Bersains, Vol. 1, No. 3 (Mar 2015)
Digital Watermarking: A Picture Can Hide a Thousand Words Iwan Setyawan
Pernahkah
terbatas pada citra digital, tetapi juga dapat
Anda mendengar ungkapan, “A
berupa video digital ataupun audio digital.
picture is worth a thousand words?” Nah, pada
Diagram kotak sebuah sistem untuk me-
tulisan ini, kita akan melihat bahwa sebuah
nyisipkan data ke dalam sebuah citra digital
gambar (citra atau image) bisa digunakan untuk mengangkut
data
tersembunyi.
Data
ditunjukkan pada Gambar 1. Pada Gambar ini,
ter-
citra masukan (I) diolah melalui sebuah
sembunyi ini bisa berupa angka (misalnya
watermark embedder untuk menghasilkan citra
nomor serial), logo, teks dan lain sebagainya.
yang sudah disisipi watermark (Iw). Watermark
Pada tulisan ini, pembahasan akan dibatasi pada
embedder membutuhkan masukan lain (selain
data berbentuk teks. Dengan kata lain, “A
citra I), yaitu data yang akan disisipkan (D) serta
Picture Can Hide a Thousand Words.”
suatu kunci rahasia (K). Penggunaan kunci rahasia
Apa itu Digital Watermarking?
ini
bersifat
opsional
dan
hanya
digunakan jika kita ingin menjaga kerahasiaan
Secara sederhana, digital watermarking
data yang disisipkan. Dengan kata lain, jika kita
dapat didefinisikan sebagai suatu teknologi yang
tidak menginginkan sembarang orang bisa
memungkinkan kita untuk menyisipkan data ke
membaca D, kita perlu menggunakan kunci K.
dalam data digital lain. Misalnya, seperti yang
Satu hal yang paling penting yang harus
sudah disebutkan di atas, kita dapat me-
diperhatikan
nyisipkan data teks ke dalam sebuah citra
embedder adalah bahwa citra Iw tidak boleh
digital. Data digital yang dapat disisipi tidak
tampak berbeda dari I. Dengan kata lain, proses 21
oleh
perancang
watermark
penyisipan watermark tidak boleh menurunkan
sebuah watermark detector tidak menghilangkan
kualitas citra I terlalu banyak.
D dari Iw’ 1. Apa kegunaan Digital Watermarking? Teknologi Digital Watermarking memiliki banyak kegunaan. Salah satu persoalan yang
mendorong
dikembangkannya
digital
watermarking adalah masalah hak cipta. Sejak tahun 1990-an, dunia mulai beralih dari media
Gambar 1. Sistem penyisipan watermark
analog ke media digital. Media digital memiliki banyak keunggulan dibandingkan media analog.
Sebuah data yang sudah disisipkan ke
Misalnya, media digital pada umumnya me-
suatu citra tidaklah berguna jika data tersebut
miliki kualitas yang lebih bagus, dan lebih tahan
tidak dapat dibaca kembali. Untuk itu, di-
terhadap gangguan, dibandingkan media analog
perlukan sistem untuk membaca data tersebut
(misalnya rekaman musik pada kaset di-
yang biasa disebut dengan watermark detector.
bandingkan rekaman musik pada CD). Media
Secara keseluruhan, diagram kotak sistem
digital
pembaca data (watermark) ini ditunjukkan pada
juga
memudahkan
distribusi
bagi
penyedia konten (content provider), karena tidak
Gambar 2.
lagi dibutuhkan media fisik untuk mendistribusikan
produk
(misalnya
CD)
dan
pembeli dapat langsung mengunduh konten dari Internet. Media digital juga memudahkan proses reproduksi, tanpa penurunan kualitas. Semua keunggulan ini juga dapat dipandang sebagai kelemahan. Kemudahan reproduksi – dengan
Gambar 2. Sistem pembaca watermark
mempertahankan
kualitas
–
serta
kemudahan distribusi, membuat aksi pembajakan konten menjadi marak. Para pembajak
Sistem ini memiliki masukan berupa
dapat dengan mudah mereproduksi konten
citra yang (mungkin) sudah disisipi watermark
kemudian menggunakannya untuk kepentingan
(Iw’ ) serta kunci rahasia yang tadi digunakan
mereka tanpa seijin pemilik hak cipta. Contoh
untuk memasukkan watermark (K). Keluaran
masalah ini ditunjukkan pada Gambar 3. Pada
dari watermark detector adalah data D’, yang –
skenario ini, Alice, seorang fotografer, menjual
jika semuanya berjalan lancar – mestinya identik dengan data yang tadi disisipkan yaitu D. Perlu
1Sistem
digital watermarking yang dirancang agar D dihapus dari Iw’ setelah proses pembacaan biasa disebut sistem reversible watermarking.
