PENGARUH ARUS KAS BEBAS, KEBIJAKAN PIUTANG, TINGKAT PERPUTARAN ASET, DAN TINGKAT PERTUMBUHAN ASET TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE TAHUN 2011-2014)
Dias Rahmawati (1) Satriya Candra Bondan P, SE. MM (2) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang (1) Dias Rahmawati : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang, email :
[email protected] (2) Satriya Candra Bondan P, SE. MM : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang, email :
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh arus kas bebas, kebijakan hutang, tingkat perputaran aset, dan tingkat pertumbuhan aset terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini termasuk jenis penelitian explanatory. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat melalui pengujian hipotesis. Pada penelitian ini variabel bebas terdiri dari arus kas bebas, kebijakan hutang, tingkat perputaran aset, dan tingkat pertumbuhan aset, sedangkan variabel terikat adalah kebijakan dividen. Periode penelitian ini adalah tahun 2011 - 2014. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan metode purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi. Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan uji F, uji t, dan uji R2 sebagai pengujian hipotesis. Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh variabel bebas yang terdiri dari arus kas bebas, kebijakan hutang, tingkat perputaran aset, dan tingkat pertumbuhan aset secara simultan dan variabel arus kas bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, kebijakan hutang dan tingkat perputaran asset berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Besarnya R Square variabel independen terhadap kebijakan dividen adalah sebesar 75,1%. Kata kunci : Kebijakan Dividen, Arus Kas Bebas, Kebijakan Hutang, Tingkat Perputaran Aset, dan Tingkat Pertumbuhan Aset
1
hanya bertambah 29 emiten atau hanya naik sekitar 1,06% dari 465 pada bulan april 2011. Nilai seluruh saham yang beredar dan diperdangangkan atau kapitalisasi pasar sekitar 4.700 sampai 4.800 Triliun rupiah naik sekitar 40 – 43% dari 3.350 Triliun rupiah pada tahun 2011 (Equityindonesia.blogspot.com).
PENDAHULUAN Perkembangan ekonomi global berpengaruh cukup berarti terhadap perekonomian Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, setelah mengalami krisis yang cukup berat, perekonomian Amerika Serikat (AS) pada pertengahan tahun 2014 mulai membaik. Dalam periode yang sama penurunan permintaan dunia diikuti oleh penurunan harga komoditas internasional, termasuk harga minyak dunia yang turun dengan tajam. Perekonomian Indonesia juga dihadapkan pada makin sulitnya likuiditas dunia sejalan dengan kebijakan pengurangan atau penghentian atau pembelian obligasi (tapering off) yang dilakukan oleh Bank Sental AS. Dengan perkembangan ini, pada tahun 2014 perekonomian global hanya tumbuh 3,4 persen, namun dengan didorong oleh makin baiknya perekonomian AS, negara maju lainnya, dan emerging market, maka tahun 2015 pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan terus membaik, dan tumbuh sebesar 3,5 persen (www.ojk.co.id). Perkembangan pasar modal Indonesia di sepanjang 2014 menunjukkan pencapaian positif yang disertai dengan tercatatnya sejumlah rekor baru. Hal ini tidak terlepas dari beberapa inisiatif baru yang dilakukan oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk terus meningkatkan kontribusi pasar modal terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bersama seluruh pelaku pasar, beberapa persiapan juga terus dilakukan oleh BEI agar dapat meningkatkan daya saing pasar modal Indonesia dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan mulai diberlakukan di 2015 mendatang. Data yangdiperoleh dari Peter Pujianto (2014) menyatakan bahwa jumlah emiten di bursa efek Indonesia (BEI) mencapai sekitar 494,
Sumber : www.ojk.co.id (diolah, 2014) Pengaruh politik akibat pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) di Juli 2014 tidak menyurutkan optimisme investor untuk tetap bertransaksi di pasar modal Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan pergerakan IHSG yang mengalami kenaikan 21,15%, yaitu dari 4.274,177 poin pada akhir 2013 menjadi 5.178,373 poin pada 29 Desember 2014. Bahkan pada 8 September 2014, IHSG telah berhasil mencatatkan rekor indeks tertinggi sepanjang sejarah dengan ditutup pada level 5.246,489 poin. Sedangkan nilai kapitalisasi pasar saham meningkat sebesar 22,76% dari Rp4.219 triliun pada akhir Desember 2013 menjadi Rp5.179 triliun pada 29 Desember 2014 (www.idx.co.id).
