Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 159 - 169 (Juli 2014)
ISSN 0852-2626
DESKRIPSI TINGKAH LAKU TANGKASI ( Tarsius Spectrum ) SAAT MEMASUKI DI LUBANG SARANG POHON DI CAGAR ALAM TANGKOKO Jemi Urulamo, H.J. Kiroh, Manopo Hendrik, J.R.Buyung
Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115
29,03%.Tingkah laku berteduh lebih banyak
ABSTRAK Tarsius yang ada di Cagar Alam Tangkoko
batuangus
banyak
mendiami
beraktifitas dipagi hari dengan persentase 38,07%
dan
pada
waktu
siang
denga
rongga-rongga pohon ataupun pada tumpukan
persentase 33,02%.Sedangkan pada sore hari
akar.Sarang Tarsius merupakan tempat yang
dengan persentase 28,89 %Tingkah laku
dianggap
serangan
bermain hampir merata ditiap waktu. Pada
untuk
waktu pagi Tangkasi bermain setelah selesai
mendapatkan data mengenai beberapa tingkah
mencari makan dengan persentase 30, 18 %
laku Tarsius yang muncul saat Tarsius
dan pada waktu siang hari dengan persentase
beraktifitas disekitar sarang pohon di Cagar
32,88 % dan paling banyak pada waktu sore
Alam Tangkoko. Untuk mengatahui besarnya
dengan persentase 37,38%.
persentase masing –masing tingkah laku
Kata Kunci : Tingkah Laku, Tangkasi (
Tarsius yang di tunjukan di pagi hari, siang
Tarsius spectrum ), Tangkoko
aman
predator.Penelitian
dari ini
bertujuan
dan sore hari. Variabel yang diamati adalah beberapa
tingkah
laku
yang
muncul ABSTRACT
diantaranya.Tingkah laku grooming ,Tingkah
DESCRIPTION
laku beristirahat, Tingkah laku mencari tempat
TANGKASI
berteduh, Tingkah laku bermain, Data yang
BEHAVIOR
diperoleh dianalisis dan disajikan secara
ENTERING THE
Deskriptif,
dan
TANGKOKO NATURE RESERVE. Tarsier in
menjelaskan mengenai gambaran umum dari
Tangkoko Nature Reserve Batuangus many
hasil
lansung,hasil
inhabit cavities in trees or root piles. Tarsier
penilitian menujukan bahwa Tangkasi lebih
nest is a place that is safe from predators. This
banyak melakukan grooming pada waktu pagi
study aims to obtain data regarding some
dengan persentase 37,15%. siang hari dengan
behavior that appears when Tarsier Tarsius
persentase 31,19 %
sore hari dengan
activity around the nest tree at Tangkoko
persentase 31,19%. Tingkah laku beristirahat
Nature Reserve. To determine the percentage
Tangkasi paling banyak terjadi saat siang hari
of respective behavior that tarsiers in the show
yaitu
dengan
in the morning, afternoon and evening. The
persentase 32,25%,sore hari dengan persentase
variables measured were some behaviors that
yaitu
pengamatan
38,70%.Pada
menguraikan
secara
malam
hari
159
(Tarsius
OF
Spectrum)
WHEN
HOLE NEST TREE IN
Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 159 - 169 (Juli 2014)
ISSN 0852-2626
arise between them. Grooming behavior,
berekor panjang, melompat dari pohon ke
resting behavior, seeking shelter behavior,
pohon secara
play behavior, data were analyzed and
hewan insektivora serta
presented in a descriptive, which describes and
pemakan jenis serangga seperti belalang
explains the general description of the results of direct observations, the results showed that more Tangkasi doing grooming on morning
karnivora yaitu
cicak ngengat,ulat, dan hewan melata lainya. Tarsius yang ada Cagar Alam
with a percentage of 37.15%. during the day with a percentage of 31.19% early evening
vertical dan merupakan
Tangkoko batu angus banyak mendiami
with a percentage of 31.19%. Tangkasi resting
rongga-rongga
behavior is most prevalent during the day ie
tumpukan akar.Sarang Tarsius merupakan
38.70%. At night with a percentage of 32.25%,
tempat yang dianggap aman dari serangan
in the afternoon with 29.03% percentage.
