PENGARUH EFEKTIVITAS KOMITE AUDIT, UKURAN PERUSAHAAN DAN LEVERAGE TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN (Analisis Laporan Tahunan Perusahaan Real Estate Property Dan Konstruksi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada 2010-2014)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh :
FITRIA WARDANI 1111082000070
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS 1. Nama
: Fitria Wardani
2. Tempat & Tanggal Lahir : Wonogiri, 13 Februari 1993 3. Alamat
: Jl. Inpres No.6 Rt 004/009, Pamulang 2
4. Telepon
: 085711539835
5. Email
:
[email protected]
6. Ayah
: Warimin
7. Ibu
: Wakik
8. Anak ke-
: 1 dari 3 bersaudara
II. PENDIDIKAN FORMAL 1999-2005
: SDN Bangka 01 – Jakarta Selatan
2005-2008
: SMP Taruna Mandiri – Tangerang Selatan
2008-2011
: SMAN 2 Kota Tangerang Selatan
2011-2015
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Kadiv. Pengembangan Minat dan Bakat (PMB) Koperasi Mahasiswa UIN Jakarta 2014 2. Divisi Publikasi dan Dekorasi Laboratorium Pojok Bursa FEB UIN Jakarta 2013
IV. PENGALAMAN KERJA 1. Magang sebagai Junior Auditor di KAP
Drs. Basri Harjosumarto
(Maret 2015 – Mei 2015) 2. Magang Divisi Purchasing di Mirum Jakarta (Februari 2015)
vi
ABSTRACT The Effect of Effectiveness of Audit Committee, Firm Size and Leverage to Financial Reporting Quality
The purpose of this research is to determine impact of the effectiveness of audit committee (size of audit committee, frequency of meeting of audit committee, accounting expert of audit committee), firm size and leverage to financial reporting quality. This research was conducted by selecting 25 real estate properties and constructions firms listed in Indonesia Stock Exchange period 2010 to 2014. This research was tested by purposive sampling and multiple regression analyzing method. This research shows that size of audit committee and frequency of meeting audit committee have significant effect to financial reporting quality with significance level 0,040 and 0,010. Meanwhile, accounting expert has significant effect to financial reporting quality with significance level 0,058 using alpha 10%. Firm size and leverage have no significant effect to financial reporting quality. The effectiveness of audit committee (size, frequency of meeting, accounting expert), firm size and leverage simultaneously have significant effect to financial reporting quality with significance level 0,013. Keywords : Size of audit committee, frequency of audit committee, accounting expert of audit committee, firm size, leverage, financial reporting quality
vii
ABSTRAK Pengaruh Efektivitas Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan Leverage Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas komite audit (ukuran, jumlah rapat dan keahlian akuntansi komite audit), ukuran perusahaan dan leverage terhadap kualitas laporan keuangan yang diproksikan dengan kualitas akrual. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel 25 perusahaan real estate, property dan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2010 hingga 2014. Penelitian ini diuji dengan metode purposive sampling dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran komite audit dan jumlah rapat komite audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan dengan tingkat signifikansi 0,040 dan 0,010. Sementara keahlian akuntansi komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laporan keuangan dengan tingkat signifikansi 0,058 menggunakan alpha 10%. Ukuran perusahaan dan leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit, keahlian akuntansi komite audit, ukuran perusahaan dan leverage secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan dengan signifikansi sebesar 0,013. Kata kunci : Ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit, keahlian akuntansi komite audit, ukuran perusahaan, leverage, kualitas laporan keuangan
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Efektivitas Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan Leverage terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Analisis Laporan Tahunan Perusahaan Real Estate, Property dan Konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 2010-2014).” Shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah mengantarkan kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama pembuatan skripsi ini, penulis menyadari banyaknya hambatan dan rintangan yang ada. Meskipun begitu, penulis juga menyadari bahwa penulis mendapatan bimbingan, arahan, dukungan, bantuan, semangat dan doa dari banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada : 1. Kedua orang tercinta, yaitu Ayah Warimin dan Ibu Wakik. Dengan cinta kasih, sayang, kesabaran, dukungan baik moril dan materil serta doa yang selalu mengiringi penulis dalam pengerjaan skripsi ini. 2. Kedua adik penulis, yaitu Yulio Dwi Wardhana dan Marcella Putri Cahyani. Dua makhluk lucu yang menghibur di kala penulis mengalami patah semangat dalam pengerjaan skripsi ini. 3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahan, saran, dan semangatnya pada penulis selama pengerjaan skripsi.
ix
5. Ibu Ismawati Haribowo SE., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk mengarahkan, membimbing dan memberikan saran kepada penulis selama pengerjaan skripsi. 6. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi. 7. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi. 8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya selama masa kuliah penulis. 9. Sahabat tercinta saya Radini, Marisa, dan Asih yang selalu memberi keyakinan dan semangat untuk saya. 10. Teman-teman Jurusan Akuntansi 2011, khususnya AKUKECE (Akuntansi Kelas C) Sella, Ilfi, Fazril, Eva, Faisal, Mumu, Opi, Chandra, Bonita, Fahmi, Irvan, Hadi, Oji
yang sama-sama berjuang dan saling membantu dalam
perkuliahan dan pengerjaan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Maka dari itu, penulis sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, baik langsung maupun tidak langsung. Wassalamualaikum wr. Wb
Jakarta, Juli 2015
Fitria Wardani
x
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi………………………………………………….. ii Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif……………………………………iii Lembar Pengesahan Ujian Skripsi…………………………………………… iv Surat Pernyataan Keaslian Skripsi…………………………………………… v Daftar Riwayat Hidup…………………………………………………………. vi Abstract………………………………………………………………………… vii Abstrak………………………………………………………………………... viii Kata Pengantar……………………………………………………………….....ix Daftar Isi………………………………………………………………………....xi Daftar Tabel…………………………………………………………………… xv Daftar Gambar……………………………………………………………….. xvi Daftar Lampiran…………………………………………………………….. xvii BAB I
PENDAHULUAN ..............................................................................1 A. Latar Belakang Penelitian ............................................................. 1 B. Perumusan Masalah ..................................................................... 11 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................15 A. Teori yang Relevan ...................................................................... 15 1. Teori Keagenan (Agency Theory) ............................................ 15 2. Kualitas Laporan Keuangan ..................................................... 17 3. Efektivitas Komite Audit.......................................................... 23 a. Ukuran Komite Audit ...................................................... 25 b. Jumlah Rapat Komite Audit ............................................ 26 xi
c. Keahlian Akuntansi Komite Audit .................................. 28 4. Ukuran Perusahaan ................................................................... 29 5. Leverage ................................................................................... 30 B. Penelitian Sebelumnya ................................................................. 32 C. Kerangka Pemikiran .................................................................... 37 D. Keterkaitan Antara Variabel ........................................................ 38 1. Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan ................................................................................ 38 2. Pengaruh Jumlah rapat Komite Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan ................................................................. 38 3. Pengaruh Keahlian Akuntansi Komite Audit dengan Kualitas Laporan Keuangan ................................................................. 39 4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Laporan Keuangan ................................................................................ 40 5. Pengaruh leverage terhadap Kualitas Laporan Keuangan ..... 41 6. Pengaruh Efektivitas Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan Leverage terhadap Kualitas Laporan Keuangan .................... 42 E. Hipotesis ......................................................................................... 43 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN .......................................................44 A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 44 B. Metode Penentuan Sampel .............................................................. 44 C. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 45 D. Metode Analisis Data ...................................................................... 46 1. Statistik Deskriptif ....................................................................... 46 2. Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 47 a. Uji Normalitas ....................................................................... 47 xii
b. Uji Multikolonieritas ............................................................. 47 c. Uji Autokorelasi .................................................................... 48 d. Uji Heterokedastisitas ........................................................... 49 3. Uji Koefisien Determinasi ........................................................... 50 4. Uji Hipotesis ................................................................................ 50 a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ............................. 51 b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji statistik t) ........... 52 E. Operasionalisasi Variabel ............................................................... 52 1. Kualitas Laporan Keuangan ........................................................ 53 2. Ukuran Komite Audit .............................................................. 54 3. Jumlah Rapat Komite Audit .................................................... 54 4. Keahlian Akuntansi Komite Audit .......................................... 54 5. Ukuran Perusahaan.................................................................. 55 6. Leverage .................................................................................. 56 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................58 A. Gambaran Objek Penelitian ........................................................... 58 B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ................................................. 59 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................... 60 2. Hasil Uji Asumsi Klasik ......................................................... 61 a. Uji Normalitas ...................................................................... 61 b. Uji Multikolinearitas ............................................................ 62 c. Uji Autokorelasi ................................................................... 63 d. Uji Heteroskedastisitas ......................................................... 64 3. Hasil Uji Hipotesis .................................................................. 65 a. Uji Koefisien Determinasi (R2) ........................................... 65 xiii
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ........................................ 66 c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) ...................... 67 C. Pembahasan .................................................................................. 71 1. Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan ................................................................................ 71 2. Pengaruh Jumlah Rapat Komite Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan ................................................................. 72 3. Pengaruh Keahlian Akuntansi Komite Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan ................................................................. 73 4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Laporan Keuangan ................................................................................ 73 5. Pengaruh Leverage terhadap Kualitas Laporan Keuangan .... 75 BAB V
PENUTUP .........................................................................................77 A. Kesimpulan .................................................................................. 77 B. Saran ............................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 80 LAMPIRAN………..…………………………………………………………... 86
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel
Judul
Hal
Tabel 2.1
Daftar Penelitian Sebelumnya.........................................................33
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel ...............................................................57
Tabel 4.1
Proses Seleksi Sampel.....................................................................58
Tabel 4.2
Daftar Sampel Perusahaan ..............................................................59
Tabel 4.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif ...........................................................60
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas .......................................................................62
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas .............................................................63
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi ....................................................................64
Tabel 4.7
Hasil Uji Heteroskedastisitas ..........................................................65
Tabel 4.8
Hasil Uji Adjusted R2......................................................................66
Tabel 4.9
Hasil Uji F .......................................................................................67
Tabel 4.10
Hasil Uji t ........................................................................................68
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Judul
Hal
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran ...................................................................37
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Judul
Hal
Lampiran 1
Daftar Sampel Penelitian…………………………………. 87
Lampiran 2
Data Sampel Penelitian…………………………………... 89
Lampiran 3
Hasil Pengolahan Data.............………………………….. 96
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman yang diikuti dengan perkembangan bisnis tak bisa lagi dibendung. Perkembangan bisnis yang terus mengalami peningkatan menuntut pelaku bisnis untuk dapat bersaing di dalamnya, karena itulah, terdapat banyak kompetitor dalam dunia bisnis. Meningkatnya persaingan bisnis mendorong setiap perusahaan untuk memberikan performa terbaiknya dalam menarik investor, terutama yang menyangkut laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan gambaran dari suatu perusahaan pada waktu tertentu yang menunjukkan kondisi keuangan yang telah dicapai suatu perusahaan dalam periode tertentu (Maulia, 2014). Hal inilah yang menjadi pertimbangan investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi. Laporan keuangan merupakan sebuah alat penting bagi para pelaku dunia bisnis. Laporan keuangan memuat catatan-catatan tentang kegiatan bisnis yang dilakukan oleh sebuah entitas dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan juga mempunyai peranan penting sebagai alat komunikasi antar para pelaku bisnis (Toding dan Wirakusuma, 2013). Menurut Payamta (2006) dalam Maulia (2014), kualitas laporan keuangan akan meningkatkan kualitas yang disajikan dalam laporan keuangan, sehingga para
pengguna
juga
dapat
merasa
1
lebih
yakin
dalam
mengambil
keputusan. Hal ini dikarenakan keputusan yang akan diambil telah didasarkan pada informasi yang telah dipersiapkan dengan baik, disetujui dan diaudit secara transparan, dapat dipertanggungjawabkan dan berkualitas. Kualitas pelaporan keuangan
berhubungan
dengan
kinerja
keseluruhan
perusahaan
yang
tergambarkan dalam laba (Fanani, 2009). Pengertian kualitas pelaporan keuangan hingga saat ini masih beragam. Salah satunya adalah kualitas pelaporan keuangan berkaitan erat dengan kinerja perusahaan yang diwujudkan dalam laba perusahaan yang diperoleh pada tahun berjalan. Pelaporan keuangan dikatakan tinggi (berkualitas) jika laba tahun berjalan dapat menjadi indikator yang baik untuk laba perusahaan dimasa yang akan datang (Lev dan Thiagarajan, 1993) atau berasosiasi secara kuat dengan arus kas operasi di masa yang akan datang (Dechow dan Dichev, 2002 dan Cohen, 2003). Menurut penelitian Choi dan Pae pada 2011, kualitas laporan keuangan sangat bervariasi. Misalnya, kualitas pelaporan dipengaruhi oleh tingkat manajemen laba, tingkat bagaimana akurat akrual memprediksi arus kas operasi masa depan dan tingkat akuntansi konservatisme. Dalam laporan keuangan, laba akuntansi dianggap sebagai salah satu indikator utama kinerja keuangan perusahaan. Angka laba yang tersedia pada laporan keuangan selain memberikan informasi mengenai laba juga mempengaruhi pemakai informasi dalam pengambilan keputusan mengenai perusahaan, baik keputusan investasi maupun keputusan kredit. Laba merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan, memperkirakan earning power, dan memprediksi 2
laba di masa depan. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor, kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang (Siagallan dan Mahfoedz, 2006). Menurut Karami dan Akhgar (2014), kualitas laporan keuangan adalah mengembangkan transparansi dan menerbitkan laporan tahunan berkualitas tinggi melalui pengungkapan lengkap dan komprehensif. Kualitas laporan keuangan selalu menjadi topik yang menarik dari dewan direksi, pemegang saham, peneliti dan akuntan profesional sendiri. Kualitas sangat dibutuhkan dalam pelaporan keuangan dan pengungkapan prediksi yang lebih baik mengenai arus kas masa depan perusahaan untuk investor dan pengguna laporan keuangan lainnya. Menurut International Accounting Standards Board (IASB) informasi yang
berkualitas
harus
memenuhi
komponen
relevance
dan
faithful
representation, dimana tingkat kegunaan informasi tersebut akan meningkat jika informasi tersebut comparable, verifiable, timely dan understandable (IASB, 2010). PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan menyatakan terdapat empat karakteristik laporan keuangan dikatakan berkualitas. Laporan keuangan dikatakan
berkualitas
jika
dapat
dipahami,
relevan,
andal
dan
dapat
diperbandingkan. Informasi dikatakan relevan jika dapat memengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Sementara informasi dapat diandalkan apabila disajikan secara netral atau tidak memihak pada salah satu pemakai, dapat diuji kebenarannya (verifiebality) dan penyajiannya jujur. 3
Beberapa tahun terakhir ini, skandal akuntansi yang terjadi di masyarakat keuangan internasional telah menyebabkan meningkatnya pertanyaan dan kekhawatiran tentang kualitas pelaporan keuangan (Agrawal dan Chadha dalam Klai, 2011). Beberapa perusahaan terkemuka seperti Enron, Worldcom, Marconi, Parmalat, Cadbury, Bank Oceanichave dan Toshiba berpartisipasi dalam penipuan keuangan. Hal ini menyebabkan melemahnya kepercayaan investor terhadap manajerial dan laporan keuangan (Klai, 2011). Salah satu contohnya pada kasus Enron, dimana perusahaan Enron melakukan manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta
Dollar AS padahal perusahaan mengalami
kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor. Selain Enron, skandal akuntansi lain yang menjadi perhatian adalah kasus Toshiba. Skandal akuntansi Toshiba, salah satu yang paling merusak melanda Jepang dalam beberapa tahun terakhir, dimulai ketika regulator sekuritas menemukan kejanggalan setelah menyelidiki neraca perusahaan awal tahun ini. Dengan temuan yang dirilis Senin (20/7/2015), Toshiba harus menyatakan kembali keuntungan sebesar 151,8 miliar yen untuk periode antara April 2008 hingga Maret 2014. (Kompas.com) Berdasarkan sampel penelitian pada perusahaan Enron, ternyata kasus manipulasi data akuntansi ini melibatkan berbagai pihak. Pihak-pihak terlibat justru meryupakan bagian dari dalam perusahaan itu sendiri, misalnya CEO, komisaris, komite audit, internal auditor, sampai kepada eksternal auditor.
