126
SIMPULAN
Upacara Entas-Entas, Praswala Gara, dan Pujan Kapat merupakan tadisi masyarakat Tengger yang sampai sekarang masih selalu dilaksanakan, hal ini berkaitan dengan upaya mereka untuk terus melestarikan tradisi ini. Upacara Entas -Entas merupakan upacara yang dilakukan untuk menyempurnakan atman atau roh orang yang sudah meninggal agar cepat mencapai nirwana. Upacara Praswala Gara adalah upacara perkawinan yang dilakukan dengan memakai tradisi Tengger. Upacara Entas -Entas maupun Praswala Para merupakan jenis upacara adat lingkup keluarga, sehingga yang bertanggung jawab dalam persiapan dan pelaksanaan adalah pribadi keluarga yang memiliki hajat. Upacara Pujan Kapat merupakan jenis upacara adat dengan lingkup desa, sehingga menjadi tanggung jawab bersama seluruh desa yang diwakili oleh para perangkat desa dan dukun adat. Pola bersikap masyarakat Tengger Desa Ngadisari adalah mau menerima dengan patuh segala apa yang bersangkut paut dengan adat. Hal ini dapat dilihat dari pola kelakuan mereka dengan masih menjalankan upacara Entas-Entas, Praswala Gara, dan Pujan Kapat. Pola sarana/kebendaan (wujud fisik) dalam pelestarian ketiga tradisi tersebut dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, yaitu masih banyak kita lihat benda -benda atau tempat sakral seperti kutugan dan pedanyangan serta adanya tanaman-tanaman khusus yang masih dilestarikan oleh masyarakat Tengger Ngadisari yang berkaitan dengan upacara tersebut, seperti alang-alang, pohon jarak, nyangkuh, pampung , dan bunga kenikir. Pola komunikasi yang terdapat dalam masyarakat Tengger berupa pola komunikasi yang bersifat vertikal, dimana pemimpin atau golongan yang
127
dihormati mendapat posisi penting dan dipatuhi oleh masyarakatnya akibat pengaruh budaya paternalistik yang masih berkembang. Pola komunikasi ini dapat dilihat dari proses ajar didik yang dilakukan pada forum yang bersifat formal maupun non formal, dalam ritus kolektif, sanksi dan alokasi-alokasi posisi. Dalam proses ajar didik peranan sumber inf ormasi lebih dominan dalam proses komunikasi yang berlangsung. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pola komunikasi seperti ini, yaitu: kuatnya peranan pemimpin (Kepala Desa), masih tingginya kepatuhan dan kepercayaan terhadap Dukun Adat, masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Tengger Desa Ngadisari dan adanya peran lembaga formal di bidang pendidikan. Pola komunikasi seperti ini terbawa juga dalam kehidupan keluarga, dimana peran keluarga cukup besar dalam menjalin komunikasi dengan generasi muda, yang disebabkan oleh masih kuatnya sikap penghargaan atau penghormatan pada generasi yang lebih tua.
128
DAFTAR PUSTAKA
Anwar MK. 2003. Desa Ngadisari: Potret Pemberdayaan Masyarakat. Hasil Penelitian Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Muhammadiyah. Malang. Berlo DK. 1960. The Process of Communication. New York: Holt, Rinehart and Winston. Bertrand AL. 1980. Sosiologi. Malang: PT Bina Ilmu. Bungin B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Devito JA. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Suatu Pengantar. Jakarta: Proffesional Books. Effendy OU. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. ________________. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.. Endraswara S. 2003. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Faisal S. 2001. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Goldberg, Larson. 1985. Komunikasi Kelompok. Proses-proses Diskusi dan Penerapannya, diterjemahkan oleh Koesdarini Soemiati dan Gary R Jusup. Jakarta. UI Press. Hayat M. 2003. Bertahannya Tradisi Tengger Dalam Masyarakat Yang Sedang Berubah. Hasil Penelitian Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Muhammadiyah. Malang. Hefner R. 1985. Geger Tengger. Perubahan Sosial dan Perkelahian Politik . Yogyakarta: LkiS. Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi Jilid I. Jakarta: Universitas Indonesia Press. ______________. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
129
______________. 1994. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kolopaking LM, dkk. 2003 Sosiologi Umum. Bogor: Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Mar’at. 1984. Sikap Manusia, Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Masmuh A, dkk. 2003. Agama Tradisional. Potret Kearifan Hidup Masyarakat Samin dan Tengger. Yogyakarta: LKis. Misjono. 1998. Potret Kehidupan Suku Tengger Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. Pemerintah Kabupaten Probolinggo. Moleong LJ. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyana D. 2001. Ilmu Komunikasi. Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyana D, Rakhmat J. 2001. Komunikasi Antar Budaya. Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-orang Berbeda Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya. Pace RW, Faules DF. 2002. Komunikasi Organisasi. Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rakhmat J. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rinasari R. 1998. Hubungan antara Pemahaman Faktor-faktor Budaya Organisasi dengan Kinerja Pembentukan Pengetahuan (Knowledge Creating) Karyawan di Kantor Daerah Telekomunikasi Jakarta Selatan [tesis]. Jakarta: Program Pascasarjana Bidang Ilmu Sosial, Program Studi Ilmu Komunikasi. Universitas Indonesia Rogers, EM. 1989. Komunikasi dan Pembangunan. Perspektif Kritis. Jakarta: LP3ES. Romadon ME. 2004. Kepemimpinan dan Lapisan Tengger di Daerah Bromo [tesis]. Surabaya: Program Pasca Sarjana. Universitas Airlangga. Sajogyo, Sajogyo P. 1983. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sajogyo P. 1985. Sosiologi Pembangunan. Jakarta: Pasca Sarjana IKIP Jakarta Bekerja Sama Dengan BKKBN.
130
Singa rimbun M, Effendi S. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Sitorus MTF. 1998. Penelitian Kualitatif. Suatu Perkenalan. Bogor: Kelompok Dokumentasi Ilmu Sosial. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Sobur A. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Soekanto S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sugihen B. 1996. Sosiologi Pedesaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sulaeman M. 1998. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: Refika Aditama. Sumarti T, Sunito S. 2004. Modul Mata Kuliah Perubahan Sosial. Jurusan Ilmuilmu Sosial dan Ekonomi Pertanian. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Sylvia I. 2002. Encyclopedia of Communication and Information. Volume 1. Macmillan Reference. USA. Tubbs SL, Moss S. 2001. Human Communication. Prinsip -Prinsip Dasar. Buku Pertama. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wahab, S. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: Pradnya Paramita. Walgito, B. 2002. Psikologi Sosial. Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi Offset. Widyaprakosa S. 1994. Masyarakat Tengger. Latar Belakang Taman Nasional Bromo. Penerbit Kanisius. Yin RK. 2002. Studi Kasus. Desain dan Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Averroes. 2006. http://www.averroes.or.id/tengger.php/ [26 pebruari 2006]. Anonim. 2006. http://masyayax.blogspot.com/2005/07/sejarah-kota-malang.html [26 Pebruari 2006].
