Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
DIKTAT AJAR
ASUHAN KEBIDANAN II (PERSALINAN)
Oleh : CITRA HADI KURNIATI, S.ST
PROGRAM STUDI KEBIDANAN DIII FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2010
0
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
BAB I ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DALAM MASA PERSALINAN
a. KOMPETENSI DASAR -
Mahasiswa mampu menjelaskan definisi persalinan dan macamnya.
-
Mahasiswa mampu menjelaskan sebab-sebab mulainya persalinan
-
Mahasiswa mampu membedakan tahapan-tahapan persalinan
-
Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan asuhan persalinan
-
Mahasiswa mampu menyebutkan tanda-tanda persalinan
b. URAIAN MATERI
Persalinan Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan imatur adalah persalinan saat kehamilan 20 -28 minggu dengan berat janin antara 500 – 1000 gr. Persalinan premature adalah persalinan saat kehamilan 28 – 36 minggu dengan berat janin antara 1000 – 2500 gr. Macam-macam persalinan: a. Persalinan spontan Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, melalui jalan lahir ibu tersebut. b. Persalinan buatan Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria.
1
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
c. Persalinan anjuran Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin. Sebab – sebab mulainya persalinan a. Penurunan kadar progesterone Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga timbul his. b. Teori oxytocin Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim. c. Keregangan otot-otot Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot rahim makin rentan. d. Pengaruh janin Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa. e. Teori prostaglandin Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, intra dan extraamnial menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar
2
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan. Tahapan persalinan (Kala I, II,III,IV) a. Kala I / Kala Pembukaan Dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan cervix menjadi lengkap. Berdasarkan kemajuan pembukaan maka Kala I dibagi menjadi: -
Fase latent, yaitu fase pembukaan yang sangat lambat ialah dari 0 sampai 3 cm yang membutuhkan waktu ± 8 jam.
-
Fase aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi lagi menjadi: •
Fase Accelerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam.
•
Fase Dilatasi Maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang dicapai dalam 2 jam.
•
Fase Deselerasi (kurangnya kecepatan), dari pembukaan 9 cm sampai 10 cm selama 2 jam.
b. Kala II Dimulai dari pembukaan lengkap sampai keluarnya janin c. Kala III Dimulai dari keluarnya janin sampai lahirnya plasenta d. Kala IV Masa 1 – 2 jam setelah placenta lahir. Dalam klinik, atas pertimbangan-pertimbangan praktis masih diakui adanya Kala IV persalinan meskipun masa setelah placenta lahir adalah masa dimulainya masa nifas (puerperium), mengingat pada masa ini sering timbul perdarahan.
3
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
Tujuan asuhan persalinan Sebagai
bidan
harus
mampu
menggunakan
pengetahuan,
ketrampilan dan pengambilan keputusan yang tepat terhadap kliennya untuk : a. Memberikan dukungan baik secara fisik maupun emosional kepada ibu dan keluarganya selama persalinan dan kelahiran. b. Melakukan pengkajian, membuat diagnosa, mencegah, menangani komplikasi-komplikasi dengan cara pemantauan ketat dan deteksi dini selama persalinan dan kelahiran. c. Melakukan rujukan pada kasus-kasus yang tidak bisa ditangani sendiri untuk mendapatkan asuhan spesialis jika perlu. d. Memberikan asuhan yang adekuat kepada ibu, dengan intervensi minimal, sesuai dengan tahap persalinannya. e. Memperkecil resiko infeksi dengan melaksanakan pencegahan infeksi yang aman. f. Selalu memberitahukan kepada ibu dan keluarganya mengenai kemajuan, adanya penyulit maupun intervensi yang akan dilakukan dalam persalinan. g. Memberikan asuhan yang tepat untuk bayi segera setelah lahir. h. Membantu ibu dengan pemberian ASI dini. Prinsip umum dari asuhan sayang ibu yang harus diikuti oleh bidan adalah: a. Rawat ibu dengan penuh hormat. b. Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan ibu. Hormati pengetahuan dan pemahaman mengenai tubuhnya. Ingat bahwa mendengar sama pentingnya dengan memberikan nasehat. c. Menghargai hak-hak ibu dan memberikan asuhan yang bermutu serta sopan. d. Memberikan asuhan dengan memperhatikan privasi.
4
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
e. Selalu menjelaskan apa yang akan dikerjakan sebelum anda melakukannya serta meminta izin dahulu. f. Selalu mendiskusikan temuan-temuan kepada ibu, serta kepada siapa saja yang ia inginkan untuk berbagi informasi ini. g. Selalu mendiskusikan rencana dan intervensi serta pilihan yang sesuai dan tersedia bersama ibu. h. Mengizinkan ibu untuk memilih siapa yang akan menemaninya selama persalinan, kelahiran dan pasca salin. i.
Mengizinkan ibu menggunakan posisi apa saja yang diinginkan selama persalinan dan kelahiran.
j.
Menghindari penggunaan suatu tindakan medis yang tidak perlu (episiotomi, pencukuran dan enema).
k. Memfasilitasi hubungan dini antara ibu dan bayi baru lahir (Bounding and Attachment).
Tanda – tanda persalinan Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat: -
Lightening Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa keadaannya menjadi lebih enteng. Ia merasa kurang sesak, tetapi sebaliknya ia merasa bahwa berjalan sedikit lebih sukar, dan sering diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota bawah.
-
Pollakisuria Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya dan kepala janin sudah mulai masuk ke dalam pintu atas panggul. Keadaan ini menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk sering kencing yang disebut Pollakisuria.
5
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
-
False labor 3 atau 4 minggu sebelum persalinan, calon ibu diganggu oleh his pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini bersifat: •
nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah.
•
Tidak teratur
•
Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu dan bila dibawa jalan malah sering berkurang.
• -
Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan cervix.
Perubahan cervix Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix menunjukkan bahwa cervix yang tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak namun menjadi: lebih lembut, beberapa menunjukkan telah terjadi pembukaan dan penipisan. Perubahan ini berbeda untuk masing-masing ibu, misalnya pada multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm namun pada primipara sebagian besar masih dalam keadaan tertutup.
-
Energy Spurt Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28 jam sebelum persalinan mulai, setelah beberapa hari sebelumnya merasa kelelahan fisik karena tuanya kehamilan maka ibu mendapati satu hari sebelum persalinan dengan energi yang penuh. Peningkatan energi ibu ini tampak dari aktifitas yang dilakukannya seperti membersihkan rumah, mengepel, mencuci perabot rumah, dan pekerjaan rumah lainnya sehingga ibu akan kehabisan tenaga menjelang kelahiran bayi, persalinan menjadi panjang dan sulit.
-
Gastrointestinal Upsets Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare, obstipasi, mual dan muntah karena efek penurunan hormon terhadap sistem pencernaan.
6
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
Tanda-tanda persalinan -
Timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan sifat-sifatnya sebagai berikut: •
Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
•
Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya.
•
Kalau dibawa berjalan bertambah kuat
•
Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
-
Bloody show (Lendir disertai darah dari jalan lahir) Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.
-
Premature Rupture of Membrane Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan. Walaupun demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban keluar Kala I -
His belum begitu kuat, datangnya setiap 10 – 15 menit dan tidak seberapa mengganggu ibu hingga ia sering masih dapat berjalan.
-
Lambat laun his bertambah kuat: interval lebih pendek, kontraksi lebih kuat dan lebih lama.
-
Bloody show bertambah banyak.
-
Lama kala I untuk primi 12 jam dan untuk multi 8 jam.
7
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
-
Pedoman untuk mengetahui kemajuan kala I adalah: “Kemajuan pembukaan 1 cm sejam bagi primi dan 2 cm sejam bagi multi, walaupun ketentuan ini sebetulnya kurang tepat seperti akan diuraikan nanti”.
Kala II -
His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 – 100 detik, datangnya tiap 2 – 3 menit.
-
Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan keluarnya cairan kekuning-kuningan sekonyong-konyong dan banyak.
-
Pasien mulai mengejan.
-
Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar panggul, perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka.
-
Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan hilang lagi waktu his berhenti, begitu terus hingga nampak lebih besar. Kejadian ini disebut: “Kepala membuka pintu”.
-
Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh vulva sehingga tidak bisa mundur lagi, tonjolan tulang ubun-ubun telah lahir dan subocciput ada di bawah symphisis disebut “Kepala keluar pintu”.
-
Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-ubun besar, dahi dan mulut pada commissura posterior.
-
Saat ini untuk primipara, perineum biasanya akan robek pada pinggir depannya karena tidak dapat menahan regangan yang kuat tersebut.
-
Setelah kepala lahir dilanjut dengan putaran paksi luar, sehingga kepala melintang, vulva menekan pada leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar lendir dan cairan.
8
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
-
Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu depan disusul seluruh badan anak dengan fleksi lateral, sesuai dengan paksi jalan lahir.
-
Sesudah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang tidak keluar waktu ketuban pecah, kadang-kadnag bercampur darah.
-
Lama kala II pada primi ± 50 menit pada multi ± 20 menit .
Kala III -
Setelah anak lahir his berhenti sebentar, tetapi setelah beberapa menit timbul lagi disebut “His pengeluaran uri” yaitu his yang melepaskan uri sehingga terletak pada segmen bawah rahim (SBR) atau bagian atas dari vagina.
-
Setelah anak lahir uterus teraba seperti tumor yang keras, segmen atas lebar karena mengandung placenta, fundus uteri teraba sedikit di bawah pusat.
-
Bila placenta telah lepas bentuk uterus menjadi bundar dan tetap bundar hingga perubahan bentuk ini dapat diambil sebagai tanda pelepasan placenta.
-
Jika keadaan ini dibiarkan, maka setelah placenta lepas fundus uteri naik sedikit hingga setinggi pusat atau lebih dan bagian tali pusat di luar vulva menjadi lebih panjang.
-
Naiknya fundus uteri disebabkan karena placenta jatuh dalam SBR atau bagian atas vagina dan dengan demikian mengangkat uterus yang berkontraksi; dengan sendirinya akibat lepasnya placenta maka bagian tali pusat yang lahir menjadi panjang.
-
Lamanya kala uri ± 8,5 menit, dan pelepasan placenta hanya memakan waktu 2 – 3 menit.
9
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
c. RANGKUMAN MATERI -
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
-
Persalinan disebabkan kerena penurunan kadar progesterone, teori oksitosin, keregangan otot – otot, pengaruh janin, dan teori prostaglandin.
-
Tahapan persalinan mulai dari Kala I, kala II, kala III dank ala IV.
-
Tujuan dari persalinan yaitu •
Memberikan dukungan baik secara fisik maupun emosional kepada ibu dan keluarganya selama persalinan dan kelahiran.
•
Melakukan pengkajian, membuat diagnosa, mencegah, menangani komplikasi-komplikasi dengan cara pemantauan ketat dan deteksi dini selama persalinan dan kelahiran.
•
Melakukan rujukan pada kasus-kasus yang tidak bisa ditangani sendiri untuk mendapatkan asuhan spesialis jika perlu.
•
Memberikan asuhan yang adekuat kepada ibu, dengan intervensi minimal, sesuai dengan tahap persalinannya.
•
Memperkecil resiko infeksi dengan melaksanakan pencegahan infeksi yang aman.
•
Selalu memberitahukan kepada ibu dan keluarganya mengenai kemajuan, adanya penyulit maupun intervensi yang akan dilakukan dalam persalinan.
-
•
Memberikan asuhan yang tepat untuk bayi segera setelah lahir.
•
Membantu ibu dengan pemberian ASI dini.
Tanda-tanda persalinan: a. Timbulnya his persalinan b. Bloody show (Lendir disertai darah dari jalan lahir) c. Premature Rupture of Membrane
10
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
d. LATIHAN / TUGAS 1. Diskusikan tentang persalinan! 2. Diskusikan tentang sebab – sebab terjadinya persalinan! 3. Diskusikan tentang tahapan dalam persalinan!
e. RAMBU – RAMBU JAWABAN SOAL 1. Persalinan
adalah
serangkaian
kejadian
yang
berakhir
dengan
pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan imatur adalah persalinan saat kehamilan 20 -28 minggu dengan berat janin antara 500 – 1000 gr. Persalinan premature adalah persalinan saat kehamilan 28 – 36 minggu dengan berat janin antara 1000 – 2500 gr. 2. Sebab – sebab terjadinya persalinan a. Penurunan kadar progesterone b. Teori oksitosin c. Keregangan otot – otot d. Pengaruh janin e. Teori prostaglandin 3. Tahapan dalam persalinan a. Kala I / Kala Pembukaan Dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan cervix menjadi lengkap. Berdasarkan kemajuan pembukaan maka Kala I dibagi menjadi: -
Fase latent, yaitu fase pembukaan yang sangat lambat ialah dari 0 sampai 3 cm yang membutuhkan waktu ± 8 jam.
-
Fase aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi lagi menjadi:
11
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
•
Fase Accelerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam.
•
Fase Dilatasi Maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang dicapai dalam 2 jam.
•
Fase Decelerasi (kurangnya kecepatan), dari pembukaan 9 cm sampai 10 cm selama 2 jam.
b. Kala II Dimulai dari pembukaan lengkap sampai keluarnya janin c. Kala III Dimulai dari keluarnya janin sampai lahirnya plasenta d. Kala IV Masa 1 – 2 jam setelah placenta lahir. Dalam klinik, atas pertimbangan-pertimbangan praktis masih diakui adanya Kala IV persalinan meskipun masa setelah placenta lahir adalah masa dimulainya masa nifas (puerperium), mengingat pada masa ini sering timbul perdarahan.
f. DAFTAR PUSTAKA 1. Chapman, Vicky. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. 2003. Jakarta : Buku Kedokteran EGC 2. Chapman, Vicky. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Kala 1. 2003. Jakarta : Buku Kedokteran EGC 3. Depkes, RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI. 4.
_____, 2002, Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI.
5.
_____, 2001. Standar Pelayanan Kebidanan. Depkes RI, Jakarta
6. Ilmu Kandungan dan Kebidanan, Sarwono Prawiroharjo, 2008 7. Prawirohardjo Sarwono, 2008, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 8. Saefudin Abdul Bari, 2003, Buku Acuan Nasional, Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo : Jakarta
12
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
9. Varney, 1997, Varney’s Midwifery, 3rd Edition, Jones and Barlet Publishers, Sudbury: England 10. Wiknjosastro,
2006,
Ilmu
Kebidanan,
Yayasan
Bina
Pustaka
Prawirohardjo : Jakarta
13
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
BAB II FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN
a. KOMPETENSI DASAR -
Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh passage terhadap persalinan
-
Mahasiswa mampu memaparkan pengaruh power terhadap persalinan
-
Merinci pengaruh passenger terhadap persalinan
b. URAIAN MATERI Faktor yang mempengaruhi persalinan 1. Passage Passage atau faktor jalan lahir dibagi atas: a. Bagian keras :Tulang-tulang panggul (Rangka panggul). b. Bagian lunak : Otot-otot, jaringan-jaringan dan ligament-ligamen. Rangka Panggul / Ukuran Panggul -
Tulang panggul 1. Os coxae : os ilium, os ischium, os pubis 2. Os sacrum = promontorium 3. Os Coccygis
-
Artikulasi 1. Simfisis pubis, di depan pertemuan os pubis 2. Artikulasi sakro-iliaka yang menghubungkan os sacrum & os ilium 3. Artikulasi sakro-koksigium yang menghubungkan os sacrum dan koksigis
-
Ruang panggul 1. Pelvis mayor (False pelvis) 2. Pelvis minor (True pelvis)
14
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
Pelvis mayor terletak di atas linea terminalis yang di bawahnya disebut pelvis minor. -
Pintu panggul 1. Pintu atas panggul (PAP) = Inlet, dibatasi oleh linea terminalis (linea inominata) 2. Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadika, disebut midlet 3. Pintu bawah panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis, disebut outlet. 4. Ruang panggul yang sebenarnya berada antara inlet dan outlet
-
Sumbu panggul Adalah garis yang menghubungkan titik-titik tengah ruang panggul yang melengkung ke depan (sumbu carus).
-
Bidang-bidang 1. Bidang Hodge I : jarak antara promontorium dan pinggir atas simfisis, sejajar dengan PAP. 2. Bidang Hodge II : sejajar dengan PAP, melewati pinggir bawah simfisis. 3. Bidang Hodge III : sejajar dengan PAP, melewati Spina ischiadika 4. Bidang Hodge IV : sejajar dengan PAP, melewati ujung coccygeus.
-
Ukuran-ukuran panggul 1. Alat pengukur ukuran panggul : -
pita meter
-
jangka panggul : Martin, Oseander, Collin dan Baudeloque
-
pelvimetri klinis dengan periksa dalam
-
pelvimetri rontenologis dibuat oleh ahli radiology dan hasilnya diinterpretasikan oleh ahli kebidanan
15
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
2. Ukuran-ukuran panggul luar DS : Distansia Spinarum, yaitu jarak antara kedua spina iliaka anterior superior (24-26 cm) DC : Distansia Cristarum, yaitu jarak antara kedua crista iliaka kanan dan kiri (28-30 cm) CE : Conjugata Eksterna (Boudeloque) 18-20 cm. CD : Conjugata Diagonalis, dengan periksa dalam 12,5 cm) DT : Distansia Tuberum, dengan menggunakan jangka Oseander (10,5 cm). 3. Ukuran-ukuran panggul dalam a. Pintu atas panggul : Merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium, line inominata dan pinggir atas simfisis pubis. -
Conjugata Vera : dengan periksa dalam diperoleh conjugata diagonalis 11 cm – 1,5 cm
-
Conjugata Transversa 12-13 cm
-
Conjugata oblique 13 cm
-
Conjugata obstetrica adalah jarak bagian tengah simfisis ke promontorium
b. Pintu tengah panggul -
Bidang terluas ukurannya 13 x 12,5 cm
-
Bidang sempit ukurannya 11,5 x 11 cm
-
Karak antar spina ischiadika 11 cm
c. Pintu bawah panggul -
Ukuran antero-posterior 10-11 cm
-
Ukuran melintang 10,5 cm
-
Arcus pubis membentuk sudut 900 lebih
4. Inklinasi pelvis (miring panggul) : Adalah sudut yang dibentuk dengan horizon bila wanita berdiri tegak dengan inlet 55-60 derajat.
16
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
5. Jenis panggul (menurut Caldwell & Moloy, 1933) Didasarkan pada cirri-ciri bentuk PAP, ada 4 bentuk dasar panggul: a. Ginekoid : paling ideal, bulat 45% b. Android : panggul pria, segitiga 15% c. Antropoid : agak lonjong seperti telur 35% d. Platipeloid : picak, menyempit arah muka belakang 5% Terkadang dijumpai bentuk panggul kombinasi dari keempat bentuk klasik tersebut, misalnya: -
Jenis gineko-android
-
Jenis gineko-antropoid
-
Dan kombinasi-kombinasi lainnya (ada 14 jenis)
6. Jalan Lahir Lunak / Otot – Otot Dasar Panggul Jalan lahir lunak yang berperan dalam persalinan adalah SBR, serviks uteri dan vagina. Disamping itu otot-otot, jaringan ikat dan ligament yang menyokong alat-alat urogenetal juga sangat berperan dalam persalinan. Dasar panggul (pelvic floor) terdiri dari: a. Diafragma pelvis : adalah bagian dalam yang terdiri dari M. Levator Ani & M. Pubococcygeus, M. Ileococcygeus & M. Ischiococcygeus b. Diafragma urogenetal terdiri dari perineal fasciae otot-otot superficial.
