh
benur dan nener selama 24 jam inkubasi berkisar antara 582 - 3909 dengan ratarata 2659 sel/liter. Jika nilai tersebut dibagi dengan jumlah benur+nener (10 ekor) maka setiap ekor benur/nener dapat memangsa fitoplankton sebanyak 58 - 391 dengan rata-rata 266 sel/liter/hari.
73 Analisis regresi yang dilakukan seperti dalam menghitung pemangsaan zooplankton terhadap fitoplankton sebelumnya maka didapatkan bahwa laju pemangsaan benur dan nener signifikan berkorelasi linier dengan kelimpahan fitoplankton (Lampiran 21). Hubungan antara laju pemangsaan benur dan nener terhadap fitoplankton (Y) dengan kelimpahan fitoplankton (X) mengikuti persamaan: Y = -32.9039 + 0.0224 X (R2 = 0.9641). Hasil regresi antara pemangsaan fitoplankton oleh benur dan nener (Y) dengan
kelimpahan
fitoplankton
(X)
menunjukkan
bahwa
pemangsaan
fitoplankton oleh benur dan nener signifikan berkorelasi linier dengan kelimpahan fitoplankton (Gambar 23). Hubungan antara pemangsaan fitoplankton oleh benur dan nener dengan kelimpahan fitoplankton mengikuti persamaan: Y = -181.9682 + 0.1313 X (R2 = 0.2908).
Gambar 23 Hubungan antara Kelimpahan Fitoplankton dengan Pemangsaan Benur dan Nener terhadap Fitoplankton pada Kombinasi F+B/N. Koefisien determinasi sebesar 29% dalam persamaan di atas menunjukkan besarnya keragaman pemangsaan fitoplankton yang dapat dijelaskan dari keragaman kelimpahan fitoplankton. Dari nilai tersebut maka disimpulkan bahwa pemangsaan benur dan nener terhadap fitoplankton lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lain dibandingkan dengan kelimpahan fitoplankton. Faktor lainnya yang juga besar pengaruhnya adalah jumlah pemangsa dan rasionya terhadap kelimpahan awal fitoplankton.
74 Mengacu pada interpretasi terhadap nilai intercept maka dapat dikatakan bahwa kelimpahan minimal fitoplankton untuk terjadinya pemangsaan oleh benur dan nener adalah 181.9682 : 0.1313 = 1386.17 yang dibulatkan menjadi 1386 sel/liter.
Jika nilai ini dibandingkan dengan nilai kelimpahan minimal yang
dibutuhkan untuk terjadinya pemangsaan fitoplankton oleh zooplankton yaitu 2005 sel/liter maka dapat dikatakan bahwa kelimpahan minimal untuk terjadinya pemangsaan benur dan nener terhadap fitoplankton lebih rendah sampai lebih dari 2/3 dari kelimpahan minimal untuk terjadinya pemangsaan zooplankton terhadap fitoplankton. Arti penting dari pembandingan kelimpahan minimal fitoplankton untuk terjadinya pemangsaan antara benur dan nener dengan zooplankton adalah bahwa ketika kelimpahan fitoplankton menurun sedemikian sehingga zooplankton tidak dapat memangsa fitoplankton lagi maka benur dan nener masih memangsa populasi fitoplankton hingga kelimpahan fitoplankton mencapai sekitar lebih dari setengah kelimpahan dimana fitoplankton tidak dapat dimangsa lagi oleh zooplankton. Perbedaan respon yang ditunjukkan oleh benur dan nener dalam memangsa fitoplankton dapat terjadi karena perbedaan fisik dan kemampuan dalam menyaring air dimana fitoplankton ada di dalamnya. Benur dan nener dengan ukuran yang lebih besar dan dilengkapi dengan organ yang berfungsi menyaring air lebih baik dibandingkan dengan zooplankton yang berukuran lebih kecil maka jelas akan menangkap fitoplankton lebih banyak dalam kondisi kelimpahan fitoplankton yang rendah. Pemangsaan Zooplankton Oleh Benur dan Nener Perubahan kelimpahan zooplankton dalam pengamatan ini setelah diinkubasi selama 24 jam terlihat bervariasi diantara 5 periode pengamatan. Penurunan cukup tajam pada periode pengamatan ke-4 disebabkan kelimpahan awal yang cukup tinggi pada waktu inkubasi 4 jam pertama.
Penurunan
kelimpahan yang diakibatkan oleh pemangsaan benur dan nener mencapai 71% sampai 98%.
Ini mengindikasikan bahwa benur dan nener dapat memangsa
populasi zooplankton sampai hampir habis. Plot antara pemangsaan dengan lama
75 inkubasi memperlihatkan tendensi peningkatan yang linier selama 24 jam pemangsaan (Gambar 24).
Gambar 24 Hubungan antara Lama Inkubasi dengan Akumulasi Pemangsaan Benur dan Nener terhadap Zooplankton pada Setiap Periode Pengamatan Kombinasi Z+B/N (P = Periode Pengamatan). Pemangsaan benur terhadap zooplankton terdapat waktu periode pengamatan tidak terjadi pemangsaan. Fakta ini menguatkan dugaan bahwa besar kemungkinan benur dan nener memangsa zooplankton pada periode-periode tertentu saja dalam sehari. Atau paling tidak selama 24 jam laju pemangsaan benur dan nener terhadap zoplankton ada fase dimana pemangsaannya sangat rendah atau tidak ada. Dengan demikian maka kelimpahan zooplankton sama pada awal dan akhir inkubasi sehingga pemangsaan terhitung sama dengan nol. Plot data pemangsaan zooplankton oleh benur dan nener (Y) dengan lama inkubasi (X) setelah diregresikan diperoleh nilai koefisien regresi berkisar antara 3.51 sampai dengan 7.76 individu/liter/jam (Tabel 5). Nilai ini jika dirata-ratakan dengan membagi jumlah benur dan nener maka didapatkan laju pemangsaan zooplankton oleh benur dan nener berkisar kurang dari satu yaitu antara 0.35 sampai 0.78 individu/liter/jam/ekor. Jumlah zooplankton yang dimangsa oleh setiap ekor benur/nener setiap harinya berdasarkan berdasarkan akumulasi pemangsaan terhadap populasi zooplankton berkisar antara 11 – 43 individu/ liter/ hari. Nilai ini berada dalam kisaran hasil penelitian yang dilakukan oleh Michael & Guylaine (2003) dilaboratorium Zoea (udang) terhadap zooplankton,
76 mendapatkan kecenderungan peningkatan secara linear 3 – 250 mangsa/liter. Pemangsaan 14 individu/hari pada kelimpahan awal mangsa tertinggi yaitu 250 individu/liter. Tabel 5 Persamaan Regresi antara Pemangsaan Benur dan Nener terhadap Zooplankton (Y) dengan Lama Inkubasi (X) dan Kelimpahan Awal Zooplankton Pada Setiap Periode Pengamatan Kombinasi Z+B/N Periode Pengamatan 2 3 4 5 6
Kelimpahan Awal Zooplankton (individu/liter) 190 319 912 280 460
Persamaan Regresi
R2 (α = 0.05)
Y = 34.80 + 3.51 X Y = 15.20 + 4.84 X Y = 230.40 + 7.76 X Y = 110.80 + 4.89 X Y = 96.60 + 6.80 X
0.84 0.93 0.94 0.81 0.89
Perhitungan regresi antara laju pemangsaan benur dan nener terhadap populasi zooplankton (Y) dengan kelimpahan zooplankton (X) menunjukkan bahwa laju pemangsaan benur dan nener terhadap populasi zooplankton signifikan berkorelasi linier (Lampiran 22). Hubungan antara laju pemangsaan benur dan nener terhadap zooplankton dengan kelimpahan zooplankton mengikuti persamaan regresi: Y = 3.1021 + 0.0056 X (R2 = 0.83). Penggabungkan seluruh data dari 5 periode pengamatan pemangsaan didapatkan hasil regresi yang signifikan antara pemangsaan benur dan nener terhadap zooplankton (Y) dengan kelimpahan zooplankton (X) mengikuti persamaan: Y = -16.8981 + 0.2572 X dengan nilai koefisien determinasi R2 = 0.6362 (Gambar 25). Hasil pembagian antara nilai intercept dengan koefisien regresi yaitu 16.8981 : 0.2572 = 66 adalah nilai kelimpahan pada saat pemangsaan sama dengan nol atau perpotongan garis regresi dengan sumbu X.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa kelimpahan minimal zooplankton untuk terjadinya pemangsaan oleh benur dan nener setelah dibulatkan adalah 66 individu/liter. Pemangsaan minimal zooplankton oleh benur dan nener yang dapat mencapai nilai tersebut berarti bahwa pemangsaan benur dan nener terhadap zooplankton mencapai nilai yang cukup rendah jauh melampaui kelimpahan minimal fitoplankton untuk dimangsa oleh benur dan nener yaitu 1386 sel/liter.
77
Gambar 25 Hubungan antara Kelimpahan Zooplankton dengan Pemangsaan Benur dan Nener terhadap Zooplankton pada Kombinasi Z+B/N. Perbedaan kelimpahan minimal antara fitoplankton dengan zooplankton untuk terjadinya pemangsaan oleh benur dan nener memberikan informasi mengenai respon pemangsaan dari benur dan nener yang sangat berbeda antara fitoplankton dan zooplankto. Perbedaan respon ini dapat terjadi karena perbedaan ukuran antara fitoplankton dengan zooplankton. Zooplankton yang berukuran lebih besar relatif lebih mudah tersaring dan dimangsa oleh benur dan nener jika dibandingkan dengan fitoplankton yang berukuran lebih kecil. Akibatnya adalah zooplankton dapat dimangsa oleh benur dan nener sampai pada tingkat kelimpahan yang lebih rendah dibandingkan dengan fitoplankton. Disamping itu perbedaan yang menyolok antara kelimpahan awal fitoplankton dan zooplankton menyebabkan perbedaan nilai intercept yang besar dalam persamaan regresi. Kemungkinan lain yang bisa terjadi adalah preferensi dan orientasi pemilihan makanan yang berbeda terhadap fitoplankton dengan zooplankton.
Pemangsaan Fitoplankton dan Zooplankton Oleh Benur dan Nener Secara Bersama Hasil pencacahan kelimpahan total fitoplankton dan zooplankton dalam pengamatan pemangsaan pada kombinasi F+Z+B/N secara lengkap disajikan dalam Lampiran 20. Perubahan kelimpahan fitoplankton dan zooplankton agak tinggi pada waktu awal inkubasi.
78 Pemangsaan benur dan nener terhadap fitoplankton akumulasinya terus mengalami peningkatan dengan bertambahnya waktu inkubasi. Kecenderungan akumulasi
pemangsaan
menurut
waktu
inkubasi
masih
mirip
dengan
kecenderungan pada pemangsaan benur dan nener terhadap fitoplankton dengan kombinasi F+B/N (Gambar 26). Pemangsaan populasi fitoplankton oleh benur dan nener selama 24 jam inkubasi mencapai 59 - 85% dari populasi awal. Setelah diregresikan antara akumulasi pemangsaan benur dan nener terhadap populasi fitoplankton (Y) dengan waktu inkubasi (X) maka terlihat bahwa laju pemangsaan benur dan nener terhadap fitoplankton berkisar antara 48 - 183 sel/liter/jam atau setara 1162 - 4402 sel/liter/hari. Kisaran ini relatif lebih tinggi dibandingkan dengan laju pemangsaan fitoplankton pada kombinasi F+B/N yaitu 21 - 154 sel/liter/jam atau sertara 501 -3703 sel/liter/hari.
Gambar 26 Hubungan antara Lama Inkubasi dengan Akumulasi Pemangsaan Benur dan Nener terhadap Fitoplankton pada Kombinasi F+Z+B/N (P= Periode Pengamatan). Meningkatnya laju pemangsaan terhadap populasi fitoplankton dalam pengamatan kombinasi F+Z+B/N lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi F+B/N bukan berarti sepenuhnya karena pengaruh pemangsaan benur dan nener saja.
Alasannya adalah karena dalam waktu yang bersamaan sangat besar
kemungkinannya terjadi juga pemangsaan zooplankton terhadap fitoplankton. Jika diasumsikan bahwa laju pemangsaan benur dan nener tetap pada kedua kombinasi pengamatan maka peningkatan laju pemangsaan fitoplankton pada
79 kombinasi ketika fitoplankton, zooplankton, benur dan nener diinkubasi bersama F+Z+B/N adalah pengaruh pemangsaan oleh zooplankton. Pemangsaan benur dan nener terhadap populasi zooplankton pada pengamatan kombinasi
F+Z+B/N
nampak jauh berbeda dengan hasil
pengamatan pada kombinasi Z+B/N (Gambar 27). Pengaruh pemangsaan benur dan nener terhadap populasi zooplankton selama 24 jam inkubasi mencapai kisaran antara 49 - 95% dari populasi awal. Hasil regresi antara akumulasi pemangsaan zooplankton dengan waktu inkubasi didapatkan persamaan regresi yang menunjukkan bahwa laju pemangsaan benur dan nener terhadap zooplankton pada kombinasi F+Z+B/N berkisar antara 3 - 31 individu/liter/jam. Hal ini berarti bahwa nilai maksimum laju pemangsaan zooplankton naik hampir 4 kali lipat dari 8 individu/liter/jam pada kombinasi Z+B/N.
Artinya adalah laju pemangsaan benur dan nener
terhadap populasi zooplankton meningkat ketika fitoplankton ada.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa kehadiran fitoplankton sangat signifikan mempengaruhi peningkatan laju pemangsaan benur dan nener terhadap populasi zooplankton.
Gambar 27 Hubungan antara Lama Inkubasi dengan Akumulasi Pemangsaan Benur dan Nener terhadap Zooplankton pada Kombinasi F+Z+B/N (P= Periode Pengamatan). Hasil pemangsaan benur dan nener terhadap populasi fitoplankton dan zooplankton dijumlahkan maka didapatkan pemangsaan benur dan nener terhadap total populasi plankton.
Meskipun dalam perhitungan dengan menjumlahkan
langsung pemangsaan fitoplankton dan zooplankton terdapat bias namun bias
80 tersebut sangat sulit untuk dikoreksi. Bias yang terjadi ketika menjumlahkan langsung pemangsaan fitoplankton dan zooplankton dan menganggapnya bahwa itu adalah laju pemangsaan benur dan nener terhadap populasi plankton adalah karena
dalam
zooplankton.
pemangsaan
fitoplankton
itu
sendiri
terdapat
kontribusi
Dengan demikian pemangsaan fitoplankton dalam pengamatan
kombinasi F+Z+B/N tidak sepenuhnya diakibatkan oleh benur dan nener saja. Kesulitan dalam mengoreksi bias ini terjadi karena tidak tepat jika hanya dengan mengurangi dengan laju pemangsaan zooplankton terhadap fitoplankton pada kombinasi F+Z. Alasannya adalah karena dalam pengamatan kombinasi F+Z populasi zoooplankton tidak mengalami pemangsaan yang kenyataannya dalam kombinasi F+Z+B/N hal itu terjadi.
Dengan demikian maka pemangsaan
plankton oleh benur dan nener yang dijumlahkan langsung dapat dianggap sebagai nlai pemangsaan relatif benur dan nener terhadap populasi plankton. Laju pemangsaan populasi plankton menunjukkan adanya variasi antar periode pengamatan (Gambar 28). Variasi ini lebih disebabkan perbedaan kelimpahan awal plankton pada awal inkubasi. Besarnya laju pemangsaan relatif benur
dan
nener
terhadap
populasi
plankton
berkisar
antara
50-184
plankter/liter/jam. Dengan laju pemangsaan tersebut populasi plankton yang dimangsa mencapai 62 - 85% dari total populasi awal.
Gambar 28 Hubungan antara Lama Inkubasi dengan Akumulasi Pemangsaan Relatif Benur dan Nener terhadap Plankton (Fitoplankton + Zooplankton) pada Kombinasi F+Z+B/N (P= Periode Pengamatan).
81 Sesuai dengan hasil perhitungan pemangsaan benur dan nener terhadap plankton maka terlihat bahwa pemangsaan terhadap populasi fitoplankton jauh lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan pemangsaan terhadap populasi zooplankton. Pernyataan ini diperkuat dengan hasil regresi pada setiap periode pengamatan antara pemangsaan fitoplankton, zoooplankton dan fitoplankton + zooplankton yang memperlihatkan bahwa koefisien regresi yang didapatkan antara pemangsaan fitoplankton jauh lebih besar dibandingkan dengan zooplankton (Tabel 6). Tabel 6
Persamaan Regresi antara Pemangsaan Benur dan Nener terhadap Plankton (Y) dengan Lama Inkubasi (X) dan Kelimpahan Awal Plankton pada Setiap Periode Pengamatan Komninasi F+Z+B/N
Periode Pengamatan 2 3 4 5 6 2 3 4 5 6 2 3 4 5 6
Kelimpahan Awal F, Z dan F+Z Fitoplankton 8778 6111 4743 8146 2750 Zooplankton 190 319 912 280 460 Plankton (F+Z) 8968 6430 5655 8426 3210
Persamaan Regresi Y= Y= Y= Y= Y=
R2 (α = 0.05)
1425.33 + 183.43 X 1098.67 + 149.50 X 1244.00 + 84.00 X 1634.67 + 140.14 X 252.00 + 48.43 X
0.91 0.86 0.82 0.92 0.93
Y = 29.58 + 3.00 X Y = 64.58 + 7.20 X Y = 141.68 + 31.24 X Y = 40.36 + 7.33 X Y = 109.73 + 11.74 X
0.84 0.83 0.96 0.83 0.79
Y= Y= Y= Y= Y=
0.91 0.86 0.86 0.92 0.93
1434.93 + 184.46 X 1124.27 + 152.24 X 1218.40 + 102.26 X 1666.27 + 144.39 X 312.00 + 49.71 X
Menggunakan data dalam Tabel 6, jika nilai-nilai koefisien regresi antara laju pemangsaan plankton diregresikan lagi secara Bersama maupun parsial dengan kelimpahan awal fitoplankton dan zooplankton saat diinkubasi pertama maka didapatkan bahwa hanya kelimpahan fitoplankton yang signifikan berkorelasi dengan laju pemangsaan plankton (Lampiran 23). Hasil perhitungan regresi tersebut memperjelas bahwa laju pemangsaan benur dan nener terhadap
82 plankton lebih banyak dipengaruhi oleh kelimpahan fitoplankton. Kelimpahan total plankton tidak banyak berbeda dengan kelimpahan fitoplankton. Hubungan antara laju pemangsaan benur dan nener terhadap plankton (Y) dengan kelimpahan plankton (X) mengikuti persamaan Y = 6.0548 + 0.0197 X dengan nilai koefisien determinasi R2 = 0.8796 (Gambar 29).
Gambar 29 Hubungan antara Kelimpahan Plankton dengan Laju Pemangsaan Plankton pada Kombinasi F+Z+B/N. Hasil nilai koefisien regresi sebesar 0.0197 dapat diartikan bahwa besarnya laju pemangsaan relatif benur dan nener terhadap populasi plankton meningkat hampir 2% (1.97) dari setiap peningkatan populasi plankton. Hasil perhitungan regresi antara pemangsaan plankton (Y) dengan kelimpahan plankton (X) mengikuti persamaan: Y = -274.7735 + 0.2553 X dengan koefisien determinasi yang sedang yaitu R2 = 0.5811 (Gambar 30).
Dengan cara yang
sama seperti perhitungan sebelumnya maka dari hasil regresi didapatkan bahwa kelimpahan minimal plankton untuk terjadinya pemangsaan oleh benur dan nener adalah 274.7735 : 0.2553 = 1076 plankter/liter. Efek pem,angsaan benur dan nener baru terlihat setelah kelimpahan populasi plankton sebagai mangsa melebihi nilai tersebut. Berdasarkan nilai koefisien regresi dalam Gambar 30 (0.2553) maka dapat dikatakan bahwa peningkatan akumulasi pemangsaan benur dan nener terhadap populasi plankton relatif lebih kecil dibandingkan dengan pemangsaan benur dan nener terhadap fitoplankton dan zooplankton secara terpisah yang nilainya masing-masing 0.2572 dan 0.2866.
83
Gambar 30 Hubungan antara Kelimpahan Plankton dengan Pemangsaan Benur dan Nener terhadap Plankton pada Kombinasi F+Z+B/N. Pemangsaan Plankton Oleh Larva Lain Pemangsaan larva lain terhadap plankton (fitoplankton dan zooplankton) dihitung
berdasarkan
kelimpahan
fitoplankton
dan
zooplankton
dalam
pengamatan yang diisi dengan fitoplankton (F), zooplankton (Z) dan larva lain (L) dalam 3 kombinasi yaitu F+L, Z+L dan F+Z+L. Pencacahan dan perhitungan kelimpahan fitoplankton dan zooplankton pada ketiga kombinasi tersebut di atas pada setiap waktu inkubasi selama 7 periode pengamatan disajikan secara lengkap dalam Lampiran 24. Pemangsaan Fitoplankton Oleh Larva Lain Kelimpahan fitoplankton dalam kurungan yang diisi dengan kominasi F+L selama 24 jam inkubasi menurun agak perlahan pada setiap waktu inkubasi. Pemangsaan larva lain terhadap populasi fitoplankton dapat menurunkan populasi fitoplankton antara 33 - 58% dengan rata-rata 42% dari populasi awal. Jika dibandingkan dengan pemangsaan benur dan nener terhadap populasi fitoplankton dalam kombinasi F+B/N dengan rata-rata 48% maka pemangsaan larva lain relatif lebih rendah. Demikian pula jika dibandingkan dengan pemangsaan benur dan nener terhadap fitoplankton pada saat ada zooplankton yang jumlahnya dapat mencapai rata-rata 74% dari populasi awal fitoplankton.
84 Jumlah sel fitoplankton yang hilang akibat pemangsaan larva lain bervariasi antar waktu (jam inkubasi) pengamatan dan periode pengamatan. Pola perubahan
akumulasi
pemangsaan
masih
menunjukkan
pola
umum
kecenderungan berubah secara linier dalam 24 jam pengamatan (Gambar 31). Data akumulasi pemangsaan yang diregresikan dengan lama inkubasi pada setiap periode pengamatan pemangsaan menunjukkan laju pemangsaan larva lain terhadap populasi fitoplankton setiap jamnya berkisar antara 19 sampai 111 sel/liter/jam (Tabel 7).
Gambar 31 Hubungan antara Lama Inkubasi dengan Akumulasi Pemangsaan Larva Lain terhadap Fitoplankton pada Setiap Periode Pengamatan Kombinasi F+L (P= Periode Pengamatan). Tabel 7 Persamaan Regresi antara Pemangsaan (Y) dengan Lama Inkubasi (X) dan Kelimpahan Awal Fitoplankton pada Setiap Periode Pengamatan Kombinasi F+L Periode Pengamatan 1 2 3 4 5 6 7
Kelimpahan Awal Fitoplankton (sel/liter) 7882 8778 6111 4743 8146 2750 4222
Persamaan Regresi Y = 229.33 + 108.14 X Y = 1084.00 + 109.00 X Y = 70.67 + 74.71 X Y = - 362.67 + 79.00 X Y = 40.00 + 110.71 X Y = 34.67 + 19.43 X Y = - 89.33 + 43.29 X
R2 (α = 0.05)
0.86 0.94 0.91 0.97 0.95 0.94 0.88
Laju pemangsaan larva lain terhadap populasi fitoplankton setiap jamnya yang berkisar antara 19 sampai 111 sel/liter/jam setara dengan 466 - 2657
85 sel/liter/hari. Berdasarkan pada akumulasi pemangsaan maka setiap ekor larva memangsa sebanyak 46 - 366 sel/liter/hari/ekor. Hasil analisis regresi antara laju pemangsaan larva lain terhadap populasi fitoplankton dengan kelimpahan fitoplankton menunjukkan bahwa laju pemangsaan larva lain signifikan berkorelasi linier dengan kelimpahan fitoplankton (Lampiran 25). Hubungan antara laju pemangsaan larva lain terhadap fitoplankton (Y) dengan kelimpahan fitoplankton (X) mengikuti persamaan: Y = -12.9749 + 0.0150 X (R2 = 0.91). Pemangsaan larva lain terhadap fitoplankton signifikan berkorelasi linier dengan kelimpahan fitoplankton (Gambar 32). Hubungan antara pemangsaan fitoplankton oleh larva lain dengan kelimpahan fitoplankton mengikuti persamaan: Y =
-234.3982 + 0.1189X (R2 = 0.3362).
Hal ini
mengindikasikan bahwa meskipun korelasi antara kelimpahan awal fitoplankton tidak
kuat
namun
masih
memperlihatkan
kecenderungan
meningkatnya
pemangsaan dengan kelimpahan fitoplankton .
Gambar 32 Hubungan antara Kelimpahan Fitoplankton dengan Pemangsaan Larva Lain terhadap Fitoplankton pada Kombinasi F+L. Pemangsaan larva lain terhadap populasi fitoplankton meningkat sebesar sekitar 119 sel/liter setiap peningkatan kelimpahan fitoplankton sebanyak 1000 liter dalam setiap waktu inkubasi. Kelimpahan minimal fitoplankton untuk terjadinya dampak pemangsaan oleh larva lain adalah 234.3982 : 0.1189 = 1971.45, dibulatkan menjadi 1971 sel/liter.
Nilai ini lebih tinggi jika
dibandingkan dengan nilai kelimpahan minimal yang dibutuhkan untuk terjadinya
86 pemangsaan fitoplankton oleh benur dan nener dalam kombinasi F+B/N yaitu 1386 sel/liter. Identik dengan itu kelimpahan minimal fitoplankton untuk terlihat dampak pemangsaan larva lain meningkat hampir 50% (42.22%) dari kelimpahan minimal untuk terlihatnya dampak pemangsaan benur dan nener. Artinya adalah bahwa pemangsaan larva lain terhadap fitoplankton lebih awal atau lebih cepat berhenti atau tidak terlihat dampaknya dibandingkan pemangsaan benur dan nener terhadap fitoplankton ketika terjadi penurunan kelimpahan populasi fitoplankton. Ketika kelimpahan fitoplankton menurun sedemikian sehingga lebih rendah dari 1971 sel/liter maka pemangsaan terhadap fitoplankton hanya terjadi dari populasi benur dan nener.
Pemangsaan Zooplankton Oleh Larva Lain Perubahan kelimpahan zooplankton setelah diinkubasi selama 24 jam terlihat perbedaan yang menonjol pada periode pengamatan ke-4 yang kelimpahan awalnya lebih tinggi. Selama 24 jam inkubasi penurunan populasi zooplankton menurun dari awal hingga akhir inkubasi mencapai 53 - 94 % dengan rata-rara 75% dari populasi awal zooplankton.
Plot antara pemangsaan dengan lama
inkubasi memperlihatkan tendensi peningkatan yang linier selama 24 jam pemangsaan, meskipun dari tujuh (7) kali periode pengamatan lima (5) diantaranya tidak mengalami perubahan akumulasi pemangsaan antara 12 dan 16 jam inkubasi (Gambar 33). Plot data pemangsaan zooplankton oleh larva lain (Y) dengan lama inkubasi (X) setelah diregresikan didapatkan nilai koefisien regresi yang menunjukkan laju pemangsaan berkisar antara 2 sel/liter/jam sampai dengan 11 sel/liter/jam (Tabel 8) Nilai ini setara dengan 37 - 275 individu/liter/hari. Sesuai hasil perhitungan akumulasi pemangsaan larva lain terhadap zooplankton dan jumlah larva maka didapatkan bahwa dalam sehari setiap ekor larva memangsa zooplankton antara 5 - 43 individu/liter/hari/ekor. Laju pemangsaan larva lain terhadap populasi zooplankton signifikan berkorelasi linier positif dengan kelimpahan zooplankton (Lampiran 26). Hubungan antara laju pemangsaan larva lain terhadap zooplankton dengan kelimpahan zooplankton mengikuti persamaan regresi: Y = 0.8453 + 0.0125 X
87 (R2 = 0.9240). Dari persamaan ini dapat diartikan bahwa laju pemangsaan larva lain
terhadap
populasi
zooplankton
meningkat
sebanyak
hampir
13
individu/liter/jam setiap peningkatan kelimpahan zooplankton sekitar 1000 individu/liter.
Gambar 33 Hubungan antara Lama Inkubasi dengan Akumulasi Pemangsaan Larva Lain terhadap Zooplankton pada Setiap Periode Pengamatan Kombinasi Z+L (P= Periode Pengamatan).
Tabel 8 Persamaan Regresi antara Pemangsaan Larva Lain terhadap Zooplankton (Y) dengan Lama Inkubasi (X) dan Kelimpahan Awal Zooplankton pada Setiap Periode Pengamatan Kombinasi Z+L Periode Pengamatan 1 2 3 4 5 6 7
Kelimpahan Awal Zooplankton (individu/liter) 263 190 319 912 280 460 128
Persamaan Regresi Y = 26.00 + 4.07 X Y = 20.80 + 2.23 X Y = 33.20 + 5.27 X Y = 166.80 + 11.44 X Y = 78.80 + 5.23 X Y = 116.40 + 7.97 X Y = 16.40 + 1.54 X
R2 (α = 0.05)
0.87 0.85 0.93 0.93 0.92 0.94 0.87
Dengan menggabungkan seluruh data dari tujuh (7) periode pengamatan pemangsaan didapatkan hasil regresi yang signifikan antara pemangsaan larva lain terhadap zooplankton dengan kelimpahan zooplankton mengikuti persamaan: Y = -11.2478 + 0.2279 X dengan nilai koefisien determinasi R2 = 0.63. Jika nilai
88 intercept dibagi dengan koefisien regresi diketahui nilai kelimpahan pada saat pemangsaan sama dengan nol atau perpotongan garis regresi dengan sumbu X sebesar 49 (Gambar 34).
Gambar 34 Hubungan antara Kelimpahan Zooplankton dengan Pemangsaan Larva Lain terhadap Zooplankton pada Kombinasi Z+L. Membandingkan
dengan
pemangsaan
benur
dan
nener
terhadap
zooplankton yang dampaknya tidak terlihat (nilainya = 0) pada saat kelimpahan zooplankton = 66 individu/liter berarti bahwa kelimpahan minimal zooplankton untuk dimangsa oleh larva lain hampir sama dengan kelimpahan minimal untuk dimangsa oleh benur dan nener yaitu 49 individu/liter. Jika dibandingkan dengan kelimpahan minimal fitoplankton untuk dapat dimangsa oleh larva lain yaitu 1971 sel/liter maka nilai sebesar 49 individu/liter jauh lebih rendah yakni hanya mencapai 2.5% dari kelimpahan fitoplankton. Perbedaan respon yang dilihat dari perbedaan kelimpahan minimal fitoplankton dan zooplankton yang dapat dimangsa oleh larva lain dan benur/nener menjelaskan kemungkinan adanya perbedaan preferensi makanan antara benur dan nener terhadap fitoplankton dan zooplankton. Pemangsaan larva lain cenderung lebih mirip dengan benur dan nener terhadap zooplankton, sebaliknya berbeda dalam memangsa fitoplankton. Larva lain jauh lebih cepat tidak memberikan pengaruh pemangsaan yang berarti terhadap fitoplankton dibandingkan benur dan nener ketika terjadi penurunan populasi fitoplankton. Realitas ini menimbulkan dugaan bahwa kemungkinan perbedaan itu disebabkan
89 oleh nener yang dikombinasi bersama benur yang bisa saja memiliki preferensi makanan lebih besar ke fitoplankton jika dibandingkan dengan larva lain. Dugaan ini didasari pemikiran bahwa larva lain yang dimasukkan dalam kotak pemangsaan dalam pengamatan adalah juga termasuk krustasea yaitu larva udang dari jenis lainnya bukan udang windu. Sementara perbedaan menyolok antara kelimpahan minimal zooplankton dan fitoplankton yang dapat dimangsa oleh benur dan nener maupun larva lain lebih disebabkan oleh perbedaan ukuran antar fitoplankton dan zooplankton. Pemangsaan Fitoplankton dan Zooplankton Oleh Larva Lain Secara Bersama Hasil pencacahan kelimpahan total fitoplankton dan zooplankton dalam pengamatan pada kombinasi F+Z+L pada setiap waktu inkubasi dan periode pengamatan secara lengkap disajikan dalam Lampiran 27. Perubahan kelimpahan fitoplankton dan zooplankton berdasarkan waktu inkubasi pada pengamatan kombinasi F+Z+L tidak terlalu banyak mengalami perubahan jika dibandingkan dengan pada pemangsaan larva lain terhadap fitoplankton dan zooplankton secara terpisah (Gambar 35).
Gambar 35 Hubungan antara Lama Inkubasi dengan Akumulasi Pemangsaan Larva Lain terhadap Fitoplankton pada Setiap Periode Pengamatan Kombinasi F+Z+L (P= Periode Pengamatan). Seperti pada beberapa pengamatan pemangsaan sebelumnya, pemangsaan larva lain terhadap fitoplankton akumulasinya terus mengalami peningkatan
90 dengan bertambahnya waktu inkubasi. Kecenderungan akumulasi pemangsaan menurut waktu inkubasi masih mirip dengan kecenderungan pada pemangsaan larva lain terhadap fitoplankton dengan kombinasi F+L. Setelah diregresikan antara akumulasi pemangsaan larva lain terhadap populasi fitoplankton dengan waktu inkubasi maka didapatkan laju pemangsaan larva lain terhadap fitoplankton berkisar antara 96 - 190 selliter/jam. Jika dikonversi menjadi laju pemangsaan harian maka kisaran laju pemangsaan larva lain terhadap fitoplankton setara dengan 2294 - 4560 sel/liter/hari. Jika dibandingkan dengan kisaran laju pemangsaan larva lain terhadap fitoplankton dalam pengamatan kombinasi F + L (43-111 sel/liter/jam) maka kisaran laju permangsaan larva lain terhadap fitoplankton pada kombinasi F+Z+L relatif meningkat.
Meningkatnya laju pemangsaan bukan berarti sepenuhnya
karena pengaruh pemangsaan larva lain saja. Pemangsaan larva lain terhadap populasi zooplankton dalam pengamatan kombinasi F+Z+L cukup berbeda dengan hasil pengamatan pada kombinasi Z+L (Gambar 36).
Gambar 36 Hubungan antara Lama Inkubasi dengan Akumulasi Pemangsaan Larva Lain terhadap Zooplankton pada Setiap Periode Pengamatan Kombinasi F+Z+L (P= Periode Pengamatan). Hasil regresi antara akumulasi pemangsaan zooplankton dengan waktu inkubasi didapatkan persamaan regresi yang menunjukkan bahwa kisaran laju pemangsaan zooplankton pada kombinasi F+Z+L dari tujuh (7) periode pengamatan berkisar antara 1 - 20 individu/liter per jam. Nilai maksimum laju
91 pemangsaan pada kombinasi F+Z+L ini relatif lebih tinggi dibandingkan dengan laju pemangsaan larva lain terhadap zooplankton ketika tidak ada fitoplankton (kombinasi Z+L) yaitu 11 individu/liter/jam. Variasi dan maksimum laju pemangsaan larva lain terhadap populasi zooplankton relatif lebih tinggi dibandingkan dengan laju pemangsaan benur dan nener terhadap zooplankton baik dengan maupun tanpa adanya fitoplankton. Informasi ini memberikan makna bahwa laju pemangsaan benur dan nener terhadap zooplankton cenderung lebih tinggi dan lebih variatif dibandingkan laju pemangsaan larva lain terhadap zooplankton dengan atau tanpa fitoplankton. Peluang adanya bias yang muncul terjadi apabila penjumlahan langsung pemangsaan fitoplankton dan zooplankton dianggap sebagai pemangsaan larva lain. Bias ini disebabkan karena pemangsaan fitoplankton sangat besar kemungkinannya disebabkan oleh zooplankton.
Oleh karena itu pemangsaan
larva lain terhadap populasi plankton yang dimaksud adalah pemangsaan relatif. Akumulasi pemangsaan larva lain terhadap plankton memperlihatkan variasi antar periode pengamatan seperti ditunjukkan dalam Gambar 37.
Gambar 37 Hubungan antara Lama Inkubasi dengan Akumulasi Pemangsaan Relatif Larva Lain terhadap Plankton (Fitoplankton + Zooplankton) pada Kombinasi F+Z+L (P= Periode Pengamatan). Besarnya laju pemangsaan relatif larva lain terhadap populasi plankton berkisar antara 42 - 192 plankter/liter/jam (Tabel 9). Nilai ini setara dengan 10004608 plankter/liter/hari. Berdasarkan persamaan regresi dalam Tabel 9 maka
92 dapat diduga bahwa jumlah fitoplankton, zooplankton dan plankton (fitoplankton + zooplankton) yang hilang setiap harinya akibat pemangsaan dalam kombinasi F+Z+L adalah masing-masing: 1088 - 4893 sel/liter, 65 - 417 individu/liter dan 1270 - 4972 plankter/liter. Tabel 9 Persamaan Regresi antara Pemangsaan Larva Lain terhadap Plankton (Y) dengan Lama Inkubasi (X) dan Kelimpahan Awal Plankton pada Setiap Periode Pengamatan Komninasi F+Z+L Periode Pengamatan 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
Kelimpahan Awal F, Z dan F+Z Fitoplankton 7882 8778 6111 4743 8146 2750 4222 Zooplankton 263 190 319 912 280 460 128 Plankton (F+Z) 8145 8968 6430 5655 8426 3210 4350
Persamaan Regresi
R2 (α = 0.05)
Y = 333.33 + 190.00 X Y = 1876.00 + 117.43 X Y = 1350.67 + 96.14 X Y = 292.00 + 101.29 X Y = 878.67 + 151.29 X Y = 237.33 + 35.43 X Y = – 134.67 + 95.57 X
0.93 0.96 0.86 0.92 0.96 0.93 0.95
Y= Y= Y= Y= Y= Y= Y=
83.50 + 4.18 X 23.98 + 4.54 X 84.18 + 7.37 X 225.95 + 19.99 X 109.56 + 4.67 X 59.33 + 14.91 X 32.86 + 1.33 X
0.92 0.97 0.93 0.90 0.90 0.94 0.93
Y = 363.93 + 191.99 X Y = 1880.00 + 120.00 X Y = 1397.47 + 98.80 X Y = 348.40 + 110.11 X Y = 974.67 + 153.64 X Y = 269.73 + 41.69 X Y = - 113.87 + 95.66 X
0.94 0.97 0.86 0.91 0.96 0.95 0.95
Kisaran laju pemangsaan larva lain terhadap plankton dalam kombinasi F+Z+L sebesar 42 - 192 plankter/liter/jam relatif lebih rendah dibandingkan dengan kisaran laju pemangsaan benur dan nener terhadap plankton dalam kombinasi F+Z+B/N sebesar 50 - 184 plankter/liter. Apabila plankton dibedakan atas fitoplankton dan zooplankton maka pemangsaan benur dan nener tetap lebih tinggi dibandingkan dengan pemangsaan larva lain pada kedua jenis plankton.
93 Nilai-nilai koefisien regresi
antara laju pemangsaan plankton (F+Z)
diregresikan lagi menggunakan analisis regresi berganda dan parsial dengan kelimpahan awal fitoplankton dan zooplankton serta rasionya saat diinkubasi pertama maka didapatkan bahwa hanya kelimpahan fitoplankton yang signifikan berkorelasi dengan laju pemangsaan plankton (Lampiran 27). Hasil yang serupa juga didapatkan dalam pemangsaan benur dan nener terhadap plankton. Hasil perhitungan regresi tersebut memperjelas bahwa hanya kelimpahan fitoplankton yang berpengaruh terhadap laju pemangsaan plankton oleh larva lain. Hubungan antara laju pemangsaan plankton dengan kelimpahan fitoplankton mengikuti persamaan seperti disajikan dalam Gambar 38.
Gambar 38 Hubungan antara Kelimpahan Fitoplankton dengan Laju Pemangsaan Plankton pada Kombinasi F+Z+L. Analisis regresi antara pemangsaan larva lain terhadap populasi plankton pada setiap masa inkubasi selama tujuh (7) periode pengamatan dilakukan untuk mengetahui besar kelimpahan minimal plankton (F+Z) yang dapat dimangsa oleh larva lain. Hasil perhitungan yang didapatkan menunjukkan bahwa pemangsaan plankton (Y) signifikan berkorelasi linier positif dengan kelimpahan plankton (X) mengikuti persamaan: Y = -282.4812 + 0.2073 X dengan koefisien determinasi R2 = 0.5029 (Gambar 39). Kelimpahan minimal untuk terjadinya dampak pemangsaan dapat diketehui. Hasil bagi antara intercept dengan koefisien regresi 282.4812 : 0.2073 = 1362.78. Dampak pemangsaan larva lain terhadap plankton terjadi pada kelimpahanm minimal 1363 plankter/liter.
94
Gambar 39 Hubungan antara Kelimpahan Plankton dengan Pemangsaan Larva Lain terhadap Plankton pada Kombinasi F+Z+L. Kelimpahan minimal fitoplankton untuk terjadinya pemangsaan oleh larva lain dalam pengamatan kombinasi F+L (1971 sel/liter), jauh lebih tinggi dibandingkan kelimpahan minimal fitoplankton pada pengamatan pemangsaan benur dan nener (F+B/N) yaitu 1386 sel/liter. Laju pemangsaan zooplankton oleh larva lain ketika fitoplankton ada (kombinasi F+Z+L) relatif lebih variatif dan maksimal laju pemangsaan relatif lebih tinggi yaitu 1 - 20 individu/liter/jam dibandingkan ketika tidak ada fitoplankton (Z+L) sebesar 2 -11 individu/liter/jam. Pemangsaan Plankton Oleh Benur, Nener dan Larva Lain Pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap plankton (fitoplankton dan zooplankton) dihitung berdasarkan kelimpahan fitoplankton dan zooplankton dalam pengamatan yang diisi dengan fitoplankton (F), zooplankton (Z), benur/nener (B/N) dan larva lain (L) dalam tiga (3) kombinasi yaitu F+B/N+L, Z+B/N+L dan F+Z+B/N+L. Pengamatan kombinasi F+B/N+L berguna untuk menghitung pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap fitoplankton tanpa ada zooplankton. Kombinasi Z+B/N+L digunakan untuk menghitung pengaruh pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap zooplankton ketika tidak ada fitoplankton. Kombinasi F+Z+B/N+L untuk menghitung pengaruh pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap fitoplankton dan zooplankton dalam kondisi fitoplankton dan zoolankton secara bersama ada dalam media yang sama.