131
LAMPIRAN
132
Lampiran 1. Instrumentasi Penelitian
PEDOMAN OBSERVASI Observasi dilakukan pada upacara Entas-entas, Praswala Gara dan Pujan Kapat . Pelaksanaan pengamatan pada bulan Desember 2005 – Januari 2006. Dalam penelitian ini peneliti mengikuti kegiatan secara penuh dua kali upacara Entas-entas, yaitu pada tanggal 27 Desember 2005 dan 2 Januari 2006. Upacara Praswala Gara yang diikuti sebanyak tiga kali, yaitu pada tanggal 20 dan 27 Desember 2005 serta tanggal 2 Januari 2006. Sedangkan Upacara Pujan Kapat diikuti pada tanggal 3 Januari 2006. Dalam kegiatan yang diamati adalah: -
Bagaimana persiapan dan pelaksanaan upacara, siapa saja yang menjadi peserta upacara dan hal-hal yang terkait dengan upacara.
-
Gaya komunikasi, terdiri dari komunikasi verbal dan non verbal. •
Komunikasi verbal yang diamati adalah: penggunaan bahasa apakah secara halus atau bahasa biasa, cara menyampaikan pesan apakah secara terang-terangan (eksplisit) atau secara tersamar (implisit).
•
Komunikasi non verbal yang diamati adalah: gerak tangan, ekspresi wajah, intonasi suara,dll.
133
Lampiran 2.
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM Wawancara mendalam (indepth interview ) dilakukan pada kepala desa, tokoh adat, beberapa guru, warga masyarakat da n beberapa pengurus organisasi Pramuka serta anggotanya. Pedoman indepth interview kepada kepala desa adalah: -
Bagaimana peranan Kepala Desa dalam melestarikan adat dan tradisi Tengger.
-
Upaya apa saja yang telah dilakukan Pemerintah Desa Ngadisari dala m melestarikan budaya Tengger.
-
Bagaimana peranan Kepala Desa dalam setiap pelaksanaan upacara adat.
Pedoman indepth interview kepada tokoh adat adalah: -
Apa dan bagaimana upacara Entas-entas, Praswala Gara dan Pujan Kapat itu.
-
Apa dan bagaimana tugas dan peranan Dukun dan para kerabatnya dalam masyarakat Tengger.
-
Apakah ada pertemuan rutin dengan para dukun Tengger dan apakah ada pembinaan bagi para dukun baru.
-
Bagaimana kaiatan anatara Parisada Hindu Dharma dan Dukun dalam tradisi Tengger.
-
Apa yang menyebabkan kepatuhan masyarakat Tengger terhadap Dukun.
-
Apa dan bagaimana upaya yang dilakukan oleh Dukun dalam ikut menjaga kelestarian budaya Tengger.
Pedoman indepth interview kepada beberapa guru adalah: -
Apakah ada mata pelajaran khusus (da lam muatan lokal) tentang pengenalan tradisi Tengger. •
Jika ada apakah dalam pelajaran tersebut terdapat buku panduan.
•
Ataukah penyampaian hanya berupa ceramah.
134
•
Pelaksanaan penyampaian materi tentang adat Tengger apakah secara berkala/ kontinyu ataukah s aat ada kegiatan insidental saja.
• -
Apakah digabung dengan pelajaran agama.
Bagaimana jika ada upacara/ ritual tradisi Tengger, apakah sekolah diliburkan dan mengikuti seluruh rangkaian acara.
Pedoman indepth interview kepada warga masyarakat adalah: -
Apa dan bagaimana yang diketahui tentang upacara Entas-entas, Praswala Gara dan Pujan Kapat.
-
Sejak kapan mengetahui tentang upacara Entas-entas, Praswala Gara dan Pujan Kapat.
-
Dari mana mengetahui tentang berbagai ritual adat Tengger.
-
Pertemuan apa saja yang biasa dilakukan oleh warga masyarakat desa Ngadisari.
-
Apa saja materi pertemuan tersebut, siapa pembicaranya, kapan dan dimana pelaksanaannya. Apakah ada materi tentang pembinaan adat Tengger.
Pedoman indepth interview kepada pengurus dan anggota Pramuka adalah: -
Kapan dan dimana pelaksanaan kegiatan Pramuka
-
Siapa saja yang menjadi anggotanya.
-
Materi apa saja yang diberikan dalam kegiatan Pramuka dan siapa saja pematerinya.
-
Apakah materi yang disajikan sudah direncanakan (semacam ada silabusnya untuk setiap kali pertemuan).
-
Jenis materi yang berkaitan dengan budaya Tengger yang bagaimanakah yang disajikan: •
Tentang berbagai ritual upacara yang masih sering dilakukan.
•
Bagaimana pemahaman makna ritual yang mereka jalankan.
-
Apakah ada buku panduan/ hanya disajikan secara lisan.
-
Apakah terdapat sanksi yang diterapkan kepada masyarakat yang tidak mengikuti kegiatan tersebut.
135
-
Apakah terdapat sanksi yang diterapkan kepada masyarakat yang tidak mengikuti ritual upacara yang telah ditetapkan.
-
Bagaimana peranan pemerintahan desa dalam pelestarian adat-istiadat Tengger?
-
Bagaimana peranan pemerintah daerah (tk. I Jatim dan tk. II Probolinggo dalam pelestarian budaya Masyarakat Tengger?
-
Apa makna dari berbagai upacara tersebut bagi masyarakat Tengger?
136
Lampiran 3.
PEDOMAN CATATAN HARIAN
Catatan harian merupakan kegiatan pribadi dari peneliti yang akan selalu dilaksanakan selama berada di daerah penelitian. Pencatatan ini akan dilakukan dengan menggunakan catatan kecil yang tidak mencolok/ note book, yang bertujuan untuk mencatat segala hal yang dialami, dilihat dan didengar oleh peneliti. Catatan harian ini digunakan untuk menyimpan berbagai keterangan/ data yang berkaitan dengan penelitian. Sehingga pada akhirnya dapat dig unakan sebagai panduan dalam penyusunan hasil penelitian. Adapun hal-hal pokok yang dijadikan panduan dalam catatan harian peneliti adalah: -
What, berkaitan dengan obyek apa yang diamati oleh peneliti.
-
Who, berkaitan dengan siapa saja yang terlibat dalam ke giatan tersebut/ suatu kejadian yang sedang disaksikan.
-
Why, berkaitan dengan mengapa suatu obyek yang diamati tersebut terjadi, apa yang menjadi penyebabnya.
-
When, berkaitan dengan waktu kejadian (tanggal, hari, pukul berapa), merupakan sesuatu yang rutin dilakukan atau tidak.
-
Where, berkaitan dengan tempat kejadian, termasuk di dalamnya setting peristiwa.
-
How, berkaitan dengan proses kejadian yang dipaparkan dari awal hingga akhir. Tanda -tanda verbal yang diamati, seperti gaya bicara Selain itu berbagai tanda-tanda non verbal juga ikut dicatat, seperti pakaian, intonasi bicara, ekspresi wajah/ badan.
137
Lampiran 4.
PEDOMAN DOKUMENTASI
Gambaran Umum Lokasi Penelitian: data diambil dari kantor Desa Ngadisari. 1. Gambaran Desa Ngadisari. a.
Letak Geografis.
b.
Letak Administratif.
c.
Sejarah lengkap masyarakat Tengger.
2. Keadaan masyarakat. a.
Keadaan pendidikan.
b.
Keadaan pekerjaan.
3. Berbagai macam upacara yang masih sering dilakukan. a.
List berbagai upacara.
b.
Makna yang seharusnya.
c.
Makna yang ditangkap/ dipahami oleh masyarakat.
d.
Pandangan mereka tentang nilai ritual upacara tersebut.
4. Berbagai forum pertemuan. a.
List berbagai forum pertemuan warga.
b.
