Edisi 2/Oktober 2013
G O
www.hagi.or.id
Resonansi MAJALAH PROFESI HIMPUNAN AHLI GEOFISIKA INDONESIA
Tahun 50 Pendidikan Geofisika WAWANCARA :
Hanang Samodra Bersama Memuliakan Warisan Bumi LAPORAN KHUSUS :
Mata Melotot Di Blok Mahakam Panas Bumi :
Sumber Energi Baru Jawa Tengah HAGI CORNER : Menyiapkan “TOBA” JOINT CONVENTION MEETING 2013
Dari BRAIN DRAIN ke BRAIN CIRCULATION
TANTANGAN PROFESIONALISME
DI HULU MIGAS
DAFTAR ISI
4
11
LAPORAN UTAMA
15
LAPORAN KHUSUS
25
21
WAWANCARA
31
KOLOM AHLI
HAGI NEWS
35
SDM GEOFISIKA
OPINI
PROFIL Karen Agustiawan : To Sir With Love Jero Wacik : Keseimbangan
24
25
11
KOLOM AHLI Meninjau Ulang VSP Gelombang Ekstrim dan Tantangan Penanggulangannya di Indonesia Ÿ Energi Baru untuk Jawa Tengah
31
15
SDM GEOFISIKA 50 Tahun Pendidikan Geofisika di Indonesia GEOFOTO Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa
32
OPINI Dari Brain Drain Ke Brain Circulation
35
RESENSI Potret Tiga Wajah Industri Hulu Migas
37
REFLEKSI Corrompu
40
SALAM REDAKSI Surat Pembaca
2
LAPORAN UTAMA Profesionalisme Hulu Migas Ditantang SDM Nasional Sektor Hulu Sudah Handal Minim Infrastruktur Eksplorasi Tak Optimal
4
LAPORAN KHUSUS Mata Melotot di Blok Mahakam Jangan Kalah di Mahakam HAGI Special event HAGI-IAGI Menyiapkan “TOBA” JOINT CONVENTION MEETING 2013 Ÿ Orbituari Berpulangnya Sang Guru Sejati Ÿ HAGI Reguler Course 2013
Ÿ Ÿ
Ÿ
WAWANCARA 21 Hanang Samodra : Geopark Bersama Memuliakan Warisan Bumi
Majalah dwi bulanan masyarakat kebumian Indonesia. Berkhidmat untuk menjembatani komunikasi dan informasi antar praktisi bisnis, keilmuan dan komunitas ahli kebumian pada umumnya. Diterbitkan oleh Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI). Dewan Redaksi : Wawan G.A. Kadir, Eko Widianto, Abdul Muthalib Masdar, Elan Biantoro, Yosi Hirosiadi, Sri Widiyantoro Arii Ardjuna, Awali Priyono, Edwin Trisnohadi, Susilo Hadi, Irwan Meilano Pemimpin Umum/ Pemimpin Perusahaan : Mailendra Tibri | Pemimpin Redaksi : Widya Utama Sidang Redaksi : Dijan Soebromo (ketua) | Redaktur Pelaksana : Jidan Abshari, Saeful Millah, ARR Vaujie Markish, Arifin W. , Syahrul Mawardi | Pengembangan Usaha : Khairul Rizal , Dodi I. Fajar Riset dan Pengembangan : Andri D. Nugraha, Zulfakriza Zulhan | Keuangan : Rusalida Raguwanti, Andi M. Adiwiarta Sekretariat Redaksi : Nindy H. Madjid | Iklan dan Promosi : Yully Suryawan, Arida Chyntia Andriani, Ganesha Putra | Distribusi : Joko Andi Wibowo Alamat Tata Usaha dan Iklan : Patra Office Tower Suite 2045, Jl. Jend . Gatot Subroto KAV 32 - 34 Jakarta Selatan 12950, T/F . 021-5250040 Email :
[email protected]
SALAM REDAKSI
Ilustrasi : Iwan Hanaji
SURAT PEMBACA :
Migas dan kita Penerbitan Georesonansi edisi I, bravo! Membidik salah satu persoalan di lingkup dunia eksplorasi sumber daya nasional kita. Sebagai media profesi, penyajian laporan utama Geo cukup berimbang dengan memberikan gambaran utuh pada proses eksplorasi dan target-targetnya tahun ini. Menarik untuk menyimak bahwa kondisi potensial di Indonesia Timur masih cukup terbuka untuk dilakukan eksplorasi. Namun persoalan klasik kita di industri hulu adalah persoalan sdm, teknologi dan investasi. Bila SDM sudah siap, bagaimana proses teknologi dan investasi bisa dijawab para operator lokal yang tentunya membutuhkan dukungan yang tidak kecil. Mampukah kita? Itu pertanyaan paling mendasar dalam industri hulu kita sampai saat ini. Terimakasih Redaksi Geo, maju terus dengan liputan migasnya. Salam, Imron Rosyidin Donggi-Senoro Luwuk, Sulteng
melakukan langkah-langkah aksi yang nyata. Khususnya mengenai kebuntuan komunikasi dan mediasi, perlu ada sumbangan pemikiran dari para ahli hulu yang praktisi. BTW, saya mohon di edisi-edisi mendatang Georesonansi juga memenuhi keinginan pembaca akan wacana baru melalui buku. Buku seperti ''Migas untuk Rakyat'', tulisan Syaiful Bahri, bisa dijadikan acuan supaya melihat potret sekitar kebijakan di dunia migas bisa lebih terang. TB Hermawan Geofisika ITB Antapani- Bandung
Liputan Meteo dan Oceanografi Redaksi YTH, terimakasih telah menerbitkan majalah profesi HAGI yang sangat mantap dan berwawasan dengan pendekatan jurnalistik baru. Ini memudahkan kami pembaca untuk mengetahui perspektif liputan bukan saja dari sisi keilmuan yang relatif berat, tetapi juga dari konteks hubungan keorganisasian, kelembagaan dan networking di antara para ahli/pakar. Ke depan sebagusnya media memfasilitasi suatu pertemuan ahli, semacam ''luncheon talk'' bidang meteorologi yang dibahas cukup baik di edisi lalu. Kapan ada luncheon talk untuk persoalan ocenografi dan kemaritiman yang kita tunggu. Salam,
Migas untuk rakyat
Trismadi, Dishidros-Jakarta.
Halo Redaksi, terimakasih liputan mengenai migas dan dunia eksplorasi kita. Untuk ke depan seyogyanya ikatan profesi perlu
Surat Kepada Redaksi : Anda dipersilakan mengirim surat pembaca atau artikel mengenai berbagai topik kebumian dan topik umum yang terkait dengan visi media ini. Surat pembaca atau artikel dapat dikirim ke redaksi Georesonansi dengan alamat:
[email protected] atau ke alamat Redaksi : MAJALAH GEO RESONANSI Patra Office Tower Suite 2045, Jl. Jend . Gatot Subroto KAV 32 - 34 Jakarta Selatan 12950, T/F . 021-5250040 Email :
[email protected] dengan menuliskan nama lengkap beserta alamat, momor telepon yang bisa dihubungi disertai fotokopi/scan identitas diri.
2
Edisi 2/Oktober 2013
SALAM REDAKSI Salam,
Pembaca budiman, Ada dua hal penting yang ingin disampaikan pada pembuka media kita kali ini. Yang pertama adalah kegembiraan kami atas sambutan hangat edisi pertama media kita. Kami menerima tanggapan yang positif terhadap penerbitan edisi pertama Georesonansi kita. Kabar gembira ini tentunya melecut kerabat kerja redaksi dan manajemen untuk terus ingin menyajikan produk yang semakin baik dan terbaik buat Anda, pembaca. Hal kedua yang penting, namun juga mengejutkan adalah sebuah kenyataan pahit yang menyertai liputan edisi pertama kita terkait kegiatan hulu migas yang dikawal oleh SKK Migas. Sebagaimana Anda semua mahfum, kasus yang melibatkan pengetua SKK Migas menjadi topik yang santer dibicarakan publik dalam beberapa bulan terakhir. Tak urung kami, yang semestinya menyiapkan satu edisi khusus mengenai kelanjutan liputan mengenai migas harus kita tinjau kembali. Sebagai entitas ahli dari para pakar dan praktisi di jantung industri migas, kita semua tentu kecewa dengan situasi yang mengemuka, ketika tokoh profesional yang terlibat di dalamnya juga adalah sosok yang sepatutnya diteladani. Ini merupakan pukulan hebat bagi dunia pendidikan dan sekaligus figur akademisi yang memainkan peran sentral sebagai eksekutif yang mengatasnamakan Negara. Karena itu Saudara, Kami merasa penting untuk mengulas topik seputar hulu migas ke depan dalam kerangka sebuah 'ketahanan profesional'. Kita menyadari bahwa titik lemah tatakelola migas bukan saja terletak pada investasi, teknologi, dan juga regulasi.. namun juga terletak pada sumberdaya manusia yang 'sujana'. Yang memiliki karakter profesional dan diimbangi sikap mental yang benar. Sebagai sajian khas, kita sambut Edisi Georesonansi edisi ini yang menyajikan serangkaian liputan menarik. Dari HAGI, kita menyambut perhelatan akbar ''joint convention'', HAGI dan IAGI yang akan berlangsung di Medan, akhir Oktober ini. Kita sambut bersama isu menarik mengenai Geopark yang juga diulas edisi ini berikut mengetengahkan tokohnya. Kita tampilkan pula berbagai hal menarik dalam edisi kita antara lain adalah liputan ekspedisi jurnalis-saintis dalam Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa, disajikan dalam rubrik geophoto yang mengundang Anda untuk ikut serta meramaikannya. Juga rubrik lain yang menarik disimak seperti 50 tahun pendidikan Geofisika dan ulasan pakar. Saudara, Pada kesempatan istimewa ini pula, kami menampilkan satu perhatian khusus dlam tulisan orbituari. Tulisan tersebut merupakan ''tribute'' atau penghargaan atas berpulangnya guru dan tokoh organisasi geosains Indonesia yang kita kenal yakni Prof. Dr. Prajitno Munadi. Media ini merupakan rekaman jejak dedikasi sosok yang patut diteladani. Perhatikan salah satu tulisan pakar edisi ini yang tak lain adalah salah satu gagasan Prof. Prajit yang sengaja ditulis – sebagai tulisan terakhir, wujud dedikasinya pada bidang keilmuan Geofisika. Kami turut berduka atas berpulangnya salah satu putra terbaik kalangan geosains di tanah air, dan kami berharap pula tunas-tunas baru bermunculan menggantikan dan meneruskan spirit yang luar biasa dari Prof. Prajit. Akhirul kalam, kami sampaikan selamat menyimak dan mari terus berkarya. Apa pun situasi yang kita hadapi saat ini. Marilah kita terima semua itu sebagai sebuah tantangan, dan marilah kita terus berkarya dengan mutu terbaik.
FOCUS POSITIONING ! DI KOMUNITAS INDUSTRI & AHLI KEBUMIAN INDONESIA
MAJALAH GEO RESONANSI Patra Office Tower Suite 2045 Jl. Jend . Gatot Subroto KAV 32 - 34 Jakarta Selatan 12950 T/F . 021-5250040 Email :
[email protected] IKLAN DAN PROMOSI : Arida Chyntia Andriani ( 081288924225)
Tetap profesional!
Ganesha Putra (082122727088)
WU
Edisi 2/Oktober 2013
3
LAPORAN UTAMA
Baskoro Nurdianto :
PROFESIONALISME
HULU MIGAS DITANTANG I
BARAT pendulum, kebijakan dan sistem kontrak di industri migas nasional bergerak mengikuti kekuatan politik dan ideologi pemerintah yang sedang berkuasa. Mulai dari masa penjajahan Belanda, Orde Lama, Orde Baru dan masa Reformasi, arah kebijakan industri migas nasional selalu berubah-ubah sesuai dengan ideologi politik pemerintah. Pada masa Hindia Belanda, sistem politik Indonesia dikendalikan oleh negara kolonial. Pada masa itu, pengelolaan industri migas sangat terpengaruh oleh ideologi imperialis yang menganut paham kapitalis. Layaknya penjajah, sistem yang digunakan oleh kolonial Belanda adalah sistem konsesi, di mana menguasai sebidang lahan juga menguasai segala isinya, termasuk minyak dan gas. Berdasarkan konsesi tersebut, sumber daya migas Indonesia dikuasai oleh 18 perusahaan asing milik Belanda, Inggris dan Amerika Serikat. Negara tidak memiliki kedaulatan atas sumber daya alam, termasuk kekuasaan untuk mengatur manajemen operasi kegiatan migas. Negara hanya memperoleh royalti atas prosentasi produksi yang dihasilkan. Saat Indonesia merdeka, sistem konsesi dianggap tidak tepat dengan Indonesia yang mengamanatkan bahwa segala sesuatu hal yang berhubungan dengan hajat hidup orang banyak harus dikuasai negara, sesuai dengan UUD 45 Pasal 33. Artinya, sumber daya apapun termasuk migas tidak boleh dikuasai perorangan atau kelompok. Pada fase ini, pendulum pengelolaan industri migas yang awalnya dipegang oleh swasta menjadi dikuasai oleh negara. Terlebih lagi, saat itu Presiden Soekarno melakukan nasionalisasi aset-aset migas dan mengubah bentuk kontrak migas melalui UU No 44 tahun 1960. Menurut UU itu, usaha migas hanya boleh dilakukan oleh negara dan kontrak konsesi diganti menjadi kontrak karya.
salah satu perusahaan negara, yakni Permina, Pertamin dan Permigan.
Politisasi Industri Migas Dalam kurun waktu 1961 hingga 1971, dinamika politik ikut mewarnai pengelolaan industri migas Indonesia. Hal itu terlihat saat dimulainya masa Orde Lama dan memuncak pada kemunculan Orde Baru. Saat Bung Karno dijungkalkan oleh Soeharto, paket kebijakan mengenai pengelolaan migas nasional kembali lahir, yakni UU Migas No 8 tahun 1971. Kebijakan baru itu menggabungkan Pertamin dan Permina menjadi Pertamina. Selain itu, kontrak karya pun diubah menjadi kontrak bagi hasil yang mensyaratkan semua modal dan risiko menjadi tanggungan kontraktor. Namun, hal yang peling kentara dari perubahan politik penguasa soal migas adalah, digantikannya peran negara oleh perusahaan, yakni Pertamina. Kendati Pertamina merupakan perusahaan negara, tapi peran negara sudah seutuhnya digantikan oleh Pertamina, termasuk dalam memilih dan menyeleksi kontraktor yang akan menggarap sebuah blok minyak, sekaligus menandatangani kontrak bagi hasil.
Di berbagai belahan bumi, industri migas tak pernah bisa dilepaskan dari perkembangan politik sebuah Negara. Begitu pula di Indonesia. Sistem kontrak, bagi hasil dan kepemilikan hak pengelolaan blok-blok migas bergerak mengikuti arah pendulum perubahan rezim pemerintahan sejak zaman Belanda hingga era Reformasi.
Kontrak karya sendiri mengatur pengusaha swasta yang ingin terlibat dalam pengelolaan industri migas tanah air hanya berposisi sebagai penggarap, dan harus menandatangani kontrak karya dengan
4
Edisi 2/Oktober 2013
LAPORAN UTAMA
Pemberian kekuasaan dan wewenang yang terlalu besar pada Pertamina membuat perusahaan pelat merah tersebut melakukan monopoli industri hilir dan hulu migas sebagai operator sekaligus regulator.
Kerja Sama (KKKS) yang melakukan aktivitas eksplorasi, eksploitasi dan pemasaran migas di Indonesia. Dengan hadirnya BP Migas, peran Pertamina kembali menyusut, bahkan disamakan dengan perusahaan-perusahaan kontraktor lainnya.
Sayangnya, kewenangan yang besar itu tidak membuat Pertamina maju, justru malah menyuburkan praktik kolonialisme baru di bidang migas. Doktrin developmentalisme yang digadang-gadang Orde Baru ini mengundang sebanyak-banyaknya korporasi migas asing untuk mengeksploitasi minyak dan gas di tanah air. Dalam kurun waktu yang lama, korporasi asing tersebut kini mendominasi produksi migas nasional.
Selain itu, Pertamina yang awalnya merupakan badan usaha harus mengubah bentuk menjadi perseroan dan harus menandatangani kontrak kerjasama atas blok-blok migas yang dikuasainya dengan BP Migas. Terlalu besarnya peran BP Migas dan
Kebijakan Pertamina yang mengedepankan kemampuan modal dan teknologi untuk menggarap blok-blok migas membuat perusahaan swasta nasional sulit berkompetisi. Bahkan Pertamina sendiri menyerahkan penggarapan wilayah kerja ke mitra-mitra asing sehingga 90 persen blok migas dikuasai oleh asing. Ironisnya lagi, dari sekian banyak dan lamanya kontrak dengan pihak asing, Pertamina tidak pernah mendapatkan akses alih teknologi. Akibatnya, teknologi canggih perminyakan tetap dikuasai asing.
Titik Keterpurukan Saat Orde Baru runtuh, gejolak perubahan industri migas semakin merebak. Salah satunya Rancangan UU Migas pada tahun 1999. namun, rancangan-rancangan yang diajukan terus saja kandas di parlemen. Dari tahun 1999 hingga 2001, pemerintahan terus saja dilanda goncangan, mulai dari ganti menteri hingga presiden, yakni BJ Habibie dan Abdurrahman Wahid. Pada masa Presiden Megawati Soekarno Putri, UU Migas yang baru akhirnya terbit. Salah satu poin penting dari UU No 22 Tahun 2001 itu adalah mengubah tata kelola migas, yakni memisahkan peran operator dan regulator yang selama berpuluh-puluh tahun lamanya dipegang oleh Pertamina. Maksud dari pemisahan itu, Pertamina dapat fokus menjalankan bisnisnya dan bisa bersaing dengan perusahaan migas di level nasional dan internasional. Masih terkait dengan UU No 22 tahun 2001, pengaturan dan pengawasan sektor hulu dilakukan oleh badan bentukan pemerintah, yakni Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, disingkat BP Migas yang didirikan tahun 2002. Sementara sektor hilir dikontrol oleh Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas. BP Migas sendiri berperan sebagai wakil pemerintah dalam melakukan pengawasan terhadap perusahaan Kontraktor Kontrak
mengecilnya peran negara yang diwakili oleh Pertamina nyatanya tak memberikan kontribusi apa-apa terhadap pemasukan negara di bidang migas. Hal tersebut terbukti dengan keluarnya Indonesia dari Organisasi Negara-negara Penghasil Minyak (OPEC), akibat menurunnya tingkat produksi Migas, serta mulai beralihnya Indonesia dari negara pengekspor minyak menjadi negara importir minyak. Selain itu, saat terjadi kenaikan harga minyak yang menembus angka US$ 100 per barel, Indonesia sama sekali tidak menikmati itu karena produksi minim tapi konsumsi minyak meningkat. Klimaks dari kegagalan BP Migas mengelola industri migas nasional, beberapa tokoh dan organisasi kemasyarakatan melakukan uji materi soal keberadaan BP Migas yang dianggap bertentangan dengan UUD 45. Mahkamah Konstitusi (MK) pun pada akhirnya mengabulkan uji materi tersebut dan membubarkan BP Migas.