95 Pencacahan dan perhitungan kelimpahan fitoplankton dan zooplankton pada ketiga kombinasi tersebut di atas pada setiap waktu inkubasi selama 7 (tujuh) periode pengamatan disajikan secara lengkap dalam Lampiran 28.
Pemangsaan Fitoplankton Oleh Benur, Nener dan Larva Lain Kelimpahan fitoplankton dalam kurungan yang diisi dengan kominasi F+B/N+L selama 24 jam inkubasi mengalami penurunan yang cukup tinggi pada waktu awal inkubasi dan beberapa periode pengamatan lainnya menurun cukup signifikan pada waktu inkubasi dari jam ke- 6 ke jam ke-16.
Penurunan
kelimpahan fitoplankton proporsinya relatif lebih tinggi pada periode kelimpahan awal fitoplankton yang lebih tinggi dan sebaliknya lebih rendah pada kelimpahan awal fitoplankton yang lebih rendah. Efek pemangsaan yang disebabkan dari pemangsaan benur, nener dan larva lain secara bersamaan terhadap populasi fitoplankton adalah menurunkan 32 - 59% dengan rata-rata 48% dari populasi awal fitoplankton. Persentase penurunan jumlah populasi fitoplankton terendah terjadi pada periode pengamatan ke-6 dimana kelimpahan awal fitoplankton pada saat itu paling rendah. Jumlah sel fitoplankton yang hilang akibat pemangsaan benur, nener dan larva lain jika diakumulasi menurut lama inkubasi bervariasi antar periode pengamatan namun secara umum perubahannya cenderung linier dalam 24 jam waktu pengamatan (Gambar 40). Data akumulasi pemangsaan yang diregresikan dengan lama inkubasi pada setiap periode pengamatan pemangsaan menunjukkan bahwa laju pemangsaan benur, nener dan larva lain
terhadap populasi
fitoplankton setiap jamnya berkisar antara 22 - 168 sel/liter/jam. Nilai ini setara dengan sekitar 516 - 4022 sel/liter/hari jika dinyatakan dengan laju pemangsaan harian (Tabel 10). Berdasarkan persamaan regresi dalam Tabel 10 maka dapat diduga bahwa jumlah fitoplankton yang dimangsa oleh benur dan nener dalam sehari berkisar antara 593 - 4116 sel/liter. Jika dibagi dengan jumlah benur, nener dan larva lain maka setiap individu dalam sehari dapat memangsa sebanyak 30 - 206 dengan rata-rata 130 sel/liter.
96
Gambar 40 Hubungan antara Lama Inkubasi dengan Akumulasi Pemangsaan Benur, Nener dan Larva Lain terhadap Fitoplankton pada Kombinasi F+B/N+L (P= Periode Pengamatan). Tabel 10 Persamaan Regresi antara Pemangsaan Benur, Nener dan Larva Lain terhadap Fitoplankton (Y) dengan Lama Inkubasi (X) dan Kelimpahan Awal Fitoplankton pada Setiap Periode Pengamatan Kombinasi F+B/N+L Periode Pengamatan 2 3 4 5 6
Kelimpahan Awal Fitoplankton (sel/liter) 8778 6111 4743 8146 2750
Persamaan Regresi Y = 501.33 + 115.86 X Y = 388.00 + 108.00 X Y = 389.33 + 68.86 X Y = 94.00 + 167.57 X Y = 77.33 + 21.50 X
R2 (α = 0.05)
0.91 0.92 0.92 0.92 0.90
Kisaran laju pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap populasi fitoplankton (kombinasi F+B/N+L) sebesar 22 - 168 sel/liter/jam hampir sama dengan kisaran laju pemangsaan benur dan nener (kombinasi F+B/N) sebesar 21 154 sel/liter/jam, namun relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan kisaran laju pemangsaan larva lain terhadap fitoplankton tersendiri (kombinasi F+L) yaitu 19 111 sel/liter/jam.
Meskipun laju pemangsaan benur, nener, dan larva lain
terhadap fitoplankton nampak berbeda namun secara statistik hasil analisis uji t berpasangan (paired t test) laju pemangsaan fitoplankton antar ketiga kombinasi pengamatan pemangsaan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada selang kepercayaan 95% (α=0.05).
Nilai t sebesar 2.309 (df =4) signifikan
berbeda ketika selang keprcayaan diturunkan pada α=0.10 karena nilai probablitas
97 signifikansi dua arah = 0.082
(Lampiran 29). Hasil ini mengindikasikan bahwa
perbedaan laju pemangsaan benur dan nener dengan larva lain terhadap populasi tunggal fitoplankton tidak terlalu besar. Hasil analisis regresi antara laju pemangsaan benur, nener dan larva lain secara
bersama
terhadap
populasi
fitoplankton
dengan
lama
inkubasi
menunjukkan bahwa laju pemangsaan benur, nener dan larva lain signifikan berkorelasi linier dengan kelimpahan fitoplankton (Lampiran 30).
Hubungan
antara laju pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap fitoplankton (Y) dengan kelimpahan fitoplankton (X) mengikuti persamaan: Y = -25.1819 + 0.0199 X (R2 = 0.8100). Persamaan ini bermakna bahwa laju pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap populasi fitoplankton meningkat sekitar 20 sel/liter/jam setiap peningkatan kelimpahan fitoplankton sebesar 1000 sel/liter pada awal inkubasi pertama. Dapat pula dinyatakan bahwa laju pemangsaan larva lain berfluktuaasi meningkat atau menurun secara proporsional hampir 2% (1.99%) mengikuti penurunan dan peningkatan populasi fitoplankton. Data kelimpahan awal fitoplankton pada setiap masa inkubasi selama 5 periode pengamatan jika diplotkan dengan pemangsaan fitoplankton oleh benur, nener dan larva lain maka terlihat kecenderungan linier peningkatan pemangsaan mengikuti peningkatan kelimpahan fitoplankton (Gambar 41).
Gambar 41 Hubungan antara Kelimpahan Fitoplankton dengan Pemangsaan Benur, Nener dan Larva Lain terhadap Fitoplankton pada Kombinasi F+B/N+L.
98 Hasil regresi antara pemangsaan fitoplankton oleh benur, nener dan larva lain (Y) dengan kelimpahan fitoplankton (X) menunjukkan hasil signifikan berkorelasi linier. Hubungan antara pemangsaan fitoplankton oleh benur, nener dan larva lain dengan kelimpahan fitoplankton
mengikuti persamaan:
Y = -153.0510 + 0.1249 X dengan nilai koefisien determinasi yang cukup rendah R2 = 0.3779. Berdasarkan kecenderungan dari plot antara pemangsaan dan kelimpahan fitoplankton, nampak bahwa pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap populasi fitoplankton meningkat sekitar 125 sel/liter setiap peningkatan kelimpahan fitoplankton sebanyak 1000 sel/liter.
Nilai konstanta dalam
persamaan tersebut memberikan informasi bahwa tidak terlihat dampak pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap fitoplankton pada saat kelimpahan fitoplankton sekitar 1226 sel/liter (153.0510 : 0.1249). Nilai ini lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai kelimpahan minimal fitoplankton yang dibutuhkan untuk terjadinya pemangsaan oleh benur dan nener maupun larva lain dalam kombinasi F+B/N dan F+L yaitu 1386 dan 1971 sel/liter. Informasi penting dari hasil penelitian mengenai koefisien regresi dan kelimpahan minimal untuk terjadinya pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap fitoplankton ketika tidak ada zooplankton (kombinasi F+B/N+L) adalah kemungkinan adanya dampak kompetisi dan sinergisme dalam menunjukkan dampak
pemangsaan.
Kemungkinan
kompetisi
terlihat
dari
penurunan
pemangsaan benur dan nener dari 0.1313 sel/liter/jam pada kombinasi F+B/N menjadi 0.1249 sel/liter/jam. Karena laju pemangsaan larva lain terhadap fitoplankton pada kombinasi F+L = 0.1189, maka gejala tersebut menguatkan dugaan bahwa larva lain menjadi competitor dan menyebabkan penurunan laju pemangsaan benur dan nener terhadap populasi fitoplankton. Fenomena yang agak berbeda dengan adanya sinergisme dampak pemangsaan antara benur dan nener dengan larva lain terhadap populasi fitoplankton terlihat dari semakin menurunnya kelimpahan minimal untuk terjadinya pemangsaan dari 1971 sel/liter pada kombinasi F+L dan 1386 sel/liter pada kombinasi F+B/N menjadi 1226 sel/liter pada kombinasi F+B/N+L. Artinya adalah ketika benur, nener dan larva lain secara bersama memangsa fitoplankton dampaknya dapat terlihat sampai pada
99 kelimpahan yang lebih rendah dibandingkan ketika salah satunya benur dan nener atau larva lain tidak ada, dengan asumsi bahwa tidak ada zooplankton. Mekanisme laju pemangsaan pemangsa terhadap mangsa yang tergantung kelimpahan (density dependent grazing) maka pada kelimpahan populasi fitoplankton yang sangat rendah, pemangsaan fitoplankton lebih banyak disebabkan oleh benur dan nener dibandingkan dengan larva lain. Sementara pada kelimpahan fitoplankton yang tinggi dominansi benur dan nener dalam memangsa fitoplankton masih tetap menonjol karena laju pemangsaannya yang signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan laju pemangsaan larva lain terhadap populasi fitoplankton.
Pemangsaan Zooplankton Oleh Benur, Nener dan Larva Lain Pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap populasi zooplankton dihitung dari perubahan kelimpahan zooplankton dalam kotak pemangsaan yang diisi zooplankton bersama dengan benur, nener dan larva lain.
Kelimpahan
zoooplankton hingga waktu inkubasi jam ke-12 rata-rata kelimpahan hampir sama diantara semua periode pengamatan kecuali pada periode ke-4 yang lebih tinggi karena kelimpahan awal zooplanktonnya memang tinggi. Hasil
koreksi
perubahan
kelimpahan
pada
pengamatan
tunggal
zooplankton (Z) diperoleh pemangsaan bersih populasi zooplankton yang disebabkan oleh benur, nener dan larva lain. Plot antara pemangsaan dengan lama inkubasi memperlihatkan peningkatan yang linier sebagai akumulasi pemangsaan selama 24 jam pemangsaan. Perbedaan akumulasi pemangsaan antara awal dan akhir penelitian terlihat relatif lebih tinggi pada periode pengamatan ke-4 jika dibandingkan dengan rata-rata pemangsaan pada periode lainnya (Gambar 42). Plot data pemangsaan zooplankton oleh benur, nener dan larva lain (Y) dengan lama inkubasi (X) setelah diregresikan menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi berkisar antara 3.26 sampai dengan 7.89 (Tabel 11). Nilai tersebut jika dinyatakan dalam laju pemangsaan harian setara dengan 78 - 189 individu/liter/hari. Besarnya nilai laju pemangsaan yang ditunjukkan dari nilai koefisien regresi tersebut dapat menurunkan populasi zooplankton antara 83 - 96% dari populasi awal. Laju pemangsaan zooplankton oleh benur, nener dan
100 larva lain dalam kombinasi Z+B/N+L hampir sama kisarannya dalam pengamatan kombinasi Z+B/N dan Z+L masing-masing sebesar 4 - 8 dan 2 - 11 individu/ liter/jam.
Gambar 42 Hubungan antara Lama Inkubasi dengan Akumulasi Pemangsaan Benur, Nener dan Larva Lain terhadap Zooplankton pada Kombinasi Z+B/N+L (P= Periode Pengamatan).
Tabel 11 Persamaan Regresi antara Pemangsaan Benur, Nener dan Larva Lain terhadap Zooplankton (Y) dengan Lama Inkubasi (X) dan Kelimpahan Awal Zooplankton pada Setiap Periode Pengamatan Kombinasi F+Z+B/N+L Periode Pengamatan 2 3 4 5 6
Kelimpahan Awal Zooplankton (individu/liter) 190 319 912 280 460
Persamaan Regresi Y = 46.40 + Y = 62.40 + Y = 219.60 + Y = 131.60 + Y = 84.00 +
3.26 X 4.54 X 7.89 X 3.39 X 6.86 X
R2 (α = 0.05)
0.88 0.91 0.85 0.78 0.93
Dalam Tabel 11 selain memberikan informasi mengenai perbedaan kelimpahan awal zooplanton pada setiap periode pengamatan juga menunjukkan nilai awal kelimpahan dan laju pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap zooplankton. Variasi laju pemangsaan jika dihubungkan dengan kelimpahan awal zooplankton cenderung berkorelasi positif. Perhitungan regresi antara laju pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap populasi zooplankton (Y)
101 dengan kelimpahan zooplankton (X) menunjukkan bahwa laju pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap populasi zooplankton signifikan berkorelasi linier positif (Lampiran 31). Hubungan antara laju pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap zooplankton dengan kelimpahan zooplankton mengikuti persamaan regresi: Y = 2.3244 + 0.0066 X (R2 = 0.82). Dari persamaan ini dapat diartikan bahwa laju pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap populasi zooplankton meningkat hampir 7 (6.6) individu/liter/jam setiap peningkatan kelimpahan zooplankton 1000 individu/liter. Bila dinyatakan dalam proporsional maka laju pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap zooplankton meningkat kurang dari 1 (0.6) % dari kenaikan kelimpahan populasi zooplankton. Pada awal waktu inkubasi setiap pengamatan kelimpahan zooplankton dalam kotak pemangsaan pada waktu inkubasi tertentu adalah kelimpahan sesuai hasil pencacahan pada 4 jam inkubasi sebelumnya. Sesuai dengan hasil perhitungan pada berbagai kombinasi seperti dijelaskan sebelumnya memiliki kecenderungan meningkat dengan meningkatnya kelimpahan awal zooplankton. Menngunakan data kelimpahan awal pada setiap waktu inkubasi selama lima (5) periode pengamatan maka didapatkan hasil yang signifikan antara pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap zooplankton (Y) dengan kelimpahan zooplankton (X) mengikuti persamaan: Y = -8.5971 + 0.2375 X dengan nilai koefisien determinasi R2 = 0.6762 (Gambar 43).
Gambar 43 Hubungan antara Kelimpahan Zooplankton dengan Pemangsaan Benur, Nener dan Larva Lain terhadap Zooplankton pada Kombinasi Z+B/N+L.
102 Persamaan tersebut dapat dimaknai bahwa pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap zooplankton meningkat sebanyak 238 individu./liter setiap peningkatan kelimpahan zooplankton sebesar 1000 individu/liter. Atau dapat dinyatakan lain bahwa fluktuasi naik turunnya pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap zooplankton mengikuti sekitar 24% dari fluktuasi naik turunnya kelimpahan zooplankton. Hasil bagi nilai intercept dengan koefisien regresi yaitu 8.5971 : 0.2375 = 36.20 dapat dimaknai bahwa dampak pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap populasi zooplankton tanpa ada fitoplankton terlihat ketika kelimpahan zooplankton lebih besar dari 36 individu/liter. Nilai ini merupakan pertemuan antara garis regresi dengan sumbu X yaitu ketika sumbu Y (pemangsaan) bernilai nol.
Membandingkan dengan nilai kelimpahan minimal zooplankton untuk
terjadinya pemangsaan oleh benur dan nener pada kombinasi Z+B/N (66 individu/liter), pemangsaan oleh larva lain dalam kombinasi Z+LL (49 individu/liter), maka nilai kelimpahan minimal pada kombinasi Z+B/N+LL lebih rendah yaitu 36 individu/liter. Nilai ini sama dengan kelimpahan minimal zooplankton untuk terjadinya pemangsaan benur dan nener terhadap zooplankton ketika ada fitoplankton (kombinasi F+Z+B/N). Pembandingan ini dapat dimaknai bahwa ketika kelimpahan zooplankton sangat rendah maka dampak pemangsaan benur, nener dan larva lain secara bersama lebih kuat dibandingkan dengan apabila salah satu diantaranya yang tidak ada, dengan asumsi bahwa populasi mangsa dari fitoplankton juga tidak ada. Meskipun kondisi realitasnya di alam sangat sulit terjadi, namun paling tidak dapat didekati dengan estimasi ketika kelimpahan fitoplankton sangat rendah. Ketika populasi plankton didominasi oleh zooplankton dan larva lain merupakan pemangsa tunggal (saat belum ada benur dan nener) maka pemangsaan terhadap zooplankton dapat terjadi hingga kelimpahan yang relatif lebih tinggi (49 individu/liter) dibandingkan ketika benur dan nener ada (36 individu/liter). Fakta bahwa lebih cepatnya dampak pemangsaan benur, nener dan larva lain tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap populasi zooplankton (dugaan pemangsaan = 0) ketika hanya ada larva lain dalam media dan waktu
103 yang sama dimana kelimpahan zooplankton semakin menurun dibanding jika ada benur dan nener. Hal ini memberikan indikasi kemungkinan adanya persaingan antara benur/nener dengan larva lain. Indikasi ini dikuatkan oleh hasil yang menunjukkan bahwa pemangsaan benur dan nener terhadap zooplankton dalam kombinasi Z+B/N (0.2572) menurun menjadi 0.2375 pada kombinasi Z+B/N+L. Fenomena ini memberikan gambaran yang mungkin terjdi yaitu pemangsaan benur dan nener terhadap zooplankton maupun fitoplankton tereduksi dengan adanya larva lain. Selain indikasi adanya persaingan antara benur/nener dengan larva lain kemungkinan pengaruh rasio antara pemangsa:mangsa yang semakin meningkat.
Dua mekanisme ini dapat menjelaskan kemungkinan terjadinya
perbedaan kelimpahan minimal seperti yang didapatkan dalam penelitian ini dan tidak menutup kemungkinan kedua mekanisme terjadi secara bersama ketika dilakukan pengamatan pemangsaan ini. Mekanisme pertama lebih mengacu pada teori kompetisi dimana persaingan dua populasi (benur/nener dan larva lain) yang sama (zooplankton sebagai makanan).
mendapatkan sumberdaya
Akibat kompetisi ini salah satu
populasi melemahkan populasi lainnya sehingga dampaknya berupa tekanan pemangsaan terhadap populasi mangsa menurun ketika pesaing ada. Mekanisme kedua lebih mengacu pada teori pemangsaan yang tergantung pada kepadatan (density dependent grazing). Karena dalam kotak pemangsaan yang diisi benur dan nener jumlah pemangsa hanya 10 individu (5 ekor benur dan 5 ekor nener) lebih sedikit dibandingkan dengan ditambah 5 ekor larva lain. Oleh karena itu pada saat populasi zooplankton semakin
menurun maka rasio
pemangsa:mangsa semakin meningkat atau sebaliknya rasio mangsa:pemangsa semakin kecil. Dalam kondisi semakin meningkatnya rasio pemangsa:mangsa maka intensitas pemangsaan semakin menurun karena peluang pertemuan antara pemangsa dengan mangsa juga semakin menurun. Dalam penelitian pemangsaan ini kedua mekanisme tersebut dapat saja terjadi secara bersama dimana selain trerjadi dampak kompetisi juga terjadi penurunan pemangsaan yang disebabkan rasio pemangsa:mangsa yang semakin meningkat. Pengamatan pemangsaan pada kedua kombinasi yaitu F+B/N+L dan Z+B/N+L mendekati kondisi realitasnya pada dua kondisi populasi plankton yang
104 ekstrim.
Dua kondisi ekstrim populasi plankton yaitu ketika salah satu dari
keduanya fitoplankton atau zooplankton sangat rendah. Pemangsaan pada kedua kombinasi dipengaruhi oleh kelimpahan mangsa (prey) dan komposisi pemangsa (predator). Komposisi pemangsa yang dimaksud disini adalah ada tidaknya setiap jenis pemangsa yaitu benur, nener dan larva lain. Selain kehadiran pemangsa jelas dipengaruhi pula oleh rasio masing-masing pemangsa. Perubahan kelimpahan plankton yang memungkinkan terjadinya kondisi ekstrim populasi plankton karena pemangsaan zooplankton terhadap fitoplankton, dan dapat terjadi tanpa ada pemangsa lain.
Sementara komposisi pemangsa
terjadi karena benur dan nener memiliki waktu atau musim pemijahan tertentu. Demikian pula dengan larva lain meskipun didapatkan sepanjang tahun namun penyusun populasinya kemungkinan besar berubah-ubah berdasarkan musim. Dalam hubungannya dengan pemangsaan benur, nener dan larva lain
kedua
kondisi tersebut di atas kemungkinannya sangat kecil. Berdasarkan perubahan kelimpahan plankton terlihat bahwa kelimpahan plankton justru cenderung meningkat pada saat mendekati puncak kelimpahan benur dan nener. Pemangsaan Fitoplankton dan Zooplankton Oleh Benur, Nener Larva Lain Secara Bersama Pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap fitoplankton dan zooplankton secara bersama diamati dengan mengisi kotak pemangsaan dengan benur, nener, larva lain, fitoplankton dan zooplankton secara bersamaan dalam satu kotak pemangsaan (kombinasi F+Z+B/N+L).
Pengamatan ini paling
mendekati kondisi realitas di alam jika dibandingkan dengan semua kombinsai pengamatan sebelumnya, terutama ketika musim benur dan nener. Perubahan kelimpahan fitoplankton dan zooplankton berdasarkan waktu inkubasi pada pengamatan kombinasi F+Z+B/N+L sangat jelas menunjukkan perbedaan pola berdasarkan kelimpahan awal fitoplankton. Secara umum pola penurunan kelimpahan yang lebih tinggi pada waktu-waktu awal inkubasi masih terlihat sama dengan ketika pengamatan pada kombinasi-kombinasi lainnya. Kelimpahan fitoplankton terlihat lebih homogen antar periode pengamatan setelah inkubasi berjalan setengah hari.
105 Kelimpahan zooplankton yang diplot berdasarkan waktu inkubasi memperlihatkan perbedaan yang signifikan berdasarkan kelimpahan awal zooplankton. Pola perubahan kelimpahan zooplankton antara periode pengamatan ke-4 dengan kelimpahan awal 920 individu/liter cukup berbeda dengan periode pengamatan lainnya. Setelah 24 jam inkubasi dengan kombinasi F+Z+B/N+L maka pada akhir pengamatan kelimpahan zooplankton terlihat relatif sama (Gambar 44). Dampak pemangsaan benur, nener dan larva lain secara bersama terhadap populasi fitoplankton, zooplankton dan plankton dapat menurunkan masing-masing sebesar 51 - 75%, 53 - 90% dan 56 - 75% dari populasi awal.
Gambar 44 Hubungan antara Lama Inkubasi dengan Akumulasi Pemangsaan Benur, Nener dan Larva Lain terhadap Fitoplankton pada Kombinasi F+Z+B/N+L (P = Periode Pengamatan). Setelah dikoreksi dengan perubahan kelimpahan fitolankton yang diisi tunggal dengan fitoplankton (F) maka akumulasi pemangsaan benur, nener dan larva
lain
secara
bersama
terhadap
populasi
fitoplankton
didapatkan.
Kecenderungan meningkatnya akumulasi pemangsaan menurut waktu inkubasi terlihat lebih tinggi pada periode pengamatan ke-2 dan ke-4 sedikit melebihi ratarata peningkatan pada periode lainnya.
Hal ini dengan jelas terlihat dari
kemiringan garis yang menunjukkan differensiasi akumulasi pemangsaan terhadap lama inkubasi. Kisaran laju pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap populasi fitoplankton dari 5 periode pengamatan adalah 43 - 187 individu/liter/jam dengan rata-rata kelimpahan awal fitoplankton 6106 sel/liter.
106 Variasi laju pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap fitoplankton antara periode pengamatan cukup besar. Kisaran ini menunjukkan bahwa laju pemangsaan berbeda sampai 4 (empat) kali lebih cepat antar yang terkecil dengan yang terbesar. Perbedaan ini kemungkinan besar disebabkan perbedaan kelimpahan awal fitoplankton. Kisaran laju pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap fitoplankton sebesar 43 - 187 individu/liter/jam atau setara dengan sekitar 1022 - 4485 sel/liter/hari merupakan laju pemangsaan yang tinggi terhadap fitoplankton. Nilai ini hampir sama dengan kisaran laju pemangsaan zooplankton, benur dan nener secara bersamaan terhadap populasi fitoplankton. Kisaran laju pemangsaan fitoplankton pada kedua kombinasi tersebut Laju pemangsaan terhadap populasi fitoplankton dalam pengamatan kombinasi F+Z+B/N+L yang cukup tinggi dibandingkan dengan laju pemangsaan pada kombinasi lainnya disebabkan oleh pengaruh pemangsaan secara bersama oleh zooplankton, benur nener dan larva lain. Peningkatan yang signifikan laju pemangsaan terhadap populasi fitoplankton terutama disebabkan oleh pemangsaan zooplankton. Dibanding jika tidak ada zooplankton yaitu pada kombinasi F+B/N+L, pemangsaan fitoplankton hanya berkisar antara 22 - 168 sel/liter/jam.
Laju pemangsaan tertinggi tanpa ada
zooplankton (kombinasi F+B/N+L) 168 sel/liter/jam naik menjadi 187 sel/liter/jam dengan adanya zooplakton (kombinasi F+Z+B/N+L). Kontribusi zooplankton terhadap peningkatan pemangsaan fitoplankton cukup signifikan juga terlihat pada pengamatan pemangsaan benur dan nener maupun larva lain dari pemangsaan fitoplankton tanpa ada zooplankton. Mekanisme peningkatan laju pemangsaan fitoplankton dalam pengamatan pemangsaan benur, nener dan larva lain sebagai kontribusi zooplankton dapat dilihat dari selisih laju pemangsaan antara yang ada dengan yang tidak ada zooplankton. Peningkatan laju pemangsaan fitoplankton yang cukup signifikan ketika ada zooplankton terjadi karena selain dimangsa oleh benur, nener dan larva lain populasi fitoplankton lebih intensif juga dimangsa oleh zooplankton. Pada pengamatan tunggal dalam kombinasi F+Z laju pemangsaan populasi zooplankton terhadap fitoplankton berkisar antara 36-120 sel/liter/jam.
107 Peningkatan yang cukup tajam kontribusi zooplankton dalam total pemangsaan fitoplankton ketika benur, nener dan larva lain diinkubasi secara bersama dapat terjadi karena menurunnya tekanan pemangsaan terhadap populasi zooplankton akibat kompetisi antara benur/nener dengan larva lain yang mengurangi tekanan pemangsaan terhadap populasi zooplankton. Dua mekanisme yang mungkin terjadi seperti telah dijelaskan sebelumnya menyebabkan peluang meningkatnya pemangsaan zooplankton terhadap fitoplankton.
Kondisi ini
menguatkan dugaan sebelumnya bahwa dengan kombinasi benur, nener dan larva lain yang diinkubasi bersama menyebabkan menurunnya tekanan pemangsaan pada populasi zooplankton, tetapi justru tekanan pemangsaan terhadap fitoplankton yang diakibatkan oleh zooplankton justru semakin meningkat. Pola pengamatan pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap populasi zooplankton terlihat akumulasi yang berbeda berdasarkan kelimpahan zooplankton pada awal inkubasi. Pengamatan pemangsaan periode ke-4 dengan kelimpahan awal yang lebih tinggi nampak cukup berbeda dengan periode pengamatan lainnya (Gambar 45). Populasi zooplankton menurun antara 53 90% dari populasi awal akibat pemangsaan secara bersamaan benur, nener dan larva lain.
Gambar 45 Hubungan antara Lama Inkubasi dengan Akumulasi Pemangsaan Benur, Nener dan Larva Lain terhadap Zooplankton pada Kombinasi F+Z+B/N+L (P= Periode Pengamatan).
108 Efek kompetisi antara benur, nener dan larva lain kemungkinan besar semakin meningkat dengan semakin menurunnya kelimpahan zooplankton. Kondisi ini terlihat dari kecenderungan terbentuknya kurva yang lebih datar yang menunjukkan semakin rendahnya perubahan pemangsaan zooplankton pada periode-periode pengamatan yang kelimpahan awal zooplankton rendah. Sementara pemangsaan pada periode pengamatan ke-4 yang merupakan kelimpahan awal zooplankton tertinggi selama pengamatan peningkatan laju pemangsaan cukup besar dengan bertambahnya waktu inkubasi. Regresi antara akumulasi pemangsaan benur, nener dan larva lain secara bersama terhadap populasi zooplankton yang diinkubasi bersama fitoplankton menunjukkan bahwa laju pemangsaan benur, nener dan larva lain berkisar antara 2 - 24 individu/liter/jam. Jika dibulatkan dan dinyatakan dalam laju pemangsaan harian setara dengan 60 - 567 individu/liter/hari. Berdasarkan nilai kisaran laju pemangsaan benur dan nener dalam kombinasi F+Z+B/N (3-31 individu/liter/jam) dan kombinasi F+Z+L (1-20 individu/liter/jam) maka diduga bahwa dalam kombinasi F+Z+B/N+L terjadi kompetisi dalam pemangsaan zooplankton. Penurunan kisaran laju pemangsaan zooplankton dalam kombinasi F+Z+B/N+L jika dibandingkan dengan pada kombinasi F+B/N+L menunjukkan tereduksinya laju pemangsaan benur dan nener terhadap zooplankton ketika larva lain ada. Hasil ini semakin menguatkan dugaan efek kompetisi antara benur/nener dan larva lain yang mengakibatkan tekanan pemangsaan terhadap zooplankton tereduksi ketika benur, nener dan larva lain ada dalam media dan waktu yang sama dan bersaing memangsa zooplankton. Pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap populasi fitoplankton dan zooplankton jika dijumlahkan maka didapatkan pemangsaan larva lain terhadap total populasi plankton. Akumulasi pemangsaan plankton setelah diinkubasi selama 24 jam masih memperlihatkan variasi berdasarkan kelimpahan pada awal inkubasi (Gambar 46). Bias yang bisa terjadi dalam penjumlahan secara langsung akibat pemangsaan fitoplankton oleh zooplankton diabaikan , dan menyatakan sebagai laju pemangsaan relatif benur, nener dan larva lain terhadap populasi plankton maka didapatkan rata-rata laju pemangsaan relatif tersebut berkisar antara 48 -190 plankter/liter/jam (Tabel 12).
109
Gambar 46 Hubungan antara Lama Inkubasi dengan Akumulasi Pemangsaan Benur, Nener dan Larva Lain terhadap Plankton pada Kombinasi F+Z+B/N+L (P= Periode Pengamatan).
Tabel 12 Persamaan Regresi antara Pemangsaan Benur, Nener dan Larva Lain terhadap Plankton (Y) dengan Lama Inkubasi (X) dan Kelimpahan Awal Plankton pada Setiap Periode Pengamatan Kombinasi F+Z+B/N+L Periode Pengamatan 2 3 4 5 6 2 3 4 5 6 2 3 4 5 6
Kelimpahan Awal F, Z dan F+Z Fitoplankton 8778 6111 4743 8146 2750 Zooplankton 190 319 912 280 460 Plankton (F+Z) 8968 6430 5655 8426 3210
Persamaan Regresi
Y= Y= Y= Y= Y=
R2 (α = 0.05)
1660.44 + 141.43 X 526.67 + 144.29 X 390.67 + 109.71 X 404.00 + 186.86 X 84.00 + 42.57 X
0.89 0.93 0.91 0.96 0.94
Y = 50.78 + 2.49 X Y = 103.38 + 6.43 X Y = 192.48 + 23.61 X Y = 78.76 + 5.66 X Y = 151.33 + 10.84 X
0.71 0.96 0.96 0.93 0.99
Y= Y= Y= Y= Y=
0.89 0.93 0.89 0.97 0.95
1690.80 + 141.94 X 589.87 + 146.34 X 428.67 + 114.86 X 469.20 + 190.20 X 180.40 + 48.19 X
110 Nilai koefisien regresi
antara laju pemangsaan plankton (F+Z)
diregresikan berganda lagi dengan kelimpahan awal fitoplankton, zooplankton dan rasio fitoplankton:zooplankton saat diinkubasi pertama didapatkan bahwa kelimpahan fitoplankton dan rasio fitoplankton:zooplankton signifikan berkorelasi dengan laju pemangsaan plankton (Lampiran 32).
Sementara kelimpahan
zooplankton tidak signifikan berkorelasi linier dengan laju pemangsaan plankton, meskipun secara bersama bersama dengan kelimpahan fitoplankton dan rasio fitoplankton:zooplankton signifikan berkorelasi dengan laju pemangsaan. Karena proporsi fitoplankton yang jauh lebih besar dibandingkan dengan zooplankton sehingga jumlah populasi plankton sangat
mendekati jumlah populasi
fitoplankton. Hubungan antara laju pemangsaan plankton dengan kelimpahan plankton mengikuti persamaan seperti ditunjukkan dalam Gambar 47. pemangsaan
plankton
meningkat
berbanding
lurus
dengan
Laju
peningkatan
kelimpahan populasi plankton sebesar 2% dari setiap peningkatan satu plankter/liter.
Gambar 47 Hubungan antara Kelimpahan Plankton dengan Pemangsaan Benur, Nener dan Larva Lain terhadap Plankton pada Kombinasi F+Z+B/N+L. Seberapa besar kelimpahan plankton (F+Z)
untuk terjadi dampak
pemangsaan oleh benur, nener dan larva lain maka dilakukan analisis regresi antara pemangsaan larva lain terhadap populasi plankton pada setiap masa inkubasi selama tujuh (7) periode pengamatan. Hasil perhitungan menunjukkan
111 bahwa pemangsaan plankton (X) signifikan berkorelasi linier positif dengan kelimpahan plankton (X) mengikuti persamaan: Y = -179.7444 + 0.1903 X dengan koefisien determinasi R2 = 0.4854 (Gambar 48). Persamaan regresi tersebut bermakna bahwa pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap plankton meningkat atau menurun sebesar sekitar 190 plankter/liter dengan meningkat atau menurunnya kelimpahan plankton sebesar 1000 plankter/liter. Atau dapat dikatakan pemangsaan berfkluktuasi sekitar 19% mengikuti perubahan kelimpahan plankton.
Dengan cara yang sama seperti
perhitungan sebelumnya maka dengan menggunakan nilai intercept atau nilai dimana terjadi perpotongan garis regresi dengan sumbu Y maka kelimpahan minimal untuk terjadinya pemangsaan dapat diketehui. Hasil bagi antara intercept dengan koefisien regresi 179.7444 : 0.1903 = 945.
Dengan demikian maka
pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap plankton akan terlihat dampaknya jika kelimpahan plankton melebihi 945 plankter/liter.
Gambar 48 Hubungan antara Kelimpahan Plankton dengan Pemangsaan Benur, Nener dan Larva Lain terhadap Plankton pada Kombinasi F+Z+B/N+L. Merangkum hasil pengamatan pemangsaan dari seluruh kombinasi maka diperlukan adanya perata-rataan kisaran laju pemangsaan. Setelah dilakukan perhitungan, baik dengan cara merata-ratakan akumulasi pemangsaan dari semua periode pengamatan pada setiap waktu inkubasi maupun dengan cara memplotkan keseluruhan data sekaligus lalu dibuat kecenderungan line, maka keduanya
112 memberikan hasil yang sama. Hasil ini merupakan titik atau satu nilai yang lebih dapat dibandingkan dengan nilai kisaran. Nilai tersebut dijadikan sebagai titik untuk membandingkan berbagai kombinasi mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan pemangsaan benur, nener dan larva lain terhadap fitoplankton dan zooplankton. Beberapa hal tersebut diantaranya adalah laju pemangsaan (Tabel 13), hubungan laju pemangsaan dengan kelimpahan awal mangsa (plankton) pada saat pertama kali diinkubasi dan hubungan pemangsaan dengan kelimpahan mangsa pada setiap waktu inkubasi dan kelimpahan minimal mangsa untuk dimangsa oleh pemangsa (Tabel 14). Nilai laju pemangsaan terhadap fitoplankton dan zooplankton dan kaitannya dengan perubahan pemangsaan dengan kelimpahan mangsa dan rasio mangsa:pemangsa dan kelimpahan minimal mangsa untuk dimangsa merupakan acuan dalam menjelaskan mekanisme terjadinya dinamika populasi fitoplankton. Oleh karena itu informasi tersebut sangat penting dalam upaya menjelaskan perubahan kelimpahan benur, nener dan larva lain dalam kaitannya dengan perubahan kelimpahan fitoplankton dan zooplankton di lokasi penelitian. Tabel 13 Kisaran dan Rata-rata Laju Pemangsaan (sel,individu/liter/jam), pada Setiap Kombinasi Pengamatan Pemangsaan Kombinasi F+Z F+B/N Z+B/N F+Z+B/N F+L Z+L F+Z+L F+B/N+L Z+B/N+L F+Z+B/N+L
Kisaran dan Rata-rata Laju Pemangsaan F Z F+Z 36-120 82 21-154 104 4-8 6 48-183 121 3-31 12 50-185 19-111 78 2-11 5 35-190 112 1-20 8 42-192 22-168 96 3-8 5 43-187 125 3-24 10 48-190
127
116
128
113 Tabel 14
Kelimpahan Minimal Terjadinya Dampak Pemangsaan (sel,individu/liter) dan Koefisien Regresi antara Laju Pemangsaan dengan Kelimpahan Awal Mangsa (sel, individu/liter) pada Setiap Kombinasi Pengamatan Pemangsaan
Kombinasi F+Z F+B/N Z+B/N F+Z+B/N F+L Z+L F+Z+L F+B/N+L Z+B/N+L F+Z+B/N+L
Koefisien Regresi Laju Pemangsaan Vs Kelimpahan Mangsa F+Z F Z F+Z 0.0105 0.0224 0.0056 0.0197 1076 0.0150 0.0125 0.0166 1363 0.0199 0.0066 0.0200 945
Nilai Minimal Mulai Dimangsa F 2005 1386 947 1971 1257 1226 855
Z
66 36 49 80 36 41
Berdasarkan data dalam tabel di atas maka dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya: 1. Laju pemangsaan fitoplankton dan plankton (fitoplankton+zooplankton) secara bersama tertinggi ketika dimangsa secara bersama oleh zooplankton, benur, nener dan larva lain. 2. Laju pemangsaan terhadap zooplankton tertinggi ketika dimangsa oleh benur dan nener dan terdapat fitoplankton. 3. Kelimpahan minimal untuk terjadinya pemangsaan terhadap populasi fitoplankton terendah ketika dimangsa oleh zooplankton, benur dan nener, dan larva dan tertinggi ketika hanya dimangsa oleh zooplankton. 4. Kelimpahan minimal untuk terjadinya pemangsaan terhadap populasi zooplankton terendah ketika dimangsa oleh benur, nener dan larva lain, dan ketika dimangsa oleh benur dan nener dalam kondisi ada fitoplankton, sedangkan tertinggi ketika dimangsa oleh larva lain dan terdapat fitoplankton.
114 5. Kelimpahan minimal terendah untuk terjadinya pemangsaan terhadap populasi plankton terjadi ketika dimangsa oleh benur, nener dan larva lain secara bersama. 6. Kenaikan laju pemangsaan terhadap fitoplankton dengan meningkatnya kelimpahan fitoplankton tertinggi ketika dimangsa oleh benur dan nener dan terendah ketika dimangsa oleh zooplankton. 7. Kenaikan laju pemangsaan terhadap zooplankton dengan meningkatnya kelimpahan zooplankton tertinggi ketika dimangsa oleh larva lain dan terendah ketika dimangsa oleh benur dan nener. 8. Kenaikan laju pemangsaan terhadap populasi plankton dengan meningkatnya kelimpahan plankton tertinggi ketika plankton dimangsa oleh benur, nener dan larva lain secara bersama dan terendah ketika hanya dimangsa oleh larva lain.
Estimasi Spesies Potensial Makanan Alami Benur dan Nener Estimasi spesies yang potensial menjadi makanan benur dan nener dilakukan berdasarkan hasil pengamatan pemangsaan pada kombinasi F+B/N dan Z+B/N. Pendugaan spesies didasarkan pola perubahan kelimpahan setiap spesies setelah diinkubasi selama 24 jam. Beberapa jenis fitoplankton yang mengalami penurunan kelimpahan dari awal hingga akhir inkubasi dengan rata-rata proporsi yang hilang cukup besar ( > 70%). Proporsi yang hilang itu diasumsikan karena pemangsaan benur dan nener. Jenis-jenis yang mengalami penurunan kelimpahan yang proporsinya cukup tinggi terutama beberapa jenis dari golongan diatom. Bahkan beberapa jenis yang mengalami penurunan kelimpahan yang proporsinya cukup besar sampai habis pada waktu-waktu awal inkubasi. Beberapa genus fitoplankton yang diduga dimangsa oleh benur dan nener diantaranya: Bacteriastrum, Chaetoceros, Climacospaenia, Cocconeis, Coscinodiscus, Cylindrocystis, Ditylum, Eucampia,
115 Ghomphospaeria, Hyalodiscus, Isthmia, Lauderia, Skeletonema, Tabellaria, Thalassiosira, Thalassionema dan Thalassiothrix. Beberapa jenis yang diduga potensial sebagai makanan alami benur dan nener tersebut banyak diantaranya yang memiliki kelimpahan yang memang cukup tinggi dan memiliki proporsi yang besar dalam komposisi fitoplankton. Genus Chaetoceros dan Skeletonema bahkan sudah berhasil dikultur massal dan telah lama dijadikan sebagai pakan alami benih udang dan ikan di hatchery, seperti penelitian yang dilakukan oleh Kumlu et al. (1999) memberikan makanan alami larva Penaeus semisulcatus pada stadia protozoea 1(PZ) berupa Chaetoceros calcitrans yaitu 50 cells/ µl dengan perlakuan salinitas berbeda, ditambahkan pula hasil penelitian Le Pay et al. (2000), yang menyimpulkan bahwa biomassa alga cocok digunakan sebagai makanan udang. Beberapa genus fitoplankton lainnya yang mungkin menunjukkan penurunan kelimpahan yang besar tetapi mungkin tidak menjadi makanan utama benur dan nener. Karena selektif dalam menyaring makanannya yang mungkin tidak terlalu sensitif dalam menyeleksi makanan sehingga genus-genus tersebut dapat saja ikut tersaring. Meskipun dalam pengamatan ini sulit dipastikan genus fitoplankton yang memang menjadi preferensi jenis makanan benur dan nener karena tidak dilakukan analisis atau bedah lambung. Namun demikian paling tidak informasi mengenai dugaan spesiaes potensial yang secara perhitungan menguatkan dugaan sebagai makanan dapat dijadikan sebagai petunjuk awal dalam usaha menemukan spesies alternatif baru selain spesies lama yang dapat dijadikan sebagai sumber makanan almi benur dan nener hasil penetasan di hatchery. Selain
kemunculan
jenis
fitoplankton
yang
bertepatan
dengan
melimpahnya benur dan nener, kemunculan larva udang yang juga bersamaan dengan kemunculan benur dan nener merupakan fenomena menarik lainnya yang didapatkan selama penelitian. Larva udang yang ditemukan melimpah dengan gejala khusus yang menyebabkan warna air di pantai agak kecoklatan tidak menyebar rata.
