DETERMINAN PENDAMPING SUAMI DENGAN TINGKAT STRES ISTRI PADA PERSALINAN NORMAL DIRUANG BERSALIN RSUD ABEPURA JAYAPURA DETERMINANTS COACH HUSBAND ON STRESS LEVEL IN THE NORMAL LABOR MATERNITY HOSPITAL ABEPURA JAYAPURA
Sofietje J. Gentindatu1, Rusli Ngatimin1, Buraerah H.Abd.Rahim2 1
Bagian Promosi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin. Makassar, 2Bagian Epidemiologi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin Makassar
Alamat Korespondensi : Sofietje J.Gentindatu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar Hp : 081344238036 Email :
[email protected]
ABSTRAK Pendampingan adalah aktivitas yang dilakukan oleh seorang (suami, orang tua, mertua, saudara kandung, ipar, teman dekat) saat menjelang persalinan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh determinan pendampingan suami (pendampingan suami, umur pertama hamil, paritas, riwayat komplikasi kehamilan, dan riwayat penyakit infeksi) terhadap kejadian stress persalinan di ruang bersalin RSUD Abepura Jayapura Provinsi Papua. Penelitian ini bersifat observasional dengan rancangan cross sectional study. Penelitian dilakukan melalui observasi terhadap ibu hamil normal trimester III. Sampel yang diambil sebanyak 119 ibu hamil yang diambil secara simple random sampling. Data dianalisis secara univartiat, bivariat, dan multivariat melalui analisis regresi linier berganda logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor determinan yang berpengaruh terhadap kejadian stress persalinan pada ibu bersalin adalah pendampingan suami (p=0,001, phi=0,302), paritas (p=0,033, phi=0,196), riwayat komplikasi kehamilan (p=0,033, phi=0,275), riwayat penyakit infeksi (p=0,001, phi=0,292). Hasil uji regresi logistik menunjukkan terdapat dua variabel termasuk faktor determinan adalah riwayat komplikasi dan riwayat penyakit infeksi. Dari 5 variabel yang dianalisis terdapat 4 variabel yang berpengaruh secara konsisten (bivariat dan logistik regresi) dan terdapat dua variabel determinan utama yaitu riwayat komplikasi dan riwayat penyakit infeksi. Kesimpulan dari 5 variabel yang dianalisis 4 diantaranya berpengaruh secara konsisten (Bivariat dan logistic regresi) dan terdapat dua variable determinan utama yakni: Riwayat komplikasi dan riwayat penyakit infeksi. Kata kunci: kejadian stress persalinan, pendampingan suami, paritas riwayat komplikasi, riwayat penyakit infeksi
ABSTRACT The assistance is an activity performed by (a husband, parent, parent in law, sibling, brother in law and close friend) come close to delivery. This research aimed to investigate the effect of the determinants of the husband's accompaniment (husband's accompaniment, first pregnancy age, parity, history of pregnancy complications, and history of the infectious diseases) on the delivery stress incidence in the delivery room of Abepura Local General Hospital, Jayapura, Papua Province. The research type was observational with the design of a 'Crosssectional study'. The observation units were the trimester III normal pregnant women, and the samples comprised 119 pregnant women, who were chosen using the simple random sampling technique. The data were then analyzed using the uni-variate, bi-variate, and multi-variate analyses with the logistic multiple linear regression. The research results showed that the determinant factors