Deskripsi Umum dan Profil Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII) Yogyakarta Walaupun terdapat sejumlah pengertian yang berbeda antara disiplin teknik (engineering) dan ilmu (science), namun pendidikan tinggi Teknik Informatika dan Ilmu Komputer di Indonesia hingga saat ini merujuk pada acuan yang sama. Dengan demikian, terminologi Teknik Informatika dapat dimaknai sama dengan Ilmu Komputer. Informatika secara teknis merujuk kepada terminologi computing, yakni segala hal teknis yang melibatkan penggunaan komputer. Menurut dokumen Computing Curricula 2005 (CC 2005), pengertian dan aktivitas computing mencakup:
Perancangan dan pengembangan sistem perangkat keras dan perangkat lunak.
Pengolahan, penataan, dan pengelolaan informasi.
Studi ilmiah penggunaan komputer.
Pembuatan sistem komputer cerdas.
Pembuatan dan penggunaan media komunikasi dan hiburan.
Pencarian dan pengumpulan informasi yang relevan dengan kegunaan khusus.
Berdasar pengertian dan aktivitas tersebut, bidang kajian teknik informatika mencangkup area yang cukup luas. Seorang sarjana Teknik Informatika diharapkan memiliki kemampuan menangani bidang pekerjaan antara lain adalah:
Perancangan dan implementasi perangkat lunak. Seorang sarjana Teknik Informatika harus memiliki keahlian pemrograman dan supervisi terhadap kegiatan pemrograman dengan memanfaatkan berbagai pendekatan penyelesaian masalah-masalah pemrograman.
Memberikan solusi optimal penggunaan komputer dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat. Dengan semakin luasnya penggunaan komputer, seorang sarjana Teknik Informatika harus mampu menerapkan cara-cara baru penggunaan komputer, serta mengoptimalkan pemanfaatan komputer untuk membantu kehidupan bermasyarakat adalah sebuah tantangan bagi lulusan teknik informatika.
Memberikan solusi efektif terhadap berbagai permasalahan komputasi. Dengan meningkatnya penggunaan komputer di masyarakat, seorang sarjana Teknik Informatika harus mampu memenuhi tuntutan-tuntutan untuk meningkatkan kemampuan komputer dalam hal efektifitas, efisiensi, kecepatan, ukuran, serta menawarkan alternatif teknik komputasi dalam bidang garap teknik informatika.
This document from http://fit.uii.ac.id
1
Tinjauan Stategis 5–10 Tahun ke depan Sebagai bagian masyarakat dunia, Indonesia tidak bisa lepas dari pengaruh globalisasi, yang merupakan merupakan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi, khususnya teknologi komunikasi, informasi, dan transportasi. Pada era globalisasi ini, masyarakat dunia semakin universal dan modern. Masyarakat dunia dapat saling berinteraksi satu sama lain tanpa dibatasi oleh gerak, ruang, dan waktu. Globalisasi membawa masyarakat dunia ke perubahan sosial yang sangat cepat dengan persoalan yang saling terkait, baik pada taraf nasional (lokal) maupun pada taraf global. Menurut Peter Drucker, globalisasi merupakan era masyarakat pengetahuan (knowledge society) dengan sumber daya utama masyarakat yang tak lagi bertumpu pada alam, namun pada pengetahuan. Pengetahuan telah menjadi alat suatu kelompok masyarakat atau bangsa (negara) – termasuk Indonesia – dalam memperebutkan pengaruh dan pasar di arena global. Pada saat ini dan mendatang, nilai kompetitif suatu bangsa tidak lagi berdasarkan pada keunggulan sumber daya alam, upah pekerja yang murah, atau sejenisnya; namun pada kemampuan inovasi teknologi dan kreatifitas pemanfaatan ilmu pengetahuan. Kemampuan untuk menghasilkan, memilih, mengadopsi, mengkomersialkan, dan menggunakan ilmu dan teknologi akan menjadi elemen kritis bagi keberlangsungan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan standar hidup manusia. Duapuluh tahun yang lalu, tanah, tenaga kerja, bahan baku, dan modal adalah faktor utama produksi. Pada sepuluh tahun yang akan datang, ilmu dan pengetahuan – termasuk data, informasi, simbol, budaya, ideologi, serta nilai – akan menjadi sumber daya utama ekonomi. Sejalan dengan itu, indikator utama keberhasilannya akan berupa kapasitas untuk memperoleh, menghasilkan, mendistribusikan, dan menerapkan pengetahuan secara strategis. Masyarakat yang tidak berpengetahuan akan terlindas dan menjadi jajahan masyarakat yang memiliki kemapanan pengetahuan. Dalam konteks inilah, peranan dan fungsi UII, pada umumnya, dan Program Studi Teknik Informatika, pada khususnya, sangat