diperhatikan di sini bahwa pada umumnya, 22
foto hasil karyanya secara online melalui
•
Data embedding: Data yang disisipkan
internet. Bob dan Charlie membeli foto Alice.
ke dalam citra digital tidak semata-mata
Sebagai orang jujur, Bob hanya menggunakan
harus berkaitan dengan informasi hak
foto yang dibelinya untuk keperluannya pribadi.
cipta. Kita dapat juga memasukkan
Akan tetapi Charlie tanpa seijin Alice meng-
informasi lain. Misalnya, kita ingin
gandakan karya tersebut dan membagikan (atau
mengirim suatu pesan yang bersifat
menjual) salinan karya Alice tersebut kepada
rahasia kepada rekan kita melalui email
Dave. Teknologi digital watermarking dapat
melalui suatu jalur lalu lintas email yang
membantu
Alice.
dimonitor oleh pihak ketiga. Jika kita
Misalkan Alice memasukkan watermark berisi
tidak ingin pesan kita terbaca oleh pihak
data D1 (berisi suatu informasi yang dapat
lain,
dikaitkan dengan identitas Bob) ke dalam foto
tersebut, dalam bentuk watermark, ke
yang dijualnya pada Bob dan data D2 (berisi
dalam
suatu informasi yang dapat dikaitkan dengan
mengirimkan citra digital tersebut dalam
identitas Charlie) ke dalam foto yang dijualnya
bentuk
pada Charlie. Bila Alice (atau aparat penegak
menggunakan watermark detector (dan
hukum) menemukan foto yang dimiliki Dave,
kunci rahasia) yang sudah disepakati,
maka berdasarkan data yang terkandung dalam
rekan kita dapat membaca pesan apa
foto tersebut, Alice dapat menuntut Charlie
yang sebenarnya ingin kita sampaikan.
melindungi
hak
cipta
karena telah membajak karyanya (dan mungkin
•
juga Dave, sebagai penadah).
kita
bisa
sebuah
menyisipkan citra
attachment
Authentication:
Citra
pesan
digital
email.
digital
dan
Dengan
sangat
mudah dimanipulasi tanpa merusak kualitasnya. Di satu pihak, hal ini sangat menguntungkan (jika tidak percaya, silakan menonton film-film sains-fiksi Hollywood!) tetapi hal ini bisa juga sangat merugikan pada saat manipulasi tersebut digunakan pihak yang tidak bertanggung
jawab
untuk
men-
diskreditkan seseorang. Teknologi digital watermarking dapat dimanfaatkan untuk membantu mengatasi hal ini. Kita dapat
Gambar 3. Skenario perlindungan hak cipta
merancang watermark sedemikian rupa agar watermark tersebut bergantung
Selain kegunaan yang berkaitan dengan
pada isi citra asli 2. Jika citra tersebut
hak cipta, digital watermarking dapat juga digunakan untuk hal-hal berikut:
2Watermark
watermark.
23
seperti ini biasa disebut content-dependent
dimanipulasi, maka watermark tersebut
Dalam kasus komunikasi rahasia, pihak
tidak bisa lagi terbaca dengan baik.
yang memonitor komunikasi akan mudah
Dengan
merasa curiga jika email yang kita kirimkan
demikian
kita
dapat
me-
nyimpulkan bahwa citra tersebut telah
berisi
mengalami manipulasi. Kita bahkan bisa
terenkripsi). Meskipun tidak dapat membaca isi
merancang
rupa
pesan, mereka dapat memblokir komunikasi
sehingga bisa mengidentifikasi bagian
atau menangkap pihak-pihak yang terlibat dan
mana citra yang telah dimanipulasi.
memaksa mereka untuk memberikan kunci
sistem
sedemikian
untuk Kenapa
memilih
Digital
data
membaca
menyisipkan
Watermarking,
yang
tidak
data
informasi
terbaca
tersebut. rahasia
ke
(karena
Dengan dalam
attachment email (tentu saja, kita perlu memilih
bukan yang lain?
