DINAMIKA POPULASI JAMUR PADA TANAH ULTISOL AKIBAT PEMBERIAN BERBAGAI BAHAN ORGANIK LIMBAH PERKEBUNAN
SKRIPSI Oleh :
SAPARUDDIN LUBIS 030303011/ ILMU TANAH
DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
DINAMIKA POPULASI JAMUR PADA TANAH ULTISOL AKIBAT PEMBERIAN BERBAGAI BAHAN ORGANIK LIMBAH PERKEBUNAN
SKRIPSI
Oleh :
SAPARUDDIN LUBIS 030303011/ILMU TANAH Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Judul Skripsi Nama NIM Departemen Program studi
: Dinamika populasi jamur pada tanah Ultisol akibat pemberian berbagai bahan organik limbah perkebunan : Saparuddin Lubis : 030303011 : Ilmu Tanah : Ilmu Tanah
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Dr.Ir.Hamidah Hanum, MP Ketua
Ir. Mukhlis, MSi Anggota
Mengetahui,
Dr. Ir. Abdul Rauf, MP Ketua Program Studi Ilmu Tanah
Tanggal Lulus :
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
ABSTRACT
Saparuddin Lubis, 2008. Dynamics Population soil fungsion of Ultisol the resulted effect of various organic materials application of plantation waste. Guided by Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP as counsellor commission chief and Ir. Mukhlis, Msi as counsellor commission member This research aim to know change of soil fungtion population at Ultisol resulted effect of giving various organic materials plantation waste during 4 i week. This research conducted in Biological laboratory of Faculty Of Agriculture University of North Sumatera, Medan. used soil sample is Ultisol from Mancang countryside. This Research use Random Complete with 2 treatment factor and 3 restating that is: First factor is organic materials consisting of 4 level ( B0 = without organic materials, B1 = Manure Cage, B2 = Waste Bagasse, B3 = Waste Plantation of coconut of sawit). Second the duration inkubasi the 4 level ( T1= 1 week, T2 = 2 week, T3 = 3 week, T4 = 4 week). The result of this research is to be obtained that organic materials can not influence land pH. Progressively mount land pH hence amount of ground fungi will be downhill progressively. Longer conducted incubation period hence downhill progressively the amount of mushroom which there are in land. This matter is caused by decreasing materials him eat in the form of organic materials which there are in land. unfavourable fresh Organic materials in application into land. require to be conducted by sufficient to be able to get result which are positive to plant. Obtained by Mushroom type effect of organic materials ] waste plantation of sawit coconut, bagasse waste, and cage manure at different incubation period is Rhizopus mushroom type and Mucor mushroom type.
Keyword : Ground mushroom, Ultisol, Waste Plantation, incubation period
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
ABSTRAK
Saparuddin Lubis, 2008. Dinamika populasi jamur pada tanah Ultisol akibat pemberian berbagai bahan organik limbah perkebunan. Dibimbing oleh Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Mukhlis, Msi selaku anggota komisi pembimbing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan populasi jamur pada tanah Ultisol akibat pemberian berbagai bahan organik limbah perkebunan selama 4 minggu inkubasi. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Contoh tanah yang digunakan adalah Ultisol dari desa Mancang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan yaitu: Faktor pertama adalah bahan organik yang terdiri dari 4 jenis ( B0 = tanpa bahan organik, B1 = Pupuk kandang, B2 = Limbah ampas tebu, B3 = Limbah Tandan kosong kelapa sawit). Faktor kedua adalah lamanya inkubasi terdiri atas 4 taraf (T1= 1 Minggu, T2 = 2 Minggu, T3 = 3 Minggu, T4 = 4 Minggu) Dari penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa bahan organik tidak mempengaruhi pH tanah. Semakin meningkat pH tanah maka jumlah jamur tanah akan semakin menurun. Semakin lama masa inkubasi yang dilakukan maka semakin menurun jumlah jamur yang terdapat di dalam tanah. Hal ini disebabkan karena berkurangnya bahan makan berupa bahan organik yang terdapat di dalam tanah tersebut. Bahan organik yang segar kurang baik di aplikasikan ke dalam tanah., perlu dilakukan inkubasi yang cukup lama untuk dapat memperoleh hasil yang positif bagi tanaman. Jenis jamur yang diperoleh akibat pemberian bahan organik limbah perkebunan kelapa sawit, limbah ampas tebu, dan pupuk kandang pada masa inkubasi yang berbeda adalah jenis jamur Rhizopus dan jenis jamur Mucor
Kata Kunci : Jamur tanah, Ultisol, Limbah perkebunan, masa inkubasi
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Natal Kabupaten Mandailing Natal pada Tanggal 20 November 1983 dari Ayahanda Hasan. S. Lubis (Alm) dan Ibunda Murty. Penulis merupakan anak ke-8 (delapan) dari 8 (delapan) bersaudara. Penulis tamat SD pada tahun 1997, SLTP pada tahun 2000, SLTA pada tahun 2003 dari SMU Muhammadiyah 01 Medan dan lulus ujian seleksi PMDK di Universitas Sumatera Utara Departemen Ilmu Tanah Pada Tahun 2003. Selama mengikuri perkuliahan penulis aktif mengikuti organisasi pengajian AL- BAYAN dan Organisasi Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu tanah ( IMILTA), dan
organisasi luar Kampus IKAPENAS ( Ikatan Pelajar dan
Mahasiswa Natal dan Sekitarnya). Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi pada tahun 2007, dan pernah ikut melakukan survey lapangan di daerah Siondop di perkebunan AUSTINDO pada tahun 2007. Penulis pernah jadi asisten laboratoriumb Biologi tanah pada masa kuliah dari tahun 2005-2008.
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Judul dari Skripsi ini adalah “ Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Jenis Bahan Organik Limbah Perkebunan” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Dr. Ir. Hamidah Hanun, MP selaku Ketua komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Mukhlis, MSi selaku Anggota komisi Pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat dan membangun demi kesempurnaan Skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat
Medan, Maret 2008
( Penulis )
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
DAFTAR ISI
ABSTRACT ........................................................................................................ i ABSTRAK........................................................................................................... ii RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ iii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv DAFTAR ISI ...................................................................................................... v DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii PENDAHULUAN Latar Belakang ......................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 2 Hipotesa Penelitian ................................................................................... 3 Kegunaan Penelitian ................................................................................. 3 TINJAUAN PUSTAKA Tanah Ultisol............................................................................................. 4 Jamur Tanah ............................................................................................. 5 Tandan Kosong Kelapa Sawit .................................................................... 7 Bahan Organik Limbah Perkebunan Tebu ................................................. 8 Pupuk Kandang ......................................................................................... 9 Pengaruh Bahan Organik Terhadap Populasi Jamur Tanah ................... 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 12 Bahan dan Alat ........................................................................................ 12 Bahan ............................................................................................ 12 Alat ............................................................................................... 12 Metode penelitian ..................................................................................... 13 Pelaksanaan Penelitian ............................................................................. 14 Parameter yang diamati ........................................................................... 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil......................................................................................................... 17 Pembahasan ............................................................................................. 25 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ............................................................................................. 30 Saran ....................................................................................................... 30 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 31 LAMPIRAN ....................................................................................................... 33 Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
DAFTAR TABEL Hal
1.
Kandungan hara pada tandan kosong kelapa sawit (TKKS).................7
2.
pH tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda.........................................................................17
3.
Jumlah jamur tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda....................................................19
4.
C/N bahan organik berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda........................................................................................21
5.
jumlah jamur Rhizopus tanah akibat lama masa inkunasi yang berbeda ................................................................................................22
6.
Interaksi Jenis jamur Mucor tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda ...............................23
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Hal
1.
pH tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda......................................................................... 18
2.
Jumlah jamur tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda................................................... 19
3.
C/N bahan organik berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda....................................................................................... 21
4.