Edisi 2/Oktober 2013
5
LAPORAN UTAMA
Pertimbangan MK, meskipun mempunyai semangat untuk melakukan reformasi pengelolaan industri migas nasional, dicurigai BP Migas justru membuka peluang seluas-luasnya bagi industri migas internasional untuk merambah bisnis migas di Indonesia. Salah satu indikasi yang sangat kuat terlihat adalah, Letter Of Intens (LOI) IMF yang mencabut hak Pertamina atas sektor migas yang selama berpuluh-puluh tahun dijamin oleh UU Nomor 8 tahun 1971. Menurut IMF, langkah tersebut ditempuh karena sistem penyelenggaraan industri migas saat itu dinilai menjadi sumber inefisiensi dan penyebab merajalelanya praktek korupsi. Ihwal pembentukan BP Migas sendiri dimaksudkan untuk mewakili negara, agar tidak terkena kerugian besar seandainya ada sengketa kontrak karya. Namun, alibi tersebut bisa saja salah. Toh, pada kenyataannya, di bawah BP Migas, industri migas nasional juga tidak beranjak dari keterpurukan. Malah, cenderung pro terhadap kepentingan asing, sebagai contoh Blok Mahakam yang jatuh ke tangan Total, dan beberapa blok lainnya yang masih dikuasai Exxon, Conoco Philips, Petro China dan lain-lain. Pasca bubarnya BP Migas, pemerintah pun segera membentuk Satuan Kerja Sementara Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKSP Migas) yang belakangan berubah menjadi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas). Kerja dari lembaga baru ini tidak ada bedanya dengan BP Migas, hanya saja SKK migas punya komisi pengawas yang diketuai oleh Menteri ESDM. Pendapat yang sedikit berbeda dikemukakan oleh pakar dan pengamat perminyakan, Kurtubi. Bagi Kurtubi, kondisi investasi migas nasional yang mulai meredup saat itu, merupakan d a m p a k d a r i ketidakberpihakan pemerintah dalam bidang regulasi. Dalam hal ini, dia menunjuk kengototan pemerintah kala itu untuk mengesahkan UU Migas yang baru, yaitu UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. ”Waktu itu kita kan minjam (dana), yang kemudian disusul dengan Lentern of Intent (LOI) yang dikeluarkan oleh IMF. Nah, salah satu isi LOI itu adalah mengganti UU Nomor 8 Tahun 1971 dengan UU baru yang lebih berpihak pada investor,” jelasnya. Kurtubi menuding, UU Migas sebagai penyebab anjloknya investasi eksplorasi migas. Dia memiliki tiga alasan dibalik kondisi tersebut. Pertama, Pasal 31 UU Migas yang menyebutkan investor harus membayar pajak meskipun belum menemukan minyak. ”Semua orang tahu investasi dibidang migas memiliki risiko dan
6
investasi yang besar. Ngebor 10 sumur belum tentu langsung nemu minyak,” katanya. Kurtubi menilai kontradiksi terjadi ketika dalam Production Sharing Contract (PSC) disebutkan investor baru akan membayar pajak setelah minyak ditemukan. Sehingga apa yang diatur dalam UU dengan apa yang ada dalam kontrak kerjasama saling bertolak belakang. Kedua, UU Migas menciptakan pengelolaan minyak yang awalnya business to business menjadi business to government. Pada UU Nomor 8 Tahun 1971, pengelolaan minyak diserahkan kepada Pertamina sebagai perpanjangan tangan pemerintah. Sedangkan pada UU Migas, pemerintah bernegosiasi langsung dengan investor asing, yang membuat kedudukan pemerintah setara dengan investor asing. Ketiga, UU Migas menimbulkan potensi kerugian negara hingga miliaran dolar Amerika Serikat. Hal itu menurut Kurtubi terjadi pada pengelolaan gas Tangguh, di mana BP Migas menyerahkan pembangunan LNG plant kepada British Petroleum, dan menjual gasnya kepada China sebesar US$3-5 per MMBTU. Bandingkan dengan gas Badak LNG yang diklola dan jual Pertamina sebesar US $18 per MMBTU. Berbagai ketimpangan yang terdapat dalam UU Migas tersebut, berujung pada pencabutan empat pasal oleh Mahkamah Konstitusi, pada 2004. Namun sayangnya, pemerintah tidak kunjung memperbaiki UU yang sudah dicabut empat pasal pokoknya oleh MK tersebut. Bisa jadi pandangan pengamat tersebut benar adanya. Toh, pasca dibubarkannya BP Migas dan digantikan dengan SKK Migas, perilaku korup belum juga bisa dihilangkan dari industri migas nasional. Hal tersebut terbukti dengan tertangkap tangannya Kepala SKK Migas, Rudi Rubiandini oleh KPK setelah menerima uang suap ratusan ribu US$ dan juga motor besar, dari salah satu pembesar perusahaan migas asing. Ini semua merupakan pil pahit yang harus menjadi bahan pemikiran semua stakeholder migas tanah air. Kesempatan menata diri sebagai amanat perundangan harus diemban dengan baik dan benar. Tantangan profesionalitas kegiatan hulu migas yang memilki target dan ukuran, masih menyisakan banyak sekali pekerjaan rumah, baik masalah investasi, teknologi, sumberdaya manusia dan regulasi yang terus harus dibenahi. Kalau ditambah lagi dengan urusan politik praktis dan kepentingan individu, kita berjalan di tempat, atau bahkan akan mundur dalam persaingan global. Mau? .
Edisi 2/Oktober 2013
HARGA IKLAN 2013 1 Halaman
Halaman Belakang (Back cover) Rp. 35.000.000
1 Halaman
Halaman dalam belakang/Inner Back Cover Rp. 30.000.000
1 Halaman
Tengah (Spreaad) Full Color Rp. 30.000.000
1 Halaman
FC Halaman Isi Rp. 25.000.000
¾ Halaman
FC Hal isi Rp. 20.000.000
½ Halaman
isi FC Hal isi Rp. 15.000.000
1 Halaman
HP isi Rp. 10.000.000
¾ Halaman
HP isi Rp. 7.500.000
½ Halaman
HP Isi Rp. 5.000.000
• Total Biaya Paket Iklan belum termasuk PPN 10 %. • Materi High Resolution di kirim via email atau kurir, sebelum cetak maksimal Tgl. 25 setiap terbitnya • Pembayaran iklan dilakukan setelah iklan tayang dan bukti dikirimkan ke pemasang iklan. • Pembayaran iklan dilakukan sesuai dengan kesepakatan bersama.
G O Resonansi. MAJALAH GEO RESONANSI Patra Office Tower Suite 2045 Jl. Jend . Gatot Subroto KAV 32 - 34 Jakarta Selatan 12950 T/F . 021-5250040 Email :
[email protected] IKLAN DAN PROMOSI : Arida Chyntia Andriani ( 081288924225) Ganesha Putra (082122727088)
BERIKLAN DI
G O Resonansi. EFEKTIF BERIKLAN DI MEDIA KHUSUS KOMUNITAS PAKAR DAN INDUSTRI KEBUMIAN
LAPORAN UTAMA
SDM NASIONAL
SEKTOR HULU
SUDAH HANDAL
I
ndustri hulu minyak dan gas bumi (migas) saat ini menjadi tulang punggung ekonomi selain pendapatan dari pajak. Lewat kegiatan hulu atau kegiatan eksplorasi dan produksi (upstream) dan kegiatan kegiatan hilir atau pengolahan, transportasi dan pemasaran (downstream). Sampai tahun 2012, sekitar 25.000 tenaga kerja nasional bekerja pada industri hulu migas. Dari sektor pendapatan negara pun hampir Rp 300 triliun pendapatan negara di sokong dari kegiatan migas. Dari segi sumber daya manusia, untuk kegiatan Hulu, SDM asli Indonesia saat ini menunjukan tajinya. Bahkan, saat ini perusahaan minyak asal negeri Jiran, Petronas dijalankan oleh sumber daya manusia orang dari Indonesia yang kabarnya mencapai 300 orang. “Saat ini secara teknis, sumber daya manusia industri migas sudah jauh sangat mumpuni, namun secara finansial negara, bahkan perusahaan nasional kita, belum bersedia bermain di eksplorasi berisiko tinggi dan berbiaya besar,” ujar Kepala Divisi Eksplorasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Nugrahani Pudyo, beberapa waktu lalu pada GEO Reseonansi. Dalam laporan kinerja 2012, perusahaan minyak milik negara Pertaminam menegaskan telah menata ulang fungsi dan organisasi
8
Direktorat Sumber Daya Manusia sebagai langkah untuk membentuk human capital yang berkualitas menuju visi HR World Class 2014. Upaya tersebut diantranya dengan mengoptimalkan fungsi Center of Expertise, Business Partner dan HR Operation. Selain itu, perseroan mempertimbangkan pembentukan institusi Corporate University, untuk memenuhi kebutuhan Perseroan akan kader-kader pemimpin perusahaan maupun tenaga pekerja yang kompeten di bidangnya. Selain itu, pada Mei lalu, sebanyak 25 kontraktor kontrak kerja sama menandatangani butir-butir kesepakatan implementasi program national capacity builing (NCB). Program tersebut berfokus meningkatkan kapasitas nasional melalui akselerasi tenaga kerja petrotechnical dan kompetensi teknis terkait, antara lain G&G, driilling engineer, reservoir engineer, production engineer, dan process engineer. Sampai dengan tahun 2014, ditargetkan lulusan sebanyak 250 orang. Dimana kontraktor yang berpartisipasi menyisihkan lima persen dari anggaran training untuk program tersebut. Mantan Direktur Hulu Per tamina Bagus Setiardja mengungkapkan Sumber Daya Manusia untuk industri hulu perminyakan Indonesia sudah sangat mumpuni. Bahkan, dibeberapa blok ekspolorasi yang tadinya dikuasai asing, dan setelah diambil alih oleh SDM dalam negeri menunjukkan peningkatan produksi yang drastis. “SDM perminyakan asal staf di perusahaan asing. Jadi sudah baik,” artinya. Indonesia itu sudah menyebar sampai luar negeri,” ujarnya saat berbicang dengan HAGI lewat sambungan telepon. Dia mengatakan saat ini tidak ada perbedaan keterampilan antara pekerja asing dan Indonesia yang bekerja di sektor hulu minyak dan gas. Apalagi di swasta nasional dan perusahaan negara sektor eksplorasi dan ekploitasi, SDM nasional bisa melejit sampai pimpinan perusahaan, bukan sekedar pimpinan kelas menengah.
Edisi 2/Oktober 2013
LAPORAN UTAMA
“Semua kesempatan itu terbuka. Tenaga kerja kita sudah mumpuni, sudah tidak meragukan,” ujarnya dosen Universitas Padjajaran ini. Bagus menerangkan pasar tenaga kerja sektor perminyakan sangat terbuka. Tidak perlu adanya kebijakan yang membedakan antara pekerja nasional dan asing. ”Orang indonesia ini saat ini ada di manamana. Lihat saja di Timur Tengah, banyak tenaga ahli minyak dari Indonesia. Ilmu untuk perminyakan semua hampir sama,” ungkapnya. Dia menegaskan SDM perminyakan, dituntut untuk terus mengembangkan keterampilan dalam operasional. ”Dari awalnya seperti itu, sejak awal dia terjun ke dunia perminyakan mau tidak mau apakah dia terjun di perusahaan asing atau nasional, mereka terus ditingkatkan kemampuanya, kirim keluar untuk belajar balik lagi, jadi internasional Soal SDM memilih bekerja di BUMN, swasta nasional atau perusahaan luar negeri, hal tersebut, kata Bagus, hanya soal kesempatan terhadap SDM asal Indonesia.”Kalau dia berja di perusahaan asing, memang ada posisi-posisi yang mungkin dari pemiliknya tidak bisa dikasihkan. Biasanya sampai level mana berhenti. Kalau nasional bisa bekerja terus sampai puncak, bisa. ”
ke luar negeri. SDM tersebut, akan menjadi sumber informasi.”Mereka akan sangat menolong. Kalau pun kita mau panggil ke dalam negeri kita lobby. Tapi menurut saya biarkan mereka disana, suatu saat tenaganya bisa pakai. Sudah banyak teman yang sudah balik ke kita,” ujarnya. Di bidang teknologi informasi, SKK Migas, mendorong transparasi produksi, dalam rapat kerja SKK Migas, awal tahun lalu, lembaga ini mengembangkan beberapa sistem teknologi informasi dan komunikasi. Diantaranya, monitoring pengeboran, monitoring pergerakan kapal operasional KKKS, dan otorisasi pengeluaran (authorization for expenditure/AFE) secara on line. Program ini untuk mendorong peningkatan Bahkan, SKK Migas membuat sistem rencana program dan anggaran (work program and budget/WP&B), sistem operasi terpadu (SOT) aset manajemen, SOT laporan keuangan KKKS yang akan di-update setiap tiga bulan, serta koneksi antara SKK Migas, Kementerian ESDM dan Kementerian Keuangan.
Bagus mengungkapkan kondisi SDM untuk sektor hulu minyak dan gas sudah sangat cukup memadai. Bahkan, sudah ekspor tenaga kerja mumpuni ke luar negeri.”Di timur tengah itu lumayan banyak, sampai di Madrid ada tenaga kerja perminyakan kita,” ujarnya. Dia mengatakan banyaknya pekerja Indonesia yang berada di luar negeri, akan memidahkan perusahan minyak nasional untuk ekspansi
Edisi 2/Oktober 2013
9
LAPORAN UTAMA
MINIM
INFRASTRUKTUR, EKSPLORASI TAK OPTIMAL EJAK awal tahun lalu, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan pada 2013, sebagai tahun pemboran sumur Migas. Lembaga yang saat ini dipimpin Rudi Rubinadini, menargetkan pengembangan 258 sumur eksplorasi, 1.178 sumur development, dan 1.094 workover.
S
Selain itu, minimnya infrastruktur di Indonesia terutama wilayah timur serta wilayah laut dalam memperlambat pengembangan temuan eksplorasi. “Sebagai contoh, lapangan Abadi Inpex Masela itu ditemukan oleh pengeboran sumur eksplorasi pertama pada 2001 dan baru akan berproduksi pertama kali pada 2018,” ujarnya saat ditemui HAGI beberapa waktu lalu.
Lembaga yang sebelumnya bernama BP Migas ini mengaku punya 104 program kerja. Dengan fokus kerja adala mensukseskan programprogram pemboran dan survei yang telah direncanakan bersama para kontraktor. Hal ini berkaca pada hasil kinerja di 2012, realisasi kegiatan survei dan pemboran hanya 88 persen.
Tetapi, kata Nuning, panggilan akrab Nugrahani, keadaan tersebut berbeda dengan wilayah di Indonesia barat di mana waktu antara temuan eksplorasi sampai dengan berproduksi memerlukan lima tahun saja bahkan bisa satu tahun bila dilakukan POP (put on production) untuk temuan sumur eksplorasi dekat dengan fasilitas produksi sudah ada.“Meski Indonesia timur memerlukan investasi biaya dan teknologi tinggi karena umumnya di laut dalam, kita tetap berupaya mendorong investasi di sana karena sumber dayanya besar,” katanya.
Padahal, penurunan cadangan minyak dan gas Indonesia, lebih banyak akibat kurangnya riset. Tahun ini, lembaga yang dipimpin oleh Rudi Rubiandini, berkomitmen melakukan survey seismic 2D sepanjang 18.751 km dan seismic 3D sepanjang 22.298 km persegi. Nyatanya, selama sepuluh tahun terakhir kegiatan eksplorasi tidak menggembirakan dengan berbagai sebab. SKK Migas saat ini mengejar target meningkatkan rasio sukses, meningkatkan dan mempersiapkan rasio penggantian cadangan seratus persen. Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini pada awal Juli lalu saat pemberian penghargaan pada kontraktor kontrak kerja sama (Kontraktor KKS) yang telah berhasil menunjukkan kinerja eksplorasi dan kepatuhan terhadap komitmen KKS, mengakui banyaknya kendala yang dihadapi industri hulu minyak dan gas bumi (migas) di lapangan, mulai pemenuhan komitmen pasti hingga penemuan hidrokarbon dam tahap pengembangan lapangan. ”Butuh upaya kerja keras, komitmen tinggi, dan teknologi dari kontraktor untuk mencapainya,” kata Rudi. Untuk mencapai target tersebut, Rudi secara tegas meminta kepada kontraktor yang belum melaksanakan komitmen mempercepat upaya meningkatkan kinerja di wilayah kerjanya agar lolos dari sistem punishment berdasarkan ketentuan Kontrak Kerja Sama (KKS). Pihaknya lanjut Rudi, secara intensif mendukung percepatan komersialitas WK Eksplorasi ke WK Eksploitasi yang ditandai dengan rekomendasi dan persetujuan rencana pengembangan lapangan pertama (POD I). Kepala Divisi Eksplorasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Nugrahani Pudyo mengungkapkan sejak 2002 sampai 2012, total biaya investasi sudah dikeluarkan oleh para investor yang tidak dapat dikembalikan karena eksplorasi gagal dan wilayah kerjanya dikembalikan kepada pemerintah lebih dari USD 1,327 juta.
10
Data SKK Migas pada Juni lalu menunjukan sebanyak 12 Kontraktor Kontrak Kerja (KKKS) Minyak dan Gas Bumi asing mengalami kerugian hingga USD 1,9 miliar atau Rp19 triliun di 16 Blok Eksplorasi di laut dalam akibat gagal mendapatkan cadangan minyak dan gas yang ekonomis. Nuning menegaskan strategi lain yang dilakukan SKK Migas adalah percepatan R2R2P (resources to reserves to production), yaitu mempercepat proses dari sumber daya menjadi cadangan dan kemudian produksi dengan meningkatkan kegiatan eksplorasi, menaikkan rasio pengeboran eksplorasi, dan mempercepat proses POD (Planm of Development) dan POP (Put on Production), meningkatkan kegiatan sumur-sumur pengembangan dan kegiatan sumuran lainnya, sehingga hidrokarbon dapat segera diproduksi. “Tahun lalu sebetulnya angka rasio penggantian cadangan (R3) cukup besar dari gas, mencapai 140 persen. Kalau dari minyak kurang, tidak sampai seratus persen. Itu berat. Kami juga diminta meningkatkan resources reserves to production ratio untuk mempercepat produksi. Untuk blok-blok sudah ada fasilitas produksi kita percepat,” katanya. Komisaris Utama Pertamina Sugiharto dalam laporan akhir tahunnya, menyarankan direksi Pertamina, mengupayakan penambahan cadangan dan peningkatan produksi migas dan panas bumi baik dari lapangan eksisting melalui penerapan teknologi EOR, maupun penerapan aplikasi teknologi baru di bidang eksplorasi dan produksi lainnya serta mendorong kegiatan merger dan akuisisi lapangan-lapangan migas, terutama terhadap lapangan migas yang telah siap berproduksi, baik di dalam maupun luar negeri.
