DIKTAT RESPONSI DAN PRAKTIKUM
MUTU PANGAN I
Disusun Oleh: Dr.Ir. Arpah, MSi Ir.Dwi Yuni Hastuti, DEA
2010 SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DAFTAR ISI MA: MUTU PANGAN I JMP: 204 3(2-3) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Minggu I 11 111 1V V VI VII VIII IX
10
X
11 12 13 14 15
XI XII XIII XIV XV
Topik Perkuliahan Perkembangan Mutu: Sejarah dan Pengertian mutu Mutu Pangan: Intrinsik dan Ekstrinsik Prinsip Jaminan Mutu Pangan Standar, Aspek Legal dan regulasi Mutu Pangan Pengukuran dan Analisa Mutu Pangan Sampling, Alat bantu Manajemen Mutu Pangan Control Chart Prinsip Pengawasan dan Pengendalian Mutu Pangan Sistem Manajemen Mutu Pangan: GMP, HACCP, Halal, ISO GMP HACCP Jaminan Halal ISO 9001:2000, ISO 15161 dan ISO 22000 Biaya Mutu
Mata Kuliah Kode Mata Kuliah Deskripsi
: Mutu Pangan I : JMP 204
Kredit Learning Objectives (Standar Kompetensi)
:
Pengajar
: Mata kuliah ini membahas aktifitas utama penjaminan mutu pangan di dalam industri seperti identifikasi karakteristik mutu, prosedur penarikan contoh dan pengujian mutu, spesifikasi dan standar, proses dokumentasi pada berbagai jenis sistem manajemen mutu, serta penggunaan alat-alat bantu manajemen mutu (quality tools) seperti control chart untuk pengendalian mutu.
3(2-3) : Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi secara terintegrasi tentang jaminan mutu pangan. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan penarikan contoh, pengujian karakteristik mutu berdasarkan spesifikasi dalam standar, proses pendokumentasian dalam sistem manajemen mutu serta mahir menggunakan alat bantu manajemen mutu RINCIAN TIK DIPERLIHATKAN PADA GBBP DAN SAP DI BAGIAN TERPISAH
1
DAFTAR ISI PENGANTAR TENTANG SEVEN OLD QUALITY TOOLS 1. BRAINSTORMING 2. FLOWCHART 3. DIAGRAM ISHIKAWA 4. RELATION DIAGRAM 5. DIAGRAM AFINITAS 6. CHECK SHEET 7. BAR CHART 8. DIAGRAM PARETO 9. HISTOGRAM 10. SCATTER PLOT 11. RUN CHART 12. CONTROL CHART a. XmR (X individual moving average) b. X-barR (X rata-rata, range) c. p- chart (fraksi/persen, data tidak konstan) d. np-chart (fraksi/persen, data konstan) e. c-chart (jumlah atribut, data konstan) f. u- chart (jumlah atribut, data tidak konstan) 13. EVALUASI CONTROL CHART DAFTAR PUSTAKA
Mampu menerapkan skema penjaminan mutu dalam industri pangan
Mampu menjelaskan biaya mutu
Mahir membuat dan mengisi dokumen penunjang sistem manajemen mutu: SOP, work instruction, form dan record
Memahami perangkat dokumentasi sistem manajemen mutu pangan : GMP, HACCP, sistem Halal dan ISO
Mampu melaksanakan proses pengendalian dan pengawasan mutu pada produk dan proses produksi
Mampu menjelaskan standard dan regulasi
Mampu menjelaskan pengukuran dan analisis KQC (key quality characteristic)
Menerapkan acceptance sampling
Menerapkan alat bantu manajemen mutu dan control chart
Memahami skema penjaminan mutu melalui sertifikasi Mengidentifikasi karakteristik mutu produk industri pangan Memahami perkembangan konsep mutu, sertifikasi produk, sertifikasi kinerja organisasi industri Gambar 1. Analisis Instruksional Mutu Pangan I
GBPP-SAP Mutu Pangan I
2
Garis-Garis Besar Program Pengajaran Mutu Pangan I (Kuliah) Mata Kuliah Kode Mata Kuliah Deskripsi
Kredit Learning Objectives (Standar Kompetensi)
No 1
2.
: :
:
:
:
Mutu Pangan I JMP 204 Mata kuliah ini membahas aktifitas utama penjaminan mutu pangan di dalam industri seperti identifikasi karakteristik mutu, prosedur penarikan contoh dan pengujian mutu, spesifikasi dan standar, proses dokumentasi pada berbagai jenis sistem manajemen mutu, serta penggunaan alat-alat bantu manajemen mutu (quality tools) seperti control chart untuk pengendalian mutu. 3(2-3) Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi secara terintegrasi tentang jaminan mutu pangan. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan penarikan contoh, pengujian karakteristik mutu berdasarkan spesifikasi dalam standar, proses pendokumentasian dalam sistem manajemen mutu serta mahir menggunakan alat bantu manajemen mutu
Kompetensi Dasar (TIK) Setelah menyelesaikan topik 1 ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. menjelaskan perkembangan mutu sejak revolusi industri hingga sekarang. 2. mendefenisikan pengertian mutu berdasarkan PP 28 th 2004, ISO dan pakar mutu seperti: Juran, Crosby, Feigenbaum atau Deming dan sebagainya. 3. memahami perbedaan pengertian mutu produk, mutu layanan jasa dan mutu kinerja organisasi 4. memahami tentang sistem mutu suatu organisasi Setelah menyelesaikan topik 2 ini, mahasiswa diharapkan mampu:
GBPP-SAP Mutu Pangan I
Pokok Bahasan
Perkembangan Mutu: Sejarah dan Pengertian mutu
Mutu Pangan: Intrinsik dan Ekstrinsik
Sub Pokok Bahasan
Waktu
Perkembangan mutu dan sistem mutu
35
Pengertian Mutu: PP 28 TH 2004 , ISO, Juran, Crosby, Feigenbaum
35
Pengertian mutu layanan jasa dan mutu kinerja organisasi
30
Key quality characteristic
Referensi
1,2,3,4,5,6,7
3,5
2
No
3.
4.
Kompetensi Dasar (TIK) 1. Mampu menjelaskan key quality characteristic (KQC) suatu produk industri 2. mengidentifikasi karakteristik intrinsik mutu pangan mencakup karakteristik mutu organoleptik, kimia, fisik, mikrobiologi, gizi dan keamanan pangan 3. mengidentifikasi karakteristik ekstrinsik mutu pangan seperti harga, kemasan, ketersediaan, daya tarik, desain Setelah menyelesaikan topik 3 ini, mahasiswa mampu: 1. memahami penjaminan mutu produk pangan melalui sertifikasi 2. memahami penjaminan mutu organisasi industri melalui sertifikasi 3. memahami skema penjaminan mutu produk tanpa sertifikasi Setelah menyelesaikan topik 4 ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. mampu menjelaskan pengertian dan jenisjenis standar untuk bahan pangan, produk dan industri pangan. 2. mampu memilih standar sesuai yang diperlukan 3. memahami aspek legal penjaminan mutu, mampu menyebutkan UU pangan, PP tentang Mutu dan Gizi Pangan
GBPP-SAP Mutu Pangan I
Pokok Bahasan
Sub Pokok Bahasan (KQC) suatu produk industri Karakteristik intrinsik mutu pangan : mutu organoleptik, kimia, fisik, mikrobiologi, gizi dan keamanan pangan Karakteristik ekstrinsik mutu pangan : harga, kemasan, ketersediaan, daya tarik, desain Persyaratan Jaminan mutu pangan sesuai PP 28 thn 2004
Prinsip Jaminan Mutu Pangan
Standar, Aspek Legal dan regulasi Mutu Pangan
Sertifikat sebagai jaminan tertulis Kesesuaian dengan standar formal sebagai jaminan tak tertulis
Waktu 20
Referensi
40
40
20
40
1,2,3,4,5,6,7
40
Stándar produk: SNI, Codex, Stándar industri,
40
Regulasi mutu pangan
20
UU dan PP tentang mutu dan jaminan mutu
40
1,2,3,4,5,6,7
3
No 5.
6.
7.
8.
Kompetensi Dasar (TIK) Setelah menyelesaikan topik 5 ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. menjelaskan variasi hasil analisa dan pengukuran KQC produk pangan 2. memberikan contoh jenis analisa mutu pangan berdasarkan metoda kimia, fisika, mikrobiologi dan uji organoleptik 3. menjelaskan berbagai jenis alat analisa mutu pangan 4. menjelaskan pengertian presisi dan akurasi hasil pengukuran Setelah menyelesaikan topik 6 ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. menerapkan tabel acceptance sampling untuk menarik contoh 2. menjelaskan penarikan contoh acak dan jenis lainnya Setelah menyelesaikan topik 7 ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. menggunakan alat bantu manajemen mutu untuk mengumpulkan dan mengorganisasikan data mutu sehingga mudah diamati, dimegerti dan dianalisa 2. menggunakan alat bantu manajemen mutu untuk pengendalian dan perencanaan mutu Setelah menyelesaikan topik 8 ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. memilih SPC dan SQC yang sesuai untuk
GBPP-SAP Mutu Pangan I
Pokok Bahasan
Pengukuran dan Analisa Mutu Pangan
Acceptance Sampling dan Acceptable Quality Level (AQL)
Alat bantu Manajemen Mutu Pangan
Control Chart
Sub Pokok Bahasan
Waktu
Variasi Hasil Pengukuran
25
Jenis-jenis hasil pengukuran analisa mutu
25
Alat-alat analisa mutu pangan
25
Presisi dan akurasi
25
Acceptance Sampling dan Accepatble Quality Level
50
Penarikan contoh acak dan lainnya
50
Alat bantu manajemen mutu untuk mengumpulkan dan mengorganisasikan data
50
Alat bantu manajemen mutu untuk pengendalian dan perencanaan mutu SPC dan SQC untuk data variabel
Referensi
1,2,3,4,5,6,7
1,2,3,4,5,6,7
1,2,3,4,5,6,7 50 50
1,2,3,4,5,6,7
4
No
9.
10
11
Kompetensi Dasar (TIK) data variabel 2. mahir menggunakan SPC dan SQC data variabel 3. memilih SPC dan SQC yang sesuai untuk data atribut 4. mahir menggunakan SPC dan SQC data atribut Setelah menyelesaikan topik 9 ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. menjelaskan pengertian pengendalian mutu 2. menjelaskan peranan control chart dalam pengendalian mutu 3. menjelaskan berbagai titik dalam rantai input-proses-input industri pangan tempat dimana aktifitas pengawasan dan pengendalian mutu diterapkan Setelah menyelesaikan topik 10 ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. menjelaskan pengertian GMP, HACCP, sistem halal dan ISO 2. memahami pentingnya dokumentasi dalam sistem manajemen mutu 3. membaca SOP, work instruction, berbagai jenis form dan record yang diterapkan dalam dokumentasi mutu. Setelah menyelesaikan topik 11 ini, mahasiswa diharapkan mampu:
GBPP-SAP Mutu Pangan I
Pokok Bahasan
Sub Pokok Bahasan
Waktu
SPC dan SQC untuk data atribut
50
Referensi
1,2,3,4,5,6,7
Prinsip Pengawasan dan Pengendalian Mutu Pangan
Pengendalian dan pengawasan mutu bahan baku
30
Pengendalian mutu proses produksi
35
Pengendalian dan pengawasan mutu produk akhir
35
Pengertian sistem manajemen mutu pangan Sistem Manajemen Mutu Pangan: GMP, HACCP, Halal, ISO
1,2,3,4,5,6,7 Dokumentasi pada sistem manajemen mutu pangan
GMP, HACCP, Halal, ISO GMP atau Cara Memproduksi Pangan yang
GMP berdasarkan SK Badan POM
35
1,2,3,4,5,6,7
5
No
12
13
14
Kompetensi Dasar (TIK) 1. memahami tujuan diaplikasikannya GMP dalam proses produksi pangan 2. menyebutkan elemen-elemen GMP 3. memahami hubungan antara elemenelemen GMP dengan keamanan pangan Setelah menyelesaikan topik 12 ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. memahami tujuan diaplikasikannya HACCP dalam proses produksi pangan 2. menjelaskan 5 prasyarat dan 7 prinsip HACCP 3 memahami flowchart penetapan titik CCP 4. memahami tabel HACCP Setelah menyelesaikan topik 13 ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. memahami tujuan diaplikasikannya sistem jaminan halal dalam proses produksi pangan 2. memahami flowchart penetapan titik CCP halal 3. memahami SOP, berbagai jenis form dan record yang diterapkan dalam aktifitas penjaminan halal 4. memahami pentingnya daftar suplier bahan baku bersertifikat halal dalam sistem halal Setelah menyelesaikan topik 14 ini, mahasiswa diharapkan mampu:
GBPP-SAP Mutu Pangan I
Pokok Bahasan Baik (CMPB)
Sub Pokok Bahasan
Waktu
Komponen GMP Hubungan antara komponen GMP dengan keamanan pangan
35
Tujuan diaplikasikannya HACCP dalam proses produksi pangan HACCP
5 prasyarat dan 7 prinsip HACCP Flowchart Penetapan titik CCP Tabel HACCP Tujuan diaplikasikannya sistam jaminan halal dalam proses produksi pangan
Jaminan Halal
Flowchart penetapan titik kritis Dokumentasi sistem halal: SOP, work instruction, form, record Jaringan dan daftar suplier bersertifikat halal
ISO 9001:2000, ISO 15161 dan ISO 22000
Tujuan diaplikasikannya ISO Dalam organisasi industri
Referensi
30
25 25
1,2,3,4,5,6,7
25 25 25 25 25
8
25
30
1,2,3,4,5,6,7
6
No
15
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kompetensi Dasar (TIK) Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Waktu 1. memahami tujuan diaplikasikannya ISO yang memproduksi pangan 9001:2000, ISO 15161 dan ISO 22000 dalam proses produksi pangan 2. memahami pentingnya dokumentasi dalam Dokumentasi dalam sistem 35 sistem ISO ISO 35 3. mampu mengenali SOP, work instruction berbagai jenis form dan record yang SOP, work instruction diterapkan dalam aktifitas pengawasan dan berbagai jenis form dan pengendalian mutu pada organisasi industri record bersertifikat ISO 50 Setelah menyelesaikan topik 15 ini, mahasiswa diharapkan mampu: Pengertian Biaya Mutu 1. menjelaskan pengertian biaya mutu 2. menjelaskan komponen biaya mutu PAF 50 3. menjelaskan komponen biaya mutu Biaya Mutu aktifitas preventif 4. menjelaskan komponen biaya mutu Komponen biaya mutu PAF aktifitas appraisal 5 menjelaskan komponen biaya mutu produk failure (defect) Alli, I. 2004. Food Quality Assurance: Principle and Practices. CRC Press, NY. [BOB] Bureau of Bussiness Practice. 1992. Handbook of Quality Standard and Compliance. Prentice Hall, Englewood City, NJ. [BSN Badan Standarisasi Nasional. 1998. Senarai Standard Nasional Indonesia (SNI). Jakarta. Dillon, M and Griffith. C. 2001. Auditing in The Food Industry. CRC Press. England. Hoyle, D. 1994. Quality System Handbook. Butterworth-Heinmann, Ltd. Oxford. Knight, J.B. and Kotschevar, L.H. 2000. Quantity food Production and Planning, John Wiley and Sons. Newslow, D. L. 2001. The ISO 9000 Quality System: Application in Food and Technology. Wiley Interscience, NY. [POM-MUI]. 2004. Panduan Penyusunan Sistem Jaminan Halal. LP-POM MUI Propinsi Jawa-Timur.