2. Power Adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah : his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerjasama yang baik dan sempurna.
17
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
HIS (kontraksi uterus) Adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat: -
Kontraksi simetris
-
Fundus dominant, kemudian diikuti
-
Relaksasi Pada saat kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi
tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil mendorong janin dan kantong amnion kearah bawah rahim dan serviks. Sifat-sifat lainnya dari his adalah : -
Involuntir
-
Intermitten
-
Terasa sakit
-
Terkoordinasi dan simetris
Dalam melakukan observasi pada ibu bersalin, hal-hal yang harus diperhatikan dari his adalah : -
Frekuensi his : adalah jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau per 10 menit.
-
Intensitas his : adalah kekuatan his (adekuat atau lemah)
-
Durasi (lama his) : adalah lamanya setiap his berlangsung dan ditentukan dengan detik, misalnya 50 detik.
-
Interval his : adalah jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang tiap 2 – 3 menit.
-
Datangnya his : apakah sering, teratur atau tidak.
Perubahan-perubahan akibat his: -
Pada uterus dan serviks : Uterus teraba keras / padat karena kontraksi. Serviks tidak mempunyai otot-otot yang banyak, sehingga setiap muncul
18
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
his maka terjadi pendataran (effacement) dan pembukaan (dilatasi) dari serviks. -
Pada ibu : Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim, terdapat pula kenaikan nadi dan tekanan darah.
-
Pada janin : Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero – plasenter kurang sehingga timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melembat dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis. Kalau betul-betul terjadi hipoksia yang agak lama, misalnya pada kontraksi tetanik, maka terjadi gawat janin asfiksia dengan denyut jantung janin diatas 160 permenit dan tidak teratur.
Tenaga mengejan a. Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intraabdominal. b. Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air besar tapi jauh lebih kuat lagi. c. Saat kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu reflek yang mengakibatkan ibu menutup glottisnya, mengkontraksikan otot-otot perutnya dan menekan diafragmanya kebawah. d. Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, bila pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu ada his. e. Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir, misalnya pada penderita yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps f. Tenaga mengejan ini juga melahirkan placenta setelah placenta lepas dari dinding rahim.
19
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
3. Passanger Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor janin, yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi janin, bagian terbawah, dan posisi janin. 1. Sikap (Habitus) : Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya dalam sikap fleksi dimana kepala, tulang punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang di dada. 2. Letak (Situs): Adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu misalnya Letak Lintang dimana sumbu janin tegak lurus pada sumbu ibu. Letak membujur dimana sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu, ini bisa letak kepala atau letak sungsang. 3. Presentasi: Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu dan lain-lain. a. Bagian terbawah janin: Sama dengan presentasi hanya lebih diperjelas istilahnya. b. Posisi janin Untuk indikator atau menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri, depan atau belakang terhadap sumbu ibu (materal – pelvis). Misalnya pada letak belakang kepala (LBK) ubun-ubun kecil (uuk) kiri depan, uuk kanan belakang.
20
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
c. RANGKUMAN MATERI -
Faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu passage, power dan passanger
-
Passage / jalan lahir, terdiri dari bagian keras yaitu tulang- tulang panggul dan lunak yaitu otot-otot, jaringan-jaringan dan ligament-ligamen
-
Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah : his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerjasama yang baik dan sempurna.
-
Passanger yaitu keadaan janin, yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi janin, bagian terbawah, dan posisi janin. 1. Sikap (Habitus) Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya dalam sikap fleksi dimana kepala, tulang punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang di dada. 2. Letak (Situs) Adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu misalnya Letak Lintang dimana sumbu janin tegak lurus pada sumbu ibu. Letak membujur dimana sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu, ini bisa letak kepala atau letak sungsang. 3. Presentasi Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu dan lain-lain.
d. LATIHAN / TUGAS 1. Diskusikan faktor apa sajakan yang mempengaruhi persalinan? 2. Diskusikan presentasi pada janin pada saat persalinan?
21
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
e. RAMBU – RAMBU JAWABAN SOAL 1. Faktor yang mempengaruhi persalinan : -
Passage / jalan lahir, terdiri dari bagian keras yaitu tulang- tulang panggul dan lunak yaitu otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamentligamen
-
Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah : his, kontraksi otototot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerjasama yang baik dan sempurna.
-
Passanger yaitu keadaan janin, yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi janin, bagian terbawah, dan posisi janin
2. Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu dan lain-lain.
f. DAFTAR PUSTAKA 1. Chapman, Vicky. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. 2003. Jakarta : Buku Kedokteran EGC 2. Chapman, Vicky. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Kala 1. 2003. Jakarta : Buku Kedokteran EGC 3. Depkes, RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI. 4.
_____, 2002, Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI.
5.
_____, 2001. Standar Pelayanan Kebidanan. Depkes RI, Jakarta
6. Ilmu Kandungan dan Kebidanan, Sarwono Prawiroharjo, 2008 7. Prawirohardjo Sarwono, 2008, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 8. Saefudin Abdul Bari, 2003, Buku Acuan Nasional, Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo : Jakarta 9. Wiknjosastro,
2006,
Ilmu
Kebidanan,
Yayasan
Bina
Pustaka
Prawirohardjo : Jakarta
22
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
BAB III KEBUTUHAN DASAR PADA IBU DALAM PROSES PERSALINAN
a. KOMPETENSI DASAR -
Menjelaskan kebutuhan dasar yang dibutuhkan ibu pada masa persalinan
b. URAIAN MATERI Asuhan Sayang Ibu Sebagai Kebutuhan Dasar Persalinan Persalinan merupakan tugas berat yang harus dilakukan oleh seorang ibu hamil. Diperlukan segenap tenaga dan pikiran untuk melaksanakannya. Rasa sakit, rasa lelah, tegang, dan hal lainnya membayangi proses persalinan yang dihadapi. Banyak ibu hamil merasakan bahwa persalinan merupakan proses yang cukup menakutkan untuk dilalui, namun ada juga ibu hamil yang mengatakan bahwa proses melahirkan adalah merupakan kodrat wanita yang mudah untuk dilalui. Mudah atau sulitnya suatu proses persalinan tergantung oleh banyak faktor, salah satunya adalah ibu hamil cukup pengetahuan untuk menghadapi persalinan, kesehatan yang cukup baik, dan dukungan yang cukup dari berbagai pihak, serta adanya perasaan nyaman saat melahirkan. Dukungan yang dapat diberikan dalam proses persalinan yaitu : Mengatur Posisi Mencari posisi yang paling nyaman sesuai dengan waktunya dan perhatikan perbedaan tentang cara ibu hamil mengatasi nyeri persalinan. Pada tahap awal, ketika kontraksi relatif masih ringan usahakan untuk berjalan, duduk, bergoyang atau berendam. Dengan meningkatnya kontraksi, duduk, bergoyang (di kursi goyang) atau berbaring kerap kali merupakan hal paling nyaman. Rasa nyeri yang paling berat adalah pada punggung dan ini sering bisa diredakan dengan duduk tegak, dengan lengan memeluk pendamping, atau dengan mengambil posisi
23
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
merangkak. Posisi perlu dirubah – rubah selama proses persalinan, hal ini baik untuk memperbaiki peredaran darah dan membantu pencegahan kelelahan otot. Titik Pusat Perhatian Bawalah sesuatu dari rumah sebagai titik pusat perhatian secara visual selama kontraksi. Foto atau gambar yang membuat pikiran menjadi tenang merupakan pilihan yang baik. Sering kali sangat besar manfaatnya mendengarkan musik dengan lagu-lagu kesayangannya. Banyak ibu hamil tidak menggunakan titik pusat perhatian, lebih suka memejamkan mata atau memusatkan perhatian pada penolong persalinan. Tetapi anda mungkin akan mendapat rasa nyeri berkurang ketika anda mengalihkan perhatian ke titik pusat perhatian, maka pilihlah salah satu untuk menyertai anda dalam proses persalinan. Kompres Pada awal persalinan kehangatan terasa lebih nyaman pada otot yang bekerja keras. Gunakanlah waslap yang dicelupkan dalam air hangat dan letakkan pada punggung, leher, atau perut. Kemudian setelah mulai kontraksi pada tahap transisi atau ketika mengedan membuat ibu hamil merasa kepanasan, lakukan kompres dingin pada dahi dan perut akan terasa menyejukkan . Kompres ini harus sering diganti Pijatan Pijatan pada otot kerap kali akan sangat efektif dalam proses persalinan. Ini terutama sangat membantu dalam mengurangi sakit punggung dan membantu otot untuk relaksasi dari ketegangan pada akhir kontraksi. Karena pijatan hanya baik kalau terasa enak dan nyaman, maka ibu hamil dan pendampingnya perlu berkomunikasi mengenai bagian mana yang terasa nyaman kalau dipijat dan mana yang tidak. Tapi ada juga beberapa ibu hamil dalam proses persalinan ada yang sama sekali tidak mau disentuh, namun meskipun demikian mereka masih memerlukan dukungan emosional.
24
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
Sering sekali ibu hamil sangat menderita oleh nyeri persalinan di daerah punggung bagian bawah. Kalau hal ini terjadi tekanan yang kuat dan tetap terasa paling enak diberikan dengan ibu jari atau pangkal telapak tangan di tengah di atas pantat. Usapan atau Sentuhan Banyak ibu hamil dalam proses persalinan merasa berkurang rasa nyerinya karena sapuan lembut pada perut selama kontraksi. Hal ini bisa dilakukan sendiri oleh ibu hamil sendiri atau pendampingnya. Gunakanlah satu atau dua tangan, kemudian sapulah
permukaan perut dengan ujung jari secara lembut.
Pergerakannya melingkari di sekeliling pusar. Persalinan adalah proses yang fisiologis dan merupakan kejadian yang menakjubkan bagi seorang ibu dan keluarga. Penatalaksanaan yang terampil dan handal dari bidan serta dukungan yang terus-menerus dengan menghasilkan persalinan yang sehat dan memuaskan dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan.
Sebagai bidan, ibu akan mengandalkan pengetahuan, keterampilan dan pengambilan keputusan dari apa yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk : 1. Mendukung ibu dan keluarga baik secara fisik dan emosional selama persalinan dan kelahiran. 2. Mencegah membuat diagnosa yang tidak tepat, deteksi dini dan penanganan komplikasi selama persalinan dan kelahiran. 3. Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terdeteksi komplikasi. 4. Memberikan asuhan yang akurat dengan meminimalkan intervensi. 5. Pencegahan infeksi yang aman untuk memperkecil resiko. 6. Pemberitahuan kepada ibu dan keluarga bila akan dilakukan tindakan dan terjadi penyulit. 7. Memberikan asuhan bayi baru lahir secara tepat.
25
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
8. Pemberian ASI sedini mungkin. Kebutuhan dasar selama persalinan tidak terlepas dengan asuhan yang diberikan bidan. Asuhan kebidanan yang diberikan, hendaknya asuhan yang sayang ibu dan bayi. Asuhan yang sayang ibu ini akan memberikan perasaan aman dan nyaman selama persalinan dan kelahiran. Konsep Asuhan Sayang Ibu 1. Asuhan yang aman berdasarkan evidence based dan ikut meningkatkan kelangsungan hidup ibu. Pemberian asuhan harus saling menghargai budaya, kepercayaan, menjaga privasi, memenuhi kebutuhan dan keinginan ibu. 2. Asuhan sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman selama proses persalinan,
menghargai
kebiasaan
budaya,
praktik
keagamaan
dan
kepercayaan dengan melibatkan ibu dan keluarga dalam pengambilan keputusan. 3. Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan tidak perlu intervensi tanpa adanya komplikasi. 4. Asuhan sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada petugas kesehatan. 5. Asuhan sayang ibu menjamin ibu dan keluarganya dengan memberitahu tentang apa yang terjadi dan apa yang bisa diharapkan. Asuhan Sayang Ibu Selama Persalinan Upaya penerapan asuhan sayang ibu selama proses persalinan meliputi kegiatan: 1.
Memanggil ibu sesuai nama panggilan sehingga akan ada perasaan dekat dengan bidan.
2. Meminta ijin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan bidan dalam pemberian asuhan. 3. Bidan memberikan penjelasan tentang gambaran proses persalinan yang akan dihadapi ibu dan keluarga. 4. Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dari ibu dan keluarga sehubungan dengan proses persalinan.
26
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
5. Mendengarkan dan menanggapi keluhan ibu dan keluarga selama proses persalinan. 6. Menyiapkan rencana rujukan atau kolaborasi dengan dokter spesialis apabila terjadi kegawatdaruratan kebidanan. 7. Memberikan dukungan mental, memberikan rasa percaya diri kepada ibu, serta berusaha memberi rasa nyaman dan aman. 8. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik meliputi sarana dan prasarana pertolongan persalinan. 9. Menganjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu selama proses persalinan. 10. Membimbing suami dan keluarga tentang cara memperhatikan dan mendukung ibu selama proses persalinan dan kelahiran bayi, seperti: memberikan makan dan minum, memijit punggung ibu, membantu mengganti posisi ibu, membimbing relaksasi dan mengingatkan untuk berdoa. 11. Bidan melakukan tindakan pencegahan infeksi. 12. Menghargai privasi ibu dengan menjaga semua kerahasiaan. 13. Membimbing dan menganjurkan ibu untuk mencoba posisi selama persalinan yang nyaman dan aman. 14. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak kontraksi. 15. Menghargai dan memperbolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak merugikan. 16. Menghindari tindakan yang berlebihan dan membahayakan. 17. Memberi kesempatan ibu untuk memeluk bayi segera setelah lahir dalam waktu 1 jam setelah persalinan. 18. Membantu ibu memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran bayi dengan membimbing ibu membersihkan payudara, posisi menyusui yang benar dan penyuluhan tentang
27
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
Asuhan sayang ibu membantu ibu dan keluarganya untuk merasa aman dan nyaman selama proses persalinan.Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu.
Kala I adalah suatu kala dimana dimulai dari timbulnya his sampai pembukaan lengkap. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah : 1. Memberikan dukungan emosional. 2. Pendampingan anggota keluarga selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya. 3. Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping selama persalinan. 4. Peran aktif anggota keluarga selama persalinan dengan cara : a. Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan memuji ibu. b. Membantu ibu bernafas dengan benar saat kontraksi. c. Melakukan massage pada tubuh ibu dengan lembut. d. Menyeka wajah ibu dengan lembut menggunakan kain. e. Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman. 5. Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman. 6. Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi – Memberikan kecukupan energi dan mencegah dehidrasi. Oleh karena dehidrasi menyebabkan kontraksi tidak teratur dan kurang efektif. 7. Memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur dan spontan – Kandung kemih penuh menyebabkan gangguan kemajuan persalinan dan menghambat turunnya kepala; menyebabkan ibu tidak nyaman; meningkatkan
resiko
perdarahan
pasca
persalinan;
mengganggu
penatalaksanaan distosia bahu; meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan. 8. Pencegahan infeksi – Tujuan dari pencegahan infeksi adalah untuk mewujudkan persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi; menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir.
28
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
Kala II adalah kala dimana dimulai dari pembukaan lengkap serviks sampai keluarnya bayi. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah : 1. Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya oleh suami dan anggota keluarga yang lain. 2. Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan antara lain : a. Membantu ibu untuk berganti posisi. b. Melakukan rangsangan taktil. c. Memberikan makanan dan minuman. d. Menjadi teman bicara/ pendengar yang baik. e. Memberikan dukungan dan semangat selama persalinan sampai kelahiran bayinya. 3. Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan & kelahiran – dengan cara : a. Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan keluarga. b. Menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan. c. Melakukan pendampingan selama proses persalinan dan kelahiran. 4. Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II persalinan – dengan cara memberikan bimbingan dan menawarkan bantuan kepada ibu. 5. Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan umtuk meneran – dengan cara memberikan kesempatan istirahat sewaktu tidak ada his. 6. Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II. 7. Memberikan rasa aman dan nyaman dengan cara : a. Mengurangi perasaan tegang. b. Membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi. c. Memberikan penjelasan tentang cara dan tujuan setiap tindakan penolong. d. Menjawab pertanyaan ibu. e. Menjelaskan apa yang dialami ibu dan bayinya.
29
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
f. Memberitahu hasil pemeriksaan. 8. Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan vulva dan perineum ibu. 9. Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara spontan.
Kala III adalah kala dimana dimulai dari keluarnya bayi sampai plasenta lahir. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah : 1.
Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui segera.
2.
Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan.
3.
Pencegahan infeksi pada kala III.
4.
Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan).
5.
Melakukan kolaborasi/ rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.
6.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
7.
Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala III.
kala
IV
adalah
kala
dimana
1-2
jam
setelah
lahirnya
plasenta.
Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah : 1.
Memastikan tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan dalam keadaan normal.
2.
Membantu ibu untuk berkemih.
3.
Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang cara menilai kontraksi dan melakukan massase uterus.
4.
Menyelesaikan asuhan awal bagi bayi baru lahir.
5.
Mengajarkan ibu dan keluarganya ttg tanda-tanda bahaya post partum seperti perdarahan, demam, bau busuk dari vagina, pusing, lemas, penyulit dalam menyusui bayinya dan terjadi kontraksi hebat.
6.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
7.
Pendampingan pada ibu selama kala IV
8.
Nutrisi dan dukungan emosional.
30
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
c. RANGKUMAN MATERI Persalinan merupakan tugas berat yang harus dilakukan oleh seorang ibu hamil. Diperlukan segenap tenaga dan pikiran untuk melaksanakannya. Rasa sakit, rasa lelah, tegang, dan hal lainnya membayangi proses persalinan yang dihadapi. Mudah atau sulitnya suatu proses persalinan tergantung oleh banyak faktor, salah satunya adalah ibu hamil cukup pengetahuan untuk menghadapi persalinan, kesehatan yang cukup baik, dan dukungan yang cukup dari berbagai pihak, serta adanya perasaan nyaman saat melahirkan. -
Mengatur posisi
-
Titik pusat perhatian
-
Kompres
-
Pijatan
-
Usapan dan sentuhan
Konsep asuhan sayang ibu menurut Pusdiknakes, 2003 adalah sebagai berikut: 1. Asuhan yang aman berdasarkan evidence based dan ikut meningkatkan kelangsungan hidup ibu. Pemberian asuhan harus saling menghargai budaya, kepercayaan, menjaga privasi, memenuhi kebutuhan dan keinginan ibu. 2. Asuhan sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman selama proses persalinan, menghargai kebiasaan budaya, praktik keagamaan dan kepercayaan dengan melibatkan ibu dan keluarga dalam pengambilan keputusan. 3. Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan tidak perlu intervensi tanpa adanya komplikasi. 4. Asuhan sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada petugas kesehatan.
d. LATIHAN / TUGAS 1. Diskusikan tentang asuhan sayang ibu sesuai dengan kebutuhannya? 31
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
2. Diskusikan asuhan yang diberikan pada saat ibu kala I? 3. Diskusikan asuhan yang diberikan pada saat ibu kala II?
e. RAMBU – RAMBU JAWABAN SOAL 1. Asuhan sayang ibu adalah sebagai berikut : a. Asuhan yang aman berdasarkan evidence based dan ikut meningkatkan kelangsungan hidup ibu. b. Asuhan sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman selama proses persalinan, menghargai kebiasaan budaya, praktik keagamaan dan kepercayaan dengan melibatkan ibu dan keluarga dalam pengambilan keputusan. c. Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan tidak perlu intervensi tanpa adanya komplikasi. d. Asuhan sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada petugas kesehatan 2. Asuhan yang diberikan pada saat ibu kala I, yaitu : a.
