DIBALIK KEKUATAN ALAM
zidniagus.wordpress.com
Editorial MENYINGKAP KABUT, MENATAP SINGGASANA Setiap manusia terlahir ke bumi tanpa tahu siapa dirinya, dan siapa pula bumi yang dihuninya, apalagi jagat raya mahaluas yang melingkupinya. Jagat raya berisi sekitar 300 miliar galaksi. Salah satu dari galaksi ini adalah Galaksi Bima Sakti, yang terdiri atas sekitar 250 miliar bintang. Matahari kita hanyalah salah satu dari bermiliar bintang ini. Begitulah, masih terdapat lebih banyak bintang di jagat raya daripada butiran pasir di seluruh pantai di bumi, dan Matahari kita hanyalah salah satu butiran pasir ini. Bumi tempat tinggal kita tidaklah lebih besar dari sebutir pasir tersebut. Sedangkan manusia, makhluk kecil penghuni bumi, ia bukanlah apa-apa di dalam jagat raya mahaluas ini. Dari segi ukurannya, manusia bak sebutir debu di padang pasir nan luas, sesuatu yang tak berarti dalam alam semesta tak bertepi. Dilihat dari kekuatannya, manusia pun makhluk yang teramat lemah, jauh lebih lemah dari kekuatan alam ini. Dari virus tak kasat mata yang mampu menjadikannya sakit tak berdaya; hingga hujan, gunung dan gempa bumi yang dapat melenyapkannya dari muka bumi. Begitulah, kehidupan manusia seolah tak berarti jika dilihat dari ukuran dan kekuatannya, dibandingkan dengan ukuran alam semesta dan kedahsyatan peristiwa alam. Namun, benarkah hidup manusia tanpa arti? Jika makna hidup memang tiada, mengapa manusia perlu ada? Jika mata yang melihat pemandangan, telinga yang mendengar suara, lidah yang mengecap rasa, dan kulit yang meraba benda ini tidak memiliki makna apa pun, lalu untuk apa semua ini ada? Mengapa manusia mesti hidup di muka bumi jikalau pada akhirnya semua mereka kan pasti sirna, terhempaskan oleh penyakit mematikan, usia senja, kecelakaan, gempa bumi, letusan gunung, serta dahsyatnya kekuatan alam lainnya yang menerpa mereka? Mengapa manusia mesti hadir di dunia, mengapa mereka mesti hidup, menderita, tertawa, bahagia, dan akhirnya harus mati...??? Apakah semua ini ada artinya ??? Benar, semua ini nyaris tanpa arti jika kita pahami sebatas pada ukuran dan kekuatan manusia, sebab banyak makhluk atau benda di alam ini yang jauh lebih berarti, jauh lebih besar dan jauh lebih dahsyat dari manusia. Namun sesuatu telah memiliki arti karena keberadaannya, sebab untuk apa menanyakan makna atau arti sesuatu yang tidak pernah ada? Ketika arti keberadaan sesuatu telah kita pahami, maka ukuran, kekuatan, kedahsyatan dan segala ciri yang lain pun akan tampak bermakna di hadapan kita. Begitulah, keberadaan manusia memunculkan makna keberadaan serta kehidupan manusia itu sendiri. Sebagaimana keberadaan alam semesta beserta segala isi dan kedahsyatannya yang pastilah mendorong kita juga bertanya akan arti keberadaannya. Yang pasti, kesempurnaan dan kehebatan seluruh makhluk hidup dan tak hidup di alam ini mengatakan kepada akal dan hati nurani manusia akan satu hal: semua mereka diciptakan dengan tujuan yang pasti dan benar. Dan tujuan itu adalah agar manusia yang berakal dan bernurani ini mampu menyibak misteri alam, termasuk dirinya sendiri. Menguak kesempurnaan, keajaiban, kehebatan, kekuatan, dan kedahsyatan fenomena alam hingga terpampang di pelupuk matanya suatu kebenaran yang pasti, yakni bahwa semua ini ada karena diciptakan dengan makna dan tujuan yang pasti; hingga tersingkaplah kabut kebodohan dan kejumudan yang selama ini menutup mata hatinya,
sehingga ia dengan jelas mampu menatap keberadaan singgasana sang Pencipta. Dialah Allah, Penguasa dan Pemilik Kekuatan di balik keajaiban dan kedahsyatan fenomena alam ini, yang semuanya diciptakan-Nya agar manusia mampu mengenal keberadaan dan sifat-sifat-Nya. Lebih dari itu, alam ini dicipta agar manusia senantiasa mengingat akan keagungan Pencipta-Nya dan kelemahan dirinya; agar menjadi sarana yang menjadikannya hamba yang bertaqwa. Katakanlah: “Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ‘Arsy yang besar?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak bertakwa?” (QS. Al Mu’minuun, 23:84-87) (cs)
Surat Pembaca AGAR LEBIH NYAMAN DIBACA Isi terlalu sedikit untuk ukuran penerbitan sebulan sekali (isi ditambah atau frekuensi penerbitan ditambah). Layout diperbaiki agar lebih nyaman dibaca. Sholeh AL Azhar Syifa Budhi, Kemang, Jakarta. ========================= DAFTAR ISI Melihat penampilan awal (di cover buletin) yang berwarna-warni, tentunya akan berisi sesuatu yang menarik, ternyata benar. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang memberikan kesempatan terbitnya majalah ini. Isi yang padat dan berkualitas dengan judul yang menarik menuntun pembaca untuk menyelami lebih dalam isi dari judul tersebut. Topik-topik kontemporer yang perlu diketahui pembaca masa kini semoga dapat membuka dan menjadi sarana penambah keimanan bagi pembaca sekalian. Selamat atas terbitnya bulletin ini, semoga semakin menarik dan banyak pembacanya. Terima kasih kepada tim redaksi dan penerbit semoga Allah membalasnya dengan yang lebih baik. Usulan: Ada daftar isi di halaman kedua dari buletin ini. Dr Santoso S Staf pengajar program ekstensi Fisika, FMIPA Universitas Indonesia, Depok. ========================= TEROBOSAN BARU Sebuah terobosan baru dalam membantu pencerahan intelektual, khususnya SDM Muslim. Sudah saatnya umat Islam membangun kembali kejayaannya, sebagaimana pernah dilakukan pada masa lalu. Kata kuncinya dengan menguatkan penguasaan “ayat kauliyah” dan “ayat kauniyah” dan ini telah dilakukan oleh INSIGHT. Sukses Selalu. B.S. Wibowo, SKM. MARS, Direktur LMT TRUSTCO, Jakarta. =========================
