Efektif Juni 2015Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol. 6, No 1, Juni 2015, 1 - 16
Hernani Maryulianti
1
DETERMINASI KUALITAS AUDIT DAN PENGARUHNYA TERHADAP FRAUD DETECTION PADA LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN DAN LEMBAGA Hernani Maryulianti
[email protected] Universitas Sebelas Maret ABSTRACT This study aims to determine the effect of competence, independence, professional skills, and action on audit quality supervision of the Ministries’ Financial Statements and Institution. In addition, this study wanted to determine the effect of the quality audit of the Financial Statements of the Ministry of fraud detection and Institution. Research to be carried out is the quality of the audit at this stage of the inspection process in BPK RI, the factors that affect the quality of the audit which is used in this research is the competence, independence, professionalism, and supervision measures, as well as the influence of the quality audit on fraud detection in the Report of the Ministry and Institution. Data research used in this research is primary data obtained using a questions list (questionnaire), which has been distributed to auditors AKN V Audit Board Of The Republic Of Indonesia examiner named in the Letter of Assignment Examination of Financial Statements for Fiscal Year 2012, 85 people with 69 questionnaires were returned and processed using multiple regression method. Based on the results of research conducted, it is known that the competence, independence, professional skills, and supervisory actions simultaneously affect the quality of the audit. But only Independence, professional skills, and supervisory actions that have a significant effect on audit quality. In addition, the Audit Quality significant effect on fraud detection, so as to improve the quality of the audit, examiner can improve fraud detection in the Financial Statements of the Ministry and institutions. Keywords: Audit Quality, Fraud Detection, and Ministry Financial Statement. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Akuntabilitas sektor publik berhubungan dengan praktik transparansi dan pemberian informasi pada publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Terdapat tiga aspek utama yang mendukung terciptanya tata
kelola yang baik (good governance), yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Dalam sistem tata kelola keuangan negara diperlukan suatu fungsi pemeriksaan yang ditujukan untuk menjamin bahwa pelaksanaan pengelolaan keuangan negara telah sesuai dengan kebijakan yang telah digariskan oleh Pemerintah. Oleh karena itu, salah satu isi paket undangundang (UU) keuangan negara adalah
2
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
ketentuan mengenai fungsi pemeriksaan yakni UU Nomor 15 tahun 2004. Fungsi pemeriksaan ini meliputi tidak hanya fungsi pemeriksaan internal pemerintah namun juga pemeriksaan eksternal Pemerintah yakni oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) yang memiliki kedudukan sebagai satusatunya lembaga pemeriksa keuangan negara yang berada di luar Pemerintah. BPK RI diamanatkan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara untuk melakukan audit atas Laporan Keuangan Pemerintah. Pemeriksaan oleh BPK RI tidak hanya menghasilkan opini atas laporan keuangan yang diaudit tetapi juga memberikan catatan hasil temuan. Temuan tersebut menjelaskan kelemahan pengendalian internal dan ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Hasil audit juga memberikan informasi potensi kerugian negara yang ditemukan dalam proses pemeriksaan akibat dari penyalahgunaan dan inefisiensi penggunaan APBN/APBD. Beberapa hasil audit BPK RI tersebut ditindaklanjuti menjadi audit investigasi, kasus korupsi, dan kasus pidana. Beberapa penelitian terdahulu mengenai kualitas audit di Indonesia menganalisis banyak faktor yang mempengaruhi kualitas audit yang dilakukan oleh auditor. Mabruri (2010) menemukan bahwa obyektifitas, pengalaman kerja, pengetahuan, integritas auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit di lingkungan pemerintah daerah, namun independensi tidak berpengaruh signifikan. Sedangkan, penelitian Januarti (2010) menemukan bahwa atribut moral reasoning berpengaruh negatif dengan kualitas audit, sebaliknya skeptisme profesional berpengaruh positif terhadap kualitas audit laporan keuangan Pemerintah Daerah.