Jenis larva tersebut biasanya ditemukan dalam relung-relung
sempit dan bergerombol pada habitat yang substratnya tertutup dan dilindungi oleh bahan-bahan seperti kayu, daun-daun tumbuhan dan benda lainnya yang menutup permukaan substrat. Larva jenis udang tersebut tidak dapat diidentifikasi
116 dengan baik karena anatominya yang masih sangat nmirip dengan berbagai jenis udang lainnya. Hasil identifikasi dan pengamatan kelimpahan zooplankton dalam pengamatan pemangsaan kombinasi Z+B/N menunjukkan adanya beberapa jenis zooplankton yang mengalami penurunan kelimpahan yang cukup besar persentasenya. Seperti halnya dalam pendugaan pada fitoplankton maka diduga pula jenis zooplankton tersebut dimangsa oleh benur dan nener. Beberapa jenis zooplankton yang ditemukan cukup melimpah ketika kelimpahan benur dan nener mencapai puncaknya seperti telur, nauplii
dan larva copepoda, Tartonus,
Paracalanus, Parapavella dan Microsetella.
Jensi-jenis tersebut diduga kuat
merupakan jenis yang dimangsa oleh benur dan nener. Hasil ini mirip dengan yang didapatkan Tarkan (2000) dalam hasil penelitiannya di perairan pantai Pulau Gōkçeada bahwa kelompok zooplankton paling penting di wilayah pantai adalah kopepoda. Rata-rata persentase tahunan kopepoda mencapai 63.7% dari total zooplankton. Acartia, Centropeges, Paracalanus, Calanus dan Oithona merupakan jenis yang dominan hingga mencapai 79.7% dari total kopepoda dan 60% dari total zooplankton. Al-Khabbaz dan Fahmi (1998) mendapatkan bahwa komposisi zooplankton di ROPME Sea Area (Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, dan ArabSaudi) didominasi kopepoda yaitu 66.6%.
Dinamika Populasi dalam Komunitas Plankton Dinamika populasi plankton meliputi pembahasan mengenai kelimpahan plankton dan hubungannya dengan parameter lingkungan dan dinamika populasi plankton. Dalam menjelaskan dinamika populasi plankton fokus kajian dititik beratkan
pada perubahan kelimpahan plankton dalam hubungannya dengan
perubahan parameter lingkungan sebagai salah satu faktor yang dapat meningkatkan kelimpahan populasi plankton dan kelimpahan pemangsa yang dapat menurunkan kelimpahan populasi plankton seperti benur, nener dan larva lainnya. Kelimpahan fitoplankton yang terhitung pada 16 stasiun (Lampiran 33), berkisar antara 583 – 28563 sel perliter dengan rata-rata ± SD (7433 ± 4770) sel
117 perliter, mengalami fluktuasi secara umum dengan tendensi meningkat dari bulan September hingga Nopember dan menurun dari bulan Desember sampai Februari. Kelimpahan zooplankton yang didapatkan selama penelitian berkisar antara 22 – 3413 individu perliter dengan rata-rata ± S.D (631 ± 533) sel per liter (Lampiran 34). Perubahan rata-rata kelimpahan fitoplankton dan zooplankton dari seluruh stasiun selama penelitian menunjukkan fluktuasi naik turun seperti ditunjukkan dalam Gambar 49.
Gambar 49 Rata-rata Kelimpahan Fitoplankton dan Zooplankton Menurut Waktu Pengamatan. Pola perubahan kelimpahan fitoplankton menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan baik antar waktu maupun antar musim (Gambar 49, Lampiran 35 dan Lampiran 36).
Rata-rata kelimpahan
tertinggi pada pertengahan bulan
Nopember (13064 sel/liter) signifikan berbeda lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kelimpahan fitoplankton pada waktu lainnya kecuali pada bulan Oktober 2, Nopember 2, dan Desember 3 (Gambar 50).
118
Gambar 50 Rata-rata Kelimpahan Setiap Kelas dan Total Fitoplankton Berdasarkan Waktu Pengamatan. Huruf yang Berbeda Menunjukkan Perbedaan Kelimpahan dalam Kelas yang Sama dan Total Fitoplankton) Menurut Waktu Pengamatan Berdasarkan Hasil Uji Tukey (α=0.05). Jika antar Dua Waktu Pengamatan Tidak Terdapat Minimal Satu Huruf yang Sama maka Rata-rata Kelimpahan antar Kedua Waktu Pengamatan Tersebut Signifikan Berbeda. Kelimpahan setiap kelas dan total fitoplankton jauh lebih tinggi pada saat puncak musim (Nopember 1 sampai Januari 1) benur dan nener dibandingkan dengan sebelum (September 1 sampai Oktober 2) dan sesudah (Januari 2 sampai Februari 2) puncak musim. Hasil analisis regresi (metode stepwise) antara kelimpahan total fitoplankton (Y) dengan parameter lingkungan menunjukkan bahwa hanya suhu (X1) dan salinitas (X2) secara bersama signifikan berkorelasi linier dengan kelimpahan fitoplankton tetapi perngaruhnya sangat kecil (R2 = 0.112). Oleh karena itu diduga bahwa pengaruh paramater lingkungan terhadap perubahan kelimpahan fitoplankton lebih kecil dibandingkan dengan pengaruh pemangsaan, sesuai dengan pernyataan Cushing (1959), diacu dalam Nybakken (1992)
bahwa pemangsaan zooplankton yaitu kopepoda dapat menurunkan
kepadatan populasi fitoplankton ketingkat yang lebih rendah. Meskipun demikian hasil analisis FCA (Gambar 51 dan 52) yang menunjukkan adanya assosiasi antar beberapa jenis fitoplankton dan zooplankton mengindikasikan adanya preferensi jenis plankton tertentu dengan lokasi dan waktu tertentu yang memiliki ciri parameter lingkungan tertentu pula.
Fakta tersebut di atas menunjukkan
119 bagaimana peran fitoplankton sebagai makanan alami benur dan nener yang masih bersifat planktonik, sesuai dengan pernyataan Trumble et al. (1981), diacu dalam Mann dan Lazier (1991) bahwa kelimpahan ikan terkait dengan kelimpahan fitoplankton dan zooplankton.
Smith dan Eppley (1982) menyatakan bahwa
produksi ikan anchovy berhubungan erat dengan produktivitas primer.
1
Prorocentrum
Richelia
Axis2(23%)
DD DA DB DC
Hyalodiscus
JD JC JB JA FD FA FC FB
0.5
Climacospaenia
Lauderia
Ceratium Hemialus Peridinium Trichodesmium spp. Fragilaria Cocconeis Skeletonema Bacteriastrum Triceratium Pleurosigma Oscillatoria spp. Pycoystis spp. Biddulphia Dinophysis Thallasiosira Nitzchia Coscinodiscus Campylodiscus Navicula Thallassionema Halospaera Eucampia Odontella Rhizosolenia 0 Thallassiothrix Chaetoceros Planktoinella Asterionella Gymnodinium 0 0.5 Rhabdonema Ditylum sp. Bacillaria Arachnoidiscus Gonyaulax
Ghomphospaeria
NC ND NANB
Tabellaria -1
-1.5
-0.5
Cylindrocystis
OB OC ODOA
Isthnia
1
SB SA SC SD
-0.5 Pelagotrix Mestogloia Noctiluca
-1 Pronoctiluca
-1.5 Axis 1 (42%)
Gambar 51 Distribusi Jenis Fitoplankton Berdasarkan Kelimpahan di Setiap Transek dan Bulan Pengamatan pada Sumbu Faktorial F1 dan F2 dari Analisis FCA. Globegerina 1.5
1
SC Leprotimtimmus
SD
SB
Axis1(23%)
Acartia
JB JA JC JD -1
-0.8
-0.6
-0.4
Oithona
OD OA
NC
Prorodon Larva Copepoda
Microsetella Parafavella
OC Nauplius Copepoda DA NB 0 NA Favella Larva Udang 0 0.2 0.4 Telur Copepoda Brachionus
-0.2
OB
Tintinnopsis
FD
Clamydodon
0.5
SA
Rhabdonella
0.8
1
DB
DC DD Chaetognatha FA
ND
0.6
Tartonus Paracalanus
FC
-0.5
FB
-1 Axis 1 (33%)
Gambar 52 Distribusi Jenis Zooplankton (B) Berdasarkan Kelimpahan di Setiap Transek dan Bulan Pengamatan pada Sumbu Faktorial F1 dan F2 dari Analisis FCA. Perubahan kelimpahan fitoplankton cenderung diikuti pola perubahan kelimpahan zooplankton dalam beberapa saat kemudian. Hasil analisis ragam setiap kelas dan total zooplankton terjadi secara spasial maupun secara temporal. Rata-rata kelimpahan zooplankton jauh lebih melimpah pada saat puncak musim benur dan nener jika dibandingkan dengan sebelum dan sesudah puncak musim
120 (Gambar 53, Lampiran 37 dan 38 ), sesuai dengan pernyataan Fiiliukiena dan Fiiliukas (2000), yang menyatakan bahwa meskipun hubungannya tidak terlalu kuat (r= 0.399), namun kelimpahan larva ikan menunjukkan korelasi positif dengan kelimpahan zooplankton. Kelimpahan rata-rata fitoplankton pada saat pertama kali pengamatan pada awal bulan September adalah 5490 sel/liter.
Pada saat tersebut kelimpahan
zooplankton juga cukup rendah dengan rata-rata 499 individu/liter. Kelimpahan larva lain juga sangat rendah dengan hanya 8400 ekor/106 liter. Karena kondisi kepadatan pemangsa yang relatif rendah memungkinkan pertumbuhan populasi fitoplankton. Interaksi faktor lingkungan yang mendukung dan tekanan pemangsaan yang tergolomg rendah menyebabkan meningkatnya populasi fitoplankton mencapai kelimpahan 7284 sel/liter.
Jadi dalam interval waktu
selama dua minggu terjadi peningkatan kelimpahan rata-rata populasi fitoplankton sekitar 33%. Menurut hasil penelitian White dan Roman (1992) di Teluk Chesapake Amerika Serikat bahwa pemangsaan zooplankton terhadap populasi fitoplankton dapat menghilangkan produksi harian zooplankton antara 12-103%.
Gambar 53 Rata-rata Kelimpahan Setiap Kelas dan Total Zooplankton Berdasarkan Waktu Pengamatan. Hurup yang Berbeda Menunjukkan Perbedan Kelimpahan Dalam Kelas yang Sama dan Total Zooplankton) Menurut Waktu Pengamatan Berdasarkan Hasil Uji Tukey (α=0.05). Jika antar Dua Waktu Pengamatan Tidak Terdapat Minimal Satu Huruf yang Sama
121 Maka Rata-rata Kelimpahan antar Kedua Waktu Pengamatan Tersebut Signifikan Berbeda. Dua minggu kemudian kelimpahan fitoplankton menurun kembali. Penurunan kelimpahan pada saat tersebut terjadi karena pertumbuhan fitoplankton dua minggu sebelumnya memicu pertumbuhan populasi zooplankton.
Dalam
waktu yang bersamaan benur sudah mulai muncul meskipun dengan kepadatan yang masih rendah dan populasi larva lain menurun.
Intensitas pemangsaan
meningkat dengan adanya benur dan diperkuat dengan menurunnya kelimpahan larva lain sehingga kompetisi benur nener dalam memangsa fitoplankton menjadi rendah. Hasil pengamatan pemangsaan menunjukkan bahwa dengan kombinasi F+Z+B/N tanpa larva lain maka laju pemangsaan rata-rata terhadap fitoplankton mencapai 121 sel/liter/jam. Laju pemangsaan tersebut merupakan urutan terbesar kedua setelah kombinasi F+Z+B.N+L (125 sel/liter/jam). Dampak pemangsaan terhadap populasi fitoplankton dapat mencapai nilai kelimpahan minimal terendah kedua sebesar 948 sel/liter. Pengamatan ke-4 minggu terakhir bulan Oktober kelimpahan benur semakin meningkat dan nener mulai muncul. Larva lain juga mengalami peningkatan kelimpahan yang cukup signifikan dari waktu sebelumnya. Benur, nener dan larva lain tidak hanya memangsa fitoplankton tetapi juga memangsa zooplankton. Karena pemangsa utama fitoplankton adalah zooplankton, maka dengan menurunnya kelimpahan zooplankton menyebabkan fitoplankton dapat berkembang. Apalagi dengan kondisi lingkungan yang masih menunjang seperti konsentrasi fosfat cenderung semakin meningkat dari awal penelitian. Kondisi kelimpahan zooplankton yang rendah maka kombinasi pemangsa fitoplankton dari benur, nener dan larva lain maka laju pemangsaan terhadap populasi fitoplankton cukup rendah. Sebagaimana hasil pengamatan pemangsaan dalam kombinasi F+B/N+L laju pemangsaan rata-rata hanya mencapai 96 sel/liter/jam.
Rendahnya laju pemangsaan ini diduga sebagai dampak dari
persaingan atau kompetisi antara benur, nener dan larva lain dalam memangsa fitoplankton.
Hal ini meyebabkan meningkatnya populasi fitoplankton dari
pengamatan sebelumnya.
122 Kelimpahan fitoplankton yang meningkat cukup tajam pada pengamatan ke-4 menyediakan makanan yang cukup untuk populasi zooplankton. Akibatnya pada pengamatan ke-5 kelimpahan zooplankton naik cukup tajam. Dalam waktu yang bersamaan kelimpahan benur dan nener mengalami peningkatan yang cukup drastis.
Sesuai dengan pengamatan pemangsaan pada kombinasi F+Z+B/N
maupun F+Z+B/N+L menunjukkan bahwa pada kedua kombinasi laju pemangsaan terhadap fitoplankton merupakan dua terbesar pertama yaitu 121 sel/liter/jam dan 125 sel/liter/jam. Tingginya intensitas pemangsaan disebabkan oleh peningkatan kelimpahan tiga jenis pemangsa fitoplankton yaitu zooplankton, benur dan nener. Meskipun populasi fitoplankton mengalami penurunan namun tidak mencapai kelimpahan rendah seperti pada pengamtan ke-3.
Hal ini sangat
dimungkinkan oleh pertumbuhan fitoplankton yang lebih tinggi dan sesuai dengan kecenderungan peningkatan produktivitas primer seperti ditunjukkan dalam Gambar 54. Hasil analisis ragam menunjukkan perbedaan produktivitas antar musim (Lampiran 39). Hasil regresi antara produktivitas primer dengan parameter lingkungan dan kelimpahan fitoplankton menunjukkan bahwa salinitas dan kadar nitrat signifikan mempengaruhi produktivitas primer (Lampiran 40). Nilai produktivitas primer yang kami dapat selama penelitian berkisar antara -125.00 – 390.63 μg C/liter/jam
dengan rata-rata 65.52 ± 6.00 μg
C/liter/jam atau setara 1572.54 μg C/liter/hari. Nilai ini lebih bervariasi dan ratarata lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Andriani (2004) di perairan pantai Teluk Bone sebesar 35.16 - 117.19 (77.69 ± 8.60) μg C/liter/jam.
123 Gambar 54 Rata-rata Produktivitas Primer Bersih (µg C/liter/jam) Menurut Waktu Pengamatan di Setiap Transek. Pada pengamatan ke-6 populasi fitoplankton kembali mengalami peningkatan yang cukup tinggi sehingga mencapai puncak kelimpahan tertinggi selama penelitian yaitu 13064 sel/liter.
Aktivitas fotosintesis yang intensif
mengindikasikan adanya pertumbuhan dan peningkatan kelimpahan populasi fitoplankton, dimana nilai produktivitas primer pada saat itu adalah rata-rata 80 μg C/liter/jam. Pengulangan
pengaruh
predator-prey
antara
fitoplankton
dengan
zooplankton terlihat kembali pada pengamatan ke-7 pada akhir bulan Nopember. Peningkatan populasi fitoplankton menyediakan sumber makanan yang cukup dan mendukung pertumbuhan fitoplankton sebagai pemangsa.
Oleh karena itu
peningkatan fitoplankton pada periode ini cukup tinggi dari pengamatan sebelumnya. fitoplankton
Karena zooplankton merupakan pemangsa potensial bagi maka
meningkatnya
kelimpahan
zooplankton
meyebabkan
meningkatnya tekanan pemangsaan terhadap fitoplankton. Efek ganda pemangsaan terjadi karena dalam waktu yang bersamaan terjadi ledakan populasi benur yang mencapai puncaknya hingga mencapai kelimpahan tertinggi selama penelitian yaitu 16811 ekor/106 liter. Sinergisme tekanan pemangsaan zooplankton dan benur terhadap fitoplankton menyebabkan tekanan pemangsaan yang kuat dan menurunkan populasi fitoplankton dengan cepat.
Laju pemangsaan pada periode ini melampaui pertumbuhan populasi
fitoplankton karena proporsi pertumbuhan tidak terlalu besar peningkatannya dari periode sebelumnya. Populasi fitoplankton dari pengamatan ke-6 pada pertengahan Nopember setelah mencapai puncaknya terus mengalami penurunan hingga pengamatan ke-9 pertengahan Populasi fitoplankton yang terus menurun disebabkan oleh masih tingginya tekanan pemangsaan karena populasi jumlah pemangsa yang masih tinggi.
Pada periode ini kelimpahan zooplankton yang mencapai 1175
individu/liter. Dalam waktu bersamaan meskipun kelimpahan benur menurun namun kelimpahan nener justru meningkat tajam sehingga jumlah total benur+nenr+larva lain
mencapai puncak tertinggi yaitu 44667 ekor/106 liter.
124 Kondisi demikian memberikan tekanan pemangsaan paling maksimal karena sesuai hasil pengamatan pemangsaan ketika seluruh komponen pemangsa fitoplankton ada (kombinasi F+Z+B/N+L) maka laju pemangsaan mencapai maksimal sebesar 125 sel/liter/jam. Pada akhir Desember ketika pengamatan ke-10, kelimpahan fitoplankton mengalami peningkatan kembali. Rata-rata kelimpahan fitoplankton pada saat itu mencapai puncak terbesar ke dua selama penelitian sebesar 11798 sel/liter. Penurunan kelimpahan zooplankton pada saat itu dan periode sebelumnya serta populasi nener yang hampir habis nampaknya signifikan menurunkan tekanan pemangsaan terhadap fitoplankton. Meskipun kelimpahan benur dan nener ikut meningkat namun peningkatan kelimpahan larva lain sebagai kompetitor benur dan nener menyebabkan pemangsaan saat itu tidak melampaui laju pertumbuhan fitoplankton. Oleh karena itu dengan pertumbuhan fitoplankton yang masih terus meningkat
menyebabkan
meningkatnya
kembali
kelimpahan
populasi
fitoplankton. Pada akhir bulan Desember intensitas cahaya sudah mulai menurun karena curah hujan mulai meningkat, tetapi nitrat dan fosfat terus meningkat. Pada bulan Januari curah hujan sangat tinggi di lokasi penelitian, sebaliknya penyinaran sangat rendah. Kondisi lingkungan di lokasi penelitian pada saat itu dicirikan dengan suhu dan salinitas yang lebih rendah dan kecepatan arus lebih tinggi. Kelimpahan populasi fitoplankton pengamatan ke-11 di awal Januari mengalami penurunan yang drastis. Penurunan ini dapat dipastikan terjadi karena pengaruh intensitas cahaya yang sangat rendah.
Kuatnya dugaan ini
didasari oleh fakta bahwa kadar nutrien (nitrat dan fosfat) yang lebih tinggi dan kelimpahan populasi pemangsa yang jauh lebih rendah dibanding dengan pengamatan sebelumnya. Dengan demikian maka penurunan kelimpahan terjadi karena intensitas cahaya yang rendah dimana dapat dihubungkan dengan penurunan nilai produktivitas bersih yang cukup tajam dari akhir Desember ke pertengahan Januari. Kelimpahan zooplankton, benur dan larva lain menurun mengikuti penurunan kelimpahan fitoplankton. Bahkan nener pada saat pengamatan ke-11 sudah tidak ditemukan lagi. Oleh karena itu sebenarnya tekanan pemangsaan terhadap populasi fitoplankton menjadi sangat rendah. Idealnya jika tidak ada
125 faktor pembatas terhadap pertumbuhan populasi fitoplankton maka jelas akan menyebabkan meningkatnya kelimpahan fitoplankton. Faktanya bahkan populasi fitoplankton mengalami penurunan yang berarti pertumbuhannya masih lebih rendah dibandingkan dengan pemangsaan yang sudah rendah pula. Mengacu pada perubahan kelimpahan fitoplankton berdasarkan waktu pengamatan maka dapat dikatakan bahwa dinamika populasi fitoplankton di daerah penangkapan benur dan nener selama penelitian dipengaruhi oleh interaksi antara faktor klingkungan dengan pemangsaan. Secara umum dinamika populasi fitoplankton apabila dilihat secara keseluruhan selama penelitian (tidak dianalisis secara parsial pada waktu tertentu) maka dapat dikatakan bahwa dinamika populasi lebih dikontrol oleh faktor lingkungan dibandingkan pemangsaan. Pernyataan ini diperkuat dengan hasil analisis korelasi parsial antara kelimpahan fitoplankton dengan parameter lingkungan dan kelimpahan zooplankton, benur, nener dan larva lain. Korelasi parsial yang dihitung dari 4 transek dari 14 kali pengamatan yang dihitung antara kelimpahan fitoplankton pada saat t dengan parameter lingkungan dan kelimpahan pemangsa pada saat t-1 dan t-2 didapatkan hasil seperti dirangkum dalam Tabel 15. Suhu, salinitas dan kecepatan arus, kelimpahan zooplankton dan kelimpahan benur pada saat t-1 (satu periode pengamatan sebelumnya) lebih besar korelasinya dengan kelimpahan fitoplankton saat t dibandingkan dengan pada waktu yang bersesuaian (t). Kadar nitrat, fosfat, kelimpahan benur dan kelimpahan larva lain lebih besar korelasinya pada waktu yang bersesuaian dengan kelimpahan fitoplankton. Berdasarkan nilai dan tanda koefisien korelasi parsial dalam Tabel 15 maka dapat disimpulkan bahwa kelimpahan
fitoplankton
lebih
cenderung
berkorelasi
lingkungan sebelumnya (t-1) kecuali kadar nutrien.
dengan
parameter
Pengaruh pemangsaan
terhadap fitoplankton nampak berbeda antara zooplankton dan nener dengan benur dan larva lain.
Karena koefisien korelasi parsial antara kelimpahan
fitoplankton dengan kelimpahan pemangsanya positif maka dapat dinyatakan bahwa selama penelitian fitoplankton lebih banyak mengontrol kelimpahan pemangsanya.
126 Tabel 15 Koefisien Korelasi Parsial (R) dan Probabilitas (P) α=0.05 antara Kelimpahan Fitoplankton dengan Parameter Lingkungan dan Kelimpahan Pemangsa Fitoplankton Parameter Lingk./ Pemangsa Suhu Salinitas Kecepatan Arus Nitrat Fosfat Zooplankton Benur Nener Larva Lain
T R 0.4844 0.3518 -0.1935 -0.1694 -0.2425 0.0889 0.4121 0.1865 0.6901
t-1 P R 0.0001 0.5389 0.0039 0.3718 0.0765 -0.3086 0.1060 -0.0980 0.0359 -0.1461 0.2574 0.3127 0.0008 0.2825 0.0844 0.2483 0.0000 0.1668
t-2 P R 0.0000 0.3992 0.0033 0.3394 0.0130 -0.4471 0.2447 0.0311 0.1507 -0.1603 0.0120 0.0260 0.0212 -0.0734 0.0380 0.3675 0.1186 0.0913
P 0.0025 0.0091 0.0007 0.4170 0.1382 0.4305 0.3100 0.0051 0.2685
Pernyataan terakhir di atas mungkin ada benarnya jika dilihat secara umum selama penelitian tanpa melihat segment waktu yang lebih detail. Hubungan predator-prey dalam konsep pemangsaan biasanya tidak berlaku secara kontinyu bahwa kelimpahan populasi pemangsa dikontrol oleh populasi mangsa. Oleh karena itu untuk melihat sejauh mana konsep tersebut berlaku dalam penelitian ini maka analisis dilakukan lebih teliti dengan melihat hubungan antara kelimpahan fitoplankton dengan kelimpahan pemangsanya pada segment waktu tertentu.
Jika dilihat kurva kelimpahan fitoplankton dan pemangsanya maka
terlihat adanya periode dimana kelimpahan fitoplankton menurun pada saat kelimpahan pemangsanya meningkat. Dengan demikian maka dapat dikatakan ada periode dimana hubungan antara kelimpahan fitoplankton dengan kelimpahan pemangsanya berkorelasi negatif. Data kelimpahan fitoplankton, zooplankton, benur, nener dan larva lain dari semua transek selama penelitian diplotkan pada waktu tertentu maka didapatkan adanya korelasi negatif. Hal itu menunjukkan bahwa selama periode tersebut hubungan yang terjadi adalah pemangsa yang mengontrol kelimpahan fitoplankton.
Plot antara kelimpahan zooplankton (X) dengan kelimpahan
fitoplankton (Y) antara pengamatan ke-5 sampai ke-10 menunjukkan korelasi yang negatif mengikuti persamaan Y = 18006-9.8792 X (R2 = 0.8072). Artinya
127 adalah
kelimpahan
fitoplankton
menurun
hampir
10
sel/liter
dengan
meningkatnya satu individu/liter kelimpahan zooplankton (Gambar 55).
Gambar 55 Plot antara Kelimpahan Zooplankton dengan Fitoplankton dari pengamatan ke-5 sampai ke-10. Penurunan kelimpahan fitoplankton tersebut jelas karena pengaruh pemangsaan yang berarti bahwa selama periode tersebut kelimpahan fitoplankton dikontrol oleh kelimpahan pemangsa yaitu zooplankton. Salah satu makna penting yang dapat ditarik dari hasil analisis ini adalah bahwa kurang tepat jika hubungan antara mangsa dan pemangsa dianalisis atau diregresikan secara serempak selama penelitian.
Hasil yang diperoleh jika dilakukan seperti itu adalah tidak
menggambarkan kondisi yang terjadi berdasarkan dinamika hubungan predatorprey. Karena selama waktu tertentu dapat terjadi perubahan yang silih berganti dimana pada rentang waktu tertentu populasi mangsa mengontrol pemangsanya dan dalam rentang waktu lainnya mangsa dikontrol oleh pemangsanya. Melihat pola perubahan kelimpahan fitoplankton selama penelitian nampaknya pengaruh pemangsaan oleh benur, nener dan larva lain tidak sekuat pemangsaan zooplankton. Setelah data kelimpahan fitoplankton dicoba plotkan dengan kelimpahan benur, nener dan larva lain maka tidak ada pola sistematis dalam segment waktu tertentu seperti hasil yang ditunjukkan pada plot antara kelimpahan zooplankton dengan kelimpahan fitoplankton. Artinya adalah bahwa populasi zooplankton lebih besar perannya dibandingkan dengan benur, nener dan larva lainnya dalam mempengaruhi dinamika populasi fitoplankton. Hasil ini sesuai dengan pengamatan pemangsaan yang menunjukkan bahwa laju
128 pemangsaan zooplankton terhadap fitoplankton lebih besar dibandingkan dengan laju pemangsaan larva lainnya termasuk benur dan nener. Berkaitan dengan kelimpahan minimal fitoplankton untuk terjadinya dampak pemangsaan zooplankton maka pantas jika dampak pemangsaan itu lebih menonjol ketika kelimpahan fitoplankton lebih besar. Kelimpahan minimal fitoplankton untuk terlihat dampak pemangsaan adalah yang paling besar (2005 sel/liter) dalam pengamatan pemangsaan teta[pi dengan laju pemangsaan paling besar pula.
Artinya ketika kelimpahan fitoplankton tinggi maka dampak
pemangsaan zooplankton terhadap fitoplankton semakin besar. Sesuai dengan plot pada pengamatan ke-5 sampai ke-11 memang kelimpahan fitoplankton selama periode tersebut tergolong tinggi.
Selama periode tersebut termasuk
musim puncak kelimpahan benur dan nener. Berdasarkan peranan fitoplankton sebagai makanan bagi benur dan nener maka nampaknya puncak kelimpahan benur dan nener hampir bersamaan atau sedikit lebih lambat dengan kelimpahan fitoplankton. Karena tidak ada pola yang sistematis dalam hubungan kelimpahan benur dan nener dengan kelimpahan fitoplankton diduga bahwa kemungkinan benur dan nener lebih banyak tergantung pada zooplankton dibandingkan dengan fitoplankton. Hasil analisis korelasi parsial antara kelimpahan zooplankton dengan parameter lingkungan dan kelimpahan fitoplankton, benur, nener dan larva lain menunjukkan bahwa kelimpahan zooplankton signifikan berkorelasi dengan kecepatan arus dua periode pengamatan sebelumnya (t-2), salinitas dan kelimpahan fitoplankton pada t-1 dan kelimpahan benur, nener dan larva lain pada waktu yang bersesuaian (Tabel 16). Berdasarkan data dalam Tabel 16 maka dapat dikatakan bahwa dinamika populasi zooplankton tidak banyak dipengaruhi oleh parameter lingkungan. Korelasi negatif kelimpahan zooplankton dengan salinitas pada t-1 dan kecepatan arus pada t-2 tidak begitu kuat. Hasil ini menguatkan dugaan bahwa selama penelitian kisaran parameter lingkungan yang diteliti belum melampaui ambang batas pertumbuhan dan kelangsungan hidup zooplankton.
Dalam kondisi
demikian maka dinamika populasi zooplankton lebih banyak dipengaruhi oleh kelimpahan fitoplankton sebagai makanannya dan kelimpahan pemangsanya.
129 Tabel 16 Koefisien Korelasi Parsial (R) dan Probabilitas (P) α=0.05 antara Kelimpahan Zooplankton dengan Parameter Lingkungan dan Kelimpahan Pemangsa Fitoplankton Parameter Lingk./ Pemangsa Suhu Salinitas Kadar DO Kecepatan Arus Fitoplankton Benur Nener Larva Lain
T R 0.0824 -0.0330 0.1019 0.0318 0.0889 0.6536 0.6825 0.4955
t-1 P R 0.2731 0.1933 0.4047 -0.0381 0.2273 0.1601 0.4081 -0.1427 0.2574 0.2361 0.0000 0.5678 0.0000 0.5348 0.0001 0.4194
t-2 P R 0.0849 0.1784 0.3943 0.1071 0.1284 0.1477 0.1564 -0.2926 0.0460 0.1451 0.0000 0.3946 0.0000 0.3179 0.0010 0.2280
P 0.1126 0.2344 0.1582 0.0218 0.1625 0.0028 0.0138 0.0595
Nilai koefisien korelasi parsial antara kelimpahan zooplankton dengan ketiga pemangsanya yaitu benur, nener dan larva lain yang sedang tetapi tanda positif mengindikasikan bahwa secara keseluruhan selama penelitian populasi zooplankton lebih banyak mengontrol pemangsanya. Sementara korelasi positif dengan kelimpahan fitoplankton bermakna bahwa secara keseluruhan tanpa melihat dalam segment waktu tertentu maka kelimpahan zooplankton banyak dipengaruhi oleh kelimpahan fitoplankton satu periode pengamatan sebelunya (t1).
Hubungan ini sangat wajar karena dalam hubungan predator-prey antara
zooplankton dengan fitoplankton maka dampak pemangsaan beberapa saat sebelumnya terlihat atau berpengaruh pada kelimpahan saat ini. Plot antara kelimpahan pemangsa zooplankton dengan kelimpahan zooplankton seperti yang dilakukan dalam analisis fitoplankton, tidak nampak ada pola sistematis yang menunjukkan korelasi linier negatif. Gejala itu hanya terlihat dalam waktu yang singkat pada periode pengamatan ke-7 sampai ke-9 dalam plot antara kelimpahann benur dengan zooplankton. Kemungkinan pada 3 periode pengamatan tersebut populasi benur memang mencapai puncaknya sehingga signifikan menurunkan kelimpahan zooplankton. Melihat waktunya yang lebih singkat maka dapat dikatakan bahwa dinamika populasi zooplankton lebih banyak dipengaruihi oleh dinamika populasi fitoplankton dibandingkan dengan benur. Oleh karena itu ketika analisis dilakukan secara bersama meliputi seluruh waktu pengamatan maka korelasi positif yang didapatkan dapat dimaknai bahwa pada
130 umumnya kelimpahan zooplankton yang lebih mengontrol kelimpahan populasi benur. Pengaruh pemangsaan nener dan larva lain yang tidak sistematis menggambarkan adanya dampak pemangsaan terhadap zooplankton menjelaskan bahwa kedua pemangsa tersebut selama penelitian tidak memberikan dampak yang besar sehingga pengaruhnya terhadap dinamika populasi zooplankton relatif kecil. Pengaruh pemangsaan nener dan larva lain terhadap zooplankton hanya terjadi pada saat puncak kelimpahan keduanya sangat tinggi dan mungkin saja terjadi dalam waktu yang singkat.
Pola itu dapat terjadi ketika pemangsaan
berjalan cepat tetapi dengan cepat pula diimbangi oleh pertumbuhan zooplankton sehingga dampaknya tidak terlalu besar dalam jangka lama. Fakta yang didapatkan menunjukkan bahwa dalam dinamika populasi plankton hubungan pemangsaan antara zooplankton dengan fitoplankton dapat terjadi dalam bentuk unimodal. Dalam suatu segment waktu tertentu populasi fitoplankton mengontrol populasi zooplankton demikian pula sebaliknya dalam segment waktu lainnya. Hubungan ketergantungan ini sangat penting artinya bagi dinamika populasi larva hewan pemangsa plankton. Peran strategis zooplankton sebagai penghubung antara produktivitas primer dengan larva pemangsanya sangat menentukan kemampuan daya dukung plankton dalam menyediakan makanan larva lainnya termasuk benur dan nener. Zooplankton dalam waktu yang sama dapat berperan mengontrol kelimpahan fitoplankton dan menjadi sumber makan bagi benur dan nener. Oleh karena itu keseimbangan antara peran zooplankton sebagai pemangsa sekaligus jadi mangsa sangat mempengaruhi dinamika populasi mangsa dan pemangsanya. Merangkum beberapa uraian sebelumnya maka dapat dikatakan bahwa dinamika populasi fitoplankton sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang berubah menurut musim. Selain faktor musim dalam waktu tertentu perubahan populasi fitoplankton dikontrol oleh zooplankton sebagai pemangsa.
Dalam
waktu lain ketika kelimpahan fitoplankton menurun populasi zooplankton dikontrol oleh populasi fitoplankton. Proses saling ketergantungan itu berulang sehingga mempengaruhi dinamika populasi keduanya.
Meskipun terjadi
pemangsaan oleh benur, nener dan larva lainnya, namun dinamika populasi
131 fitoplankton dan zooplankton lebih dominan dipengaruhi oleh hubungan pemangsaan antara keduanya yaitu fitoplankton dan zooplankton. Kenyataan bahwa kelimpahan benur, nener dan larva lain berkorelasi positif dengan kelimpahan fitoplankton maupun zooplankton menunjukkan bahwa peranan plankton sebagai makanan alami benur dan nener di alam sangat penting. Kesesuaian puncak kelimpahan benur dan nener sesaat setelah kelimpahan fitoplankton dan zooplankton mencapai puncaknya kemungkinan disebabkan karena pengaruh alamiah induk udang dan ikan bandeng dalam memilih waktu pemijahannya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pada hasil penelitian yang didapatkan, maka disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1.
Kelimpahan plankton dan produktivitas primer lebih tinggi pada puncak musim benur dan nener yaitu bulan Nopember dan Desember. Komposisi dan kelimpahan plankton tidak mengalami banyak perubahan spasiotemporal.
2.
Laju pemangsaan plankton dipengaruhi oleh kelimpahan plankton, semakin tinggi kelimpahan awal plankton maka semakin cepat laju pemangsaannya. Laju pemangsaan fitoplankton maksimal ketika dimangsa oleh benur, nener dan larva lain secara simultan.
Laju pemangsaan terhadap zooplankton
maksimal ketika dimangsa oleh benur dan nener tanpa ada larva lain. Terjadi kompetisi antara benur dan nener dengan larva lain dalam memangsa plankton, utamanya terhadap zooplankton. 3.
Dinamika populasi fitoplankton di daerah penelitian lebih dikontrol oleh faktor lingkungan dibandingkan pemangsaan.
4.
Dinamika populasi zooplankton tidak banyak dipengaruhi oleh parameter lingkungan tetapi dipengaruhi oleh kelimpahan fitoplankton sebagai makanannya serta benur dan nener sebagai pemangsanya.
Saran Berdasarkan pada hasil yang didapatkan dalam penelitian ini dan adanya beberapa kendala yang dialami selama proses penelitian maka direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut : 1.
Karena indikasi adanya jenis fitoplankton dan zooplankton tertentu yang perubahan kelimpahannya berkorelasi cukup kuat dan diduga kuat menjadi makanan alami benur dan nener, maka perlu tindak lanjut penelitian untuk membuktikan dugaan ini agar dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pembuktian kebenaran dugaan tersebut.
132 2.
Untuk mengurangi pengaruh ukuran kotak pemangsaan terhadap kondisi plankton yang diinkubasi, disarankan agar menggunakan ukuran kotak pemangsaan yang lebih besar supaya dapat mendapatkan hasil yang lebih baik.
3.
Karena percobaan isolasi fitoplankton gagal dilaksanakan selama penelitian, sebaiknya dilakukan penanganan khusus yang cermat selama proses penyaringan sampai isolasi. Sebaiknya dilakukan penelitian pendahuluan lebih awal terhadap kesesuaian komposisi pupuk untuk jenis fitoplankton dan lokasi tertentu.