Jumlah jamur Rhizopus tanah akibat lama masa inkunasi yang berbeda ............................................................................................... 22
5.
Jumlah jenis jamur Mucor tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda .............................. 24
6.
Jamur Rhizopus pada perbesaran 40x............................................... 21
7.
Jamur Mucor pada perbesaran 40x................................................... 23
8.
Hubungan pH tanah dan jumlah jamur .............................................. 40
9.
Hubungan pH tanah dan jumlah jamur Mucor .................................. 40
10.
Hubungan C/N tanah dan jumlah jamur Rhizopus ............................ 40
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Hal Data analisa awal tanah .………........................................................ 33
2.
Data analisa awal jamur dan C/N bahan organik ………...................34
3.
Data pengamatan pH tanah ............................................................... 35
4.
Daftar sidik ragam pH Tanah...............................................................35
5.
Data Jumlah jamur metode MPN.........................................................36
6.
Daftar sidik ragam Jumlah Jamur Metode MPN..................................36
7.
Data C/N Bahan organik limbah Perkebunan......................................37
8.
Daftar sidik ragam C/N bahan Organik Limbah Perkebunan..............37
9.
Total jenis jamur Rhizopus...................................................................38
10.
Daftar sidik ragam Total jenis jamur Rhizopus....................................38
11.
Total jenis jamur Mucor.......................................................................39
12.
Daftar sidik ragam Total jenis jamur Mucor .......................................39
13.
Hasil analisis regresi antara pH tanah, C/N tanah,jumlah jamur Mucor dan Rhizopus ………………………………………………………..40
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Ultisol di Indonesia merupakan lahan terluas dari lahan kering yang terbesar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya dan sebagian kecil di pulau Jawa. Sekitar 90% dari 598 ribu ha lahan kering tersebut sudah dijadikan sebagai areal pertanian dan sisanya sebagai areal ladang berpindah. Penyebaran Ultisol paling luas adalah Kalimantan Timur 10,04 juta ha, Irian Jaya 7,62 juta ha, Kalimantan Barat 5,71 juta ha, Kalimantan Tengah 4,81 ha, dan Riau. Penyebaran tanah Ultisol tersebut diatas merupakan areal yang memungkinkan untuk dijadikan lahan pertanian yaitu dikarenakan kurangnya kandungan bahan organik yang terdapat di dalam tanah Ultisol tersebut (Munir,1996; Subagyo,dkk, 2000). Ultisol merupakan tanah masam. Ultisol juga merupakan tanah yang kurang akan bahan organik. Oleh karena itu perlu di tambahkan bahan organik ke dalam tanah tersebut untuk dapat meningkatkan kandungan unsur hara di dalam tanah Ultisol tersebut. Bahan organik merupakan bahan yang dapat merubah sifat fisik dan biologi tanah. Pada dasarnya bahan organik yang sering digunakan adalah sisa–sisa tanaman atau kotoran hewan. Akhir–akhir ini bahan organik dari limbah industri pertanian, antara lain,tandan kosong kelapa sawit (TKKS), ampas tebu, telah sering diaplikasikan ke tanah. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan sisa dari industri minyak kelapa sawit yang menjadi limbah industri dan setelah itu diaplikasikan secara langsung ke lahan pertanian seperti lahan kelapa sawit yang bertujuan sebagai penambah bahan organik tanah. Selain itu Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
limbah yang sering digunakan sebagai sumber bahan organik yaitu ampas tebu yang berasal dari sisa atau limbah pabrik gula. Bahan organik yang berasal dari limbah perkebunan tersebut umumnya memiliki rasio C/N yang tinggi. Sehingga jika langsung diaplikasikan ke tanah dapat mempengaruhi jenis dan populasi jamur tanah. Jamur tanah akan merombak limbah perkebunan tersebut sehingga pada selama masa inkubasi tertentu rasio C/N akan rendah. Pada kondisi C/N yang rendah tersebut akan memberikan pengaruh positif terhadap tanaman (Coyne, 1999). Umumnya pemberian bahan organik tersebut sudah dalam bentuk kompos. Belum ada penelitian yang mengkaji jika diberikan dalam bentuk segar, dan berapa lama masa inkubasi yang tepat untuk rasio C/N bahan organik menjadi rendah ( C/N < 20 ). Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan populasi jamur dan jenis jamur tanah, pada tanah Ultisol yang diberi berbagai limbah perkebunan dan kotoran sapi sebagai pembanding pada beberapa masa inkubasi tertentu.
Tujuan Penelitian -
Untuk mengetahui pengaruh lamanya inkubasi bahan organik limbah perkebunan dan pupuk kandang sapi terhadap dinamika populasi jamur pada tanah Ultisol.
-
Untuk mengetahui pengaruh bahan organik limbah perkebunan dan pupuk kandang sapi terhadap dinamika populasi jamur pada tanah Ultisol.
-
Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara bahan organik limbah perkebunan, pupuk kandang sapi dan lamanya inkubasi terhadap dinamika populasi jamur pada tanah Ultisol.
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Hipotesa Penelitian
- Pemberian berbagai jenis bahan organik limbah perkebunan dan pupuk kandang sapi sebagai pembanding akan meningkatkan populasi dan jamur tanah Ultisol. - Semakin lama masa inkubasi akan meningkatkan populasi jamur tanah pada tanah Ultisol. - Pemberian berbagai bahan organik limbah pekebunan dan lamanya inkubasi dapat meningkatkan populasi dan jenis jamur tanah Ultisol.
Kegunaan Penelitian
- Sebagai bahan informasi mengenai dinamika populasi jamur tanah pada tanah Ultisol akibat pemberian bahan organik limbah perkebunan tandan kosong kelapa sawit, limbah perkebunan tebu dan pupuk kandang. - Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Ultisol
Ultisol adalah tanah yang memiliki horizon argilik dengan kejenuhan basa (KB) < 35 %, di antara permukaan tanah mineral dan pada kedalaman 1,8 m. Ultisol mempunyai karbon organik dan struktur epipedon molik pada bagian atas horizon argilik atau kandik (Soil Survey Staff, 1998). Secara umum tanah Ultisol memiliki sifat kimia tanah yang buruk yaitu memiliki kandungan unsur hara yang relatif rendah, khususnya N, P, dan K dengan berkonsentrasi berselaput liat kadang – kadang berada di lapisan membata atau Plinthie, sering ada konkresi besi dan sedikit kwarsa. Tanah Ultisol mempunyai kejenuhan Al yang tinggi sehingga mengakibatkan fosfor (P) membentuk senyawa yang tidak larut dengan Al, akibatnya ketersediaan P sangat rendah bagi tanaman sehingga pertumbuhan tanaman terganggu, dan kesuburan alaminya tergantung pada kandungan bahan organik pada lapisan atas (Hardjowigeno, 1993). Ultisol merupakan salah satu jenis tanah yang telah mengalami pencucian lanjut yang dicirikan dengan agregat tanah yang kurang stabil, struktur tanah gumpal bersudut dan kemampuan untuk menahan air cukup rendah. Jenis tanah ini mempunyai pH yang cukup rendah yaitu 4-5, tetapi kelarutan Al, Fe, Mn dan kejenuhan basa tanah tersebut menjadi rendah. Kandungan bahan organik rendah serta proses pencucian lanjut akan unsur K+, Na+, NH4+, dan Mg cukup tinggi. Hal ini mengakibatkan kandungan bahan pada tanah Ultisol tidak stabil dan cepat sekali menurun setelah tanah dibuka dan diolah. Tanah yang termasuk kelompok Ultisol dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dan diperkirakan Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
mencakup hampir 30% seluruh daratan di Indonesia. Selain hal tersebut aktifitas mikroorganisme yang terdapat pada tanah Ultisol juga sangat rendah. Akibat aktifitas mikroorganisme yang rendah tersebut kandungan bahan organik pada tanah Ultisol tersebut susah untuk terurai (Hardjowigeno, 1993; Munir 1996).