Juni 2015
Dari beberapa penelitian terdahulu, akan diuji kembali kualitas audit pada sektor publik dan melihat seberapa besar pengaruh audit yang berkualitas dapat mendeteksi adanya fraud pada Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga. Standar umum dalam SPKN mengatur mengenai ketentuan mendasar untuk menjamin kredibilitas dan kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK RI. Kredibilitas sangat diperlukan oleh semua organisasi pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan yang diandalkan oleh para pejabat entitas dan pengguna hasil pemeriksaan lainnya dalam mengambil keputusan, dan merupakan hal yang diharapkan oleh publik dari informasi yang disajikan oleh pemeriksa. Standar umum ini mengatur mengenai persyaratan keahlian pemeriksa, independensi organisasi pemeriksa, dan pemeriksa secara individual, pelaksanaan kemahiran profesional secara cermat dan seksama dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan, serta pengendalian mutu hasil pemeriksaan. Terkait kualitas hasil pemeriksaan BPK, berdasarkan Surat Keputusan (SK) BPK RI No.39/K/I-VII.3/7/2007 tanggal 15 Juni 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana BPK RI telah dibentuk unit khusus yang bertanggungjawab untuk menjamin Quality Assurance (QA) atas mutu pemeriksaan yaitu Unit Inspektorat Utama (Itama). Berdasarkan hasil reviu semester I tahun 2011 atas kegiatan pemeriksaan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga tahun 2010 masih ditemukan permasalahan-permasalahan terkait perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan. 2. Rumusan Masalah Terkait dengan determinasi kualitas audit dan pengaruhnya terhadap fraud detection pada Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga, maka dirumuskan masalah berikut:
Juni 2015
Hernani Maryulianti
1. Apakah kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga? 2. Apakah independensi berkelanjutan yang dilakukan oleh pemeriksa mempengaruhi kualitas audit Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga? 3. Apakah kemahiran profesionalisme dalam melakukan pemeriksaan berpengaruh terhadap kualitas audit Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga? 4. Apakah tindakan supervisi dalam melakukan pemeriksaan berpengaruh terhadap kualitas audit Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga? 5. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap fraud detection pada Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga? TINJAUAN PUSTAKA 1. Kualitas Audit Audit atau pemeriksaan merupakan salah satu bentuk pelayanan jasa yang diberikan pada publik yang dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk. Auditing menurut Mulyadi (2005) merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya pada pemakai yang berkepentingan. Sedangkan berdasar Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara
3
independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Probabilitas penemuan suatu pelanggaran tergantung pada kemampuan teknikal auditor dan independensi auditor tersebut. Penelitian De Angelo (1981), mengasumsikan bahwa auditor dengan kemampuannya dapat menemukan suatu pelanggaran dengan asumsi auditor harus independen. Tetapi informasi tentang kemampuan teknik (seperti pengalaman audit, pendidikan, profesionalisme, dan struktur audit perusahaan), kapabilitas, dan independensi sulit untuk dipisahkan. Dalam penelitian ini fokus pada kualitas pelaksanaan audit, sehingga penelitian ini menguji kepatuhan auditor terhadap standar dan peraturan baik standar profesional maupun dalam diri manajemen kantor auditor (Moizer, 1997). Kualitas audit yang baik dapat dicapai bila proses yang dilakukan oleh auditor berjalan secara efektif, artinya pelaksanaan audit tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kualitas ini harus dibangun sejak awal pelaksanaan audit sampai pelaporan dan pemberian rekomendasi. Instrumen untuk mengukur kualitas audit dalam penelitian ini diadopsi dari penelitian Harhindo (2004) dalam Efendi (2010) dengan beberapa modifikasi berdasarkan SPKN yaitu: (a) melaporkan semua kesalahan klien, (b) pemahaman terhadap sistem informasi akuntansi klien, (c) Komitmen yang kuat dalam menyelesaikan audit, (d) Berpedoman
4
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
pada prinsip auditing dalam melakukan pekerjaan lapangan, (e) Tidak percaya begitu saja terhadap pernyataan klien, (f) Sikap hati-hati dalam pengambilan keputusan. 2. Kompetensi Perusahaan audit besar dipandang dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik, yang didasarkan kompetensi dan independensi yang dimiliki (DeAngelo, 1981). Selain itu perusahaan audit yang lebih besar juga memiliki lebih banyak sumber daya berkualitas, karena investasi perusahaan pada teknologi dan pelatihan lebih baik sehingga perusahaan mampu mengembangkan kompetensi mereka (Craswell, 1995). Dalam Standar Umum SPKN disebutkan adanya syarat keahlian/ kemampuan pemeriksa yang ditentukan oleh latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, dan pendidikan berkelanjutan. Pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan menurut Standar Pemeriksaan harus memelihara kompetensinya melalui pendidikan profesional berkelanjutan. Oleh karena itu, setiap pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan menurut Standar Pemeriksaan, setiap dua tahun harus menyelesaikan paling tidak 80 jam pendidikan yang secara langsung meningkatkan kecakapan profesional pemeriksa untuk melaksanakan pemeriksaan. Sedikitnya 20 jam dari 80 jam pendidikan tersebut harus berhubungan langsung dengan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara di lingkungan pemerintah atau pada lingkungan khusus dan unik di mana entitas yang diperiksa beroperasi. Salah satu Rencana Strategis BPK tahun 2011-2015 adalah mewujudkan pemeriksaan yang bermutu untuk
Juni 2015
