Laporan Tugas Akhir Desain Produk – (RD141530) DESAIN PENGEMBANGAN TONGKAT SEBAGAI SARANA BANTU JALAN LANSIA DENGAN KONSEP ELDER FRIENDLY
Mahasiswa: Diana Isti Pertiwi NRP. 3411100090
Dosen Koordinator: Primaditya, SSn, M.Ds NIP. 19720515 199802 1001
Dosen Pembimbing: Eri Naharani Ustazah, ST, MDs NIP 197304272001122001
JURUSAN DESAIN PRODUK INDUTRI FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017
Final Project – (RD141530) DEVELOPMENT DESIGN OF ELDER CANES WITH FRIENDLY CONCEPT
Student: Diana Isti Pertiwi NRP. 3411100090
Coordinator Lecturee: Primaditya, SSn, M.Ds NIP. 19720515 199802 1001
Counselor Lecturer: Eri Naharani Ustazah, ST, MDs NIP 197304272001122001
DEPARTMENT OF INDUTRIAL PRODUCT DESIGN CIVIL ENGINEERING AND PLANNING FACULTY INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN ANTI PLAGIAT BERMATERAI LAPORAN TUGAS AKHIR DESAIN PRODUK
Saya mahasiswa Bidang Studi Desain Produk, Jurusan Desain Produk Industri, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Nama Mahasiswa
: Diana Isti Pertiwi
NRP
: 3411100090
Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis Tugas Akhir Desain Produk yang saya buat dengan judul “DESAIN PENGEMBANGAN TONGKAT SEBAGAI SARANA BANTU JALAN LANSIA DENGAN KONSEP ELDER FRIENDLY” adalah: 1) Asli dan bukan merupakan duplikasi karya tulis maupun gambar atau sketsa yang pernah dibuat, dipublikasikan atau dipakai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan atau tugas-tugas kuliah lain baik di lingkungan ITS, universitas lain maupun lembaga-lembaga lain, kecuali pada bagian-bagian sumber informasi yang dicantumkan sebagai kutipan, referensi atau acuan dengan cara yang semestinya. 2) Berisi karya tulis dan gambar atau sketsa yang dikerjakan dan diselesaikan sendiri dengan menggunakan data hasil pelaksanaan riset. Demikian pernyataan ini saya buat dan jika terbukti tidak memenuhi apa yang telah saya nyatakan di atas, maka saya bersedia apabila Laporan Tugas Akhir Desain Produk ini dibatalakan. Surabaya, 30 Januari 2017 Yang membuat pernyataan,
(Diana Isti Pertiwi) NRP. 3411100090
i
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
ii
DESAIN PENGEMBANGAN TONGKAT SEBAGAI SARANA BANTU JALAN LANSIA DENGAN KONSEP ELDER FRIENDLY Nama Mahasiswa
: Diana Isti Pertiwi
NRP
: 3411100090
Jurusan
: Desain Produk Industri – FTSP , ITS
Dosen Pembimbing
: Eri Naharani Ustazah, ST, MDs
NIP
: 197304272001122001 ABSTRAKSI
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk lansia terbanyak ke-4 di dunia. Jumlah tersebut semakin terus meningkat dari tahun 2010 hingga sekarang. Dengan bertambahnya usia menyebabkan berbagai penurunan sistem kekebalan tubuh salah satunya yaitu penurunan kemampuan berjalan. Perubahan fisik dan psikis mempengaruhi kesehatan lansia. beberapa perubahan psikis yang dialami lansia yaitu kesepian mudah bosan. Kemampuan fisik lansia yang menurun menyebabkan lansia sulit mencapai kemandirian,karena itulah mereka membutuhkan sarana bantu untuk mempermudah pergerakan mereka. Secara fisik, lansia mudah lelah terutama dibagian punggung dan kaki, memiliki masalah dalam kesimbangan, sering kesulitan melakukan kegiatan seperti membungkuk, merunduk, berbalik badan saat duduk, hingga duduk atau berdiri terlalu lama. Selain itu, panca indera lansia juga mengalami penurunan seperti kepekaan indera penglihatan, indera pendengaran hingga indera peraba dimana lansia sering mengalami tremor atau gemetar tangan. Dengan permasalahan baik dari fisik dan psikis lansia maka diperlukan adanya alat atau sarana bantu jalan yang dapat meminimalkan rasa bosan untuk menjaga kesehatan fisik dan psikis mereka. Metode yang penelitian yang digunakan yaitu dari data literature, shadowing, dan diari studies. Selain itu juga dilakukan metode story telling dengan beberapa narasumber dari lansia itu sendiri. Tujuan utama dari penelitian ini adalah membuat desain sarana bantu jalan untuk membatu mobilotas lansia dengan konsep elder friendly yang dapat meminimalkan rasa bosan dan kesepian lansia agar tetap menjaga kesehatan fisik dan psikis lansia. Kata kunci : Lansia, Elder Friendly, Mobilitas lansia,
iii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
iv
DEVELOPMENT DESIGN OF ELDER CANES WITH FRIENDLY CONCEPT Student Name
: Diana Isti Pertiwi
NRP
: 3411100090
Department
: Industrial Product Design – FTSP, IT
Counselor Lecturer
: Eri Naharani Ustazah, ST, MDs
NIP
: 197304272001122001 ABSTRACT
Indonesia is one of the countries with the most number of elderly, reaching th 4th place in the world. The number keeps increasing since 2010. Along with the aging process, the elderly also experience degradation of immune system; with one of the signs is the decreasing ability to move. The change in their physique and mental influence their health as well. One of the mental effects is being more prone to loneliness and easy to feel bored. The decrease of physical abilities in elderly caused them to become dependent and needs aids to ease their mobility. Physically, elderly gets tired easily, especially on their back and legs, having balance issues, getting difficulties to even bow, crouching, turning around while sitting, or standing for too long. Their senses are also decreasing, in example, their worsened eyesight, hearing, to their sense of touch which caused their hands to have tremors. With these physical and mental problems of the elderly, it’s important to have tools or walking aid that can minimize their boredom to keep their physical and mental health. The research methods used for this project are literature data search, shadowing, and diary studies. Story telling method was also done directly to the elderly. The main point of this project is to design a walking aid that helps increasing the mobility of the elderly with elderly friendly concept which minimize their boredom and loneliness to save their physical and mental health Keywords : Elderly, elder friendly, mobility of elderly
v
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
vi
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmatnya sehingga pelaksanaan laporan tugas akhir dengan judul “Desain Pengembangan Tongkat Sebagai Sarana Bantu Jalan Lansia Dengan Konsep Elder Friendly” dapat diselesaikan. Tugas akhir ini merupakan prasyarat dari mahasiswa tingkat sarjana yang akan menyelesaikan pendidikannya padaprogram strata satu. Adapun maksud dari tugas akhir ini adalah untuk membandingkan teori dasar dengan dunia kerja nyata. Sebagai manusia biasa kami tidak luput dari kesalahan dalam pengerjaan tugas akhir kami ini, untuk itu kami sangat membuka diri untuk segala kritikan yang membangun terhadap hasil tugas akhir kami ini. Kami menyadari dalam penyusunan laporan tugas akhir ini masih banyak kekurangan- kekurangan karena keterbatasan waktu dan kemampuan kami. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun sangat kami hargai dan kami berharap di waktu mendatang kiranya ada yang dapat lebih menyempurnakan penyusunan tugas akhir ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian. Amiin. Surabaya, 30 Januari 2017 Penulis
vii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
viii
UCAPAN TERIMAKASIH Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan. Tak lupa pula penulis mengirimkan shalawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat Islam ke jalan yang diridhoi Allah SWT. Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari partisipasi, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Ibu, Bapak, Dedek, Hanung, Mbak kiki, Keluarga Semampir dan keluarga besar atas doa, dukungan, tawa canda, waktu dan semangat yang terus diberikan 2. Ibu Ellya Zulaikha, ST., M.Sn., Ph.D selaku Ketua Jurusan 3. Bapak Primaditya, SSn, M.Ds Dosen Wali,Dosen penguji dan dosen koordinator Tugas Akhir atas bimbingan, dukungan, motivasi, kritik, dan saran yang membangun dari awal tahun hingga akhir tahun pelajaran 4. Ibu Eri Naharani Ustazah, ST, MDs selaku Dosen Pembimbing yang super baik hati atas semangat, dukungan, dorongan, kata-kata motivasi, kritik serta saran yang membangun 5. Para Kesayangan Queen: Sani, Sima, Shabrina, Mahdi, Lita, Cindy, Elna, Rani, atas banyak dukungan, waktu, keringat, pengorbanan, doa, kesempatan, dan tawa bahagia yang dapat memberikan semangat baru setiap harinya. 6. Kesayangan Arisan Keluarga : Inaya, Ifa , Tanti, Hidayah, Adib, Budi yang selama ini telah memberikan dukungan, memberikan Do’a , dan tetap tidak ada bosannya untuk saling berbagi canda tawa maupun duka selama lebih dari 9 tahun ini 6. Teman-teman angkatan 2011 yang tak pernah lelah memberi semangat, dukungan, dan doa tulus yang diberikan 8. Teman-teman seperjuangan Tugas Akhir #115 atas ilmu, doa, semangat, dukungan, kritik, saran, dan bimbingan 10. Abet yang sudah membantu tugas akhir dan Mbak Heni atas dukungan dan Do’a selama ini
ix
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
x
DAFTAR ISI PERNYATAAN ANTI PLAGIAT BERMATERAI ............................................... i ABSTRAKSI ......................................................................................................... iii ABSTRACT ............................................................................................................ v KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................... ix DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 I.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2. Rumusan masalah ........................................................................................ 5 I.3. Batasan Masalah ........................................................................................... 6 1.4. Tujuan dan manfaat ...................................................................................... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA & EKSISTING PRODUK ................................ 7 2.1. Definisi lansia .............................................................................................. 7 2.1.1 Masalah Yang Sering Dihadapi Lansia Yang Hidup Di Panti Asuhan:12 2.1.2 Masalah Yang Dihadapi Lansia Yang Hidup Dengan Keluarga: ........ 12 2.1.3 Penyebab Dari Masalah Yang Dihadapi Lansia Yang Hidup Di Panti:13 2.1.4 Penyebab Dari Masalah Yang Dihadapi Lansia Yang Hidup Di Keluarga: .................................................................................................. 13 2.2. Aktifitas sehari-hari pada lansia Menurut Leukenotte (1998), aktifitas sehari-hari lansia di kategorikan sebagai berikut: ............................................. 15 2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas sehari-hari pada lansia .......... 16 2.4. Tinjauan Eksisting ..................................................................................... 16 2.4.1 Produk Eksisting .................................................................................. 17 2.4.2 Sarana hiburan / hobi lansia ................................................................. 23 2.5. Antropometri lansia saat duduk dan berdiri menurut standar ISO 7176-5 24 2.6 Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Alat Kesehatan ............................. 27 2.7 Kondisi Pasar Dan Perkembangannya ........................................................ 27 2.8 Regulasi dan Standarisasi Terkait ............................................................... 28
xi
BAB III METODOLOGI DAN KERANGKA ANALISA ................................... 29 3.1 Skema Perancangan ..................................................................................... 29 3.2 Kerangka Penelitian ..................................................................................... 30 3.2.1 Studi Literatur ...................................................................................... 30 3.2.2 Studi User / Buyer ................................................................................ 31 3.3 Metodologi Perancangan ............................................................................ 31 3.4 Tahapan Studi dan Analisa ......................................................................... 35 BAB IV STUDI DAN ANALISA ......................................................................... 39 4.1 Analisa User ................................................................................................ 39 4.2 Studi aktifitas user ....................................................................................... 41 4.3 Analisa Antrhopometri ................................................................................ 45 4.4 Analisa pioritas kebutuhan .......................................................................... 47 4.5 Eksperimen bentuk model ........................................................................... 48 4.6 Study style untuk lansia ............................................................................... 51 4.7 Analisa Alternatif Komposisi Warna ......................................................... 52 4.8 Studi Meterial ............................................................................................. 54 4.10 Analisa Komponen Elektronik .................................................................. 57 4.11 Analisa bentuk tombol ............................................................................... 69 4.12 Analisa proses produksi ............................................................................. 72 5.1 Konsep Desain ............................................................................................. 79 5.2 Design requirement and objective (DR & O) .............................................. 81 5.3 Image board ................................................................................................. 83 5.4 Sketsa bentuk ............................................................................................... 84 5.5 Bentuk tombol ............................................................................................. 85 5.6 Alternatif pengembangan desain ................................................................. 86 5.7. Matrik Pemilihan Alternatif Desain ........................................................... 89 5.8 Spesifikasi produk ....................................................................................... 90 5.9 Skema rangkaian Komponen ...................................................................... 93 5.10 Fungsi dan operasional .............................................................................. 94 5.11 Alternative warna ...................................................................................... 94 5.12 Foto produk................................................................................................ 95 5.13 Branding .................................................................................................... 96
xii
5.14 Bisnis Kanvas ............................................................................................ 98 5.15 RENCANA BIAYA PRODUKSI............................................................. 99 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 101 6.1 KESIMPULAN ......................................................................................... 101 6.2 SARAN : ................................................................................................... 102 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 101 LAMPIRAN ........................................................................................................ 103
xiii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xiv
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. 1: Presentase perkembangan proporsi penduduk lansia Indonesia tahun1980 -2020 ................................................................................................... 24 Gambar 1. 2 Presentase Disabilitas Pada Lansia tahun 2015 (Sumber : Data BPS RI, Sensus penduduk 2015) .................................................................................. 27 Gambar diagram 1.3 Proporsi Penduduk Pra Lansia dan Lansia yang Mempunyai Keluhan Kesehatan (Sumber : Data BPS, Susena Kor 2013)………………… . 28 Gambar 2. 1 Lansia (Sumber : Googel )………………………………………. 30 Gambar 2. 2 Presentase Kelompok umur penduduk di Indonesai tahun .............. 31 Gambar 2.3 Perubahan fisik pada lansia (Sumber : google image)…………… 38 Gambar 2.4 . tongkat 4 kaki (Sumber : google//Alatmedis.com) …………….…. 40 Gambar 2.5 Tongkat 3 kaki (Sumber : google//Alatmedis.com) ………………..40 Gambar 2.6 tongkat 1 kaki (Sumber : www.google/walking+aids) ……………… .41 Gambar 2.7 system lipat tongkat (Sumber : www.google/walking+aids)........... 41 Gambar 2.8 tongkat multifungsi(Sumber : www.google/walking+aids)..............41 Gambar 2.9 (Sumber : www.google/walking+aids)..............................................42 Gambar 2.10 eksisting produk (Sumber : image)………………………………… 42 Gambar 2.11 Canes and functional furniture (Sumber : www.google)................43 Gambar 2.12 bamboo canes (Sumber : www.google)......................................... 43 Gambar 2.13 crutch and chair (Sumber : google.image)………………………..44 Gambar 2.14 zoom canes (Sumber : www.google/zoom+canes).........................44 Gambar 2.15 manko design (sumber:google/mankodesign)……………………45 Gambar 2.16 balancing canes …………………………………………………..45