Jamur Tanah Jamur merupakan organisme yang mikroskopis, eukariotik, berupa filamen (benang) bercabang, menghasilkan spora, tidak memiliki klorofil, dan mempunyai dinding sel yang mengandung kitin, selulosa atau keduanya. Sebagian besar dari species jamur yang telah diketahui sangat saprofit, hidup pada bahan organik mati, yaitu membantu proses pelapukan (Agrios,1996; Ganjar,dkk, 1996). Secara umum jamur dapat diklasifikasikan menjadi Fungi Imperfecti. Banyak jamur yang umumnya dipisahkan dari tanah termasuk dalam kelas Fungi Imperfecti karena nyatanya mereka menghasilkan spora aseksual yang banyak sekali tetapi tidak memiliki tahap seksual. Anggota dari fungi ini dikenal karena miseliumnya bersekat. Anggota dari ketiga kelas jamur lainnya memiliki cara reproduksi seksual maupun aseksual. Anggota Phycomycetes dan Ascomycetes memiliki miselium yang tidak bersekat dan bersel satu dan memiliki askus. Sedangkan anggota Basidiomycetes (yang khususnya dicirikan oleh struktur reproduktif khusus yang disebut basidium, menghasilkan basidiospora) sulit dipisahkan dari tanah dan ditanam dalam lempeng agar karena kebutuhan nutrisinya sangat banyak tersedia. Jamur dapat dipengaruhi oleh pH tanah, tetapi ada yang dapat hidup pada keadaan netral yaitu pH di atas 7,0, dan jamur juga dapat hidup pada tanah – tanah yang masam yaitu pada pH 4,0 (Rao, 1994).
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Fungi atau jamur memerlukan senyawa organik sebagai nutrisinya. Bila jamur hidup pada bahan organik mati yang terlarut, mereka disebut saprofit. Saprofit menghancurkan sisa–sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikan menjadi zat–zat kimia yang lebih sederhana yang kemudian dikembalikan ke dalam tanah dan selanjutnya meningkatkan kesuburan.
Jamur
juga banyak terdapat pada bahan organik yang telah mengalami pelapukan. Ada beberapa jenis jamur yang terdapat di dalam tanah dan bahan organik. Seperti Aspergillus oryzae, Chrysonilia sitophila, Mucor, Rhizopus dan banyak lagi jenis jamur yang dapat dijumpai (Gandjar,dkk,1999; Pelczar,1986).). Jenis jamur Mucor banyak dijumpai pada tanah. Mucor memiliki koloni berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan, sporagiosfor berdinding agak tebal, bercabang kolumela berbentuk seperti buah pir. Jenis jamur ini merupakan jenis jamur yang kosmopolis, dan banyak dijumpai pada tanah dan pada tanaman atau bahan organik yang telah melapuk (Gandjar,dkk,1999). Selain jenis jamur Mucor banyak lagi jamur yang ditemukan di dalam tanah dan bahan oganik, salah satunya adalah jenis jamur Rhizopus. Jenis jamur ini sangat banyak dijumpai dan jamur ini dapat hidup pada kondisi tanah yang sangat masam. Rhizopus berwarna keputihan dan menjadi abu-abu kecoklatan dengan bertambahnya usia biakan. Spesies jamur ini tersebar luas di daerah tropis dan sub tropis dan jamur ini juga sangat banyak dijumpai di dalam tanah dan bahan organik yang sedang mengalami pelapukan (Gandjar,dkk,1999).
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Tandan kosong kelapa sawit Pabrik kelapa sawit (PKS) menghasilkan limbah padat berupa tanda kosong kelapa sawit, setiap ton tandan buah segar (TBS) yang diolah di pabrik akan menghasilkan 220 kg TKS, 670 kg limbah cair, 120 kg serat mesocarp, 70 kg cangkang, dan 30 kg palm. Tandan kosong kelapa sawit ini juga memiliki kandungan hara yang sangat berguna bagi tanaman. Tanda kelapa sawit yang biasanya digunakan pada lahan perkebunan atau lahan pertanian adalah yang telah diolah sebagai bahan kompos (Darmosarkoro,dkk, 2003). Kandungan bahan organik tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 1. Dan setiap ton tandan kosong kelapa sawit mengandung unsur hara yang setara dengan 3 kg Urea, 12 kg MOP, dan 2 kg kiserit. Tabel 1. Kandungan hara pada tandan kosong kelapa sawit (TKKS) C N P2O5 K2O MgO B Cu Zn -------------------------- % --------------------------- ------------ ppm -------------42,8 0,80 0,22 2,90 0,30 10 23 51 Sumber : Darmosarkoro, dkk (2003). Pengomposan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan nilai hara dan menurunkan volume TKS. Kompos yang telah matang ditandai dengan nisbah C/N sebesar 10, proses pengomposan memerlukan waktu yang cukup lama. Lamanya proses dekomposisi tersebut karena limbah TKS banyak mengandung lignoselusose yang sulit dikomposisi (Darmosarkoro, dkk, 2003). Salah satu kelebihan kompos tandan kosong kepala sawit adalah kandungan K yang tinggi, yaitu mencapai 127,9 me/100g. Selain itu kompos dari TKS juga memiliki pH yang cukup tinggi (mencapai pH 8) sehingga berpotensi sebagai bahan pembenah keasaman tanah (Darmosarkoro, dkk, 2003).
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Pemberian bahan organik yang berasal dari limbah perkebunan memiliki potensi yang cukup baik, ditinjau dari jumlah bahan yang tersedia dan kandungan unsur hara yang dikandungnya. Tandan kosong kelapa sawit merupakan hasil limbah perkebunan yang di manfatkan sebagai bahan organik dan produk lain seperti pulp kertas dan lain sebagainya. Produksi limbah perkebunan kelapa sawit merupakan limbah yang cukup besar yaitu sekitar 12.365 juta ton tandan kosong kelapa sawit, 10.275 juta ton cangkang dan serat kelapa sawit, dan 37.257-37.633 juta ton adalah limbah cair kelapa sawit (Darmasokarso, dkk, 2003).
Ampas Tebu Limbah pabrik gula terdiri dari blotong (Sulfasi), ampas, tetes, dan abu katel yang masih mengandung unsur hara yang esensial sangat dibutuhkan tanaman. Unsur hara yang terdapat di dalam limbah tebu tersebut adalah sebagai berikut, 1,70 % N, 1,70 % P2O5, 1,91 % K2O, 0,30 % Ca, 0,06 % Mg. Maka dari itu bahan organik limbah perkebunan ini sangatlah bermanfaat untuk meningkatkan unsur hara pada tanah (Musnamar, 2003). Ampas tebu dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kesuburan tanah. Ampas tebu sering disebut dengan bagase yang merupakan hasil limbah padat industri gula memiliki potensi yang sangat besar sebagai bahan organik untuk memperbaiki kesuburan tanah, sifat fisik, dan sifat kimia pada tanah (Anonimous, 2007). Pada limbah ampas tebu telah diperoleh lima jenis mikroba yang bersifat selulotik dan lignoselulotik. Dengan bahan cerier blotong halus, mikroba tersebut dipakai sebagai strater kompos bagi limbah padat pabrik gula seperti ampas tebu, blotong, serasa, dan abu katel (Anonimous, 2007). Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Pupuk Kandang Daur ulang limbah berperan dalam mencegah terjadinya pencemaran lingkungan. Suatu hal yang cukup nyata bahwa limbah ternak cukup banyak diubah menjadi pupuk organik yang berharga murah. Kotoran ternak mempunyai nilai pupuk yang tinggi dan mudah terdekomposisi (Sutanto, 2002). Pupuk kandang merupakan bahan organik yang terpenting diberikan ke tanah. Pupuk kandang merupakan pensuplai bahan organik yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Kandungan unsur hara yang terdapat di dalam pupuk kandang tersebut adalah nitrogen 35 %, fosfor 60 %, dan kalium 70 % (Rinsema, 1993). Pupuk kandang tidak hanya ditentukan berdasarkan pasokan bahan organik, tetapi besarnya pasokan nitrogen. Nitrogen yang dilepaskan oleh aktifitas mikroorganisme kemudian dimanfaatkan oleh tanaman. Pupuk kandang memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap sifat fisik, kimia tanah, dan mempertahankan kesuburan tanah (Sutanto, 2002). Tanah sangat kaya akan keaneka ragaman mikroorganisme, seperti bakteri, actinomisetes, fungsi, frotozoa, algae, dan virus yang dapat menguraikan bahan organik, seperti pupuk kandang. Tanah pertanian yang subur mengandung lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah. Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan
yang
menguntungkan
bagi
pertanian.
