DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PADA MATERI DIMENSI TIGA Nizma Entuu, Ali Kaku, Perry Zakaria Jurusan Pend. Matematika, Program Studi S1. Pend. Matematika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected]
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan kemampuan komunikasi matematika siswa SMA Negeri 1 Tibawa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan penelitian berupa pemberian tes dan wawancara sebagai pendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematika pada kegiatan pembelajaran matematika kelas X SMA Negeri 1 Tibawa paling tinggi 60%. Berdasarkan pengujian hipotesis diperoleh thitung = -42,643 dan t daftar = -1,71 atau -42,643 < 1,71, ternyata thitung jatuh pada daerah penerimaan H1. Ini sesuai dengan hipotesis yang ada pada Bab II yang menjadi hipotesis penelitian, bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematika pada materi dimensi tiga siswa SMA Negeri 1 Tibawa paling tinggi 60% yang didukung dengan thitung = -42,643 dan ttabel = - 1,71, ternyata thitung < ttabel dimana H1 = ≤ 0,60 diterima pada taraf kesalahan = 0,05. Ini menunjukan bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematika pada materi dimensi tiga di SMA Negeri 1 Tibawa paling tinggi 60% untuk kegiatan pembelajaran matematika. Kata Kunci : Kemampuan Komunikasi. I.
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia yaitu
sebagai wahana pengembangan sumber daya manusia. Melalui pendidikan manusia dapat melepaskan diri dari keterbelakangan. Pendidikan juga mampu menanamkan kapasitas baru bagi manusia dalam mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang baru, sehingga diperoleh manusia yang kreatif dan produktif. Kualitas manusia pada intinya sangat berkaitan erat dengan kualitas pendidikan, yang merupakan rangkaian pendidikan baik dari pendidikan tingkat dasar, menengah, dan tinggi. 1
Dalam kaitannya dengan kualitas manusia itu sendiri, maka setiap orang akan terus menerus belajar untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang diinginkan pada suatu jenjang pendidikan. Pendidikan tinggi merupakan salah satu lembaga yang membekali peserta didik dengan penekanan pada nalar dan pemahaman pengetahuan berdasarkan keterkaitan antara teori dengan pengaplikasiannya dalam dunia praktek. Berdasarkan hasil observasi di SMA Nenegri 1 Tibawa khususnya pada kelas X bahwa siswa-siswa pada saat proses penbelajaran, mereka mampu menjawab pertanyaan yang diajukan guru, tetapi ketika diminta untuk menuliskan kembali jawabannya di papan tulis atau di buku catatan mereka, siswa tersebut tidak mampu menulis jawaban yang diungkapkan sebelumnya, tapi sebenarnya siswa tersebut kemampuannya bisa dikatakan bagus dalam pembelajaran matematika. Ini mencerminkan bahwa siswa-siswa lebih cenderung menghafal konsep-konsep matematika yang diberikan guru atau yang ada dalam buku matematika tanpa memahami atau mengetahui maksud dan tujuan dari isinya, sehingga mereka takut dan malu untuk mengungkapkan pendapat atau ide-ide mereka sendiri. Hal inilah yang menyebabkan kemampuan komunikasi matematika mereka baik secara tertulis maupun lisan masih relatif rendah. Disinilah dapat terlihat kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan konsep matematika kelas X masih relatif rendah. Kemampuan komunikasi matematika adalah kemampuan seseorang dalam mengkomunikasikan ide-ide matematika. Komunikasi (secara konseptual) yaitu memberitahukan (dalam menjabarkan) berita, pengetahuan, pikiran-pikiran dan nilai-nilai dengan maksud untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan menjadi milik bersama. Sudirman (dalam Abdullah 12). Pauweni (2012: 8) berpendapat bahwa komunikasi merupakan suatu upaya dari seseorang atau bersama orang lain untuk membangun kebersamaan dengan orang lain dengan membentuk hubungan dalam berbagi atau menggunakan informasi secara bersama. Dalam penyampaian pesan terdapat dua bentuk penyampaian yaitu: (1) penyampaian secara langsung dari pengirim pesan kepada penerima pesan tanpa menggunakan media penyampaian; (2) penyampaian tidak langsung yakni dengan menggunakan media penyampaian. Ambarjaya (2012:113). Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan untuk memberitahu, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Di dalam berkomunikasi tersebut harus dipikirkan bagaimana caranya agar pesan yang disampaikan seseorang itu dapat dipahami oleh orang lain. Untuk mengembangkan kemampuan 2
