DETERMINAN AKURASI PELAPORAN ASET DAERAH Haryanto Universitas Diponegoro ABSTRACT This study examines empirically internal factors (knowledge and ethical perception) and external factors (obedience pressure and task complexity) on accuration of asset reporting that was prepared by pengguna barang/kuasa pengguna barang. Sample of the study used sixty one samples to the pengguna barang/kuasa pengguna barang who took duty on local government in Indonesia. Convinience sampling method is used as sampling method. This study used quesionaire that were given directly to the pengguna barang/kuasa pengguna barang. The analyzis method was used in this study is double regression analysis. The study shows result that external factors (obedience pressure and task complexity) has no significant influence on accuration of asset reporting that was prepared by pengguna barang/kuasa pengguna barang. However the internal factors (knowledge and ethical perception ) has significant influence on accuration of asset reporting that was prepared by pengguna barang/kuasa pengguna barang. Keywords: Obedience pressure, task complexity, knowledge, ethical perception, accuration of asset reporting PENDAHULUAN
Informasi
barang
milik
daerah
Masalah pelaporan aset daerah masih
(BMD) dalam neraca terinci dalam dokumen
menjadi topik utama dalam laporan hasil
pendukung Kartu Inventaris Barang (KIB)
pemeriksaan (LHP) yang dilakukan oleh Badan
dan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Kuasa
(BPK RI). Salah satu hal yang diharapkan dari
Besaran nilai laporan aset daerah memberikan
penyelesaian masalah pelaporan aset adalah
sumbangan yang paling signifikan terhadap
bagaimana melakukan upaya-upaya nyata
seluruh laporan keuangan. LBP/LKPB sendiri
dalam pembenahan atas permasalahan aset
merupakan gabungan dari seluruh laporan-
daerah khususnya aset tetap (clearance fixed
laporan tentang keberadaan dan penggunaan
assets) (BPK RI, 2012). Informasi mengenai
barang yang ada di SKPD/UKPD (Pemerintah
aset
keuangan
Republik Indonesia, 2006; Menteri Dalam
pemerintah daerah (LKPD) tertuang dalam
Negeri, 2007). Informasi yang berasal dari
neraca. Neraca dalam LKPD suatu pemerintah
LBP/LKPB tersebut berkaitan dengan pos-pos
daerah merupakan hasil konsolidasi/gabungan
persediaan, aset tetap, maupun aset lainnya.
neraca seluruh laporan keuangan SKPD/
Hal ini menjadikan pertanggungjawaban
UKPD (Pemerintah
atas BMD atau aset daerah menjadi sangat
daerah
dalam
laporan
Republik
Indonesia,
2010).
236
Laporan
Barang Pengguna/Laporan
Pengguna
Barang
(LBP/LKPB).
penting. Keakuratan data aset daerah tentunya DETERMINAN AKURASI PELAPORAN ASET DAERAH Haryanto Universitas Diponegoro
sangat dibutuhkan dalam mendukung laporan
Negeri Nomor 17 Tahun 2007
tentang
keuangan agar dapat tersaji secara wajar
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik
(Menteri Dalam Negeri, 2007).
Daerah disebutkan bahwa pengelola/pejabat
Dalam beberapa kasus, kewajaran
yang bertanggungjawab untuk mengelola
pelaporan aset daerah dalam laporan keuangan
aset daerah dipersyaratkan untuk memenuhi
ternodai dengan terjadinya kasus sengketa atas
kualifikasi tertentu untuk
aset daerah (tanah dan bangunan) milik daerah
pelaksanaan tugasnya. Salah satu kualifikasi
antara pemerintah daerah dengan pihak-pihak
persyaratan yang diminta adalah syarat
yang mengakui kepemilikannya. Kejadian
pendidikan dan pelatihan. Adanya pendidikan
seperti
yang
dan pelatihan yang memadai diharapkan
sangat merugikan bagi pemerintah daerah
sejalan dengan peningkatan pengetahuan.
(Indrianasari dan Nahartyo, 2008). Seperti
Hal ini relevan dengan upaya peningkatan
halnya tuntutan hukum atas kepemilikan
efektivitas dan konsistensi dalam pelaksanaan
tanah akan menimbulkan dampak psikologis
tugas pengelolaan aset daerah.
ini
menimbulkan
atas hilangnya kepercayaan
dampak
publik
dan
Seorang
mendukung
pengelola
atau
pejabat
kredibilitas sosial atas pemerintah daerah
(pengguna
(Dezoort dan Lord (1994) dalam Hartanto
dalam melakukan tugasnya menyusun dan
dan
menyajikan laporan aset daerah diindikasikan
Wijaya
(2001).
Untuk mencegah
barang/kuasa pengguna barang)
berulangnya kasus sengketa atau sejenisnya
dipengaruhi
atas aset daerah, pemerintah daerah dalam hal
faktor internal maupun eksternal. Menurut
ini pengelola atau pejabat yang memiliki tugas
Meyer (2001) dalam Jamilah dkk. (2007)
dan fungsi untuk melaksanakan pengelolaan
diidentifikasikan ada beberapa faktor yang
dan pelaporan aset daerah dituntut untuk
mempengaruhi
bersikap profesional.
sesorang dalam pembuatan keputusan yaitu
Sikap profesionalisme telah menjadi isu
oleh
faktor internal
berbagai
sikap berupa
faktor,
baik
profesionalisme pengetahuan
dan
yang kritis bagi profesi pengelola aset daerah
persepsi etis dan faktor eksternal berupa
karena hal tersebut dapat menggambarkan
tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas.
kinerja para pengelola aset daerah. Sikap
Banyaknya tekanan dalam pekerjaan
profesionalisme pengelola aset daerah dapat
dapat
dicerminkan oleh ketepatan atau akurasi dalam
tekanan ketaatan. Hai ini terjadi karena
pelaporan aset daerah yang menjadi tanggung
adanya kesenjangan ekspektasi yang dihadapi
jawabnya (Menteri Dalam Negeri, 2007; BPK
oleh seseorang di dalam pekerjaannya.
RI, 2012). Dalam Peraturan Menteri Dalam
Kesenjangan ekspektasi tersebut terjadinya
membuat
seseorang
menghadapi
Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 10/No. 2/ Mei 2014 : 236 - 255
237
karena adanya perbedaan antara keinginan
Bonner
(2002)
mengidentikasikan
pejabat untuk mendapatkan penilaian yang
bahwa kompleksitas tugas merupakan salah
baik atas pekerjaannya dan keinginan atasan
satu faktor yang berpengaruh terhadap kinerja
atau lingkungan atau pihak pemeriksa yang
seorang dalam membuat suatu tindakan atau
harus bertindak sesuai dengan standar yang
keputusan. Tindakan atau keputusan dalam
telah didapatkannya. Dalam kondisi ini
pelaporan aset daerah mendominasi dan
seseorang dihadapkan dalam dua pilihan
memiliki nilai rupiah yang paling signifikan
apakah akan taat kepada perintah atau apakah
atas kewajaran pelaporan keuangan. Profesi
akan taat kepada standar profesional/standar
yang
berkecimpung
operasional prosedur yang ada. Teori ketaatan
aset
daerah
menyatakan bahwa individu yang memiliki
keuangan
kekuasaan merupakan suatu sumber yang
tugas yang tinggi.
