230
Riskawati / Deskripsi Sikap (Attitude) Peserta Didik terhadap Fisika Berdasarkan Instrumen PASI (Physics Attitude Survey Instrument) di SMA Negeri 8 Makassar
Deskripsi Sikap (Attitude) Peserta Didik terhadap Fisika Berdasarkan Instrumen PASI (Physics Attitude Survey Instrument) di SMA Negeri 8 Makassar Riskawati*, Fitria Dwi Alfianty R., Sitti Rahma Yunus Komunitas Peneliti Fisika Universitas Negeri Makassar * email:
[email protected]
Abstrak – Salah satu dimensi literasi sains adalah dimensi sikap terhadap sains. Penelitian ini bertujuan untuk melihat deskripsi sikap peserta didik terhadap fisika untuk setiap ranah (folk, low transition, high transition dan expert) berdasarkan instrumen PASI. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan teknik analisis data menggunakan "Model Miles dan Huberman". Subjek penelitian dipilih dengan mempertimbangkan peserta didik yang secara ekstrim mewakili kelompok masing-masing sikap. Metode pengumpulan data menggunakan kombinasi antara analisis instrumen PASI, wawancara mendalam, dan observasi subjek penelitian. Berdasarkan analisis data diperoleh bahwa untuk peserta didik pada ranah expert mampu memahami dan menghubungkan konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari secara lengkap, pada ranah high transition sudah mengenal konsep, prinsip, teori maupun hukum sains namun informasi yang diberikan masih terbatas, pada ranah low transition masih sering mengalami miskonsepsi terhadap konsep-konsep fisika, sedangkan pada ranah folk peserta didik tidak mampu menghubungkan atau merespon isu-isu sains karena kurang memiliki istilah-istilah sains. Kata kunci: deskripsi, sikap, instrumen PASI Abstract – One dimension of scientific literacy is an attitude about science. This research is aimed to find a description of student attitude about physics at SMAN 8 Makassar on every domain (folk, low transition, high transition and expert) based on a PASI instrument. This research is a qualitative research with "Miles and Huberman Model" data analysis. Respondents are chosen from the student which extremely represent every studied domain. Data were collected using a combination of PASI instrument analysis, depth interview, and respondent observation. The result showed that: Students on the expert domain can understand and relate physics concepts to a daily life completely; Students on the high transition domain already understand the science concepts, principle, theory and law but still have a limited information; Students on the low transition domain are frequently experienced physics misconception; while students on the folk domain can not relate or respond about scientific issues. Keywords: description, attitude, PASI instrument
I. PENDAHULUAN Makna pembelajaran sains dapat dirasakan oleh peserta didik apabila mereka memiliki kemampuan literasi sains. Literasi sains diartikan sebagai pemahaman atas sains dan aplikasinya bagi kehidupan masyarakat [1]. Namun, tingkat literasi sains peserta didik Indonesia masih dalam kategori rendah. Rendahnya kemampuan literasi sains dibuktikan dari beberapa fakta yang ditemukan antara lain: berdasarkan data TIMMS pada tahun 2011 (studi internasional tentang matematika dan IPA) melaporkan, untuk matematika skor Indonesia (386), tidak jauh berbeda dengan negara lain yang memiliki tingkat kemampuan literasi sains yang rendah seperti Suriah (380), Oman (366), dan Ghana (331), sementara untuk IPA, Indonesia (406) tidak jauh berbeda dengan Botswana (404) dan Ghana (306). Kemudian, pada akhir 2012, tabel liga global yang diterbitkan oleh firma pendidikan Pearson, menempatkan sistem pendidikan Indonesia di posisi terbawah bersama meksiko dan Brazil [2]. Data tersebut juga ditunjang berita yang dilansir di berita harian Tempo (2013) Programme for International Study Assessment (PISA) 2012 menempatkan Indonesia