Gambar 4. 1 Aktifitas lansia olahraga ................................................................... 42 Gambar 4. 2 saat berdiri (dok.pribadi) .................................................................. 42 Gambar 4. 3 Aktifitas Lansia saat berjalan (dok.pribadi) ..................................... 42 Gambar 4. 4 Lansia melakukan hobi (dok.pribadi) .............................................. 43 Gambar 4. 5 Aktifitas bercocok tanam (dok.pribadi) ........................................... 43 Gambar 4. 6 Aktifitas lansia posisi tidur berdiri (Dok.pribadi) ............................ 43 Gambar 4. 7 Aktifitas lansia saat senggang .......................................................... 43 Gambar 4. 8 Aktifitas lansia berdiri ke duduk (dok.pribadi) ................................ 44 Gambar 4. 9 Aktifitaslansia duduk berdiri (dok.pribadi) ...................................... 44 Gambar 4. 11 Eksperimen bentuk model .............................................................. 48 Gambar 4. 12 eksperimen bentuk model 2 ........................................................... 48
xv
Gambar 4. 13 Eksperimen bentuk model 3 ........................................................... 49 Gambar 4. 14 Eksperimen bentuk model 4 ........................................................... 49 Gambar 4. 15 konfigurasi komponen elktronik ..................................................... 58 Gambar 4. 16 konfigurasi penempatan batrai NICD ............................................. 59 Gambar 4. 17 Konfigurasi penempatan batrai Li-ion ............................................ 60 Gambar 4. 18 konfigurasi penempatan batrai Li-Po.............................................. 61 Gambar 4. 19 Konfigurasi penempatan batrai ....................................................... 63 Gambar 4. 20 Ilustrasi penempatan Woofer .......................................................... 64 Gambar 4. 21 Konfigurasi penempatan speaker .................................................... 67 Gambar 4. 22 Modul fm (dok.pribadi) .................................................................. 68 Gambar 4. 23 Power amplifierIC TDA 2822 3.7 V .............................................. 68 Gambar 4. 24 Analisa tombol 1 ............................................................................. 69 Gambar 4. 25 Alternati konfigurasi tombol 1........................................................ 70 Gambar 4. 26 Alternatife Konfigurasi tombol 2.................................................... 70 Gambar 4. 27 Gambar tombol yang dipilih ........................................................... 71 Gambar 4. 28 peletakan tombol yang dipilih ........................................................ 71 Gambar 4. 29 Master cetak fiber .......................................................................... 72 Gambar 4. 30 Ilustrasi cetak fiber ......................................................................... 73 Gambar 4. 31 Part yang sudah di cetak ................................................................. 74 Gambar 4. 32 ilustrasi cetak molding .................................................................... 75 Gambar 4. 33 3D yang akan di printing ................................................................ 77 Gambar 4. 34 Proses 3D print ............................................................................... 78 Gambar 4. 35 Hasil 3D print ................................................................................. 78
Gambar 5. 1 Konsep Desain .................................................................................. 79 Gambar 5. 2 Image Board...................................................................................... 83 Gambar 5. 3 Sketsa awal brainstorming ................................................................ 84 Gambar 5. 4 Sketsa awal brainstorming 2 ............................................................ 84 Gambar 5. 5 Sketsa awal brainstorming 3 ............................................................. 85 Gambar 5. 6 Gambar Tombol ................................................................................ 85 Gambar 5. 7 Sketsa Alternative 1 .......................................................................... 86 Gambar 5. 8 Sketsa Alternative 2 .......................................................................... 87 Gambar 5. 9 Sketsa Alternative 3 .......................................................................... 87 Gambar 5. 10 Rendering Alternative 1 .................................................................. 88 Gambar 5. 11 Rendering Alternative 2 .................................................................. 88 Gambar 5. 12 Rendering Alternative 3 .................................................................. 89 Gambar 5. 13 Spesifikasi Produk .......................................................................... 90 Gambar 5. 14 Skema Rangkaian Elektronik ......................................................... 93 Gambar 5. 15 Fungsi dan Operasional .................................................................. 94 Gambar 5. 16 Rendering Alternative warna .......................................................... 94
xvi
DAFTAR TABEL Tabel 2. 1 Tabel Sarana Hiburan Lansia ............................................................... 23 Tabel 2. 2 Ukuran standar Iso 7176-5 ................................................................... 25 Tabel 2. 3 Tabel Ukuran antropometri yang digunakan (Sumber :Antropometri.itb.ac.id) ........................................................................................ 26
Tabel 3. 1 Shadowing ........................................................................................... 33
Tabel 4. 1 Psikografi Konsumen ........................................................................... 39 Tabel 4. 2 Aktivitas Rutin Lansia ......................................................................... 41 Tabel 4. 3 Aktivitas lansia menggunakan Tongkat ............................................... 44 Tabel 4. 4 Tabel Aktifitas lansia di panti .............................................................. 45 Tabel 4. 5 Analisa Ergonomi Postur Tubuh Tegap .............................................. 46 Tabel 4. 6 Analisa Ergonomi Postur tubuh Bungkuk ........................................... 46 Tabel 4. 7 Penilaian bentuk model 1,2 dan 3 ........................................................ 50 Tabel 4. 8 Penilaian Secara bentuk ....................................................................... 50 Tabel 4. 9 Studi warna .......................................................................................... 53 Tabel 4. 10 Studi material tongkat ........................................................................ 54 Tabel 4. 11 Studi material handle ......................................................................... 56
Tabel 5. 1 Tabel pemilihan alternative desain ...................................................... 89 Tabel 5. 2 Komponen yang digunakan ................................................................. 92 Tabel 5. 3 Anggaran Biaya Produksi .................................................................... 99
xvii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xviii
BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lanjut usia atau bisa disingkat dengan sebutan Lansia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik seorang manusia yang dimulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup (Hidayati, 2009). Manusia yang dapat dikatakan lanjut usia adalah ketika telah berumur di atas 65 tahun. Saat manusia telah menginjak usia tersebut, maka terdapat banyak perubahan yang akan terjadi dan dapat dilihat dibandingkan dengan manusia yang berumur diluar kisaran usia tersebut. Salah satu perubahan yang akan terjadi adalah mengenai penurunan kondisi fisik seperti tenaga dan energi yang akan berkurang dan menurun sejalan dengan bertambahnya usia manusia, kulit berkeriput, gigi rontok, tulang rapuh, penglihatan rabun, pendengaran menurun, dan hal-hal lainnya. (Sunaryo, 2004)
Gambar 1. 1: Presentase perkembangan proporsi penduduk lansia Indonesia tahun1980 -2020
Penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh adalah sifat alamiah. Menjadi tua adalah suatu proses alami dan kadang – kadang tidak tampak mencolok. Penuaan akan terjadi pada semua sistem tubuh manusia dan tidak semua sistem akan mengalami kemunduran pada waktu yang bersamaan. Pada umumnya
1
2
tanda penuaan mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun (Pudjiastuti, 2002: 2) Lansia biasanya mengidap emptiness syndrome, post powersyndrome, dan loneliness. Emptiness syndrome adalah sindrom dimana individu merasa kehilangan arti atau makna hidup karena anak-anaknya mulai meninggalkan rumah yang dapat berujung pada gejala stres. Ada pula post power syndrome, masalah psikologis yang muncul saat individu hidup dalam bayangan kebesaran masa lalunya, seperti kecantikan atau kejayaan karirnya. Kematangan individu sangat ditentukan saat individu dapat melalui krisis ini. Loneliness adalah permasalahan psikologis lainnya yang biasanya terjadi di panti wredha, yaitu keadaan dimana individu mengalami keterasingan karena berkurangnya kemampuan pendengaran, penglihatan, dan penurunan fungsi fisik dalam menjalani aktivitas sehari-harinya (Santrock, 2010). Namun dengan berbagai kondisi demografi dan perbedaan budaya, lansia di Indonesia membutuhkan sebuah sarana bantu yang bisa memberikan kemudahan tidak hanya saat berjalan, namun dapat membantu saat beraktivitas yang lainnya. Kondisi fisik dan psikologis lansia memang memerlukan penanganan khusus, karena lansia masih memiliki keinginan untuk melakukan segala sesuatunya sendiri meskipun kondisi fisiknya seringkali tidak memungkinkan untuk itu. Lansia memerlukan orang lain untuk membantunya dalam berbagai macam pekerjaan. Mereka juga sulit menerima hal-hal baru dan lebih mudah mengingat memorimemori lama dibanding mengingat apa yang baru dipelajari, oleh karena itu produk harus menggunakan sistem yang mudah dikenali oleh lansia.
Lansia dan Perubahan fisiologis Menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya. Dengan demikian menua ditandai dengan kehilangan secara progresif lean body mass (LBM = jaringan aktif tubuh) yang sudah dimulai sejak usia 40 tahun disertai dengan menurunnya metabolisme basal sebesar 2% setiap tahunnya yang disertai dengan perubahan disemua sistem
3
didalam tubuh manusia.Tingkat kemunduran gerak fungsional lansia dibagi menjadi tiga tingkat ketergantungan yaitu : 1. Mandiri 2. bergantung sebagian dan 3. bergantung sepenuhnya. Dalam penelitian ini akan mempelajari lansia dengan tingkat ketergantungan mandiri, dimana lansia masih mampu melaksanakan kegiatan pribadi dengan meminimalkan bantuan dari orang lain. Perubahan fisiologis lansia akan diterangkan sebagai berikut: 4. Fungsi motorik. Menurunnya kekuatan jaringan tulang, otot dan sendi yang akan berpengaruh terhadap fleksibilitas, kekuatan, kecepatan, instabilitas (mudah jatuh) dan kekakuan tubuh, diantaranya adalah kesulitan bangun dari duduk atau sebaliknya, jongkok, bergerak, dan berjalan. 5. Fungsi sensorik. Berpengaruhnya sensitifitas indera (sayaf penerima), diantaranya adalah indera penglihatan dan peraba yang menimbulkan hilangnya perasaan jika dirangsang (anestesia), perasaan belebihan jika dirangsang (hiperestesia) dan perasaan yang timbul dengan tidak semestinya (paraestesia). 6. Fungsi sensomotorik. Mengalami gangguan keseimbangan dan koordinasi.
Kemunduran tersebut mengakibatkan lansia mengalami keterbatasan dan penyakit– penyakit yang selain karena gaya hidup pada waktu muda, juga ditambah karena faktor usia. Oleh karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa lansia membutuhkan sarana bantu untuk menopang beban tubuh yang diakibatkan oleh terganggunya daya keseimbangan
kebutuhan lansia dapat dibagi menjadi dua, yaitu kebutuhan fisik dan non fisik. Kebutuhan fisik adalah kebutuhan yang terkait dengan kebutuhan dasar yaitu makan, minum, tempat tinggal serta kesehatan. Sementara kebutuhan non fisik merupakan akumulasi dari kebutuah sosial dan psikis.
4
.
berjalan
mendengar
mengingat
Mengurus diri sendiri
melihat
Gambar 1. 2 Presentase Disabilitas Pada Lansia tahun 2015 (Sumber : Data BPS RI, Sensus penduduk 2015)
Berdasarkan angka prosentase dapat diketahui bahwa yang paling banyak dialami adalah masalah fisik yaitu berjalan karena menurunnya system kekebalan tubuh, maka lansia mengalami beberapa penyakit yang paling sering di alami adalah penyakit stroke, osteoporosis dan diabetes. Karena hal itulah lansia kesulitan berjalan, padahal aktivitas jalan merupakan kegiatan yang sangat penting bagi kesehatan lansia karena semakin banyak orangtua melangkahkan kaki, maka semakin bagus untuk kesehatan tulang lansia daan semakin kecil risiko mereka menderita arthritis. Arthritis merupakan bentuk paling umum dari nyeri pada persendian yang dapat menyebabkan bengkak dan kaku hal ini paling sering di alami oleh lansia. dengan banyak jalan dapat mencegah lansia terkena arthritis. Penelitian ini melibatkan 1.800 pria dan wanita berusia 50 sampai 79 tahun. (the Journal Arthritis Care & Research 2014) .
5
Gambar diagram 1.3 Proporsi Penduduk Pra Lansia dan Lansia yang Mempunyai Keluhan Kesehatan (Sumber : Data BPS, Susena Kor 2013)
Aktivitas berjalan sangat penting untuk orang yang juga memiliki masalah osteoarthritis di lutut. Meskipun kebanyakan lansia mengkhawatirkan lutut mereka, Namun dalam dunia kesehatan tetap menganjurkan mereka untuk berjalan kaki. Tempat dan aktivitas yang di jangkau oleh lansia antara lain Kamar tidur, Kamar mandi, Dapur, Ruang Makan, Ruang keluarga, Naik turun tangga, Teras, dan taman. Melihat beberapa aktivitas dan tempat yang di jangkau oleh lansia, maka lansia membutuhkan sarana bantu jalan yang dapat membantu mempermudah untuk kebutuhan tersebut.
1.2. Rumusan masalah Dalam perancangan “Pengembangan Desain Tongkat Sebagai Sarana Bantu Jalan Lansia Dengan Konsep Elder Friendly Dilengkapi Fitur Music Player Untuk Meminimalkan Rasa Bosan” beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan antara lain : -
Bagaimana mendesain sarana bantu jalan sebagai balance support
-
Lansia mudah bosan dan kesepian
6
-
Bagaimana mendesain sarana bantu jalan lansia yang dapat meminimalkan rasa bosan
I.3. Batasan Masalah Dari beberapa masalah di atas penulis membatasi masalah yang akan diambil dalam perancangan ini, yaitu sebagai berikut : -
Produk yang akan di desain di peruntukkan bagi lansia yang kesulitan berjalan namun masih bisa berjalan dan masih mampu melakukan berbagai kegiatan secara mandiri atau memiliki tingkat ketergantungan terhadap orang lain yang rendah
-
Produk yang dihasilkan dapat berperan sebagai teman lansia yang diharapkan dapat meminimalkan masalah fisik dan psikis
-
Aplikasi teknologi dan tampilan desain mudah di kenali dan di operasikan oleh lansia
-
Pengguna/lansia yang dimaksud disini tidak dibatasi oleh umur namun dilihat berdasarkan keterbatasan fisik dan psikis serta kemampuannya beraktifitas
1.4. Tujuan dan manfaat Tujuan dan manfaat dari perancangan sarana bantu jalan adalah sebagai berikut: -
Membantu lansia melakukan aktifitas berjalan dan sebagai sarana penyeimbang
-
Membuka peluang usaha untuk meningkatkan produk dalam negeri untuk sarana bantu jalan lansia
-
Menghasilkan desain yang dapat meningkatkan kondisi fisik dan psikis lansia
-
Menghasilkan produk yang elder friendly
BAB II TINJAUAN PUSTAKA & EKSISTING PRODUK 2.1. Definisi lansia Lanjut usia atau lebih dikenal dengan nama lansia atau manula (manusia lanjut usia) merupakan istilah yang sering dipakai untuk manusia dengan usia 60 tahun keatas. Pada usia ini, seseorang akan mengalami kemunduran dari segi fisiologis dan psikologisnya. Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004).