Memberikan dukungan emosional.
b.
Pendampingan anggota keluarga selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya.
c.
Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping selama persalinan.
d.
Peran aktif anggota keluarga selama persalinan
e.
Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman.
f.
Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi
g.
Memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur dan spontan
h.
Pencegahan infeksi
3. Asuhan yang diberikan pada saat kala II,yaitu : a.
Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya
32
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
oleh suami dan anggota keluarga yang lain. b.
Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan
c.
Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan & kelahiran
d.
Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II persalinan Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan umtuk meneran
e.
Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.
f.
Memberikan rasa aman dan nyaman
g.
Pencegahan infeksi pada kala II
f. DAFTAR PUSTAKA 1. Chapman, Vicky. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. 2003. Jakarta : Buku Kedokteran EGC 2. Depkes, RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI. 3.
_____, 2002, Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI.
4.
_____, 2001. Standar Pelayanan Kebidanan. Depkes RI, Jakarta
5. Ilmu Kandungan dan Kebidanan, Sarwono Prawiroharjo, 2008 6. Prawirohardjo Sarwono, 2008, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 7. Saefudin Abdul Bari, 2003, Buku Acuan Nasional, Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo : Jakarta 8. Varney, 1997, Varney’s Midwifery, 3rd Edition, Jones and Barlet Publishers, Sudbury: England 9. Wiknjosastro,
2006,
Ilmu
Kebidanan,
Yayasan
Bina
Pustaka
Prawirohardjo : Jakarta
33
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
BAB IV ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN KALA I
a. KOMPETENSI DASAR -
Mahasiswa dapat menjelaskan perubahan fisiologis dan psikologis pada kala I
-
Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada kala I
-
Mahasiswa mampu membuat diagnosa
-
Mahasiswa mampu menilai kemajuan persalinan
-
Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan asuhan
-
Mahasiswa mampu mendemonstrasikan manajemen asuhan kebidanan pada kala I
b. URAIAN MATERI Persalinan Kala I Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan
pembukaan
primigravida
1
cm/jam
dan
pembukaan
multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan Tanda-tanda persalinan kala I adalah : a. Rasa sakit adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur. b. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan kecil pada servik. c. Terkadang ketuban pecah dengan sendirinya. 34
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
d. Servik mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement) Fase-fase persalinan kala I adalah sebagai berikut : a. Fase Laten 1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan servik secara kurang dari 4 cm. 2) Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam. b. Fase aktif 1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat / memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). 2) Servik membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap (10 cm). 3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin. 4) Dibagi dalam 3 fase a) Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm. b) Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm. c) Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap. - Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan servik secara kurang dari 4 cm. - Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam. Perubahan fisiologis dan psikologis pada kala 1 Perubahan fiologis yang terjadi pada masa persalinan kala I, yaitu :
35
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
1. Tekanan Darah Tekanan Darah (TD) meningkat, sistolik rata-rata naik 10-20mmHg, diastolik 5-10mmHg, antara kontraksi TD normal. rasa sakit, cemas, dapat meningkatkan TD. 2. Metabolisme Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat secara berangsur disebabkan oleh kecemasan dan aktivitas otot skeletal. peningkatan ini ditandai adanya peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, kardiak output, pernafasan dan cairan yang hilang. 3. Suhu Tubuh, suhu tubuh sedikit meningkat (tidak lebih dari 0,5-1C) karena peningkatan metabolisme terutama selama dan segera setelah persalinan. 4. Detak Jantung, Detak jantung akan meningkat cepat selama kontraksi berkaitan juga dengan peningkatan metabolisme. sedangkan antara kontraksi detak jantung mengalami peningkatan sedikit dibanding sebelum persalinan. 5. Pernafasan, Terjadi peningkatan laju pernafasan berhubungan dengan peningkatan metabolisme. Hipeventilasi yang lama dapat menyebabkan alkalosis. 6. Perubahan pada ginjal, poliuri (jumlah urin lebih dari normal) sering terjadi selama persalinan, disebabkan oleh peningkatan kardiak output, peningkatan filtrasi glomerulus dan peningkatan aliran plasma ginjal. proteinuria dianggap gejala normal selama persalinan 7. Perubahan Gastro Intestinal (GI) motilitas lambung dan absorbsi makanan padat secara substansial berkurang banyak selama persalian. pengeluaramn getah lambung berkurang, menyebabkan aktivitas pencernaan hampir berhenti dan pengosongan lambung menjadi lambat. cairan tidak berpengaruh dan meninggalkan perut dalam tempo yang biasa. mual dan muntah sering terjadi sampai akhir kala I. 8. Perubahan Hematologi, hemoglobin meningkat sampai 1,2 gram/100ml selama persalianan dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum
36
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
persalinan sehari setelah pasca persalinan kecuali pada perdarahan postpartum Perubahan Psikologis yang terjadi pada kala I, yaitu : Perubahan psikologis pada kala I dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya, kesiapan emosi, persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental, materi), support sistem, lingkungan, mekanisme koping, kultur, sikap terhadap kehamilan. Masalah psikologis yang mungkin terjadi dalam menghadapi persalinan intervensinya adalah : -
Kaji penyebab kecemasan
-
Orientasikan ibu terhadap lingkungan
-
Pantau tanda vital (tekanan darah dan nadi)
-
Ajarkan teknik2 relaksasi
-
Pengaturan nafas untuk memfasilitasi rasa nyeri akibat kontraksi uterus dan kurang pengetahuan tentang proses persalinan intervensinya
-
Kaji tingkat pengetahuan, beri informasi tentang proses persalinan dan pertolongan persalinan yang akan dilakukan.
-
Pengurangan Rasa Sakit (pain relief)
Pengurangan Rasa Sakit (pain relief) Berdasarkan hasil penelitian, pemebrian dukungan fisik, emosional dan psikologis selama persalinan akan dapat membantu mempercepat proses persalinan dan membantu ibu memperoleh kepuasan dalam melalui proses persalinan normal. Metode mengurangi rasa nyeri yang dilakukan secara terus menerus dalam bentuk dukungan harus dipilih yang bersifat sederhana, biaya rendah, resiko renedah, membantu kemajuan persalinan, hasil kelahiran bertambah baik dan bersifat sayang ibu. Menurut Varney, pendekatan untuk mengurangi rasa sakit dapat dilakukan dengan cara :
37
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
-
Menghadirkan seseorang yang dapat memberikan dukungan selama persalinan (suami, orang tua)
-
Pengaturan posisi : duduk atau setengah duduk, posisi merangkak, berjongkok atau berdiri, berbaring miring ke kiri, relaksasi dan pernafasan, istirahat dan privasi
-
Penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan dilakukan, asuhan diri, sentuhan. Ada beberapa teknik dukungan untuk mengurangi rasa sakit yautu
dengan kehadiran seorang pendamping yang terus menerus, sentuhan yang nyaman, dan dorongan dari orang yang memberikan support, perubahan posisi dan pergerakan, sentuhan dan massase, counterpressure untuk mengurangi tegangan pada ligamen, pijatan ganda pada pinggul, penekanan pada lutut, kompres hangat dan kompres dingin, berendam, pengeluaran suara, visualisasi dan pemusatan perhatian (dengan berdoa), musik yang lembut dan menyenangkan ibu.
Penatalaksanaan Persalinan Kala 1 1. Menyiapkan Kelahiran a. Menyiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi Dimanapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, diperlukan hal sebagai berikut : -
Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari tiupan angin.
-
Sumber air bersih yang mengalir untuk cuci tangan dan mandi ibu sebelum dan sesudah melahirkan.
-
Air desinfeksi tingkat tinggi untuk membersihkan vulva dan perineum
sebelum
periksa
dalam
selama
persalinan
dan
membersihkan perineum ibu setelah bayi lahir.
38
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
-
Air bersih dalam jumlah yang cukup, klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel dan sarung tangan karet untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekontaminasi dan proses peralatan.
-
Penerangan yang cukup baik disiang maupun di malam hari.
-
Tempat tidur yang bersih untuk ibu.
-
Tempat yang bersih untuk memberikan asuhan bayi baru lahir.
b. Menyiapkan perlengkapan, bahan dan obat yang dibutuhkan. Daftar perlengkapan, bahan dan obat yang dibutuhkan untuk asuhan dasar persalinan dan kelahiran bayi adalah sebagai berikut : -
Partus set yang terdiri dari dua klem kelly atau dua klem kocher, gunting tali pusat, benang tali pusat atau klem plastik, kateter nelaton, gunting episotomi, alat pemecah selaput ketuban atau klem ½ kocher, dua pasang sarung tangan DTT steril, kasa atau kain kecil, gulungan kapas basah menggunakan air DTT, tabung suntik 3 ml dengan larutan IM sekali pakai, kateter penghisap de lee (penghisap lendir) atau bola karet yang baru dan bersih, empat kain bersih, tiga handuk atau kain untuk mengeringkan dan menyelimuti bayi.
-
Bahan terdiri dari partograf (halaman depan dan belakang), catatan kemajuan persalinan atau KMS ibu hamil, kertas kosong atau formulir rujukan, pena, termometer, pita pengukur, pinnards, fetoskop, doppler, jam yang mempunyai jarum detik, stetoskop, tensimeter, sarung tangan pemeriksaan bersih (lima pasang), sarung tangan DTT atau steril (lima pasang) larutan klorin atau klorin serbuk, perlengkapan pelindung pribadi, sabun cuci tangan, deterjen, sikat kuku dan gunting kuku, celemek plastik dan gaun oenutup, lembar plastik untuk alas tempat tidur saat persalinan, kantong plastik, sumber air bersih yg mengalir, wadah untuk larutan klorin, wadah untuk air DTT.
39
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
-
Peralatan resusitasi bayi baru lahir yang terdiri dari balon resusitasi dan sungkup, lampu sorot 60 watt.
-
Obat
dan
perlengkapan
untuk
asuhan
rutin
dan
penatalaksanaan/penanganan penyulit yang terdiri dari 8 ampul oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 ampul oksitosin 2 ml 10 U/ml), 20 ml Lidokain 1% tanpa epinefrin atau 10 Lidoksin 2% tanpa epinefrin dan air steril atau cairan garam fisiologis (NS) untuk pengenceran, tiga botol ringer laktat atau cairan garam fisiologis (NS) 500 ml, selang infus, dua kanula IV nomor 16 – 18 G, dua ampul metil ergometrin maleat, dua vial larutan magnesium sulfat 40% (25gr), enam tabung suntik (2 ½ – 3 ml) sekali pakai dengan jarum IM, 2 tabung suntik 5 ml steril sekali pakai dengan jarum IM, satu 10 ml tabung suntik steril sekali pakai dengan jarum IM ukuran 22 panjang 4 cm atau lebih, 10 kapsul/kaplet amoksilin/ampisilin 500 mg atau amoksilin/ampisilin IV 2 g. -
Set jahit yang terdiri dari 1 tabung suntik 10 ml steril sekali pakai dengan jarum IM ukuran 22 panjang 4 cm atau lebih, pinset, pegangan jarum, 2-3 jarum jahir tajam ukuran 9 – 11, benang chromic sekali pakai ukuran 2.0 dan 3.0, satu pasang sarung tangan DTT atau steril, satu kain bersih.
c. Menyiapkan Rujukan Menkaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarganya. Jika perlu dirujuk disiapkan dan disertakan dokumentasi tertulis semua asuhan dan perawatan dan hasil penilaian yang telah dilakukan untuk dibawa ke fasilitas rujukan. d. Memberikan Asuhan Sayang Ibu Asuhan sayang ibu selama persalinan termasuk, memberikan dukungan emosional, membantu pengaturan posisi, memberikan cairan
40
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
dan nutrisi, keleluasaan ke kamar mandi secara teratur, pencegahan infeksi. 2. Pemeriksaan Fisik Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai menilai kesehatan dan kenyamanan fisik ibu dan bayinya. Langkah yang dilakukan sebelum pemeriksaan fisik terdiri dari mencuci tangan sebelum pemeriksaan, bersikap lemah lembut dan sopan serta menentramkan, meminta ibu untuk mengosongkan kandung kemih, menilai menilai kesehatan ibu secara umum, menilai tanda-tanda tanda vital ibu. a. Menentukan Tinggi Fundus Memastikan tidak ada kontraksi selama penilaian. Ukur tinggi fundus dengan menggunakan pita ukur. Mulai dari tepi atas simfisis pubis, rentangkan hingga ke puncak fundus fundus uteri mengikuti aksis atau linea medialis pada abbdomen. Pita pengukur harus menempel pada kulit abdomen. Jarak antara tepi atas sinifisis pubis dari puncak. fundus uteri adalah tinggi fundus
Gambar bar 4.1 Menentukan tinggi fundus b. Memantau kontraksi uterus Letakkan tangan dengan hati-hati hati hati di atas uterus dan rasakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit. Tentukan durasi atau lama setiap kontraksi berlangsung. Pada fase aktif, minimal minim terjadi dua kontraksi dalam waktu 10 menit, lama kontraksi 40 detik 41
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
atau lebih. Diantara dua kontraksi, dinding uterus melunak kembali dan mengalami relaksasi. c. Memantau Denyut Jantung Janin Jika DJJ sulit ditemukan, palpasi abdomen dan tentukan dataran datara punggung bayi. Biasanya denyut jantung bayi lebih mudah didengar melalui dinding abdomen yang sesuai dengan dataran punggung bayi. d. Menentukan Presentasi Untuk menentukan presentasi bayi apakah presentasi kepala atau presentasi bokong/ sungsang. e. Menentukan Menentuk Penurunan Janin Akan lebih nyaman bagi ibu jika penurunan janin ditentukan melalui pemeriksaan abdomen dibandingkan dengan pemeriksaan dalam. Menilai penurunan melalui palpasi abdomen juga memberikan informasi mengenai kemajuan persalinan dan membantu mencegah pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
Gambar 4.2 Kepala sudah turun 2/5 f. Pemeriksaan Vagina Periksa dalam berguna untuk memastikan pembukaan serviks, keadaan ketuban (sudah pecah/belum) letak dan posisi posi janin, molase verteks dan penurunan bagian bawah janin. Pemeriksaan dalam dilakukan paling sedikit tiap 4 jam.
42
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
Periksa dalam perlu dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah resiko infeksi pada vagina, serviks dan uterus. Pemeriksaan ini sering membuat ibu bersalin merasa tidak nyaman. Periksa dalam perlu dilakukan dengan perlahan-lahan. Pada waktu periksa dalam, perhatikan: 1) Tingkat kekeringan dan suhu vagina : vagina yang panas dan kering mungkin menunjukkan partus lama, dehidrasi dan infeksi. 2) Bekas luka pada vagina : mungkin akibat robekan atau episiotomi 3) Selaput ketuban : ketuban biasanya pecah setelah serviks terbuka lebih dari setengah dari pembukaan lengkap. Perhatikan warna cairan ketuban bila sudah pecah. 4) Tebal dan pembukaan serviks : pada saat persalinan serviks menipis, lembek dan membuka. 5) Letak janin: Perhatikan seberapa jauh kepala telah turun ke rongga
panggul.
Bandingkan
dengan
pemeriksaan
luar
(Abdomen). Bila kepala dapat disentuh, mba kedua ubun-ubun dan suturanya untuk menilai molase. Tentukan posisi janin
Memberikan Asuhan Persalinan pada Kala I
Asuhan Sayang Ibu Memberi dukungan emosional kepada ibu bahwa ibu harus bangga dan mensyukuri anugerah yang telah diberikan oleh Allah SWT dan optimis bahwa ibu bisa mendidik anak dengan baik, mengatur posisi yang nyaman bagi ibu, cukup asupan cairan dan nutrisi, keleluasaan untuk mobilisasi, termasuk ke kamar kecil, dan penerapan prinsip pencegahan infeksi yang sesuai. Yang tidak dianjurkan kateterisasi rutin, periksa dalam berulang kali (tanpa indikasi yang jelas), mengharuskan ibu pada posisi tertentu dan membatasi mobilisasi (pergerakan). memberikan informasi yang tidak akurat atau berlawanan dengan kenyataan. Mengosongkan kandung kemih
43
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
dengan memfasilitasi kemajuan persalinan, memberi rasa nyaman bagi ibu, mengurangi gangguan kontraksi, mengurangi penyulit pada distosia bahu (bahu besar/ lebar), bila dilakukan sendiri dapat mencegah terjadinya infeksi akibat trauma atau iritasi
Partograf Instrumen untuk memantau kemajuan persalinan, data untuk membuat keputusan klinik dan dokumentasi asuhan persalinan yang diberikan oleh seorang penolong persalinan.
c. RANGKUMAN MATERI Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kla pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan
pembukaan
primigravida
1
cm/jam
dan
pembukaan
multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan. Kala 1 persalinan dimulainya proses persalinan yang ditandai dengan adanya kontraksi yang teratur, adekuat dan menyebabkan perubahan pada serviks hingga mencapai pembukaan lengkap. Tanda-tanda persalinan kala I adalah : a) Rasa sakit adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur. b) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan kecil pada servik. c) Terkadang ketuban pecah dengan sendirinya. d) Servik mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement) Fase-fase persalinan kala I adalah sebagai berikut : a. Fase Laten
44
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
b.
Fase aktif , dibagi menjadi 3 fase, yaitu : 1. Fase akselerasi 2. Fase dilatasi maksimal 3. Fase deselerasi
Penatalaksanaan pada kala I yaitu : 1. Menyiapkan kelahiran -
Menyiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi
-
Menyiapkan perlengkapan, bahan, dan obat yang dibutuhkan
-
Menyiapkan rujukan
-
Asuhan sayang ibu
2. Pemeriksaan fisik -
Menentukan tinggi fundus uteri
-
Memantau kontraksi uterus
-
Memantau denyut jantung janin
-
Menentukan presentasi
-
Menentukan penurunan janin
-
Pemeriksaan vagina Pemberian dukungan fisik, emosional dan psikologis selama persalinan
akan dapat membantu mempercepat proses persalinan dan membantu ibu memperoleh
kepuasan
dalam
melalui
proses
persalinan
normal.
Asesment pada persalinan sesungguhnya yaitu Persalinan juga harus dicurigai pada ibu dengan umur kehamilan > 22 minggu usia kehamilan, dimana ibu merasa nyeri abdomen berulang dengan disertai cairan lendir yang mengdung darah atau “show”. Agar dapat mendiagnosa persalinan, bidan harus memastikan perubahan cerviks dan kontraksi yang cukup.
d. LATIHAN / TUGAS 1. Diskusikan persalinan Kala I? 2. Diskusikan tanda – tanda kala I? 3. Diskusikan perubahan fisiologis pada kala I?
45
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
e. RAMBU – RAMBU JAWABAN SOAL 1. Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kla pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam 2. Tanda – tanda kala I yaitu : a. Rasa sakit adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur. b. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan kecil pada servik. c. Terkadang ketuban pecah dengan sendirinya. d. Servik mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement) 3. Perubahan fisiologis pada kala I, yaitu : a. Tekanan Darah Tekanan Darah (TD) meningkat, sistolik rata-rata naik 10-20mmHg, diastolik 5-10mmHg, antara kontraksi TD normal. rasa sakit, cemas, dapat meningkatkan TD. b. Metabolisme Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat secara berangsur disebabkan oleh kecemasan dan aktivitas otot skeletal. peningkatan ini ditandai adanya peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, kardiak output, pernafasan dan cairan yang hilang. c. Suhu Tubuh, suhu tubuh sedikit meningkat (tidak lebih dari 0,5-1C) karena peningkatan metabolisme terutama selama dan segera setelah persalinan. d. Detak Jantung, Detak jantung akan meningkat cepat selama kontraksi berkaitan juga dengan peningkatan metabolisme. sedangkan antara kontraksi detak jantung mengalami peningkatan sedikit dibanding sebelum persalinan.
