~"1, 4-
ANALTSlS PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DI KAWASAN PETERNAKAN SAPI PERAH CIBUNGBULANG KABUPATENBOGOR
SKRIPSI AZIS KAMILUDIN
PROGRAM STUD1 SOSlAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RTNGKASAN AZIS KAMILUDIN. D34104059. 2009. Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah di Kawasan Peternakan Sapi Perah Cibungbulang Kabupaten Bogor. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Petemakan, Fakultas Petemakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc.Agr. Usahaternak sapi perah di Indonesia pada umumnya dilakukan dalam dua bentuk yaitu petemakan sapi perah rakyat dan perusahaan peternakan sapi perall. Kedua jenis usahatemak ini sangat potensial untuk dikembangkan dan umumnya berada di daerah dataran tinggi yang beriklim sejuk serta sesuai dengan kondisi yang diperlukan untuk betemak sapi perah. Kawasan Petemakan Sapi Perah Cibungbulang merupakan salah satu kawasan atau daerah yang dijadikan tempat khusus untuk betemak sapi perah di Kabupaten Bogor. Sebagian besar peternak di Kawasan Petemakan ini masuk kedalam usahaternak sapi perah rakyat. Petemak di kawasali tersebut lebih banyak bukan asli orang Kabupaten Bogor, mereka bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan usahatemak sapi perah. Pen&tungan penerimaan dan biaya usahatemak dapat membantu para petemak agar dapat lebih mengoptimalkan usahanya. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Menganalisis struktur biaya dan struktur penerimaan petemakan sapi perah di kawasan peternakan sapi perah dan (2) Menganalisis besarnya pendapatan yang diperoleh oleh petemakan sapi perah di kawasan petemakan sapi perah yaitu dengan menhtung rasio penerimaan terhadap total biaya usahatemak. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Petemakan Sapi Perah Kabupaten Bogor yang beralokasi di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Desain penelitian adalah studi kasus. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan pengamatan langsung di lokasi penelitian, pencacatan dan wawancara langsung dengan pertanyaan yang telah disusun, sedangkan data sekunder diperoleh dari kantor kepala Desa Situ Udik dan koperasi, literatur serta hasil penelitian lainnya. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Agustus 2008. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis pendapatan dan R/C rasio. Komponen biaya usahatemak terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap selama periode penelitian (Agustus 2007-Juli 2008). Komponen dan nilai biaya variabel adalah pakan Rp 1.942.029.686; Inseminasi Buatan dan obat-obatan Rp 16.380.000; perlengkapan Rp 21.437.500; air Rp 10.800.000; dan listrik Rp 28.150.200. Sedangkan biaya tetap terdiri dari transportasi Rp 258.750.000; penyusutan bangunan Rp 160.500.000; penyusutan peralatan Rp 25.905.333; penyusutan temak Rp 129.375.000; penyusutan kendaraan Rp 154.000.000; tenaga dalam keluarga Rp 420.000.000 dan tenaga kerja luar keluarga Rp 1.176.387.500. Total biaya variabel dan biaya tetap masing-masing adalah Rp 2.018.797.386 dan Rp 2.324.917.833. Penerimaan dibagi atas penerimaan tunai dan penerimaan tidak tut~ai. Penerimaan tunai terdiri dari penjualan susu dan penjualan temak, sedangkan penerimaan tidak tunai meliputi susu yang dikonsumsi oleh pemilik dan tenaga kerja, serta perubahan nilai temak. Total penerimaan dari petemak yang diamati dalam satu tahun pengamatan sebesar Rp 6.003.415.050.
Pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan biaya usahatemak yang telah dikeluarkan. Total pendapatan dari pentemak yang dianati dalam satu tahun pengamatan sebesar Rp 1.659.699.831. Rata-rata pendapatan per bulan adalah Rp 138.308.319,3. Nilai WC dari petemak yang diamati di Kawasan Peternakan Sapi Perah Kabupaten Bogor sebesar 1,38. Nilai tersebut dapat diartikan setiap satu rupiah yang digunakan dalam kegiatan usahatemak akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,38. Batas besaran WC terkecil adalah satu. Jadi secara umum usahatemak sapi perah di kawasan petemakan ini sudah dikatakan menguntungkan. Nilai WC untuk penerimaan hanya dari susu (kecuali yang dikonsurnsi) adalah 1,10. Hal ini menunjukan bahwa petemak akan mendapat keuntungan walau penerimaan hanya dari penjualan susu.
Kata-hzta kunci : sapi perah, pendapatan, RIC
ABSTRACT Analysis of Dairy Farm Net Income at Kawasan Peternakan Sapi Perah, Cibungbulang Subdistrict, Bogor Regency Kamiludin, A,, L. Cyrilla and S. Mulatsih Dairy cattle is one of potential animal that can be developed because of its products. Kawasan Peternakan Sapi Perah (KUNAK) is one of the area that focus in dairy cow. To be succeed, farmer has to know the total revenue and cost. The objective of the study were: (1) to analyze net income of dairy cow in KUNAK, (2) to analyze return cost ratio (RIC) of dairy cow in KUNAK. The data were collected on Augustus 2008 at dairy cow KUNAK, Situ Udik Village, Cibungbulang Subdistrict, Bogor Regency. Primary and secondary data were used in this study, primary data was taking through the interview with owner and labourer. Secondary data was taking fioin relevant institutions sources which related with the topic of the study. The data used case study as the design, and used income analysis and WC analysis for analizing data. The result of the study were: (1) net income of dairy cow in KUNAK (Augustus 2007-July 2008) was Rp 1.659.699.831, net income is the result of total revenue minus total cost, and the amount of them are Rp 6.003.415.050 and Rp 4.343.715.219; (2) the return cost ratio of dairy cow in KUNAK showed 1,38, it means dairy cow in KUNAK is profitable. Keywords : dairy cow, net income, WC
ANALZSIS PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DI KAWASAN PETERNAKAN SAPI PERAJil CIBUNGBULANG KABUPATEN BOGOR
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUD1 SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
ANALISIS PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAT3 DI KAWASAN PETERNAKAN SAPI PERM CIBUNGBULANG KABUPATEN BOGOR
Oleh AZIS KAMILUDIN D34104059
Skripsi ini telah disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 30 Juti 2009
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
NIP. 19630705 198803 2 001
Dr. Ir. Sri Mulatsih, MScAgr. NIP.196405291989032001
Pertanian Bogor
Penulis dilahirkan pada tanggal 1 Agustus 1985 di Sukabumi, Jawa Barat. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Baesta dan Nining. Pendidikan dasar diselesaikan tahun 1998 di SDN Anggamdin Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi, pendidikan menengah lanjutan pertarna diselesaikan pada tahun 2001 di SLTPN 2 Nagrak Kabupaten Sukabumi dan pada tahun 2004 menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMUN 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada program studi Sosial Ekonomi Industri Petemakan, Fakultas Petemakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004. Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah aktif sebagi staf infokom di HIMASEIP 2006-2007, sebagai ketua umum di FORSITA 2005-2007, ketua Departemen PPSDM BKIM 2005-2006, Direktur BKIMedia tahun 2007, ketua penyambutan mahasiswa baru BKIM IPB 2006, koordinator lapangan diskusi nasional pendidikan BKIM IPB 2007 dan sejak tahun 2007 sampai saat ini aktif sebagai pengajar di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Bidang Bisnis dan Manajemen di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT atas limpahan nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Pete~llakan,Institut Pertanian Bogor. Sholawat serta salam penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan segenap ummatnya. Skripsi ini merupakan hasil studi mengenai Analisis Pendapatan Usahaternak Sapi Perah di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Skripsi ini bertujuan untuk membeiikan infomasi mengenai pendapatan petemak agar dapat mengoptimalkan keuntungan. Semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Bogor, Agustus 2009
Penulis
DAFTAR IS1
ABSTRACT ................................................................................. RIWAYAT HIDUP .......................................................................... KATA PENGANTAR...................................................................... DAFTAR IS1 ................................................................................. DAFTAR TABEL .............................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... Latar Belakang ...................................................................... Perumusan Masalah .............................................................. Tujuan Penelitian .................................................................. Kegunaan Penelitian ............................................................. KERANGKA BERPIKIR ............................................................
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... Karakteristik Usaha Peternakan Sapi Perah .......................... Produksi Susu ..................................................................... Aspek Teknis dalam Pemeliharaan Sapi Perah ..................... Pakan Sapi ................................................................. Penyakit Sapi Perah .................................................. Kandang .................................................................... Pemerahan ................................................................. Analisis Biaya dan Pendapatan ............................................. Rasio Penerimaan dan Biaya ................................................ METODE PENELITIAN ................................................................. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ Populasi dan Sampel ............................................................. Desain Penelitian .................................................................. Data dan Instrumentasi ......................................................... Pengumpulan Data ................................................................ .. Analisis Data ......................................................................... .. . . Anahsis Desknftlf .................................................... Analisis penerimaan dan biaya (RIG Rasio) ............. Analisis Pendapatan .................................................. Batasan Istilah .......................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... Bangsa dan Populasi Sapi Perah ........................................... Pemasaran dan Produksi Susu .............................................. Tatalaksana Pemeliharaan Temak Sapi Perah ...................... Perkandangan ............................................................ Perkawinan ................................................................ Tenaga Kerja ............................................................. Pencacatan (Recording) ............................................ Penanganan Limbah .................................................. Kesehatan Temak ...................................................... Pakan dan Air Minum ............................................... Biaya Usahatemak ................................................................ Penerimaan ............................................................................ Pendapatan ............................................................................ KESIMF'ULAN DAN SARAN ........................................................ Kesimpulan .......................................................................... Saran ................................................................................ UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................. DAFTAR PUSTAKA ......................................................................
DAFTAR TABEL Nomor
Halarnan
1. Populasi Tenlak Sapi Perah 45 Petemak di KUNAK ................
17
2 . Jenis Kegiatan dan Waktu Tenaga Kerja ...................................
20
3. Penggunaan Pakan di KUNAK Agustus 2007 - Juli 2008 ........
23
4 . Komponen Biaya Usahatenlak Petemak di KUNAK ................