4
Sementara, salah satu kasus yang terjadi di Indonesia adalah PT. Indofarma Tbk. Perusahaan ini diduga melakukan pelanggaran berkaitan dengan penyajian laporan keuangan. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam, nilai barang dalam proses dinilai lebih tinggi dari yang seharusnya (overstated) dalam penyajian nilai persediaan barang dalam proses pada tahun buku 2001 sebesar Rp. 28.870.000.000 (dua puluh delapan miliar delapan ratus tujuh puluh juta rupiah). Akibat overstated persediaan, maka harga pokok penjualan akan understated sebesar Rp. 28.870.000.000 dan laba bersih juga akan mengalami overstated dengan nilai yang sama. Berdasarkan dua kasus tersebut, baik Enron maupun Indofarma memiliki penyebab yang sama, yaitu masih lemahnya penerapan GCG dan fungsi internal control yang ada di dalam perusahaan. Kasus ini memberikan pelajaran berharga. Pertama, implementasi GCG di Indonesia ternyata masih sekedar formalitas belaka. Kedua, terlihat bahwa terjadi kerjasama sistemik melakukan rekayasa keuangan yang dilakukan karena lemahnya fungsi internal control. Hal ini menunjukkan bahwa pihak-pihak yang melakukan internal control mulai dari Dewan Komisaris sampai dengan Internal Audit tidak melakukan fungsinya dengan baik (http:/// www.hrcentro.com 8 Februari 2015). Millstein (1999) dalam Wardhani dan Joseph (2010) menyatakan bahwa praktik good corporate governance menunjukan bahwa pembentukan komite audit sebagai sebuah titik pusat dalam peningkatan kualitas laporan keuangan. Mekanisme yang tepat untuk memastikan realibilitas, kualitas yang tinggi dari laporan keuangan berfokus pada struktur dari komite audit, terutama dalam 5
menjaga kepentingan stakeholder khususnya dalam sisi kualitas informasi laporan keuangan perusahaan (Yaputro, 2012). Selain itu, Bapepam juga menegaskan bahwa adanya komite audit, sangat membantu para dewan komisaris untuk mengawasi kegiatan operasional perusahaan. Umumnya, peran pengawasan komite audit meliputi tiga fungsi, yaitu pelaporan keuangan, pengendalian internal, dan aktivitas audit eksternal (Braiotta, 2004). Untuk memastikan reliabilitas dan kualitas laporan keuangan sutau perusahaan, komite audit memperbaiki mutu laporan keuangan dengan mengawasi laporan keuangan. Komite audit memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (KNGCG, 2006). Komite audit menelaah laporan keuangan dengan memastikan bahwa laporan keuangan sudah dibuat berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang tepat (Sawyer dan Dittenhoffer, 2006). Oleh karena itu, komite audit diharapkan meninjau semua laporan keuangan yang dibuat manajemen baik interim maupun tahunan sebelum disetujui dewan komisaris dan sebelum disebarluaskan ke publik untuk meyakinkan obyektivitas laporan keuangan (Mohiuddin & Kharbhari, 2010). Pada akhir tahun 2012, pemerintah melalui Bapepam-LK mengeluarkan aturan baru yaitu Keputusan Ketua Bapepam-LK No. Kep- 643/BL/2012 terkait dengan Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit yang mengubah aturan yang sama yang dikeluarkan pada tahun 2004. Dalam peraturan tersebut terdapat persyaratan yang lebih ketat atas keanggotaan komite audit dan adanya tugas dan tanggung jawab yang lebih besar yang harus ditanggung oleh 6
komite audit. Aturan tersebut mengindikasikan diperlukannya komite audit yang lebih kompeten dan peran komite audit dalam memastikan kualitas laporan keuangan perusahaan menjadi semakin dibutuhkan. Melalui peningkatan pengaturan tata kelola perusahaan tersebut, peran dan fungsi komite audit membantu tugas dewan komisaris juga semakin diperjelas di mana poin mengenai keahlian anggota komite audit, komposisi serta jumlah pertemuan komite audit menjadi semakin penting dan harus dicantumkan dengan rinci (Mutmainnah dan Wardhani, 2013). Menurut Suaryana (2005), kualitas laba yang tinggi didapatkan pada perusahaan yang memiliki komite audit dibanding perusahaan yang tidak memiliki komite audit. Keputusan Ketua Bapepam-LK No. Kep- 643/BL/2012 terkait dengan Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit mensyaratkan komite audit terdiri dari 3 orang. Selain itu, Anderson, Daniel dan Stuart (2003) menemukan bahwa semakin kecil anggota komite, maka kualitas laba akan semakin baik. Efektivitas komite audit dapat diukur dengan proksi frekuensi pertemuan atau rapat yang diadakan komite audit dalam satu tahun. Anderson et al., (2003) menemukan bahwa informasi terkait earning meningkat dengan adanya pertemuan yang dilaksanakan komite audit. Pertemuan yang sering dilakukan komite audit untuk membahas laporan keuangan dianggap sebagai kontrol rutin terhadap perkembangan laba pada perusahaan. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dechow (1996) dalam Mutmainnah dan Wardhani (2013) menyebutkan bahwa perusahaan yang terkena skandal kasus kecurangan laporan
7
keuangan kemungkinan besar tidak mempunyai komite audit atau komite auditnya tidak bekerja secara efektif dan efisien dalam setiap rapat yang dilaksanakan. Komite
audit
yang
efektif
harus
memiliki
independensi
dan
pengetahuan di bidang akuntansi dan audit. Berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor: KEP-643/BL/2012 dijelaskan bahwa komite audit memiliki paling kurang satu anggota yang berlatar belakang pendidikan dan keahlian di bidang akuntansi dan/atau keuangan. Menurut Suaryana (2005), keberadaan komite audit independen serta memiliki keahlian dalam bidang akuntansi dan keuangan adalah sinyal persepsi kredibilitas dan kualitas laba perusahaan yang lebih baik. Selain efektivitas komite audit, ukuran perusahaan dan leverage juga dianggap dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Perusahaan yang besar akan memiliki kestabilan dan operasi yang dapat diprediksi lebih baik, sehingga kesalahan estimasi yang ditimbulkan akan menjadi lebih kecil. Selain itu, perusahaan besar akan memiliki kemampuan diversifikasi yang lebih baik dan mempunyai efek variasi portofolio antar divisi-divisi dan aktivitas bisnisnya sehingga dapat mengurangi efek relatif kesalahan estimasi. Meskipun demikian, perusahaan besar akan banyak menghadapi sensitivitas politik yang tinggi dan menghadapi kos politikal yang lebih tinggi dari pada perusahaan kecil (Gu, Lee dan Rosset dalam Fanani, 2009). Perusahaan yang besar akan berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan, karena perusahaan yang besar memiliki asset dan memperoleh laba yang besar pula. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa ukuran perusahaan 8
dapat dilihat dari besar kecilnya modal yang digunakan, total asset yang dimiliki, dan total penjualan yang diperoleh, serta kapitalisasi pasarnya dapat berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi, memiliki risiko pelanggaran perjanjian utang yang mengakibatkan timbulnya suatu biaya seperti sanksi pembatasan atas pembayaran dividen atau pembatasan penambahan utang dan serta menghambat kerja manajemen. Diduga, perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi akan mempunyai dorongan (incentives) yang lebih besar untuk mendorong kinerja akuntansi dengan tujuan untuk memenuhi perjanjian dalam kontrak utang maupun untuk mendapatkan utang baru (Dechow, Ge, Larson dan Sloan, 2010). Ketika menghadapi pelanggaran perjanjian utang, manajer akan lebih menggunakan kebijakan akrual agar dapat melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba di masa depan, sehingga manajer dapat terhindar dari pelanggaran perjanjian utang (debt covenant). Beberapa penelitian mengenai kualitas laporan keuangan telah dilakukan pada periode waktu sebelumnya. Pada 2003, penelitian Felo dan Krishnan menunjukkan ukuran komite audit memiliki hubungan yang positif dengan kualitas laporan keuangan. Sementara Aldamen dan Duncan (2011) menunjukkan komite audit yang lebih kecil dengan lebih banyak pengalaman dan keahlian keuangan lebih mungkin terkait dengan kinerja perusahaan yang positif di pasar. Penelitian Badolato & Danelson (2014) serta Kusnadi, Leong, Suwardi dan Wang (2015) menyatakan komite audit yang memiliki keahlian keuangan akan menghasilkan kualitas laporan keuangan yang tinggi. 9
Berdasarkan penelitian Widi dan Elisabet (2012), leverage tidak berpengaruh signifkan terhadap kualitas laporan keuangan. Sementara penelitian Fanani dan Ningsih (2009) serta Karami dan Akhgar (2014) menyatakan leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Penelitian-penelitian yang ada sebelumnya berfokus pada pengukuran kualitas laporan keuangan melalui manajemen laba dan restatements. Selain itu, objek penelitian lebih banyak berfokus pada perusahaan manufaktur ataupun seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Belum banyak penelitian yang melihat kualitas laporan keuangan pada perushaaan real estate, property dan konstruksi padahal banyak investor, baik asing maupun domestik yang lebih sering berinvestasi pada sektor tersebut. Salah satu investor asing berbasis di Singapura, Keppel Land, masih memandang Indonesia sebagai peluang positif, dengan ceruk pasar besar. Populasi sebanyak 250 juta dijadikan sebagai motivasi utama mereka dalam menggenjot investasinya. (Kompas.com) Tidak hanya investor asing, melainkan investor domestik juga memiliki ketertarikan untuk berinvestasi di sektor real estate, property dan konstruksi. Hal ini diperkuat juga dengan memasuki MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), dimana pemerintah banyak melakukan pembangunan infrastruktur, sehingga akan semakin banyak keuntungan yang diperoleh jika berinvestasi di sektor tersebut. Hal ini membuat inverstor tertarik untuk berinvestasi di sektor real estate, property dan konstruksi. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang ada sebelumnya dengan menerapkannya pada perusahaan real estate, property dan 10
konstruksi. Selain itu, yang membedakan penelitian ini dengan sebelumnya adalah pengukuran kualitas laporan keuangan menggunakan salah satu atribut akuntansi, yatiu kualitas akrual dari perubahan modal kerja. Sementara penelitian yang pernah ada sebelumnya, kualitas laporan keuangan diukur menggunakan ketepatwaktuan, restatements, dan manajemen laba. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya serta uraian yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti ingin meneliti mengenai “Pengaruh Efektivitas Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan Leverage terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pada Perusahaan Real Estate, Property dan Konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 2010-2014.”
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah ukuran komite audit berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan ? 2. Apakah jumlah rapat komite audit berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan ? 3. Apakah keahlian akuntansi komite audit berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan? 4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan? 5. Apakah leverage berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan? 11
6. Apakah ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit, keahlian akuntansi komite audit, ukuran perusahaan, dan leverage berpengaruh secara simultan terhadap kualitas laporan keuangan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk : a. Menganalisis adanya pengaruh antara ukuran komite audit terhadap kualitas laporan keuangan. b. Menganalisis adanya pengaruh antara jumlah rapat komite audit terhadap kualitas laporan keuangan. c. Menganalisis adanya pengaruh antara keahlian akuntansi komite audit terhadap kualitas laporan keuangan. d. Menganalisis adanya pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap kualitas laporan keuangan. e. Menganalisis adanya pengaruh antara leverage terhadap kualitas laporan keuangan. f. Menganalisis pengaruh ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit, keahlian akuntansi komite audit, ukuran perusahaan, dan leverage secara simultan terhadap kualitas laporan keuangan.
12
2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi kontribusi teoritis dan kontribusi praktis. Adapun penjelasan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kontribusi Teoritis 1) Ilmu Pengetahuan Penelitian ini berguna untuk menambah literatur dan sebagai bentuk pengembangan ilmu akuntasi, khususnya mengenai kualitas laporan keuangan. Penelitian ini juga berguna sebagai bahan referensi dan pembanding untuk penelitian selanjutnya. 2) Masyarakat Penelitian ini berguna untuk menambah informasi masyarakat, khususnya Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis mengenai kualitas laporan keuangan. 3) Peneliti Penelitian ini sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi mengenai kualitas laporan keuangan agar diperoleh hasil yang bermanfaat bagi penulis di masa yang akan datang sebagai salah satu syarat kelulusan sarjana strata 1.
13
b. Kontribusi Praktis 1) Bagi perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi perusahaan untuk memperbaiki tata kelola perusahaannya sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan. 2) Bagi praktisi Penelitian ini juga diharapkan mampu menjadi evaluasi bagi para praktisi khususnya pembuat kebijakan atau standard, serta sebagai acuan
bagi
komite
audit
untuk
lebih
berperan
dalam
meningkatkan kualitas laporan keuangan suatu perusahaan.
