2.1 STUDI KASUS TERMINAL PULO GADUNG
Dalam studi kasus Terminal Pulogadung ini , mengacu pada standar perencanaan dan perancangan dari studi literatur dan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat. Literatur yang digunakan antar lain : “Planning Buildings for habitation Commerce and Industry” ( Alfred J. Rowe, 1976) dan “ Architects’s Data ( Ernest and P. Neuvert).
Aspek-aspek kajian
Standarisasi Dirjen
Planning Buildings for
Perhubungan Darat
Habitation Commerce and Industry
1. Aksesibilitas • Terminal
Bus
Pulogadung • Jalan
masuk
dan
keluar • Jika
dimungkinkan
terletak diantara pertemuan
kendaraan harus lancar dan
perencanaan
jalur arteri primer Jl. Bekas
dapat bergerak dengan mudah
terminal bus seharusnya dekat
Timur Raya dan Jl. Perintis
suatu
terminal
dengan stasiun kereta api
Kemerdekaan yang memiliki • Persyaratan terminal kelas A arus lalu lintas yang sangat
yaitu terletak pada jaringan • Lokasi terminal bus berjarak
padat
jalan arteri dengan kelas jalan
400-500
sekurang-kurangnya kelas III
perbelanjaan dan perdagangan
A Ashadi Cahyadi Putra L2B 007 013 | 36
m
dari
pusat
Architects’s Data
• Terjadi crossing antara arus • Mempunyai jalan akses masuk keberangkatan
(AKAP dan
dan jalan keluar ke dan dari
AKDP) dari terminal dengan
terminal, sekurang-kurangnya
jalur Busway koridor II dan IV
100 m untuk terminal di Pulau
• Jarak terminal Pulogadung
Jawa
ke sumbu jalan arteri hanya 50 m sedangkan menurut ketentuan yang berlaku jarak minimum 100 m dari sumbu jalan arteri
2. Luas lahan • Terminal memiliki
Pulogadung • Persyaratan luas
total
lokasi
terminal
Kelas A yaitu Luas lahan yang
keseluruhan 35.196 m² atau
tersedia
sekurang-kurangnya
3,5 Ha termasuk didalamnya
5 Ha untuk trminal di Pulau
( luas empasement 21.545
Jawa
m², kantor 2.780 m², trotoar 10.871 m²
• Luas
bangunan
ditentukan kebutuhan menurut berikut
Ashadi Cahyadi Putra L2B 007 013 | 37
yang
berdasarkan jam kegiatan
puncak sebagai
1. Kegiatan
sirkulasi
penumpang,
pengantar,
penjemput, barang,
sirkulasi
dan
pengelola
terminal 2. Tujuan dan jumlah trayek, motivasi
perjlanan,
kebiasaan penumpang, dan fasilitas penunjang 3. Sirkulasi kendaraan dan penumpang dalam terminal • Sirkulasi di dalam Terminal • Sirkulasi bus dapat dilakukan • Pola Pulogadung
menggunakan
secara
efektif
dan
efisien
Sirkulasi
kendaraan
menyebar
: • Pola srkuasi terminal terpisah
masuk
melalui
sirkulasi
masing-
pola menyebar, hal tersebut
tanpa
dilihat dari terpisahnya jalur
bus harus mengalami delay
masing bus menyebar sesuai
masuk dan keluar terminal
yang berlebihan
keperluannya
harus
menyebabkan
entrance,
melalui pintu lain. • Pengaturan letak dan alur sirkulasi
pada
jalur
kendaraan bus antara trayek AKAP dan AKADP saling terpisah serta nampak jelas dan lanca
Ashadi Cahyadi Putra L2B 007 013 | 38
dan
keluar
antara
jalur
kedatangan
dengan jalur keberangkatan
• Pada
zona
kendaraan
dengan trayek dalam kota, kapasitas kendaraan sangat padat
karena
banyaknya
pedagang kaki lima yang berjualan di mulut jalan dan terjadi crossing dengan Bus Trasjakarta • Pencapaian pejalan
penumpang
kaki
masuk
/ ke
terminal dapat dilakukan dari pintu masuk utama maupun dari pintu eluar, sehingga ppenumpang kelluar masuk tidak terkontrol
• Pengaturan
kendaraan
Terminal
di
Pulogadung
menggunakan sistem parkir peron dengan cara sejajar (membelakangi
ruang
Ashadi Cahyadi Putra L2B 007 013 | 39
• Sistem
parkir
ini
mengharuskan kendaraan bus membelakangi peron namun memudahkan
penumpang
• Pola sejajar dengan platform / peron
yang
membujur
bus
masuk pada ujung yang satu dan kelur pada ujung yang lain
tunggu).