affecting the incidence of the labor stress were: husband's accompaniment (p = 0.001, Phi = 0.302), parity (p = 0.033, Phi = 0.275), history of infectious diseases (p = 0.001, Phi = 0.292). The results of the logistic regression test showed that the determinant factors included the variables of the history of the pregnancy complications and the history if the infectious diseases. The conclusion of the 5 variables were analyzed 4 of which consistently influential (Bivariate and logistic regression) and there are two main determinants of the variables: History and history of infectious disease complications. Keywords: stress level incidence, husband's accompaniment, parity, history of pregnancy complications, history of the infectious diseases
PENDAHULUAN Pada prinsipnya pendampingan adalah aktivitas yang dilakukan oleh seorang (suami, orang tua, mertua, saudara kandung, ipar, teman dekat) saat menjelang persalinan, dengan tujuannya untuk memberi ketenangan hati istri pada saat menghadapi persalinan. Tujuan pendampingan dimaksudkan agar pendamping secara langsung dapat memberikan nasehat, motivasi, serta membesarkan hati ibu pada saat menjelang persalinan, sehingga ibu memperoleh ketenangan yang lebih baik. Putu Melaya (2009) mengemukakan bahwa pendamping suami adalah apa bila suami mendampingi istrinya dalam proses persalinan yang bertujuan untuk membuat ketenangan istri. Selama persalinan, terutama bagi ibu yang melahirkan sendiri tanpa pendamping, ibu cenderung merasa takut dan cemas, sehingga dibutuhkan dukungan yang terus menerus dari seorang pendamping persalinan selama proses persalinan yang diharapkan dapat mempermudah proses persalinan dan melahirkan, memberikan rasa nyaman, semangat, membesarkan hati ibu dan meningkatkan rasa percaya diri ibu, serta mengurangi kebutuhan tindakan medis (Nakita, 2004). Menurut laporan Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO (2010), hasil penelitian secara random controlled trials telah memperlihatkan efektifnya dukungan fisik, emosional, dan psikologis selama persalinan dan kelahiran. Suatu kajian ulang sistematik dari 14 percobaan yang melibatkan 5000 wanita yang akan melahirkan sebagai sampel, membuktikan bahwa kehadiran pendamping secara terus menerus selama persalinan akan menghasilkan kelahiran dengan vakum dan forsep, serta section cesarea semakin sedikit, lamanya persalinan semakin pendek, dan kepuasan ibu yang semakin besar dalam pengalaman melahirkan. Penelitian lain tentang pendampingan atau kehadiran orang kedua dalam proses persalinan, Musbikin dalam bukunya yang berjudul Panduan Bagi ibu Hamil dan Melahirkan menemukan bahwa para ibu yang didampingi seorang sahabat atau keluarga dekat (khususnya suami) selama proses persalinan berlangsung, memiliki resiko lebih kecil mengalami komplikasi yang memerlukan tindakan medis dari pada mereka yang tanpa pendampingan. Ibu-ibu dengan pendampingan dalam menjalani persalinan, berlangsung lebih cepat dan lebih mudah. Dalam penelitian tersebut, ditemukan pula bahwa kehadiran suami atau kerabat dekat akan membawa ketenangan dan menjauhkan sang ibu dari stress dan kecemasan yang dapat mempersulit proses kelahiran dan persalinan, kehadiran suami akan membawa pengaruh positif secara psikologis, dan berdampak positif pula pada kesiapan ibu secara fisik (Musbikin, 2005).