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Relevan 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Terori keagenan (agency theory) merupakan kontrak antara pemilik (principal) dan manajemen (agent), dimana agent diberi wewenang lebih untuk menjalankan operasional perusahaan dan mempertanggunjawabkan sumber daya yang dipercayakan kepada manajemen (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Saptiti Adharia, 2013). Teori agensi menyatakan bahwa terdapat pemisahan antara pemilik sebagai pemegang saham dan manajer sebagai agen yang menjalankan perusahaan. Agen dikontrak untuk melakukan tugas tertentu serta mempunyai tanggung jawab atas tugas yang diberikan pemilik. Pemilik diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka pada perusahaan. Sedangkan agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan lain yang terlibat dalam hubungan keagenan. Hubungan agensi seperti ini rawan konflik, yaitu konflik kepentingan pribadi (konflik agensi). Konflik tersebut terjadi karena pemilik modal berusaha menggunakan dana sebaik-baiknya dengan risiko sekecil mungkin, sedangkan manajer
cenderung
memaksimalkan
mengambil
keuntungan
yang
keputusan sering
mengutamakan kepentingannya sendiri. 15
pengelolaan bertentangan
dana dan
untuk
cenderung
Jensen dan Meckling (1976) dalam Mutmainnah dan Wardhani (2013) menyatakan bahwa terdapat dua mekanisme untuk mengatasi konflik keagenan yaitu mekanisme pengikatan (bonding) dan mekanisme pengawasan (monitoring). Konflik keagenan yang masih ada yang tidak dapat diatasi oleh kedua mekanisme tersebut disebut sebagai residual loss. Mekanisme pengikatan merupakan mekanisme yang mengikat agen sehingga dapat berperilaku yang sejalan dengan kepentingan prinsipal. Mekanisme ini dijalankan diantaranya melalui kebijakan kompensasi, penetapan KPI (key performance indicator) bagi manajemen, dan kepemilikan manajerial. Sedangkan mekanisme pengawasan dijalankan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan Pemilikan dan pengelolaan perusahaan yang terpisah meningkatkan konflik agensi antara manajer dan pemegang saham karena timbulnya asimetri informasi. Asimetri informasi tersebut menurunkan kualitas informasi yang digunakan sebagai dasar pelaporan keuangan sehingga menimbulkan kesalahankesalahan pada pelaporan keuangan. Menurut Krishnan dan Lee (2011) dalam Awalia (2014) kualitas pelaporan keuangan merupakan salah satu kontributor penting terhadap lingkungan informasi perusahaan. Salah satu cara yang digunakan untuk memonitor masalah keagenan dan membatasi perilaku opportunistic management adalah corporate governance. Untuk memperkecil asimetris
informasi,
maka
pengelolaan
perusahaan
harus
diawasi
dan
dikendalikan. Teori keagenan menunjukkan bahwa pemegang saham memerlukan perlindungan karena manajemen mungkin tidak selalu bertindak untuk 16
kepentingan pemilik (Jensen dan Meckling, 1976). Oleh karena itu, dewan komisaris muncul untuk melindungi kepentingan pemegang saham (Joshi dan Wakil, 2004). Dewan komisaris memiliki tanggung jawab yang beragam dan beberapa hal tersebut didelegasikan kepada komite audit. Tujuan dibentuknya komite audit ialah membantu dewan komisaris dalam menjalankan proses pengawasan. Komite audit membantu dewan komisaris mengembangkan serta memelihara kerangka akuntabilitas perusahaan (Braiotta, 2004). 2. Kualitas Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan informasi akuntansi yang disediakan oleh perusahaan untuk membantu para pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan alokasi modal terkait dengan perusahaan yang bersangkutan (Kieso dan Warfield, 2011). Menurut PSAK No.1 (2012), laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan merupakan bagian dari pelaporan keuangan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK 1 (2012), tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Menurut Kieso, et al., (2011) tujuan pelaporan keuangan untuk : (1) Memberikan informasi yang berguna dalam keputusan investasi, kredit dan 17
keputusan serupa yang rasional bagi investor serta kreditur saat ini atau potensial dan para pemakai lainnya. (2) Memberikan informasi yang berguna dalam menilai prospek arus kas, jumlah, penetapan waktu dan ketidakpastiaan penerimaan. (3) Menggambarkan dengan jelas sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya dan perubahan dalam sumber daya tersebut. Menurut PSAK (2012), karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu : a. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. b. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa lalu.
18
1) Materialitas Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan
dalam
mencatat
informasi
tersebut
dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas bergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat. c. Keandalan Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 1) Penyajian jujur Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. 2) Substansi mengungguli bentuk Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Substansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk hukum. 19
3) Netralitas Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pengguna, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan berapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan. 4) Pertimbangan sehat Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga asset atau penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan liabilitas atau beban tidak dinyatakan terlalu rendah. 5) Kelengkapan Informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi. d. Dapat dibandingkan Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan entitas antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan
20
laporan keuangan antar entitas untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Menurut Kasmir (2011) laporan keuangan yang berkualitas yaitu laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dan bebas dari tindakan atau kegiatan yang dilakukan dan disengaja oleh pihak manajemen perusahaan agar laporan keuangan tersebut memiliki integritas yang tinggi. Kualitas pelaporan keuangan adalah fitur penting tidak hanya untuk perusahaan tetapi juga bagi para pemangku kepentingan dan untuk pasar modal secara keseluruhan. Misalnya, telah disampaikan bahwa kualitas pelaporan memiliki efek positif pada efisiensi investasi. Namun, Choi, et.al., (2011) menyatakan bahwa kualitas laporan keuangan bervariasi. Banyak faktor berpengaruh pada kualitas laporan keuangan pada penelitian sebelumnya. Misalnya, kualitas pelaporan dipengaruhi oleh tingkat manajemen laba, tingkat bagaimana akurat akrual memprediksi arus kas operasi masa depan dan tingkat akuntansi konservatisme. Tujuan pelaporan keuangan secara umum adalah untuk menyediakan informasi keuangan perusahaan yang dapat bermanfaat bagi investor, kreditor, dan pihak berkepentingan lain dalam pembuatan keputusan ekonomi atas perusahaan tersebut. Tujuan tersebut juga memperjelas pentingnya kebutuhan tentang informasi aliran kas bagi investor dan kreditor. Akuntansi merupakan bahasa khusus
yang digunakan untuk
mengkomunikasikan informasi keuangan
perusahaan kepada para penggunanya sebagai dasar pengambilan keputusan. 21
Lebih spesifik lagi, akuntansi keuangan membahas tentang penyediaan informasi keuangan yang relevan bagi pengguna eksternal. Tujuan utama akuntansi keuangan adalah menyediakan informasi bagi investor dan kreditor guna membantu mereka dalam pengambilan keputusan. Informasi tersebut harus mampu membantu investor dan kreditor untuk menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas yang akan diterima di masa datang. Investor, kreditor, dan pembuat keputusan lainnya akan berusaha mendapatkan informasi mengenai arus kas perusahaan di masa datang. Informasi ini dapat mereka peroleh melalui laporan yang dihasilkan perusahaan. Basis akrual menyediakan informasi ini dengan melaporkan arus kas masuk dan arus kas keluar yang berhubungan dengan aktifitas earning. Basis akrual merupakan salah satu asumsi dasar penyusunan laporan keuangan. Basis ini mengakui pendapatan saat diperoleh dan membebankan pendapatan tanpa mempertimbangkan waktu pembayaran diterima atau dikeluarkan. Dengan kata lain, basis akrual membantu memprediksi arus kas masa depan dengan melaporkan transaksi dan kejadian dengan konsekuensi kas yang diterima saat transaksi atau kejadian terjadi, bukan saat kas diterima atau dibayar. Piutang dan utang merupakan akun utama yang menjadi indikator estimasi untuk arus kas masuk dan keluar masa depan. Keberadaan akrual penting untuk suatu laporan keuangan. Akrual merupakan komponen utama pembentuk laba. Secara teknis, akrual merupakan perbedaan antara kas dan laba.
22
3. Efektivitas Komite Audit Menurut Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor: KEP-643/BL/2012, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris. Pembentukan Komite Nasional Good Corporate Governance di Indonesia menegaskan peran komite audit. Peran dan tanggung jawab komite audit dituangkan dalam charter komite audit yang secara umum dikelompokkan menjadi tiga bagian besar, yaitu financial reporting, corporate governance, dan risk and control management. SEC (Security of Exchange and Commision) mengindikasikan bahwa komite audit memiliki peran penting dalam sistem pelaporan keuangan dengan melakukan pengawasan kegiatan manajemen dan auditor dalam proses pelaporan keuangan (SEC, 1999 dalam Bryan et al., 2004). Perusahaan publik diwajibkan membentuk komite audit sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Ketua BAPEPAM-LK Nomor: KEP-643/BL/2012. Bryan et al. (2004) menyatakan bahwa tanggung jawab komite audit adalah melakukan penunjukkan terhadap auditor eksternal dan mengevaluasi laporan keuangan perusahaan, berinteraksi dengan manajer keuangan internal dan auditor internal dan mereview pengendalian internal perusahaan. Komite audit membantu dewan komisaris untuk memonitor proses pelaporan keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan (Anderson et al., 2003). Komite Audit berwenang untuk mengakses catatan atau informasi tentang karyawan, dana, serta sumber daya perusahaan lainnya yang berkaitan dengan 23
pelaksanaan tugasnya, dan bekerja sama dengan auditor internal dalam melakukan pengawasan (BAPEPAM-LK Nomor: KEP-643/BL/2012). Klein (2006) menyebutkan bahwa area penyelidikan komite audit mencakup penilaian manajemen, estimasi akuntansi, penyesuaian audit, ketidaksepahaman manajemen dan auditor eksternal, dan transaksi antara perusahaan dan karyawan. Komite audit juga meneliti masalah hukum dan peraturan pemerintah karena mereka berhubungan dengan laporan keuangan perusahaan dan untuk menilai profil risiko kegiatan perusahaan dan pengendalian internal. Komite Audit menyediakan komunikasi formal antara dewan, manajemen, auditor eksternal dan auditor internal (Bradbury, Mak dan Tan, 2004 dan Klein, 2006). Komite audit juga bertugas sebagai pihak penengah apabila terjadi selisih pendapat antara manajemen dan auditor mengenai interpretasi dan penerapan
prinsip
akuntansi
yang
berlaku
umum (Dye, 1988; Atle dan
Nalebuff, 1991 dalam Bradbury et al, 2004). Adanya komunikasi formal antara komite audit, auditor internal, dan auditor eksternal akan menjamin proses audit internal dan eksternal dilakukan dengan baik. Proses audit internal dan eksternal yang baik akan meningkatkan akurasi laporan keuangan dan kemudian meningkatkan kepercayaan terhadap laporan keuangan (Anderson et al. 2003). Price Waterhouse (1980) dalam Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa investor, analis dan regulator menganggap komite audit memberi kontribusi dalam kualitas pelaporan keuangan dengan meningkatkan integritas dan kredibilitas melalui: (1) Pengawasan atas proses pelaporan termasuk sistem pengendalian internal dan penggunaan prinsip akuntansi berterima umum. 24
(2) Mengawasi proses audit secara keseluruhan. Bryan et al. (2004) menekankan peran komite audit dalam pengawasan pada kegiatan pelaporan keuangan, terutama dalam penyusunan laba di perusahaan dengan melihat independensi dan efektivitas komite audit. Penelitian yang pernah ada sebelumnya menyarankan ukuran komite audit, independensi, keahlian dan jumlah rapat komite audit mempengaruhi efektivitas komite audit dalam melakukan pengawasan atau monitoring (DeZoort dan Salterio, 2001; Klein, 2002; Siregar and Utama, 2008; Metawee, 2013 dalam Soliman dan Ragab, 2014). a.
Ukuran Komite Audit Komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen dan sekurang-kurangnya dua orang anggota lainnya berasal dari luar emiten atau perusahaan publik (Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor: KEP-643/BL/2012). Untuk membuat komite audit yang efektif dalam
pengendalian
dan
pemantauan
perusahaan, komite harus memiliki
atas
kegiatan
anggota
pengelolaan
yang cukup untuk
melaksanakan tanggungjawab (Kristanti dan Syafrudin, 2012). Jumlah anggota
komite
audit
yang
harus
lebih
dari
satu
orang
ini
dimaksudkan agar komite audit dapat mengadakan rapat dan bertukar pendapat satu sama lain. Hal ini dikarenakan masing-masing anggota komite
audit
memiliki
pengetahuan keuangan
pengalaman
tata
kelola
perusahaan
dan
yang berbeda-beda (Kristanti dan Syafrudin,
2012). 25
Anderson et al. (2003) menemukan bahwa ukuran komite audit yang lebih kecil memiliki efektivitas yang lebih besar dan dapat meningkatkan kualitas laba yang dilaporkan. Menurut teori ketergantungan sumber daya, efektivitas komite Audit meningkat ketika ukuran komite meningkat, karena komite memiliki sumber daya yang lebih untuk menangani masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan (Kristanti dan Syafruddin, 2012). Oleh karena itu, diharapkan keberadaan komite audit yang efektif dapat membantu dalam meningkatkan kualitas laba yang dilaporkan. b.
Jumlah Rapat Komite Audit Untuk menentukan efektivitas komite audit dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan, Hrici (2010) dalam Salehi, Zanjirdar dan Zarei (2012) menggunakan aktivitas atau jumlah rapat komite audit sebagai salah satu faktornya. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mewajibkan komite audit untuk mengadakan rapat tiga sampai empat kali dalam satu tahun (Kristanti dan Syafrudin, 2012). Efektivitas Komite Audit dalam melaksanakan peran pengawasan atas proses pelaporan keuangan dan pengendalian internal memerlukan rapat rutin yang akan membantu komite audit dalam memeriksa sistem pengendalian internal, dan dalam hal menjaga informasi manajemen (McMullen dan Raghunandan, 1996 dalam Kristanti dan Syafrudin, 2012). Klein (2006) menemukan bahwa frekuensi pertemuan atau rapat komite audit dapat membantu meningkatkan kualitas informasi laba. 26
Collier
dan
Gregory
(1999)
dalam
Kristanti, et.al., (2012)
mengungkapkan bahwa komite audit yang menyelenggarakan jumlah rapat yang lebih sering memberikan mekanisme pengawasan dan pemantauan kegiatan keuangan yang lebih efektif, meliputi persiapan dan pelaporan informasi keuangan perusahaan. Dengan melakukan rapat secara periodik, komite audit dapat mencegah dan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan oleh manajemen karena aktivitas pengendalian internal perusahaan dilakukan secara terus menerus dan terstruktur sehingga setiap permasalahan dapat cepat terdeteksi dan diselesaikan dengan baik oleh manajemen. Sharma (2009) dalam Barua (2010) membuktikan bahwa perusahaan yang memiliki komite audit dengan tingkat frekuensi pertemuan yang kecil akan cenderung menghasilkan laporan keuangan yang kurang berkualitas. Treadway Commission (National Commission on Fraudulent Financial Reporting, 1987), Public Oversight Board (1993), SEC Chairman Levitt (1998) dan the Blue Ribbon Committee (BRC, 1999) dalam (Barua, 2010) menyarankan agar komite audit sering melakukan pertemuan agar memungkinkan untuk komunikasi yang lebih baik antara anggota komite audit dan auditor (eksternal dan internal) dan memungkinkan komite audit menjadi lebih efektif dalam melakukan tugasnya.
27
c.