GBPP-SAP Mutu Pangan I
Referensi
1,2,3,4,5,6,7
7
Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Mutu Pangan I (Kuliah) Topik Bahasan 1 : Perkembangan Mutu: Sejarah dan Pengertian mutu Waktu : 2 x 50 (menit) TIU
:
TIK
:
No 1
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi secara terintegrasi tentang jaminan mutu pangan. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan penarikan contoh, pengujian karakteristik mutu berdasarkan spesifikasi dalam standar, proses pendokumentasian dalam sistem manajemen mutu serta mahir menggunakan alat bantu manajemen mutu Setelah menyelesaikan topik 1 ini, mahasiswa diharapkan mampu
1. menjelaskan perkembangan mutu sejak revolusi industri hingga sekarang. 2. mendefenisikan pengertian mutu berdasarkan PP 28 th 2004, ISO dan pakar mutu seperti: Juran, Crosby, Feigenbaum atau Deming dan sebagainya. 3. memahami perbedaan pengertian mutu produk, mutu layanan jasa dan mutu kinerja organisasi 4. memahami tentang sistem mutu suatu organisasi Alat bantu Waktu Referensi Sub Pokok Bahasan Metoda Pengajaran Perkembangan mutu dan sistem mutu Pengertian Mutu berdasarkan PP 28 TH 2004, ISO, Juran, Crosby, Feigenbaum Pengertian mutu layanan jasa dan mutu kinerja organisasi
GBPP-SAP Mutu Pangan I
Pembukaan: penyampaian TIK Ceramah Tutorial Tutorial Diskusi dan tanya jawab Review
5 10 LCD
35 35 10 5
1,2,3,4,5,6,7
8
Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Mutu Pangan I (Kuliah) Topik Bahasan 2 Waktu TIU
: : :
TIK
:
No 2
Mutu Pangan: Key Quality Characteristik Intrinsik dan Ekstrinsik
2 x 50 (menit) Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi secara terintegrasi tentang jaminan mutu pangan. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan penarikan contoh, pengujian karakteristik mutu berdasarkan spesifikasi dalam standar, proses pendokumentasian dalam sistem manajemen mutu serta mahir menggunakan alat bantu manajemen mutu Setelah menyelesaikan topik 2 ini, mahasiswa diharapkan mampu
1. Mampu menjelaskan key quality characteristic (KQC) suatu produk industri 2. mengidentifikasi karakteristik intrinsik mutu pangan mencakup karakteristik mutu organoleptik, kimia, fisik, mikrobiologi, gizi dan keamanan pangan 3. mengidentifikasi karakteristik ekstrinsik mutu pangan seperti harga, kemasan, ketersediaan, daya tarik, desain Alat bantu Waktu Referensi Sub Pokok Bahasan Metoda Pengajaran Key quality characteristic (KQC) suatu Pembukaan: penyampaian 5 produk industri TIK Karakteristik intrinsik mutu pangan : mutu Ceramah organoleptik, kimia, fisik, mikrobiologi, gizi 10 dan keamanan pangan LCD 1,2,3,4,5,6,7 Karakteristik ekstrinsik mutu pangan : harga, 35 Tutorial kemasan, ketersediaan, daya tarik, desain Tutorial 35 10 Diskusi dan tanya jawab 5 Review
GBPP-SAP Mutu Pangan I
9
Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Mutu Pangan I (Kuliah) Topik Bahasan 3 : Prinsip Jaminan Mutu Pangan Waktu : 2 x 50 (menit) TIU
:
TIK
:
No 3
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi secara terintegrasi tentang jaminan mutu pangan. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan penarikan contoh, pengujian karakteristik mutu berdasarkan spesifikasi dalam standar, proses pendokumentasian dalam sistem manajemen mutu serta mahir menggunakan alat bantu manajemen mutu Setelah menyelesaikan topik 3 ini, mahasiswa diharapkan mampu
1. memahami penjaminan mutu produk pangan melalui sertifikasi 2. memahami penjaminan mutu organisasi industri melalui sertifikasi 3. memahami skema penjaminan mutu produk tanpa sertifikasi Alat bantu Sub Pokok Bahasan Metoda Pengajaran Persyaratan Jaminan mutu pangan sesuai PP Pembukaan: penyampaian 28 thn 2004 TIK Sertifikat sebagai jaminan mutu tertulis Ceramah Kesesuaian dengan standar formal sebagai Tutorial LCD jaminan mutu tak tertulis Tutorial
Diskusi dan tanya jawab Review
GBPP-SAP Mutu Pangan I
Waktu
Referensi
5 10 35 35 10 5
1,2,3,4,5,6,7
10
Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Mutu Pangan I (Kuliah) Topik Bahasan 4 Waktu TIU
: : :
TIK
:
No 4
Standar, Aspek Legal dan regulasi Mutu Pangan
2 x 50 (menit) Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi secara terintegrasi tentang jaminan mutu pangan. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan penarikan contoh, pengujian karakteristik mutu berdasarkan spesifikasi dalam standar, proses pendokumentasian dalam sistem manajemen mutu serta mahir menggunakan alat bantu manajemen mutu Setelah menyelesaikan topik 4 ini, mahasiswa diharapkan mampu
1. mampu menjelaskan pengertian dan jenis-jenis standar untuk bahan pangan, produk dan industri pangan. 2. mampu memilih standar sesuai yang diperlukan 3. memahami aspek legal penjaminan mutu, mampu menyebutkan UU pangan, PP tentang Mutu dan Gizi Pangan Alat bantu Waktu Referensi Sub Pokok Bahasan Metoda Pengajaran Stándar produk: SNI, Codex, Stándar Pembukaan: penyampaian 5 industri, Regulasi mutu pangan UU dan PP tentang mutu dan jaminan mutu
GBPP-SAP Mutu Pangan I
TIK Ceramah Tutorial Tutorial Diskusi dan tanya jawab Review
LCD
10 35 35 10 5
1,2,3,4,5,6,7
11
Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Mutu Pangan I (Kuliah) Topik Bahasan 5 Waktu TIU
: : :
TIK
:
No 5
Pengukuran dan Analisa Mutu Pangan
2 x 50 (menit) Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi secara terintegrasi tentang jaminan mutu pangan. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan penarikan contoh, pengujian karakteristik mutu berdasarkan spesifikasi dalam standar, proses pendokumentasian dalam sistem manajemen mutu serta mahir menggunakan alat bantu manajemen mutu Setelah menyelesaikan topik 5 ini, mahasiswa diharapkan mampu
1. menjelaskan variasi hasil analisa dan pengukuran KQC produk pangan 2. memberikan contoh jenis analisa mutu pangan berdasarkan metoda kimia, fisika, mikrobiologi dan uji organoleptik 3. menjelaskan berbagai jenis alat analisa mutu pangan 4. menjelaskan pengertian presisi dan akurasi hasil pengukuran Alat bantu Waktu Referensi Sub Pokok Bahasan Metoda Pengajaran Variasi Hasil Pengukuran Pembukaan: penyampaian 5 Jenis-jenis hasil pengukuran analisa mutu Alat-alat analisa mutu pangan Presisi dan akurasi Variasi Hasil Pengukuran
GBPP-SAP Mutu Pangan I
TIK Ceramah Tutorial Tutorial Tutorial Diskusi dan tanya jawab Review
LCD
10 30 30 10 10 5
1,2,3,4,5,6,7
12
Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Mutu Pangan I (Kuliah) Topik Bahasan 6 Waktu TIU
: : :
TIK
:
No 6
Acceptance Sampling dan Acceptable Quality Level (AQL)
2 x 50 (menit) Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi secara terintegrasi tentang jaminan mutu pangan. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan penarikan contoh, pengujian karakteristik mutu berdasarkan spesifikasi dalam standar, proses pendokumentasian dalam sistem manajemen mutu serta mahir menggunakan alat bantu manajemen mutu Setelah menyelesaikan topik 6 ini, mahasiswa diharapkan mampu
1. menerapkan tabel acceptance sampling untuk menarik contoh 2. menjelaskan penarikan contoh acak dan jenis lainnya Alat bantu Sub Pokok Bahasan Metoda Pengajaran Acceptance Sampling dan Accepatble Pembukaan: penyampaian Quality Level TIK Penarikan contoh acak dan lainnya
GBPP-SAP Mutu Pangan I
Ceramah Tutorial Tutorial Diskusi dan tanya jawab Review
LCD
Waktu
Referensi
5 10 35 35 10 5
1,2,3,4,5,6,7
13
Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Mutu Pangan I (Kuliah) Topik Bahasan 7 Waktu TIU
: : :
TIK
:
No 7
Alat bantu Manajemen Mutu Pangan
2 x 50 (menit) Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi secara terintegrasi tentang jaminan mutu pangan. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan penarikan contoh, pengujian karakteristik mutu berdasarkan spesifikasi dalam standar, proses pendokumentasian dalam sistem manajemen mutu serta mahir menggunakan alat bantu manajemen mutu Setelah menyelesaikan topik 7 ini, mahasiswa diharapkan mampu
1. menggunakan alat bantu manajemen mutu untuk mengumpulkan dan mengorganisasikan data mutu sehingga mudah diamati, dimegerti dan dianalisa 2. menggunakan alat bantu manajemen mutu untuk pengendalian dan perencanaan mutu Alat bantu Waktu Referensi Sub Pokok Bahasan Metoda Pengajaran Alat bantu manajemen mutu untuk mengumpulkan dan mengorganisasikan data Alat bantu manajemen mutu untuk pengendalian dan perencanaan mutu
GBPP-SAP Mutu Pangan I
Pembukaan: penyampaian TIK Ceramah Tutorial Tutorial Diskusi dan tanya jawab Review
5 LCD
10 35 35 10 5
1,2,3,4,5,6,7
14
Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Mutu Pangan I (Kuliah) Topik Bahasan 8 Waktu TIU
: : :
TIK
:
No 8
Control Chart
2 x 50 (menit) Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi secara terintegrasi tentang jaminan mutu pangan. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan penarikan contoh, pengujian karakteristik mutu berdasarkan spesifikasi dalam standar, proses pendokumentasian dalam sistem manajemen mutu serta mahir menggunakan alat bantu manajemen mutu Setelah menyelesaikan topik 8 ini, mahasiswa diharapkan mampu
1. memilih SPC dan SQC yang sesuai untuk data variabel 2. mahir menggunakan SPC dan SQC data variabel 3. memilih SPC dan SQC yang sesuai untuk data atribut 4. mahir menggunakan SPC dan SQC data atribut Sub Pokok Bahasan Metoda Pengajaran SPC dan SQC untuk data variabel
Pembukaan: penyampaian TIK Ceramah Tutorial
Alat bantu
Waktu
Referensi
5 10 LCD
70
1,2,3,4,5,6,7
SPC dan SQC untuk data atribut
Diskusi dan tanya jawab Review
GBPP-SAP Mutu Pangan I
10 5
15
Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Mutu Pangan I (Kuliah) Topik Bahasan 9 Waktu TIU
: : :
TIK
:
No 9
Prinsip Pengawasan dan Pengendalian Mutu Pangan
2 x 50 (menit) Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi secara terintegrasi tentang jaminan mutu pangan. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan penarikan contoh, pengujian karakteristik mutu berdasarkan spesifikasi dalam standar, proses pendokumentasian dalam sistem manajemen mutu serta mahir menggunakan alat bantu manajemen mutu Setelah menyelesaikan topik 9 ini, mahasiswa diharapkan mampu
1. menjelaskan pengertian pengendalian mutu 2. menjelaskan peranan control chart dalam pengendalian mutu 3. menjelaskan berbagai titik dalam rantai input-proses-input industri pangan tempat dimana aktifitas pengawasan dan pengendalian mutu diterapkan Alat bantu Waktu Referensi Sub Pokok Bahasan Metoda Pengajaran Pengendalian dan pengawasan mutu bahan Pembukaan: penyampaian 5 baku TIK Pengendalian mutu proses produksi 10 Ceramah 35 Tutorial LCD 1,2,3,4,5,6,7 Tutorial 35 Pengendalian dan pengawasan mutu produk akhir 10 Diskusi dan tanya jawab 5 Review
GBPP-SAP Mutu Pangan I
16
Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Mutu Pangan I (Kuliah) Topik Bahasan 10 Waktu TIU
: : :
TIK
:
No 10
Sistem Manajemen Mutu Pangan: GMP, HACCP, Halal, ISO
2 x 50 (menit) Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi secara terintegrasi tentang jaminan mutu pangan. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan penarikan contoh, pengujian karakteristik mutu berdasarkan spesifikasi dalam standar, proses pendokumentasian dalam sistem manajemen mutu serta mahir menggunakan alat bantu manajemen mutu Setelah menyelesaikan topik 10 ini, mahasiswa diharapkan mampu
1. menjelaskan pengertian GMP, HACCP, sistem halal dan ISO 2. memahami pentingnya dokumentasi dalam sistem manajemen mutu 3. membaca SOP, work instruction, berbagai jenis form dan record yang diterapkan dalam dokumentasi mutu. Alat bantu Waktu Referensi Sub Pokok Bahasan Metoda Pengajaran Pengertian sistem manajemen mutu pangan
Dokumentasi pada sistem manajemen mutu pangan GMP, HACCP, Halal, ISO
GBPP-SAP Mutu Pangan I
Pembukaan: penyampaian TIK Ceramah Tutorial
Diskusi dan tanya jawab Review
5 10 LCD
70
1,2,3,4,5,6,7
10 5
17
Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Mutu Pangan I (Kuliah) Topik Bahasan 11 Waktu TIU
: : :
TIK
:
No 11
GMP
2 x 50 (menit) Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi secara terintegrasi tentang jaminan mutu pangan. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan penarikan contoh, pengujian karakteristik mutu berdasarkan spesifikasi dalam standar, proses pendokumentasian dalam sistem manajemen mutu serta mahir menggunakan alat bantu manajemen mutu Setelah menyelesaikan topik 11 ini, mahasiswa diharapkan mampu
1. memahami tujuan diaplikasikannya GMP dalam proses produksi pangan 2. menyebutkan elemen-elemen GMP 3. memahami hubungan antara elemen-elemen GMP dengan keamanan pangan Alat bantu Sub Pokok Bahasan Metoda Pengajaran GMP berdasarkan SK Badan POM Pembukaan: penyampaian Komponen GMP Hubungan antara komponen GMP dengan keamanan pangan
GBPP-SAP Mutu Pangan I
TIK Ceramah Tutorial Tutorial Diskusi dan tanya jawab Review
LCD
Waktu
Referensi
5 10 35 35 10 5
1,2,3,4,5,6,7
18
Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Mutu Pangan I (Kuliah) Topik Bahasan 12 Waktu TIU
: : :
TIK
:
No 12
HACCP
2 x 50 (menit) Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi secara terintegrasi tentang jaminan mutu pangan. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan penarikan contoh, pengujian karakteristik mutu berdasarkan spesifikasi dalam standar, proses pendokumentasian dalam sistem manajemen mutu serta mahir menggunakan alat bantu manajemen mutu Setelah menyelesaikan topik 12 ini, mahasiswa diharapkan mampu
1. memahami tujuan diaplikasikannya HACCP dalam proses produksi pangan 2. menjelaskan 5 prasyarat dan 7 prinsip HACCP 3 memahami flowchart penetapan titik CCP 4. memahami tabel HACCP Alat bantu Sub Pokok Bahasan Metoda Pengajaran Tujuan diaplikasikannya HACCP dalam Pembukaan: penyampaian proses produksi pangan TIK 5 prasyarat dan 7 prinsip HACCP
Flowchart Penetapan titik CCP Tabel HACCP
GBPP-SAP Mutu Pangan I
Ceramah Tutorial Tutorial Tutorial Diskusi dan tanya jawab Review
LCD
Waktu
Referensi
5 10 30 30 10 10 5
1,2,3,4,5,6,7
19
Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Mutu Pangan I (Kuliah) Topik Bahasan 13 Waktu TIU
: : :
TIK
:
No 13
Jaminan Halal
2 x 50 (menit) Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi secara terintegrasi tentang jaminan mutu pangan. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan penarikan contoh, pengujian karakteristik mutu berdasarkan spesifikasi dalam standar, proses pendokumentasian dalam sistem manajemen mutu serta mahir menggunakan alat bantu manajemen mutu Setelah menyelesaikan topik 13 ini, mahasiswa diharapkan mampu
1. memahami tujuan diaplikasikannya sistem jaminan halal dalam proses produksi pangan 2. memahami flowchart penetapan titik CCP halal 3. memahami SOP, berbagai jenis form dan record yang diterapkan dalam aktifitas penjaminan halal 4. memahami pentingnya daftar suplier bahan baku bersertifikat halal dalam sistem halal Alat bantu Waktu Sub Pokok Bahasan Metoda Pengajaran Tujuan diaplikasikannya sistam jaminan halal dalam proses produksi pangan Flowchart penetapan titik kritis
Dokumentasi sistem halal: SOP, work instruction, form, record Jaringan dan daftar suplier bersertifikat halal
GBPP-SAP Mutu Pangan I
Pembukaan: penyampaian TIK Ceramah Tutorial Tutorial Tutorial Diskusi dan tanya jawab Review
Referensi
5
LCD
10 30 30 10
1,2,3,4,5,6,7
10 5
20
Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Mutu Pangan I (Kuliah) Topik Bahasan 14 Waktu TIU
: : :
TIK
:
ISO 9001:2000, ISO 15161 dan ISO 22000
2 x 50 (menit) Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi secara terintegrasi tentang jaminan mutu pangan. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan penarikan contoh, pengujian karakteristik mutu berdasarkan spesifikasi dalam standar, proses pendokumentasian dalam sistem manajemen mutu serta mahir menggunakan alat bantu manajemen mutu Setelah menyelesaikan topik 14 ini, mahasiswa diharapkan mampu 1. memahami tujuan diaplikasikannya ISO 9001:2000, ISO 15161 dan ISO 22000 dalam proses produksi pangan 2. memahami pentingnya dokumentasi dalam sistem ISO 3. mampu mengenali SOP, work instruction berbagai jenis form dan record yang diterapkan dalam aktifitas pengawasan dan pengendalian mutu pada organisasi industri bersertifikat ISO
No 14
Sub Pokok Bahasan Tujuan diaplikasikannya ISO Dalam organisasi industri yang memproduksi pangan Dokumentasi dalam sistem ISO
SOP, work instruction berbagai jenis form dan record
GBPP-SAP Mutu Pangan I
Metoda Pengajaran Pembukaan: penyampaian TIK Ceramah Tutorial Tutorial Tutorial Diskusi dan tanya jawab Review
Alat bantu
Waktu
Referensi
5
LCD
10 30 30 10 10 5
1,2,3,4,5,6,7
21
Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Mutu Pangan I (Kuliah) Topik Bahasan 15 Waktu TIU
: : :
TIK
:
No 15
Biaya Mutu
2 x 50 (menit) Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi secara terintegrasi tentang jaminan mutu pangan. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan penarikan contoh, pengujian karakteristik mutu berdasarkan spesifikasi dalam standar, proses pendokumentasian dalam sistem manajemen mutu serta mahir menggunakan alat bantu manajemen mutu Setelah menyelesaikan topik 15 ini, mahasiswa diharapkan mampu
1. menjelaskan pengertian biaya mutu 2. menjelaskan komponen biaya mutu PAF 3. menjelaskan komponen biaya mutu aktifitas preventif 4. menjelaskan komponen biaya mutu aktifitas appraisal 5 menjelaskan komponen biaya mutu produk failure (defect) Sub Pokok Bahasan Metoda Pengajaran Pengertian Biaya Mutu Pembukaan: penyampaian
Komponen biaya mutu PAF
TIK Ceramah Tutorial
Diskusi dan tanya jawab Review
GBPP-SAP Mutu Pangan I
Alat bantu
Waktu
Referensi
5 10 LCD
70
1,2,3,4,5,6,7
10 5
22
Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Mutu Pangan I: Responsi Mata Kuliah Kode Mata Kuliah Deskripsi
Kredit Learning Objectives (Standar Kompetensi)
No 1
2.
: :
:
:
:
Mutu Pangan I JMP 204 Mata kuliah ini membahas aktifitas utama penjaminan mutu pangan di dalam industri seperti identifikasi karakteristik mutu, prosedur penarikan contoh dan pengujian mutu, spesifikasi dan standar, proses dokumentasi pada berbagai jenis sistem manajemen mutu, serta penggunaan alat-alat bantu manajemen mutu (quality tools) seperti control chart untuk pengendalian mutu. 3(2-3) Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi secara terintegrasi tentang jaminan mutu pangan. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan penarikan contoh, pengujian karakteristik mutu berdasarkan spesifikasi dalam standar, proses pendokumentasian dalam sistem manajemen mutu serta mahir menggunakan alat bantu manajemen mutu
Kompetensi Dasar (TIK) Setelah menyelesaikan topik 1 ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. menjelaskan pengertian Flowchart 2. menjelaskan kegunaan Flowchart 3. menjelaskan tahapan pelaksanaan pembuatan Flowchart Setelah menyelesaikan topik 2 ini, maha-siswa diharapkan mampu: 1. menjelaskan pengertian Chesk Sheet 2. menjelaskan kegunaan Chesk Sheet
Pokok Bahasan
Metoda penyampaian
Alat Bantu
Waktu 50
Ref.