menghasilkan laporan hasil pemeriksaan yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan pemilik kepentingan. Pemeriksaan yang bermutu dapat dicapai dengan pemenuhan atas kompetensi pemeriksa. Pemenuhan kompetensi pemeriksa dapat diwujudkan melalui implementasi sistem manajemen terpadu sumber daya manusia (SDM), standar kompetensi, serta jabatan fungsional pemeriksa. Instrumen untuk mengukur kompetensi ini diadopsi dari penelitian Efendi (2010) dengan beberapa modifikasi berdasarkan SPKN. Responden diminta menjawab tentang bagaimana persepsi mereka, memilih di antara lima jawaban mulai dari sangat setuju sampai ke jawaban sangat tidak setuju. 3. Independensi Arens et. al., (2000) mendefinisikan independensi pengauditan sebagai “Penggunaan cara pandang yang tidak bias dalam pelaksanaan pengujian audit”, sedangkan menurut Messier et al (2005), independensi merupakan suatu istilah yang sering digunakan oleh profesi auditor. Independensi menghindarkan hubungan yang mungkin mengganggu obyektivitas auditor, evaluasi hasil pengujian tersebut, dan pelaporan hasil temuan audit. Selanjutnya standar umum kedua dalam SPKN menyatakan bahwa: “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya”. Hal ini berarti organisasi pemeriksa dan para pemeriksanya bertanggungjawab untuk mempertahankan independensinya sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi
Juni 2015
Hernani Maryulianti
dari hasil pemeriksaan tidak memihak pihak manapun. Variabel independensi auditor dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Mautz dan Sharaf (1980) yaitu: independensi penyusunan program, independensi investigatif, dan independensi pelaporan dengan beberapa modifikasi berdasarkan SPKN. 4. Profesionalisme Penelitian DeAngelo (1981) menyatakan bahwa kemampuan yang dimiliki auditor untuk mendeteksi salah saji merupakan fungsi dari kompetensi teknis yang dimiliki pemeriksa, sedangkan pengungkapan terhadap salah saji yang ditemukan dalam proses pemeriksaan merupakan refleksi dari independensi yang dimiliki auditor. Oleh karena itu, atribut penting dari kualitas audit adalah pelaksanaan kemahiran profesional secara cermat dan seksama yang dapat meningkatkan nilai informasi dari audit pada pihak ketiga. Faktor skeptisisme profesional auditor berpengaruh terhadap kualitas audit, karena semakin skeptis seorang auditor maka semakin mengurangi tingkat kesalahan dalam melakukan audit (Nelson, 2007). Carpenter et. al., (2002) menyatakan bahwa auditor yang kurang memiliki sikap skeptisisme profesional akan menyebabkan penurunan kualitas audit yang dilakukan. Kemahiran profesional menuntut pemeriksa untuk melaksanakan skeptisme profesional, yaitu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti pemeriksaan. Pemeriksa menggunakan pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang dituntut oleh profesinya untuk melaksanakan pengumpulan
5
bukti dan evaluasi obyektif mengenai kecukupan, kompetensi dan relevansi bukti. Variabel kemahiran profesional dalam penelitian ini diukur dengan aspek-aspek yang dikembangkan oleh Hurt, Eining dan Plumplee (2008) yaitu mengenai skeptis profesional. 5. Tindakan Supervisi Supervisi merupakan hal penting dalam pelaksanaan penugasan audit karena dalam standar auditing, supervisi ditempatkan pada peringkat pertama dalam Standar Pekerjaan Lapangan yang sejajar dengan perencanaan audit yang berbunyi “Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya”. Pekerjaan yang dilaksanakan oleh asisten harus di-review untuk menentukan memadai atau tidaknya pekerjaan yang dilaksanakan dan auditor harus menilai apakah hasilnya sejalan dengan kesimpulan yang disajikan dalam laporan auditor. Accounting Education Change Commission (AECC) melalui issues statement No.4 (recommendations for supervisor of early work experience), merekomendasikan pada supervisor akuntan pemula untuk melaksanakan supervisi dengan tepat. Dalam SPKN, pada standar pekerjaan lapangan menyebutkan bahwa supervisi mencakup pengarahan kegiatan pemeriksa dan pihak lain (seperti tenaga ahli yang terlibat dalam pemeriksaan) agar tujuan pemeriksaan dapat dicapai. Unsur supervisi meliputi pemberian instruksi pada staf, pemberian informasi mutakhir tentang masalah signifikan yang dihadapi, pelaksanaan review atas pekerjaan yang dilakukan, dan pemberian pelatihan kerja lapangan (on the job training) yang efektif. Supervisi merupakan salah satu elemen pengendalian kualitas dan
6
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
prosedur review. Kekuatan pengendalian kualitas dan prosedur review ikut mempengaruhi kualitas audit. Selain itu kemampuan supervisor juga mempengaruhi kualitas audit (Deis & Giroux, 1992). Putra Djaja (2002), juga membuktikan bahwa supervisi merupakan faktor penunjang kinerja tim yang paling mempengaruhi dari keenam faktor lainnya (komposisi tim pemeriksa, independensi, integritas dan obyektivitas tim, program pemeriksaan, kepuasan kerja) terhadap efektivitas pencapaian tujuan audit. 6. Fraud Australian Auditing Standard AUS 210 menyatakan bahwa tanggung jawab auditor untuk mengungkapkan fraud dan error pada laporan keuangan. AUS 2010 mendefinisikan fraud sebagai “suatu tindakan yang disengaja oleh salah satu individu atau lebih di antara manajemen, Pemerintahan, karyawan, atau pihak ketiga, yang melibatkan penggunaan penipuan untuk mendapatkan keuntungan yang tidak adil atau ilegal”.
Juni 2015
investor dan kreditor, auditor adalah salah satu korban financial statement fraud karena mereka mungkin menderita kerugian keuangan dan/atau kehilangan reputasi (Rezaee, 2002). Oleh karenanya, auditor harus memahami cara-cara yang ditempuh pihak tertentu dalam melakukan praktik financial statement fraud. Penelitian ini memproksikan financial statement fraud dengan Asset misappropriation yang meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau harta perusahaan atau pihak lain. Hal ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur (defined value). Modus penyalahgunaan aset antara lain meliputi menggelapkan pendapatan, pencurian aset, berwujud milik organisasi (misalnya pencurian persediaan), pencurian atas barang-barang sisa untuk dijual, melakukan pembayaran fiktif untuk barang atau jasa yang tidak pernah diterima oleh organisasi, menggunakan asset milik organisasi untuk kepentingan pribadi, dan lain-lain. Dengan demikian hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
Sedangkan, pernyataan standar pelaksanaan tambahan ketiga dalam SPKN menyatakan bahwa pemeriksa harus merancang pemeriksaan untuk memberikan keyakinan yang memadai guna mendeteksi salah saji material yang disebabkan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. Salah saji ini terdiri dari kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud). Kecurangan adalah salah satu jenis tindakan melawan hukum yang dilakukan secara sengaja untuk menghilangkan atau memperoleh sesuatu dengan cara menipu.