Yaitu
berperan
dalam
menghancurkan limbah organik, fiksasi nitrogen, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan, dan membantu penyerapan unsur hara (Isroi, 2006).
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Pengaruh bahan organik terhadap populasi jamur tanah Semua faktor lingkungan yang mempengaruhi penyebaran bakteri dan aktinomicetes juga mempengaruhi penyebaran jamur dalam tanah. Banyaknya jumlah jamur di dalam tanah juga dipengaruhi oleh banyaknya kandungan bahan organik dan rasio antara oksigen dan karbondioksida dalam atmosfer tanah pada kedalaman yang berbeda – beda. Fluktuasi musiman dalam hal jumlah jamur adalah hal yang lazim. Praktek pertanian termasuk rotasi tanaman budi daya dan penggunaan pupuk atau pestisida mempengaruhi ciri dan dominasi spesies jamur (Rao, 1994). Apabila pengelolaan bahan organik yang sama, maka perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi yang terjadi dapat ditentukan oleh bahan organik. Bahan organik yang ditambah ke dalam tanah akan menjadi sumber energi dan makanan untuk mikroorganisme di dalam tanah. Mikroorganisme tanah yang aktif melalui rantai makanan, kemudian mengalami dekomposisi menghasilkan senyawa organik dan anorganik. Beberapa bahan organik juga berfungsi sebagai bahan sementasi dalam mengikat partikel agregat tanah (Sutanto, 2002) Pengaruh bahan organik terhadap perkembangan jamur sangatlah berpengaruh karena bahan organik dapat sebagai nutrisi bagi jamur. Fungsi jamur dalam tanah adalah untuk menguraikan bahan organik dan membentuk bongkahan tanah. Beberapa species tertentu dari Alternaria, Aspergillus, Cladosporium, Dematium,
Glicoladium,
Helminthosporium,
Humicola
dan
Metarhizium
menghasilkan bahan yang mirip dengan humus dalam tanah (Rao, 1994). Jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah meningkat. Secara umum, pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
mikroorganisme. Bahan organik merupakan sumber energi dan bahan makanan bagi mikroorganisme yang hidup di dalam tanah. Mikroorganisme tanah saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik karena bahan organik menyediakan karbon sebagai sumber energi untuk tumbuhan. Bahan organik segar yang ditambahkan ke dalam tanah akan dicerna oleh berbagai jasad renik salah satunya jamur yang ada dalam tanah dan selanjutnya didekomposisisi jika faktor lingkungan
mendukung
terjadinya proses tersebut.
Dekomposisi
berarti
perombakan yang dilakukan oleh sejumlah mikroorganisme (unsur biologi dalam tanah) dari senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana. Hasil dekomposisi berupa senyawa lebih stabil yang disebut humus. Makin banyak bahan organik maka makin banyak pula populasi jasad mikro (jamur) dalam tanah (Anonimous, 2007).
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian ini dilakukan di laboratorium Biologi tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Oktober 2007.
Bahan dan Alat Bahan Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain bahan tanah Ultisol dari desa Mancang, Kec. Selesai, Kab. Langkat. Tandan kosong kelapa sawit dari PKS Kebun Rambutan PTPN III Tebing Tinggi, ampas tebu dari Pabrik Gula PTPN II Sei Semayang, dan pupuk kandang sapi sebagai sumber bahan organik pembanding yang di aplikasikan ke dalam tanah. Media PDA, dengan komposisi untuk per 1 L tediri dari bahan kentang 200 g, Dextrosa / glukosa 20 g dan aquadest 1000 ml.
Alat Alat – alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain adalah : cangkul sebagai alat untuk mengambil tanah Ultisol, polybag sebagai tempat media inkubasi tanah, petridis sebagai tempat menumbuhkan populasi jamur di laboratorium dan mikroskop stereo sebagai alat untuk mengidentifikasi jenis jamur yang tumbuh.
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
METODE PENELITIAN Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan, perlakuan tersebut antara lain : Limbah Perkebunan BO
= Tanpa bahan organik limbah perkebunan
0 ton/ha
= 0 g / polybag
B1
= Pupuk kandang
20 ton/ha
= 3 g / polybag
B2
= Ampas tebu
20 ton/ha
= 3 g / polybag
B3
= Tandan kosong kelapa sawit
20 ton/ha
= 3 g / polybag
Lama Inkubasi T1
= 1 Minggu
T2
= 2 Minggu
T3
= 3 Minggu
T4
= 4 Minggu
Yijk = μ + αj + βk + (αβ ) jk + ∑ ijk Yijk
= Hasil pengamatan ulangan ke-i yang mendapat perlakuan pemberian bahan organik ke-j dan lamanya inkubasi ke-k
µ
= Nilai Tengah
αj
= Pengaruh pemberian bahan organik ke-j
βk
= Pengaruh lamanya inkubasi ke-k
(αβ)jk = Pengaruh pemberian bahan organik ke-j dan lama inkubasi ke-k ∑ijk
= Faktor galat ulangan ke-i, pemberian bahan organik ke-j dan lamanya inkubasi ke-k
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan dan persiapan contoh tanah Sampel tanah yang digunakan adalah tanah Ultisol yang diambil secara komposit pada kedalaman 0-20 cm dengan menggunakan cangkul. Setelah itu tanah tersebut dikering udarakan dan dilakukan analisa awal unsur kimia yang terdapat di dalam tanah yaitu unsur hara N-total (Kjeldhal), C-organik ( Walkley & Black), dan pH H2O, (elektrometri) dan jumlah jamur tanah (MPN), kadar air tanah (Graviaetrik) dan kadar air kapasitas lapang. Hasil analisis awal tanah tersebut terdapat pada lampiran 1. Tanah kering udara dimasukkan ke dalam polybag setara dengan 300 g tanah kering mutlak (Oven).
Aplikasi Limbah Limbah yang digunakan adalah kompos tandan kosong kelapa sawit (TKKS), ampas tebu, dan pupuk kandang sapi sebagai bahan organik pembanding. Setiap limbah sesuai dengan perlakuan ditimbang dengan dosis 20 ton / ha atau setara dengan 3 g / 300 g BTKO. Limbah tersebut dicampur merata dengan tanah kemudian disiram dengan air sampai dengan kondisi kapasitas lapang. Sebelumnya dilakukan analisis awal terhadap contoh limbah tandan kosong kelapa sawit, ampas tebu dan pupuk kandang, yang meliputi, C/N bahan organik limbah perkebunan. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada lampiran 2.
Persiapan media tumbuh jamur Media tumbuh yang digunakan adalah media PDA. Komposisi media PDA tersebut terdiri dari 200 g kentang dan diambil patinya, Dextrosa / glukosa 20 g dan aquadest 1000 ml. setelah itu bahan tersebut dibiarkan mendidih hingga Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
kental, dan stelah mendidih dibiarkan selama 30 menit, dan dituangkan ke dalam cawan petri, dan dibiarkan selama 3-5 jam.
