DIAGRAM ALIR PROBLEM SOLVING SEBAGAI AKSELERATOR UNTUK MELATIH KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI DAN MENILAI PROSES KOGNITIF
Muhammad Amil Busthon Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5: Malang, 65145, pos-el:
[email protected]
Abstrak Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan kunci sukses yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran berbasis masalah. Dalam melatih kemampuan ini guru sering kali mengalami kesulitan, sehingga diperlukan suatu pengembangan strategi yang spesifik. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengembangkan diagram alir yang diharapkan menjadi solusi atas permasalahan tersebut. Diagram ini secara visual mampu menguraikan langkah-langkah dalam jalan pemikiran menuju penemuan solusi dari pemecahan masalah. Dua macam diagram alir yang dikembangkan yaitu diagram alir yang dibuat oleh guru sebagai panduan siswa dalam pemecahan masalah dan diagram alir yang dibuat oleh siswa yang digunakan guru untuk menilai proses kognitif siswa. Kata Kunci: diagram alir, pemecahan masalah, berpikir tingkat tinggi
Abstract Higher order thinking skills is the key to success that must be mastered by the students in problem-based learning. In practicing these skills, teachers often encounter difficulties, so we need a specific strategy development. The purpose of this research is develop flow-charts which is expected to be a solution to these problems. This-flow charts are able to outline the steps of thinking visually towards the solution of the problem solving. Two kinds of the flow-chart are the flow chart created by the teacher to guide students in problem solving and the flow chart created by students to be used by teachers for assessing students' cognitive processes. Key Words: flow-chart, problem solving, higher order thinking
dalam melatih kemampuan itu (Harrison,
PENDAHULUAN
2013). Padahal Untuk menyampaikan materi pembelajaran
merupakan
dengan lebih baik, hanya sebagian kecil guru
berpikir tingkat
elemen
penting
tinggi dari
pembelajaran konstruktivistik di dalam kelas
yang melihat bahwa melatih berpikir tingkat
sains saat ini (Barak, 2008 dan King, 2008).
tinggi (higher order thinking) merupakan hal
Pendidikan yang maju di Irlandia telah
penting dalam mengajar. Namun, alasan
menerapkan hal tersebut sejak pendidikan di
mereka menghindari pembelajaran yang
tingkat sekolah dasar (Murphy, 2013).
menuntut berpikir tingkat tinggi disebabkan
Bahkan universitas-universitas di Australia
guru sering bingung dan merasa kesulitan
mengatakan esensi pendidikan tinggi adalah
1
lulusan yang mampu berpikir tingkat tinggi
langkah
(Miller,
artinya jalur tindakan tidak ditetapkan
2012).
Fakta-fakta
tersebut
untuk
menyelesaikan
menunjukkan betapa pentingnya melatih
sebelumnya.
siswa berpikir tingkat tinggi.
bersifat kompleks. Siswa harus berhadapan dengan
Salah satu pembelajaran berbasis masalah
Permasalahan
masalah,
“multiple
cenderung dengan
solution”
kelebihan dan kekurangan masing-masing.
yang paling terkenal yaitu problem-based
Bahkan siswa dituntut menerapkan “multiple
learning (PBL). Penelitian Strobel (2009)
criteria”, di mana banyak kriteria yang
dan
Masek (2010) menunjukkan PBL
kadang bertentangan dan sering berhadapan
merupakan salah satu model pembelajaran
dengan ketidakpastian. Untuk itu, dalam
yang efektif. Bahkan menurut Schmidt (2011)
PBL
dapat
membuat
mencapai potensi PBL yang maksimal, serta
siswa
mendapatkan gambaran yang lebih akurat
mengingat materi dalam jangka panjang.
dari PBL sebagai metode pembelajaran dan
Selain kognitif, guru memilih PBL guna mencapai 2011),
tujuan afektif
psikomotor (Allen,
dampaknya
(Hussain,
2011),
beberapa
dan
pada
pembelajaran
perubahan
yang
siswa,
mendasar
diperlukan (Hung, 2011).
metakognitif (Downing, 2009 dan Depaepe, 2010). Karena di dalam PBL guru sering
Dalam pelaksanaan PBL di kelas bahkan
kali
masalah
alokasi waktu sering kali tidak mencukupi
(problem solving) dalam pembelajaran (Ali,
dan dengan terpaksa siswa memerlukan
2009), maka kemampuan berpikir tingkat
waktu di luar kelas untuk memecahkan
tinggi sangat dibutuhkan.