142
Lampiran 1 Kegiatan Pengambilan Data di Lapangan dan di Laboratorium
143
Lampiran 2 Uji Statistik Sampling Pertama Data Parameter Lingkungan Oneway Anova Antar Stasiun Descriptives
N Suhu
1.00 2.00 3.00 4.00 Total Salinitas 1.00 2.00 3.00 4.00 Total DO 1.00 2.00 3.00 4.00 Total Arus 1.00 2.00 3.00 4.00 Total
4 4 4 4 16 4 4 4 4 16 4 4 4 4 16 4 4 4 4 16
Mean Std. Deviation Std. Error 28.7000 .52915 .26458 28.8500 .45092 .22546 28.9250 .48563 .24281 28.9250 .46458 .23229 28.8500 .44272 .11068 30.5000 .70711 .35355 30.6250 .85391 .42696 30.8750 .94648 .47324 31.2500 .50000 .25000 30.8125 .75000 .18750 5.5750 .88081 .44041 5.2750 .96047 .48023 5.6000 .45461 .22730 6.4750 .96393 .48197 5.7313 .88372 .22093 .2475 .06602 .03301 .2150 .04359 .02179 .2575 .10340 .05170 .2550 .05802 .02901 .2438 .06612 .01653
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound 27.8580 29.5420 28.1325 29.5675 28.1523 29.6977 28.1858 29.6642 28.6141 29.0859 29.3748 31.6252 29.2662 31.9838 29.3689 32.3811 30.4544 32.0456 30.4129 31.2121 4.1734 6.9766 3.7467 6.8033 4.8766 6.3234 4.9412 8.0088 5.2603 6.2022 .1425 .3525 .1456 .2844 .0930 .4220 .1627 .3473 .2085 .2790
ANOVA
Suhu
Salinitas
DO
Arus
Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares .135 2.805 2.940 1.313 7.125 8.438 3.212 8.503 11.714 .005 .061 .066
df 3 12 15 3 12 15 3 12 15 3 12 15
Mean Square .045 .234
F .193
Sig. .899
.438 .594
.737
.550
1.071 .709
1.511
.262
.002 .005
.304
.822
Lampiran 3 Data Hasil Pengukuran Suhu (oC) di Setiap Stasiun dan Waktu Pengamatan
Waktu Pengamatan (Tanggal) Sept. 1 (07-09- 2005) Sept. 2 (22-09- 2005) Okt. 1 (06-10- 2005) Okt. 2 (23-10- 2005) Nop. 1 (06-11-2005) Nop. 2 (16-11-2005) Nop. 3 (25-11-2005) Des. 1 (04-12-2005) Des. 2 (17-12-2005) Des. 3 (24-12-2005) Jan. 1 (07-01-2006) Jan. 2 (22-01-2006) Feb. 1 (05-02-2006) Feb. 2 (19-02-2006)
A1 29.4 27.7 30.5 30.1 30.9 31.4 30.1 29.9 29.7 29.5 26.8 27.4 26.7 26.8
A2 29.4 27.8 30.6 30.2 30.6 30.9 30.0 29.9 29.7 29.7 27.0 27.4 27.0 26.7
A3 29.4 28.1 30.4 30.0 30.7 30.9 30.0 29.5 29.8 29.8 27.4 27.6 27.1 27.1
A4 29.4 28.2 30.4 30.2 30.4 31.2 29.8 30.0 29.4 30.0 27.3 27.8 27.3 27.2
B1 28.8 28.7 30.7 30.2 30.7 31.2 29.3 29.8 30.0 29.8 27.9 28.1 27.5 27.8
B2 28.9 28.6 30.5 30.3 30.2 30.9 29.1 30.0 30.0 29.5 27.6 28.0 27.4 27.6
Stasiun Pengamatan B3 B4 C1 C2 29.2 29.1 28.4 28.8 28.5 28.4 29.4 29.3 30.3 30.3 29.4 29.2 30.0 29.9 29.2 28.9 30.3 30.3 29.2 29.2 30.7 30.8 29.6 29.5 29.6 29.9 28.8 28.9 29.4 29.6 28.9 28.7 29.4 29.6 28.8 28.6 29.8 29.6 28.8 28.6 27.9 27.8 28.2 28.1 28.1 28.0 28.5 28.2 27.5 27.6 28.1 28.1 27.6 27.5 28.2 27.9
C3 28.8 29.2 29.3 29.0 29.3 29.3 29.2 28.8 28.7 28.8 28.1 28.2 28.0 27.8
C4 28.9 29.0 29.7 29.2 29.5 29.7 29.2 29.2 29.0 29.0 28.0 28.1 27.9 27.7
D1 28.2 30.8 29.1 28.6 29.1 29.3 28.6 28.6 28.3 28.4 30.8 31.3 28.9 30.1
D2 28.3 30.9 29.1 28.7 29.1 29.2 28.4 28.5 28.5 28.3 30.0 30.1 28.6 29.7
D3 28.3 30.1 28.9 28.7 29.1 29.3 28.5 28.5 28.4 28.3 29.3 29.7 28.4 29.1
D4 28.3 30.2 29.1 28.8 29.2 29.5 28.7 28.8 28.4 28.7 29.2 29.4 28.3 28.8
144
Lampiran 4 Data Rata-rata Bulanan Curah Hujan (mm) dan Jumlah Hari Hujan pada Tahun 2005, 2006 dan 2007. Curah Hujan *) Hari Hujan 2007 2005 2006 2005 2006 Januari 716.8 588.5 694.3 26 28 Pebruari 394.6 646.9 483.6 23 23 Maret 198.5 351.4 281.7 23 20 April 141.5 264.6 195.1 15 18 Mei 6.3 24.9 35.3 8 12 Juni 2.4 136 129.3 1 12 Juli 34.4 0.8 3.9 7 1 Agustus * * 3 2 * September * 0 0 * 0 Oktober 164.1 0 16.1 13 0 Nopember 224.5 17.2 212.7 18 * Desember 419.6 443.5 865.6 27 22 Keterangan ; Sumber Data : Stasiun Meteorologi Maritim Makasssar: *) ditakar pada Jam 07.00 WITA: * tidak ada data Bulan
2007 25 26 17 17 13 22 6 2 2 8 22 28
145
Lampiran 5 Data Hasil Pengukuran Salinitas (‰) di Setiap Stasiun dan Waktu Pengamatan
Waktu Pengamatan (Tanggal) Sept. 1 (07-09- 2005) Sept. 2 (22-09- 2005) Okt. 1 (06-10- 2005) Okt. 2 (23-10- 2005) Nop. 1 (06-11-2005) Nop. 2 (16-11-2005) Nop. 3 (25-11-2005) Des. 1 (04-12-2005) Des. 2 (17-12-2005) Des. 3 (24-12-2005) Jan. 1 (07-01-2006) Jan. 2 (22-01-2006) Feb. 1 (05-02-2006) Feb. 2 (19-02-2006)
A1 31.0 31.5 31.5 29.5 30.0 31.5 31.0 31.0 29.5 29.5 29.0 28.5 28.0 27.5
A2 31.0 32.0 31.5 29.5 30.5 31.5 31.5 31.5 29.5 29.5 29.0 28.5 28.5 28.5
A3 31.5 32.0 32.0 30.0 30.5 31.5 31.5 31.5 29.5 29.5 29.5 28.5 29.0 29.0
A4 31.5 32.0 32.0 30.5 31.0 32.0 31.5 32.0 30.0 29.5 29.5 28.5 29.0 29.5
B1 31.0 31.5 32.0 29.5 30.0 31.5 30.5 31.0 29.5 29.5 29.0 28.5 28.5 27.5
B2 31.5 31.5 32.0 29.5 30.0 31.5 31.0 31.0 29.5 29.5 29.0 28.5 29.0 28.0
Stasiun Pengamatan B3 B4 C1 C2 31.5 31.5 30.5 30.5 32.0 32.0 31.0 31.0 32.5 32.5 31.5 31.0 30.5 30.5 29.0 29.0 30.5 31.0 30.0 30.0 31.5 31.5 31.0 31.5 31.0 31.5 30.5 30.5 31.5 32.0 30.0 30.5 30.0 29.5 29.5 29.5 29.5 29.5 29.0 29.5 29.0 29.5 29.5 29.5 28.5 29.0 28.5 28.0 29.0 29.0 28.0 28.0 28.5 29.0 27.5 27.0
C3 31.0 31.0 31.5 29.5 30.0 31.5 29.5 30.5 29.5 29.5 29.0 28.5 28.5 27.0
C4 31.5 31.5 32.0 30.0 30.5 31.5 30.5 31.0 30.0 29.5 29.5 28.5 28.5 28.5
D1 29.5 30.0 29.5 27.5 28.0 29.5 28.5 27.5 26.0 25.5 25.0 24.0 24.0 23.0
D2 29.5 30.0 29.5 27.0 28.5 29.5 28.0 27.5 28.5 28.5 27.0 24.0 24.5 23.5
D3 29.5 30.0 29.5 27.5 28.5 30.0 28.5 28.0 29.5 29.5 27.5 25.0 26.5 25.0
D4 30.5 30.5 31.0 27.5 29.0 30.0 29.0 28.0 30.0 29.5 28.0 27.0 27.5 26.5
146
Lampiran 6 Data Hasil Pengukuran Kadar Oksigen Terlarut (ppm) di Setiap Stasiun dan Waktu Pengamatan
Waktu Pengamatan (Tanggal) Sept. 1 (07-09- 2005) Sept. 2 (22-09- 2005) Okt. 1 (06-10- 2005) Okt. 2 (23-10- 2005) Nop. 1 (06-11-2005) Nop. 2 (16-11-2005) Nop. 3 (25-11-2005) Des. 1 (04-12-2005) Des. 2 (17-12-2005) Des. 3 (24-12-2005) Jan. 1 (07-01-2006) Jan. 2 (22-01-2006) Feb. 1 (05-02-2006) Feb. 2 (19-02-2006)
A1 6.6 6.0 6.2 6.6 6.4 8.1 3.6 5.7 4.5 5.7 4.9 5.3 6.8 4.9
A2 6.1 6.3 5.6 6.4 5.9 6.4 6.7 6.3 6.0 6.3 5.7 5.2 4.7 6.3
A3 5.2 6.7 5.4 7.5 7.0 5.7 6.7 6.7 5.2 6.9 4.2 6.0 5.0 5.2
A4 7.4 6.1 6.6 7.5 6.0 6.4 7.3 6.6 7.2 6.2 5.8 6.3 5.8 5.1
B1 4.7 6.8 5.6 6.0 4.2 7.5 6.8 4.5 5.5 7.4 6.9 5.1 5.5 5.3
B2 3.9 6.1 6.3 7.4 6.1 8.5 7.4 6.7 6.5 7.4 5.9 6.9 5.7 5.9
Stasiun Pengamatan B3 B4 C1 C2 6.2 5.8 6.0 5.4 7.6 6.1 7.0 6.3 7.3 6.1 5.4 5.1 6.4 8.0 6.7 5.7 5.6 7.2 6.4 7.2 8.7 7.7 5.9 7.2 7.6 6.8 6.7 5.3 6.1 4.4 6.8 7.2 6.7 6.2 5.7 5.9 7.0 7.5 4.9 6.1 6.3 7.1 5.6 6.1 4.9 5.6 5.7 4.0 4.7 5.8 3.9 5.4 5.0 5.1 3.6 5.0
C3 5.3 6.6 4.7 6.0 3.9 5.7 6.8 5.6 6.0 6.8 3.9 4.6 3.5 4.9
C4 5.5 4.9 4.0 4.1 5.0 6.1 5.7 5.8 5.9 6.5 5.4 4.9 4.9 5.3
D1 5.0 5.9 5.7 5.9 5.9 8.7 5.7 5.1 5.9 7.5 4.3 4.6 5.0 5.2
D2 5.7 6.3 4.9 7.1 6.0 7.2 6.1 3.5 5.6 6.1 4.4 5.5 4.6 5.1
D3 5.7 6.4 5.1 6.0 6.8 5.3 6.0 5.3 6.6 7.3 5.3 5.6 3.6 5.2
D4 7.2 5.4 4.7 6.4 5.6 6.8 6.5 6.0 6.6 8.6 6.2 5.9 4.3 4.6
147
Lampiran 7 Data Hasil Pengukuran Kecepatan Arus (meter/detik) di Setiap Stasiun dan Waktu Pengamatan
Waktu Pengamatan (Tanggal) Sept. 1 (07-09- 2005) Sept. 2 (22-09- 2005) Okt. 1 (06-10- 2005) Okt. 2 (23-10- 2005) Nop. 1 (06-11-2005) Nop. 2 (16-11-2005) Nop. 3 (25-11-2005) Des. 1 (04-12-2005) Des. 2 (17-12-2005) Des. 3 (24-12-2005) Jan. 1 (07-01-2006) Jan. 2 (22-01-2006) Feb. 1 (05-02-2006) Feb. 2 (19-02-2006)
A1 0.22 0.22 0.39 0.23 0.27 0.44 0.71 0.47 0.54 0.71 0.88 0.83 0.44 0.33
A2 0.18 0.24 0.41 0.22 0.27 0.52 0.31 0.54 0.75 0.35 0.75 0.68 0.29 0.21
A3 0.18 0.27 0.27 0.42 0.32 0.52 0.34 0.43 0.56 0.68 0.75 0.88 0.45 0.35
A4 0.33 0.47 0.31 0.34 0.42 0.48 0.31 0.54 0.41 0.63 0.83 0.88 0.83 0.68
B1 0.32 0.21 0.45 0.35 0.27 0.43 0.32 0.38 0.52 0.83 0.83 0.41 1.00 0.83
B2 0.27 0.25 0.35 0.27 0.28 0.25 0.25 0.60 0.45 0.75 0.31 0.94 0.65 0.65
Stasiun Pengamatan B3 B4 C1 C2 0.41 0.22 0.17 0.23 0.30 0.33 0.10 0.25 0.31 0.29 0.23 0.38 0.22 0.39 0.11 0.33 0.36 0.38 0.24 0.29 0.23 0.48 0.25 0.20 0.47 0.54 0.47 0.31 0.63 0.35 0.56 0.41 1.07 0.79 0.45 0.60 0.54 0.68 0.68 0.79 0.68 1.00 0.68 0.71 0.75 1.07 0.65 1.07 0.36 0.50 0.52 0.63 0.24 0.36 0.42 0.63
C3 0.22 0.26 0.29 0.34 0.32 0.26 0.79 0.38 0.47 0.37 1.00 0.94 0.79 0.65
C4 0.20 0.30 0.28 0.35 0.37 0.27 0.26 0.37 0.71 0.71 0.83 0.79 0.88 0.75
D1 0.28 0.08 0.24 0.10 0.20 0.39 0.28 0.33 0.43 0.37 0.79 0.79 1.07 0.83
D2 0.18 0.25 0.31 0.28 0.29 0.18 0.35 0.58 0.38 0.63 1.00 1.07 0.50 0.41
D3 0.22 0.27 0.26 0.38 0.38 0.27 0.42 0.48 0.88 0.83 0.79 1.00 0.56 0.44
D4 0.27 0.33 0.42 0.35 0.35 0.48 0.39 0.37 0.68 0.47 0.52 0.65 0.58 0.56
148
149 Lampiran 8 Data Hasil Pengukuran Kadar Nutrien di Setiap Stasiun dan WaktuPengamatan
Stasiun
A1
B1
C1
D1
Waktu Pengamatan Sept II (22 -09- 2005) Okt II (23-10- 2005) Nop II (16-11-2005) Des I (04-12-2005) Des III (24-12-2005) Jan II (22-01-2006) Feb II (19-02-2006) Sept II (22 -09- 2005) Okt II (23-10- 2005) Nop II (16-11-2005) Des I (04-12-2005) Des III (24-12-2005) Jan II (22-01-2006) Feb II (19-02-2006) Sept II (22 -09- 2005) Okt II (23-10- 2005) Nop II (16-11-2005) Des I (04-12-2005) Des III (24-12-2005) Jan II (22-01-2006) Feb II (19-02-2006) Sept II (22 -09- 2005) Okt II (23-10- 2005) Nop II (16-11-2005) Des I (04-12-2005) Des III (24-12-2005) Jan II (22-01-2006) Feb II (19-02-2006)
Kadar Nutrien (ppm) Nitrat Fosfat Silikat 0.24 0.09 0.040 0.17 0.12 0.040 0.21 0.09 0.040 0.11 0.12 0.040 0.22 0.11 0.040 0.36 0.11 0.040 0.24 0.13 0.040 0.48 0.11 0.040 0.33 0.12 0.040 0.02 0.13 0.040 0.07 0.10 0.040 0.12 0.09 0.040 0.23 0.11 0.040 0.27 0.09 0.040 0.08 0.13 0.040 0.11 0.13 0.040 0.27 0.15 0.040 0.17 0.15 0.040 0.11 0.17 0.040 0.26 0.15 0.040 0.26 0.11 0.040 0.05 0.09 0.040 0.10 0.10 0.040 0.12 0.09 0.040 0.08 0.10 0.040 0.17 0.09 0.040 0.27 0.12 0.040 0.15 0.20 .*
150 Lampiran 9
Hasil Analisis Ragam (ANOVA) Kadar Nitrat dan Fosfat antar Waktu Menurut Kelompok Transek Selama Penelitian
A. Kadar Nitrat Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Kadar Nitrat (ppm) Source Corrected Model Intercept Stasiun Waktu Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares .113a .992 .034 .078 .184 1.288 .296
df 9 1 3 6 18 28 27
Mean Square .013 .992 .011 .013 .010
F 1.229 97.236 1.124 1.281
Sig. .338 .000 .365 .315
a. R Squared = .381 (Adjusted R Squared = .071)
B. Kadat Fosfat Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Kadar Fosfat (ppm) Source Corrected Model Intercept Stasiun Waktu Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares .007a .389 .005 .002 .013 .409 .020
df 9 1 3 6 18 28 27
Mean Square F .001 1.081 .389 542.691 .002 2.465 .000 .389 .001
a. R Squared = .351 (Adjusted R Squared = .026)
Sig. .422 .000 .095 .877
151 Lampiran 10 Hasil Analisis Ragam (ANOVA) Parameter Lingkungan antar Musim Menurut Kelompok Stasiun/Transek Selama Penelitian A. Suhu Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Suhu Source Corrected Model Intercept Stasiun Musim Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 63.861a 165597.569 7.366 56.496 170.467 189175.540 234.329
df 17 1 15 2 206 224 223
Mean Square F 3.757 4.540 165597.569 200115.183 .491 .593 28.248 34.136 .828
Sig. .000 .000 .878 .000
a. R Squared = .273 (Adjusted R Squared = .212)
Homogeneous Subsets Suhu Tukey HSD
a,b,c
Musim Setelah Puncak Musim Puncak Musim Sebelum Puncak Musim Sig.
N 48 112 64
Subset 1 2 28.0812 29.3009 29.3125 1.000 .997
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .828. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 66.098. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
B. Salinitas Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Salinitas Source Corrected Model Intercept Stasiun Musim Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 707.042a 168469.129 297.924 409.118 324.489 194730.500 1031.531
df 17 1 15 2 206 224 223
Mean Square F 41.591 26.404 168469.129 106951.539 19.862 12.609 204.559 129.863 1.575
a. R Squared = .685 (Adjusted R Squared = .659)
Sig. .000 .000 .000 .000
152 Homogeneous Subsets Salinitas Tukey HSD Stasiun D1 D2 D3 D4 A1 C1 C2 A2 B1 C3 B2 A3 B3 C4 A4 B4 Sig.
a,b
N 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
1 26.750 27.321 27.893
.543
2 27.321 27.893 28.607
.331
Subset 3
27.893 28.607 29.321 29.429 29.500
.064
4
28.607 29.321 29.429 29.500 29.679 29.679 29.750 29.964
.244
5
29.321 29.429 29.500 29.679 29.679 29.750 29.964 30.321 30.393 30.464 30.679 30.750 .174
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 1.575. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 14.000. b. Alpha = .05.
Homogeneous Subsets Salinitas a,b,c
Tukey HSD
Musim Setelah Puncak Musim Puncak Musim Sebelum Puncak Musim Sig.
N 48 112 64
1 27.000
Subset 2
3
29.638 1.000
1.000
30.805 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 1.575. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 66.098. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
153 C. Kadar DO Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: DO Source Corrected Model Intercept Stasiun Musim Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 67.141a 6628.838 29.692 37.449 168.341 8071.910 235.481
df 17 1 15 2 206 224 223
Mean Square F 3.949 4.833 6628.838 8111.771 1.979 2.422 18.724 22.913 .817
a. R Squared = .285 (Adjusted R Squared = .226)
Homogeneous Subsets DO a,b
Tukey HSD Stasiun C4 C3 D2 D3 C1 D1 A1 B1 C2 A3 A2 D4 B4 B3 A4 B2 Sig.
N 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
Subset 1 2 5.286 5.307 5.307 5.579 5.579 5.729 5.729 5.736 5.736 5.743 5.743 5.807 5.807 5.843 5.843 5.850 5.850 5.957 5.957 5.993 5.993 6.057 6.057 6.386 6.386 6.436 6.436 6.450 6.450 6.479 .060 .056
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .817. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 14.000. b. Alpha = .05.
Sig. .000 .000 .003 .000
154 Homogeneous Subsets DO a,b,c
Tukey HSD
Musim Setelah Puncak Musim Sebelum Puncak Musim Puncak Musim Sig.
N 48 64 112
Subset 1 2 5.146 6.009 6.190 1.000 .485
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .817. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 66.098. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
D. Kecepatan Arus Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Arus Source Corrected Model Intercept Stasiun Musim Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 2.836a 49.162 .295 2.540 4.196 61.640 7.032
df 17 1 15 2 206 224 223
Mean Square .167 49.162 .020 1.270 .020
F 8.190 2413.652 .966 62.363
a. R Squared = .403 (Adjusted R Squared = .354)
Homogeneous Subsets Arus Tukey HSD
a,b,c
Musim Sebelum Puncak Musim Puncak Musim Setelah Puncak Musim Sig.
N 64 112 48
1 .3391
Subset 2 .5230
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .020. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 66.098. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
3
.6317 1.000
Sig. .000 .000 .492 .000
155 E. Kadar Nitrat Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Kadar Nitrat (ppm) Source Corrected Model Intercept Stasiun Musim Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares .099a 1.041 .034 .065 .197 1.288 .296
df 5 1 3 2 22 28 27
Mean Square F .020 2.218 1.041 116.245 .011 1.280 .032 3.623 .009
a. R Squared = .335 (Adjusted R Squared = .184)
Homogeneous Subsets Kadar Nitrat (ppm) a,b
Tukey HSD Stasiun Stasiun D1 Stasiun C1 Stasiun B1 Stasiun A1 Sig.
N 7 7 7 7
Subset 1 .1343 .1800 .2171 .2214 .336
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .009. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 7.000. b. Alpha = .05.
Homogeneous Subsets Kadar Nitrat (ppm) Tukey HSD
a,b,c
Musim Puncak Musim Sebelum Puncak Musim Setelah Puncak Musim Sig.
N 12 8 8
Subset 1 2 .1392 .1950 .1950 .2550 .437 .386
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .009. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
Sig. .089 .000 .306 .044
156 F. Kadar Fosfat Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Kadar Fosfat (ppm) Type III Sum of Squares .007a .389 .005 .002 .013 .409 .020
Source Corrected Model Intercept Stasiun Waktu Error Total Corrected Total
df 9 1 3 6 18 28 27
Mean Square F .001 1.081 .389 542.691 .002 2.465 .000 .389 .001
a. R Squared = .351 (Adjusted R Squared = .026)
Homogeneous Subsets Kadar Fosfat (ppm) Tukey HSD
a,b
Stasiun Stasiun B1 Stasiun A1 Stasiun D1 Stasiun C1 Sig.
N 7 7 7 7
Subset 1 .1071 .1100 .1129 .1414 .114
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .001. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 7.000. b. Alpha = .05.
Homogeneous Subsets Kadar Fosfat (ppm) a,b
Tukey HSD Waktu Sept. 2 Nop. 2 Des. 3 Okt. 2 Des. 1 Jan 2 Feb. 2 Sig.
N 4 4 4 4 4 4 4
Subset 1 .1050 .1150 .1150 .1175 .1175 .1225 .1325 .767
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .001. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000. b. Alpha = .05.
Sig. .422 .000 .095 .877
157 Lampiran 11 Data dan Hasil Analisis PCA Parameter Lingkungan Selama 6 Bulan di Setiap Transek
A. Data yang digunakan dalam PCA
Bulan/ Transek SA OA NA DA JA FA SB OB NB DB JB FB SC OC NC DC JC FC SD OD ND DD JD
Suhu 28.68 30.30 30.58 29.74 27.34 26.99 28.78 30.28 30.25 29.71 27.93 27.56 28.98 29.24 29.28 28.83 28.18 27.96 29.39 28.88 29.00 28.48 29.98 28.99
Salinitas 31.88 30.69 31.21 29.83 28.00 27.88 32.25 31.44 31.08 30.04 28.19 27.81 31.31 30.69 30.83 29.79 28.50 27.06 29.94 28.25 28.50 27.75 25.81 25.13
Parameter Lingkungan DO Kec. Arus 6.30 0.290 6.48 0.390 6.35 0.463 6.11 0.560 5.43 0.700 5.48 0.476 5.90 0.351 6.64 0.403 7.01 0.420 6.33 0.608 6.09 0.674 5.38 0.555 5.88 0.250 5.21 0.366 5.99 0.389 6.10 0.557 5.03 0.748 4.56 0.626 5.95 0.295 5.73 0.368 6.38 0.407 6.18 0.561 5.23 0.759 4.70 0.629
Nitrat 0.240 0.170 0.210 0.165 0.360 0.240 0.480 0.330 0.020 0.095 0.230 0.270 0.080 0.110 0.270 0.140 0.260 0.260 0.050 0.100 0.120 0.125 0.270 0.150
Fosfat 0.090 0.120 0.090 0.115 0.110 0.130 0.110 0.120 0.130 0.095 0.110 0.090 0.130 0.130 0.150 0.160 0.150 0.110 0.090 0.100 0.090 0.095 0.120 0.200
FD Keterangan : Huruf pertama dalam kolom observasi (Bulan transek) adalah : September (S), Oktober (O), Nopember (N), Desember (D), Januari (J) dan Februari (F); sedangkan huruf kedua masing-masing 4 transek (A, B, C dan D)
158 B. Hasil Analisis PCA Summary statistics: Variable Suhu Salinitas DO Kec. Arus Nitrat Fosfat
Mean 28.972 29.328 5.852 0.494 0.198 0.118
Std. deviation 0.976 1.922 0.614 0.149 0.107 0.027
Correlation matrix (Pearson (n)): Variables Suhu Salinitas DO Kec. Arus Nitrat Fosfat
Suhu 1 0.441 0.541 ‐0.300 ‐0.322 ‐0.005
Salinitas 0.441 1 0.669 ‐0.713 0.010 ‐0.237
DO Kec. Arus 0.541 ‐0.300 0.669 ‐0.713 1 ‐0.466 ‐0.466 1 ‐0.256 0.251 ‐0.365 0.225
Nitrat ‐0.322 0.010 ‐0.256 0.251 1 ‐0.021
Principal Component Analysis: Eigenvalues:
Eigenvalue Variability (%) Cumulative %
F1 2.775 46.257 46.257
F2 1.174 19.560 65.817
F3 0.861 14.345 80.162
F4 0.697 11.618 91.780
F5 0.345 5.747 97.527
F1 0.400 0.511 0.515 ‐0.466 ‐0.207 ‐0.232
F2 ‐0.408 0.232 0.030 ‐0.083 0.675 ‐0.562
F3 0.174 0.380 ‐0.096 ‐0.136 0.549 0.705
F4 0.565 ‐0.104 0.323 0.665 0.315 ‐0.156
F5 ‐0.565 0.123 0.682 0.298 ‐0.117 0.314
F4 0.472 ‐0.087 0.269 0.555 0.263 ‐0.130
F5 ‐0.332 0.072 0.400 0.175 ‐0.068 0.184
Eigenvectors:
Suhu Salinitas DO Kec. Arus Nitrat Fosfat
Correlations between variables and factors:
Suhu Salinitas DO Kec. Arus Nitrat Fosfat
F1 0.667 0.850 0.857 ‐0.777 ‐0.345 ‐0.386
F2 ‐0.442 0.252 0.033 ‐0.090 0.731 ‐0.609
F3 0.161 0.352 ‐0.089 ‐0.126 0.509 0.654
Fosfat ‐0.005 ‐0.237 ‐0.365 0.225 ‐0.021 1
159 Contribution of the variables (%):
Suhu Salinitas DO Kec. Arus Nitrat Fosfat
F1 16.039 26.062 26.477 21.755 4.292 5.376
F2 16.665 5.391 0.093 0.693 45.575 31.583
F3 3.020 14.423 0.930 1.839 30.118 49.671
F4 31.935 1.090 10.416 44.199 9.919 2.442
F5 31.911 1.517 46.491 8.853 1.357 9.871
Squared cosines of the variables:
Suhu Salinitas DO Kec. Arus Nitrat Fosfat
F1 0.445 0.723 0.735 0.604 0.119 0.149
F2 0.196 0.063 0.001 0.008 0.535 0.371
F3 0.026 0.124 0.008 0.016 0.259 0.428
F4 0.223 0.008 0.073 0.308 0.069 0.017
F5 0.110 0.005 0.160 0.031 0.005 0.034
F1 1.768 1.833 1.932 0.559 ‐2.313 ‐1.674 0.724 1.809 2.484 0.953 ‐1.109 ‐1.499 1.470 0.408 0.566 ‐0.178 ‐2.475 ‐2.620 1.597 0.317 0.916 ‐0.222 ‐2.070 ‐3.176
F2 1.449 ‐0.526 0.266 ‐0.434 1.609 0.678 2.511 0.602 ‐1.623 ‐0.435 0.595 1.421 ‐0.627 ‐0.722 ‐0.095 ‐1.169 ‐0.230 0.585 ‐0.334 ‐0.269 0.063 0.020 ‐0.623 ‐2.712
F3 0.048 0.417 ‐0.067 ‐0.116 ‐0.059 ‐0.039 1.935 1.362 ‐0.141 ‐1.059 ‐0.673 ‐0.919 0.326 0.405 1.663 0.787 0.762 ‐0.449 ‐1.154 ‐1.092 ‐1.324 ‐1.521 ‐0.246 1.155
F4 ‐0.706 0.482 1.179 0.788 0.355 ‐1.315 ‐0.005 1.053 0.344 1.004 0.540 ‐0.342 ‐1.621 ‐1.175 ‐0.275 ‐0.109 0.291 ‐0.330 ‐0.913 ‐0.816 ‐0.113 0.199 1.870 ‐0.387
F5 0.052 ‐0.141 ‐0.673 0.006 0.543 0.714 ‐0.340 ‐0.049 0.862 0.224 1.047 ‐0.090 ‐0.067 ‐0.819 0.160 1.088 0.310 ‐0.912 ‐0.671 ‐0.517 0.104 0.503 ‐1.049 ‐0.288
Factor scores: Observation SA OA NA DA JA FA SB OB NB DB JB FB SC OC NC DC JC FC SD OD ND DD JD FD
160 Contribution of the observations (%):
SA OA NA DA JA FA SB OB NB DB JB FB SC OC NC DC JC FC SD OD ND DD JD FD
F1 4.690 5.044 5.605 0.470 8.029 4.205 0.787 4.910 9.260 1.363 1.848 3.373 3.244 0.250 0.481 0.048 9.199 10.303 3.831 0.151 1.260 0.074 6.434 15.141
F2 7.457 0.983 0.251 0.669 9.196 1.632 22.389 1.288 9.350 0.671 1.256 7.165 1.396 1.852 0.032 4.848 0.187 1.214 0.395 0.257 0.014 0.001 1.380 26.116
F3 0.011 0.843 0.022 0.065 0.017 0.007 18.125 8.980 0.097 5.427 2.196 4.088 0.515 0.793 13.389 2.997 2.808 0.978 6.449 5.776 8.480 11.192 0.292 6.453
F4 2.980 1.391 8.308 3.712 0.753 10.342 0.000 6.630 0.708 6.026 1.745 0.699 15.699 8.251 0.451 0.070 0.506 0.650 4.979 3.983 0.077 0.237 20.906 0.896
F5 0.033 0.239 5.471 0.000 3.568 6.168 1.396 0.029 8.985 0.609 13.249 0.097 0.054 8.097 0.310 14.308 1.165 10.053 5.443 3.236 0.130 3.054 13.301 1.005
F3 0.000 0.042 0.001 0.011 0.000 0.000 0.350 0.272 0.002 0.302 0.132 0.161 0.020 0.048 0.854 0.190 0.076 0.024 0.252 0.487 0.584 0.848 0.006 0.069
F4 0.087 0.056 0.243 0.509 0.015 0.306 0.000 0.162 0.012 0.272 0.085 0.022 0.492 0.406 0.023 0.004 0.011 0.013 0.158 0.272 0.004 0.015 0.370 0.008
F5 0.000 0.005 0.079 0.000 0.035 0.090 0.011 0.000 0.077 0.014 0.320 0.002 0.001 0.197 0.008 0.363 0.013 0.098 0.085 0.109 0.004 0.093 0.116 0.004
Squared cosines of the observations:
SA OA NA DA JA FA SB OB NB DB JB FB SC OC NC DC JC FC SD OD ND DD JD FD
F1 0.545 0.814 0.653 0.256 0.638 0.495 0.049 0.479 0.637 0.245 0.359 0.429 0.404 0.049 0.099 0.010 0.807 0.811 0.483 0.041 0.280 0.018 0.453 0.521
F2 0.367 0.067 0.012 0.155 0.309 0.081 0.589 0.053 0.272 0.051 0.103 0.385 0.074 0.153 0.003 0.418 0.007 0.040 0.021 0.030 0.001 0.000 0.041 0.380
161 Lampiran 12 Data Kelimpahan Benur (ekor/103 m3) pada Setiap Waktu dan Transek Pengamatan
Waktu Pengamatan Sept I Sept II Okt I Okt II Nov I Nop II Nop III Des I Des II Des III Jan I Jan II Feb I Feb II Rata-rata
Waktu Pengamatan Sept I Sept II Okt I Okt II Nov I Nop II Nop III Des I Des II Des III Jan I Jan II Feb I Feb II Rata-rata
Transek A 1 2 0 0 0 0 133 533 2533 3467 10933 14667 18667 5733 13333 19733 4267 6667 5600 6133 3733 4000 3867 3200 0 1200 0 0 0 0 4505 4667
1 0 0 667 1600 3333 6000 22000 8800 11467 4400 9600 1333 0 0 4943
Transek C 2 0 0 267 1600 4533 2933 19867 8933 17067 4800 6800 133 0 0 4781
3 0 0 0 2267 7067 10800 10800 8000 11467 4267 2267 133 0 0 4076
3 0 0 533 667 3200 6133 15733 8800 10800 12267 3467 2400 0 0 4571
Transek B 1 2 0 0 0 0 133 0 4000 3067 4000 13600 17867 12267 4133 6933 7867 4267 5200 6133 9600 2933 4000 4400 1333 2133 0 0 0 0 4152 3981
1 0 0 667 533 3067 4800 20533 15867 22133 8000 2933 267 0 0 5629
Transek D 2 0 0 400 2000 2533 5600 17200 14667 23200 13067 12267 1467 0 0 6600
3 0 0 267 2267 5600 5867 22400 5867 5467 2933 13200 667 0 0 4610
3 0 0 0 400 3733 9600 29067 14667 11467 14000 11600 2267 0 0 6914
162 Lampiran 13 Hasil Analisis Ragam (ANOVA) Kelimpahan Benur antar Waktu Menurut Kelompok Transek Selama Penelitian Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Akar Kelimpahan Benur (ekor/1000 m3) Type III Sum of Squares 132333.365a 645640.006 3256.051 129077.315 54029.622 832002.993 186362.988
Source Corrected Model Intercept Transek Waktu Error Total Corrected Total
df 12 1 3 9 107 120 119
Mean Square F 11027.780 21.839 645640.006 1278.622 1085.350 2.149 14341.924 28.403 504.950
a. R Squared = .710 (Adjusted R Squared = .678)
Homogeneous Subsets Akar Kelimpahan Benur (ekor/1000 m3) Tukey HSD
a,b
Transek Transek A Transek B Transek C Transek D Sig.
N 30 30 30 30
Subset 1 69.2054 69.3771 72.7950 82.0256 .127
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 504.950. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000. b. Alpha = .05.
Homogeneous Subsets Akar Kelimpahan Benur (ekor/1000 m3) a,b
Tukey HSD
Waktu Oktober 1 Januari 2 Oktober 2 Nopember 1 Januari 1 Desember 3 Nopember 2 Desember 1 Desember 2 Nopember 3 Sig.
N
Subset 1 2 3 12 14.4643 12 29.4985 12 43.0581 12 76.0723 12 76.8980 12 80.3672 12 90.7760 12 93.1118 12 102.8678 102.8678 12 126.3936 .068 .113 .248
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 504.950. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000. b. Alpha = .05.
Sig. .000 .000 .098 .000
163 Lampiran 14 Data Kelimpahan Nener (ekor/103 m3) pada Setiap Waktu dan Transek Pengamatan
Waktu Pengamatan Sept I Sept II Okt I Okt II Nov I Nop II Nop III Des I Des II Des III Jan I Jan II Feb I Feb II Rata-rata
Waktu Pengamatan Sept I Sept II Okt I Okt II Nov I Nop II Nop III Des I Des II Des III Jan I Jan II Feb I Feb II Rata-rata
1 0 0 0 667 2933 1467 1067 4933 667 0 0 0 0 0 838
1 0 0 0 133 3067 2133 2133 4400 1200 0 0 0 0 0 933
Transek A 2 0 0 0 133 2267 1867 1200 3200 667 133 0 0 0 0 676
Transek C 2 0 0 0 0 2133 1200 2000 5200 0 267 0 0 0 0 771
3
1
0 0 0 267 1067 667 800 2400 0 267 0 0 0 0 390
0 0 0 800 1867 1200 933 7333 400 0 0 0 0 0 895
3
1
0 0 0 400 2000 933 2400 3200 933 267 0 0 0 0 724
0 0 0 133 2533 1733 2533 7200 1333 0 0 0 0 0 1105
Transek B 2 0 0 0 133 2800 800 1200 4400 800 0 0 0 0 0 724
Transek D 2 0 0 0 133 2133 1067 1600 5600 2933 267 0 0 0 0 981
3 0 0 0 0 667 800 533 4667 533 667 0 0 0 0 562
3 0 0 0 0 3067 1733 1733 3600 1600 1067 0 0 0 0 914
164 Lampiran 15 Hasil Analisis Ragam (ANOVA) Kelimpahan Nener antar Waktu Menurut Kelompok Transek Selama Penelitian Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Akar Kelimpahan Nener (ekor/1000 m3) Type III Sum of Squares 28931.420a 96646.924 923.174 28008.246 7620.656 133199.000 36552.076
Source Corrected Model Intercept Transek Waktu Error Total Corrected Total
df 9 1 3 6 74 84 83
Mean Square F 3214.602 31.215 96646.924 938.485 307.725 2.988 4668.041 45.329 102.982
a. R Squared = .792 (Adjusted R Squared = .766)
Homogeneous Subsets Akar Kelimpahan Nener (ekor/1000 m3) a,b
Tukey HSD Transek Transek A Transek B Transek C Transek D Sig.
N 21 21 21 21
Subset 1 2 30.7800 31.3680 31.3680 34.3792 34.3792 39.1523 .660 .071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 102.982. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 21.000. b. Alpha = .05.
Homogeneous Subsets Akar Kelimpahan Nener (ekor/1000 m3) Tukey HSD
a,b
Subset Waktu Desember 3 Oktober 2 Desember 2 Nopember 2 Nopember 3 Nopember 1 Desember 1 Sig.
N 12 12 12 12 12 12 12
1 11.2820 12.3428
2
26.5731 35.4867 37.9764
1.000
.100
3
35.4867 37.9764 46.2138 .144
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 102.982. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000. b. Alpha = .05.
4
67.5644 1.000
Sig. .000 .000 .036 .000
165 Lampiran 16 Data Kelimpahan Larva Lain (ekor/103 m3) pada Setiap Waktu dan Transek Pengamatan
Waktu Pengamatan Sept I Sept II Okt I Okt II Nov I Nop II Nop III Des I Des II Des III Jan I Jan II Feb I Feb II Rata-rata
Waktu Pengamatan Sept I Sept II Okt I Okt II Nov I Nop II Nop III Des I Des II Des III Jan I Jan II Feb I Feb II Rata-rata
1 4800 12800 6400 24000 19200 51200 22400 28800 11200 35200 12800 4800 4800 1600 17143
Transek A 2 3200 3200 11200 19200 28800 27200 22400 27200 14400 28800 12800 8000 4800 3200 15314
3 6400 11200 3200 17600 17600 38400 22400 27200 17600 35200 9600 3200 4800 6400 15771
1 9600 8000 11200 14400 19200 24000 27200 33600 19200 27200 17600 8000 6400 1600 16229
Transek C 2 8000 12800 6400 14400 17600 17600 22400 30400 28800 36800 16000 3200 4800 1600 15771
3 9600 14400 12800 9600 11200 25600 22400 30400 20800 48000 14400 9600 3200 3200 16800
1 9600 14400 6400 24000 11200 44800 19200 33600 9600 38400 14400 6400 4800 4800 17257
Transek B 2 9600 11200 4800 20800 22400 35200 16000 24000 14400 20800 14400 8000 4800 6400 15200
3 8000 4800 8000 16000 14400 27200 24000 30400 14400 24000 17600 6400 4800 1600 14400
1 6400 11200 11200 12800 14400 22400 28800 38400 27200 40000 14400 3200 8000 4800 17371
Transek D 2 11200 8000 9600 16000 9600 24000 20800 36800 25600 46400 19200 6400 1600 3200 17029
3 14400 11200 4800 4800 17600 30400 25600 30400 19200 54400 20800 9600 4800 4800 18057
166 Lampiran 17 Hasil Analisis Ragam (ANOVA) Kelimpahan l;arva Lain antar Waktu Menurut Kelompok Transek Selama Penelitian Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Akar Kelimpahan Larva Lain Type III Sum of Squares 270131.856a 2424262.077 895.182 269236.674 54406.067 2748800.000 324537.923
Source Corrected Model Intercept Transek Waktu Error Total Corrected Total
df
Mean Square F 16 16883.241 46.858 1 2424262.077 6728.359 3 298.394 .828 13 20710.513 57.480 151 360.305 168 167
Sig. .000 .000 .480 .000
a. R Squared = .832 (Adjusted R Squared = .815)
Homogeneous Subsets Akar Kelimpahan Larva Lain a,b
Tukey HSD Transek Transek A Transek B Transek C Transek D Sig.
N 42 42 42 42
Subset 1 117.9518 118.3199 120.4702 123.7600 .500
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 360.305. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 42.000. b. Alpha = .05.
Homogeneous Subsets Akar Kelimpahan Larva Lain a,b
Tukey HSD
Waktu Februari 2 Februari1 Januari 2 Oktober 1 September 1 September 2 Januari 1 Oktober 2 Nopember 1 Desember 2 Nopember 3 Nopember 2 Desember 1 Desember 3 Sig.
N
Subset 1 2 3 4 5 6 7 8 12 58.1293 12 68.3556 68.3556 12 78.6062 78.6062 78.6062 12 87.7652 87.7652 12 90.2070 90.2070 12 99.5275 99.5275 12 123.2384 123.2384 12 124.8892 124.8892 124.8892 12 128.6779 128.6779 12 134.3712 134.3712 12 150.5965 150.5965 12 173.1570 173.1570 12 175.5246 175.5246 12 188.7109 .323 .226 .290 .074 .976 .065 .086 .761
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 360.305. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000. b. Alpha = .05.
