Dinamika Komunikasi Keluarga Single Mother Sisca Febriyani1, Kismiyati El Karimah2, Nindi Aristi3 Jurusan Ilmu Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Corresponding Author :
[email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna diri yang terbentuk sebelum menjadi single mother, mengetahui makna diri yang terbentuk setelah menjadi single mother, dan mengetahui alasan single mother harus memahami komunikasi dalam berinteraksi dengan diri, anak, dan lingkungan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, catatan lapangan, dan studi kepustakaan. Informan dalam penelitian ini adalah single mother yang berusia maksimal 50 tahun dan memiliki anak. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa selain faktor ekonomi, ternyata faktor komunikasi menjadi salah satu pemicu terjadinya perceraian. Beberapa kasus rumah tangga harus berakhir dengan perceraian karena kurang komunikasi diantara anggota keluarga tersebut. Selain itu, terdapat
banyak kesulitan yang dialami single
mother dalam menghadapi fase kehidupan yang baru .Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa komunikasi merupakan salah satu faktor yang penting dalam sebuah keluarga dan perceraian akan berpengaruh pada kondisi emosional dan keadaan ekonomi keluarga.
Keywords : dinamika komunikasi, single mother
1
Penulis Pembimbing Utama 3 Pembimbing Pendamping 2
Latar Belakang Masalah Hidup pada sekarang ini membutuhkan semangat yang kuat dan tekat yang keras, seorang yang hidup serba kekurangan membuat orang harus bekerja keras untuk menjalani hari ini dan besoknya, akan tetapi bagaimana jika seorang wanita yang hidup tanpa suaminya. Pasti sangat berat beban yang dipikul dalam keluarga, apalagi mempunyai anak yang masih kecil dan masih sekolah. ”Sering
pada malam hari saya berdoa kepada Allah sambil menangis dan berkata kepada-Nya, ’Saya tidak tahu harus berbuat apa besok.’”—GLORIA (nama samaran), ibu tanpa suami dengan tiga anak. Menjadi ibu tunggal (single mother) dari ketiga anaknya bukanlah pilihan dalam hidupnya, dua tahun lalu suami yang sangat dicintainya telah meninggal dunia. Bayangannya belum hilang dan terasa masih membekas meninggalkan luka yang teramat dalam. Cuplikan kisah di atas hanyalah satu dari ratusan derita yang dirasakan perempuan-perempuan di daerah pesisir, Indramayu. Sebuah wilayah yang sebenarnya kaya akan hasil laut. Belum lagi saat ini Pertamina juga menapakkan kakinya di sana. Sangat disayangkan, kehidupan masyarakat Indramayu masih jauh dari kesejahteraan. Hal itu dapat dilihat dari berbagai predikat yang disandang oleh Kabupaten Indramayu seperti daerah pelacuran anak, daerah penjualan manusia, daerah Tenaga Kerja Wanita, daerah dengan angka perceraian tertinggi, dan sejumlah istilah-istilah lainnya. Alasan yang melatarbelakangi masyarakat Indramayu melakukan semua itu hanya karena faktor perekonomian. Dengan keadaan yang begitu terpuruk, para single mother ini tidak mengetahui bagaimana cara menyikapi setiap masalah dalam hidupnya, khususnya dalam memperhatikan kondisi mental sang anak. Tidak terpikir dalam benak mereka bagaimana cara yang baik dalam mendidik anak agar kelak anak mereka mampu memaknai hidup ini jauh lebih baik dan tidak mengalami hal yang dirasakan ibunya. Pada dasarnya tidak ada seorang wanita pun yang menginginkan menjadi single mother. Namun, pada akhirnya status itu bisa menimpa siapa saja, entah itu ibu rumah tangga biasa atau wanita karier yang sedang berada di posisi puncak.