citra yang “aman”!), kecurigaan ini dapat
Sampai titik ini, pembaca mungkin
dikurangi.
berpikir: Mengapa kita membutuhkan digital watermarking? Dalam kasus perlindungan hak
Pada kasus perlindungan hak cipta,
cipta, misalnya, bukankah kita sudah memiliki
dapat disimpulkan bahwa keunggulan teknologi
teknologi enkripsi (misalnya, kanal televisi kabel
digital watermarking dibandingkan enkripsi
yang tidak kita langgan diacak)? Atau, tidakkah
adalah fakta bahwa watermark tersebut “melekat
lebih sederhana memasang logo pada citra
seumur hidup” pada data yang dilindungi. Data
untuk menyatakan kepemilikan? Dalam kasus
yang dienkripsi kehilangan perlindungan begitu
komunikasi rahasia, bukankah kita juga dapat
data tersebut didekripsi. Pada kasus komunikasi
memanfaatkan enkripsi? Tanpa kunci yang
rahasia, teknologi digital watermarking memiliki
tepat, bukankah pihak ketiga tidak akan dapat
keunggulan
membaca informasi yang kita kirimkan?
watermark bersifat “oblivious” (tidak terlihat)
dibandingkan
enkripsi
karena
sedangkan enkripsi bersifat “obvious.” Kita,
Teknologi digital watermarking memiliki
secara harafiah, benar-benar “hide the data in
beberapa keunggulan dibandingkan dengan
plain sight.”
enkripsi. Misalnya, mari kita tinjau kembali contoh Alice di atas. Alice dapat saja meng-
Bagaimana dengan penggunaan logo?
enkripsi (mengacak) foto yang dijualnya dan
Jika kita menilik kembali kasus Alice, ada
hanya memberikan kunci untuk melakukan
kemungkinan Bob dan Charlie tidak mau
dekripsi kepada orang yang sudah membeli foto
membeli karya Alice dengan alasan keberadaan
tersebut. Dapat dilihat bahwa dalam kasus ini,
logo tersebut mengganggu nilai estetika foto.
enkripsi tidak dapat melindungi Alice. Setelah
Selain itu, sangatlah mudah untuk melakukan
Charlie memperoleh kunci dekripsi, dia dapat
cropping (atau manipulasi lain) pada foto untuk
melakukan dekripsi terhadap foto kemudian
menghilangkan logo.
menggandakan foto yang telah didekripsi dan menjualnya kepada Dave. 24
Contoh Algoritma Digital Watermarking
Kedua, masing-masing piksel dalam suatu citra digital biasanya merepresentasikan
Pada bagian ini, kita akan melihat sebuah
contoh
algoritma
digital
suatu bilangan integer positif. Karena citra
image
digital disimpan dan diolah menggunakan
watermarking sederhana. Sebelum melihat lebih
komputer, maka bilangan ini direpresentasikan
lanjut bagaimana algoritma ini bekerja, ada
dalam bilangan biner (bilangan berbasis 2).
beberapa hal yang harus diketahui terlebih
Citra digital tidak berwarna (hitam putih/
dahulu.
grayscale) biasanya menggunakan 8 bit (binary
Pertama-tama, perlu diingat bahwa
digit) untuk merepresentasikan satu buah piksel.
sebuah citra digital tersusun atas elemen-elemen
Jadi, satu buah piksel dapat merepresentasikan
kecil, yang biasa disebut “piksel” (pixel = picture
bilangan bulat antara 0 hingga 255. Hal ini
element). Berapa jumlah piksel yang menyusun
ditunjukkan pada Gambar 5. Masing-masing
suatu citra digital? Hal ini bervariasi dan
kotak pada Gambar 5 merepresentasikan satu
biasanya kita kenal dengan istilah resolusi citra
bit yang nilainya 0 atau 1.
digital tersebut. Misalnya, suatu citra digital yang memiliki resolusi 1024 × 768 piksel memiliki 786432 piksel. Sebuah citra digital yang memiliki resolusi 12 Mega Pixel (12 MP) memiliki 12 juta piksel. Hal ini digambarkan pada Gambar 4. Pada Gambar ini, jika kita memperbesar bagian citra dalam kotak, kita dapat melihat bahwa citra itu terdiri atas elemen-elemen (piksel).
