dimulai dari adanya fungsi jalan sebagai aksesibilitas. Pemerataan pembangunan dan perkembangan bagi sebuah negara maupun daerah dapat tercapai dengan baik dikarenakan adanya sarana transportasi jalan yang mendukung dan baik. Menurut Tulus Tambunan dan Kadin (2006) menyatakan jalan adalah salah satu infrastruktur yang sangat penting guna menunjang kegiatan ekonomi. Dalam konteks pembangunan pertanian dan ekonomi pedesaan secara umum, jaringan jalan merupakan infrastruktur wilayah yang sangat dibutuhkan untuk kelancaran arus faktor produksi maupun pemasaran hasil produksi. Peningkatan nilai kemakmuran dari sebuah daerah dan juga persebarannya yang merata dilihat dari sektor ekonomi akan menjadi dampak utama dari adanya pembangunan infrastruktur khususnya jalan. Keberadaan pembangunan Jalan Jalur Lingkar Selatan (JJLS) sebagai keputusan bersama pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan menggandeng daerahdaerah seperti Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, dan Provinsi Jawa Timur. Keputusan pemerintah tersebut bertujuan untuk memberikan kesempatan yang sama terhadap wilayah pesisir selatan Jawa agar pembangunan dan kemajuan ekonomi pada wilayah tersebut tidak tertinggal jauh dengan wilayah utara Jawa. Akibat ketertinggalan pembangunan akan memberikan dampak kesenjangan ekonomi dan berimbas terhadap penurunan kesejahteraan sehingga banyak masyarakat yang mengalami kehidupan berada pada garis kemiskinan. Menurut Joyo Winoto dan Hermanto Siregar (2006) menyatakan bahwa kurangnya fasilitas jalan membuat wilayah tertinggal menjadi “jauh” dari “pasar”, sehingga sulit berkembang untuk menjadi sentra produksi Jika ini dibiarkan terus, maka rendahnya kinerja perekonomian wilayah serta persoalan kemiskinan struktural tidak akan pernah teratasi karena menurut strukturnya jumlah orang miskin terbesar justru berada di pedesaan. Keberadaan Jalan Jalur Lingkar Selatan (JJLS) memberikan peluang kepada wilayah selatan pulau Jawa, khususnya daerah pesisir untuk memacu pertumbuhan ekonomi seperti di Kabupaten Kulon Progo dengan wilayah administrasi 17,58% berada pada ketinggian kurang dari 7 m dpal (di atas permukaan air laut). Keberadaan JJLS di D.I. Yogyakarta memberikan akses mobilitas yang
baik sehingga akan memicu terjadi pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan tingkat sosial masyarakat. Di Daerah Istimewa Yogyakarta telah terjadi kesenjangan antar kabupaten yaitu kabupaten kota dengan kabupaten daerah. Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta sebagai wilayah perkotaan memiliki tingkat kesejahteraan yang tergolong maju dibandingkan dengan Kabupaten Kulon Progo dan Gunung Kidul sebagai wilayah 2
kabupaten daerah, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang masuk kedalam golongan kabupaten tertinggal. Meskipun daerah dengan karakteristik kesejahteraan tertinggal wilayah selatan pesisir pulau Jawa saat ini dihuni kurang lebih 30 juta jiwa atau sebanyak sepertiga dari jumlah keseluruhan penduduk yang tinggal di daerah pulau Jawa. Pemanfaatan dari pembangunan perlu dilakukan pengkomparasian antara pemerintah yang mempunyai program terhadap masyarakat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Masyarakat secara tidak langsung memiliki peran sebagai objek atas kebijaksanaan pemerintah. Hal ini perlu dilakukan penelitian untuk mendengarkan respon mereka terhadap program pembangunan yang dicanangkan pemerintah, sebab masyarakat lebih paham akan lingkungan mereka dan masyarakat itulah yang nantinya akan menjalani perubahan, tidak hanya dalam waktu singkat akan tetapi dalam jangka waktu lama. Keberadaan respon masyarakat sebagai objek pembangunan dirasa perlu untuk dikaji sehingga suatu program pemerintah untuk memajukan kesejahteraan masyarakat, dapat tercapai dengan baik dan meminimalisir dampak negatif yang akan muncul. Solusi dapat ditemukan ketika masyarakat diberikan wewenang untuk memberikan respon atas kebijakan pemerintah sebagai jalan untuk mengatasi dampak-dampak yang kemungkinan muncul sehingga merugikan mereka. Siagian (dalam Adrianus (2009)) mengungkapkan bahwa pembangunan merupakan salah satu usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana, dilaksanakan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa, sedangkan menurut syambi pembangunan merupakan proses perubahan sistem direncanakan dan pertumbuhan menuju ke arah perbaikan yang berorientasi pada modernitas, nation building dan kemajuan sosial ekonomi. Pembangunan harus memperhatikan aspek rakyat sehingga tidak hanya dilaksanakan atas satu arah proses pembangunan akan tetapi harus ada sinergi diantaranya. Menurut Sunyoto Usman (2012) aspirasi masyarakat tidak hanya keluar secara serta merta, akan tetapi terjadi akibat pemikiran dari masyarakat sebagai sebuah proses sosial yang didasarkan dari berbagai bentuk kebutuhan di dalam kehidupan mereka. Menurutnya memang benar adanya jika suara masyarakat tidak mengalami keseragaman yang didasarkan atas kepentingan yang berbeda, akan tetapi jika suatu kebijakan hanya dilaksanakan atas pemikiran pemerintah tanpa adanya masukan dari masyarakat, akan terbentuk sebuah keadaan dimana pemerintah akan tampak lebih dominan dan masyarakat daerah yang mengalami dampak kebijakan tampak tersudut. 3
Proses pembangunan pada jalan jalur lingkar selatan (JJLS) di selatan Yogyakarta khususnya dan wilayah lain pada umumnya akan timbul berbagai macam implikasi terhadap kehidupan masyarakat yang berada disekitar pembangunan infrastruktur jalan. Baik secara ekonomi maupun secara sosial kemasyarakatan, sehingga akan muncul sikap dan respon dari penduduk sekitar terhadap adanya pembangunan jalan tersebut. Variasi sikap dan respon dari masyarakat perlu dilakukan penelitian lebih mendalam sehingga kedepannya baik dilokasi yang sama ataupun untuk lokasi lain dengan kasus serupa, pemerintah ataupun instansi terkait mampu menarik pembelajaran atas apa yang terjadi di dalam masyarakat Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo berkaitan dengan pembangunan infrastruktur jalan yang memanfaatkan sebagian lahan masyarakat. Dengan penelitian yang lebih mendalam pertumbuhan dan aksesibilitas perekonomian masyarakat akan dapat diketahui dengan jelas alur dan pola yang ditunjukan masyarakat berdasarkan proses-proses adaptasi terhadap peluang usaha dengan keberadaan jalan lingkar selatan yang ada disekitar tempat tinggal masyarakat tersebut. Berdasarkan terhadap pola pertumbuhan perekonomian untuk mencapai kesejahteraan masyarakat didasarkan kepada sikap, respon sehingga masyarakat melakukan adaptasi dengan adanya jalan jalur lingkar selatan (JJLS) maka penelitian tentang pembangunan mega proyek infrastruktur jalan lingkar selatan sangatlah diperlukan. Penelitian ini bukan hanya sekedar untuk melihat perubahan yang dialami secara fisik dari jalan lingkar selatan, akan tetapi penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prospek kedepan dari pola adaptasi masyarakat menerima keberadaan infrastruktur jalan untuk perkembangan perekonomian masyarakat. Respon dan sikap yang bervariasi akan memberikan kontribusi besar terhadap pola adaptasi mayarakat sehingga berdampak langsung bagi aspek pola pertumbuhan dan perkembangan masyarakat baik secara ekonomi maupun sosial.