Gambar 2. 1 Lansia (Sumber : Googel )
Lembaga demografi FE Universitas Indonesia menyebutkan bahwa populasi lansia akan meningkat pesat. Di tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun adalah 10 juta jiwa atau 5,5 % dari total populasi penduduk. Sedangkan pada 2020 diperkirakan meningkat tiga kali, menjadi berjumlah 29 juta jiwa atau 11,4 % dari total populasi penduduk. Lebih dari 50 persen lansia masih aktif beraktivitas menghidupi dirinya dan keluarganya.
7
8
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Batasan lanut usia meliputi: a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun b. Lanjut usia (elderly) usia antara 60 sampai 74 tahun c. Lanjut usia tua (old) usia antara 75 sampai 90 tahun d. Usia sangat tua (very old) usia di atas 90 tahun (Mubarak dkk, 2006).
Gambar 2. 2 Presentase Kelompok umur penduduk di Indonesai tahun 2013,2050 dan 2100
(sumber : UN, World Population Prospects, 2015 revision)
Sebagian dari lansia ada yang tinggal bersama keluarga yaitu anak dan cucunya, namun sebagian lagi ada yang menghabiskan masa hidupnya di panti jompo. Panti jompo adalah suatu tempat yang akan menjadi tempat perkembangan interaksi sosial, dikarenakan mereka akan hidup bersama dengan sesama lanjut usia, selain itu pada panti jompo, mereka akan mendapatkan pelatihan-pelatihan yang bertujuan untuk memberdayakan para orang lanjut usia agar tetap produktif. Perkembangan fisik dan kesehatan orang lanjut usia akan mendapat kontrol yang efektif (Putri, 2008).
Perubahan Fisik Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem
9
pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen. a. Sistem pernafasan pada lansia. 1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal. 2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi penumpukan sekret. 3) Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml. 4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m²), Ù menyebabkan terganggunya prose difusi. 5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan. 6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri. 7) kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi Sistem persyarafan. a) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan. b) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir. c) Mengecilnya syaraf panca indera. d) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia. 1) Penglihatan a) Kornea lebih berbentuk skeris. b) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap
10
sinar. c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa). d) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap. e) Hilangnya daya akomodasi. f) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang. g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala. 2) Pendengaran. a) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) : Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun. b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis. c) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya kreatin. 3) Pengecap dan penghidu. a) Menurunnya kemampuan pengecap. b) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan berkurang. 4) Peraba. a) Kemunduran dalam merasakan sakit. b) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin. Sistem musculoskeletal: 1) Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh. 2) resiko terjadi fraktur. 3) kyphosis. 4) persendian besar & menjadi kaku. 5) pada wanita lansia > resiko fraktur. 6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
11
7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan berkurang ). a. Gerakan volunter Ù gerakan berlawanan. b. Gerakan reflektonik Ù Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi terhadaprangsangan pada lobus. c. Gerakan involunter Ù Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi terhadap suatu perangsangan terhadap lobus d. Gerakan sekutu Ù Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk menjamin efektifitas dan ketangkasan otot volunter.
Perubahan-perubahan mental/ psikologis Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah : a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa. b. kesehatan umum c. Ttingkat pendidikan d. Keturunan (herediter) e. Lingkungan f. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri dan perubahan konsep diri Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena faktor lain seperti penyakit-penyakit. Kenangan (memory) ada dua yaitu ; 1. kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa perubahan, 2. Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit),
12
2.1.1 Masalah Yang Sering Dihadapi Lansia Yang Hidup Di Panti Asuhan: a. Lansia yang tinggal di panti umumnya kurang merasa hidup bahagia, banyak lansiayang merasa kesepian tinggal di panti padahal banyak lansia atau penghuni panti disekeliling mereka. b. Lansia yang tinggal di panti merasa sedih karena keterbatasan ekonomi, meskipunkebutuhan mereka sehari-hari terpenuhi. c. Lansia yang tinggal di panti tercukupi kebutuhan fisik (pangan, sandang dan papan) namun mereka tetap merindukan dapat menikmati sisa hidupnya dengan tinggal bersama keluarga d. Lansia yang tinggal di panti, pada umumnya adalah lansia terlantar yang jauh darianak dan cucu, akan cenderung kurang dapat memaknai hidup, mereka menjalanihidup kurang semangat, kurang optimis, dan merasa kesepian atau hampa, kurangmemiliki tujuan yang jelas baik jangka pendek maupun jangka panjang, kurang bertanggung jawab terhadap diri sendiri, lingkungan dan masyarakat. e. Lansia yang tinggal di panti cenderung merasa kurang bebas menentukan pilihandalam hidupnya, mereka lebih senang tinggal di panti karena ada yang mengurusnyawalaupun mereka merasa terkekang, dan mereka merasa tidak dapat bertindak sesuainilai-nilai yang diyakininya. f. Para lansia yang tinggal di panti kurang beraktifitas, baik aktifitas fisik maupunaktifitas kognitif dan juga kurang aktif berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat. g. Lansia penghuni panti banyak yang mengalami underweight (penurunan berat badan) h. Berapa hasil penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa lansia yan tingga di pantilebih beresiko mengalami gangguan kognitif. 2.1.2 Masalah Yang Dihadapi Lansia Yang Hidup Dengan Keluarga: a. Ketiadaan sanak keluarga, kerabat dan masyarakat lingkungan yang dapatmemberikan bantuan tempat tinggal dan penghidupan. b. Kesulitan hubungan antara usia lanjut dengan keluarga di tempat selama ia tinggal.
13
c. Perbedaan nilai-nilai yang dianut antara para usia lanjut dengan generasi muda yangmengakibatkan timbulnya keresahan para usia lanjut d. Berkurangnya kesempatan keluarga untuk memberikan pelayanan kepada usia lanjut 2.1.3 Penyebab Dari Masalah Yang Dihadapi Lansia Yang Hidup Di Panti: Secara umum penyebab timbulnya masalah pada lansia yaitu disebabkan oleh kondisi penurunan fisik yang memang muncul dari proses penuaan yang terjadi (Potter &Perry, 2005). Pada lansia yang tinggal di panti jompo masalah yang sering muncul yaitu masalah sosial akibat keterbatasan perawatan dan peran keluarga yang merawatnya. Masalah sosial yang sering terjadi yaitu kesepian, stress, depresi, penarikan diri, dan acuh tak acuh terhadap diri dan lingkungannya. (Rosita, 2012). Masalah Umum yang Unik Bagi Lanjut Usia menurut Maryam, (2008) adalah : a. Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus tergantung pada orang lain. b. Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik c. Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau isteri yang telah meninggal atau pergi jauh atau cacat d. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang semakin bertambah e. Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai orang dewasa f. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus direncanakan untukorang dewasa g. Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk orang berusia lanjutdan memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan yang lebih 2.1.4 Penyebab Dari Masalah Yang Dihadapi Lansia Yang Hidup Di Keluarga: a. Perubahan peran yang disebabkan oleh usia yang sudah semakin menua, sehinggasudah tidak bisa lagi melakukan aktivitas secara maksimal. Lansia juga menjadi lebihsedikit berperan dalam suatu keluarga, karena lansia
14
cenderung memilih hidup yangindah dimasa tuanya yang tidak lagi terlalu banyak memikirkan keluarga. b. Lansia lebih mudah mengalami isolasi sosial hal itu disebabkan oleh sedikitnyadukungan orang yang lebih muda kepada lansia, sehingga lansia ini kesulitan untuk bersosialisasi di masyarakat. c. Kurangnya pelayanan kesehatan bagi lansia menyebabkan banyak lansia yangmengalami berbagai macam penyakit, seperti hipertensi, Diabetes, gangguan pengelihatan, penyakit jantung dan lain-lain.
Menurut Elvinia (2006), terdapat perbedaan yang bermakna pada domain fisik, psikologis, dan lingkungan pada lansia yang tinggal di rumah bersama keluarga dengan yang tinggal di panti jompo. Hal ini dikarenakan, jika lansia harus pindah ke tempat tinggal yang baru seperti panti jompo, terdapat kemungkinan munculnya kesulitan beradaptasi sehingga mereka stres, kehilangan kontrol atas hidupnya dan kehilangan identitas diri yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kualitas hidupnya. Tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada domain hubungan sosial, hal ini dikarenakan masing-masing tempat tinggal memberikan dukungan yang cukup bagi lansia. Lansia yang tinggal dipanti memiliki temanteman sebaya sebagai pemberi dukungan sosial. Bila dilihat perkembangannya dari tahun 2005-2012, derajat kesehatan penduduk lansia men-galami peningkatan yang ditandai dengan menurunnya angka kesakitan pada lansia seperti tampak pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.3 Perubahan fisik pada lansia (Sumber : Menurut Elvinia (2006)
15
Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik karena penyakit akut/kronis, kecelakaan, kriminalitas atau sebab lainnya. Keluhan kesehatan tidak selalu mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari, namun terjadinya keluhan kesehatan dan jenis keluhan yang dialami oleh penduduk dapat menggambarkan tingkat/derajat kesehatan secara kasar.
2.2. Aktifitas sehari-hari pada lansia Menurut Leukenotte (1998), aktifitas sehari-hari lansia di kategorikan sebagai berikut: a. Mandi (spon, pancuran, atau bak) Tidak menerima bantuan (masuk dan keluar bak mandi sendiri jika mandi dengan menjadi kebiasaan), menerima bantuan untuk mandi hanya satu bagian tubuh (seperti punggung atau kaki), menerima bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh (atau tidak dimandikan) b. Berpakaian Mengambil baju dan memakai baju dengan lengkap tanpa bantuan, mengambil baju dan memakai baju dengan lengkap tanpa bantuan kecuali mengikat sepatu, menerima bantuan dalam memakai baju, atau membiarkan sebagian tetap tidak berpakaian. c. kekamar kecil membersihkan diri, dan merapikan baju tanpa bantuan (dapat mengunakan objek untuk menyokong seperti tongkat, walker, atau kursi roda, dan dapat mengatur bedpan malam hari atau bedpan pengosongan pada pagi hari, menerima bantuan kekamar kecil membersihkan diri, atau dalam merapikan pakaian setelah eliminasi, atau mengunakan bedpan atau pispot pada malam hari, tidak ke kamar kecil untuk proses eliminasi. d. Berpindah Berpindah ke dan dari tempat tidur seperti berpindah ked an dari kursi tanpa bantuan (mungkin mengunakan alat/objek untuk mendukung seperti tempat atau alat bantu jalan), berpindah ked an dari tempat tidur atau kursi dengan bantuan, bergerak naik atau turun dari tempat tidur. e. Makan Makan sendiri tanpa bantuan, Makan sendiri kecuali mendapatkan bantuan dalam mengambil makanan.
16
2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas sehari-hari pada lansia Kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan aktifitas seharihari pada lansia adalah sebagian berikut : 1. Faktor-faktor dari dalam diri sendiri Umur Kemampuan aktifitas sehari-hari pada lanjut usia dipengaruhi dengan umur lanjut usia itu sendiri. Semakin tua ketergantungannya semakin besar. Umur seseorang menunjukkan 2. tanda kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana seseorang bereaksi terhadap ketidak mampuan melaksanakan aktifitas sehari-hari (Potter, 2005). 3. Kesehatan
fisiologis
seseorang
dapat
mempengaruhi
kemampuan
partisipasi dalam aktifitas sehari-hari. 4. Fungsi kognitif Kognitif adalah kemampuan berfikir dan memberi rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan (Keliat,1995). 5. Fungsi psikologis menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada suatu cara yang realistik. (Tamher, 2009). 6. Tingkat stress merupakan respon fisik non spesifik terhadap berbagai macam kebutuhan. Faktor yang menyebabkan stres disebut stressor, dapat timbul dari tubuh atau lingkungan dan dapat mengganggu keseimbangan tubuh.
2.4. Tinjauan Eksisting 1. Tinjauan: Studi produk acuan merupakan studi pada produk yang telah dijual luas untuk menganalisa yang menjadi kelebihan dari produk. Studi ini dilakukan pada tiga produk yaitu 2. Tujuan Mendapat refrensi tentang aspek yang akan menjadi acuan dan diketahui teknologi serta fitur yang dapat diaplikasikan pada output ptoduk.
17
2.4.1 Produk Eksisting a. Canes & Crutches
Gambar 2.4 . tongkat 4 kaki (Sumber : google//Alatmedis.com)
Gambar 2.5 Tongkat 3 kaki (Sumber : google//Alatmedis.com)
Digunakan untuk membantu keseimbangan saat lansia berjalan. Varian produknya yaitu tongkat dengan 3 kaki dan tongkat dengan 4 kaki. Yang menjadi pembeda adalah jumlah kaki yang di bagian bawah tongkat. Dengan adanya kaki di bagian bawah tongkat dapat berdiri sehingga dapat mencegah resiko tongkat jatuh dan dapat menyeimbangkan tubuh lansia ketika berdiri. Material : Alumunium
b. Deluxe care walker
Gambar 2.6 tongkat 1 kaki (Sumber : www.google/walking+aids)
Gambar 2.7 system lipat tongkat (Sumber : www.google/walking+aids)
18
Sama halnya seperti tongkat 1 kaki pada umumnya namun produk ini bentuknya lebih modern dan memiliki inovasi dalam fungsi yaitu sebagai penerang (senter). dan tongkat dapat di adjustable system bongkar pasang aehingga lebih praktis pengemasannya.
c. Ultra Bright LED canes
d.
Gambar 2.8 tongkat multifungsi (Sumber : www.google/walking+aids)
Fitur : 1. Bagian bawah tongkat fleksibel sehingga tongkat bias di bengkokkan 45 derajat 2. Dapat di lipat 3. Lampu LED sebagai penerang jika lansia dalam kondisi gelap
19
d. Stun Canes
Gambar 2.9 (Sumber : www.google/walking+aids)
Fitur : 1. Dapat di adjustable 2. Converment power charger 3. Memiliki charging system
e. sat-nav 'smart cane'
Gambar 2.10 eksisting produk (Sumber : www.google/technology+walking+stick)
Fitur : 1. automatically call emergency services and inform them of its location 2. Pendeteksi tekanan darah 3. GPS 4. Monitor suhu tubuh
20
f. Canes and Functional Furniture In One
Gambar 2.11 Canes and functional furniture (Sumber : www.google)
Fitur : 1. Memiliki 4 fungsi : a. Coffe table b. Storage Tempat buku dan majalah c. Meja untuk tablet d. Sembagai penyeimbang jalan lansia
g. Bamboo Canes
Gambar 2.12 bamboo canes (Sumber : www.google)
Material menggunakan bambu dan dapat di atur ketinggiannya sesuai dengan tinggi tubuh pengguna. Handle dapat di ganti menyesuaikan kebutuhan pengguna.