46
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
e. Pernafasan, Terjadi peningkatan laju pernafasan berhubungan dengan peningkatan
metabolisme.
Hipeventilasi
yang
lama
dapat
menyebabkan alkalosis. f. Perubahan pada ginjal, poliuri (jumlah urin lebih dari normal) sering terjadi selama persalinan, disebabkan oleh peningkatan kardiak output, peningkatan filtrasi glomerulus dan peningkatan aliran plasma ginjal. proteinuria dianggap gejala normal selama persalinan g. Perubahan Gastro Intestinal (GI) motilitas lambung dan absorbsi makanan padat secara substansial berkurang banyak selama persalian. pengeluaramn getah lambung berkurang, menyebabkan aktivitas pencernaan hampir berhenti dan pengosongan lambung menjadi lambat. cairan tidak berpengaruh dan meninggalkan perut dalam tempo yang biasa. mual dan muntah sering terjadi sampai akhir kala I. h. Perubahan
Hematologi, hemoglobin
meningkat
sampai
1,2
gram/100ml selama persalianan dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca persalinan kecuali pada perdarahan postpartum
f. DAFTAR PUSTAKA 1.
Chapman, Vicky. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. 2003. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
2.
Chapman, Vicky. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Kala 1. 2003. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
3.
Depkes, RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI.
4.
_____, 2002, Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI.
5.
_____, 2001. Standar Pelayanan Kebidanan. Depkes RI, Jakarta
6.
Ilmu Kandungan dan Kebidanan, Sarwono Prawiroharjo, 2008
7.
Prawirohardjo Sarwono, 2008, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
8.
Wiknjosastro,
2006,
Ilmu
Kebidanan,
Yayasan
Bina
Pustaka
Prawirohardjo : Jakarta
47
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
BAB V ASUAHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN KALA II
a. KOMPETENSI DASAR -
Mahasiswa mampu menjelaskan fisiologi ibu bersalin kala II
-
Mahasiswa mampu menperagakan manajemen pertolongan
persalinan
kala II normal -
Mahasiswa mampu mendemonstrasikan teknik amniotomi dan episiotomi
-
Mahasiswa mampu mendeteksi adanya komplikasi dan penyulit persalinan kala II dan cara mengatasinya
-
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada kala II
-
Mahasiswa mampu melakukan amniotomi dan episiotomi
-
Mahasiswa mampu mendeteksi adanya komplikasi dan penyulit persalinan kala II dan cara mengatasinya
b. URAIAN MATERI
ASUHAN KALA II Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi , kala II dikenal juga sebagai kala pengeluaran. Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil pembuahan (konsepsi) yang dapat hidup, dari dalam rahim (uterus) melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar. Usia kehamilan yang dianggap normal (matur / aterm) untuk melahirkan adalah berkisar 38-42 minggu. Jika partus terjadi di usia kehamilan < 38 minggu disebut preterm (prematur), sebaliknya jika partus terjadi saat usia kehamilan > 42 minggu dinamakan posterm (postmatur).
48
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
Tanda dan Gejala kala II 1.
Ibu ingin meneran
2.
Ibu merasakan adanya tekanan pada anus
3.
Perineum terlihat menonjol
4.
Vulva – vagina dan spingter ani terlihat membuka
5.
Peningkatan pengeluaran lendir dan darah
Mendiagnosis kala II persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan dalam yang menunjukkan adanya pembukaan serviks telah lengkap dan terlihatnya bagian kepala bayi pada introitus vagina
Perubahan Fisiologis Ibu Bersalin Perubahan fisiologis yang normal pada ibu saat memasuki kala II persalinan yaitu a. Tekanan darah Tekanan darah dapat meningkat lagi 15 – 25 mmHg selama kontraksi kala II. Upaya meneran ibu juga berpengaruh terhadap tekanan darah, menyebabkan tekanan darah meningkat dan kemudian menurun dan pada akhirnya berada pada sedikit diatas normal.Diperlukan evaluasi tekanan darah dengan cermat diantara kontraksi. Rata-rata peningkatan tekanan darah 10 mmHg di antara kontraksi ketika wanita telah meneran merupakan hal yang normal. b. Metabolisme Peningkata metabolisme yang terus menerus berlanjut sampai kala II disertai upaya meneran ibu menambah aktifitas otot-otot rangka untuk memperbesar peningkatan metabolisme. c. Denyut Nadi Frekuensi denyut nadi ibu bervariasi untuk setiap upaya meneran ibu. Secara keseluruhan, frekuensi nadi meningkat selama kala II persalinan disertai takikardi yang nyata ketika telah mencapai puncak pada saat proses melahirkan.
49
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
d. Suhu Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat proses melahirkan dan segera setelahnya. Peningkatan normal adalah 1 sampai 2 derajat Farenheit (0,5 sampai 1 derajat celcius). e. Perubahan Gastrointestinal Penurunan motilitas lambung dan absorbsi yang hebat berlanjut sampai kala II. Biasanya mual dan muntah pada transisi mereda selama kala II persalinan tetapi dapat terus ada pada beberapa wanita. Muntah, ketika terjadi, normalnya hanya sesekali. Yang konstan dan menetap kapan saja selama persalinan merupakan hal yang abnormal dan mungkin merupakan indikasi komplikasi obstetrik, seperti ruptur uterus atau toxemia. Pemantauan ibu pada kala II 1. Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit 2. Suhu , Nadi , dan respirasi ibu setiap 60 menit 3. Tekanan darah setiap 15 menit 4. Pastikan ibu sudah berkemih dalam 2 jam terakhir, anjurkan agar ia berkemih setiap 2 jam, atau lebih sering jika kandung kemih terasa penuh. Sebab kandung kemih yang penuh dapat menghalangi kontraksi dan penurunan kepala bayi, hal ini akan menambah rasa sakit, kesulitan untuk melahirkan plasenta, perdarahan pascapersalinan dan menghambat penatalaksanaan distosia bahu. 5. Adanya kehamilan kembar yang tidak diketahui sebelumnya (setelah bayi pertama lahir).
Pemantauan Janin a. Sebelum bayi lahir : -
DJJ setiap selesai meneran
-
Penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen (pemeriksaan luar) setiap 30 menit dan pemeriksaan dalam setiap 60 menit atau kalau ada indikasi
50
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
-
Kondisi kepala janin ( adakah caput atau moulage )
-
Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah ( jernih atau bercampur mekonium atau darah )
-
Apakah ada presentasi majemuk ( misalnya tangan atau tali pusat berada di samping atau di atas kepala
-
Putaran paksi luar segera setelah kepala bayi lahir
b. Pemantauan saat bayi lahir : -
Apakah bayi menangis atau tidak ( bernafas tanpa kesulitan )
-
Apakah bayi bergerak dengan aktif atau dalam keadaan lemas
-
Apakah warna kulit bayi merah muda , pucat atau biru
Kebutuhan Ibu Dalam Persalinan A. Dukungan Persalinan Persalinan adalah saat yang menegangkan dan menggugah emosi ibu dan keluarganya, bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Untuk meringankan kondisi tersebut seorang wanita memerlukan dukungan selama persalinan. Karena dukungan emosional selama persalinan akan menjadikan waktu persalinan menjadi pendek, meminimalkan intervensi, dan menghasilkan persalinan yang baik. Asuhan yang sifatnya mendukung selama persalinan merupakan suatu standar pelayanan kebidanan. Asuhan yang mendukung berarti bersifat aktif dan ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Dukungan fisik dan emosional yang diberikan oleh bidan harus memperhatikan prinsip-prinsip asuhan sayang ibu. Lima kebutuhan seorang wanita dalam persalinan menurut Varney’s Midwifery : 1. Asuhan fisik dan psikologis Asuhan fisik yang diberikan pada wanita dalam persalinan dapat berupa : memberikan cairan dan nutrisi, kelelussaan ke kamar mandi secara teratur,
51
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
pencegahan infeksi, membuat ibu senyaman mungkin dengan posisi yang ia inginkan. Asuhan psikologis selama persalinan meliputi : memberikan dukungan emosional kepada ibu , memberikan kesempatan kepada ibu untuk memilih pendamping selama persalinan, mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan pujian kepada ibu, bersikap dan bertindak dengan tenang dan berikan dukungan penuh selama persalinan dll. 2. Kehadiran pendamping secara terus menerus 3. Pengurangan rasa sakit 4. Penerimaan atas sikap dan perilakunya Persalinan dan kelahiran merupakan hal yang fisiologis namun banyak wanita yang
tidak siap untuk menghadapi persalinannya. Wanita biasanya
membutuhkan perhatian lebih dari suami dan keluarganya bahkan bidan sebagai penolong persalinan.
Asuhan yang harus diberikan adalah selain
pemberian dukungan mental juga penjelasan kepada ibu bahwa rasa sakit yang ia alami selama persalinan merupakan suatu proses yang harus dilalui dan diharapkan ibu tenang menghadapi persalinannya. 5. Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman Dalam setiap persalinan wanita atau keluarga membutuhkan penjelasan mengenai persalinan yang dihadapinya baik mengenai kondisi ibu maupun bayinya, serta perkembangan persalinannya. Hasil penelitian telah memperlihatkan efektifnya dukungan fisik, emosional dan psikologis selama persalinan dan kelahiran. Dari 14 percobaan yang melibatkan 5000 wanita memperlihatkan bahwa kehadiran seorang pendamping secara terus menerus selama persalinan akan menghasilkan : 1. Kelahiran dengan bantuan vakum dan forsep semakin kecil atau sedikit 2. Seksio sesaria untuk membantu kelahiran menjadi berkurang 3. Kejadian asfiksia menjadi berkurang
52
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
4. Lamanya persalinan yang semakin pendek 5. Kepuasan ibu yang semakin besar dalam pengalaman melahirkan mereka Kehadiran pendamping dalam memberikan dukungan bisa dilakukan dengan bentuk: 1. Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati ibu 2. Mengusap keringat 3. Membantu mobilisasi 4. Memberikan makanan dan minuman bila dikehendaki 5. Memilih posisi 6. Memijat punggung 7. Membantu mengatur nafas saat kontraksi
B. Mengurangi Rasa Sakit (Pain Relief) Rasa sakit yang dirasakan ibu selama persalinan sangat bervariasi tingkatannya tergantung dari keadaan jaringan saraf tubuh ibu dalam menerima rangsangan sakit atau nyeri. Untuk itu juga diperlukan dukungan yang baik selama persalinan agar dapat menenangkan dan mengurangi rasa sakit tersebut.Pendekatan pengurangan rasa sakit dapat dilakukan dengan pendekatan nonfarmakologi dan farmakologi. 1. Pendekatan menajemen pengurangan rasa sakit secara nonfarmakologi Metode mengurangi rasa sakit yang diberikan secara terus menerus dalam bentuk dukungan adalah sederhana dan efektif, biaya dan risiko rendah, membantu kemajuan persalinan, hasil kelahiran bertambah baik dan bersifat sayang ibu. Pendekatan-pendekatan untuk mengurangi rasa sakit, menurut Varney’s Midwifery : 1. Adanya seseorang yang dapat mendukung persalinan 2. Pengaturan posisi
53
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
3. Relaksasi dan latihan pernafasan 4. Istirahat dan privacy 5. Penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan dilakukan 6. Asuhan diri 7. Sentuhan Penny Simpkin, menjelaskan cara-cara untuk mengurangi rasa sakit : 1. Mengurangi rasa sakit langsung di sumbernya 2. Memberikan rangsangan alternative yang kuat 3. Mengurangi reaksi mental negative, emosional dan reaksi fisik ibu terhadap rasa sakit. Beberapa teknik dukungan untuk mengurangi rasa sakit adalah a. Kehadiran pendamping yang terus-menerus, sentuhan yang nyaman dan dorongan dari orang yang mendukung. b. Perubahan posisi dan pergerakan c. Sentuhan dan massase d. Counter pressure untuk mengurangi ketegangan pada ligament sacroiliaka e. Pijatan ganda pada pinggul f. Penekanan pada lutut g. Kompres hangat dan kompres dingin h. Berendam i. Pengeluaran suara j. Visualisasi dan pemusatan perhatian k. Musik 2. Pendekatan menajemen pengurangan rasa sakit secara farmakologi Penggunaan sedative/ tranquilizer : misalnya golongan barbiturate. Opioids : misalnya morphin
54
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
C. Posisi Dalam Persalinan Pengaturan posisi adalah salah satu teknik relaksasi karena dapat mengurangi titik tekanan dan ketegangan otot-otot dasar panggul. Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa yang normal, tanpa disadari dan mau tidak mau harus berlangsung. Untuk itu ibu harus dibantu memperoleh posisi yang senyaman mungkin bagi dirinya. Untuk membantu ibu agar tetap tenang dan rileks sedapat mungkin bidan tidak boleh memaksakan pemilihan posisi yang diinginkan ibu dalam persalinannya. Sebaliknya, peranan bidan adalah mendukung ibu dalam posisi yang dipilihnya, menyarankan alternativealternative hanya apabila tindakan ibu tidak efektif atau membahayakan bagi dirinya sendiri atau bagi bayinya. Bidan harus memberitahu ibu bahwa ibu tidak perlu terlentang terus menerus dalam persalinanya. Jika ibu sudah semakin putus asa dan merasa tidak nyaman, bidan bisa mengambil tindakan-tindakan yang positif untuk merubah kebiasaan atau merubah setting tempat yang telah ditentukan. Bidan harus memberikan suasana yang nyaman dan tidak menunjukkan ekspresi terburu-buru, sambil memberikan kepastian yang menyenangkan serta pujian lainnya. Jenis posisi dalam persalinan menurut Varney’s Midwifery adalah : 1. Duduk / setengah duduk Rasionalisasi : Memudahkan melahirkan kepala bayi , nyaman bagi ibu karena bisa beristirahat dengan mudah diantara kontraksi jika ia merasa lelah 2. Posisi merangkak Rasionaliasi : Baik bagi ibu yang mengalami nyeri punggung saat persalinan, membantu bayi melakukan rotasi, peregangan minimal pada perineum 3. Berjongkok / berdiri Rasionalisasi : Membantu penurunan kepala bayi, mempercepat kemajuan kala II persalinan dan mengurangi rasa nyeri yang hebat 4. Berbaring miring ke kiri 55
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
Rasionalisasi : Memberi rasa santai bagi ibu yang letih, karena ibu bisa beristirahat dengan mudah di antara kontraksi memberi oksigenisasi yang baik bagi bayi,lebih nyaman dan efektif untuk meneran ,membantu mencegah terjadinya laserasi
Duduk / setengah duduk
Merangkak
Berdiri Miring ke kiri
Gambar 5.1 Posisi ibu saat bersalin Bersalin dalam posisi terlentang terus menerus tidak diperbolehkan karena : a. Dapat menyebabkan hipotensi yang mengakibatkan ibu pingsan dan hilangnya
suplai oksigen bagi bayi b. Dapat menambah rasa sakit c. Bisa memperlama proses persalinan d. Lebih sulit bagi ibu untuk melakukan pernafasan e. Membuat buang air lebih sulit f.
Membatasi pergerakan ibu
g. Bisa membuat ibu tidak berdaya h. Bisa membuat proses meneran menjadi lebih sulit
56
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
i.
Bisa menambah kemungkinan terjadinya laserasi pada perineum
j.
Menimbulkan kerusakan syaraf pada kaki dan punggung
Proses persalinan sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu power, passage, dan pasanger. Pada faktor passage atau factor ibu ukuran panggul sangat mempengaruhi jalannya/ proses persalinan. Sedangkan faktor passenger/ janin adalah kepala. Karena dalam persalinan perbandingan antara besarnya kepala dan luasnya panggul merupakan hal yang menentukan. Jika kepala dapat melewati jalan lahir maka bagian-bagian lain dapat menyusul dengan mudah. Menurut penelitian Cadweel dkk, 1934, 95% dari semua kehamilan, janin dengan presentasi belakang kepala/ oksiput. Oksiput memasuki panggul dengan sutura sagitalis melintang. Ukuran kepala janin hampir sama dengan ukuran dalam panggul. Karena bentuk panggul yang tidak teratur, maka ketika kepala janin masuk panggul harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari PAP ke bidang tengah panggul dan PBP, supaya janin dapat lahir. Proses penyesuaian masuknya kepala janin ke dalam panggul merupakan mekanisme persalinan. Pada proses ini kepala janin melakukan gerakangerakan tertentu, yaitu : 1. Penurunan Turunnya kepala dapat dibagi dalam : a. Masuknya kepala dalam PAP Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Sinklitismus : Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir dan tepat diantara simfisis dan promontorium. Asinklitismus : Sutura sagitalis agak ke depan mendekati symfisis atau agak ke belakang mendekati promontorium. 57
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
Asinklitismus anterior : Sutura sagitalis italis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang. Asinklitismus posterior : Sutura sagitalis mendekati simfisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan.
Gambar 5.2 Masuknya kepala ke PAP b. Majunya kepala Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada multipara majunya dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul terjadi bersamaan. Yang menyebabkan majunya kepala adalah : a. Tekanan cairan amnion b. Tekanan langsung fundus pada bokong c. Kontraksi otot-otot otot abdomen d. Ekstensi dan pelurusan badan janin.
58
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
Majunya kepala terjadi bersamaan dengan gerakan-gerakan gerakan gerakan yang lain, yaitu : Fleksi, Putaran paksi dalam dan ekstensi. eks 2. Fleksi Dengan majunya kepala maka fleksi juga bertambah hingga ubun-ubun ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun ubun ubun besar, karena diameter suboksipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboksipito frontalis (11 cm). Fleksi kepala biasanya terjadi bila penurunan kepala menemukan tahanan, apakah dari serviks, dinding panggul atau dasar panggul.
Gambar 5.3 Posisi kepala Fleksi 3. Rotasi Dalam/ Putar Paksi Dalam Yaitu pemutaran kepala janin secara perlahan perlahan menggerakan oksiput dari posisi asalnya ke anterior menuju simfisis pubis, atau ke posterior menuju lubang sacrum. Rotasi dalam tidak terjadi sendiri, tetapi selalu bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai Hodge III, III kadang-kadang kadang baru setelah kepala sampai di dasar panggul. Sebab–sebab sebab terjadinya rotasi dalam: a. Pada letak fleksi, bagian belakang kepala atau oksiput merupakan bagian terendah dari kepala. b. Bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit. sedik
59
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
c. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul adalah diameter antero posterior. 4. Ekstensi Setelah kepala janin sampai pada dasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi kepala. Hal ini disebabkan karena : o Sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah kedepan dan atas, sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. o Adanya dua kekuatan, yang satu mendesaknya ke bawah o Satunya tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas. Resultantenya adalah kekuatan ke arah depan atas. Setelah suboksiput ksiput tertahan pada pinggir bawah simpisis maka yang dapat maju karena kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan suboksiput, maka lahirlah berturut-turut berturut turut pada pinggir atas perineum ubunubun ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan denga gerakan ekstensi. Dan sebagai hipomoklion (pusat pemutaran) adalah sub oksiput.