TAMBAH JUMLAH HALAMAN Alhamdulillah, telah terbit majalah ilmiah populer berbahasa Indonesia di tengah sikon yang tidak menguntungkan saat ini, baik kondisi perekonomian maupun politik yang amburadul. Semoga terbitan perdana ini diikuti terbitan-terbitan selanjutnya. Beberapa saran dari saya; perlu menambah jumlah halaman semoga isinya tidak hanya terjemahan karya Harun Yahya tapi juga tulisan saintis Indonesia. Dr Mufti P Patria, Jurusan Biologi FMIPA UI, Depok. ========================= PEMIKIRAN DARWIN Assalamualaikum wr.wb. Semoga datangnya surat ini, Anda masih dalam perlindungan Allah SWT ada satu hal yang ingin saya tanyakan, yaitu pada bahasan utama edisi perdana lalu, Anda banyak menunjukkan kelemahan-kelemahan dari pemikiran Darwin, tetapi mengapa pada bagian tentang sejarah singkat hidup Darwin Anda sama sekali tidak menunjukkan timbulnya pemikiran-pemikiran Darwin tentang evolusi dari petualangan dan penelitian Darwin tersebut? Terima kasih, semoga Allah masih memberikan kekuatan pada Anda untuk tetap istiqomah dalam memperjuangkan kebenaran agama-Nya. wassalamualakum wr. wb Ahmad Fitrizal Romadhoni, Jln. Sunan Giri 15a/1, Gresik 61161, Jawa Timur Redaksi: Terima kasih atas kritik dan sarannya. Semoga di edisi mendatang usulan Anda dapat kami realisasikan.
Dari Kami PELAJARAN BERHARGA Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat-Nya kepada kita. Hadirnya buletin edisi April 2003 ini pun tak luput dari kehendak dan kuasa
Allah semata, yang tanpa-Nya tak mungkin kami dapat hadir di hadapan para pembaca budiman sekalian. Pertama-tama, kami haturkan banyak terima kasih atas segala kritik, saran, dan masukan dari para pembaca terhadap buletin edisi perdana kami. Kami berdoa semoga amal baik para pembaca ini diberi balasan yang lebih baik oleh Allah, dan kami pun dapat semakin memperbaiki kualitas buletin ini sebaik-baiknya. Pembaca budiman, termasuk nikmat Allah yang sungguh tak terkira adalah kesehatan dan waktu luang, yang dengannya para pembaca kini dapat kembali menikmati buletin ini. Kesibukan keseharian seringkali menyita waktu kita, sehingga tak lagi menyisakan kesempatan untuk merenung akan segala peristiwa dan fenomena di sekitar kita. Padahal, kalau kita memikirkan secara mendalam dengan hati nurani yang terbuka, akan kita dapati banyak pelajaran berharga dan pengetahuan (=insight) dari sedikit fenomena alam atau peristiwa keseharian yang kita alami dan saksikan. Di antara pelajaran berharga ini adalah pemahaman akan kekuasaan dan kekuatan Allah, dan kelemahan diri manusia di hadapan Sang Khaliq. Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa.” (QS. Al Hajj, 22:74) Wassalamu’alaikum wr. wb. Redaksi
Bahasan Utama - 1 DI BALIK KOKOHNYA GUNUNG Ketika berbicara tentang gunung, banyak hal akan terlintas dalam benak kita, di antaranya gunung api yang meletus dengan dahsyatnya. Kekuatan letusan gunung berapi mampu menimbulkan gempa hebat, gelombang tsunami, maupun muntahan lahar yang meluluhlantakkan apa pun yang diterpanya... Namun, apakah ini berarti bahwa ketiadaan gunung akan menghilangkan bencana alam yang kerap kali menelan korban jiwa ini, dan menjadikannya lebih aman untuk dihuni? Fakta menunjukkan sebaliknya. Bumi yang rata akibat ketiadaan gunung ternyata justru akan menghancurkan segala yang ada. Kerak bumi adalah lapisan permukaan tempat kita sehari-hari berjalan dan membangun rumah dengan aman. Tetapi, kerak bumi ternyata tidak diam alias bergerak di atas suatu lapisan lain yang dinamakan mantle (jaket), yang lebih padat dari kerak bumi. Jika tidak ada perangkat yang mengendalikan pergerakan kerak bumi ini, maka goncangan dan gempa terus-menerus akan terjadi di bumi, yang tentu menjadikannya tempat yang benarbenar tak dapat dihuni. Namun, keberadaan gunung-gunung dan struktur perpanjangannya yang menghujam jauh ke dalam bumi berperan besar mengurangi
pergerakan lapisan di bawah permukaan tanah, sehingga mencegah atau memperkecil goncangan yang diakibatkannya. Gunung-gunung di bumi terbentuk akibat pergerakan dan tubrukan antar-lempengan raksasa yang membentuk lapisan kerak bumi (lihat gambar). Ketika dua lempengan saling bertubrukan, salah satunya biasanya akan menerobos di bawah lempengan yang kedua. Lempengan kedua yang berada bagian atas terdorong ke atas sehingga membentuk punggung gunung. Pada saat bersamaan, lempengan yang berada di bawah terus menembus, menghujam ke bawah, dan membentuk perpanjangan yang jauh ke dalam bumi. Ini berarti gunung memiliki semacam akar berupa perpanjangan yang menancap dan menghujam ke dalam bumi. Bagian ini sama besarnya dengan punggung gunung yang tampak menjulang tinggi di atas permukaan bumi. Dengan