24
.................................................
26
5. Jenis dan Penyusutan Peralatan
6 . Komponen Penerimaan Usahaternak Agustus 2007-Juli 2008.. .
28
7. Perubahan Nilai Temak Agustus 2007-Juli 2008 .......................
28
8. Perincian Penggunaan Susu Agustus 2007-Juli 2008 .................
29
9. Tingkat Pendapatan Peternak KUNAK Agush~s2007-Juli 2008
30
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
..
1. Kerangka Pemiluran .................................
.................................
6
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan petemakan yang merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian memiliki peranan yang penting dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Salah satu tujuan dari pembangunan petemakan adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat yang bersumber dari protein hewani belupa daging, telur dan susu yang sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Sapi adalah salah satu tenlak ruminansia yang populasinya tersebar luas diseluruh dunia, terutama pada daerah yang produksi pertaniannya memun&nkan. Penyebaran temak ini lebih merata dibandingkan domba dan kambing. Narnun demikian, temak sapi jarang ditemukan pada lingkungan yang ekstrim tidak bersahabat. Agribisnis sapi di Indonesia mempunyai prospek yang sangat besar, karena permintaan produk daging, susu maupun kulit terus meningkat, seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan perekonomian nasional. Namun sangat disayangkan karena dalam beberapa dasawarsa terakhir ini impor ketiga produk tersebut cenderung terus meningkat, walaupun terjadi fluktuasi sebagai akibat adanya perubahan global maupun dinamika nasional. Kebutuhan atau permintaan yang cukup besar daripada ketersediaan susu yang ada. Berdasarkan kondisi tersebut, usaha sapi perah untuk menghasilkan susu segar sangat prospektif (Sudono, 1999). Sudono (1999) menambahkan bahwa kebutuhan susu olahan di Indonesia sebesar 5 kgkapitaltahun, tetapi baru dipenulli dari dalam negeri sekitar 32%, sisanya (68%) harus diimpor dari l u x negeri. Indonesia memiliki prospek pengembangan industri sapi perah yang relatif besar yang dapat menjadikan Indonesia sebagai negeri penghasil utama susu. Pertarna dilihat dari permintaan potensial susu oleh 259 juta penduduk Indonesia. Selain itu, kedua dilihat dari sisi produksi, Indonesia memiliki padang pengembalaan dan produksi hijauan yang sangat melimpah saat ini, dan sebagian besar tidak digunakan setiap tahunnya. ICetiga dari sisi kemampuan finansial baik untuk perusahaan maupun usaha rakyat relatif tersedia, hanya saja masih kekurangan dalam ha1 informasi sehingga kurang tersosialisasikan. Salah satu kelemahan kita adalah belum mengetahui manajemen dan teknologi sapi perah, yang selama ini selalu
diatasi dengan impor. Dari sini dapat diketahui bahwa Indonesia sebenanlya memiliki prospek pengembangan sapi perah yang relatif besar. Usahatemak sapi perah merupakan salah satu usaha petemakan yang mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk terus dikembangkan. Susu yang dihasilkan dari sapi perah dapat bermanfaat, baik sebagai sumber pendapatan untuk dijual. Berbeda dengan produk lainnya, produk susu akan tetap dibutuhkan seiring dengan peningkatan dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, usaha petemakan sapi perah saat ini masih tetap menjanjikan karena permintaan pasar terhadap susu akan selalu ada. Disamping itu, usaha sapi perah memiliki beberapa keuntungan jika dibandingkan usahatenlak lainnya. Menurut Sudono (1999) beberapa keuntungan betemak sapi perah dibanding usahatemak lain yaitu : (1) Usahatemak sapi perah adalah suatu usaha yang tetap; (2) Jaminan pendapatan yang tetap; (3) Penggunaan tenaga kerja yang tetap; (4) Dapat inenggunakan berbagai macan hijauan yang tersedia atau sisa-sisa hasil pertanian; dan (5) Kesuburan tanah dapat dipertahankan. Dengan pengelolaan manajemen yang baik serta terencana untuk dapat memanfaatkan keuntungan-keuntungan tersebut, dapat dipastikan usahateinak sapi perah merupakan usaha yang memiliki prospek yang sangat baik dan akan memberikan laba yang besar kepada pemiliknya. Usahatemak sapi perah rakyat di Indonesia sudah mulai berorientasi ekonomi, namun produktivitasnya masih rendah. Rendahnya tingkat produktivitas temak
tersebut
lebih
disebabkan
oleh
kurangnya
modal,
serta
pengetahuadceterampilan petani yang mencakup aspek reproduksi, pemberian pakan, pengelolaan llasil pascapanen, penerapan sistem recording, pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit. Selain itu pengetahuan petani mengenai aspek tataniaga harus ditingkatkan sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan pemeliharaan. Perurnusan Masalal~ Kawasan petemakan sapi perah yang beralokasi di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor adalah sebuah kawasan petemakan sapi perah yang kondusif dan memiliki kelompok-kelompok tani yang terorganisir. Melihat kondisi yang demikian, sangat memungkinkan apabila Kabupaten Bogor 2
pada masa yang akan datang menjadi sentra produksi susu sapi dan menjadi penyumbang susu sapi tertinggi di Propinsi Jawa Barat. Peteinakan ini meiniliki prospek yang sangat baik terutama jika dilihat dari keadaan lokasi yang berada didaerah dataran tinggi yang beriklim sejuk sesuai dengan kondisi yang diperlukan untuk beternak sapi perah. Akan tetapi, majunya usaha peteinakan sapi perah tidak hanya dipengaruhi oleh lokasi usaha tetapi juga oleh beberapa aspek antara lain aspek teknis, aspek finansial dan aspek komersial. Permodalan memiliki peranan penting dalam usaha ini terutama apabila dilakukan daliun skala besar. Modal tersebut digunakan untuk biaya investasi (pembuatan kandang, pengadaan bibit sapi perah, dan pembelian peralatan) dan biaya operasional terutama dalam penyediaan pakan. Hal ini menimbulkan permasalahan terutama bagi peternak dan investor yang membutuhkan banyak pertimbangan untuk masuk dalam usaha ini misalnyi;' berapa keuntungan yang akan diperoleh. Masih rendahnya pendapatan yang diperoleh peternak selaina ini dinilai belum mampu menutup biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah yang melatar belakangi dilakukamya penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana struktur biaya dan penerimaan dari petemakan sapi perah di kawasan peternakan sapi perah di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor dalam satu tahun? 2. Berapa besar pendapatan dan tingkat pendapatan yang diperoleh peternakan sapi perah di kawasan peternakan sapi perah Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor dalam satu tahun? Tujuan Penelitian
Penelitian tentang analisis finasial usaha peternakan sapi perah di kawasan peternakan sapi perah Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis stmktur biaya dan struktur penenmaan petemakan sapi perah di kawasan petemakan sapi perah Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor dalam satu tahun.
2. Menganalisis besarnya pendapatan yang diperoleh oleh petemakan sapi perah di
kawasan petemakan sapi perah Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor dalam satu tahun. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian tentang analisis finansial usaha petemakan sapi perah di kawasan petemakan Desa Situ Udik Kecematan Cibungbulang Kabupaten Bogor ini adalah: 1. Sebagai bahan evaluasi terhadap petemakan sapi perah di kawasan petemakan
sapi perah Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. 2. Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya pengembangan petemakan sapi perah
di kawasan petemakan sapi perah Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. 3. Sebagai rujukan bagi peneliti selanjutnya.
KERANGKA PEMIKIRAN Petemakan sapi perah di kawasan peternakan sapi perah Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor merupakan salah satu petemakan yang sedang mengembangkan usahanya dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Untuk mencapai tujuan tersebut petemakan hams menghadapi suatu kondisi yaitu rendahnya pendapatan, sementara biaya yang dikeluarkan cukup tinggi, sehingga upaya petemakan ini untuk memperoleh keuntungan yang maksimal sedikit mengalami hambatan. Penelitial ini bertujuan untuk menganalisis beberapa aspek finansial dari peternakan sapi perall di kawasan petemakan sapi perah Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Untuk melakukan analisis finansial, terlebih dahulu hams diketahui besamya biaya total serta jumlah penerimaan yang didapat dari peternakan sapi perah ini. Biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Sementara itu, penerimaan usaha berasal dari penjualan susu, penjualan temak, susu yang dikonsumsi peternak dan perubahan nilai temak. Analisis yang dilakukan meliputi analisis rasio penenmaan dan biaya untuk mengetahui perbandingan besarnya penerimaan yang didapat dengan biaya yang dikeluarkan. Analisis pendapatan untuk men&tung besamya tingkat pendapatan yang diperoleh usahaternak sapi perah ini. Dari analisis yang telah dijabarkan tersebut akan diperoleh suatu kesimpulan mengenai tingkat pendapatan usaha dari peternakan sapi perah di kawasan petemakan sapi perah Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Kesimpulan tersebut akan direkomendasikan untuk membantu pengembangan usaha petemakan sapi perah ini. Secara konseptual kerangka pemikiran penelitian ini disajikan dalam Gambar 1.