Status itu bisa terjadi akibat perceraian, pasangan meninggal dunia, atau suami menghilang kabur entah ke mana. Sayap pun terkepak tinggal sebelah, sedangkan kehidupan terus berjalan. Siap atau tidak siap, menjadi single mother harus siap melanjutkan kehidupan ini. Sedangkan fenomena single mother di dunia semakin meningkat, terbukti dari beberapa data yang berhasil dihimpun dari berbagai sumber seperti berikut ini : Amerika Serikat: ”Jumlah ibu tanpa suami meningkat antara tahun 1970 dan tahun 2000, dari 3 juta menjadi 10 juta; selama periode yang sama, jumlah ayah tanpa istri juga meningkat, dari 393.000 menjadi 2 juta.”—Biro Sensus AS. Irlandia: Tingkat pertambahan keluarga dengan ibu tanpa suami meningkat dari 5,7 persen pada tahun 1981 menjadi 7,9 persen pada tahun 1991.— Single Mothers in an International Context, 1997. Inggris: ”Proporsi keluarga yang dikepalai oleh orang tua tunggal telah melampaui 25 persen untuk pertama kalinya, mencerminkan pertumbuhan yang sangat besar dalam jumlah ibu yang tidak pernah menikah dan peningkatan yang signifikan dalam tingkat perceraian selama 30 tahun terakhir ini.”—The Times, London, 2 Maret 2000. Prancis: ”Sejak akhir tahun 1970-an, proporsi keluarga dengan orang tua tunggal telah meningkat lebih dari 50 persen.”—Single Mothers in an International Context, 1997. Jerman: ”Jumlah orang tua tunggal telah berlipat ganda dalam dua dekade terakhir. Hampir semua keluarga dengan orang tua tunggal dikepalai oleh sang ibu.”—Single Mothers in an International Context, 1997. Yunani: ”Sejak tahun 1980, jumlah ibu yang tidak menikah telah meningkat sebanyak 29,8 persen. Dan, menurut data yang disediakan oleh Uni Eropa, pada tahun 1997 persentase anak-anak yang lahir di luar ikatan perkawinan ialah 3,3 persen, sedangkan pada tahun 1980 persentasenya hanya 1,1 persen.”—Surat kabar Ta Nea, Athena, 4 September 1998. Jepang: ’Keluarga dengan ibu tanpa suami telah meningkat sejak tahun 1970an.’ Pada tahun 1997, 17 persen dari semua keluarga dikepalai oleh orang tua tunggal.—Single Mothers in an International Context, 1997; The World’s Women 2000: Trends and Statistics. Australia: Hampir 1 dari 4 anak tinggal hanya dengan salah satu orang tua kandung mereka. Hal ini umumnya diakibatkan oleh kehancuran perkawinan atau hubungan orang tua. Telah diperkirakan bahwa keluarga dengan orang
tua tunggal akan meningkat antara 30 dan 66 persen dalam periode 25 tahun.—Biro Statistik Australia.1 Sedangkan untuk di Indonesia, jumlah perceraian semakin meningkat. Data Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung (Ditjen Badilag MA), kurun waktu 2010 ada 285.184 perkara yang berakhir dengan perceraian ke Pengadilan Agama se-Indonesia. Angka tersebut merupakan angka tertinggi sejak 5 tahun terakhir. Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat perceraian yang cukup tinggi. Pada Tingkat Kabupaten, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, ternyata punya prestasi pemegang rekor tertinggi jumlah kawin dan cerai se-Jawa Barat. Di daerah yang berpenduduk 1,3 juta jiwa ini angka perkawinan sekitar 100 ribu per tahun sedangkan yang bercerai sekitar 10 ribu. Data Kantor Pengadilan Agama Indramayu menyebutkan, angka perceraian di Indramayu adalah yang tertinggi di seluruh Jawa Barat. Karena tradisi masyarakat tani yang mengawinkan putra-putri mereka di usia yang masih sangat muda, serta tingkat pendidikan dan kesadaran agama yang relatif masih rendah memicu tingginya angka perceraian. Tingkat perceraian di Kabupaten Sumedang yang sangat tinggi, menempatkan posisi kedua terbesar di Jawa Barat. Faktor tingginya angka perceraian itu dikarenakan masalah ekonomi serta perselingkuhan, selain faktor lainnya. Angka perceraian itu, tergolong tinggi, bahkan diketahui menempati nomor urut kedua terbesar setelah Indramayu. Seperti diungkapkan oleh Iis Tuti Kurniati selaku Kabid Pemberdayaan Perempuan pada Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan. Menurutnya, dari data tahun 2009 lalu yang diperoleh dari Pengadilan Agama Sumedang, angka perceraian mencapai 2.113 pasangan. Dengan data yang telah diuraikan sebelumnya, telah jelas bahwa saat ini banyak sekali single mother yang tersebar di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Lalu bagaimanakah mereka menjalani kehidupan bersama anak dan 1