Sistem
memudahkan untuk
naik
ini
masuk kedalam bus
penumpang namum
bus
sedikit sulit karena harus parkir dengan mundur
4. Penyediaan fasilitas untuk
• Turun naik penumpang serta
• Untuk melengkapi keberadaan
angkutan luar kota langsung
pelataran parkir bus yang tidak
terminal bus, fasilitas penunjang
menuju
mengganggu
bagi
• Jalur
kedatangan
pool
menurunkan setelah
itu
untuk
penumpang, bus
bisa
melakukan proses perbaikan atau
pencucian
untuk
Ashadi Cahyadi Putra L2B 007 013 | 40
kelancaran
sirkulasi bus dengan tetap memperhatikan
keamanan
dan kenyamanan penumpang
penumpang
maupun
pengelola perlu diadakan.
selanjutnya dapat melayani pengangkutan kembali. bus dalam
penumpang
Arus kedatangan
antar
kota
kota
maupun
melalui
jalan
yang sama, dari Jl. Perintis Kemerdekaan • Pada
jalur
keberangkatan • Areal
keberangkatan
dapat
tiap bus menempati jalurnya
didesain dengan posisi:
masing-masing pada waktu
1.
ruang
tunggu
memudahkan untuk
masuk.
keberangkatan
Jalur
bus
AKAP
dan AKDP dipisah, namun jalur keberangkatan dengan jalur penurunan penumpang tidak jelas akibatnya banyak penumpang berangkat
2.
yang
ingin
cenderung
Ashadi Cahyadi Putra L2B 007 013 | 41
dengan
Model
parkir
dengan
posisi miring 60°
sehingga penumpang
parkir
posisi tegak lurus 90°
yangtelah ditentukan. Posisi parkir bus 90° membelakangi
Model
3.
Model
parkir
posisi miring 45°
dengan
menunggu
di
mulu
pintu
keluar bus. • Sistem informasi di terminal • Papan informasi yang memuat Pulogadung dibagi dua yaitu,
petunjuk,
informasi
perjalanan
langsung
(dilakukan
langsung
petugas
maupun
ruang
informasi)
oleh
melalui
karena
tarif
dan
harus
untuk
informasi
bagi
• Penumpang
jadwal
ruang antri pemesanan tiket,
tersedia
ruang tunggu, ruang informasi,
memberikan
ruang
penumpang
tooilet
dan
baik yang akan meninggalkan
informasi
tidak
langsung
maupun baru tiba di terminal
(melalui
papan
petunjuk,
sehingga
daftar keberangkatan, dan
semrawut
tidak
membutuhkan
bagasi
barang,
dan
terkesan
harga tiket tunggu • Tempat tunggu penumpang
• Ruang keberangkatan
terbagi
atau
menjadi
bagian,
untuk
beberapa
pengantar
disediakan
menunggu
perjalanan
menggunakan
kendaraan
penumpang yang menunggu keberangkatan
bus
tidak
terkosentrasi pada satu titik
Ashadi Cahyadi Putra L2B 007 013 | 42
angkutan umum
adalah
umum
dengan arus kendaraan bus
melakukan
ini,
yang
akan
masing-masing. seperti
keberangkatan
tunggu
digunakan
penumapng
sistem
ruang
bagi
sesuai dengan arah tujuan Dengan
yang
• Jenis
sejajar
saja,
sehingga
kemungkinkan
terjadi
crowded antar penumpang dapat dikurangi
• Ruang tunggu kedatangan tidak
disediakan
secara
khusus, hanya berupa jalur pedestrian
yang
beralih
fungsi menjadi tempat kios penjualan
serta
tidak
dilengkapi
sitting
group
(tempat duduk)
baik di area pemberangkatan bus angkutan dalam dan luar kota. Penataan kios pada pedestrian
area
angkutan bus dalam kota kurang teratur, jalur pejalan kaki
bagi
penjualan
pula
kkios
yang
terpisah
pengelolaanya dari pengelola
• Kios penjualan dapat ditemui
jalur
• Dibutuhkan
penumpang
Ashadi Cahyadi Putra L2B 007 013 | 43
terminal
menjadi terganggu.