sebagai salah satu negara dengan peringkat terendah dalam pencapaian mutu pendidikan [3]. Literasi sains menjadi bahan kajian yang banyak dilirik oleh praktisi pendidikan. Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan literasi sains yaitu implementasi model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan literasi sains. Namun, hal ini dirasa kurang efektif karena pengukuran kemampuan literasi sains yang tidak akurat yaitu hanya dilakukan dengan melihat ketercapaian indikator-indikator sebagai rujukan bahwa peserta didik memiliki kemampuan literasi sains atau tidak [4]. Diantara empat dimensi besar literasi sains yang telah dikembangkan oleh PISA 2006, yaitu: sikap terhadap sains, sains sebagai produk dan proses, konteks ilmiah dan kompetensi ilmiah, sikap terhadap sains sangat berperan penting dalam mengembangkan pengetahuan peserta didik terhadap sains lebih lanjut, mengejar karir dalam sains, dan menggunakan konsep dan metode ilmiah dalam kehidupan mereka [5]. Penelitian sebelumnya oleh Perkins, dkk (2006), "Correlating Students Beliefs with Student Learning Using the Coloradi Learning attitude about Science Survey" yang melihat bagaimana korelasi antara sikap
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIX HFI Jateng & DIY, Yogyakarta 25 April 2015 ISSN : 0853-0823
Riskawati / Deskripsi Sikap (Attitude) Peserta Didik terhadap Fisika Berdasarkan Instrumen PASI (Physics Attitude Survey Instrument) di SMA Negeri 8 Makassar
(kepercayaan) peserta didik terhadap fisika dengan hasil belajar [6]. Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Riskawati, dkk (2014), "Identifikasi Peserta Didik Berdasarkan Aspek Sikap terhadap Fisika dan Hubungannya dengan Hasil Belajar Fisika"[7]. Namun, kedua penelitian tersebut tidak melihat bagaimana deskripsi secara jelas untuk setiap ranah. Berdasarkan kajian tersebut, maka diperlukan penelitian lanjutan untuk melihat bagaimana deskripsi sikap (attitude) peserta didik terhadap fisika berdasarkan instrumen PASI (Physics Attitude Survey Instrumen). II. LANDASAN TEORI A. Sikap (attitude) Sikap-sikap akan sains berperan penting dalam keputusan siswa untuk mengembangkan pengetahuan sains lebih lanjut, mengejar karir dalam sains, dan menggunakan konsep dan metode ilmiah dalam kehidupan mereka. PISA 2006 sebagai penyempurnaan dari PISA 2003 telah mengembangkan dimensi literasi sains menjadi 4 dimensi, yaitu aspek konten, aspek konteks, aspek proses/kompotensi dan aspek sikap peserta didik terhadap sains [5]. Kemampuan sains seseorang memuat sikap-sikap tertentu, seperti kepercayaan, motivasi, pemahaman diri, dan nilainilaiyang sangat erat kaitannya dengan aspek kepribadian, nilai sosial dan etika. Menurut W. K. Adams (2006), sikap terhadap fisika dibagi ke dalam tujuh indikator, antara lain: 1. Real world connection Real world connection atau hubungan dunia nyata dalam ilmu fisika dapat didefinisikan sebagai hubungan antara fisika yang diajarkan di sekolah dengan di dunia luar. Hubungan dunia nyata dalam fisika di sekolah dalam banyak kasus merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari siswa. 2. Personal interest Personal interest yang diartikan sebagai daya tarik atau minat. Minat merupakan bentuk sikap ketertarikan atau sepenuhnya terlibat dalam suatu kegiatan karena menyadari pentingnya atau bernilainya kegiatan tersebut. Minat juga diartikan sebagai suatu rasa lebih suka dan keterikatan pada suatu hal atau aktivitas. 3. Sense making/effort Istilah tersebut didefinisikan sebagai proses penataan yang tidak diketahui dengan menempatkan rangsangan menjadi semacam kerangka yang memungkinkan kita untuk memahami, mengerti, menjelaskan, menghubungkan, ekstrapolasi, dan memprediksi. 4. Conceptual connection Conceptual connection diartikan sebagai kemampuan menghubungkan konsep. Kemampuan menghubungkan konsep dalam mata pelajaran fisika adalah kemampuan mencari hubungan suatu representasi konsep dan prosedur, memahami antar topik fisika, dan kemampuan siswa mengaplikasikan konsep fisika dalam bidang lain atau dalam kehidupan sehari-hari. 5. Applied conceptual understanding
231
Applied conceptual understanding diartikan sebagai kemampuan mengaplikasikan pemahaman konsep. Pemahaman konsep diartikan sebagai kemampuan siswa untuk menjelaskan konsep, yaitu siswa mampu untuk mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan kepadanya. 6. Problem solving general Problem solving general merupakan suatu kegiatan manusia yang menggabungkan konsep-konsep dan aturan-aturan yang telah diperoleh sebelumnya dan tidak sebagai suatu keterampilan generik. 