1.2 MASALAH PENELITIAN Upaya mendorong terwujudnya pertumbuhan ekonomi secara merata, pemerintah Provinsi D.I Yogyakarta melakukan berbagai program sebagai bentuk keseriusan terciptanya kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan infrastruktur berupa jalan yang disebut sebagai Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS). Dengan adanya sarana transportasi ini, pemerintah berupaya 4
untuk meningkat kemajuan dan pemerataan pembangunan baik secara fisik maupun aspek sosial ekonomi. Sehingga dengan pembangunan infrastruktur jalan, perkembangan ekonomi tidak hanya berpusat pada wilayah pusat tetapi juga dapat menjalar ke daerah pinggiran ataupun pesisir. Tanggapan ataupun respon dari masyarakat dirasa perlu, sebab pembangunan JJLS banyak melibatkan masyarakat, sehingga sebagai objek program kebijakan pemerintah masyarakat perlu diperhatikan aspirasinya supaya proses pembangunan dapat berjalan dengan baik dan bersifat berkelanjutan. Berdasarkan dari uraian pada latar belakang dan mempertimbangkan kondisi wilayah penelitian, berikut rumusan masalah penelitian : 1. Bagaimanakah keragaman respon dan adaptasi masyarakat terhadap adanya Jalan Jalur Lingkar Selatan (JJLS) di wilayah Kecamatan Temon Kulon Progo? 2. Mengapa terjadi variasi respon dan adaptasi masyarakat dengan adanya Jalan Jalur Lingkar Selatan (JJLS) di wilayah Kecamatan Temon Kulon Progo? 3. Bagaimanakah pola pertumbuhan dan aksesibilitas masyarakat dengan adanya Jalan Jalur Lingkar Selatan (JJLS) di wilayah Kecamatan Temon Kulon Progo?
1.3 TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan pada latar belakang dan rumusan masalah yang disampaikan di atas, penelitian ini bertujuan untuk 1. Mengidentifikasi keragaman respon dan adaptasi masyarakat terhadap adanya Jalan Jalur Lingkar Selatan (JJLS) di Kecamatan Temon Kulon Progo. 2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi variasi respon dan adaptasi masyarakat dengan adanya Jalan Jalur Lingkar Selatan (JJLS) di wilayah Kecamatan Temon Kulon Progo 3. Mengidentifikasi pola pertumbuhan dan aksesibilitas didasarkan kepada variasi respon dan adaptasi masyarakat dengan adanya jalan lingkar selatan.
5
1.4 TINJAUAN PUSTAKA 1.4.1
Respon Respon yang didahului dengan sikap oleh seseorang, menurut Wirawan (1987) respon
sebagai sikap timbal balik, merupakan proses pengorganisasian terhadap rangsangan fenomena yang mereka alami, sehingga menyebabkan representasi akibat rangsangan yang terjadi disekitar mereka. Di dalam Wirawan (1987) juga Daryl Beun mengemukakan sebuah respon terjadi sebagai sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu yang mereka alami. Sikap yang diungkapkan atas gambaran respon seseorang dapat bernilai positif dan juga negatif, sehingga ketika respon seseorang terhadap fenomena menggambarkan kegembiraan atau kesenangan maka respon akan bernilai positif bagi seseorang, akan tetapi sebaliknya respon negatif terjadi ketika seseorang menolak ataupun tidak suka terhadap informasi / rangsangan yang dialaminya akibat rencana dan atau perubahan sebuah tatanan yang berdampak kepada kehidupan mereka. Respon pada dasarnya sebagai proses pemahaman akibat adanya perubahan yang terjadi di sekitar lingkungan mereka dengan sifat timbal balik dan saling terikat dan saling mempengaruhi. Respon adalah suatu reaksi baik positif maupun negatif yang diberikan oleh masyarakat (Poerwadarminta,1987) respon akan timbul setelah seseorang atau kelompok orang terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu objek dan dilaksanakan, kemudian menginterpretasikan objek yang dirasakan tadi. Sehingga respon merupakan proses pemahaman terhadap apa yang terjadi di lingkungan dengan manusia dan tingkah lakunya, merupakan hubungan timbal balik, saling terkait dan saling mempengaruhi. Arti respon sesuai dengan tema penelitian merupakan tanggapan masyarakat sekitar lokasi pembangunan JJLS baik yang telah selesai program tersebut maupun yang masih dalam proses rencana. Pentingnya dari respon masyarakat untuk diketahui adalah karena pembangunan JJLS banyak melibatkan masyarakat dalam proses pembangunan sehingga mereka perlu diperhatikan supaya proses pembangunan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan diadakannya program perbaikan jalan. Menurut Marcus (2007) respon dapat diartikan sama dengan persepsi. Persepsi menurutnya merupakan proses internal yang memungkinkan seseorang memilih, mengorganisasi dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan dan proses tersebut mempengaruhi perilaku. Dalam 6
mendukung suatu program yang berkelanjutan, harus disesuaikan dengan norma-norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat tersebut, disamping itu, yang utama adalah persepsi, sikap masyarakat dalam merespon pembangunan yang berada di wilayahnya.
1.4.1.1 Persepsi Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu (Walgito, 1997). Rahmat (1990) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan pengalaman mengenai obyek, fenomena atau segala sesuatu yang terjadi akibat penafsiran dan kesimpulan dari sebuah informasi. Persepsi adalah merupakan proses psikologis dan hasil dari penginderaan serta proses terakhir dari kesadaran, sehingga membentuk proses berfikir (Walgito: 2004). secara umum terdapat dua faktor yang mempengaruhi terjadinya persepsi seseorang yaitu faktor internal dan eksternal Faktor eksternal merupakan persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar individu yaitu objek dan situasi. Sedangkan faktor internal yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal diri individu meliputi motif, minat, sikap, pengetahuan, pengalaman, harapan.Tanggapan, respon atau kognitif yaitu perubahan sikap yang dapat diterima melalui proses berdasarkan pembelajaran, persepsi, fungsi dan konsistensi (Greenwald: 1968 dalam Gaffar 2010). Persepsi seseorang dapat tumbuh dan berkembang karena pengaruh interaksi dan belajar, melalui pembelajaran dan interaksi yang tercipta akan menjadikan pembanding dari apa yang telah terjadi dengan kenyataan yang dihadapi. Mujilah (1998) persepsi dipengaruhi oleh 1. Subyek yang memberi persepsi (dilihat dari pendidikan, status sosial, dan lain-lain) 2. Obyek yang diteliti (sesuatu yang menjadi perhatian) 3. Kondisi (bisa berbeda dilihat dari tempat dan waktu) Pengertian lain yang dikemukakan oleh Dakir (1980) persepsi sebagai proses untuk memberikan arti pada tanda-tanda berupa rangsang yang diterimanya dari luar sehingga persepsi merupakan suatu tanggapan dengan memahami atau menanggapi sesuatu. Person perception adalah suatu proses pembentukan kesan berdasarkan pengamatan ataupun penalaran terhadap suatu hal yang mempunyai pengaruh pada fisik maupun psikologik. Persepsi sosial masyarakat 7
adalah suatu tindakan berdasarkan pengamatan maupun penalaran baik melalui interaksi langsung, melalui media massa, maupun melalui orang lain terhadap suatu hal sehingga membentuk suatu kesan ataupun ciri tersendiri (Harvey dan Smith (1977) dalam Ritohardoyo (2002)). Menurut Secord dan Backman dalam Ritohardoyo (2002) persepsi sosial masyarakat adalah suatu proses pembentukan kesan, pendapat, ataupun perasaan terhadap suatu hal yang melibatkan penggunaan informasi secara terarah. Sehingga persepsi memiliki sifat sangat subyektif karena tergantung kepada orang yang melakukan persepsi (perseptor) dan sebagian besar proses dasar yang terjadi dari persepsi merupakan pengenalan terhadap sesuatu yang berasal dari luar. Keberadaan persepsi dengan sifat subyektif menjadikan pemahaman dan pemikiran dari satu obyek yang sama akan menghasilkan nilai positif dan negatif. Pengertian persepsi dalam penelitian ini adalah proses seseorang yang memberikan kesan, tanggapan, penilaian, pendapat terhadap sesuatu hal berdasar pengamatan, pengalaman, dan informasi yang didapat. Persepsi masyarakat lokal terhadap keberadaan jalan raya lingkar selatan diharapkan memberikan kontribusi informasi yang nantinya dapat dijadikan acuan sebagai jawaban atas permasalahan dari penelitian ini, terutama hubungannya dengan aspek sosial ekonomi yang diharapkan dialami oleh masyarakat daerah penelitian dengan wacana adanya jalan jalur lintas selatan (JJLS).