Ceramah Flowchart
Diskusi kelompok
LCD
Diskusi kelompok Chesk Sheet
Ceramah
LCD
50 50 50
1
1
50 Diskusi kelompok
GBPP-SAP Mutu Pangan I
23
No
3.
4.
5.
6.
Kompetensi Dasar (TIK) 3. menjelaskan tahapan pelaksanaan pembuatan Chesk Sheet Setelah menyelesaikan topik 3 ini, maha-siswa mampu: 1. menjelaskan pengertian Diagram Pareto 2. menjelaskan kegunaan Diagram Pareto 3. menjelaskan tahapan pelaksanaan pembuatan Diagram Pareto Setelah menyelesaikan topik 4 ini, maha-siswa diharapkan mampu: 1. menjelaskan pengertian Histogram 2. menjelaskan kegunaan Histogram 3. menjelaskan tahapan pelaksanaan pembuatan Histogram Setelah menyelesaikan topik 5 ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. menjelaskan pengertian Diagram ishikawa 2. menjelaskan kegunaan Diagram ishikawa 3. menjelaskan tahapan pelaksanaan pembuatan Diagram ishikawa Setelah menyelesaikan topik 6 ini, maha-siswa diharapkan mampu: 1. menjelaskan pengertian Scatter diagram
GBPP-SAP Mutu Pangan I
Pokok Bahasan
Metoda penyampaian
Alat Bantu
Waktu 50
Ref.
Diskusi kelompok 50 Ceramah Diagram Pareto
Histogram
Diskusi kelompok
LCD
Diskusi kelompok
50
Ceramah
50
Diskusi kelompok Diskusi kelompok
LCD
Ceramah Diagram ishikawa
50
Diskusi kelompok
1
50 LCD
Diskusi kelompok Scatter diagram
50 50
1
50
1
50 LCD
50
1
Ceramah
24
No
7.
8.
9.
10
Kompetensi Dasar (TIK) 2. menjelaskan kegunaan Scatter diagram 3. menjelaskan tahapan pelaksanaan pembuatan Scatter diagram Setelah menyelesaikan topik 7 ini, maha-siswa diharapkan mampu: 1. menjelaskan pengertian Run chart 2. menjelaskan kegunaan Run chart 3. menjelaskan tahapan pelaksanaan pembuatan Run chart Setelah menyelesaikan topik 8 ini, maha-siswa diharapkan mampu: 1. menjelaskan pengertian Xbar R chart 2. menjelaskan kegunaan Xbar R chart 3. menjelaskan tahapan pelaksanaan pembuatan Xbar R chart Setelah menyelesaikan topik 9 ini, maha-siswa diharapkan mampu: 1. menjelaskan pengertian XmR chart 2. menjelaskan kegunaan XmR chart 3. menjelaskan tahapan pelaksanaan pembuatan XmR chart Setelah menyelesaikan topik 10 ini, maha-siswa diharapkan mampu: 1. menjelaskan pengertian p-chart 2. menjelaskan kegunaan p-chart 3. menjelaskan tahapan pelaksanaan pembuatan p-chart
GBPP-SAP Mutu Pangan I
Pokok Bahasan
Run chart
Metoda penyampaian Diskusi kelompok
Alat Bantu
Diskusi kelompok
50
Ceramah
50
Diskusi kelompok Diskusi kelompok
LCD
Diskusi kelompok Diskusi kelompok
50
Ref.
1
50
Ceramah Control Chart Xbar
Waktu 50
50 LCD
50 50
1
50 Ceramah Control Chart XmR
Diskusi kelompok Diskusi kelompok
LCD
50 50
1
50 Ceramah Control Chart p-chart
Diskusi kelompok Diskusi kelompok
LCD
50 50
1
25
No 11
12
13
14
8.
Kompetensi Dasar (TIK) Setelah menyelesaikan topik 11 ini, maha-siswa diharapkan mampu:
Pokok Bahasan
1. menjelaskan pengertian np chart
Control Chart np chart
Metoda penyampaian
Alat Bantu
Waktu 50
Ceramah
LCD 2. menjelaskan kegunaan np chart Diskusi kelompok 3. menjelaskan tahapan pelaksanaan Diskusi kelompok pembuatan np chart Setelah menyelesaikan topik 12 ini, maha-siswa diharapkan mampu: Ceramah Control chart c1. menjelaskan pengertian c-chart LCD chart 2. menjelaskan kegunaan c-chart Diskusi kelompok 3. menjelaskan tahapan pelaksanaan Diskusi kelompok pembuatan c-chart Setelah menyelesaikan topik 13 ini, maha-siswa diharapkan mampu: Ceramah Control chart u1. menjelaskan pengertian u-chart LCD chart 2. menjelaskan kegunaan u-chart Diskusi kelompok 3. menjelaskan tahapan pelaksanaan Diskusi kelompok pembuatan u-chart Setelah menyelesaikan topik 14 ini, maha-siswa diharapkan mampu: Ceramah 1. menjelaskan prosedur evaluasi Evaluasi control control chart LCD chart 2. menjelaskan tipe penyimpangan Diskusi kelompok 3. menjelaskan hasil evaluasi control Diskusi kelompok chart Arpah. M. 2006. Diktat Penuntun Responsi Mutu Pangan I. Program Studi Keahlian Suvervisor Jaminan Mutu Pangan, IPB-Bogor.
GBPP-SAP Mutu Pangan I
Ref.
1 50 50 50 50
1
50 50 50
1
50 50 1 50 50
26
PENGANTAR TENTANG 7 OLD QUALITY TOOLS Dasar-dasar keterampilan yang dibutuhkan untuk continuous improvement, suatu konsep yang pada awalnya diperkenalkan oleh Walter Shewhart and W Edward Deming di sekitar tahun 1930 dan 1940-an, mengantarkan pada pencarian alat-alat bantu manajement yang efektif dan efisien guna pelaksanaan aktifitas-aktifitas menuju ke continuous improvement yang benar-benar berkelanjutan. Beberapa diantara aktifitas utamanya seperti Plan, Do, Check dan Action secara alami mengantarkan pada penggunaan alat bantu manajemen mutu yang sangat sederhana seperti check sheet. Selama perang dunia II, industri Jepang mengalami tekanan untuk meningkatkan efisiensi, sehingga tidak mengherankan jika konsep ini kemudian menjadi salah satu opsi yang menarik untuk diadopsi intelektual Jepang. Dengan menerapkan konsep continuous improvement, industri Jepang menunjukkan kemajuan dalam berbagai bidang, keadaan ini mengantarkan pada pengembangan dan penerapan alat-alat bantu manajemen mutu. Kaoru Ishikawa yang pada waktu itu menjadi kepala the Japanese Union of Scientists and Engineers (JUSE), memperkenalkan Seven (7) Quality Control tools dan sekaligus mensosialisasikannya kepada anggota-anggota JUSE. Sehingga pada sekitar tahun 1960 alat bantu manajemen mutu benar-benar menjadi bagian tak terpisahkan dari manajemen mutu. Seven (7) Quality Control tools, adalah instrumen fundamental yang fungsi utamanya sebagai alat bantu manajemen mutu. Adapun tujuan utama penggunaan dan penerapannya pada awalnya adalah untuk peningkatan mutu produk secara terus menerus. Alat bantu ini digunakan untuk mengidentifikasi masalah utama, menganalisis proses produksi, mengontrol terjadinya fluktuasi mutu produk serta memfasilitasi penemuan solusi terhadap masalah-masalah mutu dan penyimpangan yang mempunyai potensi dan kemungkinan untuk terjadi di masa depan, misalnya menganalisis kemungkinan terjadinya kerusakan pada produk di masa-masa yang jauh ke depan. Alat bantu manajemen mutu membantu mengorganisasikan, mengoleksi dan menginterpretasikan data dengan cara-cara sederhana dan aplikatif serta mudah dimengerti. Dengan menerapkannya pada suatu proses, maka masalah-masalah pelik dapat diidentifikasi. Seven (7) Quality Control tools terdiri dari: 1). Check sheet, 2). Pareto chart, 3). cause and effect diagram atau Ishikawa diagram, 4). Histogram, 5). Scatter diagram, 6). Graphs (seperti bar chart, pie chart dan line chart) dan 7). Control chart. Dewasa ini ke tujuh alat bantu manajemen mutu ini lebih dikenal sebagai the old Seven (7) Quality Control tools. Hal ini karena semakin banyak alat bantu manajemen, baik manajemen secara keseluruhan maupun dalam lingkup manajemen mutu yang diketemukan, dikembangkan dan diaplikasikan. Sebagian diantaranya sangat bermanfaat, sehingga dikenal istilah the new Seven (7) Quality Control tools, Quality management tools, Quality tools atau secara singkat dan umum saja disebut management tools dan sebagainya. Alat bantu yang pertama dari The Old Seven (7) Quality Control tools adalah Check sheet. Alat ini digunakan pada usaha-usaha awal untuk melakukan suatu perbaikan mutu sebagai alat bantu pengkoleksian data yang mudah diaplikasikan dan
1
transparan. Data ini akan menunjukkan riwayat dan pola pelencengan dan variasi proses yang menjadi sumber masalah. Suatu Tim perbaikan mutu yang menerapkannya akan mengumpulkan, mempelajari, mengobservasi dan menganalisis data untuk suatu rentang waktu tertentu. Alat ini kembali diterapkan lagi apabila usaha-usaha perbaikan telah berhasil dilakukan. Pada kesempatan kedua ini, data yang dikumpulkan digunakan untuk membuktikan bahwa proses-proses perbaikan yang telah diterapkan benar-benar berjalan dengan baik. Diagram Pareto memperoleh namanya dari nama penemunya yaitu Wilfredo Pareto. Eknomis berkebangsaan Italia ini menggunakan diagram tersebut untuk menunjukkan perbedaan distribusi kekayaan antara negara-negara maju dan berkembang yang sangat mencolok perbedaan kesejahteraannya. Pada manajemen mutu diagram Pareto digunakan untuk menunjukkan masalah-masalah mana yang sangat mendesak untuk diperbaiki dan masalah-masalah mana yang dapat diabaikan untuk sementara waktu. Dengan kata lain diagram Pareto menunjukkan urutan prioritas kepentingan suatu masalah. Dari sisi visualisasinya, diagram Pareto menunjukkan distribusi sekelompok item, dengan susunan item yang dimulai dari yang paling sering kali terjadi (dominan) menuju ke yang paling jarang terjadi (least frequent). Tim perbaikan mutu yang menerapkannya ditujukan terutama untuk mendapatkan gambaran awal dan menentukan usaha-usaha awal yang akan dilakukan guna mendapatkan hasil dan dampak maksimal. Dengan demikian diagram Pareto membantu memvisualisasikan masalah-masalah yang ada, mengurutnya berdasarkan urutan prioritas serta menunjukkan tingkat keseriusan suatu masalah dibandingkan masalah lainnya. Cause and effect diagram disebut juga diagram tulang ikan (fishbone chart) dan sebagian orang menamakannya juga berdasarkan nama penemunya yaitu diagram Ishikawa. Kegunaannya terutama adalah untuk mengungkapkan secara tertulis penyebabpenyebab dari satu masalah, yang mudah dibaca dan mudah dimegerti oleh semua orang. Bentuknya yang seperti tulang ikan, menempatkan garis utama (atau tulang belakang ikan) sebagai masalah utama. Tulang-tulang rusuk yang bermuara ke tulang belakang ikan menunjukkan berbagai penyebab primer dari masalah utama. Tulang sekunder yang bermuara ke tulang rusuk menunjukkan penyebab sekunder. Semua kemungkinan penyebab suatu masalah utama dan rangkaian keterkaitannya divisualisaikan secara sederhana namun jelas dan mudah dibaca. Tim perbaikan mutu dimungkinkan untuk memanfaatkannya guna mengidentifikasi, mengekploarasi dan memvisualisasikan masalah dengan rinci, lengkap dengan kemungkinan penyebab-penyebabnya guna menunjukkan akar masalah. Histogram dan Scatter diagram termasuk dalam kelompok grafik visualisasi data, seperti halnya juga dengan diagram Pareto. Histogram adalah suatu bar chart yang menunjukkan distribusi suatu variable, dengan demikian sekaligus memvisualisasikan bar chart dan distribusi suatu data. Alat bantu ini menunjukkan masalah-masalah yang mungkin terjadi pada suatu proses melalui bentuk dan lebar histogram yang diperoleh. Scatter diagram menunjukkan hubungan antara suatu data dengan data lainnya. Alat bantu berbentuk grafik lainnya juga sangat bermanfaat, diantaranya adalah bar chart, pie chart dan line chart. Fungsi dari ketiga alat bantu grafik ini hampir sama saja, yaitu alat yang paling sederhana untuk memvisualisaikan data sehingga mudah mengkomunikasikan dan mensosialisasikannya. Data-data dapat saja ditampilkan baik dalam bentuk format bar, pie ataupun line, maknanya akan tetap sama saja.
2
Meski demikian, apabila suatu line chart diberi garis bantu berupa garis tengah yang dilengkapi dengan garis batas atas dan bawah , maka line chart tersebut berubah menjadi suatu control chart. Grafik kontrol ini dikonstruksi secara hati-hati menggunakan prinsip statistika guna menempatkan garis batas atas dan bawah pada nilai ± 3σ sedemikian sehingga aplikasinya memungkinkan pengawas mutu untuk memonitor penyimpangan yang terjadi. Pengawas mutu dengan cepat dapat melihat apakah penyimpangan yang terjadi bersifat umum ataukah penyimpangan yang tidak biasa. Dengan mengupayakan tindakan prioritas seperti mengeliminir penyimpangan yang tidak biasa terlebih dahulu, kemudian mengurangi penyimpangan-penyimpangan yang biasa-biasa (umum) saja, maka continuous improvement berlangsung terus menerus.
3
I. BRAINSTORMING 1. PENDAHULUAN Brainstorming merupakan suatu alat kreatif untuk memecahkan masalah, menurut arti harfiahnya menuntut penggunaan otak (brain) untuk melakukan penghancur leburan (to storm) suatu problem. Pada pelaksanaannya brainstorming tak lain adalah pencatatan semua ide yang dilontarkan atau digagas oleh sekelompok orang terhadap suatu pertanyaan atau masalah yang disodorkan kehadapan mereka. Brainstorming dilakukan dengan terpimpin dimana seorang pemimpin yang juga berfungsi sebagai pengarah menjaga agar supaya respon-respon dari peserta tidak keluar dari permasalahan yang telah disodorkan kehadapan mereka sebelumnya. Dalam pelaksanaannya, para peserta diberi kebebasan untuk berfikir kreatif. Hal ini dilakukan oleh pemandu dengan cara tidak membolehkan adanya pembahasan atau tanggapan terhadap suatu ide sebelum semua ide dianggap telah dikumpulkan. Dengan demikian semua ide dianggap sah-sah saja untuk dilontarkan, bahkan ide-ide yang sangat eksentrik sekalipun. Brainstorming yang dilakukan secara terstruktur dapat menghasilkan banyak ide terhadap suatu jenis pertanyaan/permasalahan. Khususnya pada pertanyaan seperti: • Peluang-peluang apa yang dapat dimanfaatkan tahun ini ? • Faktor-faktor apa yang dapat menghambat pencapaian target ? • Hal apakah yang mungkin menjadi penyebab masalah A ? • Hal apakah yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah B ? Namun demikian, sebenarnya brainstorming tidaklah dapat (secara positif) diterapkan untuk mengidentifikasi sebab (penyebab) suatu masalah, demikian juga tidak dapat digunakan untuk meranking ide menjadi suatu urutan yang bermakna, menyeleksi ide penting atau mengecek kemungkinan suatu solusi. Beberapa hal yang disebutkan belakangan ini memerlukan alat-alat tersendiri, yang juga memerlukan pesyaratan tertentu seperti halnya brainstorming. 2. PENGERTIAN BRAINSTORMING Salah satu alat pengambilan keputusan yang digunakan/diterapkan pada sekelompok orang (grup), yang didesain sedemikian rupa sehingga dapat menjaring ide atau pendapat menggunakan teknik-teknik iteratif. 3. TUJUAN Tujuan penggunaan brainstorming adalah untuk menjaring sebanyak mungkin ide-ide alternatif yang dapat dipertimbangkan guna pengambilan keputusan. 4. PELAKSANAAN Untuk memastikan keberhasilan pelaksanaannya maka beberapa petunjuk berikut perlu diterapkan: a. Beri pemberitahuan terlebih dahulu kepada peserta brainstorming mengenai tujuan dari brainstorming tersebut, setelah itu sampaikan permasalahan yang akan dibahas.
4
b. Terlebih dahulu berikan contoh-contoh ide yang mungkin dapat menjawab permasalahan yang diberikan. c. Berikan waktu beberapa saat kepada peserta untuk berfikir. d. Usahakan untuk mengikut sertakan semua peserta, misalnya dengan cara menggilir para peserta untuk menyampaikan pendapatnya, dengan demikian semua peserta mendapat giliran untuk mengeluarkan pendapat. e. Hindari mendiskusikan, mengkritisi dan menghakimi ide-ide yang telah dilontarkan. f. Tumbuhkan cara berfikir kreatif misalnya dengan melengkapi dan menambahkan ide-ide baru terhadap ide yang telah dilontarkan g. Makin banyak masukan ide makin baik termasuk ide-ide yang agak eksentrik h. Termasuk juga ide-ide yang agak telat atau terlambat perlu juga ditampung i. Catat ide tersebut persis seperti yang diutarakan. j. Jangan langsung menghentikan brainstorming tersebut jika pendapat tiba-tiba menjadi terhambat atau macet, tumbuhkan iklim bersemangat dan catat ide sebanyak mungkin yang dapat diperoleh. k. Hilangkan ide-ide yang bersifat duplikasi serta ide-ide yang tidak relevan. Dengan demikian, brainstorming dimulai dengan pertanyaan yang jelas dan dimengerti oleh peserta dan diakhiri dengan sekumpulan catatan yang merupakan masukan terhadap permasalahan tersebut. Sebagian dari masukan itu mungkin bermanfaat sebagian lagi tidak, namun jangan melakukan analisa terhadap ide tersebut selama proses brainstorming berlangsung, tunggulah hingga proses brainstorming selesai serta gunakan alat analisa yang sesuai.