21
h. Crutch Chair
Gambar 2.13 crutch and chair (Sumber : www.google/walking+aids+crutch +chair)
-
Digunakan untuk pasien yang patah tulang sebagai bantu jalan dan penyeimbang.
-
Modular
-
Dapat di rubah menjadi fungsi lain sebagai dudukan
i. Zoom canes
Gambar 2.14 zoom canes (Sumber : www.google/zoom+canes)
Memiliki fitur kaca pembesar sebagai pengganti kacamata
22
j.
Manko Design
Gambar 15 manko design (sumber:google/mankodesign)
Memiliki suspensi dibagian bawah agar pengguna merasa nyaman dan tidak sakit dibagian ketiak ketika digunakan secara sering.
k. Balancing self righting staff
Gambar 2.16 balancing canes
l. Flo
Gambar 16 flo
Desain flo merupakan pemenang dari ajang “Design Of Life” . Bentuk dari desain ini jauh dari kesan bentuk tongkat pada umumnya sehingga jika pengguna memakainya tidak terkesan seperti sedang menggunakan tongkat (Impressi). Material yang digunakan : carbon Fiber)
23
2.4.2 Sarana hiburan / hobi lansia No
Gambar
Deskripsi Gerakan ritmis dan fokus saat merajut dapat
1
membantu mengalihkan kecemasan, depresi, dan stres. Duduk diam untuk merajut juga akan menenangkan denyut jantung dan menurunkan tekanan darah. Kegiatan merajut merangsang hampir seluruh otak sekaligus. Oleh karena itu, kegiatan ini bisa digunakan untuk membantu
Gambar 16 menyulam
orang dengan penyakit seperti parkinson untuk meningkatkan fungsi motoriknya, termasuk mengalihkan rasa sakit yang menjadi gejala Parkinson. Lansia paling banyak mengalami penurunan
2
kemampuan fisik terutama pada bagian mata. Tulisan-tulisan yang kecil sudah tidak dapat lagi diakomodasi mata lansia untuk dibaca. Selain itu, lansia juga tidak bisa membaca ditempat yang gelap ataupun redup, karena penurunan kepekaan mata lansia terhadap cahaya. Oleh karena itu
Gambar 17 menulis /membaca
produk seperti lampu baca atau magnifying glass sangat berguna bagi lansia pada saat melakukan kegiatan yang membutuhkan ketajaman mata dan ketelitian yang cukup tinggi.
3
lansia yang secara aktif mendengarkan musik dan bermain musik memiliki kesejahteraan hidup yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak melakukan aktivitas musikal sama sekali. Don Coffman dari University of Iowa melakukan ulasan bahwa musik dapat mempengaruhi persepsi lansia terhadap kualitas hidupnya.
Gambar 18 menulis /membaca (sumber
:
http://musicalprom.com/2015/12/18/manfaatmusik-kepada-orang-lanjut-usia/)
Tabel 2. 1 Tabel Sarana Hiburan Lansia
24
2.5. Antropometri lansia saat duduk dan berdiri menurut standar ISO 7176-5 a. Tinggi Tempat Duduk (Seat Height) Untuk ukuran tnggi tempat duduk, dimensi yang digunakan adalah dimensi tinggi lipat lutu/popliteal dengan menggunakan persentil 5%.
Untuk
perancangan tinggi tempat duduk (seat height), ditambahkan dengan adanya toleransi untuk alas kaki sebesar 10 mm. Sehingga, total tinggi untuk tempat duduk yaitu untuk persentil 5% untuk dimensi tinggi lipat lutut+toleransi alas kaki. b. Tinggi sandaran tangan (arm rest) Untuk ukuran tinggi sandaran tangan, dimensi yang digunakan adalah dimensi tinggi siku duduk dengan menggunkan persentil 5%. c. Tinggi Sandaran Punggung (back Rest) Untuk ukuran tinggi sandaran punggung, dimensi yang digunakan adalah dimensi tinggi bahu duduk dengan menggunakan persentil 95%. d. Panjang tempat duduk (Seath Depth) Untuk ukuran panjang tempat duduk (seath depth). Dimensi yang digunakan adalah dimensi jarak popliteal ke pantat, dengan menggunakan persentil 5%. e. Lebar Tempat Duduk (Seat Width) Untuk ukuran lebar tempat duduk (seat width), dimensi yang digunakan adalah dimensi lebar panggul dengan menggunakan persentil 95% f. Lebar Sandaran Punggung (back rest) Untuk ukuran lebar sandaran punggung, dimensi yang digunakan adalah dimensi lebar bahu dengan menggunakan persentil 95% g. Lebar Sandaran Kaki Untuk ukuran lebar sandaran kaki, dimensi yang digunakan adalah dimensi panjang telapak kaki, dengan menggunakan persentil 95%.
25
NO
URAIAN / DESKRIPSI
DIMENSI (mm)
1
Panjang Maksimum
1300
2
Lebar
700
3
Tinggi total
1000
4
Tinggi kursi
700
5
Lebar tempat duduk
500
6
Tinggi tempat duduk dari tanah
500
7
Tinggi sandaran tangan dari tempat duduk
200
8
Panjang tempat duduk
450
9
Tinggi sandaran
300
Tabel 2 Ukuran IsoISO 7176-5 Tabel2.2.2 Ukuranstandar standar 7176-5
(aplikasiergonomi.wordpress.com , 2013)
Gambar 2.18 antropometri genggaman tangan Widagdo, Abtokhi, Liliana (2007)
26
Pada antropometri tangan beberapa bagian yang perlu diukur adalah: 1. Panjang tangan (A) 2. Panjang telapak tangan (B) 3. Lebar tangan sampai ibu jari (C) 4. Lebar tangan sampai matakarpal (D) 5. Ketebalan tangan sampai matakarpal (E) 6. Lingkar tangan sampai telunjuk (F) 7. Lingkar tangan sampai ibu jari (G)
Antropometri lansia tidak jauh dengan manusia dalam masa dewasa. Belum banyak ditemui pengukuran tubuh lansia secara mendetail, sehingga digunakan ukuran rata-rata orang dewasa. Data yang didapatkan mengenai antropometri lansia adalah sebagai berikut:
No.
Aspek yang Diukur
Ukuran (cm,*kg)
1
Berat badan*
Pria 60.9
Wanita 52.8
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tinggi badan Tinggi pinggang berdiri Thigh clearance Panjang pantat – jari kaki Panjang pantat – lutut Panjang pantat – popliteal Tinggi lutut Tinggi mata kaki berdiri Tinggi popliteal Lebar pinggul
163.6 96 26.8 76 54.4 44.7 45.7 7.3 43 32.7
153.7 93.7 25.7 69.6 52 43.1 42 6.7 40.9 32.8
12 13 14 15
Lingkar pinggang Lingkar pinggul Lebar tumit Panjang telapak kaki
78.6 97.3 8.2 15.1
72.2 89.1 7.5 13.8
Tabel 2.3 Ukuran antropometri yang digunakan Tabel 2. 3 Tabel Ukuran antropometri yang digunakan (Sumber :Antropometri.itb.ac.id)
27
2.6 Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Alat Kesehatan Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik yang selanjutnya disingkat CDAKB adalah pedoman yang digunakan dalam rangkaian kegiatan distribusi dan pengendalian mutu yang bertujuan untuk menjamin agar produk alat kesehatan yang didistribusikan memenuhi persyaratan yang ditetapkan sesuai tujuan penggunaannya. Setiap Penyalur Alat Kesehatan dan Cabang Penyalur Alat Kesehatan dalam melaksanakan kegiatan distribusi wajib menerapkan CDAKB. CDAKB meliputi aspek: a. sistem manajemen mutu b. pengelolaan sumber daya c. bangunan dan fasilitas d. penyimpanan dan penanganan persediaan e. mampu telusur produk (traceability) f. penanganan keluhan g. tindakan perbaikan keamanan di lapangan (Field Safety Corrective Action/FSCA) h. pengembalian/retur alat kesehatan i. pemusnahan alat kesehatan j.
alat kesehatan illegal dan tidak memenuhi syarat
k. audit internal l.
kajian manajemen; dan
m. aktifitas pihak ketiga (outsourcing activity)
2.7 Kondisi Pasar Dan Perkembangannya Ketua Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PERGEMI) Siti Setiati mengatakan penduduk lansia di Indonesia mencapai 25 jiwa. Dan Menurut data pemerintah kementrian Sosial RI, Indonesia saat ini telah masuk sebagai negara yang berstruktur penduduk tua sebagaimana ketentuan badan dunia, karena jumlah penduduk lanjut usia telah mencapai lebih dari 7 persen. Indonesia juga menduduki rangking keempat di dunia dengan jumlah lansia 24 juta jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih dari 80 juta jiwa di tahun 2050.
28
2.8 Regulasi dan Standarisasi Terkait Belum terdapat regulasi khusus di Indonesia yag mengatur tentang produkproduk untuk lansia. Namun ada beberapa regulasi yang dapat dijadikan referensi. SNI ISO 13485:2003 Tentang : Peralatan kesehatan – Sistem manajemen mutu – Persyaratan untuk tujuan regulasi (ISO 13485:2003 dan ISO 13845:2003/Cor.1:2009, IDT) Abstraksi : Standar ini menetapkan persyaratan untuk sistem manajemen mutu bagi organisasi dalam memeragakan kemampuannya menghasilkan peralatan kesehatan dan layanan terkait secara konsisten memenuhi persyaratan pelanggan dan persyaratan regulasi yang diterapkan untuk peralatan dan layanan terkait.
BAB III METODOLOGI DAN KERANGKA ANALISA 3.1 Skema Perancangan
Gambar 3. 1 Bagan alur Skema Perancangan
29
30
Pada tahapan kerja riset ini menggunakan 3 metode untuk mengumpulkan data, yaitu metode behavioural mapping, shadowing dan wawancara user dan wawancara ahli.Tahap pertama adala mencari data dengan menggunakan metode wawancara ahli yaitu dengan kepala perawat yang ada di yayasan panti jompo, wawancara yang lain dengan target user langsung yaitu lansia itu sendiri. Penulis menganalisa user dengan menggunakan metode behavioral map dan shadowing untuk mengetahui aktivitas apa saja yang di lakukan oleh lansia dan apa saja yang menjadi kebutuhan yang belum terpenuhi saat melakukann aktifitas tersebut. Dari proses metode inilah, di dapat suatu konsep desain yang akan menghasilkan alternative desain untuk di kembangkan lagi.
3.2 Kerangka Penelitian Obyek yang akan yang akan dipergunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 sumber yaitu literatur (jurnal, penelitian terdahulu, buku, artikel, website ), produk eksisting, serta user (Lansia) dengan perincian sebagai berikut: 3.2.1 Studi Literatur Dalam studi ini literatur digunakan sebagai bahan acuan premis premis umum yang akan dipergunakan dalam desain sarana bantu jalan lansia, sedang instrumen yang akan dipergunakan dalam studi ini meliputi: a. Jurnal b. Riset Terdahulu c. Buku d. Website Waktu pelaksanaan studi: Minggu 1 – Minggu 16
Sedangkan data yang akan diperoleh dari studi ini meliputi: a. Data pertumbuhan Lansia untuk mengetahui kebutuhan lansia baik secara fisik maupun psikis yang harus diakomodir dalam desain nantinya. b. Data aktifitas Lansia sebagai petunjuk apa saja aktifitas yang dilakukan lansia dalam rumah dan di luar rumah, serta kebutuhan apa saja yang harus di fasilitasi saat berjalan maupun melakukan aktivitas tersebut.
31
c. Data ergonomi (durasi,) sebagai acuan kondisi lansia saat melakukan aktivitas d. Data Antropometri (ukuran, biomekanik, tinggi badan, ukuran saat duduk dan berdiri,posisi bungkuk dan tegap) sebagai referensi ukuran dan sistem operasional yang akan dipergunakan dalam sarana bantu jalan e. Data konfigurasi yang akan dipergunakan sebagai acuan kemungkinan, jenis dan bentuk konfigurasi pada desain nantinya. f. Data Material sebagai bahan pertimbangan pemilihan material yang akan dipergunakan dalam desain. g. Estetika (bentuk,warna) yang akan digunakan sebagai referensi bentuk maupun warna yang sesuai dengan selera user maupun buyer. h. Data Market meliputi demografi (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dll), maupun psikografis buyer yang akan diacu sehingga produk bisa diminati pasar yang dituju. i. Mekanisme (sambungan, produksi) sebagai acuan jenis sambungan dan teknik produksi dalam desain
3.2.2 Studi User / Buyer Untuk studi user/buyer yang berfokus pada pengamatan dan pengalaman pihak terkait user/buyer (user experience) akan dibagi dalam beberapa metode yaitu Behavioral mapping,Shadowing serta interview. User yang akan menjadi subyek penelitian ini harus memiliki kriteria sebagai berikut: a. Lansia usia minimal yang memiliki kondisi fisik dimana ketika berjlan memerlukan alat bantu b. Keluarga yang memiliki lansia c. Yayasan
3.3 Metodologi Perancangan Metode yang di gunakan dalam pencarian data adalah : 1. Behavioral mapping
32
merupakan salah satu metode penelitian dengan cara mengamati tingkah laku manusia dan penentuan perilaku pada pusat fisiknya. metode yang digunakan untuk tujuan mengetahui pola-pola ruang produksi yang terbentuk oleh aktivitas user. Hal ini berupa tempat yang user sering melakukan aktivitas. Setiap ruang atau tempat dapat memberikan beberapa fungsi untuk orang yang datang maupun saat melewatinya, yaitu fungsi artifac (fisik) dan manifac (mental).( Puspitasari, Ardiana Yuli).
