PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini penerapan Good Corporate Governance
tengah marak
dilakukan di Indonesia, perusahaan – perusahaan yang ada di Indonesia mulai gencar menerapkan sistem pengelolaan bisnis yang sehat. Perusahaan-perusahaan terus
berusaha
menjaga
kelangsungan
hidup
usahanya,
dan
berusaha
meningkatkan pertumbuhan bisnisnya untuk jangka panjang. Good Corporate Governance merupakan mekanisme yang digunakan untuk mengurangi Agency Problem dengan meningkatkan pemantauan terhadap tindakan manajemen, membatasi perilaku oportunistik manajer, dan mengurangi resiko informasi yang ditanggung oleh pemegang saham (Rebecca, 2011). Sehingga, untuk mengurangi Agency Problem manajemen dituntut untuk mendahulukan kepentingan pemegang saham (stakeholders) dibandingkan kepentingan manajemen sendiri. Pemegang saham berhak untuk memperoleh informasi mengenai kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Dan manajemen memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara transparan mengenai informasi kinerja perusahaan. Pengungkapan (disclosure) atas informasi perusahaan dapat dilihat melalui laporan tahunan dan laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Laporan tahunan perusahaan akan menggambarkan secara jelas mengenai kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Sedangakan laporan keuangan akan menjadi acuan mengenai kinerja keuangan perusahaan. Selanjutnya laporan keuangan
1
perusahaan akan dinilai berkualitas apabila laporan keuangan tersebut telah diaudit oleh auditor independen. Kualitas audit yang dilakukan atas laporan keuangan juga dilihat dari aspek auditor, dimana auditor tersebut merupakan auditor Big Four atau auditor Non Big Four. Laporan
keuangan yang diaudit oleh KAP Big Four akan
menyajikan laporan keuangan yang berkulitas dan memiliki reputasi yang baik. Penerapan Good Corporate Governance (CGG) dalam perusahaan juga akan mendorong dilakukannya Corporate Social Responsibility. Karena salah satu prinsip dalam GCG adalah responsibility, sehingga perusahaan yang telah menerapkan GCG akan mulai memperhatikan aspek social dan lingkungan sebagai bentuk pertanggung jawaban sosialnya Selain dari penerapan Good Corporate Governance yang mendorong penerapan Corporate Social Responsibility, kualitas audit juga mempengaruhi pengungkapan atas Corporate Social Responsibilty. Dengan kualitas audit yang baik dan memadai perusahaan akan cenderung mengungkapkan penerapan Corporate Social Responsibilty nya dalam laporan tahunannya. Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hapsoro (2012) meneliti tentang pengaruh Corporate Governance (proporsi kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen dan ukuran komite audit) dan kualitas audit terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan institusional dan proporsi komisaris independen tidak terbukti berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR, sedangkan ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit dan
2
kualitas audit terbukti berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Dalam penelitian tersebut, variabel CSR diukur dengan Corporate Social Responsibility Disclosure Index (CSRDI). Sedangkan menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kaihatu (2009) mengenai Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia menunjukkan pembentuknya
bahwa
Corporate
berpengaruh
positif
Governance terhadap
dengan kualitas
seluruh corporate
variabel social
responsibility disclosure pada perusahaan go public. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Hapsoro (2012). Dalam penelitian ini, terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian Hapsoro (2012), antara lain: Periode penelitian, Hapsoro (2012) menggunakan periode penelitian tahun 2009, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan tahun 2011 - 2012 sebagai tahun pengamatan, karena peneliti ingin mengetahui hasil dari bagaimana pengaruh kinerja manajemen tahun sebelumnya (2011) terhadap pengungkapan CSR tahun berikutnya (2012). Sampel penelitian, dalam penelitian Hapsoro (2012) sampel yang diteliti menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian
ini,
peneliti
akan
mengkhususkan
sampel
pada
perusahaan
pertambangan yang terdafar di BEI. Pengkhususan sampel dapat menghindari hasil penelitian yang bias, dikarenakan perbedaan karakteristik perusahaan yang terdaftar di BEI. Selain itu, perusahaan pertambangan merupakan suatu organisasi yang melakukan kegiatan eksploitasi sumber daya alam yang rentan menimbulkan
3
kerusakan lingkungan, sehingga corporate social responsibility yang diterapkan oleh perusahaan akan beragam dan banyak jumlahnya. Pengukuran Corporate Social Responsibility (CSR), dalam penelitian Hapsoro (2012), CSR diukur dengan menggunakan metode Corporate Social Responsibility Disclosure Index (CSDI), Dalam penelitian ini, pengukuran CSR akan dilakukan dengan menggunakan metode Opportunity Cost Approach (OCA) yang dihitung berdasarkan social cost yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan menambahkan tiga variabel lain, yaitu biaya employee relations (besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pelatihan), community services (biaya program kepedulian social) dan environmental awareness (biaya untuk program lingkungan hidup).. Pemilihan pengukuran yang berbeda dilakukan supaya dapat diperoleh hasil yang lebih terperinci dan dapat terhindar dari unsur subyektivitas dalam menentukan indeks pengukuran, serta untuk melihat kontribusi masing-masing perusahaan melaui biaya kegiatan CSR yang dikeluarkan. Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah penelitian yang diambil adalah Pengaruh Corporate Governance (dimana corporate governance terdiri atas
proporsi kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi
komisaris independen, dan ukuran komite audit) Dan Kualitas Audit Terhadap Corporate Social Responsibility (dimana Corporate Social Responsibility diukur dengan menggunakan variabel employee relations sebagai proksi perilaku perusahaan
terhadap
para
karyawannya,
community
services
yang
mengindikasikan bagaimana tanggungjawab perusahaan pada masyarakat dan
4
sekitarnya, serta environtmental awareness sebagai proksi dari bentuk keterlibatan sosial perusahaan terhadap lingkungan hidup) Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2011 - 2012. Persoalan Penelitian Persoalan penelitian yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah apakah good corporate governance
dan kualitas audit berpengaruh positif
terhadap corporate social responsibility. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh proporsi kepemilikan institusional, pengaruh ukuran dewan komisaris, pengaruh proporsi komisaris independen, pengaruh ukuran komite audit dan pengaruh kualitas audit terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Manfaat Penelitian 1. Bagi perusahaan Diharapkan dapat memberi kontribusi bagi perusahaan dalam kaitannya dengan sistem pengelolaan perusahaan, setelah dilakukannya penelitian ini diharapkan perusahaan dapat menerapakan good corporate governance sehingga kesadaran perusahaan untuk melakukan corporate social responsibility dapat terus meningkat.
5
2. Bagi Mahasiswa Diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh penerapan corporate governance dan kualitas audit terhadap pengungkapan corporate social responsibility. KERANGKA TEORITIS Landasan Teori Agency Theory Agency theory berasumsi bahwa masing-masing individu termotivasi oleh kepentingannya sendiri-sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara kepentingan principal dan kepentingan agent (Antonia, 2008). Teori Keagenan sendiri
merupakan
perbedaan
kepentingan,
antara
manajemen
dengan
stakeholders, dimana manajemen memiliki keinginan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan dirinya sendiri, sementara stakeholders memiliki keinginan supaya manajemen dapat meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham atau pemilik. Menurut Hapsoro (2012), Agency Theory menjelaskan mengenai pihak – pihak yang terlibat dalam perusahaan (manajer dan pemilik perusahaan) dalam berperilaku, karena memiliki kepentingan yang berbeda. Manajer mempunyai tanggung jawab untuk dapat meningkatkan kesejahteraan para pemegang sahamnya, sedangkan manajer juga memiliki keinginan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan dirinya. Teori keagenan menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan
6
suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut ( Jensen dan Meckling, 1976 dalam Permanasari, 2010). Good Corporate Governance Good Corporate governance merupakan mekanisme yang digunakan untuk mengurangi agency problem dengan meningkatkan pemantauan terhadap tindakan manajemen, membatasi perilaku oportunistik manajer, dan mengurangi risiko informasi yang ditanggung oleh pemegang saham (Rebecca, 2011). Tujuan dari good corporate governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi seluruh pihak yang berkepentingan. Secara teoritis, pelaksanaan good corporate governance dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kinerja keuangan, pengurangan resiko yang mungkin dilakukan oleh dewan komisaris dengan keputusan – keputusan yang menguntungkan diri sendiri, dan pada umumnya good corporate governance dapat meningkatkan kepercayaan investor (Tjanger, 2003 dalam Hapsoro 2012). Kepemilikan Intitusional Kepemilikan intitusional adalah kepemilikan saham oleh pihak – pihak yang berbentuk institusi atau yayasan, bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dan pension,
perusahaan berbentuk perseroan (PT), dan institusi
lainnya. Institusi biasanya dapat menguasai mayoritas saham karena sumber daya mereka lebih besar dibandingkan dengan pemegang saham lainnya. Oleh karena menguasai saham mayoritas, maka pihak institusional dapat melakukan pengawasan terhadap kebijakan manajemen secara lebih kuat dibandingkan dengan pemegang saham lainnya (Tamba, 2011).