167 Lampiran 18 Kelimpahan Fitoplankton (Sel/Liter) dan Zooplankton (Ind./Liter) Pada Setiap Periode Pengamatan Pemangsaan Kombinasi F, Z dan F+Z Periode Pengamatan P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
Jam Ke
F
Z
0 4 8 12 16 20 24 0 4 8 12 16 20 24 0 4 8 12 16 20 24 0 4 8 12 16 20 24 0 4 8 12 16 20 24 0 4 8 12 16 20 24 0 4 8 12 16 20 24
7882 7100 7000 6840 7040 6880 6660 8778 8320 8080 7520 7520 7520 7360 6111 5920 5680 5920 5840 5560 5440 4743 4880 4680 4300 4400 4180 4280 8146 7600 7100 6860 7040 6940 6660 2750 2640 2580 2560 2500 2500 2420 4222 4040 3960 4060 3700 3800 3760
263 198 204 180 162 168 162 190 174 144 138 138 132 126 319 264 240 228 210 210 192 912 720 630 576 504 498 450 280 240 264 246 228 222 204 460 396 360 330 318 300 288 128 114 108 96 96 90 90
F+Z F 7882 5340 3480 2820 2580 2420 2520 8778 5310 4840 3840 3320 3100 2920 6111 4080 3200 2480 2160 2060 2180 4743 3660 3100 2460 2180 1780 1700 8146 5140 4240 3100 3020 2400 2280 2750 2400 2140 1920 1700 1620 1460 4222 3520 3080 2700 2200 2120 1920
Z 263 216 228 192 186 180 174 190 168 156 150 144 150 138 319 276 252 234 222 234 222 912 726 672 378 558 540 516 280 246 258 252 240 216 234 460 384 378 336 312 318 306 128 108 102 114 108 90 96
168 Lampiran 19
Hasil Regresi antara Laju Pemangsaan Zooplankton Terhadap Fitoplankton (Y) dengan Kelimpahan Awal Fitoplankton (X) pada Awal Inkubasi
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.8269 R Square 0.6838 Adjusted R Square 0.6205 Standard Error 17.7831 Observations 7.0000 ANOVA df Regression Residual Total
Intercept Fito
SS
1.0000 5.0000 6.0000
3419.2250 1581.1934 5000.4184
Coefficient s 18.3796 0.0105
Standard Error 20.5440 0.0032
MS
F
3419.225 0 316.2387
10.812 2
t Stat
P-value
0.8946 3.2882
0.4120 0.0218
Significanc eF 0.0218
169 Lampiran 20 Kelimpahan Fitoplankton (sel/liter) dan Zooplankton (ind./liter) pada Setiap Periode Pengamatan Pemangsaan Kombinasi F+B/N, Z+B/N dan F+Z +B/N Periode Pengamatan P2
P3
P4
P5
P6
Jam Ke 0 4 8 12 16 20 24 0 4 8 12 16 20 24 0 4 8 12 16 20 24 0 4 8 12 16 20 24 0 4 8 12 16 20 24
F+B/N (F) 8778 7520 6380 5920 4660 4000 4000 6111 5080 4840 3520 3120 3080 2720 4743 4580 4100 3420 2880 2880 2800 8146 6920 6640 4840 4440 3940 3520 2750 2480 2340 2240 2060 1960 1880
Z+B/N (Z) 190 126 120 72 60 48 42 319 240 168 174 144 114 78 912 444 402 300 192 180 66 280 132 90 84 78 48 6 460 270 258 150 204 144 132
F+Z+B/N F Z 8778 190 6440 156 5420 138 3540 114 2540 102 2400 102 2020 96 6111 319 4690 252 3340 180 2760 150 1700 132 1660 120 1600 90 4743 912 2980 660 2780 492 2660 438 2420 234 1300 132 1100 42 8146 280 5080 216 4440 156 3700 150 3400 162 2800 126 1200 48 2750 460 2140 348 2140 216 1700 186 1460 174 1560 102 1120 90
170
Lampiran 21 Hasil Regresi antara Laju Pemangsaan Benur dan Nener Terhadap Fitoplankton (Y) dengan Kelimpahan Awal Fitoplankton (X) pada Awal Inkubasi SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.9819 R Square 0.9641 Adjusted R Square 0.9522 Standard Error 12.3249 Observations 5.0000 ANOVA Regression Residual Total
df SS MS F 1.0000 12242.8049 12242.8049 80.5961 3.0000 455.7093 151.9031 4.0000 12698.5143 Coefficients
Intercept Fito
-32.9039 0.0224
Standard Error 16.1942 0.0025
t Stat -2.0318 8.9775
Significance F 0.0029
P-value 0.1351 0.0029
Lampiran 22 Hasil Regresi antara Laju Pemangsaan Benur dan Nener Terhadap Zooplankton (Y) dengan Kelimpahan Awal Zooplankton (X) pada Awal Inkubasi SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.9127 R Square 0.8331 Adjusted R Square 0.7774 Standard Error 0.8222 Observations 5.0000 ANOVA Regression Residual Total
df SS MS F Significance F 1.0000 10.1189 10.1189 14.9699 0.0305 3.0000 2.0278 0.6759 4.0000 12.1467 Coefficients
Standard Error
t Stat
P-value
171 Intercept 3.1021 0.7232 4.2897 0.0233 Zoo 0.0056 0.0014 3.8691 0.0305 Lampiran 23 Hasil Regresi antara Laju Pemangsaan Benur dan Nener Terhadap plankton (Y) dengan Kelimpahan Awal Fitoplankton dan Zooplankton (X) pada Awal Inkubasi SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.9379 R Square 0.8796 Adjusted R Square 0.7592 Standard Error 25.5307 Observations 5.0000 ANOVA Regression Residual Total
df 2.0000 2.0000 4.0000
SS MS 9521.6934 4760.8467 1303.6304 651.8152 10825.3238
Coefficients Intercept Fito Zoo
5.0769 0.0198 0.0011
Standard Error 58.7532 0.0065 0.0562
F 7.3040
t Stat 0.0864 3.0560 0.0203
Significance F 0.1204
P-value
Lower 95%
0.9390 0.0925 0.9857
-247.7178 -0.0081 -0.2406
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.9378 R Square 0.8796 Adjusted R Square 0.8394 Standard Error 20.8478 Observations 5.0000 ANOVA Regression Residual Total
df 1.0000 3.0000 4.0000
SS MS 9521.4255 9521.4255 1303.8983 434.6328 10825.3238
Coefficients Intercept Fito
6.0548 0.0197
Standard Error 27.3929 0.0042
F 21.9068
t Stat 0.2210 4.6805
Significance F 0.0184
P-value 0.8393 0.0184
Lower 95% -81.1215 0.0063
172
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.5632 R Square 0.3172 Adjusted R Square 0.0896 Standard Error 49.6360 Observations 5.0000 ANOVA Regression Residual Total
df 1.0000 3.0000 4.0000 Coefficients
Intercept Zoo
170.9965 -0.1027
SS MS F Significance F 3434.1349 3434.1349 1.3939 0.3228 7391.1889 2463.7296 10825.3238 Standard Error 43.6589 0.0870
t Stat 3.9166 -1.1806
P-value
Lower 95%
0.0296 0.3228
32.0545 -0.3795
173
Lampiran 24 Kelimpahan Fitoplankton (sel/liter) dan Zooplankton (ind./liter) pada Setiap Periode Pengamatan Pemangsaan Kombinasi F+L, Z+L dan F+Z +L Periode Pengamatan P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
Jam Ke 0 4 8 12 16 20 24 0 4 8 12 16 20 24 0 4 8 12 16 20 24 0 4 8 12 16 20 24 0 4 8 12 16 20 24 0 4 8 12 16 20 24 0 4 8
F+L (F) 7882 6480 5860 5820 4680 4460 4280 8778 7080 5800 5040 4760 4280 3700 6111 5480 5240 4960 4280 4280 3980 4743 4840 4480 3780 3400 3120 2640 8146 7120 6380 5300 5000 4880 3980 2750 2520 2440 2260 2140 2040 2000 4222 3840 3740
Z+L (Z) 263 168 126 108 120 96 72 190 150 108 84 72 78 72 319 222 162 114 114 84 60 912 486 462 336 246 132 180 280 156 132 90 84 48 18 460 234 294 216 156 150 78 128 96 72
F+Z+L F 7882 5920 5340 4580 2980 2720 2020 8778 6060 5120 4140 3860 3540 2480 6111 4400 3740 2960 2680 2600 2200 4743 3980 3600 3900 3020 2480 2200 8146 6220 5240 3860 3500 3000 2400 2750 2220 2040 2000 1640 1700 1320 4222 3680 3360
Z 263 174 141 120 102 102 84 190 144 132 120 84 72 60 319 228 156 132 120 96 60 912 562 532 516 336 342 162 280 168 114 108 102 78 60 460 372 246 210 186 78 60 128 90 84
174 12 16 20 24
3660 3400 3060 2820
72 84 66 60
3020 2480 2200 1360
78 78 72 60
Lampiran 25 Hasil Regresi antara Laju Pemangsaan Larva Lain Terhadap Fitoplankton (Y) dengan Kelimpahan Fitoplankton (X) pada Awal Inkubasi SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.9542 R Square 0.9104 Adjusted R Square 0.8925 Standard Error 11.6572 Observations 7.0000 ANOVA Regression Residual Total
df 1.0000 5.0000 6.0000
SS MS F 6907.4307 6907.4307 50.8306 679.4556 135.8911 7586.8863
Coefficients Intercept Fito
-12.9749 0.0149
Standard Error 13.4670 0.0021
t Stat -0.9635 7.1296
Significance F 0.0008
P-value 0.3796 0.0008
Lampiran 26 Hasil Regresi antara Laju Pemangsaan Larva Lain Terhadap Zooplankton (Y) dengan Kelimpahan Zooplankton (X) pada Awal Inkubasi SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.9612 R Square 0.9240 Adjusted R Square 0.9088 Standard Error 1.0306 Observations 7.0000 ANOVA Regression Residual
df 1.0000 5.0000
SS MS F Significance F 64.5635 64.5635 60.7810 0.0006 5.3112 1.0622
175 Total
6.0000
69.8746
Standard Coefficients Error t Stat P-value Intercept 0.8453 0.7015 1.2050 0.2821 Zoo 0.0125 0.0016 7.7962 0.0006 Lampiran 27 Hasil Regresi antara Laju Pemangsaan Larva Lain Terhadap Plankton (Y) dengan Kelimpahan Awal Plankton (X) pada Awal Inkubasi SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.812154 R Square 0.659594 Adjusted R Square 0.319189 Standard Error 39.10204 Observations 7 ANOVA df Regression Residual Total
3 3 6
SS MS F Significance F 8887.916 2962.639 1.937671 0.300303 4586.908 1528.969 13474.82
Coefficients Intercept Fito Zoo Rasi F:Z
11.73632 0.019821 -0.00092 -0.66981
Standard t Stat P-value Error 77.16756 0.152089 0.88877 0.011554 1.715431 0.184774 0.113411 -0.0081 0.994043 2.689759 -0.24902 0.81942
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.807811 R Square 0.652558 Adjusted R Square 0.478837 Standard Error 34.21155 Observations 7 ANOVA df Regression Residual Total
2 4 6
SS MS F Significance F 8793.103 4396.552 3.756355 0.120716 4681.721 1170.43 13474.82
176
Coefficients 0.381853 0.017665 0.021999
Intercept Fito Zoo
Standard Error t Stat P-value 54.46953 0.00701 0.994742 0.006694 2.63898 0.057642 0.057984 0.379397 0.723675
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.800034 R Square 0.640055 Adjusted R Square 0.568066 Standard Error 31.14545 Observations 7 ANOVA df Regression Residual Total
Intercept Fito
1 5 6 Coefficients 14.60223 0.016647
SS MS F Significance F 8624.629 8624.629 8.891013 0.030737 4850.195 970.039 13474.82 Standard Error t Stat P-value 35.98085 0.405833 0.701649 0.005583 2.98178 0.030737
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.218271 R Square 0.047642 Adjusted R Square -0.14283 Standard Error 50.66133 Observations 7 ANOVA df Regression Residual Total
1 5 6
SS MS F Significance F 641.9726 641.9726 0.250129 0.638215 12832.85 2566.57 13474.82
Coefficients Intercept
130.3276
Standard t Stat P-value Error 34.48337 3.779433 0.012897
177 Zoo
-0.03934
0.078663
-0.50013 0.638215
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.491182 R Square 0.241259 Adjusted R Square 0.089511 Standard Error 45.21923 Observations 7 ANOVA df Regression Residual Total
Intercept Rasi F:Z
1 5 6 Coefficients 78.42736 1.559482
SS MS F Significance F 3250.928 3250.928 1.589868 0.262979 10223.9 2044.779 13474.82 Standard Error t Stat P-value 34.34131 2.283762 0.071202 1.236801 1.2609 0.262979
178
Lampiran 28 Kelimpahan Fitoplankton (sel/liter) dan Zooplankton (ind./liter) pada Setiap Periode Pengamatan Pemangsaan Kombinasi F+B/N+L, Z+B/N+L dan F+Z +B/N+L Periode Pengamatan P2
P3
P4
P5
P6
Jam Ke 0 4 8 12 16 20 24 0 4 8 12 16 20 24 0 4 8 12 16 20 24 0 4 8 12 16 20 24 0 4 8
F+B/N +L (F) 8778 8778 7240 6580 6260 5420 4600 6111 5280 4560 3900 3440 3600 3060 4743 4340 3780 2840 2800 2680 2360 8146 6690 6600 5040 4320 3620 3380 2750 2480 2400
Z+B/N +L (Z) 190 114 96 54 42 42 24 319 198 132 96 84 66 30 912 474 318 306 270 216 90 280 114 84 78 66 42 12 460 276 270
F+Z+B/N+L F Z 8778 190 6540 138 4880 126 4280 90 3140 90 3000 90 2640 90 6111 319 5040 204 3940 150 3700 138 2480 108 2320 90 1840 66 4743 912 3800 606 3400 570 3280 420 2440 312 2020 294 1260 132 8146 280 6560 186 5000 144 4540 126 3420 120 2520 102 2040 54 2750 460 2360 258 2220 234
179 12 16 20 24
2160 2020 2010 1860
198 132 108 78
2020 1580 1580 1360
174 138 90 48
Lampiran 29 Hasil Uji t Berpasangan Laju Pemangsaan Fitoplankton oleh Benur, Nener dan Larva Lain antar Tiga Kombinasi Pengamatan Pemangsaan
T-Test Paired Samples Statistics Mean Pair 1
Pair 2
Pair 3
Laju Pemangsaan Fitoplankton Oleh Benur dan Nener (sel/liter/jam) Laju Pemangsaan Fitoplankton Oleh Larva Lain (sel/liter/jam) Laju Pemangsaan Fitoplankton Oleh Benur dan Nener (sel/liter/jam) Laju Pemangsaan Fitoplankton Oleh Benur, Nener dan Larva Lain (sel/liter/jam) Laju Pemangsaan Fitoplankton Oleh Larva Lain (sel/liter/jam) Laju Pemangsaan Fitoplankton Oleh Benur, Nener dan Larva Lain (sel/liter/jam)
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
103.8020
5
56.34518
25.19833
78.5700
5
36.98509
16.54024
103.8020
5
56.34518
25.19833
96.3580
5
54.65088
24.44062
78.5700
5
36.98509
16.54024
96.3580
5
54.65088
24.44062
180 Paired Samples Test Paired Differences
Std. Deviation
Std. Error Mean
25.23200
24.43293
10.92674
-5.10549
55.56949
2.309
4
.082
7.44400
17.78208
7.95239
-14.63536
29.52336
.936
4
.402
-17.78800
26.98788
12.06935
-51.29788
15.72188
-1.474
4
.215
Mean Pair 1
Pair 2
Pair 3
Laju Pemangsaan Fitoplankton Oleh Benur dan Nener (sel/liter/jam) - Laju Pemangsaan Fitoplankton Oleh Larva Lain (sel/liter/jam) Laju Pemangsaan Fitoplankton Oleh Benur dan Nener (sel/liter/jam) - Laju Pemangsaan Fitoplankton Oleh Benur, Nener dan Larva Lain (sel/liter/jam) Laju Pemangsaan Fitoplankton Oleh Larva Lain (sel/liter/jam) - Laju Pemangsaan Fitoplankton Oleh Benur, Nener dan Larva Lain (sel/liter/jam)
Lampiran 30
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
t
df
Sig. (2-tailed)
Hasil Regresi antara Laju Pemangsaan Benur, Nener dan Larva Lain Terhadap Fitoplankton (Y) dengan Kelimpahan Fitoplankton (X) pada Awal Inkubasi
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.9000 R Square 0.8100 Adjusted R Square 0.7467 Standard Error 27.5070 Observations 5.0000 ANOVA Regression Residual Total
Intercept Fito
df 1.0000 3.0000 4.0000
SS MS F 9677.2224 9677.2224 12.7899 2269.8984 756.6328 11947.1208
Coefficients -25.1819 0.0199
Standard Error 36.1425 0.0056
Significance F 0.0374
t Stat P-value -0.6967 0.5361 3.5763 0.0374
181
Lampiran 31 Hasil Regresi antara Laju Pemangsaan Benur, Nener dan Larva Lain Terhadap Zooplankton (Y) dengan Kelimpahan Zooplankton (X) pada Awal Inkubasi SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations
0.9042 0.8176 0.7568 1.0302 5.0000
ANOVA Regression Residual Total
df 1.0000 3.0000 4.0000
SS MS F 14.2721 14.2721 13.4463 3.1842 1.0614 17.4563
Significance F 0.0351
Coefficients Standard Error t Stat P-value Intercept 2.3244 0.9062 2.5650 0.0829 Zoo 0.0066 0.0018 3.6669 0.0351 Lampiran 32 Hasil Regresi antara Laju Pemangsaan Benur, Nener dan Larva Lain Terhadap Plankton (Y) dengan Kelimpahan Plankton (X) pada Awal Inkubasi SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.9999 R Square 0.9998 Adjusted R Square 0.9991 Standard Error 1.6098 Observations 5.0000 ANOVA Regression Residual Total
Intercept Fito Zoo Rasio F:Z
df SS MS F Significance F 3.0000 10939.6998 3646.5666 1407.1256 0.019593611 1.0000 2.5915 2.5915 4.0000 10942.2913 Coefficients -18.2092 0.0453 -0.0617 -4.8824
Standard Error 3.7047 0.0009 0.0049 0.1625
t Stat -4.9151 50.2080 -12.6773 -30.0443
P-value 0.1278 0.0127 0.0501 0.0212
182
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.8828 R Square 0.7794 Adjusted R Square 0.7058 Standard Error 28.3690 Observations 5.0000 ANOVA Regression Residual Total
df SS MS 1.0000 8527.8932 8527.8932 3.0000 2414.3981 804.7994 4.0000 10942.2913
F Significance F 10.5963 0.047303136
Intercept Plankton
Coefficients -2.3993 0.0200
t Stat -0.0570 3.2552
Standard Error 42.1094 0.0061
P-value 0.9581 0.0473
182 Lampiran 33 Data Kelimpahan Setiap Jenis Fitoplankton (sel/liter) pada Setiap Waktu Pengamatan di Setiap Stasiun Pengamatan Stasiun A1 Klas/Genus Diatom Arachnoidiscus Asterionella Bacillaria Bacteriastrum Biddulphia Campylodiscus Chaetoceros Climacospaenia Cocconeis Coscinodiscus Cylindrocystis Ditylum. Eucampia Fragilaria Ghomphospaeria Hemialus Hyalodiscus Isthmia Lauderia Mestogloia Navicula Nitzchia Odontella Planktoinella Pleurosigma Pronoctiluca Rhabdonema Rhizosolenia Skeletonema Tabellaria Thallasiosira Thallassionema Thallassiothrix Triceratium Tot Diatom Dynophyceae Ceratium Dinophysis Gonyaulax Gymnodinium Noctiluca Peridinium Prorocentrum Pycoystis spp. Tot Dynophyceae Cyanophyceae Oscillatoria spp. Pelagotrix Richelia Trichodesmium Tot Cyanophyceae Chlorophyceae Halospaera
1
2
3
4
5
Waktu Pengamatan 6 7 8 9
10
11
97 0 0 153 63 0 153 132 0 56 0 104 76 83 174 83 125 153 97 125 97 83 347 229 326 493 306 674 556 382 458 243 0 97 69 97 125 76 188 125 97 132 69 56 132 153 167 292 125 333 243 188 368 167 153 0 76 0 111 76 0 153 118 0 69 76 1347 1243 2278 3215 1160 2826 3139 1868 2271 1646 1458 0 0 0 0 63 194 146 0 111 69 0 0 69 0 132 0 201 0 111 132 90 76 944 986 944 1979 639 2174 1285 1174 1715 764 868 0 0 0 0 83 181 0 104 0 0 0 104 63 0 174 69 0 146 104 0 63 0 118 146 174 306 83 299 250 160 250 146 181 76 83 76 174 69 194 125 90 104 104 83 0 0 0 146 83 146 0 83 0 90 0 0 69 83 139 63 167 146 111 111 83 76 0 0 0 0 63 194 0 132 153 49 0 0 0 0 132 83 194 153 0 146 76 0 0 0 90 0 69 167 125 0 118 69 0 0 83 0 139 69 222 0 0 0 90 0 438 465 500 826 354 1201 618 688 785 438 458 472 646 771 813 500 1521 951 688 806 521 583 0 83 111 167 83 181 0 104 139 83 97 104 0 83 146 63 167 0 125 160 69 0 83 83 76 125 76 167 153 118 125 76 63 97 63 90 188 63 0 167 0 0 0 0 0 90 83 0 76 194 0 0 97 56 0 938 667 813 1701 653 1854 1514 938 1319 729 917 368 354 0 847 326 854 833 486 542 417 340 0 0 0 0 56 201 118 0 118 56 0 153 139 174 292 118 354 278 201 243 153 146 153 97 139 333 160 361 299 167 250 194 132 243 229 306 521 181 590 389 333 389 229 243 104 76 83 188 76 188 139 76 90 76 90 6521 6340 7549 14028 6111 16313 12354 8875 11257 7139 6181 139 76 56 83 97 118 0 0 569
111 0 42 97 56 97 0 21 424
76 69 42 76 63 97 28 0 451
125 90 0 118 118 146 0 0 597
188 49 0 104 340
424 90 0 0 514
76 569 35 153 0 0 69 382 181 1104
188
167
111
292
132 285 0 125 0 118 97 215 104 153 146 313 0 42 21 0 500 1250
14
111 0 0 111 0 42 403 167 125 111 56 42 188 83 90 0 42 0 2340 868 785 104 42 0 0 0 56 1160 403 451 0 0 0 111 56 0 194 76 69 97 35 35 104 0 0 97 35 42 0 0 0 0 0 0 90 0 0 0 0 0 451 257 215 931 264 229 104 0 0 104 42 0 111 56 42 0 0 0 118 0 0 1014 396 299 417 174 146 0 0 0 201 90 83 188 90 76 271 132 104 90 42 49 9222 3403 2979
111 35 0 76 0 104 0 0 326
146 0 76 167 0 146 0 14 549
188 97 0 0 0 153 35 0 472
28 0 0 49 0 63 0 0 139
90 56 0 0 0 90 21 0 257
188 931 889 69 188 250 0 111 125 194 639 0 451 1868 1264
472 549 0 0 76 0 236 507 785 1056
0 97 69 340 507
403 0 56 0 458
521 0 0 444 965
132 35 0 90 257
167 0 35 0 201
167
160
132
194
160
56
97
493
118 0 49 63 56 69 0 0 354
13
215 0 0 222 174 167 42 0 819
417
229 201 0 0 194 292 0 0 917
12
299
182
183 Stasiun A2 Klas/Genus Diatom Arachnoidiscus Asterionella Bacillaria Bacteriastrum Biddulphia Campylodiscus Chaetoceros Climacospaenia Cocconeis Coscinodiscus Cylindrocystis Ditylum. Eucampia Fragilaria Ghomphospaeria Hemialus Hyalodiscus Isthmia Lauderia Mestogloia Navicula Nitzchia Odontella Planktoinella Pleurosigma Pronoctiluca Rhabdonema Rhizosolenia Skeletonema Tabellaria Thallasiosira Thallassionema Thallassiothrix Triceratium Tot Diatom Dynophyceae Ceratium Dinophysis Gonyaulax Gymnodinium Noctiluca Peridinium Prorocentrum Pycoystis spp. Tot Dynophyceae Cyanophyceae Oscillatoria spp. Pelagotrix Richelia Trichodesmium Tot Cyanophyceae Chlorophyceae Halospaera Tot Fitoplankton
1
2
3
49 0 0 49 201 42 354 757 201 69 201 42 146 306 97 0 201 0 1361 3264 958 0 0 0 0 160 0 840 2493 646 0 0 0 69 201 0 90 375 97 63 222 56 0 0 0 0 167 42 0 0 0 0 0 0 0 0 42 0 181 0 319 903 285 458 1333 278 0 181 56 63 0 42 63 167 49 69 201 49 0 174 42 569 1549 424 194 924 0 0 0 0 125 340 90 118 396 69 201 597 97 49 181 49 5319 15674 3750
4
5
Waktu Pengamatan 6 7 8 9
10
11
12
13
14
97 76 0 76 76 0 97 0 56 0 0 111 97 139 76 83 118 146 83 63 0 69 458 354 604 403 285 319 625 0 153 97 215 90 97 153 97 76 104 132 76 63 35 69 139 222 208 174 222 132 333 125 125 69 132 69 83 0 76 97 0 146 83 0 35 0 1514 2167 2396 1882 1576 2000 2882 1056 938 632 1410 0 97 174 104 0 97 153 0 63 28 0 104 0 167 0 76 97 181 63 0 0 69 1125 1125 1688 875 833 986 1924 625 472 257 701 0 83 167 0 90 0 0 0 0 0 0 90 83 0 83 104 0 160 0 56 35 0 208 167 257 194 153 160 271 97 132 56 153 56 83 153 97 83 132 125 56 56 35 83 104 90 160 0 104 0 118 0 56 0 0 90 111 153 76 90 90 153 69 69 35 69 0 83 139 0 90 90 139 0 0 0 0 76 83 146 118 0 125 139 0 0 0 0 0 125 118 104 0 104 153 0 49 0 0 76 111 139 0 0 0 153 0 0 0 0 549 604 951 639 500 507 799 396 264 146 368 764 708 1125 507 535 632 701 403 354 194 486 83 90 153 0 76 97 118 63 56 0 0 97 104 118 0 83 125 125 0 56 35 0 104 111 153 111 104 97 118 76 69 21 69 104 90 0 104 0 0 0 0 0 0 0 0 83 139 0 0 97 139 0 63 0 0 1042 986 1438 1333 757 681 1375 618 521 326 514 354 438 667 590 319 389 646 278 285 125 208 0 104 167 83 0 132 139 0 0 0 0 188 181 285 194 167 160 271 111 104 63 125 174 208 299 174 160 146 264 118 83 49 118 306 347 382 306 250 257 389 167 139 76 194 104 83 139 104 76 125 139 69 49 35 69 8278 9479 12972 8583 7069 8000 13250 4632 4389 2382 5125
69 264 42 0 35 111 90 188 56 167 90 257 0 0 0 63 382 1049
69 42 28 49 49 63 21 0 319
111 361 76 0 0 0 83 215 63 194 125 292 0 0 0 21 458 1083
236 139 76 167 118 153 42 0 931
139 97 0 0 104 139 0 0 479
118 0 76 111 97 139 0 0 542
229 868 42 361 0 0 146 0 417 1229
153 42 0 153 347
368 104 0 375 847
229 361 0 201 0 0 97 167 97 0 153 313 42 0 0 0 618 1042
458 708 139 153 0 104 382 438 979 1403
653 188 111 0 951
236 667 0 0 28 0 139 465 403 1132
0 160 76 382 618
104 0 49 63 0 76 0 21 313
139 76 0 0 0 118 21 0 354
347 0 0 201 0 181 0 0 729
83 35 0 0 0 90 21 0 229
160 0 35 0 194
285 0 0 104 389
167 76 0 160 403
69 0 21 0 90
160 250 97 264 271 368 236 201 215 340 153 160 521 271 6278 18201 4514 9847 11813 15674 10250 8215 9965 15250 5292 5292 8590 2833
184 Stasiun A3 Klas/Genus Diatom Arachnoidiscus Asterionella Bacillaria Bacteriastrum Biddulphia Campylodiscus Chaetoceros Climacospaenia Cocconeis Coscinodiscus Cylindrocystis Ditylum. Eucampia Fragilaria Ghomphospaeria Hemialus Hyalodiscus Isthmia Lauderia Mestogloia Navicula Nitzchia Odontella Planktoinella Pleurosigma Pronoctiluca Rhabdonema Rhizosolenia Skeletonema Tabellaria Thallasiosira Thallassionema Thallassiothrix Triceratium Tot Diatom Dynophyceae Ceratium Dinophysis Gonyaulax Gymnodinium Noctiluca Peridinium Prorocentrum Pycoystis spp. Tot Dynophyceae Cyanophyceae Oscillatoria spp. Pelagotrix Richelia Trichodesmium Tot Cyanophyceae Chlorophyceae Halospaera Tot Fitoplankton
1
2
3
4
5
Waktu Pengamatan 6 7 8 9
56 0 0 160 139 0 118 49 76 35 104 139 49 83 139 285 104 583 438 208 278 49 69 35 167 118 56 118 97 160 63 222 229 83 215 0 83 0 174 132 0 104 1042 1618 479 3069 2542 1208 2757 0 0 0 0 118 42 83 0 76 0 174 0 49 0 410 764 306 1799 1083 625 722 0 0 0 0 118 49 0 56 69 0 111 97 0 83 104 146 56 333 222 69 208 49 97 35 167 139 49 83 0 0 0 118 125 49 0 0 76 35 118 125 49 111 0 0 0 0 125 42 0 0 0 0 181 132 49 83 0 0 35 0 104 49 76 0 83 0 167 97 63 0 188 354 153 1000 597 278 458 271 451 222 1097 611 299 618 0 63 35 139 97 69 0 56 0 35 153 125 49 0 49 76 28 167 111 42 83 56 56 28 153 111 0 76 0 83 35 0 146 56 0 438 701 188 1833 1313 472 847 215 264 0 785 431 271 500 0 0 0 0 111 49 132 97 146 56 313 222 111 188 104 111 49 319 271 83 160 118 222 76 521 375 167 333 49 83 28 167 97 49 76 3688 6215 2111 14292 10840 4778 8597
10
11
12
13
14
111 0 146 0 76 0 0 111 63 160 35 76 0 56 285 236 597 0 229 111 146 97 42 160 28 76 56 49 208 97 306 49 125 69 76 104 0 174 28 0 35 0 1688 1139 1986 368 750 854 611 0 69 188 0 76 49 0 125 56 111 35 0 0 49 1542 507 1965 278 771 292 479 97 0 0 0 0 0 0 90 0 174 0 56 49 0 201 111 250 63 194 63 69 118 42 160 28 69 35 49 125 0 160 0 76 0 0 118 49 160 21 69 49 49 111 42 174 0 0 0 0 0 49 188 0 0 0 0 0 69 188 0 69 0 0 0 0 139 0 0 0 0 458 347 889 146 361 215 243 688 382 1042 188 521 153 264 104 56 139 35 56 0 0 104 56 125 0 90 21 0 111 56 125 35 69 35 56 0 0 0 0 0 0 0 0 49 111 0 83 0 0 1174 507 1625 236 785 319 507 722 264 1007 104 375 104 201 0 56 139 0 0 0 0 215 104 292 56 125 63 83 160 118 257 49 125 56 83 306 160 500 69 167 83 118 76 49 125 35 76 56 42 9250 4771 13757 1882 5549 2764 3229
90 49 42 69 56 90 0 0 396
132 0 35 83 49 97 0 21 417
35 28 21 28 28 28 21 0 188
174 90 0 153 90 146 0 0 653
208 0 0 167 153 299 0 21 847
56 14 14 28 21 28 0 0 160
167 111 0 0 97 181 0 0 556
167 0 56 132 104 111 0 0 569
139 361 0 201 0 0 97 278 69 0 90 340 28 0 0 0 424 1181
35 0 21 28 0 35 0 21 139
250 132 0 0 0 181 49 0 611
42 0 0 28 0 28 0 0 97
63 49 0 0 0 69 21 0 201
174 63 0 139 375
410 125 0 0 535
76 28 0 56 160
271 83 0 278 632
361 118 0 215 694
236 42 21 139 438
701 146 76 0 924
299 0 42 188 528
444 0 0 250 694
111 0 28 0 139
292 0 0 181 472
83 28 0 63 174
313 0 49 0 361
0 139 83 514 736
118 118 76 243 306 90 250 250 146 368 56 139 56 83 4576 7285 2535 15819 12688 5465 10326 10597 6035 16042 2215 6771 3090 3875
185 Stasiun A4 Klas/Genus Diatom Arachnoidiscus Asterionella Bacillaria Bacteriastrum Biddulphia Campylodiscus Chaetoceros Climacospaenia Cocconeis Coscinodiscus Cylindrocystis Ditylum. Eucampia Fragilaria Ghomphospaeria Hemialus Hyalodiscus Isthmia Lauderia Mestogloia Navicula Nitzchia Odontella Planktoinella Pleurosigma Pronoctiluca Rhabdonema Rhizosolenia Skeletonema Tabellaria Thallasiosira Thallassionema Thallassiothrix Triceratium Tot Diatom Dynophyceae Ceratium Dinophysis Gonyaulax Gymnodinium Noctiluca Peridinium Prorocentrum Pycoystis spp. Tot Dynophyceae Cyanophyceae Oscillatoria spp. Pelagotrix Richelia Trichodesmium Tot Cyanophyceae Chlorophyceae Halospaera Tot Fitoplankton
1
2
3
4
5
Waktu Pengamatan 6 7 8 9
10
11
97 0 0 153 63 0 153 132 0 56 0 104 76 83 174 83 125 153 97 125 97 83 347 229 326 493 306 674 556 382 458 243 0 97 69 97 125 76 188 125 97 132 69 56 132 153 167 292 125 333 243 188 368 167 153 0 76 0 111 76 0 153 118 0 69 76 1347 1243 2278 3215 1160 2826 3139 1868 2271 1646 1458 0 0 0 0 63 194 146 0 111 69 0 0 69 0 132 0 201 0 111 132 90 76 944 986 944 1979 639 2174 1285 1174 1715 764 868 0 0 0 0 83 181 0 104 0 0 0 104 63 0 174 69 0 146 104 0 63 0 118 146 174 306 83 299 250 160 250 146 181 76 83 76 174 69 194 125 90 104 104 83 0 0 0 146 83 146 0 83 0 90 0 0 69 83 139 63 167 146 111 111 83 76 0 0 0 0 63 194 0 132 153 49 0 0 0 0 132 83 194 153 0 146 76 0 0 0 90 0 69 167 125 0 118 69 0 0 83 0 139 69 222 0 0 0 90 0 438 465 500 826 354 1201 618 688 785 438 458 472 646 771 813 500 1521 951 688 806 521 583 0 83 111 167 83 181 0 104 139 83 97 104 0 83 146 63 167 0 125 160 69 0 83 83 76 125 76 167 153 118 125 76 63 97 63 90 188 63 0 167 0 0 0 0 0 90 83 0 76 194 0 0 97 56 0 938 667 813 1701 653 1854 1514 938 1319 729 917 368 354 0 847 326 854 833 486 542 417 340 0 0 0 0 56 201 118 0 118 56 0 153 139 174 292 118 354 278 201 243 153 146 153 97 139 333 160 361 299 167 250 194 132 243 229 306 521 181 590 389 333 389 229 243 104 76 83 188 76 188 139 76 90 76 90 6521 6340 7549 14028 6111 16313 12354 8875 11257 7139 6181 139 76 56 83 97 118 0 0 569
111 0 42 97 56 97 0 21 424
76 69 42 76 63 97 28 0 451
125 90 0 118 118 146 0 0 597
188 49 0 104 340
424 90 0 0 514
76 569 35 153 0 0 69 382 181 1104
132 285 0 125 0 118 97 215 104 153 146 313 0 42 21 0 500 1250
229 201 0 0 194 292 0 0 917
188 931 889 69 188 250 0 111 125 194 639 0 451 1868 1264
118 0 49 63 56 69 0 0 354
12
13
14
111 0 0 111 0 42 403 167 125 111 56 42 188 83 90 0 42 0 2340 868 785 104 42 0 0 0 56 1160 403 451 0 0 0 111 56 0 194 76 69 97 35 35 104 0 0 97 35 42 0 0 0 0 0 0 90 0 0 0 0 0 451 257 215 931 264 229 104 0 0 104 42 0 111 56 42 0 0 0 118 0 0 1014 396 299 417 174 146 0 0 0 201 90 83 188 90 76 271 132 104 90 42 49 9222 3403 2979
215 0 0 222 174 167 42 0 819
111 35 0 76 0 104 0 0 326
146 0 76 167 0 146 0 14 549
188 97 0 0 0 153 35 0 472
28 0 0 49 0 63 0 0 139
90 56 0 0 0 90 21 0 257
472 549 0 0 76 0 236 507 785 1056
0 97 69 340 507
403 0 56 0 458
521 0 0 444 965
132 35 0 90 257
167 0 35 0 201
188 167 111 292 167 417 493 160 299 132 194 160 56 97 7618 7444 8292 16021 7229 19847 15028 10174 13431 8104 7382 10819 3854 3535
186 Stasiun B1 Klas/Genus Diatom Arachnoidiscus Asterionella Bacillaria Bacteriastrum Biddulphia Campylodiscus Chaetoceros Climacospaenia Cocconeis Coscinodiscus Cylindrocystis Ditylum. Eucampia Fragilaria Ghomphospaeria Hemialus Hyalodiscus Isthmia Lauderia Mestogloia Navicula Nitzchia Odontella Planktoinella Pleurosigma Pronoctiluca Rhabdonema Rhizosolenia Skeletonema Tabellaria Thallasiosira Thallassionema Thallassiothrix Triceratium Tot Diatom Dynophyceae Ceratium Dinophysis Gonyaulax Gymnodinium Noctiluca Peridinium Prorocentrum Pycoystis spp. Tot Dynophyceae Cyanophyceae Oscillatoria spp. Pelagotrix Richelia Trichodesmium Tot Cyanophyceae Chlorophyceae Halospaera Tot Fitoplankton
1
2
3
4
5
Waktu Pengamatan 6 7 8 9
10
11
12
13
14