2
Seorang investor tentunya ingin mendapatkan dividen sesuai dengan apa yang diharapkan, maka investor perlu mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi pembagian dividen atau kebijakan dividen yang ada di dalam perusahaan. Salah satu faktor yang yang bisa untuk diamati oleh investor adalah kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan melalui rasio rasio keuangan. Analisis rasio - rasio keuangan ini juga biasa disebut analisis fundamental. (www. SahamOK.com).
Sumber : www.ojk.co.id (diolah, 2014) Investasi dalam suatu perusahaan merupakan salah satu hal yang penting untuk keberlangsungan suatu perusahaan. Tetapi, aktifitas investasi merupakan aktifitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Investor yang menanamkan modalnya pada saham sebuah perusahaan memiliki tujuan utama untuk memperoleh pendapatan. Untuk mengurangi resiko dan ketidakpastian yang akan terjadi, investor memerlukan berbagai informasi, baik informasi yang diperoleh dari kinerja perusahaan maupun informasi lain yang relevan seperti kondisi ekonomi dan politik suatu negara. Informasi dari perusahaan didasarkan pada kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan. Berdasarkan laporan keuangan, investor dapat mengetahui kinerja perusahaan dalam menghasilkan profitabilitas dan besarnya pendapatan dividen per lembar saham Dengan demikian investor dapat mengetahui informasi keuangan yang ada dalam perusahaan yang telah ditanamkan modalnya, berikut data perkembangan rata-rata rasio saham menurut Otoritas Jasa Keuangan tahun 2014 :
Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan kebutuhan investasi di Indonesia ini juga ditunjang oleh ratarata bid ask spread dan rata-rata turnover, dapat dikaitkan dengan besarnya biaya transaksi dan efisiensi pasar. Bila diasumsikan pasar modal adalah dalam keadaan efisien setengah kuat, maka informasi yang ada akan tercermin sesegara mungkin dalam menganalisis saham. Kebutuhan investasi Indonesia untuk tahun 2016 adalah Rp. 4.4114.431 triliun (meningkat sekitar 14,5 persen disbanding tahun sebelumnya), yang bersumber sekitar 14,7 persen dari investasi pemerintah dan sekitar 85,3 persen dari investasi masyarakat. Sumber investasi pemerintah berasal
3
dari pengeluaran modal pemerintah. Sementara itu, pembiayaan investasi masyarakat, antara lain berasal dari perbankan sekitar 23,8 persen, obligasi pemerintah 16,0 persen, dan aliran modal asing 19,7 persen (www.idx.co.id). Perusahaan manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan, dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual. Perusahaan manufaktur ada dalam segala bidang ekonomi pada kenyataan saat ini, dalam ekonomi pasar bebas manufakturing biasanya selalu berarti produksi secara masal untuk dijual ke pelanggan untuk mendapatkan keuntungan. Industri manufaktur pada umumnya adalah industri padat modal dan mempunyai operating laverage (rasio antara biaya tetap dan biaya variabel total) yang tinggi (Rudianto, 2013 Pengantar Akuntansi) Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan manufaktur di Indonesia saat ini berdasarkan hasil pengamatan adalah (1) masalah biaya dan pendanaan, sebagai industri padat modal perusahaan manufaktur dalam menjalankan kegiatan operasioanlnya harus menekan biaya variabel serendah-rendahnya, apabila prinsip ini tidak dipahami maka perusahaan manufaktur akan sulit mencapai break event point (2) masalah yang sering terjadi adalah keputusan manajemen perusahaan dalam menentukan kebijakan hutang untuk menutupi kekurangan pendanaan dalam aktivitas operasinya yang pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan perusahaan dan sekaligus berpengaruh juga terhadap fluktuasi kebijakan deviden atas saham perusahaan tersebut. (3) perkembangan aset perusahaan manufaktur yang saat ini sedikit menurun, yang dikarenakan masalah kemampuan penguasaan area pasar, salah satu penyebab hal tersebut adalah
dikarenakan perusahaan manufaktur di Indonesia adalah tidak siapnya pemasok bahan untuk perusahaan manufaktur (katadatanewsandresearch.co.id). Masalah kebijakan dividen bagi masing-masing perusahaan manufaktur akan berbeda satu sama lain. karena tidak ada suatu ukuran tertentu dalam menentukan pembayaran tersebut. Jika dilihat di Negara maju, sebagian para investor tidak mengharapkan penghasilan dari dividen tetapi mereka lebih mengharapkan penghasilan dari dividen tetapi mereka lebih mengharapkan capital gain. Hal ini karena adanya perbedaan pajak antara pendapatan yang berasal dari dividen dengan pendapatan dari capital gain. Menurut Husnan (1994) dalam Nunung Ghoniyah, “Estimasi Target Dividen Payout Ratio dan Speed of Adjustment,” Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (IAI, 2007) menjelaskan bahwa kebijakan dividen yang fleksibel mencakup bentuk dividen yang akan dibagikan kepada para pemegang saham, yakni dividen tunai, dividen saham, pemecahan saham (stock split), dan pengembalian saham kembali. Kebijakan dividen perusahaan tercermin dalam rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio). Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba merupakan indikator utama dari kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Kebijakan dividen (Dividend Policy) merupakan masalah yang sering dihadapi oleh perusahaan. Manajemen sering mengalami kesulitan untuk memutuskan apakah laba yang didapatkan akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen atau menahannya untuk diinvestasikan kembali pada proyek-proyek yang lebih menguntungkan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern.