Edisi 2/Oktober 2013
LAPORAN KHUSUS
MATA MELOTOT DI BLOK MAHAKAM Pemerintah masih ambigu memutuskan siapa yang akan mengelola produksi Blok Gas Terbesar di Wilayah Timur di Mahakam yang akan berakhir 2017. PT Pertamina (Persero) merasa yakin mampu menangani proses pengelolaan blok Mahakam dan mengikuti mekanisme alih kelola yang ditawarkan pemerintah sesudah masa kontrak usai. Kenapa tidak segera dipersiapkan, sementara Total Indonesie – pengelola blok enggan melepas ladang produksi melimpah ini?
P
T. Total E&P Indonesie, pemegang saham mayoritas dan pengelola Blok Gas Mahakam, di Kalimantan Timur, siap mengalokasikan dana sebesar Rp 25 triliun untuk mengamankan produksi Blok Mahakam paska serah terima pengelolaan blok dari Total ke Pemerintah Indonesia, 2017. "Investasi itu sudah ditetapkan sejak tahun sebelumnya melalui work plan and budget yang disepakati bersama dengan SKK Migas untuk 2013," ujar Kristanto, Head Development and Media Relations Total kepada media awal bulan Juli lalu. Alasan Total mengeluarkan dana sebesar itu adalah untuk produksi minyak di Blok mahakam tidak turun. Kristanto menjelaskan lapangan Blok Mahakam sudah tua sampai 40 tahun. "Harus dipelihara dengan baik dirawat dengan baik supaya produksi tetap stabil," paparnya. Kontrak karya perusahaan minyak gas dan bumi (migas) asal Perancis, Total E & P Indonesie di Blok Mahakam, Kalimantan Timur, memang baru akan berakhir pada 2017 mendatang. Meski begitu, pemerintah sudah menyalakan lampu hijau kepada Pertamina sebagai BUMN migas nasional untuk menggantikan posisi Total di Blok Mahakam. Direktur Utama PT.Pertamina Karen Agustiawan mengatakan, masa transisi setelah PT Total Indonesie beroperasi m e mu n g k i n k a n Pe r t a m i n a , d e n g a n kualifikasi pengalaman dan SDM-nya mampu mengoperasikan wilayah kerja migas itu.
Edisi 2/Oktober 2013
Karen mengaku tidak masalah jika ada masa transisi pengelolaan Blok Mahakam selama lima tahun. "Selama itu memberikan manfaat pengetahuan bagi Pertamina, itu tidak masalah," ujarnya kepada media di Kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta beberapa waktu lalu. Namun, terkait tawaran hak partisipasi 30 persen saham bagi Pertamina, Karen menegaskan, Pertamina tidak mau berdebat karena hal itu tergantung pada pemerintah. Sebelumnya, manajemen Total E&P Asia Pasifik mengajukan proposal kepada Menteri ESDM Jero Wacik mengenai skema bisnis pasca-berakhirnya kontrak Blok Mahakam. Dalam proposal itu, pihak Total menawarkan hak partisipasi 30 persen k e p a d a P T Pe r t a m i n a . To t a l j u g a m e n awa r k a n a d a n ya m a s a t r a n s i s i pengelolaan Blok Mahakam pasca-2017 selama lima tahun. Alasannya, masa transisi ini diperlukan untuk transfer teknologi dan pengetahuan kepada Pertamina jika perusahaan migas milik Pemerintah Indonesia itu ditunjuk pemerintah sebagai operator blok itu, menggantikan Total. Wakil Presiden Senior Total E&P Asia Pacific, induk Total E&P Indonesie, JeanMarie Gullermo, dalam rilisnya resminya mengatakan, saham itu ditawarkan dalam masa transisi selama lima tahun (2017-
2022)."Kami ingin produksi minyak dan gas di Blok Mahakam ini tidak turun pasca2017," katanya. Saham 30 persen itu berasal dari 15 persen Total dan 15 persen Inpex Corporation. Dengan skenario tersebut, saham Mahakam pasca-2017 terbagi menjadi 35 persen Total, 35 persen Inpex, dan 30 persen Pertamina. Usulan tersebut sudah diajukan Gullermo secara langsung kepada Menteri ESDM Jero Wacik pada awal Juli 2013 lalu. "Kami mengerti keputusan ini ada risiko politiknya, tapi kalau tidak diputuskan segera justru lebih banyak risikonya, terutama produksi ke depan," kata Gullermo. Menurut nya, selama masa transisi, pihaknya akan mentransfer pengetahuan, pengalaman, dan teknologi pengelolaan Mahakam sehingga produksi tidak terganggu. Setelah transisi lima tahun, lanjutnya, Pemerintah Indonesia bisa memutuskan apakah Total dan Inpex masih bisa berpartisipasi di pengelolaan Mahakam atau tidak. "Tapi, kami berharap masih bisa ikut,"ujarnya. Ia juga mengharapkan Pemerintah Indonesia segera memutuskan kelanjutan kontrak Mahakam. Alasannya, rencana investasi 7,3 miliar dollar sampai 2017 membuat pengembalian investasi baru terjadi setelah 2017. Namun, bila investasi dihentikan, produksi Mahakam akan turun drastis. Lho kok bisa? Ya, katanya.. Saat ini, produksi gas mencapai 1,8 miliar kaki kubik per hari (BCFD).
11
LAPORAN KHUSUS
Dengan investasi sesuai rencana, produksi akhir 2017 akan turun alamiah menjadi 1.1001.200 MMSCFD.Namun, bila investasi ditur unkan, produksi hanya 500-800 MMSCFD. Kontrak kerja sama Mahakam dengan Total E&P Indonesie berakhir 31 Desember 2017. Total, selaku operator memiliki 50 persen saham Mahakam dan 50 persen lainnya dikuasai Inpex Corporation. Ada sebuah tandatanya besar mengenai berbagai skenario alih saham dan pengelolaan di Mahakam. Namun tentu hal itu memang bukan soal mudah membagi kue bagi pemerintah. Ada soal idealisme dan transparansi yang dibutuhkan di sana. Masih ada waktu 4 tahun untuk berpikir, ayo segera berbenah dan segera memutuskan. Ini soal stragetis Bung. Soal yang tak sederhana, biasanya, disebabkan dua hal: mekanisme yang memang tidak condong untuk transparan. Dan, maaf, untuk kesekian kalinya.. kepentingan siapa yang musti dimenangkan. Business as usual, as simple as that!. (Jidan/media)
JANGAN KALAH DI MAHAK AM Blok Mahakam, merupakan salah satu ladang gas terbesar di Indonesia Timur, wilayah pengembangan baru eksplorasiproduksi migas Nasional. Berdasarkan data Indonesia Resource Studies (IRESS) saat ini rata-rata produksi Mahakam sekitar 2.000 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau sekitar 344.000 barrel oil equivalent (BOE) per hari. Cadangan yang terkandung di blok ini sekitar 27 triliun cubic feet (tcf). Sejak 1970 hingga 2011, sekitar 50% (13,5 tcf) cadangan telah dieksploitasi, menghasilkan pendapatan kotor sekitar US$ 100 milyar. Cadangan yang tersisa saat ini sekitar 12,5 tcf, dengan harga gas yang terus naik (asumsi rata-rata US$ 15/MMBtu), berpotensi menghasilkan pendapatan kotor lebih dari US$ 187 miliar (12,5 x 1000 Btu x US$ 15/106 Btu) atau sekitar Rp. 1.700 triliun! Kontrak Ker ja Sama (KKS) Blok Mahakam ditandatangani oleh Pemerintah dengan Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation (Jepang) tanggal 31 Maret 1967, beberapa minggu setelah Soeharto dilantik menjadi Presiden RI ke-2. Kontrak berlaku selama 30 tahun hingga 31 Maret 1997. Namun beberapa bulan sebelum Soeharto lengser, kontrak Mahakam telah diperpanjang selama 20 tahun, sehingga kontrak baru akan berakhir pada 31 Maret 2017. Sesuai Pasal 14 UU Migas No. 22/2001, kontraktor boleh memperpanjang kontrak untuk 20 tahun berikutnya, dan menurut Pasal 28 PP No. 35/2004, usul perpanjangan dapat diajukan 10 tahun sebelum kontrak berakhir (tahun 2007). Atas dasar ketentuan UU tersebut, dan mengingat masih besarnya cadangan Blok Mahakam, Total & Inpex telah
12
mengajukan perpanjangan kontrak 20 tahun ke-2 pada pertengahan 2007. Sesuai ayat 9 Pasal 28 PP No. 35/2004, Pe r t a m i n a d a p a t p u l a m e n g a j u k a n permohonan untuk mengelola blok habis masa kontrak. Sedangkan ayat 10 Pasal 28 PP No. 35/2004 menyatakan Menteri ESDM dapat menyetujui atau menolak permohonan Pertamina tersebut sepanjang saham Pertamina 100 persen masih dimiliki oleh negara. Hingga saat ini, Pemerintah belum mengambil keputusan apakah memperpanjang kontrak atau menyerahkan kepada BUMN bangsa sendiri, dalam hal ini Pertamina sebagai operator yang ditunjuk. Tampaknya keputusan tersebut tidak bebas dari berbagai intervensi dan kepentingan sejumlah pihak. Namun, menyimak pernyataan sejumlah pejabat Pemerintah akhir-akhir ini, besar kemungkinan kontrak Blok Mahakam akan kembali diperpanjang kepada Total dan Inpex, dengan perubahan adanya partisipasi saham oleh Pertamina dan Daerah. Total, bisa jadi akan tetap menjadi operator. Ironi Blok Cepu yang diserahkan pada Exxon (2006), nampaknya bakal terulang kembali pada kasus Blok Mahakam. Akibat langsungnya, BUMN migas kita tetap bukan menjadi pengendali potensi besar yang bisa menjadi penyumbang pendapatan negara. Tentu saja akibat tak langsungnya masih seperti cerita lama: sumber daya negeri kaya ini memang, kemungkinan, tidak 'memberkahi' bangsa sendiri!. (Jidan/IRESS report).
Edisi 2/Oktober 2013
www.hagi.or.id
PENGURUS HAGI 2012-2014 MENGUCAPKAN SELAMAT BERKONGRES JOINT CONVENTION MEETING HAGI - IAGI 2013 MEDAN 28 - 31 OKTOBER 2013 Executive Advisors HAGI :
VP Meeting and Conference :
Prof. Dr. Djoko Santoso (DIKTI)
Edwin Trisnohadi (Paradigm)
Prof. Dr. Hery Hardjono (LIPI)
Befriko Murdianto (Chevron)
Dr. Andi Eka Sakya (BMKG)
Abdullah Nurhasan (Pertamina EP)
Dr. R. Sukhyar (Badan Geologi)
Angke Nuraini (BP)
Adriansyah, PhD (Pertamina)
Randy Condronegoro (PetroChina) Agung Adi Susanto (Pertamina UTC)
Advisors HAGI :
Asnidar (SKK MIGAS)
Prof. Dr. Wawan G.A. Kadir (ITB) Dr. Eko Widianto (Univ. Trisakti)
VP External and Capacity Building :
Abdul Muthalib Masdar (PHE)
Dr. Widya Utama (ITS)
Elan Biantoro (SKK MIGAS)
Khairul Rizal (Quest)
Yosi Hirosiadi (Pertamina EP)
Andy Manappiang (Lemigas) Ginanjar (Chevron)
Executive Committee HAGI 2012-2014 :
Boko Nurdiyanto Suwardi (BMKG)
President : Prof. Sri Widiyantoro, PhD (ITB) General Secretary : Mailendra Tibri (Kreasindo)
VP Focus Group Fascilitator :
Scientific Secretary: Dr. Andri D. Nugraha (ITB)
Dr. Susilo Hadi (P3GL)
Deputy : Zulfakriza Zulhan (ITB)
Dr. Udrekh (BPPT)
Treasury : Rusalida Raguwanti (Pertamina UTC)
Dr. Tri Wahyu Hadi (ITB)
Deputy : Andi M. Adiwiarta (PHE)
Lukman Arifin (P3GL) Hafzal Hanief (Pertamina UTC)
VP Membership and Continuing Education :
Dr. Adi Susilo (Universitas Brawijaya)
Arii Ardjuna (SKK MIGAS) Madong Mangku Hutahaen (Schlumberger)
Editorial Board Chief :
Sheila Anastasia (Chevron)
Dr. Irwan Meilano (ITB)
Fahdi Maula (Schlumberger)
Dr. rer. nat Abdul Haris (UI)
Farid Rochmadianto (PHE) Miranthi C. Dewi (Paradigm)
Dr. Hamzah Latief (ITB) Phill Cummins, PhD (ANU) Erdinc Saygin, PhD (ANU)
VP Scientific and Tech Program and Review :
Dr. rer. nat. Makky Jaya (GFZ Postdam)
Dr. rer.nat. Awali Priyono (ITB)
Dr. Eddy Arus Sentani (PND)
Dr. Rahmat Sule (ITB)
Cecep Rudiana (HESS)
Tommy A. Jusri (Pertamina UTC) M. Yunan (MIGAS) Danang Eko (BMKG) Dr. rer. nat. Wiwit Suryanto (UGM) Edisi 2/Oktober 2013
13
14
Edisi 2/Oktober 2013
HAGI SPECIAL EVENT
HAGI-IAGI MENYIAPKAN ''TOBA” JOINT CONVENTION MEETING 2013 Joint Convention Meeting (JCM) antara Ikatan Ahli Geologi dan Geofisika akan dilangsungkan di Medan, Sumut, akhir Oktober 2013. JCM mengusung spirit para pakar kebumian untuk bersama mendukung penetapan Kawasan Toba sebagai Geopark Nasional.
P
ertemuan yang akan dihelat di Medan pada 28-31 Oktober 2013 ini merupakan satu keistimewaan tersendiri. Sebagaimana lazimnya dua kepengurusan besar pakar kebumian yang bernaung di bawah HAGI (Himpunan Ahli Geofisika Indonesia) dan IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia) memiliki agenda tahunan di masing masing induk keilmuan. Pada setiap konvensi tahunan yang diselenggarakan oleh masing-masing organisasi, keduanya membidik beberapa agenda khusus menyangkut dunia keilmuan, keorganisasian dan juga kegiatan kemasyarakatan. Tahun ini tampak istimewa, sebagaimana disampaikan Ketua HAGI Sri Widiyantoro, karena bertepatan keduanya ingin melaksanakan agenda besar bersama dalam joint convention meeting yang mengusung salah satu agenda strategis yang dipandang perlu oleh kedua organisasi. '' Persiapan JCM 2013 sudah dilaksanakan sebaik mungkin melalui panitia yang secara khusus dibentuk kedua organisasi. Finalisasi persiapan sudah rampung dan kita siap melaksanakan agenda bersama dalam JCM Medan'', tegasnya. Memilih Medan sebagai basis pertemuan bukan tanpa sebab. ''Kami membidik Medan karena berkaitan dengan tema besar JCM kali ini, yakni perhatian kita dalam mendukung usulan kawasan Toba sebagai Geopark Nasional. Spirit kebersamaan inilah yang mengilhami kami dalam penyelenggaraan JCM Medan tersebut'', tambah Sri. Memang benar, kongres bersama ini mengusung tema, ''Toba Geopark: the New Spirit of Energi for Exploration and Development''. Dengan perhatian pada isu nasional yang sedang menggelora itu, diharapkan kedua pakar yang saat ini banyak tersebar di dunia pendidikan, industri dan kelembagaan stratagis mampu menangkap pentingnya pengembangan kedua bidang ilmu dalam spirit pembangunan berkelanjutan yang luas. Tampaknya, kedua organisasi benar-benar keluar dari cangkang ego keilmuan masing-masing karena memang pada kenyataannya, konsep Geopark merupakan suatu genre baru di bidang konservasi khususnya dan development (pembangunan) pada umumnya, yang
Edisi 2/Oktober 2013
menjadikan situs khas geologi sebagai lokomotif bagi pembangunan kawasan berkelanjutan yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat di seputar objek konservasi geologi. Dalam kalender geologi-geofisika, Toba merupakan jejak fenomena alamiah yang luar biasa yang jarang diketahui publik. Secara geologi maupun geofisika, Toba sesungguhnya merupakan laboratorium keilmuan yang masih jarang digali khasanahnya. Toba merupakan kaldera kuaterner raksasa – dan terbesar di dunia yang terbentuk oleh letusan gunung api raksasa yang menimbulkan fenomena alam yang mahadahsyat beberapa waktu lalu dan menjadi bagian dari sejarah dunia. Sedikit yang tahu bahwa danau itu terbentuk dari 3 kali letusan ''Super Volcano'', yakni 800 ribu tahun lalu, 500 ribu tahun lalu, serta 70 ribu tahun lalu yang memicu perubahan iklim dunia (global climate change). Masing-masing letusan menyisakan 3 kaldera yang kini menjadi Danau Toba. Pulau Samosir di tengah danau terbentuk akibat proses tektonik yang mengangkatnya. ''Nah, para peserta nanti akan menikmati wisata pengetahuan mengenai Toba dan akan diajak field trip dengan tema, “Tectono Volcanic Toba lake: Practical Analogue Sedimentology model'', guna mengenali keajaiban yang tersimpan di sekitardanau Toba'', tambah Sri. ''Field trip nanti akan dipimpin langsung oleh salah seorang pakar geologi kita, Dr. Andang Bachtiar, M. Sc.'', tambahnya. Seperti joint meeting antara HAGI dan IAGI sebelumnya, JCM diharapkan dapat menarik banyak peserta. Tentu hal ini memberikan nilai strategis tersendiri, tempat para ilmuwan dan kalangan industriawan saling berdiskusi, bertukar pendapat maupun menyampaikan informasi penting terkait kedua bidang ilmu. Industri, universitas dan masyarakat luas dengan demikian dapat mengambil manfaat dari aneka topik yang dibahas terkait eksplorasi sumber daya alam, kemajuan keilmuan hasil riset paling mutakhir, kebijakan di seputarnya dan isu-isu kemasyarakatan lainnya.