Keahlian Akuntansi Komite Audit Tugas utama komite audit adalah untuk mengawasi proses keuangan perusahaan, maka sangat penting untuk mempercayai bahwa anggota komite audit dengan keahlian keuangan (terutama keahlian akuntansi) memiliki sarana yang lebih efektif untuk memonitor manajemen praktek pelaporan keuangan untuk menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas tinggi. Temuan dari studi akademik yang ada umumnya mendukung prediksi dan menemukan bahwa kehadiran anggota komite audit dengan keahlian keuangan secara positif terkait dengan kualitas pelaporan keuangan. Misalnya, Carcello dan Neal (2006) dalam Kusnadi (2015) menemukan bahwa audit independen anggota komite dengan keahlian akuntansi dan beberapa jenis non-akuntansi keahlian keuangan yang paling efektif dalam mengurangi manajemen laba. Melalui pengendalian internal yang lemah sebagai ukuran kualitas pelaporan keuangan, Zhang
dan Zhou (2007) menemukan bahwa
perusahaan lebih mungkin untuk diidentifikasi dengan kelemahan pengendalian internal jika komite audit mereka memiliki sedikit keahlian akuntansi keuangan dan keahlian non-akuntansi keuangan. Namun, dua studi terbaru menemukan hasil bertentangan tentang peran keahlian akuntansi dan keahlian non-akuntansi. Krishnan dan Visvanathan (2008) meneliti komposisi audit komite untuk sampel dari S & P 500 perusahaan, menemukan bahwa hanya akuntansi keahlian keuangan, bukan-akuntansi non keahlian keuangan, 28
yang positif terkait dengan konservatisme, sifat dasar laporan keuangan. Di sisi lain, Goh (2009) dalam Kusnadi, et.al. (2015), menemukan bahwa hanya non-akuntansi keahlian keuangan, bukan selain akuntansi keahlian keuangan, berhubungan positif dengan ketepatan waktu perusahaan diremediasi kelemahan material dalam pengendalian internal. Selain itu komite audit harus memiliki integritas tinggi, kemampuan, pengetahuan dan
pengalaman
yang
memadai
sesuai
dengan
latar
belakang
pendidikannya, serta mampu berkomunikasi dengan baik. 4. Ukuran Perusahaan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ukuran diartikan sebagai: (1) Hasil mengukur; (2) panjang lebar, luas, besar sesuatu (3) bilangan yang menunjukkan besar satuan ukuran suatu benda; (4) Alat untuk mengukur (seperti meter, jengkal,dll). Soemarso (2004) dalam Fajri (2013), ukuran perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah melakukan produksi dan distribusi guna memenuhi kebutuhan ekonomis manusia. Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size nilai pasar saham, jumlah karyawan dan lain-lain. Menurut Machfoedz (1999) dalam Fajri (2013), pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu: perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm), perusahaan kecil (small firm). Besar kecilnya perusahaan dapat mempengaruhi
29
kemampuan manajemen untuk mengoperasikan perusahaan dengan berbagai situasi dan kondisi yang dihadapinya. Secara teoritis, perusahaan yang lebih besar biasannya memiliki kepastian (certainty) dan tingkat return yang lebih besar pula daripada perusahaan yang relatif kecil sehingga mengurangi ketidakpastian atau risiko mengenai prospek perusahaan ke depan, sehingga hal tersebut dapat membantu para investor dalam memprediksi risiko yang mungkin akan terjadi jika investor tersebut berinvestasi pada perusahaan tersebut. Firt dan Smit (1992) dalam Fajri (2013) menjelaskan alasan perusahaan besar mampu lebih baik adalah karena memiliki kontrol yang lebih baik terhadap pasar. Dengan demikian mereka mampu menghadapi persaingan ekonomi atau rentan terhadap fluktuasi ekonomi. 5. Leverage Financial leverage adalah pembiayaan sebagian asset perusahaan melalui hutang dengan tingkat pengembalian yang nilainya tetap yang diharapkan akan meningkatkan laba para investor (Keown, 2000). Menurut Supriadi (2010), leverage keuangan adalah penggunaan sumber dana yang menimbulkan beban tetap keuangan. Kurniawati (2015) menyatakan financial leverage dapat meningkatkan tingkat profitabilitas perusahaan khususnya laba para investor. Tingkat leverage sendiri menggambarkan tingkat kemampuan bertahan hidup perusahaan dilihat dari sisi jangka panjang. Konsep leverage keuangan juga mengacu pada jumlah pendanaan utang dalam struktur modal perusahaan Menurut Sawir (2008) rasio leverage mengukur tingkat solvabilitas suatu perusahaan. Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi 30
segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan pada saat itu dilikuidasi. Rasio leverage merupakan rasio yang memperlihatkan tingkat aktifitas perusahan yang dibiayai dari penggunaan utang. Perusahaan yang tingkat leveragenya tinggi berarti perusahaan tersebut sangat bergantung dari hutang dari pihak luar untuk membiayai aktifitasnya. Leftwitch, Watt dan Zimmerman (1981) dalam Karami dan Akhgar (2014) menunjukkan bahwa perusahaan dengan leverage yang tinggi memiliki biaya yang lebih tinggi. Semakin tinggi tingkat leverage (rasio utang/ekuitas) semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi (Belkaoui & Karpik, 1989 dalam Anugerah, 2010). Supaya laba yang dilaporkan tinggi maka
manajer
harus
mengurangi
biaya-biaya
(termasuk
biaya
untuk
mengungkapkan informasi). Dengan demikian mewakili lebih banyak permintaan untuk pengawasan. Oleh karena itu, kualitas pelaporan keuangan berkaitan dengan struktur pendanaan perusahaan. Besarnya leverage perusahaan akan menyebabkan perusahaan meningkatkan kualitas pelaporan keuangan dengan tujuan untuk mempertahankan kinerja yang baik di mata investor dan auditor. Dengan kinerja yang baik tersebut maka diharapkan kreditor tetap memiliki kepercayaan terhadap perusahaan, tetap mudah mengucurkan dana, dan perusahaan akan memperoleh kemudahan dalam proses pembayaran (Cohen, 2003 dalam Karami dan Akhgar, 2014 ). Teori agensi juga sangat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara rasio utang terhadap modal perusahaan dan kualitas pelaporan keuangan. Ketika 31
rasio utang terhadap kenaikan modal, transfer kekayaan dilakukan dari pihak yang diutamakan (kreditur, pemilik obligasi dan saham istimewa dari perusahaan) ke seluruh pemegang saham perusahaan. Financial leverage dapat diukur dengan degree of financial leverage (DFL), debt ratio (DR), total debt to equity ratio (DER), dan time interest earned ratio (TIER).
B. Penelitian Sebelumnya Berikut ini adalah penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terkait dengan variable-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini
32
Tabel 2.1 Daftar Penelitian Sebelumnya No
Penelitian (Tahun)
1.
Andrew J. Felo, Srinivasan Krishnamurthy, Steven A. Soleiri (2003)
2.
3.
Judul Penelitian Audit Committee Characteristics and the Perceived Quality of Financial Reporting: An Empirical Analysis
Metodologi Penelitian Persamaan
Perbedaan
Ukuran Komite Audit, Keahlian Akuntansi Komite Audit, Kualitas Laporan Keuangan
Jumlah Rapat Komite Audit
Sugeng Pamudji Pengaruh Independensi dan Aprillya Dan Efektivitas Komite Trihartati (2010) Audit Terhadap Manajemen Laba
Jumlah Rapat Komite Audit
Ukuran Komite Audit, Keahlian Akuntansi Komite Audit
Husam Aldamen, Keith Duncan, Simone Kelly, Ray McNamara dan Stephan Nagel (2011)
Ukuran Komite Audit, Jumlah Rapat Komite Audit dan Keahlian Keuangan Komite Audit
Kualitas Laporan Keuangan
Audit Committee Characteristics and Firm Performance during the Global Financial Crisis
Bersambung pada halaman selanjutnya
Hasil Penelitian Persentase anggota komite audit yang memiliki keahlian di bidang akuntansi atau manajemen keuangan berhubungan positif dengan kualitas pelaporan keuangan. Hubungan positif antara ukuran komite audit dan kualitas pelaporan keuangan. Perilaku komite audit tidak berdampak secara signifikan pada earnings management
Komite audit yang lebih kecil dengan lebih banyak pengalaman dan keahlian keuangan lebih mungkin terkait dengan kinerja perusahaan yang positif di pasar.
Tabel 2.1 (Lanjutan) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
No
Penelitian (Tahun)
4.
Nina Pertiwi (2012)
5.
Eni Wuryani (2012) Company Size In Response Ukuran To Earnings Management Perusahaan And Company Performance
6.
Shehu Usman Hassan (2013)
Hubungan Antara Performa Komite Audit dengan Earnings Quality
Financial Reporting Quality, Does Monitoring Characteristics Matter? An Empirical Analysis of Nigerian Manufacturing Sector.
Bersambung pada halaman selanjutnya
Persamaan Ukuran Komite Audit, Jumlah Rapat Komite Audit
Ukuran Komite Audit, Jumlah Rapat Komite Audit, Kualitas Laporan Keuangan, Leverage
Perbedaan
Hasil Penelitian
Kualitas Laporan Keuangan, Keahlian Akuntansi Komite Audit Ukuran, Jumlah Rapat, Keahlian Keuangan Komite Audit, Kualitas Laporan Keuangan
Performa komite audit yang dinilai dengan independensi memiliki pengaruh negatif signifikan dengan earning restatements
Keahlian Akuntansi Komite Audit, Ukuran Perusahaan
Komite audit menyiratkan karakteristik pemantauan yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan.
Ada pengaruh signifikan dan positif variabel ukuran perusahan terhadap earning management
Tabel 2.1 (lanjutan) No. Penelitian (Tahun) 7.
8.
Nurul Mutmainnah dan Ratna Wardhani (2013)
Judul Penelitian Analisis Dampak Kualitas Komite Audit Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Perusahaan Dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderasi
Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan Ukuran Komite Ukuran Audit, Jumlah perusahaan Rapat, Keahlian Akuntansi Komite Audit dan Leverage
Effect of Company’s Size Ukuran and Leverage Features in Perusahaan The Quality of Financial Leverage Reporting of Companies Listed in Tehran Stock Exchange Bersambung pada halaman selanjutnya Afshar Karami dan Mohammadomid Akhgar (2014)
Hasil Penelitian
Keahlian komite audit di bidang keuangan meningkatkan persistensi dan prediktabilitas laba. Ukuran komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap persistensi dan berpengaruh negatif terhadap prediktabilitas laba dan konservatisme. Jumlah rapat anggota komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap persistensi, prediktabilitas laba, dan konservatisme. Ukuran, Jumlah Ukuran Perusahaan dan Rapat dan berpengaruh negative terhadap Keahlian kualitas laporan keuangan. Akuntansi Leverage berpengaruh Komite Audit signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.
Tabel 2.1 (lanjutan) Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan 9. Yuanto Kusnadi, Audit Committees and Ukuran Komite Jumlah rapat Kwong Sin Leong, Financial Reporting Audit dan komite audit, Themin Suwardy, Quality in Singapore Keahlian ukuran Jiwei Wang (2015) Akuntansi perusahaan, Komite Audit leverage Sumber : Data yang diolah No. Penelitian (Tahun)
Judul Penelitian
Hasil Penelitian Kualitas pelaporan keuangan akan lebih bernilai tinggi jika komite audit memiliki keahlian dalam akuntansi, keuangan dan pengawasan
C. Kerangka Pemikiran Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Terjadinya skandal laporan keuangan dengan pelaporan keuangan yang menyesatkan Variabel Independen Efektivitas Komite Audit 1. Ukuran Komite Audit (X1) (Felo et.al, 2003) (Aldamen et.al, 2011) (Mutmainnah et.al, 2013) (Hassan, 2013) 2. Jumlah Rapat (X2) (Aldamen et.al, 2011) (Pamudji et.al, 2010) (Hassan, 2013)
Variabel Dependen Kualitas Laporan Keuangan (Y) (Choi, et al.) (2011) (Hassan) (2013) (Kusnadi, et al.) (2015)
3. Keahlian Akuntansi Komite Audit (X3) (Aldamen et.al, 2011) (Badolato, et.al, 2014) (Kusnadi, et.al, 2015) 4. Ukuran Perusahaan (X4) (Karami dan Akhgar, 2014) 5. Leverage (X5) (Fanani, 2009) (Hidayat, 2012)
Purposive Sampling Regresi Berganda Uji Asumsi Klasik
Koefisien Determinasi (AdjR2)
1. Uji Multikolinearitas 2. Uji Autokorelasi 3. Uji Heterokedastisitas
Uji Hipotesis 1. Uji F 2. Uji t Pembahasan Kesimpulan dan Saran
37
D. Keterkaitan Antara Variabel 1.
Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan Anderson et al. (2003) menemukan bahwa semakin kecil komite audit maka akan semakin meningkat kualitas laba yang dilaporkan. Penelitian Felo, et al. (2003) menunjukkan adanya hubungan positif antara ukuran komite audit dan kualitas laporan keuangan. Sementara, menurut Hassan (2013), komite audit yang lebih besar lebih mungkin untuk dapat mencurahkan waktu dan usaha yang cukup untuk memastikan bahwa informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu dan karenanya meningkatkan kualitas pelaporan keuangan. Lin dan Yang (2006) dalam Mutmainnah dan Wardhani (2013) menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anggota komite audit dalam sebuah perusahaan, maka kesalahan dalam laporan keuangan akan semakin kecil. Dengan semakin banyaknya anggota komite audit dalam suatu perusahaan, cakupan dalam aspek monitoring terhadap risiko-risiko yang dihadapi perusahaan menjadi lebih baik. Hal ini tentunya akan meningkatkan kualitas laporan keuangan.
2.
Pengaruh Jumlah Rapat Komite Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan Treadway Commission (National Commission on Fraudulent Financial Reporting, 1987), Public Oversight Board (1993), SEC Chairman Levitt (1998) , dan The Blue Ribbon Committee (BRC, 1999) menyarankan agar komite audit sering melakukan pertemuan agar memungkinkan untuk 38
komunikasi yang lebih baik antara anggota komite audit dan auditor. Hal ini memungkinkan komite audit menjadi lebih efektif dalam melakukan tugasnya (Barua, 2010). Bryan et al. (2004) menemukan bahwa efektivitas atas komite audit direkomendasikan untuk meningkatkan pengawasan komite audit dari proses pelaporan laporan keuangan dan menyarankan elemen Sarbanes-Oxley Act untuk meningkatkan kualitas laba. Menon dan William (1994) dalam Hassan (2013) menyatakan komite audit yang bertemu hanya sekali tidak mungkin memonitor secara efektif sementara komite audit yang bertemu beberapa kali mengerahkan upaya yang lebih serius dalam pengelolaan pemantauan yang meningkatkan kualitas informasi keuangan yang akan dilaporkan. Penelitian Tiras (2004) dalam Mutmainnah dan Wardhani (2013) menyatakan bahwa komite audit yang mengadakan rapat atau pertemuan secara teratur akan berpengaruh positif terhadap
kualitas
laporan
keuangan
perusahaan.
Jumlah
rapat
ini
memproksikan monitoring. Semakin tingginya intensitas rapat yang dilakukan oleh komite audit, maka kualitas monitoring yang dijalankan semakin baik dan hal tersebut akan meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan. 3. Pengaruh Keahlian Akuntansi Komite Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan Kusnadi, et. al (2015) menyatakan salah satu tugas utama komite audit adalah untuk mengawasi proses keuangan perusahaan, maka anggota komite audit yang memiliki keahlian keuangan (terutama keahlian akuntansi) 39
tentunya lebih efektif dalam memonitor manajemen dalam praktek pelaporan keuangan untuk menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas tinggi. Sementara, Aldamen, et al. (2011) menyatakan komite audit yang memiliki lebih banyak pengalaman dan keahlian keuangan lebih mungkin terkait dengan kinerja perusahaan yang positif di pasar. Anggota komite audit seharusnya memiliki kemampuan dan keahlian dalam bidang keuangan dan akuntansi. Hal ini diharapkan agar komite audit dapat memperbaiki pengerjaan kualitas laporan keuangan (Salehi, et.al, 2012). Zhang et al. (2007) menggunakan kelemahan pengendalian internal sebagai ukuran kualitas pelaporan keuangan menemukan bahwa perusahaan lebih mungkin memiliki kelemahan pengendalian internal jika komite audit mereka memiliki keahlian keuangan. Penelitian terdahulu juga menunjukkan bahwa komite audit dengan tingkat keahlian di bidang akuntansi dan keuangan akan berpengaruh positif terhadap kualitas informasi keuangan yang disajikan perusahaan (McDaniel, 2004) dalam Mutmainnah dan Wardhani (2013) 4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Laporan Keuangan Chtourou dan Courteau (2001) menemukan bahwa ukuran perusahaan di Amerika Serikat berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba dibandingkan perusahaan kecil. Sedangkan penelitian di Indonesia oleh Siregar dan Utama (2006) menemukan bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan menggunakan natural logaritma nilai pasar 40
ekuitas perusahaan pada akhir tahun berpengaruh signifikan negatif terhadap besaran pengelolaan laba, artinya semakin besar ukuran perusahaan semakin kecil besaran pengelolaan labanya. Berbeda dengan penelitan yang sebelumnya, Nasution dan Setiawan (2007) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. 5. Pengaruh leverage terhadap Kualitas Laporan Keuangan Peningkatan leverage akibat aktivitas pinjaman mungkin berdampak terhadap earnings management behavior. Makin lama perusahaan memungkinkan makin kecilnya diskresi dalam kualitas pelaporan keuangan dan akan mempunyai sedikit variabilitas dalam akrual (Gu et.al, 2002 dalam Fanani, 2009). Manajer memiliki insentif laporan keuangan yang berkualitas tinggi seiring dengan peningkatan konflik agensi antara shareholder dengan debtholder yang timbul dari jumlah leverage pada struktur modal perusahaan (Barton dan Waymire, 2004 dalam Hidayat, 2012). Besarnya leverage perusahaan akan menyebabkan perusahaan meningkatkan
kualitas
pelaporan
keuangan
dengan
tujuan
untuk
mempertahankan kinerja yang baik di mata investor dan auditor. Dengan kinerja yang baik tersebut maka diharapkan kreditor tetap memiliki kepercayaan terhadap perusahaan, tetap mudah mengucurkan dana, dan perusahaan akan memperoleh kemudahan dalam proses pembayaran (Cohen, 2003). Penelitian Karami dan Akhgar (2014) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. 41
6. Pengaruh Efektivitas Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan Leverage terhadap Kualitas Laporan Keuangan Komite audit yang efektif melalui ukuran, jumlah rapat dan keahlian akuntansi dapat meningkatkan fungsi pengawasannya terhadap kualitas laporan keuangan perusahaan. Adanya pengawasan ini juga dapat mengontrol arus kas pada laporan keuangan untuk menciptakan persistensi laba yang baik, sehingga tingkat ketergantungan perusahaan pada hutang (leverage) tidak terlalu tinggi. Jika tingkat leverage perusahaan tidak terlalu tinggi, maka kestabilan perusahaan dapat tercapai. Perusahaan yang stabil umumnya merupakan perusahaan besar yang mampu meningkatkan kualitas laporan keuangan. Dengan demikian, efektivitas komite audit, ukuran perusahaan dan leverage secara simultan dapat meningkatkan kualitas laba, yang berarti meningkatkan kualitas laporan keuangan.