kata lain, gunung tertancap dan mengakar kokoh pada bagian kerak bumi yang disebut mantle (jaket). Jadi, gunung mencengkeram lempengan-lempengan bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi. Dengan demikian gunung menembus dan menancap pada tempat bertemunya lempengan-lempengan tersebut. Dengan cara ini, gunung mencegah kerak bumi bergerak atau bergeser secara terus-menerus di atas lapisan magma atau di antara lapisan-lapisannya. Singkatnya, kita dapat menyamakan gunung sebagaimana paku atau pasak yang menancap dan mencengkeram lembaran-lembaran papan kayu dengan erat dan kokoh. Kerak bumi yang bersifat mudah bergerak ini diredam oleh gunung, sehingga mampu mencegah guncangan hingga batas tertentu. Gunung yang tampak kokoh perkasa juga memiliki peran lain dalam menjaga keseimbangan di bumi, terutama dalam penyebaran panas. Perbedaan suhu antara khatulistiwa dan wilayah kutub bumi adalah sekitar 100oC. Jika perbedaan suhu tersebut terjadi di permukaan bumi yang rata, maka ini akan memunculkan aliran udara berupa badai angin sangat kencang berkecepatan hingga 1000 km (621 mil) per jam yang akan menghancurkan bumi. Namun, permukaan bumi yang tidak rata mampu menahan aliran angin kencang yang dimunculkan oleh perbedaan suhu ini. Jajaran pegunungan bermula dengan gunung Himalaya di Cina, yang berlanjut dengan gunung Taurus di selatan Turki, dan kemudian naik ke atas hingga jajaran pegunungan Alpina di Eropa. Jajaran pegunungan Atlantik dan Samudera Pasifik juga memiliki fungsi yang sama. Sebagaimana seluk-beluk dan bagian bumi yang lain, apa yang ada pada gunung merupakan bagian dari kekuatan, kehebatan dan kesempurnaan ciptaan Allah. Allah telah menciptakan bumi beserta seluruh seluk-beluknya dengan sempurna sebagai tempat hidup kita. Setelah mengetahui sejumlah hal yang mengagumkan ini, manusia sepatutnya sadar dan mengakui bahwa hal terpenting dalam hidupnya adalah kewajiban untuk mengabdi kepada Allah, dan beramal untuk tujuan yang satu ini. Sebab, manusia senantiasa bergantung pada nikmat Allah yang tak terhingga, sedangkan Allah, Dia Mahakaya dan tidak memerlukan sesuatu pun. Inilah kebenaran terpenting yang hendaknya didapatkan dan dipahami oleh manusia di balik dahsyatnya kekuatan alam, sebagaimana yang ada pada gunung.
Bahasan Utama - 2 SISTEM YANG SEMPURNA: PEMBEKUAN DARAH Peradaban manusia telah berusia ribuan tahun, dan selama itu pula pencapaian ilmu pengetahuan dan teknologi manusia berhasil menyingkap rahasia alam semesta dan menghasilkan berbagai teknologi. Namun, apa yang dihasilkan manusia ternyata tidak ada apa-apanya dibandingkan kehebatan dan kesempurnaan teknologi di alam. Kekuatan teknologi dan peradaban manusia – yang merupakan simbol kekuatan, kecerdasan, kehebatan dan kedigdayaan mereka – dengan mudah terhempaskan oleh kekuatan alam seperti bencana gunung berapi, banjir, angin tornado, gempa bumi. Bahkan manusianya pun mudah dibuat lunglai tak berdaya, bahkan tak bernyawa, akibat serangan organisme yang tampaknya jauh lebih lemah dari dirinya, seperti virus, bakteri, jamur, dan sebagainya. Demikianlah, ini berarti keberadaan serta keberlangsungan alam ini beserta seluruh isinya, termasuk tumbuhan, hewan dan manusia itu sendiri, tercipta dengan kecerdasan, kekuatan dan kekuasaan yang jauh lebih hebat dari manusia maupun makhluk lainnya. Inilah kekuasaan dan kekuatan Pencipta dalam mencipta dan berkehendak atas segala sesuatu, yang tak dapat dihadang oleh siapa pun, termasuk manusia itu sendiri. Seluruh seluk-beluk isi alam ini, termasuk tubuh manusia sendiri, telah dirancang dengan sengaja dan secara sempurna. Satu bagian kecil saja dari keseluruhan sistem yang mengatur tubuh manusia ini tidak berfungsi, maka ini akan membahayakan hidupnya. Di antara ratusan, atau bahkan ribuan, sistem yang ada pada tubuh manusia adalah sistem pembekuan darah. Setiap orang mengetahui bahwa pendarahan pada akhirnya akan berhenti ketika terjadi luka atau terdapat luka lama yang mengeluarkan darah kembali. Saat pendarahan berlangsung, gumpalan darah beku akan segera terbentuk dan mengeras, dan luka pun pulih seketika. Sebuah kejadian yang mungkin tampak sederhana dan biasa saja di mata Anda, tapi tidak bagi para ahli biokimia. Penelitian mereka menunjukkan, peristiwa ini terjadi akibat bekerjanya sebuah sistem yang sangat rumit. Hilangnya satu bagian saja yang membentuk sistem ini, atau kerusakan sekecil apa pun padanya, akan menjadikan keseluruhan proses tidak berfungsi. Darah harus membeku pada waktu dan tempat yang tepat, dan ketika keadaannya telah pulih seperti sediakala, darah beku tersebut harus lenyap. Sistem ini bekerja tanpa kesalahan sedikit pun hingga bagian-bagiannya yang terkecil. Jika terjadi pendarahan, pembekuan darah harus segera terjadi demi mencegah kematian. Di samping itu, darah beku tersebut harus menutupi keseluruhan luka, dan yang lebih penting lagi, harus terbentuk tepat hanya pada lapisan paling atas yang menutupi luka. Jika pembekuan darah tidak terjadi pada saat dan tempat yang tepat, maka keseluruhan darah pada makhluk tersebut akan membeku dan berakibat pada kematian.