7
Kepemilikan institusional menyebabkan pengawasan yang ketat terhadap kinerja manajemen sehingga secara otomatis manajemen akan menghindari perilaku yang merugikan principal, semakin besar kepemilikan institusional maka semakin kuat kendali yang dilakukan pihak eksternal terhadap perusahaan (Tamba, 2011). Ukuran Dewan Komisaris Jumlah ukuran dewan komisaris di perusahaan memainkan peran penting dalam pemantauan perusahaan dan pengambilan keputusan strategis, ukuran dewan komisaris yang besar dapat mambantu dalam pemantauan lebih, membantu perusahaan dalam menyediakan sumber daya kritis dan menghilangkan ketidak pastian lingkungan, dan mengurangi dominasi CEO (Kusrinanti dan Syariffudin, 2012). Semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan pengawasan yang dilakukan akan semakin efektif (Sembiring 2005, dalam Utami dan Rahmawati, 2009). Proporsi Komisaris Independen Dewan komisaris independen menggambarkan puncak dari sistem pengendalian pada perusahaan besar, yang memiliki peran ganda yaitu peran untuk memonitoring dan melakukan pengawasan terhadap manajemen (Antonia, 2008). Semakin kompeten dewan komisaris independen maka semakin mengurangi kemungkinan kecurangan dalam pelaporan keuangan karena secara
8
umum mempunyai pengawasan yang lebih baik terhadap manajemen (Antonia, 2008). Ukuran Komite Audit Komite audit harus terdiri atas individu – individu yang mandiri dan tidak terlibat dengan tugas sehari – hari dari manajemen yang mengelola perusahaan, serta memiliki pengalaman untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif (Hapsoro, 2012). Komite audit terdiri dari sedikitnya tiga orang , diketuai oleh komisaris independen perusahaan dengan proporsi tiga puluh persen untuk terselenggaranya pengelolaan korporasi yang baik (Kusumaning, 2004 dalam Antonia, 2008). Kualitas Audit Kualitas audit yang baik merupakan salah satu faktor pendukung penerapan corporate governance yang baik dimana audit merupakan kendali bagi manajemen dalam menyusun laporan keuangan yang wajar yang sesuai dengan standar akuntasi yang berlaku ( Susanto dan Siregar, 2010). Perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berukuran besar akan menyajikan laporan keuangan yang lebih berkualitas berdasarkan regulasi yang telah ditentukan, karena memiliki kualitas, reputasi, dan kredibilitas disbanding KAP berukuran kecil (Hapsoro, 2012). Corporate Social Responsibility Corporate Social Responsibility merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis
untuk berkontribusi
dalam pengembangan ekonomi
yang
berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan yang
9
menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial dan lingkungan (Untung, 2008 dalam Tamba, 2011). Pengungkapan CSR terdiri dari tujuh kategori yaitu lingkungan, energy, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain – lain tenaga kerja, produk, serta keterlibatan masyarakat dan umum (Hapsoro, 2012). Dalam penelitian ini, corporate social responsibility akan diukur dengan menggunakan tiga variabel lain, sehingga akan diperoleh hasil yang terperinci dan diperoleh hasil yang lebih tepat. Variabel – variabel lain yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: Employee Relations Employee relations merupakan suatu hubungan yang dibina oleh perusahaan dengan para karyawannya (Fitri, 2008). Employee relations meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang – orang dalam perusahaan tersebut. Dimana aktivitasnya meliputi : rekruitmen, program pelatihan, gaji dan tuntutan, mutasi dan promosi dan lainnya (Permanasari, 2010). Community Services Community Services merupakan suatu hubungan yang mengidikasikan bagaimana tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat dan sekitarnya (Fitri, 2008). Community services mencakup aktivitas kemasyrakatan yang diikuti oleh perusahaan misalnya, aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan, dan seni serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya (Permanasari, 2010).
10
Environmental Awareness Environmental
awareness
merupakan
bentuk
keterlibatan
sosial
perusahaan terhadap lingkungan hidup (Fitri, 2008). Environmental awareness meliputi aspek lingkungan dari proses produksi, yang meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan opersi bisnis, pencegahan dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber daya alam dan konversi sumber daya alam (Permanasari, 2010). Hipotesis Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: Pengaruh Proporsi Kepemilikan Institusional Terhadap Corporate Social Responsibility. Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pihak institusional, yang melakukan monitoring secara efektif yang dapat mendorong manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan (Rebecca, 2011). Kerena investor institusional biasanya memegang mayoritas saham, sehingga memiliki kendali yang kuat atas kebijakan-kebijakan dan pemantauan kinerja manajemen. Termasuk didalamnya pemantauan dalam pengambilan keputusan yang tidak hanya bersifat keuangan. Namun juga yang bersifat sosial maupun lingkungan yang akan berdampak pada karyawan, masyarakat, dan lingkungan disekitar perusahaan. Sehingga untuk menunjang kelangsungan hidup perusahaan maka investor institusional akan terus mendorong manajemen untuk
11
melakukan kegiatan CSR yang berkaitan dengan karyawan employee relaitions), masyarakat (Community services) dan lingkungan (environtmental awareness). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tamba (2011) mengenai Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, menunjukan bahwa besarnya kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan CSR. Berdasarkan penelitian terdahulu, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: H1 a :
Proporsi kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap employee relations.
H1 b :
Proporsi kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap community services.
H1 c :
Proporsi kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap environmental awareness.
Pengaruh
Ukuran
Dewan
Komisaris
Terhadap
Corporate
Social
Responsibility Ukuran dewan komisaris yang besar dapat membantu perusahaan dalam menyediakan sumber daya kritis dan menghilangkan ketidakpastian lingkungan dan mengurangi dominasi CEO (Kusrinanti dan Syafruddin, 2012) Jumlah dewan komisaris dalam perusahaan sangat memainkan peran penting dalam pemantauan dan pengambilan keputusan strategis perusahaan, termasuk mengenai pengungkapan informasi perusahaan. Dewan komisaris sebagai puncak dari system pengelolaan internal perusahaan memiliki peran pengawasan. Komposisi dewan komisaris akan menentukan kebijakan perusahaan
12
termasuk praktik penerapan corporate social responsibility. Salah satu fakor penunjang keberlanjutan perusahaan adalah ketika perusahaan memperhatikan aspek social dan lingkungan. Dengan begini dewan komisaris akan terus mendorong manajemen untuk melakukan kegiatan CSR yang berkaitan dengan karyawan (employee relations), masyarakat community services) dan lingkungan (environtmental awareness). Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Utami dan Rahmawati (2009), mengenai Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing, dan Umur Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure, menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap corporate social responsibility disclosure. Berdasarkan penelitian terdahulu, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: H2 a : Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap employee relations. H2 b : Ukuran dewan komisari berpengaruh positif terhadap community services H2 c :
Ukuran
dewan
komisaris
berpengaruh
positif
terhadap
environmental awareness. Pengaruh Proporsi Komisaris Independen Terhadap Corporate Social Responsibility Keberadaan dewan komisaris independen akan semakin menambah keefektifan pengawasan, juga dianggap sebagai solusi untuk mengawasi masalah keagenan (Hapsoro, 2012).
13
Secara umum dewan komisaris independent memiliki pengawasan dan monitoring yang lebih baik terhadap manajemen. Selain itu komisaris independent juga dapat memberikan arahan serta petunjuk bagi para pengelola perusahaan. Termasuk didal mengenai memberikan arahan dan petunjuk dalam menentukan kebijakan-kebijkan yang ditetapkan. Supaya tidak hanya kebijkan yang hanya memebrikan keuntungan bagi para pemegang saham saja, namun juga kebijakan yang dapt memebri manfaat untuk para pekerja, komunitas social, dan lingkungan. Dengan adanya arahan dari dewan komisaris independent maka manajemen juga akan semakin terdorong untuk melakukan kegiatan CSR yang berkaitan dengan karyawan (employee relations), masyarakat community services) dan lingkungan (environtmental awareness). Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kaihatu (2009), mengenai Good Corporate Governance Terhadap Penerapannya di Indonesia menunjukan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap kualitas pengungakapan CSR perusahaan. Berdasarkan penelitian terdahulu, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: H3 a : Proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap employee relations. H3 b : Proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap community services. H3 c : Proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap environmental awareness.
14
Pengaruh Ukuran Komite Audit Terhadap Corporate Social Responsibility Komite audit beranggotakan komisaris independen dan terlepas dari kegiatan manajemen sehari – hari serta mempunyai tanggung jawab utama untuk membantu dewan komisaris dalam menjalankan tanggung jawabnya (Hapsoro, 2012). Komite audit dibentuk guna mengawasi laporan keuangan, sehingga dengan dibentuknya komite audit akan membuat pengawasan perusahaan menjadi lebih memadai. Komite audit juga memberikan rekomendasi atas kebijakankebijakan perusahaan dengan lebih adil dan objektif. Serta mendorong perusahaan untuk mengungkapkan seluruh kegiatan perusahaan secara wajar. Termasuk ketika memberi rekomendasi mengenai kegiatan CSR yang dapat meningkatkan citra perusahaan bagi masyarakat luas, ketika kegiatan CSR tersebut di ungkapkan dalam laporan kinerja perusahaan. Dimana kegiatan CSR yang direkomendasikan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan karyawan (employee relations), masyarakat community services) dan lingkungan (environtmental awareness). Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hapsoro (2012), mengenai Pengaruh Corporate Governance dan Kualitas Audit Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibilty, menemukan bahwa ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap CSR. Berdasarkan penelitian terdahulu, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: H4 a :
Ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap employee relations.