List message masing-masing forum.
c.
Telaah forum apa aja yang membahas tentang budaya.
138
Lampiran 5. SEBARAN PENDUDUK DESA NGADISARI BERDASARKAN GOLONGAN UMUR NO
GOLONGAN UMUR
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
0 – 12 bulan 13 bulan – 4 tahun 5 tahun – 6 tahun 7 tahun – 12 tahun 13 tahun – 15 tahun 16 tahun – 18 tahun 19 tahun – 25 tahun 26 tahun – 35 tahun 36 tahun – 45 tahun 46 tahun - 50 tahun 51 tahun – 60 tahun 61 tahun – 75 tahun 75 tahun ke atas Jumlah
Sumber: Monografi Desa Ngadisari, 2005.
JENIS KELAMIN LK PR 8 10 47 41 15 9 79 77 37 36 46 48 59 65 99 101 106 99 96 98 99 105 59 89 12 23 762 801
JUMLAH 18 88 24 156 73 94 124 200 205 194 204 148 35 1563
139
Lampiran 6.
SEBARAN PENDUDUK DESA NGADISARI BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
RT 1/I 2/I 3/I 4/1 1/II 2/II 3/II 4/II 1/III 2/III 3/III 4/III 5/III JML %
TK 4 9 5 4 8 5 2 1 2 1 1 0 0 40 2,56
SD 68 53 29 45 63 71 51 29 82 37 71 97 95 791 50,61
SMP 43 18 25 8 22 7 8 7 17 18 13 0 2 188 12,03
Keterangan: I : Dusun Wonosari II : Dusun Ngadisari III : Dusun Cemoro Lawang DO : Tidak lulus sekolah Sumber: Monografi Desa Ngadisari, 2005.
SMU 9 7 5 4 5 3 5 0 3 1 0 0 0 42 2,69
D3 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0,13
S-1 2 2 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 7 0,45
S-2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0,06
DO
492 31,48
140
Lampiran 7.
STRUKTUR MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DESA NGADISARI NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
STATUS Penggarap ladang/ tegalan Buruh tani Peternak sapi Peternak kuda Peternak babi Peternak kambing Peternak domba Peternak itik Peternak ayam Pengrajin PNS Pemilik warung Pemilik kios Pemilik toko Jasa pekerja losmen Pekerja hotel Pekerja angkutan bermotor Tukang kayu Tukang batu Tukang jahit Jasa lainnya
JUMLAH 791 0 0 0 2 0 0 0 0 0 6 13 3 17 20 3 46 16 8 3 285
Sumber: Monografi Desa Ngadisari, 2005.
PROSENTASE (%) 62,21 0 0 0 0,16 0 0 0 0 0 0,49 1,07 0,27 1,40 1,65 0,27 3,79 1,32 0,66 0,27 23,49
141
Lampiran 8.
DATA INFORMAN PENELITIAN NO.
NAMA
JK
UMUR
JABATAN
PEKERJAAN
1.
Supoyo
L
40
Kepala Desa Ngadisari
Tani
2.
Sutomo
L
50
Dukun Desa Ngadisari
Tani
3.
Ngastutik
P
45
Tani
4.
Ruslan
L
64
5.
Ikarlis
P
48
6.
Supri
L
32
7.
Purwoningsih
P
30
8.
Ponito
L
65
9.
Karyanto
L
35
Istri Dukun Desa Ngadisari Wong Sepuh Dusun Cemoro Lawang Istri Wong Sepuh Dusun Cemoro Lawang Legen Dusun Cemoro Lawang Istri Legen Dusun Cemoro Lawang Wong Sepuh Dusun Ngadisari Legen Dusun Ngadisari
10.
Mujono
L
58
Tani
11.
Misjono
L
38
Koordinator/kepala Dukun sekawasan Tengger Guru SDN Jetak
12.
Atmo
L
40
Guru SDN Ngadisari I
Pegawai, tani
13.
Mujiadi
L
45
Guru SDN Ngadisari I
Pegawai, tani
14.
Supratiknyo
L
25
Guru SDN Ngadisari I
Pegawai, tani
15.
Sumarlan
L
60
Tani
16.
Sugiono
L
43
17.
Sarto
L
43
18.
Suliati
P
41
19.
Karmoyo
L
56
Dukun sunat Desa Ngadisari Pinandita Desa Ngadisari Warga Dusun Cemoro Lawang Warga Dusun Cemoro Lawang Warga Dusun Wonosari
20.
Agus
L
22
Anggota Pramuka
Tani
21.
Sujarwo
L
22
Anggota Pramuka
Tani
22.
Musoto
L
20
Anggota Pramuka
Tani
23.
Sutoyo
L
20
Anggota Pramuka
Tani
24.
Ngatiami
P
16
Anggota Pramuka
Tani
25.
Bambang. S
L
28
Warga Masyarakat
Kondektur bis
Tani Tani Tani Tani Tani Tani
Pegawai
Tani Tukang Tani Tani
142
Lampiran 9.
DAFTAR PEMBERI MATERI KEGIATAN PRAMUKA NO.
NAMA
JK
UMUR
1.
Supoyo, SH, MM.
L
38
Kepala Desa
Etika
2.
Sutomo
L
48
Dukun Adat
Materi Adat
3.
Juma’i
L
40
Kaur Pembangunan
4.
Sugiono
L
38
5.
Nasution
L
35
Pinandhita (pemimpin agama) Warga Masyarakat
Undang-undang Perkawinan Pengetahuan Agama Hindu Pembinaan Olahraga
6.
Matachis
L
36
Kepala Hansip
Sumber: Data Primer Diolah, 2006.
JABATAN
MATERI
Kemampuan barisberbaris (PBB)
143
Lampiran 10.
DAFTAR MATERI DALAM KEGIATAN PRAMUKA No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nama Kegiatan
Bakti Sosial (Baksos) Kepramukaan Olahraga Agama dan Adat PBB Etika Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, 2006.
Jumlah Kegiatan (pertemuan) 23 5 4 4 3 5 44
Persentase (%) 52.27 11.36 9.09 9.09 6.81 11.36 100
144
Lampiran 11. NAMA-NAMA ANAK RARA ANTENG DAN JAKA SEGER
1.
Ki, Tumenggung Kliwung, bersemayam di : Gunung Ringgit.
2.
Ni, Sinto Wiji
bersemayam di : Midangan.
3.
Ki, Baru Klinting
bersemayam di : Siti Kuning.
4.
Ni, Rawit
bersemayam di : Sumber Semanik.
5.
Ni, Jiting Jinah
bersemayam di : Jinahan.
6.
Ni, Ical
bersemayam di : Gunung Pranten.
7.
Prabu siwah
bersemayam di : Gunung Lingga.
8.
Ki, Cokro Aminoto
bersemayam di : Gunung Gendera.
9.
Ki, Tumenggung Klinter
bersemayam di : Gunung Penanjakan.
10. Ni, Tunggul Wulung
bersemayam di : Gunung Cemoro Lawang.
11. Ni, Bagus Waris
bersemayam di : Selo Balang.
12. Ki, Dukun
bersemayam di : Selo Wungkuk.
13. Ki, Pernoto
bersemayam di : Poten.
14. Ni, Perniti
bersemayam di : Bajangan.
15. Ki, Tunggul Ametung
bersemayam di : Gunung Tunggukan.
16. Ki, Masigit
bersemayam di : Gunung Batok.
17. Ni, Puspa Gentong Sari
bersemayam di : Gunung Widodaren.