4
Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba, maka preferensi investor mengenai dividen daripada capital gain akan terabaikan. Dengan demikian kebijakan dividen ini harus dianalisa dalam kaitannya dengan keputusan pembelanjaan atau penentuan struktur modal secara keseluruhan. Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Arus Kas Bebas, Kebijakan Piutang, Tingkat Perputaran Aset, dan Tingkat Pertumbuhan Aset) terhadap Kebijakan Dividen (studi kasus pada Perusahaan Manufaktur yang listing di BEI periode tahun 2011-2014).
manufaktur sesuai dengan bidang bisnisnya sebagai berikut : Tabel 3.1 Perusahaan Manufaktur Di BEI No Jenis Aktivitas Jumlah Bisnis 1 Sub sektor Semen 5 perusahaan 2 Sub sektor 6 perusahaan Keramik dan Porselin 3 Sub Sektor Logam 18 dan Sejenisnya perusahaan 4 Sub Sektor Kimia 10 perusahaan 5 Sub Sektor Plastik 12 & Kemasan perusahaan 6 Sub Sektor Pakan 4 perusahaan Ternak 7 Sub Sektor Kayu 2 perusahaan dan Pengolahan 8 Sub Sektor Pulp & 8 perusahaan Kertas 9 Mesin dan Alat 1 perusahaan Berat 10 Otomotif dan 12 Komponen perusahaan 11 Tekstil dan 17 Garmen perusahaan 12 Alas Kaki 2 perusahaan 13 Kabel 6 perusahaan 14 Elektronik 1 perusahaan 15 Makanan & 16 Minuman perusahaan 16 Rokok 4 perusahaan 17 Farmasi 10 perusahaan 18 Kosmetik & Brg 4 perusahaan Rumah Tangga 19 Peralatan Rumah 4 perusahaan Tangga Jumlah Populasi 142 perusahaan Sumber : Data diolah IDX.com
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah variabel Arus Kas Bebas, Kebijakan Hutang (DEBT), Return On Asset (ROA), dan Tingkat Pertumbuhan (growth) berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen (DPR) ? METODOLOGI PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi menurut Sugiyono (2014:148), populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi keseluruhan karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia periode penelitian tahun 2012 – 2014. Adapun data populasi perusahaan
Teknik Analisis 1. Jenis Analisis Jenis analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dengan
5
menggunakan bantuan program SPSS. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut : Y = a + b1 X1 + b2 X2+ b3 X3 + e Notasi : Y : Harga Saham a : konstanta b1,2,3 : koefisien regresi variabel X1,2,3 X1 : Net Profit Margin X2 : Debt To Equity Ratio X3 : Current Ratio e : error estimate 2. Norma Keputusan a. Uji Asumsi Klasik Dengan melihat jenis alat anilisis dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda maka untuk memenuhi syarat model tersebut sebelumnya harus melakukan uji asumsi klasik. 1) Uji Normalitas Uji Normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal. Beberapa metode uji normalitas yaitu dengan melihat penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik Normal PP Plot of regression standardized redisual atau dengan uji One Sample Kolmogorof Smirnov (Priyatno, 2012:144 ). 2) Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah keadaan dimana pada model regresi ditemukan adanya korelasi yang sempurna atau mendekati sempurna antar variabel independen.Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang sempurna atau mendekati sempurna diantara variabel bebas (Korelasinya 1 atau