42
E. Hipotesis Adapun perumusan hipotesis yang dapat disusun adalah sebagai berikut : H1
: Ukuran komite audit berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan
H2
: Jumlah rapat komite audit berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan
H3
: Keahlian akuntansi komite audit berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan
H4
: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan.
H5
: Leverage berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan
H6
: Ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit, keahlian akuntansi __komite audit, ukuran perusahaan dan leverage berpengaruh secara __simultan terhadap kualitas laporan keuangan
43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen yaitu ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit, keahlian akuntansi komite audit, ukuran perusahaan, dan leverage terhadap variabel dependen, yaitu kualitas laporan keuangan. Objek penelitian ini adalah perusahaan di sektor real estate property dan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014.
B.
Metode Penentuan Sampel Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel
secara
tidak
acak
yang
informasinya
diperoleh
menggunakan
pertimbangan tertentu umumnya disesuaikan dengan tujuan penelitian. Dengan metode tersebut sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang ditentukan. Sampel dipilih atas dasar kriteria sebagai berikut: 1. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di sektor real estate, property dan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan tidak mengalami delisting pada 2010-2014.
44
2. Laporan tahunan yang dipublikasikan tersedia lengkap periode 20102014 3. Laporan tahunan yang dipublikasikan memiliki informasi yang konsisten (mencantumkan jumlah pertemuan komite audit dalam setahun) pada periode 2010-2014 4. Laporan tahunan yang tersedia mengungkapkan profil komite audit secara lengkap.
C.
Metode Pengumpulan Data Sumber data penelitian merupakan salah stau faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan. 1. Penelitian Pustaka (Library Research) Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Seluruh data bersumber dari laporan tahunan, laporan keuangan auditan dan Indonesia Capital Market Directory perusahaan
real
estate, property dan konstruksi dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 sampai dengan 2014 yang telah dipublikasikan secara lengkap. 45
Data dikumpulkan dengan mempelajari data-data yang diperoleh dari sumber data sekunder, kemudian dilanjutkan dengan pencatatan dan penghitungan. Data-data tersebut diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id dan website perusahaan.
D.
Metode Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis suatu permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif. Analisis kuantitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan bantuan SPSS 21. Analisis ini menggunakan teknik statistik deksriptif, uji asumsi klasik, uji hipotesis dan uji statistik. Adapun metode yang digunakan peneliti yaitu: 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, dan range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi). Hal ini perlu dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian (Imam Ghozali, 2013:19).
46
2. Uji Asumsi Klasik Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka peneliti melakukan uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas. a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan sebelum melakukan uji asumsi klasik lainnya. Hal ini dikarenakan data yang baik dan layak untuk digunakan adalah data yang berdistribusi normal. Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah didalam model regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya memiliki distribusi normal atau mendekati mormal. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Walaupun normalitas suatu variabel tidak selalu diperlukan dalam analisis akan tetapi hasil uji statistik akan lebih baik jika semua variabel berdistribusi normal (Ghozali, 2013:30). Penelitian ini mengunakan Uji Statistik Kolomogorov Sminorv untuk mengetahui normal atau tidaknya data. Data dikatakan normal jika nilai probabilitas
yang
dihasilkan
(asymp
sig.)
lebih
besar
dari
nilai
siginifikansinya. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 5%. b. Uji Multikolonieritas Pengujian multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas (multiko).
47
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Imam Ghozali, 2013:105). Menurut Ghozali (2013:105) multikolinearitas dapat juga diihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang disajikan oleh variabel bebas lainnya.
Dalam
pengertian
sederhana
setiap
variabel bebas menjadi variabel terikat dan diregres terhadap variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF= 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF di atas 10. Setiap analisis harus menentukan tingkat kolinearitas yang masih dapat
ditolerir.
Pengujian
multikolinearitas
dilakukan
dengan
menggunakan nilai VIF. c.
Uji Autokorelasi Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi (Imam Ghozali, 2013:110). Uji autokorelasi dilakukan dengan Durbin Watson (DW test) Menurut
Ghozali,
pengambilan
keputusan
ada
tidaknya
autokorelasi adalah sebagai berikut : 48
1) Jika 0 < d < dl, maka tidak ada autokorelasi positif sehingga keputusan yang diambil adalah tolak. 2) Jika dl ≤ d ≤ du, maka tidak ada autokorelasi positif sehingga tidak ada keputusan yang dapat diambil. 3) Jika 4-dl < d < 4, maka tidak ada korelasi negatif sehingga keputusan yang diambil adalah tolak. 4) Jika 4-du ≤ d ≤ 4-dl, maka tidak ada korelasi negatif sehingga tidak ada keputusan yang dapat diambil. 5) Jika du < d < 4-du, maka tidak ada autokorelasi postif atau negatif sehingga keputusan yang dapat diambil adalah tidak ditolak. d. Uji Heterokedastisitas Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varian dari residual dari satu pengamatan ke pangamatan lainnya tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik bersifat homokedastisitas dan tidak heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2013:139). Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan menggunakan Uji Glejser dengan meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika variabel independen signifikan secara statistik, maka ada indikasi terjadi Heterokedastisitas. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,01. 49
3. Uji Koefisien Determinasi Koefisien Determinasi (R2) pada intinya adalah mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai Koefisien Determinasi (R2) adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai Koefisien Determinasi (R2) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013:97). Tetapi, penggunaan koefisien determinasi (R2) memiliki kelemahan mendasar yaitu bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Jadi, setiap tambahan satu variabel independen, maka koefisien determinasi (R2) akan meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan digunakan nilai adjusted R2, untuk mengevaluasi model regresi (Ghozali, 2013:97) 4. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis data yang valid dan mendukung hipotesis yang dikemukakan pada penelitian ini. Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model persamaan regresi berganda. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Y = α + β1X1+ β2X2+ β3X3 + β4X4 + β5X5 + ε
50
Keterangan : Y
: Kualitas Akrual
α
: Konstanta
β
: Koefisien variabel
X1
: Ukuran Komite Audit
X2
: Jumlah rapat Komite Audit
X3
: Keahlian Akuntansi Komite Audit
X4
: Ukuran Perusahaan
X5
: Leverage
ε
: Error term Pengujian hipotesis dilakukan melalui pengujian uji F dan uji t. a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statisitik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen/bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang di uji pada tingkat signifikan 0,05 (Ghozali, 2013:98). Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak/Ha diterima, hal ini berarti bahwa semua variabel independen secara bersama-sama dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0 tidak dapat ditolak/Ha ditolak, hal ini berarti bahwa semua variabel independen tidak mempunyai 51
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013:98). b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji statistik t) Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen, secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2011:98). Langkah yang digunakan dalam menguji hipotesis ini adalah dengan menentukan level of significance-nya. Level of significance yang digunakan adalah sebesar 5% atau (α) = 0,05. Jika sign t > 0,05 maka Ha ditolak, namun jika sign t < 0,05 maka Ha diterima dan berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen (Ghozali, 2013:99).
E.
Operasionalisasi Variabel Di dalam penelitian ini variabel-variabel penelitian diklasifikasikan menjadi dua kelompok variabel, yaitu variabel bergantung (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable). Variabel bergantung pada penelitian ini adalah kualitas laporan keuangan, dan yang menjadi variabel bebas adalah ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit, keahlian akuntansi komite audit, ukuran perusahaan dan leverage.
52
1.
Kualitas Laporan Keuangan Penelitian Francis et al. (2005) dalam Fanani (2009) menunjukkan atribut-atribut kualitas pelaporan keuangan berbeda satu dengan lainnya atau tidak terjadi tumpang tindih (overlap) antar atribut kualitas pelaporan keuangan. Hasilnya menunjukkan bahwa kualitas akrual menduduki urutan pertama atau lebih unggul dibandingkan dengan atribut lainnya. Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitas laporan keuangan yang diukur menggunakan kualitas akrual model Dechow dan Dichev (2002). Dasar Dechow dan Dichev Model mengasumsikan bahwa kualitas akrual tergantung pada bagaimana tepatnya akrual saat mengarah ke masa lalu, arus kas sekarang dan masa depan. Presisi tinggi pada pemetaan akrual saat ini dan arus kas menunjukkan kualitas pelaporan keuangan yang tinggi. ΔWCt = a0 + a1CFOt-1 + a2CFOt + a3CFOt+1 + ε t ΔWC
: change in working capital (ΔPiutang Usaha + ΔPersediaan – ΔUtang Usaha + ΔAsset lainnya) dibagi rata rata asset
CFO
: arus kas dibagi rata rata asset Residual untuk model DD dimodifikasi setelah memasukkan data
perusahaan sampel mewakili kualitas laporan keuangan. Diasumsikan bahwa standar deviasi residual tinggi (besar) menunjukkan kualitas laba rendah, sehingga persistensi laba juga rendah. Sebaliknya, jika standar deviasi residual rendah (kecil) menunjukkan kualitas laba tinggi, dan persistensi laba juga tinggi. 53
2.
Ukuran Komite Audit Ukuran Komite Audit juga menjadi hal yang penting. Seberapa efektif komite audit dapat berjalan dengan adanya jumlah anggota komite audit, karena tingkat efektivitas komite Audit juga dapat dinilai dari jumlah anggota Komite Audit. Ukuran komite audit dapat diukur dengan jumlah anggota komite audit (Anderson et al., 2003).
3.
Jumlah Rapat Komite Audit BRC (Bryan et al., 2004) menekankan bahwa kualitas laba dipengaruhi oleh peran komite audit yang independen dan efektif dalam melakukan
tugasnya.
Berdasarkan
BAPEPAM-LK
Nomor:
KEP-
643/BL/2012, mensyaratkan komite audit mengadakan rapat secara berkala paling kurang satu kali dalam 3 (tiga) bulan atau empat kali rapat dalam satu tahun. Jumlah rapat komite audit dalam penelitian ini diukur dari jumlah rapat yang dilakukan komite audit selama satu tahun (Bryan et al., 2004 dan Pamudji et al., 2010) 4.
Keahlian Akuntansi Komite Audit Salah satu tugas utama komite audit adalah untuk mengawasi proses keuangan perusahaan, maka anggota komite audit yang memiliki keahlian keuangan (terutama keahlian akuntansi) tentunya lebih efektif dalam memonitor
manajemen
dalam
praktek
pelaporan
keuangan
untuk
menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas tinggi. Keahlian keuangan komite audit diklasifikasikan dalam keahlian akuntansi dan keahlian keuangan. Sistem klasifikasi keahlian keuangan anggota komite audit 54
banyak digunakan dalam literatur yang ada (seperti DeFond, 2005 ; Krishnan et.al, 2008; dan Dhaliwal, Naiker dan Navissi 2010) dalam Kusnadi (2015). Klasifikasi pertama adalah dua kelompok yang berbeda: akuntansi ahli keuangan dan non-akuntansi ahli keuangan. Akuntansi ahli keuangan (ACCT) diklasifikasikan sebagai anggota komite audit yang bersertifikat akuntan publik (CPA) atau dengan pengalaman kerja sebelumnya sebagai chief financial officer (CFO), vice president of finance, financial controller, atau posisi akuntansi utama lainnya. 5.
Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan menunjukkan seberapa besar sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari jumlah asset, jumlah penjualan, rata-rata penjualan dan rata-rata total asset. Umumnya, ukuran perusahaan diukur dari batasan-batasan dari organisasi yang dibentuk (Kumar, Raghuram, Zingales, 1999 dalam Wuryani, 2012). Suci dan Herawaty (2005) dalam Wuryani (2012) menetapkan ukuran perusahaan dalam skala besar yang mana salah satunya dapat diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya, termasuk total asset dan nilai kapitalisasi pasar. Pada penelitian ini, ukuran perusahaan diukur menggunakan logaritma natural dari nilai kapitalisasi pasar. Nilai kapitalisasi pasar merupakan jumlah saham yang beredar dikali dengan harga saham.
55
6.
Leverage Menurut Irham Fahmi (2011), rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang. Secara umum, Irham Fahmi menyatakan ada beberapa rasio leverage yang dapat dijadikan sebagai metode pengukuran financial leverage, yaitu debt to total assets, debt to equity ratio, times interest earned, cash flow coverage, long-term debt to total capitalization, fixed charge coverage, dan cash flow adequency. Pada penelitian ini, leverage akan diukur dengan debt to total assets atau debt asset ratio.. Ini merupakan perbandingan total hutang dibagi dengan total asset.
56
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Variabel Ukuran Komite Audit (X1)
Indikator
Pengukuran
Jumlah anggota komite audit
Nominal
Jumlah Rapat Komite Audit
Jumlah rapat atau pertemuan
Nominal
(X2)
komite audit dalam setahun
(Felo, et al. 2003) (Aldamen, et.al, 2011)
(Aldamen, et.al, 2011) (Pamudji et.al, 2010) Keahlian Akuntansi Komite
Angka 1 diberikan jika paling
Audit (X3)
tidak 1 komite audit bersertifikat
(Kusnadi, et al., 2015)
akuntan publik (CPA) atau
Nominal
memiliki pengalaman kerja di KAP atau sebagai CFO, vice president of finance, financial controller dan 0 jika tidak. Ukuran Perusahaan (X4)
Logaritma Natural Kapitalisasi
Nominal
(Karami, et al., 2014)
Pasar
Leverage (X5)
Debt Asset Ratio
Rasio
Kualitas Laporan Keuangan
Kualitas Akrual Model Dechow
Nominal
(Y)
dan Dichev.
(Fanani, 2009) (Hidayat, 2012)
(Kusnadi, et al., 2015) (Hassan, 2013) Sumber : Data yang diolah
57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan real estate, property dan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 sampai dengan 2014. Perusahaan tersebut telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum 1 Januari 2010 dan selama periode penelitian tersebut tidak keluar dari Bursa Efek Indonesia atau mengalami delisting. Fokus penelitian ini adalah ingin melihat pengaruh efektivitas komite audit, ukuran perusahaan dan leverage terhadap kualitas laporan keuangan. Sampel perusahaan yang berhasil diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 25 perusahaan dengan total data 125 laporan tahunan. Perolehan data yang digunakan melalui website www.idx.co.id. Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tampak dalam tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel No. 1.