1.4.2
Adaptasi Adaptasi berlaku bagi setiap makhluk hidup dalam menjalani hidup, dalam kondisi
lingkungan yang senantiasa berubah. Panday (1993) melihat adaptasi sebagai suatu perilaku respons manusia terhadap perubahan lingkungan yang terjadi, respon inilah menurutnya sebagai tindakan yang mampu mereka lakukan untuk menciptakan sistem tertentu sebagai tingkah laku agar dapat menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dialami. Perilaku yang ada berkaitan dengan kebutuhan hidup, ketika masa lalu memiliki keadaan tertentu untuk menghadapi permasalahan yang ada dan akan datang maka perlu adanya sebuah strategi. Dari uraian ini maka deskripsi adaptasi merupakan suatu strategi manusia yang digunakan untuk mengantisipasi perubahan lingkungan baik fisik maupun sosial (Barlett, 1980). Menurut (Alfian dkk, 2012) 8
adaptasi merupakan suatu sistem interaksi yang berlangsung antara manusia dengan manusia dan antara manusia dengan ekosistemnya. Penelitian lain seperti yang disampaikan oleh Klein dan Smith (dalam Adger dkk, 2003) kapasitas adaptasi tidak hanya ditentukan dengan kemajuan teknologi dan karakteristik ekonomi akan tetapi juga dapat ditentukan oleh faktor sosial seperti jaringan sosial dan kelembagaan serta struktur pemerintah. Pengetahuan, pemahaman dan tindakan adaptif dapat menghindari warga dari kerugian dan pengurangan jumlah pendapatan akibat dari pengurangan jumlah lahan pertanian dan perubahan bentuk lahan akibat pembangunan infrastruktur merupakan arti pentingnya adaptasi untuk keberlangsungan hidup manusia. Adaptasi sangat tergantung kepada kapasitas beradaptasi dari suatu wilayah (Adger dkk, 2007) kapasitas adaptasi merupakan kemampuan system atau komunitas untuk mengatasi dampak dan resiko perubahan penggunaan lahan untuk pembangunan infrastruktur.Termasuk dalam hal ini adaptasi dilakukan untuk menentukan perilaku terhadap penggunaan sumber daya dan juga teknologi.Kapasitas dan kemampuan setiap orang atau masyarakat dalam menghadapi perubahan adalah berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan adaptasi yaitu: pendidikan,pendapatan, kesehatan. Faktor khusus yang mempengaruhi kapasitas adaptasi adalah tingkat kerentanan, institusional, pengetahuan dan teknologi (Adger dkk, 2007). Kapasitas adaptasi banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari non-iklim dan sosial ekonomi seperti kesehatan, ketrampilan, pengetahuan, pendidikan, modal sosial, infrastruktur, SDA, dan keuangan.
1.4.3
Pembangunan Pembangunan secara umum dapat diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan
masyarakat dan warganya, kemajuan yang dimaksud adalah kemajuan material. Pembangunan menurut Jayadinata (1999) sebagai proses untuk memajukan atau memperbaiki, sesuatu yang sudah ada. Emil Salim (1978) menerangkan perlunya pembangunan yang berkesinambungan, Salim menerangkan bahwa pembangunan sebagai proses perubahan yang termasuk didalamnya eksploitasi sumberdaya, arah, investasi, orientasi pengembangan teknologi dan perubahan kelembagaan semuanya dalam keadaan yang selaras serta meningkatkan potensi masa kini dan masa depan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia.
9
Menurut Nasikun (2000) proses pembangunan tidak lagi bersifat top-down akan tetapi perlu dilakukannya pendekatan bottom-up dengan menempatkan masyarakat sebagai pusat pembangunan bukan lagi pemerintah yang menjadi pusatnya. Menurutnya paradigma baru muncul terhadap sifat pembangunan, pembangunan yang pertama dan utama dilaksanakan atas inisiatif dan dorongan dari kepentingan masyarakat. Masyarakat harus diberikan kesempatan untuk terlibat di dalam keseluruhan proses pembangunan, baik ketika proses perencanaan sampai dengan proses pelaksanaan pembangunan. Sehingga pembangunan akan tepat sasaran dan keuntungan lebih adil dirasakan bagi masyarakat. Keberadaan masyarakat yang ikut di dalam program akan lebih dan mampu menjawab kebutuhan dasar masyarakat. Sensitifitas terhadap nilai budaya lokal, dampak lingkungan, kelompok minoritas akan menjadikan pembangunan berfungsi dengan baik sehingga memiliki sifat yang berkelanjutan. Pengertian pembangunan yang dipakai dalam penelitian ini, pembangunan sebagai proses pemajuan ekonomi masyarakat memanfaatkan sumberdaya yang ada dengan pelaksana, perencanaa dan sasaran proses pembangunan berasal dari masyarakat sehingga menghasilkan program pembangunan yang baik dan bersifat berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan hidup masyarakat.
1.4.4
Pengertian JJLS Jalan jalur lintas selatan (JJLS) merupakan proyek jalan dengan panjang kurang lebih
117,60 km yang ada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta ditujukan untuk memperlancar akses masyarakat guna menciptakan kesejahtaraan. Pembangunan JJLS dengan pemfokusan pada jalan selatan Pulau Jawa membentang dari Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta dan Provinsi Jawa Timur. Diharapkan dengan adanya pembangunan jalan ini dapat meningkatkan pemerataan pembangunan di kawasan selatan Pulau Jawa yang dirasa tertinggal dengan wilayah utara jawa yaitu yang telah memiliki Jalur Pantura.