Gambar 5.4 Kepala Ekstensi 5. Rotasi Luar/ Putaran Paksi Luar Putaran ini untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Kepala memutar kembali searah punggung janin. Gerakan ini disebabkan karena ukuran bahu (diameter bisakromial) menempatkan diri dalam diameter antero posterior dari pintu bawah panggul.
60
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
Gambar 5.5 Rotasi Luar
6. Ekspulsi Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah bawah simpisis dan menjadi hipomoklion untuk melahirkan bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya badan anak lahir searah dengan jalan lahir. Amniotomi Apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka perlu dilakukan tindakan indakan amniotomi. Perhatikan warna air ketuban saat dilakukan amniotomi. Jika trjadi pewarnaan mekonium pada air ketuban maka lakukan persiapan pertolongan bayi setelah lahir karena hal tersebut menunjukkan adanya hipoksia dalam rahim atau selama proses persalinan.Prosedur persalinan.Prosedur melakukan amniotomi :
61
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
1. Membantu prosedur bersama ibu dan keluarganya dan jawab pertanyaan apapun yang mereka ajukan 2. Dengarkan denyut jantung janin dan catat pada partograf 3. cuci tangan 4. pakai sarung tangan DTT atau seteril 5. Diantara kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati. Raba dengan hati-hati selaput ketuban untuk memastikan bahwa kepala telah masuk ke dalam panggul dengan baik dan bahwa tali pusat dan/atau bagian-bagian tubuh yang kecil dari bayi (misalkan tangan)tidak bisa dipalpasi, jika tali pusat atau bagian-bagian tubuh yang kecil dari bayi bisa dipalpasi, jangan pecahkan selaput ketuban. Catatan : Pemeriksaan dalam yang dilakukan diantara kontraksi seringkali lebih nyaman untu ibu. Tetapi jika selaput ketuban tidak dapat diraba diantara kontraksi, tunggu sampai kekuatan kontraksi berikutnya. Mendorong cairan ketuban menekan selaput ketuban dan membuatnya lebih mudah untuk dipalpasi dan dipecahkan. 6. Dengan menggunakan tangan yang lain, tempatkan klem setelah kocher atau setengah kelly DTT/ seteril dengan lembut kedalam vagina dipandu klem dengan jari dari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan. Gerakkan jari mencapai selaput ketuban. 7. Pegang ujung klem diantara ujung jari pemeriksaan, gerakkan jari dengan lembut. Gosokkan klem ke selaput ketuban dan pecahkan. Catatan : Seringkali lebih mudah untuk memecahkan selaput ketuban diantara kontraksi ketika selaput ketuban tidak tegang,hal ini juga akan mencegah air ketuban menyemprot pada saat selaput ketuban dipecahkan. 8. Biarkan air ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan. 9. Gunakan tangan yang lain untuk mengambil klem dan menempatkannya ke dalam larutan klorin 0,5% untuk didekontaminasi. Biarkan jari tangan
62
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
pemeriksaan tetap didalam vagina untuk mengetahui penurunan kepala janin dan memastikan bahwa tali pusat atau bagian kecil dari janin tidak teraba. Setelah memastikan penurunan kepala dan tidak ada tali pusat dan bagianbagian tubuh bayi yang kecil, keluarkan tangan pemeriksa secara lembut dari dalam vagina. 10. Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau darah (lebih bayak dari bercak bercampur darah yang normal) jika mekonium atau darah terlihat, lakukan penatalaksanaan lanjut. 11. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% lalu lepaskan sarung tangan dan biarkan terendam di larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 12. Cuci kedua tangan. 13. Segera periksa ulang DJJ. 14. Catat pada partograf waktu dilakukan pemecahan selaput ketuban, warna air ketuban dan DJJ
Episiotomi Dengan Anestesi Lokal Ingat : Episiotomi bisa dipertimbangkan hanya pada kasus-kasus: •
Gawat janin
•
Persalinan pervaginam dengan penyulit (sungsang, distosia bahu, ekstraksi, vorcep, ekstraksi vacum)
•
Jaringan parut pada perineum atau vagina yang menghalangi kemajuan persalinan
63
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
Gambar 5.6 Jenis- jenis Episiotomi Persiapan •
Pertimbangkan indikasi-indikasi untuk melakukan episiotomi dan pastikan bahwa episiotomi tersebut penting untuk keselamatan dan kenyamanan ibu dan bayi
•
Pastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan sudah tersedia dan dalam keadaan DTT/steril
•
Gunakan tehnik aseptik setiap saat. Cuci tangan dan pakai sarung tangan DTT/steril
•
Jelaskan pada ibu mengapa ia memerlukan episiotomi dan diskusikan prosedurnya dengan ibu, berikan alasan rasional pada ibu.
Memberikan Anaestesi Lokal Berikan anaestesi lokal secara dini agar obat tersebut memiliki cukup waktu untuk memberikan efek sebelum episiotomi dilakukan. Episiotomi adalah tindakan yang menimbulkan rasa sakit dan menggunakan anastesi lokal adalah bagian dari asuhan sayang ibu. 1. Jelaskan kepada ibu apa yang akan anda lakukan dan bantu dia untuk merasa rilex
64
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
2. Hisap 10 ml larutan Lidokaine 1% tanpa Epineprin ke dalam tabung suntik steril ukuran 10 ml (Tabung suntik lebih besar boleh digunakan, jika diperlukan). Jika lidokaine 1% tidak tersedia, larutkan 1 bagian lidokaine 2% dengan 1 bagia cairan garam fisiologis atau air destilasi seteril, sebagai contoh larutkan dalam 5 ml cairan garam fisiologis atau air seteril. 3. Pastikan bahwa tabung suntik memiliki jarum ukuran 22 dan panjang 4 cm (jarum yang lebih panjang boleh digunakan, jika diperlukan). 4. Letakkan dua jari kedalam vagiana diantara kepala bayi dan perineum. 5. Masukkan jarum ditengah forcette dan arahkan jarum sepanjang tempat yang akan diepisiotomi. 6. Aspirasi (tarik batang penghisap) untuk memastikan bahwa jarum tidak berada didalam pembuluh darah. Jika darah masuk kedalam tabung suntik, jangan suntikkan lidokaine, tarik jarum tersebut keluar. Ubah posisi jarum dantusukkan kembali. Alasan : Ibu bisa mengalami kejang dan bisa terjadi kematian jika lidokaine disuntikkan ke dalam pembuluh darah. 7. Tarik jarum perlahan sambil menyuntikkan masukkan 10 ml lidokaine. 8. Tarik jarum bila sudah kembali ketitik asal jarum suntik ditusukkan. Kulit melembung karena anaestesia bisa terlihat dan dipalpasi pada perineum disepanjang garis yang akan dilakukan episiotomi Prosedur Episiotomi 1. Tunda tindakan episiotomi sampai perineum menipis dan pucat, dan 3-4 cm kepala bayi sudah terlihat pada saat kontraksi. Alasan: Melakukan episiotomi akan menyebabkan perdarahan, jangan melakukannya terlalu dini. 2. Masukkan dua jari kedalam vagina diantara kepala bayi dan perineum. Kedua jari agak direnggangkan dan berikan sedikit tekanan lembut kearah luar pad pperineum. Alasan: Hal ini akan melindungi kepala bayi dari gunting dan meratakan perineum sehingga membuatnya lebih mudah diepisiotomi. 3. Gunakan gunting tajam DTT/steril, tempatkan gunting ditengah-tengah fourcette posterior dan gunting mengarah kesudut yang diinginkan untuk
65
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
melakukan episiotomi mediolateral (jika anda bukan kidal, episiotomi mediolateral yang dilakukan disisi kiri lebih mudah dijahit). Pastikan untuk melakukan palpasi/mengidentifikasi spingter ani eksternal dan mengarahkan gunting cukup jauh kearah samping untuk menghindari spingter. 4. Gunting perineum sekitar 3-5 cm dengan arah mediolateral menggunakan satu atau dua guntingan yang mantap. Hindari menggunting jaringan sedikit demi sedikit karena akan menimbulkan tepi yang tidak rata sehingga akan menyulitkan penjahitan dan waktu penyembuhannya lebih lama. 5. Gunakan gunting untuk memotong 2-3 cm ke dalam vagina. 6. Jika kepala bayi belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka episiotomi dengan dilapisi kain atau kasa DTT/steril diantara kontraksi untuk membantu mengurangi perdarahan. 7. Kendalikan kelahiran kepala, bahu dan badan bayi untuk mencegah perluasan episiotomi. 8. Setelah bayi dan plasenta lahir, periksa dengan hati-hati apakah episiotomi, perineum dan vagina mengalami perluasan robekan atau laserasi, lakukan penjahitan jika terjadi perluasan episiotomi atau laserasi tambahan.
c. RANGKUMAN MATERI -
Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi , kala II dikenal juga sebagai kala pengeluaran
-
Tanda dan gejala kala II 1. Ibu ingin meneran 2. Ibu merasakan adanya tekanan pada anus 3. Perineum terlihat menonjol 4. Vulva – vagina dan spingter ani terlihat membuka 5. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah
-
Perubahan fisiologis pada ibu bersalin yaitu tekanan darah, metabolisme, suhu dan pernafasan meningkat
66
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
d. LATIHAN / TUGAS 1. Diskusikan tentang pengertian persalinan! 2. Diskusikan tanda – tanda kala II? 3. Diskusikan tentang perubahan fisiologis apa saja yang terjadi pada ibu saat persalinan kala II? e. RAMBU – RAMBU JAWABAN SOAL 1. Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi , kala II dikenal juga sebagai kala pengeluaran. Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil pembuahan (konsepsi) yang dapat hidup, dari dalam rahim (uterus) melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar. Usia kehamilan yang dianggap normal (matur / aterm) untuk melahirkan adalah berkisar 38-42 minggu. Jika partus terjadi di usia kehamilan < 38 minggu disebut preterm (prematur), sebaliknya jika partus terjadi saat usia kehamilan > 42 minggu dinamakan posterm (postmatur). 2. Tanda – tanda kala II, yaitu : -
Ibu ingin meneran
-
Ibu merasakan adanya tekanan pada anus
-
Perineum terlihat menonjol
-
Vulva – vagina dan spingter ani terlihat membuka
-
Peningkatan pengeluaran lendir dan darah
3. Perubahan fisiologis yang normal pada ibu saat memasuki kala II persalinan yaitu a.
Tekanan darah Tekanan darah dapat meningkat lagi 15 – 25 mmHg selama kontraksi kala II. Upaya meneran ibu juga berpengaruh terhadap tekanan darah, menyebabkan tekanan darah meningkat dan kemudian menurun dan pada akhirnya berada pada sedikit diatas normal.Diperlukan evaluasi tekanan darah dengan cermat diantara kontraksi. Rata-rata peningkatan
67
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
tekanan darah 10 mmHg di antara kontraksi ketika wanita telah meneran merupakan hal yang normal. b.
Metabolisme Peningkata metabolisme yang terus menerus berlanjut sampai kala II disertai upaya meneran ibu menambah aktifitas otot-otot rangka untuk memperbesar peningkatan metabolisme.
c.
Denyut Nadi Frekuensi denyut nadi ibu bervariasi untuk setiap upaya meneran ibu. Secara keseluruhan, frekuensi nadi meningkat selama kala II persalinan disertai takikardi yang nyata ketika telah mencapai puncak pada saat proses melahirkan.
d.
Suhu Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat proses melahirkan dan segera setelahnya. Peningkatan normal adalah 1 sampai 2 derajat Farenheit (0,5 sampai 1 derajat celcius).
e.
Perubahan Gastrointestinal Penurunan motilitas lambung dan absorbsi yang hebat berlanjut sampai kala II. Biasanya mual dan muntah pada transisi mereda selama kala II persalinan tetapi dapat terus ada pada beberapa wanita. Muntah, ketika terjadi, normalnya hanya sesekali. Yang konstan dan menetap kapan saja selama persalinan merupakan hal yang abnormal dan mungkin merupakan indikasi komplikasi obstetrik, seperti ruptur uterus atau toxemia.
f. DAFTAR PUSTAKA 1. Chapman, Vicky. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. 2003. Jakarta : Buku Kedokteran EGC 2. Chapman, Vicky. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Kala 1. 2003. Jakarta : Buku Kedokteran EGC 3. Depkes, RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI. 4.
_____, 2002, Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI.
68
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
5.
_____, 2001. Standar Pelayanan Kebidanan. Depkes RI, Jakarta
6. Hurlock B, 1999, Psikologi Perkembangan,Jakarta 7. Ilmu Kandungan dan Kebidanan, Sarwono Prawiroharjo, 2008 8. Prawirohardjo Sarwono, 2008, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 9. Saefudin Abdul Bari, 2003, Buku Acuan Nasional, Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo : Jakarta 10. Varney, 1997, Varney’s Midwifery, 3rd Edition, Jones and Barlet Publishers, Sudbury: England 11. Wiknjosastro,
2006,
Ilmu
Kebidanan,
Yayasan
Bina
Pustaka
Prawirohardjo : Jakarta
69
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
BAB VI ASUAHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN KALA III
a. KOMPETENSI DASAR -
Mahasiswa mampu menjelaskan perubahan fisiologis pada kala III
-
Mahasiswa mampu mendemonstrasikan manajemen aktif kala III
-
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan plasenta
-
Mahasiswa mampu mendeteksi komplikasi persalinan kala III dan cara mengatasinya
-
Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian pada kala III
b. URAIAN MATERI
PERSALINAN KALA III Persalinan Kala III merupakan persalinan yang dimulai dari bayi lahir sampai keluarnya plasenta. Biasanya berlangsung antara 5 – 10 menit. Partus kala III disebut pula kala uri. Kelainan pada kala III ini bisa menyebabkan perdarahan. Waktu yang paling kritis untuk mencegah perdarahan postpartum adalah ketika plasenta lahir dan segera setelah itu. Akan tetapi, kisaran normal kala III sampai 30 menit. Risiko perdarahan meningkat apabila kala III lebih dari 30 menit, terutama antara 30 – 60 menit.
Kemajuan Persalinan Kala III persalinan terdiri dari dua fase berurutan, yaitu : 1. Pelepasan plasenta Pelepasan plasenta merupakan hasil penurunan mendadak ukuran kavum uteri selama dan setelah kelahiran bayi, sewaktu uterus berkontraksi mengurangi isi uterus. Pengurangan ukuran uterus secara
70
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
bersamaan berarti penurunan area perlekatan plasenta. Pada sisi perlekatan ini, tidak mampu menahan tekanan dan melengkung, akibatnya terjadi pelepasan plasenta dari dinding uterus di lapisan spongiosa. Setelah lepas, plasenta turun ke segmen bawah uterus atau ke dalam ruang vagina atas. Setelah ibu melahirkan bayinya, kita harus mengevaluasi kemajuan persalinan dan kondisi ibu. Satu tangan ditempatkan di abdomen ibu untuk merasakan, tanpa melakukan masase, bentuk dan posisi uterus serta menentukan apakah uterus berkontraksi. Pelepasan plasenta normal dari dinding uterus dicapai dengan efek kontraksi uterus. Jika uterus dimasase sebelum pelepasan plasenta dari dinding uterus, masase dapat menyebabkan pelepasan sebagian plasenta yang berakibat perdarahan. Bahaya pelepasan sebagian adalah bagian plasenta masih menyatu dengan uterus dan uterus tidak mampu berkontraksi cukup kuat untuk meligasi dan membuat kolaps pembuluh yang dialiri darah, yang terjalin melalui serat otot melalui serat otot dalam area tempat pelepasan telah terjadi. Bidan dapat mengecek dengan menggunakan : a. Kustner Dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada/di atas simfisis, tali pusat ditegangkan, maka bila tali pusat masuk menandakan plasenta belum lepas, kalau plasenta diam atau maju berarti plasenta sudah lepas. b. Strassman Menegangkan tali pusat dan mengetok pada fundus, bila tali pusat bergetar menandakan plasenta belum lepas, jika plasenta tidak bergetar berarti plasenta sudah lepas. c. Klein Pada saat ada his rahim kita dorong sedikit, bila tali pusat kembali berarti plasenta belum lepas, jika plasenta diam atau turun berarti plasenta sudah lepas.
71
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
2. Pengeluaran plasenta Pengeluaran plasenta dimulai dengan penurunan plasenta ke dalam segmen bawah uterus. Plasenta kemudian keluar melewati serviks keruang vagina atas, dari arah plasenta ke luar. Tanda – tanda lepasnya plasenta •
Terjadi perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri
•
Tali pusat memanjang atau terjulur keluar melalui vagina/vulva
•
Adanya semburan darah secara tiba-tiba Setelah plasenta lepas, gunakan tangan diabdomen ibu untuk
meyakinkan bahwa uterus berkontraksi. Kemudian menempatkan permukaan telapak tangan tepat di atas simfisis pubis dan tekan berlawanan arah dengan uterus, angkat sedikit ke arah atas menuju umbilikus. Pada saat yang sama, tangan yang lain menarik tali pusat, menggunakan klem di sekeliling tempat tali pusat. Pada saat yang sama meminta ibu tersebut mengedan. Pada saat menarik tali pusat mengikuti sumbu yang dilalui oleh janin yaitu ke bawah dan ke atas sewaktu plasenta lepas. Jangan pernah memberikan tarikan pada tali pusat kapanpun kecuali uterus berkontraksi. Jika uetrus tidak berkontraksi dan plasenta atau membran melekat ke dinding uterus, inversi uterus adalah bahaya potensial.
Pada keadaan demikian,
tarikan plasenta tidak hanya menarik plasenta tetapi dinding uterus yang menyatu. Kala III berakhir jika membrane segera mengikuti plasenta dan dilahirkan bersama plasenta. Mekanisme pengeluaran plasenta : a. Mekanisme Schultze Kelahiran plasenta dengan presentasi sisi janin. Pelepasan plasenta dimulai dari sisi tengah, disertai pembentukan bekuan retroplasenta sentral, yang mempengaruhi berat plasenta sehingga bagian sentral turun terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan plasenta dan kantong amnion terbalik dan menyebabkan membran melepaskan desidua
72
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
dan tertinggal dibelakang plasenta, membran yang terbalik menangkap dan menahan darah. b. Mekanisme Duncan Kelahiran plasenta dengan sisi maternal. Pelepasan plasenta terjadi pada bagian pinggir atau perifer plasenta. Darah keluar di antara membran dan dinding uterus dan terlihat secara eksternal. Plasenta turun kesamping dan kantong amnion, oleh karena itu tidak berbalik tetapi tertinggal di belakang plasenta untuk kelahiran Tempat implantasi plasenta mengalami pengerutan akibat pengosongan kavum uteri dan kontraksi lanjutan sehingga plasenta dilepaskan dari perlekatannya dan pengumpulan darah pada ruang utero-plasenter akan mendorong plasenta ke luar. Pelepasan dan pengeluaran terjadi karena kontraksi, yang mulai terjadi lagi setelah terhenti singkat setelah kelahiran bayi. Kontraksi kurang lebih setiap 2 sampai 2,5 menit selama kala dua persalinan. Kemudian kontraksi berlangsung setiap 4 – 5 menit sampai plasenta telah lepas dan keluar. Setelah uterus kosong, berkontraksi dengan sendirinya dan tetap berkontraksi jika tonus otot baik. Apabila kontraksi buruk akan mengalami peningkatan aliran lokia dan kontraksi uterus berulang sewaktu uterus relaksasi. Hal ini menyebabkan nyeri setelah melahirkan. Rencana penatalaksanaan kala III Kesalahan
penatalaksanaan
kala
III
adalah
penyebab
utama
perdarahan juga menyebabkan inversi uterus serta syok yang mengancam jiwa. Komplikasi yang membahayakan seperti itu akan dapat dihindari dengan aturan sebagai berikut : 1. Lakukan masase sesegera mungkin setelah kelahiran plasenta 2. Jangan lakukan masase uterus sebelum pelepasan plasenta kecuali apabila pelepasan sebagian telah terjadi dengan proses alamiah dan tampak perdarahan berlebihan.