Pemeliharaan Tanah yang telah bercampur dengan beberapa limbah tersebut kemudian di inkubasi pada suhu kamar di laboratorium biologi tanah, pada kondisi kapasitas lapang. Lama inkubasi sesuai dengan perlakuan.
Pengamatan Total Populasi Jamur Jumlah total populasi jamur diamati setiap minggu sesuai dengan masa inkubasi. Jumlah total populasi jamur juga dapat diamati dengan menggunakan metode MPN (Anas, 1989).
Pengamatan jumlah setiap jamur Pengamatan jumlah setiap jamur dilakukan dengan metode hitung cawan yaitu dengan tahapan sebagai berikut: - Dibuat seri pengenceran - Dilakukan isolasi secara sebar di ruangan laminar - Setelah diisolasi media tersebut diinkubasi selama 3-4 hari - Jamur yang tumbuh pada media tersebut dihitung dengan rumus : Jumlah koloni X Faktor pengenceran
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Identifikasi Jamur Identifikasi jamur bertujuan untuk mengetahui jenis jamur pada tanah Ultisol
setiap masa inkubasi.Identifikasi jamur dilakukan dengan beberapa
tahapan yaitu: -
Tanah yang telah bercampur dengan bahan organik tersebut diambil sekitar 10 g tanah, kemudian diisolasi pada media PDA padat yang telah disediakan.
-
Setelah diisolasi jamur yang terdapat di media tersebut dipurifikasi untuk mendapatkan kultur jamur yang murni.
- Setelah dapat jamur yang murni maka jamur tersebut diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop stereo. Identifikasi dilakukan berdasarkan morfologinya yaitu warna, hifa, dan spora dari jamur tersebut. Parameter yang diamati -
pH tanah stiap minggu
-
C/N tanah setiap minggu
-
Populasi Jamur tanah diamati setiap minggu dengan metode MPN
-
Populasi setiap jenis jamur tanah diamati setiap minggu
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
pH Tanah Dari hasil pengamatan pH tanah (Lampiran 4) dan hasil analisis ragam (Lampiran 5) diketahui bahwa perbedaan masa inkubasi berpengaruh nyata terhadap pH tanah. Tetapi pemberian bahan organik limbah perkebunan dan pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata terhadap pH tanah. Demikian juga pengaruh interaksi antara pemberian bahan organik limbah perkebunan, pupuk kandang sapi dan masa inkubasi tidak berpengaruh nyata terhadap pH tanah. Untuk mengetahui pengaruh setiap taraf perbedaan waktu inkubasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 berikut : Tabel 2. pH tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda Masa inkubasi pH tanah 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu
5,73 d 6,74 b 6,51 c 7,53 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji BNJ.
Dari tabel 2 di atas diketahui bahwa terjadi peningkatan pH secara nyata antara waktu inkubasi mulai masa inkubasi satu minggu ( 1 Minggu ) hingga masa inkubasi empat minggu ( 4 Minggu ).
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
8
pH tanaha
7 6 5 4 3 2 1
2
3
4
Masa Inkubasi ( Minggu )
Gambar 1. pH tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda C/N tanah. Tabel 3. C/N tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda Masa Bahan organik inkubasi Tanpa bahan Pupuk Ampas tebu organik kandang Minggu 1 4,17 j 19,93 g 54,72 a Minggu 2 4,25 j 12,31 h 46,39 b Minggu 3 4,41 j 8,68 i 42,15 c Minggu 4 5,89 j 6,25 j 31,86 f Keterangan :
TKS 47,59 b 43,63 c 39,76 d 37,68 e
Angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji BNJ.
C/N bahan organik di dalam tanah Ultisol (Lampiran 6) dan hasil analisis ragam (Lampiran 7) diketahui bahwa perbedaan masa inkubasi sangat berpengaruh nyata terhadap C/N bahan organik tanah. Dari hasil analisis ragam tersebut diperoleh bahwa nilai C/N tanah terendah pada perlakuan tanpa pemberian limbah perkebunan pada masa inkubasi minggu pertama, sedangkan C/N tanah yang tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian limbah ampas tebu pada masa inkubasi minggu pertama yaitu 54,72. Pada table 3 dapat di lihat bahwa tanpa bahan organik baik minggu pertama hingga minggu ke empat terjadi peningkatan C/N akan tetapi tidak terjadi perbedaan yang sangat nyata pada
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
inkubasi minggu pertama hingga minggu ke empat. Pada pemberian bahan organik pupuk kandang dari minggu pertama hingga ke empat kadar C/N tanah terjadi perbedaan yang nyata. Pada pemberian bahan organik limbah ampas tebu terjadi penurunan terhadap C/N tanah, dan pada pemeberian bahan organik tandan kosong juga terjadi penurunan C/N tanah hal ini dapat kita lihat pada gambar 2.
60 50 40
Tanpa bahan organik pupuk kandang
30
Ampas tebu TTKS
20 10 0 1
2
3
4
. Gambar 2. C/N tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda Secara umum nilai C/N tanah akibat pengaruh pemberian limbah ampas tebu dan tandan kosong kelapa sawit pada setiap masa inkubasi lebih tinggi (C/N >20) dibandingkan pemberian pupuk kandang.
Jumlah jamur Dari hasil pengamatan jumlah jamur (Lampiran 8) dan hasil analisis ragam (Lampiran 9) diperoleh bahwa jumlah jamur dipengaruhi oleh masa inkubasi secara sangat nyata. Sedangkan pemberian bahan organik limbah perkebunan, pupuk kandang sapi dan masa inkubasi tidak berpengaruh nyata. Untuk mengetahui pengaruh setiap jumlah jamur tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 berikut :
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Tabel 3. Jumlah jamur tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda Masa inkubasi Jumlah jamur 5 (-------SPK x 10 / g tanah ------) 1 Minggu 12833,36 a 2 Minggu 159,53 b 3 Minggu 139,29 b 4 Minggu 11,23 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji BNJ.
14000 12000
pH tanah
10000 8000 6000 4000 2000 0 1
2
3
4
Masa Inkubasi ( Minggu )
w Gambar 3. Jumlah jamur tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda Dari gambar 3 diatas dapat dilihat bahwa jumlah jamur tertinggi terdapat pada perlakuan masa inkubasi satu minggu. Selanjutnya jumlah jamur mengalami penurunan yang sangat nyata mulai dua minggu hingga empat minggu. dalam hal ini tidak terdapat perbedaan jumlah jamur antara dua minggu, tiga minggu, dan empat minggu
Jenis jamur Rhizopus Dari hasil pengamatan jenis jamur Rhizopus (Lampiran 10) dan hasil analisis ragam (Lampiran 11) diketahui bahwa bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap jenis jamur Rhizopus, sedangkan masa inkubasi sangat berpengaruh terhadap jenis jamur Rhizopus. Interaksi bahan organik dan masa inkubasi tidak berpengaruh terhadap peningkatan jenis jamur Rhizopus yang Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
terdapat di dalam tanah Ultisol tersebut. Untuk mengetahui pengaruh setiap taraf perbedaan waktu inkubasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 berikut : Tabel 5. Jumlah jamur Rhizopus tanah akibat lama masa inkubasi yang berbeda Masa inkubasi Jumlah jamur Rhizopus 5 (-------SPK x 10 / g tanah ------) Minggu 1 569,98 a Minggu 2 400,00 b Minggu 3 141,98 c Minggu 4 18,72 c Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji BNJ
Dari tabel 5 di atas diketahui bahwa jenis jamur Rhizopus tertinggi terdapat pada perlakuan masa inkubasi satu minggu yaitu 569,98 SPK x 105/ g tanah. Selanjutnya jumlah jamur mengalami penurunan yang sangat nyata mulai minggu ke-2 hingga minggu ke-4. Dalam hal ini tidak terdapat perbedaan jamur
Jumlah jamur Rhizopus
antara minggu ke-3, dan minggu ke-4.