10
1.4.5
Kondisi Sosial Ekonomi Keberadaan variasi respon dan adaptasi masyarakat terhadap program pembangunan Jalan
jalur lintas selatan (JJLS) dapat diketahui berdasarkan kondisi sosial ekonomi masyrakat. Parameter yang dipakai dalam penelitian ini untuk kondisi sosial ekonomi sebagai faktor variasi respon dan adaptasi masyarakat adalah pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan dan jumlah anggota rumah tangga. 1.4.5.1 Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas penduduk dari aspek sosial budaya, intelektual maupun kemampuan professional (syah, 2000). Aspek pendidikan dilihat dari perspektif lain dapat dimaknai sebagai proses yang berhubungan dengan usaha kemampuan untuk mengembangkan diri seseorang yang terdiri dari 3 (tiga) aspek kehidupan yaitu pandangan hidup, sikap hidup dan ketrampilan hidup. Menurut Zamroni (2000) sebagai upaya yang dapat ditempuh manusia agar memperoleh ketiga aspek kehidupan sehingga bermanfaat daslam hidup bias dilaksanakan di sekolah, luar sekolah dan keluarga. Menurut definisi pendidikan dari UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari definisi menurut undang-undang ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan perencanaan yang dilakukan sejak dini sebagai gaman atau alat untuk menjalani kehidupan dan juga untuk mencapai tujuan hidup baik untuk dirinya sendiri maupun masyarakat dan bangsa. Sedangkan kebutuhan pendidikan yang dimiliki oleh penduduk akan mengalami peningkatan dari tahun ketahun, ini disebabkan oleh semakin tingginya kesadaran pentingnya pendidikan dari masyarakat untuk menghadapi kemajuan peradaban yang dialami sekarang dan masa depan. Pentingnya pendidikan menurut Horton dan Hunt (dalam Sudrajat, 2010) memiliki fungsi nyata di dalam kehidupan diantaranya sebagai persiapan anggota masyarakat untuk mencari nafkah mencukupi kebutuhan hidup, mengembangkan bakat yang dimiliki untuk kepentingan diri pribadi dan juga untuk masyarakat.Status pendidikan berperan penting untuk 11
menjabarkan dan memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan, baik untuk mencari nafkah bagi keluarga dengan melihat kondisi nyata dimasyarakat dan juga memberikan pandangan yang lebih luas tentang fenomena dimasyarakat salah satunya adalah Jalan Jalur Lingkar Selatan (JJLS). Keberadaan status pendidikan memiliki peranan sentral dalam penelitian ini, sebab akan menjadi tolak ukur dan variasi yang akan dimunculkan terhadap persepsi masyarakat. Tingkat pendidikan akan memberikan sudut pandang yang beranekaragam dari permasalahan yang nantinya timbul baik bermuatan positif maupun negatif, terhadap wacana pembangunan peluasan jalan dengan pemanfaatan lokasi disekitar tempat tinggal dan lahan mereka.
1.4.5.2 Tingkat Pendapatan Pendapatan merupakan tingkat hidup yang dapat dinikmati oleh seseorang atau sesuatu keluarga yang didasarkan atas penghasilan mereka atau sumber-sumber pendapatan lainnya (BPS, 2010). Tingkat pendapatan dapat diklasifikasikan ke dalam 3(tiga) tingkatan a)
Tingkat rendah, yaitu seseorang yang hanya mampu memenuhi kebutuhan kehidupan yang layak.
b) Tingkat sedang, adalah selain memenuhi bagi kebutuhan yang layak akan tetapi juga telah memperhatikan kesehatan. c)
Tingkat tinggi, yaitu yang tidak hanya hidup layak, akan tetapi juga telah memperhatikan dasn menikmati kesenangan hidup lainnya.
Pendapatan meliputi upah dan gaji atas jam kerja atau pekerjaan yang telah deselesaikan, upah lembur, semua bonus dan tunjangan, perhitungan waktu tidak bekerja, bonus yang dibayarkan tidak teratur. Pendapatan penduduk adalah nilai uang yang diperoleh setiap penduduk pada waktu tertentu.Pendapatan rata-rata penduduk pada suatu tempat dan waktu merupakan definisi dari pendapatan perkapita. Kadariah (1984) menerangkan pendapatan merupakan nilai uang dalam kurun waktu tertentu yang bersumber dari penghasilan baik berupa gaji atau upah, sewa, keuntungan, dan arus uang, ketika pendapatan tersebut diketahui maka menurutnya dapat
12
diklasifikasikan ke dalam golongan penduduk dengan tingkat di atas atau di bawah garis kemiskinan. Tingkat pendapatan keluarga mempengaruhi tingkat status sosial dan salah satu parameter pemerintah untuk menentukan tingkat kemakmuran dari penduduk suatu wilayah.Menurut Sumiarto (1993) pendapatan jika ditinjau dari aspek sosial ekonomi mempengaruhi tingkat wawasan masyarakat dalam menentukan sanitasi lingkungan dan perumahan, oleh karenanya dalam sebuah survey penelitian untuk mengkroscek tingkat pendapatan dapat dilihat dari poin bangunan tempat tinggal dan prasarana yang dimiliki.
1.4.5.3 Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan adalah macam pekerjaan yang sedang dilakukan oleh orang-orang yang termasuk golongan pekerjaan atau orang-orang yang sedang mencari pekerjaan dan pernah bekerja (BPS, 2010).Mantra (2003) mendefinisikan bekerja sebagai seseorang yang melakukan sebuah kegiatan dengan tujuan menghasilkan atau ikut membantu menciptakan barang dan jasa agar diperoleh penghasilan dengan bentuk uang atau barang dalam kurun waktu tertentu. 1.4.5.4 Jumlah Anggota Keluarga Keberadaan jumlah anggota keluarga dalam sebuah rumah tanggaakan berpengaruh terhadap penilaian keadaan ekonomi penduduk, dengan jumlah pendapatan yang diperoleh dan dibandingkan dengan jumlah anggota rumah tangga atau tanggungan dari tulang punggung keluarga untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka. Jumlah anggota keluarga dirasa cukup sebagai salah satu poin yang penting dalam penelitian ini dikarenakan selain mempengaruhi tingkat ekonomi juga dapat mempengaruhi jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga.
1.5 Penelitian Sebelumnya Penelitian ini bersimilar dengan beberapa penelitian terdahulu baik sesuai dengan disiplin ilmu sosial yang sama maupun dengan disiplin ilmu yang lain. Penelitian tersebut diantaranya 13
penelitian yang dilakukan Aditya Hidayat (2008) dengan judul “Persepsi masyarakat semi urban dan masyarakat rural terhadap pembangunan jalan lingkar kota Metro Provinsi Lampung” tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat pada kawasan yang memiliki karakteristik semi urban terhadap rencana dan dampak yang akan timbul dari adanya pembangunan jalan lingkar Kota Metro dilihat dari aspek sosial ekonomi masyarakat, selain itu penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat di kedua kawasan dengan karakteristik berbeda terhadap rencana pembangunan jalan lingkar Kota Metro. Metode yang dipakai untuk mencapai tujuan yang diharapkan tersebut adalah dengan memakai metode deduktif kuantitatif-kualitatif. Hasil dari penelitian Aditya pada tahun 2008 ini berupa faktor yang signifikan memperngaruhi persepsi masyarakat semi urban terhadap rencana pembangunan jalan lingkar adalah umur, jenis pekerjaan, pendidikan, lama tinggal, informasi harga tanah, status kepemilikan tanah, informasi rencana dan aktifitas. Sedangakan untuk daerah rural faktor yang mempengaruhi adalah umur jenis pekerjaan, pendidikan, lama tinggal, informasi rencana dan status kepemilikan tanah. Penelitian lainnya terkait dengan pembangunan jalan adalah penelitian dengan judul “Pengaruh pembangunan jalan raya bypass terhadap perubahan orientasi kehidupan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan di Kecamatan Bata Laiwanu Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara” dengan peneliti Abdullah L.M Subhan (2010). Dengan menggunakan metode penelitian berupa metode survey dengan analisis data deskriptif kualitatif, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perubahan orientasi kehidupan masyarakat nelayan akibat pembangunan jalan raya by pass dan Menganalisis pengaruh perubahan orientasi kehidupan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan. Hasil penelitian yang dilakukan menghasilkan dua poin penting, yaitu yang pertama, pembangunan menyebabkan perubahan pada orientasi kehidupan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan yang disebabkan oleh perubahan kondisi fisik wilayah, seperti letak permukiman yang dahulu berada di atas laut/perairan sekarang berada di daratan. Kemudian poin yang kedua berupa terjadinya perubahan mata pencaharian akibat adanya alih fungsi lahan, yang dahulu sebagai nelayan menjadi pedagang, tukang ojek, tukang kayu, tukang becak, penambang pasir dan adapun masyarakat yang tidak mampu untuk menghadapi perubahan banyak yang menjadi pengangguran.