Kenyataannya beberapa Rumah Sakit tidak mengizinkan kehadiran pendampingan persalinan selain petugas medis, baik untuk persalinan normal maupun Caesar. Alasan yang diajukan antara lain kehadiran pendamping dapat mengganggu konsentrasi petugas medis yang tengah membantu proses persalinan, tempat yang tidak luas, dan kesterilan ruang operasi yang dapat berkurang dengan jumlah orang yang selalu banyak. Menurut laporan data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2007 mengemukakan bahwa jumlah persalinan yang ditolong tenaga medis di Propinsi Papua berjumlah 3.694 /100.000 kelahiran (0,41%), angka ini menunjukan persalinan di Papua yang menggunakan tenaga kesehatan sangat sedikit dan masih banyak persalinan yang ditolong oleh dukun, dan melahirkan sendiri tanpa seorangpun yang mendampingi pada persalinan, dan kondisi inilah yang memungkinkan meningkatnya angka kematian ibu melahirkan. Di Papua tertinggi ketiga secara Nasional. Angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2007 didapatkan 374/100.000 dari kelahiran hidup. Tiga tahun kemudian meningkat menjadi 573/100.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi (AKB) juga meningkat 41/1000 kelahiran hidup, di tahun 2007 meningkat 54/1000 kelahiran hidup. Tahun 2012 AKB (angka kematian bayi) 64/1000 kelahiran hidup. Yang menjadi penyebabnya oleh karena masih rendahnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. (Depkes RI, 2010). Berdasarkan data survey awal pada Propinsi Papua (Dinkes - Papua) AKI tahun 2013 ; 369/100.000 kelahiran hidup, tahun 2013 angka kematian bayi 42,76% dari angka ini menunjukan bahwa pertolongan persalinan kesehatan di Papua sangat buruk, dan menjadi terendah dari semua angka propinsi di Indonesia timur, sementara angka Nasional mencapai 90,88% sehingga perlu kerja keras pemerintah Papua yang terprogram pada rancangan Dinas Kesehatan Propinsi Papua. Rancangan kerja Dinas Kesehatan dengan tiga strategis yaitu pembangunan kesehatan terpadu dari hulu hingga hilir program ini dapat dirasakan oleh masyarakat atau disebut Quick Wins (Kartu Papua sehat), dan pemanfaatan system layanan kesehatan yang terintegrasi, serta meningkatkan pembangunan infraktruktur dasar dan kesehatan rujukan. Persalinan tahun 2013 di Papua khususnya RSUD Abepura di Jayapura didapatkan 232 ibu. Dan didapatkan 10 Ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan, 50 persalinan dengan section sasaria, 5 bayi lahir dengan Vacum ekstrasi,20 persalinan dengan induksi. Berdasarkan paparan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan pendamping suami terhadap tingkat kecemasan istri menghadapi persalinan normal di ruangan bersalin Rumah Sakit Umum Abepura.
BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangaan Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan selama satu bulan mulai dari tangal 9 juli sampai dengan 9 agustus 2014 di RSUD Abepura. Jenis penelitian yang digunakan desain studi potong lintang (cross-sectional study) yang merupakan salah satu jenis penelitian obsevasional. Desain ini dimaksudkan untuk mempelajari dinamika dan variasi variabel yang termuat dalam judul penelitian. Variabel dependen adalah stres persalinan Sedangkan variabel independen adalah: (pendamping, umur ibu, paritas, riwayat risiko tinggi kehamilan, lama waktu persalinan). Teknik Pemilihan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Abepura Jayapura Provinsi Papua. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Abepura Jayapura. Sampel yang ditarik dari populasi dilakukan dengan cara random sederhana atau simple random sampling, dengan mengacu pada daftar sampel atau ”sampling frame” yang telah di sususn sebelumnya berdasarkan data awal dengan kriteria sampel sebagai berikut: a) ibu hamil normal trimester III yang akan melahirkan; b) berdomisili di wilayah kerja RSUD Abepura dan; c) bersedia menjadi anggota sampel dengan menandatangani inform concent. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data Pengumpulan data dilakukan dengan data primer, yakni diperloleh lansung dari responden melalui wawancara secara terpimpin dan terarah baik di RSUD Abepura, maupun dari rumah ke rumah atau door to door dengan mengunakan kuesioner yang telah disusun sebelunya sesuai dengan petunjuk penelitian serta telah di uji coba validitas dan reabilitasnya; dan data sekunder; diperoleh dari instansi yang terkait dengan tujuan penelitian seperti di wilayah kerja RSUD Abepura. Pengolahan data dilakukan melalui a) penyuntingan data; b) koding; c) Pemasukan data ke dalam komputer, dan (d) Pembersihan data (Sugiyono, 2010).
