perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan
zaman
menuntut
adanya
upaya
peningkatan
mutu
pendidikan, upaya tersebut harus dilakukan secara menyeluruh mencakup berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan tercapainya mutu pendidikan yang baik diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan martabat bangsa. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing di era global. Upaya yang tepat untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan satu-satunya wadah yang dapat dipandang dan berfungsi sebagai alat untuk membangun SDM yang bermutu tinggi adalah pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional pemerintah telah menyelenggarakan perbaikan-perbaikan mutu pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang. Namun fakta di lapangan belum menunjukkan hasil yang memuaskan (Trianto, 2012). Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu persyaratan dalam penguasaan ilmu dan teknologi. Kimia sebagai salah satu ilmu dasar dalam IPA mempunyai andil yang besar dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini ditandai dengan berkembangnya teknologi di segala bidang commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
yang menerapkan konsep-konsep kimia. Namun, pada kenyataannya prestasi belajar kimia secara nasional dinilai masih rendah dan kurang optimal. Kebanyakan siswa beranggapan bahwa kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit untuk dipahami, sehingga motivasi siswa untuk belajar kimia menjadi rendah. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada siswa kelas XI IPA SMA Batik 1 dan SMA Batik 2 Surakarta, terlihat bahwa pada saat pembelajaran kimia siswa kurang antusias untuk mengikuti pembelajaran, sehingga menyebabkan suasana kelas menjadi pasif. Berdasarkan Laporan Pengolahan Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2011/2012 tentang Daya Serap Siswa menunjukkan nilai Ujian Nasional rata-rata sekolah Tahun Pelajaran 2011/2012 di SMA Batik 1 Surakarta dan SMA Batik 2 Surakarta pada kelompok soal KD mendiskripsikan Hidrolisis Garam dan Ksp berturut-turut adalah 77,63 dan 83,34 sedangkan nilai Ujian Nasional rata-rata kota/kabupaten, propinsi, dan nasional berturut-turut adalah 79,88; 89,93; 88,34. Nilai Ujian Nasional rata-rata sekolah Tahun Pelajaran 2012/2013 di SMA Batik 1 Surakarta dan SMA Batik 2 Surakarta pada kelompok soal KD mendiskripsikan Hidrolisis Garam dan Ksp berturut-turut adalah 66,99 dan 53,45 sedangkan nilai Ujian Nasional rata-rata kota/kabupaten, propinsi, dan nasional berturut-turut adalah 72,50; 65,53; 66,31. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perolehan nilai Ujian Nasional rata-rata sekolah di SMA Batik 1 dan SMA Batik 2 Surakarta pada materi hidrolisis garam belum memuaskan karena belum seluruhnya diatas ratarata nilai tingkat kota/kabupaten, propinsi, dan nasional. Berdasarkan hasil angket analisis kebutuhan siswa dapat diketahui bahwa 84,21% siswa kelas XI IPA 1 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
SMA Batik 1 Surakarta, dan 92% siswa kelas XI IPA 2 SMA Batik 2 Surakarta, menyatakan materi hidrolisis garam merupakan salah satu materi yang sulit dipahami karena pada materi ini selain teori terdapat beberapa rumus untuk jenis larutan yang berbeda, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam perhitungannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia, kesulitan siswa dalam mempelajari materi hidrolisis garam ini akan sangat terlihat pada saat ujian semester, dimana beberapa materi pokok kimia akan diujikan secara bersamaan. Kesulitan siswa terutama terlihat pada saat siswa menentukan harga pH suatu larutan. Materi Pokok Hidrolisis Garam merupakan materi pemantapan dari materi sebelumnya. Pada materi ini akan dibahas tentang pengertian larutan hidrolisis, cara kerja pembuatan larutan tersebut, penentuan/perhitungan pH, serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa alasan pentingnya materi pokok Hidrolisis Garam sebagai berikut: 1) Materi pokok Hidrolisis Garam merupakan salah satu materi yang berisi konsep-konsep tentang stokiometri, kesetimbangan kimia dan penetuan pH suatu larutan. 2) Karateristik materi melibatkan banyak perhitungan dan berbagai analisis yang berkaitan dengan garam jika dilarutkan ke dalam air. 3) Kebanyakan siswa menganggap bahwa materi ini merupakan salah satu materi yang sulit, kesulitan siswa biasanya terletak pada penentuan pH untuk membedakan larutan hidrolisis atau penyangga. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