Anonymous. 2009. Keluarga dengan orang tua tunggal dapat berhasil. http://iblogronnpgpanswers.blogspot.com/2009/06/keluarga-dengan-orang-tua-tunggal-dapat.html (diakses tanggal 8 Februari 2012 pukul. 20.45 WIB) 4
keluarganya? Mampukah mereka bertahan dalam membesarkan buah hatinya seorang diri?. Simaklah kisah salah satu single mother lainnya berikut ini yang begitu memperhatikan aspek komunikasi dalam membesarkan anaknya. “Carolyn, seorang ibu tanpa suami dengan seorang putra yang masih muda bernama Joseph, merasa senang dengan cara putranya bertumbuh. Apa rahasianya? ”Kami membaca Alkitab bersama-sama sebelum tidur,” ujarnya, ”lantas saya mengajukan pertanyaan kepadanya mengenai apa yang telah ia pelajari. Selain itu, kami membahas beberapa paragraf yang dipilih dari publikasi Alkitab dan menerapkannya secara pribadi. Hal ini membantu Joseph sewaktu ia menghadapi problem, seperti penindasan di sekolah.” Carolyn mengakui bahwa kehidupannya tidaklah mudah, tetapi ia tidak merasa sendirian. Ia menyatakan, ”Ini adalah perjuangan tanpa henti, tetapi saya merasa bahwa Yehuwa benar-benar membantu saya.”2 Sungguh luar biasa, ketika seorang ibu memberikan sentuhan kasih sayang melalui komunikasi yang ia lakukan dengan sang anak, dalam kisah tersebut, Carolyn selalu menyempatkan waktu membaca Alkitab dan membahasnya bersama sang anak, meskipun dia seorang single mother, dia tidak melupakan bahwa pengasuhan yang baik akan menentukan anaknya akan menjadi seperti apa. Dengan menyempatkan berkomunikasi dengan anak, meskipun dalam waktu yang singkat. Komunikasi keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam mengasuh anak. Hal itu akan membuat anak merasa diperhatikan. Selain itu, pola pengasuhan juga akan membuat anak kita memahami bagaimana hidup, apa artinya hidup, dan bagaimana menjalani hidup ini dengan baik. Disadari atau tidak disadari manusia pasti akan berkomunikasi, karena manusia adalah makhluk sosial yang pasti akan melakukan hubungan dengan siapapun. Komunikasi yang dilakukan oleh manusiapun ada banyak macam, cara dan bentuknya sesuai dengan keinginan dan pemahaman dari penyampai pesan (komunikator) serta penerima pesan (komunikan).
Namun tidak seorang pun
manusia di dunia ini yang lahir dengan keterampilan berkomunikasi. Beberapa 2
Anonymous. 2009. Keluarga dengan orang tua tunggal dapat berhasil. http://iblogronnpgpanswers.blogspot.com/2009/06/keluarga-dengan-orang-tua-tunggal-dapat.html (diakses tanggal 8 Februari 2012 pukul. 19.35 WIB) 5
kesalahan sering terjadi,
diantaranya
adalah saling menginterupsi,
adu
argumentasi, saling menyalahkan, menyerang kepribadian, menciptakan perasaan bersalah pada lawan bicara, terburu-buru, menyatakan keinginan tidak jelas dan tidak realistis. Hal ini juga lah yang sering menyebabkan konflik antar anggota keluarga. Seorang single mother harus mampu mengetahui bagaimana dia berkomunikasi dengan anaknya, zaman yang selalu berubah membuat single mother harus lebih jeli lagi dalam memilih cara berkomunikasi dengan anaknya sehingga mampu menyesuaikan dengan perkembangan yang ada. Penyesuaian terhadap perkembangan yang ada itu kerap disebut dengan dinamika. Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan.3 Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam interaksi dengan kelompoknya, (Kurniadi, 2001 : 271). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan, (Departemen Kesehatan RI, 1988). Definisi lain mengatakan, keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. (Bailon dan Maglaya, 1978). Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah: 1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi. 2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain. 3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik.