Analisa Dan Penyajian Data Data yang diperoleh dari hasil, diolah menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariate. Sedangkan data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Untuk analisis univariat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai dengan penjelasan tabel. Analisis bivariat akan disajikan dalam bentuk tabel tabulasi silang antara variabel dependen dan independen. Analisis multivariate akan disajikan dalam bentuk tabel korelasi disertai penjelasan tabel (Soetriono dkk, 2007).
HASIL PENELITIAN Analisis Data Responden
Dengan analisis ini, dimaksudkan untuk menilai beberapa karakteristik khusus ibu bersalin terhadap stres persalinan yang sedang diamati. Dari 5 variabel yang diobservasi, terdapat 4 variabel yang memberi kontribusi dengan persentase diatas 50%
yakni
(Pendampingan suami, paritas, riwayat risiko tinggi persalinan, dan riwayat penyakit infeksi) terhadap stres persalinan. Terdapat satu variabel yakni: umur pertama melahirkan yang memberi pesentase rendah (12,6%) terhadap stres persalinan. Analisis tabulasi silang faktor determinan dengan stres persalinan Pada tahap ini
dilakukan analisis tabulasi silang antara variabel variabel yang
termasuk faktor determinan dengan variabel stres persalinan (Tabel 1)..Dari tabel 1 diperlihatkan bahwa, dari 91 ibu hamil bersalin yang termasuk pendampingan suaminya Kurang, 95,6% mengalami stres sedangkan yang tidak mengalami stres hanya 4,4%. Hasil Uji dengan Chi-Square test memperlihatkan nilai p = 0,001 lebih kecil dari nilai α = 0.05. sehingga disimpulkan bahwa Pendampingan suami berhubungan dengan stres persalinan. Besarnya kontribusi pendampingan suami terhadap stres persalinan yang dnilai melalui uji Phi = 0,302 yang berarti 30,2% kontribusinya terhadap kejadian stres persalinan. Hubungan antara umur kehamilan pertama dengan stres persalinan (Tabel 2). Dari tabel 2 diperlihatkan bahwa, dari
15 ibu hamil bersalin yang termasuk pendampingan
suaminya berisiko, 93,3% mengalami stres persalinan sedangkan yang tidak mengalami stres perslinan hanya 6,7%. Hasil Uji dengan Chi-Square test memperlihatkan nilai p = 0,136 lebih kecil dari nilai α = 0.05. sehingga disimpulkan bahwa Umur kehamilan pertama tidak berhubungan dengan stres persalinan. Besarnya kontribusi Umur kehamilan pertama terhadap stres persalinan yang dnilai melalui uji Phi = 0,034 yang berarti 3,4% kontribusinya terhadap kejadian stres persalinan. Hubungan antara Paritas
dengan stres persalinan (Tabel 3). Dari tabel tersebut
diperlihatkan bahwa, dari 78 ibu hamil bersalin yang termasuk Paritasnya berisiko, 94,9% mengalami stres persalinan sedangkan yang tidak mengalami stres hanya 5,1%. Hasil Uji dengan Chi-Square test memperlihatkan nilai p = 0,033 lebih kecil dari nilai α = 0.05. sehingga disimpulkan bahwa Paritas berhubungan dengan stres persalinan. Besarnya kontribusi Paritas terhadap stres persalinan yang dnilai melalui uji Phi = 0,196 yang berarti 19,6% kontribusinya terhadap kejadian stres persalinan.