4) Materi pokok Hidrolisis Garam penerapannya banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Materi Pokok Hidrolisis Garam sejalan dengan teori Piaget (1971) cit. Dahar (2011) yang membagi pengetahuan menjadi tiga yaitu: pengetahuan fisik, logika-matematis dan sosial. Pengetahuan fisik dapat di dapat dari kemampuan siswa dalam melihat perubahan pH pada praktikum Hidrolisis Garam. Pengetahuan logika-matematis didapat siswa dari stokiometri yaitu dalam menghitung pH larutan Hidrolisis. Terakhir, pengetahuan sosial diperoleh dari aplikasi Hidrolisis Garam pada kehidupan sehari-hari serta dalam proses pembelajaran. Untuk memahami konsep, siswa sering kali mengalami kesulitan, karena biasanya guru hanya memberikan rumus dan beberapa contoh soal saja. Selain itu, siswa juga sering mengalami kesulitan dalam mengerjakan perhitungan. Lemahnya pemahaman konsep siswa juga dikarenakan pembelajaran yang dilaksanakan guru secara umum masih bersifat teacher centered. Pembelajaran dari guru yang terlalu menekankan sejumlah informasi/konsep belaka, meskipun tidak dapat disangkal bahwa konsep merupakan suatu hal yang sangat penting, namun bukan terletak pada konsep itu sendiri, tetapi terletak pada bagaimana konsep itu dipahami oleh peserta didik. Belum maksimalnya nilai yang didapatkan karena pembelajaran yang dilaksanakan masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa dan kurang menarik. Hal ini yang mengakibatkan pola belajar siswa cenderung menghapal, serta kemampuan berpikir dan daya analisis siswa kurang berkembang. Padahal pengetahuan yang diperoleh siswa melalui commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
kegiatan penemuan dan analisis siswa itu sendiri akan dapat bertahan lebih lama dalam ingatan, apabila dibandingkan diperoleh dengan cara-cara yang lain. Menurut Arends (1997) cit. Trianto (2011) menyatakan bahwa dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah. Karenanya perbaikan proses dan hasil pembelajaran perlu dilakukan dengan menerapkan metode atau menggunakan media pembelajaran yang inovatif sehingga dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif dan menemukan
konsep
pengetahuan,
meningkatkan
prestasi
belajar
serta
mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Menurut peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia No 69 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah menengah atas/madrasah aliyah bahwa kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar mata pelajaran), dan tematik (dalam
suatu
mata
pelajaran)
perlu
diterapkan
pembelajaran
berbasis
penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Pembelajaran menemukan,
kimia
yakni
hendaknya
diawali
dari
diajarkan
seperti
mengamati
para
adanya
kimiawan fenomena,
mengkonseptualisasi, lalu menyimbolkan. Hal ini sesuai dengan karakteristik pembelajaran kimia yang menitikberatkan pada keterampilan-keterampilan proses sains sebagaimana dicanangkan dalam BSNP (2006). Salah satu pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan keterampilan proses sains adalah pembelajaran inkuiri. Pendekatan pembelajaran berbasis penyelidikan (inkuiri) didukung pada pengetahuan tentang proses pembelajaran yang telah muncul dari penelitian (Bransford et al. 2000. cit. Abdi, 2014). Suryani dan Agung (2012) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapankecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu. Pada pembelajaran inkuiri siswa akan dihadapkan pada suatu permasalahan yang harus diamati, dipelajari, dan dicermati, sehingga dibutuhkan bahan ajar sebagai penunjangnya. Bahan ajar harus dikembangkan sesuai kurikulum yang berlaku. Metode Inkuiri adalah cara penyampaian bahan pengajaran dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar mengembangkan potensi intelektualnya dalam jalinan kegiatan yang disusunnya sendiri untuk menemukan sesuatu sebagai jawaban yang meyakinkan terhadap permasalahan yang dihadapkan kepadanya melalui proses pelacakan data dan informasi serta pemikiran yang logis, kritis dan sistematis (Slameto, 1993). Hanafiah dan Suhana (2009) menguraikan macam-macam metode inkuiri, yaitu: 1) inkuiri bebas; 2) inkuiri terbimbing; dan 3) inkuiri termodifikasi. Diantara tingkatan dari metode inkuiri, inkuiri terbimbing merupakan metode yang cocok diterapkan pada siswa yang belum terbiasa/kurang berpengalaman mengikuti pembelajaran dengan metode inkuiri. Berdasarkan angket analisis kebutuhan guru diperoleh informasi bahwa guru sangat jarang menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran kimia, sehingga peneliti memutuskan untuk menerapkan metode inkuiri terbimbing. Penelitian dari Matthew dan Kenneth (2013) menunjukkan bahwa siswa yang diajarkan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki nilai prestasi yang lebih baik dari pada siswa yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