predator dan juga sebagai tempatnsumber
Sheltering behavior more activity in the
makanan yang dapat memenuhi kebutuhan
morning with a percentage of 38.07% and the
Tarsius, serta dijadikan tempat bernaung
time of day with the percentage of 33.02%.
dan
While in the afternoon with a percentage of 28.89% behavior played almost evenly in each time. On the morning after finished foraging Tangkasi playing with percentage of 30, 18%,
pohon
beristirahat
ataupun
.Tarsius
pada
hidup
berkelompok disetiap sarang dan biasanya dalam
satu
sarangterdapat
3-7
ekor
Tarsius. Pelestarian Tarsius penting untuk
and the percentage of time during the day with 32.88% and a maximum in the late afternoon
peningkatan
populasi
dan
ini
dapat
with a percentage of 37.38%.
dilakukan dengan metode penangkaran baik dihabitat asli (in-situ) maupun diluar
Keywords:
Behavior
Tangkasi
(Tarsius
spectrum)
habitat aslinya (ex-situ). Penangkaran Tarsius diluar habitat aslinya (ex-situ) diperlukan pemahaman dasar perilaku
PENDAHULUAN Sulawesi
Utara
secara
komprehensif.
Menurut
memiliki
Thomaszewka al ( 1991),bahwa dengan
keanekaragaman jenis fauna endemik,
penguasaan tingkah laku satwa secara
salah satunya
jenis
lengkap akan mempermudah tatalaksana
primata, yang sangat menarik untuk
pemiliharaan dan peningkatan produksi
dipelajari mulai dari habitat, spesies, jenis
satwa.Di Cagar Alam Tangkoko banyak
pakan alami, sebaran, daerah jelajah dan
terjadi kunjungan para wisatawan lokal
tingkah lakunya dialam bebas.
maupun mancanegara
Tarsius spectrum
Tarsius
spectrum termasuk satwa primata kecil,
yang tertarik
dengan keberadaan dari Tarsius Spctrum . 160
Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 159 - 169 (Juli 2014)
ISSN 0852-2626
Bahkan ada sarang pohon tertentu yang
menunjang
kehidupan satwa liar yang
dijadikan lokasi tempat khusus bagi para
khas di sulawesi utara.
pengunjung untuk dapat melihat dan terkadang
member
makanan
seperti
belalang, cicak , atau jenis makanan
MATERI DAN METODE
insektifora atau karnivora yang masih
PENELITIAN
hidup. Kebiasaan – kebiasaan ini diduga ikut mengubah polah aktifitas sebagai satwa nocturnal ( hewan malam) yang
Penelitian dilaksanakan di Cagar
bayak beraktifitas di malam hari, Untuk
Alam Tangkoko Batu Angus Kota Bitung
membuktikan apakah pengaruh kujungan
Sulawesi
dan polah kebiasaan member makanan ini
selama dua bulan dengan
dapat
bulan pra
memunculkan
kebiasaan
waktu
Utara.
Penelitian
dilakukan rincian satu
penelitian (orientasi lapagan)
beraktifitas dari Tarsius dengan tampilan
dan satu bulan
tingkah laku yang yang ditunjukan baru
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal
saat beraktifitas di sekitar sarang pohon,
1 April sampai dengan 31 mei tahun 2013.
maka perlu dilakukan suatu kajian ilmiah.
Materi penelitian yang digunakan adalah,
Informasi tingkah laku Tarsius
pengambilan data.
Tarsius spectrum yang berada dalam satu
spectrum saat beraktifitas disekitar sarang
kelompok yaitu 7 ekor, dilokasi
pohon belum pernah diteliti padahal
pohon di cagar Alam Tangkoko Batu
pemahaman beberapa tingkah laku satwa
angus Bitung.
merupakan dasar
ilmiah yang dapat
digunakan
mengembangbiakan
untuk
sarang
Peralatan Penelitian :
satwa baik semi in- situ maupun ex-situ
Pita untuk penandaan lokasi sarang
dalam kaitan menujang upaya konservasi
pohon yang akan dijadikan lokasi
agar satwa endemik ini tetap meningkat
pengamatan di lapangan.