H1 : Kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit. H2 : Independensi berpengaruh pada kualitas audit. H3 : Kemahiran profesionalisme berpengaruh terhadap kualitas audit. H4 : Tindakan supervisi berpengaruh terhadap kualitas audit. H5 : Kualitas audit berpengaruh terhadap fraud detection.
Pelaporan keuangan yang mengandung unsur kecurangan dapat mengakibatkan turunnya integritas informasi keuangan dan dapat mempengaruhi berbagai pihak. Selain
Penelitian bersifat explanatory/ confirmatory research karena menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Dengan demi-
METODE PENELITIAN
Juni 2015
7
Hernani Maryulianti
kian survei dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis. Data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner terstruktur karena bertujuan untuk mengumpulkan informasi dari auditor BPK RI tentang determinasi kualitas audit dan fraud detection pada Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga. Oleh karena data diperoleh dari auditor yang melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga di AKN V BPK RI, maka populasi dalam penelitian ini ditetapkan sebesar jumlah auditor yang aktif bekerja yaitu sebanyak 85 orang. Teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan purposive sampling, karena data diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian dan relatif dapat dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya. Selanjutnya kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah pemeriksa yang telah memiliki pengalaman dalam melakukan audit minimal dua tahun.
dinyatakan dalam skala Likert. Selanjutnya data dianalisis melalui tiga tahap. Tahap pertama menganalisis faktor-faktor penentu kualitas audit dengan regresi berganda. Dilanjutkan tahap kedua dengan analisis faktor untuk mengetahui atribut mana saja yang memberikan kontribusi terhadap pembentukan kualitas audit. Tahap ketiga adalah menguji pengaruh kualitas audit terhadap fraud detection dengan regresi sederhana. Dengan demikian model yang digunakan untuk melihat pengaruh faktor penentu kualitas audit adalah sebagai berikut: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 dimana: Y = Kualitas audit X1 = Kompetensi X2 = Independensi X3 = Kemahiran Profesional X4 = Tindakan Supervsi α = Bilangan Konstanta β1,β2,...,β4 = Koefisien regresi untuk masing-masing variabel independen Sedangkan, model pengaruh kualitas audit terhadap fraud detection adalah sebagai berikut: Y = α + β1X1
Kuesioner terdiri dari enam bagian. Masing-masing bagian pertama berturutturut berisi pertanyaan-pertanyaan tentang kualitas audit, kompetensi auditor, independensi auditor, kemahiran profesional, tindakan supervisi, dan fraud detection.
dimana: Y = Fraud Detection X1 = Kualitas Audit α = Bilangan Konstanta β1 = Koefisien regresi untuk variabel independen
Instrumen penelitian dirancang untuk dapat menangkap kondisi yang dirasakan atau dialami oleh responden auditor BPK RI sehingga skor penilaian jawaban masing-masing item pernyataan untuk variabel independen dan dependen
Selanjutnya langkah-langkah untuk menguji pengaruh variabel independen dilakukan dengan uji simultan dan uji parsial.
8
Juni 2015
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Uji Validitas Data Data yang terkumpul sebelum dianalisis diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil uji validitas dan reliabilitas dibantu dengan program SPSS versi 16,0. Uji validitas menggunakan koefisien korelasi pearson moment dengan mengkorelasikan setiap item butir pernyataan dengan skor total. Hasilnya menunjukkan semua butir dari
setiap variabel adalah valid karena nilai korelasinya di atas nilai korelasi tabel. Hasil uji validitas terlihat pada Tabel 1. 2. Uji Reliabilitas Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha (α) untuk masing-masing variabel lebih besar dari 0,60 sehingga item-item instrumen untuk masing-masing variabel adalah reliabel (Ghozali, 2006). Hasil uji reliabilitas terlihat dalam Tabel 2.
Tabel 1. Hasil Uji Validitas Variabel Variabel
Korelasi
r Tabel
Keterangan
Variabel
Korelasi
Kompetensi
r Tabel
Keterangan
Tindakan Supervisi
1
0,402
0,349
Valid
1
0,888
0,349
Valid
2
0,459
0,349
Valid
2
0,762
0,349
Valid
3
0,627
0,349
Valid
3
0,629
0,349
Valid
4
0,425
0,349
Valid
4
0,736
0,349
Valid
5
0,399
0,349
Valid
5
0,787
0,349
Valid
6
0,475
0,349
Valid
6
0,681
0,349
Valid
1
0,479
0,349
Valid
1
0,754
0,349
Valid
2
0,452
0,349
Valid
2
0,650
0,349
Valid
3
0,556
0,349
Valid
3
0,661
0,349
Valid
4
0,734
0,349
Valid
4
0,713
0,349
Valid
5
0,607
0,349
Valid
5
0,864
0,349
Valid
0,664
0,349
Valid
6
0,663
0,349
Valid
Fraud Detection
Independensi
6
Kemahiran Profesional 1
0,456
0,349
Valid
2
0,432
0,349
Valid
3
0,574
0,349
Valid
4
0,651
0,349
Valid
5
0,522
0,349
Valid
6
0,612
0,349
Valid
Sumber: Data Diolah
Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas Kompetensi
Cronbach’s Alpha 0,804
Independensi
0,638
6
Kemahiran Profesional
0,775
6
Tindakan Supervisi
0,842
6
Kualitas Audit
0,700
6
Fraud Detection
0,865
6
Variabel
Sumber : Data Primer Diolah
N of Item 6
3. Uji Asumsi Klasik Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S) yang tersaji pada Tabel 3 berikut ini.
Juni 2015 Tabel 3. Hasil Uji Normalitas
Kolmogrov-Smirnov Statistik df Sig.