600 500 400 300 200 100 0 T1
T2
T3
T4
Masa inkubasi (Minggu)
Gambar 5. Jumlah jamur Rhizopus tanah akibat lama masa inkubasi yang berbeda (-----SPK x 105 / g tanah -----) Jenis jamur Rhizopus banyak di jumpai pada tanah Ultisol. Jamur Rhizopus dapat berkembang pada kondisi pH tanah yang masam. Akan tetapi pada pH netralpun jamur Rhizopus dapat berkembang, tetapi jumlahnya akan menurun. Jenis jamur Rhizopus tersebut dapat di lihat pada gambar 5. Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Gambar 6. Jenis jamur Rhizopus pada perbesaran 40 x. Jamur Rhizopus tersebut memiliki spora dan batang dan jamur Rhizopus tersebut juga memiliki cabang dan akar-akar kecil berbeda dengan jamur Mucor.
Jenis jamur Mucor Dari hasil pengamatan jenis jamur Mucor (Lampiran 12) dan hasil analisis ragam (Lampiran 13) diketahui bahwa jumlah jenis jamur Mucor pada masa inkubasi berpengaruh sangat nyata dan pemberian bahan organik juga berpengaruh sangat nyata, dan interaksi antara bahan organik dan masa inkubasi juga sangat berpengaruh nyata. Untuk mengetahui pengaruh setiap taraf perbedaan waktu inkubasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 6 berikut : Tabel 6. Interaksi jenis jamur Mucor akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda Masa Bahan organik inkubasi Tanpa bahan Pupuk Ampas TTKS Organik kandang tebu (----- SPK x 105/ g tanah -----) Minggu 1 17,34 b 11,64 c 18,54 a 3,00 e Minggu 2 7,99 d 3,00 e 4,56 e 3,00 e Minggu 3 3,00 e 3,00 e 3,00 e 3,00 e Minggu 4 3,00 e 3,00 e 3,00 e 3,00 e Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji BNJ.
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Dari table 6 di atas dapat dilihat bahwa perbandingan jumlah jamur Mucor sangatlah berbeda, dimana pada pemberian bahan organik pupuk kandang terlihat bahawa pada minggu pertama jumlah jamur Mucor tinggi yaitu sekitar 11, 64 x 105/g tanah dan pada minggu berikutnya terjadi penurunan jumlah jamur mucor. Sama halnya dengan pemberian bahan organik ampas tebu, jumlah jamur mucor pada minggu pertama tinggi yaitu sekitar 18, 54 x 105/g tanah. Akan tetapi pada pemberian tandan kosong kelapa sawit, jenis jamur mucor dari minggu pertama hingga minggu ke empat tidak ada terjadi peningkatan jenis jamur. Kemungkinan disebabkan bahwa pada tandan kosong kelapa sawit kandungan ligninnya sangat tinggi sehingga jamur mucor tidak dapat untuk berkembang, sedangkan pada pupuk kandang kandungan ligninnya rendah sehingga jamur mucor dapat berkembang dan dapat memperbanyak diri dengan memanfaatkan bahan organik yang terdapat pada pupuk kandang tersebut sebagai makanannya. 20 18 16
C/N tanah
14
Tanpa bahan organik
12
Pupuk kandang
10
Ampas tebu
8
TTKS
6 4 2 0 1
2
3
4
Masa Inkubasi ( Minggu )
Gambar 6. Jumlah jenis jamur Mucor akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda Jamur Mucor hampir serupa dengan jamur Rhizopus, akan tetapi jamur Mucor hanya memiliki spora dan batang saja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 7.
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Gambar 7. Jenis jamur Mucor pada perbesaran 40 x Dari gambar 7 di atas dapat kita lihat bahwa jamur Mucor. Jenis jamur ini hanya terdiri dari batang dan spora dan berwarna hijau kekuningan. Jenis jamur ini juga merupakan jamur hemiselulosa yang hanya dapat merombak lemak, karbohidrat, dan glokosa . tetapi jenis jamur Mucor ini sangat sulit untuk merombak bahan organik yang mengandung lignin yang tinggi seperti jenis kayu, dan bahan organik yang mengandung lignin yang tinggi lainnya.
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Pembahasan
Pemberian bahan organik tidak mempengaruhi pH tanah, karena bahan organik yang diaplikasikan ke dalam tanah berupa bahan organik yang masih segar. Bahan organik yang dalam bentuk segar diaplikasikan ke tanah belum mengalami proses pelapukan. pH tanah dapat meningkat apabila terjadi proses pelapukan bahan organik di dalam tanah. Dimana semakin lama bahan organik tersebut melapuk di dalam tanah maka pH tanah tersebut akan meningkat. pH tanah dapat meningkat dikarenakan oleh aktifitas mikroorganisme tanah. Mikroorganisme tanah dapat berkembang dan dapat merombak bahan organik yang terdapat di dalam tanah sehingga pH tanah tersebut terjadi peningkatan. Hal ini sesuai dengan hasil analisi yang telah dilakukan. Dimana pada analisis awal pH tanah yang dihasilkan sekitar 5,39. Menurut BPP Medan (1982) kadar pH 5,39 tersebut merupakan pH tanah yang rendah. Setelah dilakukan penambahan bahan organik dan lamanya masa inkubasi maka pH tanah tersebut meningkat hingga menjadi 7,53. Hal ini terjadi bahwa penambahan bahan organik dapat merangsang aktifitas mikroorganisme tanah. Pada saat dekomposis bahan yang pertama kali hilang adalah bahan yang mudah dicernakan. Banyak kelompok organisme aktif yang dapat mendekomposisi karbohidrat dan protein, tetapi fungi yang efektif dalam pendekomposis lignin. Maka dari itu pH tanah meningkat dari minggu 1 hingga minggu ke-4. Semakin lama bahan organik di dalam tanah maka pH tanah juga akan meningkat, karena bahan organik yang terdapat di dalam tanah tersebut akan
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
melapuk sesuai dengan waktu yang telah di tentukan. Hasil pelapukan bahan organik tersebut dapat berupa N, CO2, dan asam-asam organik. Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa bahan organik yang diaplikasikan ke dalam tanah berupa bahan organik dalam bentuk segar yang memiliki C/N sangat tinggi. Akan tetapi dengan diaplikasikan bahan organik tersebut kedalam tanah dan pada masa inkubasi yang telah ditentukan maka kadar C/N tanah tersebut akn mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4 pada perlakuan tanpa bahan organik bahwa pada minggu 1 hingga minggu ke-4 tidak terjadi perbedaan yang sangat nyata. Sedangkan pada pemberian bahan organik di dalam tanah terjadi penurunan kadar C/N bahan organik tanahnya. Hal ini kemungkinan pengaruh waktu sangatlah berperan penting untuk menurunkan C/N dalam tanah. Selain waktu (masa inkubasi), suhu juga sangat berperan penting dalam penurunan C/N di dalam tanah. C/N yang tertinggi terdapat pada penambahan bahan organic limbah ampas tebu. Penambahan limbah ampas tebu memiliki kadar C/N yang sangat tinggi pada minggu 1 yaitu sebesar 54,72. Jika nilai C/N tanah 54,72 merupakan nilai C/N yang tertinggi. Pada kondisi C/N yang tinggi tidak baik diaplikasikan kedalam tanah apalagi bahan organik yang diaplikasikan tersebut dalam keadaan segar. Pada kondisi nilai C/N rendah bahan organik yang diaplikasikan tersebut kedalam tanah merupakan sumber energi bagi mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutanto (2002) yang menyatakan bahwa bahan organik yang ditambah kedalam tanah akan menjadi sumber energi dan makanan untuk mikroorganisme di dalam tanah. Mikroorganisme tanah yang Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