masalah bersama kelompok diskusi mereka
menggunakan
pemecahan
(Meyer, 2003). Selanjutnya, diskusi berbasis Pembelajaran
PBL
dilakukan
dengan
pemecahan
memberikan siswa masalah yang tidak bisa dijawab
secara
mengharuskan
sederhana. untuk
melakukan
investigasi
autentik
dan
berusaha
menemukan
solusi
mulanya
menetapkan
merumuskan informasi,
nyata.
hipotesis, menganalisis
Siswa
pada
masalah,
lalu
kemudian
Namun, tetap saja sebagian siswa lebih suka pembelajaran di dalam kelas (Clayton, 2010). Oleh karena itu, diperlukan strategi dalam pembelajaran untuk mempercepat (akselerator) pembelajaran PBL di dalam
mengumpulkan dan
tersebut
dilakukan secara online (Richardson, 2010).
PBL
siswa
masalah
kelas.
menarik
kesimpulan. Masalah dalam PBL diciptakan
Sementara itu, pemecahan masalah sering
sedemikian hingga siswa melakukan proses
kali berkaitan dengan banyak proses kognitif
berpikir tingkat tinggi. Proses ini ditandai
lainnya,
dengan siswa membuat sendiri langkah-
pengambilan
2
seperti
abstraksi,
keputusan,
mencari,
menyimpulkan,
analisis, dan sintesis pada dasar representasi
Tujuan yang diharapkan dalam makalah ini
pengetahuan internal (Wang, 2010). Hal ini
yaitu pengembangan diagram alir untuk
menjadi sulit untuk dilakukan evaluasi untuk
memberi
menilai proses kognitif. Oleh karena itu,
ditemukan
sering proses kognitif kurang menjadi
terdahulu. Hasil yang diharapkan berupa 2
perhatian guru sehingga guru hanya menilai
jenis diagram alir. Pertama, diagram alir
produk kognitif. Proses kognitif terjadi
yang dibuat oleh guru berisi petunjuk cara
dalam pikiran, hal ini berbeda dengan proses
menyelesaikan problem solving. Kedua,
psikomotor
diamati.
diagram alir
yang dibuat
Pertanyaan tentang bagaimana cara terbaik
menunjukkan
langkah
untuk menilai kemampuan berpikir ini
sehingga dapat dibuat rubrik untuk menilai
menjadi
proses kognitif siswa.
yang
masalah
mudah
tajam
yang
masih
solusi
permasalahan
pada
yang
penelitian-penelitian
oleh
berpikir
siswa siswa
diperdebatkan antara peneliti dan pendidik pemecahan
Manfaat dari mengembangkan diagram alir
masalah dan kemampuan berpikir secara
ini dapat dibedakan menjadi dua. Manfaat
universal diakui sebagai hal penting di abad
dari diagram alir yang dibuat oleh guru,
ke-21.
yaitu (1) sebagai strategi untuk mempercepat
sejak
kompetensi
seperti
pembelajaran Tes
dan
penggunaan
rubrik
penilaian
memberikan
berbasis kinerja yang diperlukan untuk tujuan
formatif
guna
mengevaluasi
masalah;
sistematis
dan
(3)
membatu
guru
berpikir tingkat tinggi. Sedangkan manfaat
suatu teknik yang memungkinkan observasi
dari diagram alir yang dibuat oleh siswa
terbuka dan analisis kebutuhan belajar anak-
yaitu (1) dapat digunakan guru untuk
anak karena pertimbangan dari sifat yang
menilai proses kognitif; (2) mempermudah
muncul dari pemikiran siswa tidak selalu
guru dalam membuat rubrik penilaian proses
terfokus pada aspek kinerja siswa tersebut.
kognitif;
Salah satu implikasinya adalah tidak dapat kompetensi
langkah-langkah
(2)
mengembangkan pembelajaran yang melatih
informasi spesifik. Untuk itu, diperlukan
diukur
masalah;
yang dapat diikuti siswa dalam memecahkan
kompetensi siswa berpikir tidak memberikan
sepenuhnya
berbasis
(3)
melatih
siswa
membuat
algoritma dari memahami permasalahan
mereka
hingga menemukan solusi permasalahan
tanpa percakapan lama dengan mereka dan
tersebut.
pengamatan yang cermat dalam rangka KAJIAN PUSTAKA
membangun gambaran yang akurat tentang kinerja pemikiran mereka (Lee, 2011).