dapat mempengaruhi perilaku orang lain
(2002) mengemukakan ada tiga alasan yang
dengan perintah yang diberikannya. Hal
cukup mendasar mengapa pengujian terhadap
ini disebabkan oleh keberadaan kekuasaan
kompleksitas tugas untuk sebuah situasi
atau otoritas yang merupakan bentuk dari
pelaporan keuangan perlu dilakukan. Pertama,
legitimate power.
kompleksitas tugas ini diduga berpengaruh
Pengelola
atau
pejabat
sebagai
relatif
dalam
pelaporan
bagian
memiliki
pelaporan
kompleksitas
Lebih lanjut Bonner
yang
signifikan terhadap kinerja seorang yang
bertanggung jawab atas pengelolaan aset
berkecimpung didalamnya. Kedua, sarana
daerah merupakan sebuah profesi yang dapat
dan teknik pembuatan keputusan dan latihan
menimbulkan kondisi stres dalam pelaksanaan
tertentu diduga telah dikondisikan sedemikian
pekerjaannya. Penelitian Miller, Mur dan
rupa
Cohen (1988) dalam Murtiasari dan Ghozali
keganjilan pada kompleksitas tugas pelaporan
(2006) menyebutkan bahwa profesi penyusun
keuangan termasuk aset. Ketiga, pemahaman
laporan pertanggungjawaban (keuangan, aset
terhadap kompleksitas dari sebuah tugas
atau sejenisnya) merupakan salah satu dari
dapat membantu tim manajemen/pengelola
sepuluh profesi yang mengandung tingkat
aset daerah menemukan solusi terbaik bagi
stres tertinggi. Hal ini disebabkan karena
staf dan pengelolaan tugas (Zulaikha, 2006;
penyusun laporan pertanggungjawaban tidak
Jamilah dkk., 2007; Asih, 2010).
hanya harus menghadapi konflik peran tetapi
ketika
para
peneliti
memahami
Hasil penelitian Chung dan Monroe
juga memiliki tingkat kompleksitas tugas
(2001)
yang tinggi dari pekerjaan yang dihadapinya
tugas yang tinggi berpengaruh terhadap
(Asih, 2010).
keputusan atau tindakan akan dibuat pengelola
238
DETERMINAN AKURASI PELAPORAN ASET DAERAH Haryanto Universitas Diponegoro
mengatakan
bahwa
kompleksitas
keuangan/aset dalam hal ini pengguna barang/
pekerjaan
kuasa pengguna barang. Hal senada juga
dengan pengetahuan dan kemampuan yang
ditujukkan dalam penelitian yang dilakukan
dimilikinya.
Abdolmohammadi
dan
Wright
seorang
profesional
didukung
(1987)
Aspek moral juga merupakan unsur
mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan
utama yang harus dimiliki oleh seorang
judgement yang dibuat seseorang (pengguna
profesional dalam menjalankan profesinya.
barang/kuasa
Sering kali seorang profesional dihadapkan
pengguna
barang)
pada
kompleksitas tinggi dan kompleksitas rendah.
pada
sebuah
kondisi
dilematis
yang
Ketepatan atau akurasi pelaporan
melibatkan pilihan antara pertentangan nilai-
aset daerah yang dibuat pengguna barang/
nilai etis mereka dan kewajiban mereka untuk
kuasa pengguna
memiliki
barang
didukung oleh
integritas
serta
obyektivitas
pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan
yang
tersebut meliputi pengetahuan umum dan
aset daerah juga sering berhadapan dengan
khusus,
pengetahuan
pengambilan keputusan yang tidak hanya
regulasi
dan
pengetahuan
mengenai
bidang
keuangan/akuntansi mengenai
lingkup
serta “proses
tinggi (Ida, 2003). Pengelola/pejabat
cukup dengan
standar pekerjaan yang ada
tetapi juga kode etik.
bisnis”. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh
Kesadaran
etis
memegang
peran
pengguna barang/kuasa pengguna barang
yang penting bagi seorang pengelola aset
melalui pendidikan formal, pelatihan teknis
daerah.
maupun pengalaman.
profesi merupakan ujung tombak dari suatu
Dapat
dikatakan
bahwa
etika
Libby (1995) dalam Diani dan Ria
profesi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan
(2007) rmengatakan bahwa kinerja seorang
bahwa profesi pengelola aset daerah sangat
profesional dapat diukur dengan beberapa
membutuhkan kepercayaan terhadap kualitas
unsur antara lain
(ability),
jasa yang harus dilaksanakannya. Sebagai
pengetahuan (knowledge), dan pengalaman
profesi yang berlandaskan pada kepercayaan
(experience). Bonner (2002) pun mengatakan
dan mengingat pentingnya peran pengelola
profesi
aset maka etika adalah kebutuhan pokok yang
adalah
kemampuan
tingkat penguasaan dan
pelaksanaan dalam memberikan pelayanan atau
penyelesaian
atas
tugasnya,
yang
tidak bisa dinegosiasikan lagi (Ida, 2003). Penelitian
ini
termotivasi
dari
mencakup 3 (tiga) hal yaitu: knowledge
Bonner (2002), Zulaikha (2006) Jamilah
(pengetahuan), skill (keahlian) dan character
dkk. (2007) yang menguji pengaruh faktor
(karakter). Hal serupa juga dikatakan oleh
insentif
Diani dan Ria (2007) bahwa kualitas hasil
kompleksitas tugas dikaitkan dengan profesi
moneter,
tekanan
ketaatan
Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 10/No. 2/ Mei 2014 : 236 - 255
dan
239
auditor
dalam
menjalankan
tugasnya.
melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan.
Penelitian ini menggunakan pola rerangka
Motivasi merupakan kondisi atau energi yang
penelitian dilakukan oleh Jamilah dkk. (2007).
menggerakkan diri karyawan agar terarah atau
Berdasarkan latar belakang perma-
tertuju untuk mencapai tujuan organisasi.
salahan yang telah diungkapkan di atas, maka
Menurut Siegel dan Marconi (1989)
penelitian ini kembali apakah faktor internal:
motivasi merupakan kunci untuk memulai,
pengetahun persepsi etis serta faktor ekster-
mengendalikan,
nal: tekanan ketaatan dan berpengaruh terha-
mengarahkan perilaku. Motivasi juga dapat
dap akurasi pelaporan aset tetap yang dibuat
dikatakan sebagai
oleh penguna barang/kuasa pengguna barang.
dalam hati seseorang dalam dirinya berarti
mempertahankan suatu
dan
penggerak dari
ia mempunyai kekuatan untuk memperoleh TINJAUAN PUSTAKA DAN
kesuksesan dan pencapaian tujuan.