Keping darah atau trombosit, yang merupakan unsur berukuran paling kecil penyusun sumsum tulang, sangat berperan dalam proses pembekuan darah. Protein bernama faktor Von Willebrand terus-menerus mengalir dan berlalu-lalang ke seluruh penjuru aliran darah. Protein ini berpatroli, dengan kata lain bertugas memastikan bahwa tidak ada luka yang terlewatkan oleh trombosit. Trombosit yang terjerat di tempat terjadinya luka mengeluarkan suatu zat yang dapat mengumpulkan trombosit-trombosit lain di tempat tersebut. Sel-sel trombosit ini kemudian memperkuat luka yang terbuka tersebut. Trombosit lalu mati setelah melakukan tugas menemukan tempat luka. Pengorbanannya hanyalah satu bagian dari keseluruhan sistem pembekuan dalam darah. Trombin adalah protein lain yang membantu pembekuan darah. Zat ini dihasilkan hanya di tempat yang terluka, dan dalam jumlah yang tidak boleh lebih atau kurang dari keperluan. Selain itu, produksi trombin harus dimulai dan berakhir tepat pada saat yang diperlukan. Dalam tubuh terdapat lebih dari dua puluh zat kimia yang disebut enzim yang berperan dalam pembentukan trombin. Enzim ini dapat merangsang ataupun bekerja sebaliknya, yakni menghambat pembentukan trombin. Proses ini terjadi melalui pengawasan yang cukup ketat sehingga trombin hanya terbentuk saat benar-benar terjadi luka pada jaringan tubuh. Segera setelah enzim-enzim pembantu proses pembekuan darah tersebut mencapai jumlah yang cukup, kumpulan protein yang disebut fibrinogen terbentuk. Dalam waktu singkat, terbentuklah benang-benang yang saling bertautan, saling beranyaman dan membentuk jaring pada tempat keluarnya darah. Sementara itu, trombosit atau keping-keping darah yang sedang berpatroli tanpa henti, terperangkap dalam jaring dan mengumpul di tempat yang sama. Apa yang disebut dengan gumpalan darah beku adalah penyumbat luka yang terbentuk akibat berkumpulnya keping darah yang terperangkap ini. Ketika luka telah sembuh sama sekali, gumpalan tersebut akan hilang. Sistem yang memungkinkan pembentukan darah beku, yang mampu menentukan sejauh mana proses pembekuan harus terjadi, dan yang dapat memperkuat serta melarutkan gumpalan darah beku yang telah terbentuk, sudah pasti memiliki kerumitan luar biasa yang tak mungkin dapat disederhanakan. Sistem tersebut bekerja tanpa kesalahan sekecil apa pun bahkan hingga pada bagian-bagiannya yang terkecil sekalipun. Apa yang terjadi ketika terjadi sedikit gangguan pada sistem pembekuan darah yang bekerja secara sempurna ini? Misalnya, jika terjadi pembekuan dalam darah meskipun tidak terjadi luka, atau seandainya gumpalan darah beku tersebut mudah terlepas dari luka, apa yang akan terjadi? Hanya ada satu jawaban atas pertanyaan ini: dalam keadaan demikian, aliran darah ke organ-organ tubuh yang paling penting dan peka terhadap kerusakan, seperti jantung, otak dan paru-paru, akan tersumbat oleh gumpalan darah beku, dan kematian pun tak terelakkan. Ini adalah kenyataan yang menunjukkan kepada kita sekali lagi bahwa tubuh manusia didesain dengan sempurna tanpa cacat. Sungguh mustahil menjelaskan sistem pembekuan darah dengan menganggapnya sebagai peristiwa kebetulan atau “perkembangan bertahap” sebagaimana pernyataan teori evolusi. Sistem yang dirancang dan diperhitungkan dengan hati-hati seperti ini adalah bukti kesempurnaan dalam penciptaan
yang tak perlu diperdebatkan lagi. Allah, yang telah menciptakan dan menempatkan kita di bumi, telah menciptakan tubuh kita beserta sistem pembekuan darah yang melindungi kita dari banyak peristiwa luka yang kita alami sepanjang hidup. Selain mengatasi luka yang dapat terlihat, pembekuan darah juga sangat diperlukan untuk memulihkan kerusakan pada pembuluh darah kapiler dalam tubuh kita yang terjadi setiap saat. Meski tidak terlihat, terdapat pendarahan kecil di dalam tubuh secara terus-menerus. Ketika membenturkan lengan pada pintu atau duduk hingga kepayahan, ratusan pembuluh darah kapiler pecah. Pendarahan yang kemudian terjadi segera diatasi oleh sistem pembekuan darah, dan pembuluh kapiler dibentuk kembali seperti sedia kala. Jika benturan lebih keras terjadi, maka akan terjadi pendarahan yang lebih parah dalam tubuh dan menimbulkan luka memar yang umumnya disebut “turning purple” atau “berubah menjadi ungu”. Seseorang yang sistem pembekuan darahnya tidak berfungsi dengan baik, misalnya pada penderita hemofilia, harus menghindari benturan sekecil apa pun. Penderita dengan hemofilia sangat parah tidak mampu hidup lama. Sebab, pendarahan kecil saja, misalnya akibat terpeleset dan jatuh, sudah cukup untuk mengakhiri hidupnya. Kenyataan sederhana ini sudah sepatutnya mendorong setiap orang merenungkan keajaiban penciptaan dalam dirinya sendiri dan bersyukur kepada Allah, yang telah menciptakan tubuhnya dengan sempurna tanpa kekurangan sedikit pun. Tubuh ini adalah kenikmatan tersendiri yang Allah karuniakan kepada kita. Kita tidak mampu membuat satu saja dari keseluruhan sel pembentuk tubuh tersebut. Allah berfirman kepada manusia: Kami telah menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak membenarkan (hari berbangkit)? (QS. Al Waaqi’ah, 56:57)