18. Ni, Teku
bersemayam di : Gunung Guyangan.
19. Ki, Dadung Kawuk
bersemayam di : Sumber Pakis.
20. Ki, Demeling
bersemayam di : Pusung Nglingker.
21. Ki, Sindu Jaya
bersemayam di : Wonongkoro.
22. Ni, Sapu Jagat
bersemayam di : Gunung Pundak Lembuk.
23. Ki, Jenggot
bersemayam di : Gunung Rujak.
24. Ki, Demang Diningrat
bersemayam di : Gunung Semeru.
25. Ki, Kusuma
bersemayam di : Gunung Bromo/ Brahma.
Sumber: Dokumentasi Koordinator Dukun sekawasan Tengger.
145
Lampiran 12.
PASRAH PENGANTIN Pasrah Pengantin adalah salah satu rangkaian dari temu pengantin masyarakat Tengger yang berupa serah terima pengantin dari mempelai putra kepada mempelai putri. Pihak mempelai putra diwakili oleh Legen, sedangkan pihak mempelai putri diwakili oleh orang yang biasanya juga mantan Legen. Dalam serah terima pengantin ini terjadi sebuah dialog yang terjadi antara kedua wakil dari masing-masing pengantin dengan menggunakan bahasa jawa. Keduanya duduk saling berhadapan dengan disaksikan oleh keluarga kedua mempelai. Inti serah terima ini adalah menyerahkan pengantin putra kepada keluarga pengantin putri. Dialog yang terjadi dilakukan begitu cepat karena panjangnya dialo g tersebut. Di beberapa daerah dialog tersebut dilagukan, sehingga membuat para hadirin lainnya tidak merasa jenuh dan menjadi daya tarik sendiri. Dialog yang terjadi adalah sebagai berikut: 1.
Wdk : Kok gatos langkah ndiko kang manten.
2.
Lng : Inggih gatos.
3.
Wdk : O, kang bagus punopo ndiko taksih baru dhateng langkah ndiko kang binagus.
4.
Lng : Adi inggih.
5.
Wdk : O, kang binagus kumolo kawulo ketingal ngangge rasukan ijem tan moro seblak-seblak nopo damele tiyang kekalihan runcang-runcung mawi gatos.
6.
Lng : Adi inggih Adi gatos nglangkungi sasat saking gatos inggih kulo kang maes adi benjing kerto ayu ajeng kerto basuki inggih kulo kang maes adi dasat adi binagus.
7.
Lng : Adi binagus malah wonten ajeng awit sari asto ndiko kang kiwo ndugegno bojo rejeki, asto ndiko kang tengen tampanono mas kumolo inten, gadhung anting-anting sak ngandapipun pandansari dasat adi binagus.
146
8.
Wdk : O, kang binagus kumolo kawulo, katuran poro bage tan mondromondro tejo laksono tejane wong bagus anyar katon bambang lintirno wingking pundi ingkang minongko ajeng pundi ingkang sinedyo lampah ndiko kang binagus.
9.
Lng : Adi binagus malah kulo dipun kengken ngredi wongso melathi sekarsari ronggo jati sari jinggo cemoro dopo wungu mancik mangke dasat adi binagus.
10. Lng : Adi binagus malah kulo njuluki kang bagus joko riyo prabu intoro yen gunjingo yen titiro menebah melampah maras sak penggalihan ndiko dasat adi binagus. 11. Wdk : O, kang binagus kulo nggadahi putro taruno kepudak tan keporo ayu tan sami wonten basahan ndiko ngendereh kenging kiniset, wonten sabuk ndiko kendho kenging kinencengono, wonten dhuwung ndiko moglang mogleng kenging kiningsetono, wonten bebet ndiko landhung kenging kiningkis, wonten kringet ndiko serawehan kenging kinusap, gentap untap agung toyo beto bolo intoro jaler setri titir gunjing kumitir kamoran maras mlampah ndiko kang bagus. 12. Lng : Adi gatos adi binagusmalah kulo yumingal-tumingil nanging kulo ningali lintang kemukus damar kurung kemrencang sak lebetipun griyo malang megung mendhung ngrambyak dadoso layang lagu jarwo netesono sak pangestu ndiko dasat adi binagus. 13. Lng : Adi binagus malah kulo mirengaken penyandranipun adi klethak klethek kados prodo sinatrap, kretap-kretip kados genogo geneber, mbledak-mbleduk kados mendhung kebaratan, ronca-rance kados penjundukan kembang sekar melathi, cerajas -cerajas kados suwarane delen sewu mlebet kekembangan dasat adi binagus. 14. Wdk : O. kang binagus kumolo kawulo malah wonten ireng manis kuncung emas kusumane sekar dasar rasukan rembenan kasuruane kang adoh griyo tambesono lampah ndiko kang binagus. 15. Lng : Adi binagus malah kulo mirengaken suwarane gender sewu ngarumngarumo tiyang sebo dasat adi binagus.
147
16. Lng : Adi binagus malah wonten kondrang kinongo numang-naming aron sak kethem dasat adi binagus. 17. Wdk : O, kang binagus kumolo kawulo nggadahi kembang wasidro, wonten suwal ndiko landhung sinatrap celono, wonten bebet ndiko suwek ombo sinatrap kunco, wonten sabuk ndiko jinggo sinatrap prodo, wonten udheng ndiko bathik sinatrap kepolo, wonten klambi ndiko kolo menggiri sinatrap dhodho, wonten benik ndiko ngancing gang ngrembat ngremik lampah ndiko kang binagus. 18. Lng : Adi binagus malah kulo mireng sumeret retnong raino jenggeret medal sandikolo riyono kok sampun mapan dasat adi binagus. 19. Lng : Adi binagus malah kulo mirengaken wonten suwaranipun ardi Bromo sing sumiyang gemuruh gumblender medal wuku langkir sinantrak angling kombang dasat adi binagus. 20. Wdk : O, kang binagus ketinggalan ngangge rasukan pethak medal saking wetan nglumpuko sami pethak lirno kados kuntul mesi reraton, dene mangke ngangge rasukan abrit medal saking kidul nglumpuko sami abrit lirno kados kumbang kemloso ngedheng, dene mangke ngangge rasukan kuning medal saking kilen nglumpuko sami kuning lirni kados kepodhang midoro, dene mangke ngangge rasukan cemeng medal saking ler nglumpuko sami cemeng lirno kados gagak sinawuhan, megak metro nyleret sak ngandhapipun alis lampah ndiko kang binagus. 21. Lng : Adi binagus malah kulo mirengaken gendhing during sing angleng miring beji lelangonan padusane mbok sinantri adi sinorogane nogosari agung tampo lelawan dasat adi binagus. 22. Lng : Adi binagus malah kulo mirengaken suryonoto kusumo kepanglang gelang mendhak moro mantri anom saiki kulo nyarumeno rembag ndiko kalih kawulo dasat adi binagus. 23. Wdk : O, kang binagus kumolo kawulo nggadhahi udheng bathik losar-losir wedi weleko melak-melik kados sorotipun lintang, pencarangpencorong kados sorotipun bulan, kebyar-kebyar kados sorotipun
148