73
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
3. Jangan mendorong tali pusat sebelum plasenta lepas dan jangan mendorong tali pusat pada saat uterus tidak berkontraksi. 4. Jangan mencoba melahirkan plasenta sebelum pelepasan lengkap
Manajemen Aktif Kala III Tujuan manajemen aktif kala III adalh untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala III persalinan. Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dimana sebagian disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan manajemen aktif kala III. Tiga langkah utama dalam manajemen aktif kaka III •
Pemberian oksitosin/uterotonika sesegera mungkin
•
Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT)
•
Rangsangan taktil pada dinding uterus atau fundus uteri
Penegangan tali pusat terkendali •
Berdiri disamping kanan ibu
•
Pindahkan jepitan semula tali pusat ke titik 5-20 cm dari vulva dan pegang klem penjepit tersebut
•
Letakkan telapak tangan (alas dengan kain) yang lain, pada segmen bawah rahim atau dinding uterus di suprasimfisis
•
Pada saat terjadi kontraksi, tegangkan tali pusat sambil tekan uterus ke dorsokranial
•
Ulangi kembali perasat ini bila plasenta belum dapat dilahirkan (jangan lakukan pemaksaan)
Pemeriksaan Plasenta, Selaput Ketuban Dan Pelepasan Plasenta Setelah plasenta lahir, jangan lupa harus dilakukan pemeriksaan secara teliti karena salah satu penyebab dari perdarahan adalah masih tertinggalnya jaringan di uterus. Jaringan tersebut mempengaruhi proses involusi dari
74
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
uterus. Bidan harus waspada apakah plasenta dan membran lengkap, dan apakah ada abnormalitas seperti ada simpul sejati atau ada tali pusat yang mempunyai dua pembuluh saja. Setelah melahirkan plasenta, penting untuk memeriksa plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa keduanya lengkap. Sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal di dalam uterus akan menghalangi kontraksi uterus sepenuhnya. Jika uterus tidak sepenuhnya berkontraksi, maka ibu bisa kehilangan banyak darah. Permukaan plasenta bagian ibu hendaknya diperiksa untuk memastikan bahwa semua cotyledons ada di pinggiran membran semuanya rata (licin). Hal ini harus dilakukan secepat mungkin supaya jika ada bagian yang hilang, bidan bisa dengan segera mengeluarkannya. Jika membrannya tidak lengkap, kadang-kadang bisa ditarik keluar secara perlahan-lahan dengan menggunakan klem. Jika wanita tersebut tidak mengeluarkan darah, anda bisa memberikan injeksi methergin 0,2 mg (IM) agar kontraksi uterus akan mendesak keluar membran tersebut. Jika ibu mengeluarkan darah, kenakanlah sarung tangan steril atau yang telah di-DTT dengan kasa yang dililit di jari telunjuk dan sapulah lobang servik dan uterus untuk mengeluarkan membran yang tertinggal. Setelah pemeriksaan plasenta, periksalah daerah perineum. Dengan lembut dan perlahan periksalah perineum, vagina, dan vulva untuk mengetahui apakah ada robekkan. Setelah proses kelahiran, vagina akan mengalami peregangan dan lebih besar dari biasanya. Mungkin akan ada bagian-bagian yang merah, edema dan lecet. Dengan perlahan-lahan periksalah anus untuk mengetahui apakah ada trauma atau hemorhoid yang bisa menonjol keluar atau terjadi thrombosis setelah proses kelahiran.
Deteksi Komplikasi Persalinan Perdarahan kala III terjadi akibat pelepasan plasenta sebagian. Perdarahan terjadi karena kesalahan penatalaksanaan pada kala III. Pelepasan sebagian plasenta dapat terjadi secara alami selama pelepasan plasenta fisiologis, tetapi pelepasan sebagian akibat masase uterus sebelum plasenta
75
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
lepas dari dinding uterus tidak fisiologis, dan akibatnya dapat dipastikan adalah perdarahan kala III. 1. Atonia uterus Faktor predisposisi terjadinya perdarahan karena atonia uteri a. Umur yang terlalu muda dan terlalu tua b. Sering dijumpai pada multipara dan grandemultipara c. Partus lama d. Obstetri operatif dan narkose e. Uterus terlalu regang dan besar (gemeli, hidramnion, atau janin besar) f. Kelainan pada uterus (mioma uteri) g. Sosio ekonomi (malnutrisi) Penanganan perdarahan karena atonia uteri Tahap I
:
perdarahan yang tidak begitu banyak dapat diatasi dengan
cara pemberian uterotonika dan masase uterus Tahap II :
bila perdarahan belum berhenti dan bertambah banyak, selanjutnya berikan infuse dan transfusi darah dan lakukan kompresi bimanual, kompresi aorta, dan jepitan artari.
Tahap III : bila semua upaya di atas tidak berhasil maka usaha yang terakhir dilakukan adalah menghilangkan sumber perdarahan, yaitu dengan meligasi arteri hipogastrika atau histerektomi. 2. Retensio plasenta Adalah keadaan dimana plasenta belum lahir selama setengah jam setelah bayi lahir. Penyebab terjadinya retensio plasenta : a. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh melekat lebih dalam. Menurut tingkat perlekatan : -
Plasenta adhesiva (melekat pada desidua endometrium lebih dalam)
-
Plasenta inkreta (dimana vili khorealis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua sampai miometrium)
76
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
-
Plasenta akreta (menembus lebih dalam ke dalam miometrium tetapi belum menembus serosa)
-
Plasenta perkreta (yang menembus sampai serosa atau perimetrium dinding rahim)
b. Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Bisa juga karena adanya lingkaran kontriksi pada bagian bawah rahim akibat kesalahan penanganan kala III, yang akan menghalangi plasenta keluar. Penanganan Apabila plasenta dalam waktu setengah sampai 1 jam tidak lahir dan terjadi perdarahan, maka harus segara dikeluarkan. Tindakan yang dapat dikerjakan adalah : a) Manual plasenta b) Bila perdarahan banyak berikan transfusi darah c) Berikan obat – obatan seperti uterotunika dan antibiotika. 3. Perlukaan jalan lahir Setelah persalinan dan keluar perdarahan tetapi kontraksi uterus baik,darah yang keluar berwarna merah muda kemungkinan perdarahan terjadi karena adanya robekan jalan lahir. Perhatikan dan temukan penyebab perdarahan dari laserasi atau robekan perineum dan vagina. Nilai perluasan laserasi perineum, laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan. -
Derajat satu dan dua : mukosa vagina, komisura posterior, kulit dan otot perineum.
-
Derajat tiga : mukosa vagina, komisura posterior, kulit dan otot perineum, dan otot sfingter ani.
-
Derajat empat : mukosa vagina, komisura posterior, kulit dan otot perineum, otot sfingter ani dan dinding depan rectum.
Jika terdapat robekan yang berdarah dan lebih dari 1 cm, dilakukan penjahitan luka perineum.
77
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
d. RANGKUMAN MATERI -
Persalinan Kala III merupakan persalinan yang dimulai dari bayi lahir sampai keluarnya plasenta
-
Pelepasan plasenta merupakan hasil penurunan mendadak ukuran kavum uteri selama dan setelah kelahiran bayi, sewaktu uterus berkontraksi mengurangi isi uterus.
-
Pengeluaran plasenta dimulai dengan penurunan plasenta ke dalam segmen bawah uterus, plasenta kemudian keluar melewati serviks keruang vagina atas, dari arah plasenta ke luar
-
-
Tanda – tanda lepasnya plasenta •
Terjadi perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri
•
Tali pusat memanjang atau terjulur keluar melalui vagina/vulva
•
Adanya semburan darah secara tiba-tiba
Tiga langkah utama dalam manajemen aktif kaka III •
Pemberian oksitosin/uterotonika sesegera mungkin
•
Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT)
•
Rangsangan taktil pada dinding uterus atau fundus uteri
e. LATIHAN / TUGAS Diskusikan tentang persalinan kala III!
f. RAMBU – RAMBU JAWABAN SOAL Persalinan Kala III merupakan persalinan yang dimulai dari bayi lahir sampai keluarnya plasenta. Tiga langkah manajemen aktif kala III a. Pemberian oksitosin/uterotonika sesegera mungkin b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT) c. Rangsangan taktil pada dinding uterus atau fundus uteri Pelepasan plasenta merupakan hasil penurunan mendadak ukuran kavum uteri selama dan setelah kelahiran bayi, sewaktu uterus berkontraksi mengurangi isi
78
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
uterus. Pengeluaran plasenta dimulai dengan penurunan plasenta ke dalam segmen bawah uterus, plasenta kemudian keluar melewati serviks keruang vagina atas, dari arah plasenta ke luar
g. DAFTAR PUSTAKA 1. Chapman, Vicky. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. 2003. Jakarta : Buku Kedokteran EGC 2. Depkes, RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI. 3.
_____, 2002, Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI.
4.
_____, 2001. Standar Pelayanan Kebidanan. Depkes RI, Jakarta
5. Prawirohardjo Sarwono, 2008, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 6. Saefudin Abdul Bari, 2003, Buku Acuan Nasional, Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo : Jakarta 7. Varney, 1997, Varney’s Midwifery, 3rd Edition, Jones and Barlet Publishers, Sudbury: England 8. Wiknjosastro,
2006,
Ilmu
Kebidanan,
Yayasan
Bina
Pustaka
Prawirohardjo : Jakarta
79
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
BAB VII ASUAHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN KALA IV
a. KOMPETENSI DASAR -
Mahasiswa dapat menjelaskan perubahan fisiologis pada kala IV
-
Mahasiswa mampu memantau dan mengevaluasi pada kala IV
-
Mahasiswa mampu menunjukkan ketrampilan penjahitan luka laserasi / episiotomi
b. URAIAN MATERI KALA IV (Kala Pengawasan) Adalah kala pengawasan selama 1 – 2 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Darah yang keluar diperkirakan sebaik-baiknya. Kehilangan darah pada persalinan biasa disebabkan oleh luka pada pelepasan uri dan robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata dalam batas normal jumlah perdarahan adalah 250 cc, biasanya 100 – 300 cc. Bila perdarahan lebih dari 500 cc ini sudah dianggap abnormal dan harus dicari penyebabnya. Jangan meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi dan uri lahir. Sebelum pergi meninggalkan ibu yang baru melahirkan, periksa ulang dulu dan perhatikan 7 pokok penting: 1. Kontraksi rahim: baik/tidak dapat diketahui dengan palpasi. Lakukan massasse dan berikan uterus tonika: methergin, ermetrin dan pitosin. 2. Perdarahan: ada/tidak, banyak/biasa 3. Kandung kencing: harus kosong, kalau penuhibu suruh kencing dan kalau tidak bisa lakukan kateterisasai. 4. Luka-luka: jahitannya baik/tidak, ada perdarahan/tidak 5. Uri dan selaput ketuban harus lengkap. 80
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
6. Keadaan umum ibu: tensi, nadi, pernapasan, dan rasa sakit. 7. Bayi dalam keadaan baik.
Memberikan Asuhan Pada Ibu Bersalin Kala IV 1. Fisiologi Kala IV Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah pusat. Otot – otot uterus berkontraksi, pembuluh darah yang ada diantara anyaman – anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah palsenta dilahirkan. 2.
Evaluasi Uterus : konsistensi, atonia Setelah
plasenta
lahir
dilakukan
pemijatan
uterus
untuk
merangsang uterus berkontraksi. Dalam evaluasi uterus yang perlu dilakukan adalah mengobservasi kontraksi dan konsistensi uterus. Kontraksi uterus yang normal adalah pada perabaan fundus uteri akan teraba keras. Jika tidak terjadi kontraksi dalam waktu 15 menit setelah dilakukan pemijatan uterus akan terjadi atonia uteri. 3.
Pemeriksaan Serviks, vagina, dan perineum a. Serviks Perubahan yang terjadi pada serviks adalah serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan srviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah ada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Dilihat dari warnanya serviks menjadi merah kehitam- hitaman karena penuh pembuluh darah, konsistensinya lunak. Segera setelah janin dilahirkan serviks masih bisa dimasuki oleh tangan pemeriksa, tetapi setelah 2 jam hanya bisa dimasuki 2-3 jari. b. Vagina Dan Perineum Evaluasi laserasi dan perdarahan aktif pada perineum dan vagina. Nilai perluasan laserasi perineum. Derajat laserasi perineum terbagi atas :
81
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
1) Derajat I Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior dan kulit perineum. Pada derajat I ini tidak perlu dilakukan penjahitan, kecuali jika terjadi perdarahan. 2) Derajat II Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum dan otot perineum. Pada derajat II dilakukan penjahitan dengan teknik jelujur 3) Derajat III Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum dan otot spingter ani external. 4) Derajat IV Derajat III ditambah dinding rectum anterior. Pada derajat III dan IV segera lakukan rujukan karena laserasi ini memerlukan t teknik dan prosedur khusus Setelah melahirkan plasenta, penting untuk memeriksa plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa keduannya lengkap. Sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal di dalam uterus akan menghalangi kontraksi uterus sepenuhnya. Jika uterus tidak sepenuhnya berkontraksi, maka ibu bisa kehilangan banyak darah. Permukaan plasenta bagian ibu hendaknya diperiksa untuk memastikan bahwa semua cotyledons ada di pinggiran membran semuanya rata (licin). Hal ini harus dilakukan secepat mungkin supaya jika ada bagian yang hilang, bidan bisa dengan segera mengeluarkannya. Jika membrannya tidak lengkap, kadang-kadang bisa ditarik keluar secara perlahan-lahan dengan menggunakan klem. Jika wanita tersebut tidak mengeluarkan darah, anda bisa memberikan injeksi methergin 0,2 mg (IM) agar kontraksi uterus akan mendesak keluar membran tersebut. Jika ibu
82
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
mengeluarkan darah, kenakanlah sarung tangan steril atau yang telah diDTT dengan kasa yang dililit di jari telunjuk dan sapulah lobang servik dan uterus untuk mengeluarkan membran yang tertinggal. Setelah pemeriksaan plasenta, periksalah daerah perineum. Dengan lembut dan perlahan periksalah perineum, vagina, dan vulva untuk mengetahui apakah ada robekkan. Setelah proses kelahiran, vagina akan mengalami peregangan dan lebih besar dari biasanya. Mungkin akan ada bagian-bagian yang merah, edema dan lecet. Dengan perlahan-lahan periksalah anus untuk mengetahui apakah ada trauma atau hemorhoids yang bisa menonjol keluar atau terjadi thrombosis setelah proses kelahiran. 4. Pemantauan dan evaluasi lanjut Selama dua jam pertama pascapersalinan : a. Pantau tekanan darah, nadi, suhu, TFU, kandung kemih dan perdarahan yang terjadi setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua. Jika ada temuan yang tidak normal lakukan observasi dan penilaian secara lebih sering b. Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua. Jika ada temuan yang tidak normal tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian. c. Pantau suhu tubuh ibu 1x setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan. Jika suhu tubuh meningkat pantau lebih sering d. Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua e. Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan perdarahan uterus juga bagaimana melakukan pemijatan jika uterus menjadi lembek f. Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan Bantu ibu untuk mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi
83
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
ibu agar nyamandengan cara duduk bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga agar tubuh dan kepala bayi diselimuti dengan baik, berikan bayi kepada ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI. g. Lengkapi dengan asuhan esensial bagi bayi baru lahir. h. Periksa banyaknya urine setiap 15 menit pada satu jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam kedua Sebagian besar kematian ibu pada periode paska persalinan terjadi pada 6 jam pertama setelah persalinan. Kematian ini disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan eclampsia. Olek karena itu, pemantauan selama dua jam pertama post partum sangat penting. Selama kala IV ini haruslah peneruskan penatalaksanaan . Yang harus dievaluasi: a. Suhu harus diperiksa satu kali pada kala IV b. Tekanan darah, nadi, ukuran dan tonus uterus, kandung kemih dan perdarahan semuanya harus dievaluasi setiap 15 menit untuk satu jam pertama post partum dan kemudian, jika semuanya normal, setiap 30 menit pada jam kedua. 5.
Perkiraan darah yang hilang Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan cara melihat darah tersebut dan memperkirakan berapa banyak botol berukuran 500 ml yang bias dipenuhi darah tersebut. Jika darah bias mengisi 2 botol artinya ibu telah kehilangan 1 lt darah. Memperkirakan kehilangan darah hanyalah sal;ah satu cara u ntuk menilai kondisi ibu. Upaya yang lebih penting adalah dengan memeriksa ibu secara berkala dan lebih sering selama kala IV dan menilai kehilangan darahnya dengan cara memantau tanda vital, mengevaluasi kondisi terkini, memperkirakan jumlah perdarahan lanjutan dan menilai tonus uterus Sangat sulit untuk memperkirakan kehilangan darah secara tepat karena darah sering kali bercampur dengan cairan ketuban atau urin dan
84
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
mungkin terserap di handuk, kain atau sarung. Tidak mungkin menilai kehilangan darah secara akurat dengan menghitung sarung, karena ukuran sarung bermacam-macam dan mungkin siganti jika terkena sedikit darah atau pada saat benar-benar basah oleh darah. Meletakkan wadah atau pispot di bawah bokong ibu untuk mengumpulkan darah bukanlah cara yang efektif untuk mengukur kehilangan darah dan bukan merupakan cerminan asuhan sayang ibu, berbaring di atas wadah atau pispot sangat tidak nyaman dan menyulitkan ibu untuk memegang dan menyusui bayinya. Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan cara melihat darah tersebut dan memperkirakan berapa banyak botol berukuran 500 ml yang bisa dipenuhi darah tersebut. Jika darah bisa mengisi 2 botol, ibu telah kehilangan darah 1 liter. Darah bisa mengisi setengah botol, ibu kehilangan 250 ml darah. Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi ibu. Prinsip Penjahitan Luka Episiotomi 1. Anestesi Lokal, Prinsip Penjahitan perineum a. Anestesi Lokal Berikan anestesi local pada setiap ibu yang memerlukan penjahitan laserasi atau episiotomi, ini merupakan asuhan sayang ibu. Jika ibu dilakukan tindakan episiotomi dengan anestesi local, lakukan pengujian pada luka untuk mengetahui bahwa bahan anestesi masih bekerja. Sentuh luka dengan jarum yang tajam atau cubit dengan forseps atau cunam. Jika ibu merasa tidak nyaman, ulangi pemberian anestesi local. Gunakan tabung suntik steril sekali pakai dengan jarum ukuran 22 atau lebih kecil tergantung pada tempat yang memerlukan anestesi dengan panjang 4 cm. Obat standar untuk anestesi local adalah lidokain 1 %. Lidokain 2 % tidak dianjurkan karena terlalu tinggi
85
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
konsentrasinya dan bisa menimbulkan nekrosis jaringan. Lidokain dengan epinephrine tidak dianjurkan juga karena akan memperlambat efek kerjanya. 1) Jelaskan pada ibu apa yang akan anda lakukan dan bantu ibu merasa santai. 2) Hisap 10 ml larutan lidokain 1 % ke dalam alat suntik sekali pakai ukuran 10 ml (tabung suntik yang lebih besar boleh digunakan, jika diperlukan). 3) Tempelkan jarum ukuran 22 sepanjang 4 cm ke tabung suntik tersebut. 4) Tusukkan jarum ke ujung atau pojok laserasi atau sayatan lalu tarik jarum sepanjang tepi luka (ke arah bawah di antara mukosa dan kulit perineum) 5) Aspirasi (tarik pendorong tabung suntik) untuk memastikan bahwa jarum tidak berada di dalam pembuluh darah. Jika darah masuk ke dalam tabung suntik, jangan suntikkan lidokain dan tarik jarum seluruhnya. Pindahkan posisi jarum dan suntikkan kembali. Alasan: Ibu bisa mengalami kejang dan kematian bisa terjadi jika lidokain disuntikkan ke dalam pembuluh darah. 6) Suntikkan anestesi sejajar dengan permukaan luka pada saat jarum suntik ditarik perlahan-lahan. 7) Tarik jarum hingga sampai ke bawah tempat dimana jarum tersebut disuntikkan. 8) Arahkan lagi jarum ke daerah di atas tengah luka dan ulangi langkah ke 4. Tusukkan jarum untuk ketiga kalinya dan sekali lagi ulangi langkah ke 4 sehingga tiga garis di satu sisi luka mendapatkan anestesi local. Ulangi proses ini di sisi lain dari luka tersebut. Setiap sisi luka akan memerlukan kurang lebih 5 ml lidokain untuk mendapatkan anestesi yang cukup.