Variabel
9
Hernani Maryulianti
Kualitas Audit Fraud Awareness
0,656 0,500
67 67
0,782 0,964
Sumber : Data Primer Diolah
Hasil uji normalitas pada Tabel 3 menunjukkan nilai KS sebesar 0,782 untuk persamaan regresi pertama dan 0,964 untuk persamaan regresi kedua. Nilai ini tidak signifikan pada 0,05 yang berarti bahwa sebaran data tidak menunjukkan penyimpangan dari kurva normalnya. Dengan demikian sebaran data telah memenuhi asumsi normalitas. 4. Uji Multikoliniearitas Gejala multikoliniearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Jika VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10, maka tidak terjadi gejala multikoliniearitas. Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa angka tolerance dari variabel kompetensi,
independensi, kemahiran profesional, dan tindakan supervisi mempunyai nilai tolerance lebih dari 0,10 yang berarti bahwa tidak ada korelasi antarvariabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Sementara itu, hasil perhitungan nilai Variance Inflantion Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama. Tidak ada satupun variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Dengan demikian dalam model regresi tidak terjadi multikolinieritas antarvariabel independen tersebut. Tabel 4. Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Independen
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
Kompetensi
0,479
Independensi
0,490
Kemahiran Profesional Tindakan Supervisi
0,573 0,614
Tidak ada multikolinieritas Tidak ada 2,043 multikolinieritas Tidak ada 1,745 multikolinieritas Tidak ada 1,629 multikolinieritas 2,089
Sumber : Data Primer Diolah
Tabel 5. Demografi Responden Keterangan
Jumlah (orang)
Presentase
Jenis Kelamin
Pria Wanita
34 35
49,28% 50,72%
Usia Masa Kerja
<30 tahun 30 - 40 tahun > 40 tahun 1-2 tahun
22 33 14 6
31,88% 47,83% 20,29% 8,70%
3-5 tahun ≥ 6 tahun
19 44
27,54% 63,77%
3
4,35%
S1
53
76,81%
Peran
S2 ATY
13 21
18,84% 30,43%
ATS KTY KTS
27 11 10
39,13% 15,94% 14,49%
Pendidikan Terakhir
Sumber : Data Primer Diolah
Diploma
Keterangan
10
Juni 2015
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
5. Analisis Data Data penelitian yang disebarkan pada auditor AKN V Badan Pemeriksa Keuangan RI yang namanya tercantum dalam Surat Tugas Pemeriksaan Laporan Keuangan TahunAnggaran 2012, sejumlah 85 orang pada tanggal 29 Oktober 2013 sampai dengan 22 November 2013. Pada batas akhir pengembalian yakni tanggal 22 November 2013, dari 85 kuesioner yang disebarkan, hanya 69 kuesioner kembali dan 16 kuesioner tidak kembali. Tingkat pengembalian yang diperoleh adalah 81,18% sedangkan sisanya 18,82% tidak kembali. Hal ini karena ada pegawai yang dinas keluar kota pada saat penyebaran kuesioner dilakukan. Dari Tabel 5 dapat ditampilkan data demografi responden meliputi jenis kelamin, usia, masa kerja, dan tingkat pendidikan. BPK RI menerapkan sistem Jabatan Fungsional Pemeriksa (JFP) dimana auditor berperan sesuai dengan kapabilitasnya. Berdasar perannya, diketahui bahwa mayoritas responden memiliki peran ATS yaitu sebanyak 39,13%, kemudian memiliki peran ATY sebanyak 30,43%. Sedangkan yang memiliki peran sebagai KTY sebanyak 15,94% dan memiliki peran KTS sebanyak 14,94%. Jumlah staf di satker yang dimiliki oleh BPK telah diatur berdasarkan komposisi JFP, sehingga masing-masing peran memiliki komposisi tersendiri. 6. Uji Hipotesis Setelah data memenuhi uji asumsi maka selanjutnya dilakukan evaluasi dan interpretasi model regresi. Model regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel kompetensi (X1), independensi (X2), kemahiran professional (X3), dan tindakan supervisi (X4) terhadap variabel kualitas audit (Y),
dan model regresi sederhana digunakan untuk melihat pengaruh kualitas audit (X) terhadap fraud detection (Y). Pada Tabel 6, ditampilkan besarnya adjusted R2 (koefisien determinasi yang telah disesuaikan) untuk model pertama adalah 0,689. Nilai ini menunjukkan bahwa 68,9% variasi kualitas audit dapat dijelaskan oleh variasi dari kompetensi, independensi, kemahiran profesional, dan tindakan supervisi, sedangkan sisanya 31,1% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Sedangkan untuk model ke dua dalam penelitian ini, besarnya adjusted R2 adalah 0,221. Nilai ini menunjukkan bahwa 22,1% variabel fraud detection dapat dijelaskan oleh variabel kualitas audit, sedangkan sisanya 77,9% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Tabel 6. Hasil Uji Koefisien Determinasi Model R R Square 1 2
0,841 0,482
0,708 0,232
Adjusted Std. Error R Square 0,689 0,221
1,098 1,838
DurbinWatson 2,132 1,634
Sumber : Data Primer Diolah
7. Uji Simultan (F-test) Uji F dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen yaitu kompetensi, independensi, kemahiran profesional, dan tindakan supervisi terhadap kualitas audit secara simultan. Hasil pengujian terhadap uji simultan ANOVA atau F test terlihat pada Tabel 7 dan menunjukkan nilai F hitung sebesar 6,104 dengan probabilitas 0,000. Oleh karena probabilitas lebih kecil dari nilai signifikan 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kualitas audit yang berarti bahwa variabel kompetensi, independensi, kemahiran profesional, dan tindakan supervisi secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit.