Gambar 5. Representasi nilai piksel dengan bilangan biner.
Nilai bilangan integer yang ditunjukkan pada Gambar 5 dapat dicari sebagai berikut: 1 × 27 + 0 × 26 + 0 × 25 + 1 × 24 + 1 × 23 + 0 × 22 + 1 × 21 + 1 × 20 = 155
Ketiga, dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa masing-masing posisi yang menyusun sebuah bilangan biner memiliki nilai yang berbedabeda. Posisi paling kiri memiliki nilai 27, sedangkan posisi paling kanan memiliki nilai 20. Dari sini jelas bahwa bit paling kiri memiliki
Gambar 4. Piksel penyusun citra digital
nilai paling berarti (signifikan) sehingga biasa 25
disebut dengan Most Significant Bit (MSB).
piksel. Sebagai contoh, misalkan kita ingin
Sebaliknya, posisi bit paling kanan memiliki
menyisipkan karakter ‘A’ pada deretan 8 buah
nilai paling tidak berarti sehingga biasa disebut
piksel yang masing-masing bernilai 140, 155,
dengan Least Significant Bit. Perubahan pada
156, 154, 155, 141, 150, 151. Proses penyisipan
MSB akan mengubah nilai piksel tersebut secara
ini digambarkan pada Tabel berikut. Pada Tabel
sangat berarti. Sebaliknya, perubahan pada LSB
ini,
hanya akan memberikan perubahan kecil pada
dituliskan pada kolom ke 4.
bit-bit
yang menyusun
karakter ‘A’
nilai piksel. Pada contoh sebelumnya, mengubah MSB menjadi 0 akan mengubah nilai
Tabel 1. Contoh penyisipan karakter ‘A’
piksel menjadi 27, sedangkan mengubah LSB
Nilai Piksel Awal
menjadi 0 akan mengubah nilai piksel menjadi 154.
140
Keempat, huruf-huruf dalam alfabet (dan juga angka dan tanda baca) juga dire-
155
presentasikan dalam bentuk bilangan biner
156
untuk pengolahan menggunakan komputer. Salah satu representasi yang paling banyak
154
digunakan adalah kode ASCII. Dalam kode ini,
155
satu karakter (bisa berupa huruf, angka maupun tanda baca) direpresentasikan dengan meng-
141
gunakan 8 bit. Sebagai contoh, karakter ‘A’
150
memiliki representasi ASCII ‘01000001’, karak-
151
ter ‘a’ direpresentasikan dengan ‘01100001’, ka-
Nilai Piksel Awal (Biner) 1000 1100 1001 1011 1001 1100 1001 1010 1001 1011 1000 1101 1001 0110 1001 0111
Nilai LSB
Bit Karakter ‘A’
Tindakan
Nilai Piksel Akhir
0
0
140
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
1
Biarkan LSB Biarkan LSB Biarkan LSB Biarkan LSB Ubah LSB Ubah LSB Biarkan LSB Biarkan LSB
155 156 154 154 140 150 151
rakter ‘!’ direpresentasikan dengan ‘00100001’, dan sebagainya.
Pada contoh diatas, ternyata kita perlu
Dengan dasar penjelasan diatas, kita bisa
mengubah nilai LSB dari 2 buah piksel,
mulai membahas algoritma watermarking ini.
sementara nilai LSB piksel-piksel lainnya tidak
Algoritma kita bekerja dengan cara mengganti
perlu diubah. Karena perubahan dilakukan pada
(jika perlu) LSB sebuah piksel citra sedemikian
LSB, maka nilai piksel yang berubah hanya
rupa sehingga LSB tersebut sama dengan bit
berselisih 1 dari nilai awalnya. Perbedaan seperti
yang ingin kita sisipkan. Kita memilih untuk
ini pada prakteknya tidak dapat dilihat oleh
mengubah LSB agar perubahan pada citra yang
manusia. Dengan kata lain, citra yang sudah
sudah disisipi data tidak terlalu banyak (dengan
disisipi watermark seolah-olah identik dengan
kata lain, tidak tampak). Karena satu karakter
citra aslinya.
direpresentasikan dengan 8 bit, maka untuk menyisipkan satu karakter kita membutuhkan 8 26
Tentu saja algoritma ini tidak terbatas
Tabel 2. Contoh pembacaan data yang disisipkan
pada penyisipan data berupa satu karakter.