Metode ini di lakukan bersama dengan metode Shadowing , hasil yang di peroleh yaitu : a. metode ini di lakukan untuk mengetahui perilaku lansia b. apa saja kegiatan lansia sehari-hari c. mengetahui batasan batasan fisik yang melingkupinya: d. mengetahui sifat – sifat dasar / fisiologis lansia :
2. Shadowing Shadowing merupakan salah satu metode penelitian dengan cara mengikuti sebagai bayangannya target partisipan untuk mengetahui apa saja aktifitas yang di lakukan. Waktu pelaksanaan : 22,23,24 maret 2015 Durasi : 08.00 – 17.00 WIB NO Data Shadowing
Deskripsi
1
Nama: Oma Beru
Kondisi :
Usia: 79th
-
Demensia ringan
-
Sembuh dari stroke
-
Mengalami keterbatasan fisik pada alat gerak bagian kaki saat berjalan
atau
berdiri
harus
bertumpu pada sesuatu atau sesorang -
Suka membaca
33
2
Nama: Oma Rani
Kondisi :
Usia: 81th
-
Dapat
melakukan
secara
aktifitas secara mandiri, tingkat ketergantungan rendah -
3
Suka berdandan
Nama : Oma hartik
Kondisi :
Usia : 75
-
Melakukan
aktifitas
harus
dibantu alat bantu jalan -
Suka mendengarkan music,dan ceramah
Tabel 3. 1 Shadowing Tabel 3.1 Shadowing
3. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawncarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Sutopo 2006: 72). Adapun hasil yang diharapkan dari depth interview ini : a. Memperoleh informasi secara mendalam dan bebas dengan menyiapkan daftar pertanyaa terlebih dahulu. b. Topik/pembahasan masalah yang ditanyakan bisa bersifat kompleks atau sangat sensitive c. Dapat menggali informasi yang lengkap dan mendalam mengenai sikap, pengetahuan, pandangan responden mengenai masalah d. Responden tersebar maksudnya bahwa siapa saja bisa mendapatkan kesempatan untuk diwawancarai namun berdasarkan tujuan dan maksud diadakan penelitian tersebut e. Responden dengan leluasa dapat menjawab pertanyaan yang diajukan tanpa adanya tekanan dari orang lain atau rasa malu dalam
34
mengeluarkan pendapatnya. Penerapan : wawancara ini lakukan dengan 2 partisipan, yaitu wawancara user dan wawancara ahli. Yang di maksud wawancara user disini yaitu wawancara dimana partisipan ini adalah target user yang akan memakai desain ini (lansia) , sedangkan wawancara ahli yaitu wawancara kepada seorang yang ahli dalam mengerti tentang perilaku lansia dan sering berkumpul dengan lansia. Wawancara ini bisa di lakukan kepada suster kepala yayasan ataupun psikolog. 4. Observasi lapangan merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati langsung dari lapangan segala fenomena yang terjadi pada suatu waktu atau tempat tertentu, termasuk didalamanya mengamati orang-orang, benda, lingkungan, kejadian/momen tertentu, tingkah laku, dan interaksi. Perbedaan mendasar yang terdapat pada observasi lapangan dan shadowing yaitu pada shadowing pengamatan dilakukan pada subjek khusus dengan cara mengikuti subjek melakukan segala aktifitasnya. Dalam mendukung perancangan ini, pengumpulan data juga dilakukan dalam metode observasi lapangan yang dilakukan pada: Tempat : Panti Tresna Werdha Hargodedali Alamat : Jl. Manyar Kartika IX/22 Waktu : 19, 25 Oktober 2015 5. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui metode tidak langsung atau melalui dari sumber data kedua, ketiga, dst seperti data literature dari studi pustaka dan browsing internet. 6. Data Literatur Data literatur merupakan metode pengumpulan data sekunder dan yang paling banyak dilakukan dalam metode-metode penelitian sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan penulis baik dalam hal geografis maupun hal lainnya. Pengumpulan data yang dilakukan dengan metode data literatur didapatkan dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, artikel, dll. Dalam
35
metode data literatur lebih pada mendapatkan data-data pendukung dari pada data utama karena data utama didapatkan dari metode pengumpulan data yang dilakukan secara langsung (primer).
3.4 Tahapan Studi dan Analisa Setelah melakukan pengumpulan data dengan berbagai metode, data-data tersebut diolah dan dianalisis. Adapun analisis-analisis yang dilakukan dalam perancangan ini diantaranya adalah : 1. Studi dan Analisa Pasar Bertujuan untuk mempelajari dan melakukan analisa pada pasar baik dengan cara segmentasi demografi user, positioning produk, maupun melakukan bench marking guna melihat bagaimana produk perancangan ini jika dipasarkan sebagai produk komersil. 2. Studi dan Analisa Aktifitas Bertujuan untuk mempelajari dan menganalisa segala aktifitas yang dilakukan lansia yaitu aktifitas seharihari yang dilakukan lansia serta aktifitas waktu luang yang dilakukan lansia. Dari studi dan analisis aktifitas ini, dapat diperoleh beberapa kebiasaan atau tingkah laku yang dilakukan lansia serta hal-hal yang menyulitkan lansia atau membuat lansia senang pada saat melakukan aktifitas tersebut. 3. Studi dan Analisa Peralatan yang digunakan Bertujuan untuk mengetahui serta menganalisis peralatan-peralatan apa saja yang digunakan dalam beberapa aktifitas yang akan difasilitasi dalam perancangan ini sehingga akan didapatkan kebutuhan ukuran atau space tertentu yang berkaitan dengan peralatan tersebut. 4. Studi dan Analisa Permasalahan Bertujuan untuk menganalisa berbagai permasalahan yang ditemukan pada aktifitas-aktifitas yang dilakukan lansia sehingga dapat dicari solusinya dan diterjemahkan kedalam bentuk desain 5. Studi dan Analisa Antropometri dan Ergonomi Bertujuan untuk mempelejari serta menganalisis antropometri manusia baik manusia pada usia dewasa maupun lansia yang diperlukan dalam desain perancangan ini serta menganalisis berbagai posisi ergonomis agar
36
didapatkan desain yang aman dan nyaman bagi lansia 6. Studi dan Analisa Kebutuhan Bertujuan untuk mempelajari dan menganalisa hal-hal yang dibutuhkan lansia berdasarkan solusi yang ditawarkan dari permasalahan yang ada dan kemudian agar dapat di terjemahkan dalam bentuk fitur dan atribut desain dalam perancangan ini. 7. Kriteria Desain/Konsep Desain Merupakan tahapan yang dilakukan berupa kesimpulan dari proses tersebut yang menghasilkan kriteria desain apa saja yang dianggap paling tepat dan optimal untuk diterapkan pada proses perancangan ini. 8. Studi dan Analisa Image Board Bertujuan untuk mempelajari dan malkukan analisa pada image board yang dijadikan inspirasi dalam proses perancangan guna mendapatkan desain yang sesuai dengan konsep yang dimaksud 9. Studi dan Analisa Desain Alternatif Bertujuan untuk menganalisa dan mengevaluasi desain-desain alternative guna mendapatkan desain yang dianggap paling efektif dan paling tepat untuk memenuhi kriteria desain dalam perancangan 10. Studi dan Analisa Komponen dan Atribut Desain bertujuan untuk mempelajari serta melakukan analisa pada komponenkomponen dan atribut yang diterapkan pada desain agar dapat menentukan komponen dan atribut desain mana yang dianggap efektif dan optimal untuk diterapkan pada perancangan ini. 11. Studi dan Analisa Komposisi Bentuk Bertujuan untuk mempelajari dan menganalisa komposisi bentuk yang akan digunakan pada desain guna mendapatkan desain dengan bentuk yang optimal dan efektif dalam perancangan ini 12. Studi dan Analisa Komposisi Warna Bertujuan untuk mempelajari dan menganalisa komposisi warna yang akan diterapkan pada desain serta efek warna tersebut baik secara fisik maupun efeknya secara psikologi pada user guna mendapatkan komposisi warna yang dianggap tepat untuk diterapkan pada perancangan ini.
37
13. Studi dan Analisa Material Bertujuan untuk mempelajari dan menganalisis material-material yang dapat diterapkan pada desain perancangan ini guna menentukan material yang tepat serta proses pengolahan material yang optimal untuk diterapkan. 14. Studi dan Analisa Operasional Bertujuan untuk mempelajari serta melakukan analisa pada operasional produk atau cara penggunaan produk yang berkaitan dengan user guna memperoleh sistem operasional mana yang dianggap tepat untuk user pada perancangan ini 15. Studi dan Analisa Teknik Produksi Bertujuan untuk mempelajari dan menganalisis teknik produksi dan manufakturing yang akan digunakan dalam proses produksi desain guna menentukan proses produksi yang dianggap optimal untuk diterapkan pada desain. 16. Studi dan Analisa Biaya Produksi Bertujuan untuk mengetahui segala biaya yang akan dikeluarkan dalam proses produksi produk, baik berupa bahan habis pakai, peralatan, maupun tenaga yang dikeluarkan dalam proses manufakturing. 17. Studi dan Analisa Branding Bertujuan untuk mempelajari dan menganalisa branding yang akan digunakan pada desain produk beserta dampak dan makna pada branding tersebut. 18. Analisa SWOT Bertujuan untuk mengetahui Strength, Weakness, Oportunity, and Threat dari produk yang akan didesain sebagai bahan inspirasi, perbandingan, dan evaluasi dari desain produk tersebut. 19. Studi dan Analisa Bussiness Plan Bertujuan untuk mengetahu dan manganalisa peluang dan rencana bisnis mengenai produk tersebut.
38
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
BAB IV STUDI DAN ANALISA 4.1 Analisa User Target konsumen produk ini dibagi menjadi dua yaitu user dan buyer. Ada 2 buyer disini yaitu pihak yayasan sebagai penyedia sarana bantu jalan di panti jompo dan keluarga dari lansia. Pengguna produk ini adalah lansia dengan keterbatasan fisik yang memerlukan sarana bantu saat berjalan. Berikut adalah studi analisa psikografi konsumen untuk mempelajari dan menentukan target pasar konsumen yang akan menggunakan produk ini. Yang di analisis adalah demografi konsumen, kegiatannya, khobi, dan kebutuhannya. Output yang dihasilkan dari analisa ini adalah: Menentukan harga yang akan diberikan pada saat didistribusikan Mengetahui kegiatan apa yang paling disukai oleh pengguna melalui kegiatan yang dilakukan dan ketertarikan pengguna Dapat mengidentifikasi kebutuhan pengguna, sehingga output desain adalah produk yang dapat mengakomodasi kebutuhan pengguna Demografi Lansia
yang
kesulitan berjalan namun masih berjalan
bisa
AIO Activity
Interest
Opinion
- Jalan-jalan
- simplicity
- Aktif
- Mendengar-kan
- Fitur radio/
- Memiliki
musik
Kebutuhan - Memudahkan
lansia
beraktivitas : berjalan,
music
tingkat
player
kemandir
- Dinamis
ian yang
sosialisas
pindah
- Interaksi/be
tinggi
lingkungan sekitar
- Bersantai
rsosialisasi
- Membaca buku - Suka
berpindah
berdiri, duduk - Terciptanya interaksi dan dengan
- Sesuatu sarana penghibur yang meminimalkan
dapat rasa
kesepian dan rasa bosan yang di alami oleh setiap lansia
Tabel 4. 1Tabel Psikografi Konsumen 4.1 Psikografi konsumen
39
40
Keterangan : Segmen konsumen yang dipilih adalah lansia memiliki kondisi fisik dimana tingkat keseimbangan tubuhnya menurun yang mengakibatkan kesulitan berjalan sehingga membtuhkan penopang tubuh untuk lebih memudahkan menjalankan aktifitasnya .
Segmentasi demografi user dilakukan untuk menganalisis dan mengetahui user dengan demografi seperti apa yang akan menjadi target user dalam perancangan desain poduk ini. Dari skema diatas, diketahui bahwa dari segi gender, produk ini bersifat unisex dapat digunakan baik untuk lansia laki-laki maupun lansia perempuan. Sedangkan dari segi tempat tinggal, target user adalah untuk lansia yang tinggal baik sendiri, bersama keluarga atau kerabat, maupun tinggal di panti werdha baik yang tempat tinggalnya berlokasi di pedesaan maupun perkotaan. Sedangkan dari segi strata sosial, user dapat dari strata menengah keatas maupun menengah kebawah untuk meningkatkan kualitas hidup sehat bagi lansia. Secara khusus, dari segi kondisi, target user yang dimaksud disini adalah lansia yang mengalami penurunan kemampuan baik fisik maupun psikis namun tidak sedang/harus bedrest dan dapat beraktifitas secara normal dengan tingkat ketergantungan yang rendah karena dapat melakukan sebagian besar aktifitasnya secara mandiri serta lansia juga memiliki tingkat kesadaran yang tinggi akan pentingnya menjaga kondisi kesehatan diusia senja baik kesehatan fisik maupun psikis.
41
4.2 Studi aktifitas user Analisa aktifitas kegiatan rutin di yayasan Waktu
Pagi
Kegiatan
Durasi
Bangun tidur lalu mengantri mandi
(-+) 60 menit
Ibadah
(-+) 15 menit
Makan pagi
(-+) 30 menit
Olahraga senam pagi di aula
(-+) 60 menit
Berjemur di taman
(-+) 45 menit
Berkumpul
di
ruang
mengobrol/berinteraksi
bersama
untuk (-+) 120 menit
dengan
lansia
lainnya
Siang
Sore
Malam
Nonton tv
(-+) 60 menit
Makan siang
(-+) 30 menit
ibadah
(-+) 15 menit
Tidur siang
(-+) 3 jam
Mandi
(-+) 30 menit
ibadah
(-+)15 menit
Baksos
(-+) 43 menit
makan
(-+) 30 menit
Ibadah
(-+) 15 menit
Tidur
Sampai selesai Tabel 4. 2 Aktivitas Rutin Lansia Tabel 4.2 analisa aktivitas rutin lansia
Aktivitas lansia Pengamatan aktifitas lansia dilakukan pada lansia yang tinggal di Panti Tresna Werdha
Hargodedali
dan
juga
pada
lansia
keluarga/kerabatnya di rumah masing-masing.
yang
tinggal
bersama
Secara kronologis, aktifitas
lansia dapat dijabarkan seperti pada tabel di bawah ini :
42
No Gambar Aktivitas
Detail Aktivitas
Keterangan
Aktivitas lansia ketika olahraga dan berjemur
Setiap pagi sebelum lansia mandi selalu melakukan senam pagi Lansia tidak bisa lama-lama berdiri tanpa menggunakan tongkat.