srengenge, murup muncar kados sorotipun ndaru, darso darbogo kepudhang kaluk ngepang badan lampah ndiko kang binagus. 24. Lng : Adi binagus malah kulo medal pundi medal sak pinggire ari- ari dasur punopo titihane kapal napas nopo penganggone kapal napas klathakan kayu empuh songgo wedhi ginampar ginawe sak larabe abang kendhah rangah cemethi jatos ketingal anjlojok sekedah dasat adi binagus. 25. Lng : Adi binagus malah kulo ngangge wedhak putih sekar gondo nguncari ngiras ngucap kados cracap dasat adi binagus. 26. Wdk : O, kang binagus kumolo kawulo nggadhahi bokor ndiko slulupi udheng abang isine who gratang ndiko tumbas limang kupang sinampurno sodo lanang, rokok danyang pet cupetono bako gambir suruh sari sinarekno tiyang kekalihan sumonggo kulo aturi nigo ndarwo kok kepucang arum lanyah ndiko kang binagus. 27. Lng : Adi binagus malah kulo tampeni asto kekalih sak lebete bokor ndiko modang sak derenge kulo wastani wonten who ndiko minongko dados sakwenange manah kawulo, wonten opo ndiko minongko dadoso sak sinumpekane ambekan kawulo, wonten sata sari kunjuk moro ngucap mbok sinantri adi pupopo sampen pepek sanak sae wong tuwo ndiko sedoyo. 28. Lng : Adi binagus sembah lampah wonten setundak melok dokori laitlinggih dalem melok kantus kengken ngesrahaken bektanane kang manten, kang manten taksih gandrang-gandrung runga-rungu lenggah-lenggeh, kang manten linggih amben gadhing antol santun lemeke kang manten kloso sinebet, kang manten kulo linggihaken sak lere margi alit, kang manten njaluk pengiringan tabuhan surobalen, mbok manten nja luk sinapakan tabuhan surobalen dadoso sak pengrum-pengarume kang manten, kang manten taksih sloso gene sloso ayu, kang manten kulo panggihaken mbok ranten, mbok ranten kepanggiho sari muti tamparono roso jengandiko di sampun. 29. Wdk : O, kang binagus kumolo kawulo nglebetaken patreman kinuntunan gantal udhar-udharan sinapit-apit sumur bandhung cumandungono
149
cepoko wakul wedi wringinono kindo tego kinawisono kasur gadhing kinayungan gendolo giri sinayudono dene tiyang sepuh tiyang lurah sedoyo sampun. 30. Lng : O, adi adi binagus punopo sampun uno miraosipun adi gentose raos sedyo lampah sedyo kulo kang setindak wonten ing raos kang sakecap melok dokoro lait linggih ajengan dalem melok kantus Pak…….ngesrahaken bektanane kang manten taksih mbekto bolo intoro sedah luruso jengandiko di sampun. 31. Wdk : O, kang binagus kumolo kawulo wonten pasrahipun kang manten kulo tampeni asto kekalih kulo pundi kulo suwun kulo cesncang sakpucuke rekmo kambonono mustiko cahyo marcoyo dadoso ndiko mercoyo kalih kulo ndiko ana k kakung kulo anak estri dawek rekso rinekso dene dalu mangku dinten benjing sinayudono tiyang lurah tiyang sepuh sedoyo sampun.
Pasrah nang sing duwe gawe: Kang nggadhah damel. Kulo andhap pinarak ing ajengan dalem, sedyo kunjuk-kunjuk sungkem, serahipun kunjuk dumateng dalem. Kulo wahune nampeni bektanane kakang penganten dene sakniki sampun pasrah kang nggadhah damel.
Sumber: Dokumentasi Legen Cemoro Lawang, Desember 2005.
150
Lampiran 13.
MANTRA PEMBARON (MANTRA ENTAS-ENTAS) 1. SETABEN Hong pukulun pasang tabe nama siwaya, jumenenge ring mandya satingale ulun wetan temone ulun tengah aran Hyang Parameswara, lelayu papetra karsane kang durung mentas kang ana ring krayunan, hangubing waduri reges apa -apa dhukut, lamur mota atura neraka ya ta hing entosing ulun, Bapa anu Babu anu mentasa saking kepapan, ning waluya Hyang Pritanjala Amindha Sanghyang Siwah, muliya maring suwarga nika waluyaha, apaningrat Bapa Sanghyang ligane sunga, Ibu Sanghyang lugas jati, sakig terlayaning rat mulya yang awisudhiya waluya rupa sanghyang muwah sira sanghyang atma mentas saking kepapan, ana panebusing ulun caru kang sarwa pawitra, sira kang kasedahan sangana ngayah sira tenggung ring kadewatan, lawan sang hyang samantara, lawan bethara kerayungan, lawan bethara panganan lawan sanghyang gargara kuning, muwah sira yang kebayan lantakang kasedahan muwah sira sanghyang atma mentas saking kepapan, dhatenga kita ring mandya mapaka Hyang Pritanjala pengawale Bethara Siwah, pengawale nawa bayang nglukata nusa malang, wekasira sanghyang wisesa mudhi sanghyang darma muwah sanghyang jagat nata, lawan nawa dewa angkara junem babem, kadi sura nawi sukerta rong hawinena winarpahi nem sarwa wong tuwanira, budi para paramardha dedalan utama maring suwarga, pan sira guruning jagat prabu wening Bethari sorga angkara nama siwaya a-sa-ba-ta nama siwaya punika pukulun, ana kawah rupa tindhas, lebur muksa ilang kang kawah dimedhel dening bapa sanghyang kerti buwana, ana atma kagem Bethara Yamageni lan kawah pasang tabe nama siwaya punika pukulun.
2. PANGENTASE Hong pukulun ingsun nebus ana atma saking krayunan, punika panebusing ulun tumpeng putih kuning panggang sawung, beras sak kulak, perak sak buwana penganyar-anyaran, sega sak wakul jangan sak kuwali, sajeng sak
151
guci. Jumenenga kaki Bethara Pangawan sang Bethara Muwah kaki samantara, nini paduka Bethari Uma kaki rambutan-rambutan ro nini kasungeyan ibu pertiwi, sa tuwanmu haras satuan babohan, sang buta buti sang kala waringin, sang kulika jati mati, sing lebu jagat wisesa kisati ki ramajaya, ki samantara, ki brajabang sawandu balanira, nini kalisira mejaya kang kasedhahan, kang mungguh ring pamugeran, kang nunggu babutuhan, kang nungguh ring panyarikan, kang nungguh ring pasakalan, kang nungguh ring pamegahan kang kasedhahan pati, kang penggawan kaki pangluwar nini pangluar pangluwarana sing ana ring neraka, wis mangku luar sira kadhendha kapidana ring nguluh duduhan, pan ingsun nebus ana atma neraka, pan ingsun nebus satadhan sajinara punika pukulun. Hong pukulun sang cipta tama dura tama nutarata, sukma tanirata mapan atma amentas kabeh, muwah sira sanghyang catur pramana kita kabeh aja sira katungkul mangu kapirangu ring tegal kumalaka ring alas bana ring kayu ageng dedalan agung pereng agung, aja sira nadhah kabuyutan, aja sira sumurup salah rupa, aja rupa buta dhengen, aja rupa nganyabet nyarik maring anak putu buyute, aja sira aweh lara wigena ring sanak kadang warganira ring anak putu buyut ira, balikan sira muliya maring suwarga kayanganira ing jonggiri salaka meru pucak manik tumang sawelas pageha ring dharma tutur, mawaka kang sanghyang jagat permanawasesa kastranana dene Bremana dene parasih, saiwa sugata jaya jayanening dewata kabeh, karnenanen ing widadara widadari mangkana pangastutining ulun, muwah sira sanghyang panca atma westu, teka ta muliya maring suwarga kayanganira, aja sira tetes ing ngindrawijayanira sun sangoni sira bubur kapirata kelawan jenang bang nguku maligi sangunira maring suwarga kayanganira aja sira tinggal tedha kekucahan, ninggala tedha lan sesebelan tan ana ya lara wigena, tan asung samantara kewuhan balikan sira tinggala tirta lemar angunsuhana bunyu kayuhanan mandelaning sri sedana, tinggala mas mirah kumala inten rawang guwan punika pukulun sira mentas ingsun nglepas, ingsun muleh menyang wesesaha Brahma, kang nglebur dene sanghyang wesesa guru, kang ngaruta ya kang lapasna hamuri yang ngelepas tanana punika pukulun.