berkomunikasi, orang dapat menyampaikan dengan berbagai bahasa termasuk bahasa matematis. Collins, dkk (Abadi, 2011) mengatakan “salah satu tujuan pembelajaran matematika yang ingin dicapai adalah memberikan kesempatan seluas-luasanya kepada para siswa untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi melalui modeling, speaking, writing, talking and drawing serta mempresentasikan apa yang dipelajari”. Dalam matematika, berkomunikasi mencakup ketrampilan/kemampuan untuk membaca, menulis, menelaah dan merespon suatu informasi. Dalam komunikasi matematika, siswa dilibatkan secara aktif untuk berbagi ide dengan siswa lain dalam mengerjakan soalsoal matematika. Hulukati (dalam Abdullah, 2010: 16) mengemukakan bahwa komunikasi dalam matematika dapat diartikan sebagai suatu peristiwa saling berhubungan/dialog yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari di kelas. Pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi di lingkungan kelas adalah guru dan siswa. Sedangkan cara pengalihan pesan dapat dilakukan secara tertulis dan lisan. Hal senada juga dikatakan Sullivan & Mousley (dalam Andriani, 2008), komunikasi matematik bukan hanya sekedar menyatakan ide melalui tulisan tetapi lebih luas lagi yaitu kemampuan siswa dalam hal bercakap, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan, bekerja sama (sharing), menulis, dan akhirnya melaporkan apa yang telah dipelajari. Selanjutnya menurut Ramdani (2012: 48) bahwa komunikasi matematika adalah kemampuan untuk berkomunikasi yang meliputi kegiatan penggunaan keahlian menulis, menyimak, menelaah, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide, simbol, istilah serta informasi matematika yang diamati melalui proses mendengar, mempresentasi, dan diskusi. Kemampuan merupakan kata berimbuhan yang berasal dari kata mampu yang berarti sanggup atau dapat melakukan sesuatu. Lebih lanjut Poerwadarminta (dalam Pauweni, 2012:8) menjelaskan bahwa kemampuan bermakna kesanggupan atau kecakapan atau kelumatan juga merupakan kecakapan untuk dapat melakukan sesuatu. Menurut Sumarmo (dalam Andriani, 2008) kemampuan komunikasi matematika merupakan kemampuan yang dapat menyertakan dan memuat berbagai kesempatan untuk berkomunikasi dalam bentuk: (a) Merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika, (b) Membuat model situasi atau persoalan menggunakan metode lisan, tertulis, konkrit, grafik dan aljabar, (c) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika, (d) Mendengarkan, berdiskusi dan menulis tentang matematika, (e) 3
Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis, (f) Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi, dan generalisasi, (g) Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari. Lebih lanjut Geegnes dan Schulman (dalam Pauweni, 2012:10) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematika meliputi kecakapn dalam (1) mengekspresikan ide-ide dengan berbicara, menulis, mendemonstrasikan dan meluluskannya secara visual dengan berbagai cara yang berbeda, (2) memahami, menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide yang dikemukakan dalam bentuk tulisan atau bentuk visual lainnya, (3) mengkontruksikan, menginterpretasikan dan menghubungkan berbagai representasi dari ide-ide dan hubunganhubungan, (4) mengamati, membuat konjektur, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan dan mengevaluasi informasi (5) menghasilkan dan menghadirkan argument yang jelas. II.
METODE PENULISAN Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tibawa. Waktu penelitian dilaksanaan
pada semester genap yaitu bulan Mei-Juni tahun ajaran 2012/2013 . Adapun yang menjadi Populasi pada penelitan ini adalah Kelas X SMA Negeri 1 Tibawa Kecamatan Tibawa Provinsi Gorontalo. Yang berjumlah 228 orang dan terbagi menjadi 8 kelas. Pengambilan sampel untuk penelitian ini menggunakan tehnik simple random sampling. Tehnik simple random sampling adalah pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Peneliti menggunakan pengambilan sampel secara undian. Sehingga didapat 24 orang sebagai sampel. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Yakni jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin obyek yang diteliti. III.