Aktivitas lansia saat hendak duduk
Lansia ini hendak mau duduk karena kelelahan setelah brjalan dari kamar ke meja makan
1
Gambar 4. 1 Aktifitas lansia olahraga
2
Gambar 4. 2 saat berdiri (dok.pribadi)
3 Aktivitas lansia saat berjalan menggunakan tongkat
-
Gambar 4. 3 Aktifitas Lansia saat berjalan (dok.pribadi)
Karena keadaan jalan di daerah sekitar yayasan tidak semuanya bagus, maka lansia menggunakan sarana bantu jalan berupa tongkat Tangan lansia saat memegang tongkat selalu berkeringat, sehingga menggunakan tongkat dengan durasi yang cukup lama pegangan tongkat menjadi licin, itulah alas an kenapadi tongkat lansia di beri tali yang di llitkan ke pergelangan tangan
43
4 Aktivitas lansia melakukan hobi nya salah satunya yaitu menulis
Terkadang lansia suka lupa meletakkan buku dan alat tulisnya , sehingga selalu meminta bantuan suster / perawat yayasan untuk mencarikan
Aktivitas lansia saat baksos/ bercocok tanam
Lansia tidak dapat melakukan posisi jongkok terlalu lama, sehingga terkadang memakai kursi pendek saat bercocok tanam
Aktivitas lansia yang hendak beranjak berdiri dari tempat tidur
Suster selalu meletakkan kruk lansia seperti itu jika akan tidur, sehinga saat bangun lansia tinggal berdiri dengan posisi kruk yang sudah di sediakan
Aktivitas lansia berjalan menggunakan kruk
Ketika berjalan lansia selalu di bantu dan di papah agar tidak terjatuh
Gambar 4. 4 Lansia melakukan hobi (dok.pribadi)
5
Gambar 4. 5 Aktifitas bercocok tanam (dok.pribadi)
6
Gambar 4. 6 Aktifitas lansia posisi tidur berdiri (Dok.pribadi)
7
Gambar 4.7 Aktivitas lansia berjalan menggunakan kruk (dok.pribadi)
ketika
44
8 Aktivitas lansia saat akan duduk
Ketika hendak duduk lansia kesulitan,sangat berhatihati untuk melepaskan pegangan tangan darik kruk ke meja dan di pegangi oleh suster
Aktivitas lansia saat akan berdiri
Sama halnya dengan nomor 8,Ketika hendak berdiri lansia kesulitan,sangat berhati-hati untuk melepaskan pegangan tangan darik kruk ke meja dan di pegangi oleh suster
Gambar 4. 8 Aktifitas lansia berdiri ke duduk (dok.pribadi)
9
Gambar 4. 9 Aktifitaslansia duduk berdiri (dok.pribadi)
10 Aktivitas lansia saat berkumpul bersama
Gambar 4.10 Aktivitas lansia ketika berkumpul (dok.pribadi)
masalah utama yang di alami oleh lansia adalah kesepian, oleh karena itu lansia menghilangkan kondisi tersebut dengan berkumpul,bernyanyi bersama ataupun melakukan hobinya. Namu kondisi tersebut belum belum teratasi di sarana bantu jalan yang ada di pasaran saat ini
Tabelaktivitas 4. 3 Aktivitas menggunakankruk Tongkat tabel 4.3 analisa lansia lansia yang menggunakan dan tongkat
Kesimpulan : Dari data survey yang di perolah maka kesimpulan hasil yang di dapat yaitu : a. batasan fisik yang melingkupinya: keterbatasan fisik saat berjalan, keseimbangan dari duduk ke berdiri dan sebaliknya, daya ingat menurun, mudah lelah, kesulitan melakukan aktivitas dari duduk ke berdiri atau sebaliknya. b. sifat – sifat dasar / fisiologis lansia : Mudah bosan / kesepian, suka bercerita, suka di hibur, c. Tempat-tempat / area yang paling sering di di kunjungi lansia di yayasan: Ruang bersama, Taman, Tempat Ibadah
45
4.3 Analisa Antrhopometri a. Tujuan -
Untuk mengeutahui ukuran tangan untuk handle
-
Agar menghasilkan desain handle yang nyaman dan aman saat menggunakan tongkat sehingga tidak jatuh dan licin dari tangan.
b. Ukuran Tangan Manusia -
Ukuran tangan masusia yang akan menjadi acuan adalah manusia 90 precentile
-
Ukuran lebar handle menurut ukuran antropometri manusia 90 precentile adalah 30mm, sehingga toleransi lebar handle menjadi 2,5-3,5 cm
Tabel 4. 4Gambar Antropometri tangan ketika menggenggam 4.11 telapak Ergonomi tangan
46
Penulis telah melakukan pengukuran beberapa postur tubuh lansia dengan berbagai kondisi fisik , dan telah di ambil rata – rata yang sesuai dengan ergonomi lansia:
1. Lansia dengan postur tubuh tegap No Aspek yang Diukur . 1 2 3 4 5 6 8 11 12 13 14 15 16
Berat badan* Tinggi badan Tinggi pinggang berdiri Tinggi siku berdiri Panjang pantat – jari kaki Panjang pantat – lutut Tinggi lutut Lebar pinggul Lingkar pinggang Lingkar pinggul Lebar telapak tangan Panjang telapak tangan Ukuran Diameter tangan menggenggam
Ukuran rata-rata Pria 50-60 kg 163 96 99 76 44.5 55 32.7 78.6 97.3 9 15 1.5
Wanita 40-60 kg 150 93.7 96 69 40 50 35.8 72.2 89.1 7.5 14 1.3
4. 5ergonomi Analisa Ergonomi Postur Tubuh tabel 4.4Tabel analisa lansia postur tubuh tegapTegap
2. Lansia dengan postur tubuh bungkuk No Aspek yang Diukur . 1 2 3 4 5 6 8 11 12 13 14 15 16
Berat badan* Tinggi badan Tinggi pinggang berdiri Tinggi siku berdiri Panjang pantat – jari kaki Panjang pantat – lutut Tinggi lutut Lebar pinggul Lingkar pinggang Lingkar pinggul Lebar telapak tangan Panjang telapak tangan Diameter tangan saat menggenggam
Ukuran rata-rata Pria 50-60 kg 160 90 91 72 44.5 53 32.7 78.6 97.3 9 15 1.5
tabel 4.5 analisaTabel ergonomi lansia postur tubuh bungkuk 4. 6 Analisa Ergonomi Postur tubuh Bungkuk
Wanita 40-60 kg 149-153 85.4 89.2 70.5 40 50 32.8 72.2 89.1 7.5 14 13.8
47
4.4 Analisa pioritas kebutuhan Berdasarkan analisa aktivitas sebelumnya maka dapat diketahui kebutuhan lansia, Kebutuhan – kebutuhan tersebut lalu di kelompokkan berdasarkan permasalahannya. Dari analisa aktifitas keseharian lansia diatas, dilakukan analisa prioritas kebutuhan untuk menentukan fokus apa yang akan diambil dalam perancangan ini. Seperti halnya dalam perancangan ini, Berikut adalah hasil yang di peroleh dari metode avinity diagram :
PROBLEMS
Karena keterbatasan fisik lansia sulit untuk mencapai kemandirian
Karena faktor usia lansia mudah lelah
Faktor psikologi lansia : lansia tidak percaya diri menggunakan sarana bantu jalan
Lansia memiliki keinginan untuk melakukan segala sesuatu sendiri, namun dengan kondisi fisik lansia tidak memungkinkan
Lansia sering merasa kesepian , untuk itu lansia butuh teman
Lansia mengalami penurunan daya ingat
Ketika hendak duduk dan berdiri lansia memerlukan bantuan (di papah)
Lansia kesulitan untuk berdiri terlalu lama
Lansia mengalami kesulitan untuk mengatur keseimbangan ketika posisi tubuh akan duduk dan ketika dari duduk akan berdiri
NEEDS
Lansia ingin agar dirinya terlihat tampak sehat
Lansia butuh bersosialisasi
Lansia butuh teman untuk mengatasi kebosan
Lansia butuh sarana untuk membantu daya ingat
Lansia membutuhkan support keseimbangan
Lansia butuh kegiatan – kegiatan yang menunjang lansia agar tidak merasa seperti lansia.
48
4.5 Eksperimen bentuk model Tujuan : Untuk mengetahui bentuk paling nyaman dan mudah dimengerti lansia Alternatif 1
Gambar 4. 10 Eksperimen bentuk model (dok.pribadi)
Alternatif 2
Gambar 11 eksperimen bentuk Gambar4. 4.13 bentuk model model 22 (dok.pribadi)
49
Alternatif 3
Gambar 12 Eksperimen bentukmodel model3 3 Gambar4.4.14 eksperimen bentuk (dok.pribadi)
Alternatif 4
Gambar 4. 13 Eksperimen bentuk model 4 Gambar 4.15 eksperimen bentuk model 4 (dok.pribadi)
Dari beberapa alternative diatas dilakukan testimoni 10 lansia untuk mencobanya, dipilih 3 alternatif yang paling paling nyaman dan mudah dimengerti oleh lansia yaitu alternetif 1,2,dan alternative 3. berikut adalah hasil yang di dapat :
50
1. Analisa secara bentuk Tujuan : mencari bentuk yang paling nyaman dan mudah di mengerti oleh lansia Score
10 Lansia
Alt 1
Alt 2
Alt 3
1
2
1
3
2
1
2
3
3
1
3
2
4
1
3
2
5
2
3
1
6
3
2
1
7
2
3
1
8
1
2
3
9
1
3
2
10
2
3
1
TOTAL
16
25
19
Table4.19 penilaian bentuk model 1,2,dan Tabel 7 Penilaian bentuk model 1,2 dan 3 2. Analisa secara kekuatan 10
Score
Lansia
Alt 1
Alt 2
Alt 3
1
3
2
1
2
2
2
2
3
2
3
1
4
3
2
1
5
2
3
2
6
2
3
1
7
1
3
2
8
2
3
1
9
1
2
3
10
2
3
1
TOTAL
14
23
19
Tabel 4. 8 Penilaian Secara bentuk
3
51
4.6 Study style untuk lansia Studi interface, warna dan bentuk untuk lansia Karena target user adalah seorang lansia dimana kondisi psikologinya sulit untuk menerima hal – hal baru dan lebih mudah untuk menerima memori memori lama dibandingkan mengingat apa yang baru saja di pelajari, maka desain untuk tampilan interface dari produk yang dibuat harus mudah di pelajari, mudah di pahami dan mudah di ingat (elderly friendly) Yang dimaksud dengan elder friendly disini adalah produk yang didesain dengan mengutamakan faktor kenyamanan dan keamanan penggunanya dimana sang pengguna disini adalah lansia
Gambar 51 studi tombol interface (sumber : google)
Prinsip utama dari desain yang ramah pada lansia (Elder Friendly) tersebut yaitu : 1. pegangan pada tangan yang lebih besar dan nyaman dipegang sangat diperlukan bagi lansia. Pegangan yang lebih besar dapat memudahkan lansia saat menggenggam dari pada pegangan/handle yang lebih kecil. Selain itu, pegangan yang lebih besar dapat meminimalisir tremor atau gemetar yang biasanya dialami lansia.
52
2. Untuk ukuran tombol dan angka harus besar, dan warna yang digunakan adalah warna yang kontras / sedikit mencolok dengan agar mudah di ingat, dan di pahami. Untuk bentuk tombol tombol sebaiknya timbul agar mudah di rasakan dan diraba untuk menjadi pembeda dengan tombol yang lainnya 3. Louder Sounds Penurunan kepekaan indera pendengaran pada lansia menyebabkan produkproduk untuk lansia yang memiliki fitur berkaitan dengan suara dan pendengaran harus mempunyai volume suara yang lebih tinggi dari pada untuk pendengaran normal.
4.7 Analisa Alternatif Komposisi Warna Studi dan analisa pemilihan komposisi warna dilakukan dengan tujuan menentukan komposisi warna yang dianggap tepat untuk perancangan produk ini. Selain faktor image atau impresi yang ditimbulkan karena warna pada suatu produk, warna juga dapat mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang sehingga studi dan analisa dalam pemilihan komposisi warna dianggap perlu untuk dilakukan dalam perancangan ini.
Adapun beberapa alternatif komposisi warna yang dapat diaplikasikan pada perancangan ini anatara lain : No Warna
Deskripsi
1
Warna-warna
Elegant color
Elegan
dapat memberikan kesan elegant
mewah
dan
modern dan modern pada suatu produk. (sumber : google)
53
2
Color full Kesan yang ditimbulkan dari produk dengan warna yang colourful antara lain menyenangkan, berjiwa muda, ceria. (sumber : google)
3
Natural Penggunaan
warna-
warna alam pada suatu produk
dapat
memberikan
kesan
aman, nyaman, damai, hangat,
menenangkan,
rileks dan back to nature.
(sumber : google)
Tabel 4. 9 Studi warna
Table 19 studi warna
54
4.8 Studi Meterial Beberapa pilihan jenis material struktur yang dapat digunakan NO GAMBAR 1
Deskripsi
Pipa alumunium ukuran diameter 3cm Kelebihan : -
Ringan
-
Kuat
-
Harga murah
Gambar 27 material alumunium (sumber: google)
2
Besi Kelebihan : -
Kuat
Kekurangan : -
Berat
-
Harga relative
Gambar 28 material besi
mahal
(sumber: google)
4
Carbon Fiber
Kelebihan : -
Ringan
-
Kuat
-
Mudah di bentuk Kekurangan :
Gambar 29 material fiber
-
Harga mahal
-
Bahan
(sumber: google)
relative
susah di dapat
Tabel 4. 10 Studi material tongkat
Dari beberapa jenis material untuk struktur tongkat yang digunakan adalah pipa Alumunium Beberapa pilihan jenis material handle yang dapat digunakan :
55
NO GAMBAR
Deskripsi matrial
1
dipakai
yang untuk
Kelebihan/kekurangan seringpart-
- mudah diproses
alat
- kuat namun ringan
teknik.-
Material ini mempunyai-
-ketahanan pukul tinggi
sifat keras,tahan benturan-
- dapat direkatkan
Poly propylene
Gambar
- tahan korosi - dapat didesain berbagai
bahan mentah ori material
bentuk
ini
- memiliki kilap permukaan
berwarna
kuning-
gading
2
-Stabil terhadap panas
electronik,part automotive-
Gambar 30 Plastik karena ulet danABS (Acrylonitrile mengkilat.Pada keadaanButadine Styrene) (sumber: google)
- tahan terhadap bahan kimia
yang baik -
- bisa didaur ulang
-
- non toxic
PP : Polypropylene SPI
Kelebihan :
code : 5
- Dapat didaur ulang
Sifat :
- Memiliki resistensi kima
- PP aalah polimer plastic
yang baik
yang memiliki resistensi
-mudah didaur ulang
kimia yang baik dan titik
- Non-toxic
31 lebur yang tinggi
material
- Kejelasan visual sangat
Kekurangan
polimer
baik
kekerasan sedang
(sumber: google)
- transmisi lengas rendah
Biasa digunakan pada : - Asesori mobil - Baki makanan -Tempat penyimpanan
:
tingkat
56
4
HDPE berwarna
putih
susu,
mengkilat,tahan terhadap
Kelebihan :
-
kimia,ulet,bila di jadikan
untuk
produk
kemampuan
permukaanya
seperti ada lapisan lilin.
Gambar
29
material fiber
bahan plastik yang aman
Temperatur 180°c
s.d.
mencair 230°c
digunakan
karena untuk
mencegah reaksi kimia
-
.
Material mdah diproduksi dan
(sumber: google)
mudah
ditemukan
dipasaran kekurangan : -
Sekali pakai
Tabel 4. 11 Studi material handle
Dari perbandingan sifat polimer di atas, baik kelebihan maupun kekurangannya, dapat ditentukan jenis polimer yang dianggap paling cocok untuk diaplikasikan dalam perancangan ini yaitu Plastik ABS (Acrylonitrile Butadine Styrene). Sedangkan untuk konstruksi strukturnya menggunakan alumunium.