7. Problem solving convidence Problem solving convidence diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengamati kesulitan dan mengolah kesulitan tersebut dengan kecerdasan yang dimiliki sehingga menjadi sebuah tantangan untuk menyelesaikannya [8]. B. PASI PASI (Physics Attitude Survey Instrument) adalah sebuah instrumen baru yang didesain dan dikembangkan oleh Riskawati pada tahun 2015 untuk mengukur sikap peserta didik terhadap fisika. Instrumen ini dikembangkan dari beberapa instrumen yang telah ada sebelumnya antara lain: the Maryland Physics Expectations Survey (MPEX), the Epistemological Beliefs Assessment for Physical Science(EBAPS), the Colorado Learning Attitudes about Science Survey (CLASS), the Views on the Nature of Science (VNOS) [9]. Instrumen tersebut dibuat berdasarkan realita atau karakteristik peserta didik di negaranya masing-masing yang pada umumnya berbeda dengan karakteristik peserta didik Indonesia. Instrumen ini mengikuti pengkategorian dari penelitian sebelumnya oleh Ibrahim Halloun, 1998 yang mengelompokkan pengetahuan, sikap atau kepercayaan peserta didik kedalam 4 kategori yaitu expert profile (EP), the high transition profile (HTP), the low transition profile (LP), dan folk profile (FP) [10]. Setiap kategori dibedakan secara kuantitatif dengan menghitung keseluruhan skor dengan rentang nilai yang sama dari jumlah tertinggi hingga terendah. III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan sikap peserta didik terhadap fisika berdasarkan instrumen PASI. B. Subjek Penelitian Pemilihan subjek penelitian tidak dilakukan secara acak tetapi diambil dengan mempertimbangkan peserta didik yang secara ekstrim mewakili kelompok masingmasing sikap. Setelah itu subjek penelitian dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran. Masing-masing kelompok yaitu expert profile (EP), the high transition profile (HTP), the low transition profile (LP), dan folk profile (FP) terdiri dari dua orang subjek penelitian yang berjenis kelamin berbeda sehingga secara keseluruhan terdapat delapan subjek penelitian (S1- S8) C. Instrumen Penelitian
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIX HFI Jateng & DIY, Yogyakarta 25 April 2015 ISSN : 0853-0823
Riskawati / Deskripsi Sikap (Attitude) Peserta Didik terhadap Fisika Berdasarkan Instrumen PASI (Physics Attitude Survey Instrument) di SMA Negeri 8 Makassar
232
Instrument utama dalam penelitian ini adalah peneliti yang dibantu oleh instrumen PASI, pedoman wawancara mendalam (depth interview guide) dan hasil belajar fisika peserta didik. D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data menggunakan kombinasi antara analisis instrumen PASI, metode wawancara, dan observasi subjek penelitian. Wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur dan semistruktur. Wawancara terstruktur mengacu pada pedoman wawancara. Jika dalam pelaksanaannya, timbul beberapa informasi yang butuh untuk dikaji secara mendalam, maka dilakukan wawancara semiterstruktur. E. Teknik Analisis Data Pada penelitian kualitatif analisis data (Gambar 1) dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode waktu tertentu. Analisis data yang digunakan di dalam penelitian ini menggunakan analisis data "Model Miles dan Huberman".
Gambar 1. Komponen dalam Analisis Data [11] F. Penentuan Kredibilitas dan Depandibilitas Data Untuk memperoleh kredibilitas data (kevalidan data) maka digunakan teknik pemeriksaan sejawat, ketekunan pengamatan dan pengecekan anggota. Selanjutnya,
berdasarkan data hasil wawancara dan hasil instrumen PASI, subjek yang memenuhi kriteria kredibilitas dianalisis dengan menggunakan model analisis Miles dan Huberman. Data yang diperoleh dari subjek ini dianalisis dan dibandingkan dengan subjek penelitian. Jika data yang diperoleh sama dengan subjek penelitian maka hasil analisis data ini memenuhi kriteria dependabilitas. V. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari 80 peserta didik yang menjadi populasi penelitian, sikap terhadap fisika masing-masing peserta didik dapat dilihat pada diagram berikut:
Gambar 2. Diagram sikap terhadap fisika Berdasarkan diagram tersebut diperoleh bahwa peserta didik yang masuk dalam kategori 1.folk sebesar 4%, 2.low transition sebesar 31%, 3.high transition sebesar 62% dan 4.expert sebesar 3%.Selanjutnya, data tersebut menjadi acuan dalam menentukan subjek penelitian. Sikap peserta didik dideskripsikan dalam tujuh indikator. Berdasarkan analisis instrumen dan hasil wawancara, diperoleh data seperti Tabel 1. Data yang diperoleh telah memenuhi kredibilitas dilihat dari konsistensi data berdasarkan teknik analisis instrumen PASI, teknik pemerikasaan sejawat, ketekunan pengamatan dan pengecekan anggota. Data tersebut juga memenuhi depandibilitas berdasarkan kecenderungan data yang sama dari subjek penelitian masing-masing kategori.