86
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
9) Tunggu selama 2 menit dan biarkan anestesi tersebut bekerja dan kemudian uji daerah yang dianestesi dengan cara dicubit dengan forseps atau disentuh dengan jarum yang tajam. Jika ibu merasakan jarum atau cubitan tersebut, tunggu 2 menit lagi dan kemudian uji kembali sebelum mulai menjahit luka. b. Prinsip Penjahitan Perineum Jika perlukaan hanya mengenai bagian luar (sauperfisial) saja atau jika perlukaan-perlukaan tersebut tidak mengeluarkan darah, biasanya tidak perlu dijahit. Hanya perlukaan yang aktif dalam di mana jaringannya tidak bisa didekatkan dengan baik atau perlukaan yang aktif mengeluarkan darah memerlukan suatu penjahitan. Perlukaan bisa sembuh karena pembentukan jaringan-jaringan baru. Jaringan bekas luka akan tumbuh kembali diantara kedua sisi luka untuk kemudian menyatu kembali. Penjahitan akan membawa kedua sisi perlukaan menyatu untuk mempermudah pertumbuhan jaringan bekas luka. Setiap kali tujukan jahitan dibuat, jaringan akan terluka dan satu tempat baru masuknya bakteri akan tercipta. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk menggunakan jumlah jahitan yang sesedikit mungkin untuk merapatkan jaringan dan untuk menghentikan pegeluaran darah dari perlukaan. Tujuan dari penjahitan perlukaan perineum/episiotomi ialah: 1) Untuk mendekatkan jaringan-jaringan agar proses penyembuhan bisa terjadi. Proses penyembuhan itu sendiri bukanlah hasil dari penjahitan tersebut tetapi hasil dai pertumbuhan jaringannya. 2) Untuk menghentikan perdarahan. 2.
Penjahitan Episiotomi/laserasi Keuntungan-keuntungan teknik penjahitan jelujur : a.
Mudah dipelajari karena hanya melibatkan satu jenis teknik penjahitan saja.
87
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
b.
Sedikit memberikan rasa nyeri bagi ibu karena lebih sedikit benang yang digunakan.
c.
Jumlah jahitan lebih sedikit.
Persiapan Penjahitan a.
Bantu ibu mengambil posisi litotomi sehingga bokongnya berada di tepi tempat tidur atau meja. Topang kakinya dengan alat penopang atau minta anggota keluarga untuk memegang kaki ibu sehingga ibu tetap berada dalam posisi litotomi.
b.
Tempatkan handuk atau kain bersih di bawah bokong ibu.
c.
Jika mungkin, tempatkan lampu sedemikian rupa sehingga perineum bisa dilihat dengan jelas.
d.
Gunakan teknik aseptic pada saat memeriksa robekan atau episiotomi, memberikan anestesi local dan menjahit luka.
e.
Cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.
f.
Pakai sarung tangan DTT atau steril.
g.
Dengan menggunakan teknik aseptic, persiapkan peralatan dan bahan-bahan DTT untuk penjahitan.
h.
Duduk dengan posisi santai dan nyaman sehingga luka bisa dengan mudah dilihat dan penjahitan bisa dilakukan tanpa kesulitan.
i.
Gunakan kain/kasa DTT atau bersih untuk menyeka vulva, vaginadan perineum ibu dengan lembut, bersihkan darah atau bekuan darah yang ada sambil menilai dalam dan luasnya luka.
j.
Periksa vagina, serviks dan perineum secara lengkap. Pastikan bahwa laserasi/sayatan perineum hanya merupakan derajat satu atau dua. Jika laserasi atau episiotomi telah meluas, periksa lebih jauh untuk memeriksa bahwa tidak terjadi robekan derajat tiga atau empat. Masukkan jari yang bersarung tangan ke dalam anus dengan hati-hati dan angkat jari tersebut perlahan-lahan untuk mengidentifikasi sfingter ani. Raba tonus atau ketegangan
88
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
sfingter, jika sfingter terluka, ibu mengalami laserasi derajat tiga atau empat dan harus dirujuk segera. Ibu dirujuk jika mengalami laserasi serviks. k.
Ganti sarung tangan dengan sarung tangan DTT atau steril yang baru setelah melakukan pemeriksaan rectum.
l.
Berikan anestesi local (kajilah teknik untuk memberikan anestesi local di bawah ini).
m. Siapkan jarum (pilih jarum yang batangnya bulat, tidak pipih) dan benang. Gunakan benang kromik 2-0 atau 3-0. Benang kromik bersifat lentur, kuat, tahan lama dan paling sedikit menimbulkan reaksi jaringan. n.
Tempatkan jarum pada pemegang jarum dengan sudut 90 derajat, dan jepit jarum tersebut.
Langkah-langkah penjahitan laserasi perineum/episiotomi: a.
Cuci tangan secara seksama dan gunakan sarung tangan DTT atau steril. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi, atau jika tertusuk jarum maupun peralatan tajam lainnya.
b.
Pastikan bahwa peralatan dan bahan-bahan yang digunakan untuk melakukan penjahitan sudah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril.
c.
Setelah memberikan anestesi local dan memastikan bahwa daerah tersebut sudah di anestesi, telusuri dengan hati-hati menggunakan satu jari untuk secara jelas menentukan batas-batas luka. Nilai kedalaman luka dan lapisan jaringan mana yang terluka. Dekatkan tepi laserasi untuk menentukan bagaimana cara menjahitnya menjadi satu dengan mudah.
d.
Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di bagian dalam vagina. Setelah membuat tusukkan pertama, buat ikatan dan potong pendek benang yang lebih pendek dari ikatan.
e.
Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin hymen.
89
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
f.
Tepat sebelum cincin hymen, masukkan jarum ke dalam mukosa vagina lalu ke bawah cincin hymen sampai jarum ada di bawah laserasi. Periksa bagian antara jarum diperineum dan bagian atas laserasi. Perhatikan seberapa dekat jarum ke puncak luka.
g.
Teruskan ke arah bawah tapi tetap pada luka, menggunakan jahitan jelujur, hingga mencapai bagian bawah laserasi. Pastikan bahwa jarak setiap jahitan sama dan otot yang terluka telah dijahit. Jika laserasi meluas ke dalam otot, mungkin perlu untuk melakukan satu atau dua lapis jahitan terputus-putus untuk menghentikan perdarahan dan/atau mendekatkan jaringan tubuh secara efektif.
h.
Setelah mencapai ujung laserasi, arahkan jarum ke atas dan teruskan penjahitan menggunakan jahitan jelujur untuk menutupi lapisan subkutikuler dan jahitan ini akan menjadi jahitan lapis kedua. Periksa lubang bekas jarum, jahitan lapis kedua ini akan meninggalkan luka yang tetap terbuka berukuran 0,5 cm atau kurang. Luka ini akan menutup dengan sendirinya pada saat penyembuhan luka.
i.
Tusukkan jarum dari robekan perineum ke dalam vagina dan jarum harus keluar dari belakang cincin hymen.
j.
Ikat benang dengan membuat simpul di dalam vagina. Potong ujung benang dan sisakan sekitar 1,5 cm. Jika ujung benang dipotong terlalu pendek, simpul akan longgar dan laserasi akan membuka.
k.
Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan bahwa tidak ada kasa atau peralatan yang tertinggal di dalam.
l.
Dengan lembut masukkan jari paling kecil ke dalam anus. Raba apakah ada jahitan pada rectum. Jika ada jahitan yang teraba, ulangi pemeriksaan rectum 6 minggu pascapersalinan. Jika penyembuhan belum sempurna (misalnya jika ada fistula
90
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
rektovaginal atau jika ibu melaporkan inkontinensia alvi atau feses), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. m. Cuci daerah genital dengan lembut dengan sabun dan air DTT, kemudian keringkan. Bantu ibu mencari posisi yang lebih nyaman. n.
Nasehati ibu untuk: 1) Menjaga perineumnya selalu bersih dan kering 2) Hindari
penggunaan
obat-obatan
tradisional
pada
perineumnya 3) Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3-4 kali/hari 4) Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya. Ibu harus kembali lebih awal jika ia mengalami demam atau mengeluarkan cairan yang berbau busuk dari daerah lukanya atau jika daerah tersebut menjadi lebih nyeri. Robekan tingkat III dan IV Jika robekan tingkat III dan IV tidak diperbaiki dengan baik, pasien dapat menderita gangguan defekasi dan flatus. Jika robekan rectum tidak diperbaiki, dapat terjadi infeksi dan fistula rektovaginal. Jahitan sfingter ani 1. Jepit otot sfingter dengan klem Allis atau pinset 2. Tautkan ujung otot sfingter ani dengan 2-3 jahitan benang kromik 2-0 angka 8 secara interuptus 3. Larutkan antiseptic pada daerah robekan 4. Reparasi mukosa vagina, otot perineum dan kulit Pemantauan Selama Kala IV 1. Tekanan Darah, Suhu Tekanan Darah yang Normal adalah < 140/90 mmHg. Sebagian wanita mempunyai tekanan darah < 90/60 mmHg. Jika denyut nadinya
91
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
adalah normal, maka tekanan darah yang rendah tidak akan menjadi masalah. Akan tetapi, jika tekanan darah adalah < 90/60 dan nadinya adalah > 100 x/mnt, maka ini mengindikasikan adanya suatu masalah. Suhu tubuh yang normal adalah, < 38 oC, jika suhunya > 38 oC, bidan harus mengumpulkan data-data lain untuk memungkinkan dia mengidentifikasi masalahnya. Suhu yang tinggi tersebut mungkin disebabkan oleh dehydrasi (oleh karena persalinan yang lama dan tidak cukup minum) atau oleh infeksi. 2. Tonus Uterus dan Tinggi Fundus Uterus Palpasilah uterus untuk menentukan tonusnya serta lokasinya dalam hubungannya dengan umbilikus. Uterus akan terasa lembek jika tidak berkontraksi dengan baik. Masasselah uterus tersebut setiap 15 menit selama satu jam kedepan. Tinggi fundus yang normal segera setelah persalinan adalah kira-kira setinggi umbilikus. Jika ibu tersebut sudah berkali-kali melahirkan anak, atau jika anaknya adalah kembar atau bayi yang besar, maka tinggi fundus yang normalnya adalah di atas umbilikus. 3. Perdarahan Perdarahan yang normal setelah kelahiran mungkin hanya akan sebanyak satu pembalut wanita perjam selama enam jam pertama atau seperti darah haid yang banyak. Jika perdarahan lebih banyak dari ini, maka ibu tersebut hendaknya diperiksa lebih sering dan penyebabpenyebab dari perdarahan berat seharusnya diselidiki. Apakah ada laserasi pada vagina atau servik? Apakah uterus berkontraksi dengan baik? Apakah kandung kencingnya kosong? 4. Kandung Kencing Jika kandung kencingnya penuh dengan air seni, maka uterus tidak dapat berkontraksi dengan baik. Jika uterus naik di dalam abdomen, dan tergeser kesamping, hal ini biasanya merupakan pertanda bahwa kandung kencingnya penuh. Bantulah ibu tersebut bangun dan coba apakah ia dapat
92
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
buang air kecil. Jika ia tidak bisa buang air kecil, bantulah ia agar merasa rileks dengan meletakkan jari-jarinya di dalam air hangat, mengucurkan air keatas perineumnya, dengan menjaga privacinya. Jika ia tetap tidak dapat kencing, lakukan kateterisasi. Setelah kandung kencingnya kosong, maka uterusnya akan dapat berkontraksi dengan baik. c. RANGKUMAN MATERI -
Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum
-
Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah pusat. Otot – otot uterus berkontraksi, pembuluh darah yang ada diantara anyaman – anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah palsenta dilahirkan.
-
Setelah melahirkan plasenta, penting untuk memeriksa plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa keduannya lengkap. Sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal di dalam uterus akan menghalangi kontraksi uterus sepenuhnya. Jika uterus tidak sepenuhnya berkontraksi, maka ibu bisa kehilangan banyak darah.
-
Tujuan dari penjahitan perlukaan perineum/episiotomi ialah: 1. Untuk mendekatkan jaringan-jaringan agar proses penyembuhan bisa terjadi. Proses penyembuhan itu sendiri bukanlah hasil dari penjahitan tersebut tetapi hasil dai pertumbuhan jaringannya. 2. Untuk menghentikan perdarahan.
-
Pemantauan Kala IV meliputi tekanan darah, suhu, tonus uterus, TFU, perdarahan, dan kandung kencing
d. LATIHAN / TUGAS Diskusikan tentang persalinan pada kala IV!
93
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
e. RAMBU – RAMBU JAWABAN SOAL Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 – 2 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Pemantauan Kala IV meliputi tekanan darah, suhu, tonus uterus, TFU, perdarahan, dan kandung kencing. Setelah melahirkan plasenta, penting untuk memeriksa plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa keduannya lengkap. Sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal di dalam uterus akan menghalangi kontraksi uterus sepenuhnya. Jika uterus tidak sepenuhnya berkontraksi, maka ibu bisa kehilangan banyak darah.
f. DAFTAR PUSTAKA 1. Chapman, Vicky. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. 2003. Jakarta : Buku Kedokteran EGC 2. Depkes, RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI. 3.
_____, 2002, Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI.
4.
_____, 2001. Standar Pelayanan Kebidanan. Depkes RI, Jakarta
5. Prawirohardjo Sarwono, 2008, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 6. Saefudin Abdul Bari, 2003, Buku Acuan Nasional, Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo : Jakarta 7. Varney, 1997, Varney’s Midwifery, 3rd Edition, Jones and Barlet Publishers, Sudbury: England
94
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
BAB VIII ASUAHAN KEBIDANAN PADA BAYI SEGERA SETELAH LAHIR
a. KOMPETENSI DASAR -
Mahasiswa mampu menjelaskan adanya perubahan fisiologis BBL terhadap kehidupan di luar uterus
-
Mahasiswa mampu memantau dan mengevaluasi pada BBL
-
Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian pada BBL
b. URAIAN MATERI Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir dalam hari-hari pertamanya merupakan masa kehidupan yang rentan dan berisiko tinggi mengalami berbagai komplikasi atau gangguan kesehatan. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu diketahui berbagai perubahan/adaptasi BBL terhadap kehidupan di luar uterus, rawat gabung, dan pencegahan infeksi pada BBL. Transisi/proses adaptasi BBL yang paling dramatik dan cepat terjadi pada 4 aspek, yaitu pada system pernafasan, sistem sirkulasi/kardiovaskuler, kemampuan termoregulasi, dan kemampuan menghasilkan sumber glukosa. Selain itu pada sistem tubuh lainnya juga terjadi perubahan walaupun tidak jelas terlihat. Perubahan Sistem Pernafasan 1. Perkembangan paru-paru Paru-paru berasal dari titik tumbuh (jaringan endoderm) yang muncul dari faring yang bercabang kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini terus berlanjut setelah kelahiran hingga sekitar usia 8 tahun sampai jumlah bronkiolus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya bukti
95
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
gerakan nafas sepanjang trimester 2 dan 3. Ketidakmatangan paru-paru terutama akan mengurangi peluang kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu, yang disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan system kapiler paru-paru dan tidak mencukupinya jumlah surfaktan. 2. Awal adanya nafas Empat faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi : •
Penurunan Pa O2 dan kenaikan Pa CO2 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotis
•
Tekanan terhadap rongga dada (toraks) sewaktu melewati jalan lahir.
•
Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang permukaan gerakan pernafasan.
•
Refleks deflasi Hering Breur Pernafasan pertama pada BBL terjadi normal dalam waktu 30 detik
setelah kelahiran, tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan cairan paru-paru (jumlahnya 80-100 ml) kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut, sehingga cairan yang hilang ini diganti dengan udara. Paru-paru berkembang sehingga rongga dada kembali pada bentuk semula pernafasan pada neonatus terutama pernafasan diafragmatik dan abdominal dan biasanya masih tidak teratur frekuensi dan dalamnya pernafasan. Kompresi dan dekompresi kepala bayi selama proses kelahiran diyakini merangsang pusat pernafasan di dalam otak yang pada gilirannya mempertahankan rangsangan tersebut terhadap upaya bernafas. Rangsangan taktil dianggap kecil (sedikit) arti pentingnya dalam hal ini. Akan tetapi rasa sakit yang disebabkan oleh ekstensi tungkai yang masih fleksi, sendi-sendi dan tulang punggung bisa dianggap menjadi penyebab timbulnya respon awal dari anak tersebut terhadap kehidupan di luar uterus.
96
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
3. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernafas Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk : •
Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
•
Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan yang cukup
dan aliran darah ke paru-paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan meningkat sampai paru-paru matang sekitar 30 – 34 minggu kehamilan. Surfaktan ini mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernafasan. Tanpa surfaktan, alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernafasan, yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan energi memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stress pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.
4. Fungsi sistem pernafasan dalam kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh drah paru-paru akan mengalami vasokonstriksi. Pengerutan pembuluh darah ini berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigenasi yang akan memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim..
97
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
Perubahan Sistem Peredaran Darah/Kardiovaskuler dan darah Setelah lahir, darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim, harus terjadi dua perubahan besar: • Penutupan foramen ovale pada atrium paru-paru dan aorta • Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh system pembuluh tubuh. Jadi perubahan-perubahan tekanan langsung berpengaruh pada aliran darah. Oksigen menyebabkan system pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah. Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam pembuluh darah: • Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang. • Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru-paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan pembuluh darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan tekanan atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup. Dengan pernafasan, kadar oksigen dalam darah meningkat. Mengakibatkan duktus arteriosus mengalami konstriksi dan menutup dalam waktu 8-10 jam setelah bayi lahir. Vena umbilicus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan 98
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
setelah tali pusat di klem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung dalam 2-3 bulan. Total volume darah yang bersirkulasi pada waktu lahir adalah 80 ml/kg bobot tubuh. Akan tetapi dapat meningkat jika pemutusan tali pusat tidak dilakukan pada waktu lahir. Tingkat haemoglobin tinggi (15-20 g/dl). 70% adalah Hb janin. Perubahan Hb janin ke dewasa yang terjadi di rahim selesai pada 1-2 tahun kehidupan.