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Motivasi adalah konsep penting bagi pengguna
Teori Motivasi Berprestasi
barang/kuasa
pengguna
barang,
terutama dalam melakukan tugasnya. Pengguna
Menurut Robbins dan Judge (2007)
barang/kuasa pengguna barang harus memiliki
motivasi adalah suatu proses yang menjelaskan
motivasi yang tinggi untuk mencapai tujuan
intesitas, arah dan ketekunan seorang individu
organisasi. Pengguna barang/kuasa pengguna
untuk
Sementara
barang yang memiliki motivasi yang kuat
motivasi umun berkaitan dengan usaha untuk
dalam dirinya tidak akan dipengaruhi oleh
mencapai tujuan apapun.Tiga elemen utama
tekanan ketaatan dari atasan maupun lingkungan
dalam definisi ini yaitu intensitas, arah dan
serta kompleksitas tugas yang menjadi tanggung
ketekunan berhubungan dengan seberapa giat
jawabnya dalam menghasilkan suatu judgment
seseorang
yang relevan untuk membuat laporan aset
mencapai
tujuannya.
berusaha.Intensitas
yang
tinggi
untuk menghasilkan prestasi kerja
yang
daerah.
Pengguna barang/kuasa pengguna
memuaskan harus dikaitkan dengan arah yang
barang yang memiliki motivasi kuat juga akan
menguntungkan. Ketekunan merupakan suatu
terus berusaha menambah pengetahuan baik
ukuran mengenai berapa lama seseorang bisa
yang diperoleh dari pendidikan formal, kursus
mempertahankan usahanya.
dan pelatihan untuk mendukung kinerjanya.
Samsudin motivasi
sebagai
(2005)
menyatakan
proses mempengaruhi
Teori Penetapan Tujuan
atau mendorong dari luar terhadap seseorang
Teori penetapan tujuan merupakan
atau kelompok kerja agar mereka mau
bagian dari teori motivasi yang dikemukakan
240
DETERMINAN AKURASI PELAPORAN ASET DAERAH Haryanto Universitas Diponegoro
oleh Edwin Locke pada akhir tahun 1960-
diharapkannya atas hasil kinerjanya, tidak akan
an (Jamilah dkk.,2007). Teori ini menegaskan
lingkungannya dalam melaksanakan tugas yang
bahwa niat individu untuk mencapai sebuah
kompleks. Pemahaman mengenai tujuannya
tujuan merupakan sumber motivasi kerja
dapat
yang utama. Seorang individu dengan tujuan
pengguna barang membuat suatu keputusan atau
yang sulit, lebih spesifik dan menantang
tindakan yang benar. Pejabat pengelola
akan menghasilkan kinerja yang lebih tinggi
seharusnya memahami bahwa tugasnya adalah
dibandingkan dengan tujuan yang tidak jelas
memberikan jasa profesional untuk menyajikan
dan mudah.
informasi aset daerah dengan menyusun atau
membantu
pengguna
barang/kuasa aset
Locke dan Lathan (1990) dalam Jamilah
membuat laporan aset daerah secara akurat.
dkk., (2007) mengungkapkan bahwa terdapat
Melalui pemahaman ini pengguna barang/kuasa
dua kategori tindakan yang diarahkan oleh tujuan
pengguna barang akan tetap bersikap profesional
(goal-directedaction) yaitu: (a) no-conciously
sesuai dengan etika profesi dan standar yang
goal directed dan (b) consciously goal directed
berlaku meskipun menghadapi rintangan dalam
atau purposefil actions. Premis yang mendasari
tugasnya.
teori ini adalah kategori yang kedua yaitu consciously goal, dimana dalam conscious goal,
Teori X dan Y McGregor
ide-ide berguna untuk mendorong individu
McGregor
untuk bertindak.
mengemukakan
dua
pandangan nyata mengenai manusia yaitu teori
Teori penetapan tujuan mengasumsi-
X (negatif) dan teori Y (positif). Individu yang
kan bahwa ada suatu hubungan langsung an-
bertipe X memiliki locus of control eksternal
tara definisi dari tujuan yang spesifik dan terukur
dimana mereka pada dasarnya tidak menyukai
dengan kinerja: jika seseorang (manajer/pejabat)
pekerjaan, berusaha
tahu apa sebenarnya tujuan yang ingin dicapai
menghindari tanggung jawab, sehingga mereka
oleh mereka, maka mereka akan lebih termo-
harus dipaksa atau diancam dengan hukuman
tivasi untuk mengerahkan usaha yang dapat me-
untuk mencapai tujuan. Bertentangan dengan
ningkatkan kinerja mereka (Locke dan Lathan,
individu bertipe X, McGregor menyebutkan
1990 dalam Jamilah dkk., 2007). Tujuan yang
individu yang bertipe Y memiliki locus of
memiliki tantangan biasanya diimplementasi-
control internal dimana mereka menyukai
kan dalam output dengan level yang spesifik
pekerjaan, mampu mengendalikan diri untuk
yang harus dicapai.
mencapai tujuan, bertanggung jawab, dan
Pengguna
barang/kuasa
pengguna
barang yang memahami tujuan dan apa yang
menghindarinya dan
mampu membuat keputusan inovatif (Jamilah dkk., 2007). Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 10/No. 2/ Mei 2014 : 236 - 255
241
Pengguna
barang/kuasa
pengguna
perintah yang diberikannya. Hal ini disebabkan
barang yang termasuk dalam tipe X jika
oleh keberadaan kekuasaan atau otoritas
mendapat tekanan ketaatan dan tugas yang
yang merupakan bentuk legitimasi power
kompleks akan cenderung membuat tindakan
atau kemampuan atasan untuk mempengaruhi
atau keputusan yang kurang baik dan tidak
bawahan karena ada posisi khusus dalam
tepat. Pengguna barang/kuasa pengguna barang
stuktur hierarki organisasi Milgran (1974)
dengan tipe ini tidak dapat melaksanakan
dalam Hartanto dan Wijaya (2001).
tanggung jawabnya yang mengakibatkan tujuan
Dalam
hal
ini
tekanan
ketaatan
pelaporan aset daerah tidak dapat tercapai
diartikan sebagai tekanan yang diterima oleh
dengan baik. Pengguna barang/kuasa pengguna
pengguna barang/kuasa pengguna barang
barang juga lebih suka menaruh keamanan
dari atasan dan/atau lingkungannya untuk
diatas semua faktor yang dikaitkan dengan
melakukan tindakan yang menyimpang dari
kerja, sehingga ketika mendapat cenderung
standar profesionalisme. Instruksi atasan
mencari
bahkan
dalam suatu organisasi akan mempengaruhi
berperilaku disfungsional. Sedangkan pengguna
perilaku bawahan karena atasan memiliki
barang/kuasa pengguna barang yang termasuk
otoritas (Jamilah dkk., 2007).
jalan
yang
aman
dan
dalam tipe Y dapat bertanggung jawab atas
Tekanan ketaatan pada lingkungan
tugasnya dan tetap bersikap profesional dalam
pemerintahan lebih terfokus pada tekanan
menjalankan
Pengguna barang/
yang berasal dari atasan. Tekanan ini berupa
kuasa pengguna barang dengan tipe ini tidak
perintah atasan kepada pejabat pengeloa aset
akan terpengaruh meskipun mendapat tekanan
daerah untuk menyajikan informasi aset daerah
ketaatan dan menghadapi tugas audit yang
dengan tujuan tertentu dengan mengabaikan
kompleks, sehingga dapat membuat tindakan
standar atau barang/kuasa pengguna barang
atau keputusan yang lebih baik dan tepat.