mendekati 1). Beberapa metode uji Multikolinearitas yaitu dengan melihat nilai Tolerance dan Inflation Factor (VIF) pada model regresi atau dengan membandingkan nilai koefisien determinasi individual(r2) dengan nilai determinasi secara serentak (R2) (Priyatno, 2012: 151) 3) Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah keadaan dimana pada model regresi ada korelasi antara residual pada periode t dengan residual pada periode sebelumnya (t-1). Model Regresi yang baik adalah yang tidak terdapat masalah autokorelasi. Metode pengujian menggunakan uji DurbinWatson (DW test). Pengambilan keputusan pada Uji Durbin Watson adalah sebagai berikut : a. DU < DW < 4-DU maka Ho diterima artinya tidak terjadi autokorelasi b. DW < DL atau DW>4-DL maka Ho ditolak artinya terjadi autokorelasi. c. DL
6
heteroskedastisitas. (Prayitno, 2012:158 ). b. Uji Hipotesis 1) Uji t (Parsial) Uji t adalah pengujian koefisiensi parsial individual yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X1) secara individual mempengaruhi variabel dependen (Y) (Sujarweni, 2015:161-162 ). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari tiap tiap variable independen terhadap Harga Saham di BEI untuk periode Oktober 2012 hingga November 2014. Pada tingkat signifikansi 5% dengan pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut: Jika signifikansi < 0,05maka Ho diterima Jika signifikansi> 0,05 maka Ho ditolak 2) Uji f (Simultan) Uji F adalah pengujian signifikansi persamaan yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas (X1,X2,X3) secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas (Y)(V.Wiratna, 2015:162 ). Pada tingkat signifikansi 5% dengan pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut: Jika signifikansi > 0,05maka Ho diterima Jika signifikansi< 0,05 maka Ho ditolak HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
Tabel 4.5 Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Predicted Value N Normal Parametersa,,b
48 Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
63.9761042 83.48625015
Absolute
.058
Negative
-.061
Kolmogorov-Smirnov Z
.423
Asymp. Sig. (2-tailed)
.994
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, diperoleh hasil bahwa nilai signifikasi Asymp. Sig. Sebesar 0,423 lebih besar dari taraf signifikasi 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa data yang telah diuji berdistribusi normal. Uji Asmusi Multikolinieritas bahwa nilai tolerance variabel independent yang meliputi FCF sebesar 0,928. DAR sebesar 0,783. ROA sebesar 0.882. Growht Sebesar 0,813. Dapat dikatakan bahwa seluruh nilai tolerance pada variabel bebas tersebut lebih besar dari 0,10. Sedangkan nilai VIF pada variabel FCF sebesar 1,077. DAR sebesar 1,277. ROA sebesar 1,133. Growht Sebesar 1,230 lebih kecil dari ketentuan 10,00 (< 10,00). Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka dapat diartikan bahwa data pada variabel FCF, DAR, ROA, Growt terhadap Return On Assets (ROA) tidak terjadi multikolinearitas.
DAN
Uji Normalitas Data
Uji Regresi
Uji Normalitas yang digunakan adalah pengujian KolmogorovSmirnov Goodness of Fit Test terhadap model yang diuji, adapun uji normalitas dalam penelitian ini sebagai berikut :
Hasil analisis regresi linear berganda antara free cah Flow (FCF), Debt to Asset Ratio (DAR), Return On Asset (ROA) kebijakan deviden melalui deviden payout ratio (DPR) dapat dijelaskan sebagai berikut :
7
.061
Positive
payout ratio (ROA) akan turun sebesar -117,698 (-11,77%).