Nilai Piksel 140 155 156 154 154 140 150 151
Misalkan kita ingin menyisipkan kata ‘Saya’, maka data yang harus kita sisipkan terdiri atas 32 bit sebagai berikut: 01010011011000010111100101100001, dan kita membutuhkan 32 piksel untuk mengangkutnya. Jadi, untuk sebuah data
Nilai Piksel (Biner) 1000 1100 1001 1011 1001 1100 1001 1010 1001 1010 1000 1100 1001 0110 1001 0111
Nilai LSB 0 1 0 0 0 0 0 1
Bit Data tersisip 0 1 0 0 0 0 0 1
sepanjang n bit, kita membutuhkan n buah Dari contoh ini, dapat disimpulkan
piksel dan proses penyisipan dapat dituliskan
bahwa untuk membaca kembali data yang
dalam bentuk pseudo-code sebagai berikut:
disisipkan, kita tidak membutuhkan informasi
1: baca bit ke k
apa pun mengenai nilai piksel asli 3. Dalam
2: baca nilai piksel ke k 3:
bentuk
pseudo-code,
cara
membaca
data,
jika nilai LSB piksel ke k≠ bit LSB ke
sepanjang n bit, yang sudah disisipkan dapat
k, maka
ditunjukkan sebagai berikut:
4:
ubah nilai LSB
1: baca nilai piksel ke k
5: jika k≤n
2: nilai bit data ke k = nilai LSB piksel ke k
6:
k=k+1
3: jika k kelipatan 8
7:
kembali ke 1
4:
ubah data menjadi karakter
8: jika k>n
5:
teruskan ke langkah 8
9:
6: jika k bukan kelipatan 8
selesai Bagaimana kita membaca pesan yang
7:
sudah disisipkan? Hal ini dapat dilakukan
teruskan ke langkah 8
8: jika k≤n
dengan mudah. Menggunakan contoh pada
9:
Tabel 1, proses pembacaan data ditunjukkan
k=k+1
pada Tabel 2. Perhatikan bahwa nilai piksel
10:
yang digunakan adalah nilai piksel setelah
11: jika k>n
dilakukan proses penyisipan. Data yang di-
12:
sisipkan direpresentasikan sebagai bilangan biner
kembali ke 1
selesai
yang disusun dengan mengurutkan bit-bit pada
Pseudo-code di atas berasumsi bahwa
kolom ke 4 yaitu 0100 0001 yang merupakan
nilai n diketahui. Secara umum, hal ini tidak
representasi karakter ‘A’. 3Teknik
27
seperti ini biasa disebut blind watermarking.
diperlukan. Kita dapat menggunakan pola bit
data yang dapat disisipkan. Sebuah citra dengan
tertentu untuk menandakan bahwa data yang
resolusi 1024 x 768 piksel (786432 piksel)
disisipkan sudah selesai. Misalnya, kita dapat
mampu
menggunakan pola bit 00000011 (dalam kode
karakter. Jika diasumsikan satu kata rata-rata
ASCII, pola bit ini disebut karakter ETX atau
berisi 5 karakter, berarti citra ini mampu
End-of-Text) untuk menandai bahwa data yang
menampung lebih dari 19000 kata.
disisipkan sudah selesai. Setelah langkah ke-4
sedangkan
jika
=
98304
bagian ini merupakan salah satu algoritma yang
yang dibaca adalah ETX. Jika ya, program diakhiri;
786432/8
Algoritma yang sudah kita bahas pada
pada pseudo-code diatas, kita cek apakah karakter langsung
mengangkut
paling sederhana, paling mudah dimengerti,
tidak,
paling sedikit mempengaruhi kualitas citra yang
pembacaan diteruskan.
disisipi serta memiliki daya angkut data yang
Dari penjelasan diatas, pembaca mung-
paling besar. Meskipun demikian, algoritma ini
kin bertanya-tanya di mana peran kunci rahasia
juga merupakan salah satu algoritma yang paling
K. Tanpa kunci rahasia, setiap orang yang
lemah karena watermark yang disisipkan dapat
mengetahui cara membaca data yang sudah
dibuat
disisipkan dapat membaca data tersebut. Jika hal
serangan yang sangat sederhana. Pembahasan
ini tidak diinginkan, kita dapat menggunakan
terperinci mengenai serangan ini berada di luar
suatu kunci rahasia K untuk melakukan
lingkup tulisan ini, tetapi penulis merasa
permutasi (pengacakan) terhadap urutan piksel
pembaca pasti bisa dengan mudah menebak
yang digunakan untuk menanamkan data. Jika
bagaimana caranya!