3
Putri, Yulia. 2010. Pengertian Dinamika. http://yuliaputri.blogspot.com/2010/10/pengertian-dinamika.html (di akses tanggal 20 desember 2011, pkl. 16.40 WIB) 6
4. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota. Ketika sebuah keluarga tidak utuh lagi, sudah tentu akan mempengaruhi kondisi mental sang anak, baik itu dari kepribadian, sikap dan perilaku, bahkan pola pikirnya. Menurut Amato & Keith dalam (Julia M. Lewis dkk 2004:206):“Divorce results in a lowering of the quality of the child’s relationship with the mother as well as with the father. (Amato & Keith, 1991)” Jalinan kasih sayang dan komunikasi yang erat antara orang tua dan anak niscaya akan membantu pembentukan kepribadian anak dalam keluarga single parent. Menjadi orang tua tunggal bukanlah hal mudah. Salah satunya harus siap menerima reaksi dari berbagai pihak, termasuk orang tua dan keluarga. Selain itu, dengan status janda juga harus siap menerima gunjingan teman, tetangga maupun rekan kerja. Pada dasarnya, siapapun tidak ada yang berharap menjadi orang tua tunggal di dunia ini. Keluarga utuh adalah idaman setiap orang. Namun bagaimana bila takdir berkata lain? menjadi orang tua tunggal (single parent) dalam sebuah rumah tangga tentu saja tidak mudah. Terlebih bagi seorang istri yang ditinggalkan suaminya karena meninggal atau bercerai (single mother). Paling tidak, dibutuhkan perjuangan berat untuk membesarkan si buah hati, termasuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tidak akan pernah ada perempuan yang menginginkan menjadi single mother atau wanita sebagai orang tua tunggal, karena hal itu bukanlah pilihan melainkan satu kondisi yang tidak mudah dihadapi. Single mother harus menanggung banyak masalah dan menghadapi tantangan terbesar dalam kehidupannya terutama mengenai hubungan pribadi single mother itu sendiri. Mereka, para single mother
harus mampu berperan
ganda yaitu sebagai ayah yang fungsinya mencari nafkah, dan sebagai ibu yang berperan membesarkan serta mendidik anak. Sebagai orang tua tunggal, mau tak mau karena mereka dituntut untuk bisa mengatur segalanya seorang diri. Beberapa di antaranya mengatur keuangan, bekerja, dan menyediakan waktu 7
untuk anak. Fase paling menyedihkan adalah kala sedang ditimpa masalah, di mana saat itu membutuhkan pasangan untuk berbagi cerita dan mencurahkan semua perasaan. Menurut beberapa single parent, kondisi paling menyedihkan bukan saat sakit, tapi ketika anak bertanya tentang keberadaan ayahnya. ”Ayah ke mana bu? Kok tidak pulang-pulang? Aku rindu ayah, aku mau ketemu ayah”. Dengan berbagai alasan, sang ibu berusaha memberikan jawaban yang menyenangkan perasaan anak. Harus diakui, untuk menjalani hidup seperti ini, membutuhkan kekuatan hati dan daya juang yang tinggi. Bagi yang mengalaminya, entah karena bercerai atau pasangan hidupnya meninggal, tak perlu terpuruk lama-lama karena bisa belajar dari banyak hal dari semua yang telah terjadi. Menurut Perlmutter & Hall (1992) ada beberapa sebab mengapa seseorang sampai menjadi single mother, yaitu karena kematiaan suami atau, perceraian atau perpisahan, mempunyai anak tanpa nikah. Menurut Papalia dkk. (2002) single mother adalah wanita yang ditinggalkan oleh suami atau pasangan hidupnya baik karena terpisah, bercerai atau meninggal dunia untuk kemudian memutuskan untuk tidak menikah melainkan membesarkan anak-anaknya seorang diri. 4 Menjadi single mother merupakan sebuah situasi yang khusus sekaligus ekstrim dan menantang bagi seorang wanita. Hal ini karena umumnya individu yang menjadi single mother terlebih dahulu melewati masa-masa yang penuh stres, ketakutan dan rasa bersalah dari kejadian-kejadian traumatis yang dialaminya, baru kemudian menyesuaikan diri dengan kehidupan yang baru serta tanggung jawab yang lebih besar terhadap keluarganya.