Y= a + B1X1 + B2X2 + B3X3 + B4X4 DPR = 94,817 – 246,683 FCF + 376,251 DAR + 145,014 ROA – 117,698 Growth Berdasarkan model regresi dan tabel 4.7 di atas, maka hasil regresi berganda dapat dijelaskan sebagai berikut : a = Konstanta sebesar 94,817 Artinya besaran konstanta menunjukkan bahwa jika variabelvariabel independen (FCF, DAR, ROA dan GROWTH) diasumsikan konstan atau tetap dan tidak berubah, maka variabel dependen yaitu deviden payout ratio (DPR) sebesar 94,817 satuan. b1 = Free Cash Flow (FCF) sebesar – 246,683 Dapat diartikan bahwa setiap kenaikan arus kas bebas (FCF) sebesar Rp.1,-. Maka akan menyebabkan penurunan deviden payout ratio (Y) sebesar Rp. 246.683 satuan dengan arah yang sama begitu pula sebaliknya. b2 = Debt Asset Ratio (DAR) sebesar 376,251 Nilai regresi adalah positif, bahwa jika ada kenaikan 1% pada variabel Debt Asset Ratio (DAR), maka akan menyebabkan kenaikan deviden payout ratio (Y) sebesar Rp. 376.251,- satuan b3 = Return On Asset (ROA) sebesar 145,014 Nilai regresi adalah positif, hal tersebut dapat diartikan bahwa setiap terjadi kenaikan Return On Asset (ROA)) sebesar 1% maka deviden payout ratio (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 145,014 atau 14,501% b4 = Growth Asset sebesar – 117,698 Pertumbuhan asset memiliki hasil regresi negatif, hal tersebut dapat diartikan bahwa setiap terjadi kenaikan pertumbuhan asset perusahaan sebesar 1% maka deviden
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya dapat disusun kesimpulan penelitian sebagai berikut : 1. Besarnya pengaruh variabel free cash flow (FCF),Debt Asset To Ratio (DAR), return on asset (ROA) dan pertumbuhan asset (Growth) terhadap Deviden Payout Ratio (DPR) secara simultan atau bersama-sama sebesar 34%, sedangkan sisanya (100% 34% = 66%) di pengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam perhitungan ini. 2. Secara parsial variabel Free Cash Flow dan Growth Asset (pertumbuhan Aset) tidak berpengaruh terhadap Deviden Payout Ratio (DPR), sedangkan variabel Debt to Asset Ratio (DAR) dan return on asset (ROA) secara parsial berpengaruh terhadap Deviden Payout Ratio (DPR) perusahaan manufaktur yang listing di BEI tahun 2011 – 2014. Diantara variabel bebas Free Cash Flow (FCF), Kebijakan Hutang (DEBT), Return On Asset (ROA), dan Tingkat Pertumbuhan (growth), variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Deviden Payout Ratio (DPR) perusahaan manufaktur yang listing di BEI tahun 2011 – 2014 adalah variabel Debt to Asset Ratio (DAR) dibuktikan dengan nilai regresi dan nilai t hitung paling tinggi.
Saran-saran Berdasarkan temuan dan simpulan dari hasil penelitian, dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :
8
1. Kepada para pihak pemegang kebijakan a. Bagi pihak manajemen perusahaan yang listing di BEI, diharapkan selalu menjaga tingkat perputaran hutang yang dilakukan oleh perusahaan (Debt to Asset) dan mengoptimalkan rasio return on asset (ROA), karena variabel ini dirasa mempunyai pengaruh terhadap kebijakan pembagian deviden oleh setiap perusahaan. Pihak perusahaan dapat lebih meningkatkan kinerjanya melalui profitabilitas perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya laba perusahaan mempengaruhi pembagian dividen. b. Banyak pengaruh yang mempengaruhi terjadinya perubahan laba dan pembagian deviden, baik pada saat pembagian deviden tersebut mengalami kenaikan maupun penurunan nilai atau harga. Dengan melihat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya pembagian deviden, perusahaan harus dapat mengevaluasi hasil kinerja perusahaaan baik dari dalam maupun luar. Faktor tersebut tidak hanya dari jumlah investor yang berivestasi, tetapi dengan menilai rasio-rasio keuangan yang dapat menentukan keuntungan perusahaan, dengan menilai rasiorasio keuangan tersebut perusahaan dapat mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi dari dalam perusahaan khususnya dalam proses pembagian deviden. 2. Kepada pihak akademisi dan penelitian selanjutnya : a. Pada saat akan melakukan penelitian selanjutnya, sebaiknya lebih mengembangkan permasalahan yang ada di perusahaan BEI secara lebih luas
khususnya Rasio keuangan dengan menambah jumlah variabel penelitian. Penelitian selanjutnya harus dapat memperhatikan faktor-faktor lainnya selain rasio Free Cash Flow, Debt to Asset Ratio, Return on Asset dan Growth Asset terhadap deviden. b. Penelitian selanjutnya lebih baik menggunakan waktu periode yang lebih lama sehingga mendapatkan kelengkapan data yang akurat. c. Objek pada penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan objek yang lebih luas, tidak hanya perusahaan manufaktur tetapi perusahaan lainnya yang terdaftar di BEI secara lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, Sri Dwi Ari. 2010. Manajemen Keuangan Lanjut. Yogyakarta: Graha Ilmu hlm. 6465. Anonimous. 2016. Profil dan Sejarah Singkat Perusahaan. (Online) http://www.britama.com (Diakses 15 Mei 2016) Arilaha, Muhammad A. 2009. Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Leverage dan Likuiditas terhadap Kebijakan Deviden”. Jurnal Keuangan Perbankan. Vol. 13, No. 1. Brigham, Eugene F dan Michael C. Ehrhardt. 2005. Financial Management Theory and Practice, Thomson South Western. Bungin, Burhan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Fahmi, Irham. 2012. Pengantar Pasar Modal. Banda Aceh: Alfabeta.