dibutuhkan oleh bangsa ini dalam mempersiapkan anakanak bangsa dan masyarakat Indonesia agar mampu menyikapi fenomena global, seperti liberalisasi perdagangan internasional (AFTA pada 2003, APEC pada 2008, dan WTO pada 2020), dari ancaman menjadi peluang. Elemen yang sangat mendasar agar dapat menghadapi tantangan globalisasi adalah penguasaan teknologi informasi. Berbagai tantangan globalisasi tidak lepas dari perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat. Keberhasilan sejumlah negara berkembang untuk tetap eksis dalam tatanan masyarakat global tidak lepas dari penerapan strategi yang tepat untuk menguasai teknologi informasi dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya pada bidang pendidikan. Dalam dunia pendidikan, globalisasi telah menggeser pendidikan tatap-muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka. Pendidikan masa mendatang akan bersifat lebih luwes (fleksibel), terbuka, dan dapat diakses oleh siapa saja yang memerlukannya tanpa memandang jenis kelamin, usia, maupun pengalaman pendidikan sebelumnya. Pendidikan masa mendatang akan lebih menitikberatkan
This document from http://fit.uii.ac.id
2
pada interaksi dan kolaborasi dengan memanfaatkan computer-based multimedia communication (CMC) dan information and communication technology (ICT). Perkembangan teknologi informasi yang pesat telah merubah paradigma pendidikan. Dengan teknologi informasi, informasi dan pengetahuan dapat diperoleh dengan mudah tanpa hambatan ruang dan waktu. Sumber-sumber ilmu pengetahuan tidak lagi terbatas pada lembaga-lembaga formal. Dosen dan guru akan lebih berfungsi sebagai mediator akses ilmu daripada sebagai sumber ilmu. Proses belajar mengajar tidak lagi dibatasi oleh ruang-ruang kelas secara fisik, tetapi berpindah ke dalam ruang-ruang kelas maya (cyber/virtual class). Konsep lama pendidikan kurang memberi mahasiswa peluang untuk membentuk life skills dengan memanfaatkan berbagai ragam aktivitas pembelajaran. Mahasiswa tidak terlatih untuk belajar mandiri (student-centered learning), yang berdampak pada kekurangmampuan mahasiswa untuk belajar sepanjang hayat (long-life learning). Dengan globalisasi, budaya belajar dosen dan mahasiswa harus berubah. Dengan akses internet setiap saat, akan muncul suatu budaya belajar baru: anytime anywhere learning. Dosen dan mahasiswa harus menjadi sosok manusia yang memiliki hasrat dan keinginan untuk terus belajar. Selain itu, globalisasi menghendaki sejumlah kompetensi dasar yang terkait dengan kemampuan hubungan antar personal (interpersonal skills), pengetahuan tentang dinamika kelompok (group dynamics), kemampuan bekerja dalam kelompok (work in team), kemampuan memimpin (ability to lead), kemampuan memecahkan masalah (problem solving), dan komunikasi yang efektif (effective communication). Pasar global jasa pendidikan merupakan kesempatan emas sekaligus tantangan terbesar yang harus dihadapi institusi pendidikan tinggi di masa depan. Implikasi persaingan global ini bukan saja dihadapi lembaga pendidikan tinggi, tetapi juga lulusan perguruan tinggi tersebut. Mereka harus memperebutkan setiap kesempatan kerja yang ada dengan pesaing yang tidak hanya dari negara asalnya, tetapi juga internasional. Dampak globalisasi juga telah mengubah peran pendidikan tinggi dari institusi yang secara tradisional adalah tempat belajar menjadi institusi tempat penciptaan pengetahuan (knowledge creators); dari institusi dengan kebiasaan perencanaan yang tidak fokus (random planning) menjadi institusi yang menerapkan perencanaan strategis (strategic planning); dan juga dari sebuah institusi yang mengedepankan pendekatan comparative menjadi institusi yang mengedepankan pendekatan competitive. Dunia pendidikan akan menjadi tempat kelahiran generasi-generasi baru yang siap berkompetisi. Kualitas dunia pendidikan jelas akan berpengaruh terhadap kualitas generasi yang dilahirkan. Di sisi lain, pendidikan juga diharapkan dapat menjadi standar martabat kemanusiaan. Proses pendidikan dengan standar yang terbaik diharapkan akan menaikkan martabat manusia. Dunia pendidikan sebagai blueprint bagi masyarakat masa depan harus dapat mengantisipasi berbagai realitas yang berkembang di masyarakat, termasuk globalisasi. Dunia pendidikan harus mampu mengubah ancaman globalisasi menjadi sebuah peluang.