15
H4 b :
Ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap community services.
H4 c :
Ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap environmental awareness.
Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Corporate Social Responsibility. Perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Public (KAP) yang berukuran besar akan menyajikan laporan keuangan yang lebih berkualitas berdasarkan regulasi yang telah ditentukan, karena memiliki kualitas, reputasi, dan kredibilitas disbanding KAP ukuran kecil (Hapsoro, 2012). Auditor sangat berperan penting dalam meningkatkan strategi pelaporan perusahaan secara keseluruhan. Secara teori KAP Big Four seharusnya lebih berkualitas dibandingkan dengan jasa audit yang diberikan KAP Non Big Four. Jasa yang diberikan akan lebih independen dan transaparan. Dengan andanya audit yang transparan atas laporan keuangan dan laporan tahunan, perusahaan akan terdorong untuk melakukan kegiatan CSR dan mengungkapkan nya dalam laporan Keuangan dan Laporan Tahunan perusahaan, supaya pendapat yang diberikan oleh KAP bersifat positif bagi kelangsungan dan citra baik perusahaan. Untuk itu perusahaan akan melakukan kegiatan CSR yang berhubungan dengan karyawan (employee relations), masyarakat community services) dan lingkungan (environtmental awareness). Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hapsoro (2012), mengenai Pengaruh Corporate Governance dan Kualitas Audit Terhadap
16
Pengungkapan Corporate Social Responsibilty, menemukan bahwa kualitas audit berpengaruh positif terhadap CSR. Berdasarkan penelitian terdahulu, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: H5 a : Kualitas audit berpengaruh positif terhadap employee relations. H5 b : Kualitas audit berpengaruh positif terhadap community services. H5 c :
Kualitas audit berpengaruh positif terhadap
environmental
awareness. Model Penalarannya CORPORATE GOVERNANCE
Proporsi kepemilikan institusional Ukuran dewan komisaris Proporsi komisaris independen Ukuran komite audit
KUALITAS AUDIT
Pengungkapan CSR:
KAP Big Four dan Non Big Four
Employee Relations Community Services Environmental Awareness
METODE PENELITIAN Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data akuntansi yang berupa data laporan keuangan, dan data laporan tahunan perusahaan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia melalui website www.idx.co.id pada tahun 2001 dan 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI. Pemilihan sampel berdasarkan
17
metode purposive sampling dengan beberapa kriteria, perusahaan terdaftar di BEI tahun 2011 sampai dengan tahun 2012. Mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit dan laporan tahunan yang memuat informasi mengenai biaya CSR yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel
Keterangan
Jumlah
Perusahaan sektor pertambangan yang yang terdaftar di BEI tahun 2011-2012
37
Perusahaan sektor pertambangan yang tidak mengungkapkan biaya CSR pada tahun 2012
(12)
Jumlah Sampel Akhir
25
Sumber: Hasil penelitian. Data diolah Dari 37 perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI sampai dengan akhir tahun 2012 terdapat 25 perusahaan yang memenuhi syarat. 25 perusahaan tersebut akan diolah untuk mengetahui pengaruh dari good corporate governance dan kualitas audit terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Pengukuran Variabel Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen yaitu corporate social responsibility yang akan diukur dengan metode Opportunity Cost Approach yang terdiri dari tiga variabel dependen lain. Tiga variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan employee relations, community services dan environmental awareness. Sedangkan variabel independen dalam penelitian
18
ini adalah proporsi kepemilikian institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, ukuran komite audit dan kualitas audit. Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat diukur dengan menggunakan rumus : 1. Biaya Employee Relations (BER)
Proporsi biaya pelatihan karyawan dapat diperoleh dalam laporan tahunan (annual report) perusahaan dalam pokok bahasan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility). 2. Biaya Community Services (BCS)
Proporsi biaya kepedulian sosial dapat diperoleh dalam laporan tahunan (annual report) perusahaan dalam pokok bahasan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) 3. Biaya Environmental Awareness
Proporsi biaya lingkungan hidup dapat diperoleh dalam laporan tahunan (annual report) perusahaan dalam pokok bahasan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility). 4. Proporsi Kepemilikan Institusional (INST)
19
Jumlah kepemilikan institusional dapat diperoleh dari laporan tahunan yang terbitkan oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki kepemilikan institusional lebih dari lima persen digolongkan memiliki kepemilikan institusional besar. 5. Ukuran Dewan Komisaris (DKOM)
Informasi mengenai dewan komisaris dapat diperoleh dari laporan tahunan perusahaan. Dewan komisaris merupakan jumlah dari dewan komisaris internal dan dewan komisaris eksternal. 6. Proporsi Komisaris Independen (KIND)
Proporsi Komisaris Independen diukur berdasarkan proporsi jumlah komisaris independen dari jumlah total anggota dewan komisaris yang dimiliki perusahaan. Proporsi komisaris yang dimiliki perusahaan minimal 30 persen dari jumlah anggota dewan komisaris. 7.
Ukuran Komite Audit (UKAD)
Ukuran Komite Audit dapat diukur dengan menghitung jumlah anggota komite audit dalam perusahaan. Pada umumnya terdiri dari tiga sampai lima orang anggota yang diambil dari dewan komisaris. 8. Kualitas Audit (KUAD)
Kualitas Audit ditentukan berdasarkan laporan audit yang oleh kantor akuntan big four
dan kantor akuntan non – big four. Variabel diukur dengan
20
menggunakan dummy, yaitu dengan memberikan 0 untuk auditor yang berasal dari KAP non big four dan 1 untuk auditor dari KAP big four. Teknik Pengujian Hipotesis Teknik analisis dalam penelitian ini, terdiri dari teknik analisis deskriptif dan analisis statistik, kedua teknik ini dilakukan supaya dapat diperoleh hasil penelitian yang lebih optimal. Dalam teknik analisis deskriptif dilakukan pengujian statistik deskriptif.
Pengujian statistik deskriptif digunakan untuk
menggambarkan profil dan sample yang meliputi antara lain mean, median, maksimum, minimum dan deviasi standar. Sedangkan dalam teknik analisis statistik meliputi: Uji Asumsi Klasik
1.
Dalam uji asumsi klasik terdiri dari, uji normalitas non parametrik dengan Kolmogorov-Smirnov, uji heteroskedastisitas dengan uji glejser, dan uji multikolinearitas. 2.
Uji Hipotesis, uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan:
Koefisien Determinasi (R2), dilakukan untuk mengerahui presentase variabel dependen terhadap perubahan variabel independen. Dari pengujian ini dapat diketahui seberapa besar variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independennya, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab – sebab lain diluar model.
Pengujian secara simultan atau Uji F, pengujian hipotesis dengan α = 5 persen, dimana hipoteis diterima apabila nilai Ftest nya lebih dari F tabel.
21
Uji t atau uji signifikansi parameter individual, pengujian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variable dependen dan independen dapat dilakukan apabila besarnya P value atau nilai signifikansinya kurang dari 0.05 untuk α = 5 persen Penelitian ini akan diuji dengan menggunakan metode regresi linier
berganda untuk mengetahui variabel – variabel yang terkait dalam penelitian. Di dalam model regresi, bukan hanya variabel independen saja yang mempengaruhi variabel dependen, melainkan masih ada faktor lain yang dapat menyebabkan kesalahan dalam observasi, yaitu yang disebut kesalahan pengganggu (ε) atau error Model Penelitian Model persamaan regresi untuk menguji keseluruhan hipotesis secara keseluruhan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : CSRBER = β0 + 1INST + DKOM + 3 KIND + UKAD + KUAD + (Model 1) CSRBCS = β0 + INST + DKOM + KIND + UKAD + KUAD + (Model 2) CSRBEA = β0 + 1INST + DKOM + 3 KIND + UKAD + KUAD+ (Model 3) Keterangan: CSRBER = Corporate Social Responsibilty Employee Relation CSRBCS = Corporate Social Responsibilty Community Services CSRBCS = Corporate Social Responsibilty Environmental Awareness
22
INST = Proporsi Kepemilikan Institusional DKOM = Ukuran Dewan Komisaris KIND = Proporsi Komisaris Independen UKAD = Ukuran Komite Audit KUAD = Kualitas Audit β0
= Intercept
... = Koefisien Regresi
= Error Term
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Statistik Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata dan nilai standar deviasi. Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran perusahaan sebagai berikut: Tabel 2 Deskriptif Statistik Descriptive Statistics BER BCS BEA INST DKOM KIND UKAD KUAD
N Minimum Maximum 25 0.01 6 25 0.04 30 25 0.03 6 25 1 99 25 2 9 25 0 67 25 2 7 25 0 1
Mean 0.6 2.4796 0.622 68.84 5.04 34.6 3.32 0.68
Valid N (listwise)