Hubungan antara Riwayat risiko tinggi persalinan dengan stres persalinan (Tabel 4). Dari tabel tersebut diperlihatkan bahwa, dari 62 ibu hamil bersalin yang termasuk ada riwayat risiko tingginya, 98,4% mengalami stres persalinan sedangkan yang tidak mengalami stres hanya 1,6%. Hasil Uji dengan Chi-Square test memperlihatkan nilai p = 0,003 lebih kecil dari nilai α = 0.05. sehingga disimpulkan bahwa Riwayat risiko tinggi kehamilan berhubungan dengan stres persalinan. Besarnya kontribusi Riwayat risiko tinggi kehamilan terhadap stres persalinan yang dnilai melalui uji Phi = 0,275 yang berarti 27,5% kontribusinya terhadap kejadian stres persalinan. Hubungan antara riwayat penyakit infeksi dengan stres persalinan (Tabel 5). Dari tabel tersebut diperlihatkan bahwa, dari 90 ibu hamil bersalin yang termasuk ada riwayat penyakit infeksi, 95,6% mengalami stres persalinan sedangkan yang tidak mengalami stres hanya 4,4%. Hasil Uji dengan Chi-Square test memperlihatkan nilai p = 0,001 lebih kecil dari nilai α = 0.05. sehingga disimpulkan bahwa Riwayat penyakit Infeksi berhubungan dengan stres persalinan. Besarnya kontribusi Riwayat penyakit infeksi terhadap stres persalinan yang dnilai melalui uji Phi = 0,292 yang berarti 29,2% kontribusinya terhadap kejadian stres persalinan. PEMBAHASAN Penelitian ini menemukan bahwa 3 variabel (pendampingan suami, riwayat risiko tinggi kehamilan, dan riwayat penyakit infeksi) yang merupakan determinan yang menentukan terjadinya stres persalinan. dan dari ke tiga variabel tersebut terdapat 2 determinan penting (pendampingan suami, riwayat risiko tinggi kehamilan), dan satu diantaranya yang merupakan determinan utama yakni adanya riwayat penyakit infeksi (Lagendyk etal., 2005).
Menurut Bobak et al (2005), pendampingan suami adalah seorang suami yang bertindak menjadi pendamping atau mendampingi atau menemani istri selama dalam proses persalinan. Secara psikologis, seorang isteri yang sedang menghadapi persalinannya sangat membutuhkan perhatian bantuan moril, motivasi serta dorongan psikologis penuh, baik oleh petugas penolong persalinan, utamanya suaminya sendiri, oleh karena proses persalinan merupakan masa yang cukup berat bagi ibu, untuk melahirkan bayinya dengan aman dan nyaman, tanpa risiko yang memberikan ancaman untuk kelangsungan hidup ibu maupun bayi yang dilahirkannya. Sumiati dalam penelitiannya di RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar tahun 2012 menemukan, hanya 61,7 % ibu bersalin didampingi oleh suaminya. Sedangkan Ridha Hafid dalam penelitiannya di Wilayah Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten
Gorontalo, Provinsi Gorontalo tahun 2013 menemukan ibu hamil yang mengalami stress selama dalam proses persalinan adalah 63,0 % termasuk stress ringan dan 37,0% termasuk stress berat. Sedangkan Penelitian ini menemukan hanya 47,1% ibu bersalin yang didampingi oleh suaminya, dan mengalami stress sebanyak 90,8%. Umur pertama hamil mempunyai secara teori dianggap memberi pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan, khususnya stres selama proses persalinan berlangsung. Umur ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun memiliki resiko tinggi yang kemungkinan akan memberikan ancaman kesehatan dan jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya selama kehamilan, persalinan dan nifas (Mochtar, 2003). Dari hasil penelitian menunjukkan dari 78 ibu bersalin
yang termasuk paritas