populasinya. Untuk itulah telah dilakukan suatu penelitian dasar tingkah
laku
Tarsius
tentang beberapa spectrum
beraktifitas disekitarsarang
Jam
untuk
mengukur
pengamatan, tingkah laku Tarsius
saat
spectrum selama beraktifitas di
pohon yang
sarang pohon.
ada di cagar alam tangkoko dimana hasil
Penerangan
(Senter)
penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi
membantu melihat
ilmiah
Tarsius
yang sangat
waktu
bermanfaat demi
161
untuk
tingkah laku
spectrum
selama
Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 159 - 169 (Juli 2014)
beraktifitas
di
sore
menjelang
ISSN 0852-2626
d. Diuraikan dalam suatu bentuk Tabel
malam hari.
ethogram
dengan
pengamatan
Kamera untuk mengambil gambar
dilakukan pada pagi jam ( 05.00 –
tingkah laku yang teramati.
8.00) dan siang hari ( 10.00 –13. 00)
Alat Tulis Menulis untuk mencatat
serta sore hari ( 15.00 –17.00), data
data-data dalam penelitian.
yang
dikumpulkan
dilakukan
selama kurang lebih tiga puluh hari. Teknik pengambilan data dilakukan
Metode Penelitian a.
dengan bantuan video kamera yang
Orientasi lapangan Sebelum
disekitar
pohon
yang
datapenelitian dilakukan orientasi
dijadikan sarang oleh Tangkasi
lapangan selama kurang lebih satu
(Tarsius spectrum) dan pengamatan
bulan untuk megetahui situasi serta
dilakukan pada suatu lobang sarang
kondisi lapangan area sarang yang
pohon, yang didiami 5-7 ekor
merupakan home base (tempat
Tarsius sebagai populasi tertinggi.
tinggal),
b.
diletakan
pengambilan
Tarsius
selama
beraktifitas dan jumlah populasi
Variabel Penelitian
tertinggi dalam sarangnya.
Variabel yang diamati adalah beberapa
Membuat line ( penanda garis) Tarsius,
yang
telah
tingkah laku yang muncul diantaranya.
diketahui
Tingkah laku grooming diukur
jumlah populasi tertinggi
dalam
dengan
sarang
untuk
pembersihan bulu seperti menjilat
pengamatan
bagian - bagian tubuh, menggosok
pohon,
mempermudah
; membalik –balikkan tubuh serta
Data dikumpulkan dengan
mengibas-ibas tubuh.
menggunakan metode ad libitum
sampling (Alison, 1995) dimana pengambilan
aktifitas
- gosok bagian tubuh ketempat lain
lapangan. c.
melihat
dilakukan
dengan melihat aktifitas seperti
dengan cara melihat mengamati
mengecilkan.bola matanya sambil
secara
mencatat
mengerutkan daun telinga dalam
informasi tentang beberapa tingkah
posisi bergelantungan atau duduk
laku
sambil menekukkan kedua kaki
lansung
yang
data
Tingkah laku beristirahat diukur
dan
muncul
selama
penelitian.
depan
162
sehingga
tubuh
terlihat
Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 159 - 169 (Juli 2014)
ISSN 0852-2626
semakin kecil dan ini dilakukan
tingkah
dalam satu kelompok sehingga
frekuensi
membentuk tumpukkan kelompok
Perhitungan persentase frekuensi
yang rapat dan berhimpitan.
tingkah laku Tarsius
Tingkah
laku
mencari
seekor
yang
ditunjukan
jantan
dewasa
dari
% 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑙𝑎𝑘𝑢 =
sambil
mengisyaratkan
dengan
barulah
mereka
yang
masuk
waktu.
spectrum
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑙𝑎𝑘𝑢 𝑥 100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑙𝑎𝑘𝑢
3. Histogram
,
yaitu
untuk
mengambarkan hubungan antara
masuk
kedalamnya
suara
lama
dan
sebagai
sebelum
selengkingan
jumlah
Rumus :
pemimpin dalam mengamati-amati sangkar
menurut
menggunakan.