Tabel 1. Deskripsi sikap (attitude) terhadap fisika Indikator Real world connection
Personal interest
Deskripsi S1 dan S2 (expert) Dapat menjelaskan be- berapa konsep fisika dan mampu menghubungkannya dalam kehidupan sehari-hari Merasa tertantang apa- bila mendapatkan soal yang rumit dan berusaha untuk mengerjakannya Tertarik dengan persa- maan dan aplikasi konsep fisika yang berlaku dalam kehidupan Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap gejala fisika
Deskripsi S3 dan S4 (high transition) Dapat menjelaskan beberapa konsep fisika dan mampu menghubungkannya dalam kehidupan sehari-hari namun pemahamannya masih terbatas Merasa tertantang apabila mendapatkan soal yang rumit dan berusaha untuk mengerjakannya Lebih tertarik terhadap perhitungan fisika dibandingkan teorinya. Kadang-kadang memiliki rasa ingin tahu terhadap gejala fisika.
Deskripsi S5 dan S6 (low transition)
Deskripsi S7 dan S8 (folk)
Dapat menjelaskan bebe- Tahu bahwa fisika berrapa konsep fisika dan kaitan dengan kehidupan mampu menghubungsehari-hari namun kurang kannya dalam kehidupan mampu menjelaskan konsehari-hari namun pemasep dan aplikasi fisika hamannya sangat terbatas yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari Memilih berhenti meng- Memilih berhenti mengerjakan soal jika menerjakan soal jika mendadapat soal yang rumit pat soal yang rumit Tertarik dengan konsep Tidak mampu mampu dan aplikasi fisika, namemahami fisika karena mun tidak pada persamamengganggap fisika teran dan perhitungannya lalu rumit dan susah Memiliki rasa ingin tahu dimengerti yang tinggi terhadap Kurang memahami dan gejala fisika peka terhadap gejala fisika yang berlaku
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIX HFI Jateng & DIY, Yogyakarta 25 April 2015 ISSN : 0853-0823
Riskawati / Deskripsi Sikap (Attitude) Peserta Didik terhadap Fisika Berdasarkan Instrumen PASI (Physics Attitude Survey Instrument) di SMA Negeri 8 Makassar
Sense Making/ Effort
233
Menggunakan persa- Menggunakan persa- Teori/konsep fisika dapat Teori/konsep fisika dapat maan fisika digunakan maan fisika hanya undijelaskan tanpa persamadijelaskan tanpa persamauntuk menjelaskan tuk menyelesaikan an an teori/konsep soal-soal fisika Mampu menjelaskan Mampu menjelaskan Persamaan dan aplikasi Cenderung memisahkonsep dan aplikasi fisika konsep dan aplikasi fisika adalah variabel dalam kan antara persamaan/ tapi informasi yang ditapi informasi yang fisika yang harus diperhitungan, teori, dan berikan tidak lengkap dan diberikan tidak lengkap ketahui satu sama lain aplikasi fisika terkadang salah konsep dan kadang salah konsep
Mampu menghubung- Mampu menghubung- Tidak mampu menghu- Tidak mampu menghukan dua atau lebih kan dua atau lebih bungkan satu konsep bungkan atau merespon konsep fisika konsep fisika namun fisika dengan konsep isu-isu sains karena tidak kadang-kadang masih lainnya memiliki istilah-istilah merasa sulit sains. Applied Mampu membuktikan Mampu menjelaskan Sudah mengenal konsep, Tidak mampu membukConceptual sebuah persamaan fisikonsep fisika dan apprinsip, teori maupun tikan sebuah persamaan Understandi ka dengan melihat gejalikasinya tapi informasi hukum sains tetapi fisika dari gejala alam ng la alam yang berlaku, yang diberikan tidak kadang-kadang informasi yang ditimbulkan begitu pula sebaliknya lengkap yang diberikan salah Tidak sepenuhnya yakin Yakin bahwa setiap Yakin bahwa setiap hu- Setuju dengan penyataan bahwa setiap hukum, hukum, konsep, dan kum, konsep, dan perorang bahwa setiap konsep, dan persamaan persamaan dalam fisika samaan dalam fisika hukum, konsep, dan dalam fisika dapat didapat dibuktikan dapat dibuktikan persamaan dalam fisika buktikan dapat dibuktikan tanpa adanya ide-ide sendiri Problem Memiliki lebih dari satu Memiliki lebih dari satu Terpaku pada satu cara