yang tidak mengikuti perintah atasan dapat
tugasnya.
berupa mutasi jabatan atau sejenisnya. Sanksi Tekanan Ketaatan Tekanan
ketaatan
tersebut lebih jauh lagi akan berdampak pada adalah
jenis
lambatnya kenaikan jenjang karir.
tekanan pengaruh sosial yang dihasilkan ketika individu dengan perintah langsung
Kompleksitas Tugas
dari perilaku individu lain. Teori ketaatan
Pengguna
pengguna
menyatakan bahwa individu yang memiliki
barang
kekuasaan merupakan suatu sumber yang
tugas yang banyak, berbeda-beda dan saling
dapat mempengaruhi perilaku orang dengan
terkait satu sama lain. Kompleksitas adalah
242
DETERMINAN AKURASI PELAPORAN ASET DAERAH Haryanto Universitas Diponegoro
selalu
barang/kuasa
dihadapkan dengan tugas-
sulitnya suatu tugas yang disebabkan oleh
faktor yaitu: a) banyaknya informasi yang ti-
terbatasnya kapabilitas, dan daya ingat serta
dak relevan dalam artian informasi tersebut
kemampuan untuk mengintegrasikan masalah
tidak konsisten dengan kejadian yang akan
yang dimiliki oleh seorang pembuat keputusan
diprediksikan; b) adanya ambiguitas yang
(Jamilah dkk., 2007). Tingkat kesulitan
tinggi, yaitu beragamnya outcome (hasil)
tugas dan struktur tugas merupakan dua aspek
yang diharapkan oleh pemakai laporan aset
penyusun dari kompleksitas tugas. Tingkat
dari kegiatan pengelolaan aset. Restuningdiah
sulitnya tugas
dengan
dan Indriantoro (2000) menyatakan bahwa
banyaknya informasi tentang tugas tersebut,
peningkatan kompleksitas tugas dapat menu-
sementara struktur adalah terkait dengan
runkan tingkat keberhasilan tugas itu. Terkait
kejelasan informasi (information clarity).
dengan kegiatan pengelolaan aset, tingginya
selalu
dikaitkan
Kompleksitas tugas merupakan tugas
kompleksitas pengelolaan aset ini dapat me-
terstuktur, membinggungkan,
nyebabkan pejabat pengelola aset berperilaku
dan sulit. Beberapa tugas pengelolaan aset
disfungsional sehingga menyebabkan seorang
dipertimbangkan
dengan
pejabat pengelola aset menjadi tidak konsis-
kompleksitas tinggi dan sulit, sementara yang
tensi dan tidak akuntanbel. Adanya komplek-
lain
tugas
sitas tugas yang tinggi dapat merusak tindakan
mudah. Persepsi ini menimbulkan
atau keputusan yang dibuat oleh pejabat pen-
yang
yang
tidak
sebagai
tugas
mempresepsikannya sebagai
kemungkinan bahwa suatu tugas pengelolaan
gelola aset.
aset sulit bagi seseorang, namun mungkin juga mudah bagi orang lain. Restuningdiah
Pengetahuan
dan Indriantoro (2000) menyatakan bahwa
Pengetahuan kondisi
adalah
mengenai
suatu
kompleksitas tugas muncul dari ambiguitas
atau
dan stuktur yang lemah, baik dalam tugas-
baik yang didapat lewat pengalaman dan
tugas utama maupun tugas-tugas lain.
pelatihan.
Pengetahuan
sesuatu
fakta
adalah
dengan segala
membin-
maklumat yang berguna bagi tugas yang
(ambigous) dan tidak terstuktur,
akan dilakukan. Pengetahuan menurut ruang
alternatif-alternatif yang ada tidak dapat
lingkup pengelolaan aset adalah kemampuan
didefinisikan, sehingga data tidak dapat di-
penguasaan
peroleh dan outputnya tidak dapat diprediksi.
pengguna barang terhadap pengelolaan aset
Chung dan Monroe (2001) mengemukakan ar-
mulai dari aspek perencanaan, pengadaan,
gumen yang sama, bahwa kompleksitas tugas
penatausahaan, pencatatan sampai dengan
dalam pengauditan dipengaruhi oleh beberapa
penyusunan laporan aset daerah. Pengetahuan
Pada gungkan
tugas-tugas
yang
pengguna
barang/kuasa
Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 10/No. 2/ Mei 2014 : 236 - 255
243
pengelolan aset diartikan
dengan tingkat
dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Sejumlah
pemahaman pengguna barang/kuasa pengguna
faktor tersebut beroperasi untuk membentuk
barang terhadap sebuah pekerjaan, secara
dan terkadang mengubah persepsi. Faktor-
konseptual atau teoritis.
faktor ini bisa terletak dalam diri pembentuk persepsi, dalam diri objek atau target yang
Persepsi Etis
diartikan atau dalam konteks situasi di mana
Pengertian persepsi menurut Kamus
persepsi tersebut dibuat (Ida, 2003). Faktor
Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan
pada pemersepsi antara lain sikap, motif,
(penerimaan) langsung dari sesuatu atau
kepentingan pengalaman, dan penghargaan.
merupakan proses seseorang mengetahui
Faktor pada obyek antara lain hal baru,
beberapa hal melalui panca indera. Robbins
gerakan,bunyi, ukuran, latar belakang, dan
dan Judge (2007) mengartikan persepsi
kedekatan. Sedangkan faktor dalam situasi
adalah
atau
antara lain waktu, keadaan/tempat, kerja, dan
objek,
keadaan sosial. Dalam hal pelaku persepsi,
atau orang. Gibson (1989) memberikan
karakteristik pribadi dari pelaku persepsi
definisi persepsi adalah proses kognitif
akan mempengaruhi individu tersebut dalam
yang dipergunakan oleh
memandang atau menafsirkan obyek.
bagaimana
orang
mengintrepertasikan
menafsirkan sekitarnya
melihat
kejadian,
individu
dan
memahami
(terhadap
obyek).
untuk dunia Persepsi
Akurasi Pelaporan Aset Daerah
merupakan proses pemberian arti terhadap
Terwujudnya akurasi pelaporan aset
lingkungan oleh individu. Oleh karena itu,
daerah merupakan refleksi atas pendapat,
setiap individu dapat memberikan arti secara
keputusan, dan pertimbangan (judgment)
berbeda kepada realitas objektif meskipun
dari pengguna barang/kuasa pengguna barang
objeknya sama (Ida, 2003; Herawaty dan
dalam menjalankan tugasnya dengan baik.
Kurnia, 2008).