152
3. TATASING KRAYUNAN Hong pukulun sira kang kasedhahan krayunan, kaki penggawan penyarikan, nini penggawan penyarikan, kaki penggawan citra gotra, nini penggawan citra gotra, kaki penggawan juru tulis, nini penggawan juru tulis sami sira amari imutna yen ingsun nebus ana atma saking krayunan, aja sira beda nyengkala, aja sira ngadhang nyamentara, pan ingsun nebus satadhah sajimara punik a pukulun, bjra dhupa dandha mungsala naga pasa angkus lan cakra padma titi candra ning pengaran, puncak manik maligi manik agok kapurancak sedana segara mendhung paes padmasari candran tumpeng wernan, mutiya sarine banten saluputing puja banten jumenenga sari suka pawitra punika pukulun.
4. PUJA LIMBANG Hong pukulun pangruwatan dewi surem ananing sanghyang gana sun papag sun arik-arik sun embaning sabuk putih, linggih ing parwa andeleng telaga jeg teka ing kinama Hyang ning lawangan gapura, cinawi ing selaka undhakundhak selaka, tinalangan wuluh gadhing tinandhuran tunjung putih cicibuke siwur selaka, tan ana mina kubang kubaka ulun nata dewata tunggal, ngadega ngeka padha kardi kakana dosa murud muruda, busana busananing lusir putih , ing kana pudusaning ulun limbang-limbangan salira, lulur-lulura asta, keti-ketika kunaka kirap-kirapa angaruna ngemu waja, ngawuk terta peksaning raup, punapa karyaning pangruwatan ngaruwata lara raga lara geng lara wigena tuju teluh taraknyana, ngaruwata sakehe mala mastaka huniweh dhesti lan pengerkot sucur lan supata, luputa supatane wong tuwo, supatane mara tuwa, supatane dulurtuwa, supatane sanak tuwa, supatane Hyang, supatane dewata, supatane guru, supatane awak dewe karuwata dening ulun, asas-esus katuta ring barat lesus ala ili katuta ring banyu mili keliya marang segara den teka sabrang, lumayu ing kana kahananira ing cempa, Jambudwipa, salot selandhong, Bugis Makasar yen sira arep Ngajawa balik salina rupa salina warna dadiya dadar sri sedana mas mirah kumala inten jumanten ratna widuri, mekasa tirta lan pandhita wuwusing ulun, binaseka dinadotan binebetan ilanga kang rupa juti kariya kang warna jati, ing kana nitiha ing padmasari, binaseka dinadotan binebetan, sinabukan kinerisan kinapihan apepek mesagi, anting-anting kelat bahu gelang gayur bagus cahyaning
153
ulun, widodara widodari anerun den sinungaken maring ulun saduweku sarwa putih, beja sampun samadi rineksa widodara dinulu ing widodari kawula nedha kanugrahan widenilaning widening sakti sri yantru yamu nama siwaya pukulun. Hong pukulun pangruwatan dewi surem ananing sanghyang gana sun papag sun arik-arik sun embaning sabuk abang , linggih ing daksina andeleng telaga jeg teka ing kinama Hyang ning lawangan gapura, cinawi ing tembaga undhak-undhak tembaga , tinalanga n wuluh gadhing tinandhuran tunjung abang cicibuke siwur tembaga, tan ana mina kubang kubaka ulun nata dewata tunggal, ngadega ngeka padha kardi kakana dosa murud muruda, busana busananing lusir abang, ing kana pudusaning ulun limbang-limbangan salira, lulur-lulura asta, ketiketika kunaka kirap-kirapa angaruna ngemu waja, ngawuk terta peksaning raup, punapa karyaning pangruwatan ngaruwata lara raga lara geng lara wigena tuju teluh taraknyana, ngaruwata sakehe mala mastaka huniweh dhesti lan pengerkot sucur lan supata, luputa supatane wong tuwo, supatane mara tuwa, supatane dulurtuwa, supatane sanak tuwa, supatane Hyang, supatane dewata, supatane guru, supatane awak dewe karuwata dening ulun, asas-esus katuta ring barat lesus ala ili katuta ring banyu mili keliya marang segara den teka sabrang, lumayu ing kana kahananira ing cempa, Jambudwipa, salot selandhong, Bugis Makasar yen sira arep Ngajawa balik salina rupa salina warna dadiya dadar sri sedana mas mirah kumala inten jumanten ratna widuri, mekasa tirta lan pandhita wuwusing ulun, binaseka dinadotan binebetan ilanga kang rupa juti kariya kang warna jati, ing kana nitiha ing padmasari, binaseka dinadotan binebetan, sinabukan kinerisan kinapihan apepek mesagi, anting-anting kelat bahu gelang gayur bagus cahyaning ulun, widodara widodari anerun den sinungaken maring ulun saduweku sarwa abang, beja sampun samadi rineksa widodara dinulu ing widodari kawula nedha kanugrahan widenilaning widening sakti sri yantru yamu nama siwaya pukulun. Hong pukulun pangruwata n dewi surem ananing sanghyang gana sun papag sun arik -arik sun embaning sabuk kuning, linggih ing pracima andeleng telaga jeg teka ing kinama Hyang ning lawangan gapura, cinawi ing kencana undhak-undhak kencana, tinalangan wuluh gadhing tinandhuran tunjung kuning cicibuke siwur kencana, tan ana mina kubang kubaka ulun nata dewata tunggal, ngadega ngeka padha kardi kakana dosa murud muruda, busana busananing lusir
154
kuning, ing kana pudusaning ulun limbang-limbangan salira, lulur-lulura asta, keti-ketika kunaka kirap-kirapa angaruna ngemu waja, ngawuk terta peksaning raup, punapa karyaning pangruwatan ngaruwata lara raga lara geng lara wigena tuju teluh taraknyana, ngaruwata sakehe mala mastaka huniweh dhesti lan pengerkot sucur lan supata, luputa supatane wong tuwo, supatane mara tuwa, supatane dulurtuwa, supatane sanak tuwa, supatane Hyang, supatane dewata, supatane guru, supatane awak dewe karuwata dening ulun, asas -esus katuta ring barat lesus ala ili katuta ring banyu mili keliya marang segara den teka sabrang, lumayu ing kana kahananira ing cempa, Jambudwipa, salot selandhong, Bugis Makasar yen sira arep Ngajawa balik salina rupa salina warna dadiya dadar sri sedana mas mirah kumala inten jumanten ratna widuri, mekasa tirta lan pandhita wuwusing ulun, bin aseka dinadotan binebetan ilanga kang rupa juti kariya kang warna jati, ing kana nitiha ing padmasari, binaseka dinadotan binebetan, sinabukan kinerisan kinapihan apepek mesagi, anting-anting kelat bahu gelang gayur bagus cahyaning ulun, widodara widodari anerun den