14
Penelitian dengan tema pembangunan jalan dilihat dari perspektif masyarakat juga dilakukan oleh Meifitriani (2003). Mahasiswa prodi Megister Perencanaan Kota dan Daerah (MPKD) ini melakukan penelittian dengan judul “Pengaruh budaya Minangkabau terhadap pemanfaatan lahan pada kegiatan pelebaran jalan Adinegara Padang”, tujuan yang ingin dicapai dengan penelitian ini adalah mengetahui perubahan pemanfaatan lahan di sepanjang ruas Jalan Adinegoro dari tahun 1996 – 2002 akibat proses perluasan jalan, untuk mengetahui pengaruh budaya dalam perubahan lahan kota yang berkaitan dengan pelebaran jalan dan yang terakhir penelitian dilakukan untuk mengetahui proses penentuan ganti rugi pembebasan lahan dalam kegiatan pelebaran jalan tersebut. Dengan menggunakan metode gabungan antara metodelogi kuantitatif dan kualitatif, diperoleh hasil penelitian berupa kebudayaan Minang mempengaruhi pembangunan perkotaan terutama perubahan kepemilikan lahan berupa kegiatan jual beli tanah, kesimpulan ini terjadi dikarenakan dalam budaya minang yang mengatur kepemilikan tanah dan pemanfaatan lahan, adalah adat sehingga di daerah Minang
tidak
mengenal jual beli atau ganti rugi tanah. Hasil lain diketahui bahwa kegiatan pelebaran jalan memberikan pengaruh berupa bertambahnya lahan terbangun pada wilayah adat minang, selain itu di Minang dengan adanya lahan terbangun dan akses yang mudah terjadi perubahan fungsi rumah dari yang bersifat pribadi menjadi fungsi rumah untuk komersial bagi wisatawan. Perbedaan penelitian ini tentang pembangunan jalan jalur lingkar selatan (JJLS) dengan judul penelitian “Respon Dan Adaptasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Jalan Jalur Lingkar Selatan (JJLS) Kecamatan Temon Daerah Istimewa Yogyakarta” terletak pada tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui respon dan adaptasi masyarakat dengan adanya pembangunan jalan jalur lingkar selatan (JJLS) dan juga mengetahui faktor yang mempengaruhi pola respon dan adaptasi masyarakat tersebut. Tujuan selanjutnya adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan masyarakat dengan dibangunnya JJLS. Metode yang dipakai hampir memiliki kemiripan yaitu dengan metode survey dan menggunakan analisis kuantitatif deskriptif, pengujian untuk mengetahui hubungan antar variabel dipakai uji chi square dalam tabulasi silang. Hasil yang diperoleh penelitian ini adalah respon masyarakat sangat baik 86.1% responden merespon baik atau setuju dengan adanya JJLS. Akan tetapi adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat masih dirasa kurang terbukti hanya 19.4% responden dapat melakukan adaptasi secara ekonomi dan 16.6% responden melakukan adaptasi non ekonomi seperti pemindahan situs rumah. Sisanya 64% responden belum dapat melakukan adaptasi terutama dari sektor ekonomi 15
yang dipicu oleh faktor modal. Pola pertumbuhan masyarakat dengan adanya JJLS dilihat dari respon dan adaptasi pola pertumbuhan masyarakat secara ekonomi masih rendah. Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi masih mengunggulkan bidang yang tidak memerlukan keahlian yang khusus seperti berdagang. Keinginan masyarakat untuk menghadapi peluang usaha sebanyak 47.2% berupa usaha toko dan warung makan yang tidak memerlukan keahlian yang khusus.
1.6 KERANGKA KONSEPTUAL
Pembangunan JJLS
Respon masyarakat dengan
- Dampak Sosial - Dampak Ekonomi
pembangunan JJLS
Faktor: - Tingkat pendidikan /pengetahuan - Tingkat pendapatan - Jenis pekerjaan - Jumlah anggota keluarga
Dampak JJLS :
Adaptasi Masyarakat dengan adanya JJLS
Persepsi masyarakat terhadap
Persepsi masyarakat terhadap
peluang
hambatan adaptasi
Gambar 1.1 Skema kerangka pemikiran
16
1.7 Metode Penelitian Keterkaitan antar objek dalam penelitian ini dapat diketahui dengan memakai metode penelitian survei. Penelitian survei merupakan penelitian yang dilakukan dengan mencari keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik yang ada dalam lingkup daerah penelitian. Dengan penelitian secara survei ini diharapkan mendapatkan faktafakta dari fenomena yang ada sehingga dapat dipakai untuk mewakili jawaban atas perumusan masalah dari adanya penelitian ini. Penelitian dengan memakai metode survei untuk mendapatkan informasi atas permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini, memakai teknik analisis dengan kategori sebagai penelitian analisis kuantitatif deskriptif. Analisis kuantitatif deskriptif merupakan penganalisisan data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah dikumpulkan dalam bentuk tabel maupun diagram tanpa memberikan kesimpulan yang berlaku untuk umum ataupun generalisasi (Muhson, 2006).