Hogarth dan Einhorn (1992) mengartikan
Lebih lanjut Robbins dan Judge (2007)
mengartikan
judgment sebagai
proses kognitif yang
persepsi sebagai
merupakan perilaku pemilihan keputusan.
proses di mana individu mengatur dan
Judgment merupakan suatu proses yang terus
menginterpretasikan
sensoris
menerus dalam perolehan informasi (termasuk
mereka guna memberikan arti bagi lingkungan
umpan balik dari tindakan sebelumnya),
mereka. Robbins dan Judge (2007) juga
pilhan untuk bertindak atau tidak bertindak,
menyatakan
penerimaan informasi lebih lanjut. Judgment
bahwa
kesan-kesan
perbedaan
persepsi
yang berbeda pada objek yang sama dapat 244
DETERMINAN AKURASI PELAPORAN ASET DAERAH Haryanto Universitas Diponegoro
merupakan
suatu
kegiatan
yang selalu
dibutuhkan oleh seorang profesional dalam
maka tindakan atau keputusan yang diambil
melaksanakan tugas yang menjadi tanggung
oleh pengguna barang/kuasa pengguna barang
jawabnya.
cenderung kurang tepat, sehingga dapat
Setiap pengguna judgment
pengguna
barang yang
barang/kuasa
dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
menghasilkan
berbeda
untuk
dalam
H1: Tekanan ketaatan berpengaruh secara
melaksanakan tugas yang sama. Sehingga
negatif terhadap akurasi pelaporan
pengguna barang/kuasa pengguna barang
aset
harus selalu mengasah kemampunnya karena
pengguna barang/kuasa pengguna
semakin handal judgment yang diambilnya
barang.
daerah yang dibuat
oleh
maka akan semakin tinggi akurasi pelaporan Kompleksitas Tugas dan Akurasi
aset daerah yang dibuatnya.
Pelaporan Aset Daerah Pengembangan Hipotesis
Kompleksitas tugas merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi akurasi
Tekanan Ketaatan dan Akuransi
pelaporan aset daerah. Pemahaman mengenai
Pelaporan Aset Daerah
kompleksitas tugas pengelolaan aset daerah
Dalam pengelolaan pengguna
melaksanakan aset,
barang
berhadapan
dengan
tugas
dapat membantu para pengguna barang/kuasa
pengguna barang/kuasa
pengguna barang melaksanakan tugas lebih
secara
baik (Bonner, 2002). Jamilah dkk. (2007)
terus
yang
menjelaskan terdapat dua aspek penyusun
melibatkan pilihan antara nilai-nilai yang
dari kompleksitas tugas, yaitu tingkat kesulitan
bertentangan (Jamilah dkk., 2007). Situasi ini
tugas dan stuktur tugas. Tingkat sulitnya tugas
membawa pengguna barang/kuasa pengguna
selalu dikaitkan dengan banyaknya informasi
barang
dimana
tentang tugas tersebut, sementara struktur
pengguna barang/kuasa pengguna barang
tugas terkait dengan kejelasan informasi
berusaha untuk memenuhi tanggung jawab
(information clarity). Adanya kompleksitas
profesionalnya tetapi disisi lain dituntut pula
tugas yang tinggi dapat merusak judgment
untuk mematuhi perintah dari atasannya atau
atau tindakan atau keputusan yang dibuat oleh
dari tuntutan lingkungan sekitarnya. Adanya
pengguna barang/kuasa pengguna barang.
dalam
dilema
menerus
situasi
etika
konflik,
tekanan pengguna barang/kuasa pengguna
Berdasarkan teori motivasi X dan Y,
barang. Semakin tinggi tekanan yang dihadapi
apabila dihadapkan pada suatu tugas dengan
oleh pengguna barang/kuasa pengguna barang
kompleksitas yang tinggi pengguna barang/ Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 10/No. 2/ Mei 2014 : 236 - 255
245
kuasa pengguna barang akan cenderung
baik
termasuk dalam tipe X. Pengguna barang/kuasa
pelatihan, pendidikan teknis dan pengalaman.
pengguna barang tersebut akan mengalami
Dengan tingkat pengetahuan yang
kesulitan
dari
pendidikan formal, seminar,
dalam menyelesaikan tugasnya.
tinggi yang dimiliki oleh seorang pengguna
Akibatnya pengguna barang/kuasa pengguna
barang/kuasa pengguna barang maka tidak
barang
mengintegrasikan
hanya akan mempunyai pandangan yang
informasi menjadi suatu laporan aset daerah
lebih luas mengenai berbagai hal tetapi juga
yang akurat. Teori penetapan tujuan oleh
yang terpenting dapat menyajikan laporan
Edwin Locke (dalam pengguna barang yang
aset yang akurat. Pengguna barang/kuasa
tidak mengetahui tujuan dan maksud dari
pengguna barang yang memiliki tingkat
tugasnya juga akan mengalami kesulitan
pengetahuan yang tinggi dapat mendeteksi
ketika harus dihadapkan pada suatu
tugas
dan mengeliminir kemungkinan terjadinya
yang kompleks. Berdasarkan uraian di atas,
kesalahan pelaporan aset daerah. Dengan
maka
semakin banyak pengetahuan yang dimiliki
tidak
mampu
dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
oleh pengguna barang/kuasa pengguna barang mengenai bidang pengelolaan aset daerah
H2: Kompleksitas secara
tugas
berpengaruh
negatif terhadap akurasi
pelaporan aset daerah yang dibuat oleh
pengguna
maka
barang/kuasa
pengguna
barang akan semakin mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam.
barang/kuasa
pengguna barang.
pengguna
Berdasarkan
teori
motivasi
berprestasi, pengguna barang/kuasa untuk menambah
pengetahuannya
Pengetahuan dan Akurasi Pelaporan Aset
kinerjanya.
Sehingga
Daerah
pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang dimiliki
pengguna
mendukung
keahlian
pengguna
dan
barang/kuasa
barang akan selalu berkembang
pengguna barang/kuasa pengguna barang
dan mendukung untuk membuat tindakan atau
merupakan hal yang sangat penting yang
keputusan yang tepat. Berdasarkan uraian
dapat
di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
mempengaruhi
pengguna
barang/
kuasa pengguna barang dalam mengambil
sebagai berikut:
keputusan. Pengetahuan merupakan salah satu kunci keefektifan kerja (Jamilah dkk.,
H3:
Pengetahuan berpengaruh secara
2007). Pengetahuan dapat didapatkan oleh
positif terhadap akurasi pelaporan
pengguna barang/kuasa pengguna barang
aset daerah yang dibuat oleh
246
DETERMINAN AKURASI PELAPORAN ASET DAERAH Haryanto Universitas Diponegoro
pengguna barang/ kuasa pengguna
H4: Persepsi etis berpengaruh secara positif
barang.
terhadap akurasi pelaporan aset daerah yang dibuat oleh pengguna
Persepsi Etis dan Akurasi Pelaporan Aset
barang/kuasa pengguna barang.
Daerah Menurut Herawaty dan Kurnia (2008), seseorang dalam membuat keputusan pasti
METODA PENELITIAN Variabel Penelitian
menggunakan lebih dari satu pertimbangan
Variabel independen dalam penelitian
rasional yang didasarkan pada pemahaman
ini adalah tekanan ketaatan, kompleksitas
etika yang berlaku dan
tugas,
membuat suatu
pengetahuan
dan
persepsi
etis.
keputusan yang adil (fair) serta tindakan yang
Sedangkan variabel dependen dalam penelitian
diambil itu harus mencerminkan kebenaran
ini adalah akurasi pelaporan aset daerah.
atau
keadaan
yang
sebenarnya.