Bagi
kebanyakan
memecahkan
3
siswa,
masalah
kemampuan
merupakan
cara
berpikir yang baru. Pemecahan masalah
rekonstruksi didaktikal (DRP), di mana
memang sulit, memakan waktu, dan kadang
pengetahuan
membuat
konstruksi
frustrasi,
seperti
seseorang
dibangun yang
dalam
proses
bertujuan
untuk
mendaki gunung yang terjal. Siswa seolah-
memberikan gambaran proses pembentukan
olah menjadi pendaki gunung yang harus
konsep fisik (Mäntylä, 2012). Selain itu
melakukan segala cara untuk mencapai
gambar dan komentar yang ditulis oleh
bagian puncak gunung. Siswa akan mencoba
siswa dapat memberikan wawasan siswa
dan memikirkan berbagai cara untuk dapat
pilihan modalitas belajar, mempromosikan
berjalan di sekitar gunung ini dengan
pemahaman tentang konsep-konsep abstrak
menggunakan strategi yang mungkin tidak
melalui visualisasi, dan mengungkapkan
akan selalu berhasil. Kemampuan siswa
sikap siswa terhadap ilmu pengetahuan. (van
untuk dapat sampai ke puncak sama halnya
der Veen, 2012 dan Bamidele, 2013). Oleh
dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi
karena itu, menyajikan sebuah algoritma
hingga mencapai solusi atas permasalahan.
untuk belajar perlu dilakukan uji coba (Xu,
Hal ini dapat diilustrasikan pada Gambar 1.
2013). Algoritma adalah urutan langkah-langkah penyelesaian masalah yang disusun secara sistematis dan logis. Algoritma sebenarnya berupa
pemikiran
konseptual
yang
digunakan untuk membantu manusia dalam mengonversikan suatu permasalahan ke dalam bahasa pemrograman. Salah satu cara
Gambar 1. Ilustrasi Berpikir Tingkat Tinggi dalam Pemecahan Masalah
menyatakan algoritma yaitu menggunakan flow-chart atau diagram alir. Jadi, diagram
Berpikir tingkat tinggi dalam pemecahan
alir menunjukkan algoritma dari suatu
masalah memang merupakan hal yang sulit
program.
diukur. Mengetahui struktur kogntif artinya
instruksi
berasal, bagaimana kerangka pikir dibangun,
dikerjakan
komputer
sistematis yang operasional, maka siswa
Salah satu pendekatan yang pernah ada yaitu
harus tahu algoritma dalam memecahkan
untuk mendekati bentuk
tersebut
(Ikhsan, 2013). Untuk melatih siswa berpikir
dan bagaimana hal itu dapat dibenarkan.
dalam
dalam
operasi-operasi yang bersesuaian dengan
yaitu mengetahui dari mana pengetahuan
tujuan-tujuan
di
Bila suatu instruksi dilaksanakan, maka
sedangkan untuk mengetahui proses kognitif
cara
langkah
program disebut pernyataan atau instruksi.
mengetahui kerangka, konsep dan hukum,
memperkenalkan
Tiap-tiap
masalah. Algoritma yang dikembangakan di
proses
sini dalam bentuk diagram alir dan belum
4
diimplementasikan
ke
dalam
bahasa
pemrograman. Tujuan yang ingin dicapai yaitu siswa mampu mendemonstrasikan proses kognitifnya untuk memperoleh solusi dalam pemecahan masalah. Diagram alir dapat digambarkan dengan bagan/simbol yang memiliki arti khusus (Robson,
2013).