• Toilet umum terletak di pool
• Keberadaan
toilet
umum
dan di area keberangkatan
didesain pada permukaan yang
bus angkutan luar kota.
sama
dengan
peron
dan
terletak dekat dengan ruang tunggu penumpang • Restoran / rumah makan hanya
terletak
pemberangkatan
di
area bus
angkutan luar kota (AKAP)
• Fasilitas untuk namun
restoran semua hanya
diperlukan
terminal untuk
bus trayek
lokal. Dimana terminal tersebut sebagai tempat pemberhentian, pergantian pelayanan angkutan antar moda jarak jauh.
Ashadi Cahyadi Putra L2B 007 013 | 44
Kesimpulan : Setelah melakukan studi kasus dari kondisi terminal Bus Pulogadung diatas, maka dapat disimpulkan permasalahan dominan yang terjadi di dalam terminal antara lain : 1. Aksesibilitas : •
Terjadi kemacetan pada jalur keberangkatan dan pintu keluar terminal karena terjadi crossing kendaraan dari terminal (Bus AKAP dan AKDP) dengan Bus Transjakarta rute koridor II dan IV
•
Lalu lintas ruas Jl. Raya Bekasi dengan Jl. Perintis Kemerdekaan memiliki arus lalu lintas yang tinggi sehingga kemacetan tidak terhindarkan.
•
Menurunnya fungsi jalan arteri primer ( Jl. Raya Bekasi Timur ) yang merupakan jalur keberangkatan angkutan karena sebagian badan jalan digunakan oleh PKL, sehingga berdampak pada terganggunya sirkulasi angkutan umum.
•
Pencapaian penumpang dari arah timur dan selatan menjadi satu dengan pintu keluar kendaraan, sehingga terjadi crossing pada bagian timur Jl. Raya Bekasi
2. Luas Lahan : •
Luas terminal bus Pulogadung sebesar 3,5 Ha padahal menurut peraturan untuk terminal kelas A di Pulau Jawa harus memiliki luas minimum 5 Ha.
3. Ketersediaan fasilitas •
Fasilitas yang terdapat di dalam terminal kurang memadai dan tidak terawat. Beberapa fasilitas juga tidak memenuhi standarisai yang ditetapkan pemerintah.
•
Kapasitas terminal sudah tidak dapat memenuhi, sehingga terjadi penumpukkan antrian yang padat
•
Fasilitas peron dan ruang tunggu kurang memadai baik kualitas maupun kuantitas, sehingga penaikkan dan penurunan penumpang mengalami hambatan
Ashadi Cahyadi Putra L2B 007 013 | 45
•
Fasilitas parkir kendaraan terutama untuk pengantar atau penjemput tidak tertata dengan baik dan sering terjadi pungutan liar yang melebihi tafif.
4. Kondisi Lingkungan •
Banyak PKL yang beroperasi didekat pintu masuk dan keluar terminal serta di sekitar jalur keberangkatan angkutan bus baik dalam kota maupun antar kota, hal tersebut menggangu sirkulasi penumpang maupun kendaraan
Ashadi Cahyadi Putra L2B 007 013 | 46