berisiko 74 (94,9%) mengalami stress, dan hanya 4 (5,150 yang tidak mengalami stress. Hasil uji statistic dengan uji Chi-Square menunjukkan nilai p = 0,037, < dari nilai p = 0,05. (signifikan). Berarti Paritas berhubungan dengan stress persalinan yang dialami oleh ibu besalin. Besarnya kontribusi Paritas terhadap kejadian stress persalinan yang dinilai melalui uji Phi = 0,196 yang berarti 19,6%. Berbagai macam resiko tinggi dapat dialami oleh seorang ibu pada waktu mengalami Kehamilan antara lain: Perdarahan, Hipertensi, Diabetes mellitus, Malaria, Tuberculosis dan Penyakit Jantung Coroner. Risiko tersebut dapat secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kelangsungan Kehamilan berupa stress dalam berbagai tingkatan. Semakin berat risiko yang dialami oleh seorang ibu hamil maka juga akan menanggung risiko yang lebih berat. Berbagai hasil penelitian telah dilakukan diberbagai Negara menemukan bahwa ada hubungan kejadian stress dengan preeklamsi, stroke dan kematian janin, karena keadaan demikian memicu timbulnya kerja jantung sehingga bukan hanya mengancam jiwa bayi juga mengancam ibu (Enkim et al., 2005). Penyakit Menular Seksual (PMS) atau Seksually Transmitted Disease adalah suatu gangguan atau penyakit yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak hubungan seksual. PMS yang sering terjadi adalah Gonorhoe, Sifilis, Herpes, namun yang paling terbesar adalah AIDS. AIDS merupakan penyakit yang mengakibatkan kematian pada penderitanya. Sebagai konsekuensi dari berbagai penyakit infeksi ini adalah ada diantara penyakit tersebut yang dapat menembus barier plasenta dan mengakibtkan gangguan sirkulasi foetomaternal selama kehamilan. Selain dari pada itu stres persalinan pad ibu yang mengalaim penyakit infeksi juga menjadi masalah penting pada setiap ibu bersalin. Sebagai akibatnya terjadinya berbagai gangguan seperti: gangguan suplai nutrisi pada janin, terjadinya konstriksi pada sistem circulasi foeto maternal, sehingga berakibat terjadinya
defisiensi nutrient, serta diproduksinya catecolamin seluruh sistim sirkulasi ibu dengan berbagai akibatnya.
KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: dari 5 variabel yang termasuk faktor determinan yang dianggap mempengaruhi kejadian stres persalinan 4 diantaranya (Pendampingan suami, Paritas, Riwayat risiko tinggi kehamilaan, dan Riwayat penyakit infeksi,) memberi pengaruh secara signifikan terhadap kejadian stres persalinan, di RSUD Abepura Jayapura Provinsi Papua. Satu diantaranya (umur petama hamil) tidak memberi pengaruh secara signifikan terhadap stres pesalinan. Tingkat stres yang dialami oleh ibu bersalin di RSUD Abepura Jayapura sebanyak 90,85 dan hanya 9,2% yng tidak mengalami stres persalinan. Dari 4 variabel yang termasuk determinan stres 3 diantaranya (Pendampingan suami, Parias, dan riwayat riisko tinggi) merupakan Determinan penentu kejadian stres persalinan. Sedangkan variabel riwayat penyakit infeksi merupakan penentu utama kejadian sres persalinan pad ibu bersalin di RSUD Abepura Jayapura Provinsi Papua. Berdasarkan temuan perlu penanganan yang cermat tehadap pelayanan antenatal agar kehamilan terkontrol dengan baik dan tidak menibulkan koplikasi. Penanganan intensif bagi penyakit infeksi khususnya bagi ibu hamil agar kehamilannya tidak berakhir dengan komplikasi dan kematian ibu maupun bayinya. Meningkatkan kinerja petugas RSUD abepura dalam pemberian pelayanan pada masyarakat khsususnya ibu hamil. Mendorong partisipasi suami secara aktif agar mau menjadi pendamping isterinya selama proses pesalinan. Menggalakkan program KB untuk menekan tingkat fertilitas.
