Diary dokterqyu
Sebuah kisah dari balik bangsal RS Seorang calon dokter yang tengah menggali ilmu Tentang kehidupan…. Tentang cinta…. Tentang dirinya Dan… Mungkin juga tentang dirimu…
Mimpi jadi dokter Makanya..yang rajin tuh belajarnya, biar bisa jadi dokter kayak mbak ini... Bisik si nenek sama cucunya yang lagi duduk manis disamping sang ibu yang sedang ku tensi tekanan darahnya. Aku cuma bisa senyum aja. Sambil berusaha dengan sangat buat ga nguap, karena aku memang lagi ngantuk beraaat!!! Bu, tensinya 140/85. Yang lainnya bagus, hari ini apa ibu ada keluhan? Oh, hari ini saya merasa sehat mbak.. Kalau begitu saya permisi dulu, lanjtku sambil lempar senyum-ngantuk ku Mari, bu. Kataku cepat-cepat karena udah terasa ada titik airmata yang keluar. Kayaknya itu hasil kondensasi nguapku yang ditahan... Ffuh, tadi malam Cuma tidur ½ jam, itu juga karena ketiduran diatas sajadah pas shalat shubuh. Otakku udah ngirim sinyal protesnya dari beberapa jam lalu, dia butuh istirahat. Mataku juga kalau bisa pasti udah lompat dari tadi en nyari tempat tidur sendiri. Aku cepat-cepat ngeberesin stetoskop, tensimeter dan teman-temannya dengan ga beraturan di tas kecilku. Sangking ngantuknya aku hampir masukin pesawat telpon yang ada di atas meja.. Aku langsung ngibrit ke kamar ko-ass dan hampir aja nabrak temenku yang datang telat. Aku ngerti deh kenapa banyak kecelakaan bis karena supirnya ngantuk. Ngerti banget.... Nyampe di kamar ko-ass, aku pun langsung tidur dengan damainya. Sambil berharap konyol semoga laporan pagi hari ini terlambat 2x24jam, begitu juga harapan temenku yang ikut berdesak-desakan tidur disampingku. Menjelang tidur samar-samar aku kembali mendengar ucapan si nenek tadi. Entah darimana. Biar bisa jadi dokter... Duh, nek jaman sekarang mau jadi dokter ga cukup Cuma belajar doang... tapi harus bisa jadi zombie biar tahan ga tidur, punya mental kuat kalau sewaktu-waktu dituduh malpraktek, ditambah sekarang biaya pendidikannya makin mahal.... Dan, pagi itu aku bermimpi tentang masa kecilku. Tentang bintangku, cita-citaku... Cita-cita yang seakan begitu sempurna. Tapi memang tak ada yang sempurna di dunia ini, karena ia dihuni oleh makhluk yang tak pernah sempurna. Manusia.
Aku bermimpi dikelilingi bintang yang benderang, dengan wajah ibu, ayah dan kakak-kakakku disana....... Bintang-bintang itu.. Begitu banyak Dapatkah aku menghitungnya, umi? Bintang adalah impian. Jika kamu mau... maka kau mampu, nak Lalu bolehkah aku memiliki impian sebanyak itu? Sebanyak bintang di langit? Tentunya boleh, sayang.. Umi, lihat! Mereka berkelap-kelip padaku Mengapa mereka bisa begitu indah? Apakah mereka mengajak aku bermain kesana??!! (tersenyum) bintang itu adalah cahaya, nak mereka memberikan cahaya kepada setiap hati yang ingin maksud umi? Cahaya itu menyinari setiap hati yang ingin memetiknya Seperti dirimu, nak Apa tidak setiap orang ingin menghitung bintang seperti diriku? Tidak, cintaku Tidak semua orang Maka kamu harus bersyukur karena hatimu ingin Ya, umi.. Hatiku ingin!
Bintang itu juga petunjuk, nak Hati yang bimbang akan teguh dengan petunjuk Maksud umi petunjuk arah bagi nelayan di tengah laut?? Ya..seperti itu Hi...aku takut umi Jika suatu saat aku berada di sebuah kapal Di tengah laut yang gelap Aku tak tahu harus kemana Pasti aku akan berhenti Dan menangis... Jangan anakku Jika suatu saat kau merasa begitu Lihatlah bintang-bintangmu Lihatlah impian-impianmu Mimpi-mimpimu Maka, percayalah anakku Kau akan kembali bersemangat melanjuntukan perjalananmu Walau aku sendirian di kapal itu, mi? Tanpa teman Gelap...dan kesepian? Kau tak pernah sendiri, anakku Allah selalu bersamamu Apakah Allah juga yang memberikan bintang-bintang itu padaku? Cahaya-cahaya itu? Petunjuk-petunjuk itu? Ya,cinta Allah lah yang memberikannya pada dirimu Karena hatimu ingin Benar, umi!!! Hatiku ingin...