tempat
berteduh diukur dengan melihat aktifitas
laku
parameter –parameter yang diukur atau
diamati
dari
penyajian,
(Hadinoto,1993).
khas secara
berurutan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tingkah laku bermain diukur dari aktifitas yang ditunjukan dalam
Secara
satu kelompok seperti gerakan menyentakkan kedua kaki dan tangan dan sesekali menendang kekiri
dan
kekanan
bahkan
Tangkasi
(
laku
spectrum)
yang
Tangkoko saat beraktifitas di sekitar pohon adalah tingkah laku
grooming,
tingkah
laku
beristrahat,
tingkah laku mencari tempat berteduh, dan
Analisis data Data informasi yang diperoleh dianalisis
1. Deskriptif, yaitu menguraikan dan menjelaskan mengenai gambaran dari
hasil
pengamatan
ini mengartikan bahwa di saat Tarsius bersiap – siap memasuki sarang lubang pohon maka hanya perilaku inilah yang dia tunjukan sebagai bentuk ekspresi
secara lansung. 2. Presentase
tingkah laku bermain. Tingkah laku yang lain tidak terlihat selama penelitian. Hal
dan disajikan sebagai berikut.
umum
Tarsius
tingkah
teramati selama penelitian di Cagar alam
sarang
kebelakang.
umum
yaitu
untuk
mengambarkan proporsi aktifitas
akibat
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya seperti tingkah lakunya terkait
163
dengan
fungsi
retina
mata
Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 159 - 169 (Juli 2014)
Persentase
40
37,15%
31,19%
30
ISSN 0852-2626
31,19%
20 10 0 Pagi ( 05.00 - 08.00 Siang(10.00 - 13.00 s0re(15.00 - 17.00 Tinkah laku groming
Gambar 1. Persentase tingkah laku grooming Tangkasi( Tarsius spectrum.) sebagai satwa (nocturnal ) yang tidak
yang ditunjukan saat memasuki dan keluar
begitu
dari
berperan
pada
siang
hari
lubang
sarang
diawali
dengan
konsekwensinya bahwa satwa nocturnal
Tangkasi duduk bersebelahan satu dengan
ini akan membatasi aktifitas perilakunya di
yang
alam bebas di siang hari.
,dengan cara menjilat–jilat bagian kaki,
lain dan melakukan grooming
tangan, dada, perut, telinga, dan kadang–
Tingkah
laku
–gosok
mulut.
Kegiatan ini dilakukan sebagai
bentuk
kadang
Tingkah Laku Grooming grooming
atau
menggosok
membersihkan diri atau bulu menurut
kasih
Suratmo (1970), adalah sebuah aktifitas
Sedangkan
primata yang sifatnya umum. Saling
Tangkasi dewasa mengarah pada bentuk
membersihkan
suatu
membersihkan diri ini mengartikan suatu
mekanisme aplikasi yang penting dan
kegiatan mencari kotoran tubuh sendiri
aktivitas digunakan untuk memperkuat
atau dilakukan invidu lain saat bangun
jaringan di antara mereka. Hasil penelitian
tidur saat tubuhnya basa dengan cara
didapati bahwa tingkah laku grooming
menjilat – jilat tubuh dan menggosok -
Tangkasi paling banyak terjadi pada pagi
gosok suatu tempat. Persentase Tingkah
dan sore hari. Hal ini menunjukan bahwa
laku grooming Tangkasi terlihat pada
Tangkasi lebih suka membersihkan diri
Gambar 1.
bulu
merupakan
saat memasuki lubang sarang dan saat akan keluar sarang dimana memasuki
sarang
pohon
mereka
sayang
induk
tingkah
pada laku
anaknya. grooming
Tangkasi lebih banyak melakukan grooming
pada
waktu
pagi
dengan
secara
persentase 37,15% , siang hari persentase
berkelompok antara 2 sampai 6 ekor
31,19 %, dan sore hari dengan persentase
sehingga sangat memungkinkan terjadi
31,19%. Semua ini membuktikan bahwa
tingkah laku sosial seperti tingkah laku
Tarsius lebih banyak beraktifitas pada
grooming. Adapun tingkah laku grooming
malam 164
hari
(nocturnal)
memulai
Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 159 - 169 (Juli 2014)
Persentase
40
ISSN 0852-2626
38,70% 32,25%
30
29,03%
20 10 0 Pagi( 05.00 - 08.00 Siang( 10.00 - 13.00 sore ( 15.00.17.00 Tingkah laku istrahat
Gambar 2. Persentase tingkah laku beristirahat Tangkasi (Tarsius spectrum) aktifitasnya dan mengakhiri aktifitasnya
mengubah posisi untuk berpindah tempat
dengan melakukan
grooming. Tangkasi
atau memasuki lubang sarang yang lebih
berada di Cagar Alam Tangkoko lebih
dalam lagi,karena bentuk lubang pohon
banyak melakukan
saling berlekuk.