DAFTAR PUSTAKA Bobak, Lowdernik dan Jensen. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4, Jakarta. EGC. DepKes RI. (2010). Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001 – 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Enkin M, Keirse M, Neilsaon V, Crowther C, Hednett E and Hofmeyer J. (2005). A Guide to Effective Care in Pregnancy and childbirth. Oxford ; Oxford University Press. Lagendyk, L.E & Thurston, W.E. (2005). A Case Study of Volunters Providing Labour and Childbirth Support in Hospital in Canada Midwifery. 21:14-22. Melaya Putu. (2009). Pendampingan Keluarga Selama Persalinan Terhadap Kejadian Asfiksia Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Undata palu Sulawesi Tengah. Mochtar Roestam. (2003). Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta. EGC. Musbikin. (2005). Panduan Ibu Hamil dan Melahirkan. Cetakan I. Jakarta Mitra pustaka. Nakita, 2004. Menghadapi Istri Bersalin. www.Tabloid-Nakita.com. PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO. (2010). Asuhan Intrapartum, Panduan Pengajaran, Asuhan Kebidanan Fisiologi Bagi Dosen Diploma III Kebidanan, Jakarta. Pusdiknakes. Soetriono, Rita Hanafie. (2007). Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta. Andi. Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung. IKAPI. Alfabeta.
Lampiran Tabel.1 Hubungan Pendampingan suami dengan Stres persalinan di Wilayah kerja RSUD Abepura Jayapura, Provinsi Papua tahun 2014 Stres Persalinan Pendampingan Stres Tdk stres suami n % n % Kurang 87 95,6 4 4,4 Baik 21 75,0 7 25,0 JUMLAH 108 90,8 44 9,2 Sumber : Data Primer, 2014
Total n 91 85 119
% 100,0 100,0 100,0
Hasil Uji : Chi-Square X2 = 10,836 p = 0,001 Phi = 0,302
Tabel. 2 Hubungan Umur Kehamilan pertama dengan stres persalinan di Wilayah kerja RSUD Abepura Jayapura, Provinsi Papua tahun 2014 Stres Persalinan Umur kehamilan Stres Tdk Stres pertama n % n % Berisiko 14 93,3 1 6,7 Tdk berisiko 94 90,4 10 9,6 JUMLAH 108 90,8 11 9,1 Sumber : Data Primer, 2014
Total n % 15 100,0 104 100,0 119 100,0
Hasil Uji : Chi-Square X2 = 0,136 p = 0,712 Phi = 0,034
Tabel. 3 Hubungan Paritas dengan stres persalinan di Wilayah kerja RSUD Abepura Jayapura, Provinsi Papua tahun 2014 Stress Persalinan Paritas Stres Tdk stres n % n % Berisiko 74 94,9 4 5,1 Tdk berisiko 34 82,9 7 17,1 JUMLAH 108 90,8 11 9,2 Sumber : Data Primer, 2014
Total n 78 41 119
% 100,0 100,0 100,0
Hasil Uji : Chi-Square X2 = 4,571 p = 0,033 Phi = 0,196
Tabel. 4 Hubungan Riwayat Komplikai kehamilan dengan stres persalinan di Wilayah kerja RSUD Abepura Jayapura, Provinsi Papua tahun 2014 Riwayat Risiko Tinggi
Stres Persalinan Stres Tidak stres n % n % Ada 61 98,4 1 1,6 Tidak ada 47 82,5 10 17,5 JUMLAH 108 90,0 11 9,2 Sumber : Data Primer, 2014
Total n 62 57 119
% 100,0 100,0 100,0
Hasil Uji : Chi-Square X2 = 8,984 p = 0,003 Phi = 0,275
Tabel.5 Hubungan Riwayat penyakit infeksi dengan stres persalinan di Wilayah kerja RSUD Abepura Jayapura, Provinsi Papua tahun 2014 Riwayat penyakit Infeksi
Stress Persalinan Stres Tidak stres n % n % Ada 86 95,6 4 4,4 Tdk ada 22 75,9 7 24,1 JUMLAH 108 90,8 11 9,2 Sumber : Data Primer, 2014
Total n 90 20 119
% 100,0 100,0 100,0
Hasil Uji : Chi-Square X2 = 10,139 p = 0,001 Phi = 0,292