Kriteria Perusahaan real estate, property dan konstruksi yang terdaftar pada 2010-2014 di BEI dan tidak delisting pada periode tersebut 2. Tidak memiliki laporan tahunan yang lengkap periode 2010-2014 3. Tidak memiliki laporan tahunan yang konsisten (tidak mencantumkan jumlah rapat komite audit) periode 20102014 4. Tidak mencantumkan profil komite audit secara lengkap 5. Jumlah perusahaan sampel Jumlah sampel total selama 5 tahun Sumber : Data sekunder yang diolah 58
Jumlah 45
(3) (7)
(10) 25 125
Adapun nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada table 4.2 berikut : Tabel 4.2 Daftar Sampel Perusahaan No Kode Nama Perusahaan 1. ADHI PT. Adhi Karya, Tbk. 2. ASRI PT. Alam Sutera Realty, Tbk. 3. BCIP PT. Bumi Citra Permai, Tbk. 4. BIPP PT. Bhuwanatala Indah Permai, Tbk. 5. COWL PT. Cowell Development, Tbk. 6. CTRP PT. Ciputra Property, Tbk. 7. CTRS PT. Ciputra Surya Tbk. 8. DART PT. Duta Anggada Realty, Tbk. 9. DGIK PT. Nusa Konstruksi Enjiniring, Tbk. 10. DILD PT. Intiland, Tbk. 11. DUTI PT. Duta Pertiwi, Tbk. 12. ELTY PT. Bakrieland Development, Tbk. 13. GMTD PT. Gowa Makassar Tourism Development, Tbk. 14. GPRA PT. Perdana Gapuraprima, Tbk. 15. KIJA PT. Kawasan Industri Jababeka, Tbk. 16. KPIG PT. MNC Land, Tbk. 17. LPCK PT. Lippo Cikarang, Tbk. 18. LPKR PT. Lippo Karawaci, Tbk. 19. OMRE PT. Indonesia Prima Property, Tbk. 20. PTPP PP (Persero), Tbk. 21. PWON PT. Pakuwon Jati, Tbk. 22. SMDM PT. Suryamas Dutamakmur 23. SMRA PT. Summarecon Agung, Tbk. 24 SSIA PT. Surya Semesta Internusa, Tbk. 25. TOTL PT. Total Bangun Persada, Tbk. Sumber : Data sekunder yang diolah B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen (ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit,
59
keahlian akuntansi komite audit, ukuran perusahaan dan leverage) terhadap kualitas laporan keuangan. 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh sebanyak 125 data observasi untuk perusahaan real estate, property dan konstruksi yang berasal dari perkalian antara periode penelitian 5 tahun dari tahun 2010 sampai 2014 dengan jumlah perusahaan sampel 25 perusahaan. Berikut tabel hasil olahan data mengenai statistik deskriptif untuk perusahaan sektor real estate, property dan konstruksi sebagai berikut. Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N ACSIZE AC_MEET ACCT FSIZE LEV FRQ Valid N (listwise)
Minimum Maximum 125 125 125 125 125 125 125
2.00 1.00 .00 23.54 .07 -3.48
4.00 4.00 1.00 30.84 .85 3.93
Mean 2.9680 1.4880 .6800 28.2576 .4812 .0006
Std. Deviation .25196 .76849 .46835 1.47533 .18031 .98825
Sumber : Output SPSS Berdasarkan tabel 4.3, hasil analisis variabel independen dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap ukuran komite audit (ACSIZE) menunjukkan nilai minimum sebesar 2 dan nilai maksimum sebesar 4 dengan rata-rata 2,968 dan standar deviasi 0,25196. Hasil analisis variabel independen terhadap jumlah rapat komite audit (AC_MEET) menunjukkan nilai minimum 60
sebesar 1 dan nilai maksimum sebesar 4 dengan rata-rata 1,4880 dan standar deviasi 0,76849. Hasil analisis variabel independen terhadap keahlian akuntansi komite audit (ACCT) menunjukkan nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 1 dikarenakan variabel ini merupakan dummy. Sementara nilai rata-rata sebesar 0,68 dan standar deviasi 0,46835. Hasil analisis variabel independen terhadap ukuran perusahaan (FSIZE) menunjukkan nilai minimum sebesar 23,54 dan nilai maksimum sebesar 30,84 dengan rata-rata 28,2576 dan standar deviasi 1,47533. Hasil analisis variabel independen terhadap leverage (LEV) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,07 dan nilai maksimum sebesar 0,85 dengan rata-rata 0,4812 dan standar deviasi 0,18031. Hasil analisis variabel dependen terhadap kualitas laporan keuangan yang diukur dengan kualitas akrual (FRQ) menunjukkan nilai minimum sebesar 3,48 dan nilai maksimum sebesar 3,93 dengan rata-rata 0,0006 dan standar deviasi 0,98825. 2. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas data menggunakan uji Kolmogrov dan Smirnov. Selengkapnya mengenai hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 4.7 pada halaman selanjutnya.
61
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Mean Std. Deviation Absolute Most Extreme Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Normal Parametersa,b
125 .0000000 .92457853 .092 .079 -.092 1.033 .236
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Data Sekunder yang diolah Berdasarkan Tabel 4.7, nilai Kolomogorov-Smirnov adalah 1,033 dan signifikansi sebesar 0,236. Data terdistribusi normal bila signifikansinya lebih besar dari alpha (α=5%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal karena 0,236 > 0,05. b. Uji Multikolinearitas Uji multikolonieritas ini dilihat dari nilai tolerance (T) dan variance inflation factor (VIF). Uji multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel independen yaitu ukuran komite audit (ACSIZE), jumlah rapat komite audit (AC_MEET), keahlian akuntansi komite audit (ACCT), ukuran perusahaan (FSIZE), dan leverage (LEV). Hasil uji multikolonieritas pada penelitian ini tampak pada tabel 4.4 berikut
62
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics Tolerance ACSIZE
.952 .829
1.050 1.207
ACCT
.902
1.109
FSIZE
.919 .860
1.088 1.163
AC_MEET 1
VIF
LEV a. Dependent Variable: FRQ
Sumber : Data Sekunder yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.4, nilai tolerance berkisar antara 0,0829 sampai 0,952 dan nilai VIF berkisar antara 1,050 sampai 1,207. Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, yaitu tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai 10. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi. c. Uji Autokorelasi Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi. Jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi. Salah satu ukuran dalam menentukan
63
ada tidaknya autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model
R
1
.336a
R Square .113
Adjusted R Std. Error of Square the Estimate .076 .95015
DurbinWatson 2.016
a. Predictors: (Constant), LEV, ACCT, ACSIZE, FSIZE, AC_MEET b. Dependent Variable: FRQ
Sumber : Data Sekunder yang diolah
Uji autokorelasi dengan Durbin-Watson menyatakan bahwa autokorelasi tidak terjadi jika nilai du < DW < 4-du, dimana nilai DW berada di antara nilai du dan 4-du. Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa hasil uji autokorelasi pada nilai Durbin-Watson adalah 2,016 Nilai tersebut berada diantara nilai du dan 4-du dimana nilai DW lebih besar dari (du) 1,802 dan kurang dari (4-du) 2,198 sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak mengandung gejala autokorelasi. d. Uji Heteroskedastisitas Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari masalah heteroskedastitisitas (homoskedastisitas). Uji heterokedastisitas penelitian ini menggunakan
uji
glejser. Selengkapnya
mengenai
hasil
uji
untuk
heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.6 pada halaman selanjutnya.
64
Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients B
T
Sig.
Std. Error
(Constant)
.788
1.304
.605
.547
ACSIZE
.204
.235
.868
.387
.192
.083
2.320
.022
ACCT
-.082
.130
-.631
.529
FSIZE
-.045
.041
-1.092
.277
.578
.346
1.672
.097
AC_MEET 1
LEV a. Dependent Variable: AbsFRQ
Sumber : Data Sekunder yang diolah Berdasarkan table 4.6, nilai signifikan seluruh variabel berada di atas tingkat signifikansi (α = 1%). Hal ini menandakan bahwa tidak terjadi problem heteroskedastisitas karena telah memenuhi kriteria nilai signifikansi di atas 1%. 3. Hasil Uji Hipotesis a. Uji Koefisien Determinasi (R2) Pada model regresi berganda, penggunaan adjusted R2, atau koefisien determinasi yang telah disesuaikan, lebih baik dalam melihat seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen bila dibandingkan
dengan
R2
(koefisien
determinasi).
Kelemahan
dalam
menggunakan nilai R2 adalah karena adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Selengkapnya hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada table 4.8 berikut 65
Tabel 4.8 Hasil Uji Adjusted R2 Model Summaryb
Model
R
1
.336a
R Square .113
Adjusted R Square .076
Std. Error of the Estimate .95015
a. Predictors: (Constant), LEV, ACCT, ACSIZE, FSIZE, AC_MEET b. Dependent Variable: FRQ
Sumber : Data Sekunder yang diolah Tabel 4.8 di atas menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,076 yang berarti, hanya 7,6% variabel dependen (FRQ) dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen (ACSIZE, AC_MEET, ACCT, FSIZE, LEV). Hal ini menandakan masih lemahnya kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Sementara sisanya, 92,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian. Menurut Fanani (2009), faktor lain yang berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan adalah volatilitas penjualan, kinerja perusahaan, dan klasifikasi industri. b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Signifikansi model regresi pada penelitian ini diuji dengan melihat nilai signifikansi (sig.) yang ada di tabel 4.9. Selengkapnya mengenai hasil uji F penelitian dapat dilihat di halaman selanjutnya.
66
Tabel 4.9 Hasil Uji F ANOVAa
Model Regression 1
Sum of Squares 13.671
Residual Total
107.431 121.102
Df 5 119 124
Mean Square 2.734
F 3.029
Sig. .013b
.903
a. Dependent Variable: FRQ b. Predictors: (Constant), LEV, ACCT, ACSIZE, FSIZE, AC_MEET
Sumber : Data Sekunder yang diolah H6 : Ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit, keahlian akuntansi komite audit, ukuran perusahaan dan leverage berpengaruh secara simultan terhadap kualitas laporan keuangan. Berdasarkan tabel 4.9, nilai F hitung sebesar 3,029 dengan nilai signifikansi sebesar 0,013. Hal ini menandakan bahwa model regresi dapat digunakan untuk menilai kualitas laporan keuangan karena nilai signifikansi kurang dari alpha (α=5%). Maka dapat disimpulkan H6 dapat diterima. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh signifikan
secara simultan antara ukuran
komite audit, jumlah rapat komite audit, keahlian akuntansi komite audit, ukuran perusahaan dan leverage terhadap kualitas laporan keuangan. c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Adapun 67
tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05. Selengkapnya mengenai hasil uji t dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut Tabel 4.10 Hasil Uji t Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
T
Sig.
Coefficients B (Constant)
Std. Error -3.778
1.926
.721
.347
AC_MEET
-.318
ACCT
Beta -1.961
.052
.184
2.077
.040
.122
-.247
-2.604
.010
-.367
.192
-.174
-1.913
.058
FSIZE
.076
.060
.114
1.267
.208
LEV
.416
.510
.076
.815
.417
ACSIZE 1
a. Dependent Variable: FRQ
Sumber : Data Sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.10, koefisien model regresi memiliki nilai konstanta sebesar -3.778 dengan nilai t hitung sebesar -1.961 dan nilai sig 0.052. dari tabel tersebut, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : FRQ =
-3.778 + 0.721ACSIZE – 0.318AC_MEET – 0.367ACCT +
0.076FSIZE + 0.416LEV Nilai konstanta model persamaan regresi adalah -3.778. Artinya, jika variabel ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit, keahlian akuntansi komite audit, ukuran perusahaan dan leverage dianggap konstan, maka kualitas laporan keuangan yang diukur menggunakan kualitas akrual sebesar -3.778. 68
H1 : Ukuran komite audit berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan Berdasarkan tabel 4.10, hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel ukuran komite audit (ACSIZE) berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien 0,721 dengan nilai signifikansinya sebesar 0,040 lebih kecil dari α = 0.05 dan nilai t hitung sebesar 2,077. Regresi berganda secara
individual dapat
disimpulkan bahwa H1 yang menyatakan ukuran komite audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan diterima. H2 : Jumlah rapat komite audit berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel jumlah rapat komite audit (AC_MEET) berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien -0,318 dengan nilai signifikansinya sebesar 0,010 lebih kecil dari α = 0.05 dan nilai t hitung sebesar -2,604. Regresi berganda secara individual dapat disimpulkan bahwa H2 yang menyatakan jumlah rapat komite audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan diterima. H3 : Keahlian akuntansi komite audit berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa variabel keahlian akuntansi komite audit (ACCT) berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien -0,367 dengan nilai 69
signifikansinya sebesar 0,058 lebih besar dari α = 0.10 dan nilai t hitung sebesar -1,913. Regresi berganda secara individual dapat disimpulkan bahwa H3 yang menyatakan keahlian akuntansi komite audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan diterima. H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan (FSIZE) tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien 0,076 dengan nilai signifikansinya sebesar 0,208 lebih besar dari α = 0.05 dan nilai t hitung sebesar 1,267. Regresi berganda secara individual dapat disimpulkan bahwa H4 yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan ditolak, karena tidak berpengaruh. H5 : Leverage berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa variabel leverage (LEV) tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien 0,416 dengan nilai signifikansinya sebesar 0,417 lebih besar dari α = 0.05 dan nilai t hitung sebesar 0,815. Regresi berganda secara individual dapat disimpulkan bahwa H5 yang menyatakan efektivitas komite audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan ditolak, karena tidak berpengaruh.
70
C. Pembahasan 1. Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan Berdasarkan tabel 4.10, nilai signifikan variabel ukuran komite audit (ACSIZE) sebesar 0,040 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini menandakan bahwa ukuran komite audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Maka, hipotesis pertama diterima. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Kusnadi (2015), Hassan (2013) dan Felo, et.al. (2003) yang menyatakan ukuran komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Semakin besar ukuran komite audit, maka akan semakin banyak tenaga dan waktu yang dicurahkan terhadap pengawasan laporan keuangan. Dengan demikian, laporan keuangan akan terhindar dari bias dan kesalahan. Hal ini akan meningkatkan kualitas laporan keuangan. Penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Mutmainnah dan Wardhani (2013), yang menyatakan bahwa semakin besar jumlah komite audit, maka cakupan dalam aspek monitoring terhadap risiko-risiko yang dihadapi perusahaan menjadi lebih baik. Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan Pertiwi (2012) dan Aldamen (2011) yang menyatakan bahwa ukuran komite audit tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan.
71
2.
Pengaruh Jumlah Rapat Komite Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan Berdasarkan tabel 4.10, nilai signifikan variabel jumlah rapat komite audit (AC_MEET) sebesar 0,010 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini menandakan bahwa jumlah rapat komite
audit berpengaruh signifikan
terhadap kualitas laporan keuangan. Maka, hipotesis kedua diterima. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Mutmainnah dan Wardhani (2013), Hassan (2013) dan Aldamen, et al. (2011) yang menyatakan jumlah rapat komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Semakin tingginya intensitas rapat yang dilakukan oleh komite audit, maka kualitas monitoring yang dijalankan semakin baik dan hal tersebut akan meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan. Hal ini dikarenakan aktivitas monitoring yang dilakukan dengan lebih intensif dapat meminimalisir terjadinya kesalahan atau bias dalam laporan keuangan. Menon dan Wiliams (1994) dalam Hassan (2013) menyatakan komite audit yang melakukan pertemuan beberapa kali mengerahkan upaya lebih serius dalam pengelolaan pemantauan sehingga melindungi pendapatan manipulasi yang meningkatkan kualitas informasi keuangan yang akan dilaporkan. Sehingga semakin tinggi intensitas rapat, semakin kecil terjadinya bias dalam laporan keuangan.