HASIL DAN PEMBAHASAN Data kemampuan komunikasi matematika diperoleh melalui tes yang tersebar ke
dalam 4 butir pernyataan. Secara lengkap hasil analisis deskriptif, distribusi frekuensi dan histogram yang berhubungan dengan skor variabel kemampuan komunikasi siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
4
Tabel 4.1 Hasil analisis statistik deskriptif skor kemampuan kommunikasi siswa
No
Statistik
Hasil
1
Ukuran sampel
24
2
Skor tertinggi
24
3
Skor terendah
7
4
Mean
18,167
5
Median
23
6
Modus
15,92
7
Standar deviasi
4,807
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi skor skor kemampuan komunikasi siswa Nilai No. Kelas Interval Fi
Tengah
Xi2
Fi.Xi
Fi.Xi2
(Xi) 1
7-9
2
8
64
16
128
2
10 - 12
2
11
121
22
242
3
13 - 15
3
14
196
42
588
4
16 - 18
2
17
289
34
578
5
19 - 21
8
20
400
160
3200
6
22 - 24
7
23
529
161
3703
435
8439
24
5
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa 7 siswa atau 29,16% memperoleh skor dibawah dari kelas interval yang memuat skor rata-rata 18,167, ada 2 orang siswa atau 8,33% pada kelas interval yang memuat skor rata-rata, dan 15 orang siswa atau 62,5% memperoleh skor di atas dari kelas interval yang memuat skor rata-rata. Untuk lebih jelasnya data kemampuan komunikasi matematika siswa SMA Negeri 1 Tibawa berdasarkan distribusi frekuensi pada Tabel 4.2 di atas disajikan dalam bentuk histogram seperti dibawah ini. 9 8
Frekuensi
7 6
7-9
5
10-12
4
13 - 15
3
16 - 18
2
19 - 21
1
22 - 24
0 Fi Kelas Interval
Gambar 4.1: Histogram Frekuensi Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa
Pengujian normalitas data dilakukan untuk menentukan jenis statistik apa yang digunakan pada pengujian hipotesis. Jika data yang terkumpul berdistribusi normal, dapat digunakan statistik parametrik. Sebaliknya jika data yang terkumpul tidak berdistribusi normal, maka digunakan statistik non parametrik. Dalam penelitian ini pengujian normalitas data menggunakan uji Liliefors pada taraf nyata
. Hipotesis statistik yang diuji
dinyatakan sebagai berikut. H0 : Populasi berdistribusi normal H1 : Populasi tidak berdistribusi normal Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima jika Lhitung ≤ Ltabel dan tolak H0 jika Lhitung ≥ Ltabel pada taraf nyata yang dipilih. Dalam penelitian ini dipilih α = 0.05 sehingga untuk n = 24 maka nilai L tabel = 0, 190 Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Program Excel for Windows 2007 diperoleh nilai Lhitung = 0,1823 (hasil perhitungan disajikan pada lampiran 7). Karena nilai Lhitung = 6
0,1823 < L tabel = 0, 190, maka disimpulkan bahwa galat regresi berdistribusi normal. Dalam hal ini data berasal dari populasi berdistribusi normal, yang berarti persyaratan normalitas data untuk regresi linier sederhana dipenuhi dalam penelitian ini.
Setelah data dinyatakan berdistribusi normal, maka untuk pengujian hipotesis digunakan statistik parametrik. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji satu pihak yaitu uji t pihak kiri. Hasil analisis data untuk pengujian hipotesis, diperoleh thitung = 42,643 dan ttabel = - 1,71 ternyata thitung jatuh pada daerah penerimaan H1. Ini sesuai dengan hipotesis yang ada pada Bab II yang menjadi hipotesis penelitian, bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematika pada materi dimensi tiga siswa SMA Negeri 1 Tibawa paling tinggi 60% yang didukung dengan thitung = -42,643 dan ttabel = - 1,71, ternyata thitung < ttabel dimana H1 = ≤ 0,60 diterima pada taraf kesalahan = 0,05. Ini menunjukan bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematika pada materi dimensi tiga di SMA Negeri 1 Tibawa paling tinggi 60% untuk kegiatan pembelajaran matematika. Berdasarkan data skor hasil tes dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu kelompok yang berada dibawah kelas interval yang memuat skor rata-rata , kelompok pada kelas interval yang memuat skor rata-rata, dan kelompok diatas kelas interval yang memuat skor rata-rata. Dengan demikian subjek penelitian yang dipilih adalah subjek yang terletak pada ujung atas dan ujung bawah masing-masing kelompok, dan diperoleh data pada tabel berikut.