5
II. FLOWCHART 1. PENDAHULUAN Para pemrogram komputer mempopulerkan flowchart pada sekitar tahun 1960. Programmer komputer menggunakan flowchart untuk memvisualisasikan logika suatu program. Sejak itu flowchart banyak digunakan untuk menggambarkan alur suatu proses. Tiap-tiap tahapan di dalam suatu proses digambarkan menggunakan simbol-simbol geometrik seperti segi empat, segitiga, jajaran genjang, lingkaran dan sebagainya. Untuk menghubungkan bentuk-bentuk geometrik itu digunakan tanda panah. Flowchart adalah alat bantu manajemen yang sangat bermanfaat menggambarkan alur suatu proses. Khususnya bagi suatu proses yang kompleks. Penggunaannya dalam manajemen mutu terutama untuk menggambarkan bagaimana suatu proses berjalan saat itu atau bagaimana seharusnya suatu proses berjalan setelah dilakukan perbaikan (improvement). Oleh karena itu flowchart sering digunakan sebagai alat utama dalam menggambarkan masalah pada suatu tahap dalam proses atau pun proses secara keseluruhan, dengan cara menunjukkan apakah misalnya proses tersebut telah berlangsung dengan logis, apakah semua tahap telah digambarkan dengan jelas, apakah terdapat tahap dalam suatu proses yang dapat dianggap kritis sehingga perlu perhatian khusus dan sebagainya. Dengan demikian flowchart tidak akan mempunyai banyak manfaat jika tidak menggambarkan proses dengan benar. Oleh karena itu flowchart seringkali harus diverifikasi. Hal ini dilakukan dengan mengecek tiap-tiap tahap yang sebenarnya berlangsung pada suatu proses yang diamati dan membandingkannya dengan hasil flowchart yang telah dibuat. Dengan verifikasi, flowchart menjadi alat bantu yang sangat akurat untuk mengamati tahapan suatu proses, yaitu tahap dimana dapat dilakukan perbaikan dan peningkatan kualitas. Terdapat beberapa macam variasi dalam pembuatan flowchart, hal ini menyangkut variasi dalam simbol, alur proses dan sebagainya, namun hal itu tidak akan dibahas lebih lanjut karena bagaimanapun juga semua flowchart bertujuan untuk menggambarkan proses. Oleh karena itu hanya bentuk-bentuk geometris yang baku yang akan dijelaskan dalam kesempatan ini, seperti ditunjukkan berikut ini: Bentuk
Makna dan Penjelasan dari Bentuk Geometris Tanda mulai (start) atau tanda berhenti (stop) suatu proses. Juga dengan demikian menunjukkan batas-batas suatu proses.
Menunjukkan satu tahap dalam rangkaian suatu proses. Keterangan diberikan di dalam kotak segi-empat tentang tahap itu.
6
Menunjukkan “decision point” dalam suatu proses. Pertanyaan tentang hal yang akan diputuskan dituliskan di dalam bentuk geometris diamond ini, sedangkan jawabannya dalam bentuk YES dan NO digambarkan oleh tanda panah yang menunjuk ke arah yang berbeda. Menunjukkan tanda sambung suatu proses. Huruf di dalam lingkran adalah petunjuk kemana proses itu bersambung yang biasanya ke halaman yang berbeda. Pada Gambar 1 berikut ini diberikan suatu contoh flowchart yang telah mengalami modifikasi dan tidak lagi mengikuti ketentuan umum seperti yang dijelaskan pada tabel gambar geomtris. Modifikasi terutama terjadi pada awal dan akhir proses yang tidak menggunakan tanda lingkaran. 2. PENGERTIAN FLOWCHARTING Flowchart didefenisikan sebagai representasi grafis dari suatu proses. Dimana tiap tahapan proses divisualisasikan menggunakan bentuk-bentuk geometris, sedangkan alur proses digambarkan menggunakan tanda panah yang menghubungkan tiap tahap yang diwakili oleh bentuk geometrisnya. 3. TUJUAN Flowcharting bertujuan untuk memberikan pemahaman dasar tentang bagaimana suatu proses berlangsung, menunjukkan tiap-tiap tahap dalam suatu proses, serta menunjukkan bagaimana tahapan-tahapan itu saling berhubungan.
7
DAGING
Suhu 0 – 4oC
PENGGILINGAN
Bahan Tambahan: Tepung, bumbu Polifosfat, anti mikroba.
DAGING GILING Es Batu
ADONAN
Suhu < 4oC
PENDINGINAN Tepung panir PENCETAKAN
PENGAWASAN MUTU FISIK DAN KIMIA
NUGGET
Penentuan Waktu Kadaluwarsa
PENGEMASAN
PENGAWASAN MUTU ORGANOLEPTIK
PENYIMPANAN SUHU: -18oC Gambar 1. Flowchart proses pembuatan nugget
8
4. PELAKSANAAN Tahapan di dalam penyusunan flowchart adalah sebagai berikut: a. Tentukan dan putuskan mengenai proses yang akan dibuat flowchart-nya b. Tentukan batas dari proses, yaitu tahap awal dan tahap akhir dari proses c. Buat lingkaran start yang menandai awal dari proses d. Ajukan pertanyaan: Tahap apa selanjutnya dari proses itu, kemudian gambarkan tahap demi tahap menggunakan segi-empat. e. Jika ditemukan adanya suatu tahap yang membutuhkan “decision point”, maka gambarkan tahap itu dalam bentuk berlian (diamond) yang memuat pertanyaan. Sedangkan jawaban yes dan no yang menyertainya mengantarkan kepada dua hal, yaitu kembali ke tahap sebelumnya atau menuju ke suatu tahapan lain. f. Ulangi point d, dan point e sampai semua tahap dapat digambarkan dengan baik. g. Gambarkan akhir proses berupa lingkaran. Terdapat cukup banyak jenis-jenis flowchart, diantaranya: •
High-level flowchart, menggambarkan hanya tahap-tahap utama dari proses, sebagai contoh:
Penerimaan Bahan baku
•
Pemeriksaan Mutu
Penyimpanan di Gudang
Distribusi Bahan baku
Detailed flowchart, menggambarkan tahap-tahap secara detil termasuk juga tahap “decision point”
Penerimaan Bahan baku
Pemeriksaan Mutu No Sesuai
Laporkan ke Purchasing Dept
Yes Penyimpanan di Gudang
Distribusi Bahan baku
9
•
Deployment flowchart, adalah bentuk flowchart yang digambarkan mengikuti kolom-kolom tertentu., kolom ini dapat merupakan nama tempat dimana proses tersebut berlangsung, bagian suatu deparetemen dan sebagainya.
Receiving
Purchasing
Quality control
Penerimaan Bahan baku
Warehousing
Pemeriksaan Mutu No Laporkan ke Purchasing Dept
Yes Sesuai
Penyimpanan di Gudang
Distribusi Bahan baku
Sebuah flowchart, selain digunakan untuk menggambarkan suatu proses juga banyak digunakan untuk menggambarkan prosedur, seperti dalam pembuatan sebuah SOP atau Standard Operation Procedure. Flowchart yang disusun berdasarkan proses yang sebenar-benarnya terjadi, lebih lanjut dapat digunakan untuk menganalisa berbagai hal di dalam proses itu, seperti: a. mengidentifikasi time lag (adanya waktu tak bermanfaat) diantara tahap b. mengidentifikasi tahap yang penting dan kurang penting, demikian juga kemungkinan tahap yang dapat dihilangkan untuk efisiensi. c. menerapkan brainstrorming terhadap proses. d. bersama-sama dengan alat analisa lainnya seperti diagram sebab-akibat (diagram ishikawa) dapat digunakan untuk mempelajari pengaruh suatu input ke dalam proses.
10
III. DIAGRAM ISHIKAWA 1. PENDAHULUAN Diagram tulang ikan (Fish Bond/Ishikawa diagram) pertama kali diperkenalkan oleh ahli management berkebangsaan Jepang yang bekerja di perusahaan Kawasaki bernama Kaoru Ishikawa pada sekitar awal tahun 1960. Oleh karena diagram ini berbentuk seperti tulang ikan. maka sering disebut juga diagram tulang ikan. Selain itu, karena penggunaannya untuk mengungkapkan semua kemungkinan faktor yang menjadi menyebab suatu masalah, maka dinamakan diagram sebab-akibat. Penyebab digolongkan ke dalam beberapa faktor yang diyakini sebagai sumber penyebab utama dari masalah. Penyebab utama ini ini biasanya sebanyak 4 faktor utama. Penyebab turunannya kemudian disusun berdasarkan hirarki kepentingannya atau menurut detilnya, sehingga mampu mengungkap dan menggambarkan hubungan sebab akibat yang terjadi antar golongan penyebab itu. Dengan demikian, diagram ini akan sangat bermanfaat untuk menelusuri akar permasalahan, mengidentifikasi daerah-daerah dimana dapat timbul masalah serius serta berguna untuk dipakai dalam membandingkan kepentingan relatif berbagai penyebab masalah tersebut. Contoh suatu diagram ishikawa diperlihatkan pada Gambar 2. yang dimaksudkan untuk dipergunakan menelusuri penyebab cacat pada produk nugget. Pada gambar terlihat bahwa penyebab digolongkan ke dalam 4 golongan utama yaitu:1). sumber daya manusia (SDM), 2). metoda, 3). material dan 4). mesin. Keempat penyebab utama ini juga membentuk 4 tulang ikan utama (tulang primer). Masing-masing tulang utama kemudian diuraikan menjadi tulang sekunder. Sebagai contoh pada tulang primer SDM, maka tulang sekunder terdiri dari: a). pendidikan, pengalaman dan disiplin, b). pendidikan dan keterampilan, c). prosedur kerja, lingkungan dan bonus. Keempat penyebab utama ini adalah faktor utama yang paling sering digunakan dalam menyusun diagram ishikawa yang bersifat analisis manufakturing. Sedangkan analisis sistem sosial (seperti adminisrasi dan jasa) biasanya menggunakan faktor peralatan (equipment), kebijakan (policies), prosedur (procedures), dan manusia (people). Pemilihan faktor penyebab utama tidaklah harus tertentu atau mengikuti kaidah khusus, meski demikian jumlahnya haruslah cukup logis sedemikian sehingga alur logis dapat ditelusuri menuju ke masalah utama yang diteliti. Salah satu dari keempat kelompok penyebab utama dapat saja dihilangkan jika common-sense mengatakan bahwa faktor tersebut tidaklah mungkin menjadi salah satu faktor penyebab. Beberapa alat bantu analisis seperti affinity diagram dapat pula digunakan untuk memilih faktor-faktor penyebab, yaitu dengan cara menggunakan judul-judul kelompok pada analisis affinitas sebagai faktor penyebab utama.
11
Gambar 2. Diagram ishikawa 2. PENGERTIAN DIAGRAM ISHIKAWA Diagram ishikawa adalah grafik alat bantu manajemen (mutu) yang memaparkan dan menggambarkan sumber-sumber penyebab variasi suatu proses. Diagram ini disebut juga diagram sebab-akibat atau diagram tulang ikan. 3. TUJUAN Penyusunan diagram ishikawa bertujuan untuk mencari dan menemukan beberapa sumber masalah yang menjadi kunci penyebab suatu masalah. Sumber-sumber masalah yang teridentifikasi kemudian dijadikan target perbaikan. Diagram juga mengungkapkan hubungan hirarki antar faktor penyebab masalah menuju akibat yang ditimbulkannya. 4. PELAKSANAAN Bentuk umum diagram ishikawa adalah bentuk tulang ikan yang disertai berbagai tulang-tulang cabang dan ranting. sebagai berikut:
12
Ranting Kepala ikan
Anak Ranting
Cabang utama
Untuk mendapatkan diagram ishikawa yang baik, penyusunan yang lancar dan mendapatkan hubungan sebab akibat yang runut, maka beberapa hal perlu diperhatikan dalam rangka penyusunannya: a. Nyatakan problem yang akan ditelusuri penyebabnya, pastikan semua peserta memahami dan menyetujui permasalahan itu sebagai akibat utama. b. Tuliskan akibat utama (masalah utama) tersebut di dalam segi-empat pada posisi kepala ikan . c. Tuliskan ke 4 faktor penyebab primer yaitu SDM, metoda, material dan mesin pada masing-masing 4 cabang utama tulang ikan (jika proses yang dianalisis adalah proses manufakturing). d. Kembangkan tiap faktor primer tersebut ke dalam faktor penyebab sekunder. Kemudian faktor penyebab sekunder yang ditemukan dituliskan sebagai ranting pada cabang tulang ikan. e. Ulangi hal yang sama terhadap masing-masing ranting, yaitu kembangkan kemungkinan penyebab tersier dan susunlah ke dalam grafik berupa anak ranting dan seterusnya. f. Pertimbangkan untuk melakukan pemecahan ranting apabila anak ranting yang terbentuk terlalu bertumpuk. g. Periksa kembali semua penyebab yang telah dituliskan, hilangkan hal-hal yang mungkin merupakan suatu akibat (dengan demikian menjadi masalah lain), atau merupakan suatu gejala (dengan demikian menjadi tidak nyata karena tidak dapat diukur, dikontrol atau tidak spesifik). h. Ulangi pemeriksaan terhadap grafik yang diperoleh, eliminasi penyebab yang tidak dapat atau belum dapat diukur dan dikonrtrol atau dengan kata lain tidak dapat dilakukan perbaikan atas penyebab tersebut karena tidak spesifik. Selain itu lakukan penggantian istilah apabila ada istilah yang kurang tepat atau kurang spesifik. i. Usahakan agar penyebab-penyebab teridentifikasi yang tersisa juga merupakan proses variabel. Sehingga peningkatan dan perbaikan terhadap proses variabel tersebut akan dapat dipastikan memberikan dampak atau akibat yaitu berkurangnya masalah utama atau bahkan hilangnya masalah utama (yaitu masalah yang dituliskan pada posisi kepala tulang ikan).
13
IV. RELATIONS DIAGRAM 1. PENDAHULUAN Diagram relasi di buat atau digambarkan guna mendapatkan gambaran hubungan yang berbeda-beda terhadap sejumlah elemen, faktor, lokasi ataupun suatu proses. Manfaatnya terutama pada kemungkinan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai hubungan diantara elemen-elemen suatu isu penting, hubungan diantara beberapa faktor yang penting dari suatu masalah dan sebagainya. Dalam hal ini yang dianggap faktor penting adalah suatu faktor yang kemungkinan menjadi penyebab dari munculnya faktor yang lainnya. Diagram relasi mengenai menurunnya keuntungan suatu perusahaan industri kemungkian dapat terlihat sebagai berikut (Gambar 3).
Gambar 3. Diagram relasi yang menunjukkan hubungan berbagai faktor Garis penghubung pada diagram relasi tidak dibatasi jumlahnya, tanda panah yang mencerminkan hubungan (interrelationship) diantara dua faktor tersebut dapat berjumlah satu, dua, tiga atau dapat juga tidak ada sama sekali. Tanda panah ini mempunyai arti mereka mempunyai dampak diantara keduanya, atau dengan kata lain yang satu merupakan penyebab yang lainnya. Apabila semua tanda panah penghubung telah digariskan dan menghubungkan elemen-elemen atau faktor-faktor yang ada, maka selanjutnya dilakukan perhitungan jumlah relasi. Kotak yang paling banyak memiliki relasi adalah kotak atau faktor yang terpenting.
14
2. PENGERTIAN DIAGRAM RELASI Diagram relasi adalah grafik alat bantu manajemen (mutu) yang memaparkan dan menggambarkan hubungan antar elemen-elemen atau faktor-faktor (atau lokasi-lokasi maupun proses-proses) sehingga dapat menunjukkan elemen atau faktor yang terpenting yaitu elemen atau faktor yang mempunyai relasi terbanyak. 3. TUJUAN Penyusunan diagram relasi bertujuan untuk mencari dan menemukan relasi antar berbagai elemen atau faktor, serta mencari dan menemukan elemen atau faktor dengan relasi terbanyak. 4. PELAKSANAAN Penggunaan diagram relasi kemungkinan tidaklah sepopuler penggunaan alat-alat bantu manajemen (mutu) lainnya, meski demikian diagram ini sangatlah membantu di dalam situasi tertentu, yaitu kondisi dimana pengetahuan mengenai hubungan diantara beberapa faktor belumlah diketahui dengan pasti. Pemanfaatannya dapat mengantarkan perhatian pengguna sehingga fokus kepada beberapa faktor penting. Dalam melakukan penyusunan diagram relasi, beberapa hal penting berikut perlu mendapat perhatian: a. Nyatakan isu penting yang akan dibahas, para peserta sebaiknya mengetahui dan menyetujui isu tersebut. b. Tuliskan dan kumpulkan elemen-elemen (faktor) yang dianggap relevan dan kemungkinan mempunyai hubungan dengan isu tersebut. c. Lakukan perbandingan diantara tiap-tiap elemen sampai ditemukan jawaban atas pertanyaan Apakah salah satu elemen mempunyai pengaruh terhadap elemen lainnya. Jika jawabannya adalah ada pengaruhnya, maka kedua elemen tersebut dianggap berhubungan. d. Gambarkan hubungan tersebut berupa garis dengan ujung tanda panah. Garis ditarik dari kotak atau elemen yang mempengaruhi menuju (tanda panah menuju) ke kotak atau elemen yang dipengaruhi. e. Hitung jumlah garis yang keluar dari suatu kotak maupun yang menuju ke arah suatu kotak. f. Kotak dengan jumlah garis terbanyak yang keluar dari kotak tersebut merupakan faktor penyebab utama. g. Kotak dengan jumlah anak panah terbanyak yang menuju ke arah kotak tersebut merupakan akibat utama.