grooming di dalam
lubang sarang dan ranting pohon
Sebagai hewan nocturnal maka Tarsius akan menunjukan aktifitas makan yang terbatas disaat mempersiapkan diri
Tingkah Laku Beristirahat Tingkah
Laku
beristrirahat
untuk memasuki lubang sarang dan ini
biasanya duduk atau berbaring tetapi tidak
merupakan konsekuensi dari besarnya
termasuk dalam aktifitas sosial termasuk
aktifitas perilaku yang dilakukannya di
auto grooming (Kinnard dan O’Brien
malam hari karena aktifitas disiang hari
,1997 dalam Tasin ,2009). Tingkah laku
lebih banyak digunakan untuk beristirahat.
beristirahat
Besarnya
Tangkasi
berbeda
dengan
tingkah laku beristirahat primata lain
persentase
tingkah
laku
beristierahat dapat dilihat pada Gambar 2.
karena Tangkasi beristirahat dengan cara
Data di atas menunjukan bahwa
berdiam sambil berkumpul dengan proses
tingkah laku beristirahat Tangkasi paling
yang
banyak terjadi saat siang hari yaitu
saling
berhimpitan
mengecilkan
bola
matanya
mengerutkan
daun
telinga
tubuh dan tetapi
38,70%.
Hal
tersebut
sesuai
tingkah
laku
alami
Tangkasi
dengan yang
kewaspadaan terhadap suara atau gerakan-
merupakan satwa nocturnal yang artinya
gerakan yang muncul tetap dipertahankan.
beraktifitas pada malam hari. Sedangkan
Hal ini terlihat saat peneliti mengambil
tingkah laku beristirahat Tangkasi pada
gambar
kedua
pagi hari hanya 32,25%, dan tingkah laku
tangannya mereka langsung membuka
beristirahat Tangkasi paling sedikit di sore
mata, menggerak-gerak telinganya sambil
hari 29,03%. Hal ini diduga karena
(foto),
maka
dengan
165
Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 159 - 169 (Juli 2014)
Persentase
40
ISSN 0852-2626
38,07% 33,02%
30
28,89%
20 10 0 Pagi (05 -00 Siang (10.00 - sore 15.00 -17.00 08.00 13.00 Tingkah laku mencari tempat berteduh
Gambar 3.Persentase tingkah laku mencari tempat Berteduh Tarsius spectrum
Tangkasi mulai bersiap untuk berburu
Hasil
pengamatan
dilapangan
makanan menjelang malam hari sehingga
menunjukan bahwa Tarsius sudah sangat
memperkecil aktifitas beristirahatnya.
mengenal lokasi lubang sarang
pohon
yang
secara
Tingkah
Laku
Mencari
Tempat
laku
mereka
diami
berkelompok dan bila tidak ada gangguan maka Tarsius secara berkelompok akan
Berteduh (Shelter seeking). Tingkah
akan
tempat
menjadikan sarang lubang pohon sebagai
berteduh merupakan salah satu tingkah
home base mereka, artinya mereka telah
laku alami satwa dalam mencari tempat
memberi
untuk berteduh dan jauh dari serangan
kelenjar yang ada pada kedua lipitan paha
predator.
tempat
yang disebut ”epigastrik glands” tanda
berteduh Tangkasi biasanya dilakukan
dengan bebauan bahwa lokasi terbuat
oleh Tangkasi jantan dewasa dan tingkah
aman untuk dijadikan tempat tinggal
laku ini terjadi secara alami dimana
mereka.