Peternakan Sapi Perah
I
Struktur Biaya dan Struktur Penenmaan
I
1
Penenmaan Usaha Penjualan Susu Penjualan Sapi dan Pedet Konsumsi Susu Oleh peternak Perubahan nilai kepemilikan temak
Biaya Total Biaya Variabel BiayaTetap
1
I
Analisis Pendapatan Analisis RfC rasio
v
Kesimpulan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Sudono (1999) usaha petemakan sapi perah di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan skala usahanya, yaitu perusahaan petemakan sapi perah dan petemakan sapi perah rakyat. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No : 362/KPTS/TN. 1201511990, usaha pertemakan sapi perah rakyat adalah usaha pertemakan yang memiliki total sapi perah di bawah 20 ekor dan perusahaan pertemakan sapi perah adalal~usalla pertemakan yang memiliki lebih dari 20 ekor sapi perah. Petemakan rakyat merupakan usaha yang dilakukan oleh rakyat disanping usaha taninya sehingga sifat pemeliharaanya masih ixadisional. Pemsahaan pertemakan mempakan petemakan yang diselenggarakan dalam suatu pemsahaan komersial dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sebesarbesarnya dan mempunyai izin usaha serta dalam proses produksinya telah menggunakan teknologi baru. Selain itu pada perusahaan petemakan biasanya telah menerapkan hasil penelitian terbaru atau inovasi. Pengembangan usaha petemakan sapi perah mempunyai dampak positif terhadap pembangunan petemakan di Indonesia karena dapat : (1) menghemat devisa negara; (2) menciptakan lapangan pekerjaan ; (3) meningkatkan pendapatan petani, dan (4) perbaikan gizi nasional. Hal ini didukung pula oleh Sudono (1999) yang menyatakan bahwa usaha petemakan memiliki prospek yang cerah karena berbagai faktor, yaitu; 1. Petemakan sapi perah adalah usaha yang paling tetap, fluktuasi harga, produksi dan konsumsi tidak begitu tajam; 2. Sapi perah mempakan temak yang paling efisien dalam merubah pakan menjadi protein dan kalori; 3. Memberikan jaminan dan pendapatan ( income); 4. Penggunaan tenaga kerja yang tetapltidak musiman sebagaimana pertanian;
5. Sapi perah dapat menggunakan berbagai jenis hijauan atau sisa-sisa hasil pertanian;
6. Kesuburan tanah dapat dipertahankan dengan memanfaatkan kotoran sapi perah sebagai pupuk
Ternak sapi perah yang telah banyak dipelihara adalah bangsa sapi perah Fries Hollaizd (FH). Bangsa sapi merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi susu. Suhu kritis untuk sapi FH adalah.27'~. Hal ini dikarenakan apabila suhu udara naik diatas suhu kritis akan menyebabkau makannya berkurang karena sapi akan kesulitan dalam melepaskan kelebihan panasnya. Sehingga akan berdampak terhadap menurunnya produksi susu (Sudono, 1999). Produksi Susu
Menurut Sudono dan Setiawan (2003) kemampuan sapi perah dalam memproduksi susu dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu :bangsa atau nunpun sapi, lama bunting, masa laktasi, besar sapi, estrus atau birahi, umur sapi, selang beranak, masa kering, kandang, frekuensi pemerahan, tatalaksana pemberian pakan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan produksi susu yang tinggi perlu keterampilan dan pengetahuan yang baik tentang tatalaksana petemakan sapi perah. Sudono (1999) mengatakan bahwa produksi susu sapi perah di Indonesia umumnya masih rendah, yaitu hasil susu rata-rata per ekor per hari adalah 10 liter dengan bangsa sapi Fries Holland (FH). Hasil penelitian Nurhayati (2000), menunjukan bahwa produksi susu yang dihasilkan di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung adalah 8 liter/ekor/hari untuk skala pemilikan temak sebanyak satu sampai tiga ekor betina dewasa. Aspek Teknis dalam Pemeliharaan Sapi Perah
Pemeliharaan sapi perah dalam rangka pengembangan usaha harus memperhatikan hal-ha1 teknis seperti pemilihan bibit, pemberian pakan, penyakit, perkandangan dan pemerahan susu (Sudono dan Setiawan, 2003). Bibit
Salah satu penentu dari keberhasilan sebuah usaha petemakan sapi perah adalah dari kualitas bibit sapi perah yang dipelihara. Menumt Sudono dan Setiawan (2003) ada beberapa ha1 yang harus diperhatikan dalam mempersiapkan bibit sapi perah, yaitu sebagai berikut : (1) Genetik atau ketu~unan.Sifat unggul yang dimiliki oleh tetua baik induk maupun pejantan akan menuiun kepada anaknya. Oleh karena itu, bibit sapi perah yang baik hams berasal dari induk yang memiliki produktivitas
tinggi dan dari pejantan yang unggul, ha1 ini dapat diketahui dengan menelusuri keterangan kedua tetua dan nenek moyangnya, (2) Bentuk ambing. Bentuk ambing sapi perah dapat menentukan kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan. Bentuk ambing yang baik adalah ambing yang besar, pertautan antar otot h a t dan memanjang sedikit kedepan, serta puting tidak lebih dari empat, (3) Penampilan. Secara keseluruhan bibit sapi harus proporsional, tidak kurus dan tidak terlalu gemuk, kaki berdiri tegak dan jarak kaki kanan dengan kaki kiri cukup lebar serta memiliki bulu yang menglulat, (4) Umur bibit. Umur bibit sapi perah betina yang ideal adalah 1,5 tahun dengan bobot badan sekitar 300 kg, sementara itu umur pejantan dua tahun dengan bobot badan sekitar 350 kg.
Pakan Sapi Pakan sapi perah adalah nunput dan kosentrat sebagai penguat. Pakan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kesehatan dari sapi perah, oleh karena itu peternak harus memperhatikan pemberian pakan terhadap sapi perah. Pemberian pakan sapi perah hams sesuai dengan bobot badan, kadar lemak susu dan produksi susunya terutama untuk sapi-sapi yang telah berproduksi. Kadar lemak sangat ditentukan oleh kandungan serat kasar dalam pakan. Pakan yang banyak mengandung hijauan aka11 menyebabkan kadar lemak susu tinggi dan pakan yang banyak mengandung kosentrat akan menyebabkan kadar lemak susu rendah (Sudono dan Setiawan, 2003). Salah satu faktor yang menentukan berhasilnya peternakan sapi perah adalah pemberian pakan. Sapi perah yang produksinya tinggi, bila tidak mendapatkan pakan yang cukup baik kuantitas maupun kualitasnya tidak akan menghasilkan susu yang sesuai dengan kemampuannya. Cara pemberian pakan yang salah dapat mengakibatkan penurunan produksi, gangguan kesehatan balkan dapat juga menyebabkan kematian. Selanjutnya dijelaskan untuk memenuhi kebutuhan seekor sapi laktasi dengan bobot badan 450 kg dengan produksi susu rata-rata 13 kg/hari dan lemak susu 3,5% dibutuhkan konsentrat 6,05 kg, rumput alam 20,75 kg dan rumput gajah 7,60 kg (Sudono, 1999). Penelitian Hidayat (2001) di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali, jumlah rata-rata pakan hijauan temak yang diberikan oleh peternak adalah 19,92 kg/ST/hari.
Konsentrat sebesar 2,71 kg/ST/hari, ubi kayu sebesar 3,14 kg/ST/hari, bekatul sebesar 0,84 kg kg/ST/hari dan ampas tahu sebesar 0,32 kg/ST/hari.
Penyakit Sapi Perah Seifert (1992) menyatakan bahwa sapi lokal di daerah tropis memiliki resistensi yang tinggi dengan bangsa produktif dari luar tidak saja terhadap infeksi melainkan juga terhadap faktor penyakit dan keracunan turnbuhan. Seifert (1992) menambahkan, untuk melawan wabah kontak dan wabah tanah bisa diproduksi vaksin-vaksin ampuh. Vaksin dengan kekebalan yang dihasilkannya dipengaruhi oleh gizi, pemeliharaan dan produksi tenlak masing-masing, dan tentu saja tidak lepas dari pengaruh-pengaruh genetiknya. Sebaliknya pada wabah vektor resistensi genotiplah yang memperkuat daya tahan temak atau pun bangsa di daerah tropis, jika manajemen usaha tidak mampu lagi menjauhkan pengaruh penyakit melalui usahausaha yang memadai @emberantasanvektor).
Kandang Kandang merupakan tempat berlindung bagi ternak. Jika dilihat dari peruntukannya, kandang sapi perah bisa dibagi menjadi lima jenis kandang: (1) Kandang pedet, umur 0-4 bulan; (2) Kandang sapi remaja atau pedet lepas sapih, umur 4-8 bulan; (3) kandang sapi dara, umur 8 bulan-2 tahun; (4) Kandang sapi dewasa atau masa produksi, umur lebih 2 tahun dan laktasi; dan (5) Kandang sapi kering kandang (Sudono dan Setiawan, 2003). Dalam pembuatan kandang ada beberapa ha1 yang hams diperhatikan, yaitu antara lain adanya ventilasi, sinar matahari yang cukup, kekeringan, konstruksi kandang, keamanan hewan, ukuran kandang dan bahan-bahan pembuat kandang seperti kerangka kandang, atap kandang lantai dan dinding kandang (Girisonta, 1983). Hasil penelitian Suhendar (2004) ba~lgunankandang sapi pada PT. Gurame Anugerah Tani terdiri dari enam kandang untuk sapi dewasa, muda dan dara serta satu kandang untuk pedet. Tipe kandang adalah tipe ganda dengan ukuran 6 x 24 m2 sebanyak tiga kandang dan 6 x 24 m2 satu kandang untuk kapsitas masing-masing kandang sebanyak 48 ST dan 56 ST untuk sapi dewasa. Dua kandang lainnya untuk sapi remaja dengan ukuran 4 x 18 m2 dan 4 x 10 m2 yang mempunyai kapasitas sebanyak 24 ekor dan 12 ekor. Kandang untuk sapi pedet yang belum lepas sapih di
bangun di dekat kandang induknya yang dibuat per individu dengan ukuran 1,25 x 1 m2 sebanyak 50 boks. Pemerahan Pada uinumnya sebelum sapi diperah, kandang tempat sapi perah hams dibersihkan dan dihilangkan dari bau-bauan, baik yang berasal dari kotoran maupun dari makanan atau hijauan yang berbau, karena air susu itu mudah sekali inenyerap bau-bauan yang dapat mempengruuhi kualitas air susu. Sapi yang akan diperah hendaknya pada bagian badan sekitar lipat paha dan bagian belakang dicuci atau dibersihkan untuk mencegah kotoran-kotoran yang menempel pada bagian-bagian tersebut jatuh dalam susu pada saat sapi itu diperah, sebelum ambing akan diperah hams dicuci terlebih dahulu dengan air hangat untuk inengurangi kontmninasi bakteri pada susu, disamping itu untuk menggertak keluarnya atau memancarnya susu sehingga memudahkan pemkrahan. Sapi yang diperah dua kali sehari dengan jarak waktu antar pemerahan sama akan sedikit sekali perubahan susunan susu tersebut dan jika sapi diperah empat kali sehari, kadar lemak akan sedikit tinggi pada besok paginya, yakni pada saat pemerahan pertama. Semakin sering sapi diperah, hasil susu akan naik dan meningkatnya produksi susu ini tergantung dari kemampuan sapi untuk berproduksi, pakan yang diberikan dan manajemen yang dilakukan oleh peternak. Umumnya sapi diperah dua kali sehari, pada pagi hari dan sore hari. Pemerahan yang dilakukan lebih dari dua kali sehari, biasanya dilakukan pada sapi-sapi yang berproduksi tinggi (Sudono, 1999). Analisis Biaya dan Pendapatan Dalam usaha tani dikenal dua inacam biaya, yaitu biaya tunai atau biaya yang dibayarkan dan biaya tidak tunai atau biaya yang tidak dibayarkan. Biaya yang dibayarkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga, biaya untuk pembelian input produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan, dan bawon panen. Kadang-kadang juga temasuk biaya untuk iuran pemakaian air dan irigasi, pembayaran zakat, dan lain sebagainya. Dalam usaha petemakan antara lain untuk biaya pengembalaan, biaya pernbelian pakan, biaya pembersihan kandang, dan jenis upah kegiatan laimya (Daniel, 2002).