25 Sumber : Hasil Penelitian. Data diolah.
23
Tabel dua menunjukkan bahwa jumlah responden (N) adalah 25 perusahaan. Variabel pertama yaitu biaya employee relations (BER) memiliki nilai minimum sebesar 0,01yang berarti terdapat perusahaan yang hanya mengungkapkan biaya employee relations sebesar 0,01% dari total biaya operasinya, yaitu PT Ratu Prabu Energi. Sedangkan nilai maksimum dari biaya employee relations (BER) adalah enam, yang berarti terdapat perusahaan yang mengungkapkan biaya employee relations sebesar enam persen dari total biaya operasinya, yaitu PT Samindo Resources. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa biaya employee relations (BER) yang diungkapkan perusahaan yang menjadi sampel rata-rata adalah kecil. Variabel kedua yaitu biaya community services (BCS) memiliki nilai minimum sebesar 0,04 yang berarti terdapat perusahaan yang hanya mengungkapkan biaya community services sebesar 0,04% dari total biaya operasinya, yaitu PT Golden Energi Mines, PT Harum Energi, dan PT Energi Mega Persada. Sedangkan nilai maksimum dari biaya community services (BCS) adalah tiga puluh, yang berarti terdapat perusahaan yang mengungkapkan biaya community services sebesar tiga puluh persen dari total biaya operasinya, yaitu PT Samindo Resources. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa biaya community services (BCS) yang diungkapkan perusahaan yang menjadi sampel rata-rata adalah cukup besar. Variabel ketiga yaitu biaya environmental awareness (BEA) memiliki nilai minimum sebesar 0,03 yang berarti terdapat perusahaan yang hanya
24
mengungkapkan biaya environmental awareness sebesar 0,03% dari total biaya operasinya, yaitu PT Harum Energi, dan PT Benakat Petroleum Energi, PT Elnusa, PT Energi Mega Persada, PT Timah dan PT Vale Indonesia. Sedangkan nilai maksimum dari biaya environmental awareness (BEA) adalah enam, yang berarti terdapat perusahaan yang mengungkapkan biaya environmental awareness sebesar enam persen dari total biaya operasinya, yaitu PT Samindo Resources. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa biaya community services (BCS) yang diungkapkan perusahaan yang menjadi sampel rata-rata adalah kecil. Variabel keempat, yaitu kepemilikan institusional (INST), akan secara rinci dijelaskan dalam tabel tiga. Tabel 3 Struktur Kepemilikan Saham Kepemilikan Saham (%) No
Nama Perusahaan
Sub Sektor Pemerintah
Lembaga
Manajerial/ Masyarakat
1
PT. Adaro Energy Tbk
Batu Bara
-
37
63
2
PT. Atlas Resources
Batu Bara
-
75
25
3
PT. Bara Multi Sukses
Batu Bara
-
26
74
4
PT. Bayan Resources
Batu Bara
-
30
70
5
PT. Berau Coal
Batu Bara
-
89
11
6
PT. Bukit Asam
Batu Bara
33
2
7
PT. Bumi Resources
Batu Bara
-
38
62
8
PT. Golden Eagle Energy
Batu Bara
-
82
18
9
PT. Golden Energy Mines
Batu Bara
-
97
3
10
PT. Harum Energy
Batu Bara
-
70
30
11
PT. Indo Tambangraya Megah
Batu Bara
-
65
35
12
PT. Resources Alam Indonesia
Batu Bara
-
63
37
13
PT. Samindo Resources
Batu Bara
-
69
31
14
PT. Toba Bara Sejahtera
Batu Bara
-
1
99
65
25
15
PT. Benakat Petroleum Energy
Minyak dan Gas
16
PT. Elnusa
Minyak dan Gas
17
PT. Energi Mega Persada
Minyak dan Gas
18
PT. Medco Energy
19
-
57
43
31
28
-
92
8
Minyak dan Gas
-
62
38
PT. Ratu Prabu Energy
Minyak dan Gas
-
78
22
20
PT. Surya Esa Perkasa
Logam dan Mineral
-
75
25
21
PT. Aneka Tambang
Logam dan Mineral
-
35
22
PT. Central Omega Resources
Logam dan Mineral
77
23
23
PT. Timah
Logam dan Mineral
25
10
24
PT. Vale Indonesia
Logam dan Mineral
-
85
15
25
PT. Citatah
Batu-Batuan
-
99
1
41
65 65
Sumber: Hasil penelitian. Data diolah. Dalam tabel tiga menjelaskan kepemilikan institusional (INST) dimana kepemilikan saham institusional terdiri dari saham yang dimiliki pemerintah dan lembaga. Dalam tabel deskriptif statistik variable INST memiliki nilai minimum sebesar satu yang berarti terdapat perusahaan yang kepemilikan saham institusionalnya hanya sebesar satu persen dari total saham yang beredar, yaitu PT Toba Bara Sejahtera. Sedangkan nilai maksimum dari kepemilikan institusional (INST) adalah sembilan puluh sembilan, yang berarti terdapat perusahaan yang memiliki kepemilikan saham institusional sebesar sembilan puluh sembilan persen dari total saham yang beredar, yaitu PT Citatah. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kepemilikan institusional yang tinggi, sehingaa kontrol dari pemegang saham institusional menjadi semakin besar. Dengan adanya kepemilikan institusional yang besar dapat mendorong perusahaan melakukan kegiatan CSR yang semakin baik.
26
Good corporate governance juga diukur dengan menggunakan variabel ukuran dewan komisaris (DKOM), secara lebih rinci akan dijelaskan dalam tabel empat. Tabel 4 Komposisi Jumlah Anggota Dewan Komisaris Jumlah Jumlah Anggota Perusahaan 2 orang 1 3 orang 4 4 orang 3 5 orang 7 6 orang 8 7 orang 0 8 orang 1 9 orang 1 Sumber: Hasil Penelitian. Data diolah.
Dalam tabel empat komposisi dewan komisaris telah dijelaskan secara rinci, dapat diketahui sebagian besar perusahaan memiliki dewan komisaris sebanyak enam orang. Sesuai dengan Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), perusahaan dianggap telah memenuhi standar umum penerapan good corporate governance Indonesia apabila perusahaan telah memiliki dewan komisaris yang jumlahnya sesuai dengan kompleksitas perusahaan. Dalam tabel analisis deskriptif statistik nilai minimal dua menggambarkan, jumlah dewan komisaris yang dimiliki oleh perusahaan minimal ada dua orang, yaitu PT Ratu Prabu Energi. Sedangkan nilai maksimum dari ukuran dewan komisaris (DKOM) adalah sembilan, yang berarti terdapat perusahaan yang memiliki dewan komisaris sebanyak sembilan orang, yaitu PT Vale Indonesia.
27
Selain dewan komisaris, good corporate governance juga diukur dengan menggunakan variabel komisaris independen. Dalam tabel lima, dijelaskan mengenai komposisi dewan komisaris yang dimiliki oleh perusahaan. Tabel 5 Komposisi Dewan Komisaris Independen Jumlah
Jumlah
Anggota
Perusahaan
0
1
1 Orang
9
2 Orang
12
3 Orang 3 Sumber: Hasil penelitian. Data diolah.
Dalam tabel lima, dapat diketahui bahwa rata-rata dewan komisaris independen yang dimiliki oleh beberapa perusahaan adalah dua orang. Menurut peraturan BEJ tanggal 1 Juli 2000, persyaratan jumlah minimal komisaris independen adalah tiga puluh persen dari seluruh anggota dewan komisaris (Hapsoro, 2012). Dalam tabel deskriptif statistik variabel keenam ukuran komisaris independen (KIND) memiliki nilai minimum sebesar nol atau nol persen, yang berarti terdapat perusahaan yang tidak memiliki dewan komisaris independen dari seluruh anggota dewan komisaris yang dimiliki, yaitu PT Energi Mega Persada. Sedangkan nilai maksimum dari ukuran komisaris independen (KIND) adalah enam puluh tujuh atau enam puluh tujuh persen, yang berarti terdapat perusahaan yang memiliki dewan komisaris independen sebanyak enam puluh tujuh persen dari seluruh dewan komisaris yang dimiliki , yaitu PT Toba Bara Sejahtera.
28
Good corporate governance juga diukur dengan menggunakan variabel ukuran komite audit, dimana komposisi ukuran komite audit akan dijelaskan dalam tabel enam. Tabel 6 Komposisi Jumlah Komite Audit Jumlah
Jumlah
Anggota
Perusahaan
2 orang
2
3 orang
19
4 orang
1
5 orang
1
6 orang
1
7 orang 1 Sumber: Hasil Penelitian. Data diolah.
Dari tabel enam, dapat diketahui bahwa rata-rata komite audit yang dimiliki oleh beberapa perusahaan adalah dua orang. Sesuai dengan peraturan dari Komite Nasional Kebijakan Governance tahun 2006 di dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang menyatakan bahwa perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek serta perusahaan yang memiliki dampak luas terhadap kelestarian lingkungan sebaiknya memiliki komite audit yang jumlahnya sesuai dengan kompleksitas perusahaan. Variabel ketujuh ukuran komite audit (UKAD), dalam tabel analisis deskriptif statistik memiliki nilai minimum sebesar dua, yang berarti terdapat perusahaan yang hanya memiliki komite audit sebanyak dua orang, yaitu PT Medco Energy dan PT Ratu Prabu Energy. Sedangkan nilai maksimum dari ukuran komite audit (UKAD) adalah tujuh, yang berarti terdapat perusahaan yang memiliki komite audit sebanyak tujuh orang, yaitu PT Aneka Tambang.