72
3.
Pengaruh Keahlian Akuntansi Komite Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan Berdasarkan tabel 4.10, nilai signifikan variabel keahlian akuntansi komite audit (ACCT) sebesar 0,058. Nilai ini lebih kecil dari significance level 0,10. Hal ini menandakan bahwa keahlian akuntansi komite audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Maka, hipotesis ketiga diterima. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Badolato (2014), Soliman et.al (2014), Mutmainnah dan Wardhani (2013) dan Aldamen, et al. (2011) yang menyatakan keahlian akuntansi komite audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Semakin tingginya keahlian yang dimiliki oleh komite audit akan berdampak langsung kepada persistensi laba yang dihasilkan perusahaan. Semakin tingginya keahlian komite audit, maka akan meningkatkan kemungkinan untuk dapat mendeteksi adanya manajemen laba dalam laporan keuangan (Badolato, 2014). Keahlian komite audit dalam akuntansi ini dibutuhkan dalam menjalankan beberapa fungsinya seperti melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan Emiten atau Perusahaan Publik kepada publik dan/atau pihak otoritas (Mutmainnah dan Wardhani, 2013). Semakin banyak anggota komite audit yang memiliki keahlian akuntansi pada suatu emiten, maka semakin kecil bias atau kesalahan yang ada dalam laporan keuangan, sehingga meningkatkan kualitas laporan keuangan.
73
4.
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Laporan Keuangan Berdasarkan tabel 4.10, nilai signifikan variabel ukuran perusahaan (FSIZE) sebesar 0,208 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini menandakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Maka, hipotesis keempat ditolak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hidayat dan Elisabet (2012), Mutmainnah dan Wardhani (2013) dimana variabel ukuran perusahaan menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Ketika ukuran perusahaan semakin besar maka cenderung sulit untuk mempertahankan laba per lembar sahamnya di masa mendatang karena banyaknya faktor eksternal yang ada ketika perusahaan semakin besar seperti perundang-undangan, perpajakan, dan persaingan usaha lainnya sehingga laba akan cukup sulit untuk direfleksikan terus menerus ke periode mendatang. Tetapi, bersebrangan dengan hasil penelitian Fanani (2009), Wuryani (2012) dan Karami dan Akhgar (2014) yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Hal ini dikarenakan perusahaan yang digunakan dalam penelitiaan memiliki perbedaan secara klasifikasi industri, dimana penelitian sebelumnya menerapkan pada perusahaan manufaktur. Sementara pada penelitian ini menerapkan pada perusahaan real estate, property dan konstruksi. Selain itu, perusahaan yang besar memiliki kestabilan dan operasi yang dapat diprediksi lebih baik yang dapat menyebabkan kesalahan estimasi yang ditimbulkan 74
besar namun mereka banyak menghadapi sensitivitas politik yang tinggi dan menghadapi biaya politikal yang lebih tinggi dari pada perusahaan kecil.
5.
Pengaruh Leverage terhadap Kualitas Laporan Keuangan Berdasarkan tabel 4.10, nilai signifikan variabel leverage (LEV)
sebesar 0,417 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini menandakan bahwa ukuran komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Maka, hipotesis kelima ditolak. Hasil ini tidak mendukung penelitian Fanani (2009), Mutmainnah et.al (2013), Hassan (2013) dan Karami et.al (2014) yang menyatakan leverage berpengaruh positif dan signifikan pada kualitas pelaporan keuangan. Bila tingkat hutang perusahaan makin tinggi, maka laba perusahaan akan semakin kecil terefleksikan dalam arus kas masa mendatang. Sementara menurut Hassan (2013), semakin tinggi leverage, maka perusahaan akan semakin memaksimalkan dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan. Penulis beranggapan hasil penelitian ini tidak mendukung dengan penelitian sebelumnya dikarenakan sektor objek penelitan yang berbeda. Jika pada penelitian sebelumnya diterapkan pada perusahaan manufaktur, maka penelitian ini diterapkan pada perusahaan real estate, property dan konstruksi.
Ketidaksamaan
industri
ini
dianggap
menghasilkan
ketidaksamaan dana yang dibutuhkan dalam proses produksi, sehingga berbeda juga pembiayaan yang dibutuhkan. 75
Namun, hasil ini sejalan dengan penelitian Aldamen et.al (2011), Hidayat dan Elisabet (2012) yang menyatakan leverage perusahaan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan faktorial. Besarnya leverage perusahaan akan menyebabkan perusahaan meningkatkan
kualitas
pelaporan
keuangan
dengan
tujuan
untuk
mempertahankan kinerja yang baik di mata investor dan auditor namun tidak semua perusahaan mampu melakukan aktivitas ini karena sangat tergantung pada kredibilitas perusahaan.
76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara signifikan efektivitas komite audit, ukuran perusahaan dan leverage terhadap kualitas laporan keuangan perusahaan real estate, property dan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 2010-2014. Berdasarkan, hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan menggunakan regresi berganda pada 25 perusahaan sampel, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Ukuran komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Kusnadi (2015), Mutmainnah dan Wardhani (2013), Hassan (2013), dan Felo, et.al (2003). 2. Jumlah rapat komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Mutmainnah dan Wardhani (2013), Hassan (2013) dan Aldamen, et al. (2011). 3. Keahlian akuntansi komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Badolato (2014), Soliman et.al (2014), Mutmainnah dan Wardhani (2013), Aldamen, et al. (2011). 4. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Hidayat dan Elisabet (2012), Mutmainnah dan Wardhani (2013). 77
5. Leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Aldamen, et.al (2011), Hidayat dan Elisabet (2012) 6. Efektivitas komite audit yang dalam hal ini adalah ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit dan keahlian akuntansi komite audit, ukuran perusahaan dan leverage berpengaruh secara simultan terhadap kualitas laporan keuangan.
B. Saran Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang lebih baik lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai beberapa hal diantaranya : 1. Penelitian ini menggunakan variabel ukuran komite audit, jumlah rapat dan keahlian akuntansi komite audit sebagai komponen efektivitas komite audit. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan menggunkan variabel lain untuk efektivitas komite audit, seperti keberadaan piagam charter komite audit. 2. Penelitian ini hanya berfokus pada perusahaan real estate, property dan konstruksi sehingga hasilnya tidak general. Untuk penelitan selanjutnya, sebaiknya juga dilakukan pada seluruh perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia sehingga hasilnya lebih general. 3. Penelitian ini hanya berfokus pada efektivitas komite audit yang diperoleh dari laporan tahunan (data sekunder). Untuk penelitian selanjutnya, 78
disarankan untuk melakukan wawancara pada salah satu anggota komite audit untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan langsung. 4. Untuk penelitian selanjutnya, dapat menggunakan proksi lain dari kualitas laporan keuangan seperti persistensi laba atau konservatisme.
79
DAFTAR PUSTAKA Aldamen, H., Duncan, K., Kelly, S., McNamara, R., & Nagel, S. (2011). Audit Committee Characteristics And Firm Performance During The Global Financial Crisis. Accounting & Finance, 52(4). Anderson, Kristen L, Daniel N. Deli, dan Stuart L. (2003). Gillan. Boards of Directors, Audit Committees, and The Information Content of Earnings. Working Paper Series University of Delaware 2003. Anugerah, R., Hutabarat, R., & Faradilla, W. (2010). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage Dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listing Di BEI. Jurnal Ekonomi, 18 Awalia, A., & Daljono, D. (2014). Pengaruh Risiko Litigasi Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan Dengan Keahlian Hukum Komite Audit Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012). Doctoral dissertation, Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Badolato, P. G., Donelson, D. C., & Ege, M. (2014). Audit Committee Financial Expertise And Earnings Management: The Role Of Status. Journal of Accounting and Economics, 58(2). Barua, Abhijit, Dasartha V Rama, dan Vineeta Sharma. (2010). Audit Committee Characteristics and Investment in Internal Auditing. J. Account. Public Policy ELSEVIER. Bradbury, M.E., Y.T. Mak, dan S.M. Tan. (2004) Board Characteristics, Audit Committee Characteristics and Abnormal Accruals. Working Paper, Unitec New Zealand and National University of Singapore. Bryan, D. M., Liu, C., & Tiras, S. L. (2004). The Influence Of Independent And Effective Audit Committees On Earnings Quality. SSRN Electronic Journal. Braiotta, Louis. (2004). The Audit Committee Handbook. Fourth Edition. New Jersey: John Wiley & Sons. Choi, T.H dan Pae, Jinhan. (2011). Business ethics and financial reporting quality: Evidence from Korea. Journal of Business Ethics, 103(3). Chtourou, M S., Bedard, J., & Courteau, L. (2001). Corporate Governance And Earnings Management. Corporate Governance And Earnings Management.
80
Cohen, D. A. (2003). Quality Of Financial Reporting Choice: Determinants And Economic Consequences. Available at SSRN 422581. Dechow, P. and I. D. Dichev. (2002). The Quality of Accruals and Earnings: The Role of Accruals Estimation Errors. The Accounting Review 77(Supplement). Dechow, P., Ge, Weili., Larson, Chad R., Sloan, Richard G. (2010). Predicting Material Accounting Misstatements. Contemporary Accounting Research, 28, pp. 17-82. Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Fajri, N.S. (2013). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan Dan Konsentrasi Pasar Terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Jurnal Universitas Negeri Padang Fama, E. F., & Jensen, M. C. (1983). Agency Problems and Residual Claims. Journal of law and Economics, 327-349. Fanani, Z. (2009). Kualitas Pelaporan Keuangan: Berbagai Faktor Penentu dan Konsekuensi Ekonomis. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Fanani, Z., Ningsih, Sri., dan Hamidah. (2009). Faktor-faktor Penentu Kualitas Pelaporan Keuangan Dan Kepercayaan Investor. Jurnal SNA 2009 Felo, A.J., S.A. Solieri and Krihsnamurthy. (2003). Audit Commitee Characteristic and The Perceived Quality of Financial Reporting: An Empirical Analysis. Working Paper. School of Graduate Professional Studies Penn State Great Valley. Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS 21, Edisi 7 Cetakan VII, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Hidayat, Widi. (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di Indonesia. Universitas Airlangga. Hassan, U. S. (2013). Financial Reporting Quality, Does Monitoring Characteristics Matter? An Empirical Analysis of Nigerian Manufacturing Sector. The Business & Management Review, Vol.3 No.2. He, L., Labelle, R., Piot, C., & Thornton, D. B. (2009). Board Monitoring, Audit Committee Effectiveness, And Financial Reporting Quality: Review And Synthesis Of Empirical Evidence. Journal of Forensic & Investigative Accounting, 1(2). 81
Herawaty, Vinola. (2009). Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan 10.2. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/07/21/161317026/.Bos.Toshiba.Dila porkan.Terlibat.Skandal.Penyimpangan.Akuntansi. Diakses 2 Agustus 2015 http://kbbi.web.id/ukur. Diakses 10 April 2015. http://properti.kompas.com/read/2015/05/05/232618921/Nasib.Sektor.Properti.Ku ncinya.Ada.di.Jokowi. Diakses 17 Juni 2015 International Accounting Standard Board. (2010). The Conceptual Framework for Financial Reporting. United Kingdom : IASB Irham, Fahmi . (2011). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta Jensen, Michael C and Meckling, William H. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, October, V. 3, No. 4, pp. 305-360. Jensen, M. C., & Smith, C. W. (1984). The theory of corporate finance: A historical overview. Joshi, P.L. dan Amal Wakil. 2004. A Study of the Audit Committees’ functioning in Bahrain. Managerial Auditing Journal. Karami, Afshar & Akhgar, Mohammadomid. (2014). Effect of Company’s size and leverage Features on the Quality of Financial Reporting of Companies Listed in Tehran Stock Exchange. Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research In Business Volume 6 No.5 Kasmir. (2010). Pengantar Manajemen dan Keuangan. Jakarta : Kencama Prenada Media Group. Keown, J.Arthur, John D. Martin, J. William Petty, David F. Scott Jr., (2005). Financial Management Principals and Applications Tenth Edition. Pearson Education. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-643/Bl/2012 Tentang Pembentukan Dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Kieso, W., & Warfield. (2011). Intermediate Accounting (13th edition). New York: John Willey & Sons. Klai, Nesrine dan Omri, Abdelwahed. (2011). Corporate Governance and Financial Reporting Quality: The Case of Tunisian Firms. International Business Research Vol. 4, No. 1. 82
Klein, A., Carcello, J. V., Hollingsworth, C. W., & Neal, T. L. (2006). Audit Committee Financial Expertise, Competing Corporate Governance Mechanisms, And Earnings Management. Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance. (2006). Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Komite Nasional Kebijakan Governance. Krishnan, G. V., & Visvanathan, G. (2008). Does the SOX Definition of an Accounting Expert Matter? The Association between Audit Committee Directors' Accounting Expertise and Accounting Conservatism. Contemporary Accounting Research, 25 Kristanti, Martina Eny dan Muchamad Syafrudin. (2012). Pengaruh Karakteristik Komite Audit pada Kondisi Financial Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Diponegoro Journal of Accounting Vol. 1 No. 1. 2012 Kurniawati, Dini. (2015). Pengaruh Financial Leverage Terhadap Profitabilitas (Studi pada Perusahaan Industri Kimia yang Listing di BEI Periode 20092013). Jurnal Administrasi Bisnis 1.1 Kusnadi, Y., Leong, K. S., Suwardy, T., & Wang, J. (2015). Audit Committees and Financial Reporting Quality in Singapore. Available at SSRN 2467456. Latan, Hengky. (2014). Aplikasi Analisis Data Statistik Untuk Ilmu Sosial Sains dengan IBM SPSS. Bandung: Penerbit Alfabeta. Lev, B. dan R. Thiagarajan. (1993). Fundamental Information Analysis. Journal of Accounting Research. Vol 31. Autumn. 2: 190-215. Maulia, S. T., & Januarti, I. (2014) . Pengaruh Usia, Pengalaman, Dan Pendidikan Dewan Komisaris Terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Studi empiris pada perusahaan real estate dan property yang go public di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012). Diponegoro Journal of Accounting Vol 3 No.3 hal 1-8. Marrakchi Chtourou, S., Bedard, J., & Courteau, L. (2001). Corporate governance and earnings management. Corporate Governance and Earnings Management. Mohiuddin, M., & Karbhari, Y. (2010). Audit committee effectiveness: a critical literature review. AIUB Journal of Business and Economics, 9(1), 97-125. Mutmainnah, N., & Wardhani, R. (2013). Analisis Dampak Kualitas Komite Audit Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Perusahaan Dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 10(2). 83
Nasution, M., & Setiawan, D. (2007). Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X. Pagalung, G., & Sudibdyo, B. (2012). The Determinant Factors Of Earnings Quality And Economics Consequences. Journal Economy, 16(1), 105-122. Pamudji, Sugeng dan Trihartati Aprillya (2010). Pengaruh Independensi dan Efektivitas Komite Audit terhadap Manajemen Laba. JDA : Jurnal Dinamika Akuntansi Vol 2, No.1, Maret 2010. Pertiwi, N. (2012). Hubungan Antara Performa Komite Audit Dengan Earnings Quality. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 1(1). Pucheta‐Martínez, María Consuelo, and Emma García‐Meca. (2014). Institutional Investors on Boards and Audit Committees and Their Effects on Financial Reporting Quality. Corporate Governance: An International Review 22.4 hal 347-363. Salehi, M., Zanjirdar, M., Zarei, M. (2012). The study of factors affecting the quality of audit committee. Indian J. Edu. Inf. Manage., Vol. 1, No. 8 Saptiti, A. (2013). Pengaruh Implementasi Peran Komite Audit dan Enterprise Risk Management terhadap Kualitas Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Properti dan Kontruksi Periode 2009-2011). Sawir, Agnes. (2008). Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sawyer, Lawrence B., dan A. Dittenhofer Mortimer. (2006). Sawyer’s Internal Auditing. Jakarta: Salemba Empat Siagallan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoedz. (2006). Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. SNA 9 Padang. Soliman, Mohammed M., dan Ragab, Aiman A. (2014). Audit Committee Effectiveness, Audit Quality and Earnings Management: An Empirical Study of the Listed Companies in Egypt. Arab Academy for Sciences & Technology. Sil Kang, Won, Alan Kilgore, and Sue Wright. (2011). The effectiveness of audit committees for low-and mid-cap firms. Managerial Auditing Journal 26.7 hal. 623-650. Siregar, S. V. N., & Utama, S. (2006). Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktik Corporate Gorvernance Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). The Indonesian Journal of Accounting Research, 9(3). 84
Supriadi, D.A. (2010). Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Otomotif yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Universitas Pembangunan Nasional Jakarta. Suaryana, Agung. (2007). Pengaruh komite audit terhadap kualitas laba. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis 2.1 Toding, Merlina dan Wirakusuma, Made Gede. (2013). Faktor Faktor yang Memengaruhi Ketepatwaktuan Penyampaian Laporan Keuangan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 3.2 (318-333) Wardhani, R., Joseph, H., & Indonesia, S. F. E. U. (2010). Karakteristik Pribadi Komite Audit dan Praktik Manajemen Laba. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi XII, Purwekerto. Widyaswari, R.K. & Suardana, A.K. (2014). Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Timeliness Pelaporan Keuangan: Perusahaan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 6.1 (2014) Wuryani, Eni. (2012). Company Size in Response To Earnings Management And Company Performance. Journal of Economics, Business, and Accountancy Ventura 15.3 hal: 491-506. www.idx.co.id Yaputro, J. W., & Rudiawarni, F. A. (2012). Hubungan Antara Tingkat Efektivitas Komite Audit Dengan Timeliness Laporan Keuangan Pada Badan Usaha Go Public Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2011. CALYPTRA: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 1(1). Zhang, Y., Zhou, J., & Zhou, N. (2007). Audit Committee Quality, Auditor Independence, and Internal Control Weaknesses. Journal of accounting and public policy, 26(3), 300-327.