Setiap
pertimbangan rasional ini mewakili kebutuhan
Populasi dan Sampel
akan suatu pertimbangan yang diharapkan dapat
Penelitian ini menggunakan teknik
mengungkapkan kebenaran dari keputusan
penyampelan covenience sampling
etis yang telah dibuat, oleh karena itu untuk
teknik
mengukur
cara
tingkat
pemahaman
pengguna
pengambilan
sampel
yaitu dengan
menyebar sejumlah kuesioner dan
barang/kuasa pengguna barang atas pelaksanaan
menggunakan kuesioner yang kembali dan
etika yang berlaku dan setiap keputusan yang
dapat diolah. Sampel dalam penelitian ini
dilakukan memerlukan suatu ukuran (Ida, 2003;
adalah pengguna barang/kuasa pengguna
Herawaty dan Kurnia, 2008).
barang di lingkungan pemerintah daerah di
Pengguna
barang/kuasa
pengguna
Indonesia.
barang yang profesional dalam menjalankan tugasnya
mengikuti
prosedur,
sehingga
standar
Metoda Pengumpulan Data
melaksanakan
Data dikumpulkan dengan metode
aktivitasnya pengguna barang/kuasa pengguna
kuesioner yang disampaikan kepada pengguna
barang memiliki arah yang jelas dan dapat
barang/kuasa pengguna barang di mana
memberikan keputusan yang tepat dan dapat
kuesioner
responden
dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak
langsung
kepada
yang
pekerjaannya.
kuesioner merupakan pertanyaan tertutup
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
yang terdiri dari dua bagian. Bagian pertama
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
berisi deskripsi responden, merupakan uraian
menggunakan
dalam
operasional
hasil
diserahkan/diantar
responden. Pertanyaan
Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 10/No. 2/ Mei 2014 : 236 - 255
247
responden secara demografis. Bagian kedua
individual dalam menerangkan variasi variabel
berisi pertanyaan dengan jawaban seberapa
independen. Dengan tingkat signifikansi 5
jauh responden setuju dan tidak setuju terhadap
% maka kriteria pengujian adalah sebagai
pertanyaan- pertanyaan yang diajukan dalam
berikut :
kuesioner.
1. Jika nilai t hitung > t tabel, Ho ditolak dan Ha diterima hal ini berarti bahwa ada
Metoda Analisis Analisis
hubungan antara variabel independen yang
digunakan
dalam
dengan variabel dependen.
penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Tahap
2. Jika nilai t hitung < t tabel, Ho diterima
yang pertama setelah kuesioner diisi dan
dan Ha ditolak hal ini berarti bahwa
diperoleh dari responden dilakukan beberapa
tidak ada hubungan antara variabel
proses sebelum data diolah dalam statistik.
independen dengan varibel dependen.
Pemberian skor atau nilai dalam penelitian ini
Secara simultan
untuk menjawab
digunakn Skala Likert yang merupakan salah
hipotesis yang ada dapat ditunjukkan dengan
satu cara untuk menentukan skor. Skor ini
persamaan di bawah ini :
digolongkan dalam lima tingkatan, yaitu:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
a). Jawaban SS (Sangat Setuju) diberi nilai 5. Keterangan:
b). Jawaban S (Setuju) diberi nilai 4. c). Jawaban N (Netral) diberi nilai 3.
Y
= audit judgment
d). Jawaban TS (Tidak Setuju) diberi nilai 2.
A
= konstanta
e). Jawaban STS (Sangat Tidak Setuju)
b1, b2
= koefisien regresi untuk
diberi nilai 1.
X1,X2, X3 dan X4 X1
= tekanan ketaatan
Tahap selanjutnya setelah kuesioner
X2
= kompleksitas tugas
tersebut atau data yang diperoleh siap
X3
= pengetahuan
untuk diolah. Data diolah dengan bantuan
X4
= persepsi etis
Program SPSS 15.0. Metode analisis data
e
= error term
yaitu meliputi: HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Regresi Pengujian
Statistik Deskriptif ini
bertujuan
untuk
Sampel penelitian diperoleh dari 61
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
orang
variabel penjelas atau independen secara
barang/pengurus barang/penyimpan barang
248
DETERMINAN AKURASI PELAPORAN ASET DAERAH Haryanto Universitas Diponegoro
pengguna
barang/kuasa pengguna
yang bekerja di lingkungan pemerintah daerah
statistik deskriptif sebagai berikut:
di Indonesia tahun 2012. Berikut ini dijelaskan Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Demografi Responden Keterangan Umur Jenis Kelamin Tingkat Pendi
48 – 54 Laki-laki Perempuan S1 S2/S3 20 – 29
Dikan
Masa Kerja Sumber: Data yang diolah Uji Kualitas Data Pengujian
N 61 7 54 10 51 49
Minimum 48 1
Maksimum 54 2
1
2
20
29
nalisis data dalam penelitian ini adalah mengdilakukan
gunakan regresi linier berganda dan uji hipote-
dengan uji Cronbach Alpha. Suatu konstruk
sis dengan menggunakan uji t dan uji F. Sebe-
dikatakan reliabel jika memberikan nilai
lum membahas tentang analisis data, terlebih
Cronbach Alpha 0,6 (Ghozali, 2011). Hasil
dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang digu-
uji reliabilitas menunjukkan variabel tekanan
nakan untuk mengetahui gangguan-gangguan
ketaatan sebesar 0,712, kompleksitas tugas
atau persoalan-persoalan pada regresi linier
sebesar 0,814, pengetahuan sebesar 0,765
berganda.
dan
persepsi
reliabilitas
etis
sebesar
0,854
serta
akurasi pelaporan 0,723. Semua variabel diatas angka 0,6, hal ini berarti semua variabel dikategorikan reliabel.
Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemu-
Pengujian validitas dengan meng-
kan adanya korelasi antar variabel bebas. Mul-
gunakan rumus correlation product moment
tikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance
dari Pearson. Hasil uji validitas menunjuk-
dan Variance Inflation Factor (VIF). Hasil uji
kan semua daftar pertanyaan pada semua
multikolonierti menunjukkan semua nilai
variabel valid yang memiliki nilai lebih
VIF kurang dari 10, yaitu VIF untuk varia-
besar dari r tabel pada sebesar 0,252.
bel tekanan ketaatan sebesar 1,045; VIF untuk variabel kompleksitas tugas sebesar 1,576;
Ujian Asumsi Klasik Model yang digunakan untuk menga-
VIF variabel pengetahuan sebesar 1,079; VIF variabel persepsi etis sebesar 1,592.
Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 10/No. 2/ Mei 2014 : 236 - 255
249
Mencermati hasil VIF pada semua variabel
diantara du tabel dan (4-du tabel), oleh karena
penelitian yaitu < 10, maka data-data pene-
itu model regresi ini dinyatakan layak untuk
litian digolongkan tidak terdapat gangguan
dipakai.
multikolonieritas dalam model regresinya. Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi Uji
Cara untuk mendeteksinya adalah dengan
cara
menguji apakah dalam suatu model regresi
antara
nilai,
linier ada korelasi antar anggota sampel yang
(Z-PRED)
diurutkan berdasarkan waktu. Penyimpangan
Dari hasil output asumsi heteroskedastisitas
asumsi ini biasanya muncul pada observasi
dengan grafik scatter plot terlihat bahwa titik-
yang menggunakan data time series. Untuk
titik menyebar di atas dan di bawah angka nol
mendiaknosis adanya suatu
autokorelasi
model
regresi
bertujuan
untuk
melihat grafik scatter plot prediksi
variabel
terikat
dengan residualnya (SRESID).
autokorelasi
dalam
pada sumbu Y, maka mengindikasikan bahwa
dilakukan
melalui
tidak terdapat gangguan heteroskedastisitas
pengujian terhadap nilai Uji Durbin Watson.
pada model regresi.