29
Selain good corporate governance, juga akan disajikan dalam tabel tujuh mengenai jasa kantor akuntan publik yang digunakan oleh perusahaan yang diteliti. Tabel 7 Komposisi Perusahaan Berdasarkan KAP
KAP
Jumlah Perusahaan
Big Four (BF) Non Big Four (NBF) Jumlah
17 8 25
Sumber: Hasil penelitian. Data diolah. Untuk menunjang penerapan good corporate governance, jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) big four diyakini akan memberikan jasa audit yang lebih independen dan transparan dalam mengungkapkan misstatement yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan (Hapsoro, 2012). Dari tabel tujuh dapat diketahui bahwa sebagian besar perusahaan telah menggunakan jasa KAP big four. Variabel kedelapan yaitu kualitas audit (KUAD), dalam tabel analisis deskriptif statistik memiliki nilai minimum sebesar nol, yang berarti terdapat perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan publik non big four. Sedangkan nilai maksimum dari kualitas audit (KUAD) adalah satu, yang berarti perusahaan telah diaudit oleh kantor akuntan publik big four. Uji Asumsi Klasik Model regresi yang baik adalah yang memenuhi asumsi klasik multikolinearitas heterokedastisitas dan normalitas.
30
Dalam penelitian ini telah dilakukan uji multikolinearitas, yang hasilnya menunjukkan
bahwa
model
regresi
tidak
mengidikasikan
adanya
multikolinearitas. Sebab, seluruh variabel bebas lebih besar dari 0,10 demikian pula nilai VIF semuanya kurang dari sepuluh. Uji heteroskedastisitas menggunakan grafik plot dan uji Glejser. Untuk menjamin keakuratan hasil, diperlukan sebuah uji statistik yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas. Uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolute residual terhadap variabel independen (Ghozali, 2005 dalam Hapsoro, 2012). Setelah dilakukan uji Glejser diperoleh bahwa semua t hitung variabel independen lebih kecil dari t tabel dan nilai signifikansinya lebih dari 0,05. Tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi
variabel
dependen
nilai
absolut
dan
nilai
probabilitas
signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak mengandung adanya heteroskedastisitas. Berdasarkan grafik scatterplot diperoleh setelah data diolah melalui SPSS, diketahui bahwa titik data menyebar diatas maupun dibawah angka nol sumbu Y. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen dan variabel dependen telah terdistribusi secara normal atau tidak. Uji Kolmogorov-Smirnov merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menguji data telah terdistribusi secara normal atau tidak melalui variabel residu dalam model regresi. Dari pengujian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa seluruh variabel residu dalam model regresi memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data telah terdistribusi secara normal.
31
Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan melakukan regresi antara variabel dependen biaya employee relations (BER), biaya community services (BCS), dan biaya environmental awareness (BEA) dengan variabel independen proporsi kepemilikan institusional (INST), ukuran dewan komisaris (DKOM), proporsi komisaris independen (KIND), ukuran komite audit (UKAD) dan kualita audit (KUAD). Hasil regresi yang telah dilakukan akan dijelaskan dalam tabel tujuh, dengan menunjukkan besarnya β, nilai F-test, P-value dan besarnya koefisien determinasi (R2). Tabel 8 Hasil Pengujian Hipotesis Model 1 BER Variabel
β
X Konstanta INST DKOM KIND UKAD KUAD
0,175 0,008 -0,151 0,008 0,173 -0,343
Model 2 BCS Sign
Variabel
(P value)
X
0,927 0,555 0,44 0,748 0,512 0,597
Konstanta INST DKOM KIND UKAD KUAD
Β -0,868 0,030 -1,081 0,27 2,230 -2,343
Model 3 BEA Sign
Variabel
(P value)
X
0,982 0,688 0,302 0,837 0,122 0,498
Konstanta INST DKOM KIND UKAD KUAD
β 0,163 0,03 -0,149 0,004 0,337 -0,416
Sign (P value) 0,933 0,818 0,453 0,862 0,215 0,526
F-Test
0,363
F-Test
0,813
F-Test
0,508
R²
0,087
R²
0,176
R²
0,118
Sumber: Sumber penelitian. Data diolah. Dari tabel delapan, model regresi pertama, dengan variabel dependen BER menunjukkan bahwa nilai signifikansi (p-value) dari seluruh variabel independen dalam model pertama melebihi taraf signifikansi 0,05, sehingga hal ini menunjukkan bahwa proporsi kepemilikan institusional (INST), ukuran dewan komisaris (DKOM), proporsi komisari independen (KIND, ukuran komite audit
32
(UKAD) dan kualitas audit (KUAD) tidak terbukti mempunyai pengaruh positif terhadap biaya employee relations (BER). Besarnya nilai F-test dalam model pertama adalah 0,363, dimana nilai tersebut lebih kecil dari F tabel yaitu 2,60 untuk α = 5%,
berarti bahwa
secara bersama-sama proporsi kepemilikan
institusional (INST), ukuran dewan komisaris (DKOM), proporsi komisaris independen (KIND), ukuran komite audit (UKAD) dan kualitas audit (KUAD) tidak berpengaruh positif terhadap biaya employee relations (BER). Nilai R² dalam model pertama adalah 0,087 atau sebesar 8,7% artinya kemampuan menjelaskan semua variabel independen terhadap biaya employee relations (BER) hanya sebesar 8,7%, sedangkan 91,3% ditunjukkan oleh variabel lain diluar regresi. Dari hasil pengolahan maka diperoleh persamaan regresi seperti berikut: CSRBER = 0,175 + 0,008INST - 0,151DKOM + 0,008KIND + 0,173UKAD 0,343KUAD + (Model 1) Model regresi kedua, dengan variabel dependen BCS menunjukkan bahwa nilai signifikansi (p-value) dari seluruh variabel independen dalam model kedua melebihi taraf signifikansi 0,05, sehingga hal ini menunjukkan bahwa proporsi kepemilikan institusional (INST), ukuran dewan komisaris (DKOM), proporsi komisari independen (KIND, ukuran komite audit (UKAD) dan kualitas audit (KUAD) tidak terbukti mempunyai pengaruh positif terhadap biaya community services (BCS). Nilai F-test dalam model kedua sebesar 0,813, dimana nilai tersebut lebih kecil dari F tabel yaitu 2,60 untuk α = 5%, hal itu berarti bahwa secara bersama-sama proporsi kepemilikan institusional (INST), ukuran dewan komisaris (DKOM), proporsi komisaris independen (KIND), ukuran komite audit
33
(UKAD) dan kualitas audit (KUAD) tidak berpengaruh positif terhadap biaya community services (BCS). Nilai R² dalam model kedua adalah 0,176 atau sebesar 17,6% artinya kemampuan menjelaskan semua variabel independen terhadap biaya community services (BCS) hanya sebesar 17,6%, sedangkan 82,4% ditunjukkan oleh variabel lain diluar regresi. Dari hasil pengolahan maka diperoleh persamaan regresi seperti berikut: CSRBCS = -0,868 + 0,030INST - 1,081DKOM + 0,27KIND + 2,230UKAD 2,343KUAD + (Model 2) Model regresi ketiga, dengan variabel dependen BEA menunjukkan bahwa nilai signifikansi (p-value) dari seluruh variabel independen dalam model kedua melebihi taraf signifikansi 0,05, sehingga hal ini menunjukkan bahwa proporsi kepemilikan institusional (INST), ukuran dewan komisaris (DKOM), proporsi komisari independen (KIND, ukuran komite audit (UKAD) dan kualitas audit (KUAD) tidak terbukti mempunyai pengaruh positif terhadap biaya environmental awareness (BEA). Nilai F-test dalam model ketiga sebesar 0,508, dimana nilai tersebut lebih kecil dari F tabel yaitu 2,60 untuk α = 5%, hal itu berarti bahwa secara bersama-sama proporsi kepemilikan institusional (INST), ukuran dewan komisaris (DKOM), proporsi komisaris independen (KIND), ukuran komite audit (UKAD) dan kualitas audit (KUAD) tidak berpengaruh terhadap biaya environmrntal awareness (BEA). Nilai R² dalam model ketiga adalah 0,118 atau sebesar 11,8% artinya kemampuan menjelaskan semua variabel independen terhadap biaya environmental awareness (BEA) hanya sebesar 11,8%, sedangkan
34
88,2% ditunjukkan oleh variabel lain diluar regresi. Dari hasil pengolahan maka diperoleh persamaan regresi seperti berikut: CSRBEA = 0,163 + 0,03INST - 0,149DKOM + 0,004KIND + 0,337UKAD 0,416KUAD + (Model 3) PEMBAHASAN Penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa good corporate governance dan kualitas audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap corporate social responsibility karena terdapat faktor lain diluar regresi yang menyebabkan hipotesis tidak dapat diterima. Faktor-faktor tersebut antara lain : Pelaksanaan dan pengungkapan corporate social responsibility yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan di Indonesia sifatnya mandatory, sehingga motivasi perusahaan melakukan kegiatan corporate social responsibility adalah untuk mematuhi undang-undang yang mengatur mengenai corporate social responsibility. Peraturan yang dibuat oleh pemerintah, melalui Undang-Undang no 40 tahun 2007 pasal 74, yang menyatakan bahwa setiap perseroan yang menjalankan bidang usaha yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan dan perseroan harus menganggarkan dan memperhitungkan biaya tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagai biaya perseroan. Selain itu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2010 yang mewajibkan setiap perusahaan pertambangan untuk melakukan reklamasi pasca tambang.