15
V. DIAGRAM AFINITAS (Affinity Diagram) 1. PENDAHULUAN Diagram afinitas (affinity diagram) merupakan suatu diagram atau tabel yang diperoleh sebagai hasil dari suatu tata cara pengumpulan ide, dimana sejumlah atau sekumpulan ide yang tidak beraturan dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Kumpulan ide tersebut biasanya diperoleh dari brainstorming. Dengan demikian diagram afinitas adalah suatu alat analisis manajemen yang diterapkan untuk menjaring ide-ide yang diperoleh dari aktifitas brainstorming, Namun demikian, kumpulan ide yang akan dikelompokkan menjadi beberapa group kecil (misalnya 5 group) tidaklah mesti merupakan kumpulan ide yang diperoleh sebagai keluaran dari suatu aktifitas brainstroming. Misalkan dari suatu aktifitas brainstroming yang bertujuan untuk menjaring ide terhadap pertanyaan: Bagaimana mempertahankan kesuksesan proses yang telah berhasil diterapkan ?, maka kira-kira akan diperoleh hasil berupa daftar ide seperti yang diperlihatkan pada Tabel 1. Apabila dilakukan pengamatan yang saksama terhadap ide-ide tersebut, maka akan terlihat bahwa diantara ide-ide tersebut terdapat ide-ide yang mempunyai tema yang sama, misalnya tema tentang training dan keterampilan, tema tentang manajemen, tema yang menyangkut konsumen dan sebagainya. Oleh karena itu sekumpulan ide tersebut dapat dikelompokan menjadi sejumlah kecil kelompok ide yang lebih bermakna. Diagram afinitas terutama bermanfaat jika digunakan dalam kondisi-kondisi seperti: a). tidak ada kepastian akan fakta dan pemikiran/opini yang terkumpul sehingga perlu pengorganisasian akan hal tersebut, b). jika terdapat suatu ide atau paradigma yang dianut sebelumnya dan perlu untuk diantisipasi, c). jika terdapat ide-ide yang perlu diklarifikasi dan d). jika ingin diciptakan keutuhan tim. Penting untuk diingat bahwa penamaan terhadap kelompok ide (atau tema dari kelompok) sebaiknya dicantumkan setelah dilakukan proses pengelompokkan dan bukan sebelumnya. Sehingga dengan demikian tema kelompok ide akan relevan dengan ide-ide yang terkumpul pada kelompok tersebut. Sebagai contoh, kumpulan ide hasil brainstorming seperti yang diperlihatkan pada Tabel 1, setelah di lakukan penyaringan dan pengelompokan akan tampak seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2. 2. PENGERTIAN DIAGRAM AFINITAS Salah satu teknik pengambilan keputusan yang digunakan/diterapkan pada sekelompok orang (grup), yang didesain sedemikian rupa untuk menyeleksi sejumlah besar ide (termasuk pula: variabel proses, konsep dan opini) yang saling berhubungan, sejenis atau memiliki tema yang sama ke dalam sejumlah kecil grup ide.
16
Tabel 1. Kumpulan ide hasil brainstorming Bagaimana mempertahankan kesuksesan proses yang telah berhasil diterapkan ? mengetahui Menyediakan menerapkan mendapatkan kebutuhan training pengawasan, komitmen konsumen pemeriksaan dan manajemen pengendalian mutu mewawancarai mengetahui alat-alat menerapkan tata melibatkan top konsumen pengembangan dan cara analisa dan manager dan middle perbaikan mutu pengukuran manager sebagai steering commitee mengidentifikasi Melakukan mengembangkan menerapkan sistem konsumen investigasi terhadap tata cara koreksi rewarding yang usaha-usaha tentang yang efektif konsisten perbaikan mutu terhadap secara terus penyimpangan menerus membuat defenisi Melibatkan menerapkan menyediakan job operasional karyawan pengembangan security, seperti mengenai pengetian berdasarkan project freedom to fail out-put by project Menciptakan membuat defenisi menyediakan keakraban dengan operasional support staff bagi jalan mengenai pengetian middle manager menghilangkan proses penghalang diantara kariawan menghitung process membuat program capability. goals yang jelas meningkatkan menyediakan waktu komunikasi di bagi middle semua sektor manager untuk berpartisipasi akses yang luas membentuk steering terhadap informasi commitee dengan wewenang yang jelas
17
Tabel 2. Penyaringan dan pengelompokan ide hasil brainstorming ke dalam 5 kelompok Bagaimana mempertahankan kesuksesan proses yang telah berhasil diterapkan ? Pengetahuan Training Pemeriksaan Mendapatkan Meningkatkan tentang perbaikan dan dan komitmen dari komunikasi konsumen peningkatan pengendalian manajer mutu mutu mengetahui menyediakan menerapkan mendapatkan meningkatkan kebutuhan training pengawasan, komitmen komunikasi di konsumen pemeriksaan manajemen semua sektor dan pengendalian mutu mewawancarai mengetahui menerapkan melibatkan top akses yang luas konsumen alat-alat tata cara analisa manager dan terhadap pengembangan dan pengukuran middle manager informasi dan perbaikan sebagai steering mutu commitee mengidentifikas melakukan mengembangka menerapkan melibatkan i konsumen investigasi n tata cara sistem karyawan terhadap usaha- koreksi yang rewarding usaha tertang efektif yang konsisten perbaikan mutu terhadap secara terus penyimpangan menerus membuat menerapkan menyediakan menciptakan defenisi pengembangan job security, keakraban operasional berdasarkan seperti freedom dengan jalan mengenai project by to fail menghilangkan pengetian outproject penghalang put diantara kariawan membuat menyediakan defenisi support staff operasional bagi middle mengenai manager pengetian proses menghitung membuat process program goals capability. yang jelas menyediakan waktu bagi middle manager untuk berpartisipasi
18
membentuk steering commitee dengan wewenang yang jelas 3. TUJUAN Penerapan diagram afinitas bertujuan untuk menyaring dan mengelompokkan sejumlah besar ide ke dalam kelompok yang lebih kecil berdasarkan jenis, tema atau kesamaan lainnya. 4. PELAKSANAAN Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyaringan dan pengelompokan ide ke dalam diagram afinitas, diantaranya: a. Pastikan bahwa ide-ide yang terkumpul terdeksripsikan dengan kalimat atau frasa yang jelas maknanya b. Lakukan pengelompokan ide-ide yang kelihatannya memiliki kesamaan secara cepat c. Lakukan klarifikasi terhadap ide-ide yang tidak jelas, sehingga dengan demikian dapat digolongkan ke dalam salah satu kelompok. d. Jika suatu ide dapat digolongkan ke dalam lebih dari satu kelompok, buatlah copy atas ide itu dan tempatkan ke dalam kelompok-kelompok itu e. Hitunglah jumlah ide yang telah digolongkan ke dalam masing-masing kelompok f. Pertimbangkan untuk memasukkan anggota kelompok kecil ke dalam kelompok yang anggotanya lebih besar, demikian juga sebaliknya, membagi suatu kelompok menjadi dua bila ide yang terkumpul di dalamnya terlalu banyak. g. Setelah semua ide habis dan selesai digolongkan, buatlah judul untuk masingmasing kelompok.
19
VI. CHECK SHEET 1. PENDAHULUAN Check sheet adalah alat bantu manajemen mutu sederhana yang bentuknya menyerupai tabel dan digunakan untuk mengoleksi data. Check sheet dalam pengertian yang sebenarnya tak lain adalah tempat menuliskan catatan tentang jumlah sesuatu, dimana jumlah tersebut diisikan satu demi satu, sehingga pada akhirnya dapat dijumlahkan nilai totalnya. Pengumpulan data menggunakan check sheet dapat diterapkan pada hampir semua jenis aktifitas yang bertujuan mencatat sejumlah data kategorik. Contoh check sheet diperlihatkan pada Tabel 3 Tabel 3. Chcek sheet pengendalian mutu pencetakan nugget TANGGAL: 1/13/06 -1/19/06 PROSES: PENCETAKAN NUGGET MESIN : 1 EAST (Pada 4oC) SHIFT KERJA : 1-3 No. Kategori : Rejeck Hari Kerja SE SL RB KM JM SB MG 1 Patah IIII II IIII IIII IIII IIII II 2 Retak I IIII III III III II III 3 Kulit mengelupas II III IIII IIII IIII IIII IIII 4 Bercak hitam IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII 5 Warna tidak seragam I III III IIII IIII IIII IIII 6 Kelebihan berat III IIII IIII IIII II II II 7 Lembek IIII II II IIII I I III 8 Bentuk tidak seragam II I IIII IIII IIII IIII IIII
JML 27 20 29 35 27 24 17 27
2. PENGERTIAN CHECK SHEET Suatu form atau sheet sederhana berbentuk tabel yang memuat data kategorik, suatu tanda yang mirip angka 1 (atau garis lurus tegak = I) biasanya ditambahkan dan dituliskan pada tabel setiap kali data dari kategori tertentu muncul dalam pemeriksaan. 3. TUJUAN Pembuatan check sheet bertujuan untuk memfasilitasi pengumpulan analisa data 4. PELAKSANAAN Check sheet dapat dibuat kapan saja dibutuhkan adanya pencatatan data, meski demikian dalam penerapannya untuk tujuan manajemen mutu, perlu dilakukan analisa terlebih dahulu terhadap jenis kategorinya. Oleh karena itu dalam penyusunan check sheet perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini: a. Tentukan tujuan pengumpulan data b. Lakukan terlebih dahulu brainstorming untuk menentukan jenis-jenis kategori yang perlu diamati.
20
c. Defenisikan tiap-tiap kategori dengan baik agar pengumpulan data dilakukan dengan konsisten d. Tentukan keadaan atau keterangan lain mengenai darimana data tersebut akan diperoleh, misalnya pada hari apa, shift berapa dan dimesin yang bagaimana e. Tentukan siapa yang bertanggung jawab terhadap pengumpulan data f. Buatlah petunjuk singkat tentang tata cara pengumpulan data dan sampaikan kepada penanggung jawab pengumpulan data beserta anggotanya yang terlibat g. Buatlah tabel check sheetnya berdasarkan jenis kategori yang telah ditentukan h. Lakukan uji coba pengumpulan data untuk memastikan bahwa semua data telah dimasukkan ke kategori yang sesuai.
21
VII. BARCHART 1. PENDAHULUAN Bar chart banyak digunakan untuk menolong visualisasi dan memudahkan perbandingan data kategorik. Transformasi untuk visualisasi data dari check sheet yang diperlihatkan pada Tabel 3 menjadi suatu Bar chart diperlihatkan pada Gambar 4. Informasi yang dicari atau menjadi perhatian pada suatu barchart mencakup:a). bar yang tertinggi, b). bar yang terendah, c). perbandingan tinggi diantara bar di dalam kategori, d). perubahan tinggi bar (naik-turun), pada selang waktu tertentu. Perhatikan sekarang data kategorik yang telah dikumpulkan sebelumnya, yaitu data yang tercantum pada Tabel berikut: TANGGAL: 1/13/06 -1/19/06 MESIN : 1 EAST SHIFT KERJA : 1-3 No. Kategori : Rejeck 1 2 3 4 5 6 7 8
Patah Retak Kulit mengelupas Bercak hitam Warna tidak seragam Kelebihan berat Lembek Bentuk tidak seragam
PROSES: PENCETAKAN NUGGET (Pada 4oC)
SE IIII I II IIII I III IIII II
SL II IIII III IIII III IIII II I
RB IIII III IIII IIII III IIII II IIII
Hari Kerja KM JM IIII IIII III III IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII II IIII I IIII IIII
SB IIII II IIII IIII IIII II I IIII
MG II III IIII IIII IIII II III IIII
JML 27 20 29 35 27 24 17 27
Apabila data ini akan divisualisasikan dalam bentuk bar chart, maka akanterlihat seperti Gambar 4. 2. PENGERTIAN BARCHART Barchart adalah grafik batang dari sejumlah data kategori yang memiliki sifatsifat yang sama, seperti skala yang sama, periode pengumpulan yang sama serta persamaan kondisi lainnya sehingga kategori data tersebut dapat diperbandingkan. 3. TUJUAN Pembuatan barchart bertujuan untuk memudahkan visualisasi dan pembacaan data. 4. PELAKSANAAN a. Tentukan jenis data kategori yang akan dibuat menjadi barchart b. Tentukan selang waktu yang akan dipakai, misalnya apakah jumlah data yang dikumpulkan selama seminggu, sebulan dan sebagainya. c. Pastikan bahwa semua jenis kategori telah memiliki skala yang sama
22
d. Buat grafiknya, yaitu pada sumbu x dicantumkan kategorinya, sedangkan pada sumbu y dicantumkan nilai datanya. e. Lakukan pengamatan tehadap bar yang tertinggi, terendah dan sebagainya.
m
k se
k
el
tid
eb
ak
ih
an
Le
ra
m
ga
be
ra be
ra se
B
en
tu
ak tid
na ar W
K
k ca er B
t
m
ta hi
lu ge en
m
ga
m
s pa
ak et R it ul K
Pa
ta
h
40 35 30 25 20 15 10 5 0
Gambar 4. Barchart
23
VIII. DIAGRAM PARETO 1. PENDAHULUAN Nama diagram Pareto diambil dari nama seorang ahli eknonomi berkebangsaan Italia Vilfredo Pareto yang hidup disekitar awal abad ke 20. Diagram Pareto didasarkan pada fakta bahwa sebagian besar dari masalah yang timbul berakar pada sebagian kecil masalah utama. Diagram ini pada awalnya menampilkan distribusi frekuensi tentang kesejahteraan beberapa negara, yang kemudian ternyata sesuai untuk diterapkan pada manajemen mutu. Diagram Pareto menunjukkan bahwa sekitar 80 % dari kekayaan atau kesejahteraan negara-negara dikuasai oleh sekelompok kecil negara. Jika diterapkan pada manajemen mutu, diagram pareto umumnya mengatakan bahwa 80% dari problem dapat diselesaikan jika penyebab utamanya yang umumnya ditimbulkan oleh sekelompok kecil penyebab utama (20%), dapat diselesaikan. Perhatikan data mengenai reject produk nugget yang diperlihatkan pada Tabel 4, anggaplah bahwa data tersebut telah dikumpulkan untuk selang waktu yang sama bagi setiap kategori reject. Dari data terlihat bahwa kulit terkelupas dan patah mendominasi reject produk tersebut. Untuk meyakinkan hal ini maka data tersebut ditransformasi ke dalam bentuk diagram Pareto, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 5. Namun sebelum itu akan lebih baik jika dibuat terlebih dahulu tabel tambahan yang menampilkan jumlah reject dalam persen kumulatif seperti yang diperlihatkan pada Tabel 5. Tabel 4. Data reject produk nugget
24
Tabel 5. Persen reject dan persen kumulatif dari jumlah reject No. Kategori Reject Jumlah Persen Persen Reject Reject Kumulatif (%) (%) 1 Patah 2662 31.52 31.52 2 Retak 619 7.33 38.85 3 Kulit mengelupas 4276 50.63 89.48 4 Bercak hitam 233 2.76 92.24 5 Warna tidak seragam 199 2.36 94.60 6 Kelebihan berat 323 3.82 98.42 7 Lembek 64 0.76 99.18 8 Bentuk tidak seragam 69 0.82 100.00 Jumlah 8445 100.00
100 80 60 40 20 0 lupas
Patah
Retak
berat
Bercak
Warna
Bentuk
Lembek
Gambar 5. Diagram pareto dari data reject produk nugget Diagram pareto mempunyai ciri khas yaitu sumbu y merupakan persen terhadap total reject dan panyajian data dalam grafik atau diagram sekaligus menampakkan baik grafik batang dari nilai persentase masing-masing reject terhadap total reject maupun grafik garis mengenai persen kumulatifnya seperti yang diperlihatkan pada Gambar 5. Oleh karena itu diagram pareto digunakan untuk menunjukkan prioritas pada suatu masalah dimana kepada masalah dominan tersebut (dalam contoh Gambar 5 adalah kulit terkelupas dan patah) dapat dilakukan penyelesaian yang terarah. Fokus penyelesaian terhadap masalah tersebut kemudian akan dapat dilakukan dan dikembangkan lebih lanjut. 2. PENGERTIAN DIAGRAM PARETO Diagram Pareto adalah distribusi frekuensi mengenai jumlah persen kejadian yang disajikan bersama-sama dengan persen kumulatifnya. 3. TUJUAN Pembuatan diagram Pareto bertujuan untuk menunjukkan urutan prioritas dari sejumlah problem yang biasanya terkonsentrasi hanya pada satu atau dua jenis masalah utama saja, dari berbagai jenis masalah yang muncul selama pengamatan.
25
4. PELAKSANAAN Pembuatan diagram Pareto umumnya dilakukan sebagai lanjutan dari analisaanalisa sebelumnya seperti brainstorming, pembuatan check sheet, penyusunan diagram ishikawa dan sebagainya. Hasil-hasil dari analisa terdahulu tersebut kemudian divisualisasikan dengan menggunakan diagram Pareto guna menunjukkan bagaimana pentingnya menanggulangi problem utama yang ditunjukkan dalam diagram Pareto tersebut. Dalam penyusunan diagram Pareto, perlu diperhatikan beberapa hal berikut: a. Kumpulkanlah telebih dahulu data-data yang telah diperoleh dan dicatat menggunakan check sheet. b. Buatlah tabel yang merangkum jumlah reject pada selang waktu yang lebih lama dibanding yang tercantum dalam check sheet, misalnya setiap minggu, selama sebulan dan sebagainya (seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4) c. Dari tabel yang terbentuk itu buatlah tabel pembantu yang memuat jumlah persen dan persen kumulatif dari masing-masing reject (seperti yang diperlihatkan pada Tabel 5 dengan menggunakan data dari Tabel 4). d. Kemudian dari tabel persen jumlah tersebut, buatlah grafik batang untuk persen jumlah untuk masing-masing reject e. Sedangkan untuk persen kumulatif dicantumkan berbentuk kurva garis yang melengkung diatas grafik batang. Pembuatan diagram Pareto biasanya dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu sebelum dilakukan tindakan perbaikan dan sesudahnya. Pembuatan diagram Pareto sebelum tindakan perbaikan dengan demikian menunjukkan banyaknya reject mula-mula pada masing-masing kategori, sedangkan sesudah dilakukan tindakan penanggulangan atau tindakan perbaikan diagram Pareto menunjukkan sejauh mana penanggulangan masalah telah berhasil dilakukan.