Aktifitas
mencari
mencari
tanda
dengan
menggunakan
Tangkasi jantan dewasa lebih dulu mencari
Hal ini jelas disampaikan oleh
tempat untuk berteduh sambil melihat
Rowe et al (1996), bahwa Tarsius jantan
situasi
maupun betina akan memberikan tanda
habitat
sekitarnya,
kemudian
Tangkasi jantan memberi isyarat berupa
yang
berbau
dengan
suara lengkingan yang tajam dan panjang
epigastric glands ( Kelenjar –kelenjar
yang menandakan bahwa Tangkasi jantan
antara dua lipitan paha) sebagai penandaan
sudah mendapatkan tempat untuk berteduh
disaat keluar meloncat pohon satu ke
pada waktu beristirahat nanti.
pohon yang lain dan akhirnya akan kembali lagi pada lokasi 166
menggunakan
yang telah
Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 159 - 169 (Juli 2014)
Persentase
40 30
37,38%
32,88%
30,18%
ISSN 0852-2626
20 10 0 Pagi(05.00 -08.00 Siang(10.00 -13.00 Sore(15 -17.00 Tingkah laku bermain
Gambar 4. Persentase tingkah laku bermain Tangkasi( Tarsius pectrum)
ditempatinya. Besarnya persentase tingkah laku mencari tempat berteduh dari Tarsius
Tingkah Laku Bermain
disaat memasuki lubang sarang pohon terlihat dari Gambar 3. Data
di
Tingkah laku bermain merupakan tingkah laku yang ditimbulkan satwa saat
atas
menunjukan
sedang beristirahat maupun saat sedang
persentase Tingkah laku mencari tempat
beraktifitas.
berteduh
Tangkasi
laku
bermain
Cagar
Alam
termasuk dalam tingkah laku sosial karena
secara
terus
Tingkah laku bermain terjadi antara 2
menerus namun diduga karena adanya
satwa atau lebih. Tingkah laku bermain
gangguan dari predator atau perubahan
Tangkasi biasanya terjadi saat sedang
suhu habitat. Tingkah laku yang paling
beristirahat dimana Tangkasi yang sedang
banyak
beristirahat biasanya melakukan aktifitas
Tangkoko
tidak
terjadi
di
Tingkah
terjadi
di
pagi
hari
setelah
Tangkasi kembali dari berburu makanan
berkelompok
adalah mencari tempat berteduh dimana
bermain.
besarnya tingkah laku ini adalah 38,07%
Tangkasi
salah
satunya
adalah
berada dalam sarang
dan pada waktu siang 33,02% . Hal ini
umumnya lebih dari satu ekor dimana
diduga Tangkasi melakukan tingkah laku
tingkah laku bermain yang ditimbulkan
ini karena adanya desakan dari predator
Tangkasi saat berada dalam sarang adalah
yang berada disekitar sarang mereka. Pada
saling kejar-kejaran antara jantan dewasa
sore hari 28,89 % diduga karena Tangkasi
dengan betina dewasa , terkadang pola
mencari tempat yang
Tingkah laku bermain yang ditimbulkan
dekat dengan
sumber makanan dan masih aman dari
adalah melompat dari ranting
gangguan
ranting
kebisingan
atau
predator,
sehingga mempermudah dalam mencari
satu ke
lain di sekitar tempat yang
didiami.
makanan yang ada disekitar mereka.
Hasil penelitian ini juga didapati 167
Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 159 - 169 (Juli 2014)
pola tingkah laku bermain Tangkasi
ISSN 0852-2626
Tingkah laku grooming Tangkasi
betina dewasa dimana Tangkasi betina
yang lebih banyak dilakukan saat
dewasa
pagi hari (37,19%).
menggigit
anaknya
sambil
melompat. Hal ini diduga merupakan pola
Tingkah laku beristirahat Tangkasi
pembelajaran kepada anak. Tingkah laku
paling banyak terjadi pada waktu
bermain ini hanya berada dalam ruang
siang hari ( 38,70% )
lingkup dalam sarang dan ranting di sekitar
sarang
dan
hal
ini
karena
Tingkah
laku
mencari
tempat
berteduh Tangkasi dilakukan oleh
sensitifitas Tangkasi terhadap objek yang
jantan
tidak dikenalnya. Semua tingkah laku ini
mengeluarkan
jelas terlihat dari besarnya persentase
yang tajam dan panjang. Tingkah
tingkah laku bermain Tangkasi seperti
laku ini biasanya dilakukan pada
pada Gambar 4.