Penyesuaian Termal/Pengaturan Suhu BBL belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lenih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan darah bayi.BBL/neonatus dapat menghasilkan panas dengan tiga cara: menggigil, aktivitas volunter otot, dan termogenesis bukan melalui mekanisme menggigil. Menggigil saja tidak efisien dan seorang bayi cukup bulan tidak menghasilkan panas dengan jalan ini. Aktivitaas otot dapat membangkitkan panas tetapi manfaatnya terbatas bahkan pada bayi-bayi cukup bulan dengan kekuatan otot cukup kuat untuk tetap berada dalam posisi fleksi. Termogenesis bukan menggigil menunjuk pada penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terletak pada dan sekitar tulang belakang, klavikula dan sternum, ginjal serta pembuluh darah utama. Jumlah lemak coklat tergantung pada usia kehamilan dan menurun pada BBL yang terhambat pertumbuhannya. Produksi panas melalui penggunaan cadangan lemak coklat mulai dengan rangsangan dingin yang memicu aktivitas hipotalamus. Pesan-pesan imiawi akan dikirim ke sel-sel lemak coklat. Sel-sel ini menghasilkan energi yang mengubah lemak menjadi energi panas.
99
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
Luasnya permukaan kulit bayi berbanding dengan besar massa tubuh bayi akan membuat kehilangan panas menjadi potensial. Lapisan lemak di bawah kulit yang tipis dan memberikan daya isolasi yang buruk akanmemungkinkan pemindahan inti panas ke lingkungannya. Pusat pengaturan panas di dalam otak bayi mempunyai kemampuan untuk mendorong produksi panas sebagai reaksi terhadap rangsangan yang diterima dari termoreseptor. Akan tetapi, hal ini sangat bergantung pada kegiatan metabolisme yang meningkat yang mengurangi kemampuan bayi tersebut untuk mengendalikan suhu tubuh, terutama dalam kondisi lingkungan yang tidak mendukung.
Metabolisme Glukosa Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap BBL, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam). Koreksi penurunan gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara: -
Melalui penggunaan ASI (BBL sehat harus didorong untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir)
-
Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenesis)
-
Melalui
pembuatan
glukosa
dari
sumber
lain
terutama
lemak
(glukoneogenesis) BBL yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen. Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen, terutama dalam hati, selama bulanbulan terakhir kehidupan dalam rahim. Seorang bayi yang mengalami hipotermi pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan persediaan glikogen dalam jam I kelahiran. Perhatikan bahwa keseimbangan
100
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
glukosa tidak sepenuhnya tercapai hingga 3-4 jam I pada bayi cukup bulan yang sehat. Jika semua persediaan digunakan pada jam I maka otak bayi dalam keadaan berisiko. BBL kurang bulan, IUGR, dan distress janin merupakan risiko utama, karena simpanan energi berkurang atau digunakan sebelum lahir.
Sistem Ginjal Walaupun ginjal sangat penting dalam kehidupan janin namun muatan kecil hingga setelah kelahiran. Air seninya encer, warna kekuning-kuningan dan tidak berbau. Warna coklat akibat lendir bebas membran mukosa dan udara acid dapat terjadi dan hilang setelah banyak minum. Garam uric acid dapat menyebabkan noda merah jambu namun ini tidak penting. Tingkat filtrasi glomerular rendah dan kapabilitas peresapan tubular terbatas. Bayi tidak mampu membersihkan/mengencerkan air seni dengan baik dalam memberikan reaksi terhadap penerimaan cairan dan juga tidak dapat mengantisipasi tingkat larutan yang tinggi atau rendah dalam darah. Air seni dibuang dengan cara mengosongkan kandung kemih secara refleks. Air seni pertama dibuang saat lahir dan dalam 24 jam
dan setelahnya semakin seirng dengan semakin
banyaknya cairan yang masuk.
Sistem Gastrointestinal Saluran usus lambung bayi secara fungsional belum matang dibandingkan orang dewasa. Selaput lendir pada mulut berwarna merah jambu dan basah. Gigi tertanam di dalam gusi dan sekresi ptyalin rendah. Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek gumoh dan batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esophagus bawah dan lambung masih belum sempurna mengakibatkan gumoh pada BBL dan neonatus. Kapasitas lambung sangat terbatas, kurang
101
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
dari 30 ml (15-30 ml) untuk seorang BBL cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya BBL. Pengaturan makan yang sering oleh bayi sendiri penting, contohnya memberi ASI on demand. Asam lambung jumlahnya sama dengan yang ada pada orang dewasa dalam beberapa hari pertama dan pada hari ke-10 bayi benar-benar tidak memiliki asam hidroklorida yang meningkatkan risiko infeksi. Waktu mengosongkan lambung adalah 2,5-3 jam. Sesuai dengan ukuran bayi, usus pun panjang, terdiri dari sejumlah besar kelenjar sekresi dan daerah permukaan yang besar untuk menyerap gizi makanan. Ada enzim walaupun terdapat kekurangan amilase dan lipase yang menghilangkan kemampuan bayi mencerna karbohidrat dan lemak. Pada waktu lahir, usus dalam keadaan steril hanya dalam beberapa jam. Terdengan bunyi isi perut dalam 1 jam I kelahiran. Mekonium yang ada dalam usus besar sejak 16 minggu kehamilan, diangkat dalam 24 jam I kehidupan dan benar-benar dibuang dalam waktu 48-72 jam. Kototran pertama berwarna hijau kehitam-hitaman, keras, dan mengandung empedu. Pada hari 3-5 kotoran berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Begitu bayi diberi makanan, kotoran berwarna kuning. Kotoran bayi yang meminum susu botol lebih pucat warnanya, lunak dan berbau agak tajam. Bayi BAB 4-6 x sehari namun ada kecenderuangan untuk sulit BAB.
Adaptasi Kekebalan Sistem imunitas BBL masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Beberapa contoh kekebalan alami meliputi: •
Perlindungan oleh kulit membran mukosa
102
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
•
Fungsi saringan saluran nafas
•
Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
•
Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah yang
membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL sel-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien. Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL yang lahir dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibody keseluruhan terhadap antigen asing masih belum bisa dilakukan sampai awal kehidupan anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan system kekebalan tubuh. Bayi memiliki imunoglobulin waktu lahir namun keberadaannya dalam rahim terlindung membatasi kebutuhan untuk bereaksi pada kekebalan terhadap antigen tertentu. Ada tiga macam imunoglobulin (Ig)
antibodi,
(huruf menunjukkan masing-masing golongan) yaitu IgG, IgA dan IgM, dan hanya IgG yang cukup kecil melewati pembatas palsenta. IgG merupakan golongan antibodi yang sangat penting dan kira-kira 75% dari seluruh antibodi. IgG mempunyai kekebalan terhadap infeksi kuman virus tertentu. Pada waktu lahir tingkat IgG bayi sama dengan atau sedikit lebih banyak dari pada ibu. Ini memberikan kekebalan pasif selama beberapa bulan kehidupan. IgM dan IgA tidak melintasi pembatas plasenta nemun dibuat oleh janin. Tingkat IgM pada periode kehamiloan besarnya 20% dari IgM orang biasa dan diperlukan waktu 2 tahun untuk dapat menyamai tingkat orang dewasa. Tingkat IgM yang relatif rendah membuat bayi lebih rentan terkena infeksi. IgM juga penting sebab sebagian besar
antibodi yang terbentuk
sewaktu terjadi respon primer adalah golongan ini. Tingkat IgA sangat rendah dan diproduksi dalam waktu yang lama walaupun tingkat salive sekresi mencapai tingkat orang dewasa dalam kurun waktu 2 bulan. IgA melindungi 103
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
dari infeksi saluran pernafasan, saluran usus lambung, dan mata. Sedangkan Imunoglobulin jenis lainnya, yaitu IgD dan IgE tidak begitu berkembang pada masa awal bayi/neonatus. ASI dan terutama kolostrum memberikan kekebalan pasif kepada bayi dalam bentuk: •
Laktoferin Merupakan protein yang mempunyai afinitas yang tinggi terhadap zat besi. Bersama dengan salah satu imunoglobulin yaitu IgA, laktoferin mengambil zat besi yang diperlukan untuk perkembangan E. Colli, stafilokokus, dan ragi. Kandungan zat besi yang rendah pada kolostrum dan ASI akan mencegah perkembangan kuman patogen.
•
Lisosom. Bersama IgA mempunyai fungsi antibakteri dan juga menghambat pertumbuhan berbagai macam virus.
•
Faktor antitripsin Enzim tripsin berada di dalam saluran usus dan fungsinya adalah memecah protein. Adanya faktor tripsin dalam kolostrum ASI akan menghambat kerja tripsin, sehingga akan menyebabkan imunoglobulin pelindung tidak akan dipecah oleh tripsin.
•
Faktor bifidus Lactobacili ada di dalam usus bayi dan laktobcili ini menghasilkan asam mencegah perrtumbuhan kuman patogen. Untuk pertumbuhannya, lactobacili membutuhkan gula yang mengandung nitrogen, yaitu faktor bifidus dan faktor ini terdapat dalam ASI.
Kelenjar timus tempat diproduksinya limfosit relatif besar pada waktu lahir dan terus meningkat hingga usia 8 tahun. Karena adanya defisiensi kekebalan alami dan didapat ini, BBL sangat rentan terhadap infeksi. Reaksi BBL terhadap infeksi masih lemah dan tidak memadai. Oleh karena itu, pencegahan infeksi (seperti praktek persalinan aman, menyusui ASI dini terutama
104
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.
Sistem Reproduksi Spermatogenesis pada anak laki-laki tidak terjadi hingga masa pubertas namun total tambahan folikel primordial yang mengandung ova primitif ada pada gonad wanita. Pada bayi laki-laki dan perempuan penarikan estrogen maternal menghasilkan kongesti local di dada dan yang kadang-kadang diikuti oleh sekresi susu pada hari ke 4 atau ke 5. Untuk alasan yang sama gejala haid dapat berkembang pada bayi perempuan. Akan tetapi ini tidak lama.
Sistem Skeletomuskuler Otot bayi lengkap berkembang karena hipertrofi dari pada hiperplasi. Tulang yang panjang mengeras dengan tidak lengkap untuk memudahkan pertumbuhan pada epifise. Tulang rongga tengkorak kekurangan esensi osifikasi untuk pertumbuhan otak dan memudahkan pembentukan selama persalinan. Pembentukan selesai dalam waktu beberapa hari selatelah lahir. Fontanel posterior tertutup dalam waktu 6-8 minggu. Fontanel anterior tetap terbuka hingga usia 18 bulan dan membuat perkiraaan tekanan hidrasi dan intrakranium yang memungkinkan dengan palpasi tegangan fontanel.
Sistem Neurologi Dibandingkan dengan sistem tubuh lain, sistem saraf BBL sangat muda baik secara anatomi maupun fisiologi. Ini menyebabkan kegiatan refleks spina dan batang otak dengan kontrol minimal oleh lapisan luar serebrum pada bulanbulan awal walaupun interaksi sosial terjadi lebih awal. Setelah bayi lahir, pertumbuhan otak memerlukan persediaan oksigen dan glukosa yang tetap dan
105
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
memadai. Otak yang masih muda rentan terhadap hipoksia, kesetimbangan biokimia, infeksi dan perdarahan. Ketidakstabilan suhu dan gerak otot yang tidak terkoordinasi menggambarkan keadaan perkembangan otak yang tidak lengkap dan mielinisasi saraf tidak lengkap. BBL dilengkapi dengan rangkaian aktifitas refleks yang luas pada usia yang berbeda-beda memberikan indikasi kenormalan dan perpaduan system neurology dan skeletomuskuler.
1. Refleks Moro (reflek terkejut). Reflek ini terjadi karena adanya reaksi miring terhadap rangsangan mendadak. Ini dapat terjadi dengan cara menggendong bayi dengan sudut 45o, lalu biarkan kepala menurun sekitar 1-2 cm. Bayi akan bereaksi dengan menarik dan menjulurkan lengannya yang kadang-kadang gemetar. Lalu kedua lengannya memeluk dada. Reaksi yang sama juga terjadi pada kaki, yang lentur tertekuk diperut. Ada atau tidaknya serta simetris atau tidaknya reflek ini dapat memberikan keterangan mengenai keadaan susunan saraf pusat, fleksus brakhialis, fraktur klavikula/ ekstremitas, dislokasi panggul, dll. Refleks moro yang ada pada saat lahir dan kemudian menghilang, menunjukkan terdapatnya perdarahan serebral; sebaliknya jika pada waktu lahir tidak ada kemudian timbul menunjukkan terdapatnya edema serebri. Reflek moro akan menghilang pada umur 5 bulan, bila refelk masih menetap sampai umur lebih dari 5 bulan berarti terdapat kerusakan susunan saraf pusat.
2. Refleks Rooting (reflek mencari) Reflek mencari akan timbul bila pada bayi yang lapar diletakkan sesuatu ke dalam mulutnya, maka bayi akan mencarinya kemudian akan menghisapnya. Bisa juga dengan memberikan reaksi terhadap belaian di pipi atau sisi mulut,
106
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
bayi akan menoleh ke arah sumber rangsangan dan membuka mulutnya siap untuk mengisap.
3. Refleks mengedip/refleks mata Melindungi mata dari trauma.
4. Refleks menggenggam Genggaman tangan diperoleh dengan menempatkan jari di dalam telapak tangan bayi yang akan menggenggam dengan erat. Reaksi yang sama dapat ditunjukkan dengan berjalan bagian bawah tumit (genggam telapak kaki).
5. Refleks berjalan dan melangkah (walking reflek) Jika disangga secara tegak dengan kaki menyentuh permukaan yang rata, bayi akan terangsang untuk berjalan. Jika digendong dengan tulang karing menyentuh pinggir meja, bayi akan memanjat ke meja (reflek penempatan tungkai).
6. Refleks leher tonik asimetris (tonic neck reflek) Pada posisi telentang disamping tubuh tempat kepala menoleh ke arah itu terulur sedangkan lengan sebelah terkulai. Jika didudukkan tegak, kepala bayi pada awalnya akan terkulai ke belakang lalu bergerak ke kanan sesaat sebelum Akhirnya tunduk ke arah depan..
c. RANGKUMAN MATERI Bayi baru lahir dalam hari-hari pertamanya merupakan masa kehidupan yang rentan dan berisiko tinggi mengalami berbagai komplikasi atau gangguan kesehatan. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu diketahui berbagai perubahan/adaptasi BBL terhadap kehidupan di luar uterus, rawat
107
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
gabung, dan pencegahan infeksi pada BBL. Selain itu pada sistem tubuh lainnya juga terjadi perubahan walaupun tidak jelas terlihat. Perubahan yang terjadi pada bayi baru lahir yaitu : 1. Perubahan system pernafasan a. Perkembangan paru – paru Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring yang bercabang
kemudian
bercabang
kembali
membentuk
struktur
percabangan bronkus. Proses ini terus berlanjut setelah kelahiran hingga sekitar usia 8 tahun sampai jumlah bronkiolus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang b. Awal adanya nafas Pernafasan pertama pada BBL terjadi normal dalam waktu 30 detik setelah kelahiran, tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan cairan paru-paru kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut, sehingga cairan yang hilang ini diganti dengan udara. c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernafas Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk : •
Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
•
Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali
d. Fungsi
sistem
pernafasan
dalam
kaitannya
dengan
fungsi
kardiovaskuler Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim..
108
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
2. Perubahan Sistem Peredaran Darah/Kardiovaskuler dan darah Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh system pembuluh tubuh. Jadi perubahan-perubahan tekanan langsung berpengaruh pada aliran darah. Oksigen menyebabkan system pembuluh mengubah
tekanan
dengan
cara
mengurangi
atau
meningkatkan
resistensinya, sehingga mengubah aliran darah. 3. Penyesuaian Termal/Pengaturan Suhu Pusat pengaturan panas di dalam otak bayi mempunyai kemampuan untuk mendorong produksi panas sebagai reaksi terhadap rangsangan yang diterima dari termoreseptor. 4. Metabolisme glukosa Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada setiap BBL, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam). 5. Perubahan ginjal Bayi tidak mampu membersihkan/mengencerkan air seni dengan baik dalam memberikan reaksi terhadap penerimaan cairan dan juga tidak dapat mengantisipasi tingkat larutan yang tinggi atau rendah dalam darah. 6. System gastrointerstinal Saluran usus lambung bayi secara fungsional belum matang dibandingkan orang dewasa. Kemampuan bayi untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. 7. Adaptasi kekebalan Sistem imunitas BBL masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap infeksi dan alergi. 8. System reproduksi 9. System skeletomuskular 10. System neurologi a. Refleks Moro
109
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
b. Refleks Roting c. Refleks Mengedip d. Refleks Menggenggam e. Refleks berjalan dan melangkah f. Refleks leher tonik asimetris
d. LATIHAN / TUGAS 1. Diskusikan adanya perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir? 2. Diskusikan perubahan pada system peredaran darah?
e. RAMBU – RAMBU JAWABAN SOAL 1. Bayi baru lahir merupakan masa kehidupan yang rentan dan berisiko tinggi karena mengalami berbagai komplikasi atau gangguan kesehatan karena berbagai perubahan/adaptasi BBL terhadap kehidupan di luar uterus. Perubahan tersebut terjadi pada system pernafasan, system peredaran darah, pengaturan susu, metabolisme glukosa, perubahan ginjal, system ginjal, system gastrointerstinal. 2. Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh system pembuluh tubuh. Jadi perubahan-perubahan tekanan langsung berpengaruh pada aliran darah. Oksigen menyebabkan system pembuluh mengubah
tekanan
dengan
cara
mengurangi
atau
meningkatkan
resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
f. DAFTAR PUSTAKA 1. Chapman, Vicky. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. 2003. Jakarta : Buku Kedokteran EGC 2. Depkes, RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI. 3.
_____, 2002, Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI.
4. Prawirohardjo Sarwono, 2008, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
110
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
5. Saefudin Abdul Bari, 2003, Buku Acuan Nasional, Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo : Jakarta 6. Varney, 1997, Varney’s Midwifery, 3rd Edition, Jones and Barlet Publishers, Sudbury: England 7. Wiknjosastro,
2006,
Ilmu
Kebidanan,
Yayasan
Bina
Pustaka
Prawirohardjo : Jakarta
111
Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II
CURICULUM VITAE
1. NAMA
: CITRA HADI KURNIATI,S.ST
2. BIDANG KEAHLIAN
: ASUHAN KABIDANAN II DOKUMENTASI KEBIDANAN KETRAMPILAN DASAR PRAKTEK KLINIK GINEKOLOGI
3. ALAMAT
: KLEGENWONOSARI RT 01 / RW II KLIRONG, KEBUMEN
4. PENDIDIKAN
: D IV KEBIDANAN
5. PENELITIAN
:
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI DI KLEGENWONOSARI, KLIRONG KEBUMEN
PENULIS
CITRA HADI KURNIATI, S.ST
112