sinungaken maring ulun saduweku sarwa kuning, beja sampun samadi rineksa widodara dinulu ing widodari kawula nedha kanugrahan widenilaning widening sakti sri yantru yamu nama siwaya pukulun. Hong pukulun pangruwatan dewi surem ananing sanghyang gana sun papag sun arik-arik sun embaning sabuk ireng, linggih ing untara andeleng telaga jeg teka ing kinama Hyang ning lawangan gapura, cinawi ing wesi undhakundhak wesi, tinalangan wuluh gadhing tinandhuran tunjung ireng cicibuke siwur wesi, tan ana mina kubang kubaka ulun nata dewata tunggal, ngadega ngeka padha kardi kakana dosa murud muruda, busana busananing lusir ireng , ing kana pudusaning ulun limbang-limbangan salira, lulur -lulura asta, keti- ketika kunaka kirap-kirapa angaruna ngemu waja, ngawuk terta peksaning raup, punapa karyaning pangruwatan ngaruwata lara raga lara geng lara wigena tuju teluh taraknyana, ngaruwata sakehe mala mastaka huniweh dhesti lan pengerkot sucur lan supata, luputa supatane wong tuwo, supatane mara tuwa, supatane dulurtuwa, supatane sanak tuwa, supatane Hyang, supatane dewata, supatane guru, supatane awak dewe karuwata dening ulun, asas-esus katuta ring barat lesus ala ili katuta ring banyu mili keliya marang segara den teka sabrang, lumayu ing kana
155
kahananira ing cempa, Jambudwipa, salot selandhong, Bugis Makasar yen sira arep Ngajawa balik salina rupa salina warna dadiya dadar sri sedana mas mirah kumala inten jumanten ratna widuri, mekasa tirta lan pandhita wuwusing ulun, binaseka dinadotan binebetan ilanga kang rupa juti kariya kang warna jati, ing kana nitiha ing padmasari, binaseka dinadotan binebetan, sinabukan kinerisan kinapihan apepek mesagi, anting-anting kelat bahu gelang gayur bagus cahyaning ulun, widodara widodari anerun den sinungaken maring ulun saduweku sarwa ireng , beja sampun samadi rineksa widodara dinulu ing widodari kawula nedha kanugrahan widenilaning widening sakti sri yantru yamu nama siwaya pukulun.
5. LUKAT ALIT Hong pukulun wonten lukat alit parwa dharma tutur -tutur, anane sanghyang puspa puja mangku pangruwatan, ngruwata lara raga, lara geng, lara wigena, ngruwata lara kabeh mangetan maraha sang Bethara Iswara anungganga lembu putih, pinayangan sing Kalacakra wala pembarep udan teja mangkuwung kuwung, tan kandhah ana buta dhengen wil tan kapanca resi, ana dewa kang amuja, ana dewa kang pinuja, ana guru kang amuja, ana guru kang pinuja, ana sira kang amuja, ana sira kang pinuja, anane pawitra lan pawitrem ilanga kang rupa juti kariya kang warna jati, sri yantru yamu nama siwaya punika pukulun. Hong pukulun wonten lukat alit parwa dharma tutur -tutur, anane sanghyang puspa puja mangku pangruwatan, ngruwata lara raga, lara geng, lara wigena, ngruwata lara kabeh mangidul maraha sang Bethara Brahma anungganga lembu abang , pinayangan sing Kalacakra wala pembarep udan teja mangkuwung kuwung, tan kandhah ana buta dhengen wil tan kapanca resi, ana dewa kang amuja, ana dewa kang pinuja, ana guru kang amuja, ana guru kang pinuja, ana sira kang amuja, ana sira kang pinuja, anane pawitra lan pawitrem ilanga kang rupa juti kariya kang warna jati, sri yantru yamu nama siwaya punika pukulun. Hong pukulun wonten lukat alit parwa dharma tutur -tutur, anane sanghyang puspa puja mangku pangruwatan, ngruwata lara raga, lara geng, lara wigena, ngruwata lara kabeh mangulon maraha sang Bethara Mahadewa anungganga lembu kuning, pinayangan sing Kalacakra wala pembarep udan teja mangkuwung kuwung, tan kandhah ana buta dhengen wil tan kapanca resi, ana
156
dewa kang amuja, ana dewa kang pinuja, ana guru kang amuja, ana guru kang pinuja, ana sira kang amuja, ana sira kang pinuja, anane pawitra lan pawitrem ilanga kang rupa juti kariya kang warna jati, sri yantru yamu nama siwaya punika pukulun. Hong pukulun wonten lukat alit parwa dharma tutur -tutur, anane sanghyang puspa puja mangku pangruwatan, ngruwata lara raga, lara geng, lara wigena, ngruwata lara kabeh mangalor maraha sang Bethara Wisnu anungganga lembu ireng, pinayangan sing Kalacakra wala pembarep udan teja mangkuwung kuwung, tan kandhah ana buta dhengen wil tan kapanca resi, ana dewa kang amuja, ana dewa kang pinuja, ana guru kang amuja, ana guru kang pinuja, ana sira kang amuja, ana sira kang pinuja, anane pawitra lan pawitrem ilanga kang rupa juti kariya kang warna jati, sri yantru yamu nama siwaya punika pukulun.
6. PUJA SUSAH Hong pukulun ana puja susah wetan kita bali mangetan, dhesti teluh mangetan maraha sang Bethara Iswara, pan ingsun tinetesan gagang malela rinajegan rejeg wesi, ginedhongan gedhong wesi, kinancingan wesi kuning kinumpukan wesi sundhul langit, sri yantru yamu nama Siwaya punika pukulun. Hong pukulun ana puja susah kidul kita bali mangidul, dhesti teluh mangidul maraha sang Bethara Brahma, pan ingsun tinetesan gagang malela rinajegan rejeg wesi, ginedhongan gedhong wesi, kinancingan wesi kuning kinumpukan wesi sundhul langit, sri yantru yamu nama Siwaya punika pukulun. Hong pukulun ana puja susah kulon kita bali mangulon, dhesti teluh mangulon maraha sang Bethara Mahadewa, pan ingsun tinetesan gagang malela rinajegan rejeg wesi, ginedhongan gedhong wesi, kinancingan wesi kuning kinumpukan wesi sundhul langit, sri yantru yamu nama Siwaya punika pukulun. Hong pukulun ana puja susah elor kita bali mangalor, dhesti teluh mangalor maraha sang Bethara Wisnu, pan ingsun tinetesan gagang malela rinajegan rejeg wesi, ginedhongan gedhong wesi, kinancingan wesi kuning kinumpukan wesi sundhul langit, sri yantru yamu nama Siwaya punika pukulun. Hong pukulun ana puja susah tengah kita bali matengah, dhesti teluh matengah maraha sang Bethara Siwah, pan ingsun tinetesan gagang malela
157
rinajegan rejeg wesi, ginedhongan gedhong wesi, kinancingan wesi kuning kinumpukan wesi sundhul langit, sri yantru yamu nama Siwaya punika pukulun.