Hasil uji autokorelasi didapatkan hasil DW test (Durbin Watson test) sebesar 1,983
Uji Model dan Hipotesis
(du = 1,810; 4-du = 2,190). Hal ini berarti
Hasil pengujian simultan atas model
model regresi di atas tidak terdapat masalah
regresi dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan hasil
autokorelasi, karena angka DW test berada
pengujian parsial (Uji t) disajikan pada Tabel 4.3
Model 1
R .559
R Square .316
Tabel 4.2 Hasil Uji F Adjusted R Square .269
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Regresi
250
DETERMINAN AKURASI PELAPORAN ASET DAERAH Haryanto Universitas Diponegoro
std. Error of the Estimate 3.0389
Persamaan regresi diperoleh sebagai
terhadap akurasi pelaporan aset daerah yang
berikut:
dibuat oleh pengguna barang/kuasa pengguna barang. Hasil Uji t diperoleh koefisien regresi
Y= - 0,074 X1 – 0,249 X2 + 0,229 X3 +
untuk pengaruh tekanan ketaatan terhadap
0,198 X4
akurasi pelaporan aset daerah adalah sebesar 4,620 dengan tingkat signifikan sebesar
Arah koefisien regresi X1 (tekanan ketaatan) diperoleh
memiliki arah negatif.
0,528. Tingkat signifikan t (0,513) > α (0,05). Hal ini berarti tekanan ketaatan tidak
Hal ini berarti ketaatan yang lebih ketat akan
berpengaruh secara signifikan pada level
cenderung memberikan
akurasi
%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel
pelaporan aset daerah. Arah koefisien regresi
tekanan ketaatan tidak mempengaruhi kinerja
X2 (kompleksitas tugas) diperoleh memiliki
pengguna barang/kuasa pengguna barang
arah negatif. Hal ini berarti kompleksitas tugas
dalam peningkatan akurasi pelaporan aset
yang lebih tinggi dialami pengguna barang/
daerah. Dengan demikian hipotesis H1 dalam
kuasa pengguna barang akan
penelitian ini ditolak.
penurunan
cenderung
mengakibatkan menurunnya akurasi pelaporan aset daerah. Arah
koefisien regresi
5
Walaupun hasil hipotesis H1 ini tidak
X3
signifikan tetapi hal ini mengindifikasikan
(pengetahuan) memiliki arah positif. Hal ini
baik. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan
berarti tingkat pengetahuan yang lebih tinggi
ketaatan yang diperoleh dari atasan maupun
yang dimiliki pengguna barang/kuasa pengguna
lingkungan
barang cenderung mengkibatkan meningkatnya
pengguna
akurasi pelaporan aset daerah. Arah koefisien
dalam menyusun dan menyajikan pelaporan
regresi X4
aset daerah.
(persepsi etis) memiliki arah
tidak
akan
barang/kuasa
mempengaruhi penggun
barang
positif. Hal ini berarti bahwa persepsi pengguna
Hasil penelitian ini tidak konsisten
barang/kuasa pengguna barang mengenai etika
dengan penelitian yang telah dilakukan
dan kode etik profesi yang tinggi yang dimiliki
sebelumnya
pengguna barang/kuasa pengguna barang akan
Hartanto
cenderung
penelitian
mengakibatkan
meningkatnya
akurasi pelaporan aset daerah. Hipotesis 1
oleh
dan
Jamilah
dkk.
Wijaya (2001).
tersebut
Menurut
diisyaratkan
dalam
kondisi adanya
atasan
dan
tekanan
(2007),
perintah dari
bahwa dari
lingkungan
untuk berperilaku menyimpang dari standar
Hipotesis H1 menyatakan bahwa
yang ada, seorang akan cenderung mentaati
tekanan ketaatan berpengaruh secara negatif
perintah tersebut dan hal ini dapat mendorong Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 10/No. 2/ Mei 2014 : 236 - 255
251
seseorang untuk bertindak atau membuat
terhadap akurasi pelaporan aset daerah yang
keputusan yang kurang tepat. Tekanan yang
dibuat oleh pengguna barang/kuasa pengguna
dihadapi akan menjadi pemicu dan motivator
barang. Hasil uji t diperoleh koefisien
bagi seseorang untuk melaksanakan tugas
regresi untuk pengaruh pengetahuan terhadap
yang diembannya dan kurang mengandalkan
akurasi
pada kaidah atau prosedur pekerjaan dan dapat
sebesar 2,343 dalam
berpotensi melakukan penyimpangan dalam
sebesar 0,036. Tingkat signifikan t (0,025)
menyelesaikan pekerjaannya.
< α (0,05). Hai ini dapat disimpulkan bahwa
pelaporan
aset
daerah adalah
tingkat signifikan
variabel pengetahuan mempengaruhi kinerja Hipotesis 2
pengguna barang/kuasa pengguna barang
Hipotesis H2
menyatakan bahwa
dalam meningkatkan akurasi pelaporan aset
kompleksitas tugas berpengaruh secara negatif
daerah. Dengan demikian hipotesis H3 dalam
terhadap akurasi pelaporan aset daerah yang
penelitian ini diterima.
dibuat oleh pengguna barang/kuasa pengguna
Hasil penelitian ini konsisten dengan
barang. Hasil uji t diperoleh koefisien regresi
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
untuk pengaruh kompleksitas tugas terhadap akurasi pelaporan aset daerah adalah sebesar 4,620 dengan tingkat signifikan sebesar 0,111. Tingkat signifikansi t (0,109) > α (0,05). Hai ini dapat disimpulkan bahwa variabel kompleksitas
tugas
tidak
mempengaruhi
kinerja pengguna barang/kuasa
pengguna
barang dalam peningkatan akurasi pelaporan aset daerah. Dengan demikian hipotesis H1 dalam penelitian ini ditolak. Hasil
penelitian
ini
Diani dan Ria (2007) yang mengindikasikan bahwa pada tingkat kompleksitas tinggi maupun rendah, terdapat indikasi yang signifikan
antara
akuntabilitas
dengan
pengetahuan terhadap kualitas kerja. Hal ini juga berarti dapat dimaknai dengan semakin tinggi pengetahuan pengguna barang/kuasa pengguna barang maka semakin tinggi tingkat akurasi penyajian laporan aset daerah.
konsisten
dengan penelitian Jamilah dkk. (2007) yang menunjukkan hasil penelitian senada. Jamilah
Hipotesis 4 Hipotesis
H4
menyatajan
bahwa
dkk. (2007) menguji pengaruh kompleksitas
persepsi etis berpengaruh secara positif
tugas dalam pembuatan judgment (auditor).