15
HAGI NEWS
Bagi Sekjen HAGI, semua rumusan yang dipersiapkan dalam agenda pertemuan tahunan HAGI sudah sesuai dengan garis besar dan visi HAGI kepengurusan periode ini yakni mengedepankan desiminasi keilmuan terkait kemajuan ilmu geofisika. ''Kami akan menghadirkan Prof. Rob van der Hilstdari MIT dan Prof. Phil Cummins dari ANU. Masing-masing akan menyampaikan keynote speech tentang perkembangan riset di bidang geofisika eksplorasi, dan mitigasi bencana alam khususnya tsunami dan gempa bumi'', tegas Mailendra Tibri. Di samping itu, kali ini HAGI juga tengah mempersiapkan proses suksesi kepengurusan demi kelancaran jalannya organisasi ke depan. Mailendra menyampaikan bahwa momentum pertemuan ini juga akan dimanfaatkan organisasi HAGi untuk memilih kandidat ketua dan pengurus periode mendatang dalam forum yang bersifat internal. Yang pasti, dua organisasi yang bersatu dalam sebuah konvensi ini memberikan angin segar bagi perkembangan komunitas keilmuan ke depan. Bila kedua organisasi pakar ini secara bergandengantangan mampu berjalan seiring dalam mengemban tugas pembangunan keilmuan secara bersama, ke depan peningkatkan mutu produk keilmuannya pasti akan dapat dipetik khalayak luas khususnya dunia industri dan tentu saja masyarakat umumnya. Menurut Presiden HAGI Sri Widiyantoro, ada beberapa agenda yang sudah mampu diimplementasikan dari kerjasama HAGI dan IAGI yang semakin meningkat akhir-akhir ini. Antara lain adalah terbentuknya program GREAT (Graduate Research on Earthquakes and Active Tectonics) di ITB yang aktif menyiapkan lulusan S2 dan S3 di bidang gempa bumi dan aktif tektonik yang kompeten. Langkah berikutnya, masih menutut Sri, diharapkan kerjasama strategis ini dapat diperluas agar terbentuk sebuah National Research Center for Earthquakes and Active Tectonics'. ''Tentu untuk itu diperlukan sinergi dan usaha keras dari para anggota HAGI dan IAGI'', tambah Profesor Seismologi ITB ini. Forum JCM Medan, sebenarnya bertepatan dengan PIT (Pertemuan Ilmiah Tahunan) HAGI ke 38 serta Pertemuan Ilmiah ke40 bagi IAGI. Namun keduanya bersepakat bahwa ajang ini diharapkan menjadi ajang bersama untuk memperkokoh dukungan pada program-program nasional yang strategis dan sekaligus memberikan inspirasi pembangunan berwawasan kedua aspek keilmuan itu – bagi masyarakat luas tentunya. Selamat berkongres dan semoga HAGI dan IAGI tetap kuat dalam mendukung kemajuan keilmuan yang memberikan manfaat bagi masyarakat luas, baik dalam skala nasional maupun internasional. (JA)
16
Edisi 2/Oktober 2013
HAGI NEWS
D
unia geosains Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya. Kamis, 27 Juni 2013, pukul 07.00, dari kompleks Lemigas Jakarta, tersiar kabar berpulangnya Prof. Dr. Ir. Suprajitno Munadi, guru besar riset bidang geofisika di Lemigas. Pria kelahiran Kendal, Semarang, 4 September 1948 ini dikenal luas sebagai 'guru dan pejuang organisasi' di kalangan geosains dan industri migas. ''Kami merasa kehilangan'', tegas Rovicky D. Putrohari, ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia IAGI. ''Kita kehilangan salah satu peneliti dan juga pengajar terbaik yang kita miliki. Sumbanganmu bagi keilmuan, pendidikan, dan organisasi begitu banyak Prof. Selamat Jalan Guru..'', demikian tulisan Hery Harjono, mantan Ketua Himpunan Ahli Geofisika Indonesia HAGI.
Orbituari
BERPULANGNYA SANG GURU SEJATI
Pak Prajit, demikian guru sederhana ini sering disapa, dikenal sebagai peneliti senior di Lemigas selama lebih dari 30 tahun dalam berbagai posisi. Selama 20 tahun terakhir, guru besar dan pengajar Geofisika UI ini mencurahkan minat dan perhatiannya pada aplikasi ilmu Elastodinamika untuk menunjang keberhasilan eksplorasi dan eksploitasi migas. Ratusan karya tulis ilmiah telah ditulis Prof. Prajit dan sebagian besar telah dipublikasikan di berbagai penerbitan dan dipresentasikan dalam pelbagai pertemuan ilmiah nasional maupun internasional. Prof. Prajit benar-benar seorang insinyur tulen karena dari tangannyalah banyak produk instrumentasi geofisika khususnya untuk kebutuhan migas ytelah dilahirkan dan kini dipatenkan. Di bidang pendidikan, Prof. Prajit dikenal luas sebagai pengajar dan inisiator program studi Geofisika di berbagai perguruan tinggi. Ia adalah penggagas dan pendiri program Geofisika di FMIPA UI yang telah berkembang sampai sejauh ini. Dunia industri mengenalnya melalui gagasan program Magister Geofisika Reservoar, FMIPA UI. Bukan hanya itu, selain mengajar ia juga membimbing dan menguji tugas akhir hingga jenjang doktoral di UI, ITB, dan UGM. Ratusan alumni bimbingan Prof. Prajit kini telah berkarya di pelbagai posisi strategis baik di instansi pemerintah maupun industri migas. Usai menyelesaikan studi S1 di FMIPA UGAM, 1973, Prajit menempuh pendidikan di Ecole National Superieuere du Petrole et des Mosteur, Institute Francais d u Pe t r o l e, Pe r a n c i s d a n memperoleh gelar Ingenieure (Ir.) Program magister dan doktornya diperoleh dari School of Science, Flinder University of South Edisi 2/Oktober 2013
Australia (1981-1986). Karir sebagai peneliti dimulai di Lemigas (1974) sebagai asisten peneliti Geofisika. Kemudian 1979-1980 diperbantukan sebagai asisten Studi East Kalimantan Gas Deliverability. Pada 1997 - 2001 sebagai Kepala Bidang Litbang Teknologi Eksplorasi dan sejak 2003 hingga wafatnya, Prof. Prajit menjabat Guru Besar Riset Bidang Geofisika di Lemigas.Di luar kesibukan sebagai birokrat, peneliti dan akademisi, Prof. Prajit aktif di beberapa himpunan profesi, antara lain HAGI, IAGI, PERHAPI, Himpunan Fisika Indonesia, Society of Exploration Geophysicists (USA), European Association for Geoscientists and Engineers, Institute for Electronics and Electrical Engineering, dan Australian Society of Exploration Geophysicists. Serbagai penghargaan dari organisasi profesi dan lembaga ilmiah telah disematkan padanya antara lain Caltex World Calss Award, Satya Lencana Karya Satya 20 tahun, Ahli Peneliti Berprestasi Departemen ESDM, Lecture Note Award, QUE Project, Physics Dept. – UI dan Lifetime Membership Award, Indonesian Association of Geophysicists. Dedikasi dan perjuangan Prof. Prajit di dunia keilmuan dan industri migas di Indonesia begitu dikenal dan kita semua berharap tunas-tunas baru menggantikan Guru, pengajar, insinyur dan teladan kesederhanaan yang luar biasa dari seorang Prof. Prajit. Selamat jalan Guru Terbaik, duka dan terimakasih kami menjadi doa pengiring perjalananmu ke keabadian. (Abdul Haris) ---
Himpunan Ahli Geofisika Indonesia menyampaikan duka mendalam dan kami sampaikan tribute dan terimakasih kepada Prof. Prajit, yang ketika sakitnya masih menyempatkan penulisan artikel ilmiah mengenai VSP yang kami muat dalam Georesonansi edisi ini.
17
HAGI NEWS Flow Simulation For Geomodeler
lapangan yang dituntut menentukan keputusan terbaik dalam penemuan cebakan hidrokarbon.
Carbonate Reservoir and Seismology for Exploration and Development; Case Study, Workshop & Fieldtrip
D
unia permodelan data migas berkembang demikian pesat. Dan oleh karena itu para awak 'kabin' pemodelan dunia migas yang mengurus data survey bawah permukaan harus terus meningkatkan kapasitasnya dalam dunia permodelan reservoir. HAGI, pada akhir Juni lalu menyelenggarkan kursus seputar dunia pemodelan geofisika dengan judul “Flow Simulation For Geomodeler” . Kursus dilaksanakan pada tanggal 17-21 Juni di Hotel Holiday Inn Bandung. Asnul Bahar, geophysicist Indonesia yang sudah lama menetap di Tusla, Amerika Serikat dan malang melintang di dunia oil and gas internasional memberikan trik khusus bagi para pemodel di dunia migas. Kursus ini mendapatkan respon cukup baik dari peserta yang berasal dari Oil Gas Company, dari PT. Pertamina EP, PT. Pertamina EP Asset 3 dan peserta dari SKK Migas. Secara umum materi pembelajaran yang disampaikan merupakan resume terbaru dari perkembangan pemodelan migas dunia. Tema menyangkut ''Integrated Reservoir Modeling '' yang telah mencapai kemajuan signifikan dalam beberapa tahun terakhir banyak perusahaan minyak di seluruh dunia disampaikan Asnul dengan sangat menarik. Pemodelan ini sesungguhnya sudah menjadi prosedur operasi standar selama proses pengembangan lapangan, namun bagaimana ''skill'' dan ''manner'' modeler dalam hal ini sangat menentukan proses pengambilan keputusan di lapangan. Dalam posisi ini, para geosaintis dan insinyur biasanya bekerja bersama dalam pendekatan multi disiplin yang berdampingan. Nah, untuk membangun model yang baik, yang dipergunakan untuk menelaah hasil survei lapangan, penting bahwa setiap paham bukan hanya tentang disiplin ilmunya sendiri namun juga dalam kerangka keahlian terintegrasi. Asnul menyampaikan bahwa dalam konteks pengujian model, perlu dilakukan integrasi pemahaman antara bagian yang satu dengan yang lain dalam penyusunan model reservoir. Hal ini memrlukan pemahaman dan pengetahuan tersendiri pada tahapan penyusunan model baik permodelan statis maupun dinamis dalam setiap pentahapan penyusunan model guna menyigi visualisasi profil bawah permukaan yang diperlukan dalam penemuan cebakan migas di dalamnya. Oleh karena itu dalam pelatihan ini para pemodel diminta untuk memraktikkan suatu simulasi aliran (flow simulation) yang dapat memberikan keyakinan pada berlakunya suatu hukum pemodelan yang khas: apakah model secara rasional dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan kebutuhan pengembangan lapangan yang ditelaah. Kesiapan para insinyur dan pengendali pemodelan sungguh sangat menentukan hasil akhir para pekerja
18
Dr. Ngakan Alit Ascaria dari Talisman Energy membawakan satu topik menarik yang cukup lengkap bagi para praktisi migas dan geosains yang berkeja di lapangan. Pengetahuan mengenai pemataan, pemodelan dan interpretasi reservoir karbonat disampaikan Alit pada kursus yang bertajuk ”Carbonate Reservoir and Seismology for Exploration and Development; Case Study, Workshop & Fieldtrip”. Kursus sekaligus workshop dan kunjungan lapangan ini diselenggarakan pada tanggal 24-28 Juni 2013 di Yogyakarta. Ada 25 orang peserta yang mengikuti workshop menarik ini yakni berasal dari beberapa perusahaan minyak seperti AWE, CNOOC SES Ltd, Husky-CNOOC Madura Ltd, JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi, PT. MEDCO E&P Indonesia, PT. Pertamina EP Asset 5, PT. Pertamina Hulu Energi WMO, PT. Petamina UTC, PT. Pertamina UBD, dan Petrochina. Selama 5 hari peserta diperkenalkan dengan suatu pemetaan reservoir yang cukup lengkap mulai dari prinsip-prinsip sedimentologi karbonat, aspek seismologi , stratigrafi dan diagenesis, serta bagaimana memanfaatkan data seismik untuk menafsirkan geometri reservoir karbonat dan karakteristiknya untuk eksplorasi hidrokarbon dan pengembangan lapangan. Pembelajaran topic ini menekankan pentingnya pengembangan model reservoir yang ditelaah dari sisi histori sedimentologinya, analisis stratigrafi, hubungan proses dan respon seismisitas cekungan yang diteliti dan suatu upaya mengekstrak karakter reservoir karbonat yang mampu dilihat dari pemodelan dan interpretasi data seismiknya. Berbagai contoh dan pemaparan diberikan seperti klasifikasi karbon menurut pengendapan, platform stratigrafi, evolusi sedimen batuan, pemodelan & interpretasi data menggunakan AVO ( Amplitude Versus Offset ) dan lain sebagainya. Peserta oleh Alit dibawa dalam field trip untuk mengetahui wujud pemodelan reservoir di lokasi geologi khas di Wonosari Yogyakarta. Pada umumnya peserta memberikan apresiasi positif pada training yang cukup lengkap dari sisi materi hingga pengenalan medan di lapangan yang sangat berguna sebagai pembekalan praktisi migas pada umumnya.
Edisi 2/Oktober 2013
HAGI NEWS
Fundamental Geophysics
B
agi ''awak kabin'' migas di departemen eksplorasi, persoalan dasardasar penggunaan metoda seismik masih tetap relevan karena sudah merupakan sebuah proses generic yang harus dilalui sebelum dan selama proses pematangan lapangan untuk menentukan lokasi deposit hidrokarbon yang mengandung cebakan migas. Bertempat di Bandung dengan memanfaatkan keahlian mutakhir praktisi dan akademisi asal ITB, HAGI menyelenggarakan kursus ”Fundamental Geophysics''. Diselenggarakan mulai tanggal 1 Juli hingga 5 Juli 2013. Materi disampaikan Dr. rer.nat Awali Priyono dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Dr. Supriyono dari BP Indonesia. Kursus yang diselenggaran selama 5 hari ini diikuti oleh 15 peserta yang tediri dari praktisi eksplorasi dan regulator migas dari Chevron Indonesia Company, Premier Oil, Mobil Cepu Ltd, PT. Abitech Matra Indah, PT. Medco E&P Indonesia, PT. Pertamina EP Asset 3, PT. Pertamina (Persero), PT. Pertamina UTC, SKK Migas, dan Star Energy. Secara umum peserta kursus belajar mengenai dasar-dasar pemodelan geofisika yang umumnya sangat generic di dunia perminyakan yang antara lain meliputi pentahapan seismic processing yang dimulai dengan dasar-dasar teori perambatan gelombang, metoda pengambilan data dan pengolahan data seismic untuk kebutuhan eksplorasi. Peserta dalam 5 hari pembelajaran cukup lengkap mengenai pentahapan proses pengambilan dan pengolahan data seismic baik untuk data 2D dan 3D yang dikenal di dunia oil and gas. Pembicara dari kalangan praktisi juga menjabarkan materi mutakhir yang ada dan dipergunakan dalam akuisisi data dan pemodelan data menggunakan proses-proses standar dalam seismic modeling. Peserta juga memperoleh wawasan mengenai proses interpretasi data yang terhubung dengan kebutuhan praktis pengembangan data yang memang relevan di lapangan karena kedua pemateri adalah konsultan ahli dan praktisi pemodelan data seismic yang sudah memiliki pengalaman tahunan dalam mengenali kasus-kasus pengolahan data seismic paling anyar di dunia eksplorasi migas. (NM)
Edisi 2/Oktober 2013
19
HAGI REGULAR COURSES 2013 C ou rse s
I ns truc tor
Date
Ve nu e
Flow Simulation for Geomede le r
Dr. Asnul B ahar (Kelkar Associate s)
17 – 21 June 2013
B andung
Carbonate R ese rvoir and Seismology for Exploration and Development; Case Study, Workshop & Fie ldtrip
Dr. Ngakan Alit Ascaria, Ph.D. (Talisman Energy) & Leonard Lysapaly
24 – 28 June 2013
Yogyakarta
Fundame ntal Geophysics
Supriyono (BP Indo nesia) & Pro f. Dr. Rer. nat. Awali Priyono (Bandung Institute o f Technology)
1 – 5 July 201 3
B andung
Pe tro le um Ge ology fo r No n-Earth Scie ntist
Elan B iantoro (SKKMigas) & Dwiharso Nugroho(ITB)
9 – 13 Septe mber 2 013
B andung
Petroleum Geology and Pe troleum System of Indonesia : Current Kno wle dge
Awang Harun Satyana (SKKMIGAS)
7 - 11 October 201 3
Manado
Modelling Fracture Reservoir,a
Abdul Latif Setyadi, ME (SGS-Horizon)
11 - 15 November 2013
Surakarta
Seismic Parameter Design and Operation Quality Control
Dr. Alpius Dwi Guntara (Pertamina)
25 – 29 November 2013
Yogyakarta
Dynamic Fractured Reservoir
Dr. Thomas L. Davis (Colorado School of Mine)
25 – 29 November 2013
Yogyakarta
Rock Physics for Seismic Reservoir Characterization
Dr. Tapan Mukerji (Stanford University)
16 - 20 Desember 2013
Batam
For more details information and registration, please contact the following address : HAGI Secretariat : Patra Jasa Office Tower, 20th Floor Room 2045 Jl. Jend Gatot Subroto Kav. 32-34 Jakarta Selatan 12950, Indonesia Phone/Fax. +6221.5250040 Email:
[email protected] Visit uor website : www.hagi.or.id
20
Edisi 2/Oktober 2013
WAWANCARA
Hanang Samodra
GEOPARK :
BERSAMA MEMULIAKAN WARISAN BUMI
W
acana Geopark mengemuka dan menjadi salah satu arus besar untuk meningkatkan potensi geologi Indonesia di kancah dunia seraya membangun kawasan ecowisata yang bernuansa keanekaragaman geologi (geodiversity). Konsep yang pernah diusung Prof. Guy Martini dan Nicholas Sorous – dua-duanya yang menjadi pendekar sekaligus pengusul agar Unesco memerhatikan aspek geologi kawasan sebagai aset yang harus diselamatkan dunia. Wacana geopark menjadi strategis di Indonesia manakala melihat potensi geodiversity Indonesia yang demikian kaya dengan sejarah geologi yang menyimpan situs-situs tingkat 'dunia' yang dapat dilihat sebagai warisan bumi khas Indonesia. Saat ini Indonesia memiliki 3 kawasan Geopark, dengan Gunung Batur menjadi salah satu yang sudah ditetapkan sebagai Geopark Dunia menurut Unesco (2012). Selain itu kawasan Gunung Sewu di Pacitan dan Merangin di Jambi yang memiliki kekhasan geologi luar biasa sudah dijadikan Geopark Nasional. ''Saat ini saya di Gunung Sewu sedang menyiapkan penetapan kawasan ini untuk dijadikan salah satu Geopark Internasional yang akan ditetapkan Oktober ini'', tegas Hanang Samodra, 57, Ahli Peneliti Utama Badan Geologi yang ditunjuk sebagai salah satu punggawa pelestarian situs geologi untuk Geopark Indonesia. Sejak konsep ini dikembangkan sekitar tahun 1992, ahli-ahli geologi, geofisika dan pakar sektor lainnya masuk dalam Komite Nasional Geopark Indonesia, guna melihat pentingnya kekayaan geologi menjadi bagian dari pembangunan berkelanjutan yang berorientasi penyejahteraan rakyat setempat. Jidan Abshari dari Georesonansi mewawancarai Hanang untuk melihat implementasi geopark yang baru bergerak sekitar 2009. Ayah dua anak kelahiran Yogya, 2 Juli 1956, lulusan S1 UPN (1975) dan S2 Unpad Geologi (2009) ini menuturkan pengalamannya. Berikut petikannya:
Edisi 2/Oktober 2013
21
WAWANCARA
Mengemukanya konsep geopark merupakan angin segar bagi upaya penyelamatan lingkungan. Bisa diceritakan latarbelakang konsep dan implementasi Geopark ini? Ya. Geopark pada dasarnya adalah salah satu instrumen melakukan pembangunan di suatu wilayah dengan mempertimbangkan keberadaan sumber daya alam khas yang meliputi kondisi khas suatu wilayah yang mengandung keanekaragaman geologi, keanekaragaman hayati dan keragaman budaya. Pengertian Geopark dapat dipahami melalui arti, fungsi dan implementasinya sebagai komponen yang berkaitan dengan alam dan kehidupan di bumi. Oleh sebab itu konsep Geopark memiliki tiga pengertian dasar, yaitu: Merupakan kawasan yang memiliki makna sebagai suatu warisan geologi (sehingga perlu dilestarikan), sekaligus sebagai tempat mengaplikasikan strategi pengembangan ekonomi berkelanjutan yang dilakukan melalui struktur manajemen yang baik dan realistis.