This document from http://fit.uii.ac.id
3
Bangsa Indonesia sebagai sebuah bangsa yang besar, baik dari sisi jumlah penduduk, sumber daya alam, dan luas wilayah, memiliki potensi yang sangat besar untuk memainkan peranan yang signifikan dalam era masyarakat global. Sayangnya, berbagai permasalahan yang menimpa bangsa ini, mulai dari issu kedaerahan dan disintegrasi, jumlah hutang dan ketergantungan pada negara donor, peningkatan jumlah pengangguran, penurunan daya beli masyarakat, ketidakstabilan dunia ekonomi, industri dan perbankan nasional, serta kemampuan SDM yang masih sangat memprihatinkan, hingga ketidakpastian keberlanjutan program pembangunan nasional, telah mengalihkan perhatian masyarakat dari pemilihan dan penerapan strategi penguasaan teknologi informasi yang tepat. Sementara itu, perguruan tinggi yang diharapkan sebagai narasumber utama dalam mencari solusi cara tindak (course of action) terhadap permasalahan bangsa belum dapat diharapkan. Walaupun bangsa ini memiliki cukup banyak perguruan tinggi yang tersebar di seluruh Nusantara, namun belum mampu memberikan sumbangan yang berarti bagi masyarakat. Menurut data APTIKOM, hingga kini terdapat 200 perguruan tinggi yang mempunyai program studi teknologi informasi, baik untuk tingkat S1, S2, dan S3; dan 300 perguruan tinggi yang mempunyai program studi teknologi informasi untuk tingkat D3 dan D4. Sebuah kenyataan bahwa sampai saat ini institusi pendidikan tinggi Indonesia belum bisa memiliki posisi yang baik di antara institusi sejenis di wilayah Asia. Survey-survey yang menentukan peringkat universitas-universitas di dunia, senantiasa menempatkan institusi pendidikan tinggi Indonesia di bawah posisi institusi pendidikan Singapura, Hongkong, atau Malaysia. Menurut UNDP, tingkat pengetahuan teknologi informasi di Indonesia masih rendah, yakni peringkat 117 dari 160 negara, hanya lebih baik dari Laos akan tetapi di bawah Singapura dan Malaysia. Tantangan besar bagi industri teknologi informasi dalam negeri adalah keberadaan iklim yang lebih menjanjikan di negara tetangga, seperti :
Malaysia, dengan Multimedia Super Coridor
Filipina, dengan Subic Bay dan Cyber City
Singapura, dengan Intellegent City dan Singapore One Program
India, dengan membangun Software Technology Park
Hongkong, dengan Cyberworks venture.
Cyberport
Project,
Convergence
Corporation
&
Sementara itu, keluaran pendidikan tinggi Indonesia masih memiliki sejumlah kelemahan mendasar, antara lain: kemampuan komunikasi dan berbahasa yang rendah, aplikasi teori yang sangat kurang, tidak memiliki inisiatif bertindak, daya juang dan antusiasme yang lemah, dan kurang perencanaan tujuan. Artinya, para lulusan saat ini belum mampu bersaing di pasar global, belum mampu bertindak sebagai agen pembangunan (agent of development), dan belum mampu berperan sebagai pencari solusi kemajuan bangsa. Indikator lain adalah kecenderungan peningkatan angka penganggur terdidik dari tahun ke tahun, yang disebabkan kekurangsesuaian antara kurikulum perguruan tinggi dalam menjawab tantangan global.