Biaya total adalah pengeluaran yang ditanggung perusahaan untuk membeli berbagai macam input atau faktor-faktor yang dibutuhkan untuk keperluan produksinya (Mankiw, 2000). Menurut Hernanto (1996), biaya merupakan korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi, yang semula fisik kemudian diberikan nilai rupiah. Selanjutnya dikatakan korbanan dan atau biaya ini hams digunakan seefisien munglun agar membuahkan keuntungan yang optimal. Lipsey et al., (1995) memaparkan bahwa biaya bagi perusahaan yang kegiatannya memproduksi barang adalah nilai input yang digunakan untuk memproduksi outputnya. Selanjutnya dikatakan biaya total adalah seluruh biaya yang diperlukan untuk inenghasilkan sejumlah output tertentu. Daniel (2002) mengatakan bahwa biaya produksi adalah sebagai konpensasi yang diterima oleh para pernilik faktor-faktor produksi, atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai inaupun tidak tunai. Dalam analisis ekonomi, biaya diklasifikasikan kedalam beberapa golongan sesuai dengan tujuan spesifik dari analisis yang dikerjakan, yaitu sebagai berikut. (1) Biaya uang dan biaya in natura. Biaya-biaya yang berupa uang tunai, misalnya upall kerja untuk biaya persiapan atau penggarapan tanah, termasuk upah untuk temak, biaya untuk membeli pupuk dan pestisida, d m lain-lain. Sedangkan biaya-biaya panen, bagi hasil, sumbangan, dan munglun pajak-pajak dibayarkan dalam bentuk natura. (2) Biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan besamya produksi, misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, pupuk, dan sebagainya. (3) Biaya rata-rata dan biaya marginal. Biaya rata-rata adalah hasil bagi antara biaya total dengan jumlah produk yang dihasilkan. Sedangkan
biaya
marginal
adalah
biaya
tambahan
yang
dikeluarkan
petanilpengusaha untuk mendapatkan tambahan satu satuan produk pada suatu tingkat produksi tertentu. Rasio Penerimaan dan Biaya Rasio penerimaan dan biaya atau RJC me~upakanperbandingan antara penerimaan dengan biaya (Soekartawi, 2002). Menurut Hemanto (1996) R/C rasio ini menunjukan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang
dikeluarkan untuk memproduksi misalnya nilai FUC rasio 2,02 berarti untuk setiap rupiah yang diinvestasikan akan memberikan penerimaan sebesar Rp 2,02. Vidiayanti (2004) dalam penelitiannya diperoleh nilai FUC rasio atas biaya total sebesar 1,13. Hal ini berarti setiap rupiah yang dikeluarkan untuk biaya total pada usahaternak sapi perah tersebut akan menghasilkan peneriinaan sebesar Rp 1,13, demikian pula diperoleh nilai RJC rasio atas biaya tunai sebesar 1,56 yang menggambarkan keadaan bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan untuk biaya tunai pada usahaternak sapi perah tersebut akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,56.
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada usahatemak sapi perah di kawasan petemakan Kabupaten Bogor di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan kawasan peternakan sapi perah Kabupaten Bogor sebagai sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja @urpossive) dengan alasan bahwa kawasan petemakan tersebut merupakan daerah yang mengembangkan petemakan sapi perah di Kabupaten Bogor dan tentunya memiliki populasi sapi perah yang terbesar di Kecamatan Cibungbulang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2008.
Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah petemak sapi perah yang tergabung dalam suatu kawasan petenlakan sapi perah Kabupaten Bogor di Desa Situ Udik yang berjumlah 102 petemak. Sampel pengamatan diambil dengan menggunakan teknik pengambilan sampel equal probability. Pengamatan dilakukan pada 45 petemak yang merupakan anggota dari enam kelompok tani di lokasi penelitian.
Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus untuk mengkaji kondisi finansial usaha petemakan sapi perah yang tergabung dalam suatu kawasan petemakan sapi perah Kabupaten Bogor di Desa Situ Udik. Kondisi finansial yang diteliti meliputi pendapatan, tingkat pendapatan dan rasio penerimaan dengan biaya.
Data dan Instrumentasi Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data skunder. Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara langsung dan penyebaran kuisioner. Nazir (1 999) menyebutkan definisi wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sanbil bertatap muka dan menggunakan alat yang dinamakan inelview guide (panduan wawancara). Data sekunder akan dikumpulkan dari kantor kepala Desa Situ Udik, kantor koperasi KUNAK, dan literatur yang relevan.
Data primer yang dikumpulkan meliputi jumlah peternak sapi perah dan populasi sapi perah di lapangan, modal investasi yang terdiri dari (biaya pembuatan kandang, peralatan, pembelian bibit sapi perah, mesin pengolahan pakan, pompa air, dan lahan yang digunakan), modal kerja (pakan, obat-obatan, air dan tenaga kerja), produksi (susu dan daging dari sapi afkir), dan harga jual output. Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan adalah data tentang keadaan umum dan profil Desa Situ Udik, populasi sapi perah dan produksi susunya, jumlah penduduk dan data penunjang lainnya. Analisis Data Analisis Deskriptif
Analisis Deskriptif digunakan untuk menjelaskan gambaran tentang kondisi umum daerah penelitian, karakteristik peternak, sistem pemeliharaan dan beberapa ha1 yang dibutuhkan dalam usaha petemakan sapi perah di kawasan petemakan sapi perah Kabupaten Bogor di Desa Situ Udik Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio)
Analisis ini dapat menunjukan besamya penerimaan yang diperoleh peternak akibat per rupiah uang yang dikeluarkan untuk usahatemaknya. Adapun rumus RIC Rasio sebagai berikut:
Keterangan: TR = Total Penerimaan TC =Total Biaya
Analisis Pendapatan
Analisis pendapatan ini dihitung berdasar selisih anatara penerimaan total (Total Revenue) dengan biaya total (Total Cost). Rumus pecdapatan adalah sebagai berikut: iz
= TR-TC
Kriteria yang digunakan:
1. n > 0 maka untung 2. n < 0 maka rugi
3. z = 0 maka impas
Batasan Istilah 1. Kawasan petemakan
sapi perah Kabupaten Bogor meiupakan lokasi
dilaksanakannya penelitian. 2. Analisis finansial adalah analisis pendapatan usaha yang bertujuan untuk
mengetahui besamya pendapatan dan rasio penenmaan terhadap biaya di lokasi penelitian. 3. Usaha petemakan sapi perah adalah semua kegiatan produksi usaha petemakan
sapi perah dengan tujuan untuk menghasilkan susu. 4. Produksi susu adalah jumlah susu yang dihasilkan oleh sapi-sapi laktasi yang ada
di petemakan sapi perah di lokasi penelitian. 5. Biaya produksi adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan oleh petemakan di lokasi
penelitian untuk menghasilkan sejumlah output. 6. Penenmaan usaha adalah hasil produksi susu baik yang dijual ataupun yang
dikonsumsi sendin serta penjualan sapi induk, dara, pedet dan feses. 7. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan usaha yang didapat dengan biaya
produksi yang dikeluarkan oleh petemakan sapi perah di lokasi penelitian. 8. RlC rasio adalah besarnya penenmaan yang diperoleh akibat satu rupiah biaya
yang dikeluarkan untuk usaha petemakan.
KEADAAN UMUM LOKASI Desa Situ Udik Kawasan petemakan sapi perah Kabupaten Bogor terletak di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang. Desa Situ Udik seluas 370.150 Ha ini berbatasan dengan Desa Situ Ilir Cibungbulang disebelah utara, Desa Pasarean Pamijahan di sebelah selatan, Desa Cimayang Pamijahan disebelah barat dan disebelah timur berbatasan dengan Desa Karacak Leuwiliang. Desa Situ Udik sebagian besar memiliki topografi berupa dataran dan hanya 71 Ha yang merupakan perbukitanlpegunungan. Desa yang memiliki curah hujan rata-rata per tahun sebesar 3009 mm dengan keadaan suhu rata- rata 19' C serta berada pada ketinggian 460 meter diatas permukaan laut ini sangat cocok untuk budidaya sapi perah. Mata pencaharian warga Desa Situ Udik yang berjumlah 13.668 jiwa (Monografi Desa Situ Udik, 2008) sebagian besar berada disektor pertanian tanaman pangan (sawah, kebun dan ladang). Kawasan Peternakan Sapi Perah (KUNAK) Kawasan petemakan sapi perah selanjutnya disebut dengan KUNAK merupakan suatu kawasan yang terletak di Desa Situ Udik dan merupakan lokasi peternakan sapi perah yang dihuni oleh 102 peternak sapi perah. Peternak sapi perah di KUNAK dibagi menjadi enam kelompok tani yaitu kelompok tani Tertib, Segar, Bersih, Indah, Aman dan Mandiri. Jumlah peternak pada kelompok tani tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah populasi petemak di KUNAK (Agustus 2007-Juli 2008) Kelompok Tani
Jumlah Peternak
Sampel
TERTIB
18
7
SEGAR
21
7
BERSIH
19
9
INDAH
18
9
AMAN
14
7
MANDIRI
12
6
JUMLAH
102
45
Objek penelitian adalah 45 petenlak dari 102 petemak yang berada di KUNAK. Sebagian besar petemak memiliki tenaga kerja luar keluarga dan tidak
mengikutsertakan pemilik temak dalam inemelihara temak sapi perah. Jumlah tenaga kerja dari 45 peternak adalah 74 orang, 12 orang diantaranya adalah tenaga kerja dalam keluarga yang tidak memiliki tenaga kerja luar keluarga dan 62 orang adalah tenaga kerja luar keluarga. Setiap tenaga kerja akan menangani satu kandang dengan jumlah temak 8-13 temak sapi perah.