7. PUJA GENI Hong pukulun ana geni teka wetan putih rupane dudu geni derma manungsa genine sang Bethara Iswara, apa kadigdayane geni apa kasektene, ngalebura lara ragane……..(nama yang dientas)....... lebur lulur dadi awu, ajur dadi banyu, asas esus katuta ing barat lesus, ala ili katuta ing banyu mili den teka sabrange segara, anane pawitra lan pawitrem, ilanga kang rupa juti kariya kang warna jati, sri yantru yamu nama Siwaya pukulun. Hong pukulun ana geni teka kidul abang rupane dudu geni derma manungsa genine sang Bethara Brahma , apa kadigdayane geni apa kasektene, ngalebura lara ragane……..(nama yang dientas).......lebur lulur dadi awu, ajur dadi banyu, asas esus katuta ing barat lesus, ala ili katuta ing banyu mili den teka sabrange segara, anane pawitra lan pawitrem, ilanga kang rupa juti kariya kang warna jati, sri yantru yamu nama Siwaya pukulun. Hong pukulun ana geni teka kulon kuning rupane dudu geni derma manungsa genine sang Bethara Mahadewa , apa kadigdayane geni apa kasektene, ngalebura lara ragane……..(nama yang dientas)....... lebur lulur dadi awu, ajur dadi banyu, asas esus katuta ing barat lesus, ala ili katuta ing banyu mili den teka sabrange segara, anane pawitra lan pawitrem, ilanga kang rupa juti kariya kang warna jati, sri yantru yamu nama Siwaya pukulun. Hong pukulun ana geni teka elor ireng rupane dudu geni derma manungsa genine sang Bethara Wisnu , apa kadigdayane geni apa kasektene, ngalebura lara ragane……..(nama yang dientas)....... lebur lulur dadi awu, ajur dadi banyu, asas esus katuta ing barat lesus, ala ili katuta ing banyu mili den teka sabrange segara, anane pawitra lan pawitrem, ilanga kang rupa juti kariya kang warna jati, sri yantru yamu nama Siwaya pukulun.
158
8. PANGRUWATAN Hong pukulun gangga manik tri mala ilang, puja pangleburan, puja pangruwatan, ngaruwata sakehe kama kang salah kariya kama kang sejati, ilang kang rupa juti, kariya kang warna jati, sri yantru yamu nama Siwaya punika pukulun. Hong pukulun gangga manik tri mala ilang, puja pangleburan, puja pangruwatan, ngaruwata sakehe kala kang salah kariya kala kang sejati, ilang kang rupa juti, kariya kang warna jati, sri yantru yamu nama Siwaya punika pukulun.
Sumber: Dokumentasi Koordinator Dukun Sekawasan Tengger, Januari 2006.
159
Lampiran 14.
SEBARAN MASYARAKAT TENGGER DI EMPAT KABUPATEN DI JAWA TIMUR KABUPATEN
KECAMATAN Sukapura
PROBOLINGGO Sumber
Lumbang Poncokusumo MALANG LUMAJANG
Senduro Tosari
PASURUAN
Tutur Puspo Sumber: Data primer dan sekunder yang diolah, 2006.
DESA Ngadisari Wonotoro Jetak Ngadas Wonokerto Ngadirejo Sapikerep Sukapura Pakel Kedasih Pandansari Ledok Ombo Wonomerto Sumber Gemoto Anom Pasur Sapih Ngadas Gubug Klakah Duwet Argosari Ranupari Sedaeng Tosari Wonokitri Mororejo Kandangan Ngadiwono Podokoyo Kalitejo Balidono Kayu Kebek Ngadirejo Kedawung
160
Lampiran 15.
NAMA-NAMA PEJABAT KEPALA DESA YANG MEMIMPIN DESA NGADISARI NO
NAMA
TAHUN MEMERINTAH
1.
Rasji
Tidak ada catatan
2.
Kewer
Tidak ada catatan
3.
Gemblek
1897 – tidak diketahui pasti
4.
Asmadi
1897 – 1932
5.
Sarjun
1933 – 1948
6.
Alip
1948 – 1949
7.
Sampur
1949 – 1965
8.
Kernadi
1965 – 1966
9.
Soekartjo
1967 – 1988
10.
Sapawi
1988 – 1998
11.
Supoyo, SH, MM
1998 – sekarang
Sumber: Monografi desa Ngadisari, 2005
161
Lampiran 16.
JENIS DAN SUMBER DATA PENELITIAN NO. 1.
2.
JENIS DATA Gambaran umum kehidupan sehari-hari, kondisi geografis dan karakteristik penduduk Desa Ngadisari. Sejarah Masyarakat Tengger.
3.
Data berbagai upacara Masyarakat Tengger.
4.
Deskripsi Tradisi Entas-entas, Praswala Gara dan Pujan Kapat.
5.
Data forum-forum pertemuan (forum komunikasi) dalam masyarakat Tengger Desa Ngadisari. Proses komunikasi dalam kegiatan Pramuka.
6.
7.
Proses pengajaran tradisi dan budaya di sekolah.
8.
Pola sarana kebendaan (tempattempat sakral dan peralatan yang berhubungan dengan tradisi Entas-entas, Praswala Gara dan Pujan Kapat).
SUMBER DATA - Data Monografi Desa. - Wawancara dengan Informan. - Observasi. - Wawancara dengan informan. - Data pribadi Koordinator Dukun Tengger. - Browsing internet. - Wawancara dengan Dukun Desa Ngadisari. - Analisis data sekunder (data pribadi Dukun). - Wawancara dengan masyarakat Tengger Desa Ngadisari. - Browsing internet. - Observasi partisipatif. - Wawancara mendalam dengan Dukun Desa Ngadisari dan Koordinator Dukun Tengger. - Wawancara mendalam dengan Legen dan Wong Sepuh. - Analisis dokumen. - Wawancara dengan informan (Kepala Desa dan masyarakat). - Observasi. - Wawancara dengan informan. (pemateri, anggota Pramuka dan masyarakat). - Analisis data sekunder (catatan anggota pramuka dan pemateri). - Wawancara dengan informan (guru sekolah, murid). - Analisis data sekunder, berupa makalah. - Wawancara. - Observasi.
162
Lampiran 17.
PETA LOKASI PENELITIAN
Keterangan: Tanda panah biru merupakan lokasi Masyarakat Tengger Desa Ngadisari tempat penelitian berlangsung.
163
Lampiran 18
KALENDER TENGGER
164
Lampiran 19
JADWAL KEGIATAN PRAMUKA
165
Lanjutan Jadwal kegiatan Pramuka
166
Lanjutan Jadwal kegiatan Pramuka
167
Lanjutan Jadwal kegiatan Pramuka
168
Lampiran 20
CONTOH ABSENSI KEGIATAN PRAMUKA, KEGIATAN ADAT DAN PERTEMUAN-PERTEMUAN LAIN
169
Lanjutan Contoh Absensi Kegiatan Pramuka, Kegiatan Adat Dan Pertemuan-Pertemuan Lain
170
Lampiran 21
SURAT IJIN PENELITIAN
Lampiran 19.
JADWAL KEGIATAN PRAMUKA Lampiran 20.
CONTOH ABSENSI KEGIATAN PRAMUKA, KEGIATAN ADAT DAN PERTEMUAN-PERTEMUAN LAIN
Lampiran 22.
CONTOH MAKALAH MATERI ADAT DALAM KEGIATAN PRAMUKA Lampiran 23.
CONTOH CATATAN MATERI DALAM KEGIATAN PRAMUKA
171
Lampiran 22 CONTOH MAKALAH ADAT DALAM KEGIATAN PRAMUKA