4
Menurut Papalia dkk dalam Okvina. 2008. Wanita sebagai single parent dalam membentuk anak yang berkualitas. http://okvina.wordpress.com/2008/01/05/wanitasebagai-single-parent-dalam-membentuk-anak-yang-berkualitas/. (diakses pada hari sabtu, 12 november 2011 pukul 20.03 WIB)
8
Dalam era modernisasi seperti sekarang ini, peran penting orang tua sangat dibutuhkan, berkenaan dengan perkembangan kecanggihan teknologi dan pergaulan yang semakin bebas. Di zaman yang serba instan seperti sekarang ini, semakin sulit orangtua melakukan komunikasi dengan anak. Para orangtua saat ini justru banyak disibukkan dengan segudang aktivitas. Alhasil sang anak tidak punya tempat untuk bercerita atau sekadar berkeluh kesah yang pada akhirnya menuangkan unek-unek melalui kecanggihan teknologi. Ada cerita menarik dari Stephen Covey - peneliti buku Seven Habits ketika hendak mengubah kebiasaan anaknya yang selalu menghabiskan waktu di depan televisi. Ia mengatakan, "Saya tahu pasti apa yang akan terjadi bila saya memberi batasan pada mereka: teriakkan tidak puas, keluhan, dan gejala penarikan diri yang kasar". Apa yang ia lakukan? Covey mengajak mereka untuk berkumpul dan mendiskusikan banyak hal tentang televisi. Setelah semuanya paham tentang apa dan bagaimana televisi tersebut, ia kemudian memberi penekanan terhadap dampak buruk bila terlalu banyak menonton televisi. Ia pun mengutip sebuah penyataan dari Alexander Pope tentang kemaksiatan: Kemaksiatan adalah monster yang sangat menakutkan, untuk dibenci bukan untuk dilihat, namun dilihat terlalu sering, kenal dengan wajahnya, mulanya kita tegar, lantas iba, kemudian merangkulnya. Di akhir pembicaraan, Stephan Covey mengungkapkan bahwa usahanya tersebut berhasil dengan suatu keputusan bahwa semua anggota keluarga akan membatasi diri dalam menonton televisi, hanya satu jam setiap hari. Semua senang dan tidak ada yang melanggar, karena telah menjadi keputusan bersama.5
Kisah di atas memberi gambaran kepada kita bahwa komunikasi yang efektif adalah satu hal penting dalam keluarga. Tentu sangat masuk akal, karena hampir 80 % waktu kita digunakan untuk berkomunikasi. Baik tidaknya sebuah keluarga, sangat dipengaruhi baik tidaknya komunikasi yang ada di dalamnya. Komunikasi tidak terbatas "hanya" pada penyampaian pesan dari satu pihak kepada pihak lain saja. Ada hal mendasar yang harus ada agar komunikasi berjalan lancar, yaitu kepercayaan. Sebaik apapun materi komunikasi, bila tidak dilandasi kepercayaan, maka komunikasi akan menjadi sulit dan tidak efektif.