1.7.1
Jenis dan Sumber Data Penelitian dilakukan di Kecamatan Temon yang masih termasuk kedalam wilayah
administrasi Kabupaten Kulon Progo. Demi memperoleh tujuan yang diinginkan dalam menyusun laporan penelitian dan mempermudah dalam memperoleh data sesuai dengan tujuan, maka data yang dibutuhkan dibagi menjadi 2 tipe sumber data. Data tersebut berupa data primer dan data sekunder. •
Data Primer Penelitian dengan cara pengumpulan data primer merupakan pencarian informasi sebagai sebuah data awal dengan jalan melakukan wawancara langsung terhadap penduduk yang tinggal di sekitar jalan Deandels dengan sebagian tanah masyarakat telah dipakai dan akan dipakai untuk perluasan jalan, penduduk inilah sebagai objek penelitian akibat dampak adanya rencana pemerintah membangun jalan lingkar selatan. Poin atau materi yang ingin digali meliputi penggalian data dan informasi yang terkait dengan hal sebagai berikut : 1. Karakteristik sosial ekonomi penduduk sekitar jalan Deandels di Kecamatan Temon yang tanahnya dilakukan pembebasan terhadap rencana pembangunan jalan lingkar selatan. 17
2. Respon masyarakat terhadap rencana keberadaan jalan lingkar selatan. 3. Persepsi keberadaan jalan lingkar selatan terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat. Untuk mempermudah penggalian informasi untuk pengumpulan data primer ini, dibantu dengan adanya Kuesioner sehingga penggalian informasi lebih mudah dan selain itu informasi yang diperoleh akan lebih terstruktur dengan bagus. Pengumpulan data primer juga dilakukan dengan observasi, yaitu untuk mendapatkan gambaran awal tentang kondisi fisik dan sosial wilayah sekitar daerah penelitian. Adanya observasi dimaksudkan agar penelitian yang akan dilakukan dapat tepat sasaran dan sesuai tujuan dilakukannya penelitian ini. •
Data sekunder Pengumpulan data sekunder diperlukan untuk mempermudah dalam pemfokusan penelitian, selain itu juga untuk mengetahui gambaran karakteristik wilayah Kecamatan Temon khususnya Desa Jangkaran, Sindutan, Palihan dan Glagah Kabupaten Kulon Progo. Adapun data sekunder yang dibutuhkan untuk penelitian ini yaitu : 1. Profil Kecamatan Temon 2. Peta penggunaan lahan Kabupaten Kulonprogo skala 1:25.000 tahun 2009 3. Peta administrasi kecamatan Temon skala 1:25.000 tahun 2009 4. Data Kecamatan Temon dalam angka dari BPS Kabuapten Kulon Progo tahun 2010 5. Data Kabupaten Kulonprogo dalam angka BPS Kabuapten Kulon Progo tahun 2010
1.7.2
Metode Pengumpulan Data
1.7.2.1 Pengumpulan Data Sekunder Pengumpulan data sekunder untuk mempermudah dalam penelitian ini sebagai informasi gambaran awal tentang lokasi penelitian baik dari aspek kependudukan, sosial, ekonomi dan juga geografis daerah penelitian, diperoleh dengan cara melakukan studi pustaka dan inventarisasi data. Data-data yang dibutuhkan untuk tujuan penelitian ini merupakan pengambilan data
18
informasi yang telah ditulis dan dipublikasikan baik dalam bentuk buku ataupun laporan akhir sebuah program baik oleh pemerintah ataupun instansi terkait dengan tema kajian penelitian.
1.7.2.2 Pengumpulan Data Primer Perolehan data primer sebagai data awal informasi untuk menjawab dan menyelesaikan permasalahan yang sesuai dengan tujuan penelitian ini dengan cara menggali informasi secara langsung dan mendalam kepada masyarakat sehingga menjadikan informasi yang valid diperlukan beberapa tahapan yaitu: a) Observasi lapangan Perlu adanya observasi lapangan bertujuan untuk mengetahui gambaran awal secara nyata lokasi pembangunan Jalan Jalur Lingkar Selatan (JJLS) dan keadaan sosial di sekitar daerah penelitian. Observasi awal untuk penelitian ini yang berada di sepanjang jalan Deandels Kecamatan Temon dilakukan pada bulan September tahun 2013.
b) Penyusunan kuesioner Kuesioner sebagai piranti utama untuk memperoleh data dan juga informasi yang akan dijadikan bahan analisis menyelesaikan permasalahan penelitian dan sebagai hasil akhir dari penelitian ini, oleh karenanya penyusunan kuesioner perlu dilakukan secara benar dan teliti sehingga poin pertanyaan yang ada dalam kuesioner tidak banyak yang terbuang sehingga tepat sasaran dan bahasanya mudah untuk dipahami responden.
c) Pengetesan kuesioner Kuesioner yang telah jadi belum tentu dapat secara langsung dimanfaatkan untuk meneliti sebuah fenomena dimasyarakat, sehingga perlu adanya pengetesan kuesioner. Dengan kuesioner yang telah dilakukan uji coba maka akan diketahui apakah kuesioner ini dapat dipakai ataukah dilakukan perbaikan. Pengujian ini bertujuan untuk menyempurnakan fungsi kuesioner sebagai alat memeperoleh data untuk diolah menjadi hasil akhir penelitian secara valid dan tepat.
19
d) Wawancara Wawancara untuk pngumpulan data dari penelitian ini dilaksanakan secara terstruktur dan mendalam kepada responden di Desa Palihan yang dipilih secara random sampling atau secara acak.Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi karakteristik sosial ekonomi responden, persepsi tentang keberadaan Jalan Jalur Lingkar Selatan (JJLS), dan persepsi dampak JJLS terhadap masyarakat khususnya responden sendiri.
e) Dokumentasi Foto-foto atau rekaman baik saat wawancara maupun lokasi pembangunan JJLS perlu diabadikan dalam bentuk dokumentasi sehingga keabsahan dari data ataau informasi yang diperoleh dapat dilakukan pertanggungjawaban dan dapat dilakukan pengecekan langsung sesuai dengan dokumentasi yang ada.
1.7.2.3 Pemilihan Daerah Penelitian Pemilihan wilayah/daerah untuk penelitian ini dilakukan dengan cara memakai metode purposive, yang merupakan penentuan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu yang sesuai dengan tujuan dari penelitian (Mantra dan Kasto, 1989). Pertimbangan yang diambil untuk memilih Kecamatan Temon sebagai wilayah penelitian dikarenakan di Kecamatan inilah akan dan telah dibangun pelebaran jalan lingkar selatan. Proses pembangunan pun telah sebagian dilaksanakan dan dapat dimanfaatkan keberadaannya, pembebasan lahan demi luas jalan yang diinginkan oleh pemerintah juga telah dilakukan. Pemusatan lokasi penelitian agar lebih mendalam dan sesuai tema, maka penelitian dilakukan di 4 (empat) Desa yaitu Desa Jangkaran. Desa Sindutan, Desa Palihan dan Desa Glagah dimana keempat Desa tersebut yang dilewati oleh jalan jalur lingkar selatan (JJLS) dan termasuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Temon. Pembangunan akses transportasi di wilayah selatan Provinsi Yogyakarta yang dicanangkan oleh pemerintah, diharapkan dapat menjadikan kemajuan sosial ekonomi masyarakat di sekitar wilayah tersebut. Pemerintah menilai pembangunan akses tersebut perlu dilakukan sebagai salah satu jalur alternatif transportasi darat untuk menjangkau kota-kota yang ada disekitar kota Yogyakarta. Selain itu dengan semakin ramainya daerah selatan Yogyakarta maka geliat perekonomian dari masyarakat akan semakin maju, sebab pemerintah melihat bahwa kemajuan 20
daerah selatan dinilai kurang dibandingkan dengan wilayah lain di provinsi Yogyakarta. Dampak yang ditimbulkan dengan adanya akses baru dari wilayah selatan Yogyakarta khususnya daerah Kecamatan Temon, akan berdampak besar terhadap kehidupan masyarakatnya. Oleh karenanya pendapat dari masyarakat melalui respon dan persepsi akan dampak yang ditimbulkan akibat pembangunan dengan memanfaatkan tanah milik warga, dirasa cukup sebagai alasan pengambilan lokasi di Kecamatan Temon khususnya di Desa Jangkaran, Sindutan, Palihan dan Glagah. Keempat desa di Kecamatan Temon tersebut merupakan desa yang dilalui jalan Deandels dan sebagai acuan terhadap pembangunan jalan jalur lingkar selatan (JJLS). Desa-desa inilah yang cocok untuk melakukan penelitian sesuai dengan tema respon masyarakat akibat adanya pembangunan infrastruktur sebagai program kebijakan pemerintah untuk memeratakan kemakmuran dan kemajuan di wilayah pesisir selatan Jawa. Pertimbangan lain sebagai dasar penentuan lokasi penelitian berada di Kecamatan Temon khususnya disepanjang jalan Deandels, karena banyak tanah warga yang dilakukan pembebasan demi berlangsungnya rencana pembangunan jalan. Perlu diketahui mayoritas masyarakat di wilayah pesisir menggantungkan hidup mereka dari hasil pertanian, karena penduduk di Kecamatan ini sebagian besar memiliki mata pencaharian pada sektor pertanian. Dengan pembangunan jalan lingkar selatan, akan memberi dampak dan respon tersendiri dari masyarakat sekitar ketika lahan mereka dijadikan lokasi pembangunan akses jalan. Keberadaan daerah sekitar Jalan Deandels menjadi pilihan lokasi penelitian semakin diperkuat dengan penelitian yang belum banyak dilakukan, bagitupun dengan tema yang serupa di daerah tersebut. Keberadaan jalan dengan memakai sebagian lahan dari penduduk memberikan asumsi dan pemikiran kedepan yang beranekaragam dan menarik untuk dikaji, bebarengan dengan rencana pembangunan Bandar udara yang ada di lokasi tersebut memberi kesan yang lebih menarik ketika lokasi Kecamatan Temon dijadikan pilihan yang tepat untuk penelitian. Sangat cocok lokasi penelitian di Kecamatan Temon dengan mengangkat tema respon masyarakat terhadap pembangunan yang memanfaatkan lahan mereka, dimana lahan yang dipakai merupakan salah satu sumber pencarian nafkah untuk melangsungkan hidup mereka.