35 0 0 83 28 0 132 49 0 69 0 21 0 0 28 63 56 56 21 63 104 42 21 83 97 21 0 56 90 236 201 306 90 264 521 146 69 271 0 132 174 160 28 83 49 97 21 49 132 42 28 69 90 28 104 56 56 139 56 174 42 118 299 111 42 167 139 63 104 83 0 63 0 90 21 0 125 69 0 69 90 0 104 0 465 1688 1083 1701 319 1222 2486 868 292 1708 1451 479 549 1139 0 0 0 0 21 69 125 0 21 76 0 14 104 0 0 76 0 104 0 49 0 49 28 90 90 0 0 63 229 722 507 1049 181 611 1479 479 278 806 1174 347 500 389 0 0 0 0 28 56 0 42 0 0 0 0 0 0 21 63 0 76 21 0 125 42 0 83 0 28 104 0 56 167 125 146 49 132 236 97 42 111 139 42 139 76 35 69 42 49 21 56 125 56 21 83 104 42 104 42 0 0 0 104 21 56 0 49 0 69 0 28 0 0 0 97 49 76 21 63 118 56 28 90 111 21 104 56 0 0 0 0 21 56 0 49 21 63 0 0 0 0 0 0 0 56 28 63 104 0 21 76 0 0 0 0 0 0 69 0 28 56 111 0 21 69 0 21 0 0 0 76 0 56 21 49 0 0 0 83 0 0 0 0 153 465 278 465 76 271 528 271 118 472 438 167 236 278 160 611 361 618 139 403 833 243 167 618 521 160 264 236 0 69 69 90 35 63 0 42 28 63 97 35 0 0 21 0 49 83 28 69 0 49 21 83 0 28 104 0 28 49 56 76 28 63 125 56 21 69 118 21 104 63 28 83 49 76 28 0 125 0 0 0 0 0 0 0 0 63 56 0 28 56 0 0 21 76 0 21 0 0 313 875 514 833 188 583 1271 486 188 847 799 250 396 410 132 424 0 361 111 174 750 201 97 313 438 104 264 229 0 0 0 0 28 63 139 0 21 69 0 0 0 0 49 160 104 160 42 104 243 90 42 153 181 49 104 97 49 167 83 174 35 111 194 83 49 146 139 42 104 83 90 194 132 222 63 174 361 118 56 215 201 83 174 132 28 69 56 111 21 42 104 63 21 76 83 21 104 49 2090 6771 4042 7493 1847 5201 10896 3944 1778 7340 6500 2264 3944 3694 49 21 21 42 21 42 0 0 194
146 0 42 76 76 104 0 21 465
63 42 28 49 35 69 21 0 306
83 56 0 63 49 49 0 0 299
42 0 0 35 35 49 0 21 181
97 49 42 97 49 83 21 0 438
201 69 0 0 76 146 0 0 493
97 0 35 83 76 90 0 0 382
49 0 0 28 28 28 0 0 132
111 63 0 69 0 111 0 0 354
181 0 76 118 0 125 0 42 542
63 42 0 0 0 76 7 0 188
139 0 0 104 0 139 0 0 382
97 56 0 0 0 139 21 0 313
111 28 0 69 208
375 69 0 0 444
278 83 0 160 521
389 125 0 319 833
104 28 0 111 243
160 42 28 97 326
583 194 76 0 854
160 0 35 97 292
83 0 0 76 160
0 63 42 160 264
806 0 104 0 910
139 0 0 63 201
174 104 0 139 417
118 0 21 0 139
56 201 90 153 63 146 153 125 56 188 201 97 139 76 2549 7882 4958 8778 2333 6111 12396 4743 2125 8146 8153 2750 4882 4222
187 Stasiun B2 Klas/Genus Diatom Arachnoidiscus Asterionella Bacillaria Bacteriastrum Biddulphia Campylodiscus Chaetoceros Climacospaenia Cocconeis Coscinodiscus Cylindrocystis Ditylum. Eucampia Fragilaria Ghomphospaeria Hemialus Hyalodiscus Isthmia Lauderia Mestogloia Navicula Nitzchia Odontella Planktoinella Pleurosigma Pronoctiluca Rhabdonema Rhizosolenia Skeletonema Tabellaria Thallasiosira Thallassionema Thallassiothrix Triceratium Tot Diatom Dynophyceae Ceratium Dinophysis Gonyaulax Gymnodinium Noctiluca Peridinium Prorocentrum Pycoystis spp. Tot Dynophyceae Cyanophyceae Oscillatoria spp. Pelagotrix Richelia Trichodesmium Tot Cyanophyceae Chlorophyceae Halospaera Tot Fitoplankton
1
2
3
4
5
Waktu Pengamatan 6 7 8 9
10
11
12
13
14
76 0 0 160 146 0 118 97 0 146 0 160 0 0 76 97 90 125 146 201 139 83 69 167 139 125 0 69 201 292 250 618 458 618 618 465 340 514 0 431 160 264 63 76 76 125 111 181 146 118 69 125 111 132 49 69 111 132 215 333 236 313 264 208 160 257 215 243 83 139 0 69 0 201 167 0 174 97 0 104 83 0 42 0 1153 1764 2125 2646 2431 3917 2743 2000 2069 2840 1715 3028 840 1576 0 0 0 0 118 160 160 0 63 188 0 132 49 0 0 83 0 132 0 181 0 111 69 146 111 0 0 76 708 840 854 1931 1382 1688 2028 1326 924 1326 1042 1049 431 792 0 0 0 0 139 215 0 139 0 0 0 0 0 0 69 83 0 174 160 0 153 118 0 167 0 132 49 0 139 153 146 368 243 250 326 181 174 257 215 222 97 125 76 56 83 201 125 174 146 118 83 132 139 174 49 83 0 0 0 132 167 181 0 132 0 146 0 111 0 0 0 63 69 181 160 188 146 125 69 125 97 118 56 63 0 0 0 0 139 132 0 76 90 125 0 0 0 0 0 0 0 160 146 174 174 0 63 125 0 0 0 0 0 0 63 0 153 146 181 0 69 188 0 111 0 0 0 90 0 146 111 167 0 0 0 146 0 0 0 0 250 514 604 896 722 771 931 549 410 583 493 521 229 333 361 431 382 771 826 1000 1132 660 563 563 451 833 264 319 0 90 76 160 111 201 0 83 97 146 111 125 0 0 63 0 97 194 132 194 0 132 83 125 0 132 42 0 63 69 104 160 146 167 146 125 83 125 125 90 35 49 63 76 90 194 118 0 167 0 0 0 0 0 0 0 0 63 97 0 125 139 0 0 69 146 0 118 0 0 597 757 854 1688 1194 1771 1535 917 1090 1285 826 924 340 646 236 299 0 722 757 583 542 569 382 681 465 556 174 347 0 0 0 0 139 188 118 0 69 146 0 0 0 0 111 153 167 285 243 306 299 208 174 257 194 236 83 132 83 174 167 257 215 271 264 167 146 271 201 188 90 125 215 188 222 431 444 458 438 354 222 368 271 361 118 194 69 76 83 160 132 174 167 111 76 167 111 125 35 69 4785 6688 6917 13549 12042 15104 13250 9271 7778 12083 7118 10375 3313 5472 69 56 49 63 56 97 0 0 389
83 0 42 104 76 111 0 21 438
76 56 49 76 56 69 21 0 403
222 340 285 111 0 201 0 0 104 194 264 250 160 188 215 208 299 278 0 0 56 0 21 0 896 1111 1389
250 104 0 0 132 181 0 0 667
132 0 76 118 132 194 0 0 653
139 222 0 243 0 0 132 271 104 0 188 313 35 0 0 0 597 1049
188 0 97 201 0 215 0 42 743
222 146 0 0 0 208 49 0 625
56 0 0 63 0 56 0 0 174
174 90 0 0 0 160 28 0 451
146 42 0 90 278
389 139 0 0 528
382 125 0 250 757
500 97 0 382 979
375 1160 813 125 250 326 0 153 132 299 799 0 799 2361 1271
188 0 28 153 368
299 0 0 507 0 257 257 1049 556 1813
410 611 0 0 83 0 0 563 493 1174
153 42 0 146 340
278 0 42 0 319
139 174 146 340 340 528 333 243 264 326 222 243 118 188 5590 7826 8222 15764 14292 19382 15521 10535 9194 15271 8576 12417 3944 6431
188 Stasiun B3 Klas/Genus Diatom Arachnoidiscus Asterionella Bacillaria Bacteriastrum Biddulphia Campylodiscus Chaetoceros Climacospaenia Cocconeis Coscinodiscus Cylindrocystis Ditylum. Eucampia Fragilaria Ghomphospaeria Hemialus Hyalodiscus Isthnia Lauderia Mestogloia Navicula Nitzchia Odontella Planktoinella Pleurosigma Pronoctiluca Rhabdonema Rhizosolenia Skeletonema Tabellaria Thallasiosira Thallassionema Thallassiothrix Triceratium Tot Diatom Dynophyceae Ceratium Dinophysis Gonyaulax Gymnodinium Noctiluca Peridinium Prorocentrum Pycoystis spp. Tot Dynophyceae Cyanophyceae Oscillatoria spp. Pelagotrix Richelia Trichodesmium Tot Cyanophyceae Chlorophyceae Halospaera Tot Fitoplankton
1
2
3
4
5
Waktu Pengamatan 6 7 8 9
10
11
12
13
14
104 0 0 83 42 0 188 76 0 97 0 42 0 0 97 90 83 104 56 215 153 83 132 125 104 49 0 49 243 229 333 319 160 868 597 264 410 368 0 83 90 132 97 76 83 111 56 194 167 69 118 125 97 42 35 42 160 160 146 167 83 375 319 125 194 153 125 69 56 69 0 69 0 118 56 0 188 56 0 118 83 0 35 0 1660 1465 1313 1917 576 3264 4563 1389 2111 2313 1701 486 458 722 0 0 0 0 69 208 160 0 118 90 0 49 35 0 0 69 0 90 0 257 0 56 118 69 69 0 0 49 931 799 875 708 444 2028 1590 792 1021 1583 1229 201 278 340 0 0 0 0 69 236 0 90 0 0 0 0 0 0 104 76 0 97 42 0 188 69 0 76 0 42 42 0 160 118 167 264 97 403 257 104 194 215 188 56 69 69 69 83 83 111 56 215 146 56 132 118 56 49 42 49 0 0 0 63 56 188 0 63 0 132 0 42 0 0 0 97 90 111 56 188 181 49 90 118 76 42 35 35 0 0 0 0 42 188 0 69 111 132 0 0 0 0 0 0 0 90 56 236 160 0 132 76 0 0 0 0 0 0 76 0 56 215 229 0 118 118 0 42 0 0 0 69 0 90 56 194 0 0 0 97 0 0 0 0 514 438 410 563 208 917 778 347 597 639 521 139 118 243 403 444 528 681 340 1153 1028 438 576 722 750 153 146 299 0 69 97 90 42 215 0 49 104 132 97 42 0 0 97 0 97 83 56 139 0 63 132 111 0 42 35 0 97 69 83 118 56 264 160 56 132 104 69 49 35 49 97 69 118 90 56 0 181 0 0 0 0 0 0 0 0 90 83 0 56 215 0 0 118 111 0 42 0 0 660 757 854 958 396 2021 1368 569 938 1271 1021 257 201 368 382 354 0 563 208 993 667 299 438 569 396 118 146 194 0 0 0 0 56 215 160 0 76 118 0 0 0 0 146 146 146 181 83 382 326 111 194 222 174 56 63 69 153 132 153 188 83 403 313 153 208 285 153 56 42 69 201 201 236 278 125 563 458 174 285 403 222 83 69 111 104 90 76 97 56 215 132 69 132 153 104 42 28 56 6479 6264 6132 8333 3944 17167 14653 5736 8931 10965 7236 2368 2056 3014 111 76 76 76 76 125 0 0 542
118 0 56 83 56 111 0 21 444
49 21 21 35 21 35 21 0 201
215 111 0 146 139 174 0 0 785
111 257 0 160 0 139 69 306 56 188 69 354 0 63 42 0 347 1465
313 146 0 0 201 243 0 0 903
125 0 49 83 90 125 0 0 472
229 0 0 146 125 167 56 0 722
278 125 0 146 0 188 0 0 736
208 0 76 188 0 215 0 21 708
69 63 0 0 0 90 42 0 264
69 0 0 49 0 69 0 0 188
49 35 0 0 0 63 21 0 167
194 69 0 139 403
500 97 0 0 597
243 76 0 208 528
375 76 0 257 708
250 972 69 188 0 139 125 472 444 1771
563 118 76 0 757
153 0 21 76 250
368 0 0 188 556
0 160 76 465 701
444 0 76 0 521
111 0 0 90 201
132 35 0 97 264
63 0 28 0 90
111 201 97 257 139 306 410 167 167 382 194 76 63 35 7535 7507 6958 10083 4875 20708 16722 6625 10375 12785 8660 2910 2569 3306
189 Stasiun B4 Klas/Genus Diatom Arachnoidiscus Asterionella Bacillaria Bacteriastrum Biddulphia Campylodiscus Chaetoceros Climacospaenia Cocconeis Coscinodiscus Cylindrocystis Ditylum. Eucampia Fragilaria Ghomphospaeria Hemialus Hyalodiscus Isthmia Lauderia Mestogloia Navicula Nitzchia Odontella Planktoinella Pleurosigma Pronoctiluca Rhabdonema Rhizosolenia Skeletonema Tabellaria Thallasiosira Thallassionema Thallassiothrix Triceratium Tot Diatom Dynophyceae Ceratium Dinophysis Gonyaulax Gymnodinium Noctiluca Peridinium Prorocentrum Pycoystis spp. Tot Dynophyceae Cyanophyceae Oscillatoria spp. Pelagotrix Richelia Trichodesmium Tot Cyanophyceae Chlorophyceae Halospaera Tot Fitoplankton
1
2
3
4
5
Waktu Pengamatan 6 7 8 9
69 0 0 139 111 0 83 76 118 90 111 188 222 278 285 382 444 618 90 69 104 125 104 174 111 125 208 222 194 271 0 69 0 104 139 0 1451 1243 1653 2819 1882 3521 0 0 0 0 76 167 0 63 0 118 0 188 500 986 868 1576 1299 1667 0 0 0 0 160 146 69 69 0 104 146 0 118 153 229 264 236 278 76 69 76 111 90 208 0 0 0 111 153 188 0 63 90 146 97 194 0 0 0 0 118 153 0 0 0 111 104 201 0 0 90 0 132 153 0 76 0 139 153 174 264 403 361 583 701 785 403 368 563 701 958 1208 0 49 104 146 97 222 69 0 104 132 132 188 90 83 76 153 111 174 56 69 90 111 132 0 0 63 104 0 118 132 451 819 875 1479 1417 1951 243 333 0 625 694 1028 0 0 0 0 125 153 118 146 181 264 229 340 118 139 188 319 257 347 181 215 229 368 285 569 76 76 118 139 111 139 4861 6104 6715 11583 11118 15722 90 63 49 69 56 97 0 0 424
125 0 56 125 90 76 0 21 493
76 49 42 69 56 83 42 0 417
285 125 0 160 181 222 0 0 972
285 340 0 146 0 90 160 188 194 132 285 319 0 49 21 0 944 1264
278 76 0 222 576
583 222 0 0 806
215 611 569 69 132 153 0 0 0 167 347 396 451 1090 1118
10
11
12
13
14
125 69 0 181 0 56 0 0 111 56 104 174 139 56 0 49 479 243 347 667 0 139 299 174 104 49 83 167 139 63 49 42 160 111 125 222 299 83 160 83 104 63 0 174 118 0 76 0 2229 931 1486 2792 3049 951 1451 993 118 0 104 146 0 56 69 0 0 49 83 181 104 0 0 49 1007 597 889 1625 1743 438 528 431 0 63 0 0 0 0 0 0 76 49 0 153 0 49 69 0 264 125 194 326 299 63 160 90 132 49 76 208 118 49 69 63 0 49 0 132 0 63 0 0 104 56 83 160 160 49 69 56 0 76 111 188 0 0 0 0 132 0 76 167 0 0 0 0 132 0 111 132 0 69 0 0 0 0 0 125 0 0 0 0 743 326 431 931 861 306 375 181 764 410 479 993 799 340 458 299 0 42 111 174 139 56 0 0 0 56 76 181 0 56 49 0 111 49 104 167 153 63 63 42 139 0 0 0 0 0 0 0 0 0 111 181 0 63 0 0 1229 535 868 1188 1382 424 646 382 479 271 403 708 785 174 375 160 132 0 90 132 0 0 0 0 222 104 160 292 285 83 132 90 250 111 160 340 250 97 125 90 278 174 201 472 361 118 215 139 118 56 83 153 160 56 63 56 9743 4764 7153 13826 11340 4014 5500 3465 243 153 0 0 132 271 0 0 799
83 0 21 83 49 104 0 0 340
153 0 0 83 104 132 21 0 493
313 153 0 215 0 264 0 0 944
188 0 111 222 0 236 0 21 778
104 63 0 0 0 97 21 0 285
132 0 0 83 0 104 0 0 319
35 28 0 0 0 35 21 0 118
153 750 56 250 21 125 104 0 333 1125
188 0 21 111 319
132 0 0 326 0 118 257 785 389 1229
438 0 63 0 500
257 0 0 188 444
97 49 0 97 243
250 0 42 0 292
132 160 174 333 215 389 403 139 236 521 250 97 160 42 5993 7563 7757 13979 13396 17708 12069 5563 8271 16521 12868 4840 6222 3917
190 Stasiun C1 Klas/Genus Diatom Arachnoidiscus Asterionella Bacillaria Bacteriastrum Biddulphia Campylodiscus Chaetoceros Climacospaenia Cocconeis Coscinodiscus Cylindrocystis Ditylum. Eucampia Fragilaria Ghomphospaeria Hemialus Hyalodiscus Isthmia Lauderia Mestogloia Navicula Nitzchia Odontella Planktoinella Pleurosigma Pronoctiluca Rhabdonema Rhizosolenia Skeletonema Tabellaria Thallasiosira Thallassionema Thallassiothrix Triceratium Tot Diatom Dynophyceae Ceratium Dinophysis Gonyaulax Gymnodinium Noctiluca Peridinium Prorocentrum Pycoystis spp. Tot Dynophyceae Cyanophyceae Oscillatoria spp. Pelagotrix Richelia Trichodesmium Tot Cyanophyceae Chlorophyceae Halospaera Tot Fitoplankton
1
2
3
4
5
Waktu Pengamatan 6 7 8 9
83 0 0 111 69 0 76 76 49 83 56 69 319 326 208 354 285 194 69 69 49 104 69 76 139 132 97 188 146 111 0 83 0 90 76 0 1917 1424 917 2431 1667 1118 0 0 0 0 83 76 0 76 0 104 0 76 819 653 549 958 1049 708 0 0 0 0 76 69 97 83 0 90 76 0 153 153 76 167 139 132 76 63 56 83 83 69 0 0 0 90 90 69 0 76 49 111 90 63 0 0 0 0 56 69 0 0 0 104 90 56 0 0 42 0 63 69 0 56 0 83 69 69 375 500 174 576 500 285 354 486 326 417 528 326 0 76 42 97 83 76 63 0 42 97 76 63 76 90 56 63 63 69 83 63 56 90 63 0 0 63 56 0 56 63 549 701 424 868 632 542 319 264 0 403 333 333 0 0 0 0 83 69 146 139 97 188 146 118 104 132 83 201 153 132 222 167 118 319 222 160 63 76 56 97 90 69 6104 6028 3618 8569 7361 5403
10
11
12
13
111 125 0 42 0 28 0 111 125 14 35 63 21 0 444 347 76 90 0 76 83 104 125 21 21 56 21 35 215 167 28 56 118 42 56 104 125 0 42 56 0 28 2007 1938 313 701 965 264 486 132 0 21 28 0 28 28 0 125 14 42 56 0 0 1215 910 153 292 563 208 194 0 125 0 0 0 0 0 132 125 0 42 0 28 35 243 167 21 63 111 42 42 118 125 21 35 63 28 35 0 125 0 42 0 28 0 83 125 14 35 63 28 35 0 125 21 35 0 0 0 76 0 14 28 0 0 0 111 0 7 28 0 28 0 0 0 0 21 0 0 0 597 514 76 125 208 97 97 549 438 90 160 347 104 174 0 125 14 28 69 35 0 0 125 21 42 0 28 35 139 125 21 35 63 21 21 111 0 0 0 0 0 0 0 0 21 21 0 28 0 1250 736 174 306 535 153 194 514 521 97 160 229 76 97 111 0 21 28 0 0 0 201 208 21 56 90 35 49 194 208 35 63 97 35 49 299 340 42 76 139 42 56 97 125 21 42 56 21 28 9271 8368 1389 2813 3944 1542 1854
14 0 7 35 7 14 0 313 0 7 97 0 0 14 7 0 7 0 0 0 0 42 49 0 0 7 0 0 104 49 0 21 14 28 14 833
76 35 35 49 42 76 0 0 313
153 0 76 146 104 174 0 21 674
83 42 49 56 63 76 21 0 389
194 76 0 125 111 153 0 0 660
118 0 0 118 97 146 0 21 500
63 35 35 42 42 49 21 0 285
111 97 0 0 111 174 0 0 493
208 0 125 167 125 208 0 0 833
42 0 0 28 7 21 0 0 97
56 35 0 49 0 69 0 0 208
90 0 49 69 0 111 0 21 340
42 35 0 0 0 42 21 0 139
49 0 0 35 0 35 0 0 118
49 7 0 0 0 28 7 0 90
194 56 0 125 375
354 111 0 0 465
139 49 0 104 292
396 104 0 250 750
313 90 0 250 653
174 49 42 188 451
340 521 90 0 63 125 0 563 493 1208
111 0 0 83 194
0 69 35 188 292
319 0 49 0 368
83 0 0 49 132
104 35 0 104 243
63 0 7 0 69
69 181 90 292 125 118 181 257 42 49 111 49 56 28 6861 7347 4389 10271 8639 6257 10438 10667 1722 3361 4764 1861 2271 1021
191 Stasiun C2 Klas/Genus Diatom Arachnoidiscus Asterionella Bacillaria Bacteriastrum Biddulphia Campylodiscus Chaetoceros Climacospaenia Cocconeis Coscinodiscus Cylindrocystis Ditylum. Eucampia Fragilaria Ghomphospaeria Hemialus Hyalodiscus Isthmia Lauderia Mestogloia Navicula Nitzchia Odontella Planktoinella Pleurosigma Pronoctiluca Rhabdonema Rhizosolenia Skeletonema Tabellaria Thallasiosira Thallassionema Thallassiothrix Triceratium Tot Diatom Dynophyceae Ceratium Dinophysis Gonyaulax Gymnodinium Noctiluca Peridinium Prorocentrum Pycoystis spp. Tot Dynophyceae Cyanophyceae Oscillatoria spp. Pelagotrix Richelia Trichodesmium Tot Cyanophyceae Chlorophyceae Halospaera Tot Fitoplankton
1
2
3
4
5
Waktu Pengamatan 6 7 8 9
10
11
12
13
14
21 0 0 56 146 0 63 118 0 83 0 56 0 0 21 63 63 49 118 97 69 160 63 63 104 56 0 35 90 319 132 125 507 403 118 451 236 313 0 250 201 153 21 63 49 49 125 125 63 146 83 76 83 63 104 42 35 104 111 76 313 285 97 264 118 153 181 104 104 56 0 69 0 49 146 0 63 132 0 69 83 0 104 0 271 1194 854 972 2861 2750 903 2694 1208 1771 1479 986 458 549 0 0 0 0 139 160 63 0 69 83 0 56 104 0 0 83 0 42 0 132 0 167 63 63 97 0 0 42 139 667 667 486 1069 1264 535 1688 681 1083 972 479 396 424 0 0 0 0 118 104 0 160 0 0 0 0 0 0 14 83 0 35 146 0 63 146 0 69 0 63 104 0 35 111 83 83 306 243 97 264 118 167 160 90 104 56 7 76 42 49 153 132 49 132 76 69 90 63 104 42 0 0 0 49 153 118 0 118 0 69 0 63 0 0 0 63 35 42 153 132 69 146 76 69 76 76 104 35 0 0 0 0 146 118 0 146 63 63 0 0 0 0 0 0 0 49 132 146 49 0 69 63 0 0 0 0 0 0 56 0 146 167 49 0 76 69 0 49 0 0 0 83 0 49 146 153 0 0 0 69 0 0 0 0 83 375 354 222 736 771 271 785 375 319 549 326 236 181 139 403 389 222 972 986 278 979 389 333 583 236 264 257 0 69 56 49 125 132 0 132 69 63 69 49 0 0 21 0 56 28 146 111 0 146 69 69 0 76 104 0 21 69 49 42 153 125 63 167 69 76 76 56 104 42 21 97 49 42 132 0 63 0 0 0 0 0 0 0 0 76 56 0 174 139 0 0 69 63 0 63 0 0 201 604 528 535 1569 1326 424 1785 514 826 792 521 396 396 104 319 0 167 465 625 250 528 264 326 438 257 174 146 0 0 0 0 146 125 63 0 49 69 0 0 0 0 42 132 90 83 257 257 90 278 125 146 181 104 104 63 42 139 90 63 250 188 76 292 118 132 174 90 104 69 56 188 174 146 417 333 118 403 160 167 243 153 104 97 21 49 56 35 174 132 49 132 83 76 76 56 104 35 1403 5500 4035 3889 12736 11778 4090 12556 5354 7132 6507 4438 3583 2715 21 21 21 28 21 28 0 0 139
125 0 49 90 63 118 0 21 465
83 42 35 56 56 69 21 0 361
76 49 0 63 49 63 0 0 299
278 0 0 229 146 250 0 21 924
306 118 69 153 153 139 35 0 972
97 49 0 0 56 90 0 0 292
188 0 83 201 174 264 0 0 910
139 0 0 69 69 83 21 0 382
153 63 0 125 0 174 0 0 514
188 0 69 160 0 146 0 21 583
160 118 0 0 0 174 42 0 493
104 0 0 104 0 104 0 0 313
56 35 0 0 0 42 21 0 153
69 21 0 42 132
229 83 0 0 313
83 28 0 83 194
83 21 0 56 160
174 424 49 160 0 90 97 486 319 1160
188 42 35 0 264
313 0 63 264 639
257 0 0 194 451
0 97 49 236 382
500 0 56 0 556
174 0 0 201 375
201 104 0 139 444
139 0 28 0 167
49 146 139 76 382 229 90 292 132 181 194 83 104 56 1722 6424 4729 4424 14361 14139 4736 14396 6319 8208 7840 5389 4444 3090
192 Stasiun C3 Klas/Genus Diatom Arachnoidiscus Asterionella Bacillaria Bacteriastrum Biddulphia Campylodiscus Chaetoceros Climacospaenia Cocconeis Coscinodiscus Cylindrocystis Ditylum. Eucampia Fragilaria Ghomphospaeria Hemialus Hyalodiscus Isthmia Lauderia Mestogloia Navicula Nitzchia Odontella Planktoinella Pleurosigma Pronoctiluca Rhabdonema Rhizosolenia Skeletonema Tabellaria Thallasiosira Thallassionema Thallassiothrix Triceratium Tot Diatom Dynophyceae Ceratium Dinophysis Gonyaulax Gymnodinium Noctiluca Peridinium Prorocentrum Pycoystis spp. Tot Dynophyceae Cyanophyceae Oscillatoria spp. Pelagotrix Richelia Trichodesmium Tot Cyanophyceae Chlorophyceae Halospaera Tot Fitoplankton
1
2
3
4
5
Waktu Pengamatan 6 7 8 9
21 0 0 111 35 0 21 90 21 118 28 63 118 215 118 417 104 188 21 76 21 111 28 56 56 146 56 243 56 83 0 76 0 104 28 0 632 1125 403 1917 514 924 0 0 0 0 35 63 0 83 0 118 0 49 389 708 292 1160 285 604 0 0 0 0 28 56 21 63 0 118 28 0 49 146 76 229 56 83 28 49 21 139 35 49 0 0 0 139 35 63 0 76 21 146 35 56 0 0 0 0 28 63 0 0 0 125 35 56 0 0 35 0 28 63 0 83 0 111 35 63 118 313 153 736 125 201 222 438 319 958 160 340 0 63 21 104 35 56 28 0 21 132 35 63 35 83 35 125 42 56 21 83 21 146 21 0 0 69 21 0 42 63 250 639 340 1097 285 465 118 306 0 688 125 188 0 0 0 0 35 63 63 118 63 222 56 83 49 132 63 299 49 104 83 146 69 361 63 146 28 76 21 104 35 63 2368 5403 2208 10278 2556 4465
10
11
12
125 42 0 139 0 56 83 42 56 111 28 42 333 174 229 486 0 153 97 42 63 118 21 56 201 76 132 319 42 97 76 35 0 146 21 0 2389 681 1118 3535 326 972 118 0 63 146 0 63 0 42 63 132 28 0 1479 382 694 1236 167 438 0 35 0 0 0 0 132 35 0 146 0 49 167 76 153 174 42 90 118 42 76 132 28 63 0 49 0 146 0 56 125 35 63 146 21 69 0 35 90 139 0 0 97 0 83 132 0 0 104 0 90 139 0 63 0 0 0 139 0 0 597 201 326 701 132 278 611 285 472 847 167 271 0 42 63 132 28 49 0 35 90 111 0 56 125 42 104 181 28 49 76 0 0 0 0 0 0 0 76 167 0 56 1014 368 750 1194 194 507 597 174 264 708 90 167 104 0 76 132 0 0 215 69 139 264 42 104 222 76 153 347 49 83 319 97 222 403 63 146 90 35 90 125 21 49 9618 3243 5799 12972 1535 4076
13
14
0 0 0 49 42 146 7 42 21 69 0 0 139 764 7 0 0 42 97 361 0 0 7 0 14 56 7 42 0 0 0 42 0 0 0 0 0 0 0 0 56 222 125 215 0 0 14 0 0 35 0 0 0 0 111 340 28 167 0 0 21 76 21 69 28 104 0 35 743 2875
49 14 7 28 21 42 0 0 160
76 0 28 69 63 76 0 21 333
35 21 21 49 21 35 21 0 201
174 111 0 160 83 139 0 0 667
63 0 0 35 28 35 0 21 181
83 49 35 69 49 90 21 0 396
104 76 0 0 125 167 0 0 472
42 0 21 21 21 35 0 0 139
188 0 0 111 76 118 42 0 535
174 118 0 160 0 208 0 0 660
35 0 21 28 0 35 0 21 139
111 63 0 0 0 76 28 0 278
14 0 0 14 0 14 0 0 42
56 35 0 0 0 49 21 0 160
160 35 0 132 326
444 132 0 0 576
139 21 0 90 250
174 69 0 125 368
118 21 0 49 188
181 49 42 222 493
556 111 90 0 757
285 0 42 208 535
250 0 0 201 451
0 229 69 354 653
118 0 28 0 146
118 0 0 111 229
56 21 0 49 125
153 0 28 0 181
90 181 63 194 76 125 361 90 222 229 35 97 2944 6493 2722 11507 3000 5479 11208 4007 7007 14514 1854 4681
21 49 931 3264
193 Stasiun C4 Klas/Genus Diatom Arachnoidiscus Asterionella Bacillaria Bacteriastrum Biddulphia Campylodiscus Chaetoceros Climacospaenia Cocconeis Coscinodiscus Cylindrocystis Ditylum. Eucampia Fragilaria Ghomphospaeria Hemialus Hyalodiscus Isthmia Lauderia Mestogloia Navicula Nitzchia Odontella Planktoinella Pleurosigma Pronoctiluca Rhabdonema Rhizosolenia Skeletonema Tabellaria Thallasiosira Thallassionema Thallassiothrix Triceratium Tot Diatom Dynophyceae Ceratium Dinophysis Gonyaulax Gymnodinium Noctiluca Peridinium Prorocentrum Pycoystis spp. Tot Dynophyceae Cyanophyceae Oscillatoria spp. Pelagotrix Richelia Trichodesmium Tot Cyanophyceae Chlorophyceae Halospaera Tot Fitoplankton
1
2
3
4
5
Waktu Pengamatan 6 7 8 9
10
11
12
13
14
42 0 0 35 56 0 28 63 0 63 0 35 0 0 42 42 21 35 69 132 35 76 69 83 42 28 0 35 146 104 56 111 153 368 111 201 243 340 0 97 132 181 42 42 21 42 69 118 28 69 69 76 63 35 35 63 83 56 49 49 97 250 63 132 97 146 97 49 69 83 0 42 0 35 56 0 35 76 0 97 63 0 35 0 688 396 417 583 646 2299 535 1333 1069 1778 1097 472 556 924 0 0 0 0 56 104 28 0 63 76 0 35 35 0 0 42 0 28 0 139 0 63 69 83 42 0 0 63 431 333 250 299 604 1396 257 667 743 875 576 285 361 465 0 0 0 0 56 125 0 56 0 0 0 0 0 0 42 42 0 28 69 0 35 63 0 69 0 42 28 0 97 69 49 42 111 236 56 118 118 118 97 49 83 83 42 49 21 35 69 146 28 63 69 97 56 42 42 49 0 0 0 35 69 104 0 76 0 83 0 28 0 0 0 49 21 28 69 111 28 63 49 76 35 42 35 63 0 0 0 0 56 139 0 69 69 83 0 0 0 0 0 0 0 28 83 125 21 0 63 63 0 0 0 0 0 0 21 0 69 132 28 0 76 104 0 21 0 0 0 35 0 28 56 118 0 0 0 83 0 0 0 0 243 139 125 125 292 799 222 375 444 451 222 118 146 229 181 201 118 167 340 764 160 215 313 465 340 201 326 271 0 49 21 35 69 153 0 63 76 83 49 28 0 0 42 0 28 35 69 111 0 56 69 90 0 35 35 0 63 35 21 28 69 118 28 76 69 76 56 28 28 49 42 42 21 35 69 0 35 0 0 0 0 0 0 0 0 49 21 0 69 132 0 0 63 42 0 35 0 0 375 333 167 201 604 1264 347 528 625 653 556 299 472 424 174 153 0 188 236 563 146 229 208 403 257 132 174 167 0 0 0 0 69 125 35 0 56 90 0 0 0 0 83 63 35 56 97 229 56 118 111 153 90 56 83 90 97 76 28 49 125 222 42 132 125 160 90 56 69 104 132 90 63 69 139 326 90 139 167 229 139 69 83 125 42 35 21 35 69 146 21 63 69 83 56 28 35 63 3125 2563 1590 2458 4833 10993 2493 5181 5264 7375 4021 2340 2861 3528 83 63 42 63 63 76 0 0 389
35 0 21 35 28 42 0 21 181
28 21 21 28 21 21 21 0 160
42 42 0 49 49 42 0 0 222
132 236 0 111 0 83 97 188 83 174 125 222 0 35 42 0 479 1049
56 35 0 0 49 69 0 0 208
104 0 49 83 76 83 0 0 396
104 0 0 76 63 97 21 0 361
250 111 0 167 0 146 0 0 674
49 0 28 42 0 63 0 21 201
42 28 0 0 0 63 21 0 153
76 0 0 49 0 76 0 0 201
125 90 0 0 0 104 21 0 340
167 63 0 132 361
167 76 0 0 243
69 21 0 49 139
104 28 0 42 174
139 56 0 97 292
125 42 28 0 194
222 0 35 132 389
389 0 0 306 694
0 285 111 535 931
167 0 28 0 194
111 0 0 104 215
201 56 0 146 403
208 0 49 0 257
174 90 42 257 563
83 69 63 63 181 174 90 146 132 201 63 63 76 90 3958 3056 1951 2917 5785 12778 2986 6111 6451 9181 4479 2771 3542 4215
194 Stasiun D1 Klas/Genus Diatom Arachnoidiscus Asterionella Bacillaria Bacteriastrum Biddulphia Campylodiscus Chaetoceros Climacospaenia Cocconeis Coscinodiscus Cylindrocystis Ditylum. Eucampia Fragilaria Ghomphospaeria Hemialus Hyalodiscus Isthmia Lauderia Mestogloia Navicula Nitzchia Odontella Planktoinella Pleurosigma Pronoctiluca Rhabdonema Rhizosolenia Skeletonema Tabellaria Thallasiosira Thallassionema Thallassiothrix Triceratium Tot Diatom Dynophyceae Ceratium Dinophysis Gonyaulax Gymnodinium Noctiluca Peridinium Prorocentrum Pycoystis spp. Tot Dynophyceae Cyanophyceae Oscillatoria spp. Pelagotrix Richelia Trichodesmium Tot Cyanophyceae Chlorophyceae Halospaera Tot Fitoplankton
1
2
3
63 0 0 56 104 42 167 278 63 56 90 35 97 139 49 0 104 0 1229 1618 549 0 0 0 0 111 0 431 778 174 0 0 0 63 104 0 97 181 49 42 97 21 0 0 0 0 97 21 0 0 0 0 0 0 0 0 21 0 83 0 222 472 132 306 625 118 0 104 28 56 0 28 49 111 42 49 97 28 0 76 28 493 910 194 215 410 0 0 0 0 97 174 42 97 174 42 160 222 63 63 104 21 4104 7264 1785
4
5
Waktu Pengamatan 6 7 8 9
10
11
12
13
14
76 83 0 21 56 0 146 0 21 0 0 104 83 188 21 42 69 160 49 35 0 42 340 292 826 97 208 174 514 0 76 132 146 83 76 222 21 56 90 174 56 28 35 49 125 132 319 28 90 139 313 76 49 69 83 104 63 0 21 49 0 181 49 0 42 0 1708 1597 3056 410 875 1208 3215 826 361 604 771 0 90 181 21 0 63 146 0 28 35 0 83 0 194 0 63 90 118 42 0 0 56 1097 896 2819 257 694 792 1764 403 271 326 479 0 69 229 0 69 0 0 0 0 0 0 104 83 0 21 63 0 132 0 35 35 0 181 132 438 28 97 104 340 63 49 69 63 83 83 146 21 56 63 111 49 28 42 49 97 76 208 0 56 0 146 0 28 0 0 104 76 215 21 63 63 167 42 21 35 35 0 76 319 0 56 76 215 0 0 0 0 111 83 222 21 0 76 139 0 0 0 0 0 56 194 21 0 63 146 0 28 0 0 111 76 222 0 0 0 132 0 0 0 0 583 403 1243 125 306 292 979 215 146 188 222 583 382 1438 125 424 326 757 285 132 174 347 97 83 194 0 42 76 222 49 21 0 0 90 76 215 0 49 63 146 0 35 28 0 83 76 167 21 56 63 188 35 28 35 42 83 76 0 21 0 0 0 0 0 0 0 0 90 222 0 0 56 188 0 28 0 0 1194 833 2722 236 576 479 1618 319 236 319 396 403 243 1264 76 285 222 667 167 97 174 181 0 76 174 21 0 69 139 0 0 0 0 194 146 410 42 104 111 306 69 49 83 83 208 146 417 42 97 111 340 76 42 69 83 264 208 507 49 160 146 451 125 76 104 132 97 83 250 21 35 83 118 49 28 28 76 8396 7049 19222 1806 4722 5167 14375 3042 1972 2625 3333
76 49 49 63 49 63 0 0 347
160 0 76 111 104 167 0 21 639
35 21 21 21 21 35 21 0 174
194 111 0 139 111 174 0 0 729
132 292 0 111 0 118 83 222 83 181 97 257 0 49 21 0 417 1229
257 69 0 153 479
542 181 0 0 722
49 21 0 42 111
285 69 0 160 514
222 76 0 215 514
424 132 49 278 882
28 14 0 0 21 28 0 0 90
97 0 35 56 56 83 0 0 326
153 0 0 146 83 132 42 0 556
250 97 0 146 0 201 0 0 694
42 0 21 42 0 42 0 21 167
83 35 0 0 0 63 21 0 201
118 0 0 69 0 69 0 0 257
83 21 0 0 0 49 21 0 174
76 14 14 0 104
194 0 28 90 313
201 0 0 174 375
0 194 90 611 896
250 0 56 0 306
125 0 0 69 194
90 35 0 146 271
167 0 28 0 194
153 250 63 292 215 486 42 132 139 292 69 49 83 69 5083 8875 2132 9931 8194 21819 2042 5493 6236 16257 3583 2417 3236 3771
195 Stasiun D2 Klas/Genus Diatom Arachnoidiscus Asterionella Bacillaria Bacteriastrum Biddulphia Campylodiscus Chaetoceros Climacospaenia Cocconeis Coscinodiscus Cylindrocystis Ditylum. Eucampia Fragilaria Ghomphospaeria Hemialus Hyalodiscus Isthmia Lauderia Mestogloia Navicula Nitzchia Odontella Planktoinella Pleurosigma Pronoctiluca Rhabdonema Rhizosolenia Skeletonema Tabellaria Thallasiosira Thallassionema Thallassiothrix Triceratium Tot Diatom Dynophyceae Ceratium Dinophysis Gonyaulax Gymnodinium Noctiluca Peridinium Prorocentrum Pycoystis spp. Tot Dynophyceae Cyanophyceae Oscillatoria spp. Pelagotrix Richelia Trichodesmium Tot Cyanophyceae Chlorophyceae Halospaera Tot Fitoplankton
1
2
3
4
5
Waktu Pengamatan 6 7 8 9
10
11
12
13
14
56 0 0 125 69 0 97 56 0 49 0 49 0 0 49 83 21 118 56 118 97 42 35 83 28 49 0 49 222 167 76 535 194 542 368 167 125 278 0 194 104 153 63 76 28 118 63 118 104 69 21 69 28 49 42 42 104 104 49 208 139 250 201 83 69 118 49 90 49 90 0 76 0 132 69 0 97 42 0 69 28 0 35 0 833 1431 257 2542 1000 2417 1750 799 604 1431 382 604 319 778 0 0 0 0 76 104 118 0 42 56 0 42 35 0 0 76 0 132 0 104 0 42 35 63 35 0 0 42 625 674 278 1438 778 1035 1042 479 354 833 250 542 292 375 0 0 0 0 63 90 0 69 0 0 0 0 0 0 63 83 0 125 69 0 90 56 0 56 0 42 42 0 76 160 42 250 153 208 174 83 76 160 49 69 56 83 63 83 28 153 69 104 76 42 42 76 28 42 35 56 0 0 0 153 76 104 0 42 0 69 0 49 0 0 0 83 21 125 63 97 97 69 35 83 28 49 35 56 0 0 0 0 76 146 0 56 42 83 0 0 0 0 0 0 0 125 63 83 118 0 35 63 0 0 0 0 0 0 28 0 76 118 90 0 35 76 0 56 0 0 0 76 0 104 69 125 0 0 0 83 0 0 0 0 354 361 83 556 389 688 701 222 132 375 118 285 167 215 368 382 125 1104 382 806 653 222 194 486 153 417 222 215 0 83 28 132 69 97 0 69 21 69 35 63 0 0 56 0 28 118 76 104 0 42 42 76 0 56 42 0 63 83 28 125 69 69 97 56 35 90 28 56 42 49 56 69 28 132 76 0 111 0 0 0 0 0 0 0 0 69 21 0 63 104 0 0 35 69 0 63 0 0 507 514 222 1174 597 1292 958 368 278 757 229 535 215 333 264 306 0 569 201 479 493 222 118 410 69 278 118 125 0 0 0 0 69 111 76 0 21 90 0 0 0 0 97 118 49 236 118 229 188 97 83 146 49 90 49 69 76 125 49 264 125 194 201 83 76 139 56 76 56 76 139 181 56 361 181 340 306 125 97 208 63 160 56 118 63 76 28 139 76 104 111 56 28 83 28 56 35 42 4194 5542 1569 11292 5715 10382 8417 3757 2708 6799 1729 4056 2042 2965 104 42 42 69 49 49 0 0 354
132 0 56 125 97 111 0 21 542
28 21 21 28 21 35 21 0 174
146 83 0 97 90 160 0 0 576
69 0 0 76 69 69 0 21 306
194 90 56 125 76 188 28 0 757