Kelihatannya ilmu kebumian,khususnya geologi kini menjadi leading sektornya ya dalam hal Geopark? Ya, dalam konteks geologi wacananya tidak terlepas dari istilah geodiversity atau keanekaragaman geologi di suatu kawasan. Ini adalah istilah yang menerangkan suatu keragaman komponen geologi yang dapat mewakili proses evolusi geologi (kebumian) pada suatu kawasan. Keanekaragaman geologi tersebut dapat menjadi kekayaan hakiki yang dimiliki oleh suatu daerah. Ada beberapa unsur geodiversity antara lain : mineral, sedimen, fosil, tanah, dan air. Dari sisi bentuk, fenomena geologi memiliki berbagai variasi, mulai dari kawasan yang memiliki keindahan bentang alam (landscape) pada permukaan bumi (seperti gunung, lembah, sungai, danau, telaga), sampai pada singkapan berbagai jenis batuan langka, singkapan batuan berfosil langka, dan fenomena spektakuler lainnya di bawah permukaan kawasan karst seperti stalaktit, stalagmit, batu aliran, dan sebagainya. Fenomena alam geologi tersebut merupakan jejak dari proses kebumian yang berkaitan dengan sejarah pembentukan bentangalam yang mengandung nilai ilmiah kebumian (geologi) dan keunikan yang merupakan warisan alam geologi (geoheritages) baik dalam skala lokal, regional, nasional maupun dunia, sehingga perlu dijaga kelestariannya. Namun jangan lupa, komponen lain seperti keanekaragaman hayati dan budaya masyarakat setempat menjadi satu kesatuan dalam konsep ini.
Dalam konteks Indonesia, seperti apa gambarannya? Luar biasa, kita ini benar-benar kaya. Secara geologi saja, keanekaragaman geologi (geodiversity) kita luar biasa. Kita memiliki 127 gunung api aktif, paling banyak di dunia. Mineral, sedimen ragam variasinya. Belum lagi fenomena spektakuler di kawasan karst. Ribuan pulau dan setiap pulau memiliki kekhasan pantainya, bentang alam secara umum.. kita tidak kekurangan bahan. Dari sisi keanekaragaman hayati, sebut saja satu pulau
22
Papua, ia memiliki keanekaragaman hayati no. 2 terbesar di dunia. Kekayaan hayati laut di Raja Empat, misalnya. Kemudian mengenai budaya, kita memiliki kekayaan yang terpendam maupun yang sudah dikenal ratusan bahasa, manusia yang jejaknya juga sangat dikenal dunia dari jaman prasejarah. Ini merupakan kekayaan alamiah Indonesia yang hanya bisa disaingi oleh Cina sebagai negara yang memiliki pengakuan paling hebat dalam segala aspek keanekaragaman.
Sebenarnya bagaimana mekanisme suatu kawasan digolongkan dalam Geopark? Suatu kawasan ditetapkan sebagai geopark itu merupakan mekanisme bottom up. Ada suatu kajian terhadap potensi lokal, kemudian diajukan dalam suatu komite untuk ditetapkan menjadi kawasan Geopark. Kajian dilakukan awalnya bersama dengan stakeholder lokal, dalam hal ini pemda. Kawasan yang dikenali memiliki kekhasan geologi, hayati dan budaya, maka ia memiliki potensi untuk diajukan dalam satu tim kajian pusat dan lokal, untuk ditetapkan menjadi geopark lokal. Kemudian dari sini statusnya ditingkatkan. Potensi lokal ini kemudian diajukan untuk diteliti Komite Nasional Geopark Indonesia (KNGI), yang akan memilah dan memilih layak atau tidaknya suatu kawasan dijadikan Geopark Nasional. Kalau dari sisi geologi, di Indonesia terdapat 170 kawasan yang berpotensi menjadi Geopark. Badan Geologi sudah menetapkan 32 situs geologi sebagai kawasan Geoconservation, ini suatu modal penyusunan geopark. Di antaranya Danau Toba, Merangin Jambi, Danau Kelimutu, Gunung Anak Krakatau, Gunung Batur, Gunung Tangkubanperahu, Gua Pawon, Pegunungan Sewu, Api abadi Mrapen, Danau Kelimutu, Gunung Rinjani, Gunung Bromo, Tambora, serta Ngarai Sihanouk.
Saat ini sudah ada berapa Geopark di Indonesia? Dari pemilahan dan kemudian penetapan oleh pemerintah, kita kini memiliki kita memiliki 3 Geopark nasional yakni Kawasan Geopark Gunung Batur di Bali, Pegunungan Sewu di Pacitan, dan Merangin, Jambi. Ketiga geopark ini memang memuat satu kekhasan biologi yang luar biasa. Batur, saat ini sudah ditetapkan menjadi Geopark Internasional yang diakui Unesco. Sebentar lagi akan ditetapkan 3 geopark nasional lagi yakni Danau Toba, Gunung Rinjani dan Kawasan Raja Ampat di Papua. Namun sesuai kondisi Raja Empat perlu kita sesuaikan karena walaupun Raja Ampat kawasan yang kaya keanekaragaman geologi dan hayati, tapi masyarakatnya tidak ada, maka tidak sesuai dengan motto Geopark, ''Memuliakan warisan bumi, Menyejahterakan masyarakat''. Kita akan perluas wilayahnya sampai ke Wai Geo di Kabupaten Raja Ampat. Gunung Batur sudah ditetapkan oleh Unesco sebagai Geopark Dunia yang ditetapkan di Bali dan dihadiri Menteri ESDM dan Ekonomi Kreatif, 21 September 2012 lalu. Nah, saat ini kita tengah mengajukan dua lagi yakni Pegunungan Sewu dan Merangin yang akan diajukan pertengahan Oktober ini.
Edisi 2/Oktober 2013
WAWANCARA
Apa sebenarnya visi dan manfaatnya penetapan suatu wilayah masuk dalam Geopark. Ada efeknya tidak di masyarakat? O, tentu. Di tingkat lokal dan nasional manfaatnya adalah sisi pengetahuan dan menyejahterakan masyarakat. Konsep Geoproduct akan beriringan dengan upaya pelestarian kawasan, masyarakat setempat diajak bersama untuk merawat sekaligus menghidupkan wilayah dengan aneka upaya ekonomi. Kegiatan wisata berkembang, memacu penyediaan aneka produk lokal khas, ini diharapkan memacu kegiatan ekonomi yang menyejahterakan warga kawasan. Dari sisi hubungan internasional, khususnya akan menggenjot wisatawan. Dari aspek wisata, kalau suatu wilayah ''branded'' atau diakui dunia maka kampanye wisata menjadi bagus, dikenal dan terjadi peningkatan kegiatan tourism. Sebagai salah satu contoh di Batur, baru diumumkan sebagai kawasan geopark Nasional 2-3 tahun dan ditetapkan Unesco, pariwisata ke Batur meningkat 10% per tahun rerata. Ini antara lain hasilnya, tapi semua itu kan proses.
Siapa yang memangku kepentingan Geopark dari sisi Pemerintah? Ada 3 pilar Geopark yakni konservasi, edukasi, dan penumbuhan nilai ekonomi lokal melalui wisata. Bila ditengok hal itu maka setidaknya ada 3 kementerian yang terlibat yakni ESDM, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan Kementerian Pendidikan. Ketiga unsur ini terlihat di Batur kemaren saat ditetapkan Unesco sebagai Geopark Internasional. Ada Pak Jero Wacik, Ibu Marie Pangestu dan dari Pendidikan ada Pak Arif Rahman dari Komita Nasional Indonesia untuk Unesco (KNIU).
memang layak untuk dikembangkan industri. Tapi dalam pertimbangan geopark, ada nilai ekonomi yang tidak bisa tergantikan. Dengan melihat umur tambang, bisa dikeluarkan untuk dijadikan kawasan konservasi. Tapi inilah yang harus dipilah dan dipilih karena dalam konteks Geopark, faktor manusia penting. Berbeda dengan konsep world heritage yang hanya mengandung unsur konservasi alam tidak memasukkan unsur manusia. Geopark berorientasi konservasi namun manusianya menjadi pemberdaya.
Di dalam pertemuan yang akan berlangsung di Medan, HAGI dan IAGI berkongres dan mengangkat tema Geopark dalam konvensi bersama mereka. Apa pandangan Anda? Ya, saya melihat kedua bidang ilmu ini tidak bisa berdiri sendiri. Dalam konteks kebumian dan geopark ini saya juga sudah melihat dukungan yang tidak kecil dari pakar-pakarnya. Saya kira bagi kita semua harus sadar dan saya mengapresiasi gagasan yang diusung HAGI-IAGI ini agar apa yang sudah dirintis para pendahulu kita, geolog, geofisikawan dalam merawat bumi ini bisa dilanjutkan oleh generasi yang lebih muda supaya sustain.
Dalam konteks geopark, bukan saja disiplin kebumian yang akan bekerjasama, kita melibatkan Pekerjaan Umum untuk bangun prasarana, BPPT untuk ikut bangun sel surya kelistrikan, Pariwisata untuk wisatanya, UKM untuk pemberdayaan masyarakat. Sudah saatnya kita melihat dalam skala perhatian yang lebih luas, bukan dari satu sektor atau disiplin ilmu saja. Kita bersama untuk peduli. Di KNGI, juga merupakan gabungan berbagai disiplin ilmu dan kepakaran. Sudah saatnya kita bekerjasama untuk suatu yang lebih besar dan strategis.
Kalau sebagai slogan tentu baik-baik saja, tapi implementasinya apa ada hambatan yang ditemukan dalam pengembangan konsep ini? Ya, ini khas milik kita. Karena sifatnya bottom up dan bekerja sama antar kelembagaan di tingkat lokal hingga internasional. Di daerah masih banyak yang ragu. Contohnya di Wonogiri, ada kawasan karst yang ditambang, mereka bangun pabrik. Di kawasan Geopark tidak bisa dicampur dengan pabrik semen. Pabrik harus dikeluarkan dahulu, karena dia mengeksploitasi sumberdaya.
Negosiasinya? Ya, dalam hal ini memang harus banyak diskusi dan penjabaran. Konsep ini harus dipahami secara luas dan disosialisasikan dengan benar. Kalau ada pertarungan kepentingan, kita jelaskan. Di kawasan Geopark, tidak boleh ada aktivitas tambang. Ini suatu pilihan. Kawasan karst tidak semuanya indah, kita bisa usulkan
Edisi 2/Oktober 2013
23
PROFIL
Karen Agustiawan
TO SIR WITH LOVE Usai berkarir di sejumlah perusahaan migas, Desember 2006, Karen diangkat menjadi salah satu staf ahli Dirut Pertamina ketika itu, Ari H. Soemarno. Pada 2008, ia kemudian menduduki jabatan Direktur Hulu menggantikan Susuken Soemarinda. Belum setahun, pada awal tahun 2009, dia diangkat menjadi Dirut Pertamina. Tahun 2013 ini, masa jabatan Karen sebagai Dirut Pertamina berakhir dan Maret lalu diperpanjang hingga diangkatnya dirut definitif.
P
erempuan paruh baya kelahiran Bandung, tentu saja berbinar diingatkan hendak berulangtahun. Ia genap 55 tahun pada 19 Oktober tahun ini. Galaila Karen Agustiawan, ini kini telah dikenal sebagai salah satu wanita paling moncer di dunia migas karena sukses mengerek Pertamina menjadi salah satu operator migas kelas dunia dan masuk dalam Perusahaan berkinerja terbaik ke-122 dari Top 500 Majalah Bisnis terkemuka Fortune. Menteri BUMN, Dahlan Iskan memberi apresiasi tersendiri pada acara syukuran beberapa waktu lalu di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta. ''Ayo ibu Karen maju'', seloroh hadirin. ''Ini untuk perusahaan terbaik dan yang membawa nama baik Indonesia di dunia Internasional'', kata Dahlan saat tumpengan HUT Kemerdekaan RI itu. Karen, lulusan Fisika Teknik ITB 1983, mengawali karier di dunia perminyakan bersama Mobil Oil Indonesia ketika perusahaan ini diakusisi ExxonMobil, 1994. Sebelum menjabat Dirut Pertamina, Karen pernah bekerja di Halliburton Indonesia (2002-2006), Landmark Concurrent Solusi (1998-2002), CGG Petrosystem (1998), Mobil Oil Indonesia (1994-1996 dan 1984-1988), serta Mobil Oil Dallas US (1989—1992).
Perempuan yang mengaku tomboi, ingin membawa Pertamina menjadi perusahaan energi kelas dunia pada 2025 melalui Program Energizing Asia. ''Visi Pertamina baru adalah menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia, sedangkan misinya adalah menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara terintegrasi berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat'', tegasnya. Kinerja Karen yang moncer pernah dihadiahi majalah Forbes sebagai salah satu dari 50 Pelaku Bisnis Wanita Paling Kuat Se-Asia. Selain berkutat dengan industri energi, Karen juga menjadi pembelajar sejati. Ia kerap diundang mengisi kuliah umum di beberapa universitas negeri seperti Undip, UGM, dan UI. ''Saya terinspirasi film favorit saya, To Sir with Love, yang mengisahkan seorang guru dalam mendidik anak-anak nakal di Bronx, New York. “Saya itu tomboi. Sekolah naik motor meski tidak punya SIM,” akunya mengenang masa remaja yang bersekolah di SMA 3 Bandung. ''Karena sering mengajak termen-teman membolos dan makan pempek di Jalan Setia Budi, saya dan Ayah pun dipanggil kepala sekolah. Jangan dicontoh ya?'', katanya tergelak.
Jero Wacik
KESEIMBANGAN
J
ero Wacik yang lahir di Singaraja, Bali, 24 April 1949 banyak bercerita kepada media di tengah acara Konferensi APEC di Nusa Dua Bali, awal Oktober ini. ''Kalau mengenai energi, Konsep Tri Hita Karana harus dijadikan konsep pembangunan dunia'', katanya. Tri Hita Karana atau tiga cara bahagia dengan menyeimbangkan manusia dengan sesamanya, dengan alam dan ciptaannya, merupakan motto yang ia terapkan dalam bekerja. Usai dihantam badai di departemennya karena kasus SKK Migas, Lulusan Teknik Mesin ITB 1974 dan Fakultas Ekonomi UI (1983) mengajak swasta untuk ikut menjadi penyedia energi alternatif bagi pasok energi yang terus meningkat akhir-akhir ini. Konsep Tri Hita Karana, kata Wacik, sudah digodok sejak ia menjadi Menteri Pariwisata dan Kebudayaan. "Dulu waktu saya menjadi Menteri Pariwisata sudah ada pemikiran untuk menjadikan ini sebagai konsep dunia," katanya usai acara pembukaan Konferensi Internasional Tri Hita Karana dalam Pembangunan Berkelanjutan. Acara tersebut dibuka Presiden SBY di sela-sela penyelenggaraan KTT APEC di Nusa Dua, 6 Oktober 2013 lalu.
minyak'', sergahnya. Ia pun menyebutkan dalam memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat dan sumber yang makin terbatas, Indonesia harus segera memanfaatkan sumber energi terbarukan dengan tetap memerhatikan lingkungan hidup. ''Kini bukan saja mengekplorasi dan mengekploitasi migas, tapi mari kita mulai dengan menggelorakan pemanfaatan sumber energi terbarukan," ujarnya. Kita, kata Jero Wacik adalah negara sangat kaya bukan saja dalam hal sumber energi fosil, namun juga sumber energi terbarukan. '' Mau ikut, kami janji ciptakan mekanisme yang menarik untuk swasta'', katanya. Janji? Harus dilaksanakan dan ditepati lho Pak. Itu namanya seimbang.
''Kita harus berpikir keras dan mengurangi ketergantungan pada
24
Edisi 2/Oktober 2013
KOLOM AHLI
Suprajitno Munadi
MENINJAU ULANG VSP (VERTICAL SEISMIC PROFILING)
V
SP (Vertical Seismic Profiling) : suatu metode pengumpulan rekaman seismik dengan cara menempatkan geophone di sepanjang sumur pengeboran, pernah mendapatkan banyak perhatian dari para ahli geofisika pada awal tahun 1980-an, entah mengapa perhatian ke arah ini sangat berkurang. Banyak harapan ditumpukan pada VSP pada saat itu, di antara adalah :
1. VSP akan menggantikan check shot survey karena check shot survey hanya memperhatikan first break arrival saja, sedangkan VSP memperhatikan first break arrival dan gelombang-gelombang yang datang belakangan yang lebih banyak mengandung i n f o r m a s i tentang lapisan bawah permukaan. 2. VSP mempunyai resolusi yang lebih tinggi dibanding seismik biasa (karena lintasan penjalaran gelombangnya lebih pendek) sehingga pemetaan reservoir di sekitar sumur pengeboran akan dapat dilakukan dengan lebih teliti. 3. VSP dapat memprediksikan lapisan reservoir yang lebih dalam dari pada kedalaman sumur bornya itu sendiri. 4. VSP dengan geophone tiga komponen memungkinkan kita untuk mendapatkan semua parameter petrofisika lapisan-lapisan batuan bawah permukaan, selain itu juga particle motion dari gelombang di dalam reservoir. 5. VSP dapat memberikan informasi tentang anisotropi dan heterogenitas lapisan reservoir lebih baik dari pada data seismik biasa.
Berdasarkan harapan-harapan tersebut di muka, maka VSP sudah semestinya dapat dipakai untuk meningkatkan keberhasilan pengembagan lapangan, terutama untuk menghindari gagalnya pengeboran. Berikut ini akan diberikan contoh-contoh, bagaimana VSP mampu mencitrakan struktur lapisan bawah permukaan yang ada sesarnya, bagaimana VSP dapat menghasilkan rekaman gelombang S, juga bagaimana VSP memberikan informasi tentang posisi zona gas serta GWC (Gas Water Contact) berdasarkan sifat-sifat petrofisika batuan.
Terlihat pada Gambar 1 bahwa pada mulanya semua gelombang menuju kebawah (DGW / down going waves) kemudian ada beberapa gelombang berarah ke atas (UGW / upgoing waves) yang terekam setelah first arrival (tpp). Hanya data first arrival inilah yang diperhatikan dalam check shot survey. Jadi banyak informasi penting dalam VSP yang sejauh ini tidak dimanfaatkan. Gambar 1. Rekaman seismik sintetik model satu lapisan pemantul dari konfigurasi offset VSP dengan jarak sumber 600m. Bila jarak sumber = 0, maka konfigurasi pengukuran disebut zero offset VSP. Bila sumber bergerak menjauhi sumur, konfigurasi pengukuran disebut Walk Away Source VSP (Munadi and Greenhalgh,1986).
Edisi 2/Oktober 2013
25
KOLOM AHLI
Apakah VSP dapat mendeteksi keberadaan sesar di luar sumur pengeboran ? Gambar 2 (kiri) menjawab hal itu, sedangkan Gambar 2 (kanan) adalah bagian UGW dari Gambar 2(kiri) yang telah mengalami transformasi koordinat sehingga penampakannya mirip penampang seismik biasa (surface seismic). Jadi kita dapat mecitrakan sesar dengan memanfaatkan VSP.