35
Sehingga perusahaan pertambangan yang menjalankan kegiatan bisnisnya melalui kegiatan eksploitasi sumber daya alam akan tetap melakukan CSR tanpa harus
didukung
oleh
good
corporate
governance.
Sebab
perusahaan
pertambangan yang tidak menjalankan kegiatan bisnisnya sesuai dengan undangundang dan peraturan pemerintah akan mendapat sanksi dari pemerintah. Untuk itu, ada atau tidaknya good corporate governance dalam perusahaan pertambangan tidak akan mempengaruhi pengungkapan corporate social responsibility yang dilakukan perusahaan. Konflik
atau
permasalahan
yang
ditimbulkan
oleh
perusahaan
pertambangan itu sendiri. Banyak perusahaan pertambangan yang memperbesar biaya CSRnya setelah mengalami konflik dengan masyarakat sekitar, dengan pemerintah atau bahkan dengan alam. Perusahaan-perusahaan yang pernah mengalami konflik, menjadi semakin gencar melakukan CSR untuk menutupi kesalahan yang telah dilakukannya, dan mengembalikan citra atau reputasi mereka. Dapat dilihat melalui tabel sembilan mengenai peningkatan biaya CSR yang sangat tinggi setelah terjadi konflik. Tabel 9 Data Kenaikan Biaya CSR Akibat Terjadi Konflik Perusah aan
Konflik Yang Terjadi
Biaya CSR 2010 (Rp)
Biaya CSR 2011 (Rp)
Biaya CSR 2012 (Rp)
Kenaikan Biaya CSR 2011
Kenaikan Biaya CSR 2012
2010
Pencemaran air sungai dan sawah serta mengakibatkan perkebunan karet warga Kec Murungpudak terendam air limbah batu bara.
-
143.800.000.000
261.630.410.000
-
54.96%
2010
Reklamasi tambang yang belum di lakukan di wilayah Bangka Belitung.
37.116.825.712
60.033.885.593
81.806.307.000
61.83%
Thn
PT. ADARO
PT. TIMAH
36
73.39%
1.Sengketa lahan persawahan de ngan warga Kec Parittiga. 2. Reklamasi wilayah tambang di Bangka Belitung yang belum dilakukan.
2011
3. Pembangunan Tin Chemical di Bangka Barat yang belum di realisasikan sejak peletakan batu pertama. 4. Anggota DPD Bangka Belitung menilai dana CSR PT Timah tidak disajikan sacara transparan. 5. PT Timah, dinilai tidak menerapkan CSR dengan benar, karena masyarakat yang dipekerjakan dari desa Bencahtidak lebih dari 20 orang.
PT. 2011 BAYAN
2007 PT
2013
ANTAM
2008 2011
1. Kerusakan lahan akibat pembangunan akses jalan tambang PT Bayan.
1. Eksploitasi nikel di Pulau Gee dan Pulau Pakal yang mengakibatkan kerusakan ekosistem, karena wila yah tersebut menjadi tidak me mungkinkan untuk di rehabilitasi.
-
69.911.602.822
150.614.741.310
-
46.42 %
284.300.000.000
329.000.000.000
441.160.293.200
86.41%
74.58%
1. Kerusakan lahan pertanian, dan kerusakan wilayah Waning di Manggarai NTT akibat eksploitasi emas PT Antam.
Sumber: Hasil penelitian. Data diolah.
37
Perusahaan high-profile melakukan kegiatan dan pengungkapan CSR yang lebih beragam dan banyak jumlahnya dibandingkan perusahaan low-profile (Hendrasaputra, 2005). Perusahaan pertambangan merupakan perusahaan yang masuk dalam kategori perusahaan high-profile. Pada dasarnya perusahaan highprofile telah memiliki mekanisme pengelolaan bisnis yang sehat, sehingga telah memiliki good corporate governance, perusahaan pertambangan telah memiliki kesadaran untuk melakukan kegiatan dan pengungkapan CSR. Hasil penelitian ini membuat penelitian ini menjadi tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Hapsoro (2012) yang menemukan ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit dan kualitas audit terbukti berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanti dan Riharjo (2013), yang menyatakan bahwa kepemilikan saham institusional dan ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa secara bersamasama variabel good corporate governance (kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, ukuran komite audit), dan kualitas audit tidak berpengaruh positif terhadap corporate social responsibility (biaya employee relations¸biaya community services dan biaya environmental awareness).
38
Keterbatasan Penelitian dan Saran Penelitian ini mempunyai keterbatasan, yaitu dalam penelitian ini penulis hanya melihat bagaimana pengaruh good corporate governance terhadap corporate social responsibility yang dilihat melalui pengungkapan biaya CSRnya, tidak melihat pada proporsi besaran biaya yang dikeluarkan pada masing-masing variabel oleh masing-masing perusahaan. Padahal di Indonesia penerapan CSR untuk perusahaan pertambangan sifatnya mandatory, sehingga hasil yang diperoleh variabel good corporate governance tidak terbukti memiliki pengaruh positif terhadap corporate social responsibility. Sehingga saran yang dapat penulis sampaikan untuk penelitian selanjutnya antara lain, penelitian selanjutnya diharapkan tidak hanya melihat pada pengungkapan biaya corporate social responsoibility, namun juga melihat proporsi besaran biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan CSR yang terdiri dari biaya employee relations, community services, dan environtmental awareness.
39
DAFTAR PUSTAKA Antonia, Edgina. 2008. Analisis Pengaruh Reputasi Auditor, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Leverage, Kepemilikan Manajerial dan Proporsi Komite Audit Independen Terhadap Manajemen Laba . Semarang : Universitas Diponegoro. Fitri. 2008. Pengaruh Variabel – Variabel Corporate Reputation Terhadap Corporate Peformance. Jakarta : Universitas Indonesia. Hapsoro, Dody. 2012. Pengaruh Corporate Governance dan Kualitas Audit Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Yogyakarta: STIE YKPN Yogyakarta. Hendrasaputra, Angela Arum Rinanti. 2005. Pelaksanaan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan-Perusahaan High Profile dan Low Profile yang Listed di BEI Tahun 2004. Jakarta: Universitas Indonesia. Kaihatu, Thomas S. 2009. Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. Surabaya: Universitas Petra Surabaya. Kusrinanti, Aditya M dan Muchamad Syariffudin. 2012. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Semarang : STIE Dharmaputera Semarang. Permanasari, Wien Eka. 2010. Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusional, dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan. Semarang Universitas Diponegoro.
40
Rebecca, Yulisa . 2011. Pengaruh Corporate Governance Index, Kepemilikan Keluarga, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Biaya Ekuitas dan Biaya Utang :Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI. Jakarta : Universitas Indonesia Susanti, Susi dan Ikhsan Budi Riharjo. 2013. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Cosmetics and Household. Surabaya : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia. Susanto, S dan Sylvia Veronica Siregar. 2010. Corporate Governance, Kualitas Biaya dan Biaya Ekuitas : Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 . Jakarta : Universitas Indonesia Tamba,
Erida
G.H.
2011.
Pengaruh
Struktur
Kepemilikan
Terhadap
Pengungkapan tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Semarang : Universitas Diponegoro Utami, Indah D dan Rahmawati. 2009. Pengaruh Ukuran Perusahaan, UkuranDewan Komisaris, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing, dan Umur Perusahaan, Terhadap Corporate Social Responsibilty Disclosure Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Surakarta.