Bagan/simbol
dalam
Gambar 2. Ilustrasi Berpikir Tingkat Tinggi dalam Pemecahan Masalah Menggunakan Diagram Alir
diagram alir jumlahnya sangat banyak. Tabel 1 menunjukkan empat bagan yang digunakan dalam membuat diagram alir
Untuk
yang dikembangkan penulis.
langkah-langkah
menyelesaikan Tabel
2
masalah,
menunjukkan
secara umum langkah yang dapat ditempuh
Tabel 1. Bagan dalam Diagram Alir Bagan
dapat
yaitu (1) menegenali masalah; (2) memilih
Representasi
konsep/ hukum/teori yang diperlukan terkait Mulai/Selesai
dengan
masalah;
(3)
mendeskripsikan
masalah melalui konsep/hukum/teori yang
Pertanyaan/Pengambilan
diperlukan; (4) membuat perencanaan; (5)
Keputusan
menyelesaikan Konektor
rencana;
(6)
melakukan
evaluasi. Gambar 3 (a) memberi contoh tentang
Proses/Instruksi
bagaimana
pemecahan
masalah
yaitu
tentang gerak sebuah benda ditinjau melalui Pembahasan
kajian ilmu fisika. Pemecahan masalah
Diagram Alir sebagai Akselerator dalam Pemecahan Masalah
dilakukan
Apabila dibandingkan dengan Gambar 1,
dimengerti alur penemuan hingga mencapai
gambar modifikasi penulis (Gambar 2) akan
sulousi berupa jawaban dari permasalahan.
menunjukkan bahwa pendaki gunung dapat
Gambar 3 (b) menunjukkan contoh diagram
mencapai puncak gunung lebih cepat dengan
alir utama dalam permasalahan pada pokok
panduan-panduan
simbol-simbol
bahasan tertentu, dalam hal ini yaitu
yang berisi petunjuk di dekat jalan yang
mekanika. Gambar 3 (c) menunjukkan
akan ditempuh. Hal ini menunjukkan bahwa
diagram
siswa
karakteristik soal.
akan
berupa
menemukan
melalui
langkah-langkah
sistematis tersebut sehingga lebih mudah
penyelesaian
masalah lebih cepat meskipun permasalahan merupakan hal baru dan sulit bagi siswa.
5
alir
khusus
(K)
mengikuti
(b)
(a) Sebuah balok B bermassa 20 kg yang mula-mula diam di atas permukaan meja yang kasar dan dihubungkan oleh tali melalui sebuah katrol. Setelah ujung tali yang lain digantung sebuah balok A bermassa 10 kg secara vertikal, kemudian kedua balok bergerak. Koefisien gesekan balok terhadap permukaan meja adalah 0,4. Tentukan kecepatan blok setelah berpindah 2 meter jika massa tali diabaikan dan katrol dianggap licin. Balok B Balok A Berlaku Hukum II Newton Diagram Bebas
Masalah: menentukan kecepatan sistem
Ya
̅
Tida k
∑F ≠ 0
Berlaku Hukum I Newton
Ya
Persamaan Kinematika
̅
Tida k
Ada gaya?
Berlaku Hukum II Newton ̅
̅
Menggambar Diagram Bebas
Persamaan Dinamika (Lanjutan) Subsitusi ̅ ke (1) Menuliskan Persamaan Menulis persamaan v balok B
Menulis Persamaan Dinamika
̅
Menulis Persamaan Kinematika Gerak Percepatan Konstan sebagai Pers. (1)
̅ ̅ Menulis persamaan ̅
Menulis Persamaan Kinematika Gerak Kecepatan Konstan
̅
Menyelesaikan Persamaan ̅
K
Menulis persamaan t
(c)
̅
K
Masalah terjawab
Ya
Tida k
Menulis persamaan a
Apakah v̅ diketahui?
Menulis persamaan T
Tulis persamaan t sebagai Pers. (3)
Menulis persamaan f
Ya
Tida k
Menulis persamaan N
Tulis persamaan T sebagai Pers. (5)
Menyelesaikan Persamaan Subsitusi Pers (7) ke (6)
Tida k
Subsitusi T ke (4)
Apakah f diketahui? Tulis persamaan N sebagai Pers. (7)
Tida k
Masalah terjawab Subsitusi t ke (2) ̅
6
Ya
Tulis persamaan f sebagai Pers. (6) Ya Apakah N diketahui?
Menyelesaikan Persamaan Subsitusi a ke (3)
Ya
Tulis persamaan a sebagai Pers. (4) Apakah T diketahui?
Tida k
Ya Subsitusi f ke (5)
Apakah t diketahui? Tida k
Apakah a diketahui?