21
1.7.2.4 Penentuan Responden Responden yang dipakai sebagai sumber informasi dalam penelitian kali ini agar sesuai dengan tujuan, maka penentuan responden dilakukan secara purposive random sampling. Didasarkan pada jumlah penduduk yang tinggal di sekitar kanan kiri jalan memiliki jumlah yang relatif banyak dan jarak antar rumah yang cukup berdekatan, maka metode acak dirasa cukup efektif untuk memperoleh informasi sebagai penjawab atas tujuan penelitian yang ingin dicapai. Untuk wilayah Desa Sindutan, pemusatan responden berada pada penduduk yang lahan mereka dimanfaatkan sebagai pelurusan jalan baru dari pembangunan JJLS baik lahan pertanian maupun juga lahan yang telah di dirikan bangunan. Dengan jumlah responden sebanyak 36 kepala keluarga (KK) disepanjang ruas jalan Daendels menurut hemat kami
sudah cukup untuk
mewakili dari total jumlah masyarakat yang ada di Kecamatan Temon dengan adanya JJLS, dan mereka merupakan responden yang secara langsung mengalami dampak terhadap pembangunan jalan tersebut. adapun penentuan jumlah sampel responden untuk penelitian ini adalah pengambilan 10% dari jumlah populasi penelitian (Arikunto, 2002), dimana jumlah populasi total di sepanjang jalan jalur lingkar selatan adalah 400 kepala keluarga.
1.7.3
Indikator Penelitian
1.7.3.1 Karakteristik Penduduk Desa Palihan 1) Umur 2) Pendidikan dilakukan pengukuran dengan memakai keterangan pendidikan berupa ijazah tertinggi yang dimiliki. 3) Tingkat pendepatan dilakukan dengan pengukuran terhadap penghasilan atau upah yang diterima selama satu bulan dari pekerjaan atau usaha yang dilakukan. 4) Jenis pekerjaan, diketahui dengan melihat pekerjaan yang dilakukan untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga selama seminggu. 5) Jumlah anggota keluarga, dengan melihat jumlah anggota keluarga dalam kartu keluarga responden di Desa Palihan 6) Keadaan ekonomi, dilihat dari tingkat kegiatan selama seminggu terakhir untuk mengetahui pendapatan dari responden tersebut.
22
1.7.3.2 Respon / Persepsi Penduduk Terhadap Jalan Jalur Lingkar Selatan (JJLS) Berdasarkan kepada arti kata dari respon dan persepsi yang memiliki kesamaan yaitu suatu proses yang didahului dengan penginderaan terhadap rangsangan yang diterima dari luar yang berpengaruh terhadap pemilihan, pengorganisasian dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku, sehingga terbentuk reaksi baik positif maupun negatif oleh seseorang (Marcus, 2007). Oleh karenanya untuk penentuan respon ataupun persepsi masyarakat dilakukan penyamaan pertanyaan terhadap pembangunan jalan jalur lingkar selatan (JJLS) Penentuan persepsi penduduk yang nantinya akan dibangun jalan jalur lingkar selatan (JJLS) dapat di golongkan kepada 4 (empat) tingkatan yaitu 1. Sangat setuju 2. Setuju 3. Netral 4. Tidak setuju 5. Sangat tidak setuju Pengklasifikasian persepsi responden ini dilakukan dalam kuesioner yang nantinya akan diberikan kepada responden. Pertanyaan tentang persepsi masyarakat tersebut dalam kuesioner bersifat pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban yang telah ditetapkan diatas. Penentuan pilihan jawaban terhadap adanya pembangunan JJLS di Desa Palihan oleh penduduk nantinya akan dilakukan pertanyaan lanjutan yang menerangkan mengapa responden memilih jawaban tersebut yang ada pada poin pertanyaan selanjutnya.
1.7.3.3 Adaptasi Perubahan yang terjadi di dalam lingkungan hidup baik akibat perubahan penggunaan lahan untuk pembangunan infrastruktur, memberikan kemampuan terhadap mereka masyarakat untuk mengatasi dampak dan resiko yang akan mereka alami. Adaptasi sebagai akibat dari perubahan penggunaan lahan yang menyita lahan pertanian dan pekarangan sebagai efek pembangunan infrastruktur jalan, dalam penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan pengakuan atas pola kebijakan untuk mengatasi dampak yang dilakukan oleh penduduk disekitar 23
situs JJLS. Pengambilan pola adaptasi masyrakat dilakukan dengan memanfaatkan kuesioner yang nantinya akan disebarkan kepada responden. Pola pertanyaan sebagai point untuk mengetahui proses adaptasi masyarakat didalam kuesioner akan dilakukan dengan melakukan pertanyaan secara terbuka sehingga keragaman yang akan muncul atas pendapat mereka dapat ditampung. Ketika informasi diperoleh dalam pengolahan dan analisis data, pendapat masyarakat akan dilakukan skoring dan diklasifikasikan proses adaptasi masyarakat dengan karakteristik sosial masyarakat.
1.7.3.4 Persepsi Kendala Kemampuan masyarakat dengan kepekaan terhadap perubahan yang akan terjadi di lingkungannya yang berdampak kepada dirinya, memberikan pola adaptasi yang berbeda-beda untuk setiap individu berdasarkan kemampuan mereka untuk beradaptasi. Untuk itulah perlu dilakukan penggalian informasi berdasarkan persepsi responden terhadap kemampuan mereka beradaptasi dan kendala yang nantinya mereka hadapi didalam proses adaptasi sehubungan dengan keberadaan jalan jalur lingkar selatan (JJLS).