208 97 0 0 132 194 0 0 632
69 0 42 56 42 69 0 0 278
90 0 0 49 49 63 21 0 271
76 42 0 76 0 111 0 0 306
42 0 21 42 0 42 0 21 167
132 97 0 0 0 139 21 0 389
56 0 0 49 0 49 0 0 153
49 42 0 0 0 76 21 0 188
215 56 0 153 424
229 90 0 0 319
56 28 0 56 139
403 97 0 264 764
285 424 69 167 0 69 243 465 597 1125
354 118 56 0 528
215 0 56 153 424
139 0 0 104 243
0 63 35 229 326
285 0 35 0 319
90 0 0 83 174
76 35 0 56 167
250 0 42 0 292
146 160 63 181 160 236 292 97 90 194 63 83 42 83 5118 6563 1944 12813 6778 12500 9868 4556 3313 7625 2278 4701 2403 3528
196 Stasiun D3 Klas/Genus Diatom Arachnoidiscus Asterionella Bacillaria Bacteriastrum Biddulphia Campylodiscus Chaetoceros Climacospaenia Cocconeis Coscinodiscus Cylindrocystis Ditylum. Eucampia Fragilaria Ghomphospaeria Hemialus Hyalodiscus Isthmia Lauderia Mestogloia Navicula Nitzchia Odontella Planktoinella Pleurosigma Pronoctiluca Rhabdonema Rhizosolenia Skeletonema Tabellaria Thallasiosira Thallassionema Thallassiothrix Triceratium Tot Diatom Dynophyceae Ceratium Dinophysis Gonyaulax Gymnodinium Noctiluca Peridinium Prorocentrum Pycoystis spp. Tot Dynophyceae Cyanophyceae Oscillatoria spp. Pelagotrix Richelia Trichodesmium Tot Cyanophyceae Chlorophyceae Halospaera Tot Fitoplankton
1
2
3
4
5
Waktu Pengamatan 6 7 8 9
10
11
12
13
14
42 0 0 76 104 0 90 56 0 132 0 35 0 0 35 83 35 83 97 56 63 42 97 153 49 21 0 35 97 257 104 229 514 250 326 83 319 403 0 90 153 174 42 76 28 104 104 69 63 49 90 104 63 28 42 49 76 125 49 146 208 83 167 76 215 243 69 56 76 76 0 63 0 90 104 0 63 42 0 153 56 0 49 0 625 1125 347 2014 2132 715 1472 708 2028 2951 833 306 611 472 0 0 0 0 90 63 90 0 125 97 0 28 49 0 0 90 0 83 0 63 0 56 132 132 56 0 0 49 472 861 285 931 1028 694 639 333 674 1576 646 222 403 625 0 0 0 0 97 56 0 49 0 0 0 0 0 0 49 69 0 97 83 0 63 21 0 125 0 35 56 0 63 118 49 146 222 90 188 76 201 264 90 56 49 76 28 76 28 104 90 63 90 42 125 146 42 21 49 28 0 0 0 97 97 63 0 49 0 132 0 35 0 0 0 90 35 97 97 63 90 56 125 104 56 35 49 56 0 0 0 0 104 63 0 35 111 153 0 0 0 0 0 0 0 83 125 63 63 0 104 125 0 0 0 0 0 0 35 0 97 56 118 0 97 146 0 21 0 0 0 56 0 76 146 56 0 0 0 118 0 0 0 0 146 354 160 472 583 278 319 229 639 771 215 146 160 229 236 410 181 479 611 354 396 292 674 1104 292 160 167 264 0 76 28 90 111 42 0 56 97 146 42 35 0 0 42 0 42 69 83 63 0 42 104 139 0 42 49 0 42 83 42 90 97 49 90 56 132 139 49 28 56 42 42 83 42 90 90 0 63 0 0 0 0 0 0 0 0 83 28 0 104 56 0 0 97 125 0 21 0 0 285 528 236 632 986 604 535 472 896 1632 493 160 319 431 167 313 0 382 479 257 257 188 389 472 215 97 153 208 0 0 0 0 104 63 63 0 111 153 0 0 0 0 76 132 49 146 201 97 146 76 194 271 104 49 69 76 83 111 49 139 208 111 146 69 167 326 104 56 63 90 111 160 69 236 271 139 188 104 264 368 153 56 97 118 49 83 21 76 118 63 63 42 104 125 56 35 42 35 2806 5507 1938 7361 9590 4736 5847 3396 8313 13028 3681 1868 2757 3132 63 35 21 49 56 56 0 0 278
76 0 63 83 90 125 0 21 458
35 21 21 35 35 35 21 0 201
194 69 0 111 111 111 0 0 597
201 0 0 174 132 208 0 21 736
49 42 42 63 42 76 21 0 333
90 63 0 0 63 90 0 0 306
49 0 21 35 35 49 0 0 188
188 375 0 215 0 0 132 222 132 0 139 292 49 0 0 0 639 1104
63 0 28 56 0 69 0 21 236
69 49 0 0 0 76 21 0 215
83 0 0 63 0 56 0 0 201
153 69 0 0 0 76 21 0 319
215 56 0 153 424
229 90 0 0 319
56 28 0 56 139
403 97 0 264 764
285 424 69 167 0 69 243 465 597 1125
354 118 56 0 528
215 0 56 153 424
139 0 0 104 243
285 0 35 0 319
90 0 0 83 174
76 35 0 56 167
250 0 42 0 292
0 63 35 229 326
76 188 42 181 340 118 111 118 271 382 97 63 69 111 3396 6528 2361 8778 11243 5472 6854 4021 9917 15188 4313 2333 3222 3813
197 Stasiun D4 Klas/Genus Diatom Arachnoidiscus Asterionella Bacillaria Bacteriastrum Biddulphia Campylodiscus Chaetoceros Climacospaenia Cocconeis Coscinodiscus Cylindrocystis Ditylum. Eucampia Fragilaria Ghomphospaeria Hemialus Hyalodiscus Isthmia Lauderia Mestogloia Navicula Nitzchia Odontella Planktoinella Pleurosigma Pronoctiluca Rhabdonema Rhizosolenia Skeletonema Tabellaria Thallasiosira Thallassionema Thallassiothrix Triceratium Tot Diatom Dynophyceae Ceratium Dinophysis Gonyaulax Gymnodinium Noctiluca Peridinium Prorocentrum Pycoystis spp. Tot Dynophyceae Cyanophyceae Oscillatoria spp. Pelagotrix Richelia Trichodesmium Tot Cyanophyceae Chlorophyceae Halospaera Tot Fitoplankton
1 118 118 215 104 201 0 1813 0 0 743 0 118 222 104 0 0 0 0 0 0 438 458 0 83 118 118 0 854 424 0 188 181 236 83 6938
2
3
4
5
Waktu Pengamatan 6 7 8 9
10
11
12
13
14
0 0 97 35 0 83 76 0 181 0 139 0 0 0 42 97 35 49 90 69 104 146 90 104 0 35 28 97 347 97 222 347 299 313 556 0 382 90 83 0 21 97 35 76 104 56 104 153 76 139 63 42 21 49 167 69 125 146 90 153 215 146 208 63 42 14 0 90 35 0 97 90 0 139 76 0 63 0 153 569 1431 417 1146 1910 931 1729 3611 1681 2125 243 542 0 0 0 35 76 83 0 90 181 0 104 63 0 14 0 69 0 69 0 56 104 153 90 0 0 35 76 250 813 375 618 931 951 819 1819 1083 1111 125 285 0 0 0 35 63 0 69 0 0 0 0 0 0 14 0 69 35 0 104 76 0 139 0 174 63 0 21 49 167 69 118 181 139 139 278 208 208 63 56 14 42 83 21 90 83 76 83 181 111 139 63 35 0 0 90 21 76 0 63 0 167 0 104 0 0 0 35 76 35 63 83 76 90 167 97 174 63 35 0 0 0 35 56 0 56 90 139 0 0 0 0 0 0 83 35 76 90 0 90 146 0 0 0 0 0 28 0 49 83 104 0 90 111 0 104 0 0 0 0 76 49 69 0 0 0 153 0 0 0 0 35 118 507 194 306 486 458 431 931 563 486 125 153 42 118 743 139 354 500 604 368 1215 604 590 104 139 7 35 90 21 69 0 76 97 160 83 139 0 0 0 28 104 35 69 0 49 111 139 0 104 63 0 0 21 83 21 69 104 56 90 160 97 174 63 35 14 35 76 21 0 104 0 0 0 0 0 0 0 0 42 0 21 63 0 0 76 139 0 104 0 0 63 271 674 292 708 1229 701 910 1778 792 903 167 222 28 0 444 132 264 389 389 417 597 354 521 76 97 0 0 0 21 69 104 0 90 146 0 0 0 0 21 63 160 63 111 194 125 146 306 167 208 63 63 21 63 201 56 104 174 139 125 326 153 208 63 63 21 69 257 104 174 222 167 229 444 236 278 63 63 7 28 83 49 69 90 76 90 146 83 139 63 28 611 2069 7278 2681 5507 8035 6014 7181 15118 6792 9069 1806 2049
201 83 42 104 76 83 0 0 590
28 0 0 21 14 21 0 0 83
63 28 21 35 28 42 21 0 236
201 90 0 83 104 153 0 0 632
76 0 0 63 49 63 0 21 271
83 83 56 125 90 146 35 0 618
188 97 0 0 111 160 0 0 556
76 0 35 76 63 83 0 0 333
181 347 0 139 0 0 111 306 104 0 104 306 42 0 0 0 542 1097
229 0 76 181 0 181 0 21 688
278 139 0 0 0 208 104 0 729
63 0 0 63 0 63 0 0 188
56 49 0 0 0 63 21 0 188
208 63 0 174 444
90 35 0 0 125
63 35 0 76 174
333 90 0 201 625
167 83 0 104 354
139 56 35 174 403
590 250 146 0 986
132 0 28 118 278
188 0 0 160 347
444 0 56 0 500
319 0 0 278 597
76 63 0 63 201
160 0 35 0 194
222 8194
0 97 69 368 535
21 76 285 83 153 243 111 174 236 194 278 63 69 840 2556 8819 3389 6681 9819 6736 8243 16986 8174 10674 2257 2500
198
Lampiran 34 Data Kelimpahan Setiap Jenis Zooplankton (ind./liter) pada Setiap Waktu dan Stasiun Pengamatan Stasiun A1 Klas/Genus
2
3
4
5
6
24 28 19 6 27 19 6 13 47 189
38 45 15 27 45 41 7 19 135 371
26 40 8 8 48 45 5 31 102 314
13 20 11 6 19 14 9 14 63 168
19 21 5 7 28 22 6 18 39 165
24 30 22 22 34 30 13 24 96 295
8 17 10 10 18 14 7 13 22 119
1 4 5 2 5 6 1 6 9 41
86 105 75 56 179 157 34 111 46 851
1 2 5 10 1 3 15 1 39
11 35 8 23 4 22 22 67 193
10 28 6 8 8 22 30 53 167
3 7 1 4 1 7 11 6 42
3 7 1 1 3 4 4 24 48
7 16 7 13 4 13 39 29 127
6 4 1 2 5 4 7 17 47
0 2 0 2 0 1 4 7 17
8
19
14
9
13
25
8
11 247
26 608
20 514
10 229
9 234
38 484
7 181
10
11
12
13
14
3 4 2 1 5 2 1 4 11 34
40 56 38 7 76 72 7 46 141 482
15 21 6 10 23 17 2 17 52 163
16 11 14 8 32 27 9 18 64 199
19 27 8 9 41 18 3 23 46 194
6 77 6 48 30 17 25 70 279
0 2 0 0 0 1 2 2 7
4 47 3 30 4 13 54 133 289
4 13 2 6 4 13 21 30 93
1 4 0 2 1 4 6 25 44
3 21 2 6 3 6 18 44 103
3
56
2
23
15
7
11
3 64
63 1249
3 47
53 847
23 293
18 268
26 334
198
Crustaceae/Copepoda Acartia Larva Copepoda Larva Udang Microsetella Nauplius Copepoda Oithona Paracalanus Tartonus Telur Copepoda Tot Crust./Copepoda Protozoa Clamydodon Favella Globegerina Leprotimtimmus Parafavella Prorodon Rhabdonella Tintinnopsis Tot Protozoa Rotatoria Brachionus Chaetognatha Sagitta Total Zooplankton
Waktu Pengamatan 7 8 9
1
Stasiun A2 Klas/Genus
Stasiun A3
2
3
4
5
6
10
11
12
13
14
8 13 7 4 16 8 1 6 45 108
17 34 10 15 40 19 4 13 93 244
26 34 13 8 53 26 4 30 71 266
8 14 8 2 15 11 5 8 41 113
29 31 14 20 61 39 17 28 77 316
9 15 10 6 18 10 7 11 34 122
15 44 33 24 71 52 17 32 97 384
63 181 156 33 205 152 94 146 343 1373
14 15 9 7 27 9 7 15 44 147
17 18 10 8 38 13 6 16 46 171
25 43 25 10 59 42 8 30 113 355
27 32 13 10 46 24 6 23 60 242
14 10 10 7 29 16 6 11 20 124
16 29 10 8 34 22 5 16 45 185
0 1 1 4 0 1 7 8 23
8 17 4 10 2 20 8 33 103
8 17 4 8 8 22 26 29 123
2 4 2 6 2 5 9 17 48
4 9 2 3 3 8 11 14 55
2 8 1 6 1 4 8 13 44
11 16 2 5 7 10 18 39 108
25 56 5 52 23 46 88 79 374
3 13 2 7 4 8 17 33 88
1 13 0 2 1 11 5 4 38
4 51 4 33 5 6 70 77 251
4 11 3 18 9 9 38 49 142
2 5 1 4 1 4 9 22 49
2 14 1 2 1 7 21 21 69
5
13
13
9
20
9
27
98
13
10
25
23
8
8
7 144
19 378
22 423
7 177
18 408
15 190
29 549
133 1978
13 259
18 236
45 676
29 435
15 196
19 281
199
Crustaceae/Copepoda Acartia Larva Copepoda Larva Udang Microsetella Nauplius Copepoda Oithona Paracalanus Tartonus Telur Copepoda Tot Crust./Copepoda Protozoa Clamydodon Favella Globegerina Leprotimtimmus Parafavella Prorodon Rhabdonella Tintinnopsis Tot Protozoa Rotatoria Brachionus Chaetognatha Sagitta Total Zooplankton
Waktu Pengamatan 7 8 9
1
Klas/Genus Crustaceae/Copepoda Acartia Larva Copepoda Larva Udang Microsetella Nauplius Copepoda Oithona Paracalanus Tartonus Telur Copepoda Tot Crust./Copepoda Protozoa Clamydodon Favella Globegerina Leprotimtimmus Parafavella Prorodon Rhabdonella Tintinnopsis Tot Protozoa Rotatoria Brachionus Chaetognatha Sagitta Total Zooplankton
1
2
3
4
5
6
Waktu Pengamatan 7 8
9
10
11
12
13
14
30 43 34 13 74 63 8 23 143 430
4 6 2 4 6 6 1 2 6 39
17 33 13 10 33 40 6 27 94 273
26 39 30 10 55 39 15 40 118 371
40 56 19 26 81 26 11 43 116 418
25 26 20 11 55 29 9 19 48 243
19 50 39 27 84 60 20 27 98 424
26 58 26 14 101 43 20 41 94 422
83 114 59 56 116 40 44 81 136 729
5 7 5 2 11 6 2 7 17 64
15 18 11 5 35 7 2 11 33 139
38 42 16 24 73 41 7 39 97 375
11 8 14 3 28 18 6 10 39 138
11 18 8 3 16 6 2 10 45 120
5 20 7 14 4 17 40 34 141
2 4 2 4 0 3 3 7 26
10 23 6 6 6 23 35 16 126
8 30 4 14 13 13 28 80 190
4 10 2 3 4 9 15 14 61
5 18 4 10 0 3 24 23 88
16 56 5 13 7 28 55 33 214
6 23 2 15 7 11 28 76 169
4 25 3 22 9 9 26 26 125
1 10 0 1 1 9 4 3 30
1 3 0 2 1 1 6 10 25
3 11 1 11 7 4 23 50 111
1 1 0 1 1 1 2 19 26
1 5 0 1 0 4 7 3 22
20
2
17
29
26
15
35
36
48
5
5
27
5
4
29 620
3 70
21 436
27 617
27 532
23 368
34 707
46 673
39 941
8 107
10 179
36 550
13 181
13 158
200
Stasiun A4 Klas/Genus
2
3
4
6
9
10
11
12
13
14
22 28 17 8 45 35 4 15 70 244
53 55 18 30 86 43 5 16 175 481
11 17 6 4 20 15 4 17 46 140
43 52 40 11 69 54 17 32 124 442
101 164 48 79 192 169 66 139 484 1441
14 17 10 7 17 10 3 10 39 127
32 56 45 24 64 44 20 42 74 400
35 61 39 16 120 42 27 40 98 477
27 33 20 21 63 23 11 23 56 277
50 86 54 15 74 38 21 55 158 551
33 38 24 10 76 29 7 29 73 320
11 25 11 11 46 23 4 14 39 184
54 41 54 14 96 68 27 41 123 517
20 22 7 7 34 5 3 18 93 209
1 3 7 8 1 3 30 21 75
7 20 4 7 2 16 21 30 107
2 8 1 4 3 4 13 16 51
4 16 3 7 3 9 22 53 118
9 28 9 10 11 14 44 49 175
3 7 0 3 0 3 7 21 45
5 6 0 4 9 2 6 64 97
11 30 3 25 8 26 40 29 173
3 21 0 21 10 8 7 48 119
7 70 4 14 6 61 46 35 244
2 10 0 10 0 5 15 15 57
2 8 0 3 3 6 8 32 64
14 14 0 27 0 27 48 164 293
3 11 0 3 2 8 11 48 88
9
21
7
31
76
13
26
42
24
46
13
14
41
14
17 345
31 641
8 206
28 619
80 1772
14 198
26 549
51 743
20 440
56 897
20 409
18 279
68 918
22 332
201
Crustaceae/Copepoda Acartia Larva Copepoda Larva Udang Microsetella Nauplius Copepoda Oithona Paracalanus Tartonus Telur Copepoda Tot Crust./Copepoda Protozoa Clamydodon Favella Globegerina Leprotimtimmus Parafavella Prorodon Rhabdonella Tintinnopsis Tot Protozoa Rotatoria Brachionus Chaetognatha Sagitta Total Zooplankton
5
Waktu Pengamatan 7 8
1
Stasiun B1 Klas/Genus
2
3
4
5
6
9
10
10 15 11 3 22 16 2 5 19 103
19 19 7 14 20 15 5 9 42 149
19 27 9 7 45 24 3 21 34 190
9 16 11 2 19 9 6 16 42 130
26 38 13 15 61 35 17 25 129 358
18 20 17 10 34 11 10 14 50 184
9 19 15 7 23 16 7 18 27 141
40 73 48 21 99 50 25 40 202 597
73 99 61 45 142 53 27 72 164 735
19 21 22 6 29 13 9 16 52 186
1 3 2 4 1 3 9 6 30
6 20 4 13 2 14 11 21 91
2 7 3 1 3 2 13 19 50
3 6 2 4 3 4 5 17 45
8 19 6 8 5 15 32 22 116
6 20 4 15 1 5 24 25 100
1 2 0 1 1 0 1 14 20
16 28 2 22 9 36 36 55 205
11 73 7 31 23 34 60 50 291
5
10
6
7
25
14
8
46
5 144
13 263
10 256
7 190
28 527
21 319
9 178
64 911
11
12
13
14
6 8 4 2 10 5 1 7 18 63
18 34 9 15 29 35 6 21 105 273
61 61 82 31 126 104 49 82 264 861
7 10 4 2 14 7 2 9 22 78
2 16 1 5 1 14 10 14 63
1 5 0 4 1 2 9 3 26
4 13 1 19 7 15 29 43 130
4 14 4 14 4 8 26 118 192
1 6 0 1 0 1 8 16 33
61
11
4
25
40
4
60 1148
20 280
7 100
32 460
78 1171
13 128
202
Crustaceae/Copepoda Acartia Larva Copepoda Larva Udang Microsetella Nauplius Copepoda Oithona Paracalanus Tartonus Telur Copepoda Tot Crust./Copepoda Protozoa Clamydodon Favella Globegerina Leprotimtimmus Parafavella Prorodon Rhabdonella Tintinnopsis Tot Protozoa Rotatoria Brachionus Chaetognatha Sagitta Total Zooplankton
Waktu Pengamatan 7 8
1
Stasiun B2 Klas/Genus
2
3
4
5
9
10
11
12
13
14
43 55 45 17 80 60 11 26 160 498
36 52 20 29 84 36 13 32 174 477
19 22 10 6 34 16 2 19 50 178
72 77 49 14 61 39 28 63 421 823
17 22 7 14 39 23 6 19 68 214
140 160 83 94 118 175 47 116 570 1502
64 141 80 64 254 117 60 94 186 1059
66 149 113 28 205 179 51 99 306 1196
28 40 25 24 47 14 16 32 97 322
55 61 34 15 84 28 21 33 184 517
22 32 20 7 42 23 5 23 34 208
18 28 11 13 69 27 8 25 66 265
27 41 43 14 114 78 25 47 118 505
20 42 11 7 46 17 4 35 76 258
2 18 10 23 2 7 43 90 195
8 29 8 17 4 25 36 25 153
8 28 6 8 9 14 39 99 211
5 9 2 5 4 10 10 18 65
4 7 2 1 3 7 8 9 43
27 47 17 26 7 47 102 71 344
11 27 2 11 15 5 23 123 218
30 65 10 40 18 90 108 247 607
2 19 1 16 9 4 11 32 95
4 70 2 6 2 49 25 45 203
1 16 0 8 2 1 14 41 82
1 3 0 17 10 3 21 54 109
2 6 2 5 2 6 15 70 108
2 19 0 7 2 7 26 66 129
23
28
13
55
13
99
68
105
26
38
13
22
23
15
33 749
32 691
22 424
43 985
14 282
143 2088
63 1407
160 2069
20 463
54 811
22 325
32 428
54 691
30 432
203
Crustaceae/Copepoda Acartia Larva Copepoda Larva Udang Microsetella Nauplius Copepoda Oithona Paracalanus Tartonus Telur Copepoda Tot Crust./Copepoda Protozoa Clamydodon Favella Globegerina Leprotimtimmus Parafavella Prorodon Rhabdonella Tintinnopsis Tot Protozoa Rotatoria Brachionus Chaetognatha Sagitta Total Zooplankton
6
Waktu Pengamatan 7 8
1
Stasiun B3 Klas/Genus
2
21 27 18 9 42 24 5 13 49 207
23 38 10 17 41 25 4 8 57 223
2 9 4 10 2 7 19 38 92
3
Waktu Pengamatan 7 8
4
5
6
9
10
11
12
13
9 11 3 2 20 8 2 10 21 88
10 10 11 5 18 16 6 7 31 116
9 19 7 9 38 14 6 14 38 153
90 117 63 53 143 125 36 107 250 983
45 71 56 42 126 71 29 77 70 586
6 16 4 13 2 17 13 25 95
1 3 1 0 1 3 3 4 17
4 6 2 6 2 8 7 14 50
5 15 4 3 4 10 17 13 71
18 46 9 27 9 27 54 161 352
11
13
3
9
13
17 327
15 345
4 111
5 180
10 247
14
4 9 7 3 11 5 4 7 43 95
31 51 39 41 81 43 24 35 295 640
42 66 41 15 102 19 34 68 129 515
18 23 16 9 32 25 4 18 39 183
8 17 6 10 23 17 4 11 27 124
23 15 23 9 47 31 15 27 83 273
8 14 5 4 21 3 1 11 29 97
6 9 1 4 8 3 11 64 107
2 8 0 4 3 5 5 24 52
2 23 3 18 7 2 27 64 146
8 99 8 23 11 57 69 49 325
5 17 2 13 3 17 30 28 115
1 3 1 6 3 2 14 13 43
2 5 2 4 2 5 14 39 73
1 8 0 2 1 3 8 22 46
80
43
8
47
57
11
11
13
6
107 1523
41 777
7 163
49 881
58 955
19 328
14 192
25 383
9 158
204
Crustaceae/Copepoda Acartia Larva Copepoda Larva Udang Microsetella Nauplius Copepoda Oithona Paracalanus Tartonus Telur Copepoda Tot Crust./Copepoda Protozoa Clamydodon Favella Globegerina Leprotimtimmus Parafavella Prorodon Rhabdonella Tintinnopsis Tot Protozoa Rotatoria Brachionus Chaetognatha Sagitta Total Zooplankton
1
Stasiun B4 Klas/Genus
Waktu Pengamatan 7 8
2
3
4
5
6
9
10
11
12
13
14
11 8 8 1 21 18 2 4 24 98
46 34 18 26 70 48 8 14 56 320
25 30 11 8 44 33 3 23 66 244
9 18 10 4 22 8 3 15 42 131
67 108 35 51 170 86 48 102 156 824
38 71 56 33 115 71 28 46 219 676
31 70 46 50 123 59 17 52 63 510
53 102 94 25 254 74 44 99 306 1051
22 31 18 14 40 23 10 20 73 250
74 93 65 23 167 56 42 65 222 805
28 33 20 11 30 35 7 21 76 263
10 15 7 7 14 11 4 16 27 111
35 41 35 14 51 39 15 35 160 425
25 38 13 9 43 18 7 30 99 281
0 2 0 4 0 1 3 8 19
6 13 5 8 1 10 8 17 69
3 8 3 2 3 6 14 14 53
3 10 1 3 2 3 5 43 71
28 64 16 29 28 77 103 65 409
20 41 11 30 4 29 81 104 321
19 33 4 17 23 6 55 223 380
18 56 2 36 22 31 46 169 380
2 17 2 8 4 4 13 18 68
0 27 0 4 0 23 8 21 83
4 33 2 24 2 11 36 36 150
2 4 0 8 5 4 13 19 55
3 14 3 3 3 3 14 72 115
2 25 2 7 2 2 41 33 115
6
13
8
11
60
49
52
63
18
60
18
9
22
13
6 129
11 413
8 314
14 227
57 1351
79 1125
53 996
120 1614
16 351
69 1018
17 447
14 190
40 601
27 435
205
Crustaceae/Copepoda Acartia Larva Copepoda Larva Udang Microsetella Nauplius Copepoda Oithona Paracalanus Tartonus Telur Copepoda Tot Crust./Copepoda Protozoa Clamydodon Favella Globegerina Leprotimtimmus Parafavella Prorodon Rhabdonella Tintinnopsis Tot Protozoa Rotatoria Brachionus Chaetognatha Sagitta Total Zooplankton
1
Stasiun C1 Klas/Genus
2
3
4
5
6
23 29 25 9 46 34 10 16 66 258
25 28 9 21 50 28 4 9 43 218
21 22 10 7 39 29 6 20 35 190
43 55 45 16 78 77 14 54 136 518
19 35 8 18 58 44 13 21 78 294
100 90 68 47 223 126 42 79 111 885
50 131 72 39 143 104 33 72 253 897
11 48 32 9 55 46 17 44 134 397
2 7 11 36 2 6 43 33 142
6 22 4 6 2 16 15 5 76
5 11 3 4 5 7 13 25 74
13 23 6 13 13 30 49 45 191
6 18 6 7 5 10 40 58 151
16 63 5 36 5 21 36 115 297
28 33 5 10 22 17 33 124 273
13
10
8
34
24
63
17 429
16 320
15 286
40 782
20 489
95 1340
9
10
11
12
13
14
98 148 66 53 150 47 46 90 431 1128
80 85 58 33 125 72 43 56 224 777
22 29 19 6 41 19 3 22 50 210
31 42 11 24 74 42 4 31 77 336
27 31 25 15 45 33 9 34 140 359
22 23 8 6 44 9 3 18 58 192
16 28 4 16 11 38 36 41 190
6 54 4 49 28 13 31 298 483
14 53 6 45 7 54 71 61 311
3 13 3 13 3 9 29 21 94
4 11 0 8 4 11 16 33 89
2 8 1 3 3 8 14 80 120
2 10 1 5 1 5 15 33 73
56
33
116
56
9
26
23
10
60 1286
42 661
74 1801
72 1217
22 335
34 485
39 541
22 297
206
Crustaceae/Copepoda Acartia Larva Copepoda Larva Udang Microsetella Nauplius Copepoda Oithona Paracalanus Tartonus Telur Copepoda Tot Crust./Copepoda Protozoa Clamydodon Favella Globegerina Leprotimtimmus Parafavella Prorodon Rhabdonella Tintinnopsis Tot Protozoa Rotatoria Brachionus Chaetognatha Sagitta Total Zooplankton
Waktu Pengamatan 7 8
1
Stasiun C2 Klas/Genus
2
3
4
5
6
9
10
11
12
13
14
31 44 32 8 38 43 7 15 111 329
23 28 7 13 46 36 6 8 48 216
38 38 17 13 58 29 4 21 115 331
79 79 51 17 122 27 36 58 172 642
28 49 22 19 106 39 19 32 114 427
27 52 34 32 83 46 20 33 58 386
83 167 121 76 364 190 76 145 167 1388
46 114 82 32 196 102 45 80 195 892
49 75 71 53 136 58 40 63 203 748
16 19 16 7 29 14 7 15 107 229
53 65 42 13 111 36 6 48 177 551
25 36 13 20 58 30 6 30 41 259
15 17 17 4 48 20 9 21 47 197
15 17 10 4 32 8 3 13 63 165
2 8 5 13 2 5 23 35 94
9 23 7 25 2 16 21 31 134
8 17 4 4 4 25 38 42 142
4 13 4 10 4 6 21 26 89
13 31 6 6 9 22 29 3 120
8 22 6 19 4 17 48 19 143
30 15 7 23 31 15 34 30 185
26 54 1 36 17 63 36 118 351
2 32 1 29 14 8 9 93 189
3 22 1 7 2 15 14 28 92
11 53 6 41 6 18 71 166 372
4 10 2 17 6 11 22 33 106
2 6 1 5 2 6 17 60 100
1 7 0 2 1 1 6 19 38
15
11
23
43
29
31
92
71
50
19
29
21
14
8
23 460
16 377
27 523
29 802
32 608
44 604
99 1764
94 1407
57 1044
24 364
76 1028
30 417
25 335
16 226
207
Crustaceae/Copepoda Acartia Larva Copepoda Larva Udang Microsetella Nauplius Copepoda Oithona Paracalanus Tartonus Telur Copepoda Tot Crust./Copepoda Protozoa Clamydodon Favella Globegerina Leprotimtimmus Parafavella Prorodon Rhabdonella Tintinnopsis Tot Protozoa Rotatoria Brachionus Chaetognatha Sagitta Total Zooplankton
Waktu Pengamatan 7 8
1
Stasiun C3 Klas/Genus
2
3
47 57 39 9 88 38 9 23 90 399
19 23 6 13 23 18 3 6 59 170
9 33 20 58 7 27 98 78 331
Waktu Pengamatan 7 8 9
4
5
6
10
11
12
9 13 3 3 21 9 3 13 21 95
15 20 10 4 21 15 6 10 44 145
93 124 30 42 145 136 50 86 240 946
19 21 13 11 32 8 11 18 78 211
23 39 29 21 52 33 17 31 82 327
18 78 46 23 111 72 27 74 256 705
3 13 2 9 1 7 10 11 57
6 9 3 3 6 9 13 22 72
2 7 0 2 1 5 9 14 41
6 22 5 6 5 13 29 32 119
5 16 3 10 2 5 23 33 98
18 7 0 4 17 4 8 63 121
23
7
6
10
65
15
34 788
9 244
6 179
7 203
47 1176
26 350
13
14
59 100 51 48 68 36 25 68 234 690
13 22 11 7 25 18 9 14 47 166
57 60 42 13 83 61 7 43 164 530
20 41 16 19 78 31 8 29 70 311
4 4 4 2 8 6 1 4 8 43
39 56 22 17 79 33 15 43 120 423
13 46 3 18 13 27 43 49 210
15 43 4 26 15 46 47 85 280
2 21 1 6 2 15 11 9 68
3 32 2 16 2 6 49 67 177
4 16 2 20 9 11 29 46 138
0 1 0 1 0 1 1 6 10
2 24 2 9 2 8 25 52 125
26
60
51
13
23
24
2
22
21 495
64 1040
58 1079
17 263
52 782
34 507
4 59
42 611
208
Crustaceae/Copepoda Acartia Larva Copepoda Larva Udang Microsetella Nauplius Copepoda Oithona Paracalanus Tartonus Telur Copepoda Tot Crust./Copepoda Protozoa Clamydodon Favella Globegerina Leprotimtimmus Parafavella Prorodon Rhabdonella Tintinnopsis Tot Protozoa Rotatoria Brachionus Chaetognatha Sagitta Total Zooplankton
1
Stasiun C4 Klas/Genus
2
3
4
5
10
55 101 75 14 118 104 10 31 269 777
16 20 5 16 43 20 2 3 43 167
13 20 5 5 23 17 2 15 59 158
111 120 55 31 120 107 47 116 242 949
71 75 33 31 107 73 18 61 174 644
6 9 7 5 16 13 4 7 22 90
21 63 55 46 81 118 27 70 167 647
28 123 82 29 135 113 45 91 218 864
66 83 46 32 118 57 33 60 116 611
51 61 46 24 60 45 28 53 224 593
10 35 10 27 8 31 65 92 279
5 18 5 10 2 9 8 23 81
4 8 2 2 4 5 9 31 67
13 49 6 27 13 32 66 57 263
26 66 24 5 23 48 98 39 328
3 6 1 3 2 5 7 13 41
32 35 7 11 27 38 74 84 309
11 40 4 28 15 17 61 157 333
3 47 2 30 14 6 20 65 186
29
7
6
71
52
6
55
68
42 1127
8 264
11 243
65 1347
42 1066
10 147
49 1060
95 1359
11
12
13
14
7 10 7 3 10 11 2 8 23 83
19 29 13 16 41 23 5 16 85 246
38 19 31 13 68 26 19 36 149 398
19 23 9 6 31 7 4 19 47 166
5 39 2 8 3 45 17 27 146
0 6 0 6 0 5 8 14 40
1 5 1 5 3 4 16 21 56
4 14 2 8 2 13 26 55 124
2 11 2 4 2 4 15 13 53
35
45
5
15
18
7
38 871
60 844
8 136
23 340
40 579
19 245
209
Crustaceae/Copepoda Acartia Larva Copepoda Larva Udang Microsetella Nauplius Copepoda Oithona Paracalanus Tartonus Telur Copepoda Tot Crust./Copepoda Protozoa Clamydodon Favella Globegerina Leprotimtimmus Parafavella Prorodon Rhabdonella Tintinnopsis Tot Protozoa Rotatoria Brachionus Chaetognatha Sagitta Total Zooplankton
6
Waktu Pengamatan 7 8 9
1
Stasiun D1 Klas/Genus
2
3
4
5
6
10
125 113 92 21 179 150 8 38 158 883
15 22 7 16 38 22 7 7 123 256
56 74 22 17 90 39 17 44 145 502
13 30 23 7 53 26 10 26 46 234
18 21 9 9 42 18 9 18 67 210
44 68 31 28 92 59 28 49 89 488
54 204 149 136 113 181 60 160 314 1372
55 102 80 28 159 115 27 116 207 890
73 123 105 61 210 91 67 96 513 1339
24 40 22 10 41 25 16 34 94 305
17 46 13 29 13 54 79 138 388
7 7 0 7 0 7 0 26 55
11 24 7 17 9 19 34 82 204
4 14 3 8 4 9 24 14 80
3 13 2 3 3 8 13 14 58
13 30 8 23 4 16 39 19 151
45 92 8 21 33 66 67 125 456
11 64 5 20 18 20 58 146 342
7 59 2 38 16 20 25 107 274
38
19
24
20
17
33
102
64
66 1374
15 345
33 764
16 350
15 300
50 722
96 2026
77 1372
11
12
13
14
122 133 114 23 161 91 24 98 244 1009
10 15 6 6 20 9 2 9 42 120
26 17 24 10 40 24 13 32 52 238
13 22 8 6 38 9 3 18 49 166
7 29 5 13 5 35 52 6 153
4 41 1 24 2 13 38 30 152
1 5 1 5 3 3 15 22 55
2 6 1 4 2 8 9 50 83
1 7 0 1 1 2 7 19 39
85
26
40
9
11
8
86 1784
40 524
84 1285
15 199
26 358
17 229
210
Crustaceae/Copepoda Acartia Larva Copepoda Larva Udang Microsetella Nauplius Copepoda Oithona Paracalanus Tartonus Telur Copepoda Tot Crust./Copepoda Protozoa Clamydodon Favella Globegerina Leprotimtimmus Parafavella Prorodon Rhabdonella Tintinnopsis Tot Protozoa Rotatoria Brachionus Chaetognatha Sagitta Total Zooplankton
Waktu Pengamatan 7 8 9
1
Stasiun D2 Klas/Genus
2
3
4
5
6
10 19 9 4 26 15 3 6 44 136
19 25 11 14 41 20 2 9 49 190
65 92 34 18 135 95 18 69 176 701
24 30 22 8 48 29 10 24 66 261
59 69 38 42 159 70 26 72 211 746
10 17 11 8 21 17 4 15 40 143
9 29 20 18 30 33 9 23 71 243
55 79 60 19 161 78 22 69 226 770
82 140 85 74 161 101 57 102 323 1126
1 4 3 6 1 1 14 17 47
5 16 3 4 2 11 13 27 81
19 42 8 19 15 39 47 141 328
8 10 6 11 6 14 24 50 130
22 38 15 6 21 43 60 35 240
0 1 0 0 0 1 3 4 9
4 5 1 3 4 1 9 24 52
20 40 4 17 15 49 61 117 322
7
13
38
18
51
7
15
10 201
15 298
50 1117
13 422
46 1082
10 170
18 327
10
11
12
13
14
33 98 55 28 220 50 44 77 444 1049
17 33 21 7 32 29 6 18 61 225
16 20 8 11 19 14 1 14 39 141
14 15 19 6 26 21 9 22 56 188
35 61 24 22 134 69 13 47 93 498
3 41 3 42 20 10 30 81 230
5 126 5 22 5 82 55 111 413
1 9 1 8 1 3 16 17 56
1 5 1 7 5 6 17 21 64
3 8 1 4 2 9 11 46 85
7 88 2 20 5 24 97 94 336
60
73
82
10
11
9
28
91 1243
79 1508
125 1669
21 313
16 231
20 302
67 929
211
Crustaceae/Copepoda Acartia Larva Copepoda Larva Udang Microsetella Nauplius Copepoda Oithona Paracalanus Tartonus Telur Copepoda Tot Crust./Copepoda Protozoa Clamydodon Favella Globegerina Leprotimtimmus Parafavella Prorodon Rhabdonella Tintinnopsis Tot Protozoa Rotatoria Brachionus Chaetognatha Sagitta Total Zooplankton
Waktu Pengamatan 7 8 9
1
Stasiun D3 Klas/Genus
2
4
5
6
10
11
12
13
14
28 49 31 13 97 60 9 28 40 355
16 19 7 7 23 11 3 5 52 144
142 150 50 33 257 142 17 108 233 1132
14 31 14 5 30 28 6 27 83 239
118 168 48 70 242 160 42 130 224 1201
23 35 31 19 73 36 11 31 63 323
68 110 61 46 113 104 55 100 253 910
41 125 93 40 227 135 44 105 249 1058
135 198 109 102 265 75 53 102 426 1466
38 58 41 11 72 29 15 41 175 479
41 67 31 14 71 70 8 48 99 448
67 75 25 42 92 75 16 50 125 566
120 97 84 41 211 121 48 89 179 990
17 18 3 2 24 6 1 13 46 129
9 22 16 41 9 22 75 77 271
2 7 3 4 1 7 11 17 53
25 58 17 8 17 58 75 67 325
3 6 0 3 3 3 6 8 33
8 23 4 10 8 28 19 15 116
6 15 6 10 2 5 23 26 94
31 10 1 7 27 10 11 74 173
25 64 3 33 22 48 64 144 402
20 129 6 69 34 57 79 313 707
13 49 3 11 6 81 40 49 252
5 28 3 20 5 13 34 92 200
8 50 8 42 17 8 92 133 358
13 36 4 32 8 32 36 432 595
1 10 1 2 1 3 30 5 54
28
7
50
14
74
24
65
77
124
46
25
50
65
3
36 691
9 214
69 1576
11 297
68 1458
33 474
48 1196
125 1663
119 2416
58 835
51 724
67 1041
117 1766
14 200
212
Crustaceae/Copepoda Acartia Larva Copepoda Larva Udang Microsetella Nauplius Copepoda Oithona Paracalanus Tartonus Telur Copepoda Tot Crust./Copepoda Protozoa Clamydodon Favella Globegerina Leprotimtimmus Parafavella Prorodon Rhabdonella Tintinnopsis Tot Protozoa Rotatoria Brachionus Chaetognatha Sagitta Total Zooplankton
3
Waktu Pengamatan 7 8 9
1
Stasiun D4 Klas/Genus
2
3
4
5
10
11
12
13
18 25 18 4 46 25 3 6 20 165
29 46 10 23 77 41 7 17 76 326
16 25 8 8 34 22 3 14 64 194
31 40 36 11 98 58 11 23 114 423
68 98 25 31 98 86 31 85 289 811
6 8 6 5 20 9 4 6 16 81
9 32 30 21 43 41 18 27 59 280
64 135 79 33 229 106 57 89 415 1207
0 2 1 6 0 3 7 9 29
10 44 10 31 7 19 50 89 260
3 8 2 3 3 4 10 48 82
6 17 5 8 6 14 28 43 127
13 38 6 25 13 44 51 19 207
2 4 1 3 1 5 6 9 32
10 9 2 7 8 13 18 29 97
8
21
13
31
56
7
9 211
36 644
16 304
30 611
55 1130
9 130
14
9 20 11 10 25 5 5 13 65 164
13 14 8 3 23 8 6 9 24 108
58 59 57 19 65 78 7 63 171 577
20 28 11 13 32 22 4 19 50 199
21 13 17 7 25 35 10 14 69 210
7 10 5 3 18 4 1 8 34 92
21 68 8 51 15 56 88 98 404
2 8 0 3 1 4 7 13 39
1 9 0 3 0 5 6 14 39
9 38 3 19 8 30 60 150 318
4 13 2 23 10 13 41 38 143
4 10 2 5 1 11 20 19 73
1 9 1 2 1 4 15 9 43
19
99
11
8
35
18
11
5
17 413
123 1833
9 223
13 168
72 1002
25 384
23 318
11 151
213
Crustaceae/Copepoda Acartia Larva Copepoda Larva Udang Microsetella Nauplius Copepoda Oithona Paracalanus Tartonus Telur Copepoda Tot Crust./Copepoda Protozoa Clamydodon Favella Globegerina Leprotimtimmus Parafavella Prorodon Rhabdonella Tintinnopsis Tot Protozoa Rotatoria Brachionus Chaetognatha Sagitta Total Zooplankton
6
Waktu Pengamatan 7 8 9
1
214 Lampiran 35 Hasil Analisis Ragam (ANOVA) Setiap Kelas dan Total Kelimpahan Fitoplankton antar Waktu Menurut Kelompok Stasiun Selama Penelitian A. Diatom Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Log Kelimpahan Diatom (sel/liter) Source Corrected Model Intercept Stasiun Waktu Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 28.549a 9213.260 8.720 19.829 33.653 9275.461 62.202
df 28 1 15 13 643 672 671
Mean Square F 1.020 19.481 9213.260 176036.601 .581 11.107 1.525 29.144 .052
Sig. .000 .000 .000 .000
a. R Squared = .459 (Adjusted R Squared = .435)
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Diatom (sel/liter) a,b
Tukey HSD Stasiun C4 C1 C3 B1 D2 D4 D3 D1 A1 C2 A3 B3 A2 B4 A4 B2 Sig.
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
1 3.5462 3.5655 3.5682 3.6140 3.6223 3.6373 3.6432 3.6592 3.7012 3.7087
.087
2 3.5655 3.5682 3.6140 3.6223 3.6373 3.6432 3.6592 3.7012 3.7087 3.7198
.136
3
3.6140 3.6223 3.6373 3.6432 3.6592 3.7012 3.7087 3.7198 3.7805
.069
Subset 4
3.6592 3.7012 3.7087 3.7198 3.7805 3.8221
.085
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .052. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 42.000. b. Alpha = .05.