Juni 2015
Hernani Maryulianti
Tabel 7. Hasil Uji Simultan Sum of Square
Model Regression
186,662
Residual Total
Mean Square
df
F
4
46,665
77,107
64
1,205
263,768
68
Sign
38,733
.000a
Sumber : Data Primer Diolah
8. Uji Parsial (Uji-t) Dari dua model regresi yang diuji, pada model pertama uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara variabel kompetensi, independensi, kemahiran profesional, dan tindakan supervisi terhadap variabel kualitas audit, sedangkan pada model regresi kedua, uji t ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel kualitas audit terhadap variabel fraud detection. Tabel 8. Pengujian Hipotesis Model 1 Variabel
B
(Constant)
Std. Error
3,198
1,898
Kompetensi
0,151
0,098
Independensi
0,349
0,082
Kemahiran Profesional
0,253
Tindakan_Supervisi 0,194
Beta
t
Sign
1,685
0,097
0,151
1,543
0,128
0,413
4,271
0,000
0,086
0,264
2,954
0,004
0,083
0,202
2,345
0,022
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan Tabel 8 maka persamaan regresi yang terbentuk adalah: Y = 3,198 + 0,151 X1 + 0,349 X2 + 0,253 X3 + 0,194 X4 + e Tabel 9. Pengujian Hipotesis Model 2 Variabel B Std. Error (Constant) 13,375 2,869 Kualitas 0,509 0,113 Audit Sumber : Data yang diolah
Beta
t Sign 4,661 0,000
0,482 4,499 0,000
Berdasarkan Tabel 9 maka dirumuskan persamaan regresi sebagai berikut: Y = 22,284 + 0,478 X1 Hasil analisis pada persamaan regresi model pertama menunjukkan bahwa variabel kompetensi, independensi, kemahiran profesional, dan tindakan
11
supervisi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Namun ketika ditinjau secara parsial variabel kompetensi tidak signifikan berpengaruh pada kualitas audit, sedangkan tiga variabel lainnya yaitu independensi, kemahiran profesional, dan tindakan supervisi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Pada persamaan regresi model kedua, menunjukkan bahwa variabel kualitas audit berpengaruh positif signifikan terhadap fraud detection pada Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga, sehingga kenaikan variasi dari kualitas audit dapat meningkatkan fraud detection pada laporan keuangan. Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit, tidak terdukung. Hal ini terlihat dari nilai t sebesar 1,543 dan nilai signifikansi sebesar 0,128 sehingga variabel kompetensi tidak signifikan berpengaruh terhadap kualitas audit Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga. Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa independensi berpengaruh terhadap kualitas audit, terdukung. Hal ini ditunjukkan dari nilai t hitung 2,038 lebih besar dari nilai t tabel 1,998 sehingga perubahan atau variasi variabel independensi akan diikuti oleh variasi kualitas audit. Hal ini berarti bahwa variabel independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat De Angelo bahwa auditor akan melaporkan salah saji tergantung pada independensi auditor. Namun demkian, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Samelson et al. (2006) yang menyatakan bahwa independensi tidak berhubungan dengan kualitas audit.