Metode inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Media pembelajaran mempunyai peranan yang sama pentingnya dengan faktor-faktor pendidikan yang lain, tetapi kadang-kadang kurang diperhatikan oleh guru. Padahal dengan media yang tepat, merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu proses belajar-mengajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia kelas XI di SMA Batik 1 dan SMA Batik 2 Surakarta bahwa bahan ajar yang digunakan oleh guru belum mengacu kepada metode yang sesuai dengan kurikulum 2013, walaupun semua siswa sudah memiliki bahan ajar yang dipakai oleh guru. Belum tersedianya bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum 2013, maka guru menyarankan untuk mengembangkan suatu bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum 2013. Berdasarkan hasil angket analisis kebutuhan yang telah diberikan kepada siswa kelas XI IPA1 SMA Batik 1 dan siswa kelas XI IPA 2 SMA Batik 2 Surakarta bahwa 100% siswa membutuhkan bahan ajar alternatif yang dapat digunakan agar pembelajaran lebih mudah dan menarik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Keberadaan buku ajar bukan satu-satunya sarana pembelajaran bagi peserta didik saat ini, meskipun buku ajar berisi materi seperti yang ditetapkan dalam kurikulum. Peserta didik juga memerlukan pegangan sumber belajar lainnya agar pembelajaran lebih hidup dan terarah. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan yaitu Lembar Kegiatan Siswa (LKS). LKS adalah suatu materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga peserta didik diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam LKS, peserta didik akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, peserta didik juga dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan, dan pada saat yang bersamaan, peserta didik diberi materi dan tugas yang berkaitan dengan materi tersebut. Dari penjelasan ini dapat kita pahami bahwa LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai (Prastowo, 2012). Lembar Kegiatan Siswa akan memberikan manfaat bagi guru dan siswa. Guru akan memiliki bahan ajar yang siap digunakan, sedangkan siswa akan mendapatkan pengalaman belajar mandiri dan belajar memahami tugas tertulis yang tertuang dalam LKS (Depdiknas, 2007). Setiap mata pelajaran memerlukan LKS untuk menunjang pembelajaran tersebut, namun LKS yang tersedia dipasaran tidak mengacu pada kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu kurikulum 2013. LKS umumnya hanya berisi ringkasan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
materi, contoh soal dan dilanjutkan dengan evaluasi, sehingga tidak mengacu pada kegiatan ilmiah. Adapun LKS yang terdapat kegiatan praktikum, hanya berisi instruksi langsung, sehingga siswa melakukan praktikum sesuai instruksi yang terdapat dalam LKS tanpa memikirkan alasan pengerjaan tahap demi tahap yang dilakukan. Pada beberapa LKS juga tidak ditemukan adanya contoh penerapan konsep dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, LKS juga tidak dilengkapi dengan warna, gambar, peta konsep dan bahasa yang digunakan kurang komunikatif. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan LKS yang dapat melatih siswa bekerja secara ilmiah serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa sehingga siswa memiliki kesempatan untuk menemukan konsep, membangun pengetahuannya sendiri dan lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan suatu penelitian dengan judul “Pengembangan LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Pokok Hidrolisis Garam untuk SMA/MA Kelas XI”.
B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah berdasarkan latar belakang masalah yaitu: 1. Kimia sebagai salah satu ilmu dasar dalam IPA mempunyai andil yang besar dalam kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Namun, pada
kenyataannya prestasi belajar kimia secara nasional dinilai masih rendah dan kurang optimal. 2. Sebagian besar siswa menganggap bahwa kimia merupakan salah satu pelajaran yang sulit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
3. Pembelajaran kimia di SMA Batik 1 dan SMA Batik 2 Surakarta masih didominasi oleh guru atau bersifat teacher centered, sehingga motivasi belajar siswa menjadi rendah dan membosankan. 4. Kurikulum yang berlaku saat ini adalah kurikulum 2013 yang menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Di dalam implementasinya kurikulum 2013 belum dilakukan dengan baik. 5. Belum tersedianya media dan bahan ajar yang bermuatan sesuai dengan kurikulum 2013. 6. Masih jarang ditemukan LKS yang menjadikan inkuiri terbimbing sebagai basis pengembangannya.