tidak
dapat
terbaca
menggunakan
kita kembali ke contoh diatas, karakter ‘A’ tidak harus disisipkan pada 8 piksel secara berurutan
Penutup
(1-2-3-4-5-6-7-8), tetapi dapat saja secara acak (misalnya
3-5-8-1-6-7-4-2).
butuhkan
oleh
Kunci
K
Dalam artikel ini, pembaca sudah ber-
di-
kenalan dengan teknik digital image water-
pembaca untuk membaca
marking. Kita juga sudah membahas sebuah
kembali data yang telah disisipkan. Tanpa
contoh algoritma digital watermarking seder-
urutan yang benar, data tidak akan terbaca
hana. Tulisan ini baru menyentuh kulit paling
dengan benar juga. Misalnya, jika karakter ‘A’ disisipkan
dengan
urutan
luar teknologi digital watermarking beserta
3-5-8-1-6-7-4-2
segala permasalahan perancangan yang dihadapi.
dibaca kembali dengan urutan 1-2-3-4-5-6-7-8,
Secara umum, terdapat tiga tantangan yang
maka data yang terbaca adalah 0100 1000
dihadapi para perancang algoritma digital
(karakter ‘H’).
watermarking.
Berapa besar data yang bisa disisipkan
Tantangan pertama adalah ketahanan
dalam sebuah citra? Tentu hal ini bergantung
(robustness) sistem digital watermarking terhadap
pada berapa jumlah piksel yang tersedia.
serangan. Serangan ini bisa dilakukan dengan
Semakin tinggi resolusi citra, semakin besar juga 28
maksud membuat watermark yang tertanam tidak
dapat
dibaca,
membuat
keraguan
(ambiguity) mengenai keabsahan watermark yang tertanam dan sebagainya. Serangan bahkan dapat muncul tanpa maksud jahat (misalnya, seorang pengguna citra digital mengubah
Gambar 6. Tantangan perancangan algoritma digital
ukuran citra digital agar sesuai dengan resolusi
watermarking
monitor komputernya). Penelitian dalam bidang digital watermarking bisa diibaratkan sebuah
Daftar Pustaka
perlombaan senjata (arms race) antara perancang
1. I. Cox, M. Miller, J. Bloom, Digital Water-
teknologi watermarking dengan para penyerang.
marking, Morgan Kaufmann Publishers, 2002 (ISBN: 1-55860-714-5)
Tantangan kedua adalah kualitas citra yang sudah disisipi watermark (Iw). Seperti
2. G.C. Langelaar, I. Setyawan, R.L. Lagendijk,
dijelaskan, idealnya Iw sangat mirip dengan I.
"Digital Image and Video Data: A State-of-the-
Dengan kata lain, watermark yang disisipkan
Art
tidak boleh terlihat atau memiliki perceptibility
Overview",
IEEE
Signal
Processing
Magazine, 2000, 17:20-46
yang rendah. Tantangan ini terutama muncul
==========
dari para penyedia konten, yang khawatir bahwa
Iwan Setyawan lahir di Semarang dan memperoleh gelar S1 (1996) dan S2 (1999) dari Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung. Gelar S3 di bidang Teknik Elektro diperoleh dari Technische Universiteit Delft, Belanda, pada tahun 2004. Sejak tahun 2005 ia menjadi staf pengajar di Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
produknya tidak akan laku jika disisipi watermark karena penurunan kualitas. Tantangan ketiga adalah masalah jumlah data yang dapat disisipkan (capacity). Meskipun tidak semua skenario membutuhkan daya angkut ribuan kata, tetapi tetap ada kapasitas minimal yang dikehendaki. Ketiga tantangan di atas saling bertentangan, seperti digambarkan pada Gambar 6. Penambahan robustness biasanya mengorbankan perceptibility dan capacity, penambahan capacity biasanya mengorbankan robustness dan perceptibility dan seterusnya. Tantangan-tantangan inilah yang membuat teknologi digital watermarking masih merupakan bidang ilmu yang menarik.
29