aktif melalui rantai makanan, kemudian mengalami dekomposisi menghasilkan senyawa organik dan anorganik. Beberapa bahan organik juga berfungsi sebagai bahan sementasi dalam mengikat partikel agregat tanah. Pada penelitian ini semakin lama masa inkubasi maka jumlah jamurnya akan menurun. Penurunan jumlah jamur juga dapat dipengaruhi oleh pH tanah. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 13, yaitu hubungan korelasi pH tanah dan jumlah jamur dalam tanah pada gambar 8. Dari hasil penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa dengan meningkatnya pH tanah maka jumlah jamur yang terdapat didalam tanah tersebut akan menurun. Dimana jamur biasanya paling suka dengan pH yang masam, akan tetapi pada penelitian ini dengan kadar pH yang semakin meningkat maka jumlah jamurnya juga akan menurun. Jumlah jamur Mucor banyak terdapat pada perlakuan tanpa bahan organik dan pemberian ampas tebu, hal ini di sebabkan pada bahan organik tersebut masih banyak makanan yang terdapat di dalamnya seperti asam-asam organik yang masih segar. Sehingga jamur Mucor tersebut
dapat
berkembang dan
memanfaatkan asam-asam organik yang terdapat pada ke dua bahan organik tersebut sebagai sumber nutrisi atau sebagai sumber energi. Peningkatan jumlah jamur Mucor juga dapat disebabkan oleh kadar pH tanah dan kadar C/N tanahnya. Hal ini dapat di lihat pada lampiran 13 gambar 9 dan 10. semakin meningkat pH tanah dan C/N tanah maka jumlah jamur mucor juga akan semakin meningkat. Hal ini kemungkinan jamur Mucor lebih suka pada pH netral dan lebih menyukai kadar C/N tanah yang tinggi. Jamur Rhizopus, semakin bertambahnya masa inkubasi maka jumlah jamurnya akan menurun. Hal ini disebabkan karena bahan organik atau bahan Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
nutrisi yang terdapat di dalam tanah semakin lama masa inkubasi maka jumlah jamur tesebut semakin berkurang. Faktor yang mempengaruhi jumlah jamur yaitu faktor lingkungannya seperti pH, makanan, dalam bentuk asam-asam organik yang terdapat di dalam tanah dan bahan organik yang diaplikasikan kedalan tanah Ultisol tersebut. Jamur Rhizopus merupakan jamur yang tergolong kedalam kelompok hemiselulotik dan selulotik hal ini dinyatakan oleh Alexander Martin (1976). Dimana jamur Rhizopus tersebut dapat merombak ligni, lemak, selulosa dan karbohidrat yang terdapat pada bahan organik tersebu. Hasil perombakan tersebut dijadikan sebagai bahan makanan dan sebagai energi bagi jamur Rhizopus tersebut.
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pemberian bahan organik berupa limbah perkebunan dan pupuk kandang tidak mempengaruhi jumlah jamur pada tanah Ultisol. 2. Bahan organik berupa limbah perkebunan, pupuk kandang dan lamanya masa inkubasi menurunkan jumlah populasi jamur pada tanah Ultisol. 3. Masa inkubasi sangat berpengaruh terhadap pH tanah dan penurunan jumlah jamur. Semakin meningkat pH tanah maka jumlah jamur tanah akan semakin menurun. 4. Jenis jamur yang diperoleh akibat pemberian bahan organik limbah perkebunan kelapa sawit, limbah ampas tebu, dan pupuk kandang pada masa inkubasi yang berbeda adalah jenis jamur Rhizopus dan jenis jamur Mucor.
Saran Pemberian bahan organik dalam bentuk segar tidak memberikan pengaruh positif terhadap tanah dan tanaman, karena C/N bahan organik tersebut masih tinggi. Perlu dilakukan inkubasi yang lebih lama agar rasio C/N bahan organik tersebut rendah (C/N < 20) sehingga dapat memberikan pengaruh positif terhadap tanah dan tanaman.
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.2007.PertanianOrganik.http://Geocities.com/PertanianOrganik/index :htm [10 April 2007] ______ , 2007. Penelitian pabrik gula.http://ipard.com/penelitian/2007/penelitian gula.[10 April 2007] ______ , 2007. Pembuatan Kompos.http://id.wikipedia.org/wiki/2007/kompos. [10 April 2007] Anas. I. 1989. Petunjuk Laboratorium Biologi Tanah dan Praktek. Penelaah Soepardi. G. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Antar Universitas Bioteknologi, IPB, Bogor. Agrios. G.N.1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi 3 (tiga). Terjemahan oleh Munsir Busnia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Coyne. M. 1999. Soil Microbiology: An Exploratory Approach. Delmar Publisher, London. Darmosarkoro. W., Winarna., Rahutomo. S. 2003. Lahan dan Penelitian Kelapa Sawit. Pusat penelitian kelapa sawit, Medan. Gandjar. I. Samson. R. A. Vermenlen. K.V.D.T. Oetani.A. dan Santoso. I. 1999, Pengenalan Kapang Tropik Umum, Universitas Indonesia, Jakarta. Gunawan.A.W. 2000. Usaha Pembibitan Jamur. Penebar Swadaya, Jakarta. Hardjowigeno. S., 1993, Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akapress. Jakarta Isroi. S. 2006. Penelitian Mikroba. Balai Penelitian Bioteknology. Bogor. http://
[email protected];
[email protected] [ 10 April 2007] Munir. M, 1996. Tanah – Tanah Utama Indonesia. Penerbit Pustaka Jaya. Jakarta. Musnamar.E.I, 2003. Pupuk Organik, Cair dan Padat, Pembuatan dan Aplikasi. Penebar swadaya. Jakarta. Pelczar. M.J., Chan. E.C.S. 1986. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Diterjemahkan oleh Hadioetomo.R. S, dkk, Universitas Indonesia Press, Jakarta. Rao, N.S.S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Edisi kedua Penerbit Universitas Indonesia, UI Press. Jakarta. Rinsema. W.T, Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Bhratara. Jakarta. Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Sutanto. R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Subagyo. H. Suharia. N, dan Agus. B. Siswanto. 2000. Tanah-Tanah Pertanian di Indonesia, dalam Sumber Daya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Adimihardja. A. Amien. L. I. Agus. F. Djaenuddin. D. (ed) Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor. Soil Survey Staff. 1998. Keys to Soil Taxonomy, 8th Edition USDA. Washington DC