terhadap akurasi pelaporan aset daerah yang dibuat oleh pengguna barang/kuasa pengguna barang. Hasil uji t diperoleh koefisien
Hipotesis 3 Hipotesis H3 menyatakan bahwa pengetahuan 252
berpengaruh
secara
positif
DETERMINAN AKURASI PELAPORAN ASET DAERAH Haryanto Universitas Diponegoro
regresi untuk
pengaruh
persepsi
etis
terhadap akurasi pelaporan aset tetap adalah
sebesar 2,144 dengan tingkat signifikasi
akan
sebesar 0,036. Tingkat signifikansi t (0,022)
akurasi
< α (0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa
juga hal dengan variabel kompleksitas tugas,
variabel perpepsi etis mempengaruhi kinerja
memiliki arah hubungan negatif dengan
pengguna barang/kuasa pengguna barang
akurasi pelaporan aset daerah. Hal ini berarti
dalam meningkatkan akurasi pelaporan aset
kompleksitas tugas yang lebih tinggi dialami
daerah. Dengan demikian hipotesis H4 dalam
pengguna barang/kuasa pengguna barang
penelitian ini diterima.
akan cenderung mengakibatkan menurunnya
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
sebelumnya
yang
cenderung
akurasi
memberikan
penurunan
pelaporan aset daerah. Demikian
pelaporan
aset
daerah; kedua,
dilakukan
pengetahuan dan persepsi etis mempengaruhi
oleh Nuryanto dan Dewi (2001), yang
signifikan akurasi pelaporan aset daerah yang
mengindikasikan bahwa terdapat hubungan
dibuat oleh pengguna barang/kuasa pengguna
yang signifikan antara pemahaman nilai-nilai
barang.
etika dengan pembuatan keputusan. Hal ini
Penelitian ini mempunyai sejumlah
juga berarti dapat dimaknai dengan semakin
keterbatasan baik dalam pengambilan sampel
tinggi pemahaman atas persepsi etis pengguna
maupun dalam metode yang digunakan.
barang/kuasa pengguna barang maka semakin
Keterbatasan
tinggi komitmennya dalam meningkatkan
penelitian ini hanya menggunakan sampel
akurasi penyajian laporan aset daerah.
sebanyak 61 orang pengguna barang/kuasa
tersebut
antara
lain
pengguna barang pada pemerintah daerah KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan
yang
dapat menjelaskan salah satu penyebab hasil
telah dilakukan diperoleh simpulan sebagai
analisis tidak konsisten dengan hasil penelitian
berikut,
sebelumnya.
pertama,
hasil hasil
analisis
di Indonesia. Keterbatasan data ini mungkin
penelitian
ini
menunjukkan bahwa tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas
tidak
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
mempengaruhi
rujukan bagi para pemangku kepentingan di
pengguna barang/kuasa pengguna barang
pemerintah daerah dalam pembuatan regulasi
dalam membuat laporan aset daerah. Hasil
pengelolaan barang milik daerah/aset daerah
statistis menunjukkan arah hubungan antara
khususnya pengaturan
variabel tekanan ketaatan dengan akurasi
operasional prosedur pengelolaan barang/aset
pelaporan aset daerah adalah arah negatif.
daerah. Disarankan untuk melakukan penelitian
Hal ini konsisten dengan yang dihipotesiskan
selanjutnya dengan menggunakan
atau hal ini berarti ketaatan yang lebih ketat
yang lebih banyak, sehingga diharapkan
mengenai standar
Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 10/No. 2/ Mei 2014 : 236 - 255
sampel
253
hasilnya dapat digeneralisasikan terhadap populasi penelitian secara keseluruhan. DAFTAR PUSTAKA Abdolmohammadi, M dan A. Wright. 1987. An Examination of Effect Experience and Task Complexcity on Audit Judgment. Journal of The Accounting Review. Asih, Siti. 2010. Pengaruh Kompleksitas Tugas, Orientasi Tujuan dan Selfefficacy Terhadap Kinerja Auditor Dalam Pembuatan Audit Judgement. Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang. BPK
RI (Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia). 2012.Laporan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester 1 Tahun 2012.
Bonner, SE. 2002. The effect of monetary incentive on effort & task performance: Theories, evidence and framework of research. Accounting, Organization and Society, 27 (4/5): 303-345. Chung, J. Dan G.S. Monroe. 2001. A Research Note on The Effect of Gender and Task Complexity on Audit Judgement”. Journal Behavioral Research. 3. pp.111-125. Diani, Nelly dan Ria Mardias. 2007. The Effect of Task Complexity on Quality of Auditor’s work: The Impact of Accountability and Knowledge. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 9. No.3. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariative Dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gibson. 1989. Organisasi dan Manajemen Perilaku, struktur. Salemba Empat:Jakarta. 254
DETERMINAN AKURASI PELAPORAN ASET DAERAH Haryanto Universitas Diponegoro
Hartanto, Hansiandi Yuli dan Indra Wijaya. 2001. Analisis Pengaruh Tekanan Ketaatan Terhadap Judgement Auditor. Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Herawaty, Arleen dan Yulius Kurnia. 2008. Profesionalisme, Pengetahuan Akuntansi Publik Dalam Mendeteksi Kekeliruan, Etika Profesi dan Pertimbangan Tingkat Materialitas. Jamal Vol. 13 No 2. Hogarth, H. J., dan R. M. Einhorn, 1992. Order Effects in Belief Updating:{The} Belief-Adjustment Model. Cognitive Psychology 24: 1-55. Ida,
Suraida. 2003. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman, dan Risiko Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian opini Akuntan Publik dalam Audit Laporan Keuangan Perusahaan. Disertasi. Bandung: Universitas Padjadjaran.
Indriasari dan Nahartyo. 2008. Pengaruh Kapasitas Sumberdaya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Nilai Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Pada Pemerintah Kota Palembang dan Kabupaten Ogan Ilir). Simposium Nasional Akuntansi XI. Jamilah, Siti., Zaenal Fanani, dan Grahahita Chandararin 2007. “Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgement”. Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makassar. Murtiasari, Eka dan Imam Ghozali. 2006. Anteseden dan Konsenkuensi Burnut Pada Auditor: Pengembangan Terhadap Role Stress Model.
Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang, Agustus. Nuryanto dan Dewi. 2001. Tinjauan Etika atas Pengambilan Keputusan Auditor Berdasarkan Pendekatan Moral. Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi.Vol. 1 No.3, 3 Desember. Pemerintah Republik Indonesia. 2006. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Simposium Malang.
Nasional
Akuntansi
Robbins, Stephen P and Judge M.H. 2007. Perilaku Organisasi. (judul asli: Organizational Behavior Concept, Controversies, Application 8th edition) jilid 1. Samsudin. 2005. Definisi Motivasi. http// www.teorionline.com.
.2010. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Siegel, Gary & Marconi, H. Ramanauskas. 1989. Behavioral Accounting Cincinnati, Ohio: South-Western Publishing Co.
Restuningdiah, Nurika dan Nur Indriantoro. 1999. Pengaruh Partisipasi terhadap Kepuasan Pemakai dalam Pengembangan Sistem, dan Pengaruh Pemakai Sebagai Variabel Moderating.
Zulaikha, 2006. Pengaruh Interaksi Gender, kompleksitas Tugas dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgement. Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang. Agustus.
Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 10/No. 2/ Mei 2014 : 236 - 255
255