12
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
Independensi mempengaruhi kualitas audit melalui tiga dimensi yaitu independensi penyusunan program, independensi investigative dan independensi pelaporan. Hal ini sejalan dengan penelitian Mansur (2007) dan Rahman (2009). Hasil pengujian independensi terhadap kualitas audit menunjukkan bahwa semakin auditor terbebas dari pengawasan atau pengaruh yang tidak pantas dalam pemilihan teknik dan prosedur, serta luasnya pekerjaan audit maka kualitas audit akan semakin meningkat. Selanjutnya, kualitas audit juga akan semakin meningkat jika auditor terbebas dari pengawasan dan pengaruh yang tidak pantas dalam menentukan area, aktivitas, hubungan personal, dan kebijakan manajerial untuk diperiksa, serta terbebas dari pengawasan dan pengaruh yang tidak pantas dalam pernyataan fakta-fakta yang telah diungkapkan melalui pemeriksaan serta ungkapan-ungkapan rekomendasi dan opini sebagai hasil dari pemeriksaan. Hipotesis ketiga bahwa kemahiran profesional berpengaruh terhadap kualitas audit, terdukung. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai t hitung 2,954 lebih besar dari t tabel 1,998 sehingga perubahan atau variasi variabel kemahiran profesional akan diikuti oleh variasi kualitas audit. Hal ini berarti bahwa variabel kemahiran profesional berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga. Hasil ini mendukung pernyataan bahwa auditor yang kurang memiliki sikap skeptisisme profesional akan menyebabkan penurunan kualitas audit (Carpenter et al., 2002). Selanjutnya supervisi merupakan salah satu elemen pengendalian kualitas dan prosedur review. Kekuatan pengendalian kualitas dan prosedur review ikut mempengaruhi kualitas
Juni 2015
audit. Selanjutnya hipotesis keempat yang menyatakan bahwa tindakan supervisi berpengaruh terhadap kualitas audit, terdukung. Hal ini ditunjukkan dari nilai t hitung 2,345 lebih besar dari t tabel 1,998 sehingga perubahan atau variasi variabel tindakan supervisi akan diikuti oleh variasi kualitas audit. Hal ini berarti bahwa variabel tindakan supervisi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga. Penelitian ini sejalan dengan Meier & Fuglister (1992) yang membuktikan bahwa kegiatan supervisi yang diberikan oleh responden auditor dan responden klien dapat menjaga konsentrasi auditor pada bagian-bagian yang memiliki risiko tinggi dan supervisi dibutuhkan untuk meyakini bahwa pos-pos telah diuji dengan benar dan terdokumentasi dengan baik. Selain itu, penelitian Deis & Giroux (1992) yang melakukan investigasi tentang determinan dari kualitas audit oleh Independen CPA firm di Texas pada Audits of Independen School District menunjukkan bahwa kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak lain. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian King et al (1994) bahwa untuk menjaga kualitas audit yang dilakukan supervisi dari rekan auditor menjadi sumber penelitian yang obyektif mengenai kualitas yang dilakukan oleh rekan auditor. Tindakan supervisi dari rekan auditor dapat mendukung kantor akuntan untuk menjalankan dan mengevaluasi pengendalian kualitas pelaksanaan praktek akuntansi dan auditingnya (Evers & Person, 1989; Austin & Langston, 1981; dan Forgarty 1996) dalam Ariesanti (2001).
Juni 2015
Hernani Maryulianti
Selanjutnya hipotesis kelima yang menyatakan bahwa kualitas audit berpengaruh pada fraud detection, terdukung. Hal ini terlihat dari t hitung 2,905 lebih besar dari t tabel 1,668 sehingga perubahan atau variasi kualitas audit akan diikuti oleh variasi fraud detection. Hal ini berarti bahwa variabel kualitas audit berpengaruh terhadap fraud detection pada Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga. Pelaporan keuangan yang mengandung unsur kecurangan dapat mengakibatkan turunnya integritas informasi keuangan dan dapat mempengaruhi berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan meningkatkan kualitas audit diharapkan pemeriksa dapat meningkatkan fraud detection pada Laporan Keuangan Kementerian dan lembaga. Kasus skandal akuntansi pada tahuntahun terakhir memberi bukti tentang kegagalan audit yang membawa akibat serius bagi masyarakat bisnis. Kasus seperti ini terjadi pada Enron, Global Crossing, Worldcom di Amerika Serikat yang mengakibatkan kegemparan besar di pasar modal. Kasus serupa terjadi di Indonesia seperti pada PT. Telkom dan PT. Kimia Farma. Meski beberapa salah saji yang terjadi belum tentu terkait dengan kecurangan, tetapi faktorfaktor risiko yang berkaitan dengan kecurangan oleh manajemen terbukti ada pada kasus-kasus ini. Pelaporan keuangan yang mengandung unsur kecurangan dapat mengakibatkan turunnya integritas informasi keuangan dan dapat mempengaruhi berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan meningkatkan kualitas audit diharapkan pemeriksa dapat meningkatkan fraud detection pada Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga.
13
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kompetensi, independensi, kemahiran profesional, dan tindakan supervisi secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga. 2. Kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sehingga kompetensi tidak memiliki pengaruh terhadap komitmen profesional maupun pengambilan keputusan etis untuk mendukung kualitas audit. 3. Independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sehingga semakin auditor terbebas dari pengawasan atau pengaruh yang tidak pantas dalam pemilihan teknik dan prosedur, serta luasnya pekerjaan audit untuk mengembangkan programnya, baik langkah yang harus ditempuh, maupun jumlah pekerjaan yang harus dilaksanakan, termasuk semua batasan-batasan yang terdapat dalam perikatan, maka kualitas audit akan semakin meningkat. 4. Kemahiran profesional berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga, sehingga skeptisme profesional dan keyakinan yang memadai yang dimiliki oleh pemeriksa akan meningkatkan kualitas audit. 5. Tindakan supervisi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sehingga pengendalian kualitas dan prosedur review akan meningkatkan kualitas audit. 6. Kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap fraud detection, sehingga dengan meningkatkan kualitas audit diharapkan pemeriksa dapat
14
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
meningkatkan pula fraud detection pada Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga. Implikasi Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa independensi, kemahiran profesional, dan tindakan supervisi merupakan faktor yang menentukan kualitas audit. Audit yang berkualitas nantinya dapat mendeteksi adanya kecurangan dalam Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga sehingga informasi yang dihasilkan dari laporan keuangan semakin berkualitas. Hasil tersebut nantinya akan berimplikasi pada pola penugasan auditor dalam melakukan audit dan telaah hasil pemeriksaan untuk menjamin bahwa pemeriksaan yang dilakukan telah sesuai dengan standar profesional yang berlaku dan berkualitas. DAFTAR PUSTAKA A.M.B.P. Putra Djaja. 2002. Analisis Pengaruh Faktor-faktor Penujang Kinerja Tim Pemeriksa Terhadap Efektifitas Pencapaian Tujuan Pemeriksaan. Tidak dipublikasikan. Karya Akhir Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Juni 2015
Belakang Pendidikan, Kecakapan Profesional, Pendidikan Berkelanjutan, dan Independensi terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan (Studi Empiris pada Bawasko Medan). Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Carpenter,
A. Mason. 2002. The Implication of strategy and social context for the relationship between top management team heterogeneity and firm performance. Strategic Management Journal, 23 (3): 275284.