Keajaiban di Alam NYAMUK-NYAMUK ‘NAKAL’ Nyamuk, hewan kecil itu memang nakal karena selalu mengganggu manusia yang terlelap tidur di malam hari. Namun adakah yang pernah berpikir bahwa ternyata seekor makhluk kecil yang seringkali merepotkan manusia itu merupakan suatu contoh akan kesempurnaan desain dalam penciptaan? Sejak ia bertelur, nyamuk sudah menunjukkan kehebatannya. Dia dengan sendirinya bertelur dalam jumlah ratusan butir yang kesemuanya menyatu hingga menyerupai bentuk sampan. Sampan, karena memang telur tersebut diletakkan di atas permukaan air dan harus dapat mengapung. Seandainya ia bertelur satu persatu, tentunya telur itu akan tenggelam oleh riak air yang kecil sekalipun. Tentu kita semua tahu, sang nyamuk mengawali kehidupannya dengan hidup di bawah permukaan air. Untuk bernapas ia menggunakan alat menyerupai pipa “snorkel” (biasa digunakan penyelam) yang berada di ujung tubuhnya. Dengan demikian ia dapat menghirup udara di atas permukaan air dan terus melangsungkan siklus hidupnya. Namun tantangan yang dihadapi belum berhenti. Untuk keluar dari air lalu terbang, juga
memerlukan usaha yang tidak mudah, karena bila saja tubuhnya basah, maka ia tidak akan dapat terbang! Bayangkan, ternyata di ujung kakinya terdapat suatu senyawa kimia yang mampu meningkatkan tegangan permukaan air. Sehingga ketika keluar dari kepompongnya dan berdiri di atas permukaan air dengan kaki-kakinya, ia tidak terperosok dan tidak tenggelam. Tidak sampai di situ. Agar nyamuk betina dapat menghisap darah, ia harus mampu mengenali lokasi pembuluh darah manusia di kegelapan malam. Untuk ini ia telah dilengkapi dengan sistem pengindraan inframerah yang mampu menemukan lokasi pembuluh darah berdasarkan suhu tubuh. Untuk bisa menembus kulit manusia sehingga mudah dalam menyedot darahnya, ia juga memiliki organ khusus yang disiapkan oleh Penciptanya. Organ itu berfungsi layaknya gergaji yang menggergaji kulit kita sehingga sobek. Sebab kulit manusia bagaikan kulit kayu yang tebal dan keras bagi nyamuk, hewan berukuran teramat kecil dibanding tubuh manusia. Juga, agar darah yang keluar tidak membeku, maka nyamuk juga telah menggunakan suatu enzim yang mencegah pembekuan darah. Perhatikan, walau si kecil nyamuk tampak demikian jenius, namun ia tetaplah seekor nyamuk yang tak dapat berpikir untuk memperbaiki kualitas hidup. Ia tetaplah bukan profesor kimia maupun fisika atau bahkan dokter spesialis tranfusi darah sebelum ia dapat melakukan “tugasnya” keluar dari air untuk terbang dan menghisap darah manusia. Ia tetaplah seekor makhluk kecil yang diciptakan oleh Dzat Yang Maha Pencipta sebagai perumpamaan bagi kita agar mau berpikir. Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orangorang yang fasik (QS. Al Baqarah, 2:26)
Berita Iptek DINO-BIRD: MIMPI TERBANG SEEKOR DINOSAURUS Beberapa waktu lalu media massa dunia memuat penemuan baru-baru ini tentang sekumpulan fosil di Cina sebagai bukti yang mendukung teori evolusi. Beijing’s Institute of Vertebrate Paleontology and Paleoanthropology mengeluarkan pernyataan bahwa satu dari keenam fosil dalam kelompok tersebut adalah milik seekor “DinoBird (burung-dino) bersayap empat” (burung-dino adalah nama makhluk rekaan berbentuk separuh burung separuh dinosaurus, yang diduga sebagai nenek moyang burung). Lembaga ini juga menyatakan bahwa makhluk punah ini dapat terbang, atau
setidaknya, bergelantungan di pepohonan. Media masa pendukung Darwinisme sekali lagi melakukan propagandanya habis-habisan meskipun teori ini sama sekali dan telah berulang kali dibuktikan keliru. Nyatanya, sama sekali tidak terdapat bukti yang mendukung propaganda mereka. Sebab, tidak ada “burung-dino bersayap empat” (makhluk separuh burung separuh dinosaurus) atau data ilmiah apa pun yang mendukung teori evolusi burung dari dinosaurus. Fosil baru: 20 juta tahun lebih muda dari Archaeopteryx Archaeopteryx adalah seekor burung yang hidup sekitar 150 juta tahun lalu. Archaeopteryx sangatlah penting karena termasuk burung tertua yang hingga kini pernah ditemukan. Tak seorang ilmuwan pun pernah menemukan fosil burung yang berusia lebih tua dari Archaeopteryx . (Meskipun sebagian kalangan telah mengklaim bahwa fosil Protoavis berusia 225 juta tahun