Tulis persamaan v̅ sebagai Pers. (2)
Gambar 3. Contoh Diagram Alir Pemecahan Masalah yang Dikembangkan Penul
permasalahan yang rumit, siswa terbiasa untuk
menggambarkan
diagram
alir
sebagai langkah yang diikuti untuk menemukan solusi.
Tabel 2. Tahap-tahap dalam Pemecahan Masalah Menggunakan Diagram Alir
Gambar 3 (b) dan (c) apabila kita Tahap 1
Langkah-langkah dalam contoh
asumsikan diagram alir tersebut dibuat
Sistem gerak terdiri dari sebuah benda di atas meja dan sebuah benda tergantung
oleh siswa, maka proses kognitif yang
Masalah berkaitan dengan Hukum II Newton di mana ∑F ≠ 0
Selanjutnya,
3
Menggambar diagram bebas gaya-gaya
yang operasional.
4
Menulis dinamika
2
persamaan
kinematika
dinilai dapat ditunjukkan oleh Tabel 3. guru
membuat
rubrik
penilaian lebih spesifik untuk penilaian
dan
Tabel 3. Proses Kognitif yang Dinilai
5
Menyelesaikan persamaan
Proses Kognitif
Rancangan Rubrik
6
Memperoleh jawaban akhir
Siswa memahami permasalahan
Siswa dapat menggambarkan permasalahan secara jelas, baik deskriptif maupun melalui gambar, dalam contoh ini yaitu kelengkapan menggambar gaya-gaya dalam diagram bebas
Siswa mengaplikasikan teori/konsep/hukum dengan benar
Siswa mengaplikasikan teori/konsep/hukum dengan benar, dalam contoh ini Hukum Newton II
Siswa dapat menganalisis permasalahan
Siswa dapat memecah permasalahan menjadi bagian-bagian kecil, dalam hal ini berupa persamaanpersamaan yang ditulis
Siswa dapat mensintesisi permasalahan
Siswa menyusun bagianbagian untuk menjadi kesatuan yang utuh, dalam contoh ini yaitu menyelesaikan persamaanpersamaan yang telah
Diagram Alir untuk Menilai Proses Kognitif Diagram alir ini dibuat oleh siswa untuk mendemonstrasikan kemampuan mereka dalam proses kognitif. Dengan demikian, diagram alir ini memiliki banyak variasi meskipun nantinya menghasilkan output jawaban
yang
sama.
Namun,
alur
berpikir siswa tetap jelas sesuai apa yang digambarkan
dalam
diagram
alir
tersebut. Diagram alir ini digunakan ketika
siswa
sudah
terbiasa
menyelesaikan soal dengan diagram alir dari guru. Dengan demikian, diharapkan setiap
siswa
yang
menemukan
7
World Journal of Education 3(1): 66.
dibuat Siswa dapat mengevaluasi
Siswa memperoleh jawaban akhir dengan benar
Barak, Moshe, and Larisa Shakhman. 2008. "Fostering higher‐order thinking in science class: teachers’ reflections" dalam Teachers and Teaching: theory and practice 14(3): 191-208.
SIMPULAN
Clayton, Karen, Fran Blumberg, and Daniel P. Auld. 2010. "The relationship between motivation, learning strategies and choice of environment whether traditional or including an online component" dalam British Journal of Educational Technology 41(3): 349-364.
Simpulan yang diperoleh yaitu dalam pemecahan masalah, diagram alir yang dibuat oleh guru dapat berfungsi sebagai akselerator (pemercepat) siswa dalam langkah-langkah penyelesaian masalah yang
sulit
kemampuan
dan berpikir
membutuhkan tingkat
tinggi.
Depaepe, Fien, Erik De Corte, and Lieven Verschaffel. 2010. "Teachers’ metacognitive and heuristic approaches to word problem solving: analysis and impact on students’ beliefs and performance" dalam ZDM 42(2): 205-218.
Diagram alir yang dibuat oleh siswa dapat digunakan guru untuk menilai proses kognitif siswa.
PUSTAKA RUJUKAN
Downing, Kevin, et al. 2009. "Problembased learning and the development of metacognition" dalam Higher Education 57 (5): 609-621.
Ali, Ahmad Hadi, and Siti Nur Kamariah Rubani. 2009. "Student-centered learning: an approach in physics learning style using problem-based learning (PBL) method" dalam UTHM Intitutional Respository.