1.7.3.5 Dampak JJLS Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Setiap pembangunan pasti akan menghasilkan dampak baik bersifat negatif maupun secara positif, efek positif perlu adanya evaluasi agar dapat meningkat dasn tepat guna terhadap masyarakat sedangkan evaluasi dampak negatif dilakukan untuk menghindari setidaknya meminimalisir dampak bagi masyarakat. Perlunya persepsi dari masyarakat dilakukan atas dasar bahwa mereka yang nantinya akan mengalami dan akan berdampak atas pembangunan tersebut bagi kehidupan yang akan dijalani. Penentuan persepsi dampak pembangunan JJLS didalam lembar kuesioner tertulis pertanyaan yang memiliki sifat tertutup. Alasan penentuan jawaban atas adanya JJLS akan dinyatakan dalam pertanyaan selanjutnya dengan pertanyaan yang bersifat terbuka, sehingga masyarakat yang menjadi responden dapat menyatakan alasan mereka secara jelas dampak yang akan ditimbulkan dari JJLS.
24
1.7.4
Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini dilakukan ketika seluruh data yang dibutuhkan baik dari
responden sebagai sumber data utama, dan juga sumber
lain yang menunjang untuk
menganalisis data untuk memperoleh hasil. Pengolahan data dari penelitian ini memakai analisis kuantitatif deskriptif sehingga pengolahannya memakai analisis frekuensi terhadap respon dan juga persepsi masyarakat terhadap keberadaan jalan jalur lingkar selatan (JJLS) dan juga crosstab (tabulasi silang) untuk mengetahui keterkaitan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Akan tetapi sebelum dilakukan penganalisisan data dengan freskuensi dan tabulasi silang untuk mengetahui faktor sebab dan pemicu, dilakukan terlebih dahulu penilaian terhadap jawaban responden yang ada pada pertanyaan kuesioner. Data yang telah diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu penelitian berupaya menggambarkan, mencatat, menganalisa dan menginterpretasikan data yang telah diolah. Tahap pertama untuk menganalisis data dengan melakukan analisis secara kuantitatif memakai tabel distribusi frekuensi sebagai bukti penggambaran secara obyektif hasil penelitian. Tahap selanjutnya berupa analisis data dengan menggunakan penamaan terhadap variabel yang diteliti sesuai dengan aspek sebenarnya. Pemberian nama untuk setiap variabel yang dianalisis memakai angka mutlak dan jumlah persentase responden. Dari hasil pengolahan data secara kuantitatif kemudian dilakukan penerjemahan dan menjabarkan hasil perhitungan dengan memakai metode kualitatif. Sehingga hasil penelitian akan dapat digambarkan dan dijabarkan memakai kata-kata atau kalimat sesuai dengan setandar dan kategori tertentu. Pemakaian kedua metode yang berbeda dalam proses penganalisisan dimaksudkan agar variasi respon dan adaptasi masyarakat di Kecamatan Temon dapat diketahui faktor yang menjadi pengaruh utama. Untuk mempermudah penganalisisan dari hasil pengumpulan data memanfatkan kuesioner, maka setiap poin di dalam kuesioner akan dijabarkan sistematika penyusunan kuesioner dan menganalisis kuesioner di bawah ini : 1.7.4.1 Karakteristik Penduduk Lokasi Penelitian Lembar pertama dari isi kuesioner penelitian akan berkaitan dengan karakteristik sosial dari responden di Kecamatan Temon, khususnya di Desa Jangkaran, Sindutan, Palihan dan Glagah. Sehingga untuk mengetahui karakteristik penduduk dalam lembar kuesioner akan 25
diberikan pertanyaan tentang jenis kelamin, umur, hubungan dengan kepala rumah tangga, status perkawinan, status pendidikan, status pekerjaan, dan juga rata-rata pendapatan utama perbulan. Keberadaan karakteristik sosial ekonomi responden nantinya akan sangat berpengaruh terhadap fariasi jawaban yang akan keluar hubungannya dengan keberadaan Jalan Jalur Lingkar Selatan (JJLS). 1.7.4.2 Persepsi Masyarakat Terhadap Jalan Jalur Lingkar Selatan (JJLS) Pertanyaan yang tersaji untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang keberadaan Jalan Jalur Lingkar Selatan (JJLS) berupa pertanyaan terbuka dan tertutup.Pertanyaan terbuka ini kemudian dari sekian pendapat responden dilakukan penilain (scoring) untuk mempermudah penganalisis terhadap persepsi mereka dengan adanya Jalan Jalur Lingkar Selatan (JJLS).Pemberian nilai skor dari persepsi responden, dilaksanakan dengan melihat jawaban yang memiliki sifat positif bernilai tinggi dan menurun pada jawaban yang kurang setuju atau bernilai negatif. 1.7.4.3 Persepsi Dampak Pembangunan Jalan Jalur Lingkar Selatan (JJLS) Dampak pembangunan Jalan Jalur Lingkar Selatan (JJLS) menurut persepsi masyarakat akan diperoleh dengan mengajukan pertanyaan yang bersifat terbuka dan tertutup. Penentuan nilai jumlah dampak terhadap masyarakat dari pertanyaan persepsi, dilakukan dengan penentuan skor atas jawaban mereka sehingga lebih mudah untuk melakukan pengolahan data dan analisis nantinya. Pertanyaan terbuka dari alasan dampak pembangunan Jalan Jalur Lingkar Selatan (JJLS) perlu dilakukan pengklasifikasian terhadap jawaban yang beranekaragam dari penduduk tersebut. Ketika setelah dilakukan penentuan frekuensi dampak terhadap masyarakat, faktor yang berpengaruh terhadap persepsi akan dampak tersebut dilakukan penghitungan tabulasi silang atau crosstab faktor apa sajakah yang dirasa sangat berpengaruh terutama dari karakteristik sosial penduduk.
26
BAB II DESKRIPSI DAERAH DAN SUBYEK PENELITIAN
2.1 Kecamatan Temon 2.1.1
Kondisi Fisik Wilayah Kecamatan Temon Keadaan fisik suatu wilayah merupakan segala sesuatu yang dapat dilihat secara nyata dari
suatu daerah. Untuk mengetahui kondisi fisik dapat dilakukan dengan melihat keadaan geografis, yaitu letak, luas, batas administrasi, selain itu juga dapat diketahui melalui penggunaan lahan yang ada. Keadaan fisik adalah kenampakan yang sebenarnya atau keadaan yang dapat diketahui secara langsung. Dengan mengetahui kondisi fisik suatu wilayah, maka akan diperoleh gambaran atau informasi tentang wilayah penelitian.
2.1.1.1 Keadaan Geografis dan Wilayah Administratif Letak Kecamatan Temon secara astronomi terletak antara 390142 mT – 394648 mT dan 9126458 mU – 912844 mU. Luas wilayah kecamatan Temon sebagai lokasi penelitian memiliki luas sekitar 3.629,690 Ha (Kecamatan Temon Dalam Angka, 2010) atau setara dengan 9,88 % dari luas Kabupaten Kulonprogo yang luas wilayah administrasinya sebesar 3.629,690 Ha (Kulonprogo Dalam Angka, 2010). Kecamatan Temon merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Kulonprogo yang berada di sisi sebelah barat dari ibu kota Kabupaten Kulonprogo, dengan posisi Kecamatan dibatasi oleh : 1. Sebelah utara dibatasi oleh Kecamatan Kokap 2. Sebelah selatan dibatasi oleh Samudra Hindia 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Wates 4. Sedangkan sebelah barat berbatasan wilayah Jawatengah yaitu Kecamatan Purworejo. Letak wilayah Kecamatan Temon yang berada di ujung barat dari wilayah administrasi Kabupaten Kulonprogo dan juga ujung perbatasan wilayah dari Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Provinsi Jawa Tengah, memberikan dampak wilayah Kecamatan Temon sangat strategis untuk akomodasi yang dilalui warga masyarakat untuk melakukan aktifitasnya. Baik dari 27