HASIL DAN PEMBAHASAN Bangsa dan Populasi Sapi Perah Sapi perah yang dipelihara di Kawasan Usaha Peternakan Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor (selanjutnya disebut KUNAK) adalah sapi perah peranakan Fries Holland. Populasi sapi perah dari 45 peternak di KUNAK pada pertengahan tahun 2007 sampai dengan pertengahan tahun 2008 ditunjukan oleh Tabel 2. Tabel 2. Populasi Ternak Sapi Perah 45 Peternak di KUNAK Ternak Sapi Laktasi Kering Kandang Dara Pedet Jantan Muda Jantan Dewasa Jurnlah
Agustus 2007 Ekor ST % 392 392.00 63.35 55 55.00 8.89 150 75.00 12.12 103 25.75 4.16 96 48.00 7.76 23 23.00 3.72 819 618.75 100.00
Juli 2008 Ekor ST % 458 458.00 71.81 87 87.00 13.64 94 47.00 7.37 55 13.75 2.16 26 13.00 2.04 19 19.00 2.98 739 637.75 100.00
Sapi laktasi merupakan jumlah ternak sapi terbanyak dari 45 peternak di KUNAK. Persentase rata-rata sapi laktasi selama setahun dari bulan Agustus 2007 sampai dengan bulan Juli 2008 adalah 68,lO persen. Persentase sapi laktasi merupakan faktor terpenting dan tidak dapat diabaikan dalam tatalaksana yang baik dalam suatu menjamin pendapatan peternak (Sudono, 1999). Persentase sapi perah yang baik adalah yang mempunyai sapi laktasi sebanyak lebih dari 60 persen. Berdasarkan Tabel 2, kepemilikan awal ternak sapi perah pada bulan Agustus 2007 sebanyak 618,75 ST kemudian meningkat menjadi 637,75 ST pada bulan Juli 2008. Hal ini disebabkan adanya peningkatan ternak sapi laklasi yaitu dari 392 ST menjadi 458 ST. Peningkatan jumlah ternak juga terjadi pada sapi kering kandang yaitu dari 55 ST menjadi 87 ST. Sapi dara mengalami penurunan sebanyak 28 ST. Hal ini karena sapi dara tersebut sudah bemmur lebih dari dua tahun sehingga masuk kedalam golongan sapi induk. Sapi pedet mengalami penurunan sebanyak 12 ST dan sapi jantan muda turun sebanyak 35 ST. Ada dua faktor yang menyebabkan penurunan ini yaitu terjadi perubahan usia sapi sehingga tidak tergolong lagi dalam
golongan pedet dan adanya barter yang dilakukan oleh para petemak dari pedet menjadi induk. Barter yang dilakukan oleh para peternak adalah menukar tiga ekor pedet betina dan atau dua ekor jantan muda menjadi satu ekor sapi induk. Peternak mempunyai 23 ST sapi jantan dewasa diawal tahun penelitian dan mengalami penunman menjadi 19 ST diakhir tahun penelitian. Sapi jantan tersebut dipelihara untuk dijual pada hari besar Idul Fitri dan Idul Adha. Peternak menggunakan teknik Inseminasi Buatan (IB) dalam perkawinan. Pemeliharaan jantan muda akan menarnbah beban biaya pakan sehingga tidak efisien jika peternak di KUNAK tetap memeliharanya. Pemasaran dan Produksi Susu Produksi susu mencakup susu yang dijual, diberikan ke pedet serta yang diminum oleh peternak. Produksi susu yang dihasilkan oleh 45 peternak di KUNAK selama setahun sebanyak 1.967.901,75 liter. Rata-rata produktivitas ternak sapi adalah 12,69 literlekorihari. Berdasarkan penelitian Hertika (2008) di perusahaan X Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor, jumlah produksi susu di perusahaan tersebut mencapai 14,99 liter/ekor/hari. Hal ini menunjukan produksi susu di KUNAK masih lebih rendah dibandingkan perusahaan X. Susu yang telah diperah dijual dengan harga Rp 2.600,OO per liter. Tenaga kerja (supir) mengantar susu setiap pagi dan sore ke koperasi yang letaknya masih berada di kawasan petemakan Cibungbulang. Selanjutnya akan disetorkan ole11 koperasi ke koperasi pusat yang masih berada di Kabupaten Bogor. Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Sapi Perah Perkandangan Sistem pemeliharaan yang dilakukan oleh 45 petemak di KUNAK adalah sistem intensif. Sapi dikandangkan terus menerus setiap hari. Kandang yang dibangun berfungsi untuk melindungi ternak sapi perah dari hujan, angin, terik matahari, pengaruh buruk lingkungan dan berfungsi juga sebagai tempat istiral~at. Kandang yang dibuat adalah kandang yang permanen dengan lantai yang terbuat dari semen cor. Ballan pembuatan lantai sangat berpengaruh terhadap kesehatan ternak, terutama sapi perah. Jika lantai basah atau terlalu lembab maka akan terkena resiko
penyakit. Oleh karena itu, petemak di KUNAK membuat kandang dengan lantai miring beberapa derajat agar feses, urine maupun sisa makanan langsung mengalir ke parit-pariUsaluran pembuangan yang terdapat di pinggir kandang. Dinding kandang terbuat dari tembok setinggi kurang lebih 250 cm. Peternak tidak membedakan antara tinggi kandang untuk pedet, dara maupun induk sapi. Atap kandang menggunakan asbes. Tipe kandang yang digunakan adalah tail to tail, tipe ini memudahkan tenaga kerja dalam membersihkan kandang. Perkawinan
Cara perkawinan yang dilakukan peternak di KUNAK adalah sistem perkawinan inseminasi buatan (IB) atau kawin suntik. Cara tersebut digunakan karena dianggap lebih praktis dan efisien jika dibandingkan dengan memelihara dan menggunakan pejantan untuk kawin alarni. Rata-rata setvice per conception sapi perah di KUNAK adalah kurang dari 2,OO. Menurut Sudono (1999), untuk di Indonesia service per conception yang baik adalah kurang dari 2,OO. Sedangkan untuk selang beranak sapi perah di KUNAK berkisar antara 12 sampai 15 bulan, Sudono dan Setiawan (2003) menyatakan bahwa jika selang beranak diperpanjang sanpai 450 hari (15 bulan), maka akan meningkatkan produksi susu sebesar 3,s persen, tetapi jika dilihat dari segi ekonomi maka akan merugikan dibandingkan dengan biaya makanan yang diberikan. Tenaga Kerja
Pengunaan tenaga kerja di kawasan petemakan ini ada yang dikerjakan oleh tenaga kerja luar keluarga dan dalam keluarga. Dalam satu kandang berkapasitas 813 ekor biasanya ditangani satu sampai dua orang tenaga kerja. Petemak sapi perah di kawasan petemakan sapi perah ini lnempercayakan sepenuhnya kepada para tenaga kerja yang bekerja padanya, tetapi ada juga petemak yang menangani usahatemak sendiri. Menurut Sudono (1999) untuk efisiensi penggunaan tenaga kerja, seorang tenaga kerja dapat menangani enam sampai tujuh ekor sapi dewasa. Dari hasil pengamatan di lapang terhadap 45 peternak, total pekeja ada sebanyak 74 orang, terdiri dari 12 orang tenaga kerja dalam keluarga dan 62 orang tenaga kerja luar keluarga yang menangani sapi perah atau satu orang pekerja dapat menangani 8,38
ST atau 10 sampai 11 ekor dengan komposisi umur ternak seperti pada tabel 2. Selain menangani sapi perah, para tenaga keja ini sekaligus bertugas mengantar susu ke koperasi, memesan konsentrat dan inelaporkan hasil usahatemaknya kepada pemilik temak. Tugas tersebut ditrunbah dengan membersihkan kandang, memandikan sapi, memerah susu, memberi pakan, memelihara pedet, mengamati keadaan sapi birahi, mengelola dan mengambil nunput lapang serta rumput gajah untuk kebutuhan sapi perah. Penggunaan waktu yang diperlukan tenaga kerja dalam melakukan kegiatan usaha ternak dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jenis Kegiatan dan Waktu Tenaga Keja Jenis Kegiatan
Waktu ('janl)
Membersihkan kandsu~g
l,50
Mernandikan sapi
1.50
Meniberi makan dan niiilum sapi
2,25
Meinera11 susu
2,50
Mencari dan inemotong iumput
4,50
Jellis kegiatan yang menyita waktu paling banyak yaitu kegiatan mencari dan memotong rumput. Rumput yang tersedia disekitar peternakan terkadang tidak mencukupi sehingga hams mencari keluar peternakan. Waktu yang diperlukan untuk kegiatan mencari dan memotong rumput yaitu 4,5 jam oleh seorang pekejalhai. Kegiatan membersihkan kandang, membersihkan sapi daii membersihkan peralatan susu dilakukan secara berturut-turut sebelum pemerahan, kegiatan ini dilakukan dua kali sehari. Fungsinya untuk mencegah sapi dari penyakit juga menghindari masuknya kotoran kedalam susu. Membersihkan kandang dan peralatan susu meliputi membersihkan lantai dari kotoran dan sisa-sisa makanan sapi, membersihkan tempat makan dan minum sapi juga membersihkan mik can. Tenaga k e j a umumnya menggunakan sapu lidi, sekop dan semprotan dari selang air. Lantai disapu dan dibersihkan, kemudian limbah tersebut dibuang dan dialirkan ke pant yang terdapat dalam kandang. Pencacatan (Reco~.dii~g)
Pencacatan yang lengkap perlu dilakukan, pencacatan befingsi untuk melihat keadaan temak sapi dilihat dari produksi, kesehatan, reproduksi dan yang berhubungan dengan menajemen usahatemak seperti data penjualan (susu, tenlak sapi), data pembelian dan transaksi keuangan. Hal ini penting dala~nmemperkirakan keuntungan ataupun jika ada kemgian yang terjadi, tetapi petemak di KUNAK belum memperhatikan ha1 tersebut. Pencacatan pada aspek penjualan dan transaksi keuangan yang dilakukan oleh petemak masih belum seinpurna. Adapun pencacatan kesehatan dilakukan ole11 dokter hewan yang bekerja di kawasan petemakan tersebut.