adalah “burung tertua”, namun tesis ini tidak diterima secara luas.) Selain itu, Archaeopteryx tergolong seekor burung sejati, dengan semua ciri burung yang dimilikinya. Bulu-bulunya yang asimetris sama dengan burung masa kini, termasuk bentuk sayapnya yang sempurna, rangka yang ringan dan berongga, tulang dada yang menyangga otot terbang, serta banyak ciri lainnya yang meyakinkan para ilmuwan bahwa Archaeopteryx adalah seekor burung sejati yang mampu terbang sempurna. (selengkapnya, baca karya Harun Yahya; Darwinism Refuted: How The Theory of Evolution Breaks Down in the Light of Modern Science, Goodword Books, 2003; www.darwinismrefuted.com, www.darwinism-watch.com) Akan tetapi, dua ciri Archaeopteryx yang sangat membedakannya dari burung modern adalah sayapnya yang memiliki cakar, dan gigi pada paruhnya. Karena dua ciri inilah sejak abad ke-19 para evolusionis berupaya menampilkan burung ini sebagai “semi reptilia”. Namun ciri-ciri ini sesungguhnya bukanlah bukti yang menunjukkan kaitan antara Archaeopteryx dan reptilia. Penelitian menunjukkan bahwa Hoatzin, spesies burung yang hingga kini masih hidup, juga memiliki cakar pada sayapnya ketika masih muda. Archaeopteryx bukan pula satu-satunya “burung bergigi”, sebab spesies burung lainnya di masa lalu yang ada dalam catatan fosil juga memiliki gigi, misalnya, Liaoningornis berusia 130 juta tahun juga memiliki gigi pada paruhnya (“Old Bird,” Discover magazine, March 21, 1997). Jadi, penjelasan para evolusionis bahwa Archaeopteryx adalah sejenis “burung primitif” sungguh keliru, dan para ilmuwan telah menerima bahwa makhluk ini terlihat sangat menyerupai burung masa kini. Profesor ahli burung terkemuka di dunia asal Kansas University, Alan Feduccia, menyatakan, “Kebanyakan mereka yang baru-baru ini mempelajari sifat-sifat anatomis Archaeopteryx, mendapati makhluk tersebut lebih banyak menyerupai burung daripada yang pernah mereka sangka sebelumnya,...”. Propaganda para pendukung Darwinisme telah keliru, dan Feduccia dalam bukunya The Origin and Evolution of Birds (Yale University Press, 1999, hlm. 81) juga telah
menyatakan bahwa, hingga baru-baru ini, “kemiripan Archaeopteryx dengan dinosaurus theropoda terlalu dibesar-besarkan.” Singkatnya, Archaeopteryx adalah burung tertua yang memiliki ciri-ciri yang sama seperti pada burung-burung modern, termasuk dalam hal kemampuan terbangnya. Selain itu, Archaeopteryx berusia sekitar 150 juta tahun. Permasalahan seputar usia fosil Archaeopteryx memperlihatkan satu fakta kunci: Burung telah ada sejak 150 juta tahun lalu. Mereka telah mampu terbang. Jika para evolusionis ingin mengemukakan sejumlah “nenek moyang burung,” maka makhluk-makhluk ini haruslah telah hidup sebelum 150 juta tahun lalu. Satu fakta ini saja sudah cukup untuk menunjukkan bahwa pernyataan tentang “burungdino bersayap empat” yang disebarluaskan ke seluruh dunia sangat tidak berdasar dan tidak benar. Sebab, fosil yang diketemukan di Cina dan dinamakan Microraptor gui ini – yang oleh para evolusionis dicoba-tampilkan sebagai “nenek moyang burung-burung primitif” – hanyalah berusia 130 juta tahun, dengan kata lain 20 juta tahun lebih muda dari burung yang diketahui paling tua. Jelas, sama sekali tidak masuk akal untuk menampilkan seekor burung “sebagai nenek moyang burung-burung primitif” ketika terdapat sejumlah burung yang telah terbang 20 juta tahun sebelum makhluk ini ada. Microraptor gui Jadi, apakah makhluk yang dinamakan ’Dinosaurus bersayap empat’ (Microraptor gui) ini? Sama halnya, semua fosil “burung-dino” yang dikemukakan sejak awal tahun 1990-an semuanya diragukan keabsahannya. Salah satu dari “dinosaurus berbulu” tersebut, yakni Archaeoraptor, adalah fosil yang dipalsukan. Pengkajian mendalam pada fosil-fosil burung-dino lainnya menunjukkan bahwa “bulu-bulu” mereka ternyata serat-serat yang mengandung kolagen di bawah kulit, demikian dinyatakan dalam majalah Science edisi 14 November 1997. Dalam perkataan Profesor Feduccia, “Banyak dinosaurus telah ditampilkan sebagai makhluk yang tertutupi bulu-bulu yang berpola aerodinamis tanpa disertai bukti apa pun yang mendukungnya.” Dalam bukunya yang terbit tahun 1999, ia menulis, “Pada akhirnya, tak ada dinosaurus berbulu yang pernah ditemukan, meskipun banyak bangkai dinosaurus dengan kulit yang terawetkan dengan baik telah ditemukan di berbagai tempat.” Begitulah, ketika mencari jawaban sesungguhnya tentang apa itu Microraptor gui, kita harus senantiasa ingat akan sikap para evolusionis yang penuh prasangka dan suka mereka-reka. Makhluk ini mungkin saja memiliki struktur anatomi yang sangat berbeda dengan gambar-gambar “rekonstruksi” yang muncul di media masa.