Carpenter, Tina D. 2009. Professional Skepticism: The Effects of a Partner’s Influence and the Presence ofFraud on Auditors’ Fraud Judgments and Actions. http://business.fiu.edu/. August 2009 Coram, P., Ferguson, C. and Moroney, R. 2006. The Value of Internal Audit in Fraud Detection. Journal Accounting & Finance. Volume 48, Issue 4, pages 543–559.
Arens, A.A., J.K. Loebbecke. 2000. Auditing: An Integrated Approach. Eight Edition. New Jersey: Prentice Hall International Inc.
Craswell A.T., J.R. Francis, and S.L. Taylor. 1995. Auditor brand name reputations and industry specialization. Journal of Accounting and Economics 20 (December): 297-322.
Ariesanti, Alia. 2001. Persepsi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Djogyakarta. Thesis S2. Universitas Gajah Mada.
DeAngelo, L.E. 1981a. Auditor Size and Audit Quality. Journal of Accounting and Economics 3 (1) : 167-175.
Batubara,
Deis, D.R. and Giroux, G.A. 1992. Determinants of Audit
Rizal Analisis
Iskandar, Pengaruh
2008. Latar
Juni 2015
Hernani Maryulianti
Quality in the Public Sector. The Accounting Review, 67, 3, 462 – 479. Efendy, Taufik Muh. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah (studi Empiris pada Pemerintahan Kota Gorontalo). Tesis (dipublikasikan) Program Studi Magister Sains Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Hurtt, K. 2008. Professional Skepticism: An Audit Specific Model and Measurement Scale. Working Paper, Baylor University Januarti, I. dan Fasal. 2010. Pengaruh Moral Reassoning dan Skeptisme Profesional Auditor Pemerintah Terhadap Kualitas Audit Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Simposium Nasional Akuntansi XIII. King, R. R. and R. Schwartz. 1994. Independence in appearance and in fact: An experimental investigation. Contemporary Accounting Research (Spring): 79-114. Mabruri, H. dan Winarna, J. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit di Lingkungan Pemerintah Daerah. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Meier, HH dan J. Fuglister. 1992. How to Improve Audit Quality: Perceptions of Auditors
15 and Clients. The Ohio CPA Journal. Juni. p. 21-24.
Messier, F.W., V.S. Glover, dan F.D. Prawitt. 2005. Jasa Audit dan Assurance:Suatu Pendekatan Sistematis. Diterjemahkan oleh Nuri Hinduan. Edisi 4 Buku 1 & 2. Penerbit Salemba Empat. Jakarta Moizer, Peter. 1997. Auditor Reputation: The International Empirical Evidence. International Journal of Auditing 1 (1). pp.61-74. Mulyadi, 2002. Auditing, Buku Dua, Edisi Keenam, Salemba Empat, Jakarta. Nelson, Mark W. 2009. A Model and Literature Review of Professional Skepticism in Auditing. AUDITING: A Journal of Practice & Theory: November 2009, Vol. 28, No. 2, pp. 1-34. Pedoman
Manajemen Pemeriksaan. 2008. BPK-RI. Jakarta
Peraturan Menpan dan RB No. 17 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pemeriksa dan Angka Kreditnya. Rahman, Ahmad Taufik. 2009. Persepsi Auditor Mengenai Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Due Profesional Care terhadap Kualitas Audit. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
16
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
Rahman, Ahmad Taufik. 2009. Persepsi Auditor Mengenai Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Due Profesional Care terhadap Kualitas Audit. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Rahman, Aulia Fuad dan Oktaviana, Ulfi Kartika. 2010. Masalah Keagenan Aliran Kas Bebas, Manajemen Laba dan Relevansi Nilai Informasi Akuntansi. Simposium Nasional Akuntansi 13 Purwokerto. Rezaee, Zabihollah. 2002. Financial Statement Fraud: Prevention and Detection. Wiley. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). (2001). Standar Profesional Akuntan Publik. Salemba Empat, Jakarta.
Juni 2015
Samelson, D., S. Lowensohn. dan L. E. Johnson. 2006. ”The Determinants of Perceived Audit Quality and Auditee Satisfaction in Local Government.”Journal of Public Budgeting, Accounting & Financial Management, 18 (2): 139-166. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. 2007. BPK-RI. Jakarta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Wong, Man Kong dan Rahman. 2005. An Empirical Study of Audit Quality In China From The Perspectives of Regulator and The Accounting Proffesions. ProQuest Information and Learning Company