41
LAMPIRAN
Lampiran 1 DATA KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN JUMLAH SAHAM BEREDAR Pertambangan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Perusahaan
15 16 17 18 19
PT. Adaro Energy Tbk PT. Atlas Resources PT. Bara Multi Sukses PT. Bayan Resources PT. Berau Coal PT. Bukit Asam PT. Bumi Resources PT. Golden Eagle Energy PT. Golden Energy Mines PT. Harum Energy PT. Indo Tambangraya Megah PT. Resources Alam Indonesia PT. Samindo Resources PT. Toba Bara Sejahtera PT. Benakat Petroleum Energy PT. Elnusa PT. Energi Mega Persada PT. Medco Energy PT. Ratu Prabu Energy
20
PT. Surya Esa Perkasa
21 22
PT. Aneka Tambang PT. Central Omega Resources
23
PT. Timah
24 25
PT. Vale Indonesia PT. Citatah
11 12 13 14
Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara
Kepemilikan Saham Institusi (Lembar) 11,834,805,904 3,135,285,000 4,600,180,000 1,000,000,500 30,758,506,724 2,251,713,596 7,829,494,460 734,867,659 107,977,005 1,899,362,429
Jml Saham Beredar (Lembar) 31,985,962,000 4,180,380,000 17,693,000,000 3,333,333,500 34,900,000,000 2,304,131,850 20,773,400,000 900,000,000 111,316,500 2,700,067,500
Batu Bara
734,452,000
1,129,925,000
Batu Bara Batu Bara Batu Bara
628,900,000 1,022,029,592 2,106,810
1,000,000,000 1,470,875,000 210,681,000
6,555,000,000 11,053,010,650 37,188,082,809 2,079,847,506 1,228,714,312
11,500,000,000 15,201,500,000 40,584,110,412 3,332,451,450 1,568,000,000
750,000,000
1,000,000,000
1,436,688,400
2,210,289,846
4,327,126,268
5,612,355,730
4,529,717,999
5,033,019,999
8,537,791,580 454,493,142,279
9,936,338,720 459,083,982,100
Sub Sektor
Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Batu-Batuan
DATA JUMLAH DEWAN KOMISARIS DAN KOMISARIS INDEPENDEN Pertambangan No
Nama Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
PT. Adaro Energy Tbk PT. Atlas Resources PT. Bara Multi Sukses PT. Bayan Resources PT. Berau Coal PT. Bukit Asam PT. Bumi Resources PT. Golden Eagle Energy PT. Golden Energy Mines PT. Harum Energy PT. Indo Tambangraya Megah PT. Resources Alam Indonesia PT. Samindo Resources PT. Toba Bara Sejahtera PT. Benakat Petroleum Energy PT. Elnusa PT. Energi Mega Persada PT. Medco Energy PT. Ratu Prabu Energy PT. Surya Esa Perkasa PT. Aneka Tambang PT. Central Omega Resources PT. Timah PT. Vale Indonesia PT. Citatah
Sub Sektor Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Batu-Batuan
Jml DEKOM (Orang) 6 5 6 5 4 6 8 5 6 5 6 5 3 3 3 5 5 6 2 4 6 4 6 9 3
DEKOM Independen (Orang) 2 2 2 2 1 2 3 2 3 2 1 1 1 2 1 2 0 2 1 1 2 1 3 2 1
DATA JUMLAH KOMITE AUDIT DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK Pertambangan No
Nama Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
PT. Adaro Energy Tbk PT. Atlas Resources PT. Bara Multi Sukses PT. Bayan Resources PT. Berau Coal PT. Bukit Asam PT. Bumi Resources PT. Golden Eagle Energy PT. Golden Energy Mines PT. Harum Energy PT. Indo Tambangraya Megah PT. Resources Alam Indonesia PT. Samindo Resources PT. Toba Bara Sejahtera PT. Benakat Petroleum Energy PT. Elnusa PT. Energi Mega Persada PT. Medco Energy PT. Ratu Prabu Energy PT. Surya Esa Perkasa PT. Aneka Tambang PT. Central Omega Resources PT. Timah PT. Vale Indonesia PT. Citatah
DAFTAR KAP BIG FOUR Price Waterhouse Coopers (PWC) Delloitte Touche Tohmatsu Ernst & Young KPMG
Sub Sektor Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Batu-Batuan
Jml Komite Audit (Orang) 3 3 3 3 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 3 2 2 3 7 3 4 3 3
Nama KAP PWC PWC PWC PWC PWC PWC Mazars Deloitte Moore Stephens Delloitte PWC Ernst&Young Morison Ernst & Young BMY PWC Mazars Ernst&Young ARH&J Delloitte Ernst&Young Moore Stephens Deloitte PWC Moore Stephens
DATA BIAYA EMPLOYEE RELATIONS Pertambangan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nama Perusahaan PT. Adaro Energy Tbk PT. Atlas Resources PT. Bara Multi Sukses PT. Bayan Resources PT. Berau Coal PT. Bukit Asam PT. Bumi Resources PT. Golden Eagle Energy PT. Golden Energy Mines PT. Harum Energy PT. Indo Tambangraya Megah PT. Resources Alam Indonesia PT. Samindo Resources PT. Toba Bara Sejahtera PT. Benakat Petroleum Energy PT. Elnusa PT. Energi Mega Persada PT. Medco Energy PT. Ratu Prabu Energy PT. Surya Esa Perkasa PT. Aneka Tambang PT. Central Omega Resources PT. Timah PT. Vale Indonesia PT. Citatah
Sub Sektor Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Batu-Batuan
Employee Relations (Rp) 27,000,000,000 2,230,720,000 536,064,725 82,153,495,260 5,216,427,000 214,525,460,000 34,765,059,660 194,027,645 2,712,125,585 1,805,349,134 8,299,356,000 773,460,020 100,905,088,500 15,728,149,280 1,904,700,000 14,138,853,000 1,909,814,487 19,137,676,900 41,092,330 278,240,216 57,500,000,000 2,869,635,871 22,310,811,000 18,007,940,000 477,072,074
DATA BIAYA COMMUNITY SERVICES Pertambangan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nama Perusahaan PT. Adaro Energy Tbk PT. Atlas Resources PT. Bara Multi Sukses PT. Bayan Resources PT. Berau Coal PT. Bukit Asam PT. Bumi Resources PT. Golden Eagle Energy PT. Golden Energy Mines PT. Harum Energy PT. Indo Tambangraya Megah PT. Resources Alam Indonesia PT. Samindo Resources PT. Toba Bara Sejahtera PT. Benakat Petroleum Energy PT. Elnusa PT. Energi Mega Persada PT. Medco Energy PT. Ratu Prabu Energy PT. Surya Esa Perkasa PT. Aneka Tambang PT. Central Omega Resources PT. Timah PT. Vale Indonesia PT. Citatah
Sub Sektor Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Batu-Batuan
Community Services (Rp) 167,593,150,000 3,346,080,000 750,490,615 13,692,249,210 12,171,663,000 214,525,460,000 69,530,119,320 388,055,291 1,549,786,048 3,610,698,268 41,496,780,000 1,740,285,045 504,525,442,500 31,456,298,560 3,174,500,000 942,590,200,000 2,546,419,316 19,137,676,900 369,830,973 695,600,540 167,400,000,000 5,165,344,567 37,184,685,000 36,015,880,000 477,072,074
DATA BIAYA ENVIRONTMENTAL AWARENESS Pertambangan No
Nama Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
PT. Adaro Energy Tbk PT. Atlas Resources PT. Bara Multi Sukses PT. Bayan Resources PT. Berau Coal PT. Bukit Asam PT. Bumi Resources PT. Golden Eagle Energy PT. Golden Energy Mines PT. Harum Energy PT. Indo Tambangraya Megah PT. Resources Alam Indonesia PT. Samindo Resources PT. Toba Bara Sejahtera PT. Benakat Petroleum Energy PT. Elnusa PT. Energi Mega Persada PT. Medco Energy PT. Ratu Prabu Energy PT. Surya Esa Perkasa PT. Aneka Tambang PT. Central Omega Resources PT. Timah PT. Vale Indonesia PT. Citatah
Sub Sektor Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Batu-Batuan
Environmental Awareness (Rp) 67,037,260,000 2,230,720,000 536,064,725 54,768,996,840 8,694,045,000 214,525,460,000 34,765,059,660 194,027,645 2,712,125,585 2,708,023,701 8,299,356,000 1,353,555,035 100,905,088,500 23,592,223,920 1,904,700,000 1,413,885,300 1,909,814,487 19,137,676,900 205,461,652 347,800,270 216,260,293,200 2,869,635,871 22,310,811,000 27,011,910,000 318,048,049
DATA PERHITUNGAN INST, DKOM, KIND, UKAD, DAN KUAD No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Perusahaan
15
PT. Adaro Energy Tbk PT. Atlas Resources PT. Bara Multi Sukses PT. Bayan Resources PT. Berau Coal PT. Bukit Asam PT. Bumi Resources PT. Golden Eagle Energy PT. Golden Energy Mines PT. Harum Energy PT. Indo Tambangraya Megah PT. Resources Alam Indonesia PT. Samindo Resources PT. Toba Bara Sejahtera PT. Benakat Petroleum Energy
16
PT. Elnusa
17
PT. Energi Mega Persada
18
PT. Medco Energy
19
PT. Ratu Prabu Energy
20
PT. Surya Esa Perkasa
21 22
PT. Aneka Tambang PT. Central Omega Resources
23
PT. Timah
24 25
PT. Vale Indonesia PT. Citatah
11 12 13 14
Pertambangan
INST
DKOM
KIND
UKAD
KUAD
Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara
37 75 26 30 89 98 38 82 97 70
6 5 6 5 4 6 8 5 6 5
34 40 34 40 25 34 38 40 50 40