Gambar 3. Rekaman VSP dapat diubah menjadi kurva-kurva petrofisika sehingga mirip data log sumuran. Dalam hal ini K adalah modulus bulk dan µ adalah rigiditas (Ahmed, 1987).
Masih banyak lagi hal-hal menarik dari VSP yang dapat dilaporkan, tetapi tak akan dapat diutarakan semua dalam tinjauan singkat ini. Diantaranya adalah:
Walaupun data VSP jelas-jelas mempunyai resolusi lebih tinggi dari pada data seismik permukaan, tetap saja ada usaha-usaha untuk meningkatkan resolusinya. Lihat Ahadi dan Riahi ( 2013). VSP juga diharapkan dapat menjadi alat untuk menyelidiki anisotropi secara lebih teliti (Tsvankin, dkk., 2010). Perkembangan terbaru dalam VSP adalah diperkenalkannya konsep transformasi VSP-SSP yakni usaha untuk mengubah data VSP menjadi data Surface Seismic Profile (virtual), dan juga VSP-SWP(Single Well Profile). Bila hal ini berhasil, kita akan mendapatkan citra bawah permukaan dengan resolusi yang jauh lebih tinggi dari pada yang sejauh ini kita kenal dari data seismik (Schuster, 2009). DAFTAR ACUAN Ahadi, A., dan Riahi,M.A., 2013, Application of Gabor deconvolution to zero-offset VSP data, Geophysics, Vol.78,No.2, hal. D85-91 . Ahmed H., 1987, Mode Converted Shear-waves in three component VSP data, 57th, Annual Meeting, New Orheans Gambar 2. Bawah : Rekaman VSP yang didapat bila ada sesar di luar sumur pengeboran. Setelah diambil yang UGW nya saja dan dilakukan transformasi koordinat akan diperoleh penampang seperti tampak pada gambar kanan. Terlihat keberadaan sesar yang berjarak 300m dari sumur dapat dideteksi dengan jelas (Gurusinga, 1988).
Rekaman gelombang rpp dan rps (Gambar 1 atau gambar 2 kanan)dapat diinversi menghasilkan impedansi gelombang P dan impedansi gelombang S, dari keduanya dapat diturunkan nilai Vp/Vs. (Vp adalah kecepatan gelombang P di dalam lapisan batuan dan Vs adalah kecepatan gelombang S di dalam lapisan batuan), dari rasio ini dapat diturunkan lagi nilai-nilai parameter petrofisika batuan reservoir yang lain yang sangat berguna untuk mengkarakterisasikan reservoir migas, kemudian dengan melakukan transformasi kordinat dapat diperoleh log semu seperti tampak pada Gambar 3.
26
Gurusinga, P. 1988, Migrasi data VSP dengan transformasi koordinat, Skripsi S1 Geofisika, UGM. Munadi, S. and Greenhalgh S.A., 1986, Theoretical vertical seismic profiling seismogram,Geophysics, Vol.51, No.6. pp.1252-1265.
Schuster, G.T., 2009, Seismic Interferometry, Cambridge University Press. Tsvankin, I., dkk., 2010, Seismic anisotropy in exploration and reservoir characterization: An overview, Geophysics, Vol.75, No. 5, Sept-Oct., hal 75A15-29.
Edisi 2/Oktober 2013
KOLOM AHLI
Muhammad Najib Habibie dan Donaldi Sukma Permana (BMKG) :
GELOMBANG EKSTRIM DAN TANTANGAN PENANGGULANGANNYA DI INDONESIA
P
engetahuan atas karakteristik gelombang sangatlah penting bagi banyak bidang kemaritiman seperti keselamatan pelayaran, industri lepas pantai, pengembangan wilayah pantai, pertahanan dan desain kapal. Sebagai negara maritim yang berada diantara dua samudera, Indonesia mempunyai tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gelombang tinggi. Gelombang ekstrim atau gelombang tinggi, bertanggungjawab atas banyak kecelakaan laut. Biasanya hal ini berkaitan dengan kondisi siklon tropis dimana tinggi gelombang sangat tinggi. Kejadian gelombang tinggi ini biasanya sangat sedikit tandatandanya dan dapat terjadi secara acak baik tempat maupun waktunya.
Gelombang ekstrim dapat ditinjau dari sisi statistik maupun akibat yang ditimbulkannya. Dari sisi statistik kejadian ekstrim biasanya jarang terjadi, tetapi akibat yang ditimbulkan sangat besar bagi lingkungan. Kejadian ekstrim tidak hanya dipelajari sebagai masalah statistik dengan penekanan pada masalah frekuensi dan besaran kejadiannya, tetapi juga harus diselidiki mengenai mekanisme dan dinamika yang mendasarinya. Simulasi dan prediksi gelombang ekstrim menjadi isu penting pada saat ini karena meningkatnya potensi ancaman kerusakan bagi kehidupan manusia dan infrastruktur sosial. Meningkatnya populasi dan berkembangnya wilayah pantai untuk berbagai kepentingan dewasa ini menambah pentingnya informasi tentang gelombang ekstrim ini. Salah satu kejadian yang pernah tercatat di Indonesia yaitu gelombang tinggi tanggal 17-19 Mei 2007 yang menghantam pantai barat Sumatera, selatan Jawa sampai Flores. Kejadian ini mengakibatkan banyak kerusakan infrastruktur, serta menyebabkan ribuan penduduk di daerah terimbas mengungsi menuju daerah yang lebih aman. Kejadian ini tidak terprediksi dengan baik sehingga masyarakat tidak memperoleh peringatan dini. Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Terjangan gelombang di sepanjang garis pantai mengakibatkan lumpuhnya aktivitas kepariwisataan, rusaknya perahu nelayan, dan ribuan warga mengungsi ke kawasan yang aman. Ada perbedaan pendapat dari para ahli
Edisi 2/Oktober 2013
mengenai faktor penggerak yang diduga berkontribusi memicu terjadinya gelombang besar tersebut. Gelombang dengan tinggi 2-6 m menerjang 11 provinsi (NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali) pada tanggal 18 Mei 2007 dan pada tanggal 19 Mei 2007 gelombang ini menjalar ke Nusa Diantaranya adalah terjadinya badai tropis dengan kecepatan angin > 35 m/s di Tanjung Harapan (Afrika Selatan) pada tanggal 9 Mei 2007, pasang surut pada kondisi ekstrim (purnama dan perigee), dan gelombang Kelvin. Salah satu upaya mitigasi terhadap bencana ini yaitu dengan aplikasi dan pengembangan sistem prediksi gelombang yang baik. Salah satu implementasinya yaitu adopsi model prediksi gelombang yang mutakhir yaitu model generasi tiga. Beberapa model yang termasuk dalam kelompok generasi tiga diantaranya Marine Research Institute-III (MRIIII) yang dikembangkan Jepang, Delf 3D oleh Belanda dan WAVEWATCH-III dikembangkan oleh NOAA, USA. Keunggulan dari model generasi tiga ini adalah mampu mensimulasikan swell dengan baik. Swell merupakan gelombang non-linear yang terlepas dari daerah pembentukannya, dan umumnya mempunyai tinggi gelombang yang besar. Pada kasus ini kami mencoba mensimulasikan kembali gelombang ekstrim yang terjadi pada tahun 2007 menggunakan WAVEWATCH-III, guna mengetahui performa dan peluang penggunaannya dalam sistem prediksi gelombang dimasa datang. Simulasi WAVEWATCH menunjukkan gelombang tinggi mulai mencapai pantai barat Sumatera pada tanggal 17 Mei 2007. Gelombang ini dipicu oleh adanya badai tanggal 9 Mei 2007 di Tanjung Harapan, selatan Afrika, dan pada tanggal 10 Mei 2007 terlihat adanya gelombang signifikan dengan tinggi >6 meter di daerah tersebut yang mengarah ke Samudera Hindia. Pada tanggal 14 Mei gelombang tinggi tersebut meninggalkan Tanjung Harapan dan menjalar mengarah ke wilayah Indonesia. Gelombang dengan tinggi lebih dari 2,5 meter sudah mulai menerjang pantai barat Sumatera pada tanggal 17 Mei dan pada tanggal 18 Mei gelombang dengan tinggi lebih dari 4 meter sampai ke pantai barat Sumatera.
27
KOLOM AHLI
Simulasi gelombang secara global pada saat kejadian tersebut terlihat seperti Gambar 1a. Kejadian gelombang tinggi ini berhubungan dengan kondisi angin yang bertiup di Samudera Hindia. Mulai tanggal 9-14 Mei 2007, angin bertiup secara persisten di wilayah Tanjung Harapan, selatan Afrika dengan kecepatan lebih dari 22 m/s dan mengarah ke Samudera Hindia (Gambar 1b). Angin yang kencang dan mempunyai arah yang tetap ini menyebabkan terbentuknya gelombang windsea yang kemudian berkembang menjadi fully developed sea atau swell. Salah satu ciri-ciri swell adalah arah gelombangnya pada umumnya tidak sesuai dengan arah angin lokal. Swell umumnya terjadi di laut lepas, dan dapat mencapai jarak yang sangat jauh dari daerah pembentukannya dengan sedikit pembelokan arah. Karena pada kasus ini arah angin persisten menuju wilayah Indonesia, maka swell yang terbentuk menuju ke wilayah tersebut. Menurut berita dari media massa pada tanggal 17 Mei 2007 malam sekitar pukul 21.00 WIB gelombang tinggi mulai menghantam pantai barat Sumatera dengan ketinggian 3-4 meter. Data angin wilayah Indonesia menunjukkan kondisi yang tenang (calm). Kejadian ini dapat disimulasikan dengan baik oleh model WAVEWATCH-III pada waktu yang sama. Dari simulasi ini didapatkan arah gelombang yang berbeda dengan arah anginnya, hal ini mengindikasikan bahwa gelombang tinggi yang terjadi bukan disebabkan oleh angin lokal, apabila disebabkan angin lokal maka arah gelombangnya cenderung sama dengan arah gelombangnya. Gelombang tinggi di pantai barat Sumatera ini bertahan sampai tanggal 18 Mei. Gelombang tinggi di pantai barat Sumatera ini mengakibatkan kerusakan di Kabupaten Aceh Barat, Pasaman Barat dan Padang Pariaman dengan korban mengungsi lebih dari 5000 jiwa, ratusan bangunan dan fasilitas umum rusak. Pada tanggal 18 Mei gelombang tinggi mulai merambat ke pantai selatan Jawa dengan ketinggian sekitar 3,5 m. Hal ini menyebabkan banyak kerusakan diantaranya di 61 rumah dan ratusan warung di Pelabuhan Ratu, serta di Garut, Tasikmalaya dan Ciamis dengan kerusakan rumah dan perahu. Peristiwa ini menyebabkan korban luka dan lebih dari 1.400 warga mengungsi. Pada tanggal 19 Mei gelombang tinggi mencapai pesisir selatan Nusa Tenggara dan kemudian meluruh pada tanggal 20 Mei 2007. Kejadian ini sangat langka terjadi di Indonesia tetapi bersifat merusak, banyak ahli menyebut kejadian seperti ini sebagai Meteotsunami yaitu gelombang besar seperti
Gambar 1. Tinggi gelombang signifikan (a) dan arah serta kecepatan angin (b).
tsunami yang diakibatkan oleh faktor meteorologi. Fluktuasi gelombang selama kejadian terlihat pada Gambar 3. Gelombang dengan tinggi sekitar 3 m mulai menerjang pantai barat Sumatera sampai Nusa Tenggara pada tanggal 17 Mei 2007. Dan gelombang tertinggi umumnya terjadi pada tanggal 18 Mei dan meluruh pada tanggal 19 Mei. Masing-masing daerah umumnya mengalami puncak pada waktu yang berbeda, Padang, Bengkulu, Lampung, Pelabuhan Ratu sampai Sukabumi mempunyai gelombang tertinggi sekitar jam 6 UTC tanggal 18 Mei, Aceh puncaknya pukul 18 UTC, sedangkan Cilacap dan Jogjakarta sekitar pukul 9 UTC. Wilayah Bali mengalaminya pukul 15 sedangkan di Flores pukul 3 UTC tanggal 19 Mei. Perbedaan puncak gelombang signifikan ini berhubungan dengan penjalaran gelombang dari Samudera Hindia dimana di swell yang mengarah ke Indonesia pertama kali sampai ke Bengkulu, Lampung, Sukabumi dan Pelabuhan Ratu dan kemudian menjalar ke utara dan timur. Swell menjalar ke utara menyusuri pantai barat Sumatera menuju Aceh dan ke timur menyusuri pantai selatan Jawa menuju Bali dan NusaTenggara.
Gambar 3. Grafik fluktuasi gelombang signifikan tanggal 12-23 Mei 2007.
Data peak period atau periode gelombang tertinggi juga menunjukkan fluktuasi yang hampir sama dengan fluktuasi tinggi gelombangnya. Periode gelombangnya sekitar 20 detik dan hal ini sama dengan panjang gelombang sebesar 625 meter. Gelombang ini ketika memasuki perairan dangkal akan terjadi gesekan dengan dasar laut dan menyebabkan kenaikan gelombang (wave setup). Wave setup berkontribusi secara signifikan terhadap kenaikan elevasi muka laut. Pada kejadian tersebut, gelombang dilaporkan sangat tinggi dan dapat merobohkan bangunan, hal ini terjadi akibat interaksi gelombang dengan dasar laut yang kemudian menyebabkan wave setup.
Dari simulasi ini terjawab sudah bahwa gelombang ekstrim 17-19 Mei tahun 2007 diakibatkan oleh swell yang terbentuk akibat badai tropis di Tanjung Harapan, Afrika. Model WAVEWATCH-III secara umum dapat mensimulasikan kejadian tersebut dengan baik dimana terdapat kesamaan tinggi gelombang dan waktu kemunculannya dengan laporan media massa. Hal ini memberikan harapan bagi kita dalam upaya penanggulangan bencana yang diakibatkan oleh gelombang ekstrim melalui pemberian prediksi dan informasi dini kepada masyarakat.
Gambar 2. Peta tinggi gelombang dan kondisi angin permukaan 17 Mei 2007 dengan simulasi WAVEWATCH-III
28
Edisi 2/Oktober 2013
KOLOM AHLI
Agus Setyawan :
SUMBER ENERGI BARU UNTUK JAWA TENGAH Pertumbuhan penduduk dan percepatan pembangunan di Jawa Tengah seyogyanya diimbangi dengan pertumbuhan kebutuhan energi listrik yang selama ini masih di dominasi energi fosil yaitu: minyak bumi (BBM), gas, dan batu bara. Sangat strategis pengembangan energi alternatif/terbarukan khususnya panasbumi di Jawa Tengah.
J
awa Tengah secara geologis berada pada 4 wilayah transisi yaitu Pegunungan Utara Serayu, Pegunungan Selatan Serayu Montain, Solo dan Kendeng. Keempat wilayah ini merupakan pegunungan yang menyimpan potensi panasbumi yang berpotensi menjadi generator energi baru bagi Jawa Tengah. Khusus untuk wilayah Solo (Solo Zone) terdapat deretan pegunungan seperti Gunung Ungaran, Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, Gunung Dieng, Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
Jawa Tengah merupakan salah satu propinsi yang masuk dalam program percepatan pembangunan pembangkit listrik yang menggunakan energi terbarukan, batu bara dan gas serta transmisi terkait. Dinas ESDM Jawa Tengah bahkan telah memetakan potensi panasbumi sebesar 1,069 MWe yang tersebar di 14 lapangan seperti terlihat pada gambar 2. Saat ini di Jawa Tengah terdapat potensi Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) Dieng, Guci dan Gunung Ungaran. PLTP Dieng saat ini adalah satu-satunya yang telah berproduksi di Jawa Tengah dikelola oleh PT. Geodipa Energy dengan potensi cadangan 200 MWe dengan kapasitas produksi yang terpasang sampai saat ini sebesar 60 MWe. Daerah prospek panasbumi Guci dengan potensi cadangan sebesar 100 MWe, berada di 3 wilayah kabupaten Tegal, kabupaten Pemalang, dan kabupaten Brebes. PT. Spring Energy Sentosa yang akan mengembangkan wilayah ini. Sedangkan daerah prospek panasbumi Baturaden dengan potensi cadangan sebesar 185 MWe secara administratif berada di 2 wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Banyumas, Kabupaten Brebes saat ini dikembangkan PT. Trinergy. Panas Bumi Ungaran sesuai peraturan Gubernur kini dikelola PT. Golden Spike Energi Indonesia, yang kemudian membentuk anak perusahaan untuk menangani proyek tersebut yaitu PT. Giri Indah Sejahtera dengan potensi cadangan 100-150 MWe dan secara administratif berada di Kabutaen Semarang dan Kabupaten Kendal. Kajian potensi panasbumi di Gunung Ungaran sejak tahun 2005 telah kami kembangkan dengan menggunakan metode numerik berdasarkan data geologi, geokimia dan geofisika dengan hasil potensi adalah 42 MWe (Setyawan, 2010). Sementara daerah prospek panas bumi Telomoyo telah dilakukan kajian survei detail yang meliputi geologi, geokimia dan geofisika oleh PT. Mitra Energy Development dengan potensi terduga 92 MWe.
Gambar 1. Peta geologi area transisi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur (Setyawan, 2008)
Edisi 2/Oktober 2013
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa dari 14 wilayah prospek panasbumi yang berada di Jawa Tengah terdapat 1 PLTP yang sudah beroperasi, 4 sudah berstatus WKP, 1 area dalam proses tender WKP dan sisanya masih terbuka untuk dilakukan kajian saintifik.
29
KOLOM AHLI
Melihat potensi yang ada, perkembangan pembangunan PLTP di Jawa Tengah memang tidak seperti yang diharapkan, ada beberapa isu utama yang menjadi kendala dalam pengembangan PLTP yaitu:
terdiri dari lava yang keras dan tebal (200 – 300m) sedangkan di migas batuan permukaan terdiri dari lempung sedimen yang lunak..
Ÿ Daerah prospek panasbumi biasanya berada di kawasan hutan terutama hutan lindung, seperti di Guci, Baturaden, dan Ungaran ini dikhawatirkan akan merusak hutan sehingga terjadi erosi gen, erosi tanah dan berkurangnya cadangan air. Kekhawatiran ini sebenarnya
Secara umum pembangunan PLTP tidak perlu dikhawatirkan akan berdampak terhadap lingkungan. Sebab pada dasarnya energi panasbumi memanfaatkan panas dari dalam bumi yang memanaskan fluida hidrothermal sebagai bahan utama. Dengan teknologi yang berkembang, maka uap yang dihasilkan akan langsung menuju turbin dan memutar generator yang menghasilkan listrik sehingga tidak membutuhkan transportasi dan simpanan bahan bakar. Selain pemanfaatan tidak langsung sebagai energi listrik sebenarnya potensi panasbumi dapat dilakukan secara langsung. Hal ini mengingat daerah panasbumi di Jawa Tengah berada di wilayah pegunungan yang kebanyakan merupakan daerah wisata dan agroindustri / agrobisnis seperti teh, jamur, kentang dan susu. Industriindustri pertanian dan wisata tersebut sangatlah membutuhkan energi panas baik untuk pengeringan, pemanasan, sterilisasi, pasteurisasi, maupun penghangatan ruang.