57
No
Foto
Deskripsi
1 Setelah handle di cetak menjadi 4 bagian lal di rekatan menjad 2 bagian, sisi kana dan sisi kiri 2
Setelah di rekatkan lalu di
dempul
untuk
dihaluskan
3
Proses pengecatan dasar
4
Pemasangan komponen
5
Finishing Handle
4.10 Analisa Komponen Elektronik Berikut adalah komponen yang akan dianalisa yaitu :
58
6
Pemotongan alumuiniun
1. Batrai 2. Speaker driver 3. Tombol
Gambar 4. 14 konfigurasi komponen elktronik
1. Batrai Tujuan Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan tiga jenis baterai yang dibandingkan sehingga pada hasilnya akan ditentukan jenis baterai yang cocok untuk diaplikasikan pada produk. Pada studi analisa baterai, jenis yang akan di studi adalah baterai nikel NiCD, Lithium Ion, dan baterai Lithium Polimer. Kriteria yang menjadi penilaian adalah: -
Harga
-
Ukuran
-
Daya tahan
-
Ketersediaan produk di pasaran
a. NICD -
Bahan Utama Nikel cardium
pipa
59
-
Reachargeable
-
Daya 4500 - 6000
-
Ukuran 26 mm x 50mm
Gambar penempatan batrai NICD 1
Gambar penempatan Batrai NICD 2
Gambar penempatan batrai NICD 3
Gambar penempatan BatraiNICD 4
Gambar 4. 15 konfigurasi penempatan batrai NICD
Kelemahan : - Perawatannya yang cukup merepotkan karena Memory Effect yang dimilikinya - Ukurannya yang besar dan lebih berat - Sangat sennsitif pada kelebihan pengisian Kelebihan : - Harga murah untuk merangkai
60
- Memiliki waktu siklus hingga leih dari 500 siklus
a. LITHIUM ION
Gambar penempatan batrai Li-io 1
Gambar penempatan Batrai Li-ion 2
Gambar penempatan Batrai Li-ion 3
Gambar 4. 16 Konfigurasi penempatan batrai Li-ion
Spesifikasi : -
Sel sekunder
-
Reachargeable
-
NCR 18650A 3.7 v
-
6800mah
-
Ukuran : 28mm x 100mm
Kekurangan:
61
-
Tidak kuat terhadap temperature panas
-
Ukuran fisik akan semakin lebih tebal dan besar untuk mendapatkan kapasitas mAh yang besar.
-
Isi ulang baterai yang berlebihan akan mengakibatkan berkurangnya daya baterai Li-Ion
Kelebihan : -
Mudah ditemukan di pasaran
-
Perawatannya yang lebih mudah dari NiCD
-
Lebih ringan daripada batrai NICD
-
Lebih cocok untuk baterai gadget portable
C. LITHIUM POLYMER
Gambar penempatan batrai Li-po 1
Gambar penempatan Batrai Li-po 2
Gambar 4. 17 konfigurasi penempatan batrai Li-Po
Spesifikasi : -
Elektrolit polimer kering
-
Reachargeable
-
3.7v 4000 MAH
-
Ukuran 30 x 50mm
-
Ketebalan 12mm
Kekurangan : - Baterai LiPo menggunakan bahan elektrolit yang mudah terbakar
62
- Jarang ditemukan dipasaran - Biaya manufaktur mahal, karena polimer yang kurang stabil dibandingkan Li-Ion - Harga baterai mahal - Butuh teknisi ahli untuk mengganti baterai baru Kelebihan : - Dapat bertahan lebih lama, lebih dari 500 siklus pengisian daya - Daya tahan batrai lebih lama Analisa Analisa yang digunakan yaitu dengan menggunakan matriks untuk menentukan nilai koefisien berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
Indikator nilai: 1 (Kurang), 2 (Baik), 3 (Lebih Baik), 4 (Sangat Baik)
Kesimpulan:
63
Lithium Ion memiliki nilai tertinggi yaitu 306.25, karena harganya yang murah dan mudah didapatkan di berbagai tempat di Indonesia. Batrai yg dipilih adalah batrai yang bulat karena darisegi bentuk tidak banyak memakan tempat dan sesuai dengan part produk. Berikut adalah gambar rencana peletakan batrai yang dipilih dari beberapa alternative peletakan yang sudah di sajikan :
penempatan batrai batrai Gambar 4. Gambar 18 Konfigurasi penempatan
B) SPEAKER DRIVER 1. Tujuan Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan tiga jenis speaker yang dibandingkan sehingga pada hasilnya akan ditentukan jenis speaker yang cocok untuk diaplikasikan pada produk. Pada studi speaker jenis yang akan di studi adalah Subwoofer, full range dan tweeter. Kriteria yang menjadi penilaian adalah: -
Suara / frekuensi yang dihasilkan
-
Harga
-
Berat
-
Ketersediaan produk di pasaran
-
64
A. woofer Spesifikasi : -
Diameter 50 mm
-
Ketebalan 22mm
-
Diameter magnet 22mm
-
menghasilkan Frekuensi Rendah (sekitar 40Hz – 1kHz)
Gambar 4. 19 Ilustrasi penempatan Woofer
Kelebihan : -
Menghasilkan suara bass
-
Ketersediaan produk mudah
-
Harga murah
Kelemahan : -
Suara rendah
-
Untuk suara frekuensi tinggi kurang
-
Sedikit lebih berat daripada speaker fullrange
65
B. Tweeter Spesifikasi : Speaker Tweeter, yaitu speaker yang menghasilkan Frekuensi Tinggi (sekitar 2kHz – 20kHz)
Gambar penempatan speaker tweeter 1
Gambar penempatan speaker tweeter 2
Gambar penempatan speaker tweeter 3
Gambar penempatan speaker tweeter 4
Kelebihan speaker tweeter: -
Suara tinggi
-
Lebih ringan daripada woofer
-
Ketersedian produk dipasar mudah
Kekurangan speaker tweeter: Suara terlalu tinggi sehingga kurang jelas
66
b. Full range Speaker Full Range, yaitu speaker yang dapat menghasilkan Frekuensi Rendah hingga Frekuensi Tinggi.
Spesifikasi : -
Frekuensi range f0-10.0 kHz
-
Power 0.5 w
-
Berat 6gr
-
8 ohm
-
Cone type Mylar
-
0.8 micro speaker
-
Dimensi 28 mm x 4.5 mm
-
Ideal untuk voice-based electronics
Gambar penempatan speaker 1
Gambar penempatan speaker 3
Gambar penempatan speaker 2
Gambar penempatan speaker
67
Kelebihan : -
Suara lebih keras daripada speaker woofer
-
Mampu memproduksi sinyal audio pada semua range gelombang pada frekuensi audio
Kekurangan : -
Untuk suara bass kurang
Kesimpulan: Jenis speaker driver yg dipilih adalah speaker full range karena jenis speaker ini dapat menghasilkan Frekuensi Rendah hingga Frekuensi Tinggi. Berikut adalah gambar rencana peletakan speaker yang dipilih dari beberapa alternative peletakan yang sudah di sajikan dengan mempertimbangkan dimensi keseluruhan komponen :
Gambar jenis speaker dan penempatan Gambar 4. 20 Konfigurasi penempatan speakeryang dipilih
68
4.12.1 STUDI MODUL FM Modul FM yang dipilih adalah Bluetooth MP3 WMA Decoder Board 3.5V Wireless Audio Module USB TF Radio. Modul ini dipilih karena harganya terjangkau dengan fitur yang sangat memadai dengan USB, aux line in, micro USB untuk pengisian daya, dan Bluetooth yang sensitif.
Gambar 4. 21 Modul fm (dok.pribadi)
Spesifikasi: -3.5 V sampai 5V - BK 1080 FM chip yang sangat sensitif dengan antenna pendek - Mendukung MP3, format WMA - Didukung hingga 32Gb SD dan 16GB USB pendrive
4.12.2 STUDI AMPLIFIER
amplifier
Gambar 4. 22amplifier Power amplifierIC TDA 2822 Power IC TDA 2822 3.7 v3.7 V
69
4.11 Analisa bentuk tombol a) Ukuran Ukuran tombol yang digunakan yaitu berdiameter 10mm. ukuran tersebut diambil berdasarkan ergonomi bentuk jari lansia, setelah mengukur jari dan telapak tangan sebanyak 10 lansia diambil ukuran rata – rata . Berikut adalah studi alternative bentuk tombol :
1.
Gambar 4. analisa 23 Analisa tombol Gambar tombol 1 1
Setelah melakukan survey usability test kepada lansia, jumlah tombol tersebut dirasa terlalu banyak sehingga susah untuk mengingat. Untuk itu desain tombol diperbaiki lagi dengan mengurangi jumlah tombolnya.
70
2 Peletakan Tombol
1.
A
B Gambar 4. Gambar 24 Alternati konfigurasi tombol 1 Peletakan tombol 1
C
D
.. Peletakan tombol 2tombol 2 Gambar Gambar 4. 25 Alternatife Konfigurasi
71
Analisa Dari beberapa alternative tombol tersebut di kategorikan berdasarkan posisi / urutan dan bentuk tombol, setelah itu di lakukan survey langsung kepada lansia. -
Bentuk bentuk tombol yang paling banyak dipilih adalah bentuk bulat dan ada jarak antara tombol 1 dengan tombol lain, sedangkan pada alternative ke 2 jarak tombol rapat sebagai pembeda sehingga kemungkinan besaar terjadi salah menekan tombol.
Gambar 4. Gambar 26 Gambar tombolyang yangdipilih dipilih .. tombol
-
Posisi: Untuk posisi power berada di bagian paling bawah karena tombol power adalah tombol yang paling sedikit di tekan selain tombol Next-Preview dan volume dengan demikian mengurangi resiko tertekan saat mengoperasikan produk.
Gambar 4. Gambar 27 peletakan tombol yang dipilih …. Posisi yang dipilih
72
4.12 Analisa proses produksi Tujuan Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari 2 jenis proses produksi, sehingga pada hasilnya akan ditentukan jenis proses produksi apa yang tepat untuk diaplikasikan pada produk. Pada studi proses produksi, jenis yang akan di studi adalah injeksi mould dan cetak resin fiber. Kriteria yang menjadi penilaian adalah: -
Biaya produksi
-
Kemudahan
-
Ketersediaan bahan baku
-
Waktu produksi
a. Cetak Fiber Untuk membuat cetakan dari silicon dibutuhkan 2 cetakan, yaitu untuk cetakan 1 dan cetakan ke 2. Berikut adalah tahapan-tahapan membuat silicone rubber molding untuk desain dasar :
Gambar 4. 28 Master cetak fiber Gambar …. Posisi yang dipilih
1. Siapkan silicone rubber, hardener dan master cetakan. 2. Masukkan model/ master yang ingin dicetak ke dalam wadah 1 yang sudah di susun dengan seoptimal mungkin untuk mengurangi borosnya rubber . Kemudian tuang silicon rubber dengan jumlah secukupnya menyesuaikan model yang ingin dicetak ke dalam wadah 2 (bisa menggunakan gelas plastik, gelas ukur, dll). Tuang katalis (hardener) kurang lebih sebanyak 3% dari silicon rubber.
73
Contoh untuk cetakan master ke 2:
Gambar 4. 29 Ilustrasi cetak fiber
Untuk mempermudah penghitungan jika menggunakan ¼ botol silicon rubber, gunakan pula ¼ botol katalis (hardener). Kemudian aduk perlahan hingga rata (bisa menggunakan batang pengaduk, sendok, stick es krim, dll). Jika muncul gelembung pada adonan, bisa dipecahkan dengan tusuk gigi. Jika silicon rubber telah tercampur dengan katalis (hardener) 3. Kemudian tuang silicon rubber dan katalis (hardener) yang telah dicampur ke dalam cetakan dengan perlahan. Jika timbul gelembung, pecahkan lagi dengan tusuk gigi. Setelah terisi, diamkan selama kurang lebih 2 jam maka cetakan sudah siap untuk dilepas dari wadah 1. Tetapi untuk hasil maksimal, diamkan selama 24 jam. Setelah kering, lepaskan cetakan. 4. Setelah cetakan 1 selesai ulangi lagi dengan langkah yang sama untuk cetakan yang ke 2 5. Langkah selanjutnya yaitu pencetakan dari resin fiber, tuang resin,serat fiber dan katalis yang telah dicampur ke dalam cetakan dengan perlahan. Jika timbul gelembung, pecahkan lagi dengan tusuk gigi. Setelah cetakan terisi dengan resin diamkan selama kurang lebih 15 menit. Setelah kering, lepaskan model yang sudah mengeras dari cetakan.
74
Gambar produk yang 4. sudah di cetak (sumber dokumen pribadi) Gambar 30 Part yang sudah di :cetak
Kelebihan: 1. Biaya produksi rendah 2. Waktu produksi singkat 3. Duplikasi mudah 4. Handling mudah 5. Dimensi stabil 6. Dapat diproduksi industry kecil
Kelemahan : 1. Ada batasan maksimal berapa kali cetakan sampai cetakan dari silicon berubah bentuk 2. Tingkat presisi tidak stabil
75
B. Injeksi molding Untuk proses produksi masal (industri) teknik produksi injeksi mold lebih dianjurkan dan dapat menghasilkan produk yang lebih presisi juga sesuai dengan desain. Sebelum melakukan teknik produksi injeksi mold, harus dibuat cetakan mold produk yang didasarkan pada hasil 3D tooling dari Inventor yang selanjutnya akan di machining oleh mesin CNC khusus yang di gunakan untuk membuat cetakan dari baja.
Gambar ilustrasi cetakan Gambar 4. 31 ilustrasi cetakmoulidng molding
1. Spiral rod yang telah dipanaskan di putar oleh motor hidrolik 2
Polypropylene dari hopper dimasukkan ke celah diantara spiral rod, selanjutnya material plastik akan bergerak mengikuti arah putaran spiral rod dengan kondisi meleleh dan menjadi bentuk cair.
3
Pada bagian Molton Plastic merupakan tmpat keluarnya cairan plastik yang selanjutnya akan diinjeksikan.`
4
Terdiri dari 2 cetakan (sisi kanan dan sisi kiri)
76
5
Cairan plastik yang telah diinjeksikan pada kedua bagian cetakan.
6
Sebagian lainnya dari cetakan, yang akan ditarik setelah cairan mengeras (Moving Platern).