pagi hari ( 33,02 % ) saat akan
Tangkasi melakukan tingkah laku
dewasa suara
dengan lengkingan
kembali ke sarang.
bermain hampir merata setiap waktu. Pada
Tingkah laku bermain Tangkasi
waktu pagi Tangkasi bermain setelah
berupa kejar-kejaran, melompat,
selesai mencari makan dengan persentase
dan paling banyak dilakukan pada
30,18 % dan pada waktu siang Tangkasi
waktu sore hari (37,38 %) saat
bermain
akan mencari makanan.
sambil
beristirahat
dengan
persentase 32,88 % dan paling banyak pada
waktu
sore
Tangkasi
bermain
DAFTAR PUSTAKA
sebelum keluar mencari makan dengan persentase 37,38%. Hal ini menunjukkan perilaku sosial Tangkasi sangat tinggi antar individu terlebih pada saat persiapan untuk
melakukan
perburuan
di
sore
menjelang malam hari.
KESIMPULAN
Tingkah laku Tangkasi ( Tarsius spectrum) saat beraktifitas di sekitar sarang pohon di Cagar Alam Tangkoko terindikasi empat tingkah laku yaitu :
Alikodra, HS. 1990. Pengelolaan Satwa Liar. Volume Ke1.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Antar Universitas, Pusat Ilmu Hayati. Amir, H. 1978. Mamalia di Indonesia, Pedoman Inventarisasi Satwa. Bogor: Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam, Direktorat Jendral Kehutanan Biley; J. A; 1984; Principles of Wildlife Management; Jhon 168
Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 159 - 169 (Juli 2014)
ISSN 0852-2626
Willey & Sons, Inc; USA
Wildlife Spectral Tarsiers. International Journal of Primatology, Vol 1 No. 4
Eudey, A.A. 1987. Action Plan For Asian Primate Conservation. WWF. USA Goodall, J. 1996. The Pictorial Guide to The Living Primates. Pongonias Press. New York. Grizmek, C . 1972. Animal Life Encyclopedia. Van Nastran Rheihald Company Gursky, S. 2005. Predator Mobbing in Tarsius spectrum International Journal Of Primatology.Springer SeienceBusiness Media , LLC . 207 -221 pp. Kinnaird, MF. 1997. Sulawesi Utara Sebuah Panduan Sejarah Alam. Volume Ke I. Jakarta: Yayasan Pengembangan Wallace, hlm 61-62). Kiroh, HJ. 2002. Studi Tingkah Laku Makan( ingestive ) dan Penagkaran Semi In Situ ( Laporan Penelitian ). Manado Universitas Sam Ratulagi, Fakultas Peternakan.
Niemitz, C., 1984. Biologi of Tarsier. Gustav Fischer Verlag. Stutgart. Rowe, N.1996. The Pictorial Gudie To The Living Pinates Posonias Press. East Hamption Newyonk,Hlm 53-56 Shekelle, M dan Robert, W. Sussman. 1997. The Ecology Tarsiers. Departement of Anthropologhy Washington University. USA. Supriatna J., Hendra E. 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia.Yayasan Obor Indonesia. Suratmo
F.G., 1970. Prinip Dasar Tingkah Laku Satwa Liar.Institut Pertanian Bogor. Fakultas Kehutanan.
Sondart.
E.,
Hidinoto .1993. Studi Perilaku dan Populasi Monyet Ekor Panjang( macaca Facicularis RAFLES 1821) Dalam Kandang Penangkaran (Skripsi). Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Mac Kinnon, J dan Kathy Mac Kinnon; 1980; The Behavior of
169
1966. Manajemen and Behavior of Breeding Gorup of the Marsupial Perameles nasuta geoffray In captivity Aust . J. Zool ,.14 b.11 -23