Gambar 2. Peta lokasi sebaran panasbumi di Propinsi Jawa Tengah (ESDM JATENG, 2010)
bisa dijelaskan bahwa energi panasbumi ini sangat bergantung dengan hutan untuk menjaga kesinambungan bahan dasarnya yaitu air yang tersimpan dalam reservoir. Jadi untuk mendapatkan energi panasbumi yang maksimal dan berkesinambungan wajib hukumnya bagi pengembang untuk menjaga kelestarian hutan sehingga cadangan air tetap terjaga. Ÿ Daerah prospek panas bumi berada di area cagar alam seperti Candi Gedongsongo di Gunung Ungaran, dampak yang dikhawatirkan adalah mempengaruhi struktur dari candi saat pengeboran dan mempercepat pelumutan. Penjelasan pertama tentang hal ini adalah teknologi pengeboran saat ini sudah berkembang sangat pesat apalagi jarak titik pengeboran dengan area candi Gedongsongo adalah 600 meter maka hal itu dapat di hindari seperti yang ada di Dieng dengan jarak pengeboran yang hanya 200 meter. Kedua terjadinya percepatan pelumutan akibat dikeluarkannya gas CO2 dapat diatasi dengan pelapisan anti lumut seperti di Candi Borobudur dan Candi-candi di Dieng. Selain itu pada area 100 meter dari cagar budaya Candi Gedongsongo akan ditanam pohon-pohon besar yang hidup ratusan tahun sehingga diharapkan dapat menyerap CO2 yang akan menuju ke area candi.
Berangkat dari pemikiran diatas seyogyanya pemerintah, industri dan Perguruan Tinggi/lembaga riset di Jawa Tengah dapat melakukan pendekatan untuk suatu tujuan kerjasama yang sinergi dan inheren dalam pengembangan potensi panas bumi. Sehingga esensi pembangunan yaitu usaha pencapaian kesejahteraan masyarakat banyak, bukan hanya pemilik modal semata, dapat terwujud tanpa efek samping yang merugikan.
*Agus Setyawan, dosen laboratorium Geofisika, Jurusan Fisika UNDIP.
Kekhawatiran terjadinya semburan liar lumpur panas seperti di Sidoarjo, Jawa Timur. Menurut Sayogi, 2012; Sejarah di area eksploitasi panasbumi mencatat hampir tidak pernah ditemukan semburan liar karena umumnya lokasi cluster bor ditempatkan cukup jauh dari manifestasi batuan alterasi lunak, sekitar 500 m dengan mengingat berat rangkaian peralatan bor mencapai puluhan ton.
Ÿ Kekhawatiran terjadinya semburan liar lumpur panas seperti di Sidoarjo, Jawa Timur. Menurut Sayogi, 2012; Sejarah di area eksploitasi panasbumi mencatat hampir tidak pernah ditemukan semburan liar karena umumnya lokasi cluster bor ditempatkan cukup jauh dari manifestasi batuan alterasi lunak, sekitar 500 m dengan mengingat berat rangkaian peralatan bor mencapai puluhan ton. Pemboran panas bumi umumnya dilakukan berarah demi menghemat pemakaian lahan subur Kehutanan maupun petani setempat. Sementara kebanyakan batuan permukaan lapangan panas bumi
30
Edisi 2/Oktober 2013
SDM GEOFISIKA
50 TAHUN PENDIDIKAN GEOFISIKA DI INDONESIA
Alumni ITB memperingati perjalanan 50 tahun pendidikan geofisika yang dirintis oleh jurusan Geofisika & Meteorologi ITB.
S
ebagai jurusan yang tergolong paling muda dalam perjalanan program studi di ITB, Jurusan Geofisika & Meteorologi merupakan salah satu jurusan yang menyuplai sejumlah besar tenaga pakar di bidang industri energi, lembaga pendidikan, penelitian dan badan-badan keilmuan stretegis lainnya di Indonesia. ''Tidak terasa, perjalanan pendidikan geofisika yang dimulai dirintis oleh jurusan Geofisika dan Meteorologi ITB telah menghasilkan banyak lulusan yang kini memegang posisi kunci di berbagai industri dan lembaga strategis'', tegas Abdul Muthalib Masdar, Ketua Ikatan Alumni Geofisika & Meteorologi (GM) ITB.
' 'Perkembangan pendidikan geofisika di ITB sangat fenomenal dan dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang luar biasa. Ini terlihat dari jumlah peminat yang mengambil jurusan geofisika cukup signifikan'', ujar Prof. Sri Widiantoro, Dekan Fakultas Teknik Perminyakan dan Pertambangan ITB. ''Bisa dibandingkan ya, kalau dulu kami satu kelas tidak lebih dari 15-20 orang'', tambahnya.
Menurut Muthalib, selama 50 tahun berkiprah, jejak perjalanan pendidikan geofisika di ITB yang memberikan sumbangan luar biasa ini perlu untuk diperingati bersama dalam suatu acara yang merupakan tribute, penghormatan kepada para perintis dan pendahulu pengembangan jurusan tersebut. ''Bersamaan dengan acara lustrum ke10 dari Dies Natalis jurusan GM, kita akan menyelenggarakan serangkaian acara yang bermaksud mengenang dan memaknai kembali perjalanan pendidikan geofisika di ITB ini'', tegasnya.
Bagi Sri, perkembangan minat mahasiswa baik S1, S2, dan S3 di ITB yang memilih jenjang karir pendidikan geofisika menunjukkan gejala yang sangat positif, bahkan ketika kecenderungan saat ini banyak anak-anak muda – sebagai fakta global, yang cenderung tidak menyukai pembelajaran sains, termasuk geosains. ''Namun untuk kasus geofisika, hal ini justru terlihat sebaliknya, di mana tingkat perkembangan minat anak-anak muda ke jurusan geofisika sangat tinggi'', tambahnya.
Jurusan yang pada awalnya dikembangkan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB ini saat ini telah bermetamorfosis ke dalam sejumlah perumpunan baru dari perkembangan institusi ITB sendiri. Pada awal berdirinya, dengan jumlah staf pengajar dan instrumentasi laboratorium yang sangat terbatas, pendidikan GM di ITB diarahkan untuk menghasilkan lulusan yang mampu menguasai tiga bidang keilmuan yakni Geofisika Padat, Meteorologi dan Oceanografi. Ketiga bidang ini kemudian berkembang sesuai peminatan dan perkembangan fasilitas serta tenaga pengajar di ITB menjadi kelompok studi yang mandiri dalam lingkup jurusan GM.
Menurut Sri, hal ini harus dilihat sebagai suatu perkembangan yang positif dan kampus sebagai pusat pengembangan keilmuan harus mampu mengambil peran strategis dalam menyiapkan tenaga terampil yang siap menghadapi tuntutan jaman. Fenomena pem geofisika di berbagai perguruan tinggi
Pada awal tengah tahun 1980-an, kelompok peminatan geofisika ternyata terus berkembang dan terdapat di beberapa jurusan di ITB seperti jurusan Fisika melalui kelompok keahlian Fisika Bumi, jurusan Teknik Pertambangan dengan kelompok Tambang Eksplorasi, jurusan Teknik Geologi dengan peminatan Geofisika Terapan. Beberapa pakar yang utama antara lain Prof. Soesilo Prawirowardoyo, Prof. Lilik Hendrajaya, Prof. Djoko Santoso, dan Prof. MT Zan adalah beberapa pakar yang bisa disebut dalam perjalanan proses pendidikan geofisika di lingkungan ITB.
Pada tahun 1990-an hingga awal 2000-an perkembangan baru terjadi yakni perubahan pengelompokan bidang keahlian geofisika di lingkungan ITB yang antara lain menjadikan 2 Kelompok Bidang Keahlian (KBK) yakni Meteorologi dan Oceanografi berkembang dan berubah status menjadi jurusan / program studi baru yang bernaung di bawah Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian. Sedangkan kelompok
Edisi 2/Oktober 2013
keahlian Geofisika Padat menyatu dengan beberapa kelompok keahlian yang dikembangkan di Teknologi Mineral dan membentuk jurusan baru Teknik Geofisika yang kini bergabung dalam Fakultas Teknik Perminyakan dan Pertambangan.
Sri Widiyantoro adalah salah satu professor termuda di lingkungan ITB yang juga menjadi salah satu tonggak prestasi di lingkungan ITB dan pendidikan tinggi geosains pada umumnya. ''Bukan hanya saya, lulusan GM ITB, saat ini diterima luas di masyarakat dan saat ini banyak yang bertekun di pendidikan tinggi, industri migas, lembaga penelitian, dan tidak sedikit yang berkarir di luar negeri dan sukses'', tambahnya. Hal itu sangat membanggakan dan menjadi barometer tingginya mutu pendidikan yang telah dirintis oleh sejumlah guru besar, dosen dan civitas akademika di lingkungan GM ITB yang memulai semua itu dengan fasilitas yang relative sederhana. Dengan banyaknya alumni yang sukses dan memainkan peran strategis di berbagai bidang, Presiden HAGI ini berharap bahwa ke depan, sinergisme dan komunikasi antar alumni dapat terus dibangun untuk studi dan aplikasi geofisika tingkat lanjut – termasuk melalui HAGI. Perkembangan pendidikan Geofisika diharapkan dapat mencetak kader pakar, yang diharapkan dapat menjawab tantangan keilmuan masa kini, khususnya kebutuhan tenaga ahli di bidang industri dan kebencanaan yang menjadi pasar utama lulusan pendidikan geofisika saat ini. (JA)
31
GEOFOTO
EKSPEDISI ZAMRUD KHATULISTIWA
32
E
kspedisi paling edan yang pernah dilakukan oleh dua orang jurnalis pecinta sains. Berbekal dana pribadi yang cekak dan semangat mencintai alam Indonesia, Farid Gaban dan Ahmad Yunus memacu sepeda motor trail bekas mereka untuk merekam keindahan alam Nusantara dari ujung Barat di Sabang hingga ke Merauke dan kembali ke Jakarta. Ekspedisi ini sudah berlangsung sekitar 3 tahun lalu namun Farid dan Yunus bersetia melalui berbagai media membagi semangat mereka -- untuk mencintai laut, mencintai budaya dan mencintai alam Indonesia, melalui Yayasan Zamrud Khatulistiwa yang ingin bekerjasama dengan entitas manapun untuk menggelorakan semangat mencintai alam dan ilmu.
Edisi 2/Oktober 2013
GEOFOTO
EKSPEDISI ZAMRUD KHATULISTIWA
''Saya mengajak HAGI untuk berkolaborasi menerbitkan buku-buku ajar misalnya panduan mengenai objek studi kelautan, gunung api dan lainnya untuk bisa dijadikan bahan pelajaran yang hidup bagi para siswa di mana saja di Indonesia'', tambah jebolan ITB pecinta sains ini. ''Pembelajaran mengenai sains yang menarik dengan gambar yang digali dari alam Indonesia sangat sedikit, maka kami berharap ada entitas konsern yang mau menangani bersama kebutuhan pembelajaran ini'', tambahnya.
R
ibuan frame foto yang berisi potret manusia, alam bawah laut, alam, pegunungan, dan suasana keseharian masyarakat yang dilalui ekspedisi gila dari tepian kepulauan Nusantara ini, menurut Farid, harus disosialisasikan dan kalau memungkinkan diteruskan kembali dengan muatan saintifik yang lebih kental.
Edisi 2/Oktober 2013
Farid bertutur perjalanan menggunakan sepeda motor dari Sabang hingga Merauke dan kembali pulang ke Jakarta, cukup menguras energi. Sadar bahwa bekal yang dimilikinya tidak terlalu leluasa, kedua jurnalis ini melakukan estafet perjalanan ribuan kilometer, dengan tidur di tepian hutan, di tengah padang, dan di geladak kapal. Perjalanan menembus hutan membelah laut ini dijalani hampir setahun, 2009-2010.
33
GEOFOTO
Berangkat dari Jakarta kemudian menuju Sabang sebagai titik awal perjalanan, ekspedisi menggunakan motor trail tua ini kemudian menyusur selat Malaka, Kepulauan Riau, menembus pulau Sumatera dari Aceh, Padang, menyusur pantai Nias, Mentawai dan Enggano. Dari Sumatera menuju Pulau Kalimantan, dari Singkawang ke Pontianak melalui perjalanan darat hingga menembus Kalteng menuju Kalimantan Timur di Nunukan – Tanjung Redep. Dari Nunukan ke Sulawesi Selatan melalui Makasar menuju pantai Takabonerate di Pulau Selayar, kemudian ke utara menuju kepulauan terluar di utara Manado di Miangas.
Perjalanan ke Timur Selatan melalui Bandaneira menuju Raja Ampat di Papua dan singgah di Merauke sampai ke Boven Digul – perjalanan terberat menembus hutan lumpur. Dari Merauke, kemudian ke Kupang menyusuri Pulau Rote dan pesisir selatan NTT – NTB hingga ke Bali dan kembali ke Jakarta melalui jalan darat. ''Ribuan foto dan video dokumenter yang kami peroleh kami bukukan dan untuk kebutuhan khusus pembelajaran kami siap untuk bekerjasama dengan komunitas manapun untuk memberikan gambaran kepada anak-anak pewaris negeri ini bahwa Indonesia adalah zamrud mutumanikam, pusat keindahan yang tidak ada bandingannya di dunia'', begitu tutur Farid. (SM)
EKSPEDISI ZAMRUD KHATULISTIWA
34
Edisi 2/Oktober 2013
OPINI
DARI
Teguh Prasetyo
BRAIN DRAIN KE BRAIN CIRCULATION
Beberapa bulan lalu para warga Indonesia di Luar Negeri menghelat acara konferensi diaspora. Para tokoh dan hadirin yang merupakan warga Indonesia yang berkarir, mukim dan bekerja di luar negeri itu menyumbangkan berbagai pikiran untuk kemajuan Bangsa dan melakukan networking yang luar biasa. Ini juga terjadi di arena profesi perminyakan kita!
M
aret dan Juni 2013 baru lalu pada kesempatan presentasi di dua pertemuan ilmiah yaitu di PGCE (Petroleum Geology Conference & Exhibition) di Kuala Lumpur dan di SEAPEX (South East Asia Exploration) di Singapura, saya mempresentasikan tkisah sukses eksplorasi Murphy Oil di lepas pantai Sarawak, Malaysia. Yang tidak diketahui orang, umumnya geologist dan geophysicist manca negara itu (UK, Amerika, Canada, Australia, Malaysia), adalah kenyataan bahwa tim eksplorasi Murphy Oil merupakan kumpulan tenaga professional perminyakan yang banyak di antaranya dari Indonesia. Kepakaran kita cukup, dan para insinyur ini bekerja sama dengan praktisi dari berbagai bangsa untuk penemuan cadangan baru migas di lepas pantai Sarawak. Tak terkira senangnya karena berkat kerja keras itu sudah mulai tampak hasilnya para geolog dan geophysicist telah berhasil menemukan cadangan baru di sumur Belum-1, Endau-1, Merapuh-1, Pemanis-1, Rompin-1, Serampang-1, Serendah-1, Tiram-1 dan Wangsa-1. Dari lapangan itu sekarang sudah ada sumur berproduksi dan sisanya sedang dalam proses untuk pengembangan dan produksi. Yang membanggakan adalah saat ini anggota tim pengembangan lapangan (development team) terdapat setidaknya 50% geophysicist, geologist dan reservoir engineer dari Indonesia. Kenyataan ini member kita gambaran penting bahwa tenaga kerja professional Indonesia telah dapat berdiri sejajar dengan tenaga ahli dari negara barat, yang umumnya dipercaya untuk mengemban tanggungjawab pengembangan lapangan migas perusahaan multinasional asal Amerika. Kenyataan ini tidak hanya terlihat di Murphy Oil, tetapi juga dapat diamati di Petronas, Hess, CPOC, Carigali-Hess, Petrofac, Shell untuk menyebut beberapa perusahaan migas multinasional yang beroperasi di Malaysia. Di perusahaan internasional yang bergerak dalam bidang servis, seperti Schlumberger, Halliburton, Roxar, Senergy, CGG tenaga kita juga banyak mengisi posisi-posisi penting. Sebagai sebuah pengalaman, pemandangan ini mengingatkan saya ketika untuk pertama kalinya bergabung dengan Murphy Oil di Malaysia (2002). Saat itu tenaga perminyakan Indonesia di Malaysia tidak lebih dari 20 orang. Tetapi ini tidaklah berlangsung lama. Jumlah
Edisi 2/Oktober 2013
ini segera meningkat manakala Murphy merekrut sekitar 150 orang insinyur Indonesia dari berbagai lapangan migas yang beroperasi di Indonesia pada 2006. Ini menguatkan kesimpulan bahwa perusahaan migas internasional --paling tidak yang beroperasi di Malaysia, telah menaruh kepercayaan pada tenaga ahli dari Indonesia ketimbang mereka yang berasal dari Negara Asia Tenggara lainnya. Dan bila kita telaah, ternyata memang bukan saja terjadi Malaysia namun tenaga kerja profesional kita telah diserap hamper di seluruh belahan dunia seperti di Thailand, Vietnam, Brunei, Singapura, Australia, Qatar, Saudi, di Eropa dan bahkan di Amerika. Banyak orang menyayangkan fenomena ini karena suatu alasan banyak tenaga profesional kita bekerja di luar negeri sebagai sebuah fenomena brain drain. Namun coba kita lihat fenomena ini lebih seimbang. Proses sirkulasi tenaga kerja professional di dunia perminyakan, atau di manapun bias dianggap kewajaran. Posisi kosong akan diisi oleh tenaga ahli yang lain karena proses tawar menawar manajemen yang lazim. Perhatikan bahwa posisi kosong di suatu perusahaan biasanya akan diisi yunior tenaga kerja kita yang umumnya sudah berpengalaman lebih dari 5 (lima) tahun ke atas. Sedangkan posisi yunior yang ditinggalkan, mungkin akan diisi sarjana baru (fresh graduates) dari sekolah bereputasi di Indonesia. Proses sirkulasi dan kaderisasi ini lebih tepat saya sebut sebagai efek domino (domino effect) ketimbang brain drain. Domino effect ini sangat menguntungkan bagi Indonesia sebagai sebuah bangsa. Sirkulasi tenaga ahli yang mampu menembus pasar internasional bukan suatu cacat. Bahkan sebaliknya, tenaga kerja profesional Indonesia menjadi terlatih dalam bidang eksplorasi dan produksi migas di Negara manca dengan karakter lapangan dan komunikasi yang berbeda. Kita beroleh efek positifnya ketika tenaga profesional migas Indonesia yang beredar dan menimba ilmu di Negara manca makin tersedia tenaga ahli minyak dan gas dengan reputasi dan keahlian menangani persoalan kompleks di bidangnya. Inilah asset bangsa sesungguhnya yang akan menjadi bagian penting perkembangan profesi dan industri migas kita.