7
Hasil cetak yang masih memiliki runner
Kelebihan : 1. Kapasiti produksi yang tinggi. 2. Sisa penggunaan material (useless material) sedikit. 3. Presisi
Kekurangan : 1. Biaya Produksi tinggi 2. Lead time yang lama 3. SDM yang memadai. Dalam proses produksi injection plastik tidak selalu berjalan dengan lancar,karena proses produksi tersebut antara material, mesin, mold, pendinginan saling berkaitan dengan erat dengan proses kelancaran produksi. 4. Produk plastik harus sesuai dengan pertimbangan mold 5. Investasi peralatan yang sangat tinggi
77
C. 3D printing Untuk memproduksi handle selain dengan alternative ceta fiber dan injeksi mold , 3D print juga dapat menjadi salah satu alternatf untuk memproduksi handlenya. Software yang dapat digunakanuntuk 3D print diantaranya yaitu solidwork, rhenos,inventor dan lain sebagainya lalu di save dengan format stl. Berikut adalah langkah – langkah untuk 3D print : 1. Membuat file 3D untuk di printing
Gambar 32 yang 3D yang di printing File4.3D akanakan di printing
2. Langkah selanjutnya yaitu proses printing Apabila desainnya sudah dibuat bisa langsung print di 3D printer. Kemudian proses pencetakan pun dimulai, lamanya proses pencetakkan ini tergantung dari besar dan ukuran model. Proses printing menggunakan prinsip dasar Additive Layer dengan rangkaian proses mesin membaca rancangan 3D dan mulai menyusun lapisan secara berturut-terut untuk membangun model virtual digabungkan secara otomatis untuk membentuk susunan lengkap yg utuh.
78
Gambar 4. Proses 33 Proses 3D print 3D printing
Gambar 4. 3D 34 Hasil Hasil print 3D print
Karena ada batas maksimum untuk tinggi produk, untuk itu handle di print menjadi 4 part. Kelebihan 3d print : 1. Tingkat presisi akurat 2. Produksi mudah Kekuragan 3d print : 1. Mahal 2. Untuk produksi masal kurang cocok 3. Keterbatasan material print 4. Untuk struktur kurang kuat Kesimpulan : Dari
beberapa
analis
produksi
yang
sudah
djelaskan
dengan
mempertimbangkan biaya produksi, kemudahan produksi dan material jenis produksi yang akan digunakan adalah produksi dengan cetak fiber. Karena biaya lebih murah, proses pembuatan mudah, bahan baku melimpah dan dapat di kerjakan oleh industry kecil. Namun untuk produksi masal / ribuan dapat menggunakan proses produksi injeksi moulding dengan menggunakan material Polyprophylene.
BAB 5 IMPLEMENTASI DESAIN 5.1 Konsep Desain
Gambar 5. 1 Konsep Desain
Konsep sarana bantu jalan untuk lansia yang ditawarkan melalui desain tongkat balance support ini meliputi : 1. Digunakan untuk lansia yang mengalami kesulitan berjalan. 2. Digunakan untuk balance support saat aktifitas duduk dan berdiri. 3. Desain dapat mensupport ke kursi roda dan tempat tidur.
79
80
4. Meminimalkan rasa kebosanan lansia dengan adanya tambahan fitur radio dan music player.
Latar Belakang
Masalah yang sering dialami oleh lansia adalah masalah gangguan ingatan (pikun) dimana biasanya lansia kesulitan menemukan jalan pulang.
Lansia yang berada di panti jompo sering merasa kesepian demikian halnya lansia yang berada di rumah. Hal ini disebebkan oleh anak-anak mereka yang sibuk dengan rumah tangganya sendiri
Menurunnya kondisi fisioilogis pada lansia Desain sarana bantu jalan yang diinginkan
1. Menjadikan lansia lebih aktif dan sehat dengan senang berjalan sehingga dapat meningkatkan fungsi motorik yang bagus untuk persendian tulang dan mencegah osteoporosis 2. Membantu lansia meminimalkan rasa kebosanan 3. Membantu lansia untuk memudahkan berpindah tempat 4. Mencegah lansia dari kasus hilang dari rumah meminimalisir lansia dari cidera jatuh
81
5.2 Design requirement and objective (DR & O)
Aman & nyaman
Aman dari cidera jatuh
Sarana penghibur
nyaman untuk berjalan
Radio
handle
Musik player
rangka Tidak terlalu rendah empuk Tidak licin Kuat
mudah di produksi
alumunium
Tidak terlalu tinggi
rubber
82
83
5.3 Image board
Gambar 5. 2 Image Board
84
5.4 Sketsa bentuk Berikut adalah beberapa sketsa yang dibuat penulis pada awal penelitian dengan tujuan untuk mengeksplorasi bentuk dan konsep dari sarana bantu jalan lansia
Gambar 5. 3 Sketsa awal brainstorming Gambar 5.2 Sketsa awal Brainstorming
Gambar Sketsa awal Brainstorming Gambar 5. 4 5.3 Sketsa awal brainstorming 2 2
85
Gambar 5. 5.4 5 Sketsa Gambar Sketsaawal awalbrainstorming Brainstorming3 3
5.5 Bentuk tombol Ukuran tombol yang digunakan yaitu berdiameter 10mm. ukuran tersebut diambil berdasarkan ergonomi bentuk jari lansia, setelah mengukur jari dan telapak tangan sebanyak 10 lansia diambil ukuran rata – rata . Berikut adalah alternative posisi bentuk tombol :
Gambar 5. Gambar Tombol Gambar 5.56 Gambar Tombol
86
Kesimpulan : Dari beberapa alternative tombol tersebut di kategorikan berdasarkan posisi/ urutan dan bentuk tombol, setelah itu di lakukan survey langsung kepada lansia. Maka Untuk posisi power berada di bagian paling bawah karena tombol power adalah tombol yang paling sedikit di tekan selain tombol NextPreview dan volume dengan demikian mengurangi resikotertekan saat mengoperasikan produk.
5.6 Alternatif pengembangan desain Setelah mendapatkan gambaran konsep desain utama dan melakukan proses pencarian ide, ide-ide awal tersebut dapat diolah menjadi beberapa alternatif desain. Adapun beberapa desain alternatif sementara antara lain:
Gambar5.6 5. 7Sketsa Sketsaalternative Alternative11 Gambar
87
Gambar 5. 8Sketsa Sketsaalternative Alternative Gambar 5.7 2 2
Gambar 9 Sketsa Gambar5.5.7 Sketsa Alternative alternative 33
88
3D Rendering
Gambar 5.Gambar 10 Rendering 1 58 Alternative Rendering
alernatif 1
Gambar 5. 11 Rendering Alternative 2
Gambar 59 Rendering alernatif 2
89
Gambar 5. 12 Rendering Alternative 3
Gambar 60 rendering alt 3
5.7. Matrik Pemilihan Alternatif Desain Berikut merupakan tabel matrik pemilihan desain : Skala 1-10
Kriteria
koefisien
Kenyamanan Estetika Berat operasional Total
10 10 10 10
Alt 1
Alt 2
Alt 3
10 x 10 =100 8x10 = 80 10 x 10 =100 10 x 10 = 100 380
10x10 = 100 8x10 = 80 9x 10 = 90 10x 10 = 100 370
6x10 = 60 6x 10 = 60 8 x 10 = 80 9x 10 =90 290
Tabel 5. 1 Tabel pemilihan alternative desain
90
Dari hasil matrik pemilihan didapat hasil skor tertinggi adalah alternatif satu karena cukup memenuhi kriteria. Terutama untuk kriteria Kenyamanan,estetika, berat dan operasionalnya.
5.8 Spesifikasi produk
a b c d
f e
Gambar 5. 13 Spesifikasi Produk
Dari gambar diatas, beberapa komponen utama beserta yang digunakan dapat dijabarkan seperti pada tabel sebagai berikut:
91
Komponen yang digunakan NO
FOTO
Deskripsi Batrai menggunakan jenis batre Lithium Ion
a
NCR 18650 3.7 v Gambar 61 batre NCR li-ion (dok.pribadi)
6800mah (1 unit)
Switching Output 5v
b
(1unit) Gambar 62 Charging System (dok.pribadi)
Speaker 0.5 w
c
(1 unit)
Gambar 63 Speaker (dok.pribadi)
92
d
Modul fm
Gambar 64 modul fm (dok.pribadi)
Vol up Vol down e
Play/scan power Gambar 65 button (dok.pribadi)
Power amplifier f
IC TDA 2822 3.7 v Gambar 66 amplifier (dok.pribadi)
Tabel 5. 2 Komponen yang digunakan
Table 21 komponen yang akan digunakan
93
5.9 Skema rangkaian Komponen
Gambar Skemarangkaian Rangkaiankomponen Elektronik elektronik Gambar5.6714skema
Kesipulan : 1. Menggunakan jenis batre LI-ion NCR 18650A 3.7 v 6800mah Cukup menggunakan 1 batrai, tahan sampai 6-10 jam 2. Power amplifier IC TDA 2822 , 3.7 v 3. Menggunakan mini woofer 4. Charger menggunakan switching output 5V 5. Menggunakan stabilizer indicator
94
5.10 Fungsi dan operasional
Gambar Fungsi fungsi dan Operasional Gambar5.6815gambar dan operasional
5.11 Alternative warna
Gambar 5. 16Gambar Rendering 69Alternative Alt warnawarna
95
5.12 Foto produk
Gambar 5. 1770 Foto Produk Gambar foto produk
96
5.13 Branding
97
Branding Kit Company
98
5.14 Bisnis Kanvas
99
5.15 RENCANA BIAYA PRODUKSI Perhitungan biaya produksi dibawah ini berdasarkan pengeluaran hasil produksi Tujuan : 1. Untuk mengetahui besar pengeluaran untuk memproduksi satu produk 2. Untuk mengetahui harga yang dapat ditawarkan kepada calon pembeli 3. Untuk menentukan besar pengeluaran untuk memproduksi satuan produk, maka harus diketahui harga satuan pasar dan banyaknya jumlah yang akan digunakan keseluruhannya. Dengan estimasi proses pengerjaan satu minggu, maka, perhitungannya proses produksi adalah : NO PENGELUARAN 1
HARGA
Komponen elektronik 400.000
UNIT
JUMLAH
1
400.000
keseluruhan 2
Pipa Alumunium
20.000
2
40.000
3
Handle material ABS
150.000
2
300.000
4
ruber
25.000
1
25.000
5
screw
1000
1
1000
6
Lem Epoxi
5000
1
5000
7
finishing
150.000
1
75.000
8
Branding
15.000
1
15.000
9
Pekerja / hari
50.000
1
50.000
TOTAL
911.000 Tabel 5. 3 Anggaran Biaya Produksi
Hasil Berdasarkan hasil tabel diatas, maka biaya yang harus dikeluarkan untuk pengerjaan 1 produk adalah RP 911.000 Kesimpulan Biaya pembuatan 1 produk = RP 911.000 + Laba (45% x RP 911.000) = RP 911.000 + Rp 409.950 = RP 1.320.950
100
(Halaman Sengaja Dikosongkan)
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan studi dan analisa yang telah dilakukan sebelumnya adalah: 1. Analisa User : kegiatan yang paling disukai oleh pengguna melalui kegiatan yang dilakukan dan ketertarikan pengguna yaitu mendengarkan music dan siraman rohani 2. Dari riset studi sebelumnya diketahui bahwa dengan mendengarkan music lansia mampu melakukan aktifitas sehari- hari lebih mandiri, memori lebih baik dan mood yang lebih stabil 3. Untuk pemilihan jenis teknologi yang memenuhi kebutuhan lansia untk meminimalkan rasa bosan yaitu fitur Radio dan MP3 4. Komponen komponen elektronik yang digunakan yaitu komponen yang mudah dijumpai di pasaran dengan mempertimbangkan durasi penggunaan dan kemudahan pengguna 5. Untuk genggaman handle diukur dengan mempertimbangkan ergonomi tangan lansia saat menggenggam
Gambar 6.1 Ilustrasi gmenggenggam handle
102
6. Dari analisa user experience, interface tombol yang dipilih adalah tombol berbentuk bulat dan memiliki jarak antara tombol 1 dengan tombol lain agar lansia mudah meraba dan membedakan masing-masing tombol sehingga meminimalkan resiko salah pencet tombol
Gambar 6.2 Tombol yang digunakan
Jenis Produksi yang digunakan adalah cetak fiber resin karena biaya produksi lebih ekonomis dan dapat di produksi oleh industry kecil
6.2 SARAN : Adapun saran-saran yang disampaikan berdasarkan hasil riset dan analisa hingga pembuatan prototype adalah: 1. Dengan melihat kondisi lansia yang mengalami peunrunan fungsi fisiologis untuk desain selanjutnya dengan memberikan fitur tambahan seperti lampu (senter) agar lansia saat dalam kondisi mati lampu terbantu dengan adanya senter di dalam tongkatnya 2. Untuk peletakan tombol penulis menyararankan untuk meletakkan dibagian yang mudah di jangkau oleh tangan tanpa menguarngi / meredusi aktifitas saat memakai tongkat dalam posisi berdiri. Peletakan tombol yang disarankan adalah di bagian handle genggaman tongkat
103
3. Untuk desain selanjutnya penulis menyarankan dengan menambahkan system lipat pada tongkat agar packaging lebih praktis dan efisien 4. Untuk
fitur
teknologi
selanjutnya
penulis
menyarankan
untuk
menambahkan fitur GPS tracker agar meminimalkan resiko lansia hilang
104
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
DAFTAR PUSTAKA www.bulletinlansia.org/gambaran/kesehatan/lanjut/usia/indonesia (diakses pada tanggal 9 maret 2015)
https://subhankadir.wordpress.com (diakses pada tanggalpada tanggal 9 maret 2015)
https://www.kemsos.go.id (diakses pada tanggal 20 maret 2015)
https://www.academia.edu/blok/rural/helthing/nurshing (diakses pada tanggal 20 maret 2015)
http://www.sobatbaru.blogspot.com/2010/03/pengertian-ergonomi.html pada tanggal 23 maret 2015
https://www.pjnhk.go.id (diakses pada tanggal 1 mei 2015)
Santoso, Hana dan Andar Ismail. 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Maryam, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Setiati, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi keempat, jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Arisman, MB, Dr. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ambardini, R. L. (n.d.). Jurnal : Aktifitas Fisik pada Lanjut Usia. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Awad, A., Durost, H., Meier, H. R., & McCormick, W. (1987). Disturbed Behavior in Elderly. New York, USA: Pergamon Press. Boedhi, D. (1999). Geriatri. Jakarta: FKUI. Buletin Lansia : Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. (2013). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Chen, Y., While, A., & Hicks, A. (2015). Physical activity among older people who living alone in Shanghai, China. Health Educational Journal, 156-167. Retrieved January 3, 2016, from hej.sagepub.com
LAMPIRAN
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
BIODATA PENULIS
Diana Isti Pertiwi, lahir pada 19 April 1993 di Kota Sragen (Jawa tengah) , adalah putri pertama dari tiga bersaudara. Penulis bertempat tinggal dan menunjang pendidikan formal semasa TK hingga SMA di Kota Sidoarjo. Setelah menunjang ilmu di TK Muslimat NU, Madrasah Ibtidaiyah Tambak Sumur, MTs. TANADA , dan SMK Negeri 11 Surabaya. Penulis melanjutka pendidikannya dan menjadi mahasiswa prodi Desain Produk, Jurusan Desain Produk Industri, FTSP, ITS, Surabaya pada tahun 2011 setelah lolos seleksi SNMP TN.