26
IX. HISTOGRAM 1. PENDAHULUAN Histogram adalah bentuk khusus dari suatu barchart, bedanya terletak pada skala dan jenis data yang digunakan. Pada histogram, sumbu x diisi dengan kelas data berupa nilai, misalnya kelas data 0 sampai 19 (atau 0 sampai < 20); 20 sampai 39 (atau ≥ 20 sampai < 40); 40 sampai 59 dan seterusnya. Hal ini tentu sangat sangat berbeda jika dibandingkan dengan barchart (Gambar 4) maupun diagram pareto (Gambar 5), yang pada sumbu x mencantumkan nama-nama dari kategori suatu data. Pada sumbu y suatu histogram dicantumkan banyaknya data yang masuk ke dalam kelas 0 sampai 19; banyaknya data yang masuk ke dalam kelas 20 sampai 39; demikian seterusnya. Hal ini menyerupai baik barchart maupun diagram pareto, seperti yang telah ditunjukkan pada bagian sebelumnya. Seperti halnya diagram pareto, histogram juga dapat dinyatakan dalam persen pada sumbu y. Jadi, perbedaan mendasar antara histogram dengan barchart maupun diagram pareto terletak pada sumbu x. Suatu contoh gambar sebuah histogram diperlihatkan pada Gambar 6. Grafik yang muncul dari hasil pencantuman data ke dalam histogram disebut distribusi frekuensi.
Gambar 6. Contoh gambar histogram Bagian tersulit dalam pembuatan histogram adalah membuat klasifikasi data, atau dengan kata lain membuat kisaran datanya, yang nantinya akan dimasukkan ke dalam sumbu x. Apakah misalnya akan dipakai kisaran 0 sampai 9; kemudian 10 sampai 19 atau yang lainnya. Hal ini tentunya sangat tergantung juga pada karakteristik datanya. Data yang diperoleh dan dikumpulkan secara acak umumnya menunjukkan bentuk distribusi frekuensi yang disebut menyebar normal atau kurva normal, yaitu suatu bentuk grafik menyerupai bel, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 7 dan Gambar 8.
27
sd
X-sd
X
X+sd
Gambar 7. Distribusi frekuensi yang menyebar normal Ciri khas dari kurva normal adalah bahwa bagian tengah dari kurva merupakan nilai rata-rata dari data atau x-bar. Sedangkan suatu bilangan yang disebut Standard deviasi atau Sd menunjukkan ciri khas penyebaran data disekitar nilai rata-ratanya. Berdasarkan nilai standard deviasi ini, keseluruhan data kemudian dapat dibagi menjadi 3 bagian. Pembagian ini sangat penting dan berguna dalam analisa data. Ketiga bagian itu adalah: pertama data-data yang nilainya lebih besar dari X-bar+Sd (> X-bar+Sd). Bagian kedua adalah data-data yang nilainya diantara X-bar-Sd sampai dengan Xbar+Sd; bagian terakhir atau yang ketiga adalah data-data yang nilai lebih kecil dari Xbar-Sd (< X-bar-Sd). Pembagian daerah kurva normal diperlihatkan pada Gambar 9. Pada situasi dimana data yang dikumpulkan adalah data suatu variabel proses atau variabel produk, seperti misalnya suhu penggorengan atau berat bersih, maka yang diinginkan adalah membuat data itu tetap. Sebagai contoh berat bersih susu kental manis kemasan kaleng yang dicantumkan pada kemasan sebesar 264 gram, maka tentu saja yang diinginkan selama proses pengalengan adalah semua kaleng mempunyai berat sebesar 264 gram. Namun hal ini tidak mungkin dilakukan oleh karena itu diusahakan agar nilai rata-rata berat bersih (X-bar) sama dengan 264 gram. Jika akan dilakukan pengontrolan terhadap berat bersih ini, maka perbedaan berat atau variasi dari berat diberi toleransi berupa nilai minimal dan nilai maksimal. Misalnya berat minimalnya 261 gram dan berat maksimal 267 gram. Nilai 261 ini dapat juga ditulis (264 – 3), demikian juga 267 gram dapat dituliskan (264 + 3). Nilai penambah dan pengurang ini, dalam hal ini adalah nilai 3, biasanya diperoleh dan digunakan nilai dari standar deviasi.
28
sd
X-sd
X
X+sd
Gambar 8. Kurva norma atau kurva bentuk bel
III
II
X-sd
X
I
X+sd
Gambar 9. Pembagian kurva norma menjadi 3 bagian
Dengan kata lain, berdasarkan kurva Gambar 9, data yang berada di dalam bagian II yang dianggap memenuhi syarat, sedangkan kedua bagian lainnya dianggap reject atau cacat produksi. Untuk contoh berat susu, maka bagian I akan termasuk semua berat susu yang diperoleh yang nilainya lebih kecil dari 261 gram, sedangkan bagian III adalah semua produk susu yang beratnya lebih besar dari 267 gram.
29
Gambar 10. Nilai LSL dan USL di dalam histogram. Nilai maksimum yang masih diperbolehkan biasanya disebut Upper specification limit (USL) atau nilai batas atas, sedangkan nilai minimum yang masih diperbolehkan disebut Lower specification limit (LSL) atau nilai batas bawah. Nilai rata-rata itu sendiri yang menjadi tujuan proses disebut target value atau aim of the process (Gambar 10). 2. PENGERTIAN HISTOGRAM Histogram adalah grafik yang menunjukkan distribusi frekuensi sekelompok data. 3. TUJUAN Tujuan pembuatan histogram adalah untuk menvisualisasikan bentuk distribusi frekuensi data, menentukan nilai tengah atau rata-rata termasuk nilai standard deviasinya, serta karakteristik kurva distribusi frekuensi lainnya. 4. PELAKSANAAN Dalam pembuatan histogram, akan sangat menolong jika data telah terorganisasikan dengan baik sebelum ditransformasi menjadi histogram, untuk itu dalam penyusunannya perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini: a. Buatlah dahulu kelas-kelas data, dengan interval-interval yang sesuai. Biasanya digunakan interval kelipatan 5, 10, 15 atau 20 dan seterusnya. b. Kemudian buatlah check sheet dengan memasukkan kelas-kelas yang telah dibuat ke dalam kategori data c. Hitunglah jumlah masing-masing data yang masuk ke dalam masing-masing kelas (atau interval) dengan cara memberi tanda di dalam check sheet (lihat Tabel 3). d. Berdasarkan check sheet yang diperoleh, buatlah histogramnya. e. Hitunglah nilai X rata-rata atau X-bar f. Kemudian hitung pula nilai standard deviasinya.
30
X. SCATTER PLOT 1. PENDAHULUAN Scatter plot atau scatter diagrams disebut juga diagram pencar. Diagram ini memberikan gambaran hubungan diantara 2 buah kelompok data. Sebagai contoh, misalkan kelompok data X adalah banyaknya asam asetat yang ditambahkan ke dalam saus, sedangkan Y adalah kelompok nilai pH dari saus tersebut. Agar kedua data tersebut dapat dianalisis lebih jauh, maka, tentu saja dapat dibuat grafik hubungan diantara kedua data tersebut Intepretasi yang diinginkan mengenai hubungan tersebut biasanya adalah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut: apakah dengan bertambahnya X, maka Y juga akan bertambah, ataukah tidak berubah (tetap) atau mungkin bahkan sebaliknya ?. Namun perlu juga diingat kiranya, bahwa hubungan yang dimaksud disini belum tentu hubungan sebab akibat, untuk tujuan yang terakhir ini maka perlu analisa yang lain lagi. Misalkan data hubungan penambahan asam (X) dengan hasil pengukuran nilai pH (Y) adalah sebagai berikut: Tabel 6. Hubungan penambahan asam (X) dengan hasil pengukurtan pH X Y
Penambahan 0.1 Asam Asetat (ml) Nilai pH 5.0
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0
1.1
1.2
4.8
4.5
4.5
4.3
4.3
4.1
4.0
3.7
3.7
3.4
3.2
Maka, hubungan kedua data tersebut di dalam bentuk diagram pencar akan terlihat seperti grafik Gambar 11. 6 5 pH
4 3 2 1 0 0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
1
1.1 1.2 1.3
Asam Asetat (ml) Gambar 11. Diagram pencar Pengembangan terhadap analisa hubungan dua buah kelompok data bisa dilakukan lebih jauh lagi, namun hal itu tidak akan dibahas lebih lanjut disini, cukuplah kiranya jika disampaikan sedikit mengenai contoh-contohnya. Hubungan tersebut misalnya dapat ditentukan persamaan garisnya menggunakan metoda regresi, mengamati
31
kualitas hubungan tersebut dengan cara menghitung koefisien korelasinya, mengamati nilai slopenya maupun nilai konstanta garisnya dan sebagainya. 2. PENGERTIAN DIAGRAM PENCAR Diagram pencar adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara dua kelompok data yang jumlahnya sama, dimana untuk setiap nilai x terdapat nilai pasangannya y. 3. TUJUAN Tujuan pembuatan diagram pencar adalah untuk menunjukkan hubungan diantara 2 kelompok data. 4. PELAKSANAAN Dalam membuat hubungan antara dua kelompok data, maka perlu diperhatikan beberapa hal: a. Pastikan bahwa kedua data tersebut sepadan, yaitu untuk setiap nilai x terdapat nilai y yang menjadi pasangannya. b. Periksalah pula satuan data tersebut, satuan setiap kelompok data haruslah sejenis dan proporsional, sejenis artinya semuanya sama misalnya volume (ml) atau lainnya, proporsional artinya semua satuannya dalam unit yang sama misalnya ml dan bukanlah satuan volume yang unitnya sangat besar seperti liter atau yang sangat kecil. c. Kemudian ke dalam koordinat Cartesius (koordinat sumbu x dan sumbu y) masukkanlah tiap-tiap nilai y untuk tiap nilai x. Titik ini disebut titik plot, yang diperlihatkan dalam bentuk lingkaran-lingkaran kecil pada Gambar11. d. Kemudian masukkan lagi titik plot berikutnya, sampai semua pasangan data diplotkan. e. Periksalah sekali lagi plot-plot tersebut, buatlah garis pembantu untuk melihat ketepatan penempatan titik plot, misalnya pasangan nilai x = 0.1 dan nilai pH = 5, terlihat pada Gambar 11 sebagai perpotongan garis dari sumbu x = 0.1 dan sumbu y = 5.
32
XI. RUN CHART 1. PENDAHULUAN Run chart adalah variasi lain dari scatter plot, yang nilai pada sumbu x-nya adalah skala waktu seperti menit, jam, hari dan sebagainya. Beda yang lainnya lagi dibandingkan dengan scatter plot adalah bahwa pada run chart titik plot biasanya dihubungkan dengan garis-garis. Misalkan data pengukuran berat susu kental manis kemasan kaleng yang disampling dan ditimbang setiap harinya pada jam yang sama adalah sebagai berikut, X Y
Hari Rataan (gr)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 264 271 267 263 260 265 268 270 270 261 268 268
Berat (gram)
Anggaplah bahwa setiap hari pada jam yang sama di ambil sebanyak 5 contoh produk yang ditimbang dan hasil penimbangannya dirata-ratakan. Dengan demikian, sebagai misal pada hari ke 1 diperoleh rata-rata berat hasil timbangan adalah 264 gram. Hal ini berarti data ini telah dirata-ratakan, artinya data sesungguhnya mungkin berupa sebagai berikut: Penimbangan hari ke 1: Kaleng no 1. = 262 gram Kaleng no 2. = 266 gram Kaleng no 3. = 263 gram Kaleng no 4. = 265 gram Kaleng no 5. = 264 gram Rataan = 264 gram Maka apabila data tersebut diplot ke dalam run chart akan terlihat seperti pada Gambar 12, terlihat bahwa run chart secara tidak langsung menvisualisasikan performance rataan berat susu kental manis kemasan kaleng setiap hari. Jika berat bersih ini merupakan parameter produk yang penting, maka dapat terlihat perubahan nilainya dari hari ke hari. 272 270 268 266 264 262 260 258 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13
Hari
Gambar 12. Run chart
33
Berat (gram)
Perhatikan sekarang bahwa jika berat yang diinginkan sebagai standar proses produksi adalah 264 gram, yang juga merupakan nilai berat yang akan dicantumkan atau dituliskan pada label, ditandai di dalam run chart berupa garis lurus, maka run chart pada Gambar 12 akan terlihat seperti pada Gambar 13 di bawah ini:
272 270 268 266 264 262 260 258 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13
Hari Gambar 13. Run chart dengan garis bantu pada nilai tengah.
Berat (gram)
Penandaan dengan garis bantu pada nilai 264 seperti yang diperlihatkan pada Gambar 13, tentu saja memberikan visualisasi besarnya variasi pada hasil pengukuran terhadap nilai seharusnya atau nilai yang diinginkan yaitu 264. Terlebih variasi tersebut juga langsung dapat diamati dari hari ke hari pengukuran terhadap semua data pengukuran selama selang waktu tertentu. Jika penandaan dengan bantuan garis pada nilai tengah yaitu 264 dapat dilakukan, maka sekarang timbul pertanyaan bagaimana jika batas maksimum berat yaitu 267 dan nilai minimal yang dibolehkan yaitu 261 juga ditandai di dalam grafik ?. Apabila hal ini diterapkan maka grafik Gambar 13 akan terlihat seperti Gambar 14.
272 270 268 266 264 262 260 258 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13
Hari Gambar 14. Run chart yang diberi tambahan garis bantu batas atas (USL) dan batas bawah (LSL).
34
Penandaan dengan garis ini, sebetulnya bukanlah bagian dari run chart, akan tetapi hanya memberikan ilustrasi disini agar dalam pembahasan pada topik berikutnya yaitu mengenai control chart, akan lebih memudahkan untuk masuk ke dalam aspek pengolahan data dan pembuatan grafiknya. Dengan demikian grafik Gambar 14 tidak biasanya disebut sebagai run chart tetapi disebut control chart. 2. PENGERTIAN RUN CHART Run chart adalah grafik yang menvisualisasikan nilai suatu variabel terhadap waktu. 3. TUJUAN Tujuan pembuatan run chart adalah untuk melihat performance suatu proses dari waktu ke waktu. Misalnya apakah data mempunyai kecenderungan naik, turun, tetap, berfluktuasi dari waktu ke waktu. 4. PELAKSANAAN Dalam pelaksanaan pembuatan run chart, terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian: a. Tentukan terlebih dahulu jenis proses yang data hasil pengukurannya akan disajikan dalam bentuk run chart. b. Tentukan variabel proses atau produk yang akan diukur, bisa berupa hasil pengukuran suhu, berat, volume atau apapun yang penting untuk diamati sebagai indikator performance produk atau proses. c. Tentukan selang waktu pengukuran d. Lakukan pengukuran terhadap variabel proses tersebut, selama selang waktu yang telah ditentukan e. Plot data yang diperoleh ke dalam grafik run chart sesuai skala waktu pengukuran yang digunakan.
35
XII. BAGAN KENDALI (CONTROL CHART) 1. PENDAHULUAN Terdapat 6 jenis bagan kendali (control chart) berdasarkan tipe datanya, yaitu: g. XmR (X individual moving average) h. X-barR (X rata-rata, range) i. p (fraksi/persen, data tidak konstan) j. np (fraksi/persen, data konstan) k. c (jumlah atribut, data konstan) l. u (jumlah atribut, data tidak konstan) Untuk melihat jenis control chart yang mana yang sesuai dengan data yang hendak diolah, maka Gazperz (2001), membuat flowchart yang berfungsi sebagai acuan kriteria pemilihan jenis control chart. Flowchart tersebut diperlihatkan pada Gambar 15. Apabila diperhatikan, dari keenam jenis control chart yang disebutkan diatas, maka sebenarnya jenis datanya hanya terdiri dari 3 jenis data saja yaitu: a. data jenis variabel yang akan menghasilkan control chart jenis a dan b. b. data jenis fraksi/persen yang akan menghasilkan control chart tipe c dan d c. data jenis jumlah atribut yang akan menghasilkan control chart tipe e dan f. Jenis control chart yang paling banyak digunakan, bagaimanapun adalah control chart jenis X-bar, R yang menggunakan data variabel. Oleh karena itu jenis ini akan dibahas terlebih dahulu secara mendalam dan akan diberikan pula contoh-contoh perhitungan dan pengolahan datanya, baik perhitungan secara manual maupun yang dihasilkan oleh program komputer yang banyak tersedia seperti SPSS dan Minitab. Setelah itu akan diberikan contoh perhitungan control chart XmR. Selanjutnya masingmasing jenis control chart akan dibahas dan diberikan contoh-contoh, berupa jenis data dan cara perhitungannya, baik secara manual maupun otomatis dengan menggunakan program komputer. 2. PENGERTIAN Pengertian control chart adalah bagan kendali sebagai suatu display grafik dari suatu karakteristik mutu yang telah dihitung atau diukur dari suatu contoh produk terhadap nomor contoh atau waktu. 3. PELAKSANAAN 1. PENGENDALIAN DENGAN DATA VARIABEL Pengendalian dengan data variabel ada 2 jenis yaitu : a. Bagan kendali : X-bar, R b. Bagan kendali individual : X-mR
36
Tentukan karakteristik mutu sesuai keinginan pelanggan
Apakah data atribut berbentuk proporsi atau presentase?
Apakah data variabel ?
Ya
Ya
Apakah proses homogen atau proses batch seperti industri kimia, dll?