Penanganan Limbah Petemak menampung feses dan sisa makanan dari kandang dalam satu bak tampung yang sama, tidak ada ukuran standar yang digunakan untuk bak tampung tersebut, setiap kandang bervariasi ukurannya mulai dari tiga sampai lima meter persegi. Limbah tersebut selanjutnya dibuang ke kebun nunput untuk dijadikan pupuk. Keterbatasan lahan menyebabkan petemak belum dapat mengolah limbah untuk menambah pendapatan.
Kesehatan Ternak Upaya pemeliharaan kesehatan temak dilakukan oleh dua orang dokter hewan yang tinggal di kawasan petemakan sapi perah. Dokter hewan ini selalu bergantian bertugas, mereka biasanya sangat berperan sebagai paramedis dan inseminator. Dalam penanganan penyakit, pemerintah juga berperan dengan mewajibkan pemberian vaksin setiap setahun sekali. Pemberian vaksin ada dua jenis yaitu vaksin antraks serta vaksin untuk penyakit kuku dan mnulut, vaksinasi dilakukan ke setiap temak yang berguna untuk mencegah wabah penyakit menular tersebut. Dalam satu tahun pengamatan, penyakit yang menyerang petemakan sapi perah di KUNAK tidak terlalu mewabah, hanya ditemukan tiga kasus penyakit mastitis. Hal ini karena langsung ditangani oleh dokter bewan. Mastitis adalah reaksi peradangan jaringan ambing yang dapat disebabkan oleh kuman, zat kimia, luka termis @akar) ataupun luka karena mekanis. Peradangan ini menyebabkan protein dalam darah dan sel-sel darah putih di dalam jaringan ambing (Sudono,1999).
Pakan dan Air Minum
Pakan temak merupakan bagian terpenting dari usaha petemakan sapi perah. Pakan yang diberikan dalam petemakan sapi perah di daerah KUNAK ini terdiri dari hijauan dan konsentrat. Hijauan yang diberikan pada sapi perah di KUNAK adalah rumput gajah dan rumput lapang. Rumput ini diambil dari lahan sendiri yang terdapat di sekitar kandang. Akan tetapi, jika m p u t dari sekitar petemakan habis maka rumput tersebut dibeli dari luar. Selain hijauan sapi perah yang berada di KUNAK juga diberi pakan penguat yaitu konsentrat yang dibeli dari KPS Bogor. Pemberian pakan hijauan berupa rumput gajah dipeternakan ini dengan cara cut and carty dimana m p u t gajah dibawa ke kandaiig namun sebelumnya nunput dicacah terlebih dahulu, sedangkan rumput lapang tidak dicacah. Pemberian rumput ini dilakukan dua kali sehari setelah pemerahan, sementara konsentrat diberikan sebelum pemerahan. Pakan hijauan berupa rumput lapang dan atau rumput gajah yang diberikan sebanyak 33,92 Kg/STihari, sedangkan untuk konsentrat terdiri dari ampas tahu dan konsentrat jadi dari KPS. Konsentrat KPS dibeli dari koperasi yang letaknya di KUNAK, begitu juga dengan ampas tahu. Komposisi konsentrat jadi terdiri dari bunglul kelapa, jagung giling, onggok, dedak padi, pollard, mineral dan vitamin. Konsentrat jadi diberikan pada sapi induk, dara dan pedet sebesar 5,45 Kg/ST/hari, sedangkan untuk anlpas tahu diberikan untuk hanya untuk sapi induk sebesar 2,13 KglSTihari. Ketersediaan air bersih sangat penting bagi sebuah petenlakan. Tenaga kerja memberikan air minum ad libitum (tak terbatas). Hal ini disebabkan susu yang
,
dihasilkan 87 persen berupa air dan sisanya bahan kering, sehingga sebaiknya sapi diberi minum setiap saat (ad libitum) (Sudono dan Setiawan, 2003). Didukung pula dengan mudahnya mendapatkan air dari mata air pegunungan di wilayah Cibungbulang. Biaya Usahaternak
Komponen biaya usahatemak terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap selama periode penelitian (satu tahun). Total biaya variabel dan biaya tetap masingmasing yaitu Rp 2.018.797.386 dan Rp 2.324.917.833. Total biaya yang dikeluarkan per bulan oleh 45 petemak di KUNAK adalah sebesar Rp 361.976.268. Sedangkan
biaya yang dikeluarkan untuk memelihara satu ekor sapi laktasi sebesar Rp 10.250.655 per tahun. Komponen biaya dalam satu tahun dapat dilihat pada Tabel 5. Jenis pakan yang diberikan kepada semua temak sapi perah diatas umur tiga tahun kecuali jantan dewasa adalah konsentrat jadi KPS. Biaya pakan dalam satu tahun dengan pembelian konsentrat jadi sebesar 1.130.903,61 Kg adalah Rp 1.752.900.596. Harga konsentrat jadi adalah Rp 1.550 per kilogram. Pemberian ampas tahu hanya diberikan untuk sapi induk saja, harga ampas tahu Rp 500 per kilogram. Biaya pembelian
ampas tahu
sebesar 378.258,18 Kg
adalah
Rp 189.129.090. Sedangkan untuk biaya pakan hijauan sebesar 7.574.251,20 Kg sudah te~masukdalam biaya tenaga kerja. Total biaya petemakan sapi perah dari 45 petemak di KUNAK adalah sebesar Rp 24.089.684.175. Petemak di KUNAK menggunakan sistem IB dalam perkawinan induk sapi perah. Pelaksanaan IB dilakukan oleh dokter hewan. Straw yang digunakan adalah straw yang dibawa oleh dokter hewan tersebut dan dibeli oleh petemak seharga
Rp 20.000 per straw belum termasuk jasa dokter hewan. Biaya yang dikeluarkan untuk IB dan kesehatan adalah Rp 25.000 per bulan dan Rp 4.5000 per bulan jika peternak melakukan IB atau ada temak yang melahirkan. Tabel 4. Penggunaan Pakan di KUNAK Agustus 2007-Juli 2008 Jenis Pakan Konsentrat Jadi Ampas Tahu
Jurnlah Pemberian (Kg)
Total (Rp)
1.130.903,61
1.752.900.596
378.258,18
189.129.090
Tabel 5. Komponen Biaya Usahatemak Petemak di KUNAK Juinlah
Komponen Biaya RP
%
Biaya Variabel
Pakan
1.942.029.686
44.7 1
IB dan Obat-obatan
16.380.000
0.38
Perlengkapan
21.437.500
0.49
Air
10.800.000
0.25
Listrik
28.150.200
0.65
Transportasi
258.750.000
5.96
Penyusutan Bangunan
160.500.000
3.69
Penyusutan Peralatan
25.905.333
0.60
Penyusutan Temak
129.375.000
2.98
Penyusutan Kendaraan
154.000.000
3.55
598.800.000
13.79
99.800.000
2.30
- Bonus
217.387.500
5.00
- Sembako
260.400.000
5.99
360.000.000
8.29
60.000.000
1.38
4343715219
100.00
Biaya Tetap
Tenaga Kerja Luar Keluarga
- Gaji Pokok
- TFIR
Tenaga Kerja Dalam Keluarga
- Gaji Pokok - THR Total Biaya Total Biaya per ekor sapi laktasi
10.250.655
Gaji tenaga kerja dalam keluarga untuk pemilik Rp 2.500.000 per bulan. Dari 45 petemak yang menggunakan tenaga kerja dalam keluarga hanya 12 petemak, petemak tersebut hanya memiliki satu kandang dan ju~nlahtemaknya berkisar antara 8 sampai 13 ekor. Sehingga biaya untuk tenaga kerja dalam keluarga ini adalah Rp 288.000.000 setahun. Gaji pokok tenaga kerja luar keluarga di KUNAK berkisar antara Rp 600.000 -Rp 900.000 per bulan. Perbedaan gaji berdasarkan kebijakan dari peinilik temak. Biaya seluruh tcnaga kerja luar keluarga dengan rata-rata Rp 804.838,70 per bulan per orang adalah sebesar Rp 598.800.000 setahun. Total persentase tenaga kerja (dalam dan luar keluarga) adalah kedua terbesar setelah biaya pakan yaitu sebesar 36,75 persen. Menurut Sudono (1999), biaya tenaga kerja merupakan biaya produksi terbesar kedua setelah biaya pakan yaitu 20-30 persen, ha1 ini disebabkan oleh karakter pemilik yang mementingkan kesejahteraan tenaga kerjanya.