Hal ini juga telah ditengarai oleh Profesor Alan Feduccia. Dalam sebuah korespondensi baru-baru ini, ia menulis: “Saya belum yakin bahwa makhluk tersebut bersayap empat; mungkin saja yang nampak oleh kita adalah bulu-bulu burung yang sebenarnya tidak pernah ada, dan ini sungguh sulit untuk ditafsirkan. Ciri-ciri yang menghubungkan hewan ini dengan dromaeosaurus juga sangat meragukan. Yang pasti, ekornya sangat berbeda dengan dromaeosaurus yang pernah diketahui, dan cakarnya tidak berbentuk melengkung, tapi hanya sedikit besar. Juga, bagian pubisnya lebih menyerupai burung. Mungkin kita tidak sedang menyaksikan dromaeosaurus yang dapat terbang, akan tetapi sisa-sisa dari unggas di masa awal… sekitar 20-30 juta tahun jauh sebelum Archaeopteryx.” Dan bahkan jika penafsiran tentang Microraptor gui terbukti benar, teori evolusi takkan mendapat pengukuhan apa pun dari hal ini. Sepanjang sejarah, puluhan juta spesies telah hidup dalam rentang spektrum biologis yang sangat lebar, dan banyak dari spesies ini telah punah seiring perjalanan masa. Sebagaimana mamalia terbang yang ada saat ini, seperti kelelawar, di zaman dahulu pun terdapat reptil-reptil bersayap (pterosaurus). Banyak beragam kelompok reptil laut (misalnya ichthyosaurus) hidup di masa lalu dan kemudian punah. Namun yang sungguh mengejutkan tentang spektrum yang lebar ini adalah hewan-hewan dengan ciri dan struktur anatomis berbeda muncul seketika dan dalam bentuk mereka yang telah lengkap sempurna, dan bukan sebagai turunan dari bentuk-bentuk nenek moyang yang lebih primitif. Misalnya, kita saksikan seluruh struktur kompleks burung muncul menjadi ada secara tiba-tiba pada Archaeopteryx. Tidak terdapat “burung-burung primitif” bersayap. Tidak ada “penerbangan primitif.” Keyakinan tentang adanya paru-paru burung primitif juga sungguh tidak mungkin, sebab paru-paru unggas – yang sangat berbeda secara struktural dari paru-paru reptilia dan mamalia – memiliki struktur rumit yang tak tersederhanakan. Singkatnya, catatan fosil terus saja memperlihatkan kesimpulan bahwa seluruh makhluk hidup muncul di bumi melalui penciptaan, dan bukan evolusi akibat pengaruh alamiah. Pernyataan terakhir tentang burung-dino ini takkan mampu merubah fakta yang ada.
Kisah Al Qur’an ‘AAD, PROFIL KAUM YANG DIKUTUK (bagian 2 - habis) Dalam bukunya, peneliti Inggris, Thomas menyatakan ia telah menemukan jejak-jejak salah satu kaum “beruntung” tersebut. Ini adalah kota yang dikenal suku Badui sebagai “Ubar.” Dalam salah satu perjalanannya menuju daerah tersebut, orang-orang Badui menunjukkan padanya sebuah jalur perjalanan kuno, yang menurut mereka mengarah ke kota sangat tua bernama Ubar. Thomas sangat tertarik dengan hal ini, tapi ia meninggal sebelum menyelesaikan penelitiannya.
Nicholas Clapp mempelajari tulisan Thomas, dan menjadi percaya pada keberadaan kota hilang yang disebut dalam buku tersebut. Tanpa membuang waktu, ia memulai penelitiannya sendiri, dan meminta NASA untuk memotret wilayah tersebut dengan satelit. Gambar yang diambil dari ruang angkasa menampakkan sejumlah jalur yang tak terlihat oleh mata ketika di daratan. Clapp lalu membandingkan gambar-gambar ini dengan peta kuno, dan memperoleh hasil seperti yang ia harapkan. Jalur perjalanan pada peta kuno itu sama dengan pada gambar yang diambil dari ruang angkasa. Titik bertemunya jalur-jalur ini adalah daerah luas yang diketahui sebagai pemukiman kuno. Nicholas Clapp pun memulai perjalanannya yang cukup panjang dan penuh petualangan. Akhirnya, Clapp dan timnya tiba di reruntuhan bersejarah yang ia harap sebagai kota Ubar. Sejak saat reruntuhannya ditemukan, diketahui bahwa ini adalah peninggalan Kaum ‘Aad sebagaimana dikisahkan Al Qur’an, berikut kota Iram yang mereka bangun. Clapp juga menggunakan Al Qur’an selama penyelidikannya. Al Qur’an melukiskan bahwa kota Iram memiliki tiang-tiang tinggi. Tapi kata “tiang” dalam bahasa Arab juga berarti “menara.” Dengan kata lain, ciri yang dilukiskan Al Qur’an adalah kota ini memiliki menara-menara tinggi. Sisa-sisa menara tinggi ini terkuak begitu saja selama penggalian. Berkat bantuan teknologi grafis tiga dimensi, para ilmuwan mampu merekonstruksinya. Dr. Zarins, anggota tim yang melaksanakan penggalian, mengatakan menara-menara inilah yang membedakan kota ini dari temuan arkeologi lain, dan membenarkan situs tersebut sebagai kota Iram milik Kaum ‘Aad sebagaimana disebutkan Al Qur’an: Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Aad? (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain, (QS. Al Fajr, 89:6-8) Kaum ‘Aad pun telah mendustakan (pula). Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus, yang menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pokok kurma yang tumbang. (QS. Al Qamar, 54:18-20) Kaum ‘Aad yang jejaknya ditemukan para arkeolog di kota Ubar, adalah penentang Nabi Hud yang diutus kepada mereka; akibatnya mereka dibinasakan Allah. Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan)! bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih. (QS. Al Ahqaaf, 46:24) Dikisahkan dalam ayat tersebut bagaimana Kaum ‘Aad melihat awan yang akan mengazab mereka, namun mereka tak menyadarinya, malah meyakininya sebagai awan