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Lampiran 1. Data Analisis awal tanah Analisa awal tanah Ultisol Parameter Nilai pH tanah 5,39 C (%) tanah 0,14 % N (%) tanah 0,03 % C/N tanah 4,67 KA (%) 6,38 % KL (%) 47,05 % Menurut : 1. Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983 2. BPP Medan, 1982
Keterangan Rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah -
Lampiran 2. Analisa Awal jamur dan C/N bahan organik Analisa awal jamur Parameter Total jamur Total jamur Mucor Total jamur Rhizopus
Nilai 140 x 107 4 x 104 12 x 107
Lampiran 3. Analisa Awal C/N Bahan Organik Analisa Awal C/N bahan organik Parameter C/N P.K. Sapi C/N Ampas tebu C/N TTKS
Nilai 22,68 79,98 49,04
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Lampiran 4. Data pengamatan pH tanah ULANGAN PERLAKUAN I II III B0T1 5,66 5,71 5,87 B0T2 6,64 6,96 7,06 B0T3 6,65 6,37 6,58 B0T4 7,67 7,58 7,56
TOTAL
RATA-RATA
17,24 20,66 19,60 22,81
5,74 6,88 6,53 7,60
B1T1 B1T2 B1T3 B1T4
5,81 6,60 6,41 7,60
5,66 5,90 6,29 7,48
5,52 7,06 6,02 7,53
16,99 19,56 18,72 22,61
5,66 6,52 6,24 7,54
B2T1 B2T2 B2T3 B2T4
5,60 6,67 6,50 7,62
5,98 7,00 6,67 7,58
5,60 6,31 6,70 7,57
17,18 19,98 19,87 22,77
5,73 6,66 6,62 7,59
B3T1 B3T2 B3T3 B3T4 TOTAL RATA-RATA
5,76 6,84 6,58 7,44 106,05 6,63
5,71 7,01 6,61 7,37 105,88 6,62
5,91 6,78 6,77 7,36 106,2 6,64
17,38 20,63 19,96 22,17 318,13
5,79 6,88 6,65 7,39 6,63
Lampiran 5. Daftar sidik ragam pH Tanah SK db JK KT Perlakuan 15 20,40 1,36 Bahan organik (B) 3 0,315 0,105 Waktu (T) 3 19,69 6,56 BxT 9 0,402 0,045 Galat 32 1,42 0,044 Total 47 21,82
Fhitung 30,9 ** 2,38 tn 149,0 ** 1,02 tn
F 5% 1,995 2,90 2,90 2,19
F 1% 2,66 4,46 4,46 3,01
Kk = 3,16 %
Ket :
tn : tidak nyata * : nyata ** : Sangat nyata
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Lampiran 6. Data C/N Bahan organik limbah Perkebunan ULANGAN PERLAKUAN TOTAL RATA-RATA I II III B0T1 4,50 3,75 4,25 12,5 4,17 B0T2 4,25 4,00 4,50 12,75 4,25 B0T3 4,50 4,25 4,50 13,25 4,41 B0T4 6,00 5,67 6,00 17,67 5,89 B1T1 B1T2 B1T3 B1T4
19,16 12,20 8,95 6,25
20,29 12,87 9,06 6,29
20,27 11,88 8,04 6,20
59,72 36,95 26,05 18,74
19,9 12,31 8,68 6,25
B2T1 B2T2 B2T3 B2T4
52,60 45,40 40,98 31,74
57,77 46,50 43,23 31,58
53,80 47,27 42,26 32,27
164,17 139,17 126,47 95,59
54,72 46,39 42,15 31,86
B3T1 B3T2 B3T3 B3T4 TOTAL RATA-RATA
47,59 43,17 40,05 37,47 404,81 25,30
47,98 43,38 39,72 37,14 413,48 25,84
47,19 44,34 39,51 38,44 410,72 25,67
142,76 130,89 119,28 113,05 1229,01
47,59 43,63 39,76 37,68 25,60
Lampiran 7. Daftar sidik ragam C/N bahan Organik Limbah Perkebunan SK db JK KT Fhitung F 5% F 1% Perlakuan 15 16112,3 1074,15 1432,3 ** 1,995 2,66 ** Bahan organik (B) 3 14800,88 4933,62 6578,16 2,90 4,46 Waktu (T) 3 807,31 269,10 358,8 ** 2,90 4,46 ** BxT 9 504,11 56,01 74,68 2,19 3,01 Galat 32 23,87 0,75 Total 47 16136,17 Kk = 3,38 %
Ket :
tn : tidak nyata * : nyata ** : Sangat nyata
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Lampiran 8. Data Jumlah jamur metode MPN ULANGAN PERLAKUAN TOTAL RATA-RATA I II III (----- SPK x 105/ g tanah ----- ) B0T1 14000 14000 14000 42000 14000 B0T2 2 140 140 282 94 B0T3 95 1100 40 1235 411,7 B0T4 2 75 3 80 26,7 B1T1 B1T2 B1T3 B1T4
14000 15 20 20
14000 250 30 2
14000 30 15 20
42000 295 65 42
14000 98,3 21,7 14
B2T1 B2T2 B2T3 B2T4
14000 2 140 2
3000 350 140 2
14000 30 15 2,4
31000 382 295 6,4
10333,3 172,3 98,3 2,13
B3T1 B3T2 B3T3 B3T4 TOTAL RATA-RATA
11000 20 30 1,5 53349,5 3334,34
14000 450 15 0,9 47554,9 2972,18
14000 350 30 3 56678,4 3542,4
39000 820 75 5,4 157582,8
13000 273,3 25 1,8
Lampiran 9. Daftar Transformasi sidik ragam Jumlah Jamur Metode MPN SK db JK KT Fhitung F 5% F 1% ** Perlakuan 15 81,54 5,436 15,66 1,995 2,66 Bahan organik (B) 3 0,624 0,208 0,599tn 2,90 4,46 ** Waktu (T) 3 77,659 25,886 74,599 2,90 4,46 tn BxT 9 3,257 0,361 1,040 2,19 3,01 Galat 32 11,134 0,347 Total 47 92,674
Kk = 29,19 % Ket :
tn : tidak nyata * : nyata ** : Sangat nyata
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Lampiran 10. Total jenis jamur Rhizopus ULANGAN PERLAKUAN I II III B0T1 1000.105 700.105 1000.105 B0T2 200.105 700.105 1000.105 B0T3 400.105 100.105 2.105 B0T4 1.105 10.105 1.105
TOTAL
RATA-RATA
2700.105 1900.105 502.105 12.105
900.105 633,3.105 167,3.105 4.105
B1T1 B1T2 B1T3 B1T4
900.105 400.105 100.105 0
200.105 40.105 100.105 100.105
200.105 400.105 100.105 1.105
1300.105 840.105 300.105 101.105
433,3.105 280.105 100.105 33,7.105
B2T1 B2T2 B2T3 B2T4
300.105 500.105 300.105 100.105
900.105 600.105 200.105 10.105
40.105 300.105 2.105 0
1240.105 1400.105 502.105 110.105
413,3.105 466,7.105 167,3.105 36,7.105
B3T1 B3T2 B3T3 B3T4 TOTAL RATA-RATA
400.105 60.105 200.105 0 4861 303,8
800.105 400.105 100.105 1.105 4961 310,06
400.105 200.105 100.105 0 3746 234,1
1600.105 660.105 400.105 1.105 13568
533,3.105 220.105 133,3.105 0,3.105
Lampiran 11. Daftar Transformasi sidik ragam Total jenis jamur Rhizopus SK db JK KT Fhitung F 5% F 1% ** Perlakuan 15 136,496 9,099 3,61 1,995 2,66 Bahan organik (B) 3 5,886 1,962 0,78tn 2,90 4,46 ** Waktu (T) 3 113,168 37,72 15.003 2,90 4,46 tn BxT 9 17,44 1,937 0,77 2,19 3,01 Galat 32 80,468 2,514 Total 47 216,958
Kk = 24,58 % Ket :
tn : tidak nyata * : nyata ** : Sangat nyata
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Lampiran 12. Total jenis jamur Mucor ULANGAN PERLAKUAN I II III B0T1 5 7 5,3 B0T2 1 2,69 4,3 B0T3 1 1 1 B0T4 1 1 1
TOTAL
RATA-RATA
17,3 7,99 3 3
5,77 2,66 1 1
B1T1 B1T2 B1T3 B1T4
5,3 1 1 1
3,3 1 1 1
3 1 1 1
11,6 3 3 3
3,87 1 1 1
B2T1 B2T2 B2T3 B2T4
6,77 2,56 1 1
4,77 1 1 1
7 1 1 1
18,54 4,56 3 3
6,18 1,52 1 1
B3T1 B3T2 B3T3 B3T4 TOTAL RATA-RATA
1 1 1 1 31,63 1,98
1 1 1 1 29,76 1,86
1 1 1 1 31,6 1,975
3 3 3 3 92,99
1 1 1 1
Lampiran 13. Daftar Transformasi sidik ragam Total jenis jamur Rhizopus SK db JK KT Fhitung F 5% F 1% Perlakuan 15 140,26 9,35 19,27** 1,995 2,66 Bahan organik (B) 3 19,37 6,46 13,31** 2,90 4,46 Waktu (T) 3 85,54 28,18 58,1** 2,90 4,46 BxT 9 36,35 4,038 8,33** 2,19 3,01 Galat 32 15,53 0,485 Total 47
Kk = 50 % Ket :
tn : tidak nyata * : nyata ** : Sangat nyata
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.