Harrison, N. 2013. Using the interactive whiteboard to scaffold a metalanguage: Teaching higher order thinking skills in preservice teacher education dalam Australasian Journal of Educational Technology 29(1): 5465.
Allen, Deborah E., Richard S. Donham, and Stephen A. 2011. Bernhardt. "Problem‐based learning" dalam New Directions for Teaching and Learning 2011 (128): 21-29. Bamidele, E. F., and E. O. Oloyede. 2013. "Comparative Effectiveness of Hierarchical, Flowchart and Spider Concept Mapping Strategies on Students’ Performance in Chemistry" dalam
Hung, Woei. 2011. "Theory to reality: A few issues in implementing problem-based learning" dalam Educational Technology Research and Development 59 (4): 529-552.
8
Hussain, Safqat, Saeed Anwar, and Muhammad Iqbal Majoka. 2011. "Effect of peer group activitybased learning on students' academic achievement in physics at secondary level." International Journal of Academic Research 3(1): 940-944.
Meyer, Katrina A. 2003. "Face-to-face versus threaded discussions: The role of time and higher-order thinking" dalam Journal of Asynchronous Learning Networks 7(3): 55-65. Miller, Susan. 2012. "Developing higher order thinking skills" dalam Proceedings of The Australian Conference on Science and Mathematics Education (formerly UniServe Science Conference), 73.
Ikhsan, Muhammad. 2013. Logika dan Algoritma.(Online),(http://www.ac ademia.edu/1178544/Logika_Dan_ Algoritma),(diakses 9 Oktober 2013).
Murphy, Colette, et al. 2013. "Scaling up higher order thinking skills and personal capabilities in primary science: Theory-into-policy-intopractice" dalam Thinking Skills and Creativity 10(1), 173–188.
King, Alison. 2008. "Structuring peer interaction to promote higher-order thinking and complex learning in cooperating groups" dalam The teacher’s role in implementing cooperative learning in the classroom. Springer US 8(1) 7391.
Richardson, Jennifer C., and Phil Ice. 2010. "Investigating students' level of critical thinking across instructional strategies in online discussions" dalam The Internet and Higher Education 13(1): 5259.
Lee, Scott Weng Fai. 2011. Cognitive process mapping: Adapting cognitive task analysis to research and educational assessment of young children’s thinking skills in the classroom. Diss. University of Otago.
Robson, Adrian P. 2013. The flowchart package Flowchart Shapes for TikZ, (Online),(http://mirrors.ucr.ac.cr/C TAN/graphics/pgf/contrib/flowcha rt/flowchart.pdf), (diakses 10 Oktober 2013)
Mäntylä, Terhi. 2012. "Didactical reconstruction of processes in knowledge construction: Preservice physics teachers learning the law of electromagnetic induction" dalam Research in Science Education 42(4): 791-812.
Schmidt, Henk G., Jerome I. Rotgans, and Elaine HJ Yew. 2011. "The process of problem‐based learning: what works and why." Medical Education 45(8): 792-806.
Masek, A., and S. Yamin. 2010. "Problem Based Learning for Knowledge Acquisitions, Higher Order Thinking Skills, and Perceptions in Technical Skills Program: The Suitability Study from Theoretical Perspectives" dalam ICERI2010 Proceedings 3(1): 1162-1171.
Strobel, Johannes, and Angela van Barneveld. 2009". When is PBL more effective? A meta-synthesis of meta-analyses comparing PBL to conventional classrooms" dalam
9
Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning 3(1): 4.
Weng, Martin M., et al. 2010. "A learning assessment mechanism with learning map based on SPC Table" dalam Ubi-media Computing (U-Media), 2010 3rd IEEE International Conference on IEEE.
van der Veen, Jatila. 2012. "Draw your physics homework? Art as a path to understanding in physics teaching" dalam American Educational Research Journal 49(2): 356-407.
Xu, Joseph Z., and John E. Laird. 2013. "Learning Integrated Symbolic and Continuous Action Models for Continuous Domains" dalam Twenty-Seventh AAAI Conference on Artificial Intelligence.
Wang, Yingxu, and Vincent Chiew. 2010. "On the cognitive process of human problem solving." Cognitive Systems Research 11(1): 81-92.
10