Ya Gunakan bagan kendali individua l : X-MR
Apakah data atribut berbentuk banyaknya ketidaksesuaian?
Tidak Gunakan bagan kendali : X-bar, R
Ya
Apakah ukuran contoh konstan?
Ya Pakai bagan kendali : p atau np
Tidak Pakai bagan kendali :p
Apakah ukuran contoh konstan?
Ya Gunakan bagan kendali : c atau u
Tidak Gunakan bagan kendali : u
Gambar 15. Diagram alir penggunaan bagan-bagan kendali (Gasperz, 2001)
a. Bagan Kendali X-bar, R Bagan kendali Xbar, R sesuai dengan namanya terdiri dari bagan X-bar dan bagan rentang R-bar. Parameter control chart untuk X-bar terdiri dari central line yaitu nilai tengah (rataan), batas atas USL dan batas bawah LSL. Nilai batas atas dan batas bawah ini biasanya berpatokan pada nilai simpangan baku atau standar deviasi yaitu ± 3 x σ. Nilai standar deviasi ini telah ditransformasikan menjadi nilai R, hal ini karena keragaman populasi biasanya dinyatakan dengan nilai rentang R, maka patokan 3 sigma dikonversi dalam besaran R. Sehingga persamaan untuk X-bar dan R adalah:
37
Bagan kendali X-bar : − x Garis pusat CL (Control line) = X-bar= ∑ i=1 m m
Batas kendali atas USL (Upper Spec Limit) = X-bar + A. R-bar Batas kendali bawah LSL (Lower Spec Limit) = X-bar – A. R-bar Bagan kendali R : Garis pusat CL (Control line) = R-bar Batas kendali atas USL (Upper Spec Limit) = k. R-bar Batas kendali bawah LSL (Lower Spec Limit) = l. R-bar Nilai-nilai tetapan (konstanta) A, k dan l diperlihatkan pada Tabel 7. Langkah-langkah untuk membuat bagan kendali X-bar dan R adalah : Langkah 1. Kumpulkan data. Data dan cara pengambilannya harus sama dengan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Langkah 2. Masukkan data ke dalam subgrup. Data tersebut harus dibagi ke dalam subgrup dengan kondisi : a. Data yang diperoleh dari kondisi teknik yang sama harus membentuk satu subgrup. b. Sebuah subgrup tidak boleh memasukkan data dari lot atau sifat yang berbeda. c. Jumlah sampel dalam sebuah subgrup menentukan ukuran subgrup dan digambarkan dengan n, jumlah subgrup dilambangkan dengan m. Langkah 3. Catat data pada lembaran data. Langkah 4. Cari nilai rata-rata (X) yaitu jumlah x dibagi dengan n (ukuran subgrup). Langkah 5. Cari kisaran R (selisish x terbesar dan x terkecil) untuk tiap subgrup. Langkah 6. Hitung harga rata-rata total (X-bar), yaitu harga X keseluruhan dibagi m (jumlah subgrup). Langkah 7. Hitung harga rata-rata R yaitu jumlah R seluruh subgrup dibagi dengan m. Langkah 8. Hitung batas-batas pengendalian. Langkah 9. Susun bagan kendali. Langkah 10. Gambar titik-titik X-bar dan R untuk setiap subgrup pada garis vertikal yang sama. Langkah 11. Tulis informasi yang diperlukan. Sebagai contoh pelaksanaan, akan diikuti tahapan yang telah dijelaskan diatas, namun dalam hal ini data telah terkumpul dan diperlihatkan pada Tabel 6, sehingga dengan demikian akan dapat langsung diterapkan. Perhatikanlah terlebih dahulu data pada Tabel 6. Langkah 1. Kumpulkan data. Data dan cara pengambilannya harus sama dengan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang.
38
Keterangan: dalam hal ini, data adalah berat susu bubuk kaleng ukuran (berat bruto) 500 gram. Pengukuran dilakukan selama sekitar 1 bulan dari tanggal 1 Maret sampai dengan tanggal 31 Maret. Setiap hari sampling dilakukan dengan cara pengambilan 5 kaleng susu yang langsung ditimbang beratnya. Langkah 2.
Masukkan data ke dalam subgrup. Data tersebut harus dibagi ke dalam subgrup dengan kondisi : a. Data yang diperoleh dari kondisi teknik yang sama harus membentuk satu subgrup. b. Sebuah subgrup tidak boleh memasukkan data dari lot atau sifat yang berbeda. c. Jumlah sampel dalam sebuah subgrup menentukan ukuran subgrup dan digambarkan dengan n, jumlah subgrup dilambangkan dengan m.
Keterangan: Pada Tabel 6 terlihat bahwa 5 buah contoh yang ditarik setiap hari merupakan satu subgrup dengan simbol n, sedangkan jumlah sub grup adalah jumlah hari pengukuran dari tanggal 1 Juli hingga 31 Juli yaitu sebanyak 25 hari sehingga m=25, sehingga jumlah total data adalah 5x25 = 125. Langkah 3.
Catat data pada lembaran data.
Keterangan: seperti yang diperlihatkan pada Tabel 6 Langkah 4. Cari nilai rata-rata (X) yaitu jumlah x dibagi subgrup).
dengan n (ukuran
Keterangan: Pada hari pertama pengambilan contoh diperoleh data sebagai berikut: 1 2 3 4 5 498 501 504 502 503 Sehingga rata-rata subgrup adalah = (498+501+504+502+503)/5 atau 2508/5 = 501.6 gram Langkah 5. Cari kisaran R (selisish x terbesar dan x terkecil) untuk tiap subgrup. Keterangan : Pada hari pertama pengambilan contoh nilai terkecil adalah 498 dan terbesar adalah 504, sehingga R = 6 Langkah 6.
Hitung harga rata-rata total dibagi m (jumlah subgrup).
(X-bar),
yaitu harga X keseluruhan
Keterangan: X –bar = 12534.4/25 = 501.4 Langkah 7.
Hitung harga rata-rata R yaitu jumlah R seluruh subgrup dibagi dengan m.
Keterangan: R –bar = 103/25 = 4.12
39
Tabel 6. Hasil pengukuran berat susu bubuk kaleng No. Tanggal Berat pengukuran sampel 1 sampai 5 (gr) Total Rataan R Pencatatan 1 Berat 2 3 4 5 1 Maret 1 498 501 504 502 503 2508 501.6 6 2 2 504 502 505 503 500 2514 502.8 5 3 3 500 499 501 502 504 2506 501.2 5 4 4 499 503 502 503 502 2509 501.8 4 5 5 505 506 506 502 506 2525 505 4 6 Libur 6 7 503 502 500 501 501 2507 501.4 3 7 8 503 501 504 501 500 2509 501.8 4 8 9 502 499 502 503 503 2509 501.8 4 9 10 502 502 504 502 500 2510 502 4 10 12 504 502 501 503 503 2513 502.6 3 11 13 503 498 501 501 502 2505 501 5 12 14 500 501 499 498 501 2499 499.8 3 15 Libur 13 16 504 503 503 499 498 2507 501.4 6 17 Libur 14 18 501 502 500 500 501 2504 500.8 2 15 19 499 503 497 501 499 2499 499.8 6 16 20 502 500 501 502 500 2505 501 2 21 Libur 17 22 497 499 500 502 500 2498 499.6 5 18 23 499 500 502 500 501 2502 500.4 3 24 Libur 19 25 501 500 502 500 500 2503 500.6 2 20 26 505 505 500 501 502 2513 502.6 5 21 27 504 502 499 499 500 2504 500.8 5 22 28 501 502 504 500 503 2510 502 4 23 29 502 501 502 499 502 2506 501.2 3 24 30 501 499 503 502 500 2505 501 4 25 31 499 503 501 497 502 2502 500.4 6 Total 12534.4 103 501.4 501.376 4.12
40
Tabel 7. Nilai faktor A, k dan l untuk menghitung batas kendali atas dan bawah. Ukuran contoh 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Langkah 8.
Nilai Faktor A 1.8800 1.0230 0.7290 0.5770 0.4830 0.4190 0.3730 0.3370 0.3080 0.2850 0.2660 0.2490 0.2350 0.2230 0.2100 0.2000 0.1900 0.1900 0.1800
Nilai Faktor l 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0760 0.1360 0.1840 0.2230 0.2580 0.2840 0.3080 0.3290 0.3480 0.3640 0.3800 0.3900 0.4000 0.4100
Nilai Faktor k 3.2680 2.5740 2.2820 2.1140 2.0040 1.9240 1.8640 1.8160 1.7770 1.7440 1.7170 1.6920 1.6710 1.6520 1.6360 1.6200 1.6100 1.6000 1.5900
Hitung batas-batas pengendalian.
Keterangan: Dari Tabel 7 untuk ukuran contoh n=5 diperoleh nilai faktor A = 0.577; k= 2.114 dan l=0, sehingga: Garis pusat (Control Line) = X-bar = 501.4 Batas kendali atas USL (Upper Spec Limit) = X-bar + A. R-bar = 501.4 + (0.577 x 4.1) = 503.8 Batas kendali bawah LSL (Lower Spec Limit) = X-bar – A. R-bar = 501.4 - (0.577 x 4.1) = 499.0 Nilai-nilai hasil perhitungan manual ini hasilnya sama dengan perhitungan menggunakan program Mikrostat seperti yang diperlihatkan pada Gambar 16. Bagan kendali R : Garis pusat CL (Control line) = R-bar = 4.1 Batas kendali atas USL (Upper Spec Limit) = k. R-bar
41
USL = 2.114 x 4.1 = 8.7 Batas kendali bawah LSL (Lower Spec Limit) = l. R-bar LSL = 0 x 4.1 = 0 Hasil pengolahan dengan program Microstat memberikan grafik X-bar dan R-bar sebagai berikut (Gambar 16): Perhatikan nilai-nilai parameter central line, USL dan LSL, baik pada grafik Xbar (grafik atas) maupun grafik R-bar (bawah) serta bandingkan nilainya dengan hasil perhitungan manual. Gambar 16
Means
Xbar/R Chart for C1-C5
505.5 504.5 503.5 502.5 501.5 500.5 499.5 498.5
1
Subgroup 0
5
Ranges
10
5
0
3.0SL=503.8 X=501.4 -3.0SL=499.0 10
15
20
25
3.0SL=8.712 R=4.120 -3.0SL=0.000
Test Results for Xbar Chart TEST 1. One point more than 3.00 sigmas from center line. Test Failed at points: 5 Test Results for R Chart Macro is running ... please wait Test Results for Xbar Chart TEST 1. One point more than 3.00 sigmas from center line. Test Failed at points: 5
Terlihat pada teks hasil test maupun pada grafik bahwa terdapat 1 titik yang nilainya lebih besar dari batas atas dengan demikian keluar dari control chart.
42
b. Bagan kendali individual : X-MR Seperti halnya pada bagan kendali X-bar, R yang menggunakan data variabel, maka bagan kendali X-mR juga menggunakan data variabel, yang membedakannya adalah bahwa data variabel yang digunakan disini adalah data individual, dengan kata lain hanya ada satu pengukuran data per kasus. Oleh karena itu data yang ditarik per hari hanya ada satu data. Sehingga dalam menghitung Range-nya digunakan selisih data dengan data yang ditarik (sehari) sebelumnya. Sebagai contoh diperlihatkan data pada Tabel 8 berikut ini, pada kolom range yang pertama diisikan nilai 3 yang merupakan selisih nilai 6 dan 9. Demikian seterusnya dan digunakan untuk mengisi kolon Range, sehingga kolom range akan kosong satu baris dibandingkan data yang diperoleh dari pengukuran contoh. Tabel 8. Data untuk contoh pengolahan bagan kendali X-mR Tanggal Data Range Pencatatan Pengukuran (Selisih) 1
6
-
2
9
3
3
15
6
4
8
7
5
8
0
6
7
1
7
4
3
8
9
5
9
17
8
10
22
5
11
6
16
12
4
2
13
4
0
14
10
6
15
13
3
16
12
1
17
15
3
18
17
2
19
3
14
20
4
1
43
21
12
8
22
7
5
23
6
1
24
6
0
25
8
2
Total:
232
Langkah-langkah pengolahan data: a. Tabulasi data berdasarkan tanggal perolehannya, seperti yang diperlihatkan pada Tabel 8. b. Hitung rata-rata nilai dari data, dalam hal ini 232 dibagi 25 menghasilkan nilai 9.28. c. Hitung selisih data dengan nilai data sebelummnya, selisih yang dimaksud adalah selisih absolut, sehingga tidak ada nilai negatif. Masukkan nilai selisih tersebut ke dalam kolom R. d. Tentukan nilai median dari kolom R. Median adalah nilai pada range dimana data yang nilainya lebih besar dari data itu sama banyaknya dengan nilai yang lebih kecil dari data tersebut. Untuk memudahkan susun terlebih dahulu nilai range dari kecil ke besar sehiungga diperoleh range berikut: 0, 0, 0, 1, 1, 1, 1, 2, 2, 2, 3, 3, 3, 3, 5, 5, 5, 6, 6, 7, 8, 8, 14, 16. Sehingga dengan demikian akan terlihat bahwa mediannya adalah 3. e. Untuk mendapatkan nilai batas atas dan batas bawah, maka kalikan nilai median dengan konstantanya yaitu 3.76 sehingga diperoleh 3 x 3.76 =11.2994 f. Tambahkan nilai rata-rata pengukuran yaitu 9.28 dengan 11.2994 diperoleh 20.5794 yang merupakan batas atas kontrol chart. g. Kurangkan nilai rata-rata yaitu 9.28 dengan 11.2994 dianggap sama nol, maka batas bawah sama dengan nol. h. Gambarkan grafik kontrol chartnya dengan menggunakan nilai- nilai tersebut Pengholahan data menggunakan SPSS menghasilkan kontrol chart (XmR chart) berikut ini (Gambar 17): Pada XmR ini pun hasil perhitungan manual diatas memberikan nilai-nilai parameter yang sama dengan hasil pengolahan program SPSS yang ditunjukkan pada grafik Gambar 17 yaitu: Central Line = 9.28 USL = 20.5794 LSL = 0
44
XmR Control Chart 23.018
16.149
9.280 VAR00008 UCL = 20.5794 2.411
Average = 9.2800 L Spec = .0000
-4.458
LCL = -2.0194 1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
25
Sigma level: 3
Gambar 17. XmR control chart 2. PENGENDALIAN DENGAN DATA PROPORSI Terdapat dua jenis bagan kendali dengan data persentase atau proporsi yaitu: a. p (fraksi/persen, data tidak konstan) b. np (fraksi/persen, data konstan) Beberapa ketentuan dari bagan kendali p dan np adalah: 1. Data untuk bagan kendali p dan np mengikuti distribusi binomial sehingga perhatian analisa dipusatkan pada sesuai atau tidak sesuai dengan standar atau dengan kata lain kriteria pemilihan adalah ya atau tidak. 2. Bilamana sampel diambil dari populasi bebas (dimana unit individu sampel tidak terkelompok-kelompok menjadi suatu sub grup), maka perhatian pemeriksa mutu adalah berapa persen invidu sampel yang tidak sesuai standar dari sejumlah sampel yang ditarik pada suatu waktu tertentu. Misalnya pada produksi permen, dilakukan penarikan sampel pada hari ke 1 sebesar 250 individu permen dan pada hari ke 2 sebanyak 180 individu permen. Kemudian setelah dianalisa jumlah individu permen yang tidak sesuai standar pada hari ke 1 sebanyak 25 (10%) dan pada hari kedua 9 individu permen (5%). Pada kasus seperti ini digunakan bagan pengendali p karena pertama-tama populasinya bebas, kedua jumlah sampel yang ditarik tidak konstan dari hari ke hari.
45
3. Pada kasus lain yaitu bilamana populasinya tidak bebas akan tetapi tersusun membentuk sub-sub grup, maka digunakan bagan pengendali np. Dalam hal ini contoh populasi tak bebas adalah satu bungkus/kemasan atau 1 kaleng permen yang berisi 200 individu permen. Oleh karena itu yang disampling adalah 1 bungkus/kemasan atau kaleng permen, dengan demikian tiap kali sampling jumlah sampel tetap yaitu sebesar 200 individu permen. Perhatian pemeriksa mutu pada masing-masing individu permen dalam kaleng tetap mengikuti hukum binomial yaitu sesuai atau tidak sesuai dengan standar, meski demikian dalam menyatakan hasil analisa selain dapat dinyatakan sebagai persen tidak sesuai standar, juga dapat dinyatakan dalam jumlah individu permen dalam satu kaleng yang tidak sesuai standar, karena sudah diketahui dengan pasti bahwa 1 kaleng terdiri dari 200 individu permen. Dalam kasus seperti ini digunakan bagan pengendali np. a. Bagan kendali p (fraksi/persen, data tidak konstan) Pertama-tama yang disebut data persentase atau proporsi adalah persen nonconforming. Perhatikan data pada Tabel 9 dibawah ini, Pada contoh ini diambil sejumlah individu permen dengan ukuran contoh seperti yang tertera pada kolom ukuran contoh, yaitu pada tanggal 28 juni ditarik 228 contoh kemudian hari berikutnya ditarik 145 contoh dan seterusnya. Kemudian contoh yang ditarik diperiksa dan dianalisa sesuai dengan standar yang diinginkan. Jumlah individu contoh yang menyimpang dari standar (nonconforming) kemudian dicatat pada kolom nonconforming. Persen dari jumlah nonconforming kemudian dihitung, oleh karena itu datanya disebut data persen atau proporsi. Disamping itu, terlihat bahwa jumlah sampel yang ditarik dari hari ke hari tidak konstan, sehingga dengan demikian digunakan bagan p. Pengolahan data tersebut pada Tabel 9 menggunakan SPSS menghasilkan kontrol chart (tipe p-chart) dengan jumlah sampel yang tidak konstan seperti yang diperlihatkan pada grafik (Gambar 18). Seperti terlihat pada grafik hasil pengolahan SPSS (Gambar 18), p Chart dengan data tidak konstan memberikan USL dan LSL yang berubah-ubah, pada kesempatan seperti ini batas atas dan bawah tidak dapat dihitung dengan mudah secara manual, dengan demikian grafik yang diperoleh dari program SPSS cukup membantu karena meski batas-batasnya berubah-ubah (seperti tangga). masih akan dapat terlihat dengan jelas bilamana terdapat data yang menyimpang dan keluar dari kontrol chart.