3 3 3 3 3 5 3 3 3 3
BF BF BF BF BF BF NBF BF NBF BF
Batu Bara
65
6
20
3
BF
Batu Bara Batu Bara Batu Bara Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Batu-Batuan
63 69 1
5 3 3
20 34 67
3 3 3
BF NBF BF
57
3
34
3
NBF
72
5
40
6
BF
92
5
0
3
NBF
62
6
34
2
BF
78
2
50
2
NBF
75
4
25
3
BF
65
6
34
7
BF
77
4
25
3
NBF
90
6
50
4
BF
85 99
9 3
23 34
3 3
BF NBF
Sub Sektor
Keterangan : NBF = Non Big Four BF = Big Four
DATA PERHITUNGAN BER, BCS DAN BEA No
Nama Perusahaan
Pertambangan Sub Sektor
BER
BCS
BEA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
PT. Adaro Energy Tbk PT. Atlas Resources PT. Bara Multi Sukses PT. Bayan Resources PT. Berau Coal PT. Bukit Asam PT. Bumi Resources PT. Golden Eagle Energy PT. Golden Energy Mines PT. Harum Energy PT. Indo Tambangraya Megah PT. Resources Alam Indonesia PT. Samindo Resources PT. Toba Bara Sejahtera PT. Benakat Petroleum Energy PT. Elnusa PT. Energi Mega Persada PT. Medco Energy PT. Ratu Prabu Energy PT. Surya Esa Perkasa PT. Aneka Tambang PT. Central Omega Resources PT. Timah PT. Vale Indonesia PT. Citatah
Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Batu-Batuan
0.09 0.2 0.05 0.6 0.03 2 0.1 2 0.07 0.02 0.04 0.04 6 0.4 0.03 0.3 0.03 0.2 0.01 0.08 0.6 0.5 0.3 0.2 0.3
0.5 0.3 0.07 0.1 0.07 2 0.2 4 0.04 0.04 0.2 0.09 30 0.8 0.05 20 0.04 0.2 0.09 0.2 0.9 0.9 0.5 0.4 0.3
0.2 0.2 0.05 0.4 0.05 2 0.1 2 0.07 0.03 0.04 0.07 6 0.6 0.03 0.03 0.03 0.2 0.05 0.1 2 0.5 0.3 0.3 0.2
DATA TOTAL BIAYA OPERASIONAL PERUSAHAAN Pertambangan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nama Perusahaan PT. Adaro Energy Tbk PT. Atlas Resources PT. Bara Multi Sukses PT. Bayan Resources PT. Berau Coal PT. Bukit Asam PT. Bumi Resources PT. Golden Eagle Energy PT. Golden Energy Mines PT. Harum Energy PT. Indo Tambangraya Megah PT. Resources Alam Indonesia PT. Samindo Resources PT. Toba Bara Sejahtera PT. Benakat Petroleum Energy PT. Elnusa PT. Energi Mega Persada PT. Medco Energy PT. Ratu Prabu Energy PT. Surya Esa Perkasa PT. Aneka Tambang PT. Central Omega Resources PT. Timah PT. Vale Indonesia PT. Citatah
Sub Sektor Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Batu Bara Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Minyak dan Gas Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Logam dan Mineral Batu-Batuan
Tot Biaya Operasional (Rp) 33,518,630,000,000 1,115,360,000,000 1,072,129,450,000 13,692,249,210,000 17,388,090,000,000 10,726,273,000,000 34,765,059,660,000 9,701,382,274 3,874,465,121,182 9,026,745,670,000 20,748,390,000,000 1,933,650,050,000 1,681,751,475,000 3,932,037,320,000 6,349,000,000,000 4,712,951,000,000 6,366,048,290,000 9,568,838,450,000 410,923,303,000 347,800,270,000 10,813,014,660,000 573,927,174,100 7,436,937,000,000 9,003,970,000,000 159,024,024,700
Lampiran 2 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Multikolinearitas Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Coefficients
Std. Error
Collinearity Statistics
Beta
(Constant)
.175
1.884
INST
.008
.014
-.151
KIND
t
Sig.
Tolerance
VIF
.093
.927
.148
.601
.555
.791
1.264
.192
-.193
-.788
.440
.800
1.250
.008
.024
.081
.327
.748
.772
1.296
UKAD
.173
.259
.154
.668
.512
.906
1.104
KUAD
-.343
.638
-.131
-.538
.597
.811
1.233
DKOM
a. Dependent Variable: BER Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error -.868
10.014
.030
.073
-1.081
KIND
Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
-.087
.932
.096
.408
.688
.791
1.264
1.020
-.247
-1.061
.302
.800
1.250
.027
.129
.049
.208
.837
.772
1.296
UKAD
2.230
1.379
.354
1.617
.122
.906
1.104
KUAD
-2.343
3.390
-.160
-.691
.498
.811
1.233
INST DKOM
a. Dependent Variable: BCS
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Coefficients
Std. Error
Collinearity Statistics
Beta
(Constant)
.163
1.904
INST
.003
.014
-.149
KIND
t
Sig.
Tolerance
VIF
.086
.933
.056
.233
.818
.791
1.264
.194
-.185
-.767
.453
.800
1.250
.004
.025
.043
.177
.862
.772
1.296
UKAD
.337
.262
.291
1.284
.215
.906
1.104
KUAD
-.416
.645
-.155
-.646
.526
.811
1.233
DKOM
a. Dependent Variable: BEA
2. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
.801
1.262
INST
.012
.009
-.210
KIND
Coefficients Beta
t
Sig. .634
.533
.282
1.309
.206
.129
-.350
-1.631
.119
.007
.016
.088
.403
.691
UKAD
.086
.174
.100
.495
.626
KUAD
-.575
.427
-.286
-1.344
.195
DKOM
a. Dependent Variable: ABS_RES_BER
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Coefficients
Std. Error
Beta
2.639
6.423
.023
.047
-.928
KIND
t
Sig. .411
.686
.102
.492
.628
.654
-.292
-1.418
.172
.006
.083
.016
.075
.941
UKAD
2.014
.885
.441
2.277
.035
KUAD
-4.005
2.175
-.377
-1.842
.081
INST DKOM
a. Dependent Variable: ABS_RES_BCS
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
.666
1.295
INST
.010
.009
-.186
KIND
Coefficients Beta
t
Sig. .514
.613
.228
1.038
.312
.132
-.307
-1.407
.176
.004
.017
.049
.222
.827
UKAD
.184
.178
.212
1.032
.315
KUAD
-.645
.439
-.319
-1.470
.158
DKOM
a. Dependent Variable: ABS_RES_BEA
3. Uji Normalitas dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
25
Normal Parameters
a
Mean
.0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
1.19198149
Absolute
.236
Positive
.236
Negative
-.172
Kolmogorov-Smirnov Z
1.182
Asymp. Sig. (2-tailed)
.122
a. Test distribution is Normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
25 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
.0000000 6.33568997
Absolute
.245
Positive
.245
Negative
-.168 1.226 .099
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
25
Normal Parameters
a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
4. Scatterplot
.0000000 1.20456153
Absolute
.222
Positive
.222
Negative
-.156 1.109 .171
Lampiran 3 Analisis Regresi
b
Model Summary
Model 1
R
R Square
.295
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.087
-.153
1.33967
a. Predictors: (Constant), KUAD, INST, UKAD, DKOM, KIND b. Dependent Variable: BER
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
3.261
5
.652
Residual
34.100
19
1.795
Total
37.360
24
F
Sig. .363
.867
a
a. Predictors: (Constant), KUAD, INST, UKAD, DKOM, KIND b. Dependent Variable: BER
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
.175
1.884
INST
.008
.014
-.151
KIND
Coefficients Beta
t
Sig. .093
.927
.148
.601
.555
.192
-.193
-.788
.440
.008
.024
.081
.327
.748
UKAD
.173
.259
.154
.668
.512
KUAD
-.343
.638
-.131
-.538
.597
DKOM
a. Dependent Variable: BER
b
Model Summary
Model
R
1
R Square
.420
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.176
-.040
7.12070
a. Predictors: (Constant), KUAD, INST, UKAD, DKOM, KIND b. Dependent Variable: BCS b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
206.210
5
41.242
Residual
963.383
19
50.704
1169.593
24
Total
F
Sig. .813
.555
a
a. Predictors: (Constant), KUAD, INST, UKAD, DKOM, KIND b. Dependent Variable: BCS
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Coefficients
Std. Error -.868
10.014
.030
.073
-1.081
KIND
Beta
t
Sig. -.087
.932
.096
.408
.688
1.020
-.247
-1.061
.302
.027
.129
.049
.208
.837
UKAD
2.230
1.379
.354
1.617
.122
KUAD
-2.343
3.390
-.160
-.691
.498
INST DKOM
a. Dependent Variable: BCS
b
Model Summary
Model
R
1
.343
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
.118
-.114
1.35381
a. Predictors: (Constant), KUAD, INST, UKAD, DKOM, KIND b. Dependent Variable: BEA b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
4.657
5
.931
Residual
34.823
19
1.833
Total
39.480
24
F
Sig. .508
.767
a
a. Predictors: (Constant), KUAD, INST, UKAD, DKOM, KIND b. Dependent Variable: BEA Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
.163
1.904
INST
.003
.014
-.149
KIND
Coefficients Beta
T
Sig. .086
.933
.056
.233
.818
.194
-.185
-.767
.453
.004
.025
.043
.177
.862
UKAD
.337
.262
.291
1.284
.215
KUAD
-.416
.645
-.155
-.646
.526
DKOM
a. Dependent Variable: BEA