Tidak melakukan usaha Solving penyelesaian masalah penyelesaian masalah dalam menyelesaikan soapapun untuk menyelesaGeneral atau alternatif jawaban atau alternatif jawaban al fisika ikan permasalahan fisika Membaca dengan detail Dengan membaca seca- Tidak memiliki alternatif kemudian memahamra detail tanpa memahacara penyelesaian masainya merupakan cara minya dapat menyelelah jika mendapat soal terbaik dalam menyelesaikan permasalahan yang rumit saikan permasalahan fisika Problem Sangat percaya diri Memiliki kepercayaan Masih ragu pada hasil Sama sekali tidak yakin Solving dalam menyelesaikan diri dalam mengerjakan pekerjaannya apabila pada hasil pekerjaannya Confidence permasalahan fisika soal mengerjakan soal saat mengerjakan soa Conceptual connection
V. KESIMPULAN Untuk peserta didik yang berada pada ranah expert mereka mampu memahami dan menghubungkan konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari secara lengkap. Pada ranah high transition peserta didik sudah mengenal konsep, prinsip, teori maupun hukum sains namun informasi yang diberikan masih terbatas. Pada ranah low transition peserta didik masih sering mengalami miskonsepsi terhadap konsep-konsep fisika. Sedangkan pada ranah folk peserta didik tidak mampu menghubungkan atau merespon isu-isu sains. PUSTAKA [1]
[2]
[3] [4]
[5]
Hurd, D. P. Scientific Literacy: New Minds for a Changing World, Science & Education, vol. 82, no. 1, pp.407-416. Hafid, Abbas. 2014. Jangan Pernah Ada Seorang Anak Indonesia yang Tertinggal.Makalah Orasi Ilmiah. Sidang Terbuka pada Upacara Dies Natalies ke-53 Universitas Negeri Makassar. 13 Agustus. Makassar: UNM. Rizki, P. 2013. Mutu Pendidikan Indonesia Terendah di Dunia. Harian Tempo, . Deseber 2013. Halaman 1. Zaky, Ahmad. Pembelajaran Inkiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Sains, Bandung, UPI, 2013 OECD. Assessing scientific, reading, and mathematical literacy: A framework for PISA, Paris, OECD, 2006.
[6]
Perkins, dkk. Correlating Student Beliefs With Student Learning Using The Colorado Learning Attitudes about Science Survey, University of Colorado, Colorado, 2006. [7] Riskawati, Pengembangan Physics Attitude Survey Instrumen (PASI) untuk Mengukur Sikap (Attitude) Peserta Didik, Proceedings SNF Conference, vol. 1, Makassar, Februari 2015. [8] W. K. Adams. 2006. A new instrument for measuring student beliefs about physics and learning physics: the Colorado Learning Attitudes about Science Survey, Ph.D. dissertation, University of Colorado, Colorado, 2006. [9] Porter, Nathan. Developing an Instrumen to Measure Students' Understanding of the Nature of Science, Ph.D. dissertation, Ithaca College, New York, 2011 [10] Halloun, Ibrahim, D. H. Interpreting VASS Dimensions and Profiles for Physics Students, Science & Education, 1998, pp. 1. [11] Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung, Penerbit Alfabeta, 2011.
TANYA JAWAB L. Amirullah (Univ. Malang) ? Gambaran sampel penelitian anda tentang literasi sains mereka seperti apa ?
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIX HFI Jateng & DIY, Yogyakarta 25 April 2015 ISSN : 0853-0823
234
Riskawati / Deskripsi Sikap (Attitude) Peserta Didik terhadap Fisika Berdasarkan Instrumen PASI (Physics Attitude Survey Instrument) di SMA Negeri 8 Makassar
Fitria Dwi Alfianty R (Universitas Negeri Makasar) √ Literasi sains dari sampel penelitian kami masih kurang, terlihat pada hasil pengamatan yang telah dilakukan masih ada sebesar 4 % peserta didik yang masuk dalam kategori fork dan 62 % peserta didik yang masuk dalam kategori low transition. Hal ini masih lebih banyak dibandingkan dengan peserta didik yang masuk dalam kategori expert dan high transition.
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIX HFI Jateng & DIY, Yogyakarta 25 April 2015 ISSN : 0853-0823