46
Tabel 9. Tabulasi hasil pengambilan contoh dan penghitungan jumlah nonconforming dengan jumlah sampel tidak konstan
No. Data 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
24 25 26 27 28 m=28
Tanggal Ukuran Pencatatan Contoh
Jumlah Persen Proporsi Non Non Non conforming conforming conforming Jun 28 228 13 5.701754 0.057018 29 145 13 8.965517 0.089655 30 186 13 6.989247 0.069892 Juli 1 196 13 6.632653 0.066327 2 144 9 6.25 0.0625 3 144 12 8.333333 0.083333 4 157 14 8.917197 0.089172 5 172 11 6.395349 0.063953 6 137 8 5.839416 0.058394 7 132 12 9.090909 0.090909 8 146 13 8.90411 0.089041 9 141 14 9.929078 0.099291 10 211 19 9.004739 0.090047 11 167 18 10.77844 0.107784 12 199 18 9.045226 0.090452 13 148 15 10.13514 0.101351 14 152 13 8.552632 0.085526 15 141 11 7.801418 0.078014 16 206 15 7.281553 0.072816 17 193 9 4.663212 0.046632 18 180 10 5.555556 0.055556 19 198 10 5.050505 0.050505 20 190 13 6.842105 0.068421 Libur 7.916667 0.079167 Libur 8 0.08 21 240 19 7.821229 0.078212 22 150 12 3.888889 0.038889 23 179 14 6.349206 0.063492 24 180 7 5.701754 0.057018 25 189 12 8.965517 0.089655 Jumlah=4623 Jumlah=347 Rata2=7.4 rata2=0.074
47
Control Chart: p Chart - sampel tdk konstan .16 .14 .12
Proportion Nonconforming
.10 .08 .06 VAR00003 .04
UCL
.02
Center = .0742
0.00
LCL 1
3
5
7
9
11 13 15
17 19
21 23 25
27
Sigma level: 3
Gambar 18. p-chart, jumlah sampel tidak konstan b. Bagan kendali np (fraksi/persen, data konstan) Data yang akan digunakan pada bagan np diperlihatkan pada Tabel 10, data ini hampir sama dengan data pada Tabel 9, kecuali bahwa jumlah sampel yang diambil konstan sebesar 200 individu permen. Hal ini karena populasi permen dalam hal ini tidaklah bebas, akan tetapi berkelompok membentuk sub grup di dalam kemasan kaleng.
48
Tabel 10. Tabulasi hasil pengambilan contoh dan penghitungan jumlah nonconforming dengan jumlah sampel tetap
No. Data
Tanggal Ukuran Pencatatan Contoh
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Jun 28 29 30 Juli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Libur Libur 21 22 23 24 25
24 25 26 27 28 m=28
200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
200 200 200 200 200
Jumlah Non conforming 13 13 13 13 9 12 14 11 8 12 13 14 19 18 18 15 13 11 15 9 10 10 13
Persen Proporsi Non Non conforming conforming 6.5 0.065 6.5 0.065 6.5 0.065 6.5 0.065 4.5 0.045 6 0.06 7 0.07 5.5 0.055 4 0.04 6 0.06 6.5 0.065 7 0.07 9.5 0.095 9 0.09 9 0.09 7.5 0.075 6.5 0.065 5.5 0.055 7.5 0.075 4.5 0.045 5 0.05 5 0.05 6.5 0.065
19 9.5 0.095 12 6 0.06 14 7 0.07 7 3.5 0.035 12 6 0.06 Jumlah=360 Rata2=12.857 Rata2=6.42 Rata2=0.0642
Hasil pengolahan data dengan SPSS menghasilkan control chart dengan nilai central line atau rata-rata sebesar 12.857 (diperlihatkan pada grafik Gambar 19), nilai USL = 23.2627 dan LSL = 2.4516. Sedangkan perhitungan secara manual dilakukan sebagai berikut: _ Batas atas = np + 3 σ Batas bawah = np + 3 σ
49
Pada distribusi binomial σ = V (np (1-p) Central line dengan demikian adalah: np= 360/28 = 12.85714 ( dengan SPSS diperoleh =12.587) p = 12.58714/200 = 0.0642 3 σ = 3 V (np (1-p) atau
3⋅ 200⋅ 0.064286⋅ ( 1 − 0.064286) = 10.406
sehingga batas atas akan sama dengan
12.85714+ 10.406 = 23.263 (dengan SPSS diperoleh 23.2627) dan batas bawah akan sama dengan
12.85714− 10.406 = 2.451 (dengan SPSS diperoleh 2.451) Oleh karena itu hasil perhitungan secara manual memberikan hasil yang sama dengan penggunaan program SPSS. Control Chart: np Chart 30
Number Nonconforming
20
10
VAR00006 UCL = 23.2627 Center = 12.8571
0
LCL = 2.4516 1
3
5
7
9
11
13 15
17
19 21
23
25
27
Sigma level: 3
Gambar 19. np- chart, jumlah data konstan Selain dapat dinyatakan sebagai jumlah nonconforming bagan kendali np dapat juga dinyatakan dalam proporsi nonconforming seperti ditunjukkan pada np chart (2), Gambar 20. Untuk mendapatkan batas atas dan bawah np chart (2), maka nilai batas atas dibagi dengan 200 demikian juga dengan nilai batas bawah dibagi dengan 200, Oleh karena nilai central linenya juga dibagi dengan 200. Sehingga dengan demikian perhitungan secara manual memberikan nilai:
50
Batas atas = 23.2627 = 0.116 200 Central line =
12.587 200
= 0.063
Batas bawah =
2.451 200
= 0.012
Nilai –nilai tersebut sama dengan yang tercantum pada grafik np chart (2), yang diperoleh menggunakan program SPSS (Gambar 20).
Control Chart: np Chart (2) .14
.12
.10
Proportion Nonconforming
.08
.06 VAR00006
.04
UCL = .1163 .02
Center = .0643
0.00
LCL = .0123 1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
25
27
Sigma level: 3
Gambar 20. np- chart (2).
51
3. PENGENDALIAN DENGAN DATA JUMLAH ATRIBUT (Banyaknya ketidak sesuaian) a. Bagan Kendali u (jumlah atribut, data tidak konstan) Pada beberapa kasus, ketidak sesuaian yang muncul tidak dapat di bandingkan dengan standar yang tersedia, sehingga tidak dapat dengan mudah dikatakan sesuai atau tidak sesuai dengan standar. Dengan kata lain tidak mengikuti distribusi binomial. Sebagai contoh adalah data cacat pada produk nugget. Atribut cacat pada produk nugget cukup banyak antara lain: Patah, retak, kulit mengelupas, bercak hitam, warna tidak seragam, kelebihan berat, lembek dan bentuk tidak seragam. Oleh karena atribut cacat lebih dari satu maka data mengikuti distribusi Poisson. Tabel dibawah ini telah diperlihatkan sebelumnya, ditampilkan pada kesempatan ini hanya untuk memberikan gambaran mengenai karakteristik atribut-atribut cacat pada produk nugget
Sama halnya dengan control chart tipe sebelumnya, maka pengendalian dengan data jumlah atribut (banyaknya ketidak sesuaian) ini pun dapat diterapkan untuk jumlah sampel yang tidak konstan (populasi bebas) serta jumlah sampel tetap (populasi tidak bebas). Perhatikan sekarang data penghitungan atribut cacat pada nugget yang meliputi berbagai atribut yang telah disebutkan diatas. Pemeriksaan terhadap contoh yang ditarik kemudian dilakukan dan jumlah cacat dengan berbagai atribut dihitung dan ditabulasi menghasilkan data pada Tabel 11. Perhitungan secara manual memberikan Rata-rata total = 950/12795 = 0.074248 (Central line), pada grafik SPSS tercantum nilai 0.0742 (lihat grafik Gambar 21). Dalam hal ini tidak dapat dihitung batas atas dan batas bawah, karena sampel tidak konstan, namun demikian dengan program SPSS dapat dicantumkan garis batas atas dan bawah yang berubah-ubah dari hari ke hari disebabkan oleh jumlah sampel yang berubah-ubah. Pada grafik u chart yang diperoleh menggunakan SPSS terlihat jelas ada 2 titik yang keluar dari kontrol chart, yaitu titik no 7 dan titik no. 27.
52
Tabel 11. Jumlah cacat dengan berbagai atribut pada produk nugget (jumlah sampel tidak konstan).
No. Data
Tanggal Ukuran Pencatatan Contoh
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Jun 28 29 30 Juli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Libur Libur 21 22 23 24 25
24 25 26 27 28
m = 28
320 450 521 542 421 342 362 443 456 542 563 471 486 491 385 501 398 520 510 423 410 521 405
Jumlah Cacat pada atributatribut 35 34 32 30 29 29 45 29 29 27 36 41 28 38 38 45 38 41 29 29 34 31 30
Fraksi Cacat pada atributatribut 0.109375 0.075556 0.06142 0.055351 0.068884 0.084795 0.124309 0.065463 0.063596 0.049815 0.063943 0.087049 0.057613 0.077393 0.098701 0.08982 0.095477 0.078846 0.056863 0.068558 0.082927 0.059501 0.074074
542 421 441 365 543
30 28 42 44 29
0.055351 0.066508 0.095238 0.120548 0.053407
Jumlah= Jumlah= 12795 950
Rata-rata= 0.076442
53
Control Chart: u Chart .14
.12
Fraction of Nonconformities
.10
.08
.06 VAR00008
.04
UCL .02
Center = .0742
0.00
LCL 1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
25
27
Sigma level: 3
Gambar 21. u-chart. Keterangan: Untuk mendapatkan gambaran sekilas tentang u-chart, silahkan lihat kembali Gambar 15. b. Bagan Kendali c (jumlah atribut, data konstan) Apabila data yang ditarik adalah konstan, misalnya sejumlah tertentu produk nugget yang dikemas dalam kemasan primer atau sekunder. Dalam hal ini yang disampling adalah kemasan tersebut, selanjutnya misalkan diasumsikan bahwa jumlah nugget dalam kemasan primer atau sekundernya konstan, misalnya sejumlah 400 butir. Maka data akan terlihat seperti tabel berikut (Tabel 12). Penggunaan SPSS menghasilkan nilai sebesar 33.9286 untuk central lain (perhitungan manual memberikan nilai 33.9286 untuk central line seperti yang terlihat pada bagian bawah tabel data), seperti diperlihatkan pada grafik Gambar 22. Perhitungan secara manual didasarkan pada bentuk distribusinya, yang dianggap mengikuti distribusi Poisson sehingga keragamannya akan sama dengan s2 = c-bar atau nilai simpangan baku s = V c-bar. Batas atas dan bawah dengan demikian akan sama dengan: Batas atas = c-bar + 3Vc-bar Batas bawah = c-bar – 3Vc-bar
54
Tabel 12. Jumlah cacat dengan berbagai atribut pada produk nugget (jumlah sampel konstan).
No. Data
Tanggal Ukuran Pencatatan Contoh
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Jun 28 29 30 Juli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Libur Libur 21 22 23 24 25
24 25 26 27 28
m = 28
400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400
400 400 400 400 400
Jumlah Cacat pada atribut2 35 34 32 30 29 29 45 29 29 27 36 41 28 38 38 45 38 41 29 29 34 31 30
Fraksi Cacat pada atribut2 0.0875 0.085 0.08 0.075 0.0725 0.0725 0.1125 0.0725 0.0725 0.0675 0.09 0.1025 0.07 0.095 0.095 0.1125 0.095 0.1025 0.0725 0.0725 0.085 0.0775 0.075
30 0.075 28 0.07 42 0.105 44 0.11 29 0.0725 Jumlah= Rata-rata= 950 0.084821 Rata2=950/28= 33.9286
Batas bawah dapat nol atau negatif (lihat Soewarno. T. Soekarto di dalam Dasar-dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan, 1990)
55
Dari Tabel 12 terlihat c-bar =950/28 = 33.9286 3 σ = 3V33.9286 = 17.474
Batas atas = 33.9286+ 17.474 = 51.403 (nilai ini sama dengan grafik dari SPSS yang
diperlihatkan pada Gambar 22 ) Batas bawah = 33.9286 − 17.474 = 16.455 (nilai ini sama dengan grafik dari SPSS pada Gambar 22)
Control Chart: c Chart 60
50
40
Nonconformities
30
20
VAR00008 UCL = 51.4030
10
Center = 33.9286 0
LCL = 16.4541 1
3
5
7
9
11
13 15
17
19 21
23
25
27
Sigma level: 3
Gambar 22. c-chart c-chart selain dapat dinyatakan sebagai jumlah cacat pada atribut-atribut, grafik ini juga dapat disajikan dalam bentuk fraksi cacat pada atribut-atribut, seperti yang diperlihatkan pada grafik berikut yaitu grafik c chart (2) pada Gambar 23 yang memberikan nilai central line sebesar 0.0848 (perhitungan manual memberikan nilai 0.084821).
56
Control Chart: c Chart (2) .14
.12
Fraction of Nonconformities
.10
.08
.06 VAR00008
.04
UCL = .1285 .02
Center = .0848
0.00
LCL = .0411 1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
25
27
Sigma level: 3
Gambar 23. c-chart (2) Untuk mendapatkan nilai center line, batas atas dan batas bawah secara manual dengan nilai-nilai seperti yang tertera pada grafik c-chart (2) atau Gambar 23, maka masing-masing nilai dari parameter c-chart tadi diatas dibagi dengan jumlah contoh yaitu sebesar 400 (konstan) sehingga dipoeroleh: Center line = 33.9286/400= 0.0848 Batas atas = 51.403/400= 0.1285 Batas bawah = 16.455/400 = 0.0411
57
XIII. EVALUASI BAGAN KENDALI Kepraktisan yang paling dominan dari penggunaan bagan kendali (control chart) adalah kemudahan dan kesederhanaan teknik evaluasi dan analisis yang dapat diterapkan melalui pengamatan visual pergerakan titik pada grafik. Perubahan dan pergerakan titik pada control chart di daerah common causes adalah variasi yang disebabkan oleh kesalahan acak (random error), dengan sendirinya adanya titik di daerah special case tentulah disebabkan oleh kesalahan sistematis. Meski demikian hal ini bukan lah berarti bahwa apabila semua titik pada grafik telah berada di daerah common cases, maka dianggap bahwa proses tidak bermasalah, karena beberapa pola pergerakan titik tertentu (yang akan diperlihatkan lebih lanjut) patut dicurigai sebagai pola-pola yang perlu dicurigai sebagai kemungkinan adanya penyimpangan proses produksi, atau ketidak normalan data. Dengan kata lain munculnya pola-pola khusus tersebut kemungkinan permulaan atau awal proses menuju ke arah tak terkendali. Dengan demikian suatu proses dikatakan terkendali apabila bagan kendali: 1. Semua titiknya terletak diantara USL-LSL 2. Tidak terdapat pola-pola pergerakan tertentu (bentuk khas) dari sekelompok titik yang berada diantara USL-LSL.
Terdapat empat macam bentuk khas yang dikenal dalam bagan kendali, yaitu: a. Pelajuan (run) Bila terdapat sekelompok titik berurutan terletak di satu sisi garis pusat (pada sisi USL-CL atau LSL-CL). Tujuh titik pelajuan bisa dianggap tidak normal, tetapi jumlah titik bisa kurang atau lebih dari tujuh tergantung jumlah semua titik di bagan kendali. b. Kecenderungan Bila terdapat sekelompok titik diantara USL-CL yang secara berurutan manarik atau menurun. Tujuh titik yang menaik atau menurun menunjukkan ke tidak normalan. Yang sering terjadi adalah titik titik sudah diluar USL-CL sebelum tujuh titik.
58
c. Periodisitas (periodicity) Yaitu apabila titik-titiknya membentuk pola perubahan sama, misalnya pola naik turun pada interval yang sama. d. Pelekatan Yaitu apabila titik-titiknya sangat dekat dengan CL, USL atau LSL Berikut ini diperlihatkan delapan test ketidak normalan pergerakan titik bagan kendali yang rinci.
1. Satu titik lebih dari 3σ dari garis tengah
2. Sembilan titik berurutan berada pada sisi yang sama dari garis tengah
3. Enam titik berurutan menanjak (atau menurun) semuanya
4. Empat belas titik berurutan naik turun (zigzag)
59
5. Dua diantara 3 titik berada pada baris lebih 2 σ dari garis tengah (sisi yang sama)
6. Empat diantara 5 titik berada pada baris lebih 1 σ dari garis tengah (sisi yang sama)
7. Lima belas titik berurutan berada pada baris 1 σ dari garis tengah (dua sisi)
8. Delapan titik berurutan berada pada baris lebih dari 1 σ dari garis tengah (dua sisi)
60
DAFTAR PUSTAKA 1. Alli, I. 2004. Food Quality Assurance: Principle and Practices. CRC Press, NY. 2. [BOB] Bureau of Bussiness Practice. 1992. Handbook of Quality Standard and Compliance. Prentice Hall, Englewood City, NJ. 3. [BSN] National Standarization Agency - Badan Standarisasi Nasional-. 1998. SNI Standard compilation (Senarai-SNI). Jakarta. 4. Dillon, M and Griffith. C. 2001. Auditing in The Food Industry. CRC Press. England. 5. Hoyle, D. 1994. Quality System Handbook. Butterworth-Heinmann, Ltd. Oxford. 6. Kadarisman, D. Dan Wirakartakusumah, M.A. 1995. Standarization and food quality assurance development. Food Technology Bulletin, Vol. VI (1). 7. Knight, J.B. and Kotschevar, L.H. 2000. Quantity food Production and Planning, John Wiley and Sons. 8. Newslow, D. L. 2001. The ISO 9000 Quality System: Application in Food and Technology. Wiley Interscience, NY. 9. Tenner, A.R. and I.J. Detoro. 1992. Total Quality Management. Addison-Wesley Publishing Company.