5
Nisma. 2010. Journal. http://nisma27.multiply.com/journal/item/80 (di akses tanggal 20
desember 2011, pkl. 18.46 WIB)
9
Menurut Rae Sedwig dalam (Achdiat, 1997 : 30), komunikasi keluarga adalah suatu pengorganisasian yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi suara, tindakan untuk menciptakan harapan image, ungkapan perasaan serta saling membagi pengertian. Kata-kata, sikap tubuh, intonasi suara dan tindakan, mengandung maksud mengajarkan, mempengaruhi dan memberikan pengertian. Sedangkan Galvin dan Brommel (1986), mendefinisikan komunikasi keluarga sebagai suatu simbiosis, proses transaksional menciptakan dan membagi arti dalam keluarga. Komunikasi di dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan membicarakan
dengan
terbuka
setiap
hal
dalam
keluarga
baik
yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan (Friendly :2002: 1). Terlihat jelas bahwa dalam keluarga pasti membicarakan hal-hal yang terjadi pada setiap individu, komunikasi yang dijalin merupakan komunikasi yang dapat memberikan suatu hal yang dapat diberikan kepada setiap anggota keluarga lainnya. Dengan adanya komunikasi, permasalahan yang terjadi diantara anggota keluarga dapat dibicarakan dengan mengambil solusi terbaik. Secara umum, komunikasi dalam keluarga ini biasanya berbentuk komunikasi antar persona (face to face communication) yang pada intinya merupakan komunikasi langsung dimana tiaptiap peserta komunikasi dapat beralih fungsi, baik sebagai komunikator dan komunikan. Selain itu, yang lebih penting lagi adalah bahwa reaksi yang diberikan masing-masing peserta komunikasi dapat diperoleh langsung. Karena itulah, keluarga dapat dikategorikan sebagai satuan sosial terkecil dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Berdasarkan uraian tersebut peneliti sangat tertarik untuk mengungkap fenomena dinamika komunikasi pada keluarga single mother, selain itu peneliti juga merasa bahwa banyak orang tua yang menjadi single mother belum mengerti tentang betapa pentingnya komunikasi yang mempunyai pengaruh sangat besar dalam pembentukan kepribadian anak.
10
Untuk menjelaskan dinamika komunikasi pada keluarga single mother tersebut, maka peneliti memutuskan untuk menggunakan Teori Interaksi Simbolik milik Herbert Mead dalam penelitian ini. Teori Interaksi Simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu (Soeprapto) dalam (Jalaludin Rakhmat: 2005: 120). Individu adalah objek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain.
Teori ini menyatakan bahwa Interaksi
sosial pada hakekatnya adalah Interaksi simbolik. Manusia berinteraksi dengan yang lain dengan cara menyampaikan simbol, yang lain memberi makna atas simbol tersebut. Dalam hal ini, bagaimana single mother memberikan makna dan simbol terhadap diri, anak, dan lingkungannya. Metodologi Penelitian a. Metode Penelitian Metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada metode ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15).
b. Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian kualitatif cukup beragam, salah satunya yaitu pendekatan fenomenologis yang digunakan dalam penelitian ini. Fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu (Moleong, 2007 : 17).
c. Subjek Penelitian Penelitian ini membahas tentang dinamika komunikasi keluarga single mother, maka yang menjadi subjek penelitian (narasumber) adalah mereka yang
11
mampu memberikan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan atau berkaitan dengan penelitian ini. Informan penelitian yang dipilih sebagai sumber data adalah ibu dalam keluarga single mother yang berada di Kabupaten Indramayu, dengan kriteria sebagai berikut : 1. Single mother yang usianya maksimal 50 tahun. 2. Single mother yang mempunyai anak.
d. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini antara lain: 1. Wawancara mendalam 2. Catatan lapangan 3. Studi kepustakaan
e. Teknik Analisis Data Adapun teknik analisis datanya menggunakan deskriptif kualitatif yakni suatu analisis yang menggambarkan secara seksama dan sistematis dan data yang disajikan tanpa menggunakan rumusan-rumusan statistik dan pengukuran.