9
Mollah et al., Sobur and Keasen, K. 2000. The Influence Of Agency Cost On Dividen Policy In Emerging Market: Evidence From The Dhaka StocksExchange. Journal of Financial and Quantitive Analysis.
Ghoniyah, Nunung. 2005. Estimasi Target Dividen Payout Ratio dan Speed of Adjustment, Jurnal EKOBIS Vol.6,No 2. hlm. 211212. Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit UNDIP. Ikatan
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE.
Akutansi Indonesia. 2007. Standar Akutansi Keuangan per 1 September 2007, Jakarta: Salemba Empat.
Rudianto. 2013. Pengantar Akuntansi. Jakarta : Erlangga. Saghir Ahmed dan Hasan Murtaza (2015). Faktor-faktor penentu pembayaran dividen dan untuk menganalisis pengaruh perubahan dividen atas pertumbuhan perusahaan di masa depan di Pakistan. www.sciencepublishinggroup.co m. Vol. 3. 204-212.
Ita Lopolusi (2013). Analisis FaktorFaktor yang mempengaruhi Kebijakan Dividen Sektor Manufaktur yang terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011. Universitas Surabaya Volume 2 Nomer 1. Jonathan, Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Bandung: Graha Ilmu.
Sartono, Agus. 2009. Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi Edisi 3. Jakarta: Erlangga.
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Bussiness-Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Buku 1 Edisi 4. Terjemahan Oleh Kwan Men Yon. Jakarta: Salemba Empat.
Mahira Rafique (2012). Penentuan Dividen Payout dengan mengacu pada Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar dalam Indeks KSE100. Volume 2. No. 1. Pp 3440.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, dilengkapi dengan Metode R&D. Bandung: Alfabeta.
Maniagi G. Musiega, et all. (2013). faktor-faktor penentu antara pembayaran dividen dari perusahaan-perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Nairobi. International journal of Scientific & Technolgy Research Volume 2, Issue 10.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen, Bandung: Alfabeta. Sulaiman, Wahid. 2004. Olah Data Skripsi dan Penelitian dengan SPSS 19. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
10
Sunday O. KAJOLA, et all. (2015). Pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage dan perubahan dalam pembayaran dividen terhadap Kebijakan Deviden perusahaan yang terdaftar di bursa saham Nigeria. Vol III, Issue 6, June 2015. Stanislaus, S. Uyanto. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu. Walsh, Ciaran. 2008. Key Management Rations: Rasio-rasio Manajemen Penting Penggerak dan Pengendali Bisnis, Edisi 3, Terjemahan oleh Shalahudin Haikal. Jakarta: Erlangga. Waseem KHAN dan Naheed ASHRAF (2014). Analisis Faktor Keuangan yang Mempengaruhi Rasio Pembayaran Deviden (Studi Kasus Di Perusahaan Bursa Efek Karachi Pakistan). Vol 4, No. 1, January 2014, pp.390-336. Yuniningsih. 2002. Interdependeni Antara Kebijakan Dividen Payout Ratio, Financial Leverage, dan Investasi pada Perusahaan Manufaktur yang listed di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol.9 No.2, pp 164182. www.bappeda.co.id diakses tanggal 25 november 2015 http://www.idx.co.id diakses tanggal 15 oktober 2015 http://www.ojk.co.id diakses tanggal 15 oktober 2015 http://www.sahamok.com diakses tanggal 15 oktober 2015
11