Kalau begitu, kau tak perlu ragu.. Allah selalu bersamamu (terdiam) ..... Umi..izinkan aku.. Menghitung bintang-bintang itu Memetiknya Dan aku persembahkan untuk umi Oh anakku Tentu saja Doa umi selalu mengiringimu, sayang Aku cinta umi Cintaku lebih banyak daripada bintang-bintang itu Apakah umi percaya? Ya, cinta....umi percaya Karena Umi pun mencintaimu, Cinta yang lebih terang daripada bintang yang paling terang Mereka pun berpelukan Dibawah kehangatan sang bintang yang berkelap-kelip Mendoakan dua manusia yang saling mencintai Dalam cinta-Nya yang begitu besar
LUPA NAPAS "dek, tidur boleh tapi jangan lupa napas" bisik kami pada si kecil penghuni inkubator di sudut ruang PBRT (perawatan bayi resiko tinggi) ia benar-benar seperti lupa. tidur begitu saja, tanpa dosa, tanpa beban, dan... tanpa napas! diberi rangsang, tepuk-tepuk kaki kecilnya yang memerah karena entah berapa puluh-ratus kali kami menepuknya. ia pun bernafas satu-satu begitu berulang kali. berhenti-tepuk-nafas, berhenti-tepuk-nafas. entah sampai kapan lalu, entah sampai kapan pula manusia beraktifitas di dunia. menjani kehidupan. begitu sibuknya. kewajiban berlomba dengan waktu. seakan tidak memberikan celah untuk berpikir tentang hal lain. banyak hal kadang terlupa. lupa ini, lupa itu. cukup merepotkan, melelahkan dan kadang mengesalkan. namun, alhamdulillah, tak pernah lupa napas!! aktifitas menuntut manusia untuk fokus. fokus pada amanah, pada pekerjaan. Tapi seringkali akhirnya tak bisa fokus karena terlalu banyak yang dipikirkan. sedih? jelas. bingung? pasti! tapi tak ada yang bisa disalahkan. seperti hidup, seperti tubuh. banyak hal yang harus dilakukan tubuh. metabolisme, homeostasis, endokrin...terus bekerja tanpa lelah. banyak hal, namun tidak menghilangkan kefokusan pada satu hal penting: jantung memompa darah!! hal yang mungkin sering kita abaikan. anugerah yang sering tak kita sadari. tanpa kita minta. jantung tetap fokus. memompa sumber energi untuk setiap sel tubuh ini. menjaga kelangsungan hidup manusia. dan kita masih bisa hidup. sekarang, saat ini, saat ulisan ini. Saat menulis membaca tulisan ini. aktifitas juga tak jarang memancing kecewa.
kecewa pada diri sendiri, pada orang lain, pada keadaan. satu hal tidak sesuai keinginan hati, bikin drop, bikin stress. bikin semua hal jadi amburadul. pertahanan diri jebol. kecewa.hatipun hancur tubuh pun begitu. ada kalanya satu hal menghancurkan pertahanan tubuh:kuman TBC, HIV, flu burung... tapi tubuh punya pertahanan, imunitas yang mencengangkan. virus datang, imunitas melawan, semua bagian tubuh memberi kompensasi, agar tubuh tidak drop. tidak jebol. bila satu bagian terganggu fungsinya, bagian tubuh lain tak pernah enggan untuk "menolong" dan mengkompensasi kekurangan "teman bagian tubuh lain" itu. mengkompensasi dengan dirinya sendiri. tak pernah kecewa lalu berbalik karena tak ingin membantu. kecewa pada diri sendiri lalu drop, stress. kecewa pada keadaan,tak memiliki imunitas, lalu kalah. tapi tubuh tak pernah begitu lupa nikmat itulah virus yang menghinggapi manusia, sejak dulu, saat ini dan esok. padahal tubuh tak pernah lupa. tak pernah lupa untuk mengingatkan kita, tentang nikmat yang begitu banyak. bernafas, jantung yang berdetak, otak yang masih dapat berpikir, homeostasis, metabolisme, imunitas, hormonal, kardiovaskuler.. ah, begitu banyak. begitu banyak dzikir di tubuh kita. namun tak pernah kita sadari seperti tubuh yang kehilangan keseimbangannya untuk mempertahankan hidup, maka tubuh akan berhenti, lalu mati seperti jiwa yang tak dapat seimbang, maka jiwa akan kosong lalu mati lupa nafas, tubuh akan mati lupa nikmat, jiwa yang akan mati