Hasil Makna Diri Informan Sebelum Menjadi Single Mother Diagram Proses Pembentukan Makna Diri Pada Informan Sebelum Menjadi Single Mother Single Mother
Menutup Diri Konsep Diri
Bergantung Pada Suami Bersikap Menerima
Lingkungan Sosial
12
Makna Diri Setelah Menjadi Single Mother a. Motif Menjadi Single Mother Diagram Motif Menjadi Single Mother Alasan menjadi single mother
Perceraian
Kematian Ekonomi Komunikasi Rasa cemburu Perbedaan prinsip Kasih sayang & perhatian
b. Proses Dalam Menjalani Status Single Mother Diagram Proses pembentukan makna diri informan setelah menjadi Single Mother
Single Mother
Perubahan yang terjadi
Kesulitan ekonomi Membuka diri Rasa kesepian Peran ganda Selektif Bahan gunjingan
13
Mandiri Tegar Terbuka
c. Tanggapan Terhadap Anggapan Masyarakat Mengenai Status Single Mother Diagram Tanggapan Masyarakat terhadap Status Single Mother Tanggapan Positif
Negatif
Gunjingan, cemoohan, menjadi bahan pembicaraan
Dukungan moriil seperti nasehat dan saran
Konsep diri
Komunikasi Informan dengan Anak dan Masyarakat Komunikasi Informan dengan Anak dan Masyarakat Diagram Komunikasi Informan dengan Anak dan Masyarakat
Komunikasi single mother
Bercerai
Mengalami penurunan intensitas komunikasi karena sibuk mencari nafkah
Komunikasi verbal : ngobrol, curhat, menasehati, memaki, marah. Komunikasi nonverbal : memukul, memeluk, melotot, dsb
14
Meninggal Dunia
Mengalami peningkatan intensitas komunikasi karena adanya rasa saling ketergantungan satu sama lain
Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab sebelumnya, dapat dikembangkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Makna diri seseorang sebelum ia menjadi single mother pada dasarnya banyak bergantung pada sang suami. Peranan istri hanya diam di rumah mengurus rumah dan anak. Para informan ini memiliki sifat yang tertutup dan menerima apa adanya.
Komunikasi dapat menjadi sebuah masalah yang kompleks
dalam sebuah keluarga yang dapat mengakibatkan perceraian. Selain komunikasi, faktor ekonomi juga menjadi alasan yang paling banyak digunakan untuk melakukan perceraian. 2. Makna diri setelah menjadi single mother lebih cenderung kepada kemampuan single mother menghadapi tekanan hidup dengan kondisi dan situasi yang baru. Single mother menjadi sosok yang lebih mandiri dan terbuka terhadap masyarakat disekitarnya. Selain itu, perceraian akan membuat seorang single mother lebih selektif dalam bergaul dan mencari pendamping hidup agar tidak gagal untuk yang kedua kali. Single mother juga harus siap menghadapi tanggapan masyarakat yang kurang baik terhadap status mereka. Single mother seringkali menanggung beban mental atau psikologis terutama dalam menghadapi lingkungan pergaulannya. 3. Komunikasi yang terjadi dalam keluarga single mother relatif bervariasi, dalam penelitian ini, ada beberapa yang mengalami kemajuan dalam berkomunikasi ada pula yang mengalami kemunduran, itu semua dikarenakan para single mother terlalu sibuk mengurusi masalah finansial keluarga mereka saja tanpa memikirkan kondisi perkembangan anak mereka. Komunikasi yang mereka lakukan tidak hanya dengan komunikasi verbal tetapi juga melakukan komunikasi nonverbal. Komunikasi yang dilakukan oleh single mother dengan masyarakat cenderung berkurang karena single mother ini fokus dengan anak dan kehidupan mereka saja. Seorang single mother harus mengetahui alasan pentingnya memahami komunikasi dengan anak mereka dan masyarakat. Karena disadari atau tidak disadari, komunikasi merupakan faktor penting dalam sebuah keluarga. 15