Tabel 4.4. Subjek Penelitian TANGGAL
No
NAMA SUBJEK
KET
Skor
1
Ewis T. Suhebu
SP.1
26.92
25 Mei
2
Anggun Sasmita Husein
SP.2
65.38
25 Mei
3
Rahmat G. Hasan
SP.11
88.46
25 Mei
4
Regita M. Harim
SP.12
92.3
25 Mei
7
PELAKSANAAN
Untuk mengetahui gambaran kemampuan komuikasi mateamtika , maka peneliti menggunakan tes dalam penelitian ini. Tes yang digunakan dalam penelitian berjumlah 4 butir soal yang diuji kevaliditas dan realibilitas. Hasilnya 4 butir soal yang digunakan dalam penelitian terbukti valid sedangkan untuk uji validitas konstruksi, soal yang digunakan, terlebih dahulu di uji cobakan ke kelas X sebanyak 24 orang yang merupakan kelas bukan sampel. Hasilnya untuk butir soal yang diberikan semuanya berstatus valid. Jadi soal yang diberikan pada siswa kelas X sebanyak 24 orang yang dijadikan sampel sebanyak 4 butir soal. Sehingga terbukti hasil perhitungan dengan bantuan microsoft excel 2007 diperoleh lhitung = 0,1823 (hasil perhitungan disajikan dilampiran 7). Karena lhitung < ltabel atau 0,1823 < 0, 190 Sehingga mendapatkan data yang diperoleh berasal dari data populasi yang menunjukan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis penelitian. Hasil analisi data untuk pengujian hipotesis, diperoleh thitung = -8,251 dan ttabel = 1,71, ternyata thitung jatuh pada daerah penerimaan H1 karena thitung < ttabel atau -2,82 < 1,71. dengan demikian H1 = ≤ 0,60 diterima pada taraf kesalahan = 0,05. Ini sesuai dengan hipotesis yang ada pada Bab II yang menjadi hipotesis penelitian, bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematika siswa SMAN 1 Tibawa paling tinggi 60%. Untuk memperkuat data tentang kemampuan komunikasi matematika dari hasil tes yang telah diberikan kepada siswa yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian, dari 24 siswa peneliti mewawancarai 4 siswa yang didasarkan pada hasil perolehan skor pekerjaan siswa. Keempat siswa tersebut dipilih bedasarkan perolehan skor pekerjaan siswa, yaitu 2 siswa yang skornya lebih dari 60 dan 2 siswa yang kurang dari atau sama dengan 60. Hal ini terlihat pada hasil kerja yang dicapai oleh seluruh siswa, bahwa dari 24 orang siswa yang diberikan tes, 15 siswa atau 62,5 % dari keseluruhan jumlah siswa yang mampu menyelesaikan soal kemampuan komunikasi matematika, dan 9 siswa atau 37,5 % siswa yang tidak mampu menyelesaikan soal kemampuan komunikasi matematika, dengan melihat indikator-indikator pada penyelesaian soal kemampuan komunikasi matematika. Hal ini terlihat pada hasil kerja yang dicapai oleh seluruh siswa, bahwa dari 24 orang siswa yang diberikan tes, hanya 2 orang siswa yang mendapat skor terrendah, namun dari subjek yang diwawancarai semuanya kurang mampu dalam dalam mengkomunikasikan matematika secara tertulis yang beragam. Tetapi secara keseluruhan siswa yang diberikan tes sudah mampu mengkomunikasikan matematika. Diantara indikator yang ditetapkan, kebanyakan siswa kurang mampu mengkonukasikan matematika dalam menyatakan permasalahan yang diberikan ke dalam bentuk model matematika yang berbentuk persamaan dan menyelesaikannya, menyatakan permasalahan yang diberikan kedalam bentuk model matematika yang berbentuk persamaan dan menyelesaikannya, dan menyatakan suatu gambar menjadi ide atau masalah matematika yang berkaitan dengan jarak dalam menyelesaikan permasalahan.
8
Tercapainya keberhasilan siswa tergantung dari kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Akan tetapi sebagaimana hasil wawancara peneliti dan pengajar menjelaskan bahwa untuk mengelola proses belajar mengajar yang maksimal yang melibatkan siswa secara optimal, guru telah melakukan berbagai upaya namun pada kenyataannya banyak siswa yang masih kurang mampu berkomunikasi secara matematis. Letak kurang mampunya siswa yang ditemui berdasarkan hasil analisa data yaitu terletak indikator menyatakan permasalahan yang diberikan ke dalam bentuk model matematika yang berbentuk persamaan dan menyelesaikannya, menyatakan suatu gambar menjadi ide atau masalah matematika yang berkaitan dengan jarak. Kemudian siswa dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, dan menyatakan permasalahan yang diberikan kedalam bentuk model matematika yang berbentuk persamaan dan menyelesaikannya.