35
OPINI
AHLI TEKNOLOGI Bila banyak orang kemudian mengeluhkan atau mempertanyakan kesiapan SDM migas kita, mungkin inilah jawabannya. Kunci terpentingnya adalah alih teknologi. Mekanisme alamiah dari sebuah sirkulasi profesional di 'lokasi training' perusahaan multinasional menjadikan tenaga profesional perminyakan Indonesia matang dan mampu secara berjenjang mengisi posisi penting dunia perminyakan kita. Maka dalam kasus penyediaan sumber daya minyak bagi sebuah perusahaan, katakanlah, karena berakhirnya sebuah kontrak karya, menjadikan Pemerintah ragu mengambil keputusan karena SDM, sesungguhnya keliru. Kita, dalam hal ini memiliki kesiapan penyediaan tenaga kerja profesional terlatih yang sudah memiliki wawasan global. Untuk apa ditakuti? Satu kasus kecil sebagai sebuah pengalaman ketika bekerja di ARCO ONWJ. Saat pergantian manajemen di akhir 1990-an, proses alih teknologi ini menjadi fenomena menarik. Saya amati bahwa pada saat pergantian manajemen yang menuntut suatu pergantian cepat posisi SDM migas di ARCO waktu itu berjalan mulus. Semula banyak orang menyangsikan proses alih kuasa ini karena secara serta merta ARCO ditinggalkan profesional perminyakan senior dan posisi strategis lainnya pada 1999. Akuisisi asset dan SDM dan digantikan oleh operator nasional Pertamina di BP ONWJ (ARCO ONWJ) di lepas pantai Jawa Barat membuktikan bahwa tenaga profesional Indonesia mampu mengelola sendiri sumber daya alamnya. Saat itu, banyak orang menilai akan surut produksi migas di area konsesi tersebut. Namun hal sebaliknya terjadi dengan operator baru anak-anak negeri Pertamina berhasil menggenjot produksi dari 20,000 barrel menjadi 40,000 barrel/hari setelah bergantinya manajemen baru. Satu lagi bukti bahwa tenaga professional kita telah berhasil mengelola dan mengoperasikan suatu industri migas di lepas pantai negara sendiri, tanpa campur tangan tenaga ahli maupun modal dari Negara lain. Mengapa tidak? Proses brain circulation ternyata terjadi dan merupakan mekanisme penyiapan tenaga ahli migas yang sangat menarik bagi Indonesia. Proses alih teknologi di migas, dengan adanya proses perputaran tenaga kerja yang berpengalaman di banyak tempat member kita gambaran bahwa kemajuan penyediaan tenaga kerja berserifikat internasional dan mampu, sudah bukan hal yang sulit lagi. Saat ini dengan pertukaran pengalaman dan bidang garapan yang luas di berbagai negara yang menyebar bagai diaspora para profesional perminyakan Indonesia boleh dikatakan mampu untuk menangani berbagai tantangan perkembangan ke depan. Tantangan pertama
36
adalah berakhirnya beberapa kontrak produksi dari beberapa operator asing yang bekerja di Indonesia di blok-blok strategis yang memungkinkan Indonesia memperoleh capital sangat menarik dengan operasionalisasi produksi. Perhatikan bahwa biasanya alasan 'kesiapan tenaga ahli' menjadi alasan bagi investor yang sudah cukup nyaman untuk mempertahankan posisi dalam proses negosiasi alih tangan ke operator nasional. Bila hal ini disebabkan oleh kegamangan atas kesiapan tenaga ahli bangsa sendiri, itu sudah terjawab. Kedua, bertumbuhnya pengelolaan lapangan migas oleh operator nasional di mana masih terbuka ladang eksplorasi dan eksploitasi baru – khususnya di wilayah Timur Indonesia yang menjanjikan cadangan migas yang masih sangat ekonomis. Merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk mengambil alih posisi sebagai mayoritas pengendali operasional eksplorasi produksi yang mampu menjadi generator baru ekonomi nasional yang lebih mantap dari jalur migas. Dua tantangan ini sebetulnya saat ini sudah mampu dijawab dengan benar. Bahwa secara umum, Indonesia juga sudah memiliki basis pendidikan profesional migas dengan reputasi internasional, di mana sarjana baru kita mampu bersaing dan masuk dalam jajaran profesional migas di perusahaan multinasional. Kemudian proses sirkulasi yang terus berlangsung dari para yunior yang berpengalaman dari satu lokasi ke lokasi lainnya memungkinkan terjadinya alih teknologi secara alamiah. Lalu, kunci utama yang terpenting dari semua itu adalah: kemauan politik kita sebagai sebuah bangsa. Mampukah kita melihat fenomena ini sebagai sebuah jalan bagi kemandirian bangsa dalam mengelola sumber dayanya sendiri? Bila jawabnya YA, maka mekanisme apa yang harus disiapkan khususnya dalam proses dan disain penyiapan tenaga kerja berpengalaman secara sadar. Para profesional migas di berbagai perusahaan juga penting untuk terus membangun networking – di mana pun, dan kapan pun untuk terus bertukar info dan pengalaman sehingga terbangun jalinan profesi yang kuat di bidang migas. Pengalaman kecil ini semoga bisa menginspirasi semua kita, khususnya para pemeduli sebuah bangunan profesi migas nasional yang kokoh ke depan. Contoh di atas telah memberi kita penguatan, bahwa tenaga profesional perminyakan dari Indonesia telah mampu dan bisa berbicara sejajar dengan bangsa lain di lini ini. Jadi, bila tantangan itu datang, jangan surut ke belakang! Kita telah siap dengan bekal diaspora tenaga profesional migas Indonesia.
Dua tantangan ini sebetulnya saat ini sudah mampu dijawab dengan benar. Bahwa secara umum, Indonesia juga sudah memiliki basis pendidikan profesional migas dengan reputasi internasional, di mana sarjana baru kita mampu bersaing dan masuk dalam jajaran profesional migas di perusahaan multinasional.
Teguh Prasetyo Sr. Geologist - Murphy Oil , Kuala Lumpur
Edisi 2/Oktober 2013
RESENSI
POTRET
TIGA WAJAH INDUSTRI HULU MIGAS
I
ndustri hulu migas (upstream) merupakan jantung industri bahan bakar fosil yang pernah menjadi primadona bagi Indonesia dalam membangun perekonomiannya. Sebagai salah satu Negara peengekspor minyak, bahkan kita cukup dikenal karena salah satu putra Indonesia pernah menduduki posisi puncak organisasi pengekspor minyak dunia itu. Buku Wajah Baru Industri Migas Nasional (WBIMI), ini hadir di tengah suasana yang kurang menggembirakan industri hulu migas yang baru saja mendapatkan sorotan akibat berbagai persoalan yang membelit baik mengenai tatakelola hingga aksi koruptif jajaran hulu yang disigi KPK. Buku ini, nampaknya bukan sembarang buku yang hanya terbit manakala terdapat isu yang menantang dan ramai dibahas orang di media. WBIMI hadir lebih berupa rujukan yang relative lengkap. Maka cukup beralasan apabila di dalam penyampaian gagasannya buku ini diberi tajuk ''potret industri hulu migas'' di tiga periode sejarah panjangnya. Periode pertama adalah potret industri migas pada masa orde lama, kemudian potret pada masa orde baru hingga posisi lanskap baru industri hulu migas pasca reformasi hingga saat ini. Lin Che Wei, sebagai pendukung utama penerbitan ini memberikan sambutan meriah dan meminta agar para pengamat industri migas memiliki data dan fakta dalam menyampaikan informasi ke publik. Untuk itulah buku ini terbit sebagai salah satu acuan yang bisa dipertanggungjawabkan dalam melihat secara keseluruhan denyut nadi industri migas yang sekarang tengah berbenah itu. Perjalanan industri hulu migas di Indonesia sangat panjang. Tentu, hanya sebagian kecil dari perjalanannya yang mampu dipotret oleh
Edisi 2/Oktober 2013
buku ini. Walaupun begitu, buku ini memang layak dijadikan rujukan penting dalam melihat konstruksi persoalan dan perkembangan yang terjadi di sektor hulu hingga saat ini. Yang menarik, buku ini juga merekam perjalanan kebangkitan industri migas nasional sejak diberlakukannya UU 22/2001 yang memberikan peluang bagi pengelolaan industri migas oleh operator nasional. Wilayah penambangan yang 10 tahun lalu dikelola mayoritas investor asing, kini hamper separuhnya beralih ke perusahaan nasional. Pertamina sebagai garda depan industri migas nasional kini melesat dari urutan tujuh ke posisi ke-2 produsen minyak nasional.
Wajah baru ini mengubah paradigm lama yang memetakan minyak dunia yang dikuasai Seven Sisters, kelompok pemain yang berpengaruh di industri migas dunia. Mereka terdiri atas tujuh perusahaan swasta Negara industri atau yang dikenal International Oil Company (IOC) yang mengendalikan sebagian besar cadangan dan produksi minyak dunia sejak 1960-an. Sementara itu, memanfaatkan momentum nasionalisasi migas, memunculkan beberapa raksasa baru dari Malaysia, Norwegia, Rusia, Arab Saudi, Anggola dan Brasil. Ini menjadi pelajaran penting bagi Indonesia. Di buku ini, peta persoalan menjadi kian terang dengan munculnya wawancara lengkap dengan pengambil kebijakan, akademisi dan praktisi. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik dalam buku ini mengatakan salah satu tantangan besar yang dihadapi pemerintah saat ini dalam pemenuhan kebutuhan sekaligus kemandirian energi di tengah cadangan minyak yang semakin menipis. Produksi digenjot karena nyatanya, dibandingkan produksi di awal tahun 2000-an yang mencapai 1,4 juta barrel per hari, produksi minyak kita saat ini hampir tinggal separuhnya, sekitar 860 ribu barrel per hari.
IOC yang mengendalikan sebagian besar cadangan dan produksi minyak dunia sejak 1960-an. Sementara itu, memanfaatkan momentum nasionalisasi migas, memunculkan beberapa raksasa baru dari Malaysia, Norwegia, Rusia, Arab Saudi, Anggola dan Brasil. Ini menjadi pelajaran penting bagi Indonesia.
37
RESENSI
Para industriawan, menurut Jero juga dituntut untuk berpikir lebih makro dengan melihat semua itu dalam tataran alternatif solusi bagi penyediaan energi nasional. Pemenuhan kebutuhan energi kita bukan saja harus ditempuh dengan menggenjot produksi, namun juga perlu mengoptimalkan pemanfaatan gas bumi hingga pengembangan sumber energi alternatif. Sementara itu, nuansa kebijakan yang dianut dalam penatalaksanaan yang masih menimbulkan aneka persoalan, khususnya masalah transparansi di satu sisi dan kebutuhan investasi di sisi lain juga banyak disorot dalam buku ini. Nampaknya, wacana mengkritisi kembali keputusan pemerintah mengaturulang posisi SKK Migas dalam peta tatalaksana migas di hulu memang menjadi bagian paling menarik untuk disimak.
Data Buku Jumlah halaman
: 265 halaman
Tahun terbit
: 2013
Penulis
: Metta Dharmasaputra dkk
Ukuran
: 28,5 cm X 22 cm
Sampul
: Hard cover
Penerbit
: PT Katadata Indonesia
Harga
: Rp 350.000
Ada buku pembanding penting bagi pembaca yang ingin mencoba menelaah lebih dalam mengenai mengapa persoalan hulu migas masih menyisakan sejumlah pekerjaan rumah yang nampaknya belum tuntas. Syaiful Bahri, misalnya, mengupas satu topik khusus mengenai kemelut di sisi kebijakan yang melahirkan gugatan salah satu ormas kepada Mahkamah Konstitusi terkait Undang Undang Migas yang memihak asing. Buku ''Migas untuk Rakyat '', dengan kupasan yang cukup tajam dan merekam kesaksian para ahli kebijakan migas dapat dijadikan pembanding menarik seputar keputusan penting di industry hulu migas tersebut. Sejumlah pakar antara lain Kwik Kian Gie, Ichsanuddin Noorsy, Rizal Ramli dan Dr. Kurtubi menyepakati bahwa perundangan migas secara umum harus berorientasi pada acuan pokok UUD 45 pasal 33, yang mengamanatkan semua kekayaan alam yang diambil dari bumi kita harus didedikasikan untuk kepentingan rakyat banyak. Dan oleh karena semua pertimbangan penting mengenai posisi pemihakan ini mengemuka MK akhirnya mengabulkan pembubaran BP Migas dan berganti baju menjadi SKK Migas saat ini. Di luar itu semua, hadirnya buku penting ini menarik untuk disimak oleh semua pihak yang memiliki konsern pada perkembangan industry hulu migas nasional. Peta migas yang ditulis dalam buku yang gamblang ini memberikan kita gambaran bahwa dalam keseluruhan peta migas terdapat perubahan-perubahan penting yang menuntut kita, sebagai bangsa untuk tanggap dalam menghadapi persaingan ke depan. Oleh sebab itu buku ini memberikan kita bagian dari peta jalan, bagaimana sebuah bentang histori industri dikelola. Sejauh mana dan akan seperti apa masa depan industri migas kita, khususnya spekulasi atas keseluruhan peta jalan industri migas nasional, agaknya tidak dihadirkan dalam buku ini. Namun pembaca mestinya paham, bahwa membuat proyeksi dalam situasi tatakelola kita saat ini bukanlah persoalan yang mudah. Tugas siapa ini? Tugas seluruh stakeholder hulu migas, tentunya!. (A. Markish)
38
Edisi 2/Oktober 2013
Edisi 2/Oktober 2013
39
REFLEKSI
Catatan Pinggir : Widya Utama
CORROMPU L
' Homme Rompu, adalah sebuah novel pemenang Hadiah Sastra Prix Gouncourt, salah satu hadiah sastra bergengsi di Prancis. Penulisnya adalah Tahar Ben Jelloun, novelis asal Maroko yang kemudian menetap di Prancis. Namanya sangat disegani di antara penulis berbahasa Prancis. L' Homme Rompu sendiri terbit sudah lama, tengah tahun 50'an. Ia kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan dengan judul ''Korupsi''. Dalam bahasa ibunya, L' Homme Rompu sebenarnya memiliki arti ''Lelaki yang Patah'', merupakan permainan kata antara ''rompu'' (patah) dan ''corrompu'' (korupsi). Buku ini uniknya merupakan salah satu buku terkenal yang kemudian dibicarakan dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa karena isinya yang khas dan menarik untuk disimak, karena akar masalahnya berada di tengah-tengah ''kita''. Namun tahukah Anda bahwa yang menjadi ide dari cerita novelis besar ini adalah 'kunjungannya' ke Indonesia?. Dalam pengantar novel ini, rupanya si Penulis begitu terinspirasi Indonesia sebagai negeri yang sedang tumbuh dengan berbagai persoalan yang membelit di dalamnya. Dan, mengejutkan, ia menemukan suatu sudut pandang yang khas dari negara yang tengah 'berkembang' pada umumnya yang tumbuh seperti suatu tetumbuhan yang normal, baik-baik saja. Namun di dalamnya terdapat liku-liku, godaan dan praktik tidak terhormat yang menjadi jalan kebangkrutan masyarakat.
suatu
Masih mengenai ''rompu'', rupanya Tahar menulis ini merupakan sebuah perjuangan tersendiri. Ia juga merekam salah satu sastrawan yang sangat diseganinya di Indonesia yakni Pramudya Ananta Toer, yang saat itu tengah dibui. Dunia internasional tahu bahwa, terlepas kontroversi Pram, penulis luar biasa ini menginspirasi banyak orang tentang berbagai sikap kemanusiaan yang kritis. Tahar, menulis L' Homme Rompu, menurutnya, merupakan ''tribute'', persembahan, bagi penulis yang dikaguminya itu. Kita, saat ini berbincang sebagai seorang 'pakar'. Seorang ahli yang lahir dari bangku universitas. Suatu jalan singkat menuju profesionalitas profesi. Menjadi pakar, dimulai dengan suatu sumpah. Masih ingatkah kita bahwa ketika berbaju toga dengan seluruh kebanggaan yang kita miliki saat wisuda sarjana dahulu, kita menyebutkan suatu larik ''sumpah'' profesi yang antara lain berbunyi. ''Seorang sarjana harus menegakkan moralitas profesi''. Dan, kita berjanji tidak melukai hari rakyat dengan sikap abai kita pada nilai
40
luhur, ''Menjadi sarjana yang sujana''. Kata ''sujana'', bila sebagian kita kurang memahami, adalah satu kata yang uraiannya agak panjang, namun prinsipnya ia adalah kebalikan dari kata, ''durjana''. Konteks inilah yang selaiknya kita pegang teguh ketika kita menerima tugas sosial kemasyarakatan pada posisi tertentu. Setelah mengucapkan sumpah profesi, seperti halnya seorang dokter, ia akan memegang teguh amanah sebagai seorang profesional. Dalam arti ia akan memraktikkan suatu kapasitas keilmuannya pada bidang yang digelutinya tanpa pamrih, tahan atas semua godaan dan atas semua ketaatazasan itu, kita dianugerahi sebuah kepercayaan oleh publik dengan sebutan ''profesional'', kepakaran profesional. Para pekerja profesional di lahan kebumian, tak luput dari pengertian dan situasi ini. Kita, di Indonesia memiliki pengalaman yang sangat menyesakkan dan memerlukan tekad bersama yang luar biasa guna membingkai suatu semangat, tekad baru dalam menyongsong kemajuan profesi. Para ahli kebumian tentu terpukul dan tidak bisa menutup mata bila, di suatu lingkungan yang terlihat rapi di mana ia bekerja, ternyata dipenuhi dengan tatakelola yang buruk. Di dunia energi, di dunia penelitian, juga di universitas, saat-saat ini banyak sekali kasus yang mengemuka sebagai bagian dari gambaran sebuah bangsa yang dipenuhi sifat tidak terpuji. Benteng terakhir dari moralitas profesi, sesungguhnya terletak pada mereka yang disemati gelar kehormatan sebagai ''sarjana sujana'' itu. Dia menjadi guru moral dari masyarakat profesi yang tengah bergerak menembus segala medan perjuangan. Kami, para geofisikawan, beberapa waktu lalu sudah diingatkan. Bahwa menjadi pakar, menjadi profesional, tidak bisa menutup mata, dan semestinya mampu melihat konteks—hubungan antara apa yang dilaksanakan dan pertanggungjawaban profesi, dalam arti model mental yang melekat padanya. Di media profesi, membicarakan model mental, sikap dan moralitas menjadi penting dan tidak mungkin dipisahkan. Akar dari sikap profesional sendiri adalah moral. Dan bila hal ini dilepas, maka ada sesuatu yang ''patah''. Menurut Ben Jelloun, itu disebut ''rompu''. ''Corrompu'', yang akan menghancurkan sendi-sendi profesionalitas profesi. Juga, sendi kehidupan.
Edisi 2/Oktober 2013
REDAKSI DAN MANAJEMEN GEORESONANSI
MENGUCAPKAN
''SELAMAT BERKONGRES" KEPADA SELURUH DELEGASI HAGI DAN IAGI DALAM JOINT CONVENTION MEETING HAGI-IAGI 28-31 OKTOBER 2013 DI MEDAN SUMATERA UTARA
TOBA GEOPARK
The New Spirit of Energy for Exploration and Development