This document from http://fit.uii.ac.id
4
Proses pendidikan seharusnya dipandang sebagai suatu pembelajaran dalam sikap, perbuatan, dan cara tindak (course of action) sehingga peserta didik berkemampuan mengerjakan sesuatu dan menyelesaikan permasalahan dengan baik, serta membawa manfaat bagi dirinya, masyarakat, dan lingkungannya. UNESCO telah merekomendasikan enam pilar pembelajaran di masa mendatang, yaitu: learning to know, learning to do, learning to be, learning to live together, learn how to learn, dan learning throughout life. Keenam pilar pendidikan tersebut secara praktis harus dapat diimplementasikan dan terintegrasi dalam suatu kurikulum pendidikan. Kurikulum harus berorientasi pada kepentingan peserta didik, pasar, dan pengembangan ilmu. Metode pembelajaran harus berubah dari konsep memiliki (being), yaitu: anak didik harus memiliki pengetahuan sebanyak-banyaknya, menyimpan dan mengingat selamanya, kemudian menggunakannya kembali sebagaimana aslinya, ke konsep menjadi (becoming), yaitu: anak didik mencari dan menemukan sendiri ilmu pengetahuan dalam perspektif menuju kedewasaan dan pengembangan jati diri kepribadiannya. Metode pembelajaran harus berubah dari pendekatan teaching ke learning dan dari maintenance learning ke evolutionary learning. Pendekatan tersebut harus dapat dipahami oleh Program Studi Teknik Informatika dalam bentuk rancangan kurikulum yang memadai. Dengan pendekatan ini, diharapkan akan terjadi perubahan metode pembelajaran di kelas dan di laboratorium. Pembelajaran di kelas harus mampu menciptakan komunikasi yang intensif antara dosen dan mahasiswa. Mahasiswa memperoleh kesempatan yang lebih besar untuk menggali pemahamannya terhadap materi pembelajaran. Tugas-tugas pekerjaan rumah dan praktikum harus lebih intensif dan terstruktur, sehingga meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa dalam bekerja secara individu maupun kelompok. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI), sebagai institusi yang bertanggung jawab terhadap berbagai kebijakan pendidikan tinggi di Indonesia, telah menyusun sebuah konsep dasar bagi visi pendidikan tinggi di Indonesia tahun 2010. Formulasi visi pendidikan tinggi di Indonesia pada tahun 2010 berdasar konsep HELTS 2003-2010 adalah suatu sistem pendidikan tinggi yang: (i) berkualitas tinggi; (ii) menjamin akses bagi semua calon peserta didik yang memenuhi persyaratan mutu akademik; dan (iii) memiliki otonomi yang dapat menjamin terselenggaranya kegiatan akademik yang efisien dan berkualitas. Visi ini menjadi dasar pengembangan pendidikan tinggi Indonesia di masa depan yang mampu menghadapi sejumlah tantangan besar yang bersumber dari tuntutan internal maupun eksternal. Tuntutan internal antara lain berupa pemerataan dan kesamaan akses menikmati pendidikan tinggi, otonomi dan akuntabilitas penyelenggaran, serta peningkatan mutu dan relevansi hasil pendidikan. Tuntutan eksternal berupa perubahan lingkungan global yang menghendaki pergeseran peran institusi pendidikan tinggi dari lembaga pembelajaran tradisional ke pencipta pengetahuan (knowledge creator) yang dikembangkan berdasar perencanaan strategis dengan mengedepankan pendekatan kompetitif (competitive approach). Dalam HELTS 2003-2010, pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia diarahkan pada tiga issu utama, yakni peningkatan daya saing bangsa, otonomi
This document from http://fit.uii.ac.id
5
pengelolaan pendidikan, dan peningkatan kesehatan organisasi penyelenggara pendidikan tinggi. Dalam hal peningkatan daya saing bangsa, paling tidak terdapat tiga hal yang harus diperhatikan oleh institusi pendidikan tinggi, yaitu
Pertama, pendidikan tinggi harus mampu menghasilkan keluaran (termasuk hasil-hasil penelitian dan lulusan) yang inovatif dan kreatif dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kedua, pendidikan tinggi harus mendidik mahasiswa agar mampu memilih dan mengadopsi ilmu pengetahuan dan teknologi untuk selanjutnya dikonversi ke dalam bentuk produk yang memiliki daya saing ekonomi.
Ketiga, pendidikan tinggi harus mampu membentuk lulusan yang memiliki karakter kebangsaan yang kuat sebagai wujud dari warga negara yang bertanggung jawab.
Dengan mempertimbangkan berbagai issu tersebut, maka Universitas Islam Indonesia, pada umumnya, dan Program Studi Teknik Informatika:
Secara normatif, harus berperan aktif sebagai tulang punggung agen pembaharu berkelanjutan (agent of sustainable innovation) bagi kehidupan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Secara strategis, memiliki tanggung jawab sebagai agen yang menjadikan peserta didik kritis-positif, kreatif-inovatif, dan realistis-logis dalam menyikapi dan berbuat terhadap berbagai persoalan yang dihadapi.
Harus dipandang sebagai lembaga pendidikan tinggi yang mencetak dan mempersiapkan kader-kader bangsa berkemampuan yang siap bersaing di era global, serta sebagai sumber ilmu dan teknologi yang tidak-habis-habisnya untuk membawa perubahan (agent of change) bagi kemajuan bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi dan perubahan sosial untuk pembangunan berkelanjutan.
Harus mampu men-sinergikan antara ilmu teknologi, ilmu kehidupan, dan ilmu sosial sebagai suatu ilmu utuh (corporate science) dalam penciptaan lulusan yang handal sebagai agen pembaharu kemajuan bangsa dan memiliki keunggulan bersaing di tengah ketatnya persaingan global.
This document from http://fit.uii.ac.id
6