5
3.7012 3.7087 3.7198 3.7805 3.8221 3.8625
.093
6
3.7087 3.7198 3.7805 3.8221 3.8625 3.8747 .071
7
3.7805 3.8221 3.8625 3.8747 3.9182 .297
215 Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Diatom (sel/liter) a,b
Tukey HSD
Waktu Pengamatan Februari1 Februari 2 Oktober 1 Januari 2 September 1 Januari 1 Desember 2 September 2 Desember 1 Nopember 1 Nopember 3 Oktober 2 Desember 3 Nopember 2 Sig.
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
1 3.4198 3.4564 3.5219 3.5672
.093
2
3
3.4564 3.5219 3.5672 3.6077
.073
3.5219 3.5672 3.6077 3.6338
4
3.5672 3.6077 3.6338 3.7091 3.7170
.485
.080
Subset 5
3.6077 3.6338 3.7091 3.7170 3.7467
.150
6
3.7091 3.7170 3.7467 3.7947 3.8200
.499
7
3.7947 3.8200 3.9075
.471
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .052. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 48.000. b. Alpha = .05.
B. Dinoflagellata Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Log Kelimpahan Dinoflagellata (sel/liter) Source Corrected Model Intercept Stasiun Waktu Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 22.691a 4378.522 7.197 15.600 48.273 4454.209 70.964
df 28 1 15 13 641 670 669
Mean Square F .810 10.761 4378.522 58141.114 .480 6.371 1.200 15.934 .075
a. R Squared = .320 (Adjusted R Squared = .290)
Sig. .000 .000 .000 .000
8
3.8200 3.9075 3.9564 .172
9
3.9075 3.9564 3.9800 .957
216 Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Dinoflagellata (sel/liter) Tukey HSD
a,b,c
Subset Stasiun C3 C1 C4 B1 D2 D1 D3 A3 D4 A1 C2 A4 B3 A2 B4 B2 Sig.
N 41 42 42 42 42 42 42 41 42 42 42 42 42 42 42 42
1 2.3873 2.4133 2.4460 2.4496 2.4793 2.5118 2.5325 2.5492 2.5763
.116
2
3
2.4133 2.4460 2.4496 2.4793 2.5118 2.5325 2.5492 2.5763 2.5942 2.5942
.165
4
2.4460 2.4496 2.4793 2.5118 2.5325 2.5492 2.5763 2.5942 2.5942 2.6331 2.6362
.110
2.4496 2.4793 2.5118 2.5325 2.5492 2.5763 2.5942 2.5942 2.6331 2.6362 2.6553
.052
5
2.5118 2.5325 2.5492 2.5763 2.5942 2.5942 2.6331 2.6362 2.6553 2.6975 .134
6
2.5763 2.5942 2.5942 2.6331 2.6362 2.6553 2.6975 2.7641 .123
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .075. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 41.872. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Dinoflagellata (sel/liter) Tukey HSD
a,b,c
Waktu Pengamatan Februari1 Februari 2 Oktober 1 Januari 2 September 1 Januari 1 Desember 1 Desember 2 September 2 Nopember 3 Nopember 1 Oktober 2 Desember 3 Nopember 2 Sig.
N 46 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
1 2.2753 2.3094 2.4153 2.4622
.056
2
2.4153 2.4622 2.5061 2.5134 2.5711 2.5825 2.5966 2.5977
.071
Subset 3
2.5061 2.5134 2.5711 2.5825 2.5966 2.5977 2.6870
.076
4
2.5711 2.5825 2.5966 2.5977 2.6870 2.7103 2.7442 .113
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .075. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 47.851. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
5
2.6870 2.7103 2.7442 2.8260 .425
217 C. Cyanophyceae Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Log Kelimpahan Cyanophyceae (sel/liter) Source Corrected Model Intercept Stasiun Waktu Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 23.897a 4300.461 7.915 15.965 75.549 4400.842 99.446
df 28 1 15 13 642 671 670
Mean Square F .853 7.253 4300.461 36544.432 .528 4.484 1.228 10.436 .118
a. R Squared = .240 (Adjusted R Squared = .207)
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Cyanophyceae (sel/liter) a,b,c
Tukey HSD Stasiun A1 C4 C2 C3 B1 C1 D3 D4 D1 D2 A3 B3 B4 A2 A4 B2 Sig.
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 41 42 42 42 42 42
1 2.3716 2.4301 2.4453 2.4538 2.4649 2.4720 2.4721 2.4766 2.4858 2.4918 2.5825 2.5860
.238
Subset 2 2.4301 2.4453 2.4538 2.4649 2.4720 2.4721 2.4766 2.4858 2.4918 2.5825 2.5860 2.6630 2.6673 2.6700 .101
3
2.5825 2.5860 2.6630 2.6673 2.6700 2.7784 .390
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .118. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 41.936. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
Sig. .000 .000 .000 .000
218 Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Cyanophyceae (sel/liter) a,b,c
Tukey HSD
Subset Waktu Pengamatan Februari 2 Februari1 Oktober 1 Januari 2 Januari 1 September 1 Desember 1 Desember 2 September 2 Nopember 1 Desember 3 Nopember 3 Oktober 2 Nopember 2 Sig.
N 48 47 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
1 2.2224 2.3546 2.3547 2.4263 2.4452
2
3
2.3546 2.3547 2.4263 2.4452 2.4935 2.5401 2.5402 2.5857
.087
2.4263 2.4452 2.4935 2.5401 2.5402 2.5857 2.6308
.062
.173
4
2.4452 2.4935 2.5401 2.5402 2.5857 2.6308 2.6664 2.6696
5
6
2.4935 2.5401 2.5402 2.5857 2.6308 2.6664 2.6696 2.7119
.082
.104
2.5857 2.6308 2.6664 2.6696 2.7119 2.8014 .115
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .118. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 47.927. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
D. Chlorophyceae Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Log Kelimpahan Chlorophyceae (sel/liter) Source Corrected Model Intercept Stasiun Waktu Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 29.332a 2970.098 12.126 17.276 56.505 3053.162 85.837
df 28 1 15 13 635 664 663
Mean Square F 1.048 11.772 2970.098 33377.891 .808 9.085 1.329 14.934 .089
a. R Squared = .342 (Adjusted R Squared = .313)
Sig. .000 .000 .000 .000
219 Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Chlorophyceae (sel/liter) a,b,c
Tukey HSD Stasiun C1 C4 C3 B1 D2 D1 D3 C2 D4 A3 B3 A2 A4 B4 B2 A1 Sig.
N
1 1.9133 1.9527 1.9606 2.0049 2.0383 2.0692 2.0750 2.0784 2.1044 2.1075
42 42 42 42 42 42 42 42 41 41 42 42 42 42 42 36
.188
2
Subset 4
3
1.9527 1.9606 2.0049 2.0383 2.0692 2.0750 2.0784 2.1044 2.1075 2.1392
.245
1.9606 2.0049 2.0383 2.0692 2.0750 2.0784 2.1044 2.1075 2.1392 2.1810
.063
5
2.0049 2.0383 2.0692 2.0750 2.0784 2.1044 2.1075 2.1392 2.1810 2.2073
6
2.0383 2.0692 2.0750 2.0784 2.1044 2.1075 2.1392 2.1810 2.2073 2.2595
.137
2.1392 2.1810 2.2073 2.2595 2.3490
.061
.102
7
2.2073 2.2595 2.3490 2.4278 .063
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .089. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 41.442. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Chlorophyceae (sel/liter) Tukey HSD
a,b,c
Subset Waktu Pengamatan Februari 2 Februari1 Oktober 1 Januari 2 September 1 Januari 1 Desember 1 Desember 2 September 2 Nopember 3 Nopember 1 Oktober 2 Nopember 2 Desember 3 Sig.
N 48 47 48 47 47 48 47 47 46 48 47 48 48 48
1 1.8473 1.8524 1.9259 1.9480 2.0530
.051
2
1.9259 1.9480 2.0530 2.0595
.643
3
2.0530 2.0595 2.1603 2.1799 2.1856 2.2284 2.2498 2.2541
.065
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .089. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 47.420. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
4
2.1603 2.1799 2.1856 2.2284 2.2498 2.2541 2.3073 2.3419 .154
220 E. Total Fioplankton Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Log Kelimpahan Total Fitoplankton (sel/liter) Source Corrected Model Intercept Stasiun Waktu Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 27.671a 9592.705 8.417 19.254 31.981 9652.358 59.652
df 28 1 15 13 643 672 671
Mean Square F .988 19.869 9592.705 192866.358 .561 11.282 1.481 29.777 .050
a. R Squared = .464 (Adjusted R Squared = .441)
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Total Fitoplankton (sel/liter) a,b
Tukey HSD Stasiun C4 C1 C3 B1 D2 D3 D4 D1 A1 C2 A3 B3 A2 B4 A4 B2 Sig.
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
1 3.6264 3.6437 3.6444 3.6909 3.7006 3.7191 3.7206 3.7318 3.7777 3.7792 3.7930
.053
2
3.6909 3.7006 3.7191 3.7206 3.7318 3.7777 3.7792 3.7930 3.8547
.063
Subset 3
3.7318 3.7777 3.7792 3.7930 3.8547 3.8957
.062
4
3.7777 3.7792 3.7930 3.8547 3.8957 3.9345 3.9443 .053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .050. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 42.000. b. Alpha = .05.
5
3.8547 3.8957 3.9345 3.9443 3.9947 .229
Sig. .000 .000 .000 .000
221 Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Total Fitoplankton (sel/liter) a,b
Tukey HSD
Waktu Pengamatan Februari1 Februari 2 Oktober 1 Januari 2 September 1 Januari 1 Desember 2 September 2 Desember 1 Nopember 1 Nopember 3 Oktober 2 Desember 3 Nopember 2 Sig.
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
1 3.4985 3.5293 3.5984 3.6457
.075
2
3.5984 3.6457 3.6900 3.7128
.401
3
3.6457 3.6900 3.7128 3.7886 3.7965
.059
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .050. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 48.000. b. Alpha = .05.
Subset 4
3.6900 3.7128 3.7886 3.7965 3.8177
.224
5
3.7886 3.7965 3.8177 3.8727 3.8914
.587
6
3.8727 3.8914 3.9764 4.0232 .060
7
3.9764 4.0232 4.0538 .916
222 Lampiran 36 Hasil Analisis Ragam (ANOVA) Setiap Kelas dan Total Kelimpahan Fitoplankton antar Musim Menurut Kelompok Stasiun
A. Diatom Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Log Kelimpahan Diatom (sel/liter) Source Corrected Model Intercept Stasiun Musim Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 20.219a 8779.151 8.720 11.499 41.983 9275.461 62.202
df 17 1 15 2 654 672 671
Mean Square F 1.189 18.527 8779.151 136759.434 .581 9.056 5.749 89.564 .064
a. R Squared = .325 (Adjusted R Squared = .308)
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Diatom (sel/liter) Tukey HSD Stasiun C4 C1 C3 B1 D2 D4 D3 D1 A1 C2 A3 B3 A2 B4 A4 B2 Sig.
a,b
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
1 3.5462 3.5655 3.5682 3.6140 3.6223 3.6373 3.6432 3.6592 3.7012 3.7087 3.7198
.119
2
3.6140 3.6223 3.6373 3.6432 3.6592 3.7012 3.7087 3.7198 3.7805
.167
Subset 3
3.6373 3.6432 3.6592 3.7012 3.7087 3.7198 3.7805 3.8221
.068
4
3.7012 3.7087 3.7198 3.7805 3.8221 3.8625 3.8747 .120
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .064. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 42.000. b. Alpha = .05.
5
3.7805 3.8221 3.8625 3.8747 3.9182 .480
Sig. .000 .000 .000 .000
223 Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Diatom (sel/liter) a,b,c
Tukey HSD
Musim Setelah Puncak Musim Sebelum Puncak Musim Puncak Musim Sig.
N 192 192 288
1 3.5193
Subset 2
3
3.6885 1.000
1.000
3.8345 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .064. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 216.000. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
B. Dinoflagellata Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Log Kelimpahan Dinoflagellata (sel/liter) Source Corrected Model Intercept Stasiun Musim Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 15.925a 4158.847 7.152 8.833 55.039 4454.209 70.964
df 17 1 15 2 652 670 669
Mean Square F .937 11.097 4158.847 49266.100 .477 5.649 4.417 52.319 .084
a. R Squared = .224 (Adjusted R Squared = .204)
Sig. .000 .000 .000 .000
224 Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Dinoflagellata (sel/liter) a,b,c
Tukey HSD
Subset Stasiun C3 C1 C4 B1 D2 D1 D3 A3 D4 A1 C2 A4 B3 A2 B4 B2 Sig.
N 41 42 42 42 42 42 42 41 42 42 42 42 42 42 42 42
1 2.3873 2.4133 2.4460 2.4496 2.4793 2.5118 2.5325 2.5492 2.5763 2.5942 2.5942
.086
2
2.4460 2.4496 2.4793 2.5118 2.5325 2.5492 2.5763 2.5942 2.5942 2.6331 2.6362 2.6553
.077
3
4
2.4793 2.5118 2.5325 2.5492 2.5763 2.5942 2.5942 2.6331 2.6362 2.6553 2.6975 .050
2.5492 2.5763 2.5942 2.5942 2.6331 2.6362 2.6553 2.6975 2.7641 .059
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .084. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 41.872. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Dinoflagellata (sel/liter) Tukey HSD
a,b,c
Musim Setelah Puncak Musim Sebelum Puncak Musim Puncak Musim Sig.
N 190 192 288
1 2.3913
Subset 2
3
2.5571 1.000
1.000
2.6681 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .084. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 215.151. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
225 C. Cyanophyceae Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Log Kelimpahan Cyanophyceae (sel/liter) Source Corrected Model Intercept Stasiun Musim Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 16.875a 4085.378 7.915 8.943 82.571 4400.842 99.446
df 17 1 15 2 653 671 670
Mean Square F .993 7.850 4085.378 32308.420 .528 4.173 4.471 35.362 .126
a. R Squared = .170 (Adjusted R Squared = .148)
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Cyanophyceae (sel/liter) a,b,c
Tukey HSD Stasiun A1 C4 C2 C3 B1 C1 D3 D4 D1 D2 A3 B3 B4 A2 A4 B2 Sig.
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 41 42 42 42 42 42
1 2.3716 2.4301 2.4453 2.4538 2.4649 2.4720 2.4721 2.4766 2.4858 2.4918 2.5825 2.5860
.295
Subset 2 2.4301 2.4453 2.4538 2.4649 2.4720 2.4721 2.4766 2.4858 2.4918 2.5825 2.5860 2.6630 2.6673 2.6700 .137
3
2.5825 2.5860 2.6630 2.6673 2.6700 2.7784 .456
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .126. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 41.936. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
Sig. .000 .000 .000 .000
226 Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Cyanophyceae (sel/liter) a,b,c
Tukey HSD
Musim Setelah Puncak Musim Sebelum Puncak Musim Puncak Musim Sig.
N 191 192 288
1 2.3622
Subset 2
3
2.5364 1.000
1.000
2.6414 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .126. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 215.577. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
D. Chlorophyceae Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Log Kelimpahan Chlorophyceae (sel/liter) Source Corrected Model Intercept Stasiun Musim Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 23.734a 2804.800 12.178 11.678 62.103 3053.162 85.837
df 17 1 15 2 646 664 663
Mean Square F 1.396 14.522 2804.800 29175.878 .812 8.445 5.839 60.738 .096
a. R Squared = .277 (Adjusted R Squared = .257)
Sig. .000 .000 .000 .000
227 Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Chlorophyceae (sel/liter) a,b,c
Tukey HSD
Subset Stasiun C1 C4 C3 B1 D2 D1 D3 C2 D4 A3 B3 A2 A4 B4 B2 A1 Sig.
N 42 42 42 42 42 42 42 42 41 41 42 42 42 42 42 36
1 1.9133 1.9527 1.9606 2.0049 2.0383 2.0692 2.0750 2.0784 2.1044 2.1075 2.1392
.073
2
3
1.9527 1.9606 2.0049 2.0383 2.0692 2.0750 2.0784 2.1044 2.1075 2.1392 2.1810
.065
4
2.0049 2.0383 2.0692 2.0750 2.0784 2.1044 2.1075 2.1392 2.1810 2.2073
.184
5
2.0383 2.0692 2.0750 2.0784 2.1044 2.1075 2.1392 2.1810 2.2073 2.2595
2.1392 2.1810 2.2073 2.2595 2.3490
.089
.141
6
2.2073 2.2595 2.3490 2.4278 .092
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .096. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 41.442. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Chlorophyceae (sel/liter) a,b,c
Tukey HSD
Musim Setelah Puncak Musim Sebelum Puncak Musim Puncak Musim Sig.
N 190 189 285
1 1.9271
Subset 2
3
2.1041 1.000
1.000
2.2451 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .096. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 213.327. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
228 E. Total Fioplankton Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Log Kelimpahan Total Fitoplankton (sel/liter) Source Corrected Model Intercept Stasiun Musim Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 19.627a 9144.581 8.417 11.210 40.025 9652.358 59.652
df 17 1 15 2 654 672 671
Mean Square F 1.155 18.865 9144.581 149419.706 .561 9.169 5.605 91.582 .061
a. R Squared = .329 (Adjusted R Squared = .312)
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Total Fitoplankton (sel/liter) a,b
Tukey HSD Stasiun C4 C1 C3 B1 D2 D3 D4 D1 A1 C2 A3 B3 A2 B4 A4 B2 Sig.
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
1 3.6264 3.6437 3.6444 3.6909 3.7006 3.7191 3.7206 3.7318 3.7777 3.7792 3.7930
.139
2
3.6909 3.7006 3.7191 3.7206 3.7318 3.7777 3.7792 3.7930 3.8547
.158
Subset 3
3.7191 3.7206 3.7318 3.7777 3.7792 3.7930 3.8547 3.8957
.083
4
3.7777 3.7792 3.7930 3.8547 3.8957 3.9345 3.9443 .138
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .061. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 42.000. b. Alpha = .05.
5
3.8547 3.8957 3.9345 3.9443 3.9947 .404
Sig. .000 .000 .000 .000
229 Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Total Fitoplankton (sel/liter) a,b,c
Tukey HSD
Musim Setelah Puncak Musim Sebelum Puncak Musim Puncak Musim Sig.
N 192 192 288
1 3.5966
Subset 2
3
3.7653 1.000
1.000
3.9079 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .061. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 216.000. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
230 Lampiran 37 Hasil Analisis Ragam (ANOVA) Setiap Kelas dan Total Kelimpahan Zooplankton antar Waktu Menurut Kelompok Stasiun A. Crustaceae Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Log Kelimpahan Crustaceae (individu/liter) Source Corrected Model Intercept Stasiun Waktu Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 27.403a 4090.656 11.264 16.139 67.754 4185.813 95.157
df 28 1 15 13 643 672 671
Mean Square F .979 9.288 4090.656 38821.421 .751 7.127 1.241 11.782 .105
a. R Squared = .288 (Adjusted R Squared = .257)
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Crustaceae (individu/liter) Tukey HSD
a,b
Subset Stasiun A1 B1 A2 B3 A3 D4 C3 B4 A4 C4 D2 C2 C1 D1 B2 D3 Sig.
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
1 2.2434 2.3050 2.3269 2.3326 2.3528 2.3831 2.4225
.452
2
3
2.3050 2.3269 2.3326 2.3528 2.3831 2.4225 2.4889 2.5033 2.5152 2.5182
.168
4
2.3269 2.3326 2.3528 2.3831 2.4225 2.4889 2.5033 2.5152 2.5182 2.5639 2.5662
.060
5
2.3831 2.4225 2.4889 2.5033 2.5152 2.5182 2.5639 2.5662 2.6162
.079
6
2.4225 2.4889 2.5033 2.5152 2.5182 2.5639 2.5662 2.6162 2.6336 .180
2.4889 2.5033 2.5152 2.5182 2.5639 2.5662 2.6162 2.6336 2.7041 .156
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .105. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 42.000. b. Alpha = .05.
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Crustaceae (individu/liter) Tukey HSD
a,b
Waktu Pengamatan Februari 2 September 2 Januari 2 Oktober 1 September 1 Februari1 Oktober 2 Januari 1 Desember 3 Nopember 2 Nopember 1 Nopember 3 Desember 2 Desember 1 Sig.
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
1 2.2156 2.3209 2.3287 2.3716 2.3931 2.4082 2.4283 2.4322 2.4336
.063
2 2.3209 2.3287 2.3716 2.3931 2.4082 2.4283 2.4322 2.4336 2.4405
.873
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .105. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 48.000. b. Alpha = .05.
Subset 3
2.4283 2.4322 2.4336 2.4405 2.6416
.078
4
2.4405 2.6416 2.6591
.062
5
2.6416 2.6591 2.7270 2.7410 .967
Sig. .000 .000 .000 .000
231 B. Protozoa Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Log Kelimpahan Protozoa (individu/liter) Source Corrected Model Intercept Stasiun Waktu Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 23.791a 2578.434 12.185 11.440 114.924 2716.445 138.715
df 28 1 15 13 634 663 662
Mean Square F .850 4.687 2578.434 14224.434 .812 4.481 .880 4.855 .181
Sig. .000 .000 .000 .000
a. R Squared = .172 (Adjusted R Squared = .135)
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Protozoa (individu/liter) a,b,c
Tukey HSD Stasiun A1 A3 B1 B3 A2 D4 C3 A4 B4 D1 D2 C2 C4 B2 C1 D3 Sig.
N
1 1.7710 1.7808 1.8225 1.8234 1.8360 1.8987 1.9522 1.9600 1.9954 2.0321 2.0586 2.0705 2.0790
42 42 40 42 42 42 42 41 42 42 40 42 40 42 42 40
Subset 2
3
1.8225 1.8234 1.8360 1.8987 1.9522 1.9600 1.9954 2.0321 2.0586 2.0705 2.0790 2.1031 2.1247
.078
1.9522 1.9600 1.9954 2.0321 2.0586 2.0705 2.0790 2.1031 2.1247 2.2562 .088
.093
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .181. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 41.419. b. c.
The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. Alpha = .05.
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Protozoa (individu/liter) Tukey HSD
a,b,c
Subset Waktu Pengamatan Februari 2 Oktober 2 September 2 Februari1 September 1 Januari 2 Oktober 1 Nopember 2 Desember 3 Nopember 1 Januari 1 Nopember 3 Desember 2 Desember 1 Sig.
N 47 46 48 47 48 48 48 47 48 47 47 47 48 47
1 1.7681 1.8478 1.8633 1.8894 1.8943 1.9004 1.9501 1.9578 1.9647 1.9884 2.0107
.241
2 1.8478 1.8633 1.8894 1.8943 1.9004 1.9501 1.9578 1.9647 1.9884 2.0107 2.1019
.179
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .181. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 47.349. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
3
1.9501 1.9578 1.9647 1.9884 2.0107 2.1019 2.1962 .221
4
1.9884 2.0107 2.1019 2.1962 2.2708 .076
232 C. Rotatoria Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Log Kelimpahan Rotatoria (individu/liter) Source Corrected Model Intercept Stasiun Waktu Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 25.190a 1003.736 10.273 14.942 61.195 1152.885 86.384
df 28 1 15 13 554 583 582
Mean Square F .900 8.144 1003.736 9086.916 .685 6.200 1.149 10.405 .110
Sig. .000 .000 .000 .000
a. R Squared = .292 (Adjusted R Squared = .256)
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Rotatoria (individu/liter) Tukey HSD
a,b,c
Subset Stasiun A1 B1 B3 A2 A3 D4 D2 C3 B4 C4 A4 C2 C1 D1 B2 D3 Sig.
N 34 36 38 36 36 37 39 36 37 36 36 37 37 36 36 36
1 1.1262 1.1867 1.2211 1.2242 1.2282 1.2691 1.3228 1.3301 1.3526
2
3
1.1867 1.2211 1.2242 1.2282 1.2691 1.3228 1.3301 1.3526 1.3993 1.4053 1.4542
.215
4
1.2211 1.2242 1.2282 1.2691 1.3228 1.3301 1.3526 1.3993 1.4053 1.4542 1.4700
.051
.103
5
1.2282 1.2691 1.3228 1.3301 1.3526 1.3993 1.4053 1.4542 1.4700 1.4960
.051
6
1.3228 1.3301 1.3526 1.3993 1.4053 1.4542 1.4700 1.4960 1.5460 .237
1.3526 1.3993 1.4053 1.4542 1.4700 1.4960 1.5460 1.6020 .102
4
5
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .110. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 36.407. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Rotatoria (individu/liter) Tukey HSD
a,b,c
Waktu Pengamatan Februari 2 September 1 September 2 Oktober 1 Januari 2 Oktober 2 Februari1 Januari 1 Nopember 2 Desember 3 Nopember 1 Nopember 3 Desember 2 Desember 1 Sig.
N 32 36 33 34 48 48 33 33 47 47 48 48 48 48
1 1.0750 1.1693 1.2110 1.2146 1.2419 1.2748 1.2979 1.3020 1.3216
.056
Subset 3
2 1.1693 1.2110 1.2146 1.2419 1.2748 1.2979 1.3020 1.3216 1.3438
.512
1.2419 1.2748 1.2979 1.3020 1.3216 1.3438 1.4808
.076
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .110. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 40.357. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
1.2748 1.2979 1.3020 1.3216 1.3438 1.4808 1.5063
.100
1.4808 1.5063 1.6002 1.6396 .669
233 D. Chaetognatha Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Log Kelimpahan Chaetognatha (individu/liter) Source Corrected Model Intercept Stasiun Waktu Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 21.100a 1180.403 9.950 11.172 63.465 1306.188 84.565
df 28 1 15 13 534 563 562
Mean Square F .754 6.341 1180.403 9932.069 .663 5.581 .859 7.231 .119
Sig. .000 .000 .000 .000
a. R Squared = .250 (Adjusted R Squared = .210)
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Chaetognatha (individu/liter) Tukey HSD Stasiun A1 B3 A3 B1 A2 D4 C3 B4 A4 C4 D2 C2 C1 D1 B2 D3 Sig.
a,b,c
N
1 1.2520 1.2734 1.3247 1.3436 1.3837 1.4158 1.4220 1.4878 1.4901 1.4966 1.5270
34 37 35 35 35 35 35 35 35 35 35 36 35 35 35 36
Subset 3
2
1.3247 1.3436 1.3837 1.4158 1.4220 1.4878 1.4901 1.4966 1.5270 1.5698 1.5880
.067
4
1.3436 1.3837 1.4158 1.4220 1.4878 1.4901 1.4966 1.5270 1.5698 1.5880 1.6118
.101
5
1.4158 1.4220 1.4878 1.4901 1.4966 1.5270 1.5698 1.5880 1.6118 1.6744
.086
1.4220 1.4878 1.4901 1.4966 1.5270 1.5698 1.5880 1.6118 1.6744 1.7038 .052
.118
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .119. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 35.176. b.
The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
c. Alpha = .05.
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Chaetognatha (individu/liter) Tukey HSD
a,b,c
Waktu Pengamatan Februari 2 September 2 Oktober 1 September 1 Oktober 2 Januari 2 Januari 1 Februari1 Desember 3 Nopember 2 Nopember 1 Nopember 3 Desember 2 Desember 1 Sig.
N 47 32 33 33 32 48 48 48 48 48 32 33 33 48
1 1.2860 1.3326 1.3640 1.3788 1.3827 1.3888 1.4183 1.4324 1.4673 1.4745
2
1.3640 1.3788 1.3827 1.3888 1.4183 1.4324 1.4673 1.4745 1.6239
.476
.058
Subset 3
1.3788 1.3827 1.3888 1.4183 1.4324 1.4673 1.4745 1.6239 1.6311
.078
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .119. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 38.756. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
4
1.4673 1.4745 1.6239 1.6311 1.7240 .066
5
1.6239 1.6311 1.7240 1.7518 .937
234 E. Total Zooplankton Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Log Kelimpahan Total Zooplankton (individu/liter) Source Corrected Model Intercept Stasiun Waktu Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 26.181a 4733.266 11.360 14.821 65.072 4824.519 91.253
df 28 1 15 13 643 672 671
Mean Square F .935 9.239 4733.266 46771.062 .757 7.483 1.140 11.265 .101
Sig. .000 .000 .000 .000
a. R Squared = .287 (Adjusted R Squared = .256)
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Total Zooplankton (individu/liter) Tukey HSD Stasiun A1 B1 A2 A3 B3 D4 C3 A4 B4 D2 C4 C2 C1 D1 B2 D3 Sig.
a,b
N
1 2.4292 2.4899 2.5189 2.5244 2.5251 2.5751 2.6158
42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
2 2.4899 2.5189 2.5244 2.5251 2.5751 2.6158 2.6760 2.6821 2.7003 2.7018
.341
3
2.5189 2.5244 2.5251 2.5751 2.6158 2.6760 2.6821 2.7003 2.7018 2.7515
.150
Subset 4
2.5251 2.5751 2.6158 2.6760 2.6821 2.7003 2.7018 2.7515 2.7636
.066
.051
5
2.5751 2.6158 2.6760 2.6821 2.7003 2.7018 2.7515 2.7636 2.7889
6
2.6158 2.6760 2.6821 2.7003 2.7018 2.7515 2.7636 2.7889 2.8218
.140
.186
7
2.6760 2.6821 2.7003 2.7018 2.7515 2.7636 2.7889 2.8218 2.8991 .098
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .101. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 42.000. b. Alpha = .05.
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Total Zooplankton (individu/liter) Tukey HSD
a,b
Waktu Pengamatan Februari 2 September 2 Januari 2 Oktober 1 September 1 Februari1 Oktober 2 Desember 3 Nopember 2 Januari 1 Nopember 1 Nopember 3 Desember 2 Desember 1 Sig.
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
1 2.4073 2.5143 2.5527 2.5673 2.5735 2.5880 2.5925
.202
2 2.5143 2.5527 2.5673 2.5735 2.5880 2.5925 2.6291 2.6307 2.6356
.843
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .101. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 48.000. b. Alpha = .05.
Subset 3
2.5880 2.5925 2.6291 2.6307 2.6356 2.7957
.083
4
2.6291 2.6307 2.6356 2.7957 2.8209
.158
5
2.7957 2.8209 2.9041 2.9439 .568
235 Lampiran 38 Hasil Analisis Ragam (ANOVA) Setiap Kelas dan Total Kelimpahan Zooplankton antar Musim Menurut Kelompok Stasiun
A. Crustaceae Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Log Kelimpahan Crustaceae (individu/liter) Type III Sum of Squares 21.227a 3870.365 11.264 9.962 73.930 4185.813 95.157
Source Corrected Model Intercept Stasiun Musim Error Total Corrected Total
df 17 1 15 2 654 672 671
Mean Square F 1.249 11.046 3870.365 34237.847 .751 6.643 4.981 44.064 .113
Sig. .000 .000 .000 .000
a. R Squared = .223 (Adjusted R Squared = .203)
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Crustaceae (individu/liter) a,b
Tukey HSD Stasiun A1 B1 A2 B3 A3 D4 C3 B4 A4 C4 D2 C2 C1 D1 B2 D3 Sig.
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
1 2.2434 2.3050 2.3269 2.3326 2.3528 2.3831 2.4225 2.4889
Subset 3
2 2.3050 2.3269 2.3326 2.3528 2.3831 2.4225 2.4889 2.5033 2.5152 2.5182
.067
.215
2.3269 2.3326 2.3528 2.3831 2.4225 2.4889 2.5033 2.5152 2.5182 2.5639 2.5662
4
2.3831 2.4225 2.4889 2.5033 2.5152 2.5182 2.5639 2.5662 2.6162 2.6336
.085
.054
5
2.4889 2.5033 2.5152 2.5182 2.5639 2.5662 2.6162 2.6336 2.7041 .202
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .113. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 42.000. b. Alpha = .05.
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Crustaceae (individu/liter) a,b,c
Tukey HSD
Musim Setelah Puncak Musim Sebelum Puncak Musim Puncak Musim Sig.
N 192 192 288
Subset 1 2 2.3462 2.3785 2.6071 .578 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .113. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 216.000. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
236 B. Protozoa Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Log Kelimpahan Protozoa (individu/liter) Source Corrected Model Intercept Stasiun Musim Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 18.178a 2442.236 12.364 5.827 120.537 2716.445 138.715
df 17 1 15 2 645 663 662
Mean Square F 1.069 5.722 2442.236 13068.554 .824 4.411 2.913 15.590 .187
Sig. .000 .000 .000 .000
a. R Squared = .131 (Adjusted R Squared = .108)
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Protozoa (individu/liter) a,b,c
Tukey HSD
Subset Stasiun A1 A3 B1 B3 A2 D4 C3 A4 B4 D1 D2 C2 C4 B2 C1 D3 Sig.
N 42 42 40 42 42 42 42 41 42 42 40 42 40 42 42 40
1 1.7710 1.7808 1.8225 1.8234 1.8360 1.8987 1.9522 1.9600 1.9954 2.0321 2.0586 2.0705 2.0790
.090
2
3
1.7808 1.8225 1.8234 1.8360 1.8987 1.9522 1.9600 1.9954 2.0321 2.0586 2.0705 2.0790 2.1031
4
1.8225 1.8234 1.8360 1.8987 1.9522 1.9600 1.9954 2.0321 2.0586 2.0705 2.0790 2.1031 2.1247
.058
.107
1.9522 1.9600 1.9954 2.0321 2.0586 2.0705 2.0790 2.1031 2.1247 2.2562 .101
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .187. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 41.419. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Protozoa (individu/liter) a,b,c
Tukey HSD
Musim Sebelum Puncak Musim Setelah Puncak Musim Puncak Musim Sig.
N 190 189 284
Subset 1 2 1.8893 1.8922 2.0800 .997 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .187. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 213.139. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
237 C. Rotatoria Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Log Kelimpahan Rotatoria (individu/liter) Type III Sum of Squares 19.804a 911.721 10.223 9.556 66.580 1152.885 86.384
Source Corrected Model Intercept Stasiun Musim Error Total Corrected Total
df 17 1 15 2 565 583 582
Mean Square F 1.165 9.886 911.721 7736.883 .682 5.783 4.778 40.548 .118
Sig. .000 .000 .000 .000
a. R Squared = .229 (Adjusted R Squared = .206)
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Rotatoria (individu/liter) Tukey HSD Stasiun A1 B1 B3 A2 A3 D4 D2 C3 B4 C4 A4 C2 C1 D1 B2 D3 Sig.
a,b,c
N 34 36 38 36 36 37 39 36 37 36 36 37 37 36 36 36
1 1.1262 1.1867 1.2211 1.2242 1.2282 1.2691 1.3228 1.3301 1.3526 1.3993
2 1.1867 1.2211 1.2242 1.2282 1.2691 1.3228 1.3301 1.3526 1.3993 1.4053 1.4542
.058
.071
Subset 3
1.2211 1.2242 1.2282 1.2691 1.3228 1.3301 1.3526 1.3993 1.4053 1.4542 1.4700 1.4960
4
1.2691 1.3228 1.3301 1.3526 1.3993 1.4053 1.4542 1.4700 1.4960 1.5460
.054
.050
5
1.3301 1.3526 1.3993 1.4053 1.4542 1.4700 1.4960 1.5460 1.6020 .061
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .118. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 36.407. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Rotatoria (individu/liter) a,b,c
Tukey HSD
Musim Sebelum Puncak Musim Setelah Puncak Musim Puncak Musim Sig.
N 151 146 286
Subset 1 2 1.2221 1.2316 1.4831 .964 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .118. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 176.800. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
238 D. Chaetognatha Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Log Kelimpahan Chaetognatha (individu/liter) Source Corrected Model Intercept Stasiun Musim Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 17.157a 1108.365 9.939 7.229 67.408 1306.188 84.565
df 17 1 15 2 545 563 562
Mean Square F 1.009 8.160 1108.365 8961.226 .663 5.357 3.614 29.223 .124
a. R Squared = .203 (Adjusted R Squared = .178)
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Chaetognatha (individu/liter) Tukey HSD
a,b,c
Stasiun A1 B3 A3 B1 A2 D4 C3 B4 A4 C4 D2 C2 C1 D1 B2 D3 Sig.
N 34 37 35 35 35 35 35 35 35 35 35 36 35 35 35 36
1 1.2520 1.2734 1.3247 1.3436 1.3837 1.4158 1.4220 1.4878 1.4901 1.4966 1.5270
Subset 2
.082
1.3247 1.3436 1.3837 1.4158 1.4220 1.4878 1.4901 1.4966 1.5270 1.5698 1.5880 1.6118
.053
3
1.4158 1.4220 1.4878 1.4901 1.4966 1.5270 1.5698 1.5880 1.6118 1.6744 1.7038 .051
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .124. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 35.176. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Chaetognatha (individu/liter) a,b,c
Tukey HSD
Subset Musim N 1 2 Sebelum Puncak Musi 130 1.3646 Setelah Puncak Musim 191 1.3819 Puncak Musim 242 1.6032 Sig. .891 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .124. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 175.848. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of th group sizes is used. Type I error levels are not guarante c. Alpha = .05.
Sig. .000 .000 .000 .000
239 E. Total Fitoplankton Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Log Kelimpahan Total Zooplankton (individu/liter) Source Corrected Model Intercept Stasiun Musim Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 20.357a 4488.052 11.360 8.998 70.895 4824.519 91.253
df 17 1 15 2 654 672 671
Mean Square F 1.197 11.047 4488.052 41401.584 .757 6.986 4.499 41.501 .108
a. R Squared = .223 (Adjusted R Squared = .203)
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Total Zooplankton (individu/liter) Tukey HSD Stasiun A1 B1 A2 A3 B3 D4 C3 A4 B4 D2 C4 C2 C1 D1 B2 D3 Sig.
a,b
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
1 2.4292 2.4899 2.5189 2.5244 2.5251 2.5751 2.6158 2.6760
2 2.4899 2.5189 2.5244 2.5251 2.5751 2.6158 2.6760 2.6821 2.7003 2.7018
.051
.194
Subset 3
2.5189 2.5244 2.5251 2.5751 2.6158 2.6760 2.6821 2.7003 2.7018 2.7515 2.7636
4
2.5751 2.6158 2.6760 2.6821 2.7003 2.7018 2.7515 2.7636 2.7889 2.8218
.056
.051
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .108. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 42.000. b. Alpha = .05.
Homogeneous Subsets Log Kelimpahan Total Zooplankton (individu/liter) Tukey HSD
a,b,c
Musim Setelah Puncak Musim Sebelum Puncak Musim Puncak Musim Sig.
N 192 192 288
Subset 1 2 2.5459 2.5619 2.7874 .869 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .108. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 216.000. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
5
2.6760 2.6821 2.7003 2.7018 2.7515 2.7636 2.7889 2.8218 2.8991 .131
Sig. .000 .000 .000 .000
240 Lampiran 39 Hasil Analisis Ragam (ANOVA) Produktivitas Primer Bersih (µg C/liter/jam) antar Musim Menurut Kelompok Transek Selama Penelitian Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Produktivitas Primer Bersih Source Corrected Model Intercept Musim Stasiun Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 12088.394a 103887.534 10325.059 1763.334 15109.672 147407.610 27198.066
df 5 1 2 3 22 28 27
Mean Square F 2417.679 3.520 103887.534 151.262 5162.530 7.517 587.778 .856 686.803
a. R Squared = .444 (Adjusted R Squared = .318)
Homogeneous Subsets Produktivitas Primer Bersih a,b,c
Tukey HSD
Musim Setelah Puncak Musim Sebelum Puncak Musim Puncak Musim Sig.
N
Subset 1 2 8 41.5050 8 58.1050 58.1050 12 86.4792 .387 .077
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 686.803. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
Homogeneous Subsets Produktivitas Primer Bersih a,b
Tukey HSD Stasiun Stasiun D1 Stasiun A1 Stasiun C1 Stasiun B1 Sig.
N 7 7 7 7
Subset 1 53.0114 65.6629 68.6386 74.7771 .424
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 686.803. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 7.000. b. Alpha = .05.
Sig. .017 .000 .003 .479
241 Lampiran 40 Hasil Lengkap Regresi Linier Berganda antara Produktivitas Primer Bersih dengan Parameter Lingkungan dan Kelimpahan Fitoplankton Regression Model Summary
Model 1
Change Statistics Adjusted Std. Error ofR Square R R Square R Squarethe Estimate Change F Change df1 df2 Sig. F Change .742a .551 .449 23.56345 .551 5.397 5 22 .002
a.Predictors: (Constant), Kadar Fosfat (ppm), Kadar Nitrat (ppm), Salinitas, Suhu, Kelimpahan F
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 14982.868 12215.198 27198.066
df 5 22 27
Mean Square 2996.574 555.236
F 5.397
Sig. .002a
a. Predictors: (Constant), Kadar Fosfat (ppm), Kadar Nitrat (ppm), Salinitas, Suhu, Kelimpahan Fitoplankton (Sel/liter) b. Dependent Variable: Produktivitas Primer Bersih
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 16465.907 10732.159 27198.066
df 6 21 27
Mean Square 2744.318 511.055
F 5.370
Sig. .002a
a. Predictors: (Constant), Kadar Fosfat (ppm), Kadar Nitrat (ppm), Salinitas, pH, Suhu, Kelimpahan Fitoplankton (Sel/liter) b. Dependent Variable: Produktivitas Primer Bersih Coefficientsa
Model 1
(Constant) Suhu Salinitas Kelimpahan Fitoplankton (Sel/liter) Kadar Nitrat (ppm) Kadar Fosfat (ppm)
Unstandardized Coefficients B Std. Error -194.208 127.303 1.261 4.279 6.879 2.265
Standardized Coefficients Beta .047 .512
t -1.526 .295 3.037
Sig. .141 .771 .006
.003
.002
.273
1.673
.109
-89.347 212.732
46.453 174.285
-.295 .182
-1.923 1.221
.067 .235
a. Dependent Variable: Produktivitas Primer Bersih
242