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian lebih terarah, maka permasalahan dibatasi pada: 1. Pengembangan yang dimaksud adalah pengembangan suatu bahan ajar berupa LKS yang sesuai dengan pembelajaran pada kurikulum 2013. 2. Basis
strategi
pembelajaran
yang
digunakan
dalam
LKS
yang
dikembangkan adalah inkuiri terbimbing. 3. Penelitian ini akan difokuskan pada pengembangan LKS pada materi Hidrolisis Garam. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada materi tersebut mengacu pada salinan lampiran Permendikbud No 69 Tahun 2013 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. 4. Metode pengembangan LKS yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada 10 langkah metode penelitian dan pengembangan dari Borg & Gall, namun pada penelitian ini dibatasi sampai langkah ke sembilan yaitu penyempurnaan dan produk akhir.
D. Perumusan Masalah Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana hasil tiap tahapan pengembangan LKS berbasis inkuiri terbimbing pada materi pokok Hidrolisis Garam yang mengacu siklus R&D Borg and Gall? 2. Bagaimana kualitas produk pengembangan yang berupa LKS pada materi pokok Hidrolisis Garam? Kriteria kualitas yang dinilai pada LKS berbasis inkuiri terbimbing pada materi pokok Hidrolisis Garam ditinjau dari: a) Kriteria kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafisan yang dinilai oleh ahli materi dan ahli media. b) Keterlaksanaan tahapan inkuiri terbimbing berdasarkan observasi. c) Angket respon siswa dan guru terhadap LKS yang dikembangkan. d) Ketuntasan hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing pada materi pokok Hidrolisis Garam. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui; 1. Hasil tiap tahapan pengembangan LKS berbasis inkuiri terbimbing pada materi pokok Hidrolisis Garam yang mengacu siklus R&D Borg and Gall. 2. Kualitas produk pengembangan yang berupa LKS pada materi pokok Hidrolisis Garam, yang ditinjau dari: 1) kriteria kelayakan isi, kriteria kelayakan bahasa, kriteria kelayakan penyajian dari ahli materi dan ahli media; 2) keterlaksanaan tahapan inkuiri terbimbing; 3) angket respon guru dan siswa terhadap LKS yang dikembangkan; 4) serta ketuntasan hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan LKS berbasis inkuiri pada materi pokok Hidrolisis Garam.
F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan Produk LKS pembelajaran Kimia yang akan dikembangkan dalam penelitian ini berupa: 1. LKS berbasis inkuiri terbimbing pada materi pokok hidrolisis garam berbentuk media cetak yang berdasarkan kurikulum 2013. Isi LKS secara garis besar meliputi ringkasan materi, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik untuk menunjang pembelajaran inkuiri terbimbing. 2. Materi dalam LKS yang dikembangkan yaitu materi pokok hidrolisis garam kelas XI IPA SMA semester 2 yang berdasarkan kurikulum 2013. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
3. Format LKS berbasis inkuiri terbimbing pada materi pokok hidrolisis garam berisikan, 1) bagian awal yaitu: cover, kata pengantar, sekilas isi LKS, kompetensi inti dan kompetensi dasar, daftar isi, pendahuluan, petunjuk penggunan LKS, dan peta konsep; 2) bagian inti yaitu: tujuan pembelajaran, materi pengantar, permasalahan, hipotesis, pengumpulan data, analisis data, kesimpulan, contoh soal, uji kepahaman anda, hidrolisis dalam kehidupan; dan 3) bagian penutup yaitu: tes formatif, kunsi jawaban, glosarium, dan daftar pustaka.
G. Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Secara Teoritis a. Menekankan arti pentingnya penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. b. Menambah wawasan bagi guru dan siswa tentang media pembelajaran dan implementasinya pada perkembangan dunia pendidikan. 2. Manfaat Secara Praktis a. Untuk Siswa 1) Melatih berpikir inkuiri berdasarkan pengalaman sehari-hari 2) Memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hidrolisis garam dalam kehidupan sehari-hari. 3) Siswa mendapatkan suasana yang berbeda dengan pembelajaran commit to user yang menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
4) Memberi pengaruh positif pada perkembangan kognitif siswa. b. Untuk Guru 1) Memacu guru untuk selalu mengikuti perkembangan informasi dalam pembelajaran inkuiri. 2) Sebagai
masukan
untuk
guru,
sehingga
dapat
mengajar
menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing terutama pada materi pokok hidrolisis garam. c. Untuk Sekolah 1) Memberikan perangkat pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran. 2) Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) baru demi kemajuan pendidikan terutama dalam pembelajaran kimia.
commit to user