IV.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut: 1.
Dari 24 orang siswa yang diberikan tes, 15 siswa atau 62,5% dari keseluruhan jumlah siswa yang mampu menyelesaikan soal kemampuan komunikasi matematika, dan 9 siswa atau 37,5 % siswa yang tidak mampu menyelesaikan soal kemampuan komunikasi matematika.
2.
Rata-rata kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal kemampuan komunikasi matematika pada materi dimensi tiga paling tinggi 60% pada kegiatan pembelajaran matematika.
3.
Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal kemampuan komunikasi matematika disebabkan karena siswa kurang memahami materi dimensi tiga.
Berdasarkan simpulan hasil penelitian di atas, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut: 1. Untuk membantu siswa dalam mengkomunikasikan matematika, maka dalam memberikan dan menerapkan
materi pelajaran kepada siswa, guru hendaknya
memperhatikan tahapan kemampuan siswa yang diajar, sehingga kemampuan komunikasi siswa dapat ditingkatkan. 2. Untuk mengatasi masalah siswa dalam menyelesaikan soal matematika khususnya pada materi dimensi tiga hendaknya siswa banyak melakukan latihan atau menjawab soal-soal latihan, sehingga siswa mampu mengkomunikasinnya dalam bentuk matematika secara lisan maupun tulisan. 3. Siswa dianjurkan agar dapat menghilangkan kebiasan saling ketergantungan kepada guru maupun terhadap sesama teman serta dapat
9
menghilangkan kebiasan belajar untuk
menghafal, karena pada dasarnya matematika dibutuhkan pemahaman terhadap setiap materi yang ada. V. DAFTAR PUSTAKA Abadi,
Nopiwan.
2011.
Kemampuan
Komunikasi
Matematika.
http://noviansangpendiam.blogspot.com/search?q=kemampuan+komunikasi+matemat ika (diakses 22 Maret 2013) Abdullah, A.W. 2010. Pengaruh Kreativitas Dan Sikap Konstruktif Peserta didik Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematikai. Tesis. Gorontalo: Tidak Diterbitkan. Ambarjaya S, Beni. 2012. Psikologi Pendidikan dan pengajaran: teori dan praktik . Yogyakarta: CAPS. Andriani,
Melly.
2008.
Komunikasi
Matematika.
http://mellyirzal.blogspot.com/2008/12/komunikasi-matematika.html
(diakses
22
Maret 2013) Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Herdian.
2010.
Kemampuan
Komunikasi
Matematika.
http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-komunikasi-matematis/ (diakses 22 Maret 2013) Johanes, Dkk. 2005. Kompetensi Matematika. Jakarta: Yudistira Marwanta, S. 2009. Matematika SMA Kelas X. Bogor: Yudistira Pauweni, Khardiyawan. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dan Perbedaan Gender Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika. Tesis. Gorontalo: Tidak Diterbitkan. Ramdani, Yani. 2012. Pengembangan Instrumen Dan Bahan Ajar Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi, Penalaran, dan Komeksi Matematis Dalam Konsep Integral.
Jurnal
Penelitian
Pendidikan
Vol.13,
No
1,
April
2012.
http://jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan/view/1390/pengembangan-instrumen-dan-
10
bahan-ajar-untuk-meningkatkan-kemampuan-komunikasi,-penalaran,-dan-koneksimatematis-dalam-konsep-integral.html. (diakses 22 Maret 2013) Sriyanto, H.J. 20012. Ringkasan Lengkap Matematika SMA. Yogyakarta. Tera Sugiyono. 2012. metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Umar, Wahid. 2012. Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal ilmiah program studi matematika STKIP Siliwangi vol 1. No 1 Februari 2012. http://e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/infinity/article/view/15 (diakses 22 maret 2013) Weti, Ida. 2010. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Melalui Strategi ThinkTalk-Write
(TTW).
http://kartiniokey.blogspot.com/2010/05/meningkatkan-
kemampuan-komunikasi.html (diakses 22 Maret 2013)
11