hujan. Ini adalah isyarat penting bentuk penderitaan yang akan segera ditimpakan kepada mereka: yakni Badai gurun. Angin puyuh yang bergerak dan menerbangkan pasir gurun tampak dari kejauhan menyerupai awan hujan. Mungkin Kaum ‘Aad tertipu oleh penampakan ini sehingga tidak menyadari bahayanya. Nyatanya, Ubar, sang “Atlantis Gurun Pasir”, ditemukan di bawah lapisan pasir berketebalan beberapa meter. Sebagaimana diungkap Al Qur’an, badai tersebut terjadi “tujuh hari delapan malam,” menimbun kota dengan berton-ton pasir dan mengubur warganya hidup-hidup. Bukti terpenting yang menunjukkan Kaum ‘Aad terkubur oleh badai gurun adalah kata “Ahqaaf” yang digunakan Al Qur’an untuk menggambarkan tempat tinggal Kaum ‘Aad. Dan ingatlah (Hud) saudara Kaum ‘Aad yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al Ahqaaf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan mengatakan): “Janganlah kamu menyembah selain Allah, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab hari yang besar”. (QS. Al Ahqaaf, 46:21) “Ahqaaf” dalam bahasa Arab berarti bukit-bukit pasir. Ini menunjukan Kaum ‘Aad tinggal di wilayah yang dipenuhi perbukitan pasir, jadi sangat alamiah bila kota tersebut terkubur oleh badai pasir. Bencana yang menghempaskan Kaum ‘Aad berupa badai yang “menjadikan manusia mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk)” pastilah telah membinasakan seluruh penduduknya dalam waktu sekejap. Seluruh kota beserta isinya terkubur hidup-hidup dalam timbunan pasir. Lambat laun gurun pasir merata setelah penghancuran Kaum ‘Aad, tanpa menyisakan jejak mereka. Dalam Al Qur’an, Allah memberitakan Kaum ‘Aad berpaling dari jalan yang lurus karena kesombongannya. Semua kaum yang baru saja kita kaji melakukan kesalahan yang sama: Mereka semua mendurhakai Allah. Mereka menyembah Tuhan selain-Nya. Mereka berjalan di muka bumi dengan sombong tanpa alasan yang benar. Dan melakukan penyimpangan seksual dan kemaksiatan. Lalu Allah membinasakan mereka. Sepanjang sejarah telah banyak kaum yang dihancurkan karena alasan serupa, dan tidak terbatas pada sedikit contoh yang kita saksikan di sini. Allah memberitakan kisah nyata ini dalam Al Qur’an, dan mengajak kita memikirkannya dengan sungguh-sungguh. Kewajiban kita adalah mengambil pelajaran dari kehancuran kaum-kaum ini dan menjadikannya sebagai peringatan. Sebuah ayat Al Qur’an menyatakan: Adapun kaum ‘Aad maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata: “Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?” Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan- Nya dari mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami. (QS. Fushshilat, 41:15)
Tafakur ASY SYAAFI, MAHA MENYEMBUHKAN "dan apabila aku sakit, Dia-lah Yang menyembuhkan aku," (QS. Asy Syu’araa’, 26:80) Salah satu ketidakberdayaan manusia tampak paling jelas di saat ia sakit. Agar manusia merasakan hal ini, Allah telah menciptakan ratusan jenis penyakit yang beragam. Setiap penyakit menimpakan penderitaan yang berbeda pada tubuh dan pikiran seseorang. Namun semuanya itu dirancang untuk suatu tujuan. Kecilnya ukuran virus yang tak terlihat mata telanjang menjadikan seseorang tidak menyadari keberadaannya, dan saat berada dalam tubuh manusia virus tidak selalu dapat dikenali, ini adalah bukti nyata kekuasaan Allah. Adanya percobaan dan penelitian oleh para ilmuwan untuk membasmi satu virus saja membuktikan kehebatan ciptaan Allah yang tiada tara. Karena Allah-lah yang menimpakan penyakit ini, maka seseorang dapat sembuh hanya dengan kehendak-Nya. Bila Allah menghendaki, Dia mampu menghilangkan penyakit karena Dia-lah Yang Maha Menyembuhkan. Sebaliknya, bila tidak, tak satu dokter pun di dunia ini dengan perangkat teknologi tercanggih dan obat terbaru yang mampu menyembuhkan penyakit seseorang. Semua obat hanyalah sarana untuk membantu kesembuhan seseorang. Jika Allah mengehendaki, Dia akan menjadikan pengobatan tersebut sebagai jalan tercapainya kesembuhan. Sebaliknya, penyakit yang tampaknya tak berbahaya dapat saja menyebabkan kematian, kecuali Allah berkehendak lain. Oleh sebab itu, manusia hendaknya membandingkan kelemahannya ini dengan Keperkasaan Allah dan meminta pertolongan-Nya di saat mengalami kesulitan. Jangan lupa bahwa kita tidak memiliki penolong dan pelindung selain Allah.
Penerbit dan Penyalur di Indonesia PENERBIT: PT Globalmedia Cipta Publishing & Harun Yahya International – Perwakilan Indonesia, Kompleks Golden Plaza Fatmawati Blok A/32 Jakarta 12420 Tel: 021-7665936, 75901062 Fax: 75903902 e-mail:
[email protected] PENYALUR: JAKARTA: Cipta Distribusi, Kompleks Golden Plaza Fatmawati Blok A/32 Jakarta 12420, Tel: 021-7665936, 75901062, Fax: 75903902; JAKARTA: Jln. Petogogan I RT 01/012 Gandaria Utara, Tel. 021-7244320; DEPOK: Jln. Proklamasi Blok VII No. 10 Depok II Tengah, Tel. 021-77833604; BEKASI: Jln. Surya Raya B 392 Bekasi Barat, Tel. 021-8227928; BANDUNG: Jln. Citarum 32, Tel. 022-7273394; TASIKMALAYA: Jln. Siliwangi No. 61A, Tel. 08154664616; PEKALONGAN: Jln. dr. Wahidin 108 Jawa Tengah, Tel. 081325772804; YOGYAKARTA: Jln. Wonocatur 419 BTP, Tel. 0274-415770; MEDAN: Jln. Iskandar Muda 105, Tel. 061-4527285; PADANG: Jln. Belibis No. 1A Airtawar, Tel. 0751-52033; BOGOR: Perum Taman Dermaga Hijau, Jln. Raya Dharmaga Km 8, Tel. 0251-620958; BANTEN: Kompleks Festival Kios Bona Karta Blok B No. 5 Jln. Raya Cilegon, Tel. 0254-650181; SEMARANG: Jln. Tumpang Raya No. 50, Tel. 024-8318369; SOLO: Jln. Bogowonto No. 74 Pasar Kliwon, Tel. 0271-636482; SURABAYA: Jln. Darmorejo III No. 4, Tel. 031-5612988; BALIKPAPAN: Studio Radio BI-Q 99FM Puskib Jln. A. Yani, Tel. 0542440841; PONTIANAK: Jln. Tanjung Raya II Gg. Kurniajaya 01/03 No. 1 Saigon Pontianak Timur, Tel. 08125700145.