85
LAMPIRAN
86
LAMPIRAN 1
DAFTAR SAMPEL
87
LAMPIRAN 1 : Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian No
Kode
Nama Perusahaan
1.
ADHI
PT. Adhi Karya, Tbk.
2.
ASRI
PT. Alam Sutera Realty, Tbk.
3.
BCIP
PT. Bumi Citra Permai, Tbk.
4.
BIPP
PT. Bhuwanatala Indah Permai, Tbk.
5.
COWL
PT. Cowell Development, Tbk.
6.
CTRP
PT. Ciputra Property, Tbk.
7.
CTRS
PT. Ciputra Surya Tbk.
8.
DART
PT. Duta Anggada Realty, Tbk.
9.
DGIK
PT. Nusa Konstruksi Enjiniring, Tbk.
10.
DILD
PT. Intiland, Tbk.
11.
DUTI
PT. Duta Pertiwi, Tbk.
12.
ELTY
PT. Bakrieland Development, Tbk.
13.
GMTD
PT. Gowa Makassar Tourism Development, Tbk.
14.
GPRA
PT. Perdana Gapuraprima, Tbk.
15.
KIJA
PT. Kawasan Industri Jababeka, Tbk.
16.
KPIG
PT. MNC Land, Tbk.
17.
LPCK
PT. Lippo Cikarang, Tbk.
18.
LPKR
PT. Lippo Karawaci, Tbk.
19.
MORE
PT. Indonesia Prima Property, Tbk.
20.
PTPP
PP (Persero), Tbk.
21.
PWON
PT. Pakuwon Jati, Tbk.
22.
SMDM
PT. Suryamas Dutamakmur
23.
SMRA
PT. Summarecon Agung, Tbk.
24
SSIA
PT. Surya Semesta Internusa, Tbk.
25.
TOTL
PT. Total Bangun Persada, Tbk.
88
LAMPIRAN 2
DATA SAMPEL PENELITIAN
89
LAMPIRAN 2 : Data Sampel Penelitian No KODE
1.
2.
3.
4.
5.
TAHUN ACSIZE ACMEET AC_MEET ACCT FSIZE LEV FRQ (Range) 2010
3
19
4
1
28.13
0.82
1.61
2011
3
14
3
1
27.67
0.84
-1.73
2012
3
16
4
1
28.79
0.85
-0.55
2013
3
13
3
1
28.63
0.84
-0.42
2014
2
11
3
1
29.47
0.83
-1.76
2010
3
8
2
1
29.29
0.52
1.63
2011
3
8
2
1
29.74
0.54
1.06
2012
3
7
2
1
30.10
0.57
-1.66
2013
3
8
2
1
29.77
0.63
0.95
2014
3
6
2
1
30.03
0.62
-1.53
2010
3
4
1
1
25.13
0.51
0.01
2011
3
2
1
1
27.51
0.62
1.14
2012
3
4
1
1
26.60
0.53
-0.93
2013
3
5
1
1
27.20
0.60
-0.16
2014
3
4
1
1
27.73
0.57
-0.38
2010
3
5
1
1
25.13
0.28
-0.10
2011
3
4
1
1
25.13
0.27
1.08
2012
3
4
1
1
25.98
0.28
-0.41
2013
3
4
1
1
26.33
0.22
-0.32
2014
3
4
1
1
26.39
0.26
-0.17
2010
3
3
1
1
25.25
0.51
-1.82
2011
3
3
1
1
25.90
0.58
0.15
COWL 2012
3
4
1
1
27.27
0.36
-0.84
2013
3
4
1
1
28.46
0.39
0.57
4
1
1
28.74
0.63
-0.30
ADHI
ASRI
BCIP
BIPP
2014 3 Bersambung pada halaman selanjutnya
90
No
6.
7.
8.
9.
KODE
CTRP
CTRS
DART
DGIK
10. DILD
TAHUN
ACSIZE
ACMEET
AC_MEET (Range)
ACCT
FSIZE
LEV
FRQ
2010
3
2
1
0
27.94
0.35
-0.29
2011 2012
3 3
5 5
1 1
0 0
28.06 28.94
0.45 0.50
-0.19 1.15
2013
3
5
1
0
28.97
0.40
-0.36
2014
3
5
1
0
29.28
0.44
0.64
2010
3
4
1
0
27.00
0.71
0.21
2011
3
6
2
0
28.17
0.45
0.74
2012
3
6
2
0
29.12
0.34
-0.25
2013
3
5
1
0
28.58
0.56
0.90
2014
3
4
1
0
29.40
0.51
0.22
2010
3
10
2
0
27.42
0.35
-2.40
2011
3
11
3
0
27.85
0.50
0.25
2012
3
11
3
0
28.43
0.43
-0.73
2013
3
11
3
0
27.97
0.38
-0.46
2014
3
12
3
0
28.39
0.36
-0.17
2010
3
5
1
1
28.24
0.21
-0.54
2011
3
8
2
1
26.92
0.33
2.14
2012
3
7
2
1
27.41
0.35
1.15
2013
3
5
1
1
27.45
0.46
-0.26
2014
3
5
1
1
27.62
0.45
-0.11
2010
4
5
1
1
29.20
0.39
1.95
2011
3
7
2
1
27.92
0.38
0.23
2012
4
5
1
1
28.33
0.40
-0.47
2013
3
6
2
1
28.81
0.45
-2.07
Bersambung pada halaman selanjutnya
91
No
KODE
TAHUN
ACSIZE
ACMEET
AC_MEET (Range)
ACCT
FSIZE
LEV
FRQ
2014
3
17
4
1
29.54
0.50
0.95
2010
3
3
1
1
28.99
0.32
-0.21
2011
3
3
1
1
28.83
0.31
-0.18
2012
3
9
2
1
29.36
0.22
-0.14
2013
3
9
2
1
29.74
0.19
-0.19
2014
3
5
1
1
29.83
0.22
0.21
2010
3
9
2
1
29.20
0.39
0.34
2011
3
10
2
1
28.91
0.38
0.07
2012
3
9
2
1
28.49
0.40
-1.00
2013
3
12
3
1
28.41
0.41
-1.20
2014
3
11
3
1
28.41
0.47
0.06
2010
3
4
1
0
23.54
0.64
0.20
2011
3
4
1
0
24.93
0.64
0.98
13. GMTD 2012 2013
3
4
1
0
24.93
0.74
1.24
3
4
1
0
27.46
0.70
0.63
2014
3
4
1
0
27.15
0.56
3.93
2010
2
3
1
0
26.79
0.49
-1.44
2011
2
4
1
0
26.94
0.47
-0.18
2012
2
4
1
0
26.78
0.46
-0.04
2013
2
4
1
0
27.19
0.40
0.06
2014
3
4
1
1
27.88
0.41
-1.38
2010
3
7
2
0
25.79
0.66
-2.54
2011
3
4
1
0
26..39
0.60
-0.60
2012
3
3
1
1
28.82
0.57
-0.27
2013
3
7
2
1
28.77
0.49
-0.09
2014
3
9
2
1
29.42
0.45
-0.31
2010
3
4
1
1
27.96
0.12
-0.28
11. DUTI
12. ELTY
14. GPRA
15. KIJA
16. KPIG
Bersambung pada halaman selanjutnya 92
ACSIZE
ACMEET
AC_MEET (Range)
ACCT
FSIZE
LEV
FRQ
2011
3
4
1
1
28.52
0.07
-0.21
2012
3
4
1
1
29.30
0.07
-0.25
2013
3
4
1
1
29.51
0.19
0.70
2014
3
4
1
1
29.75
0.19
0.02
2010
3
4
1
0
25.79
0.66
0.66
2011
3
4
1
0
27.30
0.48
1.60
2012
3
4
1
0
27.92
0.54
1.93
2013
3
5
1
0
28.30
0.55
1.35
2014
3
4
1
1
29.61
0.38
0.58
2010
3
4
1
0
30.32
0.31
0.64
2011
3
4
1
0
30.16
0.32
0.34
2012
3
5
1
0
30.57
0.45
0.46
2013
3
2
1
0
30.48
0.54
1.05
2014
3
4
1
0
30.79
0.53
0.42
2010
3
4
1
1
26.42
0.47
-0.33
2011
3
4
1
1
26.86
0.32
-0.30
19. OMRE 2012
3
4
1
1
27.09
0.30
-0.07
2013
3
4
1
1
30.68
0.34
-0.27
2014
3
4
1
1
27.11
0.21
-0.32
2010
3
12
3
1
28.99
0.77
-0.32
2011
3
12
3
1
28.8
0.79
-1.73
2012
3
12
3
1
29.02
0.81
-0.59
2013
3
12
3
1
29.36
0.84
-3.48
2014
3
12
3
1
30.48
0.83
0.32
21. PWON 2010
2
3
3
1
29.83
0.60
0.10
No
KODE
17. LPCK
18. LPKR
20. PTPP
TAHUN
Bersambung pada halaman selanjutnya
93
No
22.
23.
24.
KODE
SMDM
SMRA
SSIA
25. TOTL
TAHUN ACSIZE
ACMEET
AC_MEE T (Range)
ACCT
FSIZE
LEV
FRQ
2011
3
4
1
1
29.65
0.58
-0.24
2012
3
4
1
1
30.01
0.58
1.30
2013
3
4
1
1
30.20
0.55
-0.16
2014
3
5
1
1
30.84
0.52
0.27
2010
3
2
1
0
26.73
0.15
-0.27
2011
3
2
1
0
26.98
0.16
-0.27
2012
3
2
1
0
27.36
0.19
-0.24
2013
3
2
1
0
27.36
0.27
-0.30
2014
3
4
1
0
27.11
0.30
-0.23
2010
3
4
1
1
29.64
0.62
0.78
2011
3
4
1
1
29.77
0.62
2.00
2012
3
4
1
1
30.25
0.64
-0.08
2013
3
4
1
1
30.05
0.66
0.19
2014
3
4
1
1
30.72
0.61
0.34
2010
3
4
1
1
27.72
0.60
0.12
2011
3
4
1
1
28.85
0.95
-0.01
2012
3
8
2
1
29.26
0.66
0.31
2013
3
8
2
1
28.60
0.55
0.70
2014
3
8
2
1
29.25
0.49
-0.08
2010
3
7
2
1
27.49
0.62
0.13
2011
3
4
1
1
27.60
0.64
-0.10
2012
3
2
1
1
28.75
0.66
0.38
2013
3
2
1
1
28.16
0.63
0.08
2014
3
10
2
1
28.97
0.67
-0.43
94
Keterangan ACSIZE
: Ukuran Komite Audit
ACMEET
: Jumlah Rapat Komite Audit
FSIZE
: Ukuran Perusahaan
LEV
: Leverage
FRQ
: Financial Reporting Quality
95
LAMPIRAN 3
HASIL PENGOLAHAN DATA
96
LAMPIRAN 3 : Hasil Pengolahan Data menggunakan SPSS 21 STATISTIK DESKRIPTIF Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
ACSIZE
125
2.00
4.00
2.9680
.25196
AC_MEET
125
1.00
4.00
1.4880
.76849
ACCT
125
.00
1.00
.6800
.46835
FSIZE
125
23.54
30.84
28.2576
1.47533
LEV
125
.07
.85
.4812
.18031
FRQ
125
-3.48
3.93
.0006
.98825
Valid N (listwise)
125
UJI AUTOKORELASI Model Summaryb
Model
R
R Square
.336a
1
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.113
.076
Durbin-Watson
.95015
2.016
a. Predictors: (Constant), LEV, ACCT, ACSIZE, FSIZE, AC_MEET b. Dependent Variable: FRQ
Uji F ANOVAa Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
13.671
5
2.734
Residual
107.431
119
.903
Total
121.102
124
F 3.029
Sig. .013b
a. Dependent Variable: FRQ b. Predictors: (Constant), LEV, ACCT, ACSIZE, FSIZE, AC_MEET
97
Uji t dan UJI MULTIKOLONIEARITAS Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
-3.778
1.926
.721
.347
AC_MEET
-.318
ACCT
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
-1.961
.052
.184
2.077
.040
.952
1.050
.122
-.247
-2.604
.010
.829
1.207
-.367
.192
-.174
-1.913
.058
.902
1.109
FSIZE
.076
.060
.114
1.267
.208
.919
1.088
LEV
.416
.510
.076
.815
.417
.860
1.163
ACSIZE
a. Dependent Variable: FRQ
UJI NORMALITAS One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,b
125 Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
.0000000 .92457853
Absolute
.092
Positive
.079
Negative
-.092 1.033 .236
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
98
UJI HETEROSKEDASTISITAS Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
.788
1.304
ACSIZE
.204
.235
AC_MEET
.192
ACCT FSIZE LEV
Coefficients Beta
t
Sig. .605
.547
.077
.868
.387
.083
.222
2.320
.022
-.082
.130
-.058
-.631
.529
-.045
.041
-.099
-1.092
.277
.578
.346
.157
1.672
.097
a. Dependent Variable: AbsFRQ
99