Bonus yang diberikan oleh pemilik kepada pekerja adalah berupa uang yang besarnya tergantung kinerja dari pekerja. Hasil pengamatan menunjukan bahwa ratarata bonus yang diberikan kepada tenaga kerja luar keluarga adalah Rp 3.506.250 per orang dalam satu tahun. Bonus ini merupakan tambahan karena setiap pekerja bertanggung jawab penuh terhadap ternak sapi perah mulai dari proses melahirkan sampai dengan keamanan kandang. Sembako diberikan setiap bulan berupa beras dan uang tunai untuk membeli lauk pauk dan kebutuhan rumall tangga lainnya, jika di konversi dalam rupiah, maka jumlah uang sembako adalah sebesar Rp 350.000 per orang per bulan. Biaya komponen tenaga kerja yang termasuk ke dalam biaya tetap adalah Tunjangan Hari Raya (THR), gaji tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga. Gaji tenaga kerja dalam keluarga termasuk biaya tetap tidak tunai, dan ikut mengelola temak adalah pemilik ternak itu sendiri. Sedangkan THR merupakan biaya tetap tunai yang diberikan kepada tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga dan nilainya adalah dua kali gaji pokok. Perlengkapan mempunyai daya tahan kurang dari satu tahun. Biaya perlengkapan yang dikeluarkan selama satu tahun periode penelitian adalah Rp 21.437.500. Perlengkapan terdiri dari sepatu boot, sikat, sapu lidi, saringan kain, perlengkapan kesehatan, ember plastik, vaselin, d m lap. Perlengkapan kesehatan terdiri dari desinfektan, yodium tincture dan sarung tangan. Persentase biaya air adalah 0,25 persen. Rata-rata biaya air yang dikeluarkan sebesar Rp 20.000 per bulan per petemak. Biaya air ini sangat murah karena menggunakan air alami dan tidak menggunakan fasilitas dari PDAM. Transportasi digunakan untuk mengirim susu ke koperasi dan atau membeli pakan konsentrat jadi dan ampas tahu. Rata-rata biaya transportasi per bulan adalah sebesar Rp 21.562.500, sudah termasuk untuk mengangkut pakan dari koperasi ke kandang dan perawatan alat transportasi. Bagi petemak yang tidak memiliki kendaraan, maka biaya transportasi tersebut adalah biaya sewa untuk kebutuhan usahatemaknya. Alat transportasi yang digunakan oleh peternak adalah mobil jenis pick tip sebanyak 22 kendaraan. Kendaraan-kendaraan ini dibeli dengan harga rata-rata untuk semua kendaraan adalah Rp 110.000.000per buah dengan umur ekonomis selama 10
tahun dan nilai sisa sebesar Rp 40.000.000, jadi penyusutan kendaraan petemak di
ICUNAK selama satu periode (satu tahun) penelitian adala Rp 154.000.000. Tabel 6. Jenis dan Penyusutan Peralatan Jumlah
Selang
1120
Total Harga
7.840.000
Umur
Penwsutan
2
3.920.000
Sikat Kawat Tambang Arit Sekop Cangkul Ember Stainless Steel
Milk Can Pemotong Knku Literan
Peralatan adalah investasi alat yang mempunyai umur pakai lebih dari satu tahun. Nilai penyusutan yang paling kecil adalah penyusutan peralatan sebesar 0,60 persen (Tabel 6). Penyusutan peralatan pada 45 petemak di KUNAK dalam satu tahun adalah sebesar Rp 25.905.333. Umur ekonomis dari peralatan yang digunakan berkisar antara 2-10 tahun. Penyusutan temak yang dihitung adalah hanya untuk induk yang sudah berumur 7 tahun, umur ekonomis induk adalah 10 tallun. Total penyusutan adalah sebesar Rp 129.375.000 atau 2,98 persen dari seluruh biaya usahatemak. Jumlali kandang dari 45 petemak di KUNAK berjumlah 72 buall. Peternak tidak membedakan kandang induk dengan kandang pedet, sapi induk dengan sapi pedet berada pada kandang yang sama, hanya saja diberikan sekat dengan menggunakan kayu sebagai pembatas antara sapi induk dengan sapi pedet. Usia ekonomis untuk setiap kandang adalah 15 tahun. Total penyusutan kandang adalah
Rp 96.000.000 selama satu tahun. Selain kandang, petemak juga mempunyai bangunan gudang dan tempat tinggal pekerja. Usia ekonomis gudang adalah 15 tahun dengan jumlah gudang sebanyak 45 buah. Total penyusutan untuk gudang adalah
Rp 19.500.000 per tahun. sedangkan usia ekonomis untuk tempat tinggal pekerja sebanyak 45 buah adalah 10 tahun dengan penyusutan dalam satu tahun sebesar Rp 45.000.000. Sehingga total penyusutan bangunan dalam satu tahun adalah sebesar Rp 160.500.000. Penerimaan Penerimaan dibagi atas penerimaan tunai dengan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai terdiri dari penjualan susu dan penjualan temak, sedangkan penerimaan tidak tunai meliputi susu yang dikonsumsi oleh pemilik dan tenaga kerja, serta perubahan nilai temak. Total penerimaan 45 petemak yang diteliti di KUNAK selmna setahun adalah sebesar Rp 6.003.415.050. Penerimaan dalam satu tahun untuk memelihara satu ekor sapi laktasi sebesar Rp 14.167.351 per tahun. Komponen penerimaan dapat dilihat pada Tabel 7. Penjualan temak sapi perah selama satu tahun periode penelitian (Agustus 2007-Juli 2008) berjumlah 133 ekor, antara lain induk 43 ekor, jantan nluda 42 ekor, dara 23 ekor, pedet 21 ekor dan jantan dewasa 4 ekor. Penjualan induk, jantan muda, dara,
pedet
dan jantan
dewasa
berturut-turut
adalah
Rp
333.250.000;
Rp 163.800.000; Rp 166.060.000; Rp 45.160.500; dan Rp 46.000.000. Harga pedet berkisar antara Rp 1.700.000 -2.200.000 per ekor, sedangkan kisaran harga jual sapi induk adalah Rp 6.500.000-Rp 8.500.000 per ekor. Berdasarkan Tabel 6, komponen penerimaan terbesar adalah dari penjualan susu yaitu 79,80 persen. Penerimaan terkecil merupakan penenmaan tidak tunai berupa peiubahan nilai temak sebesar Rp 132.600.000 atau hanya 2,21 persen. Perubahan nilai temak adalah selisih antara nilai ternak pada akhir tahun periode penelitian (Juli 2008) dengan nilai awal tahun periode penelitian (Agustus 2007), nilai temak dihitung dengan inengalikan stok temak dengan harga temak. Peubahan nilai temak yang terjadi di 45 petemak di KUNAK sebesar Rp 132.600.000. Tabel 6. Komponen Penerimaan Usahatemak Agustus 2007-Juli 2008 Komponen Penerimaan
Jumlah RP
%
Penerimaan Tunai
27
1. Penjualan Susu 2. Penjualan T e n d Penerimaan Tidak Tunai 1. Susu yang di Konsurnsi
325.622.570
5.42
2. Perubahan Nilai Temak
132.600.000
2.21
6.003.415.050
100.00
Total Penerimaan Total Penerimaan Per ekor Sapi Laktasi
14.167.351
Perubahan yang negatif adalah pada sapi pedet, jantan muda, dara dan jantan dewasa. Penurunan kepemilikan sapi pedet dan jantan muda dipengaruhi oleh dua tiga faktor. Pertama, petemak menjual sapi pedet dan jantan muda untuk keperluan pribadi; kedua, petemak menukar (barter) pedet dan jantan muda dengan induk kepada petemak yang lain, tiga ekor pedet ditukar dengan satu ekor induk laktasi; ketiga, temak mengalami pertambahan usia, sehingga sudah masuk ke kelompok sapi induk. Penurunan sapi dara karena dua faktor. Pertama, petemak menjualnya dan kedua, perubahan usia temak sapi dara sehingga masuk ke kelompok sapi induk. Sedangkan penurunan kepemilikan untuk sapi jantan kerena dijual. Perubahan total kepemilikan temak bemilai negatif karena terjadi penuiunan kepemilikan pada temak-temak muda. Harga temak sapi muda lebih murah dibandingkan sapi induk, sehingga perubahan nilai temak dalam satuan rupiah tetap menunjukan angka yang positif.
Tabel 7. Perubahan Nilai Ternak Agustus 2007-Juli 2008 Awal
Akhir
Perubahan
(ekor)
(ekor)
(ekor)
Pedet
103
55
(48)
(84000000)
Jantan Muda
96
26
(70)
(2 10000000)
Dara
150
94
(56)
(280000000)
Laktasi
392
458
66
Temak Sapi
Jumlah (Rp)
508200000
Kering Kandang
55
87
32
246400000
Jantan Dewasa
23
19
(4)
(48000000)
Juinlah
819
739
(80)
132600000
Keterangan : Nilai dalam ( ) menunjukan nilai yang negatif
Berdasarkan Tabel 8, rata-rata penjualan susu setiap hari adalah 5048,39 liter, sedangkan untuk rata-rata susu yang dikonsumsi pedet setiap hari adalah 292,58 liter perhari atau sebanyak sebesar 3,43 liter per ekor per hari. Pedet yang diberikan susu adalah yang berumur kurang dari empat bulan. Rata-rata susu yang dikonsumsi oleh penlilik dan tenaga kerja adalah 50,54 liter per hari. Pemilik mengizinkan tenaga kerja untuk meminum susu. Susu yang dikonsumsi tenaga kerja berkisar 0,5-0,9 liter per orang per hari. Tabel 8. Perincian Penggunaan Susu Agustus 2007-Juli 2008 Uraian
Jumlah (liter)
A. Dikonsumsi 1. Pedet
106793.05
2. Pemilik dan Tenaga Kerja
18446.40
B. Dijual
1842662.30
Total
1967901.75
Pendapatan Pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan biaya yang telah dikeluarkan. Total pendapatan dari 45 petemak di KUNAK selama periode penelitian dani bulan Agustus 2007 sampai Juli 2008 sebesar Rp 1.659.699.831. Rata-rata pendapatan per bulan adalah Rp 138.308.319,3. Sedangkan pendapatan rata-rata untuk memelihara satu ekor sapi laktasi dalam satu tahun sebesar Rp 3.916.696. Jika melihat dari total pendapatan maka keputusan peternak untuk menjalankan usahaternak sapi perah di kawasan petemakan sapi perah Cibungbulang ini sudah tepat. Total pendapatan usal~atemakselama satu tahun dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Tingkat Pendapatan Petemak KUNAK Agustus 2007 -Juli 2008
Uraian
Jumlah (Rp)
A. Penerimaan
Tunai Tidak Tunai Total A
5.545.192.480 458.222.570 6.003.415.050
B. Biaya Variabel
2.018.797.386
Tetap
2.324.917.833
Total B
4.343.715.219
Pendapatan (A - B) Pendapatan per ekor sapi laktasi
1.659.699.831 3.916.696
Rasio Penerimaan dengan Biaya Nilai rasio penerimaan total (penjualan temak, penjualan susu, susu yang dikonsumsi dan perubahan nilai ternak) dengan biaya total dari 45 petemak di KUNAK sebesar 1,38. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa setiap satu rupiah yang digunakan untuk kegiatan usaha akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,38. Batas besaran RJC terkecil adalah satu. Jadi secara umum usahaternak sapi perah di KUNAK dari 45 peternak sudah dikatakan menguntungkan. Nilai RIC untuk peneriinaan hanya dari susu (kecuali yang dikonsumsi) adalal~ 1,lO. Hal ini menunjukan bahwa peternak akan mendapat keuntungan walau penenmaan hanya dari penjualar. susu.
KESlMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Total biaya variabel dan biaya tetap yang dikeluarkan oleh 45 petemak di kawasan
pete~nakan sapi perah
Kabupaten
Bogor masing-masing yaitu
Rp 2.018.797.386 dan Rp 2.324.917.833. Total penerimaan tunai sebesar Rp 5.545.192.480 dan total penerimaan tidak tunai sebesar Rp 458.222.570, sehingga total pendapatan usahatemak adalah sebesar Rp 1.659.699.831. Pendapatan yang diperoleh untuk memelihara satu ekor sapi laktasi adalah Rp 3.916.696 per tahun. Nilai rasio penerimaan atas biaya adalah 1,38. Penghitungan nilai rasio penerimaan jika hanya dari penjualan susu atas total biaya adalah 1,10. Hal ini menunjukan bahwa peternak akan mendapat keuntungan walau hanya mengandalkan penerimaan dari hasil penjualan susu. Saran
1.
Petemak diharapkan dapat lebih meningkatkan produktivitas sapi perah dengan pemberian rumput unggul dan konsentrat yang berkualitas untuk pakan.
2.
Petemak diharapkan dapat merninimalkan peineliharaan sapi jantan muda dan pejantan untuk menekan biaya pakan.
3.
Petemak sebaiknya melakukan pencacatan usahatemaknya untuk mengetahui kemungkinan peningkatan usaha yang dapat dicapai.
UCAPAN TEFUMAKASIH Segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Kuasa atas segala limpahan karunia-Nya kepada siapa saja dan kapan saja. Syukur penulis panjatkan kepada-Nya atas nikmat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi. Sholawat dan salam semoga tersampaikan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat serta umatnya yang senantiasa mengikuti sunnah-sunnah beliau. Penulis mengucapkan terimakasih kepada orangtua, Emah dan Bapa, serta kepada sanak keluarga yang lain atas segala kasih sayang, do'a, motivasi, semangat, dan semua bantuan moril maupun materil yang tiada henti diberikan. Terimakasih kepada Ir. Lucia Cyrilla ENSD, Msi., dan Dr. Ir. Sri Mulatsih MSc.Agr., atas kesabaran dalam membimbing penulis. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Ir. Ujang Sehabudin selaku dosen penguji seminar serta kepada Ir. Dewi Ulfah U'ardani, MS dan Ir. Afton Atabany, MSi., sebagai anggota dewan penguji. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada teman-teman SEIP, khususnya SEIP angkatan 41, teman-teman di FORSITA Fapet, teman-teman Baitussalan, teman-teman Nurul Falah, teman-teman B U M IPB dan semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala dukungan, bantuan, persahabatan dan segalanya selama ini. Terimaksih kepada petemak di KUNAK atas bantuan dan kerjasamanya, kepada staf SEIP serta semua pihak yang telah inembantu penulis dalam penelitian ini. Terakhir penulis sampaikan terimakasih kepada civitas akademika Fakultas Peternakan IPB. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya. Bogor, 24 Juli 2009
Penulis
DAFTAR PUSTAKA Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta. Girisonta. 1983. Betemak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta. Hernanto, F. 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Nertika, S. 2008. Analisis pendapatan usahatemak sapi perah (Studi kasus di Perusahan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor). Skripsi. Fakultas Petemakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hidayat, T. 2001. Pola usaha dan kontribusi pendapatan usahatemak sapi perah terhadap pendapatan rumah tangga petehak di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Skripsi. Fakultas Petemakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lipsey, R. G., P. N. Courant, D. D. Purvis dan P. 0. Steiner. 1995. Pengantar Milcro Ekonomi Jilid 1. Terjemahan: J. Wasana dan Kirbrandoko. Binarupa Aksara. Jakarta. Mankiw, N. G. 2000. Pengantar Ekonomi Jilid 1. Terjemahan: H. Munandar. Erlangga. Jakarta. Nazir, M. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Nurhayati. 2000. Pendugaan tinggi biaya dan analisis efisiensi usaha petemakan sapi perah diwilayah KUD Mukti Kabupaten Bandung. Skripsi. Fakultas Petemakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Riyanto, B. 1997. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE. Yogyakarta. Seifert, H. 1992. Higiene dan Penyakit Temak.Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. UI - Press. Jakarta. Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Temak Perah. Diktat Kuliah Fakultas Petemakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sudono, A. R. dan B. S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Depok. Suhendar. 2004. Penyusunan perencanaan pengembangan usaha petemakan sapi perah (studi kasus di PT. Gurame Anugerah Tani, Kota Bogor). Skripsi. Fakultas Petemakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Vidiayanti, A. 2004. Analisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha petemakan sapi perah (Studi kasus usaha petemakan sapi perah di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pendapatan 45 Peternak di KUNAK Periode Agustus 2007-Juli 2008 Uraian Penerimaan (A) Penjualan Susu Penjulan Temak Susu yang dikonsumsi pemilik dan tenaga keja Perubahan nilai temak Total (A) Biaya Variabel (B) . . Pakan Obat-obatan dan IB Perlengkapan Listrik Air Total (B) Biaya Tetap (C) Tenaga Kej a Transportasi Penyusutan peralatan Penyusutan bangunan Penyusutan temak Penyusutan kendaraan Total (C) Pendapatan (A-B-C) Keterangan : Nilai dalam ( ) menunjukan nilai yang negatif
Tunai
Tidak Tunai
Inventaris
Total
4,790,921,980 754,270,500 132,600,000 132,600,000
4,790,921,980 754,270,500 325,622,570 132,600,000 6,003,415,050
0
1,942,029,686 16,380,000 21,437,500 28,150,200 10,800,000 2,018,797,386
25,905,333 160,500,000 129,375,000 154,000,000 469,780,333 (337,180,333)
1,596,387,500 258,750,000 25,905,333 160,500,000 129,375,000 154,000,000 2,324,917,833 1,659,699,831
325,622,570 5,545,192,480 1,942,029,686 16,380,000 21,437,500 28,150,200 10,800,000 2,018,797,386 1,176,387,500 258,750,000
1,435,137,500 2,091,257,594
325,622,570
0 420,000,000
420,000,000 (94,377,430)
Lampiran 2. Populasi Temak Sapi 45 Petemak di KUNAK Periode Agustus 2007-Juli 2008 Bulan
Laktasi ST
Kering %
ST
%
Dara ST
Pedet %
Jantan Muda
ST
%
ST
%
Jantan Dewasa ST
%
Total ST
%
Agustus 07
392.00
63.35 55.00
8.89 75.00 12.12
25.75
4.16
48.00 7.76
23.00
3.72 618.75
100.00
September
393.00
63.62 56.00
9.07 75.00 12.14
25.75
4.17
45.00 7.28
23.00
3.72 617.75
100.00
Oktober
379.00
63.01 56.00
9.31 77.00 12.80
24.50
4.07
42.00 6.98
23.00
3.82 601.50
100.00
November
394.00
65.20 51.00
8.44 74.00 12.25
23.25
3.85
39.00 6.45
23.00
3.81 604.25
100.00
Desember
415.00
67.26 50.00
8.10 66.00 10.70
24.00
3.89
35.00 5.67
27.00
4.38 617.00
100.00
Januari 08
418.00
67.83 53.00
8.60 58.00
9.41
25.25
4.10
40.00 6.49
22.00
3.57 616.25
100.00
Febman
430.00
68.88 59.00
9.45 55.00
8.81
24.25
3.88
36.00 5.77
20.00
3.20 624.25
100.00
Maret
435.00
69.96 60.00
9.65 54.00
8.69
20.75
3.34
33.00 5.31
19.00
3.06 621.75
100.00
April
451.00
72.16 62.00
9.92 52.00
8.32
17.00
2.72
24.00 3.84
19.00
3.04 625.00
100.00
Mei
458.00
72.64 69.00
10.94 49.00
7.77
16.50
2.62
19.00 3.01
19.00
3.01 630.50
100.00
Juni
462.00
72.93
80.00 12.63 46.00
7.26
14.50
2.29
12.00 1.89
19.00
3.00 633.50
100.00
Juli
458.00
71.81 87.00 13.64 47.00
7.37
13.75
2.16
13.00 2.04
19.00
2.98 637.75
100.00
RataperBulan
423.75
68.22 61.50
9.80
21.27
3.44
32.17 5.21
21.33
3.44 620.69
100.00
9.89 60.67
Lampiran 3. Perlengkapan yang digunakan oleh 45 Peternak di KUNAK Periode Agustus 2007-Juli 2008 Jenis Perlengkapan Sepatu Boot Sapu Lidi Ember Sikat Kawat Kesehatan Lainnya
Jumlah 62 Pasang 93 Buah 291 Buah 52 Buah
Harga Satuan (Rp) 50000 7500 10000 5000
Jumlah (Rp) 3 100000 697500 2910000 260000 4950000 9520000
Keterangan : 1. Pemakaian perlengkapan kesehatan dihitung berdasarkan pemakaian per peternak sebesar Rp 110.000 per tahun 2. Perlengkapan lainnya adalah